24 BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 LANDASAN TEORI 3.1.1 Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2007 adalah konstribusi kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Secara rinci ada beberapa ahli
mengungkapkan pengertian yang relatif sama, antara lain: Andriana dalam
Waluyo (2000:1):
“Pajak adalah iuran kepada negara, yang dapat dipaksakan dan terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dengan tidak mendapatkan kontraprestasi kembali,yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara dalam menyelenggarakan pemerintahan”.
Begitu pula dengan Mardiasmo (2001:1):
“Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan membayar pengeluaran umum”.
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:
1. Iuran dari rakyat kepada Negara yang berhak memungut pajak hanyalah
2. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan
kekuatan undang- undang serta aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung
dapat ditunjuk. Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah. Digunakan untuk membiayai
rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat
bagi masyarakat luas.
3.1.2 Fungsi Pajak
Sudah menjadi kondisi umum di berbagai negara bahwa pajak digunakan
sebagai sumber penerimaan bagi anggaran negara, ditambah penerimaan dari
sektor lainnya sesuai dengan karakteristik dan potensi penerimaan pada
masing-masing negara tersebut. Pengertian pajak yang telah disampaikan pada sub bab
diatas, secara teoritis dan praktis dapat dilihat bahwa pajak memiliki beberapa
fungsi, yaitu (Mardiasmo, 2003:1)
1. Fungsi Budgeter
Bahwa pajak merupakan sumber penerimaan negara dalam APBN
membiayai tugas-tugas negara. Hal tersebut dapat terlihat dalam struktur
penerimaan dalam APBN yang terdiri dari dua pos pokok,yaitu
penerimaan negara dan hibah. Pos penerimaan negara atau penerimaan
dalam negeri,sumbernya diperoleh dari penerimaan perpajakan yang
terdiri dari PPh, PPN, PPnBM, PBB, BPHTB, Cukai, Bea Masuk, Pajak
2. Fungsi Regulerend
Pajak mempunyai fungsi regulerend, yang berarti ikut serta dalam proses
kebijakan nasional dalam berbagai aspek kegiatan agar kegiatan tersebut
dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh
pemerintah. Misalnya membangun atau mengembangkan suatu kawasan
tertentu, bisa saja dibutuhkan insentif dibidang perpajakan, sehingga
investor bersedia mengucurkan investasinya disana atau mendorong
kegiatan ekspor dengan diberikan kemudahan dan keringanan pajak.
Meningkatkan daya beli masyarakat bisa dengan menaikkan besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Masyarakat yang penghasilannya
dibawah PTKP, tidak dikenakan pajak.
3. Fungsi Distribusi
Suatu hal mendasar yang terkadang luput dari pandangan masyarakat
adalah adanya fungsi distribusi dari pajak, baik secara teritorial, maupun
berdasarkan segmentasi atau kelompok masyarakat. Pajak yang dibayar
masyarakat sebagai penerimaan negara, pemanfaatannya dinikmati oleh
masyarakat atau oleh kelompoknya, dan oleh seluruh masyarakat tanpa
terkecuali. Ketika seseorang yang tinggal di Jakarta membayar pajak,
maka hasilnya tidak hanya dinikmati oleh dirinya atau masyarakat
disekitarnya akan tetapi melalui pos pengeluaran dalam APBN
pembayaran tersebut akan dinikmati oleh seluruh masyarakat di seluruh
Indonesia.
Sesuai dengan pengertian dan ciri khasnya, pajak ternyata merupakan
salah satu perwujudan pelaksanaan demokrasi dalam suatu negara. Pajak
berasal dari masyarakat, yaitu dibayar masyarakat sesuai dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku. Peraturan Pajak juga dibuat oleh rakyat melalui
wakilnya di parlemen (DPR) dalam bentuk undang-undang perpajakan.
Hal ini diamanatkan dalam UUD 1945 dan amandemennya, yakni pada
pasal 23 ayat 2. Pasal tersbut menyebutkan bahwa pajak keperluan negara
disusun berdasarkan undang-undang. Pajak yang dipungut tersebut
digunakan kepentingan seluruh rakyat melalui penyediaan barang dan jasa
publik yang dibutuhkan masyarakat.
3.1.3 Pajak Progresif
Pajak progresif adalah pajak yang sistem pemungutannya dengan cara
menaikkan prsentase kena pajak yang harus dibayar sesuai dengan kenaikan
objek pajak. Dalam perpajakan indonesia,paling tidak terdapat dua jenis pajak
yang menerapkan sistem pajak progresif yaitu pajak penghasilan dan pajak
kendaraan bermotor. Secara rinci ada beberapa ahli mengungkapkan pengertian
yang relatif sama, antara lain: (Koswara (2000:42)
Begitu pula dengan (Mardiasmo (2013:9)
“pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik. Di Indonesia, pajak progresif diterapkan pada pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi.”
Berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Sumatera barat No. 82 Tahun 2011 tentang
tata cara penghitungan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor yaitu sebagai berikut.
1. Tata cara perhitungan PKB Pajak progresif untuk kendaraan bermotor
pribadi diuraikan sebagai berikut.
a. Kepemilikan kedua sebesar 2,5% x dasar pengenaan PKB
b. Kepemilikan ketiga sebesar 3,5% x dasar pengenaan PKB
c. Kepemilikan keempat sebesar 4,5% x dasar pengenaan PKB
d. Kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 5,5% x dasar pengenaan
PKB.
2. Kendaraan bermotor angkutan umum sebesar 1% (satu persen).
3. Kendaraan milik badan sosial/keagamaan, Pemerintah/ TNI/POLRI,
ambulance dan pemadam kebakaran sebesar 0,5% (nol koma lima persen).
4. Alat-alat berat dan alat-alat besar sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
5. .Pajak progresif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku hanya untuk:
a. kendaraan bermotor pribadi atas nama pribadi
b. kendaraan roda 4 (empat) keatas
c. kendaraan roda 2(dua) dengan kapasitas 500 cc ke atas
6. Ketentuan teknis pemungutan pajak progresif ditetapkan lebih lanjut
Yang terkait dalm pajak progresif kendaraan bermotor adalah:
1. Objek pajak
Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (“UU No. 28 Tahun 2009”)
mengatur bahwa pajak progresif dikenakan terhadap kepemilikan
kendaraan bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama.
Pajak progresif untuk kepemilikan kedua dan seterusnya dibedakan
menjadi kendaraan roda kurang dari 4 (empat) dan kendaraan roda 4
(empat) atau lebih. Sebagai contoh, orang pribadi yang memiliki 1
(satu) kendaraan bermotor roda 2 (dua), 1 (satu) kendaraan bermotor
roda 3 (tiga) dan 1 (satu) kendaraan bermotor roda 4 (empat),
masing-masing diperlakukan sebagai kepemilikan pertama sehingga tidak
dikenakan pajak progresif.
3.1.4 Wajib pajak
Istilah wajib pajak (disingkat WP) dalam perpajakan indonesia merupakan
istilah yang sangat popular. Istilah ini secara umum biasa diartikan sebagai orang
atau badan yang dikenakan kewajiban pajak. Dalam Undang-Undang KUP lama,
istilah wajib pajak didefinisikan sebagai orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu.
Dari Definisi ini kita dapat memahami bahwa wajib pajak ini terdiri dari dua jenis
yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. Berdasarkan ketentuan
badan yang memenuhi definisi sebagai subjek pajak dan menerima atau
memeproleh penghasilan yang merupakan objek pajak. Dengan kata lain dua unsur
harus dipenuhi untuk menjadi wajib pajak: subjek pajak dan objek pajak. Wajib
Pajak sangatlah memegang peranan yang sangat penting bagi kelancaran Sistem
dan peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut Undang-undang No. 28
Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) tentang Tata cara perpajakan bahwa yang dimaksud
dengan Wajib Pajak (tax payer) adalah sebagai berikut.
“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundangundangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak
tertentu”.
Begitu pula dengan Suprianto (2011:5)
“wajib pajak harus memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif. Syarat subjektif terpenuhi jika orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia yang disebut sebagai wajib pajak orang pribadi, atau badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia yang disebut sebagai wajib pajak badan. Syarat objektif terpenuhi jika yang berhubungan dengan objek pajak misalnya adanya penghasilan atau penyerahan barang kena pajak. Jika orang pribadi atau badan telah memperoleh objek pajak tersebut maka syarat objektif ini telah dipenuhi dan dapat dianggap sebagai wajib pajak”
3.1.4.1Tarif pajak progresif kendaraan bermotor
a. Tarif pajak Kendaraan Bermotor kepemilikan Pribadi
Kendaraan bermotor kepemilikan orang pribadi berdasarkan nama
dan/atau alamat yang sama dikenakan tarif Pajak Progresif
1. Kendaraan pertama 1,5 % ( 1,5 % x NJKB ),
2. Kendaraan kedua 2 % ( 2 % x NJKB ),
3. Kendaraan ketiga 2,5 % ( 2,5 % x NJKB ),
4. Kendaraan keempat Dan Seterusnya 4 % ( 4 % x NJKB).
b. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor untuk
1. TNI / POLRI, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dikenakan tarif Pajak sebesar 0,50 %
2. Angkutan Umum, Ambulans, Mobil jenazah dan Pemadam
Kebakaran dikenakan tarif pajak sebesar 0,50 %
3. Sosial Keagamaan, Lembaga Sosial dan Keagamaan dikenakan
tarif Pajak sebesar 0,50 %.
3.2 Hasil Pelaksanaan Dan Pembahasan Kerja Praktek 3.2.1 hasil pelaksanaan kerja praktek.
3.2.1.1Prosedur Terkait Dengan Penerapan Pajak Progresif
Prosedur operasi ini untuk mengetahui tata cara penetapan,
perhitungan dan pengenaan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor
di samsat kota pariaman. Teknik dalam pelaksanaan kerja praktek pada
Bidang pajak progresif yang memiliki fungsi,perhitungan,
penetapan,pengenaan tarif pajak progresif. Oleh sebab itu dalam
pelaksanakan kerja praktek penulis dalam melaksanakan perhitungan pajak
progresif. Hal ini dikarenakan sistem pemungutan pajak secara official
1.Pendaftaran
Memasuki ruangan kantor pelayanan pada Kantor SAMSAT Kota pariaman
terdapat beberapa loket yang tersedia bagi wajib pajak untuk memudahkannya
dalam membayar pajak, mulai pada loket 1 untuk penerimaan berkas dan
petugas dari instansi kepolisian yang bertugas memeriksa kelengkapan berkas
wajib pajak. Adapun kelengkapan berkas yang harus dipenuhi oleh wajib pajak
antara lain:
1. fotocopy BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor)
2. fotocopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan
3. fotocopy STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan).
Kelengkapan tersebut di atas berlaku bagi wajib pajak yang kendaraan
bermotornya sudah terdaftar sebelumnya atau pada kantor SAMSAT di
kenal dengan istilah kendaraan ulang. Untuk kendaraan bermotor yang
hendak dilakukan pergantian plat (nomor kendaraan), maka selain
berkas berupa fotocopy BPKB, fotocopy KTP, dan fotocopy STNK
wajib pajak perlu menyertakan bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan
bermotor yang menyatakan bahwa nomor mesin dan nomor rangka
kendaraan tersebut sama dengan yang ada pada Buku Pemilik
Kendaraan Bermotor wajib pajak.
2. Penetapan
Pada tahap penetapan yang melayani wajib pajak adalah petugas dari Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi sumatera barat. Pada tahap ini data wajib pajak yang
telah terdaftar akan ditetapkan jumlah besar pajaknya, baik BBNKB maupun PKB
nya serta jumlah denda bagi wajib pajak yang telah melewati batas jatuh tempo
pembayaran pajak. Kemudian mengenai cara menghitung besarnya PKB dan
mengalikan tarif pajak dengan pengenaan pajak yang besarnya ditetapkan dengan
Keputusan Gubernur berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri.
3. Pembayaran Oleh Wajib Pajak
Kemudian untuk tata cara pembayaran dan penyetoran pajak kendaraan
bermotor pada SAMSAT Kota pariaman, PKB dibayar sekaligus dimuka untuk
masa 12 (dua belas) bulan, Pembayaran dilakukan 30 (tiga puluh) hari sebelum
dan/atau sampai dengan tanggal jatuh tempo, dalam hal jatuh tempo pembayaran
jatuh tempo pada hari libur, maka pembayaran dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya. Setelah pembayaran dilakukan maka wajib pajak akan menerima
SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) sebagai bukti pembayaran telah dilakukan.
4. Pengesahan atau pencetakan STNK
Pada tahap ini untuk kendaraan baru dan kendaraan yang ganti nomor
kendaraan akan dilakukan pencetakan STNK baru. Kemudian untuk kendaraan
ulang maka STNK milik wajib pajak akan disahkan berupa stempel pengesahan.
3.2.1.2 hambatan yang terjadi di kantor samsat
Masih banyak wajip yang belum paham tentang pengenaan pajak progresif
Pengenaan pajak terhadap kendaraan yang telah dijual oleh pemilik pertama
akan tetapi oleh pembeli belum terjadi balik nama sehingga menyebabkan
pemilik pertama tersebut dikenakan pajak progresif.
3.2.1.3 Upaya yang dilakuakan oleh kantor samsat kota pariaman
Karena masih banyak wajib pajak yang belum mengetahui tentang
pengenaan pajak progresif dan untuk meminimalisir berbagai permasalahan
yang timbul dalam penerapan pajak progresif agar masyarakat lebih mudah
dalam membayarkan pajak kendaraan bermotor dan masalah terkait
kendaraan sudah terjual dan belum balik nama kantor samsat kota pariaman
melakukan upaya agar Wajib pajak dapat melaporkan kepada samsat untuk
melakukan pemblokiran terhadap kendaraan yang telah dijual.
3.2.2 pembahasan kerja praktek
3.2.2.1 Prosedur Terkait Dengan Penerapan Pajak Progresif
Prosedur pemungutan pajak kendaraan bermotor pada SAMSAT
Kota pariaman memiliki ketentuan pemungutan mulai dari tahap
pendaftaran, penetapan,sampai pada tahap pembayaran dan penyetoran.
Prosedur pemungutan kendaraan bermotor dalam dilihat dibawah ini:
1. Mekanisme Administrasi Pajak Kendaraan Bermotor
Pelaksanaan penarikan pajak kendaraan sendiri dilakukan oleh Kantor
Bersama SAMSAT (KB SAMSAT) yang diberikan kewenangan oleh
Dinas Pendapatan Daerah di masing-masing daerah. Untuk wilayah Kota
pariaman, penarikan pajak kendaraan bermotor dilaksanakan oleh Kantor
Bersama SAMSAT pariaman Kota. Pajak kendaraan bermotor ditetapkan
berdasarkan perkalian dari dua unsur pokok, yaitu Nilai Jual Kendaraan
Bermotor (NJKB) dan Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat
kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan
Kendaraan Bermotor. Pajak kendaraan bermotor ditetapkan berdasarkan
(NJKB) dan Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan
jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan
Bermotor.
Proses penghitungan penetapan pajak kendaraan bermotor ini
biasanya terjadi jika wajib pajak mendaftarkan kendaraan baru yang
dimiliki atau dikuasainya. Untuk proses pendaftaran kendaraan baru,
wajib pajak harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Syarat-syarat
pendaftaran kendaraan baru tersebut yaitu menunjukkan KTP dan SIM
asli beserta fotocopy (untuk perorangan),menyerahkan salinan akta
pendirian, ket domisili, SK bermaterai yang ditandatangani oleh
pimpinan dan cap badan hukum yang bersangkutan (Badan Hukum),
faktur dari dealer, sertifikat uji tipe, Form.A (kendaraan
Build-up),kendaraan yang berubah bentuk harus melampirkan SK dari karoseri
yang telah mendapatkan ijin, dan SK bagi kendaraan umum yang telah
memenuhi syarat. Setelah memenuhi syarat-syarat tersebut, wajib pajak
harus mengikuti alur yang sesuai untuk mendapatkan penetapan dan
pengesahan pajak. Demi mendapatkan pengesahan atau penetapan pajak,
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh wajib pajak. Bagi wajib
pajak perorangan, syarat tersebut yaitu menunjukkan KTP asli, BPKB
asli, STNK asli, melakukan cek fisik, menunjukkan kwitansi pembelian
materai dan Surat Keterangan (SK) dari Bank/Dealar/KOP/Gadai. Untuk
wajib pajak yang berbentuk badan hukum, syarat yang dikenakan sama
bermaterai yang ditandatangani oleh pimpinan dan cap badan hukum
yang bersangkutan.
2. Penetapan Urutan Kepemilikan Kendaraan Bermotor
Sejak Januari 2011, pajak progresif kendaraan bermotor memang
telah diberlakukan tetapi sifatnya masih sosialisasi saja. Pada September
2011 hingga Desember 2011, wajib pajak diberi 5 Data sekunder dari
Kantor Bersama Samsat pariaman Kota yang didapat pada tanggal 21
Juni 2012 6 Ibid 10 kesempatan untuk mengatur urutan kepemilikan
kendaraan bermotornya. 7 Hal ini merupakan salah satu cara yang
diberikan oleh Kantor Bersama Samsat pariaman Kota untuk
meringankan beban yang dikenakan bagi wajib pajak yang memang
telah lebih dulu memiliki kendaraan lebih dari satu unit. Setelah periode
yang ditentukan di atas, pajak progresif kendaraan bermotor berjalan
sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Wajib pajak
sudah tidak bisa mengatur urutan kepemilikan kendaraan bermotornya.
Kepemilikan kendaraan bermotor itu sendiri ditetapkan berdasarkan
tanggal wajib pajak memiliki kendaraan tersebut.
3. Pemberian Sanksi Terhadap Keterlambatan Pembayaran
Denda yang dikenakan karena keterlambatan pembayaran pajak
yaitu denda atas Pajak Kendaraan Bermotor dan denda atas SWDKLLJ.
Kedua hal tersebut yang sebenarnya harus wajib pajak bayar tiap tahun.
Apabila terlambat membayar 2 kategori pajak tersebut maka akan
1. Denda atas PKB, denda PKB adalah 25% dalam 1 tahun, apabila
motor/mobil wajib pajak terlambat baru dalam 3 bulan maka cara
perhitungannya: PKB x 25% x (3/12), kalau 6 bulan, PKB x 25% x
(6/12), dan seterusnya.
2. Denda atas SWDKLLJ ini akan terlihat sama antara terlambat 3
hari atau 1 tahun. Untuk Mobil ditetapkan dendanya sebesar 100.000,-
sedangkan Motor dendanya sebesar 32.000. Dengan catatan, denda
PKB dihitung per tahun dan bulan tidak ditotalkan menjadi berapa
bulan, sedangkan untuk sanksi SWDKLLJ dihitung per tahun.
3.2.2.2 Hambatan yang terjadi di lapangan (tempat kerja praktek) sesuai dengan pengenaan pajak progresif
Dalam setiap pelaksanaan peraturan baru tentu ada beberapa kendala yang di
hadapi. Tidak terkecuali dalam penerapan pajak progresif ini ada beberapa
kendala yang di hadapi baik dari pihak SAMSAT maupun Wajib pajak.
Hambatan Bagi petugas melakukan pendataan kendaraan bermotor pada saat
petugas mendata ke setiap rumah wajib pajak namun wajib pajak tersebut
tidak ada dirumah. Hal ini menyebabkan petugas mengambil alternatif
bertanya kepada tetangga dengan analisis dianggap mengetahui terhadap
wajib pajak yang dimaksud oleh petugas. Metode ini tidak sedikit
menimbulkan permaslahan, terutama jika kendaran yang dimaksud oleh
petugas yang mendata menurut tetangganya kendaraan tersebut sudah tidak
pernah ada di rumah wajib pajak sehingga ditafsirkan bahwa kendaraan
nomor kendaraan oleh petugas. faktor yang menjadi penghambat lainnya
dalam penerapan pembayaran kendaran bermotor yaitu tidak semua wajib
pajak dapat membayarkan pajak kendaraan bermotornya pada saat jam kerja
kantor samsat kota pariaman karena mereka juga bekerja pada jam yang
sama. Pengenaan pajak terhadap kendaraan yang telah dijual oleh pemilik
pertama akan tetapi oleh pembeli belum terjadi balik nama sehingga
menyebabkan pemilik pertama tersebut dikenakan pajak progresif.
3.2.2.3 upaya yang dilakuakan oleh kantor samsat kota pariaman
Upaya yang dilakuakn oleh kantor samsat kota pariaman sudah
efektif,agar wajib pajak mau memenuhi kewajiban untuk membayar pajak
kantor bersama samsat kota pariaman yang berwenang mengurus segala hal
yang terkait pajak kendaraan bermotor termasuk di dalamnya pajak progresif
tentu saja telah menyiapkan berbagai cara untuk meminimalisir berbagai
permasalahan yang timbul dalam penerapan pajak progresif agar masyarakat
lebih mudah dalam membayarkan pajak kendaraan bermotor dan masalah
terkait kendaraan sudah terjual dan belum balik nama kantor samsat kota
pariaman melakukan upaya yaitu:
1. Memberikan pelayanan berupa samsat corner, samsat drive thru dan
samsat keliling.
2. Wajib pajak dapat melaporkan kepada samsat untuk melakukan
3. Sedangkan untuk petugas lapangan belum ada upaya yang efektif
untuk melakukan pendataan selain dengan yang dilakukan seperti
41 4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasaan pelaksanaan Kerja Praktek tersebut dan setelah penulis
menganalisa, memahami, dan mempelajari serta menguraikan masalah tentang prosedur
pengenaan pajak progresif maka penulis mencoba menyimpulkan beberapa hasil
kegiatan Kerja Praktek yang dilakukan di Kantor SAMSAT kota pariaman, tahapan
penerapan pajak progresif yaitu
1. Prosedur pemungutan pajak kendaraan bermotor pada SAMSAT Kota
pariaman memiliki ketentuan pemungutan mulai dari tahap pendaftaran,
penetapan, sampai pada tahap pembayaran dan penyetoran yang di
dasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi sumatera barat Nomor 10 Tahun
2010 tentang Pajak Daerah dan Retribusi yang pada pelaksanaannya
mengacu pada ketentuan Peraturan Gubernur sumatera barat Nomor 82
Tahun 2011 tentang Pemungutan Pajak Progresif.
2. Hambatan yang terjadi dengan Penerapan Pajak Progresif terhadap Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor, masih banyak masyarakat yang membeli
kendaraan bermotor, baik mobil maupun sepeda motor, belum melakukan
balik nama kendaraan bermotor sehingga pemilik kendaraan sebelumnya
dikenai pajak progresif terhadap kendaraan bermotor yang tidak
3. Upaya yang dilakukan kantor samsat pariaman sudah efektif karena
Kantor Bersama Samsat Pariaman Kota mempermudah wajib pajak yang
melakukan Lapor Jual terhadap kendaraan bermotor yang telah dijualnya
agar wajib pajak tersebut tidak terkena pajak progresif. pelayanan Lapor
Jual ini bebas biaya atau gratis dan dengan waktu yang tidak lama
faktor penghambat yang terjadi dalam penerapan pajak progresif terhadap wajib
pajak kendaran bermortor antara lain:
a. Faktor penghambat bagi petugas lapangan
b. Faktor sarana dan prasarana
Solusi yang diberikan untuk mengatasi faktor penghambat tersebut yaitu:
a. Menambah sarana dan prasarana berupa samsat corner yang
mempermudah wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya membayar
pajak kendaraan bermotornya.
b. Samsat melakukan samsat keliling agar wajib pajak yang terkendala waktu
tetap dapat membayar pajak kendaraan bermotornya tepat waktu.
4.2Saran
1. Berkaitan dengan penerapan pajak progresif terhadap wajib pajak
kendaraan bermotor, diharapkan masyarakat yang membeli kendaraan
bermotor, baik motor maupun sepeda motor, untuk segera melakukan balik
dikenai pajak progresif terhadap kendaraan bermotor yang tidak dimiliknya
lagi.
2. Berkaitan dengan faktor penghambat yang terjadi dalam pelaksanaan pajak
progresif kendaraan bermotor, kantor samsat pariaman kota dapat
melakukan kegiatan jemput bola dengan samsat keliling secara rutin dan
terjadwal dan diharapkan penempatan armada di lokasi-lokasi strategis
yang mudah dijumpai oleh wajib ypajak yang ingin membayar pajak
kendaraan bermotornya.
3. Berkaitan dengan upaya yang menjadi penghambat pajak progresif
seharusnya kantor Samsat pariaman kota juga mempermudah wajib pajak
yang melakukan lapor jual terhadap kendaraan bermotor yang telah
dijualnya agar wajib pajak tersebut tidak terkena pajak progresif. pelayanan
lapor jual beli ini bebas biaya atau gratis dan dengan waktu yang tidak
1 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Di indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat penting adalah pajak. Pajak
merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan
baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung untuk membiayai pengeluaran rutin
serta pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara yang tidak mendapat imbalan secara langsung. Pengenaan pajak kendaraan
bermotor adalah penggunaan jalan raya yang merupakan barang publik oleh
masyarakat. Penggunaan jalan raya dikenakan biaya langsung dan tidak langsung..
(sumber:http://dokumen.tips/docu
ments/analisis-pengenaan-tarif-pajak-progresif-pada-pajak-kendaraan-bermotor-berdasarkan.html.
Saat ini konsumen sudah cukup dibebani berbagai jenis pajak saat pembelian
kendaraan baru. Mulai dari pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang
mewah (PPNBM),pajak kendaraan bermotor(PKB). Kini dalam UU no.28 tahun 2009
tentang pajak daerah dan pajak restribusi daerah tarif pajak kendarann bermotor
dikenakan secara progresif yakni 2% terhadap nilai jual untuk pembelian kendaraan
bermotor pertama dan 2-10% terhadap kedua dan seterusnya. Berbagai cara yang
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan peran masyarakat dalam bidang perpajakan
adalah melakukan pembaharuan pajak atau lebih dikenal dengan reformasi perpajakan.
Melalui reformasi perpajakan diharapkan mampu meningkatkan peranan masyarakat
selft assesment system. Pemerintah mengharapkan penerimaan pemerintah dari sektor
pajak bisa meningkat melalui peningkatan kepatuhan wajib pajak.
(
sumber:http://dokumen.tips/documents/analisis-pengenaan-tarif-pajak-progresif-pada-pajak-kendaraan-bermotor-berdasarkan.html)
Berlakunya penerapan pajak progresif atas pajak kendaraan bermotor
menimbulkan dampak bagi masyarakat, baik itu dampak positif maupun dampak
negatif. Dampak positif dari diberlakukannya pajak progresif kendaraan bermotor ini
diantaranya berkurangnya jumlah kendaraan bermotor. Sedangkan bagi pemerintah
daerah, dengan berlakunya pajak progresif untuk kendaraan bermotor menyebabkan
bertambahnya jumlah pendapatan daerah dari sektor pajak daerah. Dampak negatif yang
terjadi dalam masyarakat yaitu masyarakat sebagai wajib pajak melakukan
penyelundupan hukum untuk menghindari pembayaran pajak kendaraan bermotor yang
lebih besar. Artinya seseorang yang memiliki kendaraan lebih dari satu dapat
mengatasnamakan keluarganya ataupun pihak lain agar terhindar dari pajak progresif
(Nugraha, 2012).
Era otonomi daerah secara resmi berlaku di indonesia sejak 1 januari 2007
sehingga daerah dituntuk mencari berbagai alternatif sumber penrimaan yang dapat
digunakan membiayai pengeluaran atau belanja daerah. Pemberian kewenangan kepada
daerah diperlukan adanya landasan hukum yang merupakan landasan hukum pungutan
pajak. Daerah dan retribusi daerah yaitu undang- undang no. 18 tahun 1997 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana yang telah di ubah menjadi
undang-undang tahun 2009 yang berlaku sejak januari 2010.(waluyo 2011:235). Peranan pajak
Dengan perubahan undang-undang pajak daerah dan pajak retribusi daerah tahun 2009
memberikan kewenangan kepada daerah untuk memungut 11 jenis pajak yaitu 4 jenis
pajak untuk provinsi dan 7 jenis pajak untuk tingkat kota/kabupaten.
Jika mengacu pada pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kepemilikan kendaraan
bermotor di dasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama. Akan tetapi dalam
Undang-Undang tersebut tidak ada penjelasan terhadap “penguasaan” yang dimaksud dalam
definisi pajak kendaraan bermotor. Tidak jarang ada yang menafsirkan bahwa yang di
maksud menguasai kendaraan bermotor adalah orang atau badan yang memiliki
kendaraan bermotor tersebut. Akan tetapi tidak sedikit yang menafsirkan bahwa yang
dimaksud menguasai di lihat dari Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan
Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Hal ini tidak akan menimbulkan masalah jika
saja pemerintah dapat melakukan sosialisasi dengan baik kepada masyarakat.
Pemerintah harus berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan tersebut dan
mempertimbangkan apakah kebijakan ini sudah sesuai dengan asas-asas pemungutan
pajak (Fajariani, 2013)
Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota juga diberikan kewenangan
menetapkan pajak restribusi selain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Telah
disampaikan bahwaundang-undang pajak daerah dan pajak restribusi daerah diadakan
perubahan. Adapun atas perubahan undang-undang dengan dasar pertimbangan:
1. Hasil penerimaan pajak dan restribusi belum memadai dan masih
memiliki peran yang relatif kecil terhadap anggaran pendapatan
belanja daerah (APBD).
2. Pungutan baru yang ditetapkan di daerah memberikan dampak
negatif terhadap iklim investasi, sehingga menimbulkan ekonomi
biaya tinggi sebagai akibat tumpang tindihnya dengan pungutan
pusat yang menghalangi arus barang dan jasa antar daerah.
3. Pemberian peluang untuk penganaan pungtan baru yang
diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah dan kriteria
yang ditertapkan oleh undang-undang hampir tidak ada jenis
pungutan pajak dan restribusi baru yang dapat dipungut di daerah.
4. Tidak ada kewenangan provinsi,sehinggan provinsi tidak dapat
menyesuaikan penerimaan pajaknya,shingga menimbulkan
ketergantungan provinsi yang tinggi terhadap dana alokasi pusat
yang pungutan retribusi baru yang bertentangan dengan
undang-undang pajak daerah dan retribusi daerah.
Pajak sebagai suatu perwujudan kenegaraan,ditegaskan bahwa penempatan beban
kepada rakyat seperti pajak,retribusi dan lain-lain,harus ditetapkan dengan
undang-undang. Pendapatan asli daerah yang antara lain berupa pajak daerah dan retribusi
daerah,menjadi salah satu sumber pembiayaan dan penyelenggaraan pemereintah dan
pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi,yaitu mampu
nasionanl,merupakan sistem perpajakan indonesia,yang pada dasarnya merupakan
beban masyarakat sehingga perlu dijaga agar kebijaksanaan tersebut agar dapat
memberikan beban yang adil bagi seluruh masyarakat. Sejalan dengan sistem
perpajakan nasional,pembinaan pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan seacara
terpadu dengan pajak nasional,terutama mengenai objek dan tarif pajak,sehinggan
antara pajak nasional dengan pajak daerah dan retribusi daerah saling melengkapi.
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan
kendaraan bermotor, yaitu kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor
atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi
tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk
alat-alat besar yang bergerak. Menurut Saidi (2010:51) Pajak Kendaraan Bermotor atau yang
disingkat PKB merupakan salah satu jenis pajak daerah provinsi.Pengertian pajak
kendaraan bermotor menurut Pasal 1 angka 12 Undang-Undang PDRD adalah pajak
atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.Dalam arti pajak kendaraan
bermotor merupakan pajak yang bersifat objektif, bergantung pada objek yang
dikenakan pajak dan berada dalam kepemilikan dan/atau penguasaan wajib pajak.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Saidi, 2010:181)
Pemungutan pajak yang hendak dilakukan agar tidak polemik hukum dikalangan wajib
pajak dengan pejabat pajak, terlebih dahulu diketahui dan dipahami mengenai dasar
hukum mengapa negara berkehendak memungut pajak kepada warganya. Pemungutan
pajak oleh negara tanpa memiliki dasar hukum yang sah, berarti negara melalui pejabat
warganya sebagai wajib pajak. Sebenarnya pemungutan pajak tidak boleh dilakukan
oleh negara sebelum ada hukum yang mengaturnya karena negara indonesi adalah
negara hukum.
Memahami kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak terutama pada pajak
kendaraan bermotor sebagai akibat adanya pemberlakuan tarif pajak progresif setelah
dikeluarkannya Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah atas dasar kewenangan Menteri Dalam Negeri yang memberlakukan
kebijakan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor dimana tujuan dari kebijakan
tersebut diarahkan untuk mengurangi tingkat kemacetan didaerah perkotaan dengan
memberikan kewenangan daerah untuk menerapkan tarif pajak progresif untuk
kendaraan kedua dan seterusnya. Seperti yang kita ketahui bahwa kepatuhan pajak
berhubungan dengan ketaatan, tunduk, dan patuh dalam melakukan ketentuan
perpajakan, kepatuhan pajak merupakan salah satu agenda yang penting baik dinegara
maju maupun dinegara berkembang seperti halnya Indonesia dalam meningkatkan
pendapatan dari pajak, sehingga dengan adanya kepatuhan maka wajib pajak dapat
memenuhi semua kewajiban perpajakannya dengan baik dan tepat waktu dalam
membayar pajak.
Berkaitan dengan pemberian kewenangan ini dalam penetapan tarif untuk
menghindari penetapan tarif pajak yang tinggi yang dapat menambah beban bagi
masyarakat secara berlebihan, maka daerah hanya diberi kewenangan untuk menetapkan
tarif pajak dalam batas maksimum yang ditetapkan oleh undang-undang ini, selain itu
untuk menghindari perang tarif dalam pajak kendaraan bermotor maka undang-undang
pengaturan tarif yang demikian ini juga diperkirakan untuk memberikan peluang bagi
masyarakat untuk memindahkan kendaraannya ke daerah lain yang beban pajaknya
lebih rendah. Oleh karena itu, dalam undang-undang ini Nilai jual Kendaraan Bermotor
sebagai dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor masih ditetapkan seragam secara nasional.
Hambatan yang sering terjadi adalah jika ada masyarakat yang telah menjual
kendaraan bermotor mereka tetapi belum terjadi balik nama nya oleh pembelinya
sehingga penjual tetap terdaftar sebagai pemilik dari kendaraan bermotor sehingga tetap
dikenai pajak. Namum dalam hambatan ini upaya yang dilakukan kantor samsat kota
pariaman dengan melakukan lapor jual sehingga terjadi pemblokiran nomor tehdap
kepemilikan sebeumnya. Akan tetapi tidak sedikit masyarakat yang tidak mengerti
terhadap pelayanan ini sehingga ia tidak mengerti tehadap pelayanan ini sehingga ia
tidak jadi membayar pajak kendaraannya ketika mengetahui ia terkena pajak progresif
sehingga ia dikenai denda akibat keterlambatan untuk membayar pajaknya. Untuk
mengatasi permasalahan ini,diadakan keringanan dan pemberian insentif terhadap denda
kendaraan bermotor.
Namun, sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang lebih baik
sesuai dengan beban pajak yang ditanggungnya dan berdasarkan pertimbangan tertentu,
maka dengan ini Menteri Dalam Negeri dapat menyerahkan kewenangan pada
penetapan Nilai Jual Kendaraam Bermotor ke Daerah. Tidak hanya itu, kebijakan tarif
pajak kendaraan bermotor juga diarahkan dalam mengurangi tingkat kemacetan
didaerah perkotaan dengan memberikan kewenangan Daerah untuk menetapkan tarif
adanya kebijakan tarif yang ditetapkan secara progresif bagi kendaraan bermotor yang
ditetapkan pemerintah memunculkan sebuah isu yang menarik untuk dibahas dimana
kebijakan tarif pajak progresif yang pada awalnya ditujukan dalam mengurangi volume
kendaraan juga dimaksudkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam
pemungutan pajak kendaraan bermotor, sehingga beberapa propinsi di Indonesia pun
akhirnya menetapkan tarif progresif bagi kendaraan bermotor. Setiap propinsi di
Indonesia yang menerapkan tarif progresif bagi kendaraan bermotor memiliki kriteria
yang berbeda-beda dalam menerapkan tarif tergantung atas kewenangan daerah
tersebut, namun tetap mengacu pada Undang-Undang No 28 PDRD dimana penetapan
tarif pajak kendaraan bermotor tertuang dalam pasal 6 UU NO 28 Tahun 2009 Tentang
PDRD yakni pada ayat (1), (2), dan (5):
1) tarif pajak kendaraan bermotor pribadi ditetapkan:
a. untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling
rendah sebesar 1% dan paling tinggi 2%.
b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan
seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling
rendah sebesar 2% dan paling tinggi 10%.
2) Untuk kepemilikan kendaraan bermotor didasarkan atas nama
dan/atau alamat yang sama.
3) Tarif pajak kendaraan bermotor ditetapkan dengan peraturan
daerah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui tentang
PARIAMAN maka penulis mengambil judul “TINJAUAN ATAS
PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP WAJIB PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR PADA SAMSAT KOTA PARIAMAN”
1.2 Maksud dan tujuan kerja praktek
Mahasiswa Diharapkan dapat mencari pengalaman dan menambah ilmu
pengetahuan mengenai perpajakan khususnya pada pengenaan tarif pajak progresi
terhadap kendaraan bermotor pada saat Kerja Praktek berlangsung dan mahasiswa
diharapkan pula agar dapat menerapkan ilmu yang sudah didapatnya selama
perkuliahan. Adapun maksud dan tujuan kerja praktek sebagai berikut :
1.2.1 Maksud kerja praktek
Secara umum maksud dari Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui bagaimana
prosedur untuk mengetahui penerapan pajak progresif terhadap wajib pajak
kendaraan bermotor di Kota pariaman
1.2.2 Tujuan kerja praktek
Adapun maksud tujuan kerja praktek ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur penerapan pajak progresif terhadap wajib
pajak di kota pariaman
2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi pada penerapan pajak
3. Untuk mengetahui Upaya yang telah dilakukan oleh kantor Samsat kota
pariaman dalam mengatasi hambatan yang terjadi pada penerapan pajak
progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor.
1.3 Kegunaan kerja praktek
Informasi yang didapatkan penulis diharapkan dapat berguna bagi penulis, perusahaan,
maupun bagi umum.
1.2.2 Kegunaan Praktis
Dapat memperoleh gambaran dunia kerja yang nantinya berguna bagi
mahasiswa yang bersangkutan apabila telah menyelesaikan perkuliahan, sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan dunia kerja.Dapat mengaplikasikan ilmu dan
keterampilan yang telah diperoleh pada mata kuliah dan sekalian menambah
wawasan dan pengalaman.
1.3.1 Kegunaan akademis
Bagi perguruan tinggi, hasil proposal penelitian ini diharapkan dapat menjadi
dokumen akademiik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi sivitas akademik,
serta dapat digunakan sebagai bahan masukan dan perbandingan yang dapat
menambah wawasan dan ilmu pengentahuan serta menjadi informasi dasar yang
memadai penerapan pajak progresif.
1.4 Waktu pelaksanaan kerja praktek
a. Tempat
Pelaksanaan kuliah kerja praktek dilaksanakan pada samsat kota pariaman
b. Waktu
Penulis melaksanakan kuliah kerja praktek selama 1 (satu) bulan waktu yang
Tabel
1 Membuat surat peringatan pajak
Laporan Kerja Praktek
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Dalam menempuh Jenjang S1
Oleh :
Tryanisa Rizki Putri Nastasia
21112245
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
ii
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ………...i
DAFTAR ISI ……….……… ii
DAFTAR LAMPIRAN ………...... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ………... 1
1.2 Tujuan Kerja Praktek ……….. 9
1.3 Kegunaan Kerja Praktek ………... 10
1.4 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek ……… 11
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat samsat ……… 14
2.2 Struktur Organisasi samsat ………16
2.3 Deskripsi Jabatan ……… 17
2.4 Aspek Kegiatan samsat ………... 20
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek ……….. 24
3.2 Hasil pembahasan Kerja Praktek ……….... 31
3.2.1 prosedur yang terjadi pada samsat kota pariaman ... 31
iii
……… 35
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ……… 41
4.2 Saran ………... 42
DAFTAR PUSTAKA ……….. 43
DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Adi Tomo, Rahadianingtyas. 2012. Penerapan Pajak Progresif Kendaraan
Bermotor Dalam Upaya Meningkatakan Pendapatan Asli Daerah. Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Admin. 2013 Pengertian Pajak Progresif, (online) (http://pajakonline.net/pengertia n-pajak-progresif/, di akses 6 November 2014).
Antara News. 25 November, 2011. Rancangan PAD Sulsel 2012 Rp2.30
Triliun, (Online), (http://www.antara sulawesiselatan.com/berita/34132/ rancangan -pad-sulsel-2012-rp230-triliun, diakses Desember 2014).
Anwar J, Khairil. 2012. Analisis Kontribusi dan Potensi Pajak Kendaraan
Bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi. Makassar: Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
Daniel. 2012. Sulawesi Terapkan Pajak Progresif Kendaraan,
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : Tryanisa Rizki Putri Nastasia
FAKULTAS : Ekonomi
JURUSAN : akuntansi
ALAMAT : JL.NASYARUDDIN NO.15C
No. HP : 0812662021810
Dilahirkan pada tanggal 24 DESESMBER 1994 di pariaman dari kelurga
Bapak nasrul zayadi dan Ibu rita masri, anak ketiga dari tiga bersaudara. Lulus dari Sekolah Dasar Negeri 09 pauh pariaman 2006.
Lulus dari sekolah menengah pertama negri 1 pariaman pada tahun 2009. Lulus dari sekolah menengah atas negri 1 pariaman pada tahun 2012. Mencatatkan diri sebagai mahasiswa pada Fakultas Ekonomi Jurusan
i
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatu
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan baik .
Laporan kerja praktek yang berjudul“tinjauan atas penerapan pajak
progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor pda samsat kota pariaman.”
Laporan kerja praktek ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah
Kerja Praktek Jenjang Studi Strata 1 Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.
Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, penulis menyadari bahwa
dalam penulisan laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna baik dalam
teknik penulisan maupun penyajian materi dan pembahasannya. Hal ini tidak lain
karena keterbatasan pengetahuan kemampuan dan pengalaman yang penulis
miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun sebagai upaya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, khususnya
bagi penulis.
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis menyadari bahwa
laporan kerja praktek ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan,
nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr.Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
ii
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic,selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak.,CA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas KomputerIndonesia.
4. Lilis Puspitawati, SE.,M.Si, Ak.,CA selaku Dosen Wali dan selaku Dosen
Pembimbing yang telah berkenan dan meluangkan waktunya memberikan
bimbingan, membina dan mengarahkan penulis sehingga Laporan Kerja
Praktek ini dapat terselesaikan.
5. Dra. DENI GUSTIAWATI selaku kepala UPTD SAMSAT kota pariaman
6. Ibu Misuharti, SE selaku pembimbing Kerja Praktek di UPTD SAMSAT
kota pariaman yang telah membimbing selama pelaksanaan Kerja Praktek.
7. Seluruh staf UPTD SAMSAT kota pariaman, terimakasih atas dukungan
dan bimbingannya.
8. Keluarga tercinta terutama kedua orang tua yang telah memberikan
dorongan dan dukungan baik secara moril maupun materil serta perhatian
dan curahan kasih sayang yang dapat memberikan semangat kepada
penulis.
9. Sahabat-sahabat tercinta dan seluruh teman-teman ak-6 dan angkatan 2012
10.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara
langsung ataupun tidak langsung yang turut membantu penyelesaian
laporan kerja praktek ini.
Akhir kata, semoga Alloh SWT,membalas kebaikan semua pihak
iii
menyelesailan Laporan kerja Praktek ini, dan semoga bermanfaat dan
memberikan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya kepada
pihakpihak yang membutuhkannya .Amin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Bandung desember 2015