• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Citra Tubuh Terhadap Penyesuaian Diri Remaja Puteri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Citra Tubuh Terhadap Penyesuaian Diri Remaja Puteri"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CITRA TUBUH TERHADAP

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTERI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

TASYA MARTHA SARI

NIM: 041301127

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini yang berjudul Pengaruh Citra Tubuh terhadap Penyesuaian Diri Remaja Puteri adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk meraih gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Desember 2008

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Citra Tubuh terhadap Penyesuaian Diri Remaja Puteri”. Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian proposal ini, yaitu:

1. Bapak dr. Chairul Yoel. SpA (K) selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. DR Irmawati selaku Pembantu Dekan I Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moral dan materi Terima kasih untuk kasih sayang yang telah diberikan.

4. Ibu Elvy Andriani, M.Si, Psi sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah dengan sabar membimbing saya.

5. Ibu Lili Garliah selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih untuk saran dan bimbingannya.

6. Semua dosen Psikologi. Terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan selama kuliah di Psikologi USU.

(4)

8. Sekolah-sekolah yang menjadi tempat pengambilan data : SMAN 1, SMA Methodist 1, SMA Santo Thomas 1, dan SMA Santo Thomas 2.

9. Kakek (alm), terima kasih untuk kasih sayang dan semangat yang kakek berikan. Saya yakin kita akan bertemu lagi suatu saat nanti di tempat yang paling indah.

10.Keluarga penulis : B’Ari, Oliv, Rani, Gabriel, Grace, Wiliam. Terima kasih untuk kasih sayang dan motivasi dari kalian.

11.cDr. WSM. Terima kasih untuk doa, motivasi dan saran yang diberikan. Terima kasih buat setiap waktu yang diluangkan dan bantuannya dalam setiap kondisi.

12.Teman-teman ANB : B’Denny, Fenny, dan Tantri. Terima kasih untuk dukungan dan bantuannya selama ini. Semoga kita tetap kompak sampai kapan pun dan tetap mengerjakan visi yang Tuhan percayakan.

13.Adik-adik KK : Nana, Ria, Unie, Lia. Terima kasih untuk doa, semangat, dan keceriaan yang kalian berikan. Semoga kalian terus rindu untuk bertumbuh dan kita tetap kompak.

14.Sahabat-sahabat yang jauh namun selalu ada : Ira, Mei, Ery, Hetty. Terima kasih untuk setiap saran, dukungan, doa, dan waktu yang diluangkan untuk mendengarkan curahan hati ku.

(5)

16.Sahabat-sahabat seperjuangan: Bontor, July, Agnes, Dodo, Saut. Terima kasih buat setiap saran, masukan, dan bantuan kalian. Semoga kita tetap bisa bersahabat sampai kapan pun.

17.Pihak-pihak lain yang tidak disebutkan namanya. Terima kasih buat setiap bantuannya.

Penulis telah berusaha menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin menggunakan berbagai literatur yang ada, namun penulis tetap mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar proposal ini menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Medan, Desember 2008

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...i

HALAMAN PERNYATAAN...ii

KATA PENGANTAR ……….. ……...…iii

DAFTAR ISI ………..………...…..iv

DAFTAR TABEL ………...…. viii

DAFTAR GAMBAR ………...….…ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...………...6

C. Tujuan Penelitian ………..6

D. Manfaat Penelitian ………..6

E. Sistematika Penulisan ………..7

BAB II. LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh 1. Definisi citra tubuh ...9

2. Perkembangan model citra tubuh ...10

3 . Komponen citra tubuh ...11

4. Pengaruh citra tubuh terhadap perkembangan kepribadian …....12

B. Penyesuaian Diri 1. Definisi penyesuaian diri ………....……....14

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri ...15

(7)

C. Remaja

1. Definisi remaja ...18

2. Perkembangan fisik remaja ...19

3. Citra tubuh pada remaja ...20

4. Dinamika penyesuaian diri remaja ...22

D. Pengaruh Citra Tubuh terhadap Penyesuaian Diri Remaja ...25

E. Hipotesa ...26

BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ...27

B. Defenisi Operasional ...27

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi dan sampel ...30

2 . Sampel dan teknik pengambilan sampel...31

D. Alat Pengumpulan Data 1. Skala citra tubuh ...33

2. Skala penyesuaian diri ...35

E. Validitas dan Reliabilitas 1. Uji validitas ...37

2. Uji reliabilitas ...37

3. Uji daya beda aitem ...38

E.1 Hasil Uji Coba Alat Ukur 1. Skala Citra Tubuh...38

(8)

1. Persiapan Penelitian...42

2. Pelaksanaan Penelitian...43

3. Analisa Data...43

G. Metode Analisa Data ...43

BAB IV. ANALISA DAN INTERPRETASI DATA A Gambaran Subyek Penelitian 1. Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Usia ……...45

2. Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Kelas …………...…46

B Hasil Penelitan 1. Uji Asumsi a. Uji normalitas...47

b. Uji linieritas hubungan...48

2. Hasil Analisa Data a. Hasil Perhitungan Korelasi...49

b. Hasil Perhitungan Regresi...50

3. Deskripsi Data Penelitian a. Variabel Citra Tubuh...52

b. Variabel Penyesuaian Diri...53

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN A Kesimpulan ………... 55

B Diskusi ………...….…56

C Saran ………... 57

1. Saran Metodologis ………...…...57

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Aitem pada Skala Citra Tubuh sebelum Uji Coba...34

Tabel 2. Distribusi Aitem pada Skala Penyesuaian Diri sebelum Uji Coba...35

Tabel 3. Distribusi Aitem pada Skala Citra Tubuh Setelah Uji Coba...39

Tabel 4. Distribusi Aitem pada Skala Penelitian Citra Tubuh...40

Tabel 5. Distribusi Aitem pada Skala Penyesuaian Diri sebelum Uji Coba...40

Tabel 6. Distribusi Aitem pada Skala Penelitian Penyesuaian Diri...41

Tabel 7. Gambaran Suyek Penelitian berdasarkan Usia ...45

Tabel 8. Gambaran Subyek Penelitian berdasarkan Kelas...46

Tabel 9. Uji Sebaran Normal Variabel dengan Tes Kolmogorov-Smirnov...47

Tabel 10. Linieritas Hubungan antara Citra Tubuh dengan Penyesuaian Diri...48

Tabel 11. Hasil Korelasi antara Citra Tubuh dengan Penyesuaian Diri...50

Tabel 12. Hasil Koefisien pada Analisa Regresi...50

Tabel 13 Hasil Regresi antara Citra Tubuh dan Penyesuaian Diri...51

Tabel 14. Skor Empirik dan Skor Hipotetik Citra Tubuh Kategorisasi Skor ...52

Tabel 15. Kategorisasi Citra Tubuh Berdasarkan Mean Hipotetik...53

Tabel 16. Skor Empirik dan Skor Hipotetik Penyesuaian Diri...53

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Data Try Out dan Uji Daya Beda dan Reliabilitas Aitem Lampiran B. Skala Citra Tubuh dan Skala Penyesuaian Diri

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering diperhatikan. Biasanya keinginan untuk tampil sempurna sering diartikan dengan memiliki tubuh langsing dan proporsional. Hal ini tidak dapat dipungkiri. Akibat pengaruh iklan dan berbagai acara televisi yang selalu menonjolkan figur wanita langsing dengan wajah putih bersih semakin mendorong kaum remaja untuk meletakkan standar ideal dirinya pada kecantikan dan kesempurnaan fisik. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika saat ini banyak salon kecantikan, spa atau sejenisnya yang dipenuhi para remaja yang sedang sibuk melakukan perawatan. Perawatan yang dilakukan mulai dari perawatan menicure, pedicure, body scrub, keriting atau pelurusan rambut, creambath dan masih banyak lagi. Selain itu, banyak juga kaum remaja yang suka menghabiskan waktu untuk berbelanja produk kecantikan seperti body lotion, body glitter, mouisturizer, perona mata, pemutih wajah, sampai lotion untuk menghilangkan bulu kaki. Bahkan, banyak yang melakukan diet ketat atau menggunakan obat atau jamu yang tidak sehat untuk mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan. Tujuan dari semuanya adalah untuk mendapatkan penampilan yang cantik dan menarik (Lis, 2005).

(14)

atau Jacqueline Onasis. Pada akhir tahun 1960-an muncul seorang artis bernama Twiggy yang dijadikan sebagai patokan tubuh ideal perempuan. Perempuan di berbagai belahan dunia yang terhubung dengan industri media telah menjadikannya idealisasi akan suatu bentuk tubuh perempuan. Seiring dengan perkembangannya, media massa terus memunculkan figur-figur ideal yang berubah dari waktu ke waktu (Jade,1999).

Ideologi media massa di Indonesia mulai mengalami pergeseran pada era Orde Baru. Gambaran perempuan ideal tak lagi hanya bebas dan mandiri, tetapi juga terkontaminasi dengan aspek penampilan. Sebuah studi tentang isi majalah Seventeen (majalah paling populer di kalangan remaja putri) pada tahun 1945, 1955, 1965, 1975, 1985, 1995 menemukan bahwa rubrik yang paling banyak dalam majalah tersebut adalah rubrik penampilan (Schlenker, Caron, Halteman, 1998).

Studi lain yang dilakukan antara tahun 1970 dan 1990 menganalisis tentang artikel olah raga dan makanan dalam majalah-majalah perempuan populer. Alasan utama perempuan berolah raga dan mengurangi asupan nutrisi, menurut beberapa majalah yaitu untuk mengurangi berat badan. Pada era ini, artikel tentang olah raga meningkat drastis dan ukuran ideal tubuh model semakin kurus (Guillen & Barr, 1994).

(15)

Glamour, diperoleh hasil bahwa dari 4000 perempuan, hanya 19% saja yang merasa puas akan tubuhnya. Sisanya sebanyak 81% merasa tidak puas dan cenderung melakukan diet ketat yang tidak sehat. Disebutkan pula bahwa ini kemudian menyebabkan eating disorders seperti anorexia (sangat takut menjadi gemuk, sehingga sangat membatasi asupan makanan dan bahkan ada yang tidak makan sama sekali) dan bulimia nervosa (tetap makan namun kemudian dimuntahkan kembali). Tubuh yang kurus, bagi perempuan, tidak hanya menunjukkan perempuan yang aktif, tetapi juga menyimbolkan kesuksesan dan status ekonomi tinggi (Rodin, Silberstein, & Striegel- Moore, 1984). Menurut Frances Berg, editor Healty Weight Journal, merokok adalah cara yang dianggap efektif untuk menurunkan berat badan oleh perempuan (Berg, 1997). Alasan utama 40% hingga 50% perempuan merokok untuk mengontrol berat badan, dan 25% perempuan yang merokok itu harus rela kehilangan nyawa (Wolf, 1992).

Banyak kasus yang menunjukkan ketidakpuasan wanita terhadap tubuhnya. Berikut penulis mencantumkan sebuah kasus yang diambil dari forum konsultasi sebuah media cetak.

”Saya Rien, usia 16 tahun. Saya sering minder dengan tubuh dan penampilan saya. Bila akan pergi, saya habiskan waktu berjam-jam hanya untuk memilih baju dan berdandan. Tetapi tetap tidak pede dengan hasilnya. Saya pernah bergabung dengan sekolah modelling. Setelah beberapa lama ikut latihan, saya semakin merasa tidak sempurna. Kayaknya tubuh saya nggak pas dengan penampilan saya. Teman-teman saya bilang saya sudah oke, tapi sayanya yang nggak merasa oke. Ini lumayan mengganggu saya. Waktu saya habis memikirkan bagaimana penilaian teman-teman pada penampilan saya dibandingkan konsentrasi pada pelajaran atau hal-hal penting lainnya” (Sucahyani, 2007).

(16)

citra tubuh merupakan evaluasi dan pengalaman afektif seseorang terhadap karakteristik tubuh, bisa dikatakan bahwa investasi dalam penampilan merupakan bagian utama dari evaluasi diri seseorang.

Perhatian terhadap citra tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada masa remaja (Santrock, 2002). Mappiare mengemukakan bahwa masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria (Mubin & Cahyadi, 2006). Menurut Piaget (Hurlock, 1980), secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dalam masyarakat dewasa.

(17)

lain, serta menghargai tubuhnya sendiri dan orang lain. Schneiders (1984) juga menyatakan bahwa citra tubuh menrupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu.

Schneiders (1984) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik, dan frustrasi yang dialami dalam dirinya. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dengan keterbatasan yang ada pada dirinya, belajar untuk bereaksi terhadap dirinya, dengan cara yang matang, bermanfaat, efisien, dan memuaskan, serta dapat menyelesaikan konflik, frustrasi, maupun kesulitan-kesulitan pribadi dan sosial tanpa mengalami gangguan tingkah laku. Corsini (2002) menambahkan bahwa penyesuaian diri merupakan modifikasi dari sikap dan perilaku dalam menghadapi tuntutan lingkungan secara efektif.

Adaptasi terhadap perubahan citra tubuh pada masa pubertas memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri dan sosial, kesejahteraan psikologis, dan perilaku sehat. Banyak penelitian yang telah menganalisa tingkat kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan perubahan tubuh dan kemampuan individu mengatasi kesulitan hubungan personal akibat perubahan tersebut (Ferron, 1993).

(18)

adanya kekurangan dalam diri dari segi fisik, tampilan yang tidak menyenangkan, dan secara sosial tidak adekuat. Perasaan seperti ini tentu saja akan menghambat penyesuaian dirinya. Sebaliknya, remaja yang memiliki penilaian positif terhadap dirinya akan lebih merasa menarik dan adekuat secara sosial sehingga bisa melakukan penyesuaian diri dengan lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian terhadap citra tubuh sangat kuat pada masa remaja, terutama pada remaja puteri. Persepsi remaja terhadap citra tubuh memiliki berbagai dampak terhadap berbagai aspek dalam kehidupannya, seperti peyesuaian dirinya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh citra tubuh terhadap penyesuaian diri remaja puteri.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah citra tubuh berpengaruh terhadap penyesuaian diri remaja puteri?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh citra tubuh terhadap penyesuaian diri pada remaja puteri.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

(19)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk perkembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang Psikologi Perkembangan, yaitu membukakan wawasan mengenai pengaruh citra tubuh terhadap penyesuaian diri remaja puteri.

2. Manfaat Praktis

a Bagi para remaja puteri agar tetap menghargai tubuh yang dimiliki dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

b Bagi para orangtua yang memiliki anak remaja puteri bermanfaat sebagai sebagai bahan masukan bahwa citra tubuh yang dimiliki anak dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan remaja, seperti penyesuaian diri anak.

c Bagi para guru agar dapat memberi masukan dan bahan pertimbangan dalam mendidik, memberi dukungan, dan konseling kepada para remaja terkait dengan perkembangan remaja.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proporsal Penelitian Praktikum Laboratorium Psikologi Sosial ini adalah:

BAB I Pendahuluan

(20)

BAB II Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori yang menjabarkan tentang citra tubuh, penyesuian diri, dan remaja.

BAB III Metode Penelitian

Pada bab ini dijelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi, sampel, dan metode pengumpulan data, alat ukur yang digunakan, uji validitas, uji daya beda aitem, dan reliabilitas, prosedur penelitian serta metode analisis data.

BAB IV Hasil dan Interpretasi

Dalam bab ini akan dikemukakan tentang gambaran subjek penelitian, hasil utama penelitian, dan deskripsi data penelitian.

BAB V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Citra Tubuh

1. Definisi citra tubuh

Ada beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli mengenai citra tubuh. Cash (1994) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan evaluasi dan pengalaman afektif seseorang terhadap karakteristik dirinya, bisa dikatakan bahwa investasi dalam penampilan merupakan bagian utama dari evaluasi diri seseorang. Cash dan Pruzinsky (1990) menyatakan bahwa citra tubuh merupakan gabungan dari gambaran, fantasi, dan pemaknaan individu tentang bagian dan fungsi tubuh yang dimiliki yang merupakan bagian dari komponen gambaran diri dan dasar representasi diri.

(22)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh merupakan gabungan dari gambaran mental, fantasi, sikap, pikiran, perasaan, pemaknaan, dan persepsi serta ealuasi seseorang mengenai tubuhnya yang meliputi bentuk, ukuran, berat, karakteristik, dan performansi tubuh. Individu dapat memiliki penilaian positif maupun negatif terhadap citra tubuh diri.

2. Perkembangan model citra tubuh

Pemikiran bahwa tubuh yang kurus sebagai tubuh ideal banyak dipengaruhi oleh nilai dari kebudayaan Amerika. Nilai kebudayaan Amerika mengajarkan individualitas, kerja keras, kontrol diri, dan kesuksesan. Individu mendapat pesan bahwa dengan melakukan diet dan olahraga yang cukup, segala sesuatu bisa diatasi. Perempuan terkhususnya mendapat pesan bahwa dengan tubuh yang sempurna, pekerjaan dan kehidupan pribadinya akan sukses (Barnard, 1992).

Standard kecantikan tubuh terus menerus berubah. Setiap zaman memiliki model citra tubuh tersendiri. Seiring dengan berubahnya gambaran tentang kecantikan, tubuh wanita juga diharapkan berubah sesuai dengan gambaran tubuh yang ideal pada zaman tersebut. Cohen (2001) memberikan gambaran tentang perubahan model citra tubuh yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik di Amerika, yaitu;

a. Pada abad ke-18, tubuh ideal wanita yaitu tubuh yang berotot, besar, kuat, dan sangat subur.

(23)

c. Pada abad ke-20, tubuh ideal wanita mengalami perubahan beberapa kali, yaitu mulai dari langsing, kuat dan berotot, keibuan, subur, serta sangat kurus dengan payudara yang besar.

d. Pada abad ke-21, gambaran tubuh ideal wanita adalah tubuh yang kurus, seperti seorang model. Tubuh yang kurus menjadi standard ideal. Tidak jarang wanita melakukan sedot lemak untuk membuat bagian pinggul dan bokong terlihat lebih kurus.

Hernita (2006) mengemukakan bahwa perkembangan standard ideal tubuh yang terus menerus dipaparkan oleh media berdampak bagi para wanita di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tubuh ideal yang ditunjukkan oleh media di Indonesia saaat ini, yaitu tubuh yang langsing dan berkulit putih bersih.

3. Komponen citra tubuh

Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra tubuh. Salah satunya adalah Cash (2000) yang mengemukakan adanya lima komponen citra tubuh, yaitu :

a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian individu mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan.

b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.

(24)

payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh.

d. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu kecemasan menjadi gemuk, kewaspadaan individu terhadap berat badan, melakukan diet ketat, dan membatasi pola makan.

e. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu persepsi dan penilaian individu terhadap berat badannya, mulai dari kekurangan berat badan sampai kelebihan berat badan.

Berdasarkan pendapat Cash yang dikemukakan di atas mengenai komponen citra tubuh, maka dapat disimpulkan bahwa komponen citra tubuh meliputi evaluasi dan orientasi individu terhadap penampilan tubuh, kepuasan pada bagian tubuh tertentu, serta persepsi dan penilaian terhadap berat badan

4. Pengaruh citra tubuh terhadap perkembangan kepribadian

(25)

Sejalan dengan itu, Keliat (1992) menyatakan bahwa citra tubuh berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang realistis terhadap diri serta kemampuan menerima keadaan tubuh akan membuat individu terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri individu. Pernyataan ini dikuatkan dengan penelitian oleh Casper & Offer (1990) bahwa pada wanita, keinginan untuk mengubah tubuh dan penampilan diasosiasikan dengan menurunnya tingkat harga diri. Hal ini bisa mendorong munculnya gangguan makan. Dalam beberapa kasus, gangguan ini bisa berkembang menjadi patologis, seperti anorexia atau bulimia (Casper & Offer, 1990). Persepsi negatif terhadap tubuh membuat wanita tidak bisa menghargai diri mereka sendiri. Wanita yang fokus hanya fokus pada tubuhnya tidak akan mampu menggunakan energinya untuk aspek lain dalam hidupnya. Usaha yang terus menerus untuk mencapai tubuh yang ideal bisa menimbulkan obsesi terhadap makanan. Selain itu, timbul masalah psikologis lainnya, seperti mudah marah, merasa gagal dan inferior, masalah ingatan, kecemasan, dan gangguan penyesuaian (Barnard, 1992).

(26)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh individu memiliki pengaruh terhadap kepribadian. Individu yang memiliki citra tubuh positif cenderung memiliki kepribadian sehat yang diasosiasikan dengan peningkatan kualitas hidup, seperti peningkatan harga diri, kepercayaan diri, dan kesehatan mental. Sebaliknya, individu yange memiliki citra tubuh negatif cenderung mengembangkan kepribadianya yang tidak sehat, seperti penurunan harga diri, kemampuan interpersonal yang buruk, bahkan dalam banyak kasus berkembang menjadi patologis, seperti anorexia dan bulimia.

B. Penyesuaian Diri

1. Definisi penyesuaian diri

(27)

Corsini (2002) menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan modifikasi dari sikap dan perilaku dalam menghadapi tuntutan lingkungan secara efektif. Grasha dan Kirschenbaum (1980) mengemukakan bahwa penyesuaian diri adalah tingkah laku yang ditunjukkan oleh seseorang yang disesuaikan dengan tuntutan situasi yang dialami.

Gerungan (1988) mendefenisikan penyesuaian diri secara aktif dan pasif. Secara aktif, yaitu ketika individu mempengaruhi lingkungan sesuai dengan keinginannya. Sedangkan secara pasif, yaitu ketika kegiatan individu dipengaruhi lingkungannya. Tidjan (dalam Kristiyanti, dkk, 1990) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk mengubah tingkah laku agar terjadi hubungan yang lebih baik antara dirinya dengan lingkungan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, tuntutan, ketegangan, konflik, dan frustrasi yang dialami dalam dirinya secara matang, bermanfaat, efisien, efektif, dan memuaskan yang disesuaikan dengan tuntutan situasi yang dialami individu. Individu dapat mempengaruhi lingkungan secara aktif dan pasif.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

Menurut Schneiders (1984), ada lima faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri, yaitu:

(28)

yang sehat akan lebih baik dalam penyesuaian dirinya. Selain itu, masalah fisik merupakan sesuatu yang bersifat genetis atau diturunkan. Kondisi fisik yang baik akan mendorong penyesuaian diri yang lebih baik. Persepsi seseorang terhadap bentuk tubuh dan nilai estetika tubuhnya juga mempengaruhi penyesuaian diri individu.

b. Faktor perkembangan dan kematangan, yang meliputi perkembangan intelektual, sosial, moral, dan kematangan emosional.

c. Faktor psikologis, yaitu faktor-faktor pengalaman individu, frustrasi, dan konflik yang dialami, dan kondisi-kondisi psikologis seseorang dalam penyesuaian diri.

d. Faktor lingkungan, yaitu kondisi yang ada pada lingkungan, seperti kondisi keluarga, ekonomi, kondisi rumah, dan sebagainya.

e. Faktor budaya, termasuk adat istiadat dan agama yang turut mempengaruhi penyesuaian diri seseorang.

3. Karakteristik penyesuaian diri

Haber dan Runyon (1984) mengemukakan beberapa karakteristik individu yang dapat menyesuaikan diri, yaitu:

a. Memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas

(29)

Individu yang memiliki penyesuaian diri akan membuat tujuan yang realistis yang sesuai dengan kemampuan dan kenyataan yang ada. Hambatan dalam lingkungan dan kesempatan membuat individu menemukan bahwa individu harus mengubah tujuannya.

b. Mampu mengatasi atau menangani stress dan kecemasan

Individu tidak dapat selalu memenuhi suatu kebutuhan dengan segera, oleh karena itu individu harus belajar untuk dapat bertoleransi terhadap pemenuhan kebutuhan. Individu yang dapat mengatasi hal tersebut akan mampu melakukan penyesuaian diri karena individu tersebut mampu mengatasi masalah dan konflik yang ada dalam diri sendiri.

c. Memiliki citra diri (self image) yang positif

Penyesuaian diri ditunjukkan dengan citra diri yang positif. Citra diri yang positif menyebabkan individu tidak kehilangan pandangan tentang kenyataan diri sendiri. Individu harus mau mengakui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Individu juga harus mendasarkan persepsi dirinya dengan pandangan tentang seberapa dekat dirinya dengan orang lain dan bagaimana orang lain memperlakukannya.

d. Mampu mengekspresikan perasaan

(30)

e. Memiliki hubungan antar pribadi yang baik

Setiap orang pasti menginginkan hubungan pribadi yang baik dengan orang lain. Individu yang memiliki penyesuaian diri menyukai dan menghormati orang lain serta memberikan kegembiraan dengan membuat orang lain nyaman dengan keberadaannya.

C. Remaja

1. Definisi remaja

Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan”. Menurut Mappiare (Mubin & Cahyadi, 2006), masa remaja berlangsung antara usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.

Jersild mengatakan bahwa masa remaja diartikan sebagai,

a period during which growing person makes the transition from chidhood to adulthood.”

(31)

berada diantara masa kanak-kanak dan orang dewasa dengan kondisi yang masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik dan psikisnya secara maksimal sehingga mereka masih terus berusaha menemukan posisi yang tepat di masyarakat. Menurut Calon (Monks dkk, 1988), masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa, tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak.

Menurut Monks (2001), remaja adalah individu dengan batasan usia 12 tahun sampai 21 tahun yang dibagi dalam tiga fase, yaitu:

a. Fase remaja awal : usia 12 tahun sampai 15 tahun b. Fase remaja pertengahan : usia 15 tahun sampai 18 tahun c. Fase remaja akhir : usia 18 tahun sampai 21 tahun

Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang dimulai dari usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria yang dibagi ke dalam tiga fase, yaitu remaja awal, pertengahan, dan akhir dimana individu mengalami masa storm and stress serta belum mampu menguasai fungsi-fungsi fisik dan psikisnya secara maksimal.

2. Perkembangan fisik remaja

Perkembangan fisik remaja ditandai dengan adanya suatu periode yang disebut pubertas. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu:

(32)

b. Luteinizing Hormone (LH)

Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang perkembangan dua jenis hormon kewanitaan, yaitu estrogen dan progesteron. Pada anak laki-laki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang perkembangan testosteron.

Perkembangan secara cepat dari hormon-hormon tersebut menyebabkan terjadinya perubahan sistem biologis seorang anak. Pada anak perempuan, peristiwa pertama yang terjadi adalah telarke, yaitu terbentuknya payudara, diikuti oleh pubarke, yaitu tumbuhnya rambut pubis dan ketiak, lalu menarke, yaitu periode haid pertama (Ganong, 1997). Haid merupakan tanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga pertumbuhan otot yang cepat, tumbuhnya rambut pubis, dan suara yang semakin halus.

Anak laki-laki juga mengalami perubahan fisik, seperti suara yang semakin berat, pertumbuhan otot, dan pertumbuhan rambut tubuh. Perkembangan fisik remaja akan berlangsung sangat cepat sejak awal terjadinya pubertas (Dacey&Travers, 2004). Perubahan dan perkembangan fisik yang pesat ini membuat remaja memperhatikan tubuhnya yang mempengaruhi interaksinya dengan orang lain di sekitarnya, terutama teman sebayanya.

3. Citra tubuh pada remaja

(33)

memiliki bentuk tubuh ideal yang diharapkan. Sedangkan pada anak perempuan, sejak masa anak-anak, pola pikir individu sangat dipengaruhi oleh media. Hal ini terus terjadi hingga remaja sehingga individu melakukan identifikasi terhadap figur tubuh ideal yang selalu ditampilkan oleh media (Ferron, 1997).

Pubertas, jenis kelamin, dan usia mempengaruhi citra tubuh remaja. Pada kenyataannya, remaja putera cenderung merasa lebih puas dengan perubahan tubuhnya dibandingkan dengan remaja puteri. Remaja putera mengasosiasikan perubahan tubuhnya dengan peningkatan kemampuan fisik dan efisiensi tubuh (Ferron, 1997). Remaja laki-laki yang telah mengalami pubertas cenderung memiliki self-esteem dan kepercayaan diri yang tinggi dalam mengendalikan diri mereka (O’Dea & Abraham, 2000).

Berbeda dengan remaja putera, remaja puteri mengasosiasikan perubahan tubuhnya dengan attractiveness, apakah terlihat lebih menarik atau tidak (Ferron, 1997). Remaja puteri yang telah mengalami pubertas cenderung merasa tidak puas dengan ukuran dan bentuk tubuh. Ketidakpuasan ini bisa menyebabkan munculnya perasaan tidak adekuat, kehilangan kendali diri, dan rendahnya self- esteem (O’Dea & Abraham, 2000).

(34)

4. Dinamika penyesuaian diri remaja

Penyesuaian diri bukan merupakan sesuatu yang bersifat absolut atau mutlak. Tidak ada individu yang dapat melakukan penyesuaian dengan sempurna. Penyesuaian diri bersifat relatif artinya harus dinilai dan dievaluasi sesuai dengan kapasitas individu untuk memenuhi tuntutan terhadap dirinya (Agustiani, 2006).

Dinamika penyesuaian diri melibatkan sejumlah faktor psikologis dasar yang mengantarkan individu kepada penyesuaian diri yang baik (adjustive behavior). Menurut Ali dan Asrori (2004) ada sejumlah faktor psikologis dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap dinamika penyesuaian diri remaja, yaitu:

1. Kebutuhan (need)

Kebutuhan yang dimaksud merupakan kebutuhan yang bersifat internal. Dari faktor ini, penyesuaian diri ditafsirkan sebagai suatu jenis respon yang diarahkan untuk memenuhi tuntutan yang harus diatasi oleh individu. Tuntutan-tuntutan untuk mengatasinya dalam sebuah prosesnya didorong secara dinamis oleh kebutuhan-kebutuhan internal yang disebut dengan need tersebut.

2. Motivasi (motivation)

Penafsiran terhadap karakter dan tujuan respon individu dan hubungannya dengan penyesuaian tergantung konsep-konsep yang menerangkan hakekat motivasi, seperti melalui teori stimulus-respon, teori fisiologis, teori intrinsik, teori motivasi tidak sadar, dan teori hedonistik.

3. Persepsi (perception)

(35)

suatu pencerminan yang sempurna tentang realitas. Padahal, sebenarnya tidaklah demikian. Davidoff (1981) mengemukakan 3 (tiga) alasan yang mendukung bahwa persepsi itu bukanlah cermin dari realitas, yang pertama, indra yang dimiliki manusia tidak dapat memberikan respon terhadap semua aspek yg berada di lingkungan. Kedua, manusia seringkali melakukan persepsi terhadap stimulus yang pada kenyataannya tidak ada. Ketiga, persepsi manusia tergantung pada apa yang diharapkan, pengalaman yang dialaminya, dan motivasi yang ada pada dirinya. Atkinson dan Hilgard (1983) mengatakan bahwa perspesi merupakan proses menginterpretasikan dan mengorganisasikan pola-pola stimulus yang berasal dari lingkungan.

Persepsi remaja memiliki pengaruh yg berarti terhadap dinamika penyesuaian diri karena perspesi memiliki peranan penting dalam perilaku, yaitu:

a. Sebagai bagian pembentukan pengembangan sikap terhadap suatu objek atau peristiwa yang berarti akan berpengaruh terhadap perilaku penyesuaian diri yg lebih terarah.

b. Sebagai pengembangan fungsi kognitif, afektif, dan konatif sehingga berpengaruh terhadap penyesuaian yang lebih utuh dan proporsional sesuai dengan pertimbangan dan pengalaman-pengalaman yang relevan.

c. Meningkatkan keaktifan, kedinamisan, dan kesadaran terhadap lingkungan sehingga dapat menggerakkan motivasi untuk penyesuaian diri secara lebih sadar.

(36)

e. Mengembangkan kemampuan pengelolaan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari secara berkelanjutan sehingga dapat mendorong ke arah proses sosialisasi yg semakin mantap.

4. Kemampuan (capacity)

Perkembangan kemampuan remaja dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor juga dapat mewarnai dinamika penyesuaian diri remaja. Dinamika penyesuaian diri remaja akan berlangsung baik jika ketiga aspek ini berkembang dan berjalan secara harmonis.

5. Kepribadian (personality)

Remaja yang sedang menghadapi perkembangan yang pesat dari segala aspeknya, kepribadiannya pun menjadi sangat dinamis. Kedinamisan kepribadian remaja itu akan sangat mewarnai dinamika penyesuaian dirinya.

(37)

D. Pengaruh Citra Tubuh dengan Penyesuaian Diri Remaja Putri

Citra tubuh merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan remaja. Hal ini merupakan konsekuensi dari pubertas yang dialami (Birraux, dalam Ferron, 1997). Remaja, baik laki-laki maupun perempuan sangat memperhatikan citra tubuh mereka (Winship dalam Dacey & Kenny, 1997). Remaja memperhatikan dan mengembangkan image tentang seperti apa tubuh mereka. Pada umumnya, remaja puteri lebih merasa tidak nyaman dengan dirinya dan memiliki citra tubuh yang lebih negatif dibandingkan dengan remaja putera selama masa pubertas (Brooks-Gunn & Paikoff, dalam Dacey & Kenny, 1997).

Heilbrun dan Friedberg (dalam Dacey & Kenny, 2001) menyatakan bahwa remaja puteri pada awal pubertas atau pada tahap remaja awal belum bisa menerima perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Pada tahap remaja tengah dan akhir, remaja puteri sudah mulai bisa menerima perubahan tubuhnya, namun ketidakpuasan terhadap penampilan fisik masih umum terjadi. Dacey & Kenny (1994) mengemukakan bahwa persepsi negatif remaja terhadap citra tubuh akan menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan remaja lain. Hal ini bisa mengganggu penyesuaian diri remaja.

(38)

Berdasarkan uraian dari berbagai teori para ahli yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri remaja puteri. Persepsi positif terhadap citra tubuh akan berkembangnya kepribadian yang sehat. Sebaliknya, persepsi negatif terhadap citra tubuh akan menyebabkan munculnya persepsi negatif terhadap dirinya sehingga dapat menghambat penyesuaian dirinya dengan orang lain, terutama dengan teman sebaya.

E. Hipotesa

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian, defenisi operasional, subjek penelitian, prosedur penelitian, dan metode penelitian (Hadi, 2000).

A. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : citra tubuh 2. Variabel tergantung : penyesuaian diri

B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini, akan dikemukakan defenisi dari variabel-variabel yang digunakan :

1. Citra tubuh adalah gabungan dari gambaran mental, fantasi, sikap, pikiran, perasaan, pemaknaan, dan persepsi, serta evaluasi seseorang mengenai tubuhnya yang diukur menggunakan skala citra tubuh berdasarkan komponen citra tubuh, yaitu:

(40)

b) Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya. Skor yang tinggi menunjukkan adanya perhatian yang besar terhadap penampilan diri dan sangat merawat diri. Skor yang rendah menunjukkan apatis terhadap penampilan; merasa bahwa penampilan tidak terlalu penting dan tidak melakukan banyak usaha untuk terlihat menarik.

c) Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh. Skor yang tinggi menunjukkan kepuasan terhadap kebanyakan bagian tubuh. Skor yang rendah menunjukkan ketidakpuasan terhadap ukuran atau bentuk dari beberapa bagian tubuh.

d) Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu kecemasan menjadi gemuk, kewaspadaan individu terhadap berat badan, melakukan diet ketat, dan membatasi pola makan. Skor yang tinggi menunjukkan adanya kecemasan dan kewaspadaan menjadi gemuk. Skor yang rendah menunjukkan apatis terhadap berat badan, diet, dan pola makan.

(41)

2. Penyesuaian diri adalah tingkah laku yang ditunjukkan seseorang yang disesuaikan dengan tuntutan situasi yang dialami dirinya secara efektif yang diikur menggunakan skala penyesuaian diri berdasarkan karakteristik penyesuaian diri, yaitu:

a) Persepsi terhadap realitas, yaitu bagaimana individu mampu membuat tujuan yang realistis yang sesuai dengan kemampuan dan kenyataan yang ada. Hambatan dalam lingkungan dan kesempatan membuat individu menemukan bahwa individu harus mengubah tujuannya.

b) Kemampuan mengatasi atau menangani stress dan kecemasan, yaitu bagaimana individu mampu mengatasi masalah dan konflik yang ada dalam diri sendiri dan bertoleransi terhadap pemenuhan kebutuhan.

c) Citra diri yang dimiliki individu, yaitu individu mau mengakui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Individu juga harus mendasarkan persepsi dirinya dengan pandangan tentang seberapa dekat dirinya dengan orang lain dan bagaimana orang lain memperlakukannya.

d) Kemampuan mengekspresikan perasaan, yaitu individu dapat merasakan dan mengekspresikan emosi serta perasaan yang disesuaikan dengan tuntutan situasi dan di bawah kontrol individu.

e) Kemampuan menjalin hubungan antar pribadi, yaitu individu mampu menghormati orang lain dan memberikan kegembiraan dengan membuat orang lain nyaman dengan keberadaannya.

(42)

dirinya. Sebaliknya, jika semakin rendah nilai skala, maka semakin rendah penyesuaian dirinya.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi dan sampel

Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam suatu penelitian merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000).

Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki penulis, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Remaja puteri b. Usia 15-18 tahun.

c. Mengikuti pendidikan formal, yaitu Sekolah Menengah Atas.

d. Tidak memiliki cacat fisik, yaitu anggota tubuh lengkap, tidak putus, atau tidak mengalami amputasi.

e. Kecamatan Medan Polonia Kota Medan.

(43)

lebih tinggi dibandingkan dengan individu normal (Nixdorf, dalam Saragih & Sutatminingsih, 2007).

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sugiarto (2003) berpendapat bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah 30, walaupun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti lain menganggap bahwa sampel sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum. Sedangkan menurut Siegel (1997) tidak ada batasan mengenai berapa jumlah ideal sampel penelitian. Kekuatan tes statistik meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampel. Azwar (2001) menyatakan tidak ada angka yang dikatakan dengan pasti, secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel lebih dari 60 orang sudah cukup banyak.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari siswa yang bersekolah di Kecamatan Medan Polonia. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal, baik yg bersifat teoritis dimaksudkan utk memperoleh derajat kecermatan statistik yg maksimal, maupun yg bersifat praktis didasarkan pada keterbatasan peneliti, antara lain keterbatasan dana dan waktu.

(44)

Prosedur random pertama dilakukan terhadap 21 kecamatan yang ada di kota Medan dan diperoleh kecamatan Medan Polonia. Prosedur random kedua dilakukan terhadap 18 Sekolah Menengah Atas dan mengambil 2 Sekolah Menengah Atas. Sekolah yang terpilih, yaitu SMA Negeri 1 Medan dan SMA Swasta Methodist 1. Random ketiga terhadap kelas-kelas yang ada pada sekolah-sekolah terpilih tersebut.

Jumlah sampel yang diberikan skala sebanyak 140 orang. Skala yang kembali berjumlah 123 buah. Setelah dilakukan penyaringan, skala yang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai data olahan berjumlah 94 buah.

D. Alat Pengumpulan Data

Metode penelitian hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan benuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2000). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan lapor diriberupa kolom isian pribadi subjek penelitian dan skala, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Kolom Isian Data Pribadi

Digunakan untuk memperoleh data mengenai nama, usia, kelas, berat badan, dan tinggi badan. Dalam hal ini subjek diminta untuk menuliskannya dalam kolom yang tersedia.

2. Skala

(45)

indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2001).

Hadi (2000) menyatakan bahwa skala dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan asumsi-asumsi berikut :

a. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

b. Hal-hal yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

c. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan peneliti.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua skala, yaitu skala citra tubuh dan skala penyesuaian diri.

1. Skala citra tubuh

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala citra tubuh yang disusun berdasarkan komponen citra tubuh yang dikemukakan oleh Cash (2000), meliputi:

a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan) b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan)

c. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh) d. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk) e. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh).

(46)

unfavourable (tidak mendukung konstruk yang hendak diukur). Nilai setiap pilihan berada pada rentang 1-4. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan favorable yaitu SS = 4, S = 3, TS=2, STS = 1. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan unfavorabel yaitu SS = 1, S = 2, TS = 3, dan STS = 4. Distribusi aitem skala citra tubuh dapat dilihat dalam blue print pada tabel 1.

Tabel 1

Distribusi Aitem–aitem Citra tubuh Sebelum Uji Coba

No.

Komponen Body Image

Nomor Butir Aitem Skala

Jumlah

(Orientasi Penampilan) 8, 13, 24, 40

2, 10, 15, 35 45

9 (18,75%) 3 Body Areas Satisfaction

(Kepuasan terhadap Bagian

(47)

2. Skala penyesuaian diri

Skala penyesuaian diri digunakan untuk mengungkap penyesuaian diri yang diperoleh melalui karakteristik penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Haber dan Runyon (1984). Skala ini menggunakan skala model Likert. Skala terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favourable dan unfavourable. Nilai setiap pilihan berada pada rentang -4. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan favorable yaitu SS = 4, S = 3, TS= 2, STS = 1. Bobot penilaian untuk setiap respon subjek pada pernyataan unfavorabel yaitu SS = 1, S = 2, TS = 3, dan STS = 4. Distribusi aitem skala penyesuaian diri dapat dilihat dalam blue print pada tabel 2.

Tabel 2

Distribusi Aitem-aitem Penyesuaian Diri Sebelum Uji Coba

No. Karakteristik Penyesuaian Diri

Nomor Butir Aitem Skala

Jumlah

5 Kemampuan menjalin

(48)

Dari setiap karakteristik akan diturunkan sejumlah aitem dimana dari setiap aitem akan diperoleh skor total yang menunjukkan semakin tinggi skor penyesuaian diri individu maka akan diikuti oleh semakin tinggi penyesuaian dirinya.

E. Validitas, Reliabilitas Alat Ukur, dan Uji Daya Beda Aitem

Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat menentukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang dilakukan. Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes ini (Azwar, 2001). Oleh karena itu, peneliti melakukan uji coba terhadap alat ukur.

Hadi (2000) mengemukakan beberapa tujuan dari uji coba adalah sebagai berikut :

1. Menghindari pernyataan-pernyataan yang kurang jelas maksudnya

2. Menghindari penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, ataupun kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.

3. Memperbaiki pernyataan-pernyataan yang biasa dilewati (dihindari) atau hanya menimbullkan jawaban-jawaban dangkal.

(49)

1. Uji validitas

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba alat ukur dalam menjalankan fungsinya. Validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi yaitu sejauh mana suatu tes yang merupakan seperangkat soal, dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Hadi, 2000). Pelaksanaan validitas isi dilakukan dengan menggunakan pertimbangan professional judgment, yaitu dosen pembimbing.

Pertama sekali aspek-aspek dan karakteristik yang akan diukur ditentukan terlebih dahulu. Selanjutnya peneliti akan menyusun aitem-aitem yang mengacu pada blue print yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu, peneliti meminta pertimbangan professional judgment sebelum aitem-aitem dijadikan alat ukur. Kemudian dilakukan seleksi aitem untuk memilih aitem-aitem yang mana yang memenuhi kriteria aitem valid.

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat reliabilitas alat ukur yang menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 1997).

(50)

hanya diberikan satu kali saja pada sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan berefisiensi tinggi (Azwar, 1997). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach yang diolah menggunakan program SPSS version 13.0 for windows.

3. Uji daya beda aitem

Uji daya beda aitem bertujuan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisi aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi tes (Hadi, 1991).

Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor dengan suatu kriteria yang relevan yaitu skor aitem dikorelasikan dengan skor total test. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisen korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2001). Pengujian ini dilakukan dengan SPSS version 13.0 for windows.

E.1 Hasil Uji Coba Alat Ukur

1. Skala Citra tubuh

(51)

Tabel 3

Distribusi Aitem-aitem Citra tubuh Setelah Uji Coba

No.

Komponen Body Image

Nomor Butir Aitem Skala

Jumlah 3 Body Areas Satisfaction

(Kepuasan terhadap Bagian

Berdasarkan blue print di atas, diketahui setelah uji coba dari 48 aitem skala citra tubuh dengan 105 subjek terdapat 30 aitem yang memiliki koefisien korelasi yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (r ≥ 0,33) dengan reliabilitas alpha sebesar 0,923. Koefisien determinasi aitem-aitem yang reliabel berkisar antara 0,336 – 0,621.

(52)

Tabel 4

Blue Print Skala Penelitan Citra Tubuh

No. Komponen Body Image

Nomor Butir Aitem Skala

Jumlah

2. Skala Penyesuaian Diri

Uji coba skala penyesuaian diri dilakukan terhadap 105 orang subjek siswi SMA Swasta Santo Thomas 1. Adapun distribusi hasil uji coba skala citra tubuh akan dijelaskan pada tabel 5.

Tabel 5

Distribusi Aitem-aitem Penyesuaian Diri Setelah Uji Coba

No. Karakteristik Penyesuaian Diri

Nomor Butir Aitem Skala

(53)

5 Kemampuan menjalin

Berdasarkan blue print di atas, diketahui setelah uji coba dari 70 aitem skala penyesuaian diri dengan 105 subjek terdapat 36 aitem yang memiliki koefisien korelasi yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (r ≥ 0,33) dengan reliabilitas alpha sebesar 0,920. Koefisien determinasi aitem-aitem yang reliabel berkisar antara 0,337 – 0,608.

Aitem-aitem yang memenuhi kriteria tersebut disusun kembali sehingga menjadi susunan skala yang digunakan dalam pengambilan data yang sebenarnya. Adapun susunannya tampak pada tabel blue print skala penelitian penyesuaian diri berikut:

Tabel 6

Blue Print Skala Penelitian Penyesuaian Diri

No. Karakteristik Penyesuaian Diri

Nomor Butir Aitem Skala

Jumlah

5 Kemampuan menjalin

(54)

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melalui prosedur penelitian yang telah ditetapkan sebagai berikut:

1. Persiapan penelitian

a. Persiapan alat ukur

Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat alat ukur dan mengujicobakan alat ukur tersebut. Penelitian ini menggunakan 2 buah skala yang disusun oleh peneliti. Skala yg pertama yaitu skala citra tubuh yang disusun berdasarkan komponen citra tubuh oleh Cash (2000). Skala yang kedua yaitu skala penyesuaian diri yang disusun berdasarkan karakteristik penyesuaian diri oleh Haber dan Runyon (1984).

Penyusunan skala ini didahului dengan membuat blue print yang kemudian dilanjutkan dengan operasionalisasi dalam bentuk-bentuk pernyataan yang jumlah aitemnya masing-masing 48 dan 70 buah sebelum uji coba yang kemudian menjadi 30 dan 36 aitem setelah uji coba skala.

b. Perizinan

(55)

c. Uji coba alat ukur

Sebelum skala citra diri dan penyesuaian diri dijadikan sebagai alat ukur yang sebenarnya dalam penelitian, maka terlebih dahulu skala tersebut diujicobakan kepada sejumlah siswi di sekolah, yaitu SMA Swasta Methodist 1 dan Methodist 2. Setelah diujicobakan, maka data tersebut diolah untuk menntukan aitem-aitem mana saja yang dapat dijadikan sebagai aitem dalam penelitian yang sebenarnya.

2. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan setelah dilakukannya uji coba (try out) untuk menguji validitas dan reliabilitas aitem pada kedua skala. Penelitian dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan dan mengikuti prosedur yang telah disepakati dengan pihak sekolah. Skala dibagikan kepada 140 orang subyek penelitian. Setiap subyek mendapatkan 2 buah skala, yaitu skala citra tubuh dan skala penyesuaian diri untuk diisi sesuai dengan instruksi yang diberikan.

3. Analisa Data

Setelah mendapatkan hasil skor skala citra tubuh dan skala penyesuaian diri dari setiap subyek, peneliti kemudian melakukan analisa data dengan menggunakan bantuan program SPSS version 13.0for windows.

G. Metode Analisa Data

(56)

Sebelum dilakukan analisa data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap variabel-variabel penelitian, yaitu:

1. Uji normalitas sebaran

Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel tergantung (penyesuaian diri) dan variabel bebas (citra tubuh) telah menyebar secara normal. Pada penelitian ini pengukuran normalitas menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov Smirnov. Data penelitian telah dapat dikatakan menyebar secara normal jika nilai p>, dimana  = 0,05.

2. Uji linieritas hubungan

Uji linieritas hubungan dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel citra tubuh telah berkorelasi secara linier terhadap variabel penyesuaian diri. Data variabel diakatakan linear jika p< , dimana  = 0,05.

3. Analisa Regresi

(57)

BAB IV

ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Bab ini akan menguraikan analisa data dan interpretasi hasil sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah remaja puteri di Kota Medan. Subjek penelitian adalah siswi SMA Negeri 1 dan SMA Swasta Methodist 1. Melalui 94 orang yang terpilih, maka diperoleh gambaran subjek berdasarkan usia dan kelas.

1. Gambaran umum subjek penelitian berdasarkan usia

Berdasarkan usia subjek penelitian, maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel 7.

Tabel 7

Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (N) Persentase

(%)

15 tahun 32 orang 34,0% 16 tahun 30 orang 31,9% 17 tahun 28 orang 29,8%

18 tahun 4 orang 4,3%

Total 94 orang 100 %

(58)

berusia 17 tahun sebanyak 28 orang (29,8%) dan subjek berusia 18 tahun sebanyak 4 orang (4,3%).

2. Gambaran umum subjek penelitian berdasarkan kelas

Berdasarkan kelas subjek penelitian maka dapat digambarkan penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel 8.

Tabel 8

Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kelas

Kelas Jumlah (N) Persentase

(%)

Kelas 10 27 orang 28,72% Kelas 11 29 orang 30,85% Kelas 12 38 orang 40,43%

Total 94 orang 100 %

Berdasarkan data pada tabel 8, jumlah subjek yang duduk di kelas 10 sebanyak 27 orang (28,72%), subjek yang duduk di kelas 11 sebanyak 29 orang (30,85%), dan subjek yang duduk di kelas 12 sebanyak 38 orang (40,43%).

B. Hasil Penelitian

(59)

1. Uji asumsi

a. Uji normalitas sebaran

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik statistik One Way Kolmogorov Smirnov-Z. Suatu variabel diakatakan mengikuti sebaran normal dengan ketentuan p > 0.05.

1. Berdasarkan uji normalitas variabel citra tubuh diperoleh sebaran normal z = 0.576 dengan p>0.05 (p = 0.894). Dengan demikian variabel citra tubuh mengikuti sebaran normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9. 2. Berdasarkan uji normalitas variabel penyesuaian diri diperoleh sebaran normal

z = 0.890 dengan p>0.05 (p = 0.406). Dengan demikian variabel penyesuaian diri mengikuti sebaran normal. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 9. 3.

Tabel 9. Uji Sebaran Normal Variabel dengan Tes Kolmogorov-Smirnov No Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Signifikansi Keterangan

1 Citra Tubuh 0.576 0.894 Tersebar

normal 2 Penyesuaian

Diri

0.890 0.406 Tersebar

normal

Gambar 1

Gambaran Normalitas Skala Citra Tubuh

(60)

Gambar 2

Gambaran Normal Skala Penyesuaian Diri

b. Uji linieritas hubungan

Hasil uji linieritas antara variabel konsep diri dengan penyesuaian diri dengan menggunakan uji F diperoleh nilai F = 30.351 dengan p<0.05 (p = 0.00). Dengan demikian, diketahui bahwa konsep diri memiliki hubungan yang linier dengan penyesuaian diri.

Hubungan linieritas positif antara citra tubuh dengan penyesuaian diri dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10

Linieritas Hubungan antara Citra Tubuh dengan Penyesuaian Diri

140.00

5891.960 33 178.544 2.339 .002

2317.196 1 2317.196 30.351 .000

3574.764 32 111.711 1.463 .101

(61)

Hubungan linier di atas dapat pula dilihat pola penyebaran skor skalanya dengan menggunakan teknik interactive graph, yang menghasilkan diagram pencar (scatter plot), seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 3. Linieritas Hubungan antara Citra Tubuh dengan Penyesuaian Diri

2. Hasil analisa data

a. Hasil perhitungan korelasi

Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 95%, yang artinya hipotesis dapat diterima apabila p < 0.05. Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis korelasi Pearson Product Moment diperoleh rxy = 0,470 dengan signifikansi 0.00. Dengan demikian diketahui adanya korelasi positif yang sangat signifikan antara variabel citra tubuh dengan variabel penyesuaian diri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini:

Linear Regression

70.00 80.00 90.00 100.00 110.00

Citra Tubuh

(62)

Tabel 11

Hasil Korelasi antara Citra Tubuh dengan Penyesuaian Diri

b. Hasil perhitungan regresi

Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 95% yang artinya hipotesis dapat diterima apabila p < 0.05. Berdasarkan hasil analisa regresi diperoleh nilai β sebesar 0.470 dengan signifikansi 0.00 dan diperoleh persamaan regresi, yaitu penyesuaian diri = 59.05 + 0.56* citra tubuh yang berarti setiap penambahan satu skor citra tubuh, maka diprediksi penyesuaian diri akan naik sebesar 59.05 + 0.56. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12 berikut:

Tabel 12

Hasil Koefisien pada Analisa Regesi

Selanjutnya diperoleh pula koefisien determinasi (r2 dari regresi tersebut) sebesar 0.221 yang menunjukkan bahwa citra tubuh memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri sebesar 22, 1 % dan dengan nilai F = 30.351 dan signifikansi 0.00 (p<0.05) menunjukkan bahwa model fit (sesuai) dengan data atau dengan

Coefficientsa

59.050 9.224 6.40 .000

.565 .110 .470 5.11 .000

(63)

kata lain data yang diperoleh mendukung penelitian, yaitu citra tubuh mempengaruhi penyesuaian diri secara linier positif. Selebihnya 77.9% penyesuaian diri remaja dipengaruhi oleh variabel yang dalam penelitian ini tidak diteliti. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 13 berikut:

Tabel 13

Hasil Regresi antara Citra Tubuh dan Penyesuaian Diri

3. Deskripsi data penelitian

Berdasarkan deskripsi data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Azwar (2006) menyatakan bahwa kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi normal. Kriterianya terbagi atas tiga kategori, yaitu: rendah, sedang, dan tinggi.

Menurut Azwar (2006), pengkategorisasian tiga jenjang (tingi, sedang dan rendah) ini merupakan pengkategorisasian minimal yang digunakan oleh peneliti. Apabila hanya dilakukan pengkategorisasian dalam 2 jenjang (misalnya tinggi dan rendah) maka akan menghadapi resiko kesalahan yang cukup besar bagi skor-skor yang terletak di sekitar mean kelompok (Azwar, 2006). Pengkategorisasian dalam 3 jenjang ini digunakan untuk menghindari resiko kesalahan yang cukup besar dan untuk keefisienan. Kriteria kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan norma kategorisasi sebagai berikut (Azwar,2006):

Model Summary

.470a .221 .213 9.41526

(64)

X < (μ – 1.0 σ) rendah (μ – 1.0 σ) ≤ X < (μ + 1.0 σ) sedang

(μ + 1.0 σ) ≤X tinggi

Dalam penelitian ini peneliti mengkategorikan data penelitian berdasarkan mean hipotettik dan mean empirik. Mean hipotetik untuk melihat posisi relatif individu berdasarkan norma skor idealnya skala, sedangkan berdasarkan mean empirik untuk melihat posisi relatif individu berdasarkan norma skor dari subjek penelitian.

a. Variabel citra tubuh

Jumlah aitem yang digunakan untuk mengungkap citra tubuh adalah sebanyak 30 aitem dengan format skala Likert dalam 4 alternatif pilihan jawaban. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik disajikan dalam tabel 14 berikut:

Tabel 14. Skor Empirik dan Skor Hipotetik Citra Tubuh

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Citra Tubuh

64 111 83.04 8.84 30 120 75 15

(65)

Pada tabel 14 dapat dilihat bahwa rata-rata citra tubuh subjek penelitian terletak pada kategori sedang (antara positif dan negatif) dalam pengkategorisasian skor citra tubuh berdasarkan mean hipotetik.

Tabel 15. Kategorisasi Citra Tubuh Berdasarkan Mean Hipotetik

Kriteria Kriteria

Dari tabel 15 diketahui bahwa subjek penelitian yang tergolong ke dalam kategori citra tubuh tinggi ada 18 orang (19,15%), subjek yang tergolong ke dalam kategori citra tubuh sedang (antara positif dan negatif) ada 74 orang (78.72%), dan subjek yang tergolong ke dalam kategori citra tubuh rendah ada 2 orang (2,13%).

b. Variabel Penyesuaian Diri

Jumlah aitem yang digunakan untuk mengungkap penyesuaian diri adalah sebanyak 36 aitem dengan format skala Likert dalam 4 alternatif pilihan jawaban. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik disajikan dalam tabel 16 berikut:

Tabel 16. Skor Empirik dan Skor Hipotetik Penyesuaian Diri

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Penyesuaian Diri

88 145 105.95 10.61 36 144 90 18

(66)

mean empirik dan mean hipotetik menunjukkan bahwa penyesuaian diri subjek penelitian memiliki skor di atas rata-rata skor penyesuaian diri populasi umumnya (μe > μh).

Pada tabel 16 dapat dilihat bahwa rata-rata penyesuaian diri subjek penelitian terletak pada kategori sedang dalam pengkategorisasian skor penyesuaian diri berdasarkan mean hipotetik.

Tabel 17. Kategorisasi Penyesuaian Diri Berdasarkan Mean Hipotetik

Kriteria Kriteria Jenjang

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Konsep Diri X < 72 Rendah - -

72≤ X< 108 Sedang 54 57,45

108 ≤ X Tinggi 40 42,55

(67)

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi, dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian pertama dijabarkan hasil penelitian yang dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian yang didapat dari sudut teori maupun penelitian yang ada. Pada bagian terakhir akan dikemukakan saran metodologis yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang denga tema serupa juga saran praktis bagi para pembaca.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data penelitian dapat ditarik kesimpulan mengenai hasil penelitian bahwa:

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara citra tubuh dengan penyesuaian diri pada remaja puteri dengan rxy = 0,470 dengan taraf signifikansi 0.00.

2. Sumbangan efektif yang diberikan citra tubuh terhadap penyesuaian diri pada remaja puteri adalah sebesar 22,1 %.

(68)

4. Berdasarkan deskripsi data penelitian penyesuaian diri diperoleh mean empirik skala penyesuaian diri adalah 105.95 dan mean hipotetiknya adalah 90. Dari perbandingan mean empirik dan mean hipotetik terlihat bahwa mean hipotetik lebih kecil dari mean empirik yang berati bahwa secara umum penyesuaian diri subjek penelitian lebih tinggi menurut standar skala yang dibuat peneliti.

5. Berdasarkan deskripsi data penelitian citra tubuh, diperoleh bahwa jumlah subjek penelitan terbanyak berada pada kategori sedang, dengan kata lain jumlah sebjek penelitian terbanyak memiliki citra tubuh yang berada di antara positif dan negatif, yaitu sebanyak 74 orang (78,72%).

6. Berdasarkan deskripsi data penelitian penyesuaian diri, diperoleh bahwa jumlah subjek penelitan terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 54 orang (57,45%).

B. DISKUSI

(69)

diperkuat oleh Sheena (2004) bahwa remaja yang memiliki citra tubuh positif akan merasa percaya diri, merasa cantik dan menarik, mampu mengekpresikan perasaannya, mampu menyesuaikan dengan orang lain, serta menghargai tubuhnya sendiri dan orang lain.

Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (r2) didapat bahwa sumbangan efektif variabel citra tubuh terhadap penyesuaian diri sebesar 22,1%. Sedangkan 77,9% menunjukkan besarnya pengaruh keberadaan variabel lainnya dalam mempengaruhi penyesuaian diri remaja puteri. Dengan demikian dalam penelitian ini, variabel citra tubuh tidak sepenuhnya sebagai sesuatu yang dapat merusak atau menghambat penyesuaian diri remaja puteri.

C. SARAN

Melalui penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beeberapa saran. Saran-saran ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti selanjutnya yang membahas mengenai citra tubuh maupun penyesuaian diri dan juga bagi para pembaca.

1. Saran Metodologis

(70)

b. Bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti mengenai citra tubuh disarankan untuk memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi citra tubuh, seperti status ekonomi sosial, budaya, media, serta hubungan interpersonal.

c. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk membuat norma standar kepuasan citra tubuh untuk perempuan Indonesia, sehingga hasil pengukuran yang diperoleh lebih akurat.

d. Jumlah skala pada penelitian ini pada awalnya sebanyak 140, namun ada 17 skala yang tidak kembali dan 29 skala yang tidak layak pakai karena tidak memenuhi karakteristik populasi. Melihat hal ini, bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah-sekolah dengan menggunakan skala disarankan untuk membagikan secara langsung skala kepada subjek penelitian dan menunggu subjek mengerjakan skala pada waktu yang sama sehingga dapat meminimalisasi terjadinya kehilangan skala, kesalahan instruksi, ataupun subjek yang tidak layak dipakai sebagai sampel penelitian.

2. Saran Praktis

a. Citra tubuh memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri remaja puteri. Oleh karena itu, bagi para remaja puteri diharapkan untuk menghargai tubuh dengan segala kelebihan dan kekurangannya sehingga penyesuaian diri pun menjadi lebih baik.

(71)

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 5 Distribusi Aitem-aitem Penyesuaian Diri Setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsep diri positif lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggan yang besar tentang diri. Konsep diri positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang

Dalam menyajikan presentasi penampilan mahasiswa sebagai seorang penyaji sangatlah penting. Penampilan penyaji yang baik tidak hanya mempengaruhi kenyamanan dirinya dalam

agitation-related emotions atau dejection-related emotions. Berdasarkan penjabaran diatas, dapat diketahui bahwa citra tubuh dapat memprediksi harga diri remaja dimana

Hasil penelitian pada remaja perempuan tersebut menunjukkan bahwa akses internet secara umum tidak memiliki hubungan dengan citra tubuh, kecuali pada situs atau

Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna

Menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat dengan judul “Pengaruh Citra Tubuh Terhadap Penyesuaian Diri Siswa-Siswi Kelas VII-VIII SMP NU Syamsuddin Malang”, adalah

1. Self actualization, memiliki kemampuan efisiensi dalam menerima realitas. Bahwa individu mempunyai relasi yang baik dengan lingkungannya dan tidak takut pada hal-hal

Pandangan Honigman dan Castle dalam Rombe, 2013 yang berkaitan dengan istilah citra tubuh diartikan sebagai cara individu melihat serta mengukur dimensi dan siluet tubuhnya, dan