• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Medication Error pada Resep Pasien Kanker Payudara yang Mendapatkan Tindakan Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Medication Error pada Resep Pasien Kanker Payudara yang Mendapatkan Tindakan Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS

MEDICATION ERROR

PADA RESEP PASIEN

KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN

KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

OLEH:

ARIE ANSHARI RAMBE

NIM 101501086

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS

MEDICATION ERROR

PADA RESEP PASIEN

KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN

KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ARIE ANSHARI RAMBE

NIM 101501086

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS

MEDICATION ERROR

PADA RESEP PASIEN

KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN

KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

OLEH:

ARIE ANSHARI RAMBE NIM : 101501086

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 13 Desember 2014

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dr. Poppy Anjelisa Z.Hasibuan, M.Si., Apt NIP 197506102005012003 NIP 195110251980021001

Pembimbing II, Dr. Poppy Anjelisa Z.Hasibuan, M.Si., Apt. NIP 197506102005012003

Dra. Nurminda Silalahi, M.Si., Apt. NIP 196206101992032001 NIP 197802152008122001

Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt. NIP 197806032005012004

Medan, 13 Desember 2014 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia yang

berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul Analisis Medication Error pada Resep Pasien Kanker Payudara yang

Mendapatkan Tindakan Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi ini

diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan

Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama

perkuliahan di Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada ibu Dr. Poppy Anjelisa Z Hasibuan, M.Si., Apt., dan ibu

Dra. Nurminda Silalahi, M.Si., Apt., yang telah membimbing penulis dengan

penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran

selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Bapak Dr. Wiryanto, M.S., Apt., selaku ketua penguji, Ibu

Khairunnisa, S.Si, M.Pharm, Ph.D., Apt., dan ibu Aminah Dalimunthe, S.Si.,

M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk

menyempurnakan skripsi ini, dan Ibu Yuandani, S.Farm., M.Si., Apt., selaku

dosen penasehat akademik yang telah banyak membimbing penulis selama masa

perkuliahan hingga selesai.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga

(5)

dan adik saya Yuli Trivani Pratiwi, Alwi Nazfi Anshari Rambe, Rizki Zil Ikram

Rambe, Dia Dara Nandani Rambe, yang telah memberikan semangat dan kasih

sayang yang tak ternilai dengan apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada sahabat-sahabat seperjuangan, Nugraha Siregar, Bambang Tri Sanjaya,

Deny Aminunsyah, Rizki Aulia Bahri, Sakses Marbun, Abdullah Syahril Sitepu,

Rohandi Sahat Auliawan, Agam Suryanata, Muhammad Adami, Aldi Franata

Sihombing, Zoelkarnain, Kiky Daulay, Safuani beserta teman-teman mahasiswa/i

Farmasi USU angkatan 2010 yang selalu mendoakan dan memberi semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, 13 Desember 2014 Penulis,

(6)

PRESCRIPTION MEDICATION ERROR ANALYSIS IN

BREAST CANCER PATIENTS GET THE CHEMOTHERAPY

IN ACTION ADAM MALIK HOSPITAL

ABSTRACT

Medication Error (ME) is an error that occurs in the process of treatment that could be prevented if the causal factors can be identified early. Medication errors can occur in the phase of prescribing, dispensing and administration. This study was conducted to determine the percentage of medication error in prescribing error category, error dispensing and administration errors.

This research was conducted with descriptive methods, and data collection was done prospectively to data KOP (Patient Drug Card). Criteria include the study subjects with a diagnosis of breast cancer patients with/without comorbidities, who are hospitalized in Adam Malik Hospital during the period March 2014 - May 2014.

The results showed that of 105 sheets KOP with 228 sitostatica given amount of drug contained medication errors occur only in the category of prescribing errors that recipe/Patient Medication Card (KOP) is not complete as many as 91 cases (86.7%), one of the quantity/number of total 42 cases (40%) and there are no errors in the category of dispensing errors, administration errors. Based on data on Patient Medication Card (KOP), it can be concluded that the apparent phase error occurred medication prescribing in patients with breast cancer at Adam Malik Hospital.

(7)

ANALISIS

MEDICATION ERROR

PADA RESEP PASIEN

KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN

KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

ABSTRAK

Medication Error (ME) merupakan kesalahan yang terjadi pada proses

pengobatan yang sebenarnya dapat dicegah apabila faktor-faktor penyebab dapat diidentifikasi secara dini. Medication error dapat terjadi pada fase prescribing,

dispensing dan administration. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

persentase kejadian medication error kategori prescribing error, dispensing error

dan administration error.

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, dan pengambilan data dilakukan secara prospektif terhadap data KOP (kartu obat pasien). Kriteria subyek penelitian meliputi pasien dengan diagnosis kanker payudara dengan/tanpa penyakit penyerta, yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Maret 2014 - Mei 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 105 lembar KOP dengan 228 jumlah obat sitostatika yang diberikan terdapat medication error hanya terjadi pada kategori prescribing error yaitu resep/Kartu Obat Pasien (KOP) tidak lengkap sebanyak 91 kasus (86,7%), salah kuantitas/jumlah sebanyak 42 kasus (40%) dan tidak ada kesalahan pada kategori dispensing error, administration

error. Berdasarkan data pada Kartu Obat Pasien (KOP), dapat disimpulkan bahwa

jelas terjadi medication error fase prescribing pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Kerangka Penelitian ... 5

1.3 Perumusan Masalah ... 7

1.4 Hipotesis ... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Medication Error ... 9

2.1.1 Definisi medication error ... 9

2.2 Resep ... 10

(9)

2.2.2 Jenis-jenis resep ... 11

2.3 Penulisan Resep ... 11

2.3.1 Pengertian penulisan resep ... 11

2.3.2 Tujuan penulisan resep ... 12

2.3.3 Kerahasiaan dank ode etik penulisan resep ... 12

2.3.4 Format penulisan resep ... 13

2.3.5 Prinsip penulisan resep di Indonesia ... 14

2.3.6 Menulis resep ... 14

2.4 Kanker Payudara ... 15

2.4.1 Definisi kanker payudara ... 15

2.4.2 Epidemiologi kanker payudara ... 16

2.4.3 Etiologi kanker payudara ... 16

2.4.4 Stadium kanker payudara ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Metode Penelitian ... 20

3.2 Sampel ... 20

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.4 Definisi Operasional ... 21

3.5 Instrumen Penelitian ... 23

3.5.1 Sumber data ... 23

3.5.2 Teknik pengumpulan data ... 23

3.6 Analisis Data ... 24

3.7 Bagan Alur Penelitian ... 24

(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Hasil Penelitian ... 26

4.2 Pembahasan ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

5.2 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Skema hubungan variabel bebas dan variabel terikat ... 6

Gambar 2 Bagan alur penelitian ... 24

Gambar 3 Karakteristik Medication Error pada penyakit kanker

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Data umur pasien kasus kanker payudara di RSUP H.

Adam Malik Medan ... 26

Tabel 4.2 Medication error kategori Prescribing error, dispensing

error, administration error yang terjadi pada pasien

kanker payudara di ruang pencampuran obat kemoterapi RSUP H. Adam Malik pada bulan Maret 2014–Mei

2014 ... 27

Tabel 4.3 Frekuensi penggunaan obat sitostatika yang terkena kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan ... 28

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan ... 38

Lampiran 2 Daftar Medication Error di RSUP H. Adam Malik Medan .... 39

Lampiran 3 Surat Tanda Menyelesaikan Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan ... 41

(14)

PRESCRIPTION MEDICATION ERROR ANALYSIS IN

BREAST CANCER PATIENTS GET THE CHEMOTHERAPY

IN ACTION ADAM MALIK HOSPITAL

ABSTRACT

Medication Error (ME) is an error that occurs in the process of treatment that could be prevented if the causal factors can be identified early. Medication errors can occur in the phase of prescribing, dispensing and administration. This study was conducted to determine the percentage of medication error in prescribing error category, error dispensing and administration errors.

This research was conducted with descriptive methods, and data collection was done prospectively to data KOP (Patient Drug Card). Criteria include the study subjects with a diagnosis of breast cancer patients with/without comorbidities, who are hospitalized in Adam Malik Hospital during the period March 2014 - May 2014.

The results showed that of 105 sheets KOP with 228 sitostatica given amount of drug contained medication errors occur only in the category of prescribing errors that recipe/Patient Medication Card (KOP) is not complete as many as 91 cases (86.7%), one of the quantity/number of total 42 cases (40%) and there are no errors in the category of dispensing errors, administration errors. Based on data on Patient Medication Card (KOP), it can be concluded that the apparent phase error occurred medication prescribing in patients with breast cancer at Adam Malik Hospital.

(15)

ANALISIS

MEDICATION ERROR

PADA RESEP PASIEN

KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN

KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

ABSTRAK

Medication Error (ME) merupakan kesalahan yang terjadi pada proses

pengobatan yang sebenarnya dapat dicegah apabila faktor-faktor penyebab dapat diidentifikasi secara dini. Medication error dapat terjadi pada fase prescribing,

dispensing dan administration. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

persentase kejadian medication error kategori prescribing error, dispensing error

dan administration error.

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, dan pengambilan data dilakukan secara prospektif terhadap data KOP (kartu obat pasien). Kriteria subyek penelitian meliputi pasien dengan diagnosis kanker payudara dengan/tanpa penyakit penyerta, yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Maret 2014 - Mei 2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 105 lembar KOP dengan 228 jumlah obat sitostatika yang diberikan terdapat medication error hanya terjadi pada kategori prescribing error yaitu resep/Kartu Obat Pasien (KOP) tidak lengkap sebanyak 91 kasus (86,7%), salah kuantitas/jumlah sebanyak 42 kasus (40%) dan tidak ada kesalahan pada kategori dispensing error, administration

error. Berdasarkan data pada Kartu Obat Pasien (KOP), dapat disimpulkan bahwa

jelas terjadi medication error fase prescribing pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi

tingkat pencapaian patient safety, khususnya terhadap tujuan tercapainya medikasi

yang aman. Menurut Standar Akreditasi Rumah Sakit, kejadian medication error

dapat dibagi atas tiga kriteria yaitu fase prescribing error (kesalahan peresepan),

fase dispensing error (kesalahan pencampuran) dan fase administration error

(kesalahan pemberian) (Kemenkes, 2011). Medication error adalah suatu

kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan

tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat

dicegah (Cohen, dkk., 1991).

Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication error

adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam

penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Medication error

yang terjadi tentunya merugikan pasien dan dapat menyebabkan kegagalan terapi,

bahkan dapat timbul efek obat yang tidak diharapkan (Hartayu dan Aris, 2005).

Dalam penelitiannya, Dwiprahasto (2006), menyatakan bahwa 11%

medication error di rumah sakit berkaitan dengan kesalahan saat menyerahkan

obat ke pasien dalam bentuk dosis atau obat yang keliru.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 2 rumah sakit dan 10 apotek

(17)

tercantumnya berat badan dan umur pasien merupakan hal yang menjadi pokok

permasalahan dalam medication error (Hartayu dan Aris, 2005).

Dalam penelitiannya, Aiken, dkk., (2002) menyatakan bahwa kesalahan

pengobatan dan efek samping obat terjadi rata-rata 6,7% pasien yang masuk ke

rumah sakit. Di antara kesalahan tersebut, 25 hingga 50% adalah berasal dari

kesalahan peresepan yang seharusnya dapat dicegah.

Studi yang dilakukan Bagian Farmakologi Universitas Gajah Mada antara

2001-2003 menunjukkan bahwa medication error terjadi pada 97% pasien

Intensive Care Unit (ICU) antara lain dalam bentuk dosis berlebihan atau kurang,

frekuensi pemberian keliru dan cara pemberian yang tidak tepat. Berdasarkan

Laporan Peta Nasional Keselamatan Pasien (Kongres PERSI 2007) kesalahan

dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar

insiden yang dilaporkan (Depkes RI, 2008).

Data analisis kajian resep Instalasi Farmasi RSUD Anwar Makkatutu

Bantaeng tahun 2012, menunjukkan bahwa resep yang berpotensi menyebabkan

terjadinya medication error karena resep tidak lengkap yaitu sebesar 36,75%.

Dengan melihat data tersebut, menandakan bahwa peluang akan terjadinya

medication error di rumah sakit sangat besar (Andi, 2012)

Insiden medication error yang dilaporkan di RSUD Anwar Makkatutu

Bantaeng yaitu sebanyak 18 kasus (0,038 % dari total 46.660 lembar resep yang

dilayani) pada tahun 2010 dan 16 kasus (0,031 % dari total 51.513 lembar resep

yang dilayani) pada tahun 2011, kejadian ini antara lain disebabkan karena

pemberian obat yang salah, dosis yang tidak rasional, kesalahan rute pemakaian,

(18)

dengan dispenser (pencampur resep/farmasis) dalam "mengartikan resep" yang

disebabkan oleh tulisan tangan prescriber yang tidak jelas terutama bila ada nama

obat yang hampir sama serta keduanya mempunyai rute pemberian obat yang

sama pula, dan penulisan aturan pakai yang tidak lengkap. Tahun 2012 angka

kejadian medication error di RSUD Prof Dr. H.M. Anwar Makkatutu Kabupaten

Bantaeng mengalami peningkatan menjadi 21 kasus (0,027 % dari total 77.571

lembar resep yang dilayani) (Andi, 2012).

Kanker payudara adalah kanker yang paling umum terjadi pada wanita

baik di negara maju dan berkembang. Diperkirakan bahwa di seluruh dunia lebih

dari 508.000 wanita meninggal pada tahun 2011 akibat kanker payudara.

Meskipun kanker payudara dianggap penyakit negara maju, hampir 50% dari

kasus kanker payudara dan 58% kematian terjadi di negara-negara berkembang

(WHO, 2013).

Berdasarkan Data dari RS Kanker Dharmais dalam 5 tahun terakhir

menemukan angka insiden kanker payudara menempati urutan pertama yaitu

sebesar 32%, diikuti oleh kanker serviks sebesar 17%. Dari angka tersebut, 40%

diantaranya adalah penderita stadium awal, 30% penderita kanker stadium lanjut

lokal, dan stadium lanjut (metastase) sebesar 30% (Samuel, 2011).

Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari

beberapa terapi, antara lain pembedahan atau operasi, penyinaran atau radioterapi,

pemakaian obat-obatan sitotoksik atau kemoterapi, peningkatan daya tahan tubuh

atau imunoterapi, dan terapi dengan hormon. Hasil pengobatan kanker payudara

bergantung pada stadium atau tingkatan kanker pada waktu pengobatan dilakukan

(19)

Terapi kanker dengan cara kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan

menggunakan obat-obatan atau hormon. Kemoterapi dapat digunakan dengan

efektif pada penyakit-penyakit baik yang diseminata (infeksi yang disebar di

seluruh tubuh) maupun yang masih terlokalisasi (Agustria, 2006).

Telah ditemukan kemajuan dalam penemuan senyawa-senyawa baru yang

efektif pada tiga dekade terakhir. Pada awal penemuannya, kemoterapi dianggap

sebagai terapi paliatif, tetapi akhir-akhir ini dapat diketahui bahwa beberapa jenis

kanker dapat disembuhkan dengan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi

kombinasi telah menunjukkan keberhasilan yang substansial, terutama kombinasi

obat-obat yang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda. Kemajuan

pengobatan pada beberapa jenis kanker tertentu dengan menggunakan beberapa

jenis obat secara simultan, ataupun dengan pemberian kemoterapi secara

sekuensial. Beberapa kanker diseminata dapat disembuhkan dengan kemoterapi

saja. Hal ini membuktikan adanya toksisitas yang selektif dari kemoterapi

(Agustria, 2006).

Penanganan kanker payudara membutuhkan komitmen jangka panjang

baik dari pasien maupun dokter. Penanganan awal seperti kemoterapi dan radiasi

memerlukan komitmen pasien untuk secara rutin kembali ke rumah sakit/dokter

dalam beberapa bulan. Lalu pengobatan masih perlu dilakukan hingga 5-10 tahun

kemudian untuk menurunkan risiko kanker muncul kembali (Samuel, 2011).

Kepatuhan pasien terhadap pengobatan kanker meliputi ketaatan

mengikuti jadwal terapi yang sudah ditetapkan sesuai dengan protokol pengobatan

yang dipilih dalam bentuk beberapa siklus yang harus diikuti. Siklus pengobatan

(20)

yang sangat cepat mengalami perkembangan jauh melebihi sel-sel tubuh yang

normal. Jika proses pengobatannya tidak tuntas, sel-sel tersebut dapat berkembang

lagi menjadi lebih banyak. Selain dari kepatuhan, kualitas dari pengobatan yang

diberikan sesuai dengan tingkat atau derajat beratnya penyakit juga turut berperan

dalam upaya penanganan kanker payudara (Samuel, 2011).

Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan identifikasi terjadinya

medication error pada obat-obat kemoterapi yang digunakan pasien kanker

payudara di ruang pencampuran obat kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

pada bulan Maret sampai dengan Mei 2014. Penelitian ini diharapkan menjadi

informasi tentang hal-hal apa saja yang menjadi medication error dalam

penggunaan obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam

Malik Medan. Selain itu menjadi bahan kajian bagi pihak rumah sakit, khususnya

profesional kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada

pasien.

1.2 Kerangka Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang kejadian medication error di ruang

pencampuran kemoterapi RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret

2014-Mei 2014. Dalam penelitian ini resep tidak terbaca, resep/KOP tidak lengkap,

salah penulisan resep, salah dosis, salah nama obat, salah bentuk sediaan, salah

kuantitas, salah rute, duplikasi, interaksi obat, tidak sesuai kebijakan, salah pasien,

salah obat, salah formulasi/bentuk sediaan, salah dosis/kekuatan, salah

kuantitas/jumlah, salah etiket, obat tidak dikemas, obat kadaluarsa/rusak/stabilitas,

pemberian infuse tanpa label, salah pasien, salah obat, salah rute, salah waktu

(21)

(independent variable) dan prescribing error, dispensing error, administration

error sebagai variabel terikat (dependent variable). Hubungan kedua variabel

tersebut digambarkan dalam kerangka pikir penelitian seperti ditunjukkan pada

Gambar 1.

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 1 Skema hubungan variabel bebas dan variabel terikat - Salah pasien

- Salah obat - Salah formulasi - Salah dosis/kekuatan - Salah kuantitas/jumlah - Salah etiket

- Obat tidak dikemas - Obat kadaluarsa

Dispensing Error

Administration Error

- Pemberian infus tanpa label - Salah pasien

- Salah obat - Salah rute

- Salah waktu pemberian - Obat tidak diberi

- Reaksi efek samping obat Resep/ KOP M e d i c a t i o n E r r o r Telaah dan analisis Prescribing Error

- Resep tidak terbaca - Resep/KOP tidak lengkap - Salah penulisan resep - Salah dosis

- Salah nama obat - Salah bentuk sediaan - Salah kuantitas - Salah rute - Duplikasi - Interaksi obat

(22)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah

penelitian adalah:

a. Apakah terjadi medication error kategori prescription error pada obat-obat

kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan

pada bulan Maret 2014-Mei 2014?

b. Apakah terjadi medication error kategori dispensing error pada obat-obat

kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan

pada bulan Maret 2014-Mei 2014?

c. Apakah terjadi medication error kategori administration error pada obat-obat

kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan

pada bulan Maret 2014-Mei 2014?

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini

adalah:

a. Terjadi medication error kategori prescription error pada obat-obat

kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan

pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

b. Terjadi medication error kategori dispensing error pada obat-obat kemoterapi

pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan

Maret 2014-Mei 2014.

c. Terjadi medication error kategori administration error pada obat-obat

kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan

(23)

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui persentase kejadian medication error kategori prescription

error pada pasien penyakit kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan

pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

b. Untuk mengetahui persentase kejadian medication error kategori dispensing

error pada pasien penyakit kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan

pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

c. Untuk mengetahui persentase kejadian medication error kategori

administration error pada pasien penyakit kanker payudara di RSUP H.

Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat ditindak lanjuti untuk menurunkan

angka kejadian medication error pada pasien kanker payudara di Instalasi Rawat

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Medication Error

2.1.1 Definisi medication error

Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang

masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien

atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, dkk., 1991).

Kejadian medication error dibagi dalam empat fase, yaitu fase prescribing

(error terjadi pada penulisan resep), fase transcribing (error terjadi pada saat

pembacaan resep), fase dispensing (error terjadi pada saat penyiapan hingga

penyerahan obat) dan fase administration (error yang terjadi pada proses

penggunaan obat) (Ariani, 2005).

Salah satu faktor penyebab terjadinya medication error adalah kegagalan

komunikasi (salah interpretasi) antara prescriber (penulis resep) dengan dispenser

(pembaca resep). Kegagalan komunikasi ini dapat disebabkan oleh ketidakjelasan

serta tidak lengkapnya penulisan resep, contoh ketidaklengkapan resep yaitu tidak

tercantumnya berat badan dan umur pasien, padahal kedua unsur resep ini sangat

penting sebagai dasar perhitungan dosis. Faktor lain yang berpotensi cukup tinggi

untuk terjadinya medication error dan sering dijumpai adalah racikan pada resep

yang berisi tiga kombinasi jenis obat dan adanya obat dalam satu peresepan

memiliki aksi farmakologis yang sama, serta adanya pemakaian yang tidak sesuai

yaitu obat kausatif yang dicampurkan dengan obat simptomatik dalam racikan

(25)

Meskipun awal mula penyebab kesalahan pengobatan berada dalam

sistem, Namun itu adalah tanggung jawab masing-masing petugas kesehatan

untuk mengambil setiap tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah

terjadi kesalahan. Orang pertama yang dapat mengambil langkah-langkah untuk

mencegah kesalahan pengobatan adalah penulis resep. Sekarang sulit untuk

mengetahui tingkat kesalahan yang berhubungan dengan peresepan, karena

banyak kesalahan tidak terdeteksi atau tidak dilaporkan. Ditemukan bukti yang

menunjukkan bahwa masalah ini adalah substansial (Cohen, dkk., 1991).

Tidak penting seberapa besar ketepatan atau penyelesaian pesanan obat,

mungkin hal tersebut disalahartikan jika resep tidak dapat dibaca. Tidak

terbacanya tulisan tangan karena perintah pengobatan dan resep merupakan

penyebab utama yang dikenal dari kesalahan pengobatan. Kesalahan tersebut telah

mengakibatkan celaka pada pasien bahkan kematian (Cohen, dkk., 1991).

Perintah yang ditulis dengan buruk dapat menunda pemberian obat. Hal itu

dapat meningkatkan potensi untuk kesalahan pengobatan yang serius yang berasal

dari pemahaman yang salah tentang obat, dosis, rute pemberian dan waktu

pemberian. Ketika petugas tidak dapat membaca perintah resep maka pekerjaan

sangat terganggu. Gangguan tersebut dapat mempengaruhi kinerja seseorang dan

hal tersebut lebih meningkatkan kemungkinan kesalahan (Cohen, dkk., 1991).

2.2 Resep

2.2.1 Definisi resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter

(26)

kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan atau membuat,

meracik serta menyarahkan obat kepada pasien. (Syamsuni, 2006).

2.2.2 Jenis jenis resep

1. Resep standar (Resep Officinalis), yaitu resep yang komposisinya telah

dibakukan dan dituangkan ke dalam buku farmakope atau buku standar

lainnya. Penulisan resep sesuai dengan buku standar.

2. Resep magistrales (Resep Polifarmasi), yaitu resep yang sudah dimodifikasi

atau diformat oleh dokter, bisa berupa campuran atau tunggal yang diencerkan

dalam pelayanannya harus diracik terlebih dahulu.

3. Resep medicinal, yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang

maupun generik, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan.

Buku referensi : Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO), Indonesia

Index Medical Specialities (IIMS), Daftar Obat di Indonesia (DOI), dan

lain-lain.

4. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam

bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak

mengalami peracikan (Jas, 2009).

2.3 Penulisan Resep

2.3.1 Pengertian penulisan resep

Resep adalah wujud akhir kompetensi dokter dalam medical care,

mengaplikasikan ilmu pengetahuan-keahlian dan keterampilannya dibidang

farmakologi dan terapeutik kepada pasien. Secara teknis resep artinya pemberian

obat secara tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop

(27)

Undang-Undangan yang berlaku. Permintaan tersebut disampaikan kepada

farmasis/apoteker agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu

sesuai permintaan kepada pasien yang berhak (Jas, 2009).

2.3.2 Tujuan penulisan resep

Penulisan resep bertujuan untuk memudahkan dokter dalam pelayanan

kesehatan di bidang farmasi sekaligus meminimalkan kesalahan dalam pemberian

obat. Secara umumnya, rentang waktu buka instalasi farmasi atau apotek lebih

panjang dalam pelayanan farmasi dibandingkan praktek dokter, maka dengan

wujudnya penulisan resep diharapkan akan memudahkan pasien dalam mengakses

obat-obatan yang diperlukan sesuai dengan penyakit yang dihadapinya. Melalui

penulisan resep, peran dan tanggung jawab dokter dalam pengawasan distribusi

obat kepada masyarakat dapat ditingkatkan karena tidak semua golongan obat

dapat diserahkan kepada masyarakat secara bebas. Selain itu dengan adanya

penulisan resep, pemberian obat juga lebih rasional dengan adanya penulisan

resep dibandingkan dengan dispensing (obat diberikan sendiri oleh dokter), dokter

bebas memilih obat secara tepat, ilmiah dan selektif. Penulisan resep juga dapat

membentuk suatu pelayanan yang berorientasi kepada pasien (patient oriented),

dan penghindaran material oriented. Dalam masa yang sama, resep berperan juga

sebagai rekam medis (medical record) yang dapat dipertanggungjawabkan, maka

sifatnya adalah rahasia (Jas, 2009).

2.3.3 Kerahasiaan dan kode etik penulisan resep

Resep menyangkut sebagian dari rahasia jabatan kedokteran dan

kefarmasian. Oleh karena itu, tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada

(28)

apoteker karena resep menyangkut penyakit penderita, khususnya beberapa

penyakit di mana penderita tidak ingin orang lain mengetahuinya. Selain

kerahasiaan resep yang harus dijaga, terdapat kode etik dan kaidah penulisan

resep yang diperlukan bagi menjaga hubungan dan komunikasi kolegalitas yang

harmonis di antara profesional yang berhubungan, antara lain: medical care,

pharmaceutical care dan nursing care (Jas, 2009).

2.3.4 Format penulisan resep

Menurut Jas (2009), resep terdiri dari 6 bagian :

1. Inscriptio : nama dokter, no. SIP, alamat/telepon/HP/kota/tempat, tanggal

penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi.

Sebagai identitas dokter penulis resep. Format inscription suatu resep dari

rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.

2. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe”

artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan

apoteker.

3. Prescriptio/Ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang

diinginkan.

4. Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval

waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan

keberhasilan terapi.

5. Subscrioptio : yaitu tanda tangan/paraf dokter penulis resep berguna sebagai

legalitas dan keabsahan resep tersebut.

(29)

2.3.5 Prinsip penulisan resep di Indonesia

Setiap negara mempunyai ketentuan sendiri tentang informasi apa yang

harus tercantum dalam sebuah resep (WHO, 1994). Berikut ini prinsip penulisan

resep yang berlaku di Indonesia.

1. Obat ditulis dengan nama paten/dagang, generik, resmi atau kimia.

2. Karakteristik nama obat ditulis harus sama dengan yang tercantun di label

kemasan.

3. Resep ditulis dengan jelas di kop resep resmi.

4. Bentuk sediaan dan jumlah obat ditentukan dokter penulis resep.

5. Signatura ditulis dalam singkatan bahasa latin.

6. Pro atau peruntukan dinyatakan umur pasien.

2.3.6 Menulis resep

Resep ditulis pada kop format resep resmi dan harus menepati ciri-ciri

yang berikut:

1. Penulisan resep sesuai dengan format dan kaidah yang berlaku, bersifat

pelayanan medik dan informatif.

2. Penulisan resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang berarti ambillah atau

berikanlah.

3. Nama obat, bentuk sediaan, dosis setiap kali pemberian dan jumlah obat

kemudian ditulis dalam angka romawi dan harus ditulis dengan jelas.

a. Penulisan resep standar tanpa komposisi, jumlah obat yang diminta ditulis

dalam satuan mg, g, IU atau ml, kalau perlu ada perintah membuat bentuk

sediaan (m.f. = misce fac, artinya campurlah, buatlah).

(30)

ang saja dan jumlah sesuai dengan kemasannya.

4. Dalam penulisan nama obat karakter huruf nama obat tidak boleh berubah,

misal: Codein, tidak boleh menjadi Kodein.

Pharmaton F tidak boleh menjadi Farmaton F.

5. Signatura ditulis dengan jelas, tutup dan paraf.

6. Pro atau peruntukkan obat dan umur pasien ditulis, misalnya Tn. Amir, Ny.

Supiah, Ana (5 tahun).

7. Untuk dua sediaan, besar dan kecil. Bila dibutuhkan yang besar, tulis volume

sediaan sesudah bentuk sedíaan.

8. Untuk sediaan bervariasi, bila ada obat dua atau tiga konsentrasi, sebaiknya

tulis dengan jelas, misalnya: pediatric, adult, dan forte (Jas, 2009).

2.4 Kanker Payudara

2.4.1 Definisi kanker payudara

Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara

yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk

benjolan di payudara. Kanker payudara merupakan salah satu bentuk

pertumbuhan sel atau pada payudara. Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah

satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang dapat berubah-ubah

tetapi masih dalam batas normal. Akan tetapi, jika sel metaplasia ini dipengaruhi

faktor lain maka akan menjadi sel displasia, yaitu sel yang berubah menjadi tidak

normal dan terbatas dalam lapisan epitel (lapisan yang menutupi permukaan yang

terbuka dan membentuk kelenjar-kelenjar). Dimana pada suatu saat sel-sel ini

akan berkembang menjadi kanker karena berbagai faktor yang mempengaruhi

(31)

2.4.2 Epidemiologi kanker payudara

Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif

tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus

kanker payudara baru yang yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000

di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang

berkembang (Moningkey, 2000).

Kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker

leher rahim. Diperkirakan 10 dari 100.000 penduduk terkena kanker payudara dan

70% dari penderita memeriksakan dirinya pada keadaan stadium lanjut (Ana,

2007).

2.4.3 Etiologi kanker payudara

Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun,

banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan

dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara.

Faktor-faktor resiko tersebut adalah :

a) Jenis kelamin

Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker payudara

daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh

kanker payudara.

b) Faktor usia

Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap

sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat.

Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun.

(32)

Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor resiko

terjadinya kanker payudara.

d) Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya

Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas.

e) Faktor genetik

Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan

dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen

suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker

payudara adalah sebesar 80%.

f) Faktor hormonal

Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika

tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan, dapat meningkatkan

resiko terjadinya kanker payudara.

g) Usia menarche

Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker

payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen.

h) Menopause

Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara.

Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan resiko

kanker payudara 3 %.

i) Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun.

Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan

peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.

(33)

Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara

sebesar 30 % dibandingkan dengan wanita yang multipara.

k) Tidak menyusui

Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek

yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan

adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik

selama menyusui.

l) Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan

obesitas (Rasjidi dan Hartanto, 2009).

2.4.4 Stadium kanker payudara

American Joint Committee on Cancer Staging of Breast Carcinoma membagi

stadium karsinoma menjadi :

Stadium 0 Ductal Carsinoma In Situ (DCIS) dan Lobular Carsinoma In Situ

(LCIS).

Stadium I Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta kelenjar

getah bening negatif

Stadium IIA Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai

metastasis ke kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih

dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dan kelenjar getah bening negatif

Stadium IIB Karsinoma invasif dengan diameter lebih dari 2 cm tetapi kurang

dari 5 cm dengan kelenjar getah bening positif, atau karsinoma

(34)

Stadium IIIA Karsinoma invasif ukuran berapapun dengan kelenjar getah bening

terfiksasi atau karsinoma berukuran garis tengah lebih dari 5 cm

dengan metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi

Stadium IIIB karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada,

karsinoma yang manginvasi kulit, atau setiap karsinoma dengan

metastasis ke kelenjar getah bening

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan

secara objektif. Pengambilan data dilakukan secara prospektif, melalui

pengumpulan data dari kartu obat pasien kanker payudara di RSUP H. Adam

Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014.

3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah kartu obat pasien kanker payudara di

RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Maret 2014-Mei 2014. Sampel

yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria

eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum subyek yang dapat

diikutsertakan ke dalam penelitian. Adapun yang menjadi kriteria inklusi adalah:

a. Kartu obat pasien dengan diagnosis kanker payudara dengan/tanpa penyakit

penyerta, yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode

Maret 2014-Mei 2014.

b. Perempuan dengan batasan usia 30-70 tahun.

Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subyek tidak

dapat diikutsertakan. Adapun yang menjadi kriteria eksklusi adalah kartu obat

(36)

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan

Maret 2014-Mei 2014.

3.4 Definisi Operasional

a. Kasus kanker payudara adalah pasien yang terdiagnosis kanker payudara di

RSUP H. Adam Malik Medan periode Maret 2014-Mei 2014 yang mendapat

terapi dengan kemoterapi baik secara injeksi maupun oral, berdasarkan data

dari kartu obat pasien.

b. Resep lengkap adalah resep yang memuat tanggal/bulan/tahun penulisan

resep, mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas, tanda R/

pada setiap sediaan, obat tunggal ditulis nama generik, obat kombinasi ditulis

sesuai nama formularium dilengkapi bentuk, kekuatan, jumlah sediaan, obat

racikan ditulis nama jenis/bahan obat (untuk bahan padat: mikrogram,

milligram, gram; untuk cairan: tetes, milliliter, liter) dan jumlah bahan obat

(bahan padat), aturan pakai (frekuensi, dosis, rute), identitas pasien (nama

lengkap, tanggal lahir), untuk anak ditulis berat badan pasien, untuk resep

kemoterapi dicantumkan luas permukaan tubuh (body surface area), nama dan

tanda tangan dokter.

c. Resep tidak terbaca adalah petunjuk/perintah dokter yang tidak terbaca

sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam melayaninya.

d. Salah penulisan resep adalah kesalahan yang terjadi akibat resep ditulis tidak

(37)

e. Salah dosis adalah salah dalam menentukan takaran dosis obat yang diterima

tubuh manusia.

f. Salah nama obat adalah suatu kesalahan dalam memberikan obat yang tidak

sesuai dengan nama obat yang diminta.

g. Salah bentuk sediaan adalah kesalahan dalam memberikan suatu obat dengan

bentuk sediaan yang tidak sesuai dengan yang diminta.

h. Salah kuantitas adalah salah dalam menentukan jumlah obat yang digunakan

dalam pengobatan.

i. Salah rute adalah suatu kesalahan dalam pemberian obat yang mengakibatkan

kejadian buruk yang terjadi pada pasien.

j. Duplikasi adalah suatu kejadian didalam pengobatan terdapat dua obat atau

lebih yang isi dan khasiatnya sama.

k. Interaksi obat adalah suatu kejadian yang terjadi karena antar obat berinteraksi

yang menghasilkan efek buruk.

l. Tidak sesuai kebijakan adalah merupakan obat-obat berbahaya yang diatur

tata cara penggunaannya.

m. Salah pasien adalah suatu kesalahan yang terjadi karena obat diberikan pada

pasien yang tidak sesuai dengan nama di kartu obat pasien.

n. Salah obat adalah suatu kesalahan dalam memberikan obat yang tidak sesuai

dengan yang diminta.

o. Salah formulasi adalah suatu kesalahan akibat kesalahan dalam

mencampurkan bahan berkhasiat obat.

p. Salah etiket adalah salah dalam memberikan etiket atau petunjuk penggunaan

(38)

q. Obat tidak dikemas adalah keadaan suatu bahan obat tidak berada dalam

kemasan yang seharusnya.

r. Obat kadaluarsa adalah suatu keadaan obat tidak dapat digunakan karena

sudah melewati ambang batas obat tersebut masih baik digunakan.

s. Pemberian infus tanpa label adalah suatu keadaan infus tidak dilengkapi label

dan petunjuk yang jelas.

t. Salah waktu pemberian adalah kesalahan dalam waktu memberikan obat

kepada pasien.

u. Obat tidak diberi adalah suatu kesalahan yang terjadi akibat obat tidak diberi

kepada pasien.

v. Reaksi efek samping obat adalah suatu kejadian yang terjadi antar obat yang

meninmbulkan reaksi efek samping obat yang merugikan pasien.

3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data sekunder berupa kartu obat

pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret

2014-Mei 2014.

3.5.2 Teknik pengumpulan data

Pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan kartu obat pasien

kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei

2014. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

a. mengelompokkan data kartu obat pasien berdasarkan kriteria inklusi.

b. mengelompokkan identitas, pengobatan yang diberikan, data klinis, dan data

(39)

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dibuat rekapitulasi dalam

tabel yang memuat tentang Prescribing Error, Dispensing Error, Administration

Error kemudian dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengidentifikasi Medication

Error yang tersaji dalam bentuk tabel.

3.7 Bagan Alur Penelitian

[image:39.595.115.509.270.491.2]

Adapun gambar pelaksanaan penelitian adalah seperti pada gambar berikut :

Gambar 2 Bagan Alur Penelitian. 3.8 Langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat

melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Menghubungi Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan untuk

mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data, dengan

mem-

bawa surat rekomendasi dari fakultas.

Prescribing Error

Penentuan Kriteria

Identifikasi

Dispensing Error Administration Error

(40)

b. Menghubungi Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan untuk

mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data, dengan

membawa surat rekomendasi dari fakultas.

c. Mengelompokkan data dari kartu obat pasien yang tersedia di RSUP H. Adam

Malik Medan.

d. Menganalisis data dan informasi yang diperoleh sehingga didapatkan

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan dari catatan kartu obat pasien di RSUP H.

Adam Malik Medan periode Maret 2014-Mei 2014 diperoleh data seluruh pasien

kasus kanker payudara di ruangan pencampuran obat kemoterapi di RSUP H.

Adam Malik Medan sebanyak 105 pasien. Penyajian data umur yang ditemukan

[image:41.595.116.518.361.466.2]

pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data umur pasien kasus kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

No. Umur pasien Frekuensi

1 < 20 tahun

-2 21 – 40 tahun 14

3 41 – 60 tahun 71

4 > 60 tahun 20

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur pasien yang terkena

kanker payudara berumur 41 sampai dengan 60 tahun yaitu 71 orang.

Data yang didapatkan dari kartu obat pasien yang memenuhi kriteria

inklusi sebanyak 105 pasien, dan tidak ada ditemukan satu pun kriteria ekslusi

pada penelitian ini, sehingga total subyek yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 105 pasien dengan 228 jumlah obat sitostatika yang diberikan.

Karakteristik medication error pada penyakit kanker payudara dapat dilihat pada

(42)
[image:42.595.114.506.161.707.2]

Tabel 4.2 Medication error kategori prescribing error, dispensing error,

administration error yang terjadi pada pasien kanker payudara di ruang

pencampuran obat kemoterapi RSUP H. Adam Malik pada bulan Maret 2014–Mei 2014.

No. Prescribing Error

Jumlah Medication

Error

%

1 Resep tidak terbaca 0 0 2 Resep/KOP tidak lengkap 91 86,7 3 Salah penulisan resep 0 0

4 Salah dosis 0 0

5 Salah nama obat 0 0 6 Salah bentuk sediaan 0 0 7 Salah kuantitas/jumlah 42 40

8 Salah rute 0 0

9 Duplikasi 0 0

10 Interakasi Obat 0 0 11 Tidak sesuai kebijakan 0 0

No. Dispensing Error Medication Jumlah

Error

%

1 Salah pasien 0 0

2 Salah obat 0 0

3 Salah formulasi 0 0 4 Salah dosis/kekuatan 0 0 5 Salah kuantitas/jumlah 0 0

6 Salah etiket 0 0

7 Obat tidak dikemas 0 0 8 Obat kadaluarsa 0 0

No. Administration Error Medication Jumlah

Error

%

1 Pemberian infus tanpa label 0 0

2 Salah pasien 0 0

3 Salah obat 0 0

4 Salah rute 0 0

(43)

Frekuensi penggunaan obat sitostatika pada pasien yang terkena kanker

payudara di ruang pencampuran obat kemoterapi di RSUP H. Adam Malik pada

[image:43.595.115.507.209.391.2]

bulan Maret 2014-Mei 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Frekuensi penggunaan obat sitostatika yang terkena kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan

No. Nama Obat (Generik) Frekuensi % 1 Doxorubicin 78 34,2

2 5-FU 23 10,1

3 Episindan 2 0,9

4 Cyclophosfamid 23 10,1

5 Herceptin 4 1,8

6 Cysplatin 16 7,1

7 Novelbin 2 0,9

8 Leucoferin 2 0,9

9 Taxotere 4 0,9

10 Paclitaxel 74 0,4

Jumlah 228 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ditemukan 228 penggunaan obat

sitostatika. Pengobatan kanker dengan kemoterapi telah dibuktikan lebih efektif

jika digunakan secara kombinasi dua atau lebih jenis obat. Hal ini dimaksudkan

untuk mencapai efek tambahan atau efek sinergis. Obat-obat yang digunakan

secara kombinasi hendaknya telah menunjukkan efektivitas ideal pada

penggunaan tunggal, memiliki mekanisme yang berbeda satu dengan yang lain,

dan memiliki profil toksisitas yang berbeda sehingga dapat digunakan pada dosis

optimal (Walker dan Edwards, 2001).

Kombinasi obat-obat sitotoksik yang sering dipakai antara lain

fluorourasil, doksorubisin, dan siklofosfamid; siklofosfamid, epirubisin dan

fluorourasil; doksorubisin dan siklofosfamid; siklofosfamid, metrotreksat dan

(44)

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi tertinggi ketidaklengkapan

resep yang dapat memicu terjadinya medication error adalah pada kategori

prescribing error yaitu resep/KOP tidak lengkap sebanyak 91 kasus dengan

persentase 86,7% dan salah kuantitas sebanyak 42 kasus dengan persentase 40%,

sedangkan pada variabel lain tidak ada terjadi medication error kategori

prescribing error.

Berdasarkan hasil pengamatan kejadian medication error kategori

dispensing error dan administration error tidak terjadi sama sekali. Pada kategori

dispensing error tidak ditemukan adanya kesalahan karena beberapa hal

diantaranya adalah sumber daya manusia yang bekerja di instalasi farmasi bekerja

sesuai farmasi klinis. Hal ini mungkin disebabkan para farmasis sering mengikuti

pelatihan-pelatihan atau seminar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

farmasisnya. Kemudian hal lain yang menyebabkan tidak terjadi error

dikarenakan oleh handling cytotoxic sudah bagus karena sudah standar JCI (Joint

Commision International), dimana sarana dan prasarana yang sudah baik seperti

pada ruang pencampuran obat kemoterapi memiliki sistem satu pintu serta

dilakukannya double checking pada proses dispensing dengan harapan medication

error dapat diketahui sebelum obat sampai kepada perawat atau pasien. Dapat

dilihat gambar ruangan pada lampiran 4 hal. 42.

Kemudian pada kategori administration error juga tidak terjadi medication

error. Hal itu disebabkan karena pasien sudah memiliki barcode name sehingga

mencegah kesalahan pemberian. Gambar dapat dilihat pada lampiran 4 hal. 42.

(45)

hanya kepada farmasis dan mahasiswa tetapi juga kepada perawat-perawat yang

bertugas di ruang rawat/bangsal. Para farmasis memberikan pelatihan kepada para

perawat mengenai cara pemberian obat, dosis dan aturan pakai. Sehingga kejadian

medication error pada fase administration error dapat diminimalisir. Selain itu,

tuntutan dari sistem JCI (sistem akreditasi rumah sakit yang bertaraf

Internasional) memungkinkan peran apoteker dan perawat untuk mencegah

terjadinya hal itu.

Error yang terjadi pada parameter resep/KOP tidak lengkap dari kategori

[image:45.595.114.508.388.493.2]

prescribing error dapat dilihat dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Medication error pada parameter resep/KOP tidak lengkap dari kategori prescribing error.

No. Resep/KOP tidak lengkap Jumlah

1 Tanggal resep 5

2 Nomor rekam medis 33

3 Nama dan tanda tangan dokter 2

4 Nama sesuai formularium nasional 86

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat error pada parameter resep/KOP tidak

lengkap misalnya ditemukan kasus pada tanggal resep. Hal ini merupakan faktor

penting yang harus di lengkapi yang digunakan untuk dokumentasi resep. Sebab

apabila terjadi suatu hal yang tidak diinginkan dapat lebih mudah dilacak dengan

mengingat tanggal dan bulan berapa resep tersebut diberikan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 5 kasus. Selain itu, ditemukan kasus yang

termasuk resep/KOP tidak lengkap yaitu nomor rekam medis. Hal ini juga perlu

untuk pelacakan apabila dibutuhkan data pasien secara lengkap jika terjadi

(46)

sebanyak 33 kasus. Hal lain yang ditemukan dalam masalah resep/KOP tidak

lengkap yaitu nama dan tanda tangan dokter. Hal ini merupakan persyaratan dari

suatu resep lengkap yaitu nama dokter dan tanda tangan harus diisi oleh dokter

yang berwenang memberi resep obat untuk kanker di RSUP H. Adam Malik

Medan. Peraturan tersebut harus diawasi dengan ketat karena dikhawatirkan ada

dokter-dokter yang menuliskan resep untuk kanker yang tidak memiliki izin

dalam menuliskan resep kanker yang akhirnya memberikan dampak negatif

terhadap kesembuhan pasien atau bahkan mencelakai pasien. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 2 kasus. Obat tunggal seharusnya ditulis

dengan nama generik namun pada kenyataannya masih banyak yang dituliskan

dengan nama selain nama generik. Hal ini sangat penting dilakukan karena obat

kanker adalah obat yang sitotoksik yang apabila salah dalam memberikan obat

akan berakibat fatal terhadap kesembuhan pasien. Hal itu ditunjukkan dari jumlah

kejadian yang ditemukan yaitu 86 kasus.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa medication error banyak terjadi

pada karakteristik Prescribing Error (PE) itu berarti masih banyak obat yang

diresepkan tidak sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit yang digunakan di

RSUP H.Adam Malik Medan. Apabila ke-3 kategori tersebut ditampilkan dalam

bentuk diagram maka akan seperti yang tertera di bawah ini.

Gambar 3 : Diagram karakteristik medication error pada resep kanker payudara.

2

0 0

0 5

(47)

Karakteristik medication error yang diamati dari catatan kartu obat pasien

menunjukkan tingkat kesalahan paling tinggi pada karakteristik Prescribing Error

(PE), hal itu menunjukkan tingginya kesalahan pada saat peresepan, kemudian

tidak terdapat kesalahan pada karakteristik Dispensing Error (DE) yang terjadi

pada saat pencampuran obat dan tidak terdapat kesalahan pada Administration

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan Medication Error pada pasien

penyakit kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan

karakteristik:

1. Pada Prescribing Error (PE) peneliti hanya mendapatkan error yang terjadi

yaitu resep/KOP tidak lengkap 86,7%, dan salah kuantitas/jumlah 40% dan

selebihnya tidak terjadi kesalahan.

2. Pada Dispensing Error (DE) peneliti tidak mendapatkan error yang terjadi

artinya peran seorang apoteker telah mengikuti sistem.

3. Pada Administration Error (AE) peneliti tidak mendapatkan error yang terjadi

artinya peran seorang perawat sudah bekerja dengan baik.

5.2Saran

1. Untuk penegakan disiplin terapi pengobatan pada pasien penyakit kanker payudara maka diharapkan dokter DPJP (Dokter Penanggung Jawab

Pasien)/PPDS mempunyai izin praktik di RSUP.H.Adam Malik Medan

memberikan resep dengan benar sesuai yang dibutuhkan pasien.

2. Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap peran dari dokter, apoteker dan perawat agar medication

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Agustria, Z.S., (2006). ”Kemoterapi”, dalam Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Hal. 359.

Aiken, L.H., Clarke S.P., Sloane, D.M. (2002). Hospital nurse staffing and

drug-dispensing system in a hospital pharmacy. Clinics: Hal. 325-332.

Ana, K. (2007). Panduan Lengkap kesehatan Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta. Hal. 97-123.

Andi, T. (2012). Faktor Penyebab Medication Error di RSUD Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Anief, M. (2000). Peraturan Perundang-undangan Farmasi. Dalam: Anief M., ed.

Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. Hal. 10-22.

Ariani, N.W. 2005. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Resep Dokter

Anak di Apotek-Apotek Kota Yogjakarta Bagian Barat Tahun 2003.

Skripsi Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hal. 4.

Cipolle, R.S., Strand, L.M., Morley, P.C. (1998). Pharmaceutical Care Practice.

New York: MC Graw Hill. Hal. 73-119.

Cohen, M.R., Basse., Myers. (1991). Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R., (Ed), Medication Error, American Pharmaceutical Association. Washington, DC. Hal. 230-240.

Depkes RI. (1992). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992. Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.

Depkes RI. (2004). Keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Depkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147. Perizinan Rumah Sakit. Jakarta.

Depkes RI. (2008). Tanggungjawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien

(Patient safety). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta.

(50)

Depkes RI. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 147/Menkes/PER/I/2010. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Dwiprahasto, I., (2006). “Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Risiko Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer,”Jurnal Berkala

Ilmu Kedokteran 2006, XXXVIII

diakses tanggal 17 Mei 2014.

Hartayu, T.S., Aris, W. (2005). Kajian Kelengkapan Resep yang Berpotensi Menimbulkan Medication Error di 2 Rumah Sakit dan 10 Apotek di Yogyakarta. Hal. 89-100. Tersedia:

Haskell, C.M. (1985). Cancer Treatment. Edisi kedua. Philadelphia: W.B. Saunders Company. Hal.137-139.

Jas, A. (2009). Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep. Edisi Kedua. Medan: Universitas Sumatera Utara Press. Hal. 1-15.

Kasdu. (2005). Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara. Hal. 45-68.

Kemenkes. (2011). Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI. Hal. 98-107.

Kemenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Standar Pelayanan Kefarmasian

di Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Levine, M.N., Bramwell, V.H., Pritchard, K.I. (1998). “Randomized Trial of Intensive Cyclophosphamide, Epirubicin, and Fluorouracil Chemotherapy Compared With Cyclophosphamide, Methotrexate, and Fluorouracil in Premenopausal Women With Node-Positive Breast Cancer, National Cancer Institute of Canada Clinical Trials Group,” J Clin Oncol, 16 (8): 2651-8.

Moningkey, S. (2000). Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari 2000. Jakarta. Hal. 40-55 http://stetoskopmerah.blogspot.com/2009/04/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit.html Diakses pada 23 Mei 2104.

Rasjidi, I dan Hartanto, A. (2009). Kanker Payudara. Dalam: Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto. Hal. 51-91

Robbins. (2007). Buku Ajar Patologi. Edisi ketujuh. Jakarta: EGC. Hal 57-70.

(51)

Siregar, J.P.C dan Amalia, L. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC. Hal. 7, 13-15, 17-19.

Syamsuni, H.A. (2006). Konsep Kefarmasian. Dalam: Elviana E. & Syarief W.

R.(eds). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 1- 38.

Taneja, W.C.N., Wiegmann, D. (2004). The Role of Perception in Medication Errors : Implications for Non-Technological Interventions. Hal. 172-176.

Tjahjadi, G. (1995). Patologi Tumor Ganas Payudara, Kursus Singkat Deteksi Dini dan Pencagahan Kanker. 6-8 November. FKUI-POI. Jakarta. Hal.

25-30.

Diakses pada 23 Mei 2014.

Walker, R., Edwards, C. (2001). Clinical Pharmacy and Therapeutics, edisi kedua, Churchill Livingstone: An Imprint of Harcourt Publisher Limited. London UK. Hal. 401-423.

(52)
(53)

Lampiran 2. Daftar Medication Error di RSUP H. Adam Malik Medan

I. Prescribing Error (PE)

PE 1 Resep tidak dapat dibaca

PE 2 Resep / KOP tidak lengkap ( tidak ada tanggal / bulan / tahun penulisan resep, nama pasien, No MR (Barcode), BB pasien anak dan diagnosa pasien (khusus KOP), asal resep / KOP, bentuk, kekuatan, jumlah sediaan yang diminta, signa / aturan pakai, nama dan tanda tangan dokter, dsb; lihat pengertian resep lengkap). Dalam Kebijakan yang dimaksud resep lengkap adalah resep yang memuat tanggal / bulan / tahun penulisan resep, mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas, tanda R/ pada setiap sediaan, obat tunggal ditulis nama generik, obat kombinasi ditulis sesuai nama formularium dilengkapi bentuk, kekuatan, jumlah sediaan, obat racikan ditulis nama jenis/bahan obat (untuk bahan padat: microgram, milligram, gram; untuk cairan: tetes, milliliter, liter) dan jumlah bahan obat (bahan padat), aturan pakai (frekuensi, dosis, rute), identitas psien (nama lengkap, tanggal lahir), untuk anak ditulis berat badan pasien, untuk resep kemoterapi dicantumkan luas permukaan tubuh (body surface area), nama dan tanda tangan dokter.

PE 3 Salah penulisan resep, misal penulisan IU → Unit Internasional, penulisan jumlah obat No.XXXXX → L, XXXXV → XLV

PE 4 Salah dosis / kekuatan / frekuensi, misal: NKR 5mg → NKR 2,5mg; Renadinac 500mg → 25 atau 50mg, Ranitidin tab 3x1 → 2x1

PE 5 Salah nama obat, misal: ditulis sutinol → sistenol; Ocsuferin → Oxoferin

PE 6 Salah bentuk sediaan: Depakote tube → botol; Insulin Amp → vial/pen

PE 7 Salah kuantitas / jumlah PE 8 Salah rute

PE 9 Duplikasi PE 10 Interaksi Obat

(54)

II. Dispensing Error (DE) DE 1 Salah pasien

DE 2 Salah Obat, misal: Irvebal → Irbedox

DE 3 Salah formulasi / bentuk sediaan, misal : Depakote ER 250mg → Depakote 250mg; Antasida tab → Antasida Syr

DE 4 Salah dosis / kekuatan, misal: Captopril 12,5mg → Captopril 25mg DE 5 Salah kuantitas / jumlah

DE 6 Salah etiket ( salah nama pasien, frekuensi, petunjuk penggunaan obat)

DE 7 Salah Alkes (jenis, kekuatan, jumlah), misal: diminta Folley Cath → diberi Suction Cath; diminta Abbocath No.22 → diberi Abbocath No. 20; diminta spuit 3 cc 3 buah → diberi hanya 1 buah.

DE 8 Obat tidak dikemas

DE 9 Obat kadaluarsa / rusak / stabilitas, misal: obat tablet berubah warna, Manitol berkristal

DE 10 Lain-lain

III. Administration Error (AE) AE 1 Pemberian infuse tanpa label

AE 2 Salah pasien, misal: pemberian infuse dengan label nama pasien lain AE 3 Salah obat

AE 4 Salah rute

AE 5 Salah waktu pemberian AE 6 Obat tidak diberi

(55)
(56)

Lampiran 4. Gambar alat-alat diruangan pencampuran kemoterapi

Gambar pintu resep masuk

[image:56.595.180.417.544.727.2]

Gambar lemari pendingin obat-obat kemoterapi

(57)

Gambar obat-obat sitotoksik Gambar lemari penyimpanan obat kemoterapi

[image:57.595.111.513.76.654.2]

Gambar wastafel Gambar pintu obat masuk kedalam ruang steril

Gambar

Gambar 1.
Gambar 2 Bagan Alur Penelitian.
Tabel 4.1 Data umur pasien kasus kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.
Tabel 4.2 Medication erroradministration error pencampuran obat kemoterapi RSUP H. Adam Malik pada bulan Maret 2014–Mei  kategori prescribing error, dispensing error, yang terjadi pada pasien kanker payudara di ruang 2014
+5

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahhirobbil„alamin, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmat-Nya yang berlimpah, serta memberikan

Inilah salah satu alasan dan prinsip penulis untuk mengkreasikan sebuah karya Penulisan Ilmiah yang sederhanaSuatu Penulisan Ilmiah akan dianggap interaktif apabila memiliki

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Sumber dana jangka menengah adalah sumber dana yang tertanam di dalam perusahaan lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun. Jenis sumber dana jangka

Selanjutnya secara spesifik dalam pengembangan kurikulum disatuan pendidikan baik disekolah maupun madrasah, pengawas sekolah memiliki fungsi (1) membimbing guru

Berdasarkan tabel penelitian di atas, pada umumnya responden menjawab tidak setuju, maka penulis dapat mengambil kesimpulkan bahwa layanan koleksi digital karya

Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok

Jika meninjau lokasi dari setiap lubang yang dibuat antara sejajar dengan jalan atau di bawah selokan memperlihatkan bahwa nilai rata-rata laju infiltrasi dari lubang terletak di