SURAT KETERANGAN
PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF
Bahwa yang bertandatangan dibawah ini, peneliti dan pihak instansi pemerintahan tempat
penelitian, bersedia :
“Bahwa hasil penelitian dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk
kepentingan riset dan pendidikan”.
Bandung, 29 Agustus 2013
Penulis,
Rizki Kripsiyadi
NIM. 41709002
Mengetahui,
Pembimbing
Tatik Fidowaty, S.IP.,M.Si.
NIP. 4127.35.31.009
Catatan
123
RIWAYAT HIDUP
1.
Identitas Diri
Nama Lengkap
: Rizki Kripsiyadi
Tempat, Tanggal Lahir
: Bandung, 28 Juni 1991
Nomor Induk Mahasiswa
: 41709002
Status Perkawinan
: Tidak Kawin
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat Lengkap
: Komplek Pemda Blok F No 66 RT 06
RW 14 Kel. Padasuka Kec. Cimahi
Tengah Kota Cimahi
Nama Ayah
: Drs. Dedi Maryadi (Alm)
Pekerjaan Ayah
: Pegawai Negeri Sipil ( PNS )
Nama Ibu
: Yayah Rostika, S.Pd
Pekerjaan Ibu
: Pegawai Negeri Sipil ( PNS )
Alamat Lengkap Orang Tua
: Komplek Pemda Blok F No 66 RT 06
124
2.
Pendidikan Formal
No
Tahun
Uraian
Keterangan
1.
2009 - 2013 ProgramStudiIlmuPemerintahan ,
FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitikUniversitas
KomputerIndonesia, Bandung
2.
2006 – 2009
SMAN 3 Cimahi
Berijazah
3.
2003 – 2006
SMPN 6 Cimahi
Berijazah
4.
1997 – 2003
SDN Kebon Manggu Cimahi
Berijazah
3.
Pelatihan dan Seminar
No
Tahun
Uraian
Keterangan
1.
2013
Mengikuti Pelatihan membuat Toko
Online (Hardware) Dalam Rangka
Pemecahan Rekor Muri Dengan
Peserta Terbanyak
Bersertifikat
2.
2011
Mengikuti Table Manner Course di
Maja House
Bersertifikat
3.
2011
Mengikuti Diskusi Politik
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan
UNIKOM 2011
Bersertifikat
4.
2010
Mengikuti Ceramah Umum Dengan
Tema “Peningkatan Pelayanan
Publik Melalui Pemanfaatan
Aplikasi ICT”
125
4.
Pengalaman Berorganisasi
No
Tahun
Uraian
Keterangan
1.
2011
Anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu
Pemerintahan UNIKOM
-
2.
2011
Ticketing Staff Viking Persib Club
Distrik Cimahi
-
5.
Pengalaman Kegiatan
No
Tahun
Uraian
Keterangan
1.
2012
Sie. Acara Futsal Program Studi
Ilmu Pemerintahan UNIKOM
Bersertifikat
Bandung, Agustus 2013
Hormat Saya
PEMBERDAYAAN APARATUR KELURAHAN PADASUKA
KECAMATAN CIMAHI TENGAH KOTA CIMAHI
SKRIPSI
DiajukanUntuk Menempuh Ujian Sarjana Pada
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia
Oleh:
RIZKI KRIPSIYADI
41709002
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Segala puji adalah kepunyaan Allah SWT. Yang telah melimpahkan seluruh
rahmat dan hidayah-Nya. Dia telah mencurahkan beragam nikmat yang tidak
terhitung jumlahnya. Dialah yang berkehendak sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Skripsi yang diberi judul
“Pemberdayaan Aparatur Kelurahan
Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi”.
Dalam penyusunan Skripsi ini, peneliti telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menggunakan data dan informasi yang detil serta akurat meskipun
hasilnya tidak sesempurna yang diinginkan.
Peneliti juga tidak lupa untuk menghaturkan terima kasih tak terkira
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan
Skripsi ini, yaitu yang terhormat :
Prof. DR Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Komputer Indonesia. DR. Dewi Kurniasih,
S.IP.,M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas
Komputer Indonesia. Tatik Fidowaty, S.IP.,M.Si selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan memotivasi kepada Peneliti. Dr. H. Tjaja. Kuswara,
Drs., MH., M.Si selaku Penguji Sidang Skripsi. Rino Adibowo, S.IP selaku Dosen
wali Peneliti pada Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Komputer
Indonesia yang selalu memberikan motivasi kepada Peneliti. Seluruh Dosen dan
Ayahanda Drs. Dedi Maryadi (Alm) Tercinta yang menjadi inspirasi
peneliti untuk selalu terus bersemangat dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi
ini, Ibunda Tercinta Yayah Rostika, S.Pd dan Kakak Tercinta Nita Rosmaryantika
yang tidak pernah berhenti memberikan bantuan berupa do’a dan dorongan untuk
menyelesaikan penyususan Skripsi ini. Pebrianti Dewi (Mamih Tercinta) yang
tidak pernah lelah memberikan dorongan semangat dan do’a kepada peneliti untuk
selalu berusaha dalam penyelesaian penyusunan Skripsi ini.
Aparatur Badan Kepegawaian Daerah Kota Cimahi yang telah
memberikan data dan informasi kepada peneliti. Aparatur Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian. Kantor Kesatuan Bangsa Kota Cimahi yang telah
memberikan surat rekomendasi untuk melakukan penelitian.
Rekan rekan seperjuangan angkatan 2009 dan 2008 di Program Studi Ilmu
Pemerintahan atas dorongan semangatnya. Rekan-rekan Organisasi Viking Persib
Club Distrik Cimahi yang telah memberikan dorongan peneliti untuk tidak pernah
putus asa dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.
Semoga Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat khusunya bagi peneliti
dan bagi civitas akademika Unikom, serta pembaca pada umunya.
Bandung, Agustus 2013
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN
...
ii
LEMBAR PERNYATAAN
...
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN
...
iv
ABSTRAK
...
v
ABSTRACT
...
vi
KATA PENGANTAR
...
vii
DAFTAR ISI
...
ix
DAFTAR TABEL
...
xiii
DAFTAR GRAFIK
...
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
...
xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.1.1 Pengertian Pemberdayaan ... 7
2.1.2 Pengertian Aparatur ... 19
2.1.3 Pengertian Pemberdayaan Aparatur ... 22
2.1.4 Hak dan Kewajiban Aparatur... 24
2.2 Kerangka pemikiran ... 25
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ... 31
3.1.1 Sejarah Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah
Kota Cimahi... ..31
3.1.2 Visi dan Misi Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi ... 34
3.1.2.1 Visi Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi... 34
3.1.2.2 Misi Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi... 35
3.1.3 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kelurahan
Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 35
3.1.3.1 Kedudukan Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi... 35
3.1.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah Kota
Cimahi...36
3.1.4 Struktur Organisasi Kelurahan Padasuka Kecamatan
3.1.5 Uraian Jabatan Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi... 46
3.2 Metode Penelitian ... 50
3.2.1 Desain Penelitian ... 50
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.2.2.1Studi Pustaka ...
51
3.2.2.1Studi Lapangan ... 52
3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 53
3.2.4 Teknik Analisis Data ... 54
3.3 Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengadaan Aparatur Di Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi ... 58
4.1.1 Perencanaan Aparatur di Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 62
4.1.2 Pelamaran Aparatur di Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 66
4.1.3 Penyaringan Aparatur di Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 68
4.1.4 Pengangkatan Aparatur di Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 72
4.2 Pengembangan Aparatur Di Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi ... 76
4.2.1 Pelatihan dan Pendidikan Aparatur di Kelurahan
Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 80
4.3 Pembinaan Aparatur Di Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi ... 83
4.4 Penggajian Aparatur Di Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi ... 86
4.4.1 Motivasi Aparatur di Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 88
4.5 Pengawasan Aparatur Di Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi ... 91
4.5.1 Evaluasi Aparatur di Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 96
5.2 Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA
... 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN
... 102
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 : Model Kerangka Pemikiran Peneliti... 30
Tabel 3.1 : Struktur Organisasi Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi
Tengah Kota Cimahi... 45
Tabel 3.2 : Jadwal Penelitian... 55
DAFTAR GRAFIK
Hal
Grafik 3.1 : Kriteria Aparatur Berdasarkan Jenis Kelamin....………... 47
Grafik 3.2 : Kriteria Aparatur Berdasarkan Jabatan...………... 48
Grafik 3.3 : Kriteria Aparatur Berdasarkan Umur...………... 49
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 : Surat Izin Unikom ... 103
Lampiran 2 : Surat Kesbang...………..………….. 104
Lampiran 3 : Surat Telah Melakukan Penelitian...………..………….. 105
Lampiran 4 : Pedoman Wawancara...………..………….. 106
Lampiran 5 : Daftar Informan...………..………….. 110
Lampiran 6 : Transkrip Wawancara...………..………….. 114
Lampiran 7 : Dokumentasi...………..………….. 120
Lampiran 8 : Berita Acara Bimbingan...………..………….. 122
99
DAFTAR PUSTAKA
A.
Buku-Buku
Alwi, Hasan. 2003.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
. Jakarta: Balai Pustaka
Alwi, Hasan. 2005
Kamus Besar Bahasa Indonesia
. Jakarta : Balai Pustaka
Bennis, Warren and Michael Mische 1995
Organisasi Abad 21
,
Reinventing
melalui Reengineering
. Penerjemah : Rahmayanti, Irma Adriyani, Jakarta:
LPPM
Bookman, Ann dan Morgen Sandra 1998
Woment and Politicts Of
Empowerment
,Philadelphia : Temple University Press.
Hanafiah, T, 1982.
Pendekatan Wilayah dan Pembangunan Perdesaan
. IPB.
Bogor
Handayaningrat, Soeworno, 2001.
Manajemen Sumber Daya Manusia
, edisi revisi
Bumi Aksara, Jakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. 2003.
Manajemen: Dasar, Pengertian
, Masalah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Malayu S.P, Hasibuan. 2006,
Manajemen Sumber Daya Manusia
. Bumi Aksar.
Jakarta
Moekijat, 2002,
Dasar-Dasar Motivasi.
Bandung : Pionir Jaya
Kartasasmita, Ginandjar, dkk, 1995,
Manajemen Sumber Daya Manusia
, Penerbit
IKIP, Malang.
Kartasasmita, G. (1996).
Pemberdayaan Masyarakat : Konsep Pembangunan
yang Berakar pada Masyarakat
. Bandung. ITB.
Michael, P. Todaro, 1998.
Economic Development Pembangunan Ekonomi
di
Dunia Ketiga, Jakarta : Erlangga.
M. Nasir. (1998).
Metode Penelitian,
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Piaget, Jean, 1889.
Konsep dan Makna Pembelajaran,
Bandung : Alfabetha
Pranarka, A.M.W. 1996.
Globalisasi, Pemberdayaan dan Demokratisasi
. Jakarta :
Centre for Strategic and International Studies.
100
Rasyid, M. Ryaas, 1997,
Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan dan Politik Orde
Baru
, Penerbit Yarsif Watampone, Jakarta.
Saefullah, 2007.
Pemikiran Kontemporer Administrasi Publik. Perspektif
Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Era Desentralisasi.
Cetakan
pertama. Bandung
Salam, Dharma Setyawan, 2004. Manajemen Pemerintahan Indonesia, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta.
Sarundajang, S.H, 1997,
Arus Balik Kekuasaan Pusat dan Daerah.
Jakarta : Sinar
Harapan.
Sedarmayanti, 2001,
Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja
,Mandar
Maju, Bandung.
Sedarmayanti, 2007,
Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Soerjono, 2000
. Pemberdayaan Sumberdaya
. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Stewart, Allen Mitchell, 1998,
Empowering People : Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia
, Terjemahan : Agus M. Hardjana, Jogjakarta : Kanisius
Suharto, Ph.D. Edi., 2006,
Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,
Bandung : PT.Refika Aditama
Sudarwan, Danim. 1994.
Tranformasi Sumber Daya Manusia
. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugiyono. 1992.
Memahami Pendekatan Kualitatif
. Bandung : Alfabetha
Sukirno, Sudono. 1985.
Pembangunan Daerah
. Penerbit Jakarta : LPFE-UI
Suyanto, Bagong dan Sutinah. (2005).
Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Sosial.
Jakarta: Prenada Media.
Tjiptono, Fandy, 1996.
Kepemimpinan Transformasional dan Pemberdayaan,
Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Widjaja, A.W, 1995.
Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar,
CV. Rajawali,
Jakarta
Widodo, Joko, 2001.
Good Governance : Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan
Kontrol Birokrasi
, penerbit Insan Cendekia, Surabaya.
101
Yudhoyono, Bambang. 2001.
Otonomi Daerah,
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
B. Dokumen-dokumen
UU Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Peraturan Daerah Kota Cimahi No. 2 Tahun 2007 Tentang Kelurahan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pembangunan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sehubungan dengan pelaksanaan
pembangunan yang semakin sering dilakukan pemerintah, serta semakin tingginya
tuntutan masyarakat akan pemerataan hasil-hasilnya, diperlukan pula sebuah
mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang mampu akomodir kepentingan
dan kebutuhan masyarakat secara adil dan merata.
Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dapat dilihat dari potensi dan
kemampuan sumber daya aparatur pemerintahan yang berkualitas, berdaya guna,
dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, dan
pemberdayaan aparatur dapat menjadi salah satu jawaban untuk mewujudkan
aparatur negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara,
dengan mempraktekkan prinsip-prinsip
good governance
.
Kurangnya pengadaan sumber daya aparatur yang mempunyai segala
sumber daya yang diperlukan untuk diberdayakan secara penuh dan terbatasnya
penyediaan sumber daya yang konkret dan pendidikan formal yang sangat minim
sehingga perencanaan yang telah disusun tidak sesuai yang diharapkan, masih
2
kesalahan dalam mencari seorang PNS yang kaya akan pengetahuan, berbudi
luhur, kecakapan dan tanggung jawab atas pekerjaannya sebagai abdi Negara dan
abdi masyarakat berdampak pada pelayanan terhadap masyarakat yang tidak
efektif. Serta pembinaan yang diberikan kepada seluruh aparatur belum berjalan
optimal, karena sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk melaksanakan
program pembinaan terhadap aparatur.
Pembinaan yang diberikan kepada aparatur untuk meningkatkan
pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman para aparatur, program pembinaan
menjadi langkah yang diambil dan diberikan belum sepenuhnya dijalankan sesuai
yang diharapkan, dampak dari pembinaan yang belum optimal berdampak pada
pelayanan terhadap masyarakat dalam urusan-urusan administrasi dan
kependudukan, dituntut untuk memiliki kompetensi dalam menjalankan
pekerjaannya selaku aparatur Kelurahan.
Pemberdayaan aparatur berguna untuk meningkatkan kinerja seorang
aparatur, baik dalam penanganan pekerjaan yang diemban pada saat ini maupun
pekerjaan yang ada pada masa yang akan datang sesuai dengan bidang tugas
aparatur tersebut. Pengadaan merupakan proses kegiatan untuk mengisi formasi
yang kosong, dimulai dari perencanaan (tentunya rencana pengadaan),
pengumuman, pelamaran, penyaringan sampai dengan pengangkatan dan
penempatan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi saat ini
memiliki 18 aparatur, dari 18 aparatur tersebut, hanya empat orang yang telah dan
3
belum pernah mendapatkan program pembinaan, hal tersebut mengakibatkan para
aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.
Kesulitan dalam memberikan inovasi baik itu menyangkut pembangunan,
maupun peningkatan pelayanan bagi masyarakat di Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi, seperti tidak adanya tempat
penampungan air bagi masyarakat saat datangnya musim kemarau, tidak
meratanya perbaikan jalan yang dilakukan, pemasangan lampu yang hanya
dilakukan dibeberapa tempat saja dan semrautnya pengelolaan pembagian e-KTP
kepada masyarakat yang sebelumnya diserahkan oleh Kecamatan Cimahi Tengah
Kota Cimahi.
Jumlah aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota
Cimahi yang berjumlah delapan belas orang, memiliki tugas untuk mengurus
warga di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi yang
berjumlah 37.514 jiwa, tentunya merupakan tugas yang berat, bila mana para
aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi tidak
memiliki kemampuan untuk mendesain sedemikian rupa berbagai macam kualitas
pelayanan dan upaya-upaya pembangunan yang dibutuhkan oleh warga di
Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.
Pemberdayaan aparatur pemerintah sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang No 43 Tahun 1999 Tentang Pokok Kepegawaian, memiliki tujuan untuk
meningkatkan mutu, keterampilan, serta memupuk kegairahan dalam bekerja
4
melaksanakan pembangunan secara menyeluruh, demi tercapainya tujuan
Kelurahan.
Pengembangan aparatur pada tingkat pusat dan daerah sangat minim,
karena belum mampu menanamkan rasa berbudi luhur, tangguh, cerdas, terampil,
mandiri dan memiliki rasa kesetiakawanan, bekerja keras, produktif, kreatif, dan
inovatif, berdisiplin dan berorientasi kemasa depan untuk menciptakan kehidupan
yang lebih baik lagi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Aparatur
Kelurahan yang bekerja disalah satu satuan pemerintahan terkecil dalam
organisasi pemerintahan di Negara Indonesia yakni Kelurahan, tidak lepas dari
sorotan pengembangan sumber daya aparatur yang bertujuan agar mampu untuk
mengelola setiap potensi yang ada dalam lingkungan masyarakat dan dapat
mempercepat terwujudnya kesejahteraan bagi masyarakat di wilayahnya.
Pengawasan terhadap aparatur tingkat pusat maupun daerah khususnya
Kelurahan menjadi program wajib dalam pelaksanaan roda pemerintahan,
sehingga dapat dilihat keberhasilan dalam melaksanakan roda pemerintahan,
tergantung dari sejauhmana partisipasi masyarakat setempat beserta aparatur
pemerintahan Kelurahan dalam perencanaan pembangunan tersebut dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat dan mengakomodir aspirasi masyarakat yang
terus berkembang serta dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
Konsep pemberdayaan pemerintah kelurahan ini dapat dilaksanakan
melalui program peningkatan kualitas atau kemampuan aparat pemerintahan
5
peneliti tertarik memilih judul
“Pemberdayaan Aparatur Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti menguraikan
rumusan masalah sebagai berikut : “bagaimana pemberdayaan aparatur Kelurahan
Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi?”
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun maksud dan tujuan penelitian
adalah :
1.
Untuk mengetahui pengadaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi.
2.
Untuk mengetahui pengembangan aparatur di Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.
3.
Untuk mengetahui pembinaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi.
4.
Untuk mengetahui penggajian aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi.
5.
Untuk mengetahui pengawasan aparatur di Kelurahan Padasuka
6
1.4
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya
adalah :
1.
Bagi peneliti, yaitu diharapkan dapat memahami dan menambah wawasan
tentang pemberdayaan aparatur.
2.
Bagi teoritis, yaitu mengembangkan teori pemberdayaan yang telah
diperoleh di bangku kuliah pada Ilmu Pemerintahan.
3.
Bagi kegunaan praktis, yaitu memberikan masukan kepada Kelurahan
Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi
mengenai
Pemberdayaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “
empowermen
t” yang secara
harfiah dapat diartikan sebagai “pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau
peningkatan “kekuasaan” (
power
) kepada masyarakat yang lemah atau tidak
beruntung (
disadvantaged
). Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang
mendapat awalan ber- yang menjadi kata “berdaya” yang berarti memiliki atau
mempunyai daya. Daya berarti kekuatan, berdaya berarti memiliki kekuatan.
Namun pada perkembangannya dari berbagai referensi dan bidang menunjukkan
keragaman pengertian atas makna
empowerment
tersebut.
Empowerment
padaumumnya diterjemahkan kedalam istilah “pemberdayaan”. Pemberdayaan
artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai
kekuatan.
Pemberdayaan merupakan upaya manajemen untuk meningkatkan
kemampuan atau kapasitas pegawai dari keadaan yang ada sekarang atau dari
kurang berdaya menjadi lebih berdaya sehingga pegawai semakin profesional
dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Saefullah
mengatakan bahwa ”semakin berdaya atau semakin memiliki kekuatan aparatur
8
profesionalisme dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat di
daerahnya”.(Saefullah, 2007:192).
Kualitas aparatur dalam hal kemampuan danpotensi yang dimiliki oleh
aparatur haruslah sesuai yang diharapkan, sehingga dalam pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan yang diharapkan. Pengetahuan dan kemampuan
aparatur pemerintah merupakan modal yang baik dalam melaksanakan
pembangunan, maka dari itu diperlukan pemberdayaan agar kualitas aparatur yang
ada dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.A.W Widjaja dalam bukunya yang
berjudul
Administrasi Kepegawaian Suatu Pengantar
, pengertian atau definisi
pemberdayaan yang dimukakannya sebagai berikut:
“Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan danpotensi
yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapatmewujudkan
jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untukbertahan dan
mengembangkan diri secara mandiri dibidang ekonomi,sosial, agama, dan
budaya” (Widjaja, 1995:54)
Berdasarkan pengertian diatas, pemberdayaan tidak hanya dalam hal
kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh aparatur, tetapi memberikan
kesempatan untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki untuk pencapaian
yang maksimal didapat untuk membentuk jati diri, harkat, martabat yang dapat
bertahan dan mengembangkan diri untuk menjadi yang lebih baik dalam hal
pencapaian tugas dan fungsi pokok dengan secara mandiri dibidang sosial,
budaya, ekonomi, dan agama.
Dimensi lain yang berkaitan dengan pemberdayaan aparat adalah motivasi
dan kemampuan (kapabilitas), yang telah dikemukakan bahwa “Pemberdayaan
9
motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengangkatnya”. (Kartasasmita, 1996:144)
Berdasarkan pengertian diatas, pemberdayaan usaha atau upaya untuk
membangun daya seorang aparatur daerah dengan cara memberikan motivasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki oleh setiap aparatur daerah
tersebut.
Bookman dan Sandra dalam bukunya yang berjudul
Woment and Politics
Of Empowerment
mengemukakan pemberdayaan sebagai berikut:
“Pemberdayaan sebagai konsep yang sedang popular mengacu pada usaha
menumbuhkan keinginan pada seseorang untuk mengaktualisasikan diri,
melakukan mobilitas keatas serta memberikan pengalaman psikologis
yang membuat seseorang berdaya”. (Bookman dan Sandra, 1998:4)
Berdasarkan pengertian diatas, bahwa keinginan untuk mengubah keadaan
yang datang dari dalam diri tersebut dapat muncul jika seseorang merasa berada
dalam situasi tertekan dan kemudian menyadari atau mengetahui sember tekanan
tersebut.
Berdasarkan pendapat diatas, pemberdayaan tidak hanya merupakan suatu
strategi pembangunan, baik bagi manusia itu sendiri, maupun bagi pembangunan,
akan tetapi pemberdayaan itu sebagai kegiatan mengambil keputusan atau
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan menumbuhkan kemampuan dan
rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki.
Menurut Prijono dan Pranaka dalam bukunya
Pemberdayaan: Konsep,
Kebijakan dan Implementasi
menyatakan bahwa pemberdayaan adalah :
10
dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu dan kelompok.”
(Pranaka, 1996:72).
Berdasarkan pengertian diatas, pemberdayaan merupakan proses belajar
mengajar guna mengembangkan daya (potensi) dan kemampuan individu atau
kolektif yang terencana dan sistematis yang dilakukan secara berkesinambungan
yang terdapat dalam diri individu dan kelompok.
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai tujuan dan proses. Sebagai tujuan,
pemberdayaan adalah suatu keadaan yang ingin dicapai, yakni masyarakat yang
memiliki kekuatan atau kekuasaan dan keberdayaan yang mengarah pada
kemandirian sesuai dengan tipe-tipe kekuasaan. Menurut Edi Suharto (1985:205)
Pemberdayaan sebagai proses memiliki lima dimensi yaitu:
1.
Enabling
; adalah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus
mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat struktural dan
kultural yang menghambat.
2.
Empowering
adalah penguatan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh
kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat
yang menunjang kemandirian.
3.
Protecting
yaitu melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok-kelompok kuat dan dominan,
menghindari persaingan yang tidak seimbang, mencegah terjadinya
eksploitasi kelompok kuat terhadap yang lemah. Pemberdayaan harus
diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi
yang tidak menguntungkan masyarakat kecil. Pemberdayaan harus
melindungi kelompok lemah, minoritas dan masyarakat terasing.
4.
Supporting
yaitu pemberian bimbingan dan dukungan kepada
masyarakat lemah agar mampu menjalankan peran dan fungsi
kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat
agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah
dan terpinggirkan.
11
keselarasan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan
usaha.
(Edi Suharto, 1985:205)
Berdasarkan pengertian diatas, bahwa pemberdayaan adalah sebuah tujuan
dan proses untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dengan kekuatan atau
kekuasaan dan keberdayaan yang mengarah pada kemandirian melalui proses 5
dimensi yaitu
enabling
,
empowering
,
protecting
,
supporting
dan
fostering
.
Edi Suharto (1998:220) menjelaskan pemberdayaan dapat dilakukan
melalui tiga pendekatan yaitu:
1.
Pendekatan mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap individu melalui
bimbingan, konseling, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah
membimbing atau melatih individu dalam menjalankan tugas-tugas
kesehariannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang
berpusat pada tugas (
task centered approach
).
2.
Pendetakatan mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap kelompok
masyarakat, pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan, pelatihan, dinamika
kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan
kesadaran, pengetahuan, keterampilan serta sikap-sikap kelompok agar
memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi.
3.
Pendekatan makro. Pendekatan ini sering disebut dengan strategi sistem
pasar (
large-system strategy
), karena sasaran perubahan diarahkan pada
sistem lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, aksi
sosial, pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
(Edi Suharto, 1998:220)
Pemberdayaan aparatur menurut Edi Suharto di atas merupakan suatu
pendekatan dalam pelaksanaan pemerdayaan baik terhadap individu, kelompok
masyarakat maupun suatu pemberdayaan yang diarahkan pada suatu sistem
lingkungan, yang memiliki tujuan yang sama yakni meningkatkan daya guna
12
Pemberdayaan aparatur dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya
manusia pemerintah daerah, menurut Widodo (2001:71-85), mengatakan, bahwa :
Dengan memberikan kemampuan dan kemauan perangkat aparatur
pemerintah daerah. Hal ini dilakukan dengan melakukan, yaitu : melalui
pendidikan, melalui pelatihan, melalui pengalaman, pemberdayaan sumber
daya keuangan dan peralatan, pemberdayaan kelembagaan (organisasi)
pemerintah daerah dan pengembangan organisasi kearah organisasi
(lembaga) yang kondusif, responsive dan adaptif.
Pemberdayaan bagi para aparatur melalui pelatihan dan pendidikan akan
menjadi sia-sia bila mana tidak didukung dengan dengan pemberdayaan
sumberdaya keuangan dan peralatan yang menunjang bagi setiap aparatur, dengan
begitu maka jelas pemberdayaan aparatur dan pemberdayaan sumberdaya
keuangan dan peralatan berkaitan erat dalam usaha untu mencapai suatu tujuan
pembangunan.
Menurut Tjipotono mengemukakan pendapatnya tentang pemberdayaan
aparatur sebagai berikut :
“upaya memberikan otonomi, wewenang dan kepercayaan kepada setiap
individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif
agar dapat merampungkan tugasnya sebaik mungkin. Untuk mewujudkan
pemberdayaan yang dimaksud, maka perlu perubahan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai kepegawaian yang meliputi
pengadaan, pengembangan, pembinaan, penggajian dan pengawasan”.
(Tjiptono, 1996:108)
Berdasarkan pendapat diatas, pemberdayaan aparatur dilakukan untuk
mendorong aparatur mendapatkan kepercayaan dalam melakukan sesuatu yang
menjadikan aparatur untuk lebih kreatif dalam penyelenggaraan tugasnya sebaik
mungkin yang dimana untuk mewujudkan pemberdayaan tersebut dilakukan
melalui pengandaan, pengembangan, pembinaan, penggajian dan pengawasan
13
aparatur untuk memperoleh aparatur yang diharapkan. Untuk mewujudkan
pemberdayaan aparatur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1.
Pengadaan
2.
Pengembangan
3.
Pembinaan
4.
Pengggajian
5.
Pengawasan
(Tjiptono, 1996:108)
Berdasarkan pendapat diatas untuk menciptakan aparatur yang mempunyai
rasa tanggung jawab yang tinggi harus dilihat dari pengadaan, pengembangan,
pembinaan, penggajian dan pengawasan yang tersusun dengan baik, sehingga
pemberdayaan aparatur akan berjalan sesuai harapan dan dapat memberikan
pelayanan yang prima kepada masyarakat.
Menurut Zainun mengemukakan bahwa pengadaan yaitu :
”Pengandaan diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk mengisi
formasi yang lowong, dimulai dari perencanaan (tentunya rencana
pengadaan), pengumuman, pelamaran, penyaringan sampai dengan
pengangkatan dan penempatan” (Zainun, 1996:31).
Berdasarkan pendapat diatas bahwa pemberdayaan aparatur mencakup
lima faktor, yang pertama pengadaan pegawai, dimana pengadaan pegawai
melewati berbagai tahap diantaranya perencanaan, pelamaran, penyaringan,
pengangkatan dan penempatan, sehingga dalam melaksanakan pengadaan
pegawai bisa menghasilkan aparatur yang kompeten dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya.
Menurut Hasibuan mengemukakan bahwa pengembangan yaitu :
14
teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan.(Hasibuan, 2006:69).
Berdasarkan pengertian diatas Pengembangan pegawai, yang mencakup
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan dan jabatan melalui pendidikan dan pelatihan
(Diklat) yang diberikan kepada pegawai agar mempunyai jiwa rasa tanggug jawab
terhadap tugas pokok dan fungsinya.
Menurut Hasibuan mengemukakan bahwa Pembinaan adalah : Pembinaan
terhadap PNS atas dasar sistem pembinaan karir dan sistem prestasi kerja dengan
adanya tolak ukur yang dijadikan dasar yang terintegrasi terhadap seluruh
pegawai negerti sipil. (Hasibuan, 1994:134).
Berdasarkan pengertian diatas Pembinaan PNS menjadi salah satu cara
tolak ukur untuk mengetahui prestasi kerja setiap masing-masing PNS dalam
menjalankan roda pemerintahan
Handoko mengemukakan Penggajian yaitu : Penggajian adalah pemberian
pembayaran finansial kepada karyawan sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang
dilaksanakan dan sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan
datang. (Handoko, 1993:218).
Penggajian merupakan komponen pendukung terciptanya pemberdayaan
aparatur, karena penggajian pemberian finansial terhadap setiap aparatur yang
melakukan pekerjaan yang menjadikan motivasi yang tinggi untuk menyelesaikan
setiap pekerjaan yang diemban.
15
koreksi bila diperlukan, untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan
rencana.(Sujamto, 1990:17)
Berdasarkan Pengertian dimana pengawasan akhir dari semua
program-program pemberdayaan, yang mengevaluasi seluruh kegiatan pemberdayaan agar
terciptanya aparatur yang kompeten dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya.
Berdasarkan pendapat diatas maka untuk mewujudkan pemberdayaan
aparatur suatu organisasi terdiri dari pengadaan, pengembangan, pembinaan,
penggajian, dan pengawasan. Pengadaan dari suatu organisasi dapat dilihat dari
perencanaan yang tentunya perencanaan pengandaan, pengumuman, pelamar,
penyaringan, sampai dengan pengangkatan dan penempatan aparatur kepada
posisi kerja. Pengembanagn suatu organisasi pemerintah dilakukan untuk
mengembangkan jati diri aparatur untuk menjadikan aparatur tersebut menjadi
lebih baik dalam pencapaian tugas. Pembinaan dapat dilihat dari adanya tolak
ukur prestasi kerja yang dihasilkan oleh aparatur yang telah mendapatkan
pembinaan, kemudian adanya gaji yang diterima oleh aparatur pemerintah atas
pekerjaan yang telah dilakukan olehnya dan selanjutnya adanya pengawasan atas
pekerjaan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah apa yang telah dicapai.
Menurut Stewart dalam buku
Empowering People
,
Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia
, mengemukakan :
16
Pemberdayaan bagi seseorang akan meningkatkan kemampuannya dalam
melaksanakan setiap tugas, yang akan menghasilkan keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuannya, karena dengan meningkatnya Sumber Daya Manusia
didalam suatu organisasi, tentunya akan menghasilkan suatu efektivitas dalam
setiap kegiatan organisasi. Konsep pemberdayaan SDM yang dikemukakan
Stewart (1998:77) yaitu :
1.
Enabling
(membuat mampu) adalah memastikan bahwa staf
mempunyai segala sumber daya yang mereka perlukan untuk dapat
diberdayakan secara penuh, sumber-sumber daya itu pengetahuan dan
pengalaman untuk mencapai tujuan yang disepakati.
2.
Facilitating
(memperlancar) adalah tugas pokok manajemen untuk
meniadakan halangan, rintangan atau penundaan yang menghalangi staf
untuk melakukan pekerjaan sebaik-baiknya. Halangan itu berupa
kurang memadainya informasi dan pendidikan.
3.
Consulting
(berkonsultasi) adalah manajemen yang memberdayakan
ingin menggunakan pengetahuan dan pengalaman itu dan
memanfaatkannya. Berarti perlu berkomunikasi dengan staf tidak hanya
menyangkut masalah-masalah sehari-hari tetapi juga masalah strategis.
4.
Collaborating
(bekerja sama) adalah kerja sama antara manajer dengan
staf menjadi tujuan terakhir yang akan membuktikan tidak hanya
seberapa besar kecakapan manajer dalam pemberdayaan, melainkan
juga seberapa kuat kemauannya dan diperlukan koordinasi untuk
melaksanakannya secara penuh dari setiap program pemberdayaan.
5.
Mentoring
(membimbing) adalah bertindak sebagai teladan dan pelatih
bagi staf dan rekan-rekan sekerja merupakan tahap hidup dan sekaligus
pula merupakan teknik manajemen. Merumuskan permasalah dan
menemukan pemecahannya dengan bekerja lewat orang lain daripada
berusaha mengerjakannya sendirian.
6.
Supporting
(mendukung) adalah memberikan dukungan yang tepat,
jauh lebih utama daripada peran kepemimpinan tradisional ataupun
pengendalian. Dengan cara mempermudah berkonsultasi, melatih dan
membimbing.
(Stewart 1998:77)
Berdasarkan argumentasi dan konsepsi pembedayaan Stewart tersebut
dibandingkan dengan konsep pemberdayaan yang dikemukakan pakar lainnya,
17
facilitating, consulting, collaborating, mentoring dan supporting
, Keenam
dimensi Pemberdayaan itu memiliki keterikatan satu sama lain dalam usaha-usaha
untuk meningkatkan kemampuan seseorang. ini yang akan dibahas agar
terciptanya aparatur yang kompoten dalam pelaksanaan pembangunan.
Menurut Sedarmayanti (2000:120-121) mengemukakan pentingnya
pemberdayaan aparatur daerah dilatar belakangi empat hal yaitu :
1.
Melalui upaya pembangunan potensi sumber daya nasional diarahkan
menjadi kekuatan dibidang ekonomi, sosial budaya, politik harus
didukung SDM yang berkualitas.
2.
SDM dipandang sebagai unsur yang sangat menentukan dalam proses
pembangunan, terutama dinegara berkembang.
3.
Adanya anggapan bahwa SDM lebih penting dari sumber daya alam.
4.
Pembangunan yang dikonsentrasikan pada pengembangan dan
pendayagunaan SDM akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
maksimal.
(Sedarmayanti, 2000:120-121)
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu hal yang menentukan
dalam upaya meningkatkan pembangunan nasional. Manusia yang merupakan
pelaksana pembangunan harus memiliki kemampuan dalam menjalankan dan
mengelola apa yang menjadi tanggung jawabnya, dengan kuatnya Sumber Daya
Manusia (SDM) didalam suatu negara, maka akan berjalan lurus dengan kemajuan
yang dicapai oleh negara tersebut.
Lebih lanjut Sedarmayanti menjelaskan, kata pemberdayaan
(
empowernment
) mengesankan arti adanya sikap mental yang tangguh. Proses
pemberdayaan mengandung dua kecenderungan yaitu :
18
membangun aset material guna mendukung pembangunan kemandirian
mereka melalui organisasi.
2.
Kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimulasi,
mendorong, atau memotivasi agar individu mempunyai
kemampuan/keberdayaan untuk menentukan yang menjadi pilihan
hidupnya melalui proses dialog.
(Sedarmayanti, 2000:120-121)
Dari dua kecenderungan diatas memang saling mempengaruhi dimana agar
kecenderungan primer dapat terwujud maka harus lebih sering melalui
kecenderungan sekunder, upaya pemberdayaan aparatur tidak hanya menekankan
pada aspek fisik, tetapi juga menyangkut pada segi-segi non fisik, agar tercermin
dalam produktivitas, disiplin kerja, keswadayaan dan wawasan masa depan.
Pemberdayaan aparatur merupakan serangkaian kegiaran pendidikan dan
pelatiahan,seperti yang disampaikan oleh Rasyid dan Syahril dalam bukunya yang
berjudul
Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan Dan Politik Orde Baru
,
menyatakan pemberdayaan sebagai berikut:
Pendidikan dan latihan yang merupakan bagian dari upaya pengembangan
sumber daya manusia tidak hanya menekankan aspek fisik ( kesegaran
atau kesehatan jasmani), tetapi juga menyangkut segi-segi non fisik seperti
kualitas kepribadian, kualitas hubungan dengan Tuhan, alam lingkungan
dan sesama manusia serta kualitas kekayaan seperti tercermin dalam
produktivitas, disiplin kerja, keswadayaan dan wawasan masa depan.
Rasyid dan Syahril (1997:26),
Berdsasarkan pengertian diatas, pemberdayaan merupakan sebagian dari
upaya pengembangan sumber daya manusia yang tidak hanya menekankan pada
aspek fisik seperti kesegaran atau kesehatan tetapi juga menyangkut aspek non
fisik seperti kualitas kepribadian, hubungan dengan Tuhan, alam lingkungan
sesama manusia seperti tercermin dalam produktivitas, disiplin kerja,
19
2.1.2 Pengertian Aparatur
Aparatur Negara merupakan pelaksana roda birokrasi. Menurut
Sedarmayanti dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Sumber Daya Manusia
Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil
, Birokrat adalah :
1.
Birokrat adalah pegawai yang bertindak secara birokratis
2.
Birokrat adalah :
a.
Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah
karena telah berpegangan pada hierarki dan jenjang jabatan.
b.
Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban serta
menurut tata aturan (adat atau sebagainya) yang banyak liku-likunya.
c.
Birokrasi sering melupakan tujuan pemerintahan yang sejati, karena
terlalu mementingkan cara dan bentuk. Ia menghalangi pekerjaan
yang cepat serta menimbulkan semangat menanti, menghilangkan
inisiatif, terikat dalam peraturan yang rumit dan bergantung kepada
perintah atasan, berjiwa statis dan karena itu menghambat kemjuan.
(Sedarmayanti, 2009:319-320)
Aparatur merupakan seorang pegawai birokrat yang bekerja sesuai dengan
hierarki dan memiliki jenjang jabatan., Seorang aparatur memiliki ikatan kerja
secara formal dan bekerja dan bertindak secara birokrastis untuk melayani
masyarakat dengan cara atau bentuk sedemikian rupa.
Bambang Yudhoyono dalam bukunya yang berjudul
Otonomi
Daerah
berpendapat bahwa, Aparatur Pemerintah Daerah adalah “Pelaksana
kebijakan publik”.(Yudhoyono, 2001:61). Aparatur yang berada di daerah
merupakan pelaksana birokrasi. Aparatur merupakan pegawai yang melaksanakan
setiap kebijakan yang berlaku demi kepentingan masyarakat.
Menurut Dharma Setyawan Salam dalam buku yang berjudul
Manajemen
Pemerintahan Indonesia
menjelaskan bahwa “Aparatur pemerintah adalah pekerja
20
pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku”. (Salam,
2004:169).
Pengertian diatas mengenai aparatur adalah sumber daya manusia yang
bekerja sesuai dengan kemampuannya, dibidangnya masing-masing sesuai dengan
ketentuan yang ada. Berkewajiban melayani setiap warga Negara untuk
memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu, sumber daya aparatur
harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
organisasi pemerintahan untuk mewujudkan profesional pegawai dalam
melakukan pekerjaan.Hal ini sejalan dengan pendapat Soeworno Handayaningrat
bahwa:
Aparatur adalah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pemerintahan atau Negara, sebagai alat untuk mencapai
tujuan nasional. Aspek organisasi itu terutama pengorganisasian atau
kepegawaian (Suwatno, 2001:154).
Berdasarkan pendapat diatas,
aparatur merupakan aspek-aspek
administrasi yang diperlukaan oleh pemerintah dalam penyelenggaran
pemerintahan yang dimana sebagai alat untuk pencapaian tujuan
demimendapatkan hasil yang diharapkan terutama dalam hal pengorganisasian
ataukepegawaian.
Selain itu, sejalan dengan Pasal 3 UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang
perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
yang menyatakan bahwa :
21
Berdasarkan pendapat diatas, aparatur haruslah dapat melaksanakan
tugasdan fungsi penyelenggaran pemerintahan untuk pencapaian tujuan demi
mendapatkan hasil yang diharapkan dalam pengorganisasian untuk mendapatkan
aparatur yang profesional. Aparatur Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi
Tengah Kota Cimahi juga memiliki aparatur yang dapat melaksanakan tugas
dalam menyelenggarakan untuk pencapaian tujuan.
2.1.3 Strategi Pemberdayaan
Menurut Atep (2003) beberapa hal yang harus dilakukan oleh organisasi
pemerintah pusat dan daerah dalam menerapkan pemberdayaan pegawai, yaitu :
a.
Para pemimpin/ manajer dan penyelia membagi tanggung jawabnya
kepada bawahannya.
b.
Melatih penyelia dan bawahannya bagaimana pendelegasian dan
menerima tanggung jawab.
c.
Melakukan komunikasi dan umpan balik dari pimpinan penyelia kepada
bawahannya.
d.
Memberikan penghargaan dan pengakuan sebagai hasil dari evaluasi
kepada pegawai atas jasa dan kontribusinya kepada organisasi.
(Atep, 2003)
Menurut Tjiptono di dalam Manajemen Perubahan, 2005 beberapa
strategi dalam pemberdayaan pegawai, adalah :
1.
Brainstorming
, merupakan upaya pemberdayaan yang dilakukan
dengan mendorong para pegawai untuk berani mengungkapkan ide dan
pemikiran dalam pemecahan masalah. Dalam hal ini pimpinan hanya
bertindak sebagai katalisator untuk mendukung kelancaran jalannya
diskusi. Namun demikian harus memahami permasalahan dan punya
jurus tertentu untuk mengatasinya.
2.
Gugus kualitas (
Quality Cycle
)
22
3.
Kotak Saran
Cara ini dilakukan untuk menjaring berbagai masukan dari semua
lapisan pegawai tanpa harus bertemu muka dengan pihak yang diberi
masukan, kritik dan saran. Biasanya kotak suara diletakkan pada
tempat terbuka dimana pegawai mudah untuk mendatangi.
4.
Management by Walking
Around
Strategi ini dilakukan oleh pimpinan untuk memonitor para pegawai
dengan cara berbicara dan melihat langsung proses pekerjaan dan
memperoleh berbagai masukan langsung. Dengan demikian para
pegawai akan memahami pekerjaan mereka dan pimpinan cepat
mengetahui berbagai kendala yang dihadapi, selanjutnya mencarikan
solusi sesuai kewenangannya.
(Tjiptono, 2005)
2.1.4 Pengertian Pemberdayaan Aparatur
Pemberdayaan aparatur tidak dapat terlepas dari kegiatan Manajemen
Sumber Daya Manusia (MSDM) yang di titik beratkan untuk menciptakan
aparatur pemerintah yang berkualitas. Upaya pemberdayaan sumber daya
manusia, khususnya aparatur, untuk mendapatkan aparatur yang berkualitas dan
menciptakan kepercayaan akan kemampuan yang dimilikinya dalam mencapai
tujuan.
Menurut Samodra Wibowo dalam bukunya
Negeri-Negeri Nusantara dari
Modern Hingga Reformasi Administrasi
mengemukakan pemberdayaan aparatur
yaitu: peningkatan efektifitas, menghendaki dilakukannya perubahanadministrasi
(birokrasi) atau reformasi kinerja aparatur pemerintah (Wibowo,2001:200).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, pemberdayaan
aparaturtidak hanya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas, akan tetapi
menghendaki perubahan administrasi (birokrasi) atau suatu reformasi kinerja
23
Menurut Sarundajang dalam bukunya
Arus Balik Kekuasaan Pusat dan
Daerah
mengemukakan pemberdayaan aparatur yaitu:
Pemberdayaan aparatur adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan
melalui pengadaan, pembinaan karir, diklat, sistem penggajian serta
pengelolaan administrasi yang dipergunakan kepada pegawai negeri
sehingga unsur aparatur Negara diserahi tugas dalam suatu jabatan.
(Sarundajang, 1997:214)
Berdasarkan definisi diatas, pemberdayaan aparatur pemerintah
merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan yang dilakukan dengan melalui berbagai
proses atau tahapan yang dilakukan melaui pengadaan, pembinaan karir, diklat,
sistem penggajian, serta dapat meningkatkan kemajuan dari tujuan pemerintah dan
pembangunan.
Menurut Suyitno (2002), beberapa faktor yang menghambat dalam
pemberdayaan pegawai diantaranya adalah :
a.
Penolakan dilevel pimpinan/ manajer , menyangkut ketidak amanan, ego,
nilai-nilai pribadi, pelatihan manajemen, karakteristik pimpinan, ketidak
terlibatan pimpinan, struktur organisasi dan manajemen yang tidak sesuai.
b.
Sulitnya waktu belajar. Faktor lain yang dianggap penting dalam
pengelolaan SDM agar dapat kinerja pelayanan yang optimal adalah
pemberian kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai. Adapun
tujuan diklat bagi pegawai dari memutakhirkan kemampuan dan
keterampilan pegawai seiring dengan perkembangan teknologi dalam
membantu pemecahan permasalahan dalam organisasi, pengembangan
karier, dan orientasi pegawai dalam organisasi.
c.
Sedangkan manfaat diklat bagi pegawai adalah meningkatkan kualitas dan
produktivitas, serta meminimalisir waktu dalam memenuhi standar kinerja,
menumbuhkan loyalitas dan kerjasama, memenuhi perencaaan SDM, dan
pengembangan kemampuan pribadi.
d.
Visi organisasi yang tidak jelas. Visi organisasi menjadi syarat penting
dalam merencanakan pemberdayaan pegawai.
24
f.
Takut berubah. Sering timbul pertanyaan mengapa harus menerapkan
cara-cara baru, kalau cara lama saja kita sudah aman. Individu/ kelompok
sudah puas dan nyaman dengan cara kerja yang sudah berjalan. Hal ini
juga merupakan salah satu penghambat pemberdayaan PNS.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa dalam pemberdayaan aparatur adapun
hambatan-hambatan yang menjadi faktor tidak berjalan dengan optimalnya
program pemberdayaan aparatur, hambatan tersebut bisa muncul di dalam ataupun
diluar organisasi, oleh karena itu dalam pelaksanaan program pemberdayaan
aparatur harus dipersiapkan terlebih dahulu faktor-faktor penunjang agar
pemberdayaan aparatur berjalan sesuai dengan harapan dan menciptakan aparatur
yang mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi.
2.1.5 Hak dan Kewajiban Aparatur
Unsur dari aparatur adalah pegawai negeri yang terdiri Pegawai Negeri
Sipil Pusat dan Daerah, Anggota Tentata Republik Indonesia dan Anggota
Kepolisian Republik Indonesia. Aparatur bertugas untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Bertindak secara profesional, jujur, adil dan merata dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. Aparatur adalah
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Menurut Sedarmayanti, hak-hak yang diterima oleh
PNS, antara lain :
1.
Memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban kerja dan
tanggung jawab.
2.
Memperoleh cuti.
3.
Memperoleh perawatan bagi yang tertimpa sesuatu kecelakaan dalam
dan karena menjalankan tugas kewajibannya.
25
6.
Memperoleh pensiun bagi yang telah memenuhi syarat-syarat yang
ditetntukan.
7.
Memperoleh kenaikan pangkat reguler.
8.
Menjadi peserta Tabungan Asuransi Pegawai Negeri/TASPEN.
9.
Menjadi peserta Asuransi Kesehatan/ASKES (Keppres No.8 Tahun
1977).
10.
Memperoleh perumahan (Keppres No.14 Tahun 1993).
(Sedarmayanti, 2009:371)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) berhak mendapatkan Haknya sebagai seorang
pegawai pemerintahan, sama halnya dengan pegawai lain, kesesuaian upah atau
gajih dengan beban kerja dan tanggung jawab yang diembannya akan memberikan
motivasi dan semangat kerja dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) tersebut, dan negara
berkewajiban memenuhi setiap hak-hak yang dimiliki oleh setiap pegawainya.
2.2
Kerangka Pemikiran
Peneliti menggunakan teori Pemberdayaan Fandy Tjiptono, yang
mengandung makna bahwa pemberdayaan aparatur dilakukan untuk mendorong
aparatur mendapatkan kepercayaan dalam melakukan sesuatu yang
menjadikannya untuk lebih kreatif dalam penyelenggaraan tugasnya sebaik
mungkin.
Pemberdayaan kepada aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi
Tengah Kota Cimahi upaya memberikan wewenang dan kepercayaan kepada
setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar
dapat merampungkan tugasnya sebaik mungkin untuk mewujudkan
pemberdayaan yang dimaksud menyangkut pelaksanaan pemberdayaan aparatur
26
Pengadaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah
Kota Cimahi dapat dilihat dari perencanaan yang tentunya perencanaan
pengandaan, pengumuman, pelamar, penyaringan, sampai dengan pengangkatan
dan penempatan aparatur kepada posisi kerja bertujuan memberikan kesempatan
kepada aparatur yang mempunyai kompeten untuk menjalankan roda
pemerintahan.
Pengembangan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi
Tengah Kota Cimahi bertujuan agar aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi tersebut memiliki kemampuan teknis, teoritis,
konseptual dan moral sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pemberdayaan
aparatur berarti memberikan kesempatan kepada seorang pegawai untuk
melakukan aktivitas dengan kewenangan dan tanggung jawab yang dimilikinya.
Dan memastikan setiap aparatur mempunyai segala sumber daya yang mereka
perlukan dalam melakukan aktivitas sebagai seorang aparatur di Kelurahan
Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.
Pembinaan aparatur merupakan dasar pembinaan karir dan tolak ukur yang
dijadikan dasar yang terintegrasi untuk mengetahui prestasi kerja aparatur di
Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai seorang abdi masyarakat dan
abdi Negara di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.
Penggajian merupakan bagian yang terpisahkan dari suatu aktivitas yang
dilakukan oleh setiap aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah
27
dan sebagai motivasi pelaksaaan tugas pokok dan fungsi di waktu yang akan
datang sebagai seorang abdi masyarakat dan abdi Negara .
Pengawasan untuk menentukan apa yang telah dicapai oleh aparatur di
Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi dengan
mengadakan evaluasi, dan memberikan
reward
atas kinerja setiap aparatur untuk
menjadi bahan koreksi, agar dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sesuai
yang di harapkan oleh masyarakat.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka peneliti membuat definisi
operasional sebagai berikut:
1.
Pemberdayaan aparatur adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan
aparatur Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi
dalam pemberdayaan di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah
Kota Cimahi. Berikut beberapa indikator pemberdayaan aparatur :
1)
Pengadaan adalah suatu proses kegiatan untuk mengisi formasi yang
kosong dalam pelaksanaan pemberdayaan aparatur di Kelurahan
Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi. Proses kegiatan
tersebut diantaranya :
a.
Perencanaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
menentukan kebutuhan tenaga kerja di Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi
.
b.
Pelamaran adalah proses yang terus menerus berjalan untuk
28
pokok dan fungsinya sebagai aparatur Negara di Kelurahan
Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi
.
c.
Penyaringan adalah proses pemilihan PNS yang sesuai dengan
kebutuhan dan mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya
sebagai sebagai aparatur Negara di Kelurahan Padasuka Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi
.
d.
Pengangkatan adalah proses penetapan dari pegawai honorer
menjadi pegawai tetap untuk menjalankan tugas pokok dan
fungsinya sebagai aparatur Negara di Kelurahan Padasuka
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi
.
e.
Penempatan adalah proses menempatkan PNS sebagai unsur
pelakasana tugas pokok dan fungsinya sebagai aparatur Negara pada
posisi yang sesuai dengan kemampuan, kecakapan dan keahliaanya
di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi
.
2)
Pengembangan adalah suatu proses untuk meningkatkan kinerja PNS
sesuai kebutuhan yang diharapkan untuk dapat melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Kelurahan
Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi. Langkah- langkah
pengembangan PNS diantaranya :
a.
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) : proses dimana PNS di Kelurahan
Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi mempelajari
keterampilan, sikap dan perilaku yang diperlukan guna
29
kebutuhan masyarakat di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi
Tengah Kota Cimahi.
3)
Pembinaan adalah suatu proses yang menjadi tolak ukur untuk
dijadikan dasar untuk mengetahui tugas pokok dan fungsinya sebagai
PNS di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.
4)
Penggajian adalah pemberian finansial sebagai balas jasa atas pekerjaan
yang dilaksanakan dan menjadikan motivasi pelaksanaan tugas pokok
dan fungsinya di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota
Cimahi. Indikator penggajian diantaranya :
a.
Motivasi : proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan
seorang PNS di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah
Kota Cimahi untuk mencapai tujuannya.
5)
Pengawasan adalah memonitor atas hasil pekerjaan yang dilaksanakan
oleh seluruh PNS di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah
Kota Cimahi. Indikator Pengawasan diantaranya :
a.
Evaluasi : proses penilaian terhadap pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya seorang PNS sesuai tujuan atau standar kinerja yang telah
ditetapkan lebih dahulu di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi
Tengah Kota Cimahi.
Berikut ini merupakan bagan yang telah dimodifikasi oleh peneliti
untukmemperjelas sebagai bahan tambahan dari penjelasan teoritik pada kerangka
30
Tabel 2.1
PEMBERDAYAAN APARATUR KELURAHAN PADASUKA KECAMATAN CIMAHI TENGAH KOTA CIMAHI
Rizki Kripsiyadi rizkikripsiyadi18@gmail.com
Abstrak
Pengembangan aparatur pada tingkat pusat dan daerah sangat minim, karena belum mampu menanamkan rasa berbudi luhur, tangguh, cerdas, terampil, mandiri dan memiliki rasa kesetiakawanan, bekerja keras, produktif, kreatif, dan inovatif, berdisiplin dan berorientasi kemasa depan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik lagi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Aparatur Kelurahan yang bekerja disalah satu satuan pemerintahan terkecil dalam organisasi pemerintahan di Negara Indonesia yakni Kelurahan, tidak dapat luput dari sorotan pengembangan sumber daya aparatur yang bertujuan agar mampu untuk mengelola setiap potensi yang ada dalam lingkungan masyarakat dan dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan bagi masyarakat di wilayahnya.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dan pemberdayaan aparatur menurut Tjiptono. Pemberdayaan aparatur ada lima teori yang digunakan yaitu, pengandaan, pengembangan, pembinaan, penggajian dan pengawasan.
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data tang dilakukan melalui wawncara mendalam melalui studi pustaka, observasi, interview serta dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pemberdayaan aparatur di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi sudah berjalan baik, namun masih belum maksimal. Karena masih banyak aspek yang belum terpenuhi sebagai penopang terselenggaranya pemberdayaan aparatur, salah satunya keterbatasan darna dalam pengadaan sarana prasarana, sehingga sarana prasana yang ada masih sangat minim. Kata Kunci : Pemberdayaan, Aparatur, Kelurahan, Padasuka, Kota Cimahi.
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pembangunan pada hakekatnya
adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya
berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Sehubungan
dengan pelaksanaan pembangunan
yang semakin sering dilakukan
pemerintah, serta semakin tingginya tuntutan masyarakat akan pemerataan hasil-hasilnya, diperlukan pula sebuah
mekanisme penyelenggaraan
pemerintahan yang mampu akomodir kepentingan dan kebutuhan masyarakat secara adil dan merata.
Kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan dapat dilihat dari potensi dan kemampuan sumber daya aparatur pemerintahan yang berkualitas, berdaya
guna, dan sadar akan tanggung
jawabnya sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat, dan pemberdayaan
aparatur dapat menjadi salah satu jawaban untuk mewujudkan aparatur
negara yang mampu mendukung
kelancaran dan keterpaduan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara, dengan mempraktekkan prinsip-prinsip good governance.
Kurangnya pengadaan sumber daya aparatur yang mempunyai segala sumber daya yang diperlukan untuk
diberdayakan secara penuh dan
terbatasnya penyediaan sumber daya yang konkret dan pendidikan formal
yang sangat minim sehingga
perencanaan yang telah disusun tidak sesuai yang diharapkan, masih banyak nya oknum yang menyimpang dalam penyaringan PNS sehingga kesalahan dalam mencari seorang PNS yang kaya
akan pengetahuan, berbudi luhur,
abdi masyarakat berdampak pada pelayanan terhadap masyarakat yang tidak efektif. Serta pembinaan yang
diberikan kepada seluruh aparatur
belum berjalan optimal, karena sarana dan prasarana yang kurang memadai
untuk melaksanakan program
pembinaan terhadap aparatur.
Pembinaan yang diberikan
kepada aparatur untuk meningkatkan
pengetahuan, kecakapan, dan
pengalaman para aparatur, program
pembinaan menjadi langkah yang
diambil dan diberikan belum
sepenuhnya dijalankan sesuai yang diharapkan, dampak dari pembinaan yang belum optimal berdampak pada pelayanan terhadap masyarakat dalam
<