• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Perilaku Konsumtif (Studi Kasus: Mahasiswi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS), Universutas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Perilaku Konsumtif (Studi Kasus: Mahasiswi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS), Universutas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Antoni Widodo

NIM :1111015000082

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS IMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Antoni Widodo

1111015000082

Menyetujui,

Prof.I)r.IL

Rusmin Tumanssor. MA |IIP. 194701 1419651 01001

JT]RUSAI\I PENDIDIKAIT

ILMU

PENGETAHUAI\

SOSIAL

FAKULTAS

IMU TARBIYAH

DAI{

KEGT]RUAIT

T]NIVERSITAS TSLAM

NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

(3)

Induk'i!{ahasiswa (NIM) 1111015000082, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IJIN Syarif Hidayatullah Jalorta dan telah dinyatakan lulus Ujian Munaqasatr

pada tanggal 5 November 2015 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial.

Jakart4 5 November2015 Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Progam Studi)

Dr.IwanPurwanto. M.Pd

NIP. 19730424 20A801 I An

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. Syaripulloh. M.Si

NrP. 19670909 200701

l

033

Penguji

I

Dr. Ulfah Fajarini. M.Si NrP. 19670828 199303 2 006 Peneuji II

Moch. Noviadi Nueroho. M.Pd

NIP. 19761I l8 201101 I 006

Tanggal

Tanda

r*f>/

?/tu4

eY

ltt

I

,rs

ltilnts

lF, -n-2o19

(4)

Nama

NIM

Jurusan

: Antoni Widodo

:1111015000082

: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS)

Tahun Angkatan :2011

Menyatakan Dengan Sesungguhnya

Bahwa penulis telah menyelesaikan Skripsi ini dengan judul "Hubungan Status

Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi (Studi

Kasus

:

Mahasiswi Jurusan Pendidikan IPS, Universitas Islam Negeri

Jakarta)'o adalah benar hasil karya sendiri yang dibimbing oleh:

Nama

: Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, MA

NIP

:194701141965101001

Demikian surat pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

sendiri.

Jakarta, 19 Oktober 201 5

7r

Antoni Widodo
(5)

Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Judul Skripsi “Hubungan Status Sosial

Ekonomi Orang Tua dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi (Studi Kasus: Mahasiswi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial)”.

Penelitian ini untuk mengetahui tingkat hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku konsumtif mahasiswi. Penelitian ini dilakukan pada bulan januari sampai oktober 2015. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Populasi penelitian adalah mahasiswi pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial yang diambil setiap tingkatan atau semester kecuali untuk mahasiswi angkatan baru yaitu angkatan 2015, sejumlah 31 responden.

Dari hasil korelasi menggunakan rumus Product Moment menghasilkan rxy sebesar 0.642, selanjutnya pada taraf signikansi 5% kemudian dibandingkan dengan r tabel yaitu sebesar 0.355, yang menunjukan rxy > rtabel, dari penelitian ini dapat disimpulkan antara variabel status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku konsumtif mahasiswi mempunyai korelasi yang Kuat. Kemudian mencari nilai Determinasi yang diperoleh 41.24% sedangkan uji t terdapat thitung yaitu sebesar 4.511 yang dibandingkan dengan ttabel dimana tingkat signifikansinya alpha = 5% dan derajat kebebasan df = n-2 atau df =31-2=29 yang diperoleh ttabel sebesar 2.04 artinya terdapat hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku konsumtif mahasiswi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) UIN Jakarta. Dengan demikian hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak.

Kesimpulan dari penelitian ini menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku konsumtif mahasiswi pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial (P.IPS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Artinya semakin tinggi tingkat status sosial ekonomi orang tua maka semakin tinggi perilaku konsumtif mahasiswi.

(6)

ABSTRACT

Antoni Widodo (1111015000082), Departement of Education Social Studies, Faculty of Tarbiya and Teachers Training. Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, Minithesis title “The Conection of Social-Economic Status of Parents with Consumptive Behavior Female Student (Case Study: University Female Student Departement Of Social Education)”.

The purpose of this research is to know level connection between of social economic status of parent with consumptive behavior student. The research was implemented in January until October 2015. The method used in this research is quantitative descriptive. The population of this research is university student department of social education each level/semester except for student new generation for academic year 2015. This research involved 31 respondent.

From the result correlation used formula product moment results rxy 0.642 and

level of significant 5% and then compared with rtabel= 0.355 it mean rxy > rtable.

Conclusion the result between of social economic status of parent with consumptive behavior student have a strong correlation. And then to find determination of percentage obtained 41.24% where as the calculation result of t test shows that count 4.511 to compared ttabel with level of significant Alpha = 5%

and degree freedom df = n-2 or df = 31-2 =29 of obtained ttable = 2.04. it means

showing that connection between social economic status with consumptive behavior student department of social education syarif hidayatullah state university of Jakarta. With those hypotheses Ha be accepted and Ho be rejected.

The conclusion above this research of explains that exist the connection is significant between social economic status parents with consumptive behavior student department of social education syarif hidayatullah state university of Jakarta. That is higher socio economic status parents so higher the consumptive behavior of students.

(7)

dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaiakan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI (Studi Kasus: Mahasiswi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan pada baginda alam , Rasullullah dan junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak terlepas pada bantuan dan dukungan orang lain baik keluarga, kerabat, teman dan lain sebagainya. Begitupun penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dimana para berbagai pihak tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tak bisa terhitung jumlahnya kepada pihak-pihak terkait yaitu:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

2. Dr.IwanPurwanto,M.Pd sebagai ketua jurusan pendidikan IPS yang ramah dan selalu memberikan motivasi kepada mahasiwa tingkat akhir

3. Bapak Prof. Dr. Rusmin Tumanggor,MA sebagai dosen pembimbing penulis yang selalu sabar untuk mengarahkan penulis menyusun skripsi 4. Seluruh dosen pengajar di pendidikan IPS ibu Tri Harjawati, ibu Ruknina

Ghanibala, Bapak Syaripulloh, bapak Iwan Hermawan, ibu Cut Dien Nurwahida, Ibu Maila, pembimbing PIQI bapak Furqon, bapak Amarno, Bapak Didin Syafrudin, bapak Moch Noviadi dan Pak Arif dan semua dosen yang penulis belum disebutkan.

(8)

7. Keluarga besar lembaga bimbel Teknos Genius Pamulang dimana penulis mengabdikan diri selama ini.

8. Keluarga besar SMAN 6 Tangerang Selatan yang telah menerima penulis melaksanakan kegiatan PPKT

9. Buat teman satu angkatan di jurusan Pendidikan IPS dan teman-teman kosan yang selalu memberikan semangat dalam mengatasi kemalasan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya sehingga penulis bisa menjadi seseorang individu yang seperti ini, mudah-mudahan skripsi yang penulis tulis dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, Oktober 2015 Penulis

(9)

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR HISTOGRAM ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 7

1. Identifikasi Masalah ... 7

2. Batasan Masalah ... 7

3. Rumusan Masalah ... 7

C. Hipotesis ... 8

D. Tujuan dan Signifikasi ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Tujuan dan Signifikasi Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Tinjauan Teoritis ... 10

1. Konsep Status Sosial Ekonomi ... 10

(10)

a. Pengertian Perilaku ... 18

b. Pengertian Perilaku Konsumtif ... 19

c. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumtif ... 20

d. Aspek yang diukur dalam Perilaku Konsumtif ... 21

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Konseptual ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Metode Penelitian ... 25

C. Populasi dan Sampel ... 26

1. Populasi ... 26

2. Sampel ... 26

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 26

D. Definisi Operasional ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

1. Metode Observasi ... 28

2. Metode Angket atau Kuesioner ... 30

3. Wawancara ... 32

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 33

1. Uji Validitas ... 33

2. Uji Reabilitas ... 34

3. Uji Kredibilitas ... 35

4. Uji Dependability ... 36

G. Teknik Pengolahan Data ... 37

1. Editing ... 37

2. Skoring ... 37

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Objek Penelitian ... 41

1. Sejarah Jurusan Pendidikan Illmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) ... 41

2. Tujuan didirikan Jurusan P.IPS ... 41

3. Visi dan Misi Jurusan P.IPS ... 42

4. Daftar Dosen dan Keahlian ... 44

5. Jumlah Mahasiswa ... 45

B. Uji Kulalitas Data ... 45

1. Hasil Uji Validitas ... 45

2. Hasil Uji Realibilitas ... 48

C. Deskripsi Data ... 49

1. Deskripsi Data Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 49

2. Deskripsi Seluruh Aspek Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 57

3. Deskripsi Data Variabel Perilaku Konsumtif ... 59

4. Deskripsi Seluruh Aspek Perilaku Konsumtif ... 64

D. Uji Hipotesis ... 65

E. Hasil Analisa Wawancara ... 69

1. Deskripsi Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 69

2. Deskripsi Perilaku Konsumtif ... 70

3. Hasil Analisa dari Wawancara mengenai Status Sosial Ekonomi dengan Perilaku Konsumtif ... 71

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

(12)

Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Perilaku Konsumtif ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

Tabel 3.1 Perhitungan dalam Menentukan Sampel ... 27

Tabel 3.2 Observasi Lapangan ... 28

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Variabel X ... 31

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Variabel Y ... 31

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Mahasiswi ... 32

Tabel 3.6 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi ... 36

Tabel 3.7 Form untuk Peliputan Data ... 38

Tabel 4.1 Daftar Dosen Pendidikan IPS ... 42

Tabel 4.2 Jumlah Mahasiswa/i Jurusan Pendidikan IPS ... 43

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 46

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Konsumtif Mahasiswi ... 47

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 48

Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan Orang Tua (Ayah) Mahasiswi ... 49

Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Orang Tua (Ibu) Mahasiswi ... 50

Tabel 4.8 Pekerjaan Orang Tua (Ayah) Mahasiswi ... 52

Tabel 4.9 Pekerjaan Orang Tua (Ibu) Mahasiswi ... 53

Tabel 4.10 Tingkat Pendapatan Keluarga ... 54

Tabel 4.11 Tingkat Konsumsi Keluarga Perhari ... 55

Tabel 5.12 Kepemilikan Harta Kendaraan ... 56

Tabel 4.13 Tabulasi dari Angket Variabel Status Sosial Ekonomi ... 58

(14)

Tabel 4.17 Perilaku Konsumtif karena Kemudahan Mendapatkan Produk ... 63

Tabel 4.18 Tabulasi dari Angket Perilaku Konsumtif ... 64

Tabel 4.19 Tabulasi Untuk Pengujian Hipotesis ... 65

Tabel 4.20 Pengukuran Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Berdasarkan Item yang Diajukan ... 72

(15)

Histogram 4.2 Pendidikan Orang Tua (Ibu) dari Mahasiswi ... 51

Histogram 4.3 Pekerjaan Orang Tua (Bapak) dari Mahasiswi ... 52

Histogram 4.4 Pekerjaan Orang Tua (Ibu) dari Mahasiswi ... 53

Histogram 4.5 Pendapatan Keluarga Mahasiswi setiap Bulan ... 55

Histogram 4.6 Pengeluaran Konsumsi Keluarga perhari ... 56

Histogram 4.7 Kepemilikan Harta Kendaran ... 57

Histogram 4.8 Status Sosial Ekonomi Orang Tua Mahasiswi ... 58

Histogram 4.9 Indikator Pembelian Impulsif Mahasiswi ... 60

Histogram 4.10 Indikator Pemborosan ... 61

Histogram 4.11 Perilaku Konsumtif atas Dasar Mencari Kesenangan .... 62

Histogram 4.12 Perilaku Konsumtif atas Dasar Mudahnya Mendapatkan Produk ... 63

(16)
(17)

A.

Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang mengalami dampak dari adanya globalisasi sehingga indonesia termasuk dalam pelaku dari negara yang melakukan perdagangan bebas, globalisasi menawarkan produk yang mudah didapatkan dalam kadawarsa ini, sehingga masyarakat tertarik untuk mendapatkanya seperti kemudahan mendapatkan teknologi dan produk impor lainya. Indonesia negara berkembang dengan hasil proyeksi penduduk menunjukan piramida penduduk merupakan tipe expansive, dimana sebagian penduduk berada pada kelompok umur muda.1 Dengan adanya penduduk muda inilah akan berdampak pada target pemasaran pasar bebas di era-globalisasi.

Globalisasi yang diartikan menurut Bagong Suyanto adalah ”sebuah kebebasan dan keleluasaan lalu lintas barang, jasa, modal kekuatan kaum kapitalis yang menerobos batas-batas negara, wilayah dan adat istiadat dan budaya”.2

Mengindikasikan para pengusaha dari berbagai negara untuk menanamkan modal atau menjual hasil produksinya ke Indonesia, khususnya pengusaha-pengusaha dari warga negara yang sudah maju.

Kekuatan ekonomi negara-negara maju dan pengaruhnya yang dominan acap kali menjadikan negara yang sedang berkembang tak ubahnya seperti pangsa pasar dan ladang persemian bagi berbagai kepentingan perusahaan multinasional.3 Sehingga mengindikasikan para pengusaha dari luar negeri untuk menanamkan modal atau menjual produknya ke Indonesia hal ini karena

1

Badan Pusat Statistik, Laporan Bulanan Data Status Sosial Ekonomi,Edisi 59 (Jakarta : BPS,2015) h.44 diunduh dari http://bps.go.id/publikasi/view/1213 pada tanggal31 agustus 2015 pukul 23:10 WIB

2

Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post modernism, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013), h.93

3

(18)

negara indonesia sedang mengalami perkembangan, dan negara yang seperti inilah warga negaranya disebut sebagai masyarakat konsumen.

Dalam masyarakat konsumen Bagong Suyanto menyebutnya “sebuah masyarakat yang cenderung diorganisasikan di seputar konsumsi ketimbang produksi barang atau jasa”.4

Atau masyarakat yang sebagian besar adalah penikmat atau pembeli dari pada penjual, hal inilah yang menjadi target-target pemasaran dari pengusaha-pengusaha negara maju.

Globalisasi yang menawarkan berbagai produk dari bangsa lain seperti yang dikemukakan oleh George Ritzer yaitu proses McDonalisasi yaitu proses perubahan dan fenomena globalisasi yang merambak keberbagai penjuru dunia sebagai proses McDonalisasi. Disebut McDonalisasi karena pandangan George Ritzer proses perubahan yang tengah melanda masyarakat di era post-industrial tak ubahnya seperti proses perubahan yang terjadi karena merebaknya praktik bisnis fast food, McDonald di berbagai belahan dunia.5

Dalam konsep McDonalisasi Ritzer menganggap bahwa konsep ini seperti halnya pada restoran siap saji yang menguasai pada penjuru dunia dengan menggunakan sistem yang terintegrasi. Konsep pemasaran yang siap saji ini “ dalam prinsip kemudahan diperhitungkan dan fenomena kuantifikasi organisasi yang ter McDonalisasi juga bisa diamati dalam bidang pendidikan,publikasi, praktik medis, televisi, olah raga, dan politik”.6

Dengan adanya sasaran Indonesia sebagai target pemasaran di era-globalisasi ini, tidak menutup kemungkinan bahwa fenomena era-globalisasi ini akan berdampak pada perilaku manusia yang semakin konsumtif karena “gaya hidup tumbuh dan dikembangkan oleh kekuatan kapital untuk kepentingan membangun pangsa pasar, memperbesar keuntungan, dan menghela agresivitas masyarakat dalam mengonsumsi berbagai produk industri budaya”.7

4

Bagong Suyanto, Ibid., h.107

5

Ibid, h.159

6

Ibid, h.164

7

(19)

“Globalisasi akan dipahami sebagai faktor yang mempengaruhi dan mengubah secara radikal gaya hidup (life style) dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat khususnya masyarakat di negara yang sedang berkembang”8. Hal inilah yang akan berdampak pada penduduk indonesia yang didominasi oleh golongan muda, khususnya kaum remaja menjadikan target sasaran untuk strategi pemasaran oleh kekuatan pasar yang menjadikan perilaku penduduk usia muda untuk berperilaku konsumtif. Penduduk muda disini penulis melihat pada beberapa mahasiswi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Universitas Islam Negeri Jakarta dimana beberapa mahasiswa berperilaku kearah kehidupan yang hedonis yang mengarah pada perilaku konsumtif.

Universitas Islam Negeri Jakarta yang terletak di daerah perkotaan yaitu daerah Tangerang Selatan tidak mengherankan jika banyak tempat perbelanjaan seperti mal yang dekat dengan arena kampus, kemudahan cara mengetahui info mendapatkan barang produksi juga bisa dilihat dari penggunaan teknologi , “gaya hidup pada warga kota yang kaya, akan ditunjukan dengan kehidupan yang selalu menggunakan ICT (Information and Communication Tecnology), mereka sangat mudah untuk memperoleh informasi, dan memperoleh layanan yang lebih baik, seperti misalnya belanja menggunakan layanan elektronik”.9

Pada penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Ismayanti (Dalam skripsi Riza Afriani) bahwa perempuan lebih konsumtif dari pada laki-laki hal ini bisa dilihat dari tabel di bawah ini:10

8

Ibid, h.94

9

Zulrizka Iskandar, Psikologi Lingkungan Metode dan Aplikasi,cet 1, 2013, PT Refika Aditama, Bandung h.92

10

Riza Afriani,”Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Perilaku Konsumtif

(20)

Tabel 1.1

Perilaku Konsumtif berdasarkan Gender

Gaya Hidup

Konsumtif Total

Jenis Kelamin

Laki-laki Rendah Tinggi

28,0 % 72% 100%

Perempuan 8,0% 92,0% 100%

Dari tabel tersebut terlihat bahwa perempuan lebih konsumtif dari pada perempuan dimana perbedaan yaitu untuk perempuan 92% sedangkan laki-laki 72% hal ini menunjukan selisih sekitar 20%.

Menurut Bagong Suyanto yang mengutip pada sebuah studi yang dilakukan oleh Mintel menemukan bahwa dalam hal pakaian, kaum perempuan umumnya lebih memiliki keinginan dan kebutuhan untuk tampil modis daripada kaum laki-laki kemudian kaum perempuan lebih senang dan fokus pada penampilan pribadi dari pada laki-laki sehingga menjadikan kaum perempuan lebih konsumtif dalam mengatur keuangan.11

Hal ini menjadikan penulis tertarik untuk meneliti mahasiswi. Pada pengamatan awal penulis mengamati dua kelompok mahasiswi yang berbeda, kelompok yang pertama penulis melihat beberapa mahasiswa yang menjadi satu group atau satu kelompok banyak yang tidak menyukai koleksi untuk barang-barang mewah seperti pakaian. Kemudian dalam kelompok pertemanan kedua penulis melihat sebaliknya banyak anggota kelompok yang gemar untuk mengoleksi barang-barang mewah dan bagus, kemudian belanja di mal-mal bersama teman-temanya.

11

(21)

Dalam perbandingan kelompok pertama dan kedua ini penulis juga mengamati dari status sosial orang tuanya seperti siapa orang tuanya dan apa pekerjaanya. Dari perbandingan kelompok pertama dan kedua penulis melihat ada kesamaan dari cara individu memilih kelompok pertemanan hal ini penuls melihat di dasari pada gaya hidup dan status sosial dari orang tuanya.

“Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungan dengan orang lain. Status atau kedudukan individu, apakah ia di atas atau di bawah status orang lain mempengaruhi perananya. Peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang”.12

Pada pernyataan tersebut menunjukan bahwa status sosial seseorang menjadikan peranan seseorang atau sebagai identitas diri, hal ini bagaimana seseorang akan mempertahankan dan menjaga statusnya dengan perilaku dan tindakan sosialnya. Begitu juga dengan status yang dimiliki oleh orang tuanya “stratifikasi sosial orang tua akan mempengaruhi sosialisasi anak-anak mereka”.13

Stratifikasi atau tingkatan sosial dimasyarakat juga dilihat dari seberapa tingkat status sosialnya, sehingga tidak mengherankan jika seorang anak akan berperilaku sesuai dengan status yang dimiliki oleh orang tua.

Dengan adanya pengaruh dari status orang tua, mahasiswi mendapatkan uang saku dari orang tua yaitu bapak atau ibu yang mempengaruhi perilaku pembelian “keluarga merupakan organisasi kecil yang penting dalam mempengaruhi perilaku anggotanya yang bersumber dari orang tua. Suami-istri-anak memiliki peran yang berbeda dalam mempengaruhi perilaku pembelian mereka”.14

Dari cara mempertahankan status sosial inilah seseorang bisa membuat gaya hidupnya dengan cara yang konsumtif, gaya hidup yaitu “pola-pola

12

Nasution, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rafika Aditama, 2010). Cet.3, h.196

13

Pengantar Sosiologi Ekonomi H.17

14

(22)

tindakan yang membedakan satu orang dengan yang lain”.15

Hal ini karena gaya hidup merupakan sebuah wujud identitas seseorang.

Dalam gaya hidup ini seseorang atau kelompok bisa dilihat dari cara pergaulanya seperti pengamatan penulis dari pengamatan awal ini melihat bagaimana mahasiswi ini memanfaatkan waktu senggang untuk bergaul dengan teman satu kelompoknya, “waktu senggang di era masyarakat post -modern sering kali berkaitan dengan kegiatan rekreasi, di mana seseorang keluar dari diri, menuju perangkap-perangkap eksterior yaitu tempat tempat wisata, mal, klub, negeri-negeri asing dan seterusnya”.16 Penulis melihat banyak mahasiswi yang memanfaatkan waktu luangya untuk menonton bioskop, makan di tempat yang mewah ,belanja-belanja kebutuhan di mal, dan perawatan-perawatan tubuh. Semua itu mereka lalukan untuk alasan membuang kejenuhan dan semua didapatkan dari uang saku yang diberikan oleh orang tuanya.

Dalam proses konsumsi mahasiswi ini tidak menyadari apa yang sudah dikeluarkan uang untuk kegiatan konsumsi, hal ini banyak pembelian barang produksi yang tidak dibutuhkan dibandingkan dengan pembelian barang pokok mahasiswi yang sifatnya lebih penting seperti pembelian buku untuk referensi untuk pembuatan tugas dari Dosen. Dalam perilaku konsumtif mahasiswi juga bisa dilihat dari penggunaan gadget dimana banyak mahasiswi yang mengganti gadget dengan model dan tipe terbaru atau bahkan ingin yang berbeda dari yang lain, hal seperti ini “lebih didorong karena kebutuhan untuk menjaga citra diri, Image bahwa ia bukan termasuk orang yang ketinggalan zaman atau karena ia sebetulnya tengah berusaha menjaga citra sebagai bagian dari kelompok kelas sosial atas”.17

Dari beberapa penemuan awal ini penulis melihat ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua mahasiswi dengan perilaku konsumtif untuk

15

Bagong Suyanto, op.cit,.. h.147

16

Bagong Suyanto, op.cit., h.263

17

(23)

itu perlu adanya kebenaran yang mendasar sehingga penulis tertarik untuk menyusun skripsi yang berjudul ”HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF (Studi kasus: Mahasiswi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, UIN Syarif Hidayatullah)”.

B.

PERMASALAHAN

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan, maka masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Perilaku konsumtif terjadi karena banyaknya pusat perbelanjaan yang kian marak

b. Waktu luang mahasiswi diisi oleh kegiatan yang sifatnya konsumtif c. Pemberian orang tua berupa materi yang berlebihan akan membuat

mahasiswi berperilaku konsumtif

2. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan fokus sehingga tidak menyimpang dari pembahasan dan sasaran pokok penelitian, maka peneliti memfokuskan dalam pembahasan ini yang harus dibatasi dalam konteks permasalahan sebagai berikut:

1. Status sosial dalam penelitian ini adalah status sosial dari orang tua mahasiswi.

2. Perilaku konsumtif dalam penelitian ini adalah perilaku pembelian yang bersumber dari pendapatan/uang saku yang diberikan oleh orang tua mahasiswi.

(24)

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dapat dibuat dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

“Dalam interaksinya Mahasiswi banyak membentuk kelompok sosial pertemanan dan berdasarkan status sosial dari orang tua, sehingga mempengaruhi perilaku mereka dalam aspek pembelian/peggunaan pendapatan yang diberikan oleh orang tua mahasiswi”.

Untuk memecahkan masalah tersebut, maka penulis mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana tingkat status sosial ekonomi orang tua mahasiswi P.IPS UIN Jakarta?

b. Bagaimana perilaku konsumtif mahasiswi P.IPS UIN Jakarta?

c. Apakah ada hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua mahasiswi dengan perilaku konsumtif?

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang dan uraian masalah, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat hubungan antara tinggi rendahnya status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku konsumtif

2. Terdapat hubungan antara tinggi rendahnya status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku konsumtif

D. Tujuan dan Signifikasi

1. Tujuan Penelitian

(25)

hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua mahasiswi dengan perilaku konsumtif.

2. Tujuan dan Signifikasi Penelitian a. Manfaat Teoritis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan agar bermanfaat, secara teoritis manfaat hasil dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Menjadi bahan referensi bagi para ilmuwan dan peneliti dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu sosiologi, psikologi ,dan ekonomi.

2. untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam kajian teoritis kemampuan mahasiswi dalam bergaul dan berinteraksi di lingkungan kampus maupun masyarakat.

b. Manfaat Praktis

(26)

A.

Tinjauan Teoritis

1. Konsep Status Sosial Ekonomi

a. Pengertian Status Sosial

Status sosial menurut Ujang Sumarwan disamakan dengan kelas sosial, yaitu pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas yang berbeda atau strata yang berbeda.1

Kedudukan atau status sosial menurut soerjono Soekanto “tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestisenya dan hak-hak serta kewajibanya”.2 dalam pergaulan atau interaksi seseorang dan keprestisanya (kegengsianya) tergantung pada aspek status sosial.

Menurut Mayor Polak status sosial dimaksudkan sebagai kedudukan sosial seseorang oknum dalam kelompok serta dalam masyarakat.3 Adapaun cara seseorang memperoleh status sosial yang didapatkan yaitu “diperoleh secara alami (ascribed status), dan diperoleh melalui berbagai usaha (achieved status)”.4

1. Ascribed status

Status ini didapatkan atau “diperoleh seseorang secara alamiah artinya melekat pada diri seseorang di peroleh tanpa melalui serangkaian usaha”.5

Biasanaya status ini bersifat natural tidak butuh usaha untuk mendapatkanya karena Tuhan sudah

1

Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen Teori dan Penerapanya dalam Pemasaran, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), edisi ke-2 , h. 265

2

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ,(PT.RajaGrafindo Persada : Jakarta,2000, cetakan ke-30) h. 265

3

Abdul Syani, Skematika,Teori, dan Penerapan, (Jakarta : , PT. Bumi Aksara, 2014),cet keempat, h. 91

4

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi : Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2011), h. 430

5

(27)

mengaturnya. Elly M. Setiadi dan Usman Kolip membagi status ini dalam beberapa aspek

a. Status Perbedaan Usia (age stratification)

Status ini dibedakan berdasarkan umur manusia biasanya atas dasar senioritas dan penghormatan terhadap yang lebih tua Elly mencontohkan “dalam suatu kehidupan rumah tangga, anak yang usianya lebih tua memiliki strata keluarga yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang usianya lebih muda”.6 b. Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin (gender sex

stratification)

Dalam status ini “biasanya penstrataan sosial berdasarkan jenis kelamin ini biasanya dipengaruhi oleh adat tradisi dan bahkan ada sebagian ajaran agama yang membedakan antara hak dan kewajiban berdasarkan jenis kelamin”.7

c. Status yang didasarkan pada sistem kekerabatan

Dalam status ini “dapat dilihat dari peran yang harus diperankan oleh masing-masing anggota keluarga dalam rumah tangga”.8

Misalnya ayah sebagai rumah tangga, ibu sebagai ibu rumah tangga dan anak sebagai anggota keluarga yang masing-masing memiliki peran tersendiri.

d. Stratifikasi berdasarkan kelompok tertentu

Pandangan ini lebih mengarah pada bentuk ras seseorang dimana menurut Elly mencontohkan “pemahaman orang bahwa ras dengan kulit putih lebih superior dibandingkan dengan ras kulit hitam”.9

Ketika seseorang dari mana ras seseorang berasal akan mempengaruhi prestise seseorang.

6

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Ibid., h. 430

7

Ibid., h.431

8

Ibid., h. 431

9

(28)

2. Achieved status

Menurut Soerjono Soekanto status ini lebih mengarah pada bagaimana seseorang mendapatkan “kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja”.10 Sedangkan menurut Elly status ini didapatkan “melalui perjuangan”.11 Dari pendapat kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwasanya achieved status merupakan status yang didapatkan seseorang melalui usaha-usaha dalam bentuk perjuangan keras seseorang untuk mendapatkanya. Aspek-aspek yang diukur dalam status ini menurut Elly M.Setiadi dan Usman Kolip adalah :12

a. Stratifikasi berdasarkan jenjang pendidikan

Stratifikasi ini didapatkan pada jenjang pendidikan seseorang, seberapa jauhkah jenjang pendidikan seseorang didapatkan. Sehingga tingginya pendidikan seseorang akan “berpengaruh kepada pola-pola kehidupan orang tersebut”13.

b. Stratifikasi berdasarkan senioritas

Dari pekerjaan hingga pendidikan seseorang akan terjadi senioritas, senioritas ini “ditentukan berdasarkan tingkat tengkat tenggang waktu”14

. Seberapa jauh seseorang mendahului tempat pekerjaan dan pendidikan akan berpengaruh pada pola-pola hidup.

c. Stratifikasi di bidang pekerjaan

Dalam pekerjaan seseorang menduduki jabatan dan bagian-bagian tertentu sehingga masing-masing kedudukan akan berbeda dalam berinteraksi.

10

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Ibid., h.211

11

Ibid., h.432

12

Ibid., h.432-433

13

Ibid., h. 432

14

(29)

d. Stratifikasi di bidang ekonomi

Status ini lebih kearah tinggi rendahnya ekonomi seseorang diukur dari pendapatan seseorang dalam bekerja sehingga pendapatan inilah dapat diukur status aschievednya.

3. Assigned status

“Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang atau sekelompok orang dari pemberian. Akan tetapi, status sosial yang berasal dari pemberian ini sebenarnya juga tak luput dari usaha-usaha seseorang atau sekelompok orang sehingga dengan usaha-usaha tersebut ia memperoleh penghargaan”.15

Dalam assigned status ini seseorang akan mendapatkanya jika orang tersebut memberikan jasa kepada masyarakat dan masyarakat mengakuinya bahwa orang tersebut telah memberikat sesuatu yang baik pada masyarakat banyak seperti contohnya pemberian penghargaan kepada pahlawan.

b. Status Sosial yang ditinjau dari Ekonomi

Dalam pengukuran aspek-aspek pada status sosial ekonomi orang tua menurut Gilbert dan Kahl yang dikutip oleh Ujang Sumarwan terdapat tiga aspek acuan yang harus diketahui yaitu status pekerjaan, pendapatan, dan harta benda.16 Sedangkan Menurut Bornstein & Bradley bahwa aspek dalam pengukuran status sosial Ekonomi yaitu Pekerjaan, tingkat pendidikan akhir, sumber daya ekonomi (pendapatan), dan kekuasaan atau jabatan yang dimilikinya.17 Dari pandangan para ahli tersebut peneliti menyimpulkan beberapa aspek untuk mengetahui tingkat pengukuran status sosial ekonomi orang tua.

15

Ibid., h. 434

16

Ujang Sumarwan, Op Cit., h.266

17

(30)

1. Pekerjaan

Pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua baik ayah atau ibu “akan menentukan kelas sosial”,18 keluarga itu sendiri.

2. Tingkat Pendidikan

Menurut Gunawan S menjelaskan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi pendapatan seseorang dengan hal ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi manusia dalam mencapai tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula pendapatanya begitupun sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang semakin sedikit pendapatan seseorang.19

3. Sumber Daya Ekonomi / Pendapatan

Pendapatan adalah materi yang diterima oleh seseorang atau lembaga tertentu karena telah memberikan jasa atau melakukan suatu pekerjaan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dan dapat dijadikan sebagai jaminan kelangsungan hidup layak.

4. Kekuasaan / Jabatan

Kekuasaan atau jabatan adalah suatu kedudukan seseorang dalam memposisikan dirinya didalam pekerjaan dimana seseorang yang mempunyai kekuasaan akan leluasa untuk menyuruh bawahanya, sehingga akan mempengaruhi kekayaanya.

c. Aspek-Aspek Pengukuran Status Sosial Ekonomi

Untuk mengetahui berapa besar status sosial ekonomi orang tua mahasiswi, penulis menggunakan dari pandangan para ahli yang menerangkan landasan teori mengenai status sosial yang ditinjau dari ekonomi tersebut sehingga peneliti menyimpulkan beberapa aspek untuk mengetahui tingkat pengukuran status sosial ekonomi orang tua.

18

Ujang Sumarwan. Op Cit., 266

19Neneng Widiyawati ,“

(31)

a. Pendidikan

Pendidikan akan menentukan tingkat status sosial keluarga karena pendidikan anggota keluarga akan berkorelasi dengan pekerjaan anggota keluarga.

“Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang yang dilakukan oleh seorang konsumen. Beberapa profesi seperti dokter, pengacara, akuntan, ahli laboran memerlukan syarat pendidikan formal agar bisa bekerja sebagai profesi tersebut”.20

Pekerjaan atau profesi pada anggota keluarga bisa diamati dari tingkat pendidikan yang dicapainya, untuk mengukur tingkat pendidikan Badan Pusat Statistik membagi dalam kategori yatu: 1. SD kebawah

2. Sekolah Menengah Pertama 3. Sekolah Menengah Atas 4. Sekolah Menengah Kejuruan 5. Diploma I/II/III

6. dan Universitas 21 b. Pekerjaan

Untuk mengamati jenis-jenis pekerjaan Danang Sunyoto membagi empat kategori yaitu PNS, Pegawai Swasta, Wirausaha, dan Mahasiswa atau pelajar.22Sedangkan untuk membagi tingkatan pekerjaan, penulis membaginya menjadi lima kategori yaitu:

1. Pejabat Pemerintah 2. PNS

3. Pegawai Swasta 4. Wirausaha

5. Pegawai serabutan

20

Ujang Sumarwan, Op Cit.,254

21

Badan Pusat Statistik, Laporan Bulanan Data Status Sosial Ekonomi,Edisi 59 (Jakarta : BPS,2015) h.53 diunduh dari http://bps.go.id/publikasi/view/1213 pada tanggal31 agustus 2015 pukul 23.10 WIB

22

(32)

c. Pendapatan

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari pekerjaan yang dilakukan untuk mencari nafkah.23 Dengan perolehan pendapatan di anggota keluarga akan membiayai kegiatan konsumsinya. Adapun pengukuran pendapatan Ujang Sumarwan membaginya kedalam beberapa aspek yaitu gaji pokok, tunjungan, bonus, dan pendapatan lainya.24

Beberapa aspek pendapatan ini jika anggota keluarga menerimanya maka semakin tinggi pendapatanya. Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans-Dieter, pendapatan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber utama adalah gaji dan upah serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan; pendapatan bersih dari penjualan barang yang dipelihara dihalaman rumah, hasil investasi sebagai bunga modal, tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial.

2. Pendapatan yang berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya regular dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk jasa dan diterimakan dalam bentuk barang atau jasa. Misalnya penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian, warisan, penagihan pitang, kiriman uang, menang judi.25 Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli dari seseorang, karena daya beli akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh seseorang. Dalam mengkategorikan pendapatan rumah tangga, Badan Pusat Statistik pada Survai Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) data pada tahun 2013 dan 2014 mengkategorikan menjadi beberapa kategori yaitu:

23

Ujang Sumarwan, Op Cit., h. 257

24

Ibid., h.258

25

(33)

1. hingga Rp 1.800.000

2. Rp 1.800.001 – Rp 3.000.000 3. Rp 3.000.001 – Rp 4.800.000 4. Rp 4.800.001 – Rp 7.200.000 5. Lebih dari Rp 7.200.000.26 d. Tingkat konsumsi

Setiap individu atau kelompok pasti mengkonsumsi segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan baik itu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier dalam menentukan konsumsi ini masing-masing individu berbeda dari satu sama lainya misalnya saja kebutuhan konsumsi perempuan dan laki-laki.

“Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, dan orangtua berfungsi sebagai unit sosial-ekonomi yang secara materil memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya, apabila orangtua tidak bisa menjalankan fungsi tersebut secara bijak, maka akan menimbulkan dampak buruk pada perilaku anak”27

.

Konsumsi menurut Ujang Sumarwan diartikan sebagai penggunaan produk, yang dibagi menjadi dua kategori jenis konsumsi yaitu barang tahan lama (durable goods) dan barang tidak tahan lama. Barang tahan lama diartikan sebagai barang yang usianya bisa digunakan berkali-kali dan usianya hingga bertahun-tahun sedangkan barang tidak tahan lama yaitu barang yang habis setelah dipakai.28

Untuk mengukur tingkat konsumsi dalam penelitian ini menggunakan ukuran pengeluaran rumah tangga karena pengukuran tingkat konsumsi bisa dilihat dari pengeluaran keluarga, menurut Ujang Sumarwan pengeluaran sebagai alat pengukuran besarnya

26

Badan Pusat Statistik, op Cit., h.139

27

Ade Citra Fadila dan Dewi Ayu Hidayati, Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Perilaku Anak (Studi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung) Jurnal Sosiologi, Vol.1, No.4 : 262-269 262 Staf pengajar jurusan Sosiolgi FISIP Universitas Lampung

28

(34)

tingkat konsumsi.29 Hal ini untuk melihat berapa besar tingginya tingkat konsumsi yang dikeluarkan dalam keluarga itu sendiri.

e. Pemilikan Harta Benda

Pendapatan seseorang akan mempengaruh pembelian seseorang dan akan mempengaruhi pola konsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka akan semakin besar peluangnya untuk masuk kedalam kategori kelas atas.

“Pendapatan yang tinggi biasanya diikuti oleh pemilikan harta benda yang banyak. Di pedesaan pemilikan sawah, kebun, ladang, ternak yang banyak dan rumah yang besar merupakan simbol pemilikan dari kelas atas masyarakat tersebut. Diperkotaan, rumah, kendaraan, tanah, perhiasaan, surat-surat berharga, dan benda-benda seni adalah simbol pemilikan dari kelas atas. Dimana ia tinggal akan menentukan kelas sosial seseorang. Di Jakarta, pemukiman di Menteng, Pondok Indah, Perumahan Kota Wisata Cibubur, Kelapa Gading adalah lokasi perumahan bagi kelas sosial atas”.30

2. Konsep Perilaku Konsumtif

a. Pengertian Perilaku

Untuk memahami arti perilaku menurut J.P Chaplin perilaku lebih kearah pembahasan behavior (tingkah laku, kelakuan, perilaku tindak-tanduk, perangi). Menurutnya perilaku ini sebagai respon baik dalam bentuk reaksi, tanggapan, Jawaban, dan balasan yang dilakukan oleh suatu organisme.

Behavior (tingkah laku, kelakuan, perilaku, tindak-tanduk, perangi); 1 sebarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakuan oleh suatu organisme. 2. secara khusus, bagian dari satu kesatuan pola reaksi. 3.suatu perbuatan atau aktifitas . 4. Satu gerak atau kompleks gerak-gerak.31

29

Ibid,. 259

30

Ujang Sumarwan , Ibid., h. 267

31

(35)

Sedangkan menurut KBBI perilaku “tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan”.32

Maksud dari KBBI ini bahwa perilaku merupakan sebuah tanggapan baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan yang dilakukan individu dalam bentuk reaksi individu maupun kelompok yang dipengaruhi oleh lingkungan sehingga muncul adanya sebuah rangsangan.

Sedangkan kata konsumtif dalam KBBI memiliki arti bersifat konsumsi hanya memakai hasil produksi orang lain bukan hasil produksi sendiri.33 Dengan ini bahwa hasil produksi orang lain dikonsumsi oleh orang yang memiliki sifat konsumtif, biasanya hasil produksi ini didapatkan melalui kegiatan jual beli, dan sikap konsumtif ini terdapat pada konsumen, konsumen yang dikatakan konsumtif apabila selalu bergantung pada hasil produksi orang lain.

b. Pengertian Perilaku Konsumtif

Djamaludin Ancok mendeskripsikan bahwa perilaku konsumtif lebih mengarah pada “sikap masyarakat menjadi masyarakat pembuang produk (throw-away society). Keinginan gonta-ganti produk adalah satu dorongan dalam diri manusia untuk menunjukan bahwa dirinya berbeda dan lebih dibanding dengan orang lain”.34

Dengan pandangan ini bahwa perilaku konsumtif adalah konsumsi barang secara berlebihan dan pembelian produk yang bermacam-macam untuk mencapai kepuasaan dalam diri individu sehingga merasa individu yang bersifat konsumtif lebih baik dan berbeda dengan individu lain.

Menurut elly M.Setiadi dan Usman Kolip perilaku konsumtif dikarenakan dampak dari globalisasi “pola-pola hidup kemewahan (hedonisme) menjadi dambaan dan pujian setiap orang”.35

Dimana

32

Ibid., h.859

33

Ibid., h.590

34

Djamaludin Ancok, Nuansa Psikologi Pembangunan, (Pustaka Pelajar : Yogjakarta, 1995,)Cetakan Pertama, h.60

35

(36)

pola hidup konsumtif ini akibat dari banyaknya produk yang beredar akibat dari perdagangan bebas.

Sumartono mengatakan bahwa perilaku konsumtif lebih kearah pemakaian produk yang berlebihan dan tidak bihabiskan atau terbuang sia-sia36. Dalam hal ini bahwa perilaku konsumtif pembelian barang konsumsi oleh konsumen cenderung kurang bermanfaat. Konsumtif sama halnya dengan sikap boros yang diartikan “sebagai volume konsumsi yang melebihi kebutuhan yang sebenarnya”.37

Lina dan Rosyid menjelaskan bahwa” perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang tidak rasional lagi”.38 Dalam hal ini Lina dan Rosyid beranggapan bahwa dalam perilaku seseorang membeli produk untuk dikonsumsi cenderung tidak didasarkan dalam keputusan yang matang, akan tetapi faktor yang tidak masuk akal seseorang yang menyebabkan pembelian produk yang berlebihan.

Dari beberapa pandangan tersebut dapat sisimpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah sebuah tindakan pada manusia sebagai konsumen dalam memanfaatkan barang hasil produksi lebih kearah berlebihan dan memiliki manfaat yang rendah bagi konsumen.

c. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumtif

Menurut Bagong Suyanto mengutip dari Ritzer beberapa penyebab terjadinya konsumen yang menjadikan konsumtif atau pemborosan yang menjadikan nyaris tak terkendali adalah sebagai berikut:

36

Sumartono, Terperangkap dalam Iklan : Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi, (Bandung : Penerbit, 2002), hal.19

37

Etta Mamang, Perilaku Konsumen Pendekatan Praktis,(Yogjakarta : C.V Andi Offset, 2013) h.266

38 Indah Imawati dkk,”

Pengaruh Financial Literacy Terhadap Perilaku Konsumtif

Remaja Pada Program IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013”,Jupe UNS, Vol. 2

(37)

1. Pertumbuhan kartu kredit yang menyebabkan masyarakat membelanjakan uang lebih banyak dari pada semestinya dan melebihi uang persediaan yang ada. Sering terjadi, karena difasilitasi kepemilikan kartu kredit yang mudah, konsumen acap kali membeli sesuatu yang tidak diperlukan, dan bahkan barang kali mereka tidak inginkan. 2. Perkembangan shopping mal yang menjamur di berbagai

sudut kota, bukan hanya mendemontrasikan kemunculan tanpa henti produk-produk industry budaya terbaru, tetapi juga menawarkan sekaligus membujuk konsumen untuk membeli sesuatu yang mereka butuhkan.

3. Perkembangan jaringan TV shopping dan cyber mall yang memberi kesempatan masyarakat dapat berbelanja setiap waktu, 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu, yang dengan cara demikian meningkatkan kemungkinan konsumen untuk membelanjakan uang mereka lebih dari pada yang semestinya.

4. Adanya berbagai katalog yang menawarkan produk-produk industri budaya dengan berbagai variasi memungkinkan masyarakat membeli produk dari mana saja di dunia, dan mereka dibujuk untuk membeli produk yang sebetulnya tidak diperlukan.39

d. Aspek-aspek yang diukur dalam Perilaku Konsumtif

Menurut Lina dan rasyid terdapat tiga aspek seseorang atau kelompok dikatakan konsumtif yaitu pembelian impulsif (Impulsive buying), pemborosan (Wasteful buying), dan mencari kesenangan (Non rational buying).40

a. Pembelian Impulsif (impulsive buying)

Pembelian ini dilakukan oleh individu secara tiba-tiba, biasanya ketertarikan konsumen kepada penjual dalam menawarkan barang dagangan. Sedangkan menurut Dadang Sunyoto pembelian impulsif merupakan pembelian konsumen yang sifatnya spontan atau tidak direncanakan sebelumnya

39

Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post modernism, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013), h.24

40Meida Devi Wardhani,“

Hubungan Antara Konformitas Dan Harga Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri”, Skripsi pada program pendidikan strata 1 psikologi

(38)

sehingga menimbulkan ketertarikan pada konsumen untuk membeli barang di pasar.41

Seseorang akan melakukan pembelian impulsif biasanya ketertarikan pada cara strategi penjual menjual produknya untuk mengelabuhi konsumen agar tertarik sehingga tawaran-tawaran yang ditawarkan oleh penjual akan menarik konsumen untuk membelinya meskipun konsumen tersebut tidak merencanakan daftar pembelanjaan sebelumnya.

b. Pemborosan (wasteful buying)

Dalam pemborosan di sini biasanya konsumen dalam melakukan pembelian barang konsumsi secara berlebihan dan kurang bermanfaat, perilaku ini atas dasar menghambur-hamburkan materi demi konsumsi yang tidak jelas arahnya biasanya perilaku ini yang sifatnya kesenangan sesaat dari pada kebutuhan pokok yang seharusnya lebih utama. Seperti mahasiswi lebih utama membeli perlengkapan perawatan tubuh dari pada membeli buku referensi kuliah.

c. Mencari kesenangan (non rational buying)

Konsumen dalam membeli barang konsumsi untuk mencari kesenangan semata. Kesenagan disini biasanya juga memanfaatkan waktu luang untuk mencari sebuah kesenagan sehingga seseorang akan berperilaku konsumtif. Menurut Josep Pieper yang dikutip oleh Bagong Suyanto waktu senggang yaitu “jeda dari kesibukan dan rutinitas keseharian, santai, piknik, berlibur, dan bahhkan waktu senggang juga dipahami sebagai aktivitas yang tidak berguna dan sekedar untuk bermalas-malasan”.42

Waktu luang ini yang diteliti untuk mengukur perilaku konsumtif mahasiswi dalam mencari kesenangan yang

41

Danang Sunyoto, Op Cit. , h.77

42

(39)

menimbulkan non-rational buying atau kegiatan konsumsi yang sifatnya tidak rasional dan tidak ada manfaatnya.

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang hubungan status sosial ekonomi dengan perilaku konsumtif atau yang hampir sama dengan penelitian ini yaitu:

1. Riza Afriani dengan judul skripsi “Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Perilaku Konsumtif mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.43

2. Kemudian dengan judul “Hubungan Antara Konformitas Dan Harga Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri”.44 yang diteliti oleh Meida Devi Wardhani mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.

Jurnal Ade Citra Fadila dan Dewi Ayu Hidayati “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Perilaku Anak (Studi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung)”.45

43

Riza Afriani,”Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi”,Skripsi pada Program Sarjana FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014

44

Meida Devi Wardhani,“ Hubungan Antara Konformitas Dan Harga Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri”, Skripsi pada program pendidikan strata 1 psikologi Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2009

45

(40)

C.

Kerangka Konseptual

[image:40.595.114.558.202.631.2]

Kerangka Konseptul bertujuan untuk mempermudah dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk kerangka atau model struktural sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Perilaku Konsumtif

a. Pembelian Impulsif

(impulsive buying)

b. Pemborosan

(wasteful buying)

c. Mencari kesenangan

(non rational buying) Status Sosial

Ekonomi Orang Tua

b. Pekerjaan a. Pendidikan

c. Pendapatan

e. Kepemilikan Harta Benda

Tingkat Hubungan

d. Konsumsi Keluarga

d. Mendapatkan produk

dengan mudah Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Kuat

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung di Jurusan Pendidikan IPS (P.IPS) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta) dalam penelitian berlangsung menjadi beberapa tahapan

1. Tahap pertama adalah observasi dan wawancara yang dilakukan pada 9 sampai 20 september 2015.

2. Tahap kedua adalah penyebaran angket uji coba yang yang dilakukan pada tangga 10 september 2015.

3. Tahap ketiga adalah penyebaran angket setelah uji coba yang dilakukan pada 11 september 2015.

B.

Metode Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut I’anatut Thoifah “Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui “.1

Dalam penelitian mencari kebenaran atau data yang sesungguhnya dalam menemukan ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan angka-angka sebagai analisis yang ingin peneliti ketahui.

Dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian non-eksperimen dimana menurut Nana Syaodih dibagi menjadi enam metode yaitu deskriptif,komparatif, korelasional, survai, ekspos fakto, dan tindakan.2 dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif “Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang menunjukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau

1I’anatut Toifah,

Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif, (Malang : Madani,2015),h.155

2

(42)

saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan-pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan kondisi apa adanya”.3

Dalam penelitian ini maka penulis menggunakan metode kuantitatif deskriptif karena untuk mengetahui suatu keadaan yang sebenarnya mengenai status sosial ekonomi orang tua dan perilaku konsumtif mahasiwi.

C.

Populasi dan Sampel

1. Populasi

Margono mendefinisikan populasi “kelompok yang menarik peneliti, dimana kelompok tersebut menarik peneliti dijadikan sebagai objek untuk menggeneralisasikan hasil penelitian”.4

Sedangkan menurut Sugiyono “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya”.5

Dalam penelitian ini yang dijadikan peneliti populasi adalah seluruh mahasiswi aktif pada jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sampel

Menurut Ibnu Hadjar sampel adalah “kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian”.6

Kemudian Margono mendefinisikan sampel adalah “bagian dari populasi”.7

Jadi psampel merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari populasi, sampel diambil dengan tujuan untuk mendapatkan data yang komprehensif dari sejumlah populasi.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang merupakan dari bagian populasi akan diambil sebagian dari populasi untuk mendapatkan data yang akurat, untuk itu peneliti harus

3

Ibid 158

4

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), h.121

5

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung : Alfabeta, 2010),Cet.18, h.90

6

Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta : PT Grafindo Persada) Cet. I, h,133

7

(43)

mengetahui karakteristik dari populasi, populasi dalam penelitian ini merupakan mahasiswi aktif di jurusan pendidikan IPS, dimana para mahasiswi ini memiliki tingkatan atau jenjang sesuai dengan kelas dan semester yang dimulai dari mahasiswi semester 1,semester 3, semester 5, semester 7, dan semester 9.

[image:43.595.118.517.223.645.2]

Dari tingkatan tersebut peneliti mencocokan dalam teknik ini digunakan teknik proporsional sampling, teknik ini digunakan apabila populasi menunjukan sifat berstrata. Adapun untuk mengambil jumlah sampel menurut Burhan Bungin setiap kelompok atau unit diwakilkan oleh 10% dari jumlah seluruh unit .8 dalam pengambilan sampel pada penelitian ini penulis merincikan pengambilan sampel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Perhitungan dalam menentukan sampel

Angkatan Jumlah

Populasi Dikali 10 Dibagi 100

Keputusan Pengambilan

2011 68 680 6.8 7 Sampel

2012 80 800 8 8 Sampel

2013 82 820 8.2 8 Sampel

2014 77 770 7.7 8 Sampel

Jumlah 307 3070 30.7 31 Sampel

D.

Definisi Operasional

1. Status Sosial Orang Tua (Variabel X)

Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua adalah variabel Independen atau variabel bebas, untuk mengukur status sosial ekonomi orang tua terdapat beberapa aspek yang harus diteliti yaitu:

a. Tingkat Pendidikan (X1) b. Pekerjaan (X2)

c. Pendapatan (X3)

d. Pengeluaran atau konsumsi (X4)

8

(44)

e. Harta Benda (X5)

2. Perilaku Konsumtif

Variabel perilaku konsumtif adalah variabel dependen atau variabel terikat, untuk mengukur perilaku konsumtif terdapat beberapa aspek yang harus diteliti yaitu:

a. Pembelian Impulsif ((impulsive buying) (Y1) b. Pemborosan (wasteful buying) (Y2)

c. Mencari kesenangan (non rational buying) (Y3)

E.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi yang jelas dalam rangka penelitian maka dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data:

1. Metode Observasi

[image:44.595.112.568.191.755.2]

Metode observasi adalah “kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lain seperti telingi, penciuman, mulut, dan kulit”.9 Dalam penelitiaan ini menggunakan observasi bentuk observasi langsung yaitu “pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang diobservasi, dalam arti pengamatan tidak menggunakan media-media transparan”.10 Adapun susunanan lembar observasi adalah sebagai beriukut:

Tabel 3.2

Lembar Observasi Lapangan

No Variabel Aspek Yang

diamati Indikator Ya Tidak Keterangan

1 Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Kepemilikan Harta Benda

1. Mahasiswi Mempunyai

Smartphone Terkini

2. Mahasiswi menggunakan

pakaian fashion

9

Ibid., h.142

10

(45)

terkini

3. Mahasiswi menggunakan sepeda motor saat

kuliah Pengeluaran Mahasiswi 4. Mahasiswi menggunakan uang saku untuk kebutuhan kegiatan perkuliahan 5. Mahasiswi menggunakan uang saku untuk kesenangan sesaat (perilaku yang mengarah pada hedonism

2 Perilaku Konsumtif

Pembelian Impulsif

1. Mahasiswi tertarik dengan pedagang yang menawarkan barang daganganya apa bila penawaranya menggiurkan

2. Mahasiswi dalam membeli produk sering tidak

direncakan

3. Mahasiswi hanya mengikuti keinginan seketika dalam membeli produk Pemborosan (Wasteful Buying) 1. Mahasiswi mengetahui pembelian yang manfaatnya kurang diperlukan ketika membeli barang 2. Mahasiswi mengetahui barang yang hasil pembelian yang manfaatnya

(46)

Memanfaatkan waktu luang untuk berbelanja

1. Mahasiwi

memanfaatkan waktu luang di luar

prkuliahan untuk

kegiatan refresing

2. mahasiswi berkumpul dengan teman

kuliahnya ketika waktu luang untuk kegiatan

bersenang-senang

Gampangya mendapatkan produk

1. Mahasiswi

mengetahui dengan gampangnya

mendapatkan produk akan membeli yang sifatnya kurang

bermanfaat

2. Metode Angket atau Kuesioner

Angket atau Kuesioner adalah “rangkaian atau kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah pertanyaan, kemudian dikirim kepada responden untuk diisi”.11

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis angket yaitu angket langsung tertutup hal ini bertujuan untuk “dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang harus dijawab responden, telah tertera dalam angket tersebut”.12

11

Ibid h.130

12

(47)

Tabel 3.3 Kisi-kisi Anket

Indikator dalam Konsep Status Sosial Ekonomi Orang Tua

No Indikator Nomor

Item/Soal

Item Tidak

Valid

Item Valid

1 Pendidikan yang ditempuh orang tua (Bapak/Ibu)

1 dan 2 - 1 dan 2

2 Pekerjaan dan jabatan Orang tua (Bapak/Ibu)

3, 4,5,11,20,dan 21

11,20, dan 21

3,4,dan 5

3 Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari orang tua

6 dan7 - 6 dan 7

4 Pengeluaran atau konsumsi keluarga

8,14,15,16, 17,18,19,d an 22

- 8,14,15,16,17,18,1

9,dan 22

5 Kepemilikan harta 9,10,12, dan 13 9,10, dan 13

12

[image:47.595.122.562.169.735.2]

Jumlah 22 6 16

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket

Indikator dalam Konsep Perilaku Komsumtif

No Indikator Nomor

Item/Soal

Item yang Tidak Valid

Item yang Valid

1 Pembelian Impulsif

(ketertarian konsumen karena strategi pemasaran kemudian membelinya secara spontan)

1,3,4,22,23,24, dan 25.

4 1,3,22,23,2

4, dan 25.

2 Pemborosan (Pembelian barang yang tidak tuntas atau masih ada) 5,6,9,10,11,12, 13,14, dan18. 5,6,9,12,dan 13 10,11,14, dan 18.

3 Mengisi waktu luang (mencari kesenangan)

15,16,17,19,20 ,dan 27.

20 dan 27 15,16,17, dan 19. 4 Mendapatkan produk dengan

mudah

2,7,8,21, dan26.

- 2,7,8,21,

dan 26.

(48)

3. Wawancara

Wawancara atau juga metode interview adalah “proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau yang diwawancarai”.13 Adapun bentuk dari wawancara ini adalah wawancara sistematik yaitu “wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman (guide) tertulis tentang apa yang hendak yang ditanyakan kepada responden”.14

[image:48.595.121.545.229.683.2]

Untuk memudahkan penulis dalam mengajukan pertanyaan penulis membuat tdalam bentuk tabel yang diajukan ke mahasiswi yang dijadikan sebagai sampel. Beberapa pertanyaan yang diajukan kepada mahasiswi adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 5

Pedoman Wawancara Mahasiswi

No Varibel Y Indikator Pertanyaan

1 Status

Sosial Ekonomi orang tua

1. Status Harta 1. Harta apa yang diberikan dari orang tua? 2. Jika anda tertarik dengan barang, apakah

anda dengan meminta orang tua langsung dibelikan? Seperti apakah itu 2. Pengeluaran 1. apakah anda pada posisi sekarang ini

masih menggantungkan hidup dari pendapatan orang tua

2. pada waktu apa saja anda meminta uang pada orang tua

3. digunakan apa sajakah uang yang diberikan oleh orang tua anda? 2 Perilaku

Konsumtif

1. Pembelian Impulsif

apakah anda sering melakukan pembelian secara tiba-tiba? Kapan itu terjadi

2. Wasteful Buying

Apakah anda sering merasakan boros dalam mengelola keuangan? Seperti apakah itu

13

Ibid., h.133

14

(49)

3. Mencari kesenangan

apakah anda pernah mencari kegiatan yang sifatnya untuk kegiatan mencari

kesenangan untuk menyegarkan pikiran anda saat pikiran anda lagi kacau? Seperti apakah itu?

4. Mudahnya mendapatk an produk

dengan gampangnya mendapatkan produk sekarang-sekarang ini apakah membuat anda semakin konsumtif? Mengapa demikian?

Jumlah Pertanyaan 9 Pertanyaan

F.

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen Angket

Menurut Sugiyono sebagaimana yang dikutip oleh Ridwan “instrumen dikatan valid berarti menunjukan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.15 Adapun rumus dalam menghitung tingkat validitas sebuah instrument sebagai berkut:16

ℎ� �� = � ∑ − ∑ ∑

√{ �. ∑ − ∑ }{�. ∑ − ∑ }

Keterangan:

rhitunng = Koefisien korelasi

∑ = Jumlah skor item

∑ = Jumlah skor total

� = Jumlah responden

15

Ridwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,(Bandung :Alfabeta,2007), cet.4, h.97

16

(50)

Setelah diketahui nilai dari r hitung disetiap item/soal angket langkah selanjutnya mencari rtabel dan dibandingkan, jika hasil rhitung>rtabel maka butir soal dinyatakan valid, tetapi jika rhitung< rtabel maka angket dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas Instrumen Angket

Reliabilitas menunjukan bahwa“suatu instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik”.17

Untuk menguji reabilitas penulis menggunakan rumus alpha cronbach’s sebagai berikut:18

= [� − 1][1 −� ∑ �]

= Koefesien reliabilitas instrumen

∑ � = Jumlah varians skor tiap − tiap item

= Varians total

� = Jumlah butir pertanyaan

Setelah mengetahui dari r11 kemudian cari dari nilai derajat kebebasan (dk/df) dengan rumus df = N–K, dimana N adalah jumlah seluruh sampel/responden, dan K adalah jumlah variabel X dan Y yaitu 2. keputusanya adalah jika , jika hasil r11>rtabel maka butir soal dinyatakan reliabel, tetapi jika r11< rtabel maka angket dinyatakan tidak reliabel.

17

Danang Sunyoto, Praktik Riset Perilaku Konsumen, (Yogyakarta : CAPS(Center of Academic Publishing Service, 2014), Cetakan Pertama, h. 115

18

(51)

3. Uji Kredibilitas Instrumen Wawancara dan Lembar Observasi

Uji kredibilitas adalah nama lain dari validitas untuk metode penelitian kualitatif.19 Berikut adalah langkah-langkah untuk mengkredibilitaskan sebuah instrumen dari wawancara dan observasi menurut sugiyono:

a. Perpanjangan Pengamatan

dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Perhitungan dalam menentukan sampel
Tabel 3.2 Lembar Observasi Lapangan
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Gambar 8, analisa Kriteria yang memiliki prioritas (tingkat) paling mempengaruhi dalam penentuan prioritas rencana pengembangan Daerah Irigasi yaitu

Menggunakan kamus juga merupakan solusi yang banyak dilakukan mahasiswa dalam mengatasi problematika cepatnya pengucapan atau percakapan dalam menyimak film berbahasa Arab

Banyaknya Rumah Tangga Sektor Pertanian Menurut Desa dan Lapangan Usaha Utama di Kec Talango .... Banyaknya Rumah Tangga Sektor Non Pertanian Menurut Desa dan Lapangan Usaha

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Gambaran proses pembelajaran dalam menyelesaikan soal cerita tentang sistem persamaan linear dua variabel

Adalah transaksi ini dicatat dalam jurnal penjualan atas dasar faktur penjualan yang dilampiri dengan surat order pengiriman dan surat muat yang diterima oleh

Kegiatan usahatani padi yang diawali dengan kegiatan tanam di kedua lokasi penelitian belum ada yang menggunakan alat dan mesin pertanian. Sehingga partisipasi

Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia juga mengalami peningkatan, pada skor dasar memperoleh rata-rata nilai hasil belajar sebesar 48,38 dengan

Dalam metode ini, kita tidak menspesifikasikan secara penuh distribusi bersama dari variabel-variabel respons, tetapi hanya menspesifikasikan fungsi link, hubungan