• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perilaku Konsumen Sebagai Dasar Penyusunan Kebijakan Pemasaran Perumahan Marien Garden Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perilaku Konsumen Sebagai Dasar Penyusunan Kebijakan Pemasaran Perumahan Marien Garden Di Kota Medan"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SEBAGAI DASAR

PENYUSUNAN KEBIJAKAN PEMASARAN

PERUMAHAN MARIEN GARDEN

DI KOTA MEDAN

GELADIKARYA

Oleh :

MUSDHALIFAH ZEBUA

NIM : 097007039

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Geladikarya : ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SEBAGAI DASAR PENYUSUNAN KEBIJAKAN PEMASARAN PERUMAHAN MARIEN GARDEN DI KOTA MEDAN

Nama : MUSDHALIFAH ZEBUA Nim : 097007039

Program Studi : Magister Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Rismayani, SE, M.Si) Ketua

(Ir. Syahrizal, MT) Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul :

“ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SEBAGAI DASAR PENYUSUNAN

KEBIJAKAN PEMASARAN PERUMAHAN MARIEN GARDEN DI KOTA

MEDAN”

adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh

siapapun sebelumnya. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan dengan benar dan jelas.

Medan, Januari 2014

Yang Membuat Pernyataan,

(4)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pertumbuhan perumahan yang semakin tinggi memberi kesempatan bagi

konsumen dalam memilih perumahan yang sesuai dengan keinginannya. Adanya

kecendrungan perilaku konsumen yang lebih menyukai tinggal dikomplek

perumahan karena status sosial yang berbeda, walaupun harga rumahnya cukup

mahal. Hal ini disebabkan semakin terbatasnya lahan pemukiman. Semakin

sempitnya lahan diperkotaan menyebabkan tingginya harga tanah yang sangat

berpengaruh pada harga jual rumah sedangkan tingkat pendapatan masyarakat

masih rendah. Adanya kebiasaan konsumen yang memang tingggal dikomplek

perumahan maka akan diturunkan kebiasan ini kepada keluarganya. Dan konsumen

yang merasa senang tinggal disuatu perumahan maka akan merekomendasikannya

kepada teman dan keluarganya. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen di Perumahan Marien Garden . Dan

untuk menentukan kebijakan pemasaran guna meningkatkan penjualan di

Perumahan Marien Garden.

Metode dalam penelitian ini dengan pendekatan studi kasus, jenis penelitian

ini adalah deskriptif dan sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanatory. Metode

pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, daftar pertanyaan dan studi

dokumentasi. Metode analisis data dengan menggunakan regresi linear berganda.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kebijakan pemasaran dipengaruhi

sebesar 70,7 % sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti pada

penelitian ini. Hal ini menjelaskan bahwa perilaku konsumen cukup kuat

(5)

pengalaman membeli, peran keluarga, pemasaran langsung dan promosi secara

bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan pemasaran

pada perumahaan Marien Garden. Hasil uji t menunjukkan bahwa yang paling

dominan peran keluarga dalam mempengaruhi kebijakan pemasaran pada

(6)

KATA PENGANTAR

Peneliti mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis

ini dengan judul ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SEBAGAI DASAR

PENYUSUNAN KEBIJAKAN PEMASARAN PERUMAHAN MARIEN

GARDEN DI KOTA MEDAN. Penulis menyadari bahwa geladikarya ini tidak

mungkin terselesaikan dengan baik tanpa dukungan, bantuan, bimbingan, serta doa

dari berbagai pihak selama penyusunan geladikarya ini. Pada kesempatan ini

penulis hendak menyampaikan terima kasih pada :

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM & H., M.Sc., (CTM)., Sp. A (K)

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng, selaku Ketua Jurusan

Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana USU.

4. Bapak Dr. Nazaruddin, MT selaku Sekretaris Program Studi Magister

Manajemen USU.

5. Prof. Dr. Rismayani, SE, M.Si, sebagai ketua pembimbing dan Ir.

Syahrizal, MT selaku Anggota Pembimbing yang telah meluangkan

waktu dengan sabar dan bijaksana dalam membimbing serta memberikan

arahan, nasehat, dan semangat penulis sampai terselesaikannya

(7)

6. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Magister

Manajemen Sekolah Pascasarjana USU yang telah memberikan bantuan

berupa fasilitas dan dukungan moril selama penulisan geladikarya ini.

7. Orang tua saya (Alm) Ayahanda Sanusi Zebua dan (Almh) Ibunda Masni

Pasaribu, Suami saya Ir. Supratnoto dan kedua Anak saya tercinta,

Pramus Alfatih dan Pradhamulkfa Ayyatussyifa Safira yang selalu

mendoakan mulai proses perkuliahan sampai selesainya penyusunan

geladikarya ini.

8. Secara khusus saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

sahabat-sahabat yang saya sayangi, dengan sepenuh hati saya ingin

berbagi kebahagiaan karena telah memberi motivasi dan doa agar dapat

menyelesaikan perkuliahan Program studi Magister Manajemen.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis yang namanya tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa geladikarya ini masih

jauh dari sempurna. Mengingat keterbatasan pengetahuan yang penulis peroleh

sampai saat ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun guna tercapainya kesempurnaan geladikarya ini. Akhir kata, penulis

berharap semoga geladikarya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya.

Medan, Januari 2014

(8)

RIWAYAT HIDUP

Musdhalifah Zebua lahir di Sibolga 20 Pebruari 1976, merupakan anak

kedua dari tiga bersaudara dari pasangan (Alm) Ayahanda Sanusi Zebua dan

(Almh) Ibunda Masni Pasaribu. Menikah dengan Ir. Supratnoto dan dikarunia dua

orang anak bernama Pramus Alfatih dan Pradhamulkfa Ayyatussyifa Safira.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Tahun 1983 di SD Negeri Sibolga dan

lulus tahun 1989, melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 di

Sibolga dan lulus tahun 1992, Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Menengah

Atas di SMA Negeri 3 di Sibolga dan lulus tahun 1995. Kemudian melanjutkan

studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik Universitas Sumatera Utara Program

Studi Ilmu Administrasi Negara, dan lulus tahun 2000. Kemudian melanjutkan

studi pendidikan di Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009.

Tahun 2001 bekerja di Proyek PLTA Sipansihaporas dan pada tahun 2005

sampai sekarang membuka usaha tambak udang windu dan ikan nila.

Medan, Januari 2014

(9)

DAFTAR ISI

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penilitian ... 7

BAB II KERANGKA TEORETIS ... 8

2.1 Teori tentang Pemasaran ... 8

2.1.1 Pengertian pemasaran ... 8

2.1.2 Kebijakan pemasaran ... 9

2.2 Teori tentang Perilaku konsumen ... 28

2.2.1 Pengertian perilaku konsumen ... 28

2.2.2 Faktor-faktor perilaku konsumen ... 29

2.3 Teori tentang Keputusan Pembelian ... 37

2.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian ... 37

2.3.2 Komponen Struktur Keputusan Pembelian ... 38

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN ... 39

3.1 Kerangka Konseptual ... 39

3.2 Hipotesis Penelitian ... 42

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 43

4.1 Jenis Penelitian ... 43

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

4.3 Populasi dan Sampel ... 43

(10)

4.5 Jenis dan Sumber Data ... 45

4.6 Definisi Operasional Variabel ... 45

4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 46

4.8Model Analisis Data ... 50

4.8.1. Analisis Deskriptif ..…….………... . 50

4.8.2. Analisis Statistik (Regresi Berganda) ……… 50

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 52

5.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 52

5.3Visi, Misi Perusahaan ... 54

5.3 Struktur Organisasi ... 54

5.3.1.Struktur Organisasi ……… 54

5.3.2 .Uraian Tugas, fungsi dan Kebijakan Pemasaran yang dilakukan diPerumahan Marien Garden ... 55

5.4 Pengembangan perumahan didukung peraturan dan kebijakan dari pemerintah ... 58

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

6.1 Karakteristik Responden Penelitian... 60

6.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamain 60 6.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 61

6.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan .... 61

6.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan …. 62 6.2 Penjelasan Responden Atas Variabel ... 63

6.2.1 Penjelasan Responden Variabel Perilaku Konsumen 64 6.2.2 Penjelasan Responden Variabel Kebijakan Pemasaran 66 6.3 Uji Asumsi Klasik ... 67

6.3.1 Uji Normalitas ... 68

6.3.2 Uji Multikolinieritas ... 68

6.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 69

6.4 Analisis Statistik ………….……… 70

(11)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Daftar Penjualan Perumahan Marien Garden ... 5

4.1 Operasionalisasi Variabel ... 46

4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Perilaku Konsumen... 47

4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Kebijakan pemasaran ... 49

4.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel ... 50

4.8 Analisis Deskriptif Penelitian ... 50

6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

6.2 Karakteristik berdasarkan Usia ... 61

6.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 62

6.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 62

6.6 Penjelasan Responden terhadap Perilaku Konsumen ... 64

6.6 Penjelasan Responden terhadap kebijakan pemasaran ... 66

6.7 Hasil Uji Multikolinieritas... 69

6.8 Analisis Regresi Berganda ... 70

6.9 Nilai Koefisien Determinasi (R Square) ... 72

6.10 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Serempak/Uji F ... 73

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Keputusan Produk Individual ... 11

3.1 Kerangka Konseptual ... 41

5.1 Struktur Organisasi Perusahaan ... 54

6.1 Diagram Pencar Hasil SPSS ... 68

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran 1 Angket/Kuisioner ... 79

Lampiran 2 Validitas dan Reliablitas ... 83

Lampiran 3 Data Responden ... 88

(14)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pertumbuhan perumahan yang semakin tinggi memberi kesempatan bagi

konsumen dalam memilih perumahan yang sesuai dengan keinginannya. Adanya

kecendrungan perilaku konsumen yang lebih menyukai tinggal dikomplek

perumahan karena status sosial yang berbeda, walaupun harga rumahnya cukup

mahal. Hal ini disebabkan semakin terbatasnya lahan pemukiman. Semakin

sempitnya lahan diperkotaan menyebabkan tingginya harga tanah yang sangat

berpengaruh pada harga jual rumah sedangkan tingkat pendapatan masyarakat

masih rendah. Adanya kebiasaan konsumen yang memang tingggal dikomplek

perumahan maka akan diturunkan kebiasan ini kepada keluarganya. Dan konsumen

yang merasa senang tinggal disuatu perumahan maka akan merekomendasikannya

kepada teman dan keluarganya. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen di Perumahan Marien Garden . Dan

untuk menentukan kebijakan pemasaran guna meningkatkan penjualan di

Perumahan Marien Garden.

Metode dalam penelitian ini dengan pendekatan studi kasus, jenis penelitian

ini adalah deskriptif dan sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanatory. Metode

pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, daftar pertanyaan dan studi

dokumentasi. Metode analisis data dengan menggunakan regresi linear berganda.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kebijakan pemasaran dipengaruhi

sebesar 70,7 % sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti pada

penelitian ini. Hal ini menjelaskan bahwa perilaku konsumen cukup kuat

(15)

pengalaman membeli, peran keluarga, pemasaran langsung dan promosi secara

bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan pemasaran

pada perumahaan Marien Garden. Hasil uji t menunjukkan bahwa yang paling

dominan peran keluarga dalam mempengaruhi kebijakan pemasaran pada

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kota Medan sebagai salah satu pusat bisnis menimbulkan

banyak perubahan akibatnya timbulnya persaingan bisnis yang semakin tinggi. Hal

ini dapat di lihat dari pola pikir dan perilaku masyarakat mengalami banyak

kemajuan, misalnya masyarakat lebih tertarik untuk berinvestasi dengan berbisnis

perumahan yang dapat menghasilkan keuntungan.

Bisnis perumahan merupakan investasi yang sangat menguntungkan. Bisnis

properti ini mulai masuk dan berkembang di kota Medan pada tahun 1986.

Meningkatnya permintaan akan perumahan seiring dengan laju pertumbuhan

penduduk yang sangat tinggi seperti Indonesia. Perkembangan bisnis perumahan

pada masa sekarang telah mengalami peningkatan yang sangat pesat. Diperkirakan

kebutuhan akan perumahan per tahun meningkat di kota Medan.

Realisasi pembangunan perumahan dan pemukiman menunjukkan

perkembangan yang sangat menggembirakan. Karena itu tidak mengherankan

apabila kuantitas dan kualitas tempat tinggal merupakan salah satu dimensi dari

kesejahteraan setiap masyarakat. Faktor sosial-ekonomi, budaya dan lingkungan

adalah beberapa penentu tipe dan kualitas tempat tinggal yang dipilih masyarakat.

Dalam upaya peningkatan kesejahteraan tidak jarang pemerintah ikut mengatur

perihal tempat tinggal masyarakat untuk meningkatkan kualitas pemukiman.

Hal ini merupakan kesempatan yang lebar dan sangat dimanfaatkan oleh

(17)

ketat. Dengan menjamurnya bisnis perumahan dengan harga yang cukup bervariasi

dengan berbagai jenis perumahan menyebabkan Perumahan Marien Gardien harus

bersaing dengan para pesaingnya. Hal ini dapat dilihat dari lokasi perumahan

tersebut, dimana dengan lokasi yang hanya berjarak sekitar 3 km saja bisa dijumpai

developer yang berbeda pula seperti perumahan Vila Gading Mas, Marendal Mas,

dan Marendal Vista.

Adanya kebiasaan konsumen yang memang tinggal dikomplek perumahan

maka akan diturunkan kebiasan ini kepada keluarganya. Dan konsumen yang

merasa senang tinggal disuatu perumahan akan merekomendasikannya kepada

teman dan keluarganya. Faktor yang sangat diperhatikan oleh konsumen dalam

melakukan pembelian rumah adalah dengan terlebih dahulu melihat lokasi

perumahan tersebut. Apakah strategis atau tidak, mudah dijangkau oleh transportasi

umum dan pribadi, macet atau tidak, sehingga memudahkan beraktivitas dari arah

mana saja.

Pertumbuhan ekonomi sangat mempengaruhi tingkat pendapatan

masyarakat. Semakin baik pendapatan masyarakat dapat dilihat dari kualitas rumah

yang dimilikinya karena rumah memiliki peran sosial budaya meliputi pusat

edukasi keluarga, sosialisasi budaya. Besarnya uang muka yang harus dikeluarkan

oleh konsumen, cara pembayaran rumah baik dengan tunai, maupun kredit melalui

Bank atau Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Adanya fasilitas umum yang tersedia

seperti taman, sarana olah raga, sarana ibadah dan mutu bangunan.

Pola penanganan perumahan ini dengan melihat rumah sebagai produk

komoditi yang diproduksi secara besar-besaran untuk dipasarkan agar menutup

(18)

(social goods) . Perumahan ini dialokasikan khususnya bagi kelompok masyarakat

berpenghasilan menengah ke atas. Pola ini meletakkan pemerintah dengan sektor

swasta formal, sebagai tokoh sentral dan penentu dalam seluruh proses

pembangunan rumah. Dalam usaha mewujudkan terciptanya pembangunan

perumahan tersebut para developer yang tergabung mengalami berbagai kendala,

salah satunya adalah adanya beban pajak yang harus dibebankan kepada developer.

Sehingga para developer yang tergabung dalam Real Estate Indonesia (REI)

meminta pemerintah untuk segera menghapus pajak Izin Mendirikan Bangunan

(IMB) karena akan menjadi ganjalan serta penghalang bagi para developer untuk

melakukan kerjasama dengan pemerintah jika masih juga dikenai pajak oleh

pemerintah.

Pemberian kemudahan kepada developer dari pemerintah dalam hal

pemberian perizinan tersebut bertujuan untuk menarik minat para pengembang

perumahan agar tertarik untuk ikut membantu dalam hal pengembangan dan

pembangunan rumah untuk masyarakat, serta untuk menarik minat para developer

agar turut serta dalam mensukseskan pembangunan rumah untuk masyarakat.

Di Kota Medan tingkat permintaan akan rumah KPR Bank Tabungan

Negara (BTN) sangat tinggi khususnya bagi Rumah Sangat Sederhana (RSS) dan

Rumah Sederhana (RS) Tipe 36. Hal ini terjadi karena harga rumah masih

terjangkau dan pelayanan bantuan pemerintah untuk pemilihan rumah seperti tipe

di atas besar sekali, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi calon pembeli

perumahan, disamping menyesuaikan dengan kemampuan belinya. Meskipun

permintaan terhadap rumah yang lebih besar (Tipe 45 dan 70) tetap ada, namun

(19)

Domestik Regional Bruto (PDRB) yang selalu meningkat. PDRB tahun 1994

sebesar 8,35%, tahun 1995 sebesar 8,60%, tahun 1996 8,71%, dan tahun 1997

sebesar 9,54%. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat juga

meningkat dari tahun ke tahun. (Sumut,2013).

Meningkatnya permintaan rumah oleh masyarakat dan terbatasnya

kemampuan para pengembang dalam membangun rumah untuk memenuhi jumlah

permintaan masyarakat sebagai akibat terbatasnya fasilitas KPR-bank,

menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat memperoleh kesempatan untuk

menggunakan fasilitas KPR-bank karena harus dilihat dahulu pemilihan Bank

sebagai pemberi kredit dengan persyaratannya dan suku bunganya.

Cara pembayaran rumah baik tunai maupun kredit dan besarnya uang muka

yang keluarkan oleh konsumen, hadiah langsung bagi konsumen baik pembelian

secara kredit maupun pembelian secara tunai. Lokasi perumahan yang aman dan

nyaman serta asri bagi pemilik rumah. Desain rumah juga sebagai investasi yang

sangat menguntungkan merupakan faktor yang diperhatikan konsumen dalam

melakukan pembelian rumah.

Berbagai strategi digunakan untuk menarik konsumen untuk mencapai

target penjualan. Tipe Perumahan Marien Garden yang terletak dijalan Sari

Marendal I kecamatan patumbak, Deli Serdang sesuai dengan Tabel 1.1 sebagai

(20)

Tabel 1.1 Daftar Penjualan Perumahan Marien Garden

Sumber: Perumahan Marien Garden tahun 2013 (data diolah)

Pada Tabel 1.1 menunjukkan daftar penjualan perumahan Marien Garden

Medan. Pada Tahap I tahun 2010 jumlah perumahan yang sudah terjual dengan

sebanyak 15 unit dari target 20. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemasaran

yang di lakukan Perumahan Marien Garden sudah cukup bagus dengan dibuktikan

dari hasil rumah yang sudah terjual. Namun pada Tahap II tahun 2012 jumlah

penjualan menurun, hal ini terlihat dari jumlah yang terjual hanya 1 unit dengan

dari target yang ditentukan 20 unit. Hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi ini

Perumahan Marien Garden belum selesai rampung dibangun, namun Perumahan

Marien Garden tetap melakukan kebijakan pemasaran lagi, agar nantinya

perusahaan berharap setelah rumah selesai dibangun konsumen tertarik untuk

membelinya dengan adanya kebijakan pemasaran yang telah dilakukan.

Keinginan konsumen akan perumahaan yang memenuhi selera dan

kemampuan konsumen harus diperhatikan dengan baik oleh perusahaan. Hal ini

diharapkan mampu meningkatkan penjualan dan pangsa pasar perumahaan, dengan

prediksi meningkatnya kebutuhan masyarakat akan perumahaan dalam beberapa

(21)

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti ingin berusaha

mengetahui dan menganalisis kebijakan pemasaran yang dilakukan perusahaan.

Oleh karena itu peneliti mengambil judul penelitian “Analisis perilaku konsumen

sebagai dasar penyusunan kebijakan pemasaran Perumahan Marien Garden di Kota

Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengaruh perilaku konsumen dalam menentukan pembelian rumah

di Perumahan Marien Garden?

2. Kebijakan pemasaran yang bagaimana dapat dilakukan untuk meningkatkan

penjualan rumah di Perumahan Marien Garden.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku

konsumen di Perumahan Marien Garden.

2. Untuk menentukan kebijakan pemasaran guna meningkatkan penjualan di

(22)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perumahan Marien Garden dapat menjadi bahan masukan kebijakan yang

dapat digunakan untuk meningkatkan penjualan dan mencapai target

penjualan.

2. Bagi MM USU menjadi literature yang dapat digunakan sebagai bahan

informasi dalam melakukan penelitian-penelitian berikutnya.

3. Bagi Peneliti menjadi pengalaman dalam mengembangkan wawasan berpikir

untuk memecahkan masalah sehingga menjadi pengalaman yang sangat

berharga.

4. Bagi Peneliti selanjutnya dapat dijadikan referensi penelitian dibidang

pemasaran dan penjualan produk rumah.

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah maka ruang lingkup penelitian

dibatasi pada perilaku konsumen dan penyusunan kebijakan pemasaran Perumahan

(23)

BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1. Teori Tentang Pemasaran

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler dan Amstrong (2001) “Pemasaran adalah suatu proses

sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang

mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta

nilai dengan pihak lain, yaitu barang dan jasa, dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan guna mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi

melalui penciptaan produk yang berkualitas”.

Pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan

dan periklanan. Menurut Lamb et al. (2001) pemasaran adalah suatu proses

perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide,

barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan

individu dan organisasi. Menurut Tjiptono (2002) memberikan definisi pemasaran

adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu atau kelompok

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan,

pewarnaan, dan pertukaran segala sesuatu yang bernilai dengan orang atau

kelompok lain.

Pemasaran secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan masyarakat melalui pendistribusian barang

dan jasa. Pemasaran yang dikembangkan sebagai suatu pola yang tertata dan

sistematis disebut sebagai ilmu dan pemasaran melalui improvisasi pelakunya

(24)

dijalankan melalui kedua cara itu. Peran fungsi pemasaran adalah mencapai sasaran

perusahaan dengan menghasilkan penjualan produk/jasa yang menguntungkan di

pasar sasaran.

2.1.2 Kebijakan Pemasaran

Kebijakan pemasaran sangat menentukan keberhasilan pemasaran. Sebuah

Manajemen yang menerapkan kebijakan pemasaran yang tepat, akan mendapatkan

keunggulan dan keuntungan yang lebih, dibandingkan dengan manajemen yang

menerapkan kebijakan pemasaran ala kadarnya.

Kebijakan pemasaran atau lebih dikenal dengan bauran pemasaran adalah

suatu set taktik yang spesifik, detail, orientasi dan distribusi mana yang akan diikuti

oleh perusahaan untuk menjangkau dan memuaskan keputusan target pasarnya.

Dalam merencanakan kebijakan pemasaran harus dilakukan secara matang untuk

membentuk citra dan persepsi yang baik. Marketing Mix is the set of the marketing

tools that the firm uses to pursue its marketing objectives in the target market.

Maksudnya adalah sejumlah alat - alat pemasaran yang digunakan perusahaan

untuk menyakinkan objek pemasaran atau target pasar yang dituju (Kotler, 2005).

Menurut Kotler dan Amstrong (2001) “Kebijakan pemasaran adalah

serangkaian alat pemasaran taktis yang dipadukan oleh perusahaan untuk

menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran”. “Lamb et al.

(2001) kebijakan pemasaran adalah paduan strategi produk, distribusi, promosi

dan penentuan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk menghasilkan

pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang dituju”.

Kebijakan pemasaran (marketing mix) merupakan alat bagi pemasar yang

(25)

agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat

berjalan sukses.

Bagian penting dalam pemasaran adalah kebijaksanaan bauran pemasaran

(marketing mix). Kotler dan Amstrong (2004) menyatakan : Marketing mix

mendeskripsikan suatu kumpulan alat-alat yang dapat digunakan oleh manajemen

untuk mempengaruhi penjualan.

Kebijakan pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan

yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni : produk, struktur

harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi. Kotler dan Amstrong (2004)

menyatakan umumnya empat pokok kebijaksanaan pemasaran yang disebut dengan

4P, yaitu : Product (produk), Price (harga), Place (tempat), Promotion (promosi).

Dari keseluruhan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran terdiri

dari variabel-variabel kebijakan produk, kebijakan harga, kebijakan promosi, dan

kebijakan distibusi dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Kebijakan Produk

Sebagian besar keuntungan yang didapat oleh perusahaan berasal dari

kepuasan konsumen dalam menikmati produknya. Konsep produksi berpendapat

bahwa konsumen akan menyukai produk yang berkualitas dengan harga yang

relatif murah. Perusahaan dalam proses kegiatan produksi haruslah mengerti dan

mengetahui dengan benar akan arti dari produk itu sendiri. Kotler dan Keller

(2009) menyatakan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan

kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan termasuk barang

fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi dan

(26)

Produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat berupa barang ataupun jasa.

Ketika perusahaan menawarkan produknya kepada masyarakat, perusahaan harus

memiliki keyakinan bahwa produk yang akan diluncurkan itu memang dirancang

untuk dapat memuaskan keinginan konsumen. Oleh karena itu, proses merancang

sebuah produk, bukan sekedar menyangkut penentuan manfaat apa yang akan

dipenuhi, melainkan juga menyangkut keputusan disain produk, nama merek,

merek dagang, jaminan, citra produk dan layanan konsumen.

Produk adalah semua yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk

diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan

keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Armstrong, 2001).

Keputusan yang berhubungan dengan pengembangan dan pemasaran

produk individual dapat dilihat pada Gambar 2.1 :

Gambar 2.1 Keputusan Produk Individual

Beberapa hal yang menyangkut keputusan produk yang perlu diperhatikan adalah:

a. Atribut Produk, Keputusan-keputusan mengenai atribut produk meliputi :

1. Mutu produk

2. Sifat/ciri produk

3. Model produk/desain produk

b. Merek

c. Kemasan

(27)

Menurut Kottler dan Amstrong ( 2001) kualitas adalah karakteristik dari

produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang telah

ditentukan dan bersifat laten. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang

mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam

pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas

sebenarnya. Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain

kemudahan penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran produk,

dan lain – lain.

Zeithaml dalam Setiadi (2003) Untuk mencapai kualitas produk yang

diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan

untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah

ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk

yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang

ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan

produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas,

bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak

akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk. Kualitas

mempunyai arti sangat penting dalam keputusan pembelian konsumen. Apabila

kualitas produk yang dihasilkan baik maka konsumen cenderung melakukan

pembelian ulang sedangkan bila kualitas produk tidak sesuai dengan yang

diharapkan maka konsumen akan mengalihkan pembeliannya pada produk sejenis

lainnya. Sering kali dibenak konsumen sudah terpatri bahwa produk perusahaan

tertentu jauh lebih berkualitas daripada produk pesaing dan konsumen akan

(28)

mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kualitas produk, tetapi setidaknya

konsumen akan memilih produk yang dapat memuaskan kebutuhannya.

Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk,

hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk dengan

segala spesifikasinya sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan

pembelian terhadap produk tersebut. Berdasarkan bahasan di atas dapat dikatakan

bahwa kualitas yang diberikan suatu produk dapat mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen terhadap produk yang ditawarkan.

Menurut Kotler dan Amstrong, (2001) kualitas produk merupakan senjata

strategis yang potensial untuk mengalahkan pesaing. Jadi hanya perusahaan dengan

kualitas produk paling baik yang akan tumbuh dengan pesat, dan dalam jangka

panjang. Perusahaan tersebut akan lebih berhasil dari perusahaan yang lain. Konsep

yang lama memandang mutu sebagai derajat kesesuaian antara produk yang

dihasilkan dengan spesifikasi atau rencana yang telah ditentukan produsen

sebelumnya. Semakin tinggi derajat kecocokan produk dengan spesifikasi mutu

(standar) yang telah ditetapkan semakin tinggi pula mutu produk yang

bersangkutan.

Menurut Kotler dan Amstrong, (2001) Kualitas produk (tangible products good

quality) ditentukan oleh faktor-faktor :

1. Kinerja : karakteristik fungsi dasar produk

2. Penampilan fisik : bentuk yang ditampilkan

3. Kehandalan : kekonsistenan suatu produk dapat digunakan

4. Ukuran standar : bahan baku produk terbuat dari bahan-bahan menurut

(29)

5. Kualitas: umur teknik dan umur ekonomi produk

6. Tingkat pelayanan : kecepatan dan kemudahan dalam mendapatkan

pelayanan baik sebelum maupun sesudah penjualan

7. Keindahan : segi estetika dari bentuk fisik produk

8. Kualitas relatif : merupakan akibat dari kurangnya pengetahuan pembeli

akan ciri produk yang dibeli sehingga pembeli mengukur kualitas produk

dari segi harga, merk, iklan dan reputasi perusahaan.

2. Kebijakan Harga

Masalah kebijaksanaan penetapan harga merupakan hal yang kompleks dan

rumit. Untuk itu dibutuhkan suatu pendekatan yang sistematis, yang melibatkan

penetetapan tujuan dan mengembangkan suatu struktur penetapan harga yang tepat.

Karenanya akan dibahas terlebih dahulu pengertian mengenai harga. Sebutan/istilah

mengenai harga untuk berbagai produk tidak selalu sama dan dengan berbagai

nama, Menurut Kotler dan Amstrong (2001) bahwa harga ada di sekeliling kita,

anda membayar sewa untuk apartemen, uang kuliah dan uang jasa untuk dokter

atau dokter gigi. Perusahaan penerbangan, kereta api, taxi dan bis mengenakan

ongkos; perusahaan pelayanan umum, telekomunikasi mengenakan tarif; dan bank

mengenakan bunga atas uang yang anda pinjam. Harga adalah persepsi konsumen

atas pengorbanan yang dikeluarkan untuk menikmati suatu produk.

Kebijakan harga dipergunakan untuk merebut hati pembeli melalui produk

perusahaan. Pada hakekatnya tujuan pemasaran itu adalah menciptakan permintaan

atas suatu produk. Kebijakan bauran pemasaran merupakan alat yang dipergunakan

(30)

pentingnya dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya. Penetapan harga atas

suatu produk dapat menentukan apakah produk itu akan laku di pasar atau tidak.

Menetapkan harga perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu tujuan dari

penetapan harga itu sendiri. Makin jelas tujuannya, makin mudah harga ditetapkan.

Pada dasamya, tujuan penetapan harga dapat dikaitkan dengan laba atau volume

tertentu. Tujuan ini haras selaras dengan tujuan pemasaran yang dikembangkan dari

tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Kotler dan Keller (2009) menyatakan tujuan penetapan harga adalah:

1) Kemampuan bertahan

2) Laba saat ini maksimum

3) Pangsa pasar maksimum

4) Kepemimpinan kualitas produk

Gregorius (2002) menyatakan tujuan penetapan harga adalah:

1) Elastisitas harga dari permintaan perusahaan

Penetapan harga tergantung pada dampak perubahan harga terhadap

permintaan. Akan tetapi perubahan harga memiliki dampak ganda terhadap

penerimaan penjualan perusahaan, perubahan unit penjualan dan perubahan

penerimaan per unit. Elastisitas harga dan sensitif harga merupakan dua konsep

yang berkaitan namun berbeda. Perubahan harga menyebabkan terjadinya

perubahan dalam unit penjualan.

2) Aksi dan reaksi pesaing

Reaksi pesaing terhadap perubahan harga merupakan salah satu faktor yang

perl dipertimbangkan setiap perusahaan. Jika perubahan harga disamai oleh

(31)

sebab itu manajer pemasaran harus berusaha menentukan kemungkinan reaksi

penetapan harga pesaing.

3) Biaya dan konsekuensinya pada profitabilitas

Struktur biaya perusahaan merupakan faktor pokok yang menentukan batas

bawah harga. Artinya, tingkat harga minimal harus dapat menutup biaya. Harga

yang murah akan menyebabkan penurunan biaya jika penurunan tersebut dapat

menaikkan volume penjualan secara signifikan.

4) Kebijakan lini produk

Penetapan harga sebuah produk dapat berpengaruh terhadap penjualan produk

lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan yang sama. Perusahaaan dapat

menambah lini produknya dalam rangka memperluas served market, peluasan

ini dapat dalam bentuk perluasan vertikal dan perluasan horizontal.

Keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produknya tidak terlepas dari

metode penetapan harga yang dilakukan perusahaan. Kegagalan yang ditimbulkan

perusahaan dalam hal memasarkan produknya terkadang disebabkan

ketidakmampuan perusahaan dalam mengendalikan harga. Agar perusahaan tidak

menderita kerugian terhadap pemasaran produknya hendaknya perusahaan harus

melihat metode penetapan harga yang akan diterapkan. Walaupun terdapat berbagai

cara untuk menetapkan harga jual, namun secara teoritis menurut Kotler dan

Amstrong (2001) dalam menetapkan harga haruslah berorientasi kepada tiga hal

yaitu:

1) Faktor biaya dan daya beli

Banyak perusahaan menetapakan harga untuk sebagian besar ataupun

(32)

menentukan harga harus melihat total biaya yang telah dikeluarkan dari suatu

produk yang telah diproduksi. Sehingga harga yang telah ditetapkan akan

terjangkau oleh daya beli konsumen dan dapat bersaing di pasaran.

2) Faktor Permintaan

Penetapan harga yang berorientasi kepada permintaan menghendaki penetapan

harga yang lebih didasarkan pada persepsi konsumen dan intensitas permintaan

dan bukan pada biaya. Penetapan harga yang berorientasi pada permintaan ini

erat hubungannya dengan elastisitas permintaan dan penawaran. Bila

permintaan meningkat maka perusahaan akan cenderung meningkatkan harga

jual produksinya. Elastisitas permintaan dan penawaran terdapat pula beberapa

faktor yang perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam menetapkan harga jual,

diantaranya adalah persepsi nilai dari pihak penjual atau perusahaan itu sendiri.

3) Faktor persaingan

Dasar penetapan harga jual hasil produksi yang lainnya adalah faktor

persaingan yaitu harga jual yang ditetapkan oleh pesaing atas hasil produksinya

yang berlaku di pasar bebas. Dalam hal ini pengusaha dapat menetapkan harga

di bawah, sama atau lebih. Maksudnya perusahaan dalam menetapkan harga

harus melihat pasar pesaing, terutama untuk pesaing dengan produk sejenis.

Keuntungan yang lebih baik diraih oleh perusahaan apabila perusahaan bisa

meningkatkan volume penjualannya.

Kotler dan Amstrong (2001) menyebutkan bahwa penetapan harga jual

suatu produk dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

(33)

Dalam metode ini penjual atau produsen menetapkan harga jual untuk suatu

unit barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah dengan

sejumlah biaya lagi untuk mendapatkan laba yang diinginkan pada unit

tersebut. Rumus metode ini :

Harga Jual = Biaya Total + Marjin

Penetapan harga seperti ini paling banyak dipakai oleh pengecer dan grosir.

Mereka memberikan harga tertentu ( mark up ) yang cukup untuk menutupi

biaya toko, transport dan lain-lain (sejumlah % tertentu). Besarnya mark up

akan sangat tergantung pada produk. Mark up yang bervariasi, ini

menggambarkan perbedaan dalam biaya persatuan, perputaran, merk pabrik

dan merk privat, dan lain-lainnya.

2) Analisa titik impas dan penetapan harga untuk sasaran laba (Break-even

analysis dan target-target pricing)

Metode lainnya dalam penetapan harga yang berorientasi pada biaya adalah

“target profit pricing”. Perusahaan mencoba menetapkan harga yang akan

menghasilkan laba seperti yang telah ditetapkan sebelumnya.

Target pricing menggunakan konsep bagan break even. Bagan break even

menunjukkan total biaya dan total pendapatan (penjualan) atau total revenue

yang diharapkan pada berbagai tingkat penjualan. Metode ini digunakan oleh

perusahaan yang menetapkan harga untuk mencapai laba sebesar 15% atau

20% dari investasinya. Biasanya digunakan oleh perusahaan umum negara

(listrik, air dan telepon) untuk mendapatkan laba yang wajar dari investasi

(34)

3) Penetapan harga menurut persepsi nilai (Perceived-Value pricing)

Metode ini menetapkan harga berdasarkan nilai persepsi dari pembeli. Jadi

perusahaan akan berusaha merebut nilai persepsi tersebut, dan tidak

menetapkan harga berdasarkan biaya yang dikeluarkan oleh penjual.

Misalnya ada terdapat bermacam-macam harga yang ditetapkan oleh berbagai

rumah makan untuk suatu jenis makanan yang sama. Masing-masing

pengusaha dapat menaikkan harga karena adanya nilai tambah (value added)

menurut suasana tempat.

4) Penetapan harga dengan mengikuti harga pasar yang ada (Going-rate pricing)

Pada metode ini perusahaan mendasarkan harganya terutama pada harga

pesaing, dan kurang memperhatikan biaya atau permintaan sendiri. Perusahaan

dapat menetapkan harga yang sama, lebih tinggi, atau lebih murah dari

pesaingnya yang besar. Perusahaan kecil akan merubah harga produknya kalau

pasar merubah harga. Memang sebagian perusahaan kecil menambahkan

sedikit premi atau memotong harga yang kecil tetapi sangat memperhatikan

perbedaan harga. Misalnya pengecer kecil yang menjual bensin yang biasanya

menetapkan harga bensin lebih tinggi beberapa puluh rupiah dari penyalur

yang lebih besar.

Metode going rate pricing sangat populer. Kalau elastisitas permintaan sulit

diukur, perusahaan berpendapat bahwa harga yang berlaku pada suatu waktu

menunjukkan kebijaksanaan bersama daripada industri yang bersangkutan

mengenai harga yang akan menghasilkan laba yang wajar. Juga mereka telah

bersepakat mengadakan penyesuaian dengan harga yang berlaku, untuk

(35)

5) Penawaran harga dalam sampul tertutup atau Sealed-bird pricing

Metode penetapan harga ini adalah dalam rangka melaksanakan suatu

pekerjaan atau proyek. Jadi berdasarkan pada persaingan yang akan terjadi bila

perusahaan mengikuti suatu tender. Dalam penetapan harga, perusahaan

berpatokan kepada suatu harapan, akan berapa besar harga yang akan

ditetapkan oleh para pesaing sedangkan hubungan antara harga tersebut dengan

biaya dan permintaan perusahaan diabaikan. Perusahaan berupaya dengan giat

untuk memenangkan tender dan memperoleh kontrak, untuk itu perlu

penetapan harga yang lebih rendah dari perusahaan lainnya.

Perusahaan dapat menetapkan harga di bawah harga pokok tanpa merusak

posisi perusahaan. Sebaliknya juga, bila harga yang ditetapkan semakin tinggi di

atas harga pokok, semakin sulit peluang untuk memenangkan tender dan

memperoleh kontrak. Dengan menggunakan laba yang diharapkan sebagai kriteria

penetapan harga, wajarlah kalau perusahaan banyak penawaran. Dengan cara

untung-untungan ini, perusahaan akan mencapai laba maksimum dalam jangka

panjang.

Perusahaan dalam melakukan penjualan produknya melakukan berbagai

strategi agar produknya laku di pasar. Namun demikian hendaknya pihak

perusahaan juga melihat atau melakukan juga strategi harga untuk meningkatkan

penjualannya. Dengan kebijaksanaan harga yang diberikan kepada konsumen atau

pembeli, pihak konsumen akan merasa tertarik untuk membeli produk yang

ditawarkan.

Menurut Tjiptono, (2001) mengatakan bahwa, harga memiliki dua peranan

(36)

1. Peranan alokasi dari harga

Fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara

memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan

daya balinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para

pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada

berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari

berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang

dikehendaki.

2. Peranan informasi dari harga

Fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai factor-faktor produk,

seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli

mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara

obyektif. Presepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal

mencerminkan kualitas yang tinggi.

4. Kebijakan Promosi

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program

pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah

mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka

mereka tidak akan pernah membelinya.

Gilbert (2003) menyatakan bahwa “Promosi dapat saja merangsang

konsumen mengunjungi toko, tetapi tampilan atau penatan produk oleh pengecer

akan membuat perbedaan pada tingkat penjualan.” Pada hakikatnya promosi adalah

suatu bentuk komunikasi pemasaran, yakni segala aktivitas pemasaran yang

(37)

mengingatkan pasar sasaran atau perusahaan dan produknya agar bersedia

menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan

bersangkutan (Tjiptono, 2002).

Menurut Kotler dan Amstrong (2001) ”Bauran promosi adalah tatanan

alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya

dalam pasar sasaran. Bauran promosi sebagai kombinasi perencanaan

elemen-elemen kegiatan promosi yang terdiri dari periklanan (advertising), promosi

penjualan (sales promotion), penjualan pribadi (personal selling), hubungan

masyarakat (publicity), pemasaran langsung (direct marketing)”.

Menurut Dharmamesta (2006) tujuan promosi dalam perusahaan, yaitu :

1. Modifikasi tingkah laku

2. Dengan promosi perusahaan berusaha menciptakan kesan yang baik tentang

dirinya dan dengan demikian bisa merubah tingkah laku serta pendapat

konsumen tentang produk perusahaan sehingga mendorong pembelian produk.

3. Memberitahu

Kegiatan promosi dilakukan untuk memberitahu pasar yang dituju tentang

penawaran perusahaan perihal suatu produk.

3. Membujuk

Diarahkan terutama untuk mendorong pembelian, sering perusahaan tidak

ingin mendapat tanggapan instan dari konsumen, tetapi lebih mengutamakan

kesan positif.

4. Mengingatkan

Promosi ini dilakukan terutama untuk mengingatkan kepada masyarakat bahwa

(38)

Promosi merupakan salah satu bauran pemasaran yang digunakan oleh

perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasarnya. Promosi juga sering

dikatakan sebagai proses berlanjut, karena dapat menimbulkan rangkaian kegiatan

selanjutnya bagi perusahaan. Terdapat beberapa jenis promosi yang sering

digunakan, yaitu :

a. Iklan (Advertising)

Iklan merupakan bentuk promosi dengan menggunakan media cetak dan

elektronik. Iklan selama ini dipandang sebagai bentuk promosi yang paling

efektif. Iklan merupakan pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan

kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa

tertentu dengan biaya semurah-murahnya. Iklan dapat mempengaruhi dua

parameter kepuasan konsumen, yaitu :

a. Iklan dapat membentuk perceived quality, yang kemudian akan mempengaruhi

penilaian terhadap kualitas secara keseluruhan dan pengaruh iklan semakin besar

bila konsumen tidak dapat mengevaluasi kualitas sesungguhnya.

b. Iklan dapat mempengaruhi perceived best yaitu keyakinan bahwa merek suatu

produk adalah terbaik dikelasnya dipengaruhi citra merek. Dari keyakinan

diatas, banyak perusahaan menyediakan biaya iklan yang besar untuk dapat

memperkuat citra merek dan kesadaran merek pada benak konsumen dengan

tujuan akhirnya diharap iklan dapat membantu perusahaan untuk meraih

konsumen baru dan meningkatkan loyalitas mereknya. Pada akhirnya konsumen

yang terpengaruh dengan iklan tersebut akan melakukan keputusan pembelian

atas produk yang ditawarkan atau melakukan perpindahan pada merek lain dari

(39)

c. Penjualan Pribadi (Personal Selling) Yaitu terjadi interaksi langsung, saling

bertemu muka antara pembeli dan penjual (Swastha, 2003). Komunikasi yang

dilakukan oleh kedua belah pihak bersifat individual, dalam hal ini penjual

dituntut memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mempengaruhi atau

memotivasi pembeli dengan cara menyatakan manfaat yang akan diperoleh

pembeli sehingga terjadi persesuaian keuntungan. Manfaat personal selling :

a. Adanya hubungan langsung dengan calon pembeli sehingga dapat

mengamati secara dekat karakteristik dan kebutuhan calon pembeli.

b. Membina berbagai macam hubungan dengan pembeli, mulai dengan

hubungan perdagangan sampai hubungan persahabatan yang erat.

c. Mendapatkan tanggapan dari calon pembeli.

4. Promosi penjualan

Promosi penjualan pada dasarnya memberikan insentif kepada konsumen untuk

membeli produk-produk yang ditawarkan. Bentuk-bentuk insentifnya meliputi

pemberian diskon atau potongan harga dan hadiah langsung serta

mengikutsertakan pembeli kedalam suatu undian yang berhadiah besar.

4. Publisitas

Publisitas yang digunakan bersama dengan cara mensponsori kegiatan-kegiatan

tertentu dalam masyarakat seperti olah raga dan kesenian. Walaupun efektivitas

sering dipertanyakan, namun dapat digunakan sebagai sarana untuk

mendekatkan diri kepada masyarakat atau konsumen.

4. Kebijakan Lokasi

Lokasi berkenaan dengan penentuan dan manajemen saluran distribusi yang

(40)

tangan konsumen sasaran dalam jumlah dan jenis yang dibutuhkan, pada waktu

diperlukan, dan ditempat yang tepat.

Lokasi adalah tempat dimana sesuatu berada. Menurut Lupiyoadi (2001)

lokasi merupakan keputusan yang dibuat perusahaan berkaitan dengan dimana

operasi dan stafnya akan ditempatkan. Salah memilih lokasi perusahaan akan

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

Lokasi merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran

distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan cara penyampaian jasa kepada

konsumen dan dimana lokasi yang strategis (Lupiyoadi, 2001). Keputusan lokasi

bisnis merupakan salah satu keputusan bisnis yang harus dibuat secara hati-hati.

Istilah lokasi mengacu pada komunitas lokal.

Menurut Render dan Heizer, 2001 terdapat 6 (enam) faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan tempat/ lokasi perusahaan, yaitu :

1. Lingkungan masyarakat

Kesediaan masyarakat suatu daerah menerima segala konsekuensi baik

konsekuensi positif maupun negatif terhadap didirikannya suatu perusahaan

di daerah tersebut merupakan suatu syarat penting. Perusahaan perlu

memperhatikan nilai-nilai lingkungan dan ekologi dimana perusahaan akan

berlokasi.

2. Kedekatan dengan pasar

Dekat dengan pasar akan membuat perusahaan dapat memberikan

pelayanan yang lebih baik kepada para konsumen dan sering mengurangi

(41)

3. Tenaga kerja

Dimanapun lokasi perusahaan, harus mempunyai tenaga kerja, karena itu

cukup tersedianya tenaga kerja merupakan hal yang mendasar. Bagi banyak

perusahaan sekarang kebiasaan dan sikap calon pekerja suatu daerah lebih

penting dari ketrampilan dan pendidikan karena jarang perusahaan yang

dapat menemukan tenaga kerja baru yang telah siap pakai untuk pekerjaan

yang sangat bervariasi dan tingkat spesialisasi yang sangat tinggi, sehingga

perusahaan harus menyelenggarakan program pelatihan khusus bagi tenaga

kerja baru.

4. Kedekatan dengan bahan mentah dan supplier

Apabila bahan mentah berat dan susut cukup besar dalam proses produksi,

maka perusahaan lebih baik berlokasi dekat dengan bahan mentah. Tetapi

bila produk jadi lebih berat, besar dan bernilai rendah maka lokasi dipilih

sebaliknya. Lebih dekat dengan bahan mentah dan supplier memungkinkan

suatu perusahaan mendapat pelayanan supplier yang lebih baik.

5. Fasilitas dan biaya transportasi

Fasilitas transportasi yang baik lewat darat, udara, dan air akan

memperlancar pengadaan faktor-faktor produksi dan penyaluran produk

perusahaan. Pentingnya pertimbangan biaya transportasi tergantung

sumbangannya terhadap total biaya. Lokasi dekat dengan pasar akan

menaikkan biaya pengangkutan bahan mentah.

6. Sumber daya – sumber daya alam lainnya

Kotler dan Amstrong (2003) mengatakan bahwa perusahaan sebaiknya

(42)

pengembangan di masa depan. Dari penelitian yang dilakukan Raharjani (2005)

strategi lokasi adalah salah satu determinan yang paling penting dalam perilaku

pembelian konsumen, pengecer harus memilih lokasi yang strategis dalam

menempatkan tokonya. Dapat disimpulkan bahwa variabel lokasi adalah hal yang

dipertimbangkan oleh konsumen.

Menurut Sofa (2008) bahwa “lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap

jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual,

konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi

tempat penjual semakin mahal”.

Menurut Hurriyati (2005), ”Pemilihan tempat atau lokasi memerlukan

pertimbangan yang tepat terhadap beberapa faktor, yaitu:

1. Akses, misalnya lokasi yang mudah dijangkau sarana transportasi umum

2. Visibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan

3. Lalu lintas (traffic), di mana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan yaitu

banyaknya orang yang lalu lalang dapat memberikan peluang besar

terjadinya impulse buying dan kepadatan dan kemacetan lalu lintas dapat

pula menjadi hambatan

4. Tempat parkir yang luas dan aman

5. Ekspansi, tersedia tempat yang cukup untuk perluasan usaha di kemudian

hari

6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan,

7. Persaingan, yaitu lokasi pesaing

(43)

2.2 Teori tentang Perilaku Konsumen

2.2.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Ukuran-ukuran besar kecilnya suatu perusahaan dan strategi untuk

mendapatkan kedudukan perusahaan yang tepat di pasar akan menentukan laba

yang dapat diraihnya. Sebuah faktor kunci adalah strategi penempatan kedudukan

perusahaan yang tepat dipasar akan membantu perusahaan untuk menarik minat

konsumen membeli produk yang ditawarkan. Menurut Anoraga (2004) perilaku

konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan melalui pencarian, pembelian,

penggunaan, pengevaluasian dan penentuan produk atau jasa yang mereka

harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka.

Menurut Engel dalam Rangkuti (2003) perilaku konsumen adalah tindakan

yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkomsumsi dan menghabiskan

produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul

tindakan tersebut. Menurut Engel et al. (1995) perilaku konsumen adalah tindakan

yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan

produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti

tindakan ini. Menurut Setiadi (2003) perilaku konsumen adalah “Tindakan yang

langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk

atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan

ini.”

Ini berarti bahwa perilaku konsumen merupakan Seluruh aktivitas yang

dilakukan baik melalui proses psikologis maupun secara spontan dalam mengambil

(44)

2.2.2 Faktor-faktor Perilaku Konsumen

Menurut Simamora (2004) pembentukan perilaku dipengaruhi secara berarti

oleh pengalaman, pengaruh keluarga atau kawan, pemasaran langsung (direct

marketing), dan media massa.

1. Pengalaman

Menurut Prasetijo (2005) Pengalaman langsung oleh konsumen dalam mencoba

dan mengevaluasi produk dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap

produk tersebut. Menurut Simamora (2004) bahwa sikap terhadap produk tidak

hanya berkenaan dengan produk itu sendiri, akan tetapi juga faktor lain yang

berinteraksi dengan kita dalam proses memperoleh (membeli) produk.

2. Peran keluarga

Menurut Sumarwan (2004) keluarga adalah lingkungan di mana sebagian besar

konsumen tinggal dan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya. Anggota

keluarga akan saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pembelian

produk atau jasa. Adapun alasan mengapa mempelajari keluarga adalah penting,

yaitu: Pertama, berbagai macam produk dan jasa dibeli oleh beberapa orang

konsumen yang mengatasnamakan sebuah keluarga. Kedua, produk dan jasa

yang digunakan oleh keluarga seringkali dibeli oleh seorang anggota (individu),

namun pengambilan keputusan pembelian suatu produk atau jasa tersebut

dipengaruhi oleh anggota keluarga lain.

3. Promosi di Media massa

Promosi di media massa merupakan sumber informasi utama pada saat ini.

(45)

4. Pemasaran langsung (direct marketing)

Menurut Tjiptono (2002) dalam direct marketing, komunikasi promosi

ditujukan langsung kepada konsumen individual, dengan tujuan agar

pesan-pesan tersebut ditanggapi konsumen yang bersangkutan, baik melalui telepon,

pos atau dengan datang langsung ke tempat pemasar. Melalui direct marketing,

konsumen dapat memperoleh manfaat berupa penghematan waktu dalam

berbelanja dan bahkan dapat berbelanja secara rahasia (diam-diam). Sementara

bagi penjual, manfaat yang diperoleh adalah dapat memilih calon pembeli

secara selektif, dapat menjalin hubungan jangka panjang dengan konsumen, dan

memperoleh peluang baru yang menguntungkan.

Menurut Kotler (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen adalah kebudayaan, faktor sosial, pribadi, psikologis. Faktor-faktor

tersebut harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh dapat

(46)

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Faktor kebudayaan

Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar

untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi, perilaku dan memberikan

pengaruh paling luas dan dalam pada tingkah laku konsumen.

b. Faktor sosial

Kelas sosial merupakan pembagian masyarakat yang relatif homogen dan

permanen yang tersusun secara hierarkis yang anggotanya menganut nilai-nilai,

minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial ditentukan oleh satu faktor

tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan,

pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain. Tingkah laku konsumen

juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, yaitu:

1. Kelompok

Kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai

suatu tujuan yang ada didalam kelompok tersebut. Beberapa merupakan

kelompok primer yang mempunyai interaksi reguler tapi informal seperti

keluarga, teman, tetangga dan rekan sekerja dan kelompok sekunder yang

mempunyai interaksi lebih formal dan kurang reguler. Mencakup

organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi profesional dan serikat

pekerja.

2. Keluarga

Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam

pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi anggota keluarga

(47)

3. Peran dan status

Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut

orangorang yang ada disekitarnya. Setiap peran membawa status yang

mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Konsumen

seringkali memilih produk yang menunjukkan statusnya dalam masyarakat.

c. Faktor pribadi

Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang

berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten

dan bertahan lama terhadap lingkungan.

Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:

1. Umur dan tahap daur hidup

Konsumen mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa

hidupnya. Keputusan pembelian juga dibentuk oleh tahap daur hidup

keluarga, tahap-tahap yang akan dilalui oleh keluarga sesuai dengan

kedewasaannya. Pemasar seringkali menentukan sasaran pasar dalam

bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan suatu produk yang sesuai

serta rencana pemasaran untuk setiap tahap.

2. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.

Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat

di atas rata-rata akan barang dan jasa yang diproduksi perusahaan. Sebuah

perusahaan bahkan dapat melakukan spesialisasi dalam memasarkan produk

(48)

3. Situasi ekonomi

Situasi ekonomi sekarang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar

produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam

pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat minat. Indikator ekonomi harus

diperhatikan pemasar agar dapat mengambil langkah-langkah untuk

merancang ulang strategi pemasaran.

4. Gaya hidup

Pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas (pekerjaan,

hobi, berbelanja, olahraga, kegiatan sosial), minat (makanan, mode,

keluarga, rekreasi) dan opini yang lebih dari sekedar kepribadian

seseorang. Gaya hidup menampilkan pola bereaksi dan berinteraksi

seseorang secara keseluruhan didunia.

5. Kepribadian dan Konsep Diri Kepribadian

setiap orang jelas mempengaruhi tingkah laku pembelian. Kepribadian

mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respons

yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya

sendiri. Kepribadian biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti rasa

percaya diri, dominasi, kemudahan bergaul, otonomi, mempertahankan diri,

kemampuan menyesuaikan diri, dan keagresifan. Kepribadian dapat

bermanfaat untuk menganalisis tingkah laku konsumen untuk pemilihan

produk atau merek tertentu.

d. Faktor Psikologis

Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan tempat tinggal dan

(49)

antisipasinya pada waktu yang akan datang. Pilihan barang yang dibeli

seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologi yang penting

antara lain:

1. Motivasi

Peneliti motivasi mengumpulkan informasi mendalam dari sekelompok kecil

sampel konsumen untuk mengetahui motif yang lebih dalam terhadap

pilihan-pilihan produk mereka. Mereka menggunakan wawancara mendalam tanpa

arahan dan berbagai macam "teknik proyektif " untuk menanggalkan

penjagaan ego yaitu teknik-teknik seperti asosiasi kata, penyelesaian kalimat,

interpretasi gambar dan bermain peran. Peneliti motivasi telah mendapatkan

kesimpulan-kesimpulan yang menarik dan aneh yang ada dibenak

konsumen sehubungan dengan pembelian tertentu.

2. Persepsi

Persepsi adalah proses yang dilalui konsumen dalam memilih,

mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi guna membentuk

gambaran yang berarti mengenai produk. Konsumen dapat membentuk

persepsi berbeda dari rangsangan yang sama karena 3 macam proses

penerimaan indera, yaitu:

a. Perhatian Selektif

Kecenderungan bagi konsumen untuk menyaring sebagian besar

informasi yang mereka dapatkan, berarti membuat pemasar harus bekerja

(50)

b. Distorsi selektif

Menguraikan kecenderungan orang untuk menginterpretasikan

informasi dengan cara yang akan mendukung yang telah mereka

yakini selama mendaptakan informasi.

c. Ingatan Selektif

Konsumen cenderung lupa akan sebagian besar hal yang mereka pelajari

dan cenderung akan mempertahankan atau mengingat informasi yang

mendukung sikap dan keyakinan mereka karena adanya ingatan selektif.

3. Pengetahuan

Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang

muncul dari pengalaman. Pentingnya praktik dari teori pengetahuan bagi

pemasar adalah mereka dapat membentuk permintaan akan suatu produk yang

berhubunga dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang membangkitkan

motivasi, dan memberikan peranan positif.

5. Keyakinan dan sikap

Melalui tindakan dan pembelajaran, konsumen mendapatkan keyakinan dan

sikap. Sikap menguraikan evaluasi, perasaan dan kecenderungan dari seseorang

terhadap suatu obyek atau ide yang relatif konsisten.

Menurut Kotler (2005) perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya,

sosial, pribadi dan psikologis.

1. Faktor budaya

Faktor budaya memiliki pengaruh yang kuat dalam mempengaruhi perilaku,

(51)

2. Faktor sosial

Kelas sosial adalah pembagian masyarakat secara homogen dan permanen yang

hirarkis, dimana para anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang

sama.

3 Faktor Karakteristik

Faktor pribadi merupakan karakteristik seseorang yang berbeda dengan yang

lainnya dan memberikan tanggapan yang relatif konsistensi dan bertahan

terhadap lingkungan.

3. Faktor Psikologis,

Faktor psikologis meliputi motivasi, pembelajaran, kenyakinan, sikap dan

persepsi.

2.3 Teori tentang Keputusan Pembelian

2.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian menurut Kotler merupakan sikap seseorang untuk

membeli atau menggunakan suatu produk baik berupa barang atau jasa yang telah

di yakini akan memuaskan dirinya dan kesediaan menggung resiko yang mungkin

di timbulkanya.

Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli sebenarnya

merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan (Kotler, 2007). Keputusan

pembelian merupakan keputusan konsumen untuk membeli suatu produk atau

menggunakan jasa setelah mempertimbangkan informasi tentang produk atau jasa

tersebut sesuai dengan realitanya dan manfaat dari penggunaan produk atau jasa

Gambar

Tabel 1.1                 Daftar Penjualan Perumahan Marien Garden Tahap
Gambar 2.1 Keputusan Produk Individual
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Tabel.4.1                           Operasionalisasi Variabel  Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan Rahmat Allah SWT, syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ Pengaruh Laju Aliran Sungai Utama Dan Anak

Permasalahan penelitian ini adalah fasilitas kerja yang tidak nyaman sehingga menimbulkan keluhan Musculoskeletal rasa sakit pada otot skeletal karena posisi

Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Penawaran (BAEP) tanggal 01 September 2016 nomor : Un.03/KS.01.7/3321/2016 dan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) tanggal 05 September

Layanan Berbasis Lokasi atau lebih dikenal dengan Location Based Service (LBS) istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan teknologi yang digunakan untuk menemukan

The results of this study indicate that (1) information technology strategy making processes significantly influences the company's performance; (2) information technology

[r]

tolak dalam mengemukakan adanya kesenjangan antara harapan Universitas terhadap lulusannya setelah terjun ke lapangan dengan kenyataan pada proses pendidikan yang dilaksanakan..

Dengan berlakunya Peraturan Gubernur ini, maka Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan