• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen penghimpunan dana ZIS pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen penghimpunan dana ZIS pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA ZIS

PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh :

Ahmad Nursamsi

1110053000004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v ABSTRAK

Ahmad Nursyamsi, NIM 1110053000004, Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Bimbingan Prof. Dr. Murodi, MA.

BAZNAS adalah lembaga amil zakat yang menghimpun, mengelola dan mendistribusikan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf. Secara khusus BAZNAS memiliki konsen dalam membina dan memberdayakan generasi bangsa melalalui program-program pendidikan bagi anak yatim dan duafa. Oleh karena itu tugas BAZNAS untuk menghimpun dana dalam jumlah besar adalah suatu keharusan agar setiap program yang telah dibuat dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Penulis memperhatikan pentingnya manajemen penghimpunan dana ZIS pada BAZNAS, berdasar latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah: Bagaimana fungsi-fungsi manajemen penghimpunan yang diterapkan pada BAZNAS dan bagaimana langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan Penghimpunan pada BAZNAS. Adapun teori yang digunakan adalah teori George R.Terry mengenai fungsi-fungsi manajemen yang

mencakup Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Kemudian teori

penghimpunan yang dikemukakan April Purwanto bahwa Penghimpunan diartikan sebagai proses mempengaruhi masyarakat untuk menyalurkan dana dan sumber daya lainnya (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. Yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada kemudian dianalisis lebih lanjut untuk ditarik kesimpulan. Dengan tipe pendekatan studi kasus, penulis mengadakan penelitian dengan melihat, menggambarkan tentang Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada BAZNAS. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dengan manager penghimpunan BAZNAS serta dokumentasi BAZNAS.

Hasil dari penelitian manajemen penghimpunan dana ZIS pada BAZNAS yaitu BAZNAS telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen dengan baik dan juga telah menjalankan langkah-langkah manajemen penghimpunan sesuai dengan teoriteori manajemen yang terdapat dalam literatur pustaka. Meskipun masih ada yang perlu diperbaiki dan dimaksimalkan kinerjanya seperti memperluas jaringan donatur ke luar negeri, sosialiasi yang lebih masif agar khalayak lebih mengenal dan mengetahui BAZNAS sebagai lembaga pengelola ZIS dan wakaf.

(6)

vi

KATA PEGANTAR

Puji syukur saya ucapkan hanya kepada Allah SWT. yang telah member

taufik, hidayah dan berbagai pertolongan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir dalam bentuk skripsi dengan judul “MANAJEMEN

PENGHIMPUNAN DANA ZIS PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

(BAZNAS)” dapat terselesaikan berkat bimbingan dari berbagai pihak. Selawat

serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

semoga kita semua mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat nanti. Dengan

selesainya skripsi ini kami menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya

kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Wakil Dekan I, Bapak

Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan II, Bapak Dr. Sunandar, MA. selaku Wakil

Dekan III.

2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA. selaku ketua jurusan Manajemen Dakwah

dan Bapak Mulkanasir, BA, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen

Dakwah yang selalu menyumbangkan pemikiran dalam penulisan skripsi dan

juga semenjak penulis masuk pada bangku kuliah.

3. Bapak Prof. Dr. Murodi, MA. selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini,

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdialog dengan penulis serta

memotivasi penulis dalam mencari esensi dari tema yang penulis telaah pada

skripsi ini dan secara tuntas dapat mengoreksi skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

mentransformasikan ilmunya pada penulis dalam batasan-batasan tertentu yang

dapat penulis terima, sehingga penulis sedikit banyak telah mengetahui informasi

tentang dinamika pengetahuan yang ada.

5. Bapak Mohan dan Ahmad Kamaluddin, selaku Manager Divisi Penghimpunan

BAZNAS yang rela meluangkan waktunya untuk membantu proses penelitian

(7)

vii

6. Kepada kedua orangtua tercinta, Ibunda Hj. Hayati dan Ayahanda H. Kastari

yang senantiasa mendo’akan dan memotivasi penulis untuk terus berkreasi dan berpacu dalam mencari ilmu.

7. Kepada Istri saya tercinta Eva Nurillahiyah Pratiwi yang selalu menyemangati

saya dikala saat berjuang menuntut ilmu.

8. Teman-teman Manajemen Dakwah 2010, Alung, Ta’mir, Azhar, Afrian, Jaitun,

Nurul dan Dinda semoga Allah membalas kebaikan kalian. Teman-teman

seperjuangan. PMII Komfakda (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Fakultas

Dakwah Ciputat.

Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ini merupakan sebuah

refleksi studi S1 dan dapat memberikan sumbangan keilmuan, khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi pembaca yang berminat dengan tulisan ini. Dan

dengan harapan karya tulis ini dapat dijadikan amal bagi penulis, Amin ya robbal

alamin.

Jakarta, 5 November 2014

(8)

viii DAFTAR ISI

ABSTRAK ………...... v

KATA PENGANTAR …….………. vi

DAFTAR ISI ………..………. viii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….……..………... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……...………... ..7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...………...……….7

D. Metodologi Penelitian ……….………..……... 8

E. Tinjauan Pustaka ………. ….11

F. Sistematika Penulisan ………... 13

BAB II: TINJAUAN TEORI TENTANG MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT, INFAK, SEDEKAH A. Manajemen Penghimpunan……….…………. 15

1. Pengertian Manajemen ………...……...…...….. 15

2. Pengertian Penghimpunan ………...………17

3. Fungsi-fungsi Manajemen Penghimpunan ………..22

4. Langkah-langkah Manajemen Penghimpunan ………...…….24

B. Pengertian Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)…...…..……..………31

BAB III: GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) A. Sejarah Berdirinya BAZNAS……...……… 35

B. Visi, Misi BAZNAS……….………. 38

C. Struktur Organisasi BAZNAS………...…………... 38

D. Program BAZNAS……… 39

(9)

ix

BAB IV: ZAKAT UNTUK KESEJAHTERAAN MUSTAHIK

A. Langkah-langkah Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan

Amil Zakat Nasional (BAZNAS……….…….... 50

B. Analisis……...………. 58

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan……….……….. 61

B. Saran-saran……….……….…….…. 62

DAFTAR PUSTAKA………..………. 63

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbanyak di

dunia, hal ini menjadi faktor utama besarnya potensi zakat di Indonesia, karena

dalam tingkat perekonomian dan taraf hidup rakyatnya, Indonesia telah

mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Potensi zakat, infak, dan sedekah dapat menunjang terwujudnya sistem

kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip umat yang satu,

persamaan derajat dan kewajiban, persaudaraan Islam, serta tanggung jawab

bersama. Zakat, infak, dan sedekah menjadi unsur penting dalam mewujudkan

keseimbangan dalam distribusi harta. Selain itu juga berfungsi sebagai

keseimbangan tanggung jawab individu dalam kehidupan bermasyarakat.

Zakat di tunjukan dalam Al-Quran sebagai pernyataan yang jelas akan

kebenaran dan kesucian iman. Iman tidaklah sekedar kata-kata karena iman itu

adalah kepercayaan. Melainkan dengan iman kita harus dapat mewujudkan

keberadaan dan kebaikan Allah. Pengamalan zakat hanya akan bernilai jika

berawal dari cinta, bukan dari motif lain.1

Berbagai aspek dalam Islam, baik ideologi, spiritual, hukum, sosial

maupun politik, masing-masing saling konsisten dan menopang satu sama lain.

Oleh karena itu, Islam tidak meminta kaum Muslim untuk menyibukkan diri

hanya dengan sholat saja, tetapi merekapun harus bekerja keras untuk

1

(11)

2

memperluas dan melaksanakan aspek-aspek Islam yang lain dalam setiap

sektor kehidupan serta menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Muslim.

Zakat, yang merupakan ibadah pokok dan bukan pajak, merupakan

pertumbuhan dan sekaligus penyucian diri. Secara teknis, zakat berarti

menyucikan harta milik seseorang dengan cara pendistribusian oleh kaum kaya

memberikan sebagian hartanya kepada kaum miskin sebagai hak mereka.

Dengan membayar zakat, maka seseorang memperoleh penyucian hati dan

dirinya serta telah melakukan tindakan yang benar dan memperoleh rahmat

selain hartanya akan bertambah.

Kata lain yang di gunakan untuk zakat baik di dalam Al-Quran maupun

hadis adalah sedekah yang berasal dari kata shidq (yang hak dan benar). Istilah

sedekah termasuk dalam zakat. Sedekah ini ada dua macam, yaitu sedekah

tathawwu’ (sumbangan sukarela) dan sedekah mafrudh (sumbangan wajib),

sebagaimana yang dapat kita lihat dalam Al-Quran surah At-taubah ayat 60.

                                

Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk

hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk

jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana”

Di masa Rasulullah memang zakat tidak popular, karena hanya di

ambil dari orang-orang kaya saja di antara mereka. Justru sedekah lebih

(12)

3

tidak pandang bulu, entah eseorang yang mengeluarkan sedekah itu kaya atau

miskin. Sedekah memang memiliki pengertian yang lebih luas di bandingan

dengan pengertian zakat. Jika zakat hanya sebatas materi saja dengan

ketentuan-ketentuan syariat yang harus dipenuhi, sedekah lebih dari sekedar

materi bahkan bisa pula berupa immateri. Misalnya menjadikan orang lain

gembira, bahagia dan senang, dengan senyuman.

Zakat adalah kewajiban bagi setiap muslim yang memiliki kelebihan

dalam hal harta benda. Selain itu zakat juga merupakan bagian dari rukun islam

yang bersifat ijtimaiyah. Berbeda dengan rukun-rukun Islam yang lain.

Sehingga pada masa-masa awal pemerintahan Islam, khususnya pada

pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq, zakat pernah dipaksakan

sebagai mana dalam ucapan khutbah beliau “ akan aku perangi siapa saja yang

memisahkan antara sholat dan zakat”.2

Sejak Islam datang ke tanah air kita, zakat telah menjadi satu sumber

dana untuk kepentingan pengembangan agama Islam. Dalam perjuangan

bangsa Indonesia menentang penjajahan Barat pendahulu, zakat, terutama

bagian sabilillahnya, merupakan sumber dana perjuangan ketika satu persatu

tanah air kita dikuasai oleh penjajah Belanda. Pemerintah Kolonial itu

mengeluarkan Bijblad Nomor 1892 tanggal 4 Agustus 1893 yang berisi

kebijaksanaan pemerintah kolonial mengenai zakat yang menjadi pendorong

pengeluaran peraturan tentang zakat itu adalah alasan klasik rezim kolonial

yaitu mencegah terjadinya penyelewengan keuangan zakat oleh para penghulu

bekerja untuk melaksanakan administrasi kekuasaan pemerintah Belanda, tapi

2

(13)

4

tidak diberi gaji atau tunjangan untuk membiayai hidup dan kehidupan mereka

beserta keluarganya dan untuk melemahkan (dana) kekuatan rakyat yang

bersumber dari zakat itu. Pemerintah Hindia Belanda melarang semua pegawai

pemerintah dan priyayi pribumi ikut serta membantu pelaksanaan zakat.3

Salah seorang pengurus Forum Zakat Indonesia, Sri Adi Bramasetia

sebagaimana dikutip di situs www.voaindonesia.com, beliau mengatakan,

“meski jumlah zakat yang dihimpun di Indonesia naik tiap tahun, namun tidak

pernah mencapai potensi yang sesungguhnya.” Ia menyatakan bahwa jika

dikelola serius, potensi zakat di Indonesia, dengan jumlah penduduk Muslim

terbesar di dunia, bisa mencapai Rp 300 triliun per tahun. Namun dari potensi

besar itu, dana yamg terkumpul baru sekitar Rp 1,8 triliun. Sri Adi

memperkirakan, angka tersebut disebabkan karena perusahaan-perusahaan besar

dan masyarakat masih memiliki kesadaran yang rendah dalam menunaikan

zakat.4

Fenemona di atas menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh

BAZNAS ataupun Lembaga Amil Zakat yang ada di Indonesia. BAZNAS harus

menjadi fasilitator antara duafa dan para aghniya, sehingga potensi zakat di

Indonesia bisa dimaksimalkan sebaik mungkin.

Karena berdasarkan data yang didapat pada tahun 2011, Lembaga Amil

Zakat sekelas Dompet Dhuafa saja baru mampu mengumpulkan dana zakat

sekitar 75 milyar pertahun, pada tahun yang sama BAZNAS baru mampu

mengumpulkan dana zakat sekitar 30 milyar. Hal ini menunjukkan perlunya

3

M Arifin Purwakananta dkk, Gerakan Zakat Untuk Indonesia (Jakarta: Khairul Bayan Press, 2008) h. 59

4

(14)

5

perhatian dari para praktisi zakat dan juga BAZ maupun LAZ agar bisa

memaksimalkan aktifitas penghimpunan. Karena ketika kita membahas potensi

zakat kemudian dikaitkan dengan BAZNAS, maka fokus perhatian kita akan

tertuju pada aktifitas penghimpunan di lembaga itu sendiri. Untuk meraih hasil

yang maksimal dalam pengumpulan dana zakat yang tentunya untuk disalurkan

kembali kepada yang berhak menerimanya, maka menjadi suatu keniscayaan

bagi setiap Lembaga Zakat agar aktifitas penghimpunan dikelola dengan

manajerial yang baik dan profesional.

Mengelola aktifitas penghimpunan yang baik, maka dibutuhkan

manajemen yang baik, karena menggalang dan menghimpun dana bukanlah hal

yang mudah, banyak proses dan dinamika yang harus dilalui, harus ada proses

manajemen dalam menjalankan penghimpunan, dari mulai proses perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

Dari aspek perencanaan saja Adrean Sargeant dan Eliane Jay

mengemukakan setidaknya ada tiga aspek yang harus diperhatikan yaitu “Where

are we now, where do we want to be and how are we going to get there.”5 Mereka menyebutkan bahwa dalam merencanakan penghimpunan poin-poin

yang harus diperhatikan adalah organisasi harus mengetahui keadaan

lingkungan dimana organisasi itu berada, kemudian objek penghimpunan kita

segmentasinya siapa, apakah individu, perusahaan atau yayasan, setelah

semuanya dilakukan maka lembaga atau organisasi membuat strategi dan taktik

yang akan digunakan dalam penghimpunan untuk mencapai target yang telah

ditentukan.

5

(15)

6

BAZNAS merupakan salah satu lembaga zakat yang telah berkiprah

kurang lebih 13 tahun dalam pengelolaan zakat. BAZNAS merupakan badan

amil zakat nasional yang konsen terhadap pemberdayaan generasi penerus

bangsa, melalui jargon gerakan cinta yatim dan dhuafa Indonesia yang

kemudian diejawantahkan dalam berbagai program yang mengutamakan

pendidikan dan pembinaan anak duafa dan yatim.

Namun apabila kita melihat laporan keuangan BAZNAS pada tahun

2013.6 BAZNAS baru bisa mengumpulkan dana zakat kurang lebih 25 milyar,

jelas ini masih jauh dari harapan, apabila melihat potensi zakat yang ada di

Indonesia.

Dengan tanggung jawab yang besar dalam membina generasi bangsa dan

menjamin kehidupan yang layak untuk mereka, dan telah berdirinya

asrama-asrama yatim yang tersebar di setiap kota yang ada Indonesia serta didirikannya

lembaga-lembaga pendidikan dan sanggar-sangar belajar hal ini jelas

membutuhkan kecakapan dalam mencari dan mengelola dana zakat, agar sarana

tersebut bisa benar-benar bermanfaat untuk membantu proses pendidikan dan

pembinaan anak-anak yang berada dibawah naungan BAZNAS. Manajemen

yang baik dalam proses penggalangan dana adalah suatu keniscayaan yang harus

dilaksanakan oleh BAZNAS supaya segala sesuatu yang telah diprogramkan

bisa terlaksana secara efektif dan efisien.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

manajemen penghimpunan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang

kemudian penulis masukan dalam sebuah judul skripsi yaitu : Manajemen

Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

6

(16)

7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembahasan mengenai manajemen Penghimpunan memiliki cakupan yang sangat luas,

agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah hanya pada

Manajemen Penghimpunan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalahnya adalah:

a. Bagaiman fungsi-fungsi Manajemen Penghimpunan Dana ZIS yang

diterapkan Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

b. Bagaiman langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan Penghimpunan Pada Manajemen Penghimpunan Dana ZIS

Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui fungsi-fungsi Manajemen Penghimpunan Dana ZIS

Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

b. Untuk mengetahui langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

2. Manfaat Penelitian

(17)

8

a. Ilmu Pengetahuan, Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi

pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang zakat, infak dan sedekah

secara umumnya dan dalam penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah

pada khususnya.

b. Manfaat akademik, yakni hasil dari penelitian ini dapat menjadi penambah

wawasan, inspirasi, serta pengetahuan bagi para mahasiswa dan mahasiswi

dalam manajemen pengumpulan dana yang baik.

c. Manfaat praktis, yakni hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah

bahan masukan dan evaluasi sehingga dapat meningkatkan kualitas dalam

pemberdayaan masyarakat setempat bagi lembaga yang bersangkutan.

d. Lembaga terkait, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi BAZNAS secara umum, dan menjadi bahan kajian

Divisi Penghimpunan yang menangani masalah ini secara khusus, agar

mampu mempertahankan kinerja yang sudah baik dan memaksimalkan

kinerja yang belum tercapai secara optimal.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Di mana yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang serta perilaku yang dapat diambil (didokumentasikan).

(18)

9

2. Jenis Penelitian

Ditinjau dari jenis penelitiannya, penulisan ini bersifat deskriptif, karena

data yang ditampilkan berupa kata-kata, bukan angka-angka. Dengan demikian,

laporan penelitian akan diberi berbagai kutipan data untuk memberikan gambaran

atas laporan tersebut. Data tersebut bisa bersumber dari hasil wawancara,

observasi, memo, dan dokumentasi lainnya.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

terhitung sejak bulan Februari sampai dengan April 2014.

4. Teknik Pemilihan Informasi

Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka dalam pemilihan informan dapat

menentukan informasi kunci tertentu yang syarat informasinya sesuai dengan fokus

penelitian. Untuk memilih sampel lebih tepat, maka dilakukan dengan sengaja,

yaitu peneliti memilih dan menetukan orang-orang yang dapat menjadi informan

untuk diwawancarai.

5. Sumber Data

Sumber data terdiri dari dua jenis, yaitu :

a. Data primer, yakni data utama yang terdiri dari kata – kata dan tindakan. Data

primer biasanya digunakan dalam penelitian ini berasal dari wawancara

dengan responden di lapangan dan hasil observasi pada subjek penelitian.

b. Data sekunder, yakni data tambahan yang berasal dari dokumen tertulis. Data

yang digunakan adalah buku, majalah ilmiah, arsip, serta dokumen milik

(19)

10

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data – data yang diperlukan, maka penulis

menggunakan jenis penelitian lapangan atau field research, dimana peneliti

datang langsung ke Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Dalam penelitian

ini, peneliti juga menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang

berkaitan dengan pembahasan di antaranya sebagai berikut :

a. Observasi

Istilah observasi berasal dari bahasa latin, yang berarti melihat dan

memperhatikan. Observasi merupakan salah satu cara penelitian pada

ilmu-ilmu sosial, cara ini biasanya hemat biaya dan dapat dilakukan oleh seorang

individu dengan menggunakan mata sebagai alat melihat data dan menilai

lingkungan yang dilihat.

Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian dengan cara mengamati

langsung terhadap segala hal yang terkait dengan masalah mengenai

strategi penghimpunan dana ZIS pada Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS).

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya

jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada

tujuan penyelidik. Dalam peneitian ini, penulis melakukan komunikasi

secara langsung dengan narasumber di Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) yaitu dengan bapak Natsir Tajug selaku Manajer Divisi

Penghimpunan.

(20)

11

Dokumentasi diartikan sebagai bahan tertulis maupun data yang

diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan formal organisasi itu

sendiri. Data yang didapat peneliti dalam penelitian ini adalah dari Badan

Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan foto-foto dokumentasi kegiatan

Penghimpunan dana zakat, infak, dan sedekah.

d. Teknik Analisis Data

Dari data yang dikumpulkan, lalu dianalisis dan diinterpretasikan.

Adapun dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode analisis

deskriptif, yaitu penelitian memberikan penjelasan mengenai karakteristik

suatu populasi atau fenomena tertentu. Di mana data tersebut menerangkan

dan memberikan sebuah gambaran secara apa adanya, kemudian penelitilah

yang menyimpulkan.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengadakan tinjauan pustaka

terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari bentuk

plagiat, yaitu :

1. Ratih Wulandari, yang skripsinya berjudul : Model Penghimpunan Zakat

Infak Sedekah Pada Badan Amil Zakat Kelurahan Gandaria Utara Jakarta

Selatan Dan Respon Masyarakat. Skripsi Mahasiswi Fakultas Syariah dan

Hukum, Jurusan Manajemen ZISWAF Prodi Muamalat ini disusun pada tahun

(21)

12

dilakukan oleh Badan Amil Zakat Kelurahan Gandaria Utara Jakarta Selatan

Dan Respon Masyarakat.7

2. Nurul Fajriah, yang skripsinya berjudul : Pola Pendistribusian Dana Zakat

Pada Badan amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Dalam Upaya

Peningkatan Mutu Pendidikan. Skripsi mahasiswi Fakultas Dakwah dan

Komunikaasi, Jurusan Manajemen Dakwah ini disusun pada tahun 2006 dan

berisi tentang : pola distribusi dana zakat yang dilakukan oleh BAZDA kota

Tangerang dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.8

3. Skripsi ditulis oleh Asep Muhdiyar Mahasiswa Manajemen Dakwah

2013.“Manajemen Fundraising Masjid Jami Al-Hidayah Tangerang.” Pada

skripsi tersebut sang peneliti mendapatkan hasil bahwa Masjid Al-Hidayah

Tangerang telah melaksanakan konsep manajemen fundraising, dengan

menerapkan prinsip-prinsip manajemen dan langkah-langkah manajemen

walaupun masih terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.9

4. Tesis ditulis oleh Halimsyah Mahasiswa Studi Ilmu Agama Islam

2011.“Strategi Pemberdayaan Zakat untuk Kesejahtraan Umat (Studi Kasus

Peran BAZIZ Kabupaten Aceh Singkil).” Pada Tesis tersebut sang peneliti

mendapatkan hasil bahwa BAZIZ Kabupaten Aceh Singkil telah

melaksanakan konsep Strategi Pemberdayaan Zakat.10

7

Ratih Wulandari, Model Penghimpunan Zakat Infak Sedekah Pada Badan Amil Zakat Kelurahan Gandaria Utara Jakarta Selatan Dan Respon Masyarakat, Jakarta, 2012

8

Nurul Fajriah, Pola Pendistribusian Dana Zakat Pada Badan amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan, Jakarta, 2006

9

Asep Muhdiyar, Manajemen Fundraising Masjid Jami Al-Hidayah Tangerang, Jakarta, 2013

10

(22)

13

Dilihat dari beberapa judul diatas, penelitian penulis berbeda dari penelitian

sebelumnya. Penelitian kali ini tidak menjadikan BAZDA, BAZ Kelurahan dan

Masjid sebagai objek penelitian dan juga tidak membahas aspek Model dan Pola,

kali ini penulis menggambarkan bagaimana Penghimpunan Dana ZIS Pada

BAZNAS. Oleh karena itu materi pembahasannyapun berbeda, materi yang penulis

bahas tentang “Penghimpunan Dana ZIS Untuk Kesejahteraan Mustahik Pada

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)”

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran tentang penelitian ini, peneliti telah menyusun penulisan

ini dalam lima bab. Tiap-tiap bab terdiri atas beberapa sub bab. Diawali dengan

pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan beserta kritik dan saran. Adapun

sistematika penulisan ini sebagai berikut ::

I. PENDAHULUAN

Memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka,

dan sistematika penulisan.

II. LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, dikemukakan teori – teori yang melandasi dan mendukung

penelitian. Yang meliputi pengertian, strategi, penghimpunan dana, Zakat, infak,

sedekah Serta pemberdayaan masyarakat.

III. GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

Pada bab ini, kami membahas mengenai profil dari Badan Amil Zakat

(23)

14

motto dan tujuannya, program-program kegiatannya, sarana dan prasarana,

struktur organisasi, pembiayaan operasional, serta kerjasama.

IV. ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

Bab ini membahas tentang hasil analisis Bagaiman Manajemen

Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

V. PENUTUP

Pada bab terakhir ini, kami memberikan kesimpulan terhadap hasil

penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya demi menghasilkan

masukan maupun saran dalam membangun serta pengembangan pada program

(24)

15

BAB II

TINJAUAN TEORI

TENTANG MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT, INFAK, SEDEKAH

A. Manajemen Penghimpunan

1. Pengertian Manajemen

Secara etimologi manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu manus

yang berarti tanggan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu

digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Manager

diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage,

dengan kata benda managemen, dan manager untuk orang yang melakukan

kegiatan menejemen. Akhirnya, managemen diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.11

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian manajemen,

penulis mengemukakan pendapat para pakar mengenai pengertian

manajemen, diantaranya sebagai berikut:

a. Menurut George Terry yang dikutip dalam buku Tommy Suprapto

mendefinisikan manajemen sebagai berikut, “manajemen merupakan

sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan:

perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

11

(25)

16

ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan

sumber-sumber lainnya.”12

b. Erni Trisnawati Sule mengemukakan bahwa “manajemen pada dasarnya

merupakan seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu terkait dengan

pencapaian tujuan.”13

c. Haiman dan Scott mengatakan “managementis a social and technical process which utilizies resources, influence human action and facilitales changes in order to accomplish or organization goals.”14

d. Ulber silalahi dalam bukunya mengemukakan bahwa “manajemen

didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengisian

staf, pemimpinan dan pengontrolan untuk optimasi penggunaan

sumber-sumber dan pelaksanaan tugas-tugas dalam mencapai tujuan

organisasional secara efektif dan efisien.”15

e. Secanlan dan Keys mengemukakan”Management may be defined as the coordination and integrating of all resources (both human and technical) to accomplish various specific results.”16

12

Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi (Jakarta: Med Press, 2009), cet ke-2, h.122.

13

Erni Trisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), cet ke-1, h.6.

14

Haiman and Scott, Management in the Modern Organization (Boston: Hougton Mifflin Company, 1970) h.7.

15

Ulber Silalahi, Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen (Bandung: Mandar Maju, 2002), Cet ke-2, h.4.

16

(26)

17

2. Pengertian Penghimpuanan

Untuk memahami penghimpunan atau biasa disebut istilah

fundraising kita bisa merujuk terlebih dahulu ke dalam kamus bahasa Inggris. Fundraisin di terjemahkan dengan pengumpulan uang. Mengapa pengumpulan uang perlu ? pengumpulan uang sangat di perlukan untuk membiayai program

kerja dan oprasional sebuah lembaga. Intinya keberlangsungan hidup sebuah

lembaga tergantung pada sejauh mana pengumpulan dana itu di lakukan.

Penghimpunan biasanya di lakukan oleh lembaga-lembaga atau organisasi

nirlaba.17

Dalam organisasi perusahaan, untuk menjaga keberlangsungan

hidup perusahaan dibutuhkan tim yang handal dalam mengatur perusahaan

tersebut. Tim tersebut terkumpul dalam suatu manajemen yang mampu

menggerakan seluruh elemen organisasi perusahaan dari operasional, produksi,

pengelolaan dan pemasaran. Posisi penghimpunan dalam organisasi nirlaba

hampir sama dengan posisi pemasaran dalam organisasi perusahaan. Hanya

saja, ada perbedaan mendasar antara penghimpunan dalam organisasi nirlaba

dan pemasaran dalam organisasi perusahaan.

Penghimpunan adalah proses mempengaruhi masyarakat baik

perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga

agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi. Kata mempengaruhi

masyarakat mengandung banyak makna; Pertama, dalam kalimat diatas

mempengaruhi bisa diartikan memberitahukan kepada masyarakat tentang

17

April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat

(27)

18

seluk beluk keberadaan organisasi nirlaba atau OPZ (karena organisasi

pengelola zakat bekerja atas dasar ibadah dan sosial, tidak fokus pada

perolehan laba dan keuntungan, maka OPZ menjadi bagian dari organisasi

nirlaba). 18

Kedua, mempengaruhi dapat juga bermakna mengingatkan dan

menyadarkan. Artinya mengingatkan kepada para donator dan calon donator

untuk sadar bahwa dalam harta yang di milikinya ada sebagian hak fakir

miskin yang harus di tunaikannya. Harta yang di milikinya bukanlah

seluruhnya di peroleh dari hasil usahanya secara mandiri. Karena manusia

bukanlah lahir sebagai makhluk individu saja, tetapi juga memfungsikan

dirinya sebagai makhluk sosial. Sesempurnanya manusia, tidak akan lepas dari

berinteraksi dan membutuhkan orang lain. Tidak mungkin, seseorang yang

membutuhkan sepotong baju harus mencari biji kapas terlebih dahulu,

kemudian menanamnya dalam waktu yang tidak cukup hanya satu dua bulan,

bahkan bertahun-tahun hingga tanaman kapas tumbuh dan berbuah. Setelah itu

memanennya, memintalnya menjadi benang, dan menenunnya menjadi kain.

Itupun belum selesai, masih ada proses mengukur besaran badan agar lebih

serasi untuk dijahit menjadi baju agar pas dan enak dikenanakan dan di

pandang mata. Sungguh, teamat sangat rumit apabila semuanya dikerjakan

sendirian. Dan ini, tidaklah mungkin dikerjakan oleh kita seorang diri. Yang

berarti ada sebagian besar tugas-tugas kita, yang biasa kita menikmati hasilnya,

kita mendapatkannya anpa berpikir, dari mana hasil yang kita dapatkan ini?.

18

(28)

19

Ternyata kita baru sadar ketika ada orang yang dating kepada kita menawarkan

berbagai macam program dan kegiatan untuk membantu kaum dhuafa.

Kesadaran yang seperti inilah yang di harapkan oleh OPZ dalam mengingatkan

para donator dan muzakky. Sehingga penyadaran dengan mengingatkan secara

terus menerus menjadikan individu dan masyarakat terpengaruh dengan

program dan kegiatan pemberdayaan masyrakat yang dilakukannya.19

Ketiga, mempengaruhi dalam arti medorong masyarakat, lembaga

dan individu untuk menyerahkan sumbangan dana baik berupa zakat, infak,

sedekah dan lain-lain kepada organisasi nirlaba. OPZ atau organisasi nirlaba

dalam melakukan penghimpunan juga mendorong kepedulian osial dengan

memperlihatkan prestasi kerja atau annual report kepada calon donator.

Sehingga ada kepercayan dari para calon donator setelah mempertimbangkan

segala sesuatunya. Dorongan hati nurani para calon doatur untuk memberikan

sumbangan dana kepada OPZ ini merupakan upaya penghimpunan dalam

upaya penggalian dana untuk keberlangsungan hidup OPZ.20

Keempat, mempengaruhi untuk membujuk para donator dan

muzakky untuk bertransaksi. Pada dasarnya keberhasilan suatu

peghimpunanadalah keberhasilan dalam membujuk para donator untuk

memberikan sumbangan dananya kepada organisasi pengelola zakat. Maka

tidak ada artinya suatu penghmpunan tanpa adanya transaksi. Kepandaian

seseorang dalam membujuk donatur, mestinya tidak bisa di pisahkan dengan

19

April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta: Teras, 2009) h. 12

20

(29)

20

kepandaian seseorang dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Jika dengan tulisan saja calon donator sudah merasa yakin, simpati dan

mendukung OPZ, maka akan lebih baik lagi apabila komunikasi tulisan diikuti

dengan tindakan silaturahmi sehingga terjadi kontak mata dan komunikasi

secara lisan. Proses membujuk masyarakat baik dengan lisan maupun tulisan

dari memulai memikirkan tema apa yang akan di tuliskan dalam sarana (

pamplet, spanduk, banner, dll) hingga silaturahmi untuk saling mempengaruhi

berjalan dengan baik. Sehingga terjadi transaksi karena dipengaruhi oleh sikap

dan perilaku para amil dalam membujuk para donator dan muzakky. Upaya

mempengaruhi ini merupakan bagian penting dari upaya penghimpunan.21

Kelima, dalam mengartikan penghimpuanan sebagai proses

mempengaruhi masyarakat, mempengaruhi juga dapat di terjemaahkan sebagai

merayu, memberikan gambaran tentang bagaimana proses kerja, program dan

kegiatan sehingga menyentuh dasar-dasar nurani seseorang.

Gambaran-gambaran yang diberikan inilah yang diharapkan bisamempengaruhi

masyarakat sehingga mereka bersedia memberikan sebagian dana yang di

milikinya sebagai sumbangan ana, zakat, infak, maupun sedekah kepada

organisasi yang telah merayunya. Kita bisa menganalogikan dengan seorang

yang sedang jatuh cinta. Kalau salah satu pasangan menghendaki sesuatu,

edangkan yang lain tidak menyetujui tatau tidak merkenen mereka tetap

berusaha untuk merayu, membujuk dengan berbagi cara bahkan terkadang

dengan ancaman. Sehingga pasangannya berubah pikiran karena merasa iba,

21

(30)

21

kasihan, sayang, cinta, tersentuh hati nuraninya, atau peasaan yang lainnya

beserta kekhawatiran apabila ditolak cintanya. Yang tadinya tidak menyetujui

karena berbagai perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya, berubah pikiran

menjadi menyetujui, bahkan memberikan penawaran yang lebih terhadap

pasangannya. Penghimpunan juga memberikan peluang untuk merayu kepada

para calon donator untuk terpaksa memberikan sumbangan dananya kepad

organisasi pengelola zakat karena gambaran-gambaran yang diberikan oleh

OPZ.22

Keenam, mempengaruhi dalam pengertian penghimpunan

dimaksudkan untuk memaksa jika diperkenankan. Bagi organisasi pengelola

zakat, hal ini bukanlah suatu fitnah, atau kekhawatiran akan menimbulkan

keburukan. Tentunya paksaan ini di lakuka dengan ahsan, sebagaimana

perintah Allah dalam Al quran surat At-taubah ayat 103;

                      

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.23

22

April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta: Penerbit TERAS, 2009) h. 15

23

(31)

22

3. Fungsi-Fungsi Manajemen Penghimpunan

George R Terry dalam bukunya Principles of Managemen sebagaimana

dikutip oleh Winardi, mengemukakan bahwa fungsi-fungsi manajemen terdiri

dari Planning, Organizing, Acuating , Controlling.24

Uraiannya sebagai berikut:

a. Planning (Perencanaan)

Perencanaan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan secara matang terhadap sesuatu yang akan dikerjakan di masa

yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditentukan.25

T. Hani Handoko mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

“perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan

selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.26

Salah satu cara yang paling lumrah dalam penyusunan suatu rencana

adalah dengan mengatakan bahwa perencanaan berarti mencari dan

menemukan jawaban terhadap enam pertanyaan yaitu apa, dimana,

bilamana, bagaimana, siapa, dan mengapa.27

Dalam aspek perencanaan terdapat dua tipe utama rencana, yaitu:28

24

Winardi, Asas-Asas Manajemen (Bandung: Bandar Maju, 2010), h. 133.

25

Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h.38.

26

T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2003), cet. ke-18, h. 77.

27

Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1, h.37.

28

(32)

23

1)Rencana-rencana Strategik (Strategic plans), rencana ini

dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang lebih

luas dan mengimplementasikan misi yang memberikan alasann

khas keberadaan organisasi.

2) Rencana-rencana operasional (Operational plans), dalam aspek

ini diuraikan secara terperinci bagaimana rencana-rencana

strategic akan dicapai. Dalam tipe operational plans, terdapat

dua sub-tipe dalam pelaksanaannya. Pertama, Rencana sekali

pakai (single use plans), bagian ini dikembangkan untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu dan tidak digunakan kembali

bila telah tercapai. Kedua, rencana tetap (standing plans),

merupakan pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan

situasi-situasi yang dapat diperkirakan dan terjadi berulangulang

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan

orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab

sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan

sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditentukan simbolnya.29

Pengorganisasian sebagai fungsi manajemen memiliki arti baik

secara statis ataupun dinamis. Secara statis, organisasi adalah skema,

bentuk, bagan yang menunjukkan hubungan antara fungsi serta otoritas dan

tanggung jawab yang berhubungan satu sama lain. Sedangkan organisasi

dalam arti dinamis adalah proses pendistribusian pekerjaan yang harus

29

(33)

24

dilaksanakan oleh individu atau kelompok dengan otoritas yang diperlukan

untuk pengoperasiannya. Jadi, pengorganisasian berarti menetapkan sistem

organisasi yang dianut dan mengadakan distribusi kerja agar

mempermudah perealisasian tujuan.30

c. Actuating (Penggerakan)

Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan

“Penggerakan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik

dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas

bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan

efisien, efektif, dan ekonomis”.31

d. Controlling (Pengawasan)

Menurut Mc. Farland yang dikutip dalam buku Maringan Masry

Simbolon mendefinisikan pengawasan sebagai barikut, “Pengawasan ialah

suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan

pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana,

perintah, tujuan, kebijkan yang telah ditentukan”.32

4. Langkah-langkah Manajemen Penghimpunan

Langkah-langkah dalam manajemen penghimpunan merupakan

penjabaran dari fungsi manajemen itu sendiri, maka langkah-langkah tersebut

merupakan pengejawantahan dari proses perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengawasan.

30

H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1, h. 24.

31

Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1, h.95.

32

(34)

25

Alur perencanaan penghimpunan dana ZIS

Keterangan:

Dalam proses perencanaan maka langkah-langkah yang harus dilakukan

adalah: 33

a. Perkiraan dan perhitungan masa depan

Dalam aspek ini suatu organisasi bisa membuat perkiraan mengenai

kemungkinan terlaksananya kegiatan fundraising, baik dari segi waktu, tempat

ataupun kondisi organisasi.

b. Penentuan dan perumusan sasaran

Di bagian ini ditentukan sasaran yang akan dijadikan objek

penghimpunan, segmentasi mana yang akan dijadikan sasaran penggalangan

dana, kemudian ditentukan juga tujuan dari penggalangan dana itu sendiri.

c. Penetapan Metode

Di bagian ini ditentukan metode apa yang akan dipakai untuk

penggalangan dana, metode penghimpunan sangat banyak sekali macamnya,

hal ini bisa ditentukan dengan berdasar kepada kondisi lembaga ataupun objek

penghimpunan.

33

Hasanudin, Manajemen Dakwah (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 28.

Perkiraan dan perhitungan masa depan

Penentuan dan

perumusan sasaran Penetapan Metode

Penetapan Waktu dan Lokasi

(35)

26

d. Penetapan Waktu dan Lokasi

Dalam poin ini ditentukan waktu pelaksanaan dan juga tempat yang

akan dijadikan sasaran penghimpunan.

e. Penetapan Program

Dalam poin ini ditentukan gambaran atau rentetan kegiatan yang akan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan penghimpunan.

f. Penetapan biaya

Dalam tahap ini organisasi harus memperkirakan biaya yang diperlukan

untuk proses penghimpunan, dan juga menentukan target dana yang akan

didapat.

Alur pengorganisasian penghimpunan dana ZIS

Keterangan:

Dalam proses pengorganisasian langkah-langkah yang harus dilakukan

adalah:34

a. Pembagian dan penggolongan tindakan penghimpunan

Dalam tahap ini suatu lembaga membagi penghimpunan sesuai dengan

strategi dan metode yang dijalankannya, pembagian ini sangat penting karena

pelaksanaanya pun akan berbeda dan dilakukan dengan cara yang berbeda.

34

Hasanudin, Manajemen Dakwah, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 29.

Pembagian dan penggolongan tindakan penghimpunan

Perumusan dan pembagian

(36)

27

b. Perumusan dan pembagian tugas kerja

Dibagian ini ditentukan pembagian tugas kerja dalam pelaksanaan

penghimpunan, pembagian tugas ini dimaksudkan agar tidak adanya tumpah

tindih tugas, semua tugas terbagi habis dan tidak ada yang terbengkalai sehingga

target penghimpunan yang telah ditetapkan dalam perencanaan dapat tercapai

secara efektif dan efisien.

c. Pemberian wewenang

Pada bagian ini para karyawan ataupun pekerja diberikan kejelasan

wewenang, agar tidak terjadi miss communication dan missunderstanding.

Alur penggerakan penghimpunan dana ZIS

Keterangan:

Dalam proses penggerakan langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:

a. Pembimbingan

Pembimbingan adalah aktivitas manajemen yang berupa memerintah,

menugaskan, memberi arah, memberi petunjuk kepada bawahan dalam

menjalankan tugas sehingga dapat tercapai dengan efisien.

b. Pengkoordinasian

Ibnu Syamsi sebagaimana dikutip Hasanudin, mengatakan bahwa yang

dimaksud dengan “pengkoordinasian adalah aktivitas dan fungsi manajemen

yang dilakukan dengan jalan menghubungkan-hubungkan, memanunggalkan

(37)

28

dan menyeleraskan orang-orang dan pekerjaan-pekerjaanya sehingga semuanya

berlangsung tertib dan seirama menuju ke arah tercapainya tujuan bersama”.35

c. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan pada hakikatnya merupakan kegiatan

manajemen yang terwujud dalam tindakan pemilihan diantara pelbagai

kemungkinan untuk menyelesaikan persoalan dan pertentangan yang timbul

dalam proses pengelolaan organisasi.36

Alur pengawasan penghimpunan dana ZIS

Keterangan:

Kemudian dalam proses pengawasan langkah-langkah yang harus

dilakukan adalah:

35

Hasanudin, Manajemen Dakwah (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 30.

36

Hasanudin, Manajemen Dakwah, h. 31

Menetapkan standar Pemeriksaan dan

penelitian

Membandingkan antara pelaksanaan tugas

dengan standar.

Mengadakan tindakan perbaikan dan pembetulan

(38)

29

a. Menetapkan standar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan standar

adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan.37

Adapun syarat-syarat standar yang baik adalah:38

1) Validitas; kesahihan

2) Reliabilitas; handal, terpercaya

3) Sensitivitas; kepekaan, kemampuan untuk membedakan

4) Akseptabilitas; dapat diterima untuk digunakan

5) Practicable; dapat dipraktikan. b. Pemeriksaan dan penelitian

Dalam pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan kegiatan

penghimpunan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan,yaitu:

1) Peninjauan pribadi manajer

2) Laporan secara lisan

3) Laporan tertulis

4) Laporan dengan penelitian terhadap hal-hal yang bersifat

istimewa.39

c. Membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standar.

Dalam proses ini dapat diadakan penilaian apakah proses

penghimpunan berjalan dengan baik atau sebaliknya telah terjadi

penyimpangan-penyimpangan. Apabila ternyata proses penghimpunan

berjalan dengan baik, artinya pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana dan

37

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 858.

38

E.K. Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam ( Jakarta: PT. Bhratara Karya Aksara, 1986), h. 154.

39

(39)

30

hasilnya dapat mendekati atau bahkan mencapai target yang telah

ditentukan. Hal itu bisa dijadikan contoh untuk pelaksanaan

penghimpunan berikutnya. Tetapi apabila dalam prosesnya terdapat

penyimpanganpenyimpangan dan hasilnya tidak dapat mencapai target

yang telah ditentukan, maka manajer harus memfokuskan perhatiannya ke

arah penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi.40

d. Mengadakan tindakan perbaikan dan pembetulan terhadap penyimpangan-

penyimpangan yang telah terjadi.

Diantara penyebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan yaitu:

a. Kekurangmampuan pihak pelaksana. Solusi dari permasalahan ini

dilakukan dengan training, penambahan atau penggantian tenaga

pelaksana.

b. Waktu dan biaya tidak cukup tersedia. Solusinya dengan tindakan

perbaikan berupa penyesuaian waktu dan biaya dengan kepadatan

volume pekerjaan.

c. Ketidakmampuan manajer/pemimpin dalam mengelola setiap elemen

yang dibutuhkan. Solusinya dengan peningkatan kualitas manajemen

melalui pelatihan, Training Development, dan Organization

Development.41

40

Abd.Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1977), h. 147

41

(40)

31

B. Pengertian Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

1. Zakat

Zakat berasal dari bentukan kata zaka yang berarti suci, baik, berkah,

tumbuh, dan berkembang. Menurut terminology syariat (istilah), zakat

adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai

syarat-syarat tertentu yang di wajibkan oleh Allah untuk di keluarkan dan di

berikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu

pula. Kaitan antara makna secara bahasa dan istilah ini berkaitan erat

sekali, yaitu bahwa setiap harta yang sudah di keluarkan zakatnya akan

menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang

Adapun persyaratan harta yang wajib di zakatkan itu, antara lain

sebagai berikut. Pertama, al-milk at-tam yag berarti harta itu di kuasai

secara penuh dan di miliki secara sah, yang di dapat dari usaha, bekerja,

warisan, atau pemberian yang ah, di mungkinkan untuk di pergunakan, I

ambil manfaatnya, atau kemudian di simpan. Di luar itu, seperti hasil

korupsi, kolusi suap, atau perbuatan tercela lainnya, tidak sah dan tak

akan di terima zakatnya. Dalam hadits Imam Muslim, Rasulullah

bersabda bahwa Allah SWT tidak akan menerima zakat atau sedekah dari

harta yang ghulul (di dpatkan dengan cara batil).

Kedua, an-namaa adalah harta yang berkembang jika di usahakan

atau memiliki potensi untuk berkembang misalnya harta perdagangan,

peternakan, pertanian, deposito mudharabah, usaha bersama, obligasi,

dan lain sebagainya. Ketiga, telah mencapai nisab, harta itu telah

(41)

32

jumlah 653 kg, emas atau perak telah senilai 85 gram, perdagangan telah

mencapai nilai 85 gram emas, peternakan sapi telah mencapai 30 ekor,

dan sebagainya. Keempat, telah memebihi kebutuhan pokok, yaitu

kebutuhan minimal yang di perlukan seseorang dan keluarganya yang

menjadi tanggungannya untuk kelangsungan hidupnya. Kelima, telah

mencapai satu tahun (haul) untuk harta-harta tertentu, mialnya

perdagangan. Akan tetapi untuk tanaman di keluarkan zakatnya pada saat

memanennya.42

2. Infak

Infak beasal dari kata anafaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu

harta untuk kepentingan sesuatu. Termasuk ke dalam pengertian ini, infak

yang di keluarkan orang-orang kafir untuk kepetingan agamanya, Allah

telah berfirman di dalam surat Al-Anfal: 36;

                                  

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka

untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan

harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan

dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu

dikumpulkan.

Sedangkan menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan

sebagian dari harta atau pendapatan atau pengjasilan untuk suatu

42

(42)

33

kepentingan yang di perintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya,

infak tidak mengenal nisab. Infak di keluarkan oleh setiap orang yang

beriman, baik yang berpenghasila tinggi atau rendah, apakah ia di saat

lapang maupun sempit.jika zakat harus di berikan pada mustahik tertentu (8

asnaf) maka infak boleh di berikan kepada siapa pin juga, misaalnya untuk

kedua orang tua, anak yatim, dan sebagainya.43

3. Sedekah

Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar orang yang suka

bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menerut terminologi

syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hokum

dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi,

sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat nonmaterial.

Hadist riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika

tidak mampu bersedekah dengan harta maka bembaca tasbih, memebaca takbir,

tahmid, tahlil, berhubungan suami istri, dan melakukan kegiatan amar ma’ruf

nahi munkar adalah sedekah44.

Sering kali kata-kata sedekah di pergunakan di dalam Al-Quran, tetapi

maksud sesungguhnya adalah zakat, misalnya firman Allah dalam surat

At-Taubah: 60 dan 103. Yang perlu diperhatikan, jika seseorang telah berzakat

tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat di anjurkan sekali untuk berinfak

43

Dididn Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, dan Sedekah (Jakarta: Gema Insani, 2008) h. 14

44

(43)

34

dan bersedekah. Berinfak adalah ciri utama orang yang bertakwa, telah

dijelaskan di dalam Al-Quran surat Ali Imran: 134;



 

 





 







 

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu

lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan

mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat

(44)

35

[image:44.595.97.512.231.607.2]

BAB III

GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

A. Sejarah Berdirinya BAZNAS

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan

satu-satunya yang di bentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8

Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat,

infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.45

Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang

melakukan pengelolaan zakat secara nasional.46

Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah

nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui

Menteri Agama.47

Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab

untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah,

kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

BAZNAS menjalankan empat fungsi, yaitu:48

1.Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

2.Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

45

Dokumentasi BAZNAS

46

Dokumentasi BAZNAS

47

Dokumentasi BAZNAS

48

(45)

36

3.Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

4.Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS memiliki

kewenangan:49

1. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat.

2. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi,

BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ

3. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana

sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.

Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang

mampu untuk membayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak

menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana

potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi

seluruh masyarakat. Agar menjadi sumber dana yang dapat dimanfaatkan bagi

kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan

dan menghilangkan kesenjangan sosial, perlu adanya pengelolaan zakat secara

professional dan tanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama

pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan,

pembinaan, dan pelayanan kepada muzaki, mustahiq dan pengelola zakat tentang

pengeloalaan zakat yang berasaskan iman dan taqwa.50

49

Dokumentasi BAZNAS Divisi Penghimpunan

50

(46)

37

Di Indonesia badan amil zakat sudah dilembagakan yaitu dinamakan BAZ.

Sementara itu, terjadi perkembangan yang menarik di Indonesia bahwa pengelolaan

zakat, kini memasuki era baru, yakni dikeluarkannya Undang-undang yang

berkaitan dengannya, yakni Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan

zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 tahun 1999 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 tahun. Undang-undang tersebut

menyiratkan tentang perlunya BAZ dan LAZ meningkatkan kinerja sehingga

menjadi amil zakat yang profesional, amanah, terpercaya dan memiliki program

kerja yang jelas dan terencana, sehingga mampu mengelola zakat, baik

pengambilannya maupun pendistribusiannya dengan terarah yang kesemuanya itu

dapat meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan para mustahik.

Selain menerima zakat, BAZNAS juga dapat menerima infak, sedekah, dan

dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah,

dan dana sosial keagamaan lainnya dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan

dilakukan sesuai dengan peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi dan harus

dilakukan pencatatan dalam pembukuan tersendiri.

Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara dan Hak Amil.Sedangkan BAZNAS provinsi dan

BAZNAS kabupaten/kota dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah dan Hak Amil, serta juga dapat dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan

(47)

38

B. Visi dan Misi BAZNAS 1. Visi51 BAZNAS

“Menjadi Badan Zakat Nasional yang Amanah, Transparan dan Profesional”.

2. Misi52 BAZNAS

a. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat melalui amil zakat.

b. Meningkatkan penghimpunan dan pendayagunaan zakat nasional sesuai

dengan ketentuan syariah dan prinsip manajemen modern.

c. Menumbuh kembangkan pengelola atau amil zakat yang amanah, transparan,

profesional, dan terintegrasi.

d. Mewujudkan pusat data zakat nasional.

e. Memaksimalkan peran zakat dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia

melalui sinergi dan koordinasi dengan lembaga terkait.

C. Struktur Organisasi BAZNAS

Menurut Didiet Hardjito struktur organisasi adalah susunan formal dan

mekanisme-mekanisme dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi

menunjukkan kerangka dan susunan sebagai perwujudan hubungan-hubungan

antar komponen-komponen, bagian-bagian, fungsi-fungsi, kegiatan-kegiatan dan

posisi-posisi juga menunjukkan hierarki, tugas dan wewenang serta

memperlihatkan hubungan pelopornya.53 Untuk jelasnya nama-nama pengurus

51

Visi adalah suatu impian/keadaan dimasa akan datang yang dicita-citakan oleh seluruh personil organisasi untuk dicapai. Lihat: Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik (Binarupa Aksara, 1996), cet ke-1, h. 38.

52

Misi adalah rangkaian kegiatan utama yang harus dilakukan organisasi untuk mencapai visinya. Menurut Peter Drucker untuk merumuskan misi, organisasi harus mengajukan pertanyaan: “in what business are we in or should be in” (dalam bisnis apa kita berada, atau seharusnya ada). Lihat: Hendrawan Supratikno, dkk, Advanced Strategic Management (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 13

53

(48)

39

yang berada dalam struktur Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bisa dilihat

[image:48.595.77.521.202.586.2]

dilampiran :54

Gambar : 1

D. Program Kerja BAZNAS

1. Zakat Community Development

Program Zakat Community Development (ZCD) adalah proses jangka

panjang dengan mengintegrasikan program-program untuk mengatasi masalah

kesehatan, pendidikan, ekonomi dan masalah sosial, dengan menggunakan dana

Zakat Infak Shodaqoh, diharapkan ada perubahan yang sangat signifikan dengan

54

Dokumentasi BAZNAS

(49)

40

adanya program ZCD, dengan partisipasi komunitas atau masyarakat, dengan

segala fasilitas dan teknologi yang diinovasikan pada suatu program.55

2. Konter Layanan Mustahik

Konter Layanan Mustahik (KLM) adalah tempat pelayanan mustahik yang

dibentuk BAZNAS untuk memudahkan mustahik mendapatkan bantuan sesuai

kebutuhannya. Bantuan yang disalurkan PPM berbentuk hibah (program karitas),

yang disalurkan untuk perorangan maupun lembaga.Konter Layanan Mustahik

memberikan pelayanan kepada mustahik dengan prinsip cepat, tepat dan akurat.56

Konter Layanan Mustahik berlokasi di Kantor Pusat BAZNAS, Jl. Kebon

Sirih No 57, Jakarta Pusat.Buka setiap hari kerja mulai pukul 9 pagi sampai

dengan pukul 3 sore.

Bantuan yang diberikan, yaitu :57

a. Bantuan kebutuhan hidup Mustahik

b. Bantuan kesehatan (bantuan pengobatan jalan)

c. Bantuan pendidikan (biaya tunggakan sekolah dll)

d. Bantuan ibnu sabil (bantuan untuk orang terlantar)

e. Bantuan Gharimin

f. Bantuan Mualaf

g. Bantuan fisabilillah

h. Bantuan advokasi pelayanan pendidikan, kesehatan dll.

55

Dokumentasi Baznas Divisi Penghimpunan

56

Dokumentasi Baznas Divisi Penghimpunan

57

(50)

41

3. Rumah Sehat BAZNAS

Rumah Sehat BAZNAS (disingkat RS BAZNAS) adalah Program Layanan

Kesehatan cuma-cuma bagi masyarakat miskin, sering disebut juga sebagai

“Rumah Sakit tanpa kasir”, karena memang tidak menyediakan kasir

pembayaran alias GRATIS.

Rumah Sehat BAZNAS hanya dikhususkan untuk masyarakat miskin

secara GRATIS dengan menggunakan sistem membership.58

Model pelayanan RUMAH SEHAT BAZNAS diberikan dalam bentuk:

a. Model Pelayanan Dalam Ruang

b. Model Pelayanan Luar Ruang

Saat ini Rumah Sehat BAZNAS telah dibuka di :

a. DKI Jakarta: Rumah Sehat BAZNAS Masjid Agung Sunda Kelapa,

Menteng, Jakarta Pusat

b. DI Yogyakarta: Rumah Sehat BAZNAS UII Metro TV, Bantul, DIY

c. Awal 2012, Rumah Sehat BAZNAS akan dibuka di:

d. Jawa Timur: Rumah Sehat BAZNAS PGN Al-Chusnaini, Sidoarjo, Jatim

e. Sulawesi Selatan: Rumah Sehat BAZNAS PERTAMINA, Makassar,

Sulsel

f. Kalimantan

Gambar

GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)
Gambar : 1

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menjadi salah satu tolak ukur efektif tidakya penghimpunan dana tersebut, meskipun terjadi peningkatan pada penghimpunan dana zakat namun kenyataanya

Selain itu juga, penghimpunan zakat profesi dilakukan dengan mekanisme tidak langsung dengan cara menyetorkan hasil pengumpulan zakat dari Unit Pengumpulan Zakat suatu

Dampak dari penyaluran Dana Zakat yang diberikan Secara langsung Kepada Mustahik yaitu Belum dikatakan Sejahtera.Karena mereka menyalurkan Zakat kepada orang yang

Lepas dari khilaf dan segala kekurangan, peneliti merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Manajemen Dana Zakat Infak Sedekah Pada

Selama masa pandemi Covid-19 telah terjadi penurunan penghimpunan dana zakat lembaga secara drastis sebesar 20 persen hingga 50 persen, diketahui bahwa penurunan ini

Strategi yang di tempuh untuk mengatasi kesenjangan antara potensi dan penghimpunan dana zakat di BAZNAS Kota Baubau Sulawesi Tenggara yaitu dengan melakukan

Dalam praktek penghimpunan dan distribusi dana zakat, infak dan dana sosial lainnya, LAZ Ummul Quro didukung oleh mitra-mitra LAZ yang jumlahnya sudah mencapai 20-an lembaga.26 Dana

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Formulasi Strategi Penghimpunan Dana Zakat oleh Badan