• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip Dasar hasil Evaluasi Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prinsip Dasar hasil Evaluasi Pendidikan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Wand dan Brown, "evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu" Selain itu, Rasyid dan Mansur (2008: 3) mendefinisikan evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Dengan evaluasi, guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa. Yang lebih penting lagi, hasil evaluasi diharapkan dapat mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik. Jadi, evaluasi memberikan informasi bagi kelas dan pendidik untuk meningkatkan proses belajar mengajar.

Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

(2)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar? 2. Bagaimana ciri-ciri evaluasi hasil belajar?

3. Bagaimana ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik sebagai obyek evaluasi hasil belajar?

4. Bagaimana langkah-langkah pokok dalam evaluasi hasil belajar? 5. Ada berapa macam teknik evaluasi hasil belajar?

C. Tujuan

Dalam tujuan penulisan makalah ini diharapkan dapat mengetahui dan memahami:

1. prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar; 2. ciri-ciri evaluasi hasil belajar;

3. ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik sebagai obyek evaluasi hasil belajar;

4. langkah-langkah pokok dalam evaluasi hasil belajar; dan 5. teknik-teknik evaluasi hasil belajar.

(3)

Menurut Edwind,W& Gerald W.B, evaluasi pendidikan merupakan Suatu tindakan atau kegiatan menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.

Evaluasi hasil belajar peserta didik adalah suatu proses menentukan nilai prestasi belajar peserta didik dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.

A. Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi Hasil Belajar

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi, diantaranya:

 Keterpaduan

Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran disamping tujuan intruksional dan materi serta metode pengajaran yang tidak dapat dipisahkan. Karena itu, perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan pengajaran sehingga dapat di sesuaikan secara harmonis dengan tujuan intruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.

 Keterlibatan siswa

Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA ( Cara Belajar Siswa aktif ) yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif, untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar-mengajar yang di jalaninya secara aktif.

 Koherensi

Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah di sajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak di ukur.

(4)

Di tinjau dari segi pedagogih, evaluasi merupakan terapan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya.  Akuntabilitas

Merupakan laporan pertanggungjawaban keberhasilan program pengajaran yang perlu disampaikan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan di dalam pendidikan. Seperti lembaga pendidikan. B. Ciri-Ciri Evaluasi Hasil Belajar

Mengacu dari teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli, ciri-ciri evaluasi hasil belajar dibedakan atas lima, yaitu sebagai berikut.

1. Evaluasi dilaksanakan dalam rangka mengukur keberhasilan belajar peserta didik, pengukuran tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi hanya didasarkan pada indikator-indikator atau gejala-gejala yang nampak. Oleh karena itu, masalah ketepatan alat ukur yang digunakan (valid) menjadi masalah tersendiri.

2. Pengukuran dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta didik pada umumnya menggunakan ukuran-ukuran kuantitatif atau angka-angka.

3. Kegiatan evaluasi hasil belajar pada umumnya digunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap.

4. Prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu setelah bersifat relatif, tidak akan menunjukkan kesamaan dan tergantung pada faktor-faktor, seperti peserta didik, penilai, dan situasi yang terjadi pada saat penilai berlangsung.

5. Kegiatan hasil belajar sulit dihindari terjadinya kekeliruan pengukuran (error), yang disebabkan oleh

 Alatukurnya (tidak valid dan realiabel

 Penilai (faktor subyektif, kecenderungan nilai murah atau mahal, kesan pribadi terhadap peserta tes, pengaruh hasil yang lalu, kesalahan menghitung, suasana hati penilai

(5)

 Kesalahan akibat suasana ujian (suasana gaduh, pengawasan yang tidak baik dan sebagainya).

C. Ranah Kognitif, Ranah Afektif, Ranah Psikomotorik Sebagai Objek Evaluasi Hasil Belajar

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) atau segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:

 Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.

 Pemahaman (comprehension)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

(6)

Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

 Analisis (analysis)

Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.

 Sintesis (syntesis)

Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.

 Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

(7)

disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

b. Ranah afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya. Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu :

 minat,  konsep diri,  nilai

 sikap  dan moral c. Ranah Psikomotorik

(8)

ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.

Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu

D. Langkah-Langkah Pokok Dalam Evaluasi Hasil Belajar

Secara umum langkah-langkah pokok evaluasi pendidikan meliputi tiga kegiatan utama yaitu:

 Persiapan  Pelaksanan  Pengolahan hasil

Ketiga langkah tersebut dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang lebih operasional meliputi:

1. Perencanaan dan perumusan

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin.

Dalam langkah perencanaan hal-hal yang dilakukan mencakup:

 perumusan tujuan evaluasi

(9)

 menetapkan metode dan bentuk tes

 merencanakan waktu evaluasi

 melakukan uji coba tes untuk mengukur validitas dan reabilitasnya sebelum digunakan.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang keadaan obyek dengan menggunakan alat yang telah diuji cobakan. Untuk mengumpulkan data dapat menggunakan metode tes tulis, tes lisan, dan tes tindakan yang akan dibicarakan

tersendiri.

Langkah-langkah pengumpulan data:

 Menentukan data apa saja yang kita butuhkan untuk melakukan tugas evaluasi yang kita hadapi dengan baik, penentuan data yang harus dikumpulkan untuk keperluan tugas evaluasi ini berhubungan erat dengan rumusan tentang tugas kita dalam suatu usaha pendidikan

 Menentukan cara-cara yang harus kita tempuh untuk memperoleh setiap jenis data yang kita butuhkan. Adapun dalam pemilihan cara yang akan kita tempuh untuk

memperoleh suatu data biasanya ditentukan oleh teori atau pandangan yang kita atur secara standar atau tidak.

 Pemilihan alat yang akan kita pergunakan dalam

(10)

3. Persifikasi data

Penelitian data atau verifikasi data maksudnya ialah untuk memisahkan data yang “baik” yang akan dapat memperjelas gambaran yang akan kita peroleh mengenai individu atau sekelompok individu yang sedang kita evaluasi, dari data yang kurang baik yang hanya akan merusak atau mengaburkan gambaran yang akan diperoleh

4. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan untuk menjadikan data lebih bermakna, sehingga dengan data itu orang dapat memperoleh beberapa gambaran yang lebih lengkap tentang keadaan peserta didik.

Fungsi pengolahan data yang telah disajikan hingga sekarang ini, jelaslah fungsi pengolahan data dalam proses evaluasi yang perlu disadari benar-benar pada taraf pembicaraan sekarang ini ialah bahwa untuk memperoleh gambaran yang selengkap-lengkapnya tentang diri orang yang sedang dievaluasikan, langkah pengolahan data ini merupakan keharusan.

5. Penafsiran data

Langkaah ini merupakan verbalisasi atau pemberian makna dari data yang telah diolah, sehingga tidak akan terjadi penafsiran yang overstatement maupun penafsiran understatement.

(11)

Istilah teknik dapat juga diartikan sebagai “alat”. Jadi dalam istilah teknik evaluasi hasil belajar terkandung arti alat–alat (yang digunakan dalam rangka melakukan) evaluasi hasil belajar.

Teknik evaluasi adalah cara yang dilakukan dalam mengevaluasi hasil belajar. Sedangkan yang dimaksud evaluasi hasil belajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengevaluasi proses hasil belajar mengajar.

a. Macam-macam Teknik Evaluasi Hasil Belajar

Menurut Arikunto (2002: 31) terdapat dua alat evaluasi, yakni teknik tes dan nontes. Dengan teknik tes, maka evaluasi hasil belajar itu dilakukan dengan jalan menguji peserta didik. Sebaliknya, dengan teknik nontes maka evaluasi hasil belajar dilakukan tanpa menguji peserta didik.

1. Pengertian Tes

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan (Nurkancana dan Sunartana, 1990: 34).

Maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu cara, prosedur, atau alat yang sistematis dan objektif untuk mengevaluasi tingkah laku (kognitif, afektif, dan psikomotor) siswa atau sekelompok siswa berdasarkan nilai standar yang telah ditetapkan.

Dalam kaitan dengan rumusan tersebut, sebagai alat evaluasi hasil belajar, tes minimal mempunyai dua fungsi, yaitu:

(12)

 untuk menentukan kedudukan atau perangkat siswa dalam kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.

Fungsi pertama lebih dititikberatkan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran, sedang fungsi kedua lebih dititikberatkan untuk mengukur keberhasilan belajar masing-masing individu peserta tes.

2. Bentuk Tes

Tes hasil belajar dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Tes Lisan ( Oral Test )

Tes lisan adalah suatu bentuk tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk bahasa lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan ataupun perintah yang diberikan. Tes lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf peserta didik untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif, yaitu pengetahuan dan pemahaman. Tes lisan dapat berupa individual dan kelompok. Tes individual, yaitu suatu tes yang diberikan kepada seorang siswa, sedangkan tes kelompok, yaitu suatu tes yang diberikan kepada sekolompok siswa

b. Tes Tertulis (Written Test)

Tes tertulis adalah suatu tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara tertulis. Tes tertulis dapat dibedakan menjadi tes esai atau uraian dan tes objektif.

a) Tes Uraian

(13)

menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini siswa dituntut untuk mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan. Tes uraian layaknya tes yang lain, memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri.

Adapaun keunggulan pemakaian tes uraian, yaitu:

 Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi

 Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa;

 Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis, analitis, dan sistematis

 Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving); dan

 Mudah membuat soalnya sehingga guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.

Adapun kelemahan tes uraian, yaitu:

 sampel tes sangat terbatas, karena tidak dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan

 sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam memerikasanya; dan

 tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksanya memerlukan waktu yang lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif banyak.

b) Tes Objektif

(14)

siswa pada tingkatan batas tertentu. Ruang lingkupnya cenderung luas. Tes ini terdiri atas beberapa bentuk soal, antara lain meliputi a) jawaban singkat, b) benar-salah, c) menjodohkan, dan d) pilihan ganda.

Bentuk Soal Jawaban Singkat

Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Tes bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur pengetahuan yang berhubungan dengan istilah terminologi, fakta, prinsip, metode, prosedur, dan penafsiran data yang sederhana.

Bentuk Soal Benar-Salah (True-False)

Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian pernyataan merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya, bentuk soal benar-salah dapat diapakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip. Jawaban yang diharapkan dapat diarahkan untuk memberi tanda silang (X), memberikan tanda rumput (√), atau menulis salah satu huruf (B atau S) untuk jawaban yang dianggap tepat. Adapun contohnya sebagai berikut.

No

. Pernyataan

Jawaban

B* S*

1. Wiwi anak yang rajin. (B)

2. Dua ditambah lima itu delapan (S)

Keterangan:

(15)

Bentuk Soal Menjodohkan

Bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan pilihan ganda. Perbedaannya adalah pilihan ganda terdiri atas stem dan option, kemudian testee tinggal memilih salah satu option yang diberikan. Sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya disusun pada dua kolom yang berbeda. Kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan soal dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban.

Jumlah alternatif jawaban harus dibuat lebih banyak dari jumlah soal untuk mengurangi kemungkinan siswa menjawab betul dengan menebak.

Bentuk Soal Pilihan Ganda

Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar dan paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:

3. Tes Tindakan atau Perbuatan (Performance Test)

Tes perbuatan adalah bentuk tes yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan

a. Teknik Nontes

Hasil belajar selain dievaluasi melalui teknik tes, dapat juga dievaluasi melalui teknik nontes. Kenyataan di lapangan adalah guru cenderung lebih banyak menggunakan teknik tes dalam melakukan evaluasi hasil belajar siswa, dibandingkan dengan teknik nontes.

(16)

berbagai aspek dari individu atau kelompok siswa sehingga tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, tetapi juga pada aspek yang lain seperti afektif dan psikomotor. Adapun jenis teknik nontes yang dimaksud, yaitu wawancara, kuesioner, skala, observasi, studi kasus, dan sosiometri.

1. Wawancara

Wawancara suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali.

2. Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesioner tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya.

3. Skala

Skala adalah alat untuk mengukur nilai sikap, minat, perhatian, dan sebagainya, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentung rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

4. Observasi

(17)

kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya.

Ada tiga jenis observasi, yaitu (a) observasi langsung, (b) observasi dengan alat (tidak langsung), dan (c) observasi partisipasi. Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat. Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat pengamatan. Observasi partisipasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan melibatkan diri dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati.

5. Studi Kasus

Studi kasus digunakan untuk memperoleh data mengenai pribadi siswa secara mendalam dalam kurun waktu tertentu. data yang dikumpulkan merupakan kasus yang dialami oleh siswa. Pada umumnya kasus-kasus yang menjadi permasalahan, yaitu kegagalan belajar, tidak dapat menyesuaikan diri, gangguan emosional, frustasi, dan sering membolos serta kelainan-kelainan perilaku siswa. Data hasil penilaian melalui alat-alat penilaian tersebut sangat bermanfaat, baik bagi guru maupun bagi siswa, dalam upaya memperbaiki proses dan hasil belajar-mengajar di sekolah.

6. Sosiometri

Sosiometri digunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan sosial siswa di kelasnya atau dalam kelompoknya.

(18)

Berdasarkan uraian dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai beikut.

Prinsip-prinsip evaluasi hasil belajar terdiri atas sembilan, yaitu sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel.

Ciri-ciri evaluasi hasil belajar yaitu evaluasi dilaksanakan untuk mengukur hasil belajar, pengukuran secara kuantitatif, kegiatan evaluasi menggunakan unit dan satuan yang lengkap, prestasi belajar yang dicapai bersifat relatif, dan hasil belajar sering terjadi kekeliruan pengukuran (error).

Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, rnemahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.

Langkah-langkah pokok dalam evaluasi hasil belajar terdiri atas enam langkah, yaitu menyusun rencana evaluasi hasil belajar, menghimpun data, melakukan verifikasi data, mengolah dan menganalisis data, memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan, dan tindak lanjut hasil evaluasi. Secara umum, teknik evaluasi hasil belajar dapat kelompokkan menjadi dua, yaitu teknik tes dan nontes. Teknik tes meliputi (1) tes lisan, (2) tes tulisan, dan (3) tes tindakan. Teknik nontes, berbentuk wawancara, kuesioner, skala, observasi, studi kasus, dan sosiometri.

(19)

B. SARAN

Teknik-teknik evaluasi hasil belajar hendaknya diketahui dan dipahami oleh guru. Karena melalui sebuah evaluasi, guru mampu mengetahui semua aspek yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam belajar. Dengan terbatasnya sumber pustaka, sudah tentu makalah sederhana ini belum mampu menjabarkan teknik-teknik evaluasi hasil belajar seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan.

\

DAFTAR PUSTAKA

Rusyan,T.1993.Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung:Bina Budaya

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar afektif dan psikomotor juga harus menjadi bagian

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol namun hasil belajar psikomotor dan afektif harus menjadi bagian dari hasil penilaian

Terdapat peningkatan hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang signifikan untuk siswa kelas eksperimen pada mata diklat dasar kelistrikan

Penggunaan multimedia berbasis Movie Maker dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor karena dengan media movie maker siswa

Hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor kelas eksperimen menunjukkan hasil yang tergolong dalam kriteria baik. Untuk hasil belajar kognitif

Hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor kelas eksperimen menunjukkan hasil yang tergolong dalam kriteria baik. Untuk hasil belajar kognitif

Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar siswa aspek kognitif di SD Negeri 1 Somagede terlihat masih

Data penelitian yang dideskripsikan yaitu data hasil belajar peserta didik pada ranak kognitif, afektif dan psikomotor dengan menggunakan metode Quantum Learning di kelas