• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemakaian Flep Velofaringeal pada Operasi Sekunder

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemakaian Flep Velofaringeal pada Operasi Sekunder"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKAIAN FLEP VELOFARINGEAL PADA OPERASI

SEKUNDER

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : DIANA L SITEPU

NIM : 040600112

DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

Tahun 2010

Diana L Sitepu

Pemakaian Flep Velofaringeal pada Operasi Sekunder.

vii + 27 hal

Celah merupakan suatu ruang kongenital yang abnormal dan dapat memberikan efek

psikologis berupa rendah diri pada penderita. Celah langit-langit merupakan kelainan

kongenital yang banyak dijumpai. Pada kelainan ini dapat terjadi gangguan pada proses

penelanan, bicara dan mudah terjadi infeksi saluran pernafasan akibat tidak adanya pembatas

antara rongga mulut dan rongga hidung. Celah langit-langit adalah hasil dari kegagalan

menyatunya dua langit-langit. Kegagalan ini mungkin terbatas pada langit-langit lunak saja

atau melibatkan kedua langit-langit lunak dan langit-langit keras. Etiologi celah ada dua

faktor yaitu faktor dalam seperti herediter yakni adanya dasar genetik dan faktor luar seperti

faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap terbentuknya celah.

Pembedahan yang optimal untuk celah langit-langit dilakukan sekitar umur 9-18

bulan. Terbentuknya celah pada bibir dan langit-langit biasanya terlihat selama pemeriksaan

bayi pertama kali. Satu pengecualian adalah celah submukosa dimana terdapat celah pada

palatum, namun tertutupi oleh garis mulut yang lembut dan kokoh. Beberapa celah orofasial

(3)

operasi primer. Beberapa pembedahan yang dilakukan pada celah langit-langit adalah dengan

teknik Von Langenback dan teknik Wardill Push Back. Teknik Langenbeck

menggarisbawahi pentingnya memisahkan rongga mulut dan hidung. Teknik ini memiliki

kelemahan yaitu tidak meningkatkan panjang dari langit atau tidak menutup

langit-langit seluruhnya sehingga suara pasien tetap sengau. Salah satu bedah yang dilakukan pada

operasi sekunder pada celah langit- langit adalah dengan bedah flep velofaringeal. Bedah flep

velofaringeal dianjurkan untuk mengatasi ketidakmampuan membuktikan velofaringeal

setelah pasien tidak mampu mencapai perbaikan yang signifikan melalui terapi bicara saja.

Bedah flep velofaringeal adalah operasi yang paling umum digunakan untuk

memulihkan velofaringeal inkompeten (yaitu, mengembalikan fungsional antara rongga

hidung dan rongga mulut). Bedah flep velofaringeal dapat dibagi atas dua teknik yakni flep

velofaringeal dengan basis superior dan inferior. Dilihat dari sudut pandang praktis flep

dengan basis di superior memiliki beberapa keuntungan yaitu, dasar yang tinggi pada dinding

posterior, keadaan ini relatif mudah untuk mendapatkan panjang flep yang baik dan

menjahitnya ke beberapa area dari langit-langit lunak. Flep jenis ini ditempatkan di dalam

area otot velofaringeal . Flep dengan basis di inferior, merupakan kebalikannya secara efektif

memiliki panjang yang terbatas, maka harus dibuat lebih panjang untuk memperoleh jarak

sejauh mungkin dari langit-langit lunak. Bedah flep velofaringeal diindikasikan kepada anak

yang sudah melakukan pembedahan atau operasi primer tetapi anak tersebut masih bersuara

sengau atau tidak kembali fungsi bicaranya.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

Dihadapan tim penguji skripsi

Medan, Juli 2010

Pembimbing Tanda tangan

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

pada tanggal 12 Juli 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Suprapti Arnus, drg., Sp. BM

Anggota : 1. Abdullah, drg

2. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp. BM

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

kasih setianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM, selaku dosen pembimbing skripsi dan kepala

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dosen pembimbing akademik, Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM, yang telah

memberikan pengarahan kepada penulis sejak awal semester kuliah di FKG USU.

3. Seluruh staf pengajar FKG USU khususnya di Departemen Bedah Mulut dan

Maksilofasial yang telah memberikan ilmu dan bimbingan di Bidang Kedokteran Gigi,

semoga Tuhan memberikan rezeki yang tidak terputus.

4. Teristimewa kepada ibunda tercinta, Sofianna Sembiring Kembaren dan ayahanda

terkasih, almarhum bapak Ir. Nelson Sitepu yang telah memberikan kasih sayang, nasehat,

didikan, doa serta dukungan penuh dan kiranya Tuhan saja yang membalasnya.

5. Suami tercinta, Herry Agus Pratama Sembiring serta anak tersayang, Lionel Jacob

Hiero Sembiring serta kedua mertua penulis yang telah memberikan dukungan serta doa,

kiranya Tuhan yang membalas semua kebaikannya, Amin.

6. Abang dan kakak penulis, Srinefita Sitepu, Wilsa Road Betterment Sitepu, Anthony S

serta Nadia Josephine S, dan seluruh keluarga yang tercinta mudah-mudahan kita dapat

(7)

7. Sahabat-sahabat penulis, Afrina, Ira, Gita, Helen, Debby, Dede, Yoopy, Febrina,

Rainy, dan seluruh teman-teman stambuk 2004, junior, senior dan seluruh pihak yang

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan seluruhnya, terima

kasih atas bantuan dan dukungannya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan

sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pemgembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Juli 2010 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

BAB 3 PERAWATAN CELAH LANGIT-LANGIT... 11

3.1 Operasi Primer... 11

3.1.1 Teknik Von Langenback... 12

3.1.2 Teknik Wardill Push Back... 13

3.2 Operasi Sekunder... 14

3.2.1 Hubungan Flep Velofaringeal dengan Celah langit-langit... 15

3.2.2 Komplikasi... 16

BAB 4 FLEP VELOPHARYNGEAL... 19

4.1 Definisi... 19

4.2 Klasifikasi... 20

4.3 Indikasi Bedah... 23

BAB 5 KESIMPULAN... 24

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Gambaran anatomi langit-langit inkomplit dan langit-langit komplit....4

Gambar 2. Bagian dari langit-langit mulut; primary palate dan secondary palate...5

Gambar 3a Celah langit-langit inkomplit... 9

Gambar 3b Celah langit-langit komplit... 9

Gambar 3c Celah langit-langit Unilateral...9

Gambar 3d Celah langit-langit Bilateral...9

Gambar 4 Stage pertama palatoplatis menggunakan teknik Von Langenbeck...13

Gambar 5 Teknik operasi Wardill Push...14

(10)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

Tahun 2010

Diana L Sitepu

Pemakaian Flep Velofaringeal pada Operasi Sekunder.

vii + 27 hal

Celah merupakan suatu ruang kongenital yang abnormal dan dapat memberikan efek

psikologis berupa rendah diri pada penderita. Celah langit-langit merupakan kelainan

kongenital yang banyak dijumpai. Pada kelainan ini dapat terjadi gangguan pada proses

penelanan, bicara dan mudah terjadi infeksi saluran pernafasan akibat tidak adanya pembatas

antara rongga mulut dan rongga hidung. Celah langit-langit adalah hasil dari kegagalan

menyatunya dua langit-langit. Kegagalan ini mungkin terbatas pada langit-langit lunak saja

atau melibatkan kedua langit-langit lunak dan langit-langit keras. Etiologi celah ada dua

faktor yaitu faktor dalam seperti herediter yakni adanya dasar genetik dan faktor luar seperti

faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap terbentuknya celah.

Pembedahan yang optimal untuk celah langit-langit dilakukan sekitar umur 9-18

bulan. Terbentuknya celah pada bibir dan langit-langit biasanya terlihat selama pemeriksaan

bayi pertama kali. Satu pengecualian adalah celah submukosa dimana terdapat celah pada

palatum, namun tertutupi oleh garis mulut yang lembut dan kokoh. Beberapa celah orofasial

(11)

operasi primer. Beberapa pembedahan yang dilakukan pada celah langit-langit adalah dengan

teknik Von Langenback dan teknik Wardill Push Back. Teknik Langenbeck

menggarisbawahi pentingnya memisahkan rongga mulut dan hidung. Teknik ini memiliki

kelemahan yaitu tidak meningkatkan panjang dari langit atau tidak menutup

langit-langit seluruhnya sehingga suara pasien tetap sengau. Salah satu bedah yang dilakukan pada

operasi sekunder pada celah langit- langit adalah dengan bedah flep velofaringeal. Bedah flep

velofaringeal dianjurkan untuk mengatasi ketidakmampuan membuktikan velofaringeal

setelah pasien tidak mampu mencapai perbaikan yang signifikan melalui terapi bicara saja.

Bedah flep velofaringeal adalah operasi yang paling umum digunakan untuk

memulihkan velofaringeal inkompeten (yaitu, mengembalikan fungsional antara rongga

hidung dan rongga mulut). Bedah flep velofaringeal dapat dibagi atas dua teknik yakni flep

velofaringeal dengan basis superior dan inferior. Dilihat dari sudut pandang praktis flep

dengan basis di superior memiliki beberapa keuntungan yaitu, dasar yang tinggi pada dinding

posterior, keadaan ini relatif mudah untuk mendapatkan panjang flep yang baik dan

menjahitnya ke beberapa area dari langit-langit lunak. Flep jenis ini ditempatkan di dalam

area otot velofaringeal . Flep dengan basis di inferior, merupakan kebalikannya secara efektif

memiliki panjang yang terbatas, maka harus dibuat lebih panjang untuk memperoleh jarak

sejauh mungkin dari langit-langit lunak. Bedah flep velofaringeal diindikasikan kepada anak

yang sudah melakukan pembedahan atau operasi primer tetapi anak tersebut masih bersuara

sengau atau tidak kembali fungsi bicaranya.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

Selama proses perkembangan sebelum bayi lahir, bagian kiri dan bagian kanan

palatum berkembang secara bersamaan dan akan menyatu, tetapi terkadang, kira-kira 1 dari

800 kelahiran bayi, bagian-bagian itu tidak bertemu dan tidak menyatu. Anak yang lahir

dengan celah seperti ini disebut celah bibir jika terjadi pada bibir atas, dan disebut celah

langit-langit jika terjadi pada langit-langit. Kelahiran anak dengan celah dapat berupa celah

bibir, celah langit-langit ataupun keduanya.1

Anak yang lahir dengan kondisi seperti ini akan disarankan oleh dokter untuk

dilakukan operasi yang bertujuan untuk memperbaiki agar kembali seperti normal.

Profesional medis memiliki perawatan yang tepat untuk anak dengan celah bibir dan celah

langit-langit. Profesional medis juga akan membantu anak tersebut untuk kembali normal,

sehat dan hidup dengan bahagia.1,2

Anak yang lahir dengan celah bibir ataupun celah langit-langit membutuhkan

penanganan khusus oleh profesional medis untuk mengoreksi masalah yang berkaitan dengan

celah tersebut. Anak sebaiknya dilakukan operasi plastik untuk menutup celah tersebut.

Karena jika tidak dilakukan operasi maka anak akan mengalami masalah dalam pemberian

makanan, masalah terhadap gigi-geligi, masalah pendengaran, masalah bicara dan masalah

perkembangan psikologis.

Orang tua penderita sebaiknya mencari bantuan sedini mungkin untuk mengatasi

masalah celah bibir dan celah langit-langit tersebut. Profesional medis dengan keahlian

(13)

Cleft Team untuk membantu orang tua penderita. Cleft Team meliputi ahli bedah plastik,

dokter gigi spesialis bedah mulut, dokter spesialis THT, ahli terapi bicara, pediatrican,

perawat dan psikolog.1,2,4

Pada skripsi ini akan dibahas secara lengkap mengenai definisi, etiologi dan

klasifikasi celah langit-langit. Perawatan dari celah langit-langit dengan menggunakan flep

velofaringeal, definisi, etiologi serta indikasi flep velofaringeal. Hubungan flep velofaringeal

(14)

BAB 2

CELAH LANGIT-LANGIT

Celah merupakan suatu ruang kongenital yang abnormal dan dapat memberikan efek

psikologis berupa rendah diri pada penderita. Ada beberapa jenis celah yang sering ditemui

yaitu, celah bibir, celah langit, celah bibir dan langit. Celah dari bibir dan

langit-langit paling banyak menimbulkan suatu keseriusan anomali kongenital yang mempengaruhi

regio orofasial. Kelainan celah pada bayi yang baru lahir dapat menimbulkan trauma bagi

orang tua. Pendekatan secara umum serta pemberian pengetahuan mengenai hal itu dapat

memberikan ketentraman hati para orang tua dan keluarga.3 2.1 Anatomi Celah Langit-langit

Celah langit-langit merupakan kelainan kongenital yang banyak dijumpai. Kelainan

celah bibir dapat menyebabkan gangguan pada fungsi bicara, pengunyahan dan penelanan

serta estetik dan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan. Berbeda dengan celah

bibir, celah langit-langit atau palatoschisis merupakan suatu kelainan yang sering terjadi

bersamaan dengan celah bibir dan alveolar, atau dapat tanpa kelainan lainnya.3

Pada kelainan ini dapat terjadi gangguan pada proses penelanan, bicara dan mudah

terjadi infeksi saluran pernafasan akibat tidak adanya pembatas antara rongga mulut dan

rongga hidung. Celah langit-langit muncul ketika langit-langit mulut tidak menutup

sempurna, meninggalkan celah yang dapat meluas kedalam rongga hidung. Celah dapat

melibatkan sisi lain langit-langit. Celah ini dapat meluas dari bagian depan mulut

(langit-langit keras) ke arah tenggorokan ((langit-langit-(langit-langit lunak). Seringkali celah juga melibatkan

(15)

langit-langit bisa saja merupakan satu-satunya kelainan pada seorang anak, atau bisa saja

berhubungan dengan celah bibir atau sindroma lainnya. Pada kebanyakan kasus, anggota

keluarga lain juga memiliki celah langit-langit ketika lahir.4

Secara embriologis, langit-langit utama terdiri dari semua struktur anatomi anterior ke

foramen incisivus, disebut alveolus dan bibir atas. Langit-langit sekunder didefinisikan

sebagai sisa langit-langit di belakang foramen incisivus, dibagi kedalam langit-langit keras,

dan lebih ke belakang lagi, langit-langit lunak.Celah langit-langit adalah hasil dari kegagalan

menyatunya dua langit-langit. Kegagalan ini mungkin terbatas pada langit-langit lunak saja

atau melibatkan kedua langit-langit keras dan langit-langit lunak. 4,15 Kegagalan ini mungkin terbatas pada langit lunak saja atau melibatkan kedua langit keras dan

langit-langit lunak. Ketika celah langit-langit-langit-langit menempel pada septum nasi dan vomer, celah disebut

inkomplit. Jika septum nasi dan vomer terpisah secara total dari prosesus palatina, celah

langit-langit disebut komplit.10

Gambar 1 Gambaran anatomi langit-langit inkomplit dan langit-langit

komplit .

(16)

Langit-langit lunak

Pada langit-langit lunak normal, penutupan velofaringeal, yang penting untuk bicara

normal, dicapai oleh 5 otot berbeda yang berfungsi dalam sebuah cara yang komplit dan

terkoordinasi. Umumnya serat otot langit-langit lunak berorientasi secara melintang tanpa

tambahan ke langit-langit keras. Pada celah langit-langit lunak, serat otot berorientasi pada

arah anteroposterior, masuk ke dalam batas posterior langit-langit keras.

Langit-langit keras

Langit-langit keras normal dapat dibagi kedalam tiga zona anatomis dan fisiologis.

Pusat fibromukosa langit-langit sangat tipis dan terletak secara langsung dibawah dasar

hidung. Fibromukosa maksilaris tebal dan terdiri dari berkas neurovaskular palatina mayor.

Fibromukosa ginggiva terletak lebih lateral dan berbatasan dengan gigi. Dalam melakukan

penutupan secara bedah pada celah langit-langit, perubahannya yang dihubungkan dengan

celah harus dipahami untuk memperoleh perbaikan anatomis dan fungsional. Dalam celah

langit-langit komplit bagian tengah kubah langit-langit tidak dijumpai dan fibromukosa

langit-langit berkurang ukurannya. Fibromukosa maksila dan ginggiva tidak dimodifikasi

ketebalannya, lebarnya atau posisinya.3

Pada penderita celah langit-langit yang umumnya disertai dengan masalah-masalah

lain, penanganannya di lakukan secara komprehensif. Waktu yang tepat untuk dilakukan

pembedahan adalah bervariasi. Dibeberapa negara ada yang melakukan perbaikan celah bibir

dalam 48 jam setelah lahir. Di Amerika Serikat kebanyakan ahli bedah menggunakan the rule

of 10’s, yaitu pembedahan dilakukan pada saat bayi berusia 10 minggu, berat 10 pounds dan

(17)

2.2 Definisi dan Etiologi

Celah bibir dan langit-langit adalah kelainan bawaan yang terjadi oleh karena tidak

adanya penyatuan (fusi) secara normal dari bibir atau langit-langit pada proses embrional,

yang dapat terjadi sebagian atau sempurna. Posisi normal dari kanalis nasopalatinalis

membagi langit-langit mulut menjadi dua bagian yaitu primary palate dan secondary palate.

Celah yang melibatkan bibir dan tulang alveolar disebut primary palate dan celah yang

melibatkan langit-langit lunak dan langit-langit keras disebut dengan secondary palate.9

Gambar 2. Bagian dari langit-langit mulut; primary palate dan secondary palate.. http/www.moondragon/org/obgyn/pediatry/hft/html

1. Faktor herediter

> ( 20 Maret 2010)

Etiologi dari celah langit-langit yaitu :

Celah bibir dan celah langit-langit bisa terjadi secara bersamaan maupun tidak

bersamaan. Kelainan ini juga bisa terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya.

Penyebabnya mungkin adalah mutasi genetik. Kelainan ini juga menyebabkan anak

mengalami kesulitan ketika makan, gangguan perkembangan berbicara dan infeksi telinga.

Faktor resiko untuk kelainan ini adalah riwayat celah bibir atau celah langit-langit pada

(18)

bibir dan langit-langit adalah bahwa celah bibir dan celah langit-langit tersendiri memiliki

predisposisi genetik dan kontribusi komponen lingkungan. Sejarah keluarga dengan celah

bibir dan langit-langit dimana hubungan keluarga derajat pertama berpengaruh pada

peningkatan resiko menjadi 1 dalam 25 kelahiran hidup. Pengaruh genetik lebih penting pada

celah bibir/langit-langit dibandingkan celah langit-langit sendiri, dimana faktor lingkungan

menggunakan pengaruh lebih besar.3,4 2. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan terlibat dalam ‘clefting’ (proses terbentuknya celah) termasuk

epilepsi ibu hamil dan obat-obatan teratogen (zat yang dapat menyebabkan kelainan pada

janin, contohnya virus atau bahan kimia), sebagai contoh steroid, diazepam dan fenitoin,

walaupun keuntungan suplemen asam folat antenatal adalah untuk mencegah celah bibir dan

langit-langit tetap samar. Walaupun kebanyakan celah bibir dan langit-langit muncul sebagai

deformitas tersendiri, rangkaian Pierre Robin tetap merupakan sindroma yang paling sering.14 Sindroma ini terdiri dari celah langit-langit tersendiri, retrognathia dan glossoptosis (lidah

displasia posterior), yang dihubungkan dengan kesulitan pernapasan awal dan pemberian

makanan.2.9

Celah langit-langit lebih sering dihubungkan dengan sindroma dibandingkan celah

bibir. Lebih dari 150 sindroma dihubungkan dengan celah bibir dan langit-langit, walaupun

Stickler, Shprintzen (anomali jantung), Down, Apert dan Treacher Collins adalah yang paling

sering dijumpai. Ibu hamil yang merokok telah dihubungkan dengan celah bibir dan

langit-langit pada keturunannya. Studi berbeda mengindikasikan bahwa merokok selama kehamilan

merupakan faktor resiko minor dalam pembentukan celah oral, dan tergantung dosis. Sebagai

tambahan, terdapat bukti bahwa mungkin saja ada interaksi kuat antara variasi gen tertentu

antara maternal dan/atau janin dengan merokok yang dapat menyebabkan celah oral pada

(19)

baik digunakan secara topikal maupun sistemik memiliki hubungan dengan peningkatan

resiko pembentukan celah orofasial. 2,3,6,10

Sebuah studi menemukan bahwa penggunaan dimenhidrinat (sebuah obat anti mual

atau muntah) lebih sering terjadi diantara subjek ibu-ibu dengan celah langit-langit, dimana

besi kelihatannya memiliki efek proteksi melawan kondisi ini. Sebuah studi menemukan

angka kejadian celah oral lebih rendah diantara keturunan wanita yang pernah mengalami

hiperemesis gravidarum (“morning sickness” berat dengan muntah).10

Pemaparan pekerjaan ibu hamil terhadap glikol-eter, sebuah bahan kimia yang

ditemuka n dalam beragam produk domestik dan industri, telah dilaporkan meningkatkan

angka kejadian celah bibir. Pemaparan terhadap larutan organik seperti xylen, toluen dan

aseton juga telah dilaporkan meningkatkan angka kejadian defek ini. Pekerjaan ibu hamil

termasuk bagian pelayanan seperti pekerja salon, pertanian, dan perusahaan kulit atau sepatu,

begitu juga pemaparan terhadap pestisida, timah, dan asam alifatik telah dilaporkan

meningkatkan angka kejadian celah mulut. Studi lainnya gagal menemukan hubungan antara

pestisida dengan resiko terjadinya celah oral. Satu studi gagal menemukan hubungan antara

pemaparan pekerjaan orangtua terhadap timah dengan resiko celah oral. Bagaimanapun,

jumlah kasus dalam studi tersebut kecil, dan pengukuran terhadap pemaparan timah hanya

berdasarkan catatan sensus (Irgens 1998). Pemaparan maternal terhadap bahan kimia

laboratorium umumnya tidak dilihat sebagai sesuatu yang penting, namun pemaparan

terhadap larutan organik, khususnya benzen, dilihat sebagai faktor pendukung untuk

peningkatan malformasi puncak neuron pada keturunan, termasuk pembentukan celah

orofasial.4,6

Telah didug a bahwa nutrisi memainkan peranan dalam manifestasi celah oral.

Penggunaan asam folat oleh ibu hamil telah ditemukan mengurangi resiko defek pembuluh

(20)

bermakna dalam resiko celah langit-langit dan pengurangan yang tidak bermakna untuk

resiko celah bibir. Beberapa studi telah melaporkan penurunan angka kejadian celah bibir dan

langit-langit dengan penggunaan asam folat, dimana studi lain gagal menemukan efek seperti

itu. Beberapa ambigu studi-studi tersebut mungkin menjelaskan oleh studi baru-baru ini yang

menemukan bahwa resiko celah oral dapat dikurangi hanya dengan dosis tinggi konsumsi

asam folat pada waktu pembentukan bibir dan langit-langit. Vitamin B dan zinc juga telah

dilaporkan mengurangi resiko celah oral, juga vitamin A.3,15

2.3Klasifikasi

Sistem celah langit-langit yang sering digunakan adalah klasifikasi dari Veau, yang

mengklasifikasikan celah plangit-langit menjadi empat kelas, yaitu :3,6,7,10,20,21

Klas I : Celah pada langit-langit lunak (incomplete cleft palate)

Klas II : Celah pada langit-langit lunak dan langit-langit keras sempurna

tanpa melibatkan tulang alveolar (complete cleft palate)

Klas III : Celah langit-langit sempurna yang melibatkan langit-langit

lunak dan langit-langit keras, tulang alveolar, serta bibir hanya pada satu sisi (unilateral

complete cleft lip and palate)

Klas IV : Celah langit-langit sempurna yang melibatkan langit-langit

lunak dan langit-langit keras, tulang alveolar, serta bibir pada dua sisi (bilateral complete

(21)

Gambar (3a). Incomplete cleft palate, (3b). Complete cleft palate, (3c). Unilateral complete cleft lip and palate, (3d). Bilateral cleft lip and palate. (Children healthcare of atlanta. Cleft

lip and palate recource hannbook.

(22)

BAB 3

PERAWATAN CELAH LANGIT-LANGIT

3.1 Operasi Primer

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik di daerah wajah.

Terbentuknya celah pada bibir dan langit-langit biasanya terlihat selama pemeriksaan bayi

pertama kali. Satu pengecualian adalah celah submukosa dimana terdapat celah pada

langit-langit, namun tertutupi oleh garis mulut yang lembut dan kokoh. Beberapa celah orofasial

dapat terdiagnosa dengan USG prenatal, namun tidak terdapat skrining sistemik untuk celah

orofasial. Diagnosa antenatal untuk celah bibir, baik unilateral maupun bilateral,

memungkinkan dengan USG pada usia gestasi 18 minggu. Celah langit-langit tersendiri

tidak dapat didiagnosa pada pemeriksaan USG antenatal. Ketika diagnosa antenatal

dipastikan, rujukan kepada ahli bedah plastik tepat untuk konseling dalam usaha

menghilangkan ketakutan.6

Setelah lahir, tes genetik mungkin membantu menentukan perawatan terbaik untuk

seorang anak, khususnya jika celah tersebut dihubungkan dengan kondisi genetik.

Pemeriksaan genetik juga memberi informasi pada orangtua tentang resiko mereka untuk

mendapat anak lain dengan celah bibir atau celah langit-langit. Untuk mengatasi kelainan

celah langit-langit, terapi yang dapat dilakukan adalah pembedahan dan rekontruksi.1,2 Biasanya disiplin ilmu yang melakukan prosedur ini adalah Spesialis Bedah Mulut.

Pembedahan yang optimal untuk celah langit-langit dilakuka n sekitar umur 9-18 bulan.

Dengan pertimbangan baik dan buruknya operasi yang terlalu dini atau terlalu lama.

(23)

celah langit-langit. Untuk melakukan pembedahan, anak atau bayi harus dalam keadaan

sehat.10 Pada operasi primer pada celah langit-langit ada bermacam-macam teknik operasi yang dipakai.

3.1.1 Teknik Von Langenback

Salah satu pembedahan yang dilakukan pada celah langit-langit adalah dengan teknik

Von Langenback tehnik ini adalah modifikasi menurut Dieffenbach. Tehnik Von Langenback

dijelaskan pertama kali pada tahun 1861.3 Teknik Langenbeck menggarisbawahi pentingnya memisahkan rongga mulut dan hidung. Teknik ini memiliki kelemahan yaitu tidak

meningkatkan panjang dari langit-langit atau tidak menutup langit-langit seluruhnya

sehingga suara pasien tetap sengau.

Teknik Von Langenback dilakukan dengan cara :10

1. Anestesi umum

2. Insisi pada tepi celah antara mukosa hidung dan mukosa langit-langit sehingga

kedua mukosa ini terpisah.

3. Mukosa dibawah hidung dirapatkan dan dijahit dengan benang absorber secara

interuktif. Maka kita dapati suatu permukaan atas yang menutupi cavum nasi.

Kemudian dibuat insisi pada tepi alveolar untuk melonggarkan mukosa dan

mengadakan disekting.

4. Mukosa dasar hidung dirapatkan dan dijahit membentuk permukaan atas yang

menutupi cavum nasi.

5. Sesudah permukaan rapat kemudian kita merapatkan dan menjahit mukosa

langit-langit dengan benang jahitan non absorber yang dimulai dari anterior

(24)

dengan langit-langit dijahitkan bersatu. Luka yang terbuka ditutup dengan

pack dan jika longgar dapat dilakukan dua kali pada tahap dua agar didapat

elastisitas yang baik.

6. Pemasangan obturator.

A B

Gambar 4. Stage pertama palatoplatis menggunakan teknik Von Langenbeck. Elevasi dari pergerakan flep mukoperiosteal dari penutupan pertengahan langit-langit. (Peter W B, Stephen AS, Jarg EH. Maxillofacial surgery. Vol. 2. 2 nd ed. St.Louis: Churhill Livingstoon, 2007: 396)

3.1.2 Teknik Wardill Push Back

Ditemukan pada tahun 1937 dan disebut juga tipe operasi VY teknik. Teknik

ini dilakukan terutama pada celah yang tidak sempurna.3 Teknik kerja yang dilakukan antar lain :10,15

1. Insisi lateral pada kedua tepi prosesus alveolaris dan insisi miring dari ujung

anterior insisi ke arah median pada kedua belah pihak disebut insisi V tipe.

2. Preparasi eksisi tipis pada tepi marginal untuk mendapatkan lika yang segar.

(25)

4. Kedua tepi celah dirapatkan dan dijahitkan dengan jahitan matras diselingi

dengan interupted suture membentuk Y tipe. Bila tulang vomer dalam posisi

yang baik akan melekat pada sebelah pihak, maka tindakan penutupan dengan

daerah palatinal dapat bersatu dengan baik. Luka yang terbuka dapat ditutup

dengan pack atau tule.

5. Akhirnya dibersihkan dan dipasang obturator.

Gambar 5. Teknik operasi Wardill Push Back (Peter W B, Stephen AS, Jarg EH. Maxillofacial surgery. Vol. 2. 2 nd ed. St.Louis: Churhill Livingstoon, 2007: 399)

3.2 Operasi Sekunder

Bedah flep velofaringeal adalah operasi paling umum digunakan untuk

memulihkan velofaringeal inkompeten (yaitu, mengembalikan fungsional antara rongga

hidung dan rongga mulut). Operasi ini dilakukan apabila pasien yang telah melakukan

(26)

dilakukan pada operasi sekunder pada celah langit- langit adalah dengan bedah flep

velofaringeal. 12,19

3.2.1 Hubungan Flep Velofaringeal dengan Celah Langit-langit

Bedah flep velofaringeal dianjurkan untuk mengatasi ketidakmampuan membuktikan

velofaringeal setelah pasien tidak mampu mencapai perbaikan yang signifikan melalui terapi

bicara saja. Bentuk pasien penutupan velofaringeal adalah salah satu aspek yang diambil

mempertimbangkan dengan dokter dalam memutuskan apakah operasi flep faring adalah

metode yang tepat perawatan. Berbagai bentuk penutupan telah ditemukan, dan bentuk yang

berbeda-beda orang ke orang. Ketika merencanakan operasi flep faring, sangat penting bagi

dokter untuk menyesuaikan struktur pasca operasi terhadap pergerakan pra operasi dalam

rangka untuk seal cukup untuk dicapai. Penelitian telah menemukan bahwa operasi flap

faring telah paling efektif untuk mereka dengan bentuk penutupan sagital. Bedah flep

velofaringeal tidak dianjurkan untuk semua orang dan metode pengobatan alternatif yang

tersedia.17 Dalam beberapa kasus, prosthesis mampu merangsang gerakan dinding faring, sehingga membantu dalam penutupan velofaringeal. Prostesis telah direkomendasikan untuk

digunakan pada anak-anak. Saat ini, tidak ada metode yang akurat yang tersedia untuk

menentukan apakah flap faring atau metode alternatif akan memiliki hasil yang lebih baik

untuk menghilangkan ketidakmampuan velofaringeal.12,15,22

Bedah flep velofaringeal bisa dilakukan pada anak dan dewasa. Ketika

anak-anak muda menjalani pembedahan, gangguan bicara lebih sedikit cenderung terjadi. Sebuah

penjelasan yang mungkin adalah bahwa sebelumnya pembedahan semakin kecil pada anak,

dan akan mengembangkan strategi kompensasi untuk mengatasi ketidakmampuan

(27)

velofaringeal bisa sama efektif dalam menghilangkan velofaringeal inkompeten pada orang

dewasa seperti di anak-anak.18,20

Gambar 6. Flep velofaringeal untuk mengoreksi insufisiensi velofaringeal; dasar inferior (Peter W B, Stephen AS, Jarg EH. Maxillofacial surgery. Vol. 2. 2 nd ed. St.Louis: Churhill Livingstoon, 2007: 410)

3.2.2 Komplikasi

Yang paling umum komplikasi bedah flep velofaringeal termasuk obstruksi jalan

napas dan apnea tidur. Mendengkur juga telah dicatat sebagai hasil negatif kemungkinan

operasi. Sebagai hasil dari operasi flep, jalan napas terganggu dengan beberapa cara.

Beberapa laporan yang terkait dengan kompromi ini meliputi penyempitan saluran udara

hidung dan mulut sekunder untuk edema , menghambat dari nasofaring dengan tutup sendiri,

anatomi perubahan yang orofaring menjadi lebih kecil, dan mengalami penurunan ritme

(28)

keberadaan lainnya kraniofasial dan neurologis kondisi. Faktor-faktor ini bersama-sama dapat

mengakibatkan komplikasi. Obstruksi jalan napas pascaoperasi bisa berkisar dari ringan

hingga berat, penyumbatan berat saluran napas menyebabkan intubasi atau trakeostomi.

Semua pasien harus dimonitor secara seksama setelah operasi karena ada kerusakan pada

langit-langit yang baru diperbaiki atau bahkan risiko kematian. Dalam literatur, obstruksi

jalan napas setelah operasi flep faring menggunakan Wardill-Kilner dan Langenbeck teknik

didokumentasikan dengan baik. 12

Telah disimpulkan bahwa individu dengan sindrom Franceschetti atau urutan Pierre

Robin adalah pada peningkatan risiko untuk mengembangkan sumbatan jalan napas berikut

faringoplasti karena jalan napas dangkal nasofaringeal mereka dan pertumbuhan

maksilofasial tidak memadai pada saat operasi. Hal ini juga percaya bahwa durasi

berkepanjangan prosedur bedah dapat langsung berhubungan dengan kejadian peningkatan

obstruksi jalan napas. Usia tampaknya tidak berpengaruh risiko. Faktor-faktor yang

meningkatkan risiko obstruksi jalan napas termasuk asosiasi anomali kongenital dan riwayat

masalah napas. Sleep apnea dapat dikategorikan sebagai apnea tidur obstruktif atau apnea

tidur pusat. Gejala apnea tidur obstruktif harus dinilai dengan hati-hati setelah operasi flep

faringeal. Kondisi ini ditemukan lebih sering dikaitkan dengan bedah flep posterior faringeal,

bagaimanapun, flep faringeal dianggap lebih baik dalam memperbaiki fungsi velofaringeal

dari pilihan pengobatan lain, terutama dalam kasus-kasus parah velofaringeal inkompeten. Ia

juga telah melaporkan bahwa besar amandel telah ditemukan dalam persentase yang tinggi

kasus apnea tidur obstruktif.12,18

Operasi flep faring mungkin dapat meningkatkan fungsi bicara pada anak-anak atau

orang dewasa dengan celah langit-langit yang memiliki insufisiensi velofaringeal.17 Bahkan, ada tingkat keberhasilan tinggi untuk peningkatan Selain perbaikan fungsi wicara bedah flep

(29)

perbaikan bicara tidak jelas segera setelah operasi. Fungsi wicara perbaikan lebih sering

setelah satu tahun pasca operasi dan biasanya berlanjut selama beberapa tahun. Hasil operasi

flep faring bervariasi antara masing-masing individu dalam hal perbaikan di hiponasaliti,

hipernasaliti, turbulensi hidung, kualitas suara, dan artikulasi. 12,15,19

Pasien yang menjalani operasi flap faringeal menghadapi risiko tidak pernah bernapas

melalui hidung mereka lagi, yang bisa membuat fungsi bicara abnormal. Diperkirakan

bahwa sekitar 20-30% dari pasien dengan celah mengembangkan fungsi bicara hipernasal

setelah operasi flep faringeal. Persentase dilaporkan untuk individu dengan fungsi bicara

hipernasal diperdebatkan oleh para peneliti.16 Hal ini dimungkinkan hipernasaliti yang dapat merupakan efek samping dari operasi flep faring. Namun lebih sering terjadi setelah operasi

berhasil. Beberapa pasien bahkan mungkin memerlukan operasi sekunder untuk insufisiensi

velofaringeal. Umumnya orang yang harus menjalani operasi kedua dapat mengembangkan

masalah bicara sekunder, artikulasi kompensasi lebih spesifik dan gangguan resonansi.

(30)

BAB 4

FLEP VELOPHARINGEAL

4.1 Definisi

Bedah flep velofaringeal adalah pengoperasian paling umum digunakan untuk

memulihkan velofaringeal inkompeten (yaitu, mengembalikan fungsional antara rongga

hidung dan rongga mulut). Faringoplasti dikenalkan pada abad ke-19, ketika Passavant

pertama menjelajahi palatoplasti pada seorang wanita berusia 23 tahun Pada tahun 1876,

Schoenborn juga berusaha untuk mengurangi jumlah udara yang masuk rongga hidung

dengan mengembangkan Bedah flep velofaringeal inferior pertama kali, di mana lipatan

jaringan itu dijahit ke bagian belakang langit-langit dan melekat pada bagian bawah dinding

posterior faring. Memodifikasi teknik, Schoenborn menerbitkan sebuah operasi berbasis flep

faring unggul pada tahun 1886, di mana tutup jaringan melekat pada ujung atas dinding

posterior faring.12

Pada tahun 1928, Rosenthal digunakan sebuah flep faring posterior inferior berbasis

dalam kombinasi dengan palatoplasti Langenbeck diubah dalam operasi utama untuk

perbaikan celah langit-langit. Mengambil pendekatan yang berbeda, Padgett pada tahun 1930

dimanfaatkan berbasis flep superior untuk pasien celah langit-langit, bedah utama telah

berhasil. Pada tahun 1950-an, operasi flep posterior faring menjadi banyak digunakan dalam

koreksi velofaringeal inkompeten. Pada 1970-an, Hogan dan Shprintzen mengembangkan

flep faring posterior, yang mengarah ke tingkat keberhasilan peningkatan penghapusan

(31)

untuk mengatur ukuran port pasca operasi. Dalam flep ini, penyatuan lateral ada di kedua sisi

tutup faring untuk membantu dalam drainase, hidung untuk bernafas dan resonansi hidung.

Pada tahun 1979, Shprintzen menganjurkan 'flaps tailor-made', dengan lebar tutup

ditentukan oleh tingkat pra operasi adduksi dinding lateral faring. Menurut Shprintzen, dasar

flep faring harus ditempatkan di daerah dengan tingkat terbesar gerakan dinding lateral

faring. Selain itu, Shprintzen merekomendasikan bahwa flep sempit digunakan dengan

gerakan dinding lateral faring diucapkan, sementara flep lebih luas harus digunakan dengan

gerakan terbatas dinding lateral faring. Penggunaan flep sempit pada individu dengan gerakan

terbatas dinding lateral faring preoperatif memiliki potensi untuk meningkatkan gerakan

dinding faring lateral pascaoperasi.12 4.2 Klasifikasi

Bedah flep velofaringeal dapat dibagi atas dua teknik yakni superior dan inferior,

bagian posterior langit-langit dapat dibagi melintang sepanjang garis tengah. Bedah flep

velofaringeal bagian inferior karena lebih mudah dilakukan oleh dokter bedah jika

dibandingkan dengan bagian superior, bedah flep velofaringeal inferior terbatas dalam hal

ukuran pembukaan velofaringeal.13

Flep faringeal posterior merupakan operasi yang masih popular dan tradisional untuk

disfungsi velofaringeal adalah melalui bedah flep velofaringeal. Bedah ini diperkenalkan

pada abad ke sembilan belas yang terdiri atas flep jaringan yang diambil dari dinding

faringeal posterior dan dijahitkan ke langit-langit. Tindakan bedah ini memiliki efek yang

memberikan obturasi otot, seperti aktivitas otot yang masih ada dapat memberikan penutupan

yang adekuat. Sejarah teknik ini telah ditinjau di beberapa tempat lain. Sejumlah variasi dapat

(32)

Flep yang dibuat dengan basis superior atau inferior, dan tidak ada bukti kasus yang

mengindikasikan bahwa salah satunya lebih baik daripada yang lainnya. Suatu penelitian

prospektif random pada 35 orang pasien yang menjalani bedah flep faringeal, hasil

kemampuan bicara tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, dan penelitian lain

menemukan perbedaan pada hasil dari kedua teknik tersebut pasca operasi. 15

Dilihat dari sudut pandang praktis flep dengan basis di superior memiliki beberapa

keuntungan yaitu, dasar yang tinggi pada dinding posterior, keadaan ini relatif mudah untuk

mendapatkan panjang flep yang baik dan menjahitnya ke beberapa area dari langit-langit

lunak. Flep jenis ini ditempatkan di dalam area otot velofaringeal . Flep dengan basis di

inferior, merupakan kebalikannya secara efektif memiliki panjang yang terbatas, maka harus

dibuat lebih panjang untuk memperoleh jarak sejauh mungkin dari langit-langit lunak.

Berdasarkan teori hial ini mungkin saja mengikat langit-langit lunak secara inferior. Masalah

lain adalah batas akhir dari penjahitan biasanya dibuat dari daerah adenoidal, yang mana

secara teknis sulit untuk dijahit dengan aman karena jahitan akan cenderung mudah lepas.

Jika timbul perdarahan dari sisi donor, akses kerja dan kontrol perdarahan buruk, dan flep

mungkin tidak bisa selesai dibuat. Satu laporan menyatakan tingkatan yang tinggi dari

dehisensi untuk flep dengan basis di inferior.15

Beberapa peneliti menyarankan bahwa flep dengan basis di inferior lebih baik

digunakan pada flep yang melibatkan pembuluh darah aksial, yang dapat dibuat secara aman

dengan rasio panjang/lebar yang lebih panjang. Kita tidak tahu, apakah konsep aksialitas dan

rasio panjang/lebar yang dilakukan di daerah faring sama dengan yang dilakukan pada kulit,

atau apakah flep superior dapat dilakukan pada daerah yang suplai darahnya sedikit. Hampir

sebagian besar tindakan bedah yang dilakukan menggunakan flep dengan dasar di superior.

Flep faringeal dikatakan dapat menghambat gerakan velar dan .dipercaya akan

(33)

diletakkan pada level maksimal gerakan dinding lateral untuk memperoleh hasil yang terbaik.

Beberapa penelitian mengenai penanganan pasien melalui cineradiografi, multiview

videofluoroskopi, dan endoskopi menekankan pada pentingnya penempatan dan ukuran flep

yang tepat.15

Flep dengan kontrol gerbang lateral adalah salah satu jenis dari flep dengan basis di

posterior yang mana diameter saluran yang telah diatur ditempatkan pada sisi yang lain dari

flep, dengan tujuan untuk menciptakan dua pintu masuk, dimana setiap area berlawanan

memiliki luas kurang dari 10mm2. Perkiraan ini berdasarkan hasil dari beberapa penelitian yang menyatakan bahwa velofaringeal inkompeten didapat dari total area gerbang

crosssectional velofaringeal dari 20mm2 atau kurang. Penemuan endoskopi lebih lanjut yaitu disfungsi velofaringeal berhubungan dengan kerusakan ringan, seperti celah langit-langit

submukous yang tersembunyi, menyingkirkan keraguan terhadap teori dibalik pendekatan ini.

Flep faringeal dapat dibuat bergaris atau tidak bergaris. Jika flep tidak bergaris, selanjutnya

akan terbentuk permukaan yang kasar yang akan hilang sedikit demi sedikit. Flep akan

menutup sendiri sampai muncul penyembuhan mukosa, menghasilkan penyempitan flep dan

mengikat langit-langit. Garis flep didapat dengan membalikkan mukosa flep dari langit-langit

lunak, dari aspek nasal untuk basis flep superior atau dari aspek oral untuk membuat garis

basis flep inferior. Basis flep superior dapat dimasukkan jauh ke arah anterior ke

langit-langit lunak yang dapat menyediakan jaringan untuk mengatur dorongan langit-langit-langit-langit secara

simultan pada faringoplasti Honig.15

Penggunaan nasoendoskopi terhadap pasien (penelitian) yang menjalani bedah flep

faringeal menunjukkan bahwa kemampuan untuk mengangkat palatum menjadi lemah,

bahwa penutupan dari otot setelah bedah flep tergantung pada gerakan dinding lateral

(34)

yang relative sempit, tetapi dengan derajat kehilangan aktivitas dinding lateral faringeal,

maka akan dibutuhkan flep yang lebih lebar. Pada gerakan dinding faringeal lateral yang

asimetris, flep dibuat di satu sisi atau sisi lain dari midline untuk melengkapi fungsinya. Jika

dinding lateral faringeal tidak berfungsi, flep harus memenuhi otot velofaringeal secara

menyeluruh untuk mengurangi disfungsi velofaringeal.15

Penelitian yang dilakukan oleh Shprintzen dkk, hasil penelitian menunjukkan bahwa

grup pasien yang diseleksi untuk bedah flep berdasarkan pemeriksaan gambaran

nasoendoskopis yang dibandingkan dengan hasil grup pasien dengan riwayat kontrol dan

telah menjalani bedah sebelum pemeriksaan endoskopi. Tindakan bedah yang dilakukan

memiliki lebar flep yang bervariasi tergantung jenis bedahnya. Mereka menyimpulkan bahwa

penjahitan flep yang lebar memiliki hasil yang lebih baik.15 4.3 Indikasi

Bedah flep velofaringeal diindikasikan kepada anak yang sudah melakukan

pembedahan atau operasi primer yang tidak maksimal sehingga anak tersebut masih bersuara

sengau atau tidak kembali fungsi bicaranya, diakibatkan karena pada operasi primer fungsi

velofaringealnya tidak sempurna. Oleh karena itu dapat dilakukan bedah flep velofaringeal

untuk mengembalikan fungsi bicara pada anak tersebut. Operasi juga dapat dilakukan pada

pasien dengan langit-langit yang pendek atau pada pasien dengan langit-langit yang tidak

(35)

BAB 5

KESIMPULAN

Celah bibir dan langit-langit adalah kelainan bawaan yang terjadi oleh karena tidak

adanya penyatuan (fusi) secara normal dari bibir atau langit-langit pada proses embrional,

yang dapat terjadi sebagian atau sempurna. Celah langit-langit merupakan kelainan

kongenital yang banyak dijumpai. Pada kelainan ini dapat terjadi gangguan pada proses

penelanan, bicara dan mudah terjadi infeksi saluran pernafasan akibat tidak adanya pembatas

antara rongga mulut dan rongga hidung. Etiologi utama dari celah langit-langit adalah faktor

herediter dan faktor lingkungan.

Pembedahan yang optimal untuk celah langit-langit dilakukan sekitar umur 9-18

bulan. Terbentuknya celah pada bibir dan langit-langit biasanya terlihat selama pemeriksaan

bayi pertama kali. Satu pengecualian adalah celah submukosa dimana terdapat celah pada

langit-langit, namun tertutupi oleh garis mulut yang lembut dan kokoh. Beberapa celah

orofasial dapat terdiagnosa dengan USG prenatal. Ada bermacam-macam teknik yang

dilakukan pada operasi primer. Beberapa pembedahan yang dilakukan pada celah

langit-langit adalah dengan teknik Von Langenback dan teknik Wardill Push Back. Teknik

Langenbeck menggarisbawahi pentingnya memisahkan rongga mulut dan hidung. Teknik ini

memiliki kelemahan yaitu tidak meningkatkan panjang dari langit-langit atau tidak menutup

langit-langit seluruhnya sehingga suara pasien tetap sengau.

Salah satu bedah yang dilakukan pada operasi sekunder pada celah langit- langit

adalah dengan bedah flep velofaringeal. Bedah flep velofaringeal dianjurkan untuk mengatasi

(36)

perbaikan yang signifikan melalui terapi bicara saja. Bedah flep velofaringeal tidak

dianjurkan untuk semua orang dan metode pengobatan alternatif yang tersedia. Bedah flep

velofaringeal adalah pengoperasian paling umum digunakan untuk memulihkan velofaringeal

inkompeten (yaitu, mengembalikan fungsional antara rongga hidung dan rongga mulut).

Bedah flep velofaringeal dapat dibagi atas superior dan inferior, bagian posterior langit-langit

dapat dibagi melintang sepanjang garis tengah. Bedah flep velofaringeal menjadi pilihan

populer, bedah flep velofaringeal bagian inferor karena lebih mudah dilakukan oleh dokter

bedah jika dibandingkan dengan bagian superior, bedah flep velofaringeal inferior terbatas

(37)

DAFTAR RUJUKAN

1. Anonymous. American society of palate surgery cleft lip and palate.

2. Petter D Witt, MD. Associate Clinical Professor. Cranofacial cleft palate. California:

2008 : 1-9.

3. Koran Indonesia Sehat. Penanganan celah bibir, bibir sumbing dan celah

langit-langit. (Desember 2009)

4. Bardach J, Morris HL. Multidisplin management of cleft palate. Philadelphia : WB

Saunders ; 1990 : 14-9.

5. Omar G. Influence of isolated cleft palate and palatoplasty on the face. Brazil: Appl.

Oral Sci J. Vol. 15. No.3, 2007.

6. Millard Jr. Advances in the management of cleft palate. New York : Churhill

Livingstoon,1980: 10-1.

7. Larry JP. Contemporary oral and maxillofasial surgery. 4th ed. St. Louis Missouri: CV Mosby Company, 2003: 623-4, 628.

8. Kumar S, Hegde V. Prostodotiics in velofaringeal incompetence. Journal Of Indian

prostodontic society.2007 : 12-16.

9. Sloan et all. Cleft lip and palate.

September 2009)

10.Tjiptono TR, Harahap S, Arnus S, Osmani S. Ilmu Bedah Mulut. Edisi VI. FKG USU.

Medan, 1989: 317-20.

11.Gustaf O. Kruger. A textbook of oral surgery. The CV Mosby Company, St.Louis :

(38)

12.Anonymous. Pharyngeal flap surgery.

(25 Desember 2009)..

13.Skoog T, M.D. The pharyngeal flap operation In cleft palate. Sweden: Journal of

surgery, 1985 : 265-282.

14.Lee KJ, M.D. Essential otolaryngology. 8th ed, United State of America: The McGraw Companies. 2003: 215.

15.Peter W B, stephen AS, Jarg EH. Maxillofacial surgery. Vol. 2. 2 nd ed. St.Louis: Churhill Livingstoon, 2007: 1104-9.

16.Michael J Biavati, MD, Velopharyngeal insuffiency. University of Texas

Southwestern; 2009 :1-6.

17.Anonymous. Velopharyngeal inadequancy.

http://en.wikipedia.org/wiki/Velopharyngeal inadequancy

18.Surajit B. Cleft lip and palate.

> (25 Desember 2009)

19.Daniel HZ. Velopharyngeal physiology after pharyngeal flap surgery as assessed by

oral endoscopy. Los angeles, California. 2004: 36-9.

(20 Maret 2010)

20.Riden K. Key topics in oral and masillofacial surgery. Oxford, UK: Bios Scientifec

Publisher, 1998: 69-73.

21.Pravin K Patel. Craniofacial, pharyngoplasty and pharyngeal flaps. Northwestern

University of Medicine.

Gambar

Gambar komplit1  Gambaran anatomi langit-langit inkomplit dan langit-langit  .  http://emedicine.medscape.com/article/878062-overview>  (11 September 2009)
Gambar 2. Bagian dari langit-langit mulut; primary palatesecondary palate dan .. http/www.moondragon/org/obgyn/pediatry/hft/html> ( 20 Maret 2010)
Gambar (3a). Incomplete cleft palate, (3b). Complete cleft palate, (3c). Unilateral complete cleft lip and palate, (3d)
Gambar 4. Stage pertama palatoplatis menggunakan teknik Von Langenbeck.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bila celah berada pada bagian langit-langit rongga mulut (palate), maka kelainan ini disebut cleft palate. Pada cleft palate, celah akan menghubungkan langit-langit rongga

Celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit lebih banyak didapatkan pada pria dengan.

Pertimbangan dokter bedah I untuk tidak memberikan antibiotika profilaksis adalah jarang ditemukannya infeksi setelah operasi pada pasien operasi apendisitis akut

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, akan dilakukan penelitian mengenai Analisis polimorfisme gen IRF 6, TGF dan MSX 1 pada kasus celah bibir dengan atau tanpa celah

Penanganan [asu. celah bibir dan langit- langil pada anak-anak dapat dilakukan peranalann] a tergannrng pada llasifilasi kelainan yaitu | Celah pada 'Primary

Gambaran jumlah pasien yang dilakukan penandaan lokasi operasi sesuai dengan jenis operasi di Instalasi Bedah Sentral IBS RSUP Dr Sardjito periode 24 November-24

PADA PASIEN PASCA OPERASI ORTHOPEDI ( Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Bedah.. RSUD Dr.

STUDI PENGGUNAAN ANALGESIK PADA PASIEN PASKA OPERASI BATU EMPEDU (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya) untuk dipublikasikan atau