• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten periode 2008-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten periode 2008-2013"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK),DAN INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA (IPM) TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI PROVINSI BANTEN PERIODE 2008-2013

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh:

Muhamad Burhanudin

NIM. 1110084000024

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Muhamad Burhanudin

2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 11 November 1992

3. Alamat : Jl. Rawamangun Muka IV No.5, RT 014

RW 012, Kelurahan Rawamangun, Kecamatan Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, 14220, Jakarta.

4. Telepon : 087882087873

5. E-mail : muh.burhann@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN 09 Pagi, Jakarta Tahun 1998-2004

2. SMP Negeri 74 Jakarta Timur Tahun 2004-2007

3. SMA Negeri 31 Jakarta Pusat Tahun 2007-2010

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2014

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Staff Divisi Pendidikan, Himpunan Mahasiswa Jurursan IESP, 2011-2012 2. Ketua KKN Garuda, 2013

IV. PENGALAMAN KERJA

1. Volunteer JOBSDB Career Expo, 2010 2. PT. Darya-Varia Laboratoria .tbk, 2014

V. SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Seminar Outlook Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Industri Keuangan dan Perbankan Syariah, UIN Jakarta, 2012

2. Studium General Jurusan IESP, UIN Jakarta, 2012.

3. Seminar di Badan Kebijakan Fiskal, Kementrian Keuangan RI, 2012. 4. Pelatihan Alat Analisis Location Question, Shift Share dan Tipologi

Sektoral, UIN Jakarta, 2012.

VI. KEPANITIAAN

(7)

VII. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : H. Agus Supriyanto

2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Agustus 1956

3. Hp. : 082111717388

4. Ibu : Hj. Tri Kumorowati

5. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 6 Maret 1963

6. Alamat : Jl. Rawamangun Muka IV No.5, RT 014

RW 012, Kelurahan Rawamangun, Kecamatan Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, 14220, Jakarta..

6. Telepon : 081285690778

(8)

ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the influence of gross domestic product, the minimum wages district / city, and the human development index of the unemployment rate in Banten Province from 2008 to 2013.

Unemployment rate as the dependent variabel with the open unemployment rate as indicator. Regional gross domestic product, the minimum wage district / city, and the human development index as the independent variabels. This research uses panel data and analytical tools of Fixed Effects Model (FEM) by taking a sample of 4 districs and 4 cities in Banten Province from 2008 to 2013.

The result show that the unemployment rate are caused by the regional gross domestic product, the minimum wage district / city, and the human development index of 60.77% (Adj R2), while the remaining 39.23% is explained by other variables outside of the model which is an investment research and inflation. Furthermore, unemployment rate is influenced significantly regional gross domestic product, the minimum wage district / city, and the human development index about 14,47% (F-statistic). However partially, the probability of each independent variable shows (1) the unemployment rate was not significantly and positively influenced by the regional gross domestic product with a probability value of 0.3263, (2) the unemployment rate significantly and negatively affected by the minimum wage districts / cities with a probability value of 0.0025, (3) the unemployment rate significantly and negatively affected by human development index with a probability value of 0.0006.

Keywords: unemployment, gross regional domestic product, the minimum wage district / city, and the human development index.

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh produk domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten dari tahun 2008 sampai 2013.

Tingkat pengangguran sebagai variabel dependen dengan tingkat pengangguran terbuka. Produk domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia sebagai variabel independen. Penelitian ini menggunakan data panel dan alat analisis Fixed Effect Model (FEM)

dengan mengambil sampel yaitu 4 Kabupaten dan 4 Kota di Provinsi Banten dari tahun 2008 sampai 2013.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa tingkat pengangguran mampu dijelaskan oleh produk domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia sebesar 60,77% (Adj R2), sedangkan sisanya yaitu sebesar 39,23% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian diantaranya yaitu investasi dan inflasi. Selanjutnya, tingkat pengangguran dipengaruhi signifikan oleh produk domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia secara simultan sebesar 14,47% (F-statistik). Namun secara parsial, probabilitas dari masing-masing variabel independen menunjukan (1) tingkat pengangguran dipengaruhi tidak signifikan dan positif oleh produk domestik regional bruto dengan nilai probabilitas sebesar 0,3263 , (2) tingkat pengangguran dipengaruhi signifikan dan negatif oleh upah minimum kabupaten/kota dengan nilai probabilitas sebesar 0,0025 , (3) tingkat pengangguran dipengaruhi signifikan dan negatif oleh indeks pembangunan manusia dengan nilai probabilitas sebesar 0,0006.

(10)

KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmannirrahim,

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat, karunia, rezeki, dan hidayahNya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK),dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi Banten Periode 2008-2013” dengan baik. Shalawat serta salam penulis hanturkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah

membimbing umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan,

bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di

sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih

yang sedalam-dalamnya terutama kepada:

1. Keluarga tercinta dan terhebat yang saya miliki, Ayahanda Agus Supriyanto

yang selalu memberikan motivasi terbaik, selalu mencurahkan cinta, kasih

sayang dan perhatiannya, serta selalu bekerja keras demi anak-anak dan

keluarga, Ibunda Tri Kumorowati yang selalu memberikan motivasi terbaik,

(11)

Indah Pertiwi yang selalu menghibur di saat suka maupun duka, dan

memberikan dukungan baik materi maupun non materi selama menulis

skripsi. Tanpa didikan, dukungan dan pengorbanan kalian penulis tidak akan

menjadi pribadi seperti sekarang ini.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M.S, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga

selama perkuliahan.

3. Bapak Zuhairan Y.Yunan, S.E, M.Sc, Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 yang ditengah-tengah

kesibukannya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan,

ilmu yang berharga, serta bimbingan yang sangat berarti selama penyelesaian

skripsi. Terima kasih atas semua saran dan arahan yang Bapak berikan selama

proses penulisan hingga terselesaikan skripsi ini.

5. Ibu Fitri Amalia, Spd. MSi selaku Dosen Pembimbing 2 yang selalu bersedia

meluangkan waktu, memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti

kepada penulis. Terima kasih atas semua saran dan arahan yang ibu berikan

sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan

ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu

memberikan rahmat dan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para

dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah

(12)

7. Ketua dan seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan

pelayanan pustaka selama penulisan skripsi ini.

8. Tika Amellia Nabilla, S.H. yang telah mengorbankan banyak waktu bersama

penulis dalam suka maupun duka, menemani disaat penulis membutuhkan

motivasi, dukungan dan penyemangat, mengingatkan penulis betapa

pentingnya sebuah pendidikan, terima kasih untuk motivasinya membuat

penulis menjadi bersemangat kembali untuk menyelesaikan skripsi ini, dan

selalu menjadi pendengar yang baik untuk keluhan-keluhan penulis. Semoga

dimudahkan dan disukseskan dalam menggapai cita-cita yang engkau

impikan.

9. Teman-teman seperjuangan kelas IESP A 2010, Adi, Agang, Agus, Amif,

Anggi Afra, Bagus, Denny, Dika, Drajad, Hadi, Isnan, Ravindra, Reza, Ricky,

Ridho, Sigit, terima kasih atas waktu yang sangat beharga yang kalian berikan,

selalu memberikan semangat kepada penulis, yang telah menghabiskan

banyak waktu untuk berbagi cerita dan selalu ada dalam suka maupun duka,

membantu saya dalam penyelesaiaan skripsi maupun perkuliahan, dan

mengingkatkan saya ketika melakukan kesalahan demi kebaikan saya selama

ini. Sukses untuk kita semua dan semoga Allah selalu melindungi dan

membalas semua kebaikan kalian.

10.Aditya Wahyudi dan Lutfi Anugrah Pangestu, sahabat terbaik sejak SMA

yang selalu ada dalam suka maupun duka, terima kasih untuk semua waktu

(13)

pendengar yang baik, sekaligus pemberi motivasi terbaik dalam tetap maju

dan tidak pernah menyerah dalam menjalani hidup. Semoga Allah membalas

semua kebaikan-kebaikan kalian.

11.Teman-teman PLASMA, Arinal, Boy, Budi, Chandra, Chintia, Dwi, Eky,

Elsa, Gilang, Hanifa, Hazman, Kevin, Putra, Rini, Risvandika, Ujoh, Wulan,

terima kasih selalu memberikan keceriaan dan selalu menghibur penulis serta

memberi semangat kepada penulils di saat sedih maupun senang, semoga apa

yang kalian cita-citakan tercapai.

12.Personil “OBLAKS”, Adi, Amif, Bagus, Hadi, Isnan, Ravindra, Reza, dan

Ricky, terima kasih atas dukungan dan semangatnya kepada penulis serta

keceriaan yang selalu kalian berikan.

13.Teman-teman IESP angkatan 2010 yang tidak saya bisa sebutkan satu-persatu,

terima kasih atas semua kenangan selama empat tahun kebersamaan dengan

penuh warna dan saling bahu-membahu dalam perkuliahan. Sukses untuk

kalian semua.

14.Kelompok KKN GARUDA 2013, yang telah menghabiskan waktu selama

satu bulan dengan canda dan tawa serta pelajaran hidup sangat berguna bagi

saya. Terima kasih atas waktunya yang beharga selama satu bulan, sukses

untuk kalian semua.

15.Semua pihak dan handai tolan yang tidak dapat penulis sebutkan namanya

satu-persatu yang telah memberikan kontribusi sekecil apapun dan dukungan

(14)

Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan menjadi amal

sholeh dan mendapat pahala sebesar-besarnya oleh Allah SWT. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan

pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis

mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik kritik yang membangun

dari berbagai pihak.

.

Jakarta, Januari 2015

Penulis

(15)

DAFTAR ISI

Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah

Daftar Riwayat Hidup ...i

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ...iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ...xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

(16)

1. Pengangguran ... 12

a. Definisi Pengangguran ... 12

b. Jenis-jenis Pengangguran ... 14

c. Biaya Sosial dari Pengangguran ... 14

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 15

a. Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 15

3. Upah ... 17

a. Definisi Upah ... 17

b. Penetapan Upah Minimum Kota ... 20

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 22

a. Definisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 22

5. Hubungan Antar Variabel ... 24

a. Hubungan PDRB dengan Pengangguran ... 24

b. Hubungan UMK dengan Pengangguran ... 26

c. Hubungan IPM dengan Pengangguran ... 27

B. Penelitian Terdahulu ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 39

D. Hipotesis ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

(17)

B. Metode Penentuan Sampel ... 43

C. Metode Pengumpulan Data ... 44

D. Metode Analisis Data ... 44

1. Metode Data Panel ... 45

2. Permodelan Data Panel ... 46

a. Pooled Least Square (PLS) ... 46

b. Fixed Effect Model (FEM) ... 47

c. Random Effect Model (REM)... 47

3. Pemilihan Model Data Panel ... 48

a. PLS vs FEM (Uji Chow) ... 48

b. FEM vs REM (Uji Hausman) ... 50

3. Model Empiris ... 52

4. Uji Asumsi Klasik ... 53

a. Uji Normalitas ... 53

b. Uji Multikolinearitas ... 53

c. Uji Heteroskedastisitas ... 55

d. Uji Autokorelasi ... 56

5. Uji Hipotesis ... 57

a. Uji t ... 58

b. Uji F ... 58

c. Koefisien Determinasi (R2) ... 60

(18)

1. Variabel Dependen ... 60

2. Variabel Independen ... 61

BAB IV PEMBAHASAN ... 63

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 63

1. Provinsi Banten ... 63

B. Penemuan dan Pembahasan ... 64

1. Analisa Deskriptif ... 64

a.Analisa Deskriptif Tingkat Pengangguran (TP) di Provinsi Banten .... 64

b.Analisa Deskriptif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Banten ... 66

c.Analisa Deskriptif Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di Provinsi Banten. ... 68

d.Analisa Deskriptif Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Banten ... 69

2. Memilih Model Data Panel ... 70

a. Uji Chow ... 70

b.Uji Hausman ... 71

3.Hasil Estimasi Model Data Panel ... 72

1) Pendekatan Fixed Effect Model (FEM) ... 72

4. Uji Asumsi Klasik ... 73

a. Uji Normalitas ... 73

b. Uji Multikolinearitas ... 74

c. Uji Heteroskedastisitas ... 74

(19)

5. Pengujian Hipotesis ... 77

a. Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2) ... 80

b. Uji Signifikansi Individual (Uji t) ... 80

c. Uji Signifikansi Serentak (Uji F)... 83

6. Intepretasi Hasil Analisis ... 84

a. Analisis Tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Periode 2008-2013 . 85 b. Analisis Ekonomi ... 88

BAB V PENUTUP ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Implikasi ... 94

C. Keterbatasan ... 95

D. Saran ... 96

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Prosentase Tingkat pengangguran di 6 Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2010 – 2013

3

1.2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi Tahun 2010-2013 (Milyar Rupiah)

4

1.3 Perkembangan Upah Minimum

Kabupaten/Kota di 6 Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2010-2013 (Dalam Ribuan Rupiah)

6

1.4 Indeks Pembangunan Manusia di 6 Provinsi di Pulau Jawa 2010-2013

7

1.5 Angka Harapan Hidup di 6 Provinsi di Pulau Jawa 2010-2013

8

2.1 Penelitian Terdahulu 32

3.1 Operasional Variabel Penelitian 61

4.1 Uji Chow 71

4.2 Uji Hausman 72

4.3 Regresi Fixed Effect Model (FEM) 72

4.4 Correlation Matrix 74

4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas 75

(21)

4.7 Hasil Estimasi 78

4.8 Nilai t-Statistik 81

4.9 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model

(FEM)

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.2 Kerangka Pemikiran 40

4.1 Prosentase Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Banten tahun 2008 - 2013

65

4.2 PDRB atas Dasar Harga Konstan 2000 di Provinsi Banten tahun 2008 – 2013

67

4.3 Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di Provinsi Banten tahun 2008 - 2013

68

4.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Banten tahun 2008 - 2013

69

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Halaman

1 Data 100

2 Data setelah di Interpolasi 102

3 Uji Chow 106

4 Uji Hausman 106

5 Fixed Effect Model 107

6 Uji Normalitas 108

7 Uji Multikolinearitas 108

8 Uji Heteroskedastisitas 109

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan merupakan proses yang dapat ditelisik dengan

menggabungkan dua dimensi kehidupan. Dimensi pembangunan berjumlah dua

sebab tersusun atas manusia dan alam (Sagir, 2009:53). Pembangunan ekonomi

pada hakekatnya merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk

mensejahterakan rakyat karena diukur tidak hanya melalui besarnya Produk

Domestik Bruto (PDB) suatu Negara saja tetapi juga diukur dari berbagai aspek

lain seperti pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan,

peningkatan dalam infrastruktur serta peningkatan dalam pemerataan pendapatan.

Dalam pembangunan ekonomi Indonesia, kesempatan kerja masih menjadi

masalah utama. Pokok dari permasalahan ini diakibatkan adanya kesenjangan

antara pertumbuhan jumlah tenaga kerja dengan ketersediaan lapangan pekerjaan

di berbagai sektor ekonomi. Ketimpangan antara ketersediaan lapangan kerja

dengan banyaknya tenaga kerja yang ada berdampak pada masalah baru yang juga

dihadapi Negara-negara berkembang termasuk Indonesia yaitu masalah tingkat

pengangguran yang tinggi. Apabila masalah tersebut tidak segera diatasi, maka

akan berpotensi menambah tingkat kemiskinan di Indonesia.

Istilah Pengangguran menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah

(25)

tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari

pekerjaan. Masalah pengangguran memang merupakan masalah yang sulit

dipecahkan hingga saat ini. Jumlah penduduk yang bertambah setiap tahunnya

mengakibatkan jumlah angkatan kerja meningkat namun tidak disertai dengan

meningkatnya kesempatan kerja. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran di Indonesia pada tahun 2010 sampai

dengan tahun 2012 mengalami penurunan. Dari data tersebut dapat dikatakan

bahwa angka pengangguran sudah berkurang, namun jumlah angka pengangguran

yang ada masih cukup besar yaitu sebesar 7.429.598 juta jiwa. Berbagai upaya

telah dilakukan pemerintah guna mengurangi jumlah pengangguran. Salah satu

upaya yang dilakukan oleh pihak Kementerian Tenaga Kerja dan Transportasi

(Kemenakertrans) adalah dengan memfasilitasi perluasan dan kesempatan kerja,

melalui pemagangan dalam negeri dan luar negeri, program padat karya produktif,

padat karya inovatif dan wirausaha baru.

Masalah pengangguran terdapat di hamper seluruh provinsi di kepualan

Indonesia. Hal itu pun terjadi pula di beberapa Provinsi di Pulau Jawa diantaranya

Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, dan

Jawa Timur. Berikut tabel prosentase tingkat pengangguran di 6 Provinsi di Pulau

(26)

Tabel 1.1

Prosentase Tingkat pengangguran di 6 Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2010 – 2013

Provinsi 2010 2011 2012 2013

Banten 13.9 13.28 10.43 10.43

DKI Jakarta 11.18 10.81 10.3 10.3

Jawa Barat 10.45 9.83 9.43 9.43

Jawa Tengah 6.53 6 5.75 5.75

DI Yogyakarta 5.85 4.72 4.03 4.03

Jawa Timur 4.58 4.17 4.12 4.12

Sumber : BPS, 2012 (diolah)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa meskipun tingkat pengangguran di 6

Provinsi di Pulau Jawa mengalami tren menurun, namun tingkat pengangguran

pada Provinsi Banten terbilang masih cukup tinggi dibandingkan dengan Provinsi

lain yaitu sebesar 10,43% pada tahun 2012. Prosentase tingkat pengangguran di

Provinsi Banten apabila dilihat menurut kabupaten/kota juga mengalami tren

menurun. Pun begitu, prosentasenya masih cukup besar.

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) merupakan salah satu indikator

tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. PDRB merupakan nilai bersih

barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai tingkat kegiatan ekonomi

di suatu daerah dalam suatu periode (Roby, 2011: 5). Pada kenyataannya, PDRB

mempunyai pengaruh terhadap jumlah angkatan kerja yang bekerja dengan asumsi

(27)

unit ekonomi di suatu wilayah akan meningkat. Output yang jumlahnya

meningkat akan menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan tenaga kerja.

Berikut merupakan perbandingan jumlah nilai PDRB dari 6 Provinsi di Pulau

Jawa.

Tabel 1.2

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi Tahun 2010-2013 (Milyar Rupiah)

Provinsi 2010 2011 2012 2013

Banten 88552 94207 100000 105856

DKI Jakarta 395622 422237 449821 477285

Jawa Barat 322224 343111 364405 386838

Jawa Tengah 186993 198270 210848 223099

DI. Yogyakarta 21044 22132 23309 24567

Jawa Timur 342281 366983 393666 419428

Sumber : BPS, 2012 (diolah)

Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa PDRB di 6 Provinsi di Pulau Jawa terus

mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2013. Meskipun mengalami tren

meningkat, nilai PDRB di Provinsi Banten adalah yang terendah kedua setelah

Provinsi D.I Yogyakarta. Peningkatan nilai PDRB yang terjadi di Provinsi Banten

selaras dengan berkurangnya tingkat pengangguran di Provinsi tersebut, tetapi

dengan jumlah PDRB sebesar 10 triliun pada tahun 2013, tingkat pengangguran di

Provinsi Banten masih terbilang cukup tinggi yakni sebesar 10,43% pada tahun

(28)

Selain nilai PDRB suatu wilayah, tingkat upah minimum Kabupaten/Kota

(UMK) juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tingkat

pengangguran. Menurut Alghofari (2010) setiap kenaikan tingkat upah akan

diikuti oleh turunnya tenaga kerja yang diminta, yang berarti akan menyebabkan

meningkatnya pengangguran. Begitu pula sebaliknya apabila tingkat upah turun

maka akan diikuti oleh meningkatnya penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat

dikatakan bahwa jumlah tenaga kerja yang terserap mempunyai hubungan timbal

balik dengan tingkat upah. Upah mempunyai pengaruh terhadap jumlah angkatan

kerja yang bekerja. Semakin tinggi tingkat upah yang ditetapkan, maka biaya

produksi juga semakin meningkat. Sehingga dilakukanlah efisiensi oleh

perusahaan dengan cara pengurangan tenaga kerja dan berakibat pada

meningkatnya pengangguran. Berikut ini merupakan tingkat UMK di Provinsi

(29)

Tabel 1.3

Perkembangan Upah Minimum Kabupaten/Kota di 6 Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2010-2013 (Dalam Ribuan Rupiah)

Provinsi

Tahun

2010 2011 2012 2013

Banten 955,300 1,000,000 1,042,000 1,170,000

DKI Jakarta 1,118,000 1,290,000 1,529,150 2,200,000

Jawa Barat 671,500 732,000 780,000 850,000

Jawa Tengah 660,000 675,000 765,000 830,000

DI Yogyakarta 745,690 808,000 829,660 947,110

Jawa Timur 630,000 705,000 745,000 866,250

Sumber : BPS, 2012 (diolah)

Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan upah minimum pada

setiap Provinsi di Pulau Jawa. Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan

ekonomi yang meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan pertumbuhan ekonomi

dapat diukur melalui besarnya PDRB di setiap Provinsi. Dengan meningkatnya

tingkat upah minimum Kabupaten/Kota akan berdampak pada penyerapan tenaga

kerja dimasa yang akan datang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan turunnya

tingkat pengangguran di Provinsi Banten seperti yang digambarkan tabel 1.1.

Sementara itu pembangunan suatu daerah juga dapat dilihat melalui

besaran nilai indeks pembangunan manusia (IPM). Tinggi rendahnya nilai IPM

juga menentukan kualitas dari sumber daya manusia di suatu wilayah. Menurut

(30)

kunci dalam membentuk kemampuan sebuah Negara berkembang untuk

menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta

pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Berikut ini merupakan tabel

perbandingan jumlah indeks pembangunan manusia di 6 Provinsi di Pulau Jawa:

Tabel 1.4

Indeks Pembangunan Manusia di 6 Provinsi di Pulau Jawa 2010-2013

Provinsi

Tahun

2010 2011 2012 2013

Banten 70,48 70,95 71,49 71,90

DKI Jakarta 77,6 77,97 78,33 78,59

Jawa Barat 72,29 72,73 73,11 73,58

Jawa Tengah 72,49 72,94 73,36 74,05

Yogyakarta 75,77 76,32 76,75 77,37

Jawa Timur 71,62 72,18 72,83 73,54

Sumber : BPS RI, 2012

Dari tabel 1.8 diatas dapat dilihat bahwa nilai IPM secara keseluruhan

mengalami peningkatan di setiap Provinsi di Pulau jawa dari tahun 2010 sampai

2013. Meskipun mengalami tren meningkat, namun nilai indeks pembangunan

manusia di Provinsi Banten merupakan yang terendah di antara Provinsi lain di

Pulau Jawa. Hal ini menunjukka bahwa kualitas SDM di Provinsi Banten belum

cukup baik. Angka harapan hidup merupakan salah satu komponen untuk

mengukur indeks pembangunan manusia di suatu Negara atau wilayah. Besar nilai

(31)

merepresentasikan keadaan sumber daya manusia yang ada di suatu Negara atau

wilayah. Berikut merupakan perbandingan angka harapan hidup pada 6 Provinsi

di Pulau Jawa:

Tabel 1.5

Angka Harapan Hidup di 6 Provinsi di Pulau Jawa 2010-2013

Provinsi

Tahun

2010 2011 2012 2013

Dki Jakarta 73.20 73.35 73.49 73.56

Jawa Barat 68.20 68.40 68.60 68.84

Jawa Tengah 71.40 71.55 71.71 71.97

D I Yogyakarta 73.22 73.27 73.33 73.62

Jawa Timur 69.60 69.86 70.09 70.37

Banten 64.90 65.05 65.23 65.47 Sumber : BPS RI, 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka harapan hidup di 6 Provinsi di

Pulau Jawa mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2013.

Meskipun terjadi peningkatan, angka harapan hidup di Provinsi Banten

merupakan yang terendah diantara 6 Provinsi lain. Rendahnya angka harapan

hidup merupakan akibat dari banyaknya kasus gizi buruk yang terjadi. Menurut

wakil gubernur Banten Rano Karno, salah satu kota di Provinsi Banten yaitu Kota

Serang termasuk salah satu daerah yang belum berhasil dalam penanganan gizi

buruk. Rendahnya angka harapan hidup ini berdampak pada rendahnya indeks

(32)

Berdasarkan data dan uraian diatas mengenai adanya pengaruh pada

Produk Domestik Regional Bruto, upah minimum Kabupaten/Kota dan indeks

pembangunan manusia terhadap tingkat pengangguran di seluruh Kabupaten/kota

di Provinsi Banten, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK),dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi Banten Periode 2008-2013”.

B. Perumusan Masalah

Pengangguran merupakan salah satu tolak ukur kondisi sosial ekonomi

dalam menilai keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah di suatu

daerah. Banyak sekali masalah-masalah yang timbul mengakibatkan naiknya

tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran di Provinsi Banten dari tahun 2008

hingga tahun 2013 mengalami periode yang relatif baik karena tren yang

menurun. Meskipun mengalami penurunan, tingkat pengangguran di Provinsi

Banten masih yang paling tinggi dibanding dengan Provinsi lain di pulau Jawa.

Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang

dapat berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di seluruh kabupaten/kota di

Provinsi Banten agar diketahui faktor-faktor apa saja yang perlu di dukung dan

ditingkatkan guna mengurangi tingkat pengangguran. Besarnya tingkat

pengangguran dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya PDRB, UMK,

dan indeks pembangunan manusia. Oleh karena itu dapat dirumuskan masalah

(33)

1. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap

tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial?

2. Bagaimana pengaruh Upah Minimun Kabupaten/Kota (UMK) terhadap

tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial?

3. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap

tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara parsial?

4. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah

Minimun Kabupaten/Kota (UMK),dan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten secara simultan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini antara lain:

a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten

secara parsial.

b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Upah Minimun

Kabupaten/Kota (UMK) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi

Banten secara parsial.

c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten

secara parsial.

d. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional

(34)

Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat pengangguran di

Provinsi Banten secara simultan.

2. Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini diantaranya ialah:

a. Bagi Penulis

Merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha untuk menganalisis

pengaruh dari PDRB, UMK, dan IPM terhadap tingkat pengangguran

di Provinsi Banten. Sehingga penulis dapat mengaplikasikan teori

yang didapat selama masa kuliah dengan menganalisa serta

menyelesaikan masalah.

b. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna

untuk pemerintah sebagai saran untuk pengambil kebijakan agar

terciptanya kemajuan dalam pembangunan ekonomi. Selain itu penulis

juga berharap penelitian ini menambah ilmu ekonomi khususnya

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengangguran

a. Definisi Pengangguran

Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika

seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha

secara aktif untuk mencari pekerjaan. Pengangguran merupakan suatu

keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin

mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan

tersebut (Sukirno, 1997).

Menurut Sukirno (1997) dalam skripsi Cholili (2014), pengangguran

adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan

kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan

tidak tergolong sebagai penganggur.

Sedangkan dalam ilmu kependudukan (demografi), orang yang

mencari kerja masuk dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan

kerja. Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja adalah 15-64 tahun.

Tetapi tidak semua penduduk yang berusia 15-64 tahun dihitung sebagai

angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk

(36)

pengangguran merupakan persentase angkatan kerja yang tidak/belum

mendapatkan pekerjaan (Rahardja, 2008 : 376).

Ada dua dasar utama klasifikasi pengangguran, yaitu pendekatan

angkatan kerja (labour force approach) dan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labour utilization approach) (Rahardja, 2008 : 378).

1. Pendekatan Angkatan Kerja (Labour Force Approach)

Pendekatan ini mendefinisikan penganggur sebagai angkatan kerja

yang tidak bekerja.

2. Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja (Labour Utilization Approach) Dalam pendekatan ini, angkatan kerja dibagi menjadi tiga

kelompok, yaitu:

a) Menganggur (Unemployed), yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering

disebut juga pengangguran terbuka (open employment).

b) Setengah Menganggur (Underemployed), yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh. Artinya, jam

kerja mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam.

c) Bekerja penuh (Employed), yaitu mereka yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.

b. Jenis-jenis Pengangguran

Menurut Sukirno (1997), pengangguran biasanya dibedakan atas 3

(37)

1. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan

oleh tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya

dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan

keinginannya.

2. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh

adanya perubahan struktur dalam perekonomian.

3. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan

oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat

pengurangan dalam permintaan agregat.

c. Biaya Sosial dari Pengangguran

Pengangguran akan menimbulkan dampak negatif jika sifat

pengangguran sudah sangat struktural dan atau kronis (Rahardja, 2008 :

378).

1) Terganggunya Stabilitas Perekonomian

Pengangguran struktural dan atau kronis akan

mengganggu stabilitas perekonomian dilihat dari sisi

permintaan dan penawaran agregat.

2) Terganggunya Stabilitas Politik

Saat ini pengangguran bukan hanya masalah ekonomi,

melainkan juga masalah politik. Sebab dampak social dari

pengangguran sudah jauh lebih besar dari masa-masa

(38)

kriminalitas. Biaya ekonomi yang dikeluarkan untuk mengatasi

masalah-masalah social ini sangat besar dan sulit diukur tingkat

efisiensi dan efektivitasnya.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004:8)

yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah

usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang

dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

Menurut departemen statistik ekonomi dan moneter dari Bank

Indonesia (2004:85), PDRB terdiri dari PDRB atas dasar harga berlaku

dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang

dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu

sebagai tahun dasar.

Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara

konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan

produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.

(39)

Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai

tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit

produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu

(biasanya satu tahun). Unit-unit produksi dalam penyajian ini

dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: (1)

pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2)

pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik,

gas dan air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan

restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real

estate dan jasa perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa

pemerintah).

2) Pendekatan Pengeluaran:

Produk Domestik Regional Bruto adalah semua

komponen permintaan akhir yang terdiri dari : (1) Pengeluaran

konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2)

konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik

bruto, (4) perubahan inventori dan (5) ekspor neto (merupakan

ekspor dikurangi impor).

3) Pendekatan Pendapatan:

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas

jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta

dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu

(40)

upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya

sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak

tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

3. Upah

a. Definisi Upah

Di dalam sistem Ricardo, upah memainkan peranan aktif dalam

menentukan pendapatan antara modal dengan buruh. Tingkat upah

meningkat bila harga barang yang dibutuhkan buruh meningkat. Barang

yang diproduksi buruh sebagian besar adalah hasil pertanian. Karena itu

untuk menghasilkan satu unit produk dibutuhkan buruh lebih banyak.

Sehingga apabila permintaan terhadap buruh mulai meningkat maka

akan menaikkan upah (Jhingan, 2012: 90).

Menurut Mill, elastisitas penawaran tenaga kerja sangat tinggi

dalam menanggapi kenaikan upah. Upah pada umumnya melebihi

tingkat penghidupan minimum. Upah dapat naik karena peningkatan

cadangan modal yang berputar dengan penduduk yang dipakai untuk

mengupah tenaga kerja atau karena pengurangan jumlah tenaga kerja.

Jika upah naik, penawaran tenaga kerja akan naik. Persaingan antara

pekerja tidak hanya akan menurunkan upah tetapi juga sebagian buruh

akan kehilangan pekerjaan. (Jhingan, 2012: 106).

Menurut teori upah efisiensi, perusahaan bersedia membayar

(41)

untuk menghindari kelalaian atau mengulur-ngulur waktu kerja. (Schaum’s, 2006:264). Mankiw (2006) dalam Skripsi Anggrainy (2013)

menjelaskan bahwa teori upah-efisiensi mengajukan penyebab ketiga

dari kekakuan upah selain undang-undang upah minimum dan

pembentukkan serikat pekerja. Teori upah-efisiensi yang pertama

menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih

produktif. Pengaruh upah terhadap efisiensi pekerja dapat

menjelaskan kegagalan perusahaan untuk memangkas upah meskipun

terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja. Meskipun akan

mengurangi tagihan upah perusahaan, (jika teori ini benar) maka

pengurangan upah akan memperendah produktivitas pekerja dan laba

perusahaan.

Teori upah-efisiensi yang kedua, menyatakan bahwa upah

yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Dengan membayar

upah yang tinggi, perusahaan mengurangi frekuensi pekerja yang

keluar dari pekerjaan, sekaligus mengurangi waktu yang dibutuhkan

perusahaan untuk menarik dan melatih pekerja baru. Teori

upah-efisiensi yang ketiga menyatakan bahwa kualitas rata-rata tenaga

kerja perusahaan bergantung pada upah yang dibayar kepada

karyawannya. Jika perusahaan mengurangi upahnya, maka pekerja

terbaik bisa mengambil pekerjaan di tempat lain, meninggalkan

perusahaan dengan pekerja yang tidak terdidik yang memiliki lebih

(42)

bahwa upah yang tinggi meningkatkan upaya pekerja. Teori ini

menegaskan bahwa perusahaan tidak dapat memantau dengan

sempurna upaya para pekerja, dan para pekerja harus memutuskan

sendiri sejauh mana mereka akan bekerja keras. Semakin tinggi upah,

semakin besar kerugian bagi pekerja bila mereka sampai dipecat.

Dengan membayar upah yang lebih tinggi, perusahaan memotivasi

lebih banyak pekerja agar tidak bermalas-malasan dan dengan

demikian meningkatkan produktivitas mereka.

Teori upah subsitensi (hukum besi) oleh David Ricardo

(1772-1823) yaitu upah ditentukan oleh interaksi penyediaan dan

permintaan akan buruh. Lebih lanjut berasumsi bahwa bila

pendapatan penduduk bertambah di atas tingkat subsisten, maka

penduduk akan bertambah lebih cepat dari laju pertambahan

makanan dan kebutuhan lain. Angkatan kerja bertambah maka akan

bertambah pula angkatan kerja yang memasuki pasar kerja dan mencari

kerja. Penawaran tenaga kerja menjadi lebih besar dari permintaan.

Teori upah besi adalah upah riil dalam jangka panjang cenderung

terhadap upah minimum yang diperlukan untuk menyokong kehidupan

pekerja. Upah tidak dapat jatuh di bawah tingkat subsistensi karena

tanpa subsisten, buruh tidak akan mampu bekerja. Teori iron wage

ini cenderung merugikan kepentingan pengusaha dan pekerja yang

belum mendapatkan pekerjaan. Kenaikan upah akan menurunkan

(43)

mendapatkan pekerjaan dan para pengusaha akan disulitkan dengan

kenaikan biaya produksi. Kegagalan upah dalam melakukan

penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan

permintaannya merupakan indikasi adanya kekakuan upah (wage

rigidity) (Devi, 2011 :4-5).

b. Penetapan Upah Minimum Kota

Pengertian upah minimum dalam pasal 1 ayat 1 dari Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No. 1 tahun 1999, upah minimum didefinisikan

sebagai upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan

tetap. upah minimum provinsi adalah upah bulanan terendah yang

meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur.

Kebijakan upah minimum di dalam Undang Undang No 13 tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan yang isinya antara lain:

1) Pemerintah menetapkan upah berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak

(KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan

ekonomi.

2) Upah Minimum dapat diterapkan:

(a) berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

(b) berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

Upah minimum sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok

lapangan usaha beserta pembagiannya menurut klasifikasi lapangan

(44)

atau nasional dan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum

regional daerah yang bersangkutan.

3) Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan

rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau

Bupati/Walikota.

4) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah

minimum.Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah

minimum dapat dilakukan penangguhan. Penangguhan pelaksanaan

upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan

untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan

upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu.

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

a. Definisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Menurut UNDP indeks pembangunan manusia memberikan

suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia

diantaranya: panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia

harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis

orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan

tinggi), dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya

beli/PPP, penghasilan) (UNDP, 2004).

IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara

(45)

terbelakang. Selain itu indeks ini juga menjadi parameter untuk

melihat pengaruh kebijakan ekonomi suatu negara terhadap kualitas

rakyatnya. Dan tidak hanya digunakan sebagai tolak ukur

pengelompokan suatu Negara tetapi juga dapat digunakan sebagai

tolak ukur untuk mengukur dan pengelompokan Subnegara (daerah/

bagian) (Cholili, 2014 : 5) .

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang

menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai

kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai

bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,

pendidikan, dan sebagainya. Nilai IPM menunjukkan seberapa jauh

wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka

harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan

masyarakat, dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah

mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah

terhadap angka 100, maka semakin dekat jalan yang harus ditempuh

untuk mencapai sasaran itu.

Kedudukan dan peran IPM dalam pembangunan akan lebih

terlihat kalau dilengkapi dengan suatu data yang berisikan indikator

yang relevan dengan IPM dan disusun sebagai suatu sistem data yang

lengkap. Sistem data yang lengkap dan akurat akan lebih dapat

mengkaji berbagai kendala dan implementasi program pembangunan

(46)

wilayah untuk dimasukkan sebagai masukan dalam perencanaan

pembangunan periode berikutnya, sehingga diharapkan nilai IPM

sebagai tolok ukur pembangunan dapat mencerminkan kondisi

kemiskinan masyarakat yang sesungguhnya. Adapun hambatan yang

dihadapi oleh pemerintah maupun pemerintah daerah dalam

pelaksanaan pencapain prestasi IPM ini adalah kurangnya pengetahuan

tentang pentingnya kasus tersebut, dan dipihak lain juga kurang nya

sosialisasi tentang hal tersebut, sehingga menyebabkan buruknya

prestasi kita dikancah internasional, hal ini dapat dilihat dari masih

banyaknya indikator -indikator IPM yang belum terpenuhi.

Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui

pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur

panjang dan sehat; pengetahuan dan kehidupan yang layak. Ketiga

dimensi tersebut memiliki pengertian yang sangat luas karena terkait

banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka

umur harapan hidup. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan

digunakan gabungan indicator angka melek huruf dan rata-rata lama

sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan

indicator kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity). (Indeks Pembangunan Manusia, Katalog BPS, 2007 : 9)

Salah satu keuntungan terbesar dari IPM adalah indeks ini

mengungkapkan bahwa sebuah Negara dapat berbuat jauh lebih baik

(47)

yang besar dapat berperan relatif kecil terhadao pembangunan manusia.

Lebih jauh, IPM menunjukkan dengan jelas bahwa kesenjangan dalam

pendapatan lebih besar daripada kesenjangan dalam indikator

pembangunan yang lain, paling tidak dalam indikator kesehatan dan

pendidikan (Todaro, 2006 : 75).

5. Hubungan antar variabel

a. Hubungan PDRB dengan Pengangguran

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kinerja

yang menggambarkan hasil dari pembangunan yang telah dicapai.

Indikator ini penting bagi daerah karena dapat digunakan sebagai

bahan evaluasi bagi pemerintah daerah atas keberhasilan

pembangunan yang telah dicapai sekaligus sebagai dasar perencanaan

dan pengambilan kebijakan dimasa yang akan datang. Arsyad (2000)

dalam skripsi Yeni Dharmayanti (2011) menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi daerah diartikan sebagai kenaikan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang apakah

kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan

penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau

tidak. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi daerah secara

langsung ataupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja.

Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu dari Nainggolan, 2009 yang melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor

(48)

Propinsi Sumatera Utara” yang menjadi rujukan dan persamaan dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat adanya pengaruh PDRB

dan jumlah pengangguran yang bersifat positif dalam Teori

Pertumbuhan Ekonomi. Dikatakan berpengaruh positif sebab

pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi oleh peningkatan kapasitas

produksi, sehingga jumlah pengangguran tetap meningkat seiring

pertumbuhan ekonomi yang berlangsung. Hal ini disebabkan

pertumbuhan ekonomi yang meningkat tersebut berorientasi pada

padat modal, dimana kegiatan produksi untuk memacu output dan

menghasilkan pendapatan yang meningkat lebih diutamakan

ketimbang pertumbuhan ekonomi yang berorientasi pada padat karya.

b. Hubungan UMK dengan Pengangguran

Upah merupakan wujud nyata dari sebuah bentuk pertukaran

yang terjadi antara pengguna jasa (perusahaan) dan pemberi jasa

(rumah tangga). Upaya meminimalisasi persoalan upah minimum

dilakukan pemerintah dengan menyusun rumusan upah minimum

yang diharapkan menjadi acuan bagi pengusaha agar memenuhi

kewajibannya membayar upah buruh atau pekerja untuk dapat hidup

layak dari upah yang diterimanya. Dengan berlakunya

Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka

keputusan UMK untuk tiap Kabupaten atau Kota Madya

langsung dibuat oleh Gubernur atas rekomendasi para Bupati dan

(49)

Penelitian lainnya yang serupa dan mendukung adalah dari Wicaksono, 2010 yang berjudul “Analisis Pengaruh PDB Sektor

Industri, Upah Riil, Suku Bunga Riil dan Jumlah Unit Usaha

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pengolahan

Sedang dan Besar di Indonesia Tahun 1990-2008” yang

menyatakan bahwa kebijakan pemberlakuan dan peningkatan upah

riil berpengaruh negatif sebab dapat menyebabkan terjadinya

pengangguran dalam masyarakat. Adanya tuntutan kenaikan UMK

pada tiap kota setiap tahunnya yang dimaksudkan untuk

meningkatkan taraf kesejahteraan kaum buruh, disisi lain

(pengusaha) justru berpengaruh negatif terhadap jumlah

pengangguran. Hal tersebut dikarenakan jika UMK meningkat maka

biaya produksi yang dikeluarkan cukup tinggi, sehingga terjadi

inefisiensi pada perusahaan dan akan mengambil kebijakan

pengurangan tenaga kerja guna mengurangi biaya produksi dan hal ini

akan berakibat dikuranginya tenaga kerja. Teori yang signifikan untuk

menjelaskan keadaan perekonomian di suatu daerah khususnya di

Indonesia adalah mengenai teori kekakuan upah. Kekakuan upah

(Wage rigidity) adalah gagalnya upah melakukan penyesuaian

sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya.

c. Hubungan IPM dengan Pengangguran

(50)

teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitasnya agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Kualitas Sumberdaya Manusia yang dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia dapat menjadi penyebab terjadinya penduduk miskin. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja yang berimbas pada rendahnya perolehan pendapatan.

B. Penelitian Terdahulu

Alexander Muravyev dan Aleksey Oshchepkov melakukan

penelitian yang berjudul “Minimum Wages, Unemployment and

Informality: Evidence from Panel Data on Russian Regions”. Dalam penelitian ini mereka melihat efek pasar tenaga kerja dari

adanya upah minimum dengan mengambil data yang mencakup 89

wilayah di Rusia dari tahun 2001 sampai tahun 2010. Hasil dari

penelitian mereka menunjukkan bahwa upah minimum

menimbulkan pengangguran di kalangan pekerja muda berusia 15

sampai 24 tahun. Sebaliknya, tidak terdapat dampak dari upah

terhadap pekerja muda berusia 25 sampai 72 tahun.

M. Choudhry, dkk melakukan penelitian yang berjudul

“Youth and total unemployment rate: the impact of policies and institutions”. Penelitian inimemperkirakan dampak dari beberapa lembaga, kebijakan untuk pemuda dan jumlah tingkat

pengangguran pada Negara-negara maju selama tiga dekade

(51)

analaisis panel fixed effect. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa selain pertumbuhan ekonomi, kebebasan ekonomi, pasar

tenaga kerja, pekerja paruh waktu dapat mengurangi pengangguran

dan meningkatkan kinerja pasar tenaga kerja.

Thomas Lemieux melakukan penelitian yang berjudul

“Minimum Wages and the Joint Distribution Employment and Wages”. Penelitian ini memperikarakan dampak dari upah minimum terhadap distribusi upah dan pendekatan tenaga kerja.

Dengan menggunakan data Negara Kanada dari tahun 1997 sampai

2010, peneliti menemukan bahwa untuk remaja, kenaikan upah

minimum dapat meningkatkan jumlah sebagian pekerja tetapi juga

menghasilkan beberapa kerugian. Tidak ada dampak dari upah

minimum terhadap orang dewasa.

Muhammad Shun Hajji dan Nugorho SBM melakukan penelitian berjudul “Analisis PDRB, Upah Minimum Provinsi, dan

Angka Melek Huruf Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di

Provinsi Jawa Tengah Tahun 1990-2011”. Penelitian ini

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan tingkat pengangguran terbuka sebagai variabel

dependen dan empat variabel independen yaitu produk domestik

regional bruto, inflasi, Upah Minimum Kota dan angka melek

(52)

minimum Provinsi dan angka melek huruf berpengaruh secara

signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. Untuk di masa

yang akan datang kebijakan Upah Minimum Kota perlu di awasi

dengan benar agar tercapai keseimbangan pada pasar tenaga kerja.

Kasus ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah guna

terciptanya permintaan tenaga kerja dan mengantisipasi

terbuangnya potensi sumber daya yang dimiliki.

Kholifah Anggrainy melakukan penelitian berjudul “Analisis Dampak Kenaikan Upah Minimum Kota (UMK)

terhadap Kesempatan Kerja dan Investasi”. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk menganalisis bagaimana dampak kenaikan upah

minimum terhadap kesempatan kerja dan investasi di Kota Malang

tahun 2001-2011. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

variabel UMK memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap

kesempatan kerja, sedangkan investasi memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap kesempatan kerja di Kota Malang.

Roby Cahyadi Kurniawan melakukan penelitian berjudul “Analisis Pengaruh PDRB, UMK, dan Inflasi Terhadap Tingkat

Pengangguran Terbuka di Kota Malang Tahun 1980-2011”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai PDRB, Upah,

(53)

individu terhadap tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Malang

tahun 1980 – 2011. Dan menganalisis nilai PDRB, Upah,

Inflasi, Investasi, Tingkat Bunga dan Jumlah Industri secara

bersama – sama terhadap tingkat Penganguran Terbuka di Kota

Malang Tahun 1980 – 2011. Hasil penelitian menunjukkan

variabel PDRB, UMK, Inflasi, Investasi, Tingkat Bunga, Industri

berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat pengangguran

terbuka. Variabel UMK dan tingkat bunga memiliki pengaruh

positif yang signifikan. Sedangkan variabel PDRB, Inflasi,

Investasi dan Industri memiliki pengaruh negatif yang signifikan

terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka.

Fatkhul Mufid Cholili melakukan penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Pengangguran, Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Jumlah Penduduk Miskin (Studi Kasus 33 Provinsi Di Indonesia)”.

Penelitian ini menganalisis faktor yang mempengaruhi kemiskinan

di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana

tiga variabel independen berpengaruh terhadap kemiskinan di

Indonesia, dengan variabel independen adalah indeks

pembangunan manusia, produk domestik regional bruto, dan

pengangguran baik secara simultan maupun secara parsial. Hasil

(54)

ketiga variabel independen dengan koefisien determinan 0.743

(R-Square). Namun ketika diuji secara parsial PDRB tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan

IPM dan pengangguran secara parsial mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Penulis Tahun Judul Variabel Metode Hasil

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)

C. Kerangka Berpikir

Pada rumusan masalah penelitian telah di tetapkan akan

dikaji pengaruh antara PDRB, Upah Minimum Kota, dan Indeks

Pembangunan Manusia terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi

Banten dari tahun 2008 sampai tahun 2013.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan apa saja

variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian ini.

Diperkirakan tingkat pengangguran dipengaruhi oleh PDRB, upah

minimum kota dan indeks pembangunan manusia, sehingga dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

Y : Tingkat Pengangguran

X1 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

X2 : Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

X3 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Secara lebih jelasnya pengaruh PDRB, upah minimum kota

dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat pengangguran

(62)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Tingkat

Pengangguran di Provinsi Banten periode tahun 2008-2013

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat

(63)

D. Hipotesis

Dari rumusan permasalahan yang ada, dirumuskan hipotesis

yang berkaitan untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Produk Domestik Regional Bruto terhadap tingkat

pengangguran di Provinsi Banten secara parsial.

H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Produk

Domestik Regional Bruto terhadap tingkat pengangguran di

Provinsi Banten secara parsial.

2. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Upah Minimum Kabupaten/Kota terhadap tingkat

pengangguran di Provinsi Banten secara parsial.

H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Upah

Minimum Kabupaten/Kota terhadap tingkat pengangguran di

Provinsi Banten secara parsial.

3. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Indeks Pembangunan Manusia terhadap tingkat pengangguran

di Provinsi Banten secara parsial.

H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Indeks

Pembangunan Manusia terhadap tingkat pengangguran di

(64)

4. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Produk Domestik Regional Bruto, Upah Minimum Kota, dan

indeks pembangunan manusia terhadap tingkat pengangguran

di Provinsi Banten secara simultan.

H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Produk

Domestik Regional Bruto, Upah Minimum Kabupaten/Kota,

dan indeks pembangunan manusia terhadap tingkat

(65)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh PDRB, UMK, dan IPM

terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Banten selama enam tahun,

yaitu dari tahun 2008-2013. Adapun variabel-variabel yang digunakan

terdiri dari empat variabel. Tingkat pengangguran merupakan variabel

terikat atau dependent variable. Sedangkan untuk variabel bebas atau

independent variable adalah produk domestik regional bruto, upah minimum kabupaten/kota, dan indeks pembangunan manusia.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2010 : 62). Metode yang digunakan dalam pemilihan

objek dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana peneliti kemungkinan mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel

secara acak. Tujuan peneliti memilih sampel daerah Provinsi Banten adalah

meneliti apakah yang menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di

Provinsi Banten (Indriantoro, 2009:131).

Penelitian ini menggunakan data populasi di Provinsi Banten yang

terdiri dari delapan Kabupaten/Kota antara lain: Kabupaten Pandeglang,

Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota

(66)

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini

diperoleh melalui data sekunder atau pihak ketiga, sehingga tidak

diperlukan teknik kuesioner. Periode data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder pada tahun 2008-2013 yang didapat dari

Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. Sebagai pendukung digunakan buku

referensi, jurnal, surat kabar serta hasil dari website internet yang terkait dengan masalah tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Banten.

Menurut Insukrindo (1996) pada skripsi Rully (2015) mengingat

ketersediaan data dan kebutuhan jumlah data untuk permodelan yang

diperoleh terbatas, maka data tahunan diinterpolasi menjadi data

semesteran dengan menggunakan metode interpolasi.

D. Metode Analisis Data

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan maka

metode analisis dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif, yaitu

di mana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka, dalam

penelitian ini metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan format

deskriptif bertujuan untuk menjelaskan dan meringkaskan berbagai kondisi,

berbagai situasi, atau beberapa variabel yang timbul di masyarakat yang

menjadi obyek penelitian ini. Dimana metode analisis dalam penelitian ini

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
Tabel 1.3
Tabel 1.4 Indeks Pembangunan Manusia di 6 Provinsi di Pulau Jawa 2010-2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak hanya ebeg saja, tetapi bisa juga kesenian lain, seperti wayang dan karawitan sehingga jangkauannya akan lebih luas.. Dengan begitu, jangka waktunya dalam berkesenian pasti

JADWAL PELAJARAN INSTITUT SENI MUSIK DI SEMARANG (JURUSAN MUSIK PERTUNJUKAN DAN POP-JAZZ).. JADWAL PELAJARAN INSTITUT SENI MUSIK DI SEMARANG (JURUSAN MUSIKOLOGI DAN

Menurut Muhammad (2002) dan Donna (2006), Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang usaha pokoknya memberikan

Pengembangan aplikasi smart card tidak hanya terbatas pada aplikasi smart card sebagai kartu pra bayar internet saja, tetapi juga dapat dikembangkan untuk

Sumber data yang dipergunakan adalahdata sekunder, yaitu data yang telah jadi berupa laporan keuangan, dokumen yang berasal dari koperasi Credit Union Pancuran

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Aspek Penilaian Skor Nilai 0 1 2 3 4 Mengidentifi- kasi unsur- unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang

Pada tahun 2013, arus kas dari aktiva operasi terdiri atas penerimaan kas dari pelanggan, pembayaran kas kepada pemasok, pembayaran untuk beban usaha,

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat atau nasabah terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh lembaga keuangan perbankan, khususnya pada Bank