• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien terhadap Keberhasilan Terapi Hipertensi di Puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien terhadap Keberhasilan Terapi Hipertensi di Puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara Tahun 2015"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN PASIEN

TERHADAP KEBERHASILAN TERAPI HIPERTENSI

DI PUSKESMAS DI KECAMATAN TANJUNG TIRAM

KABUPATEN BATUBARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

EKANITHA SAHARA

NIM 131524097

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN PASIEN

TERHADAP KEBERHASILAN TERAPI HIPERTENSI

DI PUSKESMAS DI KECAMATAN TANJUNG TIRAM

KABUPATEN BATUBARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH

EKANITHA SAHARA

NIM 131524097

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN PASIEN TERHADAP KEBERHASILAN TERAPI HIPERTENSI DI PUSKESMAS

DI KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATUBARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015

OLEH

EKANITHA SAHARA NIM 131524097

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 17 Desember 2015

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dr. Wiryanto, M.S., Apt Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt NIP 19510251980021001 NIP 197802152008122001

Khairunnisa, S.Si., M.Pharm.,Ph.D., Apt Dosen Pembimbing II, NIP 197802152008122001

Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt. NIP 197803142005011002 NIP 197806032005012004

Dr. Poppy Anjelisa Z. Hsb., S.Si., M.Si., Apt NIP 197506102005012003

Medan, Januari 2016 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pejabat Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Evaluasi Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien terhadap Keberhasilan Terapi Hipertensi di Puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara tahun 2015, serta shalawat beriring salam untuk Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

(5)

dr. Henry Sibarani, M.Kes., selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan penelitian di Puskesmas. Ibu dr. Hj. Dewi Chailaty, M.Kes., selaku kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batubara, Bapak dr. Sarbaini, selaku kepala Puskesmas Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram dan Ibu dr. Rodiah Napsah, selaku kepala Puskesmas Tanjung Tiram Kecamatan Tanjung Tiram yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada Ayahanda Khairul dan Ibunda Lisnawati, yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tiada ternilai dengan apapun, pengorbanan baik materi maupun motivasi beserta doa yang tulus yang tidak pernah berhenti. Adik tercinta Nanda Gunawan Islami serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberi semangat. Sahabat-sahabat terbaik penulis Foda Faronadeges Siregar, Yuliana Fransiska Ginting, Devi Riati, Fani Tazrina Sinaga, Amd., Ardi, Ovilia, kak fia, Aini, dan seluruh teman khususnya Ekstensi Farmasi 2013 yang telah banyak membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2016 Penulis,

(6)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN PASIEN TERHADAP KEBERHASILAN TERAPI HIPERTENSI DI PUSKESMAS

DI KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATUBARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang bahkan seumur hidup. Pengetahuan mengenai hipertensi dan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat harian merupakan faktor penting untuk mencapai kesuksesan terapi hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara pengetahuan dan kepatuhan pasien terhadap keberhasilan terapi hipertensi.

Penelitian ini menggunakan metode survei cross-sectional. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive random sampling. Dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bagian kuesioner yaitu data demografi, data klinis, tingkat pengetahuan, dan tingkat kepatuhan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015. Jumlah subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Penelitian ini dilakukan di 2 puskesmas di kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi mayoritas pada rentang usia 46-55 tahun sebanyak 40 orang (40%), mayoritas degan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 58 orang (58%), mayoritas pendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 71 orang (71%), mayoritas pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 43 orang (43%), dan yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada keluarga yaitu sebanyak 74 orang (74%). Mayoritas pasien memiliki tingkat pengetahuan cukupyaitu sebanyak 56 orang (56%) dan tingkat kepatuhan rendah sebanyak 69 orang (69%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05) antara karakteristik demografi pasien dengan tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan. Pada tingkat pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05). Pada tingkat pengetahuan terhadap keberhasilan terapi hipertensi tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05). Pada tingkat kepatuhan terhadap keberhasilan terapi hipertensi terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05).

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keberhasilan terapi hipertensi dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan, namun tidak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Dengan meningkatnya kepatuhan pasien terhadap pengobatan, maka meningkat pula keberhasilan terapi hipertensi tersebut.

(7)

THE INFLUENCE OF PATIENT KNOWLEDGE AND ADHERENCE ON HYPERTENSION THERAPY SUCCESS IN HEALTH CENTER IN DISTRICT TANJUNG TIRAM BATUBARA NORTH SUMATERA 2015

ABSTRACT

Hypertension is a chronic disease that requires treatment in the longeven a lifetime. Knowledge of hypertension and patient adherence in taking medication daily is an important factor for the therapy hypertension success.

This research to determine the relationship between knowledge and adherence on hypertension therapy success. This researchmethod is cross sectional. A sampling tecnique by purposive random sampling. In this research, there were 4 (four) parts of questionnaire that demographic data, clinical data, the level ofknowledge, and the level of adherence. The research was conducted in May – June 2015. The number of subject in this research amounted 100 peoples. This research was conducted in health center in district Tanjung tiram Batubara North Sumatera.

The result showed that the majority of the respondents that suffered from hypertension were at the age of 46- 55 years amounted 40 persons (40%), the majority of sex in women amounted 58 persons (58%), the majority of elementary school education in amounted 71 persons (71%), the majority of jobs in

enterpreneur amounted 53 persons (53%), and the patients that didn’t have history

of hypertension in their family amounted 74 persons (74%), the majority of the medium knowledge level amounted 56 persons (56%), and the majority of the low adherence level amounted 69 persons (69%). Statistical analysis showed that there were no significant differences between the characteristics of patient with knowledge and adherence levels. At the level of knowledge on the level adherence was no significant difference (p>0.05). At the level of knowledge on the therapeutic efficacy of hypertension was no significant difference (p>0.05). At the level of adherence on the therapeutic efficacy of hypertension there was significant difference (p<0.05).

Based on this research it can was concluded that the hypertension therapy sucsess was influenced by the level of adherence,but not influenced by the level of knowledge. With the increasing of patient adherence, ithe therapeutic efficacy of hypertension would also increase.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 3

1.3 Perumusan Masalah ... 3

1.4 Hipotesis ... 4

1.5 Tujuan Penelitian ... 4

(9)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi ... 6

2.2 Penyebab Hipertensi ... 7

2.3 Diagnosis Hipertensi ... 8

2.3.1 Gejala Klinik ... 8

2.3.2 Pemeriksaan Tekanan Darah ... 8

2.4 Penatalaksanaan Hipertensi ... 9

2.4.1 Non Farmakologi ... 9

2.4.2 Farmakologi ... 11

2.4.2.1 Diuretika ... 11

2.4.2.2 Alfa-blocker ... 11

2.4.2.3 Obat-obat Penyekat β-adrenoseptor ... 12

2.4.2.4 ACE Inhibitor ... 12

2.4.2.5 Antagonis Angiotensin II ... 12

2.4.2.6 Penyekat Kanal Kalsium ... 13

2.4.2.7 Vasodilator ... 13

2.5 Pengetahuan ... 13

2.5.1 Pengetahuan tentang Kesehatan ... 16

(10)

Terapi ... 16

2.5.3 Cara Mengukur Pengetahuan ... 17

2.6 Kepatuhan ... 17

2.6.1 Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kepatuhan ... 17

2.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan . 18

2.6.3 Metode Pengukuran Tingkat Kepatuhan ... 19

2.6.4 Pengaruh Kepatuhan terhadap Keberhasilan Terapi Hipertensi ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Populasi dan Sampel ... 21

3.2.1 Populasi ... 21

3.2.2 Sampel ... 21

3.3 Waktu Penelitian ... 22

3.4 Lokasi Penelitian ... 22

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.5.1 Kuesioner Pengetahuan ... 23

3.5.2 Kuesioner Kepatuhan ... 24

(11)

3.6 Penilaian Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan ... 24

3.6.1 Penilaian Tingkat Pengetahuan ... 24

3.6.2 Penilaian Tingkat Kepatuhan ... 25

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 25

3.7.1 Pengolahan Data ... 25

3.7.2 Analisis Data ... 26

3.8 Langkah Penelitian ... 26

3.9 Definisi Operasional ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Data Demografi ... 29

4.2 Data Klinis ... 31

4.2.1 Tekanan Darah ... 31

4.2.2 Penggunaan Obat Antihipertensi ... 33

4.3 Tingkat Pengetahuan Mengenai Hipertensi ... 33

4.4 Tingkat Kepatuhan ... 37

4.5 Hubungan Karakteristik Pasien Hipertensi dengan Tingkat pengetahuan ... 38

4.6 Hubungan Karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan ... 40

(12)

4.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Keberhasilan

Terapi Hipertensi ... 43

4.9 Hubungan Tingkat Kepatuhan dengan Keberhasilan Terapi Hipertensi ... 44

BAB V KESIMPULAN dan SARAN ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 46

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII ... 6

3.1 Defenisi operasional dari karakteristik pasien hipertensi ... 28

4.1 Distribusi frekuensi pasien hipertensi berdasarkan karakterisasi pasien ... 29

4.2 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan kategori perubahan tekanan darah ... 32

4.3 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan kategori keberhasilan terapi hipertensi ... 32

4.4 Distribusi pasien berdasarkan penggunaan jenis antihipertensi .. 33

4.5 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan tingkat pengetahuan ... 34

4.6 Pengetahuan umum pasien hipertensi mengenai hipertensi ... 34

4.7 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai gejala hipertensi ... 35

4.8 Pengetahuan pasien mengenai faktor resiko hipertensi ... 36

4.9 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai komplikasi hipertensi ... 36

4.10 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai penatalaksanaan dan pencegahan hipertensi ... 36

4.11 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan tingkat kepatuhan ... 38

4.12 Hasil analisis hubungan karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat pengetahuan ... 39

4.13 Hasil analisis hubungan karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan ... 40

4.14 Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien 42

4.15 Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan keberhasilan terapi Hipertensi ... 43

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1 Surat permohonan data dan izin melakukan penelitian ... 50

2 Surat izin pengambilan data dan izin penelitian ... 51

3 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian ... 54

4 Lembar persetujuan menjadi responden ... 56

5 Data demografi pasien ... 57

6 Data klinis pasien ... 58

7 Kuesioner pengetahuan ... 59

8 Kuesioner kepatuhan Morisky ... 60

9 Ethical Clearence ... 61

10 Uji Reabilitas ... 62

11 Uji normalitas ... 63

(16)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN PASIEN TERHADAP KEBERHASILAN TERAPI HIPERTENSI DI PUSKESMAS

DI KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATUBARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang bahkan seumur hidup. Pengetahuan mengenai hipertensi dan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat harian merupakan faktor penting untuk mencapai kesuksesan terapi hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara pengetahuan dan kepatuhan pasien terhadap keberhasilan terapi hipertensi.

Penelitian ini menggunakan metode survei cross-sectional. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive random sampling. Dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bagian kuesioner yaitu data demografi, data klinis, tingkat pengetahuan, dan tingkat kepatuhan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015. Jumlah subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Penelitian ini dilakukan di 2 puskesmas di kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi mayoritas pada rentang usia 46-55 tahun sebanyak 40 orang (40%), mayoritas degan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 58 orang (58%), mayoritas pendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 71 orang (71%), mayoritas pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 43 orang (43%), dan yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada keluarga yaitu sebanyak 74 orang (74%). Mayoritas pasien memiliki tingkat pengetahuan cukupyaitu sebanyak 56 orang (56%) dan tingkat kepatuhan rendah sebanyak 69 orang (69%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05) antara karakteristik demografi pasien dengan tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan. Pada tingkat pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05). Pada tingkat pengetahuan terhadap keberhasilan terapi hipertensi tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05). Pada tingkat kepatuhan terhadap keberhasilan terapi hipertensi terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05).

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keberhasilan terapi hipertensi dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan, namun tidak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Dengan meningkatnya kepatuhan pasien terhadap pengobatan, maka meningkat pula keberhasilan terapi hipertensi tersebut.

(17)

THE INFLUENCE OF PATIENT KNOWLEDGE AND ADHERENCE ON HYPERTENSION THERAPY SUCCESS IN HEALTH CENTER IN DISTRICT TANJUNG TIRAM BATUBARA NORTH SUMATERA 2015

ABSTRACT

Hypertension is a chronic disease that requires treatment in the longeven a lifetime. Knowledge of hypertension and patient adherence in taking medication daily is an important factor for the therapy hypertension success.

This research to determine the relationship between knowledge and adherence on hypertension therapy success. This researchmethod is cross sectional. A sampling tecnique by purposive random sampling. In this research, there were 4 (four) parts of questionnaire that demographic data, clinical data, the level ofknowledge, and the level of adherence. The research was conducted in May – June 2015. The number of subject in this research amounted 100 peoples. This research was conducted in health center in district Tanjung tiram Batubara North Sumatera.

The result showed that the majority of the respondents that suffered from hypertension were at the age of 46- 55 years amounted 40 persons (40%), the majority of sex in women amounted 58 persons (58%), the majority of elementary school education in amounted 71 persons (71%), the majority of jobs in

enterpreneur amounted 53 persons (53%), and the patients that didn’t have history

of hypertension in their family amounted 74 persons (74%), the majority of the medium knowledge level amounted 56 persons (56%), and the majority of the low adherence level amounted 69 persons (69%). Statistical analysis showed that there were no significant differences between the characteristics of patient with knowledge and adherence levels. At the level of knowledge on the level adherence was no significant difference (p>0.05). At the level of knowledge on the therapeutic efficacy of hypertension was no significant difference (p>0.05). At the level of adherence on the therapeutic efficacy of hypertension there was significant difference (p<0.05).

Based on this research it can was concluded that the hypertension therapy sucsess was influenced by the level of adherence,but not influenced by the level of knowledge. With the increasing of patient adherence, ithe therapeutic efficacy of hypertension would also increase.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau

tekanan diastolik ≥90 mmHg. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan

tanpa gejala, dimana tekanan yang tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Ruhyanudin, 2006).

Menurut WHO dan the international society of hypertension (ISH) yang dikutip oleh Rahajeng dan Tuminah (2009), hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini dan disebut sebagai the silent killer. Diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi di Amerika. Saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia. Menurut data Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010 dari WHO menyebutkan, di kawasan Asia Tenggara 36 persen orang dewasa menderita hipertensi. Sesuai dengan data WHO bulan september 2011, menyebutkan bahwa hipertensi menyebabkan 8 juta kematian pertahun diseluruh dunia dan 1,5 juta kematian pertahun di wilayah Asia Tenggara (WHO, 2011).

(19)

ekonomi, lingkungan, dan perubahan struktur penduduk turut andil dalam menyebabkan kenaikan prevalensi hipertensi. Masyarakat mulai mengadopsi hidup tidak sehat seperti merokok, kurang aktivitas fisik, konsumsi makanan tinggi lemak dan kalori, serta mengkonsumsi alkohol (Harijanto, dkk., 2014). Mengingat morbiditas dan mortalitas tinggi karena hipertensi, dan mengetahui bahwa jika pasien memiliki pengetahuan tentang penyakit ini, pasien akan lebih berhati-hati dalam mengatur, sehingga kontrol dari tekanan darah lebih mudah dicapai (Shaikh, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gultom (2012), menunjukkan bahwa dengan meningkatnya pengetahuan pasien merupakan tercapainya salah satu tujuan edukasi. Dengan demikian meningkat juga kesadaran diri pasien dari segi kesehatan, merubah gaya hidup kearah yang lebih sehat, hidup lebih berkualitas dan patuh terhadap terapi.

Kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi (Depkes, RI., 2006). Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah yang secara bertahap dapat mencegah terjadinya komplikasi (Morgado, dkk., 2011). Menurut data WHO tahun 2003, kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50%, sedangkan di negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah (Badan POM RI., 2006).

(20)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien

terhadap Kebehasilan Terapi Hipertesi di Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram

Kabupaten Batubara Sumatera Utara Tahun 2015”.

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. apakah karakteristik pasien hipertensi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat keluarga) mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien? b. apakah karakteristik pasien hipertensi (umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, dan riwayat keluarga) mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien? Karakteristik pasien

- Umur

- Jenis kelamin - Pendidikan - pekerjaan - Riwayat

keluarga Tingkat Pengetahuan

Tingkat Kepatuhan

Keberhasilan terapi hipertensi:

(21)

c. apakah tingkat pengetahuan pasien mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien? d. apakah tingkat pengetahuan pasien mempengaruhi keberhasilan terapi

hipertensi?

e. apakah tingkat kepatuhan pasien mempengaruhi keberhasilan terapi hipertensi?

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan riwayat keluarga) mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien.

b. karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan riwayat keluarga) mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien.

c. tingkat pengetahuan pasien mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien. d. tingkat pengetahuan pasien mempengaruhi keberhasilan terapi hipertensi. e. tingkat kepatuhan pasien mempengaruhi keberhasilan terapi hipertensi.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. pengaruh karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat keluarga) terhadap tingkat pengetahuan pasien hipertensi. b. pengaruh karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

(22)

e. pengaruh tingkat kepatuhan terhadap keberhasilan terapi hipertensi.

1.6 Manfaat Penelitian

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu kelainan, suatu gejala dari gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik ≥140 mmHg atau tekanan diastolik ≥90 mmHg.

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII

Klasifikasi Sistolit (mmHg) Diastolit (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage I 140-159 90-99

Hipertensi stage II >160 >100

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Hart, dkk., 2009), antara lain:

a. Kecepatan: jantung anda memompa darah ke dalam arteri dengan kecepatan yang bervariasi, bergantung pada apa yang dilakukan dan apa yang dipikirkan. b. Diameter: arteri yang lebih kecil mempunyai diameter yang bervariasi

bergantung pada tekanan pada benang-benang otot yang mengelilinginya. Tekanan ini bergantung terutama pada sinyal dari otak dan berbagai bahan kimia dalam peredaran darah (hormon) yang dilepaskan oleh organ-organ lain dalam tubuh.

(24)

cara menaikkan ketahanan terhadap aliran darah, sementara aliran akan dipercepat dengan tekanan yang meningkat, jadi terbentuk proses berantai. d. Viskositas dan Volume: baik viskositas maupun volume darah bervariasi,

bergantung terutama pada asupan garam, efisiensi ginjal dan ukuran serta bentuk sel darah merah, yang dapat diubah oleh kadar zat besi yang rendah dalam darah atau kadar alkohol darah yang tinggi.

Mekanisme yang berkaitan dengan pemelihara tekanan darah sangat kompleks. Tekanan darah terutama dikontrol oleh otak , sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah didalam tubuh. Organ ini juga langsung mengatur berbagai organ lain dalam menanggapi permintaan dan keperluan tubuh. Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan gas) didalam tubuh. Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin. Renin dari ginjal merangsang pembentukan angiotensin. Angiotensin menyebabkan pembuluh darah mengerut sehingga tekanan darah meningkat. Hormon dari beberapa organ juga dapat mempengaruhi darah. Pada bagian atas ginjal terdapat sebuah kelenjar kecil yang disebut kelenjar adrenal. Kelenjar ini mensekresikan beberapa hormon yang dapat meningkatkan tekanan darah, termasuk kortison, adrenalin dan aldosteron (Hayens, 2003).

2.2 Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Ruhyanudin, 2006):

(25)

primer kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

b. Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya diketahui. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal.

2.3 Diagnosis Hipertensi

Hipertensi dapat didiagnosis melalui gejala klinik dan pemeriksaan tekanan darah.

2.3.1 Gejala Klinik

Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun adakalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur. Nyeri ini biasanya hilang setelah bangun. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi dan adakalanya melalui pemeriksaan tambahan terhadap ginjal dan pembuluh darah (Tan dan Kirana, 2010).

2.3.2 Pemeriksaan Tekanan Darah

Dikatakan seseorang memiliki tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan distolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran (Ruhyanudin, 2006).

(26)

adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi (Ruhyanudin, 2006).

2.4. Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah penurunan mortalitas dan morbiditas. Tujuan tersebut berhubugan dengan kerusakan organ target dan terjadi penurunan kejadian resiko penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan penyakit ginjal (Depkes, RI., 2006).

Tatalaksana terapi hipertensi berdasarkan pedoman teknis penemuan dan tatalaksana penyakit hipertensi tahun 2006, yaitu:

a. Seseorang didiagnosis menderita hipertensi maka yang pertama dilakukan adalah mencari faktor resiko. Setelah ditemukan faktor resiko, dapat dilakukan terapi awal yaitu terapi non farmakologi dengan modifikasi gaya hidup. Bila penurunan tekanan darah tidak tercapai maka terapi non farmakologi dilakukan bersamaan dengan terapi farmakologi.

b. Terapi farmakologi disesuaikan dengan tingkat hipertensi, adatidaknya komplikasi penyakit atau keadaan khusus seperti diabetes melitus dan kehamilan.

c. Terapi farmakologi pilihan pertama yang digunakan adalah golongan tiazid, kedua golongan ACE Inhibitor, kemudian diikuti golongan antagonis kalsium. d. Bila terapi tunggal tidak berhasil, maka diberikan terapi kombinasi

e. Bila tekanan darah target tidak dapat dicapai baik melalui modifikasi gaya hidup dan terapi kombinasi dilakukan sistem rujukan spesialis.

(27)

Penatalaksanaan nonfarmakologi diartikan sebagai penatalaksanaan tanpa obat. Terapi nonfarmakologi terdiri dari beberapa modifikasi gaya hidup seperti:

a. Menguruskan Badan

Berat badan berlebihan (kegemukan) menyebabkan bertambahnya volume-darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan tekanan volume-darah dapat turun kurang lebih 0,7/0,5 mmHg setiap kg penurunan. Di anjurkan BMI antara 18,5-24,9 kg/m2 (Tan dan Kirana, 2010).

b. Mengurangi Konsumsi Garam

Bila kadar Na di filtrat glomeruli rendah, maka lebih banyak air akan dikeluarkan untuk menormalisasi kadar garam dalam darah. Akibat pengeluaran ekstra air tersebut, tekanan darah akan turun. Pengurangan setiap gram garam sehari dapat berefek penurunan tensi 1 mmHg. Maka untuk mencapai penurunan tekanan darah yang nyata, konsumsi garam harus dibatasi sampai <6 g sehari (Tan dan Kirana, 2010).

c. Adaptasi Pengaturan Pola Makan Berdasarkan DASH

Konsumsi makanan yang mengandung banyak buah dan sayur serta mengurangi asupan lemak atau yang mengandung lemak diperkirakan dapat menurunkan tekanan diastolik 8-14 mmHg (Chobanial, dkk., 2003).

d. Aktivitas Fisik

(28)

e. Pengurangan Konsumsi Alkohol dan Berhenti Merokok

Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah meningkat (Tan dan Kirana, 2010). Konsumsi alkohol tidak lebih dari dua jenis minuman beralkohol atau bahkan penghentian penggunaan alkohol diperkirakan dapat menurunkan tekanan diastolik 2-4 mmHg (Chobanial, dkk., 2003).

2.4.2 Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi hipertensi terdiri dari tujuh kelompok antihipertensi antara lain:

2.4.2.1Diuretika

Diuretika meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga volume darah dan tekanan darah menurun. Disamping itu, diperkirakan berpengaruh langsung terhadap dinding pembuluh, yakni penurunan kadar Na membuat dinding lebih kebal terhadap nor-adrenalin, hingga daya tahannya berkurang. Efek hipotensifnya relatif ringan. Diuretik thiazida dianggap sebagai obat hipertensi pilihan utama dan umumnya digunakan sebagai terapi awal bagi kebanyakan penderita tekanan darah tinggi, sebagai obat tunggal atau kombinasi (Tan dan Kirana, 2010).

2.4.2.2Alfa-blockers

Zat-zat ini memblok reseptor-alfa adrenergik, yang terdapat di otot polos pembuluh (dinding), khususnya di pembuluh kulit dan mukosa. Dapat dibedakan

2 jenis reseptor: α1 dan α2, yang berada di post-synaptis, dan α2 juga pre-synaptis.

(29)

a. alfa-blockers tak selektif: fentolamin (Regitine), yang hanya digunakan i.v. pada krisis hipertensi tertentu.

b. alfa-1- blockers selektif: memblok hanya reseptor-α1-adrenergik secara selektif, antara lain prazosin, terazosin, dan alfuzosin.

c. alfa-2-blockers selektif: yohimbin.

2.4.2.3. Obat-obat Penyekat β-adrenoseptor

Penyekat β menurunkan tekanan darah terutama mengurangi isi sekuncup

jantung. Obat ini juga menurunkan aliran simpatik dari SSP dan menghambat pelepasan renin dari ginjal, karena itu mengurangi pembentukan angiotensin II dan sekresi aldosteron. Prototipe penyekat-β adalah propanolol, yang bekerja pada

reseptor β1 dan β2. Obat-obat yang lebih baru seperti atenolol dan metoprolol

selektif untuk β1. Obat-obat ini sering digunakan untuk penyakit-penyakit seperti

asma, dan propanolol memiliki kontraindikasi karena mempunyai efek

bronkokonstriksi yang diperantarai β2 (Mycek, dkk., 2001).

2.4.2.4ACE Inhibitor

(30)

2.4.2.5Antagonis Angiotensin II

Zat ini memblok reseptor AT II dengan efek vasodilatasi. Contoh obat: Losartan, Valsartan (Tan dan Kirana, 2010).

2.4.2.6Penyekat Kanal Kalsium

Konsentrasi kalsium intraseluler mempunyai peranan penting dalam mempertahankan tonus otot polos dan kontraksi miokard. Kalsium masuk sel-sel otot melalui kanal khusus kalsium yang sensitif voltase. Ini merangsang pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma dan mitokondria, yang selanjutnya meningkatkan kadar kalsium sitosol. Obat antagonis kanal kalsium menghambat gerakan pemasukan kalsium dengan cara terikat pada kanal kalsium tipe L di jantung dan otot polos koroner dan vaskular perifer. Ini menyebabkan otot polos vaskular beristirahat, mendilatasi terutama arteriol. Contoh obat: amlodipin, nifedipin, nikardipin (Mycek, dkk., 2001).

2.3.2.7. Vasodilator

Vasodilator bekerja dengan cara merelaksasi otot polos vaskular, yang menurunkan resistensi dan karena itu mengurangi tekanan darah. Obat-obat ini menyebabkan stimulasi refleks jantung, menyebabkan gejala berpacu dari kontraksi miokard yang meningkat, nadi dan konsumsi oksigen. Vasodilator juga meningkatkan konsentrasi renin plasma, menyebabkan resistensi natrium dan air. Contoh obat: Hidralazin (Mycek, dkk., 2001).

2.5 Pengetahuan

(31)

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010), yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis

(32)

orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Ada dua cara manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu melalui rasio dan pengalaman. Rasio adalah pengetahuan yang bersifat abstrak dan pra pengalaman yang didapatkan melalui penalaran manusia tidak memerlukan pengamatan fakta yang ada. Sementara pengalaman adalah jenis pengetahuan yang didapat dilihat oleh indera manusia berdasarkan pengalaman pribadi berupa fakta dan informasi yang konkrit dan memerlukan pembuktian lebih lanjut (Suriassumatri dan Jujun, 2005).

Beberapa proses yang terjadi pada manusia sebelum mengadopsi perilaku baru berdasarkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007) yaitu:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

(33)

c. Evalution (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba berperilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Gultom (2012), berpendapat untuk dapat mengendalikan atau mengontrol penyakitnya, penderita harus melaui tahapan kesadaran, interest, evaluation, trial, dan adoption agar tercapai tujuan dan sasaran yaitu terkendalinya masalah penyakit dan mencegah komplikasi.

2.5.1. Pengetahuan tentang Kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang di ketahui oleh seseorang terhadap cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara memelihara kesehatan meliputi:

a. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara).

b. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, perumahan sehat, dan lain sebagainya.

c. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun yang tradisional.

(34)

2.5.2 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Keberhasilan Terapi

Penelitian yang dilakukan Gultom (2012), menunjukkan bahwa dengan meningkatnya pengetahuan pasien meningkat juga kesadaran diri pasien dari segi kesehatan, merubah gaya hidup kearah yang lebih sehat, hidup lebih berkualitas dan patuh terhadap terapi. Sebagaimana yang dijelaskan L. Green (1997), bahwa adanya perubahan perilaku karena adanya pengetahuan, sikap, dan keterampilan terhadap norma-norma kesehatan yang secara jelas akan menunjukkan hasil terapi yang lebih baik.

2.5.3 Cara Mengukur Pengetahuan

Untuk mengukur pengetahuan kesehatan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau diketahui dapat diselesaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

2.6 Kepatuhan

Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes, RI., 2011).

(35)

2.6.1 Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kepatuhan

Menurut Osterberg dan Terrence (2005), kepatuhan pasien terhadap pengobatan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi:

a. Faktor demografi

Faktor demografi seperti suku, status sosio-ekonomi yang rendah, dan tingkat pendidikan yang rendah dikaitkan dengan kepatuhan yang rendah terhadap regimen pengobatan.

b. Faktor psikologi

Faktor psikologi juga dikaitkan dengan kepatuhan terhadap regimen pengobatan. Kepercayaan terhadap pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan. c. Faktor sosial

Hubungan antara anggota keluarga dan masyarakat juga berperan penting dalam pengelolaan penyakit. Penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan tingkat masalah atau konflik yang rendah dan pasien yang mendapat dukungan dan memiliki komunikasi yang baik antara keluarga dan masyarakat cenderung memiliki tingkat kepatuhan yang lebih baik. Dukungan sosial juga dapat menurunkan rasa depresi atau stres terhadap pengelolaan penyakit.

d. Faktor yang berhubungan dengan penyakit dan medikasi

Penyakit kronik yang diderita pasien, regimen obat yang kompleks, dan efek samping obat yang terjadi pada pasien dapat meningkatkan ketidakpatuhan pada pasien.

2.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

(36)

a. Faktor pasien:

i. merasa penyakitnya tidak serius ii. ketidakpuasan terhadap hasil terapi iii. merasa pengobatan tidak efektif

iv. pandangan negatif dari keluarga dan teman atau kurangnya dukungan sosial b. Faktor komunikasi

i. tingkat pengawasan medis rendah.

ii. kurangnya penjelasan yang lengkap, tepat, dan jelas.

iii. kurang informasi yang seimbang tentang risiko dan efek samping.

iv. kurangnya strategi yang dilakukan oleh profesional kesehatan untuk mengubah sikap dan kepercayaan pasien.

v. rendahnya kepuasan pasien dalam berinteraksi dengan profesional kesehatan vi. interaksi dengan profesional kesehatan sedikit atau tidak ada sama sekali. vii. profesional kesehatan dianggap tidak ramah dan kurang perhatian.

viii. profesional kesehatan tidak membiarkan pasien terlibat dalam membuat keputusan.

c. Perilaku

i. Ingin menguji efikasi obat.

ii. Pengalaman dengan pengobatan sedikit atau memiliki pengalaman buruk dengan pengobatan.

iii. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.

2.6.3 Metode Pengukuran Tingkat Kepatuhan

(37)

a. Metode langsung

Pengukuran kepatuhan melalui metode langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti mengukur konsentrasi obat atau metabolit obat di dalam darah atau urin, mengukur atau mendeteksi petanda biologi di dalam tubuh. Metode ini umumnya mahal, memberatkan tenaga kesehatan, dan rentan terhadap penolakan pasien.

b. Metode tidak langsung

Pengukuran kepatuhan melalui metode tidak langsung dapat dilakukan dengan bertanya kepada pasien tentang penggunaan obat , menggunakan kuesioner, menilai respon klinik pasien, menghitung jumlah pil obat, dan menghitung tingkat pengambilan kembali resep.

2.6.4 Pengaruh Kepatuhan terhadap Keberhasilan Terapi Hipertensi

Menurut Badan POM RI. (2006), kepatuhan pasien sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi terutama pada terapi penyakit tidak menular, misalnya diabetes, hipertensi, asma, dan sebagainya. Menurut WHO (2003), hampir 75% pasien dengan diagnosis hipertensi gagal mencapai tekanan darah optimum dikarenakan rendahnya kepatuhan penggunaan obat.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, yang didukung oleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui pengisian kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis pasien.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi di puskesmas di Kecamatan Tanjung tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara Tahun 2015.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Sampel harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sampel minimal (Lameshow, 1997):

n =

keterangan: n = jumlah sampel minimal Z1-α/2 = derajat kemaknaan

p = proporsi konsumen

d = tingkat presisi/deviasi

(39)

n =

= 67,65 orang = 70 orang

Adapun kriteria inklusi dari subjek penelitian adalah: a. seluruh pasien berusia 18 tahun keatas.

b. pasien yang didiagnosis hipertensi.

c. pasien yang menggunakan obat-obat antihipertensi.

Kriteria ekslusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian. Adapun kriteria ekslusi yang dimaksud adalah: a. pasien yang tidak mengikuti penelitian hingga selesai

b. pasien yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik c. pasien yang data rekam medisnya tidak lengkap.

3.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juni tahun 2015.

3.4Lokasi Penelitian

(40)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden dengan cara membagikan kuesioner kepada pasien yang berobat di Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara. Kuesioner terdiri dari 3 bagian yaitu:

a. data demografi pasien berupa biodata pasien yang terdiri dari 6 poin, yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga yang mengalami hipertensi.

b. pengetahuan pasien terdiri dari 20 poin pertanyaan yang meliputi pengetahuan umum mengenai hipertensi, gejala, faktor resiko, komplikasi, penatalaksanaan dan pencegahan hipertensi.

c. tingkat kepatuhan pasien. Kuesioner ini terdiri atas 8 pertanyaan terkait perilaku pasien terhadap pengobatannya.

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung, yaitu data yang diambil dari data yang sudah ada ditempat penelitian dengan menggunakan rekam medis. Adapun catatan medis pasien terdiri dari 5 bagian yaitu obat antihipertensi yang digunakan, tekanan darah, riwayat penyakit, penggunaan obat lain, dan efek samping yang pernah diderita.

3.5.1 Kuesioner Pengetahuan

(41)

pengujian reabilitas. Untuk pengujian reabilitas dilakukan dengan pengujian test retest.

3.5.2 Kuesioner Kepatuhan

Kuesioner kepatuhan yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari MMAS (Morisky Medication Adherence Scale). Kuesioner MMAS adalah alat penilaian dari WHO yang sudah divalidasi (Krapek, 2004), dan diperoleh hasil yang valid sehingga tidak perlu lagi dilakukan pengujian validitas.

3.5.3 Pengujian Reabilitas

Pada penelitian ini pengujian reabilitas untuk kuesioner pengetahuan dilakukan dengan metode test retest (test ulang). Jumlah sampel yang dipakai sebanyak 20 orang. Sampel yang digunakan dalam pengujian ini adalah pasien hipertensi di puskesmas Tanjung Tiram dengan interval waktu pemberian test pertama dan test kedua yaitu ± 10 hari. Dari hasil uji reabilitas didapatkan nilai pvalue > 0,05 yang berarti seluruh pertanyaan dinyatakan reliabel. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 10.

3.6Penilaian Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan

3.6.1 Penilaian Tingkat Pengetahuan

Sebelum menentukan kategori baik, cukup, dan kurang terlebih dahulu menetukan kriteria tolak ukur yang dijadikan penentuan skor pada setiap jawaban. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan untuk jawaban yang salah atau tidak tahu diberi nilai 0.

Menurut Arikunto yang dikutip oleh Samsuryanti (2013), Skala pengukuran untuk pengetahuan dapat dikategorikan:

(42)

b. cukup, bila menjawab pertanyaan dengan benar 12-15 soal (56-75%) c. kurang, bila menjawab pertanyaan dengan benar <12 (<56%).

3.6.2 Penilaian Tingkat Kepatuhan

Kuesioner ini terdiri atas 8 pertanyaan terkait perilaku pasien terhadap pengobatannya, dengan jawaban iya atau tidak pada nomor 1 sampai 7. Pada

pertanyaan nomor 1, 2, 3, 6, dan 7 untuk setiap jawaban “ya” diberi nilai 1 dan

untuk jawaban “tidak” diberi nilai 0. Pada pertanyaan nomor 4, dan 5 untuk

jawaban “tidak” beri nilai 1 dan untuk jawaban “ya” diberi nilai 0. Pada nomor 8,

jawaban berupa spektrum dengan jawaban selalu hingga tidak pernah. Untuk

jawaban “tidak pernah” diberi nilai 0, dan untuk jawaban “sesekali” hingga

“selalu” diberi nilai 1.

Skor penilaian MMAS dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kepatuhan rendah, dengan nilai lebih dari 2, kepatuhan sedang dengan nilai 1-2, kepatuhan tinggi dengan nilai 0.

3.7Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

a. Editing, yaitu data yang sudah terkumpul diperiksa kembali untuk memastikan kelengkapan, kesesuaian, dan kejelasan.

(43)

c. Input data, kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam program IBM SPSS Statiscs 21.0.

d. Cleaning data, setelah data dimasukkan kemudian diperiksa kembali untuk memastikan apakah data bersih dari kesalahan dan siap untuk dianalisis. proses pembersihan data dilakukan dengan pengecekan kembali data yang sudah di entry. Pengecekan ini untuk melihat apakah ada data yang hilang (missing) dengan melakukan list, koreksi kembali apakah data yang sudah di entry benar atau salah dengan melihat variasi data atau kode yang digunakan.

3.7.2 Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabel sedangkan data kualitatif akan disajikan dalam bentuk uraian. Data dianalisa menggunakan program SPSS. Awalnya data dilakukan uji normalitas untuk mengetahui uji yang dilakukan. Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah chi-square (p < 0,05) untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara karakteristik demografi pasien terhadap tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan serta mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan terhadap keberhasilan terapi hipertensi.

3.8 Langkah Penelitian

(44)

b. Menghubungi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Batubara Sumatera Utara untuk mendapat izin melakukan penelitian, dengan membawa surat rekomendasi dari Fakultas.

c. Menghubungi pihak Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara untuk mendapat izin melakukan penelitian, dengan membawa surat rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Batubara .

d. Mengurus ethical clearence sebagai syarat penelitian.

e. Visite ke puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Sumatera Utara.

f. Menjumpai pasien dan meminta kesediaannya menjadi responden, mengambil data klinis pasien dari rekam medis lalu meminta pasien mengisi kuesioner tingkat pengetahuan.

g. Setelah ± 2 minggu kemudian, pasien yang telah menggunakan obat antihipertensi kembali datang ke puskesmas untuk memeriksa tekanan darahnya, diambil data klinisnya yang baru dari rekam medis lalu meminta pasien mengisi kuesioner tingkat kepatuhan.

(45)

3.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Defenisi operasional dari karakteristik pasien hipertensi Variabel Defenisi

operasional

Cara ukur

Alat ukur parameter

Umur total lama waktu hidup subjek

Observasi Lembar kuesioner

Observasi Lembar kuesioner

Observasi Lembar kuesioner

a. SD b. SMP c. SMA

d. perguruan tinggi Jenis

pekerjaan

Aktifitas mata pencarian subjek

Observasi Lembar kuesioner

a. pegawai swasta b. wiraswasta

keluarga dengan penyakit

hipertensi

Observasi Lembar kuesioner

Observasi Lembar kuesioner

a. berhasil b. tidak berhasil

Tingkat pengetahuan

Pengetahuan pasien mengenai hipertensi

Observasi Lembar kuesioner

Observasi Lembar kuesioner

(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang hubungan antara karakteristik dari pasien (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat hipertensi dari keluarga) dengan tingkat pengetahuan dan kepatuhan, serta melihat hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien hipertensi dengan keberhasilan terapi.

4.1 Data Demografi

Data demografi pasien terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat hipertensi pada keluarga. Berikut ini gambaran distribusi frekuensi dari karakteristik pasien hipertensi.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pasien hipertensi berdasarkan karakterisasi pasien

(47)

Data demografi Jumlah (pasien) Persentase (%) Pekerjaan

a. pegawai swasta b. wiraswasta c. nelayan d. petani

e. ibu rumah tangga f. lain-lain

g. tidak bekerja

3

Tabel 4.1 menunjukkan frekuensi pasien hipertensi berdasarkan usia, paling banyak diderita pada kelompok umur 46 – 55 tahun yaitu sebanyak 40 pasien (40%). Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa umur diatas 45 tahun lebih cenderung untuk diserang penyakit hipertensi karena pada usia tersebut organ-organ vital seperti jantung, ginjal, serta pembuluh darah telah mengalami penurunan fungsi atau kerusakan yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah. Usia diatas 40 tahun akan meningkatkan resiko hipertensi (Nugraha, ddk., 2005).

(48)

pria. Ada perbedaan fisiologis signifikan antara sistem kardiovaskular wanita dan pria, termasuk tipe dan banyaknya hormon yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.

Berdasarkan tingkat pendidikan, yang paling banyak adalah pasien dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 71 pasien (71%). Berdasarkan pekerjaan, yang paling banyak adalah pasien dengan pekerjaan wiraswasta, yaitu sebanyak 43 pasien (43%). Berdasarkan keadaan sosioekonomi, aras tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi rendah. Hubungan itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan (WHO, 2001).

Berdasarkan riwayat hipertensi yang ada pada keluarga, mayoritas pasien adalah pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada keluarganya yaitu sebanyak 74 pasien (74%).

4.2 Data Klinis

4.2.1 Tekanan Darah

(49)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pasien terbanyak mengalami penurunan tekanan darah setelah dilakukan pengukuran 2 minggu kemudian yaitu sebanyak 89 pasien (89%). Namun sebagian besar dari penurunan tekanan darah tersebut belum mencapai target terapi. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan kategori perubahan tekanan

darah (n=100)

No Kategori perubahan tekanan darah Jumlah (pasien) Persentase (%) 1

2

Positif Negatif

89 11

89 11

Total 100 100%

Selain dilakukan pengelompokan berdasarkan perubahan tekanan darah, dilakukan juga pengelompokan berdasarkan keberhasilan terapi hipertensi. Kategori berdasarkan keberhasilan terapi hipertensi dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu berhasil artinya pasien yang memiliki tekanan darah <140/90 mmHg pada pengukuran kedua dan tidak berhasil yaitu pasien pasien yang memiliki tekanan darah >140/90 mmHg pada pengukuran kedua.

Tabel 4.3 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan kategori keberhasilan terapi

hipertensi (n=100)

No Kategori keberhasilan terapi Jumlah (pasien) Persentase (%) 1

2

Berhasil Tidak berhasil

31 69

31 69

Total 100 100%

(50)

4.2.2 Penggunaan Obat Antihipertensi

Selain tekanan darah, data klinis lain yang diperoleh dari rekam medis adalah obat antihipertensi yang digunakan pasien.

Tabel 4.4 Distribusi pasien berdasarkan penggunaan jenis antihipertensi

No Jenis Obat Antihipertensi Jumlah pasien Persentase (%) 1

2 3 4

Kaptopril Amlodipin Nipedipin furosemid

72 22 17 15

57,14 17,46 13,49 11,91

Total 126 100%

Tabel 4.4 menunjukkan antihipertensi yang paling banyak diberikan pada pasien di puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram yaitu kaptopril sebanyak 72 pasien (57,14%). Kaptopril adalah obat golongan Angiotensin-converting enzym (ACE) Inhibitor yang digunakan untuk penanganan hipertensi (Nugroho, 2012). Obat yang diberikan pada pasien tidak hanya terdiri dari terapi tunggal tetapi juga terdiri dari kombinasi antihipertensi.

4.3 Tingkat Pengetahuan Mengenai Hipertensi

(51)

Tabel 4.5 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan tingkat pengetahuan (n=100)

No Tingkat pengetahuan Jumlah (pasien) Persentase (%) 1

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, mayoritas pasien terdapat pada kategori tingkat pengetahuan cukup sebanyak 56 pasien (56%). Kategori tingkat pengetahuan kurang 36 pasien (36%) , dan baik 8 pasien (8%). Hasil tersebut menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan pasien hipertensi di puskesmas di Kecamatan Tanjung Tiram tergolong cukup, tetapi masih perlu ditingkatkan dengan cara memberikan edukasi dan konseling pada pasien. Awotidebe, dkk., (2013), menyatakan bahwa upaya bersama diperlukan dalam meningkatkan pengetahuan untuk memaksimalkan pencegahan dan pengontrolan hipertensi.

Tabel 4.6 Pengetahuan umum pasien hipertensi mengenai hipertensi (n=100)

Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu

hipertensi dapat dideteksi dari pengukuran tekanan darah

96 Hipertensi merupakan penyakit

keturunan Hipertensi dapat disebabkan oleh

ilmu hitam (sihir)

1 Hipertensi disebabkan stress dan rasa

takut yang berlebih

93 Hipertensi hanya terjadi pada lansia 14

(14%)

66 (66%)

20 (20%)

(52)

dapat dideteksi dari pengukuran tekanan darah. Sekitar 93% pasien mengatakan bahwa hipertensi dapat disebabkan stress dan rasa takut yang berlebihan, tapi hanya sekitar 26% pasien yang mengetahui bahwa hipertensi merupakan penyakit keturunan.

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sekitar 96% pasien hipertensi mengetahui bahwa gejala yang ditemui pada penderita hipertensi adalah sakit kepala dan rasa berat ditengkuk.

Tabel 4.7 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai gejala hipertensi (n=100)

Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu

Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi adalah sakit kepala dan rasa berat ditengkuk

96 (96%)

4 (4%)

0 (0%) Gejala yang ditemui pada penderita

hipertensi adalah mual dan muntah

24 (24%)

71 (71%)

5 (5%)

(53)

Tabel 4.8 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai faktor resiko hipertensi

(n=100)

Pertanyann Ya Tidak Tidak tahu

Merokok dapat meningkatkan resiko hipertensi

menyebabkab resiko hipertensi

66

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pasien hipertensi memiliki pengetahuan yang cukup mengenai komplikasi yang terjadi disebabkan hipertensi. Sebanyak lebih dari 90% pasien hipertensi mengetahui bahwa hipertensi dapat menyebabkan kematian dan stroke. sebanyak 76% pasien mengetahui hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung. Namun hanya 26% pasien yang mengetahui hipertensi dapat menyebabkan gangguan ginjal.

Tabel 4.9 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai komplikasi hipertensi (n=100)

Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu

Hipertensi dapat menyebabkan kematian Hipertensi dapat menyebabkan

penyakit jantung seperti serangan jantung Hipertensi dapat menyebabkan stroke 93

(93%)

6 (6%)

1 (1%) Hipertensi dapat menyebabkan

gangguan ginjal Hipertensi dapat menyebabkan kanker 4

(4%)

42 (42%)

54 (54%)

Tabel 4.10 Pengetahuan pasien hipertensi mengenai Penatalaksanaan dan

pencegahan hipertensi (n=100)

Pertanyaan Ya Tidak Tidak tahu

Penyakit hipertensi dapat disembuhkan sama sekali

28 pasien harus mengambil

(54)

Pasien hipertensi hanya mengambil obat-obatan antihipertensi hanya ketika mereka sakit

Pasien hipertensi harus mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi setiap hari

44

Mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran dapat menolong mencegah hipertensi

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa pengetahuan pasien hipertensi mengenai hal-hal yang dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah yaitu dengan mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam penatalaksanaan hipertensi hanya kurang dari 50% pasien yang mengetahui bahwa pasien hipertensi harus mengambil obat-obatan antihipertensi seumur hidup dan pasien hipertensi harus mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi setiap hari. 64% pasien hipertensi mengatakan pasien hipertensi hanya mengambil obat-obatan antihipertensi hanya ketika mereka sakit. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan pasien hipertensi mengenai penatalaksanaan hipertensi relatif rendah.

4.4 Tingkat Kepatuhan

Salah satu alat pendeteksi kepatuhan dalam minum obat adalah MMAS (Morisky Medication Adherence Scale). Kuesioner ini terdiri atas 8 pertanyaan terkait perilaku pasien terhadap pengobatannya, dengan jawaban iya atau tidak pada nomor 1 sampai 7. pada nomor 8, jawaban berupa spektrum dengan jawaban selalu hingga tidak pernah.

(55)

Tabel 4.11 Distribusi pasien Hipertensi berdasarkan tingkat kepatuhan (n=100)

No Tingkat kepatuhan Jumlah (pasien) Persentase (%) 1

2 3

Rendah Sedang Tinggi

69 26 5

69 26 5

Total 100 100%

Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa tingkat kepatuhan pasien di Kecamatan Tanjung Tiram terhadap hipertensi tergolong masih rendah. Hal-hal yang menyebabkan pasien tidak patuh dalam mengkonsumsi obat antara lain karena merasa gejala sudah teratasi sebanyak 82%, kelupaan sebanyak 56%, terlambat kontrol sebanyak 47%, dan timbulnya efek samping sebanyak 5%. Penyebab ketidakpatuhan terendah adalah malas sebanyak 3%. Harijanto, dkk., (2014), mengatakan penyebab ketidakpatuhan pada hasil survei terutama karena keterlambatan kontrol, kelupaan, dan merasa tekanan darahnya sudah terkontrol sehingga tidak perlu meminum obat.

4.5 Hubungan Karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat pengetahuan

(56)

Tabel 4.12 Hasil analisis hubungan karakteristik pasien hipertensi dengan

tingkat pengetahuan (n=100) Variabel

Tingkat pengetahuan

P Value

a. pegawai swasta b. wiraswasta c. nelayan d. petani

e. ibu rumah tangga f. lain-lain

g. tidak bekerja

(57)

Tabel 4.12 berdasarkan kategori umur, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,840. Berdasarkan kategori jenis kelamin, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,410. Berdasarkan kategori pendidikan terakhir dan pekerjaan, diperoleh nilai signifikansi masing masing adalah 0,640 dan 0,970, dan berdasarkan kategori riwayat keluarga, diperoleh nilai signifikansi 0,110. Nilai (p > 0,05) tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik pasien dengan tingkat pengetahuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat keluarga) tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan.

4.6 Hubungan Karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan

Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik non parametik.

Tabel 4.13 Hasil analisis hubungan karakteristik pasien hipertensi dengan tingkat

kepatuhan (n=100) Variabel

Tingkat Kepatuhan

P value Rendah Sedang Tinggi

(58)

Jenis kelamin

a. pegawai swasta b. wiraswasta c. nelayan d. petani

e. ibu rumah tangga f. lain-lain

g. tidak bekerja

2

(59)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat keluarga) tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan.

4.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien

Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan pasien hipertensi dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik non parametik.

Tabel 4.14 Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat

kepatuhan (n=100)

(60)

sebagian besar terkait penatalaksanaan non farmakologi termasuk (gejala, faktor resiko, dan komplikasi), serta hanya sebagian kecil pengetahuan yang terkait tentang penatalaksanaan farmakologi (perilaku minum obat) pada pasien hipertensi, sedangkan kepatuhan yang dimaksud adalah kepatuhan yang terkait tentang penatalaksanaan farmakologi (perilaku minum obat) pada pasien hipertensi.

4.8 Hubungan tingkat pengetahuan dengan keberhasilan terapi hipertensi

Keberhasilan terapi pada pasien hipertensi dilakukan dengan pengukuran tekanan darah sebanyak 2 kali pada interval waktu ± 2 minggu. Kemudian dilakukan pengkategorian antara pasien yang mempunyai tekanan darah <140/90

mmHg dan ≥ 140 mmHg.

Tabel 4.15 Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan keberhasilan

terapi Hipertensi (n=100) Kategori

tingkat pengetahuan

Jumlah

Nilai signifikansi Berhasil Tidak berhasil

Kurang

(61)

mengalami keberhasilan terapi sebanyak 50% dan yang mengalami ketidakberhasilan terapi sebanyak 50%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan pasien mengenai hipertensi maka semakin tinggi pula persentase pasien yang mengalami keberhasilan terapi. Namun dari nilai signifikansi yaitu 0,190 menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan keberhasilan terapi hipertensi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pengetahuan pasien mengenai hipertensi tidak mempengaruhi keberhasilan terapi hipertensi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyati (2013), yang menyatakan bahwa pengetahuan pasien tidak mempengaruhi perilaku pasien untuk mengontrol tekanan darah.

4.9 Hubungan tingkat kepatuhan dengan keberhasilan terapi Hipertensi

Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara tingkat kepatuhan pasien dengan keberhasilan terapi hipertensi. Untuk mengetahuinya dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square.

Tabel 4.16 Hasil analisis hubungan tingkat kepatuhan dengan keberhasilan terapi

Hipertensi (n=100) Kategori

kepatuhan

Jumlah Nilai

signifikansi Berhasil Tidak berhasil

Rendah

(62)

Gambar

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII Klasifikasi Sistolit (mmHg)
Tabel 3.1 Defenisi operasional dari karakteristik pasien hipertensi Variabel Defenisi Cara Alat ukur parameter
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pasien hipertensi berdasarkan karakterisasi pasien Demografi pasien Jumlah (pasien) Persentase (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Indera pendengar ikan hanya terdiri dari atas telinga dalam saja yang berfungsi sebagai organ pendengar dan alat keseimbangan indra pendengar ini kurang berkembang dengan baik..

1) Ganguan telinga disebabkan oleh luka pada telinga bagian luar yang telah terinfeksi atau otitis sehingga mengeluarkan nanah. Gangguan ini dapat bersifat permanent jika

Robot yang dibuat dengan menggunakan Lego Mindstorms NXT 2.0 dapat melakukan scanning pada gambar dengan output pada Layar NXT Brick.. Robot dapat membedakan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui dasar hukum Malaysia untuk melakukan klaim atas sengketa kepemilikan terhadap Blok Ambalat, kesesuaian kalim Malaysia

merupakan suatu penelitian untuk memperoleh data yang benar terjadi di lapangan.Sedangkan penelitian kuantitatif sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono(2014:14) adalah

Using the GIS&amp;T body of knowledge for curriculum design: different design for different contexts, Teaching Geographic Information Science and Technology in Higher

Garis OP berserenjang dengan garis PQ yang bersilang dengan paksi-y pada

When observing the OSM geodata represented for selected regions in Africa regarding the size, we can observe a huge increase of data volume for the less developed parts of the