LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
PROSES PEMBERIAN KEPUTUSAN PERSETUJUAN
ANGSURAN ATAS UTANG PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH
O L E H
Nama : Khairiah NIM : 082600037
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang berjudul “PROSES
PEMBERIAN KEPUTUSAN PERSETUJUAN ANGSURAN ATAS UTANG
PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN
PETISAH”. Laporan PKLM ini disusun untukk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa laporan PKLM ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan PKLM ini.
Dalam penulisan laporan PKLM ini, penulis banyak menerima bantuan
dan partisipasi dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.si, selaku Ketua Jurusan Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
3. Bapak Dr. Bastari, MM, BKP, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, membimbing dan memberikan masukan berupa saran
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan PKLM ini.
4. Ibu Ester P. J. Pangaribuan, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Petisah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan riset pada KPP Pratama Medan Petisah.
5. Bapak Johny Ridwan Hutagalung, SE, selaku Kepala Seksi Penagihan dan
seluruh staf pegawai pada Seksi Penagihan yang telah membantu penulis
dalam penyediaan dan pengumpulan data.
6. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan PKLM ini.
7. Dan seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu,
mudah-mudahan ALLAH SWT memberikan balasan dan curahan rahmat atas
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Pada kesempatan ini, penulis secara khusus menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda serta abang dan kakak atas
segala pengorbanan, bantuan, dorongan, motivasi dan selalu mendoakan penulis
sehingga dapat menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkannya.
Medan, Juni 2011
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR BAGAN ... vii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) .... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 3
C. Uraian Teoritis... ... 5
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) .... 8
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 8
F. Metode Pengumpulan Data ... 9
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 11
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah ... 13
B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah ... 16
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Utang pajak dan penagihannya ... 23
B. Tindakan Penagihan Pajak ... 25
C. Pengangsuran Pembayaran Pajak ... 28
BAB IV : ANALISIS DATA DAN EVALUASI
A. Jumlah Wajib Pajak Yang Mengajukan Permohonan
Angsuran Atas Utang Pajak Pada KPP Pratama Medan
Petisah ... 32
B. Persyaratan Mengajukan Permohonan Untuk Memperoleh
Persetujuan Angsuran Atas Utang Pajak ... 32
C. Prosedur Pelaksanaan Permohonan Angsuran Atas Utang
Pajak ... 33
D. Kendala Dalam Proses Permohonan Angsuran Atas
Utang Pajak... 36
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 37
B. Saran ... 38
DAFTAR BAGAN
Halaman
I Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama ... 18
II Alur Dan Jadwal Proses Permohonan Angsuran Atas Utang
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang
luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya membutuhkan kesiapsediaan
semua pihak Perguruan Tinggi sebagai sebuah wadah pendidikan tertinggi dalam
suatu jenjang pendidikan formal. Berperan serta dalam meningkatkan mutu
pendidikan sehingga produk-produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas,
terampil dan siap dipekerjakan ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Dan
mahasiswa sebagai salah satu elemen perguruan tinggi dituntut untuk mampu
berpikir kritis, tegas dan kreatif khususnya dibidang yang mereka pilih. Hal ini
sangat penting karena mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan dapat
meneruskan pembangunan bangsa ini.
Guna memenuhi tuntunan kerja dibutuhkan produk-produk perguruan
tinggi yang berkualitas, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk lulus dari program
pendidikannya tetapi juga harus mampu mengembangkan dan menambah ilmu
pengetahuan dariilmu yang diperolehnya, untuk itu maka mahasiswa diwajibkan
mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
Dalam melaksanakan PKLM ini, maka mahasiswa memerlukan sebuah
wadah atau tempat untuk mengaplikasikan teori perkuliahannya tersebut. Bahasan
Pemungutan Pajak di Indonesia menggunakan self assessment system.
Dalam self assessment system Wajib Pajak diberi kepercayaan dan tanggung
jawab untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus dibayar sesuai dengan Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan Perpajakan (KUP).
Apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan dalam melakukan
penghitungan pajak atau Wajib Pajak melanggar Ketentuan Perundang-undangan
Perpajakan maka fiskus menerbitkan ketetapan pajak. Surat ketetapan pajak terdiri
dari Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Banding, dan Putusan
Peninjauan Kembali. Disamping itu, surat keputusan pembetulan, surat ketetapan
pajak, surat keputusan keberatan, putusan banding, putusan peninjauan kembali
juga menjadi dasar penagihan pajak.
Dalam pembayarannya Wajib Pajak tidak boleh melewati tanggal jatuh
tempo yang telah ditentukan, jika wajib pajak membayar pajaknya lewat dari
tanggal jatuh tempo maka wajib pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga atau denda. Apabila Wajib Pajak yang mengalami kesulitan likuidasi atau
mengalami keadaan force majeure yang tidak dapat memenuhi kewajiban
pajaknya tepat waktu dapat melakukan permohonan angsuran pembayaran pajak.
Atas permohonan Wajib Pajak, Direktorat Jenderal Pajak dapat memberikan
persetujuan mengangsur pembayaran pajak yang terutang termasuk kekurangan
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan
mendalami bagaimana proses pemberian keputusan persetujuan angsuran atas
utang pajak . Oleh karena itu penulis memilih Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah sebagai tempat penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam
skripsi minor yang diberi judul : “PROSES PEMBERIAN KEPUTUSAN PERSETUJUAN ANGSURAN ATAS UTANG PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
a. Untuk mengetahui pemenuhan persyaratan dalam proses pemberian
keputusan persetujuan angsuran atas utang pajak.
b. Untuk mengetahui proses pemberian keputusan persetujuan angsuran
atas utang pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Petisah.
c. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam proses penyelesaian
permohonan angsuran atas utang pajak.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Bagi Mahasiswa
a. Untuk memperdalam wawasan di bidang perpajakan, khususnya
tentang proses pemberian keputusan persetujuan angsuran atas utang
b. Agar dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan,
khususnya tentang proses pemberian keputusan persetujuan angsuran
atas utang pajak.
c. Agar dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
melaksanakan kegiatan PKLM dan mahasiswa dapat menuangkan
keterampilan dan mengaplikasikan dengan baik dalam melaksanakan
tugas-tugas yang berhubungan dengan pengetahuan dan teknologi
dalam menghadapi masalah yang timbul.
d. Meningkatkan kemampuan penulis dalam berfikir dan memahami
permasalahan penagihan pajak serta dapat menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh melalui penulisan laporan PKLM ini.
e. Dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya
untuk menjadi mahasiswa yang siap memasuki dunia kerja yang
semakin sulit, karena telah dibekali keterampilan dan
pengalaman-pengalaman dunia kerja dalam melaksanakan PKLM ini.
Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara instansi pajak
dengan dunia pendidikan sehingga instansi tersebut dapat mengetahui
tingkat perkembangan ilmu pengetahuan di lembaga pendidikan
khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
c. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan sistem kerja terutama
menyangkut proses pemberian keputusan persetujuan angsuran atas
utang pajak.
d. Dapat melihat perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan juga
akan tercipta kerja sama yang baik antara mahasiswa yang
melaksanakan PKLM.
Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah.
b. Dapat memperkenalkan sumber daya manusia yang terdapat di USU
khususnya pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
c. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan
kurikulum yang berlaku di USU khususnya pada Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan.
C. Uraian Teoritis
1. Pajak
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, pajak adalah iuran rakyat
kepada negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
2. Penagihan Pajak
Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak
melunasi Utang Pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan pajak seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang disita.
(Mardiasmo, 2009 : 119)
3. Dasar Penagihan Pajak
Berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan perpajakan, Dasar penagihan
pajak terdiri dari :
a. Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak adalah Surat untuk melakukan tagihan pajak
dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah Surat
ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah
Surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah
d. Keputusan Keberatan
Keputusan Keberatan adalah Surat keputusan atas keberatan
terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan Wajib Pajak,
disamping jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah.
e. Putusan Banding
Putusan Banding adalah Putusan peradilan pajak atas banding
terhadap surat keputusan keberatan yang diajukan Wajib Pajak,
disamping jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah.
f. Putusan Peninjauan Kembali
Putusan Peninjauan Kembali adalah Putusan atas permohonan
peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh
Direktorat Jenderal Pajak terhadap Putusan Banding atau Putusan
Gugatan dari Badan Peradilan Pajak, disamping jumlah pajak yang
masih harus dibayar bertambah.
g. Surat Keputusan Pembetulan
Surat Keputusan Pembetulan adalah Surat keputusan yang
membetulkan kesalahan tulis, hitung atau kekeliruan penerapan
ketentuan tertentu dalam Peraturan perundang-undangan
perpajakan yang terdiri dari surat tagihan pajak, surat keputusan
keberatan, disamping jumlah pajak yang masih harus dibayar
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam hal ini penulis melakukan praktik Kerja Lapangan Mandiri pada
Kantor Pelayanan pajak Pratama Medan Petisah, penulis ingin :
a. Pemenuhan persyaratan dalam proses pemberian keputusan persetujuan
angsuran atas utang pajak.
b. Proses pemberian keputusan persetujuan angsuran atas utang pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.
c. Kendala-kendala dalam proses penyelesaian permohonan angsuran atas
utang pajak.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi
sesuai dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut
PKLM ini, mulai dari mengajukan judul, penentuan judul dan tempat
PKLM, mencari bahan untuk membuat proposal, serta konsultasi dengan
dosen.
2. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan data yang menyangkut masalah yang akan dibahas
melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, Undang-Undang
Perpajakan, Peraturan Dirjen Pajak, artikel ilmiah maupun literatur yang
3. Observasi Lapangan
Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara
langsung pada objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung
kondisi tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui proses pemberian
keputusan persetujuan atas utang pajak pada KPP Pratama Medan Petisah.
4. Pengumpulan Data
Pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara, yaitu :
Data primer : data yang diperoleh dari pegawai yang bertugas di seksi
penagihan yang mengetahui tentang objek kajian PKLM.
Data sekunder : data yang diperoleh dari laporan, buku agenda, buku
perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, yang bertujuan untuk
pengumpulan berbagai data yang berhubungan dengan penyusunan
laporan PKLM.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan
menganalisa dan mengevaluasi data yang kemudian akan diinterpretasikan
secara objektif, jelas dan sistematis.
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam PKLM
ini, maka penulis menggunakan metode wawancara, observasi, dan studi
1. Daftar Wawancara
Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden
atau orang yang diwawancarai. Dan dalam hal ini penulis mengajukan
pertanyaan langsung kepada para pegawai yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas atau bertanya langsung kepada pegawai yang
bertugas di Seksi Penagihan.
2. Daftar Observasi
Yaitu menghimpun data penelitian melalui pengamatan peneliti dengan
cara pengamatan dan pencatatan tentang gejala-gejala yang diamati,
melalui observasi peneliti akan memperoleh informasi/data yang tidak
mungkin bisa dihimpun melalui wawancara. Dalam metode ini penulis
langsung turun kelapangan peninjauan, mendengar serta mencatat
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
3. Daftar Dokumentasi
Studi dokumentasi dengan mempelajari buku dan/atau literatur, hasil-hasil
penelitian, meminta dokumen atau data-data pendukung yang
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam pembahasan penulisan laporan ini, penulis menyajikan pembahasan
laporan ini ke dalam 5 bab. Yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan
PKLM adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis memberikan gambaran mengenai
keseluruhan isi dari laporan. Bab ini berisikan Latar Belakang
PKLM, Tujuan dan Manfaat PKLM, Uraian Teoritis, Ruang
Ringkup PKLM, Metode PKLM, Metode Pengumpulan Data dan
Sistematika Penulisan Laporan PKLM.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah,
sruktur organisasi, serta uraian tugas dari masing-masing seksi di
KPP Pratama Medan Petisah.
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN
MANDIRI
Dalam bab ini penulis menjelaskan data yang mengenai utang
pajak dan penagihannya, tindakan proses persetujuan angsuran
atas utang pajak, pengangsuran pembayaran pajak, serta contoh
BAB IV : ANALISIS DATA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh
mengenai jumlah wajib pajak yang mengajukan permohonan
angsuran atas utang pajak, persyaratan mengajukan permohonan
angsuran atas utang pajak, prosedur pelaksanaan angsuran atas
utang pajak, kendala-kendala proses permohonan angsuran atas
utang pajak.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran. Dimana dalam bab
ini disimpulkan uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya dan saran
yang mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang
ada.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inspeksi
Pajak Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia
No.17 A
2. Kantor Inspeksi Pajak Selatan yang berlokasi di Jl. Dipenogoro No. 30 A
Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi
Pajak. Pada saat itu hanya ada dua Kantor Pelayanan Pajak yaitu Kantor Inspeksi
Medan Pajak Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.
Pada tanggal 1 April 1979 Kantor Inspeksi Pajak diseluruh Indonesia
diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Untuk wilayah Medan,
Kantor Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian,yaitu:
1. Kantor Pelayan Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jl. Suka Mulia
No. 17 A
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jl. Dipenogoro
No. 30 A
Sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak
dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan.
Namun seiring dengan perubahan kinerja di lingkungan DJP untuk menuju
yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di lingkungan DJP melalui sistem
modernisasi, sehingga terbagi menjadi :
1. KPP Madya Medan
2. KPP Pratama Medan Barat
3. KPP Pratama Medan Petisah
4. KPP Pratam Binjai
5. KPP Pratama Medan Belawan
6. KPP Pratama Medan Kota
7. KPP Pratama Medan Timur
8. KPP Pratama Medan Polonia
9. KPP Pratama Lubuk Pakam
KPP Medan Petisah didirikan pada tanggal 26 Mei 2008 yang terletak
di Jl. Asrama No.7 A Medan, dengan membawahi tiga Kecamatan yaitu
Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Helvetia, dan Kecamatan Medan
Sunggal.
KPP Pratama Medan Petisah mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan,
pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Medan Petisah
menyelenggarakan fungsi:
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya
4. Penyuluhan perpajakan
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak
6. Pelaksanaan ekstensifikasi
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
10.Pelaksanaan konsultasi perpajakan
11.Pelaksanaan intensifikasi
12.Pembetulan ketetapan pajak
13.Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan
Logo dan makna logo
Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki
pertimbangan-pertimbangan khusus, apalagi instansi kepemerintahan seperti KPP
Pratama Medan Petisah yang berada di bawah naungan Departemen Keuangan
(DepKeu) Republik Indonesia. Setiap logo tentunya memiliki makna-makna
tersendiri begitu juga dengan DepKeu Republik Indonesia.
Keterangan :
1. Tulisan yang berbunyi “Nagara Dana Rakca” artinya penghimpunan negara.
2. Bentuk padi melambangkan kemakmuran.
3. Bentuk kapas melambangkan bersih.
4. Bentuk sayap merupakan hakekat dari struktur yang kuat dan tangguh serta
terkoordinir.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lambang Menteri Keuangan memiliki
makna, yaitu: “Menteri Keuangan yang bertugas sebagai penghimpun dana negara
B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis
mengenai penetapan tugas–tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab
masing – masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan
struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat
dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.
KPP Pratama Medan Petisah dikepalai oleh seorang Kepala Kantor yang
secara operasional bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Dirjen
Pajak.
KPP Pratama Medan Petisah terdiri dari sepuluh seksi yang masing –
masing seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi. Struktur organisasi yang ada di
KPP Pratama Medan Petisah dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Seksi Pengolahan Data dan Informasi;
2. Seksi Pelayanan;
3. Seksi Penagihan;
4. Seksi Pemeriksaan;
5. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I;
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II;
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III;
Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi pada KPP Pratama dapat dilihat
pada bagan dibawah ini :
Bagan I Struktur Organisasi
C. Deskripsi Tugas
1.Sub Bagian Umum
Tugas dan fungsi :
a. Melakukan urusan tata usaha
b. Melakukan urusan kepegawaian
c. Melakukan urusan keuangan
d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga
2.Seksi Pelayanan
Tugas dan fungsi :
a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan
c. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib Pajak
dan surat-surat lainnya
d. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib
Pajak dan surat lainnya
e. Melakukan Penyuluhan Perpajakan
f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan
pencabutan identitas Wajib Pajak
g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak
h. Melakukan Kerjasama Perpajakan
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
b. Membimbing/menghimbau kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis
perpajakan
c. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak
d. Menganalisiskinerja Wajib Pajak
e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang Ketentuan Peraturan
Perundang – undangan Perpajakan
f. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi
g. Memberikan usulan pembetulan ketetapan pajak, pengurangan Pajak
Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan
h. Melakukan evaluasi hasil banding
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Tugas dan fungsi :
a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian
informasi perpajakan
b. Perekaman dokumen perpajakan
c. Merekam SSP lembar 3
d. Merekam SPT Masa PPN 1107, 1107A dan 1107B
e. Merekam PPh Pasal 21
f. Merekam PPh Pasal 23/26
g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat (2)
i. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan
j. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer
k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing
l. Penyiapan laporan kinerja
5. Seksi Penagihan
Tugas dan fungsi :
a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak
b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak
c. Penagihan aktif
d.Memberikan usulan penghapusan piutang pajak
e. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan
6. Seksi Ekstensifikasi
Tugas dan fungsi :
a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan
b. Pendataan objek dan subjek pajak
c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam
menunjang ekstensifikasi
7. Seksi Pemeriksaan
Tugas dan fungsi :
a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan
b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan
c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3)
BAB III
GAMBARAN DATA
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Utang pajak dan penagihannya
1. Timbulnya utang pajak
Ada dua ajaran yang mengatur tentang timbulnya utang pajak, yaitu:
a. Ajaran Formal
Utang pajak timbul karena undang-undang pada saat dikeluarkan Surat
Ketetapan Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak (fiskus). Jadi selama
belum ada Surat Ketetapan Pajak maka belum ada utang pajak dan
tidak akan dilakukan penagihan walaupun syarat subyek dan syarat
obyek telah dipenuhi bersamaan. Ajaran ini ditetapkan pada official
assessment system.
b. Ajaran Material
Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang sekaligus
dipenuhi syarat subyek dan syarat obyek. “Dengan sendirinya” artinya
bahwa untuk timbulnaya utang pajak tidak diperlukan campur tangan
dari pejabat Pajak, asal syarat-syarat yang ditentukan oleh
undang-undang telah terpenuhi. Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan
2. Utang pajak
Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam
surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 ayat (8)
Undang-Undang tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa).
3. Batas waktu pembayaran pajak terutang
Ada 3 (tiga) batas waktu pembayaran pajak terutang yaitu, untuk suatu
masa pajak, untuk suatu tahun pajak, dan suatu untuk ketetapan pajak.
Untuk ketetapan pajak yang pajaknya masih harus dibayar dalam STP,
SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah harus dilunasi
dalam batas waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan (Pasal 1
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007).
4. Penagihan pajak
Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan tindakan penagihan pajak,
apabila pajak yang terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Putusan Peninjauan Kembali,
yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah dan
sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan (Pasal 9 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007).
B. Tindakan Penagihan Pajak
Tindakan penagihan pajak itu dilakukan dalam bertahap-tahap, adapun
tahapanya sebagai berikut :
1. Surat Teguran
Surat Teguran adalah Surat peringatan yang diberi kepada Penanggung
Pajak apabila tidak melunasi utang pajaknya sampai jatuh tempo
pembayaran (Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa).
Surat teguran diterbitkan apabila :
a. Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruhnya jumlah pajak
yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan
dan Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan atas SKPKB atau
SKPKBT, kepada Wajib Pajak disampaikan surat teguran setelah
lewat 7 hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan.
b. Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruhnya jumlah pajak
yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan
dan Wajib Pajak mengajukan permohonan banding atas keputusan
keberatan sehubungan dengan SKPKB atau SKPKBT, kepada Wajib
Pajak disampaikan surta teguran setelah lewat 7 hari sejak saat jatuh
c. Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang
masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan
mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan
sehubungan dengan SKPKB atau SKPKBT, kepada Wajib Pajak
disampaikan surat teguran setelah lewat 7 hari sejak saat jatuh tempo
putusan banding.
d. Wajib Pajak menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus
dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, kepada Wajib
Pajak disampaikan surat Teguran setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo
pelunasan.
e. Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas SKPKB atau
SKPKBT setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal
dimana surat pemberitahuan untuk hadir oleh WP, kepada WP
disampaikan surat teguran setelah 7 hari sejak tanggal pencabutan
pengajuan keberatan tersebut.
f. Dalam rangka penagihan pajak atas utang Bumi dan Bangunan dan
atau Bea perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang tercantum
dalam STPPBB, SKBKB, SKBKBT, STB atau surat Keputusan
pembetulan, Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, kepada
Wajib Pajak disampaikan surat teguran setelah 7 hari sejak tanggal
2. Surat Paksa
Surat Paksa adalah Surat perintah untuk membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak (Pasal 1 angka 21 UU KUP).
Surat Paksa diterbitkan apabila :
1. Penanggung Pajak tidak melunasi Utang Pajak dan kepadanya telah
diterbitkan Surat Teguran,
2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika
atau sekaligus,
3. Penanggung Pajak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum di
dalam keputusan persetujuan pengangsuran atau penundaan
pembayaran.
3. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
Surat Perintah melaksanakan Penyitaan adalah Surat yang diterbitkan
apabila utang pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak dalam jangka
waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan (Pasal 12 ayat (1)
Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa).
4. Lelang
Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara
penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui usaha pengumpulan
peminat atau calon pembeli (Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa).
yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, Pejabat
segera menerbitkan pengumuman Lelang. Jika dalam jangka waktu 14
hari setelah pengumuman lelang, utang pajak yang masih harus dibayar
tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, Pejabat segera melaksanakan
penjualan secara lelang. Lelang dilaksanakan di Kantor Penyelenggaraan
Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) oleh Pejabat Lelang Negara.
C. Pengangsuran Pembayaran Utang Pajak
1. Wajib Pajak yang diperbolehkan Mengangsur.
Mengangsur pembayaran utang pajak diberikan kepada Wajib Pajak yang
mengalami kesulitan likuidasi atau mengalami force majeure sehingga
tidak dapat memenuhi kewajiban pajaknya tepat waktu.
2. Tata Cara Mengangsur Pembayaran Pajak.
Dalam pemberian persetujuan mengangsur pembayaran utang pajak
kepada wajib pajak, proses yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pengajuan Permohonan
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar untuk
mengangsur pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang
diajukan atas Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Putusan Peninjaun Kembali,
dan PPh pasal 29.
2. Penelitian
Atas permohonan yang diajukan, dilakukan penelitian yang
berdasarkan Jangka waktu pengajuan, Konfirmasi apakah wajib Pajak
mengajukan keberatan, Kondisi keuangan Wajib Pajak, jumlah
angsuran atau batasan waktu penundaaan sesuai dengan kemampuan
Wajib Pajak.
3. Keputusan Angsuran Pembayaran.
Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak
setelah mempertimbangkan alasan-alasan yang diajukan oleh Wajib
Pajak dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
tanggal diterimanya permohonan dengan lengkap, menerbitkan surat
keputusan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-38/PJ/2008 pasal 6 ayat (1) dan (2), berupa :
1. Menyetujui jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran dengan
permohonan Wajib Pajak;
2. Menyetujui jumlah angsuran pajak dan/atau masa angsuran sesuai
dengan pertimbangan Kepala Kantor Pelayanan Pajak; atau
3. Menolak permohonan Wajib Pajak.
Apabila ternyata Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan
Wajib Pajak dan surat keputusan persetujuan angsuran pembayaran
pajak harus diterbitkan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah jangka
waktu 7 (tujuh) hari kerja tersebut berakhir (pasal 11 ayat (3) Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008).
4. Bunga Mengangsur Pembayaran
Wajib Pajak yang diperbolehkan mengangsur pembayaran utang pajak,
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan dari
jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung 1
bulan (Pasal 19 ayat (2) UU KUP).
Contoh penghitungan pengenaaan sanksi administrasi berupa bunga dalam
hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur.
Wajib Pajak menerima SKPKB sebesar Rp. 1.000.000,00 yang diterbitkan
tanggal 2 Januari 2011 dengan batas akhir pelunasan tanggal 2 Februari
2011. Wajib Pajak tersebut diperbolehkan mengangsur pembayaran pajak
dalam jangka waktu 5 (lima) bulan dengan jumlah yang tetap sebesar
Rp. 200.000,00. Sanksi administrasi berupa bunga untuk setiap angsuran
dihitung sebagai berikut :
Angsuran I : 2% x Rp. 1.000.000,00 = Rp. 20.000,00
Angsuran II : 2% x Rp. 800.000,00 = Rp. 16.000,00
Angsuran III : 2% x Rp. 600.000,00 = Rp. 12.000,00
Angsuran IV : 2% x Rp. 400.000,00 = Rp. 8.000,00
Proses pemberian persetujuan angsuran atas utang pajak dapat digambarkan pada
alur dan jadwal proses permohonan angsuran atas utang pajak dibawah ini :
Bagan II
Alur Dan Jadwal Proses
Permohonan Angsuran Atas Utang Pajak
S KP
(1) BATAS WAKTU DIRJEN PAJAK MEMBERIKAN KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PASAL 9 (KEPUTUSAN HARUS DITERBITKAN PALING LAMBAT 7 HARI SETELAH PERMOHONAN DITERIMA DENGAN LENGKAP).
(2) APABILA BATAS WAKTU DIRJEN PAJAK DALAM MEMBERI KEPUTUSAN TELAH TERLAMPAUI, MAKA PERMOHONAN DIANGGAP DITERIMA.
(3) TERHADAP UTANG PAJAK YANG SUDAH DITERBITKAN SURAT KEPUTUSAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD AYAT 1 DAN 2, TIDAK DAPAT LAGI DIAJUKAN UNTUK MENGANGSUR.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN EVALUASI
A. Jumlah Wajib Pajak Yang Mengajukan Permohonan Angsuran Pada KPP Pratama Medan Petisah
Selama tahun 2010 tidak ada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan
angsuran atas utang pajaknya di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Petisah. Oleh karena itu, proses pelayanan pemberian keputusan persetujuan
angsuran atas utang pajak tidak ada di KPP Pratama Medan Petisah di tahun 2010
(wawancara dengan Bapak Johan M Tambunan tanggal 08 Juni 2011).
B. Persyaratan Mengajukan Permohonan Untuk Memperoleh Persetujuan Angsuran Atas Utang Pajak
Dalam pemberian keputusan persetujuan angsuran atas utang pajak, prosesnya harus mengikuti Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-38/PJ/2008.
Berdasarkan pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), persyaratan untuk mengajukan
permohonan untuk memperoleh persetujuan angsuran atas utang pajak adalah
sebagai berikut :
1. Permohonan Wajib Pajak untuk mengangsur harus diajukan secara tertulis
paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran,
disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung permohonan, serta
jumlah pernbayaran pajak yang dimohon untuk diangsur, masa angsuran,
2. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan sesudah jatuh tempo
pembayaran utang pajak apabila mengalami keadaan diluar kekuasaannya;
3. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan angsuran harus bersedia
memberikan jaminan yang besarnya ditetapkan berdasarkan pertimbangan
Kepala KPP, kecuali apabila Kepala KPP menganggap tidak perlu; dan
Bentuk jaminan tersebut dapat berupa : a. Bank garansi;
b. Surat/dokumen bukti kepemilikan barang bergerak;
c. Penanggungan utang oleh pihak ketiga;
d. Sertifikat tanah, atau;
e. Sertifikat deposito.
4. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan dalam jangka waktu yang
melampaui jangka waktu 9 (sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo
pembayaran, harus memberikan jaminan berupa garansi bank sebesar utang
pajak yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu pengangsuran.
C. Prosedur Pelaksanaan Permohonan Angsuran Atas Utang Pajak
Dalam proses keputusan persetujuan angsuran atas utang pajak, Wajib
Pajak harus melalui prosedur pelaksanaan permohonan angsuran atas utang pajak
sebagai berikut :
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan
kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan.
Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap,
dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat
permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat
Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada
Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan
beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian
merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat
permohonan beserta kelengkapannya kepada Kepala Seksi Penagihan
3. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Pelaksana Seksi Penagihan untuk
membuat Laporan Penelitian Permohonan Mengangsur
4. Pelaksana Seksi Penagihan membuat dan menandatangani Laporan
Penelitian Permohonan Mengangsur, kemudian meneruskannya kepada
Kepala Seksi Penagihan
5. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menandatangani Laporan Penelitian
Permohonan Mengangsur dan meneruskannya kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak Pratama. Dalam hal Kepala Seksi tidak menyetujui
Laporan Penelitian Permohonan Mengangsur yang dibuat, Pelaksana Seksi
Penagihan harus memperbaiki dokumen tersebut
6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama menyetujui dan menandatangani
Laporan Penelitian Permohonan Mengangsur dan meneruskannya ke Seksi
Permohonan Mengangsur yang dibuat, Pelaksana Seksi Penagihan harus
memperbaiki dokumen tersebut
7. Kepala Seksi Pelayanan menerima Laporan Penelitian Permohonan
Mengangsur dan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak
dokumen hasil persetujuan
8. Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak diterbitkan dalam rangkap 2
(dua), yaitu :
a. Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak
b.
Lembar ke-2 : untuk arsip Kantor Pelayanan Pajak Pratama
9. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Keputusan Angsuran
Pembayaran Pajak dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan
10.Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep Surat Keputusan
Angsuran Pembayaran Pajak kemudian meneruskannya kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Pratama
11.Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama menandatangani Surat Keputusan
Angsuran Pembayaran Pajak
12.Surat Keputusan Angsuran Pembayaran Pajak ditatausahakan di Seksi
Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan
menyampaikannya kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum (SOP
D. Kendala Dalam Proses Permohonan Angsuran Atas Utang Pajak
Kendala yang dihadapi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
dalam memproses permohonan persetujuan keputusan angsuran atas utang pajak
pada tahun-tahun yang lalu adalah sebagai berikut :
1. Permohonan wajib pajak yang melewati tanggal jatuh tempo
Wajib Pajak mengajukan surat permohonannya melewati 9 (sembilan) hari
kerja sebelum jatuh tempo pembayaran, sehingga permohonnya sulit untuk
diberikan persetujuan angsuran atas utang pajak oleh KPP Pratama Medan
Petisah.
2. Bukti pendukung permohonan tidak lengkap
Untuk wajib pajak yang mengalami likuiditas tidak melampirkan neraca
dan laba rugi sehingga tidak bisa dinilai pernyataan ketidaklikuidnya
perusahaan tersebut.
Untuk wajib pajak yang mengalami force majeure tidak melampirkan
bukti bahwa perusahaan tersebut mengalami kebakaran, sehingga
pernyataan wajib pajak mengalami force majeure tidak dapat dibenarkan.
3. Tidak mencantumkan jumlah pembayaran pajak yang akan diangsur, masa
angsuran, dan besarnya angsuran.
Dalam permohonan angsuran seharusnya wajib pajak mencantumkan di
dalam surat permohonannya berapa jumlah utang pajak yang akan
diangsur, berapa kali angsuran, dan berapa besar masing-masing angsuran.
Karena tidak dicantumkan, sehingga KPP Pratama Medan Petisah sulit
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya, maka
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam tahun 2010 tidak ada wajib pajak yang mengajukan permohonan
mengangsur atas utang pajaknya di KPP Pratama Medan Petisah.
Persyaratan yang harus dipenuhi Wajib Pajak untuk dapat mengangsur
utang pajaknya adalah mengajukan permohonan secara tertulis paling lama
9 (sembilan) hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran, disertai
alasan dan bukti pendukung permohonan, serta jumlah pernbayaran pajak
untuk diangsur, masa angsuran, dan besarnya angsuran.
2. Proses yang dilakukan dalam pemberian keputusan persetujuan angsuran
atas utang pajak adalah :
1. Penelitian permohonan,
2. Pembuatan keputusan yang dapat berupa menyetujui seluruhnya,
menyetujui sebagian atau menolak permohonan Wajib Pajak,
3. Pengenaan bunga mengangsur.
4. Kendala-kendala yang dihadapi oleh KPP Pratama Medan Petisah dalam
proses persetujuan permohonan angsuran atas utang pajak antara lain
permohonan wajib pajak yang melewati tanggal jatuh tempo permohonan
wajib pajak tidak mencantumkan jumlah pembayaran pajak yang diangsur,
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan sosialisasi kepada wajib pajak mengenai persyaratan, tata cara,
dan prosedur dalam proses persetujuan keputusan angsuran atas utang
pajak.
2. Dalam proses penyelesaian permohonan mengangsur utang pajak
hendaknya :
1. Prosesnya dapat disederhanakan dan diperpendek,
2. Memberi keringanan bunga mengangsur pembayaran utang pajak
terhadap wajib pajak yang disetujui untuk mengangsur utang pajaknya.
3. Untuk permohonan wajib pajak yang tidak lengkap hendaknya diberi
kesempatan untuk melengkapinya dengan memberikan surat
pemberitahuan untuk melengkapi surat permohonannya kepada wajib
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2009, Perpajakan, Edisi Revisi 2009, Andi;Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara
Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-38/PJ/2008 Tentang Tata Cara Pemberian