• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara budaya organisasi dengan komitmen organisasi pada anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMll) cabang Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara budaya organisasi dengan komitmen organisasi pada anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMll) cabang Ciputat"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

(PMll) CABANG CIPUTAl'

SKRIPSI

Dlajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh :

MUHAMMAD TAHSILUL ARZAQ NIM.103070029055

. FAKULTAS PSIKOLC)IGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARl-A

(2)

(PMll) CABANG CIPUTAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar Sarjana (S.Psi).

Oleh:

セセuhammad@ TAHSILUL ARZAQ

NIM :103070029055

Pembimbing I

セNr@

Ors. Sofiandy Zakaria, M.Psi.T

Mengetahui

Pembimbing II

Yunita Faela Nisa, M.Psi NIP. 150368748

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGiERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.

(3)

DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA ANGGOTA PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMll) CABANG CIPUTAT telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 November 2007. Skripsi ini telah di terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

;

Jakarta, 12 November 2007

Sidang Munaqasyah Ketua M r. ngkap Anggota

../ Dra. Nett artati M.Si NIP.1502 938

Pembimbing I

セ@

Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi. T

M.Si

Sekretaris Merangkap Anggota

Pembimbing II

Yunita Faela Nisa, M.Psi NIP. 150 368 748

Penguji II

セ@

(4)

JSekerjn ndnlnh ibndnh

セョ、ョィ@ ndnlnh ・ゥセエョ@

(5)

Kupersembahkan

Untuk Orang Tuaku Terc:inta Dan

(6)

Assalamu'alaikum wr.wb.

Alhamdulillah, dengan menyebut asma Allah yang maha pengasih lagi maha

penyayang, sholawat serta salam semoga tercurah kepada nabi

Muhamamad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Dengan ridho

dan izin-Nya skripsi yang berjudul " Hubungan Antara Budaya Organisasi

dengan Komitmen Organisasi Pada Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam

Indonesia (PMll) Cabang Ciputat." Telah berhasil diselesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar

sarjana psikologi di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun tujuan lain dari penulisan ini adalah untuk memperdalam wawasan

dan menambah pemahaman tentang psikologi indusri clan semoga

bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari ?kan kelemahan diri tanpa bantuan orang lain, kelanca_ran

pelaksanaan dan penulisan dan penelitian ini tidak terlepas dari arahan,

bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan

(7)

M.Psi dosen pembimbing 1 dan 2. Terima kasih banyak alas waktu,

saran, bimbingan serta arahan dalam penulisan skripsi ini sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3) Bapak Abdul Rahman Shaleh, M.Si Selaku dosen pembimbing

proposal. Terima kasih atas bimbingan dan nasihatnya.

4) lbunda tercintaku, Hj. Rofiatin Salamah yang senantiasa dengan tulus

dan ikhlas mendoakan dan memberi energi positif kedalam kehidupan

saya. lni adalah persembahanku untuk cinta dan sayangmu.

5) Ayah sang inspiratif dalam kehidupanku. Yang senantiasa dengan

ikhlas mendoakan dan memotivasi untuk lebih baik lagi.

6) Seluruh Dosen dan Guru penulis, mulai dari SD sampai penulis lulus.

7) Bpk. Asep Khairul Ghani, Psi. Pengasuh ponpes Hypnoteraphy yang

memberikan pengalaman dan pembelajaran dalam memahami

8) Pahlawanku (Kak Miftah) yang senantiasa memberikan motivasi

instrinsik maupun ekstrinsik. Yang tak bosan-bosannya memberikan

bimbingan dan kepercayaan yang dalam untuk melebarkan sayap dan

(8)

buat kalian karena kalian adalah segala-galanya. Semoga kita dapat

bersatu dan dapatkan impian kita.

10) lka Mardiansyah Putri. Gad is baik hati yang memberikan warna dalam

kehidupan penulis. Yang setia membantu dan menemani dalam

proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas motivasi dan

semangatnya. Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi kita.

11) Sahabat-sahabat seperjuanganku, pesantren hipnoterapi, adang,

wisnu, Erja, vivi dll. Kawan karibku Kamal, Wawan, Adit, Alam, dan

anak Kelas B, Veve, lntan, dian, iye, Mualiva, dan Fakultas Psikologi

angkatan 2003 yang tidak dapat disebutl<an satu persatu. PEOPLE

POWER CONSUL TING, Liza, Luluk, lzza. Sahabat FOSMA UIN 165,

FOSMA JAKSEL 165, Inga! Perjuangan kita Belum Berakhir.

12) Sahabat perjuanganku di PMll Cabang Ciputat, Zaid, Makki, Cablak,

Zabeng. Terima Kasih atas kesempatan untuk melakukan penelitian.

Semoga de!1gan kesimpulan penelitian ini komitmen anggota semakin

tinggi terhadap PMll.

13) Sahabat di Al-Hikmah Printing, llyas, Roni, Jangkung, Bala, Nadia,

(9)

Wassalamu'alaikum wr.wb

Jakarta, September 2007

(10)

ABSTRAK ... , ... i

Daftar Tabel ... ii

Daftar Garn bar dan Grafik ... iii

Daftar Lampiran ... iv

BABIPENDAHULUAN ... 01

1.1 Latar Belakang Masalah ... 01

1.2 Pembatasan & Perumusan masalah ... 07

1.2.1 ldentifikasi masalah ... 07

1.2.2 Pembatasan masalah ... 08

1.2.3 Perumusan masalah ... 09

1 .3 Tujuan dan manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. . . 9

1.3.2 Manfaat Penelitian . . . 9

1.4 Sistematika Penulisan ... 1 O BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.5 Komitmen Organisasi ... 13

2.5.1 Pengertian Komitmen Berorganisasi ... 13

2.5.2 Dimensi-Dimensi Komitmen terhadap Organisasi. ... 16

(11)

2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi ... : ... 27

2.2.2 Fungsi Budaya Terhadap Organisasi ... 31

2.2.3 Model Terbentuknya Budaya Organisasi. ... 34

2.2.4' Karakteristik Primer Budaya Organisasi ... 34

2.1 Sejarah PMll ... 37

2.2 Nilai Dasar Pergerakan PMll Cabang Ciputat ... 38

2.3 Arti, Fungsi dan Kedudukan ... 39

2.4 Rumusan Nilai-nilai Dasar Pergerakan ... 42

2.3 Kerangka Berpikir ... 45

2.4 Pengajuan Hipotesa ... 47

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 48

3.1 Jenis Penelitian ... 48

3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 48

3.1.2 Metode Penelitian ... .48

3.2 Variabel Penelitian d"!n Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Definisi Variabel ... 49

3.2.2 Definisi operasional Variabel ... 50

(12)

3.4.1 lnstrumen Penelitian ... 52

3 .4 .2 U ji normalitas ... 55

3.4.2 Teknik Uji lnstrumen ... 57

3.4. 3 Uji Persyarata n ... 62

3.4.4 Teknik Analisis Data ... 63

3.4.5 Prosedur Penelitian ... 64

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA ... 66

4.1 GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN ... 66

1. Gambaran subyek berdasarkan jenis kelamin ... 66

2. Gambaran subyek berdasarkan usia ... 67

3. Gambaran subyek berdasarkan jabatan organisasi ... 68

4. Kategori tingkatan budaya organisasi ... 69

5. Kategori tingkatan komitmen organisasi ... 72

4.2 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA ... 75

4.3.1 Uji Persyaratan ... : ... 75

4.3.2 Uji Normalitas ... 76

4.3.3 Uji Homogenitas ... 79

4.3 HASIL PENELITIAN ... 81

(13)

Daftar Pustaka

(14)

(C) M. TAHSILUL ARZAO

(D) HUBUNGAN ANT ARA BUDA YA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI

(E) XV+ 85

(F) Budaya organisasi adalah sejumlah pemahaman penting, seperti norma, nilai, sikap dan keyakinan yang di miliki bersama oleh para anggota organisasi, juga dikatal<an bahwa budaya organisasi yang kuat merupakan kunci suksesnya organisasi, tetapi disamping itu, budaya organisasi yang kuat pula sebagai penyebab permasalahan organisasi bila tidal< ada perubahan sama sekali.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara budaya organisasi dengan komitmen organisasi. Penelitian ini memakai pendekatan kuantitatif pada 50 orang anggota Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia (PMll) Cabang Ciputat. Pengumpulan data menggunakan skala berbentuk likert,yang terdiri dari skala budaya organisasi yang terdiri dari 60 item dan skala komitmen organisasi sebanyak 65 item. Uji reliabilitas dan validitasnya dengan menggunakan SPSS Versi 11.00 dengan koefesien reliabilitas alpha 0.948 untuk skala budaya organisasi dan 0,945 untuk skala

komitmen organisasi. Dari penghitungan tersebut, didapatkan 45 item untuk skala budaya organisasi dan 47 untuk skala komitmen organisasi yang valid untuk selanjutnya digunakan dalam penelitian.

Pengolahan data menggunakan prosedur statistik Pearson Product

Moment Pearson dan semua penghitungannya dilakukan dengan

menggunakan program SPSS versi 11.00. Hasil uji hipotesis didapatkan has.ii r Hitung sebesar 0,734 yang nilainya lebih besar dari r label sebesar 0,279 pada taraf signifikasi 0,05. Maka Ha .diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan antara budaya

organisasi dengan komifmen berorganisasi.

Peneliti meyarankan agar dalam penelitian selanjutnya tidak hanya terbatas pad a penggunaan instrumen atau angket saja, tetapi juga studi lapangan dan wawancara.

(15)

(D) HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI

(E) XV+ 85

(F) Organisational culture is a number important grasp, as norm, point, attitude and confidence that at has with by organisational membered, also been said that strong organisational culture constitute its

successful key organisational, but despitefully, strong organisational culture too as cause about problem organisational if no change absolutely.

This research intent to look for relationship among organisational cultural with organisational commitment. This research use quantitative approaching on 50 College Student move members Indonesian Islamic (PMll) Ciputat's branch. Data collecting utilizes scale get likert's form.one that consisting of organisational culture scale that consisting of 60 item and organisational commitment scales as much 65 item. reliabilitas's quiz and its validity by use of SPSS Versi 11.00 with koefesien reliabilitas alpha 0.948 for scale to culturize organization and 0,945 for organisational commitment scale. Of that extrapolation, gotten 45 item to organisational cultural scales and 47 for organisational commitment scale that valid hereafter is utilized in research.

Data processing utilizes statistical procedure Pearson Product Moment Pearson and all its extrapolation is done by use of program SPSS version 11.00. Result tests hypothesis be gotten by result r Computing as big as 0, 734 its point one greater of r tables as big as PLセWY@ on signifikasi's level 0,05. Thf3refore Ha accepted. Its mean is subjective signifikan's one among culturizes organization with commitment gets organization.

That recommend researcher in succeeding research not only

confines to instrument or questionnaire purpose even, but also studi field and interview.

(16)
[image:16.595.49.465.145.582.2]

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 3.3

Tabel 3.4

Tabel 3.5

Tabel 3.5

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Tabel 4.10

Blue print bud a ya organisasi ... 54

Blue print komitmen organisasi ... : ... 54

Kisi-kisi budaya organisasi (try out) ... 57

Kisi-kisi budaya organisasi (penelitian) ... 58

Kisi-kisi komitmen organisasi (try out) ... 59

Kisi-kisi komitmen organisasi (penelitian) ... 61

Gambaran subyek berdasarkan jenis kelamin ... 66

Gambaran subyek berdasarkan usia ... 67

Gambaran subyek berdasarkan jabatan organisasi ... 68

Norma kategori budaya organisasi ... 69

Kategori tingkatan bud a ya organisasi ... 70

Norma kategori komitmen organisasi ... 72

Kategori tingkatan komitmen organisasi ... 72

Komposisi respond en berdasarkan pengkategorian skor ... 7 4 Uji Normalitas ... 77

(17)
[image:17.595.55.465.139.613.2]

Gambar 4.1 Grafik normalitas budaya organisasi ···'··· 78

(18)

Lampiran 1 Form kesediaan

Lampiran 2 lnstrumen try out

Lampiran 3 lnstrumen Penelitian

Lampi ran 4 Reliabilitas dan validitas instrumen try out

Lampiran 5 Reliabilitas dan validitas instrumen penelitian

Lampi ran 6 Skor data try out

Lampiran 7 Skor data penelitian

Lampiran 8 Surat izin penelitian

(19)

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Globalisasi ekonomi dan kedatangan era perubahan dalam menghadapi

perdagangan bebas merupakan tantangan serius bagi para pemimpin

dalam mengelola organisasi. Dalam menghadapi perubahan, harus

diperlukan kehati-hatian untuk dapat menyesuaikan diri dengan

perkembangan dan sekaligus menjaga kelangsungan organisasi agar

mampu bertahan hidup.

Dalam era keterbukaan, batas-batas geografis bukanlah merupakan

hambatan bagi kemungkinan persaingan yang timbul. Oleh karena itu,

diharapkan organisasi yang ada di Indonesia dapat mempersiapkan diri

untuk membina organisasinya, terutama sumber daya manusia dan sistem,

untuk mampu menghadapi kedatangan pesaingnya, bail< dalam organisasi

yang sejenis maupun organisasi lain (Moeljono 2003).

Selain itu, dalam interaksi organisasi (sebagai sistem terbuka) dengan

lingkungannya/eksternal, organisasi menghadapi berbagai persoalan

(20)

lingkungan yang berubah-ubah ini, organisasi perlu menyesuaikan diri

dengan menjawab atau mengatasi masalah-masalahnya. Di samping itu,

pada saat yang sama organisasi juga menghadapi masalah-masalah

internal; yang mengharuskan organisasi mengatasinya sehingga tetap

terjadi suatu keseimbangan antara sistem dan fungsi organisasi.

Dalam menyelesaikan permasalahan organisasi diperlukan kerjasama

team

yang solid dan bertanggung jawab serta memiliki "sense of belonging"

(rasa memiliki) terhadap organisasinya. Pengaruh rasa memiliki terhadap

organisasi erat kaitannya dengan komitmen terhadap organisasi, Komitmen

organisasi dapat menjadi tolok ukur anggota-anggota organisasi, apakah

dengan permasalahan yang ada di dalam organisasi tersebut membuat

anggota organisasi mempertahankan dan mencari solusi yang terbaik untuk

menyelesaikannya, atau mungkin sebaliknya, karena organisasi

menghadapi masalah-masalahnya sehingga anggota-anggota di dalamnya

menjadi pasif dan memilih tidak mempertahankan keberadaannya.

Komitmen dirasakan sangat penting bagi berlangsungnya sistem

organisasi. Sebuah komitmen adalah sebuah ikatan psikologis dan tanggug

jawab anggota untuk dapat menunjang organisasi dalam mewujudkan

(21)

komitmen akan tetap melanjutkan aktivitasnya demi kelangsungan dan

suksesnya tujuan organisasi.

Oleh karena itu, organisasf perlu membentuk suatu budaya organisasi yang

kuat dan sehat, bila ingin mempertahankan diri, bahkan jika ingin terus

tumbuh. Sejak berdirinya organisasi, secara sadar atau tidak, pendiri

meletakkan dasar bagi budaya organisasi yang didirikan. Pertumbuhan

organisasi, sebagai hasil interaksi organisasi dengan lingkungannya

mengakibatkan perubahan pada nilai-nilai pokok anggota dalam organisasi.

Budaya organisasi perlu juga menyesuaikan diri terhadap pertumbuhan

organisasi ( Munandar, 2001 ).

Matsumoto (1996) yang di kutip Moeljono (2003) menjelaskan bahwa,"

budaya sebagai seperangkat sikap, nilai-nilai, keyakinan dan prilaku yang

dipegang orang, kemudian prilaku tersebut dikomunikasikan dari generasi

ke generasi berikutnya ". Lebih ditekankan lagi pada penekanan warisan

substansi budaya kepada penerus sikap, nilai-nilai, keyakinan dan perilaku

yang dipegang.

Moeljono (2003) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah sistem

nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari,

(22)

sebagai sistem perekat, dan dijadikan acuan perilaku dalam organisasi

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Senada dengan itu, Robbin (1996) menyatakan bahwa budaya organisasi

memberikan para anggota suatu pemahaman yang jelas dari tugas-tugas

yang diberikan oleh organisasi, mempunyai pengaruh yang besar terhadap

perilaku anggota-anggotanya karena tingginya tingkat kebersamaan.

Budaya organisasi juga dapat membina kekohesifan, kesetiaan dan

komitmen bersama. Apabila anggota diberikan pemahaman tentang budaya

organisasi maka setiap anggota akan termotivasi dan memiliki semangat

kerja untuk melakukan setiap tugas-tugas yang diberikan oleh organisasi.

Hal ini salah satu kunci untuk memperoleh prestasi kerja yang optimal,

sehingga produktivitas meningkat untuk mencapai tujuan organisasi.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pentingnya budaya

organisasi karena merupakan nilai yang terus dikomunikasikan dari

generasi ke generasi. Budaya dalam organisasi dapat mempengaruhi

komitmen anggotanya. Sebagai contoh, dalam sebuah organisasi, terdapat

anggota baru yang mempunyai komitmen tinggi, sehingga ia akan berusaha

untuk selalu mentaati dan menjalankan nilai organisasinya serta disiplin

terhadap peraturan yang ditetapkan. Namun, karena budaya organisasi

(23)

tanggung jawab, cenderung reaktif dan saling menyalahkan satu sama lain,

Hal itu akan sangat berpengaruh terhadap anggota yang baru dan bahkan

komitmen dan kedisiplinannya juga dapat pudar karena adanya pengaruh

budaya lama, karena budaya itu telah dikomunikasikan secara tidak

langsung oleh anggota terdahulu. Begitu juga seterusnya.

Monday, Porterdan Steers (1982), menyatakan bahwa, peninjauan

terhadap komitmen organisasi dapat dilakukan dengan melihat tingkat

absensi anggota. Anggota yang memiliki komitmen tinggi terhadap

organisasi lebih termotivasi untuk hadir dalam organisasi serta berusaha

mencapai tujuan organisasi, memiliki produktivitas tinggi serta memiliki

hubungan negatif dengan absensi dan tingkat keluar anggota.

Permasalahan di alas sering banyak ditemui dalam kehidupan organisasi

sekitar kita, termasuk pada organisasi PMll ( Pergerakan Mahasiswa Islam

Indonesia) Cabang Ciputat. Sahirin ( Ketua PMll Ciputat periode

2006-2007 ), menerangkan bahwa " sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan

tentunya tak luput dari permasalahan, baik internal maupun eksternal.

Sehingga komitmen terhadap organisasi menjadi sesuatu yang sangat

penting. Hal ini ditandai dengan ketidakhadiran pengurus atau anggota

dalam rapat kerja atau dalam bentuk acara lainnya, juga tidak tercapainya

(24)

tersebut tidak diselesaikan dapat mempengaruhi perkembangan serta

kemajuan organisasi " ( wawancara personal, 08 Juli 2007 ).

Dalam perkembangannya, PMll (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia)

Cabang Ciputat mengalami kemajuan yang cukup pesat dari segi

program-programnya yang semakin berkembangdan jumlah anggotanya, Hal

tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya anggota-anggota baru yang

tergabung di dalamnya, dari mulai tahun 2004 berjumlah 558, tahun 2005

berjumlah 698 orang, dan tahun 2006 berjumlah 789. Namun sayangnya

hal tersebut tidak diiringi dengan pengorganisasian yang baik. Sehingga

seringkali organisasi ini menemukan hambatan-hambatan baik secara

internal (manajemennya) maupun eksternal (pelaksanaan).

Pengorganisasian yang dimaksud disini adalah hal-hal yang meliputi

keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas,

tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu

organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka

mencapai tujuan dan target yang ditentukan dan tercipta budaya organisasi

yang dapat memberikan komitmen tinggi terhadap anggota-anggotanya.

Dengan adanya budaya organisasi yang kuat, komitmen yang tinggi dan

sehat di setiap organisasi atau organisasi akan berdampak positif pada

(25)

komitmen yang tinggi dapat secara tidak langsung mengikat para anggota

karena diformulasikan ke dalam berbagai peraturan dan ketentuan

organisasi. Dengan budaya organisasi akan menciptakan peningkatan

produktivitas, dan komitmen yang tinggi (Block dalam Moeljono 2003).

Penelitian-penelitian tentang budaya organisasi sangat banyak dilakukan

baik dalam skripsi maupun jurnal. Hidayat (2006), dalam skripsinya

menerangkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen

organisasi dengan kinerja organisasi. Selain itu, Samrah (2006)

menerangkan dalam skripsinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja. Melihat kurang luasnya

penelitian yang ada maka menarik bila penelitian ini dilakukan. Budaya

organisasi dan komitmen organisasi adalah dua variabel yang sangat

penting bagi kemajuan sebuah organisasi, untuk itu peneliti mengambil

judul

" Hubungan antara budaya organisasi dengan komitmen berorganisasi pada

(26)

1.2 ldentifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

1.2.1 ldentifikasi Masalah

Berpijak pada latar belakang masalah di atas selanjutnya peneliti ingin

mengemukakan masalah-masalah yang berkaitan dengan budaya organisasi

dan komitmen berorganisasi yaitu :

1. Apakah ada hubungan antara budaya organisasi dengan komitmen

berorganisasi ? .

2. Apakah ada perbedaan komitmen organisasi berdasarkan posisi

struktur jabatan di organisasi ? .

3. Faktor apa yang menyebabkan komitmen berorganisasi menjadi

rendah?.

4. Apakah ada pengaruh masa keanggotaan dalam organisasi terhadap

komitmen berorganisasi ?.

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang dapat diidentifikasi, maka masalah yang

menjadi obyek penelitian dibatasi pada "Hubungan Budaya Organisasi

dengan Komitmen Berorganisasi pada Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam

Indonesia (PMll) Cabang Ciputat."

'

(27)

Budaya Organisasi adalah seperangkat sikap, nilai-nilai, keyakinan dan perilaku yang dipegang seseorang, perilaku tersebut dikomunikasikan dari generasi kegenerasi berikutnya ".

Komitmen berorganisasi adalah suatu proses yang melibatkan individu untuk mau dan rela serta memiliki kesadaran yang tinggi, guna mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati bersama. lndividu mau melakukan apa saja agar tetap menjadi bagian dari organisasi dan melakukan kewajibannya sehingga menjadi proses internalisasi ke dalam diri individu dalam bentuk perilaku, meliputi tiga dimensi yaitu afektif, kesinambungan dan normatif.

1

.4

Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang penelitian diatas, menimbulkan pertanyaan untuk merumuskan masalah penelitian yaitu " apakah ada hubungan yang

signifikan antara budaya organisasi dengan komitmen berorganisasi pada anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Ciputat "?.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

(28)

a. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara

budaya organisasi dengan komitmen berorganisasi pada anggota

pergerakan mahasiswa islam indonesia cabang ciputat.

b. Untuk mengetahui persentase tinggi rendahnya komitmen organisasi

pada anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMll Cabang

Ciputat).

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

A. Manfaat T eoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah Psikologi

lndustri dan Organisasi, terutama yang berkaitan dengan budaya organisasi

dan komitmen berorganisasi sehingga keduanya menjadi fokus utama di

setiap organisasi yang mengintegrasikan nilai-nilai di dalamnya.

B. Manfaat Praktis

Pada penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi masyarakat

pada umumnya khususnya manajemen personalia atau manager personalia

dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang budaya organisasi di

(29)

maksimal memotivasi anggota untuk meningkatkan kinerja dan berkomitmen

tinggi terhadap organisasinya.

1.5.3 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 bab, yang mana pada tiap-tiap bab termuat sub-sub

pembahasan, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini membahas latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari

penulisan skripsi ini, dan sistematika penulisan.

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Bab ini membahas komitmen organisasi meliputi

pengertian komitmen organisasi, dimensi-dimensi komitmen organisasi,

tipologi komitmen organisasi, faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen

organisasi. Budaya organisasi meliputi, pengertian budaya organisasi, fungsi

budaya terhadap organisasi, ciri-ciri budaya organisasi, model terbentuknya

budaya organisasi, karakteristik primer budaya organisasi.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menjelaskan tentang jenis

penelitian yang meliputi pendekatan dan metode penelitian, kemudian definisi

dan operasional variabel yang terdiri dari definisi variabel dan devinisi

(30)

sampel, karakteristik subjek, dan teknik pengambilan sampel. Kemudian

teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji normalitas, teknik uji

instrumen, dan terakhir teknik analisis data.

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA. Bab ini terdiri dari gambaran

umum subjek penelitian. Kemudian hasil utama penelitan yang meliputi hasil

penghitungan dengan rumus corelation product moment. Kemudian

presentasi data yang terdiri dari uji persyaratan yang mencakup uji normalitas

dan uji homogenitas. Kemudian terakhir deskripsi hasil penelitian.

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Bab ini merupakan bab yang

terakhir dari penyusunan skripsi ini, yang terdiri dari kesimpulan, diskusi, dan

(31)

2.1 Komitmen Organisasi

2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi

lstilah komitmen berasal dari Bahasa lnggris " Commitment". Dalam kamus

Oxford (A.S Hornby, 1995) komitmen mempunyai pengertian sebagai berikut

1. Entrust, give up, hard over to : percaya, tunduk, berserah diri.

2. Make one self responsible : membuat diri orang bertanggung jawab.

3. Pladge (Often reflex), Blin (One Self) : bersumpah dan mengikat diri.

Jawel dan Siegal (1990) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai

sebuah variabel yang rnencerminkan derajat hubungan yang dianggap

dimiliki individu itu sendiri dengan pekerjaan tertentu dalam organisasi

tertentu.

Sedangkan menurut Porter dan Smith (1970), komitmen organisasi sebagai

sifat hubungan seorang individu dengan organisasi yang memungkinkan

seseorang dengan kornitmen yang tinggi akan memperlihatkan keinginan

(32)

berusaha sebaik mungkin serta penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan

tujuan organisasi.

Definisi di atas mengandung dua arti :

1. Komitmen terhadap sasaran organisasi atau kemana organisasi itu

diarahkan, dimana komitmen tinggi akan mempertahankan

keanggotaannya.

2. Komitmen pada nilai-nilai, norma dan budaya organisasi yang

memberikan batasan yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dimana

hal-hal tersebut memberi keyakinan teguh pada para angotanya, sehingga

akan menimbulkan komitmen teguh pula pada organisasinya.

Dalam masalah yang sama, Robbins (2001) berpendapat bahwa komitmen

organisasi merupakan suatu keadaan dimana seorang anggota memihak

pada suatu organisasi serta berniat memelihara keanggotaan dalam

organisasi tersebut. la menegaskan bahwa perilaku organisasi memberi

perhatian komitmen alas dua bagian yaitu :

1 . Attitudinal Commitment ( komitmen sikap ), mempunyai tiga karakteristik

yakni: a) Keyakinan yang dalam dan penerimaan yang utuh terhadap

tujuan dan nilai-nilai organisasi. b) Kemauan yang kuat untuk melakukan

kerja keras yang diperlukan organisasi. c) Kemauan yang kuat untuk

(33)

2. Behavioral commitment (komitmen prilaku), lebih berkaitan pada

peningkatan komitmen dan peningkatan usaha dan alokasi sumberdaya

untuk suatu tujuan yang telah ditentukan, meskipun tujuan yang akan

• dicapai jauh dari pada yang mereka harapkan.

Menindaklanjuti dari pend a pat Robbins, Charles O'Reilly ( dalam Staw, 1991)

memberikan pemahaman bahwa komitmen organisasi tinggi dapat menekan

tingkat keluar masuk pekerja. lni berarti komitmen merupakan hubungan

individu dengan organisasi sehingga seseorang dengan komitmen organisasi

tinggi akan memperhatikan keinginan kuat untuk menjadi anggota organisasi,

berusaha sebaik mungkin serta memiliki penerimaan yang kuat terhadap

nilai-nilai dan tujuan organisasi.

Dari beberapa penjelasan di alas dapat diambil kesimpulan bahwa komitmen

organisasi adalah suatu proses yang melibatkan individu untuk mau dan rela

serta memiliki kesadaran yang tinggi, guna mencapai tujuan-tujuan yang

telah disepakati bersama. lndividu mau melakukan apa saja agar tetap

menjadi bagian dari organisasi dan melakukan kewajibannya sehingga

(34)

2.1.2 Dimensi-Dimensi Komitmen terhadap Organisasi

Menu rut Allen Mayer ( 1991 ), dengan mengintegrasikan beberapa konsep

komitmen dari beberapa tokoh sebelumnya. Allen dan Mayer melihat bahwa

komitmen anggota/anggota memiliki tiga dimensi yang berbeda yaitu

Komitmen afektif, Komitmen kesinambungan dan normatif.

A. Komitmen Afektif

Mowday dkk (1982:42). mendefinisikan komitmen afektif sebagai "refers to

an affective or emotional attachment the organization such that strongly

commited individual identifies, involve in and enjoy membership in the

organization ". Artinya komitmen afektif merupakan ketertarikan afektif atau

emosional kepada suatu organisasi yang memperkuat proses identifikasi diri

individu, pelibatan diri dan keinginan untuk bertahan menjadi anggota dalam

organisasi tersebut.

Komitmen afektif tersebut didasarkan pada konsep yang dikemukakan

Mowday ( 1982:442), yang mendefinisikan komitmen sebagai ketertarikan

relatif individu untuk mengidentifikasikan diri dan melibatkan diri secara aktif.

Secara konseptual komitmen/anggota dicirikan dalam tiga faktor, yaitu :

1. Keyakinan yang kuat serta penerimaan terhadap tujuan dan nilai

(35)

2. Kesediaan untuk berusaha sungguh-sungguh atas nama organisasi.

3. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam

organisasi.

Ketiga karakteristik tersebut menunjukkan bahwa komitmen merupakan

pelibatan hubungan antara anggota/anggota dengan organisasi yang sifatnya

tergolong emosional. Pengindentifikasian diri adalah kebanggaan menjadi

anggota organisasi serta terjadi internalisasi terhadap tujuan dan nilai

organisasi. Pelibatan diri ditandai oleh aktivitas dalam menjalankan peran.

Sedangkan loyalitas adalah perasaan memiliki yang dimanifestasikan dalam

keinginan unutk tetap menjadi anggota organisasi.

B. Komitmen Kesinambungan

Komitmen kesinambungan menurut Allen dan Mayer (1991) didefinisikan

sebagai berikut: " continuance commitment refers to a tendency to engage in

consistent lines of activity based on the individual's recognition of the cost

associated with discontinuing the activity". Komitmen Kesinambungan

berkaitan dengan kecenderungan individu untuk mengikatkan diri terhadap

kegiatan berdasarkan kesadaran akan akibat yang dirasakan apabila berhenti

(36)

Di lain pihak Becker (1960) mendefinisikan komitmen kesinambungan yaitu"

commitment as the tendency to engange in consistent lines of activity

because of perceived cost of doing otherwise". Becker menjelaskan bahwa

keterikatan individu pada organisasi didasarkan pada ォeセイオァゥ。ョ@ yang

diperoleh jika individu tidak melanjutkan kegiatan dalam organisasi, sehingga

ia akan kehilangan apa yang telah diinvestasikan dalam organisasi dan tidak

akan mendapatkannya jika bergabung dengan organisasi lain, seperti

kehilangan jabatan, gaji yang tinggi, rekan kerja yang menyenagkan, uang

pensiun atau apapun karena senioritas.

C. Komitmen Normatif

Komitmen Normatif didefinisikan sebagai : "refers to the employee's of

obligationto remain with the organization" ( Allen dan Mayer, 1991 ). Komitmen

normatif mengarah pada kewajiban anggota untuk tetap terikat terhadap

organisasi. Komitmen normatif berkaitan erat dengan keyakinan individu akan

tanggung jawabnya pad organisasi. Oleh karena itu individu akan bertahan

dalam organisasi karena kewajiban dan perasaan bahwa mereka sudah

(37)

Sedangkan menurut Wiener (1982), komitmen normatif lebih didasarkan

pada suatu keyakinan akan apa yang benar dan sangat berkaitan dengan

masalah moral.

Tabel 1.1

Dimensi komitmen organisasi menu rut Allen dan Mayer ( 1991)

Dimensi Afektif Dimensi Dimensi Normatif

Kesinambungan

Didasarkan pada teori Berdasarkan teori Berdasarkan teori yang dikemukakan Becker (1960) lndividu: Wienner (1982). Mowday et, al. ( 1982). 1.Mengikat diri pada Pentingnya Loyalitas Komitmen sebagai organisasi karena yang berkaitan dengan pengindetifikasian dan adanya kerugian jika masalah moral ditandai pelibatan diri anggota meninggalkan dengan:

yang ditandai dengan: organisasi. 1. Kewajiban untuk 1.Keyakinan dan 2. Tetap bertahan dalam terikat terhadap

penerimaan organisasi. organisasi.

terhadap tujuan dan 2.Tanggung jawab

nilai organisasi. pada organisasi

2. Kesediaan bekerja keras atas nama organisasi.

3.Keinginan kuat untuk . bertahan menjadi anggota organisasi.

[image:37.595.40.467.149.631.2]
(38)

Ketiga dimensi komitmen individu tersebut di atas mencerminkan suatu

keadaan psikologis, yaitu keinginan, kebutuhan dan kewajiban untuk

berkomitmen pada organisasi yang ada dalam diri individu dan merupakan

hasil dari pengalaman berbeda-beda yang diterima individu selama aktif pada

suatu organisasi. individu berkomitmen pada organisasi selain karena

keinginan dari dalam dirinya juga karena adnya kebutuhan untuk

berkomitmen karena dirasakan bahwa organisasi memberikan keuntungan

baginya. lndividu juga merasa harus berkomitmen pada organisasi karena

adanya suatu kewajiban dalam dirinya.

2.1.3 Tipologi Komitmen terhadap Organisasi

Menurut pendapat para ahli di antaranya Etzioni (1961), Kanter (1968), Slaw

(1977) dan Salancik(1997), yang membedakan berdasarkan ciri atau sifat

permasalahan dari komitmen pada organisasi, pendekatan mengenai tipologi

komitmen organisasi dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Etzioni mengemukakan bahwa dalam komitmen berorganisasi selalu

menyangkut masalah keterlibatkan anggota terhadap nilai-nilai dan tujuan

organisasi. keterlibatan ini dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu :

a. Keterlibatan moral (moral involvement)

Keterlibatan moral ini menggambarkan suatu orientasi maupun intens

(39)

b. Keterlibatan kalkulatif (calculative involvement)

adalah keterlibatan anggota yang menggambarkan hubungan yang

kurang intens dengan organisasi karena sebagian besar keterlbatnnya

Clidasarkan alas keterlibatan yang timbul dari dirinya sebagai akaibat

hubungan yang dikembangkan antara anggota organisasi.

c. Keterlibatan Alienasi (a/ienative involvement)

Merupakan suatu orientasi negatif terhadap organisasi, secara tipikal

ditemukan dalam situasi dimana perilaku individu terhambat akibat

adanya pertentangan nilai-nilai dan tujuan pribadi dengan nilai-nilai dan

tujuan-tujuan organisasi.

2. Staw dan Salancik (1982)

Membedakan pengertian komitmen dilihat dari segi perilaku organisasi

dengan komitmen yang dilihat dari Psikologi Sosial. Pada dasarnya komitmen

digunakan untuk menggambarkan dua fenomena yang berbeda. Para ahli di

bidang perilaku organisasi menggunakannya untuk menjelaskan suatu

proses dimana anggota mengidentifikasikan nilai-nilai, aturan dan organisasi.

Oleh Staw dan Salancik disebut pendekatan "Attitudinal Commitment".

Selain itu dia juga mengemukakan konsep behavioral commitment", sebagai

suatu proses pengalaman prilaku individu dimasa lalu yang membuat dirinya

(40)

yang dikenal dengan teori 'side bets'nya. Digambarkan sebagai suatu proses

di mana seseorang "bertaruh" untuk organisasi. Walaupun kedua pendekatan

ini sulit dibedakan, namun pasti saling berkaitan. Attitudinal commitment

memfokuskan pada proses dimana orang berpikir mengenai hubungannya

dengan organisasi, sedangkan dalam behavioral commitment berkaitan

dengan proses dimana individu menjadi "terkunci" oleh organisasinya dan

bagaimana mereka mengatasi permasalahan. Dalam komitmen organisasi,

keterikatan (attachment) anggota dibedakan alas dua keterikatan yaitu:

a. Keterikatan formal, yang berkaitan dengan tugas menemukan cara untuk

mengurangi atau menekan tingkat perpindahan kerja (turn over),

kemangkiran dan bentuk lain pengunduran diri sampai sekecil mungkin

dan dapat memanfaatkan waktu dalam lingkungan kerja.

b. Keterikatan atau komitmen adalah sebuah situasi di mana individu sangat

tertarik pada tujuan, nilai-nilai dan peraturan organisasi. Keterikatan

tersebut akan memperlihatkan :

1. Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.

2. Kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin untuk tujuan organisasi.

3. Kepercayaan akan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai

(41)

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Komitmen terhadap Organissi

Untuk meningkatkan komitmen anggota terhadap organisasi dilakukan

sejumlah penelitian untuk mencari variabel-variabel yang berperan. Menurut

Mowday dkk (seperti dikutip·Meyer dan Allen, 1989 : 152-156) komitmen

terhadap organisasi digolongkan kedalam empat karakteristik yaitu

karakteristik individu, karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan,

karakteristik struktural dan pengalaman dalam bekerja.

1. Karakteristik individu

terdapat beberapa variasi karakteristik individu yang berhubungan dengan

komitmen organisasi sebagai berikut :

1.1 Usia

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa seorang anggota yang berusia lebih

tua dan telah bergabung dengan organisasi lebih dari dua tahun serta

mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi memiliki komitmen organisasi

yang lebih tinggi dibandingkan kelompok yang berusia lebih muda

1.2 Masa kerja

O.'Driscoll ( seperti dikutip Schultz dan.Schultz, 1990) menyatakan bahwa

anggota dengan masa kerja lebih lama memiliki komitmen terhadap

(42)

semakin senior seorang anggota maka semakin banyak investasi yang sudah

anggota diterima di organisasi ( Greenberg dan Baron, 1993).

1.3 Tingkat pendidikan

Menurut Grusku, Streers dan Salancik (Ferres dan Aranya), anggota yang

memiliki latar belakang pendidikan tinggi akan menunjukkan komitmen

organisasi yang rendah. Adanya hubungan yang negatif antara komitmen

anggota terhadap organisasi dengan tingkat pendidikan disebabkan oleh

semakin tinggi pendidikan semakin tinggi harapan-harapan pada organisasi.

Harapan-harapan tersebut umumnya sulit dipenuhi oleh pihak organisasi

sehingga komitmen terhadap organisasi akan rendah.

1.4 Jenis kelamin

Menurut Hrebiniak dan Alutto (1972) serta angel dan Perry ( 1981) (dalam

Feris dan Aranya, 1981) mengenai komitmen terhadap organisasi dan jenis

kelamin menunjukkan bahwa wanita memiliki komitmen terhadap organisasi

lebih tinggi dari pada pria, Hal ini disebabkan wanita pada umumnya harus

mengatasi lebih banyak rintangan dalam organisasi, sehingga keanggotaan

(43)

2. Karakteristik pekerjaan

Menurut Mowday, dkk, (1982) ada tiga aspek yang berhubungan dengan

peran anggota dan karakteristik pekerjaan yang mempengaruhi komitmen

terhadap ッイァ。ョゥセ。ウゥL@ yaitu tantangan dalam pekerjaan, ketangkasan peran

dan konflik peran.

2.1 Tantangan dalam pekerjaan

Menurut Steers (1988), variasi tantangan dan kemenarikan pekerjaan

cenderung meningkatkan komitmen anggota. Hal ini didukung kenyataan

bahwa anggota cenderung menyenangi pekerjaan yang memberikan

kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan kemampuan anggota serta

tugas yang bervariasi dan adanya kebebasan serta umpan balik mengenai

penelitian terhadap hasil pekerjaan anggota.

2.1 Ketangkasan peran

Karakteristik yang berkaitan dengan peran, dalam hal ini komitmen pada

organisasi cenderung dimiliki anggota yang mempunyai pekerjaan yang

bernilai tinggi.

2.2 Konflik peran

Moris dan Sherman (dalam Mowday, dkk 1982:15) menyatakan bahwa

(44)

Pada dasarnya konflik peran timbul jika harapan dari anggota mengenai

perannya dalam suatu pekerjaan bertentangan dengan harapan perannya.

Konflik peran yang dimahsud adalah perbedaan antara tuntuan fisik dan

standar pribadi, nilai dan harapan anggota.

2.1.5 Pembentukan Komitmen Organisasi

Menurut Miner dalam Susanti (2002), pembentukan komitmen organisasi ini

melalui tiga tahap, yaitu: Komitmen awal, komitmen selama bekerja, dan

komitmen sepanjang karier.

a. Komitmen awal

Adalah proses pembentukan pada masa awal terjadi akibat adanya

interaksi antara keduanya berpengaruh pada pembentukan harapan

bawahan terhadap pekerjaannya. Harapan yang telah terbentuk tersebut

kemudian akan mempengaruhi tingkat komitmen yang dimiliki bawahan.

Keseimbangan antara karakteristik personal dan karakteristik pekerjaan

merupakan prasayarat utama dalam pembentukan komitmen. Besarnya

perbedaan antara karakteristik personal dan karakteristik pekerjaan

menentukan tingkat komitmen.

b. Komitmen selama bekerja

Proses pembentukan komitmen tahap selama bekerja ini terjadi sejak

(45)

penilaian terhadap pekerjaan, pengawasan, gaji, kelompok kerja dan

keadaan organisasinya, yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa

tanggung jawab pada diri bawahan.

c. Komitmen sepanjang karier

Proses terbentuknya komitmen pada tahap ketiga terjadi selama bawahan

meniti karier. Dalam kurun waktu yang relatif lama, bawahan menerima

banyak pengalaman, seperti investasi, keterlibatan sosial, mobilitas

pekerjaan, dan pengorbanan. Bersamaan dengan pengalaman tersebut,

biasanya diiringi dengan meningkatnya kedudukan, sehingga

memungkinkan bawahan memutuskan untuk tetap bekerja.

2.2 Budaya Organisasi

2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi

Definisi budaya organisasi telah banyak dirumuskan oleh para ahli di

antaranya: Matsumoto (1996) mengartikan" budaya sebagai seperangkat

sikap, nilai-nilai, keyakinan dan perilaku yang dipegang orang, perilaku

tersebut dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya ". Matsumoto

dalam pengertian ini menekankan pada warisan substansi budaya kepada

(46)

Lebih lanjut Deal dan Kennedy (1982) mengatakan bahwa budaya pada

hakekatnya merupakan pola yang terintegrasi dari perilaku manusia yang

mencakup pikiran, ucapan, tindakan, artefak-artefak dan bergantung pada

kapasitas manusia untuk belajar dan mentransmisikannya bagi keberhasilan

generasi yang ada. Dari pengertian ini dapat ditangkap bahwa budaya

organisasi tidak bisa begitu saja ditangkap dan dilihat oleh orang luar, namun

dapat dipahami dan dirasakan melalui perilaku-perilaku anggotanya serta

nilai-nilai yang mereka anut.

Tanpa dapat dipungkiri, Deal dan Kennedy (1982) menambahkan, nilai pada

hakekatnya merupakan inti dari suatu budaya. la merupakan esensi dari

filosofi organisasi. Nilai memberikan suatu sense of common direction bagi

semua anggotanya dan petunjuk bagi perilaku sehari-harinya. Semakin kuat

nilai-nilai itu diinternalisasi, maka semakin kuat pula budaya mempengaruhi

kehidupan mereka. Terkadang budaya itu sedemikian kuat dan kohesif,

sehingga setiap orang tahu tujuan organisasi dan mereka mau bekerja untuk

mencapainya.

Definisi Deal dan Ker.medy yang senada dengan Kinicki (1992) mengatakan

bahwa " budaya merupakan perekat organisasi yang mengikat anggota

melalui nilai-nilai yang ditaati seperti peralatan simbolis dan cita-cita sosial

(47)

akhirnya kualitas individu perindividu dan individu sebagai sebuah kolektifitas

yang terintegrasi untuk mencapai tujuan bersama dan terprogram.

Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dan

kelompok manusia dalam waktu yang lama. Stoner dkk, ( 1995) memberikan

arti budaya sebagai gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita,

metapora dan berbagai ide yang lain yang menjadi satu untuk menentukan

apa arti menjadi anggota masyarakat tertentu.

lstilah organisasi juga telah dirumuskan oleh beberapa pakar dan berikut ini

beberapa pendapat yang dikutip oleh Sutarto (2002) antara lain :

a. John Price Jones (1955) melukiskan organisasi sebagai sistem meliputi

struktur dan peralatan yang tersusun dari orang-orang dan benda-benda

mulai usaha berencana yang teratur dijalankan.

b. Dalton E. Mc. Farland (1958) menyimpulkan bahwa organisasi

merupakan suatu kelompok orang yang dapat disamakan dengan

menyumbangkan usaha mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan.

c. Raiph Currier Davis & Alan C Filley (1962) menyimpulkan bahwa

organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerjasama di bawah

pengarahan kepemimpinan eksekutif bagi pencapaian tujuan-tujuan

(48)

d. Anderson dan Parker(1964) merumuskan organisasi sebagai seruan

orang-orang yang tersusun secara sistematis untuk mencapai

tujuan-tujuan khusus di mana masing-masing orang mempunyai peran yang

telah ditetapkan secara formal.

Beberapa rumusan tentang organisasi di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa budaya organisasi memiliki beberapa hal yaitu orang-orang yang

tergabung menjadi sebuah komunitas, perangkat aturan-aturan yang

mengatur organisasi dalam wewenang dan tanggung jawab, dan tujuan yang

hendak dicapai bersama. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa

terdapat organisasi yang bekerja sama di bawah suatu sistem aturan tertentu

secara sinergis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Definisi budaya organisasi sendiri dalam "The Asian Manager" seperti dikutip

oleh Talaziduhu (2003) yaitu: "A Set of basic assumtion and belief that are

shared by members of external adaptation and internal integration".

Lewat definisi di atas dapat disimpulkan bahwa asumsi yang diikuti beberapa

nilai yang sama dan telah diyakini lalu terinternalisasi dalam diri individu

kemudian ditunjukkan dalam perilaku yang nampak dengan seluruh

manifestasinya sehingga dapat menghasilkan suatu citra khusus tentang

(49)

dalam arti belajar seperti dikomunikasikan, diseminasi, disosialisasikan dan

diwariskan pada generasi selanjutnya agar tetap diakui secara turun temurun.

Dalam hal yang sama Draha ( 2003 ) menjelaskan bahwa dalam

penerapannya, hendaknya disertai pula keterbukaan dan kebersamaan

sehingga dapat menunjukkan kualitas dan posisi yang bersangkutan.

2.2.2 Fungsi Budaya Terhadap Organisasi

Berdasarkan definisi budaya dan organisasi dapat disimpulkan bahwa

budaya organisasi merupakan sebuah pola fikir, keyakinan, nilai-nilai,

perilaku yang timbul dalam ikatan psikologis dan regenerasinya sebagai

aktivitas organisasi untuk meraih tujuannya. Fungsi budaya organisasi seperti

yang dikutip Draha (2003) dalam bukunya Budaya Organisasi ialah :

a. Sebagai identitas dan menambah komitmen organisasi. Alat

pengorganisasian anggota, menguatkan nilai-nilai dalam organisasi dan

mekanisme kontrol alas perilaku.

b. Sebegai perekat sosial dalam mempersatukan anggota dalam mencapai

tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai.yang harus

dikatakan dan dilakukan.

c. Sebagai sumber inspirasi, kebanggaan dan sumber daya serta dapat

(50)

d. Sebagai kekuatan penggerak yang dinamis, resilen, tidak statis, tidak

kaku.

e. Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah yang

ュ・ョァィオ「オョァセ。ョ@ budaya dengan manajemen, budaya dengan

performance, budaya dengan bisnis.

f. Sebagai pola perilaku yang berisi norma tingkah laku yang menggariskan

batas-batas toleransi sosial.

g. Sebagai warisan yang diasosiasikan dan diajarkan kepada generasi

berikutnya.

h. Sebagai substitusi (pengganti) formalisasi sehingga tanpa diperntah orang

melakukan tugasnya.

i. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan.

j. Sebagai proses yang menjadikan bangsakongruen dengan negara

sehingga terbentuk nation-state.

Dalam sebuah artikel dikatakan bahwa akibat dari fungsi budaya organisasi

adalah hidup dan produktivitas pekerjaannya dibentuk oleh lingkungan dan

merekalah yang menciptakan keyakinan bahwa sistem makna yang dianut

akan membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya

organisasi biasa disimboliskan dengan slogan, logo dan disosialisasikan.

Perbedaan sistem diyakini sangatlah menentukan ciri khas organisasi. Hal itu

(51)

sistem nilai yang dianut juga amat menentukan corak produktivitas pekerjaan dan kualitas citra yang dihasilkan.

Steere, Jr. (dalam Hesselbein, Goldsmith 'dan Beckhard, 1996) berpendapat bahwa budaya memiliki peran dalam memberi identifikasi dan prinsip-prinsip yang mengarahkan perilaku organisasi dan dalam membuat keputusan, mengembangkan suatu metode sehingga individu dapat menerima feedback atas prestasi mereka, menjaga sistem reward dan reinforcement yang

diberlakukan dalam organisasi. Dengan demikian dapat dipahami bagaimana budaya mampu memberi suatu identitas dan arah bagi keberlangsungan hidup organisasi.

(52)

2.2.3 Model Terbentuknya Budaya Organisasi

Bagan I

Model terbentuknya budaya organisasi menurut Stephen Robbins (1996)

Manajemen Alas

Filosofis Pemilik

MセMMMMセセ@

LMMMMMMセMャゥ^イ@

Kriteria Seleksi

Budaya Organisasi

r r l -S-o-si-al-is-a-.si-]

セ@

Filosofis pendirian organisasi memang dapat mempengaruhi sebuah proses

pembentukan sistem seperti kriteria seleksi, misalnya siapa yang bisa masuk

dalam organisasi dan siapa yang tidak. Dalam sistem ini mengalami

perkembangan saat dikelola oleh manajemen alas sehingga memudahkan

dalam proses sosialisasi yang kemudian menjadi suatu nilai yang diyakini

dan digunakan oleh organisasi.

2.2 Karakteristik Primer Budaya Organisasi

Robbins (1996) membentuk beberapa abstraksi yang menunjukkan karakter

budaya organisasi yaitu :

a. lnovasi dan pengambilan resiko, sejauh mana para pelaku pendidikan

(53)

b. Perhatian ke rincian, sejauh mana yang terlibat dalam pedidiakan

diharapkan memperhatikan presisi (kecermatan), analisis dan perhatian

kepada rincian.

c. Orientasi hasil, sejauh mana manajemen memfokuskan pada hasil

bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil

itu.

d. Orientasi organisasi, sejauh mana keputusan-keputusan manajemen

memperhitungkan efek hasil pada organisasi .

e. Orientasi tim, sejauh mana kegiatan belajar mengajar diorganisasikan

sekitar tim kerja bukannya individu.

f. Agresivitas, sejauh mana pendidikan itu agresif dan kompetitif dan

bukannya nyantai.

g. Kemantapan, sejauh mana kegiatan oraganisasi menekankan

dipertahankannya status quo seabagai kontras dari pertumbuhan.

Karakter di alas menunjukkan pada bentuk perilaku yang dihasilkan dari

proses internalisasi budaya organisasi ke dalam individu dan efeknya

terhadap suatu pengembangan tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Robbins (1996), mengatakan terdapat beberapa karakteristik dalam budaya .

organisasi yang termanifestasikan dalam simbol kepahlawanan, ritual dan

(54)

Senada dengan itu, Denison (2000) lebih ringkas membagi budaya

organisasi menjadi 4 sifat utama yaitu :

1. Keterlibatan (involvement), Konsep ini mengemukakan bahwa tingkat

keterlibatan dan partisipasi yangtinggi, menciptakan kesadaran akan

kepemilikan dan tanggung jawab. Dari kesadaran itu timbul komitmen

yang lebih besar kepada organisasi. Pada keterlibatan ini anggota

mempunyai kesempatan untuk mengkonstribusikan skill dan

kreativitasnya. Dengan demikian, keputusan yang lebih baik akan

diasosiasikan dengan kinerja organisasi yang lebih baik.

2. Konsistensi (consistency), Sifat ini menggambarkan bahwa anggota

organisasi bekerja berdasarkan kerangka kerja bersama berdasarkan

nilai-nilai dan keyakinan yang membentuk dasar mereka berkomunikasi.

3. Adaptabilitas (adaptability), Kemampuan organisasi dalam merespon

perubahan baik yang terjadi dalam tubuh organisasi maupun dari luar

organisasi. Adaptabilitas memiliki tiga aspek yang mempunyai dampak

pada efektivitas organisasi. Pertama, kemampuan untuk menyadari dan

bereaksi pada lingkungan eksternal. Kedua, kemampuan untuk bereaksi

dengan pelanggan internal. Ketiga, kemampuan untuk bereaksi dengan

keduanya.

4. Penghayatan misi (mission), Merupakan batasan bersama dari suatu

(55)

arah dan sasaran yang jelas yang berfungsi untuk mendefinisikan

serangkaian tindakan yang tepat bagi organisasi dan anggotanya.

2.3

Sejarah PMll

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMll) adalah organisasi

kemahasiswaan independen, non-frofit, yang didirikan pada 17 April 1960, di

Surabaya. ldentitas PMll secara umum terletak pada tiga ruang gerak:

lntelektual, Keagamaan, dan Kebangsaan. ldentitas tersebut menjadi

kekuatan moral dan spiritual untuk memaknai kehidupan berbangsa yang

sasarannya adalah untuk menegakkan asas keadilan sosial,

mengimplementasikan kedaulatan rakyat (demokrasi), dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) adalah bentuk final.

Sebagai organisasi Islam, PMll meyakini bahwa kehadirannya adalah untuk

mewujudkan peran kha/ifatullah fil ardhi, meneruskan risalah kenabian dan

menjadi rahmat bagi semua manusia. Sebagai organisasi yang berasaskan

Pancasila, PMll mempunyai komitmen kebangsaan yang utuh dan

proporsional, yang diaktualisasikan melalui partisipasi dalam pembangunan

watak bangsa yang berprikemanusiaan dan berkeadilan.

lntegrasi dari paham keagamaan dan kebangsaan tersebut, mengharuskan

(56)

Peiwujudan nyata dari dialektika itu adalah komitmen organisasi terhadap

persoalan-persoalan mendasar masyarakat dan kemanusiaan, yang

seringkali merupakan akibat negatif yang mengiringi proses pembangunan.

Secara kategoris, persoalan-persoalan itu dapat dipilah ke dalam beberapa

hal: persoalan keberagamaan dan kebudayaan; pemerataan ekonomi dan

peiwujudan keadilan sosial, demokratisasi, pemberdayaan masyarakat sipil

(civil society) dan penegakan hak asasi manusia; dan kepedulian terhadap

lingkungan.

Realitas dalam gambaran ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan

wajah PMll dan orientasi pengembangan yang dilakukan. Gerak perubahan

dimengerti dalam bangunan kesejatian kesadaran atas realitas yang penuh

kepercayaan, kekuatan budaya, tradisi, dan ritualnya, pilihan gerakan dan

keberpihakan serta dalam bentuknya yang sangat praktis pada pola-pola

gerakan yang dikembangkan. Revolusi makna PMll mulai dari penumbuhan

wacana lndependensi sebagai kekuatan untuk menjaga eksistensinya dari

intervensi, kooptasi, dan hegemoni kekuatan mainstrern dari luar, termasuk

yang dikembangkan dan diideologikan oleh negara.

2.4 Nilai Dasar Pergerakan PMll Cabang Ciputat

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia berusaha menggali nilai-nilai

(57)

dalam bentuk rumusan-rumusan yang diberi nama Nilai dasar Pergerakan

(NOP) PMll. ha! ini dibutuhkan untuk memberi kerangka, arti motivasi

pergerakan dan sekaligus memberikan legitimasi dan memperjelas terhadap

apa saja yang akan dan harus dilakukan untuk mencapai cita-cita perjuangan

sesuai dengan maksud didirikannya organisasi ini.

NOP adalah tali pengikat (kalimatun sawa) yang mempertemukan semua

warga pergerakan dalam ranah dan semangat perjuangan yang sama.

Seluruh warga PMll harus memahami dan menginternalisasikan nilai dasar

PMll itu, baik secara personal atau secara bersama-sama, dalam medan

perjuangan social yang lebih luas dengan melakukan keberpihakan nyata

melawan ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kekerasan, dan

tindakan-tindakan negative lainnya. NOP ini, dengan demikian senantiasa memiliki

kepedulian sosial yang tinggi (faqih fi mashalih al-kahliq fi ad-dunya atau

faham dan peka terhadap kemaslahaatan mahluk dunia).

2.5

Arti, Fungsi dan Kedudukan

2.5.1 Arti

NOP adalah nilai-nilai yang secara mendasar merupakan sublimasi nilai-nilai

ke-lslaman (kemerdekaan/tawasuth/al-hurriyah,

(58)

(keberagaman suku, agama dan ras; beribu pulau; persilangan budaya)

dengan kerangka pemahaman Ah/usunnah wal Jama'ah yang menjiwai

berbagai aturan, memberi arah, mendorong serta penggerak

kegiatan-kegiatan PMll. Sebagai pemberi keyakinan' dan pembenar mutlak, Islam

mendasari, memberi spirit dan elan vital pergerakan yang meliputi cakupan

Iman, Islam, lhsan dalam upaya memperoleh kesejahteraan hidup didunia

dan akhirat.

Dalam upaya memahami, menghayati dan mengamalkan Islam tersebut,

PMll menjadikan Ah/usunnah wal Jama'ah sebagai manhaj al-fikr sekaligus

manhaj a/-taghayyur a/-ijtima'i (perubahan sosial) untuk mendekontruksi

sekaligus merekontruksi bentuk-bentuk pemahaman dan aktualisasi

ajaran-ajaran agama toleran, humanis, anti kekerasan dan kritis transformatif.

2.5.2 Fungsi

a. Kerangka Refleksi (landasan berpikir)

Sebagai kerangka refleksi, NDP bergerak dalam pertarungan ide-ide,

paradigma, nilai-nilai yang akan memperkuat nilai-nilai yang akan

memperkuat tingkat kebenaran-kebenaran ideal. Ideal-ideal itu menjadi

sesuatu yang mengikat, absolut, total, universal berlaku menembus

keberbagaian ruang dan waktu (muhkamat, qoth'i). Karenanya, kerangka

(59)

capaian-capaian nilai seperti kebenaran, keadilan, kemerdekaan,

kemanusiaan, dll.

b. Kerangka Aksi (landasan berpijak) '

Sebagai kerangka aksi, NOP bergerak dalam pertarungan aksi, kerja-kerja

nyata, aktualisasi diri, pembelajaran sosial yang akan memperkuat tingkat

kebenaran-kebenaran faktual. Kebenaran faktual itu senantiasa bersentuhan

dengan pengalaman historis, ruang dan waktu yang berbeda-beda dan

berubah-ubah, kerangka ini memungkinkan warga pergerakan menguli,

memperkuat atau bahkan memperbaharui rumusan-rumusan kebenaran

dengan historisitas atau dinamika sosial yang senantiasa berubah

(mutasyabihat, dzanni).

c. Kerangka ldeologis (sumber motivasi)

Menjadi satu rumusan yang mampu memberikan proses ideologisasi di

setiap kader secara bersama-sama, sekaligus memberikan dialektika antara

konsep dan realita yang mendorong proses kreatif di internal kader secara

menyeluruh dalam proses perubahan sosial yang diangankan secara

bersama-sama secara terorganisir.

Menjadi pijakan atau landasan bagi pola pikir dan tindakan kader sebagai

(60)

memperjuangkan perubahan sosial yang memberi tempat bagi demokratisasi

dan penghargaan terhadap HAM.

2.5.3 Kedudukan

a. NOP menjadi sumber kekuatan ideal-moral dari aktivis pergerakan.

b. NOP menjadi pusat argumentasi dan pengikat kebenaran dari kebebasan

berfikir, berucap dan bertindak dalam aktivitas pergerakan.

2.6 Rumusan Nilai-nilai Dasar Pergerakan

A. Tauhid

Mengesakan Allah SWT. Merupakan nilai paling asasi dalam agama samawi,

di dalamnya telah terkandung sejak awal tentang keberadaan manusia.

1. Allah adalah Esa dalam segala totalitas, dzat, sifat dan

perbuatan-perbuatanNya. Allah adalah dzat yang fungsional.

2. Keyakinan seperti itu merupakan keyakinan terhadap sesuatu yang

lebih tinggi dari alam semesta, serta merupakan manifestasi

kesadaran dan keyakinan kepada ghaib.

3. Oleh karena itu tauhid merupakan titik puncak, melandasi, memandu

dan menjadi sasaran keimanan yang mencakup keyakinan dalam hati,

(61)

Maka, konsekuensinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia harus

mampu melarutkan dan meneteskan nilai-nilai tauhid dalam berbagai

kehidupan serta tersosialisasikan hingga merambah sekelilingnya. Hal ini

dibuktikan dengan pemisahan yang tegas antara hal-·hal yang profan dan

sakral.

B. Hubungan Manusia Dengan Allah

Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia mencipta manusia sebaik-baik

kejadian dan menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia

dihadapan ciptaan-Nya yang lain. Kedudukan pemberian daya pikir,

kemampuan berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah yang

memungkinkan manusia memerankan fungsinya sebagai khalifah dan hamba

Allah. Dalam kehidupan sebagai khalifah, manusia memberanikan diri untuk

mengemban amanat berat yang oleh Allah ditawarkan kepada makhluk-Nya.

Sebagai hamba Allah, manusia harus melaksanakan

ketentuan-ketentuannya. Untuk itu manusia dilengkapi dengan kesadaran moral yang

selalu harus dirawat, manusia tidak ingin terjatuh ke dalam kedudukan yang

rendah.

c. Hubungan Manusia Dengan Manusia

Tidal< ada yang lebih antara yang satu dengan lainnya, kecuali

(62)

yang menonjol pada diri seseorang tentang potensi kebaikannya, tetapi ada

pula yang terlalu menonjol potensi kelemahannya. Karena kesadaran ini,

manusia harus saling menolong, saling menghormati, bekerjasama,

menasehati dan saling mengajak kepada kebenaran de'mi kebaikan bersama.

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam hubungan antar manusia tercakup

dalam persaudaraan antar insan pergerakan, persaudaraan sesama umat

Islam, persaudaran sesama warga Negara dan persaudaraan sesama umat

manusia. Perilaku persaudaraan ini harus menempatkan insan pergerakan

pada posisi yang dapat memberikan manfaat maksimal untuk diri dan

lingkungannya.

d. Hubungan Manusia Dengan Alam

Alam semesta adalah ciptaan Allah. Dia menentukan ukuran dan

hukum-hukumnya. Alam juga menunjukkan tanda-tanda keberadaan, sifat dan

perbuatan Allah. Berarti juga nilai tauhid melingkupi nilai hubungan manusia

dengan manusia. Namun Allah menundukkan alam bagi manusia dan bukan

sebaliknya. Jika sebaliknya yang terjadi, maka manusia akan terjebak dalam

penghambaan terhadap alam, bukan penghambaan kepada Allah. Allah

mendudukkan manusia sebagai khalifah, sudah sepantasnya manusia

(63)

menegaskan keberadaan dirinya, bukan menjadikannya sebagai obyek

eksploitasi.

Salah satu dari hasil penting dari cipta, rasa, dan karsa manusia yaitu ilmu '

pengetahuan dan teknologi. Manusia menciptakan itu untuk memudahkan

dalam rangka memanfaatkan alam dan kemakmuran bumi atau memudahkan

hubungan antar manusia. Dalam memanfaatkan alam cliperlukan iptek,

karena alam memiliki ukuran, aturan dan hukum tersendiri. Alam

didayagunakan dengan tidak mengesampingkan aspek pelestariannya.

2.6.4 Kerangka Berfikir

Pada dasarnya setiap individu, ketika melaksanakan kegiatan sehari-hari

selalu berhubungan dengan organisasi, seperti kelurahan, LSM, sekolah, clan

instansi pemerintahan maupun swasta. ltu berarti keberaclaan organisasi

dalam kehidupan kita sangatlah penting untuk membantu memenuhi segala

macam kebutuhan kita, sehingga hal itu dapat menjadi media untuk dapat

mengenal satu sama lain. Lebih jauh lagi dapat mengorganisir orang-orang

yang berada dalam organisasi tersebut.

Tidak hanya itu, berkembangnya berbagai macam kebutuhan serta

kepentingan manusia, tentulah menjadi sesuatu yang sangat penting apabila

(64)

Karena setiap organisasi tentunya mengacu pada anggaran dasar dan

anggaran rumah tangga.

Elalam perkembangannya, PMll (Pergerakan Mallasiswa Islam) Cabang

Ciputat mengalami perubahan-perubahan dalam memahami budaya yang

diyakininya. Disadari atau tidak pemahaman budaya itu akan terus

dikomunikasikan dari generasi kegenerasi sehingga akan membentuk

pemahaman budaya baru. Hal itu dirasakan sangat mempengaruhi komitmen

anggotanya

Untuk membentuk budaya organisasi yang positif, tentunya diperlukan

sebuah komitmen anggotanya untuk tetap mempertahankan nilai-nilai,

keyakinan dan perilaku. Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing

yang membedakannya dari organisasi lainnya .

Menu rut Mowday, Porter dan Streers ( 1994 ), komitmen anggota pada

organisasinya secara umum diartikan sebagai keterikatan anggota terhadap

organisasinya. Namun, bukan sekedar keterikatan yang pasif melainkan

dalam bentuk keterlibatan, penerimaan terhadap nilai-nilai organisasi serta

(65)

anggota yang tinggi dapat meningkatkan kinerja anggota dan memicu gerak

laju organisasi.

Robbins (2001) berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan suatu

keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi serta

berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut.

2.6.5 Skema Kerangka Berfikir

II

Budaya Organisasi

II

<==:>

[K'Omitmen Organisasi

I

2.4.6

Hipotesis

Berdasarkan uraian teori di atas maka hipotesis dalam penelitian " hubungan

budaya organisasi dengan komitmen organisasi pada anggota PMll Cabang

Ciputat " adalah :

Ha Ada hubungan antara budaya organisasi dengan

komitmen organisasi pada anggota PMll Cabang Ciputat.

Ho : Tidak ada hubungan antara budaya organisasi dengan

(66)

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai pendekatan serta metode yang

akan digunakan dalam penelitian ini yang meliputi subyek penelitian,

instrumen pengumpulan data dan prosedur penelitian.

3.1

Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif korelasional. Pada umumnya

penelititan kuantitatif banyak dituntut menggu

Gambar

Gambar 4.1 Grafik normalitas budaya organisasi ··············'························ 78
Tabel 1.1 Dimensi komitmen organisasi menu rut Allen dan Mayer ( 1991)
Tabel. 3.1
Tabel. 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

dibandingkan adalah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan. pendekatan small group work dengan siswa yang diajar

[r]

[r]

KA YU rotan adalah material terbaik sebagai pengganti tulang manusia karena struktur kayu rotan memiliki rongga di bagian dalam sehingga darah, serabut saraJ, dan materi lain

The Arab Committee on Banking Supervision, the Association of Supervisors of Banks of the Americas (ASBA), the Caribbean Group of Banking Supervisors, the Committee of European

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) produk instrumen penilaian autentik tematik terpadu Kurikulum 2013 kelas VI melalui KKG dalam bentuk buku penilaian

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga kepada penulis,

Jika ya maka data penilai angka kredit yang dipilih terupdate, dan jika tidak maka pengupdate-an data penilai angka kredit dibatalkan. Pengamatan Terdapat pesan “apakah