PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK),DAN INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA (IPM) TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI PROVINSI BANTEN PERIODE 2008-2013
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh:
Muhamad Burhanudin
NIM. 1110084000024
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Muhamad Burhanudin
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 11 November 1992
3. Alamat : Jl. Rawamangun Muka IV No.5, RT 014
RW 012, Kelurahan Rawamangun, Kecamatan Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, 14220, Jakarta.
4. Telepon : 087882087873
5. E-mail : muh.burhann@gmail.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN 09 Pagi, Jakarta Tahun 1998-2004
2. SMP Negeri 74 Jakarta Timur Tahun 2004-2007
3. SMA Negeri 31 Jakarta Pusat Tahun 2007-2010
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2014
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Staff Divisi Pendidikan, Himpunan Mahasiswa Jurursan IESP, 2011-2012 2. Ketua KKN Garuda, 2013
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Volunteer JOBSDB Career Expo, 2010 2. PT. Darya-Varia Laboratoria .tbk, 2014
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar Outlook Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Industri Keuangan dan Perbankan Syariah, UIN Jakarta, 2012
2. Studium General Jurusan IESP, UIN Jakarta, 2012.
3. Seminar di Badan Kebijakan Fiskal, Kementrian Keuangan RI, 2012. 4. Pelatihan Alat Analisis Location Question, Shift Share dan Tipologi
Sektoral, UIN Jakarta, 2012.
VI. KEPANITIAAN
VII. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Agus Supriyanto
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Agustus 1956
3. Hp. : 082111717388
4. Ibu : Hj. Tri Kumorowati
5. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 6 Maret 1963
6. Alamat : Jl. Rawamangun Muka IV No.5, RT 014
RW 012, Kelurahan Rawamangun, Kecamatan Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, 14220, Jakarta..
6. Telepon : 081285690778
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the influence of gross domestic product, the minimum wages district / city, and the human development index of the unemployment rate in Banten Province from 2008 to 2013.
Unemployment rate as the dependent variabel with the open unemployment rate as indicator. Regional gross domestic product, the minimum wage district / city, and the human development index as the independent variabels. This research uses panel data and analytical tools of Fixed Effects Model (FEM) by taking a sample of 4 districs and 4 cities in Banten Province from 2008 to 2013.
The result show that the unemployment rate are caused by the regional gross domestic product, the minimum wage district / city, and the human development index of 60.77% (Adj R2), while the remaining 39.23% is explained by other variables outside of the model which is an investment research and inflation. Furthermore, unemployment rate is influenced significantly regional gross domestic product, the minimum wage district / city, and the human development index about 14,47% (F-statistic). However partially, the probability of each independent variable shows (1) the unemployment rate was not significantly and positively influenced by the regional gross domestic product with a probability value of 0.3263, (2) the unemployment rate significantly and negatively affected by the minimum wage districts / cities with a probability value of 0.0025, (3) the unemployment rate significantly and negatively affected by human development index with a probability value of 0.0006.
Keywords: unemployment, gross regional domestic product, the minimum wage district / city, and the human development index.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh produk domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten dari tahun 2008 sampai 2013.
Tingkat pengangguran sebagai variabel dependen dengan tingkat pengangguran terbuka. Produk domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia sebagai variabel independen. Penelitian ini menggunakan data panel dan alat analisis Fixed Effect Model (FEM)
dengan mengambil sampel yaitu 4 Kabupaten dan 4 Kota di Provinsi Banten dari tahun 2008 sampai 2013.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa tingkat pengangguran mampu dijelaskan oleh produk domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia sebesar 60,77% (Adj R2), sedangkan sisanya yaitu sebesar 39,23% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian diantaranya yaitu investasi dan inflasi. Selanjutnya, tingkat pengangguran dipengaruhi signifikan oleh produk domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia secara simultan sebesar 14,47% (F-statistik). Namun secara parsial, probabilitas dari masing-masing variabel independen menunjukan (1) tingkat pengangguran dipengaruhi tidak signifikan dan positif oleh produk domestik regional bruto dengan nilai probabilitas sebesar 0,3263 , (2) tingkat pengangguran dipengaruhi signifikan dan negatif oleh upah minimum kabupaten/kota dengan nilai probabilitas sebesar 0,0025 , (3) tingkat pengangguran dipengaruhi signifikan dan negatif oleh indeks pembangunan manusia dengan nilai probabilitas sebesar 0,0006.
KATA PENGANTAR
Bismillahhirahmannirrahim,
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah
melimpahkan segala rahmat, karunia, rezeki, dan hidayahNya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK),dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi Banten Periode 2008-2013” dengan baik. Shalawat serta salam penulis hanturkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan,
bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di
sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya terutama kepada:
1. Keluarga tercinta dan terhebat yang saya miliki, Ayahanda Agus Supriyanto
yang selalu memberikan motivasi terbaik, selalu mencurahkan cinta, kasih
sayang dan perhatiannya, serta selalu bekerja keras demi anak-anak dan
keluarga, Ibunda Tri Kumorowati yang selalu memberikan motivasi terbaik,
Indah Pertiwi yang selalu menghibur di saat suka maupun duka, dan
memberikan dukungan baik materi maupun non materi selama menulis
skripsi. Tanpa didikan, dukungan dan pengorbanan kalian penulis tidak akan
menjadi pribadi seperti sekarang ini.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M.S, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga
selama perkuliahan.
3. Bapak Zuhairan Y.Yunan, S.E, M.Sc, Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 yang ditengah-tengah
kesibukannya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan,
ilmu yang berharga, serta bimbingan yang sangat berarti selama penyelesaian
skripsi. Terima kasih atas semua saran dan arahan yang Bapak berikan selama
proses penulisan hingga terselesaikan skripsi ini.
5. Ibu Fitri Amalia, Spd. MSi selaku Dosen Pembimbing 2 yang selalu bersedia
meluangkan waktu, memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti
kepada penulis. Terima kasih atas semua saran dan arahan yang ibu berikan
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu
memberikan rahmat dan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para
dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah
7. Ketua dan seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan
pelayanan pustaka selama penulisan skripsi ini.
8. Tika Amellia Nabilla, S.H. yang telah mengorbankan banyak waktu bersama
penulis dalam suka maupun duka, menemani disaat penulis membutuhkan
motivasi, dukungan dan penyemangat, mengingatkan penulis betapa
pentingnya sebuah pendidikan, terima kasih untuk motivasinya membuat
penulis menjadi bersemangat kembali untuk menyelesaikan skripsi ini, dan
selalu menjadi pendengar yang baik untuk keluhan-keluhan penulis. Semoga
dimudahkan dan disukseskan dalam menggapai cita-cita yang engkau
impikan.
9. Teman-teman seperjuangan kelas IESP A 2010, Adi, Agang, Agus, Amif,
Anggi Afra, Bagus, Denny, Dika, Drajad, Hadi, Isnan, Ravindra, Reza, Ricky,
Ridho, Sigit, terima kasih atas waktu yang sangat beharga yang kalian berikan,
selalu memberikan semangat kepada penulis, yang telah menghabiskan
banyak waktu untuk berbagi cerita dan selalu ada dalam suka maupun duka,
membantu saya dalam penyelesaiaan skripsi maupun perkuliahan, dan
mengingkatkan saya ketika melakukan kesalahan demi kebaikan saya selama
ini. Sukses untuk kita semua dan semoga Allah selalu melindungi dan
membalas semua kebaikan kalian.
10.Aditya Wahyudi dan Lutfi Anugrah Pangestu, sahabat terbaik sejak SMA
yang selalu ada dalam suka maupun duka, terima kasih untuk semua waktu
pendengar yang baik, sekaligus pemberi motivasi terbaik dalam tetap maju
dan tidak pernah menyerah dalam menjalani hidup. Semoga Allah membalas
semua kebaikan-kebaikan kalian.
11.Teman-teman PLASMA, Arinal, Boy, Budi, Chandra, Chintia, Dwi, Eky,
Elsa, Gilang, Hanifa, Hazman, Kevin, Putra, Rini, Risvandika, Ujoh, Wulan,
terima kasih selalu memberikan keceriaan dan selalu menghibur penulis serta
memberi semangat kepada penulils di saat sedih maupun senang, semoga apa
yang kalian cita-citakan tercapai.
12.Personil “OBLAKS”, Adi, Amif, Bagus, Hadi, Isnan, Ravindra, Reza, dan
Ricky, terima kasih atas dukungan dan semangatnya kepada penulis serta
keceriaan yang selalu kalian berikan.
13.Teman-teman IESP angkatan 2010 yang tidak saya bisa sebutkan satu-persatu,
terima kasih atas semua kenangan selama empat tahun kebersamaan dengan
penuh warna dan saling bahu-membahu dalam perkuliahan. Sukses untuk
kalian semua.
14.Kelompok KKN GARUDA 2013, yang telah menghabiskan waktu selama
satu bulan dengan canda dan tawa serta pelajaran hidup sangat berguna bagi
saya. Terima kasih atas waktunya yang beharga selama satu bulan, sukses
untuk kalian semua.
15.Semua pihak dan handai tolan yang tidak dapat penulis sebutkan namanya
satu-persatu yang telah memberikan kontribusi sekecil apapun dan dukungan
Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan menjadi amal
sholeh dan mendapat pahala sebesar-besarnya oleh Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik kritik yang membangun
dari berbagai pihak.
.
Jakarta, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah
Daftar Riwayat Hidup ...i
ABSTRACT ... iii
ABSTRAK ...iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xv
Daftar Gambar ...xvi
Daftar Lampiran ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
1. Pengangguran ... 12
a. Definisi Pengangguran ... 12
b. Jenis-jenis Pengangguran ... 14
c. Biaya Sosial dari Pengangguran ... 14
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 15
a. Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 15
3. Upah ... 17
a. Definisi Upah ... 17
b. Penetapan Upah Minimum Kota ... 20
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 22
a. Definisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 22
5. Hubungan Antar Variabel ... 24
a. Hubungan PDRB dengan Pengangguran ... 24
b. Hubungan UMK dengan Pengangguran ... 26
c. Hubungan IPM dengan Pengangguran ... 27
B. Penelitian Terdahulu ... 28
C. Kerangka Berpikir ... 39
D. Hipotesis ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43
B. Metode Penentuan Sampel ... 43
C. Metode Pengumpulan Data ... 44
D. Metode Analisis Data ... 44
1. Metode Data Panel ... 45
2. Permodelan Data Panel ... 46
a. Pooled Least Square (PLS) ... 46
b. Fixed Effect Model (FEM) ... 47
c. Random Effect Model (REM)... 47
3. Pemilihan Model Data Panel ... 48
a. PLS vs FEM (Uji Chow) ... 48
b. FEM vs REM (Uji Hausman) ... 50
3. Model Empiris ... 52
4. Uji Asumsi Klasik ... 53
a. Uji Normalitas ... 53
b. Uji Multikolinearitas ... 53
c. Uji Heteroskedastisitas ... 55
d. Uji Autokorelasi ... 56
5. Uji Hipotesis ... 57
a. Uji t ... 58
b. Uji F ... 58
c. Koefisien Determinasi (R2) ... 60
1. Variabel Dependen ... 60
2. Variabel Independen ... 61
BAB IV PEMBAHASAN ... 63
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 63
1. Provinsi Banten ... 63
B. Penemuan dan Pembahasan ... 64
1. Analisa Deskriptif ... 64
a.Analisa Deskriptif Tingkat Pengangguran (TP) di Provinsi Banten .... 64
b.Analisa Deskriptif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Banten ... 66
c.Analisa Deskriptif Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di Provinsi Banten. ... 68
d.Analisa Deskriptif Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Banten ... 69
2. Memilih Model Data Panel ... 70
a. Uji Chow ... 70
b.Uji Hausman ... 71
3.Hasil Estimasi Model Data Panel ... 72
1) Pendekatan Fixed Effect Model (FEM) ... 72
4. Uji Asumsi Klasik ... 73
a. Uji Normalitas ... 73
b. Uji Multikolinearitas ... 74
c. Uji Heteroskedastisitas ... 74
5. Pengujian Hipotesis ... 77
a. Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2) ... 80
b. Uji Signifikansi Individual (Uji t) ... 80
c. Uji Signifikansi Serentak (Uji F)... 83
6. Intepretasi Hasil Analisis ... 84
a. Analisis Tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Periode 2008-2013 . 85 b. Analisis Ekonomi ... 88
BAB V PENUTUP ... 93
A. Kesimpulan ... 93
B. Implikasi ... 94
C. Keterbatasan ... 95
D. Saran ... 96
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Prosentase Tingkat pengangguran di 6 Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2010 – 2013
3
1.2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi Tahun 2010-2013 (Milyar Rupiah)
4
1.3 Perkembangan Upah Minimum
Kabupaten/Kota di 6 Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2010-2013 (Dalam Ribuan Rupiah)
6
1.4 Indeks Pembangunan Manusia di 6 Provinsi di Pulau Jawa 2010-2013
7
1.5 Angka Harapan Hidup di 6 Provinsi di Pulau Jawa 2010-2013
8
2.1 Penelitian Terdahulu 32
3.1 Operasional Variabel Penelitian 61
4.1 Uji Chow 71
4.2 Uji Hausman 72
4.3 Regresi Fixed Effect Model (FEM) 72
4.4 Correlation Matrix 74
4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas 75
4.7 Hasil Estimasi 78
4.8 Nilai t-Statistik 81
4.9 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model
(FEM)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.2 Kerangka Pemikiran 40
4.1 Prosentase Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Banten tahun 2008 - 2013
65
4.2 PDRB atas Dasar Harga Konstan 2000 di Provinsi Banten tahun 2008 – 2013
67
4.3 Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di Provinsi Banten tahun 2008 - 2013
68
4.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Banten tahun 2008 - 2013
69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan Halaman
1 Data 100
2 Data setelah di Interpolasi 102
3 Uji Chow 106
4 Uji Hausman 106
5 Fixed Effect Model 107
6 Uji Normalitas 108
7 Uji Multikolinearitas 108
8 Uji Heteroskedastisitas 109
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan merupakan proses yang dapat ditelisik dengan
menggabungkan dua dimensi kehidupan. Dimensi pembangunan berjumlah dua
sebab tersusun atas manusia dan alam (Sagir, 2009:53). Pembangunan ekonomi
pada hakekatnya merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
mensejahterakan rakyat karena diukur tidak hanya melalui besarnya Produk
Domestik Bruto (PDB) suatu Negara saja tetapi juga diukur dari berbagai aspek
lain seperti pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan,
peningkatan dalam infrastruktur serta peningkatan dalam pemerataan pendapatan.
Dalam pembangunan ekonomi Indonesia, kesempatan kerja masih menjadi
masalah utama. Pokok dari permasalahan ini diakibatkan adanya kesenjangan
antara pertumbuhan jumlah tenaga kerja dengan ketersediaan lapangan pekerjaan
di berbagai sektor ekonomi. Ketimpangan antara ketersediaan lapangan kerja
dengan banyaknya tenaga kerja yang ada berdampak pada masalah baru yang juga
dihadapi Negara-negara berkembang termasuk Indonesia yaitu masalah tingkat
pengangguran yang tinggi. Apabila masalah tersebut tidak segera diatasi, maka
akan berpotensi menambah tingkat kemiskinan di Indonesia.
Istilah Pengangguran menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah
tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari
pekerjaan. Masalah pengangguran memang merupakan masalah yang sulit
dipecahkan hingga saat ini. Jumlah penduduk yang bertambah setiap tahunnya
mengakibatkan jumlah angkatan kerja meningkat namun tidak disertai dengan
meningkatnya kesempatan kerja. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran di Indonesia pada tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012 mengalami penurunan. Dari data tersebut dapat dikatakan
bahwa angka pengangguran sudah berkurang, namun jumlah angka pengangguran
yang ada masih cukup besar yaitu sebesar 7.429.598 juta jiwa. Berbagai upaya
telah dilakukan pemerintah guna mengurangi jumlah pengangguran. Salah satu
upaya yang dilakukan oleh pihak Kementerian Tenaga Kerja dan Transportasi
(Kemenakertrans) adalah dengan memfasilitasi perluasan dan kesempatan kerja,
melalui pemagangan dalam negeri dan luar negeri, program padat karya produktif,
padat karya inovatif dan wirausaha baru.
Masalah pengangguran terdapat di hamper seluruh provinsi di kepualan
Indonesia. Hal itu pun terjadi pula di beberapa Provinsi di Pulau Jawa diantaranya
Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, dan
Jawa Timur. Berikut tabel prosentase tingkat pengangguran di 6 Provinsi di Pulau
Tabel 1.1
Prosentase Tingkat pengangguran di 6 Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2010 – 2013
Provinsi 2010 2011 2012 2013
Banten 13.9 13.28 10.43 10.43
DKI Jakarta 11.18 10.81 10.3 10.3
Jawa Barat 10.45 9.83 9.43 9.43
Jawa Tengah 6.53 6 5.75 5.75
DI Yogyakarta 5.85 4.72 4.03 4.03
Jawa Timur 4.58 4.17 4.12 4.12
Sumber : BPS, 2012 (diolah)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa meskipun tingkat pengangguran di 6
Provinsi di Pulau Jawa mengalami tren menurun, namun tingkat pengangguran
pada Provinsi Banten terbilang masih cukup tinggi dibandingkan dengan Provinsi
lain yaitu sebesar 10,43% pada tahun 2012. Prosentase tingkat pengangguran di
Provinsi Banten apabila dilihat menurut kabupaten/kota juga mengalami tren
menurun. Pun begitu, prosentasenya masih cukup besar.
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) merupakan salah satu indikator
tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. PDRB merupakan nilai bersih
barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai tingkat kegiatan ekonomi
di suatu daerah dalam suatu periode (Roby, 2011: 5). Pada kenyataannya, PDRB
mempunyai pengaruh terhadap jumlah angkatan kerja yang bekerja dengan asumsi
unit ekonomi di suatu wilayah akan meningkat. Output yang jumlahnya
meningkat akan menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan tenaga kerja.
Berikut merupakan perbandingan jumlah nilai PDRB dari 6 Provinsi di Pulau
Jawa.
Tabel 1.2
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi Tahun 2010-2013 (Milyar Rupiah)
Provinsi 2010 2011 2012 2013
Banten 88552 94207 100000 105856
DKI Jakarta 395622 422237 449821 477285
Jawa Barat 322224 343111 364405 386838
Jawa Tengah 186993 198270 210848 223099
DI. Yogyakarta 21044 22132 23309 24567
Jawa Timur 342281 366983 393666 419428
Sumber : BPS, 2012 (diolah)
Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa PDRB di 6 Provinsi di Pulau Jawa terus
mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2013. Meskipun mengalami tren
meningkat, nilai PDRB di Provinsi Banten adalah yang terendah kedua setelah
Provinsi D.I Yogyakarta. Peningkatan nilai PDRB yang terjadi di Provinsi Banten
selaras dengan berkurangnya tingkat pengangguran di Provinsi tersebut, tetapi
dengan jumlah PDRB sebesar 10 triliun pada tahun 2013, tingkat pengangguran di
Provinsi Banten masih terbilang cukup tinggi yakni sebesar 10,43% pada tahun
Selain nilai PDRB suatu wilayah, tingkat upah minimum Kabupaten/Kota
(UMK) juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tingkat
pengangguran. Menurut Alghofari (2010) setiap kenaikan tingkat upah akan
diikuti oleh turunnya tenaga kerja yang diminta, yang berarti akan menyebabkan
meningkatnya pengangguran. Begitu pula sebaliknya apabila tingkat upah turun
maka akan diikuti oleh meningkatnya penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat
dikatakan bahwa jumlah tenaga kerja yang terserap mempunyai hubungan timbal
balik dengan tingkat upah. Upah mempunyai pengaruh terhadap jumlah angkatan
kerja yang bekerja. Semakin tinggi tingkat upah yang ditetapkan, maka biaya
produksi juga semakin meningkat. Sehingga dilakukanlah efisiensi oleh
perusahaan dengan cara pengurangan tenaga kerja dan berakibat pada
meningkatnya pengangguran. Berikut ini merupakan tingkat UMK di Provinsi
Tabel 1.3
Perkembangan Upah Minimum Kabupaten/Kota di 6 Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2010-2013 (Dalam Ribuan Rupiah)
Provinsi
Tahun
2010 2011 2012 2013
Banten 955,300 1,000,000 1,042,000 1,170,000
DKI Jakarta 1,118,000 1,290,000 1,529,150 2,200,000
Jawa Barat 671,500 732,000 780,000 850,000
Jawa Tengah 660,000 675,000 765,000 830,000
DI Yogyakarta 745,690 808,000 829,660 947,110
Jawa Timur 630,000 705,000 745,000 866,250
Sumber : BPS, 2012 (diolah)
Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan upah minimum pada
setiap Provinsi di Pulau Jawa. Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan
ekonomi yang meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan pertumbuhan ekonomi
dapat diukur melalui besarnya PDRB di setiap Provinsi. Dengan meningkatnya
tingkat upah minimum Kabupaten/Kota akan berdampak pada penyerapan tenaga
kerja dimasa yang akan datang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan turunnya
tingkat pengangguran di Provinsi Banten seperti yang digambarkan tabel 1.1.
Sementara itu pembangunan suatu daerah juga dapat dilihat melalui
besaran nilai indeks pembangunan manusia (IPM). Tinggi rendahnya nilai IPM
juga menentukan kualitas dari sumber daya manusia di suatu wilayah. Menurut
kunci dalam membentuk kemampuan sebuah Negara berkembang untuk
menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta
pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Berikut ini merupakan tabel
perbandingan jumlah indeks pembangunan manusia di 6 Provinsi di Pulau Jawa:
Tabel 1.4
Indeks Pembangunan Manusia di 6 Provinsi di Pulau Jawa 2010-2013
Provinsi
Tahun
2010 2011 2012 2013
Banten 70,48 70,95 71,49 71,90
DKI Jakarta 77,6 77,97 78,33 78,59
Jawa Barat 72,29 72,73 73,11 73,58
Jawa Tengah 72,49 72,94 73,36 74,05
Yogyakarta 75,77 76,32 76,75 77,37
Jawa Timur 71,62 72,18 72,83 73,54
Sumber : BPS RI, 2012
Dari tabel 1.8 diatas dapat dilihat bahwa nilai IPM secara keseluruhan
mengalami peningkatan di setiap Provinsi di Pulau jawa dari tahun 2010 sampai
2013. Meskipun mengalami tren meningkat, namun nilai indeks pembangunan
manusia di Provinsi Banten merupakan yang terendah di antara Provinsi lain di
Pulau Jawa. Hal ini menunjukka bahwa kualitas SDM di Provinsi Banten belum
cukup baik. Angka harapan hidup merupakan salah satu komponen untuk
mengukur indeks pembangunan manusia di suatu Negara atau wilayah. Besar nilai
merepresentasikan keadaan sumber daya manusia yang ada di suatu Negara atau
wilayah. Berikut merupakan perbandingan angka harapan hidup pada 6 Provinsi
di Pulau Jawa:
Tabel 1.5
Angka Harapan Hidup di 6 Provinsi di Pulau Jawa 2010-2013
Provinsi
Tahun
2010 2011 2012 2013
Dki Jakarta 73.20 73.35 73.49 73.56
Jawa Barat 68.20 68.40 68.60 68.84
Jawa Tengah 71.40 71.55 71.71 71.97
D I Yogyakarta 73.22 73.27 73.33 73.62
Jawa Timur 69.60 69.86 70.09 70.37
Banten 64.90 65.05 65.23 65.47 Sumber : BPS RI, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka harapan hidup di 6 Provinsi di
Pulau Jawa mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2013.
Meskipun terjadi peningkatan, angka harapan hidup di Provinsi Banten
merupakan yang terendah diantara 6 Provinsi lain. Rendahnya angka harapan
hidup merupakan akibat dari banyaknya kasus gizi buruk yang terjadi. Menurut
wakil gubernur Banten Rano Karno, salah satu kota di Provinsi Banten yaitu Kota
Serang termasuk salah satu daerah yang belum berhasil dalam penanganan gizi
buruk. Rendahnya angka harapan hidup ini berdampak pada rendahnya indeks
Berdasarkan data dan uraian diatas mengenai adanya pengaruh pada
Produk Domestik Regional Bruto, upah minimum Kabupaten/Kota dan indeks
pembangunan manusia terhadap tingkat pengangguran di seluruh Kabupaten/kota
di Provinsi Banten, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK),dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi Banten Periode 2008-2013”.
B. Perumusan Masalah
Pengangguran merupakan salah satu tolak ukur kondisi sosial ekonomi
dalam menilai keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah di suatu
daerah. Banyak sekali masalah-masalah yang timbul mengakibatkan naiknya
tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran di Provinsi Banten dari tahun 2008
hingga tahun 2013 mengalami periode yang relatif baik karena tren yang
menurun. Meskipun mengalami penurunan, tingkat pengangguran di Provinsi
Banten masih yang paling tinggi dibanding dengan Provinsi lain di pulau Jawa.
Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
dapat berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Banten agar diketahui faktor-faktor apa saja yang perlu di dukung dan
ditingkatkan guna mengurangi tingkat pengangguran. Besarnya tingkat
pengangguran dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya PDRB, UMK,
dan indeks pembangunan manusia. Oleh karena itu dapat dirumuskan masalah
1. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap
tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial?
2. Bagaimana pengaruh Upah Minimun Kabupaten/Kota (UMK) terhadap
tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial?
3. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap
tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial?
4. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah
Minimun Kabupaten/Kota (UMK),dan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara simultan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini antara lain:
a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten
secara parsial.
b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Upah Minimun
Kabupaten/Kota (UMK) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi
Banten secara parsial.
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten
secara parsial.
d. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional
Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat pengangguran di
Provinsi Banten secara simultan.
2. Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini diantaranya ialah:
a. Bagi Penulis
Merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha untuk menganalisis
pengaruh dari PDRB, UMK, dan IPM terhadap tingkat pengangguran
di Provinsi Banten. Sehingga penulis dapat mengaplikasikan teori
yang didapat selama masa kuliah dengan menganalisa serta
menyelesaikan masalah.
b. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna
untuk pemerintah sebagai saran untuk pengambil kebijakan agar
terciptanya kemajuan dalam pembangunan ekonomi. Selain itu penulis
juga berharap penelitian ini menambah ilmu ekonomi khususnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengangguran
a. Definisi Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika
seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha
secara aktif untuk mencari pekerjaan. Pengangguran merupakan suatu
keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin
mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan
tersebut (Sukirno, 1997).
Menurut Sukirno (1997) dalam skripsi Cholili (2014), pengangguran
adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan
kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan
tidak tergolong sebagai penganggur.
Sedangkan dalam ilmu kependudukan (demografi), orang yang
mencari kerja masuk dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan
kerja. Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja adalah 15-64 tahun.
Tetapi tidak semua penduduk yang berusia 15-64 tahun dihitung sebagai
angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk
pengangguran merupakan persentase angkatan kerja yang tidak/belum
mendapatkan pekerjaan (Rahardja, 2008 : 376).
Ada dua dasar utama klasifikasi pengangguran, yaitu pendekatan
angkatan kerja (labour force approach) dan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labour utilization approach) (Rahardja, 2008 : 378).
1. Pendekatan Angkatan Kerja (Labour Force Approach)
Pendekatan ini mendefinisikan penganggur sebagai angkatan kerja
yang tidak bekerja.
2. Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja (Labour Utilization Approach) Dalam pendekatan ini, angkatan kerja dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:
a) Menganggur (Unemployed), yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering
disebut juga pengangguran terbuka (open employment).
b) Setengah Menganggur (Underemployed), yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh. Artinya, jam
kerja mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam.
c) Bekerja penuh (Employed), yaitu mereka yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.
b. Jenis-jenis Pengangguran
Menurut Sukirno (1997), pengangguran biasanya dibedakan atas 3
1. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan
oleh tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya
dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan
keinginannya.
2. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh
adanya perubahan struktur dalam perekonomian.
3. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan
oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat
pengurangan dalam permintaan agregat.
c. Biaya Sosial dari Pengangguran
Pengangguran akan menimbulkan dampak negatif jika sifat
pengangguran sudah sangat struktural dan atau kronis (Rahardja, 2008 :
378).
1) Terganggunya Stabilitas Perekonomian
Pengangguran struktural dan atau kronis akan
mengganggu stabilitas perekonomian dilihat dari sisi
permintaan dan penawaran agregat.
2) Terganggunya Stabilitas Politik
Saat ini pengangguran bukan hanya masalah ekonomi,
melainkan juga masalah politik. Sebab dampak social dari
pengangguran sudah jauh lebih besar dari masa-masa
kriminalitas. Biaya ekonomi yang dikeluarkan untuk mengatasi
masalah-masalah social ini sangat besar dan sulit diukur tingkat
efisiensi dan efektivitasnya.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
a. Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004:8)
yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah
usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
Menurut departemen statistik ekonomi dan moneter dari Bank
Indonesia (2004:85), PDRB terdiri dari PDRB atas dasar harga berlaku
dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu
sebagai tahun dasar.
Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara
konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan
produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.
Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai
tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit
produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Unit-unit produksi dalam penyajian ini
dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: (1)
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2)
pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik,
gas dan air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan
restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real
estate dan jasa perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa
pemerintah).
2) Pendekatan Pengeluaran:
Produk Domestik Regional Bruto adalah semua
komponen permintaan akhir yang terdiri dari : (1) Pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2)
konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik
bruto, (4) perubahan inventori dan (5) ekspor neto (merupakan
ekspor dikurangi impor).
3) Pendekatan Pendapatan:
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas
jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta
dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu
upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya
sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak
tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).
3. Upah
a. Definisi Upah
Di dalam sistem Ricardo, upah memainkan peranan aktif dalam
menentukan pendapatan antara modal dengan buruh. Tingkat upah
meningkat bila harga barang yang dibutuhkan buruh meningkat. Barang
yang diproduksi buruh sebagian besar adalah hasil pertanian. Karena itu
untuk menghasilkan satu unit produk dibutuhkan buruh lebih banyak.
Sehingga apabila permintaan terhadap buruh mulai meningkat maka
akan menaikkan upah (Jhingan, 2012: 90).
Menurut Mill, elastisitas penawaran tenaga kerja sangat tinggi
dalam menanggapi kenaikan upah. Upah pada umumnya melebihi
tingkat penghidupan minimum. Upah dapat naik karena peningkatan
cadangan modal yang berputar dengan penduduk yang dipakai untuk
mengupah tenaga kerja atau karena pengurangan jumlah tenaga kerja.
Jika upah naik, penawaran tenaga kerja akan naik. Persaingan antara
pekerja tidak hanya akan menurunkan upah tetapi juga sebagian buruh
akan kehilangan pekerjaan. (Jhingan, 2012: 106).
Menurut teori upah efisiensi, perusahaan bersedia membayar
untuk menghindari kelalaian atau mengulur-ngulur waktu kerja. (Schaum’s, 2006:264). Mankiw (2006) dalam Skripsi Anggrainy (2013)
menjelaskan bahwa teori upah-efisiensi mengajukan penyebab ketiga
dari kekakuan upah selain undang-undang upah minimum dan
pembentukkan serikat pekerja. Teori upah-efisiensi yang pertama
menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih
produktif. Pengaruh upah terhadap efisiensi pekerja dapat
menjelaskan kegagalan perusahaan untuk memangkas upah meskipun
terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja. Meskipun akan
mengurangi tagihan upah perusahaan, (jika teori ini benar) maka
pengurangan upah akan memperendah produktivitas pekerja dan laba
perusahaan.
Teori upah-efisiensi yang kedua, menyatakan bahwa upah
yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Dengan membayar
upah yang tinggi, perusahaan mengurangi frekuensi pekerja yang
keluar dari pekerjaan, sekaligus mengurangi waktu yang dibutuhkan
perusahaan untuk menarik dan melatih pekerja baru. Teori
upah-efisiensi yang ketiga menyatakan bahwa kualitas rata-rata tenaga
kerja perusahaan bergantung pada upah yang dibayar kepada
karyawannya. Jika perusahaan mengurangi upahnya, maka pekerja
terbaik bisa mengambil pekerjaan di tempat lain, meninggalkan
perusahaan dengan pekerja yang tidak terdidik yang memiliki lebih
bahwa upah yang tinggi meningkatkan upaya pekerja. Teori ini
menegaskan bahwa perusahaan tidak dapat memantau dengan
sempurna upaya para pekerja, dan para pekerja harus memutuskan
sendiri sejauh mana mereka akan bekerja keras. Semakin tinggi upah,
semakin besar kerugian bagi pekerja bila mereka sampai dipecat.
Dengan membayar upah yang lebih tinggi, perusahaan memotivasi
lebih banyak pekerja agar tidak bermalas-malasan dan dengan
demikian meningkatkan produktivitas mereka.
Teori upah subsitensi (hukum besi) oleh David Ricardo
(1772-1823) yaitu upah ditentukan oleh interaksi penyediaan dan
permintaan akan buruh. Lebih lanjut berasumsi bahwa bila
pendapatan penduduk bertambah di atas tingkat subsisten, maka
penduduk akan bertambah lebih cepat dari laju pertambahan
makanan dan kebutuhan lain. Angkatan kerja bertambah maka akan
bertambah pula angkatan kerja yang memasuki pasar kerja dan mencari
kerja. Penawaran tenaga kerja menjadi lebih besar dari permintaan.
Teori upah besi adalah upah riil dalam jangka panjang cenderung
terhadap upah minimum yang diperlukan untuk menyokong kehidupan
pekerja. Upah tidak dapat jatuh di bawah tingkat subsistensi karena
tanpa subsisten, buruh tidak akan mampu bekerja. Teori iron wage
ini cenderung merugikan kepentingan pengusaha dan pekerja yang
belum mendapatkan pekerjaan. Kenaikan upah akan menurunkan
mendapatkan pekerjaan dan para pengusaha akan disulitkan dengan
kenaikan biaya produksi. Kegagalan upah dalam melakukan
penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan
permintaannya merupakan indikasi adanya kekakuan upah (wage
rigidity) (Devi, 2011 :4-5).
b. Penetapan Upah Minimum Kota
Pengertian upah minimum dalam pasal 1 ayat 1 dari Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. 1 tahun 1999, upah minimum didefinisikan
sebagai upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan
tetap. upah minimum provinsi adalah upah bulanan terendah yang
meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur.
Kebijakan upah minimum di dalam Undang Undang No 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan yang isinya antara lain:
1) Pemerintah menetapkan upah berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak
(KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan
ekonomi.
2) Upah Minimum dapat diterapkan:
(a) berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
(b) berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.
Upah minimum sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok
lapangan usaha beserta pembagiannya menurut klasifikasi lapangan
atau nasional dan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum
regional daerah yang bersangkutan.
3) Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau
Bupati/Walikota.
4) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah
minimum.Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah
minimum dapat dilakukan penangguhan. Penangguhan pelaksanaan
upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan
untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan
upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu.
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
a. Definisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Menurut UNDP indeks pembangunan manusia memberikan
suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia
diantaranya: panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia
harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis
orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan
tinggi), dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya
beli/PPP, penghasilan) (UNDP, 2004).
IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara
terbelakang. Selain itu indeks ini juga menjadi parameter untuk
melihat pengaruh kebijakan ekonomi suatu negara terhadap kualitas
rakyatnya. Dan tidak hanya digunakan sebagai tolak ukur
pengelompokan suatu Negara tetapi juga dapat digunakan sebagai
tolak ukur untuk mengukur dan pengelompokan Subnegara (daerah/
bagian) (Cholili, 2014 : 5) .
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang
menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai
kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai
bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya. Nilai IPM menunjukkan seberapa jauh
wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka
harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan
masyarakat, dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah
mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah
terhadap angka 100, maka semakin dekat jalan yang harus ditempuh
untuk mencapai sasaran itu.
Kedudukan dan peran IPM dalam pembangunan akan lebih
terlihat kalau dilengkapi dengan suatu data yang berisikan indikator
yang relevan dengan IPM dan disusun sebagai suatu sistem data yang
lengkap. Sistem data yang lengkap dan akurat akan lebih dapat
mengkaji berbagai kendala dan implementasi program pembangunan
wilayah untuk dimasukkan sebagai masukan dalam perencanaan
pembangunan periode berikutnya, sehingga diharapkan nilai IPM
sebagai tolok ukur pembangunan dapat mencerminkan kondisi
kemiskinan masyarakat yang sesungguhnya. Adapun hambatan yang
dihadapi oleh pemerintah maupun pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pencapain prestasi IPM ini adalah kurangnya pengetahuan
tentang pentingnya kasus tersebut, dan dipihak lain juga kurang nya
sosialisasi tentang hal tersebut, sehingga menyebabkan buruknya
prestasi kita dikancah internasional, hal ini dapat dilihat dari masih
banyaknya indikator -indikator IPM yang belum terpenuhi.
Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui
pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur
panjang dan sehat; pengetahuan dan kehidupan yang layak. Ketiga
dimensi tersebut memiliki pengertian yang sangat luas karena terkait
banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka
umur harapan hidup. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan
digunakan gabungan indicator angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan
indicator kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity). (Indeks Pembangunan Manusia, Katalog BPS, 2007 : 9)
Salah satu keuntungan terbesar dari IPM adalah indeks ini
mengungkapkan bahwa sebuah Negara dapat berbuat jauh lebih baik
yang besar dapat berperan relatif kecil terhadao pembangunan manusia.
Lebih jauh, IPM menunjukkan dengan jelas bahwa kesenjangan dalam
pendapatan lebih besar daripada kesenjangan dalam indikator
pembangunan yang lain, paling tidak dalam indikator kesehatan dan
pendidikan (Todaro, 2006 : 75).
5. Hubungan antar variabel
a. Hubungan PDRB dengan Pengangguran
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kinerja
yang menggambarkan hasil dari pembangunan yang telah dicapai.
Indikator ini penting bagi daerah karena dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi bagi pemerintah daerah atas keberhasilan
pembangunan yang telah dicapai sekaligus sebagai dasar perencanaan
dan pengambilan kebijakan dimasa yang akan datang. Arsyad (2000)
dalam skripsi Yeni Dharmayanti (2011) menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi daerah diartikan sebagai kenaikan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang apakah
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau
tidak. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi daerah secara
langsung ataupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja.
Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu dari Nainggolan, 2009 yang melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor
Propinsi Sumatera Utara” yang menjadi rujukan dan persamaan dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat adanya pengaruh PDRB
dan jumlah pengangguran yang bersifat positif dalam Teori
Pertumbuhan Ekonomi. Dikatakan berpengaruh positif sebab
pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi oleh peningkatan kapasitas
produksi, sehingga jumlah pengangguran tetap meningkat seiring
pertumbuhan ekonomi yang berlangsung. Hal ini disebabkan
pertumbuhan ekonomi yang meningkat tersebut berorientasi pada
padat modal, dimana kegiatan produksi untuk memacu output dan
menghasilkan pendapatan yang meningkat lebih diutamakan
ketimbang pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada padat karya.
b. Hubungan UMK dengan Pengangguran
Upah merupakan wujud nyata dari sebuah bentuk pertukaran
yang terjadi antara pengguna jasa (perusahaan) dan pemberi jasa
(rumah tangga). Upaya meminimalisasi persoalan upah minimum
dilakukan pemerintah dengan menyusun rumusan upah minimum
yang diharapkan menjadi acuan bagi pengusaha agar memenuhi
kewajibannya membayar upah buruh atau pekerja untuk dapat hidup
layak dari upah yang diterimanya. Dengan berlakunya
Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka
keputusan UMK untuk tiap Kabupaten atau Kota Madya
langsung dibuat oleh Gubernur atas rekomendasi para Bupati dan
Penelitian lainnya yang serupa dan mendukung adalah dari Wicaksono, 2010 yang berjudul “Analisis Pengaruh PDB Sektor
Industri, Upah Riil, Suku Bunga Riil dan Jumlah Unit Usaha
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pengolahan
Sedang dan Besar di Indonesia Tahun 1990-2008” yang
menyatakan bahwa kebijakan pemberlakuan dan peningkatan upah
riil berpengaruh negatif sebab dapat menyebabkan terjadinya
pengangguran dalam masyarakat. Adanya tuntutan kenaikan UMK
pada tiap kota setiap tahunnya yang dimaksudkan untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan kaum buruh, disisi lain
(pengusaha) justru berpengaruh negatif terhadap jumlah
pengangguran. Hal tersebut dikarenakan jika UMK meningkat maka
biaya produksi yang dikeluarkan cukup tinggi, sehingga terjadi
inefisiensi pada perusahaan dan akan mengambil kebijakan
pengurangan tenaga kerja guna mengurangi biaya produksi dan hal ini
akan berakibat dikuranginya tenaga kerja. Teori yang signifikan untuk
menjelaskan keadaan perekonomian di suatu daerah khususnya di
Indonesia adalah mengenai teori kekakuan upah. Kekakuan upah
(Wage rigidity) adalah gagalnya upah melakukan penyesuaian
sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya.
c. Hubungan IPM dengan Pengangguran
teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitasnya agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Kualitas Sumberdaya Manusia yang dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia dapat menjadi penyebab terjadinya penduduk miskin. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja yang berimbas pada rendahnya perolehan pendapatan.
B. Penelitian Terdahulu
Alexander Muravyev dan Aleksey Oshchepkov melakukan
penelitian yang berjudul “Minimum Wages, Unemployment and
Informality: Evidence from Panel Data on Russian Regions”. Dalam penelitian ini mereka melihat efek pasar tenaga kerja dari
adanya upah minimum dengan mengambil data yang mencakup 89
wilayah di Rusia dari tahun 2001 sampai tahun 2010. Hasil dari
penelitian mereka menunjukkan bahwa upah minimum
menimbulkan pengangguran di kalangan pekerja muda berusia 15
sampai 24 tahun. Sebaliknya, tidak terdapat dampak dari upah
terhadap pekerja muda berusia 25 sampai 72 tahun.
M. Choudhry, dkk melakukan penelitian yang berjudul
“Youth and total unemployment rate: the impact of policies and institutions”. Penelitian inimemperkirakan dampak dari beberapa lembaga, kebijakan untuk pemuda dan jumlah tingkat
pengangguran pada Negara-negara maju selama tiga dekade
analaisis panel fixed effect. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa selain pertumbuhan ekonomi, kebebasan ekonomi, pasar
tenaga kerja, pekerja paruh waktu dapat mengurangi pengangguran
dan meningkatkan kinerja pasar tenaga kerja.
Thomas Lemieux melakukan penelitian yang berjudul
“Minimum Wages and the Joint Distribution Employment and Wages”. Penelitian ini memperikarakan dampak dari upah minimum terhadap distribusi upah dan pendekatan tenaga kerja.
Dengan menggunakan data Negara Kanada dari tahun 1997 sampai
2010, peneliti menemukan bahwa untuk remaja, kenaikan upah
minimum dapat meningkatkan jumlah sebagian pekerja tetapi juga
menghasilkan beberapa kerugian. Tidak ada dampak dari upah
minimum terhadap orang dewasa.
Muhammad Shun Hajji dan Nugorho SBM melakukan penelitian berjudul “Analisis PDRB, Upah Minimum Provinsi, dan
Angka Melek Huruf Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di
Provinsi Jawa Tengah Tahun 1990-2011”. Penelitian ini
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan tingkat pengangguran terbuka sebagai variabel
dependen dan empat variabel independen yaitu produk domestik
regional bruto, inflasi, Upah Minimum Kota dan angka melek
minimum Provinsi dan angka melek huruf berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. Untuk di masa
yang akan datang kebijakan Upah Minimum Kota perlu di awasi
dengan benar agar tercapai keseimbangan pada pasar tenaga kerja.
Kasus ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah guna
terciptanya permintaan tenaga kerja dan mengantisipasi
terbuangnya potensi sumber daya yang dimiliki.
Kholifah Anggrainy melakukan penelitian berjudul “Analisis Dampak Kenaikan Upah Minimum Kota (UMK)
terhadap Kesempatan Kerja dan Investasi”. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis bagaimana dampak kenaikan upah
minimum terhadap kesempatan kerja dan investasi di Kota Malang
tahun 2001-2011. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel UMK memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
kesempatan kerja, sedangkan investasi memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap kesempatan kerja di Kota Malang.
Roby Cahyadi Kurniawan melakukan penelitian berjudul “Analisis Pengaruh PDRB, UMK, dan Inflasi Terhadap Tingkat
Pengangguran Terbuka di Kota Malang Tahun 1980-2011”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai PDRB, Upah,
individu terhadap tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Malang
tahun 1980 – 2011. Dan menganalisis nilai PDRB, Upah,
Inflasi, Investasi, Tingkat Bunga dan Jumlah Industri secara
bersama – sama terhadap tingkat Penganguran Terbuka di Kota
Malang Tahun 1980 – 2011. Hasil penelitian menunjukkan
variabel PDRB, UMK, Inflasi, Investasi, Tingkat Bunga, Industri
berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat pengangguran
terbuka. Variabel UMK dan tingkat bunga memiliki pengaruh
positif yang signifikan. Sedangkan variabel PDRB, Inflasi,
Investasi dan Industri memiliki pengaruh negatif yang signifikan
terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka.
Fatkhul Mufid Cholili melakukan penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Pengangguran, Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Jumlah Penduduk Miskin (Studi Kasus 33 Provinsi Di Indonesia)”.
Penelitian ini menganalisis faktor yang mempengaruhi kemiskinan
di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana
tiga variabel independen berpengaruh terhadap kemiskinan di
Indonesia, dengan variabel independen adalah indeks
pembangunan manusia, produk domestik regional bruto, dan
pengangguran baik secara simultan maupun secara parsial. Hasil
ketiga variabel independen dengan koefisien determinan 0.743
(R-Square). Namun ketika diuji secara parsial PDRB tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan
IPM dan pengangguran secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Penulis Tahun Judul Variabel Metode Hasil
C. Kerangka Berpikir
Pada rumusan masalah penelitian telah di tetapkan akan
dikaji pengaruh antara PDRB, Upah Minimum Kota, dan Indeks
Pembangunan Manusia terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi
Banten dari tahun 2008 sampai tahun 2013.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan apa saja
variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian ini.
Diperkirakan tingkat pengangguran dipengaruhi oleh PDRB, upah
minimum kota dan indeks pembangunan manusia, sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
Y : Tingkat Pengangguran
X1 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
X2 : Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
X3 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Secara lebih jelasnya pengaruh PDRB, upah minimum kota
dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat pengangguran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Tingkat
Pengangguran di Provinsi Banten periode tahun 2008-2013
Variabel Independen Variabel Dependen
Tingkat
D. Hipotesis
Dari rumusan permasalahan yang ada, dirumuskan hipotesis
yang berkaitan untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
Produk Domestik Regional Bruto terhadap tingkat
pengangguran di Provinsi Banten secara parsial.
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Produk
Domestik Regional Bruto terhadap tingkat pengangguran di
Provinsi Banten secara parsial.
2. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
Upah Minimum Kabupaten/Kota terhadap tingkat
pengangguran di Provinsi Banten secara parsial.
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Upah
Minimum Kabupaten/Kota terhadap tingkat pengangguran di
Provinsi Banten secara parsial.
3. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
Indeks Pembangunan Manusia terhadap tingkat pengangguran
di Provinsi Banten secara parsial.
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Indeks
Pembangunan Manusia terhadap tingkat pengangguran di
4. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
Produk Domestik Regional Bruto, Upah Minimum Kota, dan
indeks pembangunan manusia terhadap tingkat pengangguran
di Provinsi Banten secara simultan.
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Produk
Domestik Regional Bruto, Upah Minimum Kabupaten/Kota,
dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh PDRB, UMK, dan IPM
terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten selama enam tahun,
yaitu dari tahun 2008-2013. Adapun variabel-variabel yang digunakan
terdiri dari empat variabel. Tingkat pengangguran merupakan variabel
terikat atau dependent variable. Sedangkan untuk variabel bebas atau
independent variable adalah produk domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2010 : 62). Metode yang digunakan dalam pemilihan
objek dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana peneliti kemungkinan mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel
secara acak. Tujuan peneliti memilih sampel daerah Provinsi Banten adalah
meneliti apakah yang menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di
Provinsi Banten (Indriantoro, 2009:131).
Penelitian ini menggunakan data populasi di Provinsi Banten yang
terdiri dari delapan Kabupaten/Kota antara lain: Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini
diperoleh melalui data sekunder atau pihak ketiga, sehingga tidak
diperlukan teknik kuesioner. Periode data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder pada tahun 2008-2013 yang didapat dari
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. Sebagai pendukung digunakan buku
referensi, jurnal, surat kabar serta hasil dari website internet yang terkait dengan masalah tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Banten.
Menurut Insukrindo (1996) pada skripsi Rully (2015) mengingat
ketersediaan data dan kebutuhan jumlah data untuk permodelan yang
diperoleh terbatas, maka data tahunan diinterpolasi menjadi data
semesteran dengan menggunakan metode interpolasi.
D. Metode Analisis Data
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan maka
metode analisis dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif, yaitu
di mana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka, dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan format
deskriptif bertujuan untuk menjelaskan dan meringkaskan berbagai kondisi,
berbagai situasi, atau beberapa variabel yang timbul di masyarakat yang
menjadi obyek penelitian ini. Dimana metode analisis dalam penelitian ini