ANALISIS
MEDICATION ERROR
PADA RESEP PASIEN
KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN
KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
SKRIPSI
OLEH:
ARIE ANSHARI RAMBE
NIM 101501086
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS
MEDICATION ERROR
PADA RESEP PASIEN
KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN
KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
ARIE ANSHARI RAMBE
NIM 101501086
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
ANALISIS
MEDICATION ERROR
PADA RESEP PASIEN
KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN
KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
OLEH:
ARIE ANSHARI RAMBE NIM : 101501086
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 13 Desember 2014
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dr. Poppy Anjelisa Z.Hasibuan, M.Si., Apt NIP 197506102005012003 NIP 195110251980021001
Pembimbing II, Dr. Poppy Anjelisa Z.Hasibuan, M.Si., Apt. NIP 197506102005012003
Dra. Nurminda Silalahi, M.Si., Apt. NIP 196206101992032001 NIP 197802152008122001
Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt. NIP 197806032005012004
Medan, 13 Desember 2014 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia yang
berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul Analisis Medication Error pada Resep Pasien Kanker Payudara yang
Mendapatkan Tindakan Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi ini
diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan
Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama
perkuliahan di Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ibu Dr. Poppy Anjelisa Z Hasibuan, M.Si., Apt., dan ibu
Dra. Nurminda Silalahi, M.Si., Apt., yang telah membimbing penulis dengan
penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran
selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Bapak Dr. Wiryanto, M.S., Apt., selaku ketua penguji, Ibu
Khairunnisa, S.Si, M.Pharm, Ph.D., Apt., dan ibu Aminah Dalimunthe, S.Si.,
M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk
menyempurnakan skripsi ini, dan Ibu Yuandani, S.Farm., M.Si., Apt., selaku
dosen penasehat akademik yang telah banyak membimbing penulis selama masa
perkuliahan hingga selesai.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga
dan adik saya Yuli Trivani Pratiwi, Alwi Nazfi Anshari Rambe, Rizki Zil Ikram
Rambe, Dia Dara Nandani Rambe, yang telah memberikan semangat dan kasih
sayang yang tak ternilai dengan apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada sahabat-sahabat seperjuangan, Nugraha Siregar, Bambang Tri Sanjaya,
Deny Aminunsyah, Rizki Aulia Bahri, Sakses Marbun, Abdullah Syahril Sitepu,
Rohandi Sahat Auliawan, Agam Suryanata, Muhammad Adami, Aldi Franata
Sihombing, Zoelkarnain, Kiky Daulay, Safuani beserta teman-teman mahasiswa/i
Farmasi USU angkatan 2010 yang selalu mendoakan dan memberi semangat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Medan, 13 Desember 2014 Penulis,
PRESCRIPTION MEDICATION ERROR ANALYSIS IN
BREAST CANCER PATIENTS GET THE CHEMOTHERAPY
IN ACTION ADAM MALIK HOSPITAL
ABSTRACT
Medication Error (ME) is an error that occurs in the process of treatment that could be prevented if the causal factors can be identified early. Medication errors can occur in the phase of prescribing, dispensing and administration. This study was conducted to determine the percentage of medication error in prescribing error category, error dispensing and administration errors.
This research was conducted with descriptive methods, and data collection was done prospectively to data KOP (Patient Drug Card). Criteria include the study subjects with a diagnosis of breast cancer patients with/without comorbidities, who are hospitalized in Adam Malik Hospital during the period March 2014 - May 2014.
The results showed that of 105 sheets KOP with 228 sitostatica given amount of drug contained medication errors occur only in the category of prescribing errors that recipe/Patient Medication Card (KOP) is not complete as many as 91 cases (86.7%), one of the quantity/number of total 42 cases (40%) and there are no errors in the category of dispensing errors, administration errors. Based on data on Patient Medication Card (KOP), it can be concluded that the apparent phase error occurred medication prescribing in patients with breast cancer at Adam Malik Hospital.
ANALISIS
MEDICATION ERROR
PADA RESEP PASIEN
KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN
KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
ABSTRAK
Medication Error (ME) merupakan kesalahan yang terjadi pada proses
pengobatan yang sebenarnya dapat dicegah apabila faktor-faktor penyebab dapat diidentifikasi secara dini. Medication error dapat terjadi pada fase prescribing,
dispensing dan administration. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
persentase kejadian medication error kategori prescribing error, dispensing error
dan administration error.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, dan pengambilan data dilakukan secara prospektif terhadap data KOP (kartu obat pasien). Kriteria subyek penelitian meliputi pasien dengan diagnosis kanker payudara dengan/tanpa penyakit penyerta, yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Maret 2014 - Mei 2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 105 lembar KOP dengan 228 jumlah obat sitostatika yang diberikan terdapat medication error hanya terjadi pada kategori prescribing error yaitu resep/Kartu Obat Pasien (KOP) tidak lengkap sebanyak 91 kasus (86,7%), salah kuantitas/jumlah sebanyak 42 kasus (40%) dan tidak ada kesalahan pada kategori dispensing error, administration
error. Berdasarkan data pada Kartu Obat Pasien (KOP), dapat disimpulkan bahwa
jelas terjadi medication error fase prescribing pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Kerangka Penelitian ... 5
1.3 Perumusan Masalah ... 7
1.4 Hipotesis ... 7
1.5 Tujuan Penelitian ... 8
1.6 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Medication Error ... 9
2.1.1 Definisi medication error ... 9
2.2 Resep ... 10
2.2.2 Jenis-jenis resep ... 11
2.3 Penulisan Resep ... 11
2.3.1 Pengertian penulisan resep ... 11
2.3.2 Tujuan penulisan resep ... 12
2.3.3 Kerahasiaan dank ode etik penulisan resep ... 12
2.3.4 Format penulisan resep ... 13
2.3.5 Prinsip penulisan resep di Indonesia ... 14
2.3.6 Menulis resep ... 14
2.4 Kanker Payudara ... 15
2.4.1 Definisi kanker payudara ... 15
2.4.2 Epidemiologi kanker payudara ... 16
2.4.3 Etiologi kanker payudara ... 16
2.4.4 Stadium kanker payudara ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 20
3.1 Metode Penelitian ... 20
3.2 Sampel ... 20
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
3.4 Definisi Operasional ... 21
3.5 Instrumen Penelitian ... 23
3.5.1 Sumber data ... 23
3.5.2 Teknik pengumpulan data ... 23
3.6 Analisis Data ... 24
3.7 Bagan Alur Penelitian ... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
4.1 Hasil Penelitian ... 26
4.2 Pembahasan ... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 33
5.2 Kesimpulan ... 33
5.2 Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Skema hubungan variabel bebas dan variabel terikat ... 6
Gambar 2 Bagan alur penelitian ... 24
Gambar 3 Karakteristik Medication Error pada penyakit kanker
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Data umur pasien kasus kanker payudara di RSUP H.
Adam Malik Medan ... 26
Tabel 4.2 Medication error kategori Prescribing error, dispensing
error, administration error yang terjadi pada pasien
kanker payudara di ruang pencampuran obat kemoterapi RSUP H. Adam Malik pada bulan Maret 2014–Mei
2014 ... 27
Tabel 4.3 Frekuensi penggunaan obat sitostatika yang terkena kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan ... 38
Lampiran 2 Daftar Medication Error di RSUP H. Adam Malik Medan .... 39
Lampiran 3 Surat Tanda Menyelesaikan Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan ... 41
PRESCRIPTION MEDICATION ERROR ANALYSIS IN
BREAST CANCER PATIENTS GET THE CHEMOTHERAPY
IN ACTION ADAM MALIK HOSPITAL
ABSTRACT
Medication Error (ME) is an error that occurs in the process of treatment that could be prevented if the causal factors can be identified early. Medication errors can occur in the phase of prescribing, dispensing and administration. This study was conducted to determine the percentage of medication error in prescribing error category, error dispensing and administration errors.
This research was conducted with descriptive methods, and data collection was done prospectively to data KOP (Patient Drug Card). Criteria include the study subjects with a diagnosis of breast cancer patients with/without comorbidities, who are hospitalized in Adam Malik Hospital during the period March 2014 - May 2014.
The results showed that of 105 sheets KOP with 228 sitostatica given amount of drug contained medication errors occur only in the category of prescribing errors that recipe/Patient Medication Card (KOP) is not complete as many as 91 cases (86.7%), one of the quantity/number of total 42 cases (40%) and there are no errors in the category of dispensing errors, administration errors. Based on data on Patient Medication Card (KOP), it can be concluded that the apparent phase error occurred medication prescribing in patients with breast cancer at Adam Malik Hospital.
ANALISIS
MEDICATION ERROR
PADA RESEP PASIEN
KANKER PAYUDARA YANG MENDAPATKAN TINDAKAN
KEMOTERAPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
ABSTRAK
Medication Error (ME) merupakan kesalahan yang terjadi pada proses
pengobatan yang sebenarnya dapat dicegah apabila faktor-faktor penyebab dapat diidentifikasi secara dini. Medication error dapat terjadi pada fase prescribing,
dispensing dan administration. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
persentase kejadian medication error kategori prescribing error, dispensing error
dan administration error.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, dan pengambilan data dilakukan secara prospektif terhadap data KOP (kartu obat pasien). Kriteria subyek penelitian meliputi pasien dengan diagnosis kanker payudara dengan/tanpa penyakit penyerta, yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Maret 2014 - Mei 2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 105 lembar KOP dengan 228 jumlah obat sitostatika yang diberikan terdapat medication error hanya terjadi pada kategori prescribing error yaitu resep/Kartu Obat Pasien (KOP) tidak lengkap sebanyak 91 kasus (86,7%), salah kuantitas/jumlah sebanyak 42 kasus (40%) dan tidak ada kesalahan pada kategori dispensing error, administration
error. Berdasarkan data pada Kartu Obat Pasien (KOP), dapat disimpulkan bahwa
jelas terjadi medication error fase prescribing pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi
tingkat pencapaian patient safety, khususnya terhadap tujuan tercapainya medikasi
yang aman. Menurut Standar Akreditasi Rumah Sakit, kejadian medication error
dapat dibagi atas tiga kriteria yaitu fase prescribing error (kesalahan peresepan),
fase dispensing error (kesalahan pencampuran) dan fase administration error
(kesalahan pemberian) (Kemenkes, 2011). Medication error adalah suatu
kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan
tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat
dicegah (Cohen, dkk., 1991).
Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication error
adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam
penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Medication error
yang terjadi tentunya merugikan pasien dan dapat menyebabkan kegagalan terapi,
bahkan dapat timbul efek obat yang tidak diharapkan (Hartayu dan Aris, 2005).
Dalam penelitiannya, Dwiprahasto (2006), menyatakan bahwa 11%
medication error di rumah sakit berkaitan dengan kesalahan saat menyerahkan
obat ke pasien dalam bentuk dosis atau obat yang keliru.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 2 rumah sakit dan 10 apotek
tercantumnya berat badan dan umur pasien merupakan hal yang menjadi pokok
permasalahan dalam medication error (Hartayu dan Aris, 2005).
Dalam penelitiannya, Aiken, dkk., (2002) menyatakan bahwa kesalahan
pengobatan dan efek samping obat terjadi rata-rata 6,7% pasien yang masuk ke
rumah sakit. Di antara kesalahan tersebut, 25 hingga 50% adalah berasal dari
kesalahan peresepan yang seharusnya dapat dicegah.
Studi yang dilakukan Bagian Farmakologi Universitas Gajah Mada antara
2001-2003 menunjukkan bahwa medication error terjadi pada 97% pasien
Intensive Care Unit (ICU) antara lain dalam bentuk dosis berlebihan atau kurang,
frekuensi pemberian keliru dan cara pemberian yang tidak tepat. Berdasarkan
Laporan Peta Nasional Keselamatan Pasien (Kongres PERSI 2007) kesalahan
dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar
insiden yang dilaporkan (Depkes RI, 2008).
Data analisis kajian resep Instalasi Farmasi RSUD Anwar Makkatutu
Bantaeng tahun 2012, menunjukkan bahwa resep yang berpotensi menyebabkan
terjadinya medication error karena resep tidak lengkap yaitu sebesar 36,75%.
Dengan melihat data tersebut, menandakan bahwa peluang akan terjadinya
medication error di rumah sakit sangat besar (Andi, 2012)
Insiden medication error yang dilaporkan di RSUD Anwar Makkatutu
Bantaeng yaitu sebanyak 18 kasus (0,038 % dari total 46.660 lembar resep yang
dilayani) pada tahun 2010 dan 16 kasus (0,031 % dari total 51.513 lembar resep
yang dilayani) pada tahun 2011, kejadian ini antara lain disebabkan karena
pemberian obat yang salah, dosis yang tidak rasional, kesalahan rute pemakaian,
dengan dispenser (pencampur resep/farmasis) dalam "mengartikan resep" yang
disebabkan oleh tulisan tangan prescriber yang tidak jelas terutama bila ada nama
obat yang hampir sama serta keduanya mempunyai rute pemberian obat yang
sama pula, dan penulisan aturan pakai yang tidak lengkap. Tahun 2012 angka
kejadian medication error di RSUD Prof Dr. H.M. Anwar Makkatutu Kabupaten
Bantaeng mengalami peningkatan menjadi 21 kasus (0,027 % dari total 77.571
lembar resep yang dilayani) (Andi, 2012).
Kanker payudara adalah kanker yang paling umum terjadi pada wanita
baik di negara maju dan berkembang. Diperkirakan bahwa di seluruh dunia lebih
dari 508.000 wanita meninggal pada tahun 2011 akibat kanker payudara.
Meskipun kanker payudara dianggap penyakit negara maju, hampir 50% dari
kasus kanker payudara dan 58% kematian terjadi di negara-negara berkembang
(WHO, 2013).
Berdasarkan Data dari RS Kanker Dharmais dalam 5 tahun terakhir
menemukan angka insiden kanker payudara menempati urutan pertama yaitu
sebesar 32%, diikuti oleh kanker serviks sebesar 17%. Dari angka tersebut, 40%
diantaranya adalah penderita stadium awal, 30% penderita kanker stadium lanjut
lokal, dan stadium lanjut (metastase) sebesar 30% (Samuel, 2011).
Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari
beberapa terapi, antara lain pembedahan atau operasi, penyinaran atau radioterapi,
pemakaian obat-obatan sitotoksik atau kemoterapi, peningkatan daya tahan tubuh
atau imunoterapi, dan terapi dengan hormon. Hasil pengobatan kanker payudara
bergantung pada stadium atau tingkatan kanker pada waktu pengobatan dilakukan
Terapi kanker dengan cara kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan
menggunakan obat-obatan atau hormon. Kemoterapi dapat digunakan dengan
efektif pada penyakit-penyakit baik yang diseminata (infeksi yang disebar di
seluruh tubuh) maupun yang masih terlokalisasi (Agustria, 2006).
Telah ditemukan kemajuan dalam penemuan senyawa-senyawa baru yang
efektif pada tiga dekade terakhir. Pada awal penemuannya, kemoterapi dianggap
sebagai terapi paliatif, tetapi akhir-akhir ini dapat diketahui bahwa beberapa jenis
kanker dapat disembuhkan dengan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi
kombinasi telah menunjukkan keberhasilan yang substansial, terutama kombinasi
obat-obat yang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda. Kemajuan
pengobatan pada beberapa jenis kanker tertentu dengan menggunakan beberapa
jenis obat secara simultan, ataupun dengan pemberian kemoterapi secara
sekuensial. Beberapa kanker diseminata dapat disembuhkan dengan kemoterapi
saja. Hal ini membuktikan adanya toksisitas yang selektif dari kemoterapi
(Agustria, 2006).
Penanganan kanker payudara membutuhkan komitmen jangka panjang
baik dari pasien maupun dokter. Penanganan awal seperti kemoterapi dan radiasi
memerlukan komitmen pasien untuk secara rutin kembali ke rumah sakit/dokter
dalam beberapa bulan. Lalu pengobatan masih perlu dilakukan hingga 5-10 tahun
kemudian untuk menurunkan risiko kanker muncul kembali (Samuel, 2011).
Kepatuhan pasien terhadap pengobatan kanker meliputi ketaatan
mengikuti jadwal terapi yang sudah ditetapkan sesuai dengan protokol pengobatan
yang dipilih dalam bentuk beberapa siklus yang harus diikuti. Siklus pengobatan
yang sangat cepat mengalami perkembangan jauh melebihi sel-sel tubuh yang
normal. Jika proses pengobatannya tidak tuntas, sel-sel tersebut dapat berkembang
lagi menjadi lebih banyak. Selain dari kepatuhan, kualitas dari pengobatan yang
diberikan sesuai dengan tingkat atau derajat beratnya penyakit juga turut berperan
dalam upaya penanganan kanker payudara (Samuel, 2011).
Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan identifikasi terjadinya
medication error pada obat-obat kemoterapi yang digunakan pasien kanker
payudara di ruang pencampuran obat kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan
pada bulan Maret sampai dengan Mei 2014. Penelitian ini diharapkan menjadi
informasi tentang hal-hal apa saja yang menjadi medication error dalam
penggunaan obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam
Malik Medan. Selain itu menjadi bahan kajian bagi pihak rumah sakit, khususnya
profesional kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada
pasien.
1.2 Kerangka Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang kejadian medication error di ruang
pencampuran kemoterapi RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret
2014-Mei 2014. Dalam penelitian ini resep tidak terbaca, resep/KOP tidak lengkap,
salah penulisan resep, salah dosis, salah nama obat, salah bentuk sediaan, salah
kuantitas, salah rute, duplikasi, interaksi obat, tidak sesuai kebijakan, salah pasien,
salah obat, salah formulasi/bentuk sediaan, salah dosis/kekuatan, salah
kuantitas/jumlah, salah etiket, obat tidak dikemas, obat kadaluarsa/rusak/stabilitas,
pemberian infuse tanpa label, salah pasien, salah obat, salah rute, salah waktu
(independent variable) dan prescribing error, dispensing error, administration
error sebagai variabel terikat (dependent variable). Hubungan kedua variabel
tersebut digambarkan dalam kerangka pikir penelitian seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar 1 Skema hubungan variabel bebas dan variabel terikat - Salah pasien
- Salah obat - Salah formulasi - Salah dosis/kekuatan - Salah kuantitas/jumlah - Salah etiket
- Obat tidak dikemas - Obat kadaluarsa
Dispensing Error
Administration Error
- Pemberian infus tanpa label - Salah pasien
- Salah obat - Salah rute
- Salah waktu pemberian - Obat tidak diberi
- Reaksi efek samping obat Resep/ KOP M e d i c a t i o n E r r o r Telaah dan analisis Prescribing Error
- Resep tidak terbaca - Resep/KOP tidak lengkap - Salah penulisan resep - Salah dosis
- Salah nama obat - Salah bentuk sediaan - Salah kuantitas - Salah rute - Duplikasi - Interaksi obat
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah
penelitian adalah:
a. Apakah terjadi medication error kategori prescription error pada obat-obat
kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan
pada bulan Maret 2014-Mei 2014?
b. Apakah terjadi medication error kategori dispensing error pada obat-obat
kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan
pada bulan Maret 2014-Mei 2014?
c. Apakah terjadi medication error kategori administration error pada obat-obat
kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan
pada bulan Maret 2014-Mei 2014?
1.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini
adalah:
a. Terjadi medication error kategori prescription error pada obat-obat
kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan
pada bulan Maret 2014-Mei 2014.
b. Terjadi medication error kategori dispensing error pada obat-obat kemoterapi
pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan
Maret 2014-Mei 2014.
c. Terjadi medication error kategori administration error pada obat-obat
kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui persentase kejadian medication error kategori prescription
error pada pasien penyakit kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan
pada bulan Maret 2014-Mei 2014.
b. Untuk mengetahui persentase kejadian medication error kategori dispensing
error pada pasien penyakit kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan
pada bulan Maret 2014-Mei 2014.
c. Untuk mengetahui persentase kejadian medication error kategori
administration error pada pasien penyakit kanker payudara di RSUP H.
Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat ditindak lanjuti untuk menurunkan
angka kejadian medication error pada pasien kanker payudara di Instalasi Rawat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Medication Error
2.1.1 Definisi medication error
Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang
masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien
atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, dkk., 1991).
Kejadian medication error dibagi dalam empat fase, yaitu fase prescribing
(error terjadi pada penulisan resep), fase transcribing (error terjadi pada saat
pembacaan resep), fase dispensing (error terjadi pada saat penyiapan hingga
penyerahan obat) dan fase administration (error yang terjadi pada proses
penggunaan obat) (Ariani, 2005).
Salah satu faktor penyebab terjadinya medication error adalah kegagalan
komunikasi (salah interpretasi) antara prescriber (penulis resep) dengan dispenser
(pembaca resep). Kegagalan komunikasi ini dapat disebabkan oleh ketidakjelasan
serta tidak lengkapnya penulisan resep, contoh ketidaklengkapan resep yaitu tidak
tercantumnya berat badan dan umur pasien, padahal kedua unsur resep ini sangat
penting sebagai dasar perhitungan dosis. Faktor lain yang berpotensi cukup tinggi
untuk terjadinya medication error dan sering dijumpai adalah racikan pada resep
yang berisi tiga kombinasi jenis obat dan adanya obat dalam satu peresepan
memiliki aksi farmakologis yang sama, serta adanya pemakaian yang tidak sesuai
yaitu obat kausatif yang dicampurkan dengan obat simptomatik dalam racikan
Meskipun awal mula penyebab kesalahan pengobatan berada dalam
sistem, Namun itu adalah tanggung jawab masing-masing petugas kesehatan
untuk mengambil setiap tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah
terjadi kesalahan. Orang pertama yang dapat mengambil langkah-langkah untuk
mencegah kesalahan pengobatan adalah penulis resep. Sekarang sulit untuk
mengetahui tingkat kesalahan yang berhubungan dengan peresepan, karena
banyak kesalahan tidak terdeteksi atau tidak dilaporkan. Ditemukan bukti yang
menunjukkan bahwa masalah ini adalah substansial (Cohen, dkk., 1991).
Tidak penting seberapa besar ketepatan atau penyelesaian pesanan obat,
mungkin hal tersebut disalahartikan jika resep tidak dapat dibaca. Tidak
terbacanya tulisan tangan karena perintah pengobatan dan resep merupakan
penyebab utama yang dikenal dari kesalahan pengobatan. Kesalahan tersebut telah
mengakibatkan celaka pada pasien bahkan kematian (Cohen, dkk., 1991).
Perintah yang ditulis dengan buruk dapat menunda pemberian obat. Hal itu
dapat meningkatkan potensi untuk kesalahan pengobatan yang serius yang berasal
dari pemahaman yang salah tentang obat, dosis, rute pemberian dan waktu
pemberian. Ketika petugas tidak dapat membaca perintah resep maka pekerjaan
sangat terganggu. Gangguan tersebut dapat mempengaruhi kinerja seseorang dan
hal tersebut lebih meningkatkan kemungkinan kesalahan (Cohen, dkk., 1991).
2.2 Resep
2.2.1 Definisi resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan atau membuat,
meracik serta menyarahkan obat kepada pasien. (Syamsuni, 2006).
2.2.2 Jenis jenis resep
1. Resep standar (Resep Officinalis), yaitu resep yang komposisinya telah
dibakukan dan dituangkan ke dalam buku farmakope atau buku standar
lainnya. Penulisan resep sesuai dengan buku standar.
2. Resep magistrales (Resep Polifarmasi), yaitu resep yang sudah dimodifikasi
atau diformat oleh dokter, bisa berupa campuran atau tunggal yang diencerkan
dalam pelayanannya harus diracik terlebih dahulu.
3. Resep medicinal, yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang
maupun generik, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan.
Buku referensi : Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO), Indonesia
Index Medical Specialities (IIMS), Daftar Obat di Indonesia (DOI), dan
lain-lain.
4. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam
bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak
mengalami peracikan (Jas, 2009).
2.3 Penulisan Resep
2.3.1 Pengertian penulisan resep
Resep adalah wujud akhir kompetensi dokter dalam medical care,
mengaplikasikan ilmu pengetahuan-keahlian dan keterampilannya dibidang
farmakologi dan terapeutik kepada pasien. Secara teknis resep artinya pemberian
obat secara tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop
Undang-Undangan yang berlaku. Permintaan tersebut disampaikan kepada
farmasis/apoteker agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu
sesuai permintaan kepada pasien yang berhak (Jas, 2009).
2.3.2 Tujuan penulisan resep
Penulisan resep bertujuan untuk memudahkan dokter dalam pelayanan
kesehatan di bidang farmasi sekaligus meminimalkan kesalahan dalam pemberian
obat. Secara umumnya, rentang waktu buka instalasi farmasi atau apotek lebih
panjang dalam pelayanan farmasi dibandingkan praktek dokter, maka dengan
wujudnya penulisan resep diharapkan akan memudahkan pasien dalam mengakses
obat-obatan yang diperlukan sesuai dengan penyakit yang dihadapinya. Melalui
penulisan resep, peran dan tanggung jawab dokter dalam pengawasan distribusi
obat kepada masyarakat dapat ditingkatkan karena tidak semua golongan obat
dapat diserahkan kepada masyarakat secara bebas. Selain itu dengan adanya
penulisan resep, pemberian obat juga lebih rasional dengan adanya penulisan
resep dibandingkan dengan dispensing (obat diberikan sendiri oleh dokter), dokter
bebas memilih obat secara tepat, ilmiah dan selektif. Penulisan resep juga dapat
membentuk suatu pelayanan yang berorientasi kepada pasien (patient oriented),
dan penghindaran material oriented. Dalam masa yang sama, resep berperan juga
sebagai rekam medis (medical record) yang dapat dipertanggungjawabkan, maka
sifatnya adalah rahasia (Jas, 2009).
2.3.3 Kerahasiaan dan kode etik penulisan resep
Resep menyangkut sebagian dari rahasia jabatan kedokteran dan
kefarmasian. Oleh karena itu, tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada
apoteker karena resep menyangkut penyakit penderita, khususnya beberapa
penyakit di mana penderita tidak ingin orang lain mengetahuinya. Selain
kerahasiaan resep yang harus dijaga, terdapat kode etik dan kaidah penulisan
resep yang diperlukan bagi menjaga hubungan dan komunikasi kolegalitas yang
harmonis di antara profesional yang berhubungan, antara lain: medical care,
pharmaceutical care dan nursing care (Jas, 2009).
2.3.4 Format penulisan resep
Menurut Jas (2009), resep terdiri dari 6 bagian :
1. Inscriptio : nama dokter, no. SIP, alamat/telepon/HP/kota/tempat, tanggal
penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi.
Sebagai identitas dokter penulis resep. Format inscription suatu resep dari
rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.
2. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe”
artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan
apoteker.
3. Prescriptio/Ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang
diinginkan.
4. Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval
waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan
keberhasilan terapi.
5. Subscrioptio : yaitu tanda tangan/paraf dokter penulis resep berguna sebagai
legalitas dan keabsahan resep tersebut.
2.3.5 Prinsip penulisan resep di Indonesia
Setiap negara mempunyai ketentuan sendiri tentang informasi apa yang
harus tercantum dalam sebuah resep (WHO, 1994). Berikut ini prinsip penulisan
resep yang berlaku di Indonesia.
1. Obat ditulis dengan nama paten/dagang, generik, resmi atau kimia.
2. Karakteristik nama obat ditulis harus sama dengan yang tercantun di label
kemasan.
3. Resep ditulis dengan jelas di kop resep resmi.
4. Bentuk sediaan dan jumlah obat ditentukan dokter penulis resep.
5. Signatura ditulis dalam singkatan bahasa latin.
6. Pro atau peruntukan dinyatakan umur pasien.
2.3.6 Menulis resep
Resep ditulis pada kop format resep resmi dan harus menepati ciri-ciri
yang berikut:
1. Penulisan resep sesuai dengan format dan kaidah yang berlaku, bersifat
pelayanan medik dan informatif.
2. Penulisan resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang berarti ambillah atau
berikanlah.
3. Nama obat, bentuk sediaan, dosis setiap kali pemberian dan jumlah obat
kemudian ditulis dalam angka romawi dan harus ditulis dengan jelas.
a. Penulisan resep standar tanpa komposisi, jumlah obat yang diminta ditulis
dalam satuan mg, g, IU atau ml, kalau perlu ada perintah membuat bentuk
sediaan (m.f. = misce fac, artinya campurlah, buatlah).
ang saja dan jumlah sesuai dengan kemasannya.
4. Dalam penulisan nama obat karakter huruf nama obat tidak boleh berubah,
misal: Codein, tidak boleh menjadi Kodein.
Pharmaton F tidak boleh menjadi Farmaton F.
5. Signatura ditulis dengan jelas, tutup dan paraf.
6. Pro atau peruntukkan obat dan umur pasien ditulis, misalnya Tn. Amir, Ny.
Supiah, Ana (5 tahun).
7. Untuk dua sediaan, besar dan kecil. Bila dibutuhkan yang besar, tulis volume
sediaan sesudah bentuk sedíaan.
8. Untuk sediaan bervariasi, bila ada obat dua atau tiga konsentrasi, sebaiknya
tulis dengan jelas, misalnya: pediatric, adult, dan forte (Jas, 2009).
2.4 Kanker Payudara
2.4.1 Definisi kanker payudara
Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Kanker payudara merupakan salah satu bentuk
pertumbuhan sel atau pada payudara. Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah
satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang dapat berubah-ubah
tetapi masih dalam batas normal. Akan tetapi, jika sel metaplasia ini dipengaruhi
faktor lain maka akan menjadi sel displasia, yaitu sel yang berubah menjadi tidak
normal dan terbatas dalam lapisan epitel (lapisan yang menutupi permukaan yang
terbuka dan membentuk kelenjar-kelenjar). Dimana pada suatu saat sel-sel ini
akan berkembang menjadi kanker karena berbagai faktor yang mempengaruhi
2.4.2 Epidemiologi kanker payudara
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif
tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus
kanker payudara baru yang yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000
di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang
berkembang (Moningkey, 2000).
Kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker
leher rahim. Diperkirakan 10 dari 100.000 penduduk terkena kanker payudara dan
70% dari penderita memeriksakan dirinya pada keadaan stadium lanjut (Ana,
2007).
2.4.3 Etiologi kanker payudara
Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun,
banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan
dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara.
Faktor-faktor resiko tersebut adalah :
a) Jenis kelamin
Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker payudara
daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh
kanker payudara.
b) Faktor usia
Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap
sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat.
Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun.
Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor resiko
terjadinya kanker payudara.
d) Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya
Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas.
e) Faktor genetik
Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan
dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen
suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker
payudara adalah sebesar 80%.
f) Faktor hormonal
Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya kanker payudara.
g) Usia menarche
Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker
payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen.
h) Menopause
Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan resiko
kanker payudara 3 %.
i) Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun.
Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan
peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.
Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara
sebesar 30 % dibandingkan dengan wanita yang multipara.
k) Tidak menyusui
Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek
yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan
adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik
selama menyusui.
l) Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan
obesitas (Rasjidi dan Hartanto, 2009).
2.4.4 Stadium kanker payudara
American Joint Committee on Cancer Staging of Breast Carcinoma membagi
stadium karsinoma menjadi :
Stadium 0 Ductal Carsinoma In Situ (DCIS) dan Lobular Carsinoma In Situ
(LCIS).
Stadium I Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta kelenjar
getah bening negatif
Stadium IIA Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai
metastasis ke kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih
dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dan kelenjar getah bening negatif
Stadium IIB Karsinoma invasif dengan diameter lebih dari 2 cm tetapi kurang
dari 5 cm dengan kelenjar getah bening positif, atau karsinoma
Stadium IIIA Karsinoma invasif ukuran berapapun dengan kelenjar getah bening
terfiksasi atau karsinoma berukuran garis tengah lebih dari 5 cm
dengan metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi
Stadium IIIB karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada,
karsinoma yang manginvasi kulit, atau setiap karsinoma dengan
metastasis ke kelenjar getah bening
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan
secara objektif. Pengambilan data dilakukan secara prospektif, melalui
pengumpulan data dari kartu obat pasien kanker payudara di RSUP H. Adam
Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei 2014.
3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah kartu obat pasien kanker payudara di
RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Maret 2014-Mei 2014. Sampel
yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria
eksklusi.
Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum subyek yang dapat
diikutsertakan ke dalam penelitian. Adapun yang menjadi kriteria inklusi adalah:
a. Kartu obat pasien dengan diagnosis kanker payudara dengan/tanpa penyakit
penyerta, yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode
Maret 2014-Mei 2014.
b. Perempuan dengan batasan usia 30-70 tahun.
Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subyek tidak
dapat diikutsertakan. Adapun yang menjadi kriteria eksklusi adalah kartu obat
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan
Maret 2014-Mei 2014.
3.4 Definisi Operasional
a. Kasus kanker payudara adalah pasien yang terdiagnosis kanker payudara di
RSUP H. Adam Malik Medan periode Maret 2014-Mei 2014 yang mendapat
terapi dengan kemoterapi baik secara injeksi maupun oral, berdasarkan data
dari kartu obat pasien.
b. Resep lengkap adalah resep yang memuat tanggal/bulan/tahun penulisan
resep, mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas, tanda R/
pada setiap sediaan, obat tunggal ditulis nama generik, obat kombinasi ditulis
sesuai nama formularium dilengkapi bentuk, kekuatan, jumlah sediaan, obat
racikan ditulis nama jenis/bahan obat (untuk bahan padat: mikrogram,
milligram, gram; untuk cairan: tetes, milliliter, liter) dan jumlah bahan obat
(bahan padat), aturan pakai (frekuensi, dosis, rute), identitas pasien (nama
lengkap, tanggal lahir), untuk anak ditulis berat badan pasien, untuk resep
kemoterapi dicantumkan luas permukaan tubuh (body surface area), nama dan
tanda tangan dokter.
c. Resep tidak terbaca adalah petunjuk/perintah dokter yang tidak terbaca
sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam melayaninya.
d. Salah penulisan resep adalah kesalahan yang terjadi akibat resep ditulis tidak
e. Salah dosis adalah salah dalam menentukan takaran dosis obat yang diterima
tubuh manusia.
f. Salah nama obat adalah suatu kesalahan dalam memberikan obat yang tidak
sesuai dengan nama obat yang diminta.
g. Salah bentuk sediaan adalah kesalahan dalam memberikan suatu obat dengan
bentuk sediaan yang tidak sesuai dengan yang diminta.
h. Salah kuantitas adalah salah dalam menentukan jumlah obat yang digunakan
dalam pengobatan.
i. Salah rute adalah suatu kesalahan dalam pemberian obat yang mengakibatkan
kejadian buruk yang terjadi pada pasien.
j. Duplikasi adalah suatu kejadian didalam pengobatan terdapat dua obat atau
lebih yang isi dan khasiatnya sama.
k. Interaksi obat adalah suatu kejadian yang terjadi karena antar obat berinteraksi
yang menghasilkan efek buruk.
l. Tidak sesuai kebijakan adalah merupakan obat-obat berbahaya yang diatur
tata cara penggunaannya.
m. Salah pasien adalah suatu kesalahan yang terjadi karena obat diberikan pada
pasien yang tidak sesuai dengan nama di kartu obat pasien.
n. Salah obat adalah suatu kesalahan dalam memberikan obat yang tidak sesuai
dengan yang diminta.
o. Salah formulasi adalah suatu kesalahan akibat kesalahan dalam
mencampurkan bahan berkhasiat obat.
p. Salah etiket adalah salah dalam memberikan etiket atau petunjuk penggunaan
q. Obat tidak dikemas adalah keadaan suatu bahan obat tidak berada dalam
kemasan yang seharusnya.
r. Obat kadaluarsa adalah suatu keadaan obat tidak dapat digunakan karena
sudah melewati ambang batas obat tersebut masih baik digunakan.
s. Pemberian infus tanpa label adalah suatu keadaan infus tidak dilengkapi label
dan petunjuk yang jelas.
t. Salah waktu pemberian adalah kesalahan dalam waktu memberikan obat
kepada pasien.
u. Obat tidak diberi adalah suatu kesalahan yang terjadi akibat obat tidak diberi
kepada pasien.
v. Reaksi efek samping obat adalah suatu kejadian yang terjadi antar obat yang
meninmbulkan reaksi efek samping obat yang merugikan pasien.
3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu data sekunder berupa kartu obat
pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret
2014-Mei 2014.
3.5.2 Teknik pengumpulan data
Pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan kartu obat pasien
kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014-Mei
2014. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
a. mengelompokkan data kartu obat pasien berdasarkan kriteria inklusi.
b. mengelompokkan identitas, pengobatan yang diberikan, data klinis, dan data
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dibuat rekapitulasi dalam
tabel yang memuat tentang Prescribing Error, Dispensing Error, Administration
Error kemudian dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengidentifikasi Medication
Error yang tersaji dalam bentuk tabel.
3.7 Bagan Alur Penelitian
[image:39.595.115.509.270.491.2]Adapun gambar pelaksanaan penelitian adalah seperti pada gambar berikut :
Gambar 2 Bagan Alur Penelitian. 3.8 Langkah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat
melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan.
b. Menghubungi Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan untuk
mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data, dengan
mem-
bawa surat rekomendasi dari fakultas.
Prescribing Error
Penentuan Kriteria
Identifikasi
Dispensing Error Administration Error
b. Menghubungi Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan untuk
mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data, dengan
membawa surat rekomendasi dari fakultas.
c. Mengelompokkan data dari kartu obat pasien yang tersedia di RSUP H. Adam
Malik Medan.
d. Menganalisis data dan informasi yang diperoleh sehingga didapatkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dari catatan kartu obat pasien di RSUP H.
Adam Malik Medan periode Maret 2014-Mei 2014 diperoleh data seluruh pasien
kasus kanker payudara di ruangan pencampuran obat kemoterapi di RSUP H.
Adam Malik Medan sebanyak 105 pasien. Penyajian data umur yang ditemukan
[image:41.595.116.518.361.466.2]pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data umur pasien kasus kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.
No. Umur pasien Frekuensi
1 < 20 tahun
-2 21 – 40 tahun 14
3 41 – 60 tahun 71
4 > 60 tahun 20
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur pasien yang terkena
kanker payudara berumur 41 sampai dengan 60 tahun yaitu 71 orang.
Data yang didapatkan dari kartu obat pasien yang memenuhi kriteria
inklusi sebanyak 105 pasien, dan tidak ada ditemukan satu pun kriteria ekslusi
pada penelitian ini, sehingga total subyek yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 105 pasien dengan 228 jumlah obat sitostatika yang diberikan.
Karakteristik medication error pada penyakit kanker payudara dapat dilihat pada
Tabel 4.2 Medication error kategori prescribing error, dispensing error,
administration error yang terjadi pada pasien kanker payudara di ruang
pencampuran obat kemoterapi RSUP H. Adam Malik pada bulan Maret 2014–Mei 2014.
No. Prescribing Error
Jumlah Medication
Error
%
1 Resep tidak terbaca 0 0 2 Resep/KOP tidak lengkap 91 86,7 3 Salah penulisan resep 0 0
4 Salah dosis 0 0
5 Salah nama obat 0 0 6 Salah bentuk sediaan 0 0 7 Salah kuantitas/jumlah 42 40
8 Salah rute 0 0
9 Duplikasi 0 0
10 Interakasi Obat 0 0 11 Tidak sesuai kebijakan 0 0
No. Dispensing Error Medication Jumlah
Error
%
1 Salah pasien 0 0
2 Salah obat 0 0
3 Salah formulasi 0 0 4 Salah dosis/kekuatan 0 0 5 Salah kuantitas/jumlah 0 0
6 Salah etiket 0 0
7 Obat tidak dikemas 0 0 8 Obat kadaluarsa 0 0
No. Administration Error Medication Jumlah
Error
%
1 Pemberian infus tanpa label 0 0
2 Salah pasien 0 0
3 Salah obat 0 0
4 Salah rute 0 0
Frekuensi penggunaan obat sitostatika pada pasien yang terkena kanker
payudara di ruang pencampuran obat kemoterapi di RSUP H. Adam Malik pada
[image:43.595.115.507.209.391.2]bulan Maret 2014-Mei 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Frekuensi penggunaan obat sitostatika yang terkena kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan
No. Nama Obat (Generik) Frekuensi % 1 Doxorubicin 78 34,2
2 5-FU 23 10,1
3 Episindan 2 0,9
4 Cyclophosfamid 23 10,1
5 Herceptin 4 1,8
6 Cysplatin 16 7,1
7 Novelbin 2 0,9
8 Leucoferin 2 0,9
9 Taxotere 4 0,9
10 Paclitaxel 74 0,4
Jumlah 228 100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ditemukan 228 penggunaan obat
sitostatika. Pengobatan kanker dengan kemoterapi telah dibuktikan lebih efektif
jika digunakan secara kombinasi dua atau lebih jenis obat. Hal ini dimaksudkan
untuk mencapai efek tambahan atau efek sinergis. Obat-obat yang digunakan
secara kombinasi hendaknya telah menunjukkan efektivitas ideal pada
penggunaan tunggal, memiliki mekanisme yang berbeda satu dengan yang lain,
dan memiliki profil toksisitas yang berbeda sehingga dapat digunakan pada dosis
optimal (Walker dan Edwards, 2001).
Kombinasi obat-obat sitotoksik yang sering dipakai antara lain
fluorourasil, doksorubisin, dan siklofosfamid; siklofosfamid, epirubisin dan
fluorourasil; doksorubisin dan siklofosfamid; siklofosfamid, metrotreksat dan
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi tertinggi ketidaklengkapan
resep yang dapat memicu terjadinya medication error adalah pada kategori
prescribing error yaitu resep/KOP tidak lengkap sebanyak 91 kasus dengan
persentase 86,7% dan salah kuantitas sebanyak 42 kasus dengan persentase 40%,
sedangkan pada variabel lain tidak ada terjadi medication error kategori
prescribing error.
Berdasarkan hasil pengamatan kejadian medication error kategori
dispensing error dan administration error tidak terjadi sama sekali. Pada kategori
dispensing error tidak ditemukan adanya kesalahan karena beberapa hal
diantaranya adalah sumber daya manusia yang bekerja di instalasi farmasi bekerja
sesuai farmasi klinis. Hal ini mungkin disebabkan para farmasis sering mengikuti
pelatihan-pelatihan atau seminar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
farmasisnya. Kemudian hal lain yang menyebabkan tidak terjadi error
dikarenakan oleh handling cytotoxic sudah bagus karena sudah standar JCI (Joint
Commision International), dimana sarana dan prasarana yang sudah baik seperti
pada ruang pencampuran obat kemoterapi memiliki sistem satu pintu serta
dilakukannya double checking pada proses dispensing dengan harapan medication
error dapat diketahui sebelum obat sampai kepada perawat atau pasien. Dapat
dilihat gambar ruangan pada lampiran 4 hal. 42.
Kemudian pada kategori administration error juga tidak terjadi medication
error. Hal itu disebabkan karena pasien sudah memiliki barcode name sehingga
mencegah kesalahan pemberian. Gambar dapat dilihat pada lampiran 4 hal. 42.
hanya kepada farmasis dan mahasiswa tetapi juga kepada perawat-perawat yang
bertugas di ruang rawat/bangsal. Para farmasis memberikan pelatihan kepada para
perawat mengenai cara pemberian obat, dosis dan aturan pakai. Sehingga kejadian
medication error pada fase administration error dapat diminimalisir. Selain itu,
tuntutan dari sistem JCI (sistem akreditasi rumah sakit yang bertaraf
Internasional) memungkinkan peran apoteker dan perawat untuk mencegah
terjadinya hal itu.
Error yang terjadi pada parameter resep/KOP tidak lengkap dari kategori
[image:45.595.114.508.388.493.2]prescribing error dapat dilihat dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Medication error pada parameter resep/KOP tidak lengkap dari kategori prescribing error.
No. Resep/KOP tidak lengkap Jumlah
1 Tanggal resep 5
2 Nomor rekam medis 33
3 Nama dan tanda tangan dokter 2
4 Nama sesuai formularium nasional 86
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat error pada parameter resep/KOP tidak
lengkap misalnya ditemukan kasus pada tanggal resep. Hal ini merupakan faktor
penting yang harus di lengkapi yang digunakan untuk dokumentasi resep. Sebab
apabila terjadi suatu hal yang tidak diinginkan dapat lebih mudah dilacak dengan
mengingat tanggal dan bulan berapa resep tersebut diberikan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 5 kasus. Selain itu, ditemukan kasus yang
termasuk resep/KOP tidak lengkap yaitu nomor rekam medis. Hal ini juga perlu
untuk pelacakan apabila dibutuhkan data pasien secara lengkap jika terjadi
sebanyak 33 kasus. Hal lain yang ditemukan dalam masalah resep/KOP tidak
lengkap yaitu nama dan tanda tangan dokter. Hal ini merupakan persyaratan dari
suatu resep lengkap yaitu nama dokter dan tanda tangan harus diisi oleh dokter
yang berwenang memberi resep obat untuk kanker di RSUP H. Adam Malik
Medan. Peraturan tersebut harus diawasi dengan ketat karena dikhawatirkan ada
dokter-dokter yang menuliskan resep untuk kanker yang tidak memiliki izin
dalam menuliskan resep kanker yang akhirnya memberikan dampak negatif
terhadap kesembuhan pasien atau bahkan mencelakai pasien. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 2 kasus. Obat tunggal seharusnya ditulis
dengan nama generik namun pada kenyataannya masih banyak yang dituliskan
dengan nama selain nama generik. Hal ini sangat penting dilakukan karena obat
kanker adalah obat yang sitotoksik yang apabila salah dalam memberikan obat
akan berakibat fatal terhadap kesembuhan pasien. Hal itu ditunjukkan dari jumlah
kejadian yang ditemukan yaitu 86 kasus.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa medication error banyak terjadi
pada karakteristik Prescribing Error (PE) itu berarti masih banyak obat yang
diresepkan tidak sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit yang digunakan di
RSUP H.Adam Malik Medan. Apabila ke-3 kategori tersebut ditampilkan dalam
bentuk diagram maka akan seperti yang tertera di bawah ini.
Gambar 3 : Diagram karakteristik medication error pada resep kanker payudara.
2
0 0
0 5
Karakteristik medication error yang diamati dari catatan kartu obat pasien
menunjukkan tingkat kesalahan paling tinggi pada karakteristik Prescribing Error
(PE), hal itu menunjukkan tingginya kesalahan pada saat peresepan, kemudian
tidak terdapat kesalahan pada karakteristik Dispensing Error (DE) yang terjadi
pada saat pencampuran obat dan tidak terdapat kesalahan pada Administration
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan Medication Error pada pasien
penyakit kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan
karakteristik:
1. Pada Prescribing Error (PE) peneliti hanya mendapatkan error yang terjadi
yaitu resep/KOP tidak lengkap 86,7%, dan salah kuantitas/jumlah 40% dan
selebihnya tidak terjadi kesalahan.
2. Pada Dispensing Error (DE) peneliti tidak mendapatkan error yang terjadi
artinya peran seorang apoteker telah mengikuti sistem.
3. Pada Administration Error (AE) peneliti tidak mendapatkan error yang terjadi
artinya peran seorang perawat sudah bekerja dengan baik.
5.2Saran
1. Untuk penegakan disiplin terapi pengobatan pada pasien penyakit kanker payudara maka diharapkan dokter DPJP (Dokter Penanggung Jawab
Pasien)/PPDS mempunyai izin praktik di RSUP.H.Adam Malik Medan
memberikan resep dengan benar sesuai yang dibutuhkan pasien.
2. Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap peran dari dokter, apoteker dan perawat agar medication
DAFTAR PUSTAKA
Agustria, Z.S., (2006). ”Kemoterapi”, dalam Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Hal. 359.
Aiken, L.H., Clarke S.P., Sloane, D.M. (2002). Hospital nurse staffing and
drug-dispensing system in a hospital pharmacy. Clinics: Hal. 325-332.
Ana, K. (2007). Panduan Lengkap kesehatan Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta. Hal. 97-123.
Andi, T. (2012). Faktor Penyebab Medication Error di RSUD Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.
Anief, M. (2000). Peraturan Perundang-undangan Farmasi. Dalam: Anief M., ed.
Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Hal. 10-22.
Ariani, N.W. 2005. Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Resep Dokter
Anak di Apotek-Apotek Kota Yogjakarta Bagian Barat Tahun 2003.
Skripsi Program Studi Sarjana Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hal. 4.
Cipolle, R.S., Strand, L.M., Morley, P.C. (1998). Pharmaceutical Care Practice.
New York: MC Graw Hill. Hal. 73-119.
Cohen, M.R., Basse., Myers. (1991). Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R., (Ed), Medication Error, American Pharmaceutical Association. Washington, DC. Hal. 230-240.
Depkes RI. (1992). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992. Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.
Depkes RI. (2004). Keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Depkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147. Perizinan Rumah Sakit. Jakarta.
Depkes RI. (2008). Tanggungjawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien
(Patient safety). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta.
Depkes RI. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 147/Menkes/PER/I/2010. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Dwiprahasto, I., (2006). “Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Risiko Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer,”Jurnal Berkala
Ilmu Kedokteran 2006, XXXVIII
diakses tanggal 17 Mei 2014.
Hartayu, T.S., Aris, W. (2005). Kajian Kelengkapan Resep yang Berpotensi Menimbulkan Medication Error di 2 Rumah Sakit dan 10 Apotek di Yogyakarta. Hal. 89-100. Tersedia:
Haskell, C.M. (1985). Cancer Treatment. Edisi kedua. Philadelphia: W.B. Saunders Company. Hal.137-139.
Jas, A. (2009). Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep. Edisi Kedua. Medan: Universitas Sumatera Utara Press. Hal. 1-15.
Kasdu. (2005). Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara. Hal. 45-68.
Kemenkes. (2011). Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI. Hal. 98-107.
Kemenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Levine, M.N., Bramwell, V.H., Pritchard, K.I. (1998). “Randomized Trial of Intensive Cyclophosphamide, Epirubicin, and Fluorouracil Chemotherapy Compared With Cyclophosphamide, Methotrexate, and Fluorouracil in Premenopausal Women With Node-Positive Breast Cancer, National Cancer Institute of Canada Clinical Trials Group,” J Clin Oncol, 16 (8): 2651-8.
Moningkey, S. (2000). Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari 2000. Jakarta. Hal. 40-55 http://stetoskopmerah.blogspot.com/2009/04/aspek-klinis-dan-epidemiologis-penyakit.html Diakses pada 23 Mei 2104.
Rasjidi, I dan Hartanto, A. (2009). Kanker Payudara. Dalam: Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto. Hal. 51-91
Robbins. (2007). Buku Ajar Patologi. Edisi ketujuh. Jakarta: EGC. Hal 57-70.
Siregar, J.P.C dan Amalia, L. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC. Hal. 7, 13-15, 17-19.
Syamsuni, H.A. (2006). Konsep Kefarmasian. Dalam: Elviana E. & Syarief W.
R.(eds). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 1- 38.
Taneja, W.C.N., Wiegmann, D. (2004). The Role of Perception in Medication Errors : Implications for Non-Technological Interventions. Hal. 172-176.
Tjahjadi, G. (1995). Patologi Tumor Ganas Payudara, Kursus Singkat Deteksi Dini dan Pencagahan Kanker. 6-8 November. FKUI-POI. Jakarta. Hal.
25-30.
Diakses pada 23 Mei 2014.
Walker, R., Edwards, C. (2001). Clinical Pharmacy and Therapeutics, edisi kedua, Churchill Livingstone: An Imprint of Harcourt Publisher Limited. London UK. Hal. 401-423.
Lampiran 2. Daftar Medication Error di RSUP H. Adam Malik Medan
I. Prescribing Error (PE)
PE 1 Resep tidak dapat dibaca
PE 2 Resep / KOP tidak lengkap ( tidak ada tanggal / bulan / tahun penulisan resep, nama pasien, No MR (Barcode), BB pasien anak dan diagnosa pasien (khusus KOP), asal resep / KOP, bentuk, kekuatan, jumlah sediaan yang diminta, signa / aturan pakai, nama dan tanda tangan dokter, dsb; lihat pengertian resep lengkap). Dalam Kebijakan yang dimaksud resep lengkap adalah resep yang memuat tanggal / bulan / tahun penulisan resep, mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas, tanda R/ pada setiap sediaan, obat tunggal ditulis nama generik, obat kombinasi ditulis sesuai nama formularium dilengkapi bentuk, kekuatan, jumlah sediaan, obat racikan ditulis nama jenis/bahan obat (untuk bahan padat: microgram, milligram, gram; untuk cairan: tetes, milliliter, liter) dan jumlah bahan obat (bahan padat), aturan pakai (frekuensi, dosis, rute), identitas psien (nama lengkap, tanggal lahir), untuk anak ditulis berat badan pasien, untuk resep kemoterapi dicantumkan luas permukaan tubuh (body surface area), nama dan tanda tangan dokter.
PE 3 Salah penulisan resep, misal penulisan IU → Unit Internasional, penulisan jumlah obat No.XXXXX → L, XXXXV → XLV
PE 4 Salah dosis / kekuatan / frekuensi, misal: NKR 5mg → NKR 2,5mg; Renadinac 500mg → 25 atau 50mg, Ranitidin tab 3x1 → 2x1
PE 5 Salah nama obat, misal: ditulis sutinol → sistenol; Ocsuferin → Oxoferin
PE 6 Salah bentuk sediaan: Depakote tube → botol; Insulin Amp → vial/pen
PE 7 Salah kuantitas / jumlah PE 8 Salah rute
PE 9 Duplikasi PE 10 Interaksi Obat
II. Dispensing Error (DE) DE 1 Salah pasien
DE 2 Salah Obat, misal: Irvebal → Irbedox
DE 3 Salah formulasi / bentuk sediaan, misal : Depakote ER 250mg → Depakote 250mg; Antasida tab → Antasida Syr
DE 4 Salah dosis / kekuatan, misal: Captopril 12,5mg → Captopril 25mg DE 5 Salah kuantitas / jumlah
DE 6 Salah etiket ( salah nama pasien, frekuensi, petunjuk penggunaan obat)
DE 7 Salah Alkes (jenis, kekuatan, jumlah), misal: diminta Folley Cath → diberi Suction Cath; diminta Abbocath No.22 → diberi Abbocath No. 20; diminta spuit 3 cc 3 buah → diberi hanya 1 buah.
DE 8 Obat tidak dikemas
DE 9 Obat kadaluarsa / rusak / stabilitas, misal: obat tablet berubah warna, Manitol berkristal
DE 10 Lain-lain
III. Administration Error (AE) AE 1 Pemberian infuse tanpa label
AE 2 Salah pasien, misal: pemberian infuse dengan label nama pasien lain AE 3 Salah obat
AE 4 Salah rute
AE 5 Salah waktu pemberian AE 6 Obat tidak diberi
Lampiran 4. Gambar alat-alat diruangan pencampuran kemoterapi
Gambar pintu resep masuk
[image:56.595.180.417.544.727.2]
Gambar lemari pendingin obat-obat kemoterapi
Gambar obat-obat sitotoksik Gambar lemari penyimpanan obat kemoterapi
[image:57.595.111.513.76.654.2]Gambar wastafel Gambar pintu obat masuk kedalam ruang steril