• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membumikan Alquran Aplikasi Nilai nilai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Membumikan Alquran Aplikasi Nilai nilai"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai-nilai

Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan

Bernegara

Minggu, 8 Jun 2014 - 06:11 WIB

 

 

 

1. PENDAHULUAN

Setiap manusia yang beriman sungguh yakin bahwa mereka adalah zuriyat Nabi Adam ‘Alahis Salam. Hakikat ini tidak dapat diingkari sebab ia tertera di dalam Al-Quran :

Kami berfirman : Turunlah kamu semuanya dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Al-Baqarah : 38)

Menurut Imam Ibnu Katsir [1] : Allah SWT menegaskan dalam ayat di atas bahwa Dia telah mengusir Iblis, Adam dan Hawa dari syurga, lalu mereka diturunkan ke bumi. Kepada mereka didatangkan petunjuk dengan maksud para Rasul dan Kitab-Kitab dari langit silih berganti. Menurut Muqatil bin Hayyan : Petunjuk dengan maksud Nabi Muhammad SAW dan menurut Al-Hasan pula petunjuk dengan maksud Al-Quran. Kedua-dua pendapat tersebut sahih. Barangsiapa mengikuti Nabi Muhammad SAW dan Al-Quran maka mereka tidak perlu takut menghadapi Hari Akhirat, dan mereka tidak perlu bersedih hati terhadap dunia yang mereka tinggalkan.

Allah SWT menyatakan bahwa tujuan Dia menciptakan jin dan manusia agar mereka mengabdikan dirinya kepada Allah. Firman-Nya:

(2)

Allah yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana tidak akan membiarkan makhluk-Nya,

khususnya manusia supaya mencari jalan sendiri untuk menjalankan tugasnya sebagai Khalifah Allah di atas muka bumi. Dia telah menurunkan petunjuk-Nya agar dijadikan panduan atau pedoman. Dan bagi umat akhir zaman tentu saja maksud petunjuk itu

ialah Nabi Muhammad SAW dan Al-Quran.

Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman agar memasuki Islam secara menyeluruh dan melarang mereka mengikuti Syaitan. Firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan

janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah : 208)

Syed Qutub RH berkata [2] : Dalam ayat di atas Allah memanggil orang-orang yang beriman agar memasuki Islam secara menyeluruh dan pada masa yang sama melarang mereka mengikuti jejak langkah syaitan. Ini memberi isyarat bahwa jalan terbentang

dihadapan manusia di bumi ini hanya dua jalan saja, iaitu Jalan Islam dan Jalan Syaitan.

Perkataan Syaitan berasal dari perkataan “syathana” yang artinya “ba’uda” iaitu “jauh”.

Oleh itu, menurut ulama Aqidah makna Syaitan : Ba’iidun ‘An Al-Haq : Segala yang

ingin menjauhkan manusia dari kebenaran. Sedangkan Al-Haq pula segala yang datang dari Allah SWT. Ini sebagaimana firman Allah:

Kebenaran (Al-Haq) itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (Al-Baqarah : 147)

 

1. KEWAJIBAN UMAT ISLAM TERHADAP AL-QURAN:

Tujuan utama Al-Quran diturunkan oleh Allah adalah untuk dijadikan petunjuk. Ini sebagaimana dinyatakan oleh Allah di dalam firman-Nya :

(3)

penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Al-Baqarah : 185)

Dr. Ahmad Asrar di dalam kitabnya berkata [3] : Ada lima kewajiban umat Islam terhadap Al-Quran, iaitu :

Sungguh tepat pandangan di atas. Al-Quran diturunkan oleh Allah bukan hanya untuk dibaca atau dilagukan tetapi lebih dari itu untuk dijadikan pedoman. Dan adalah

mustahil Al-Quran dapat dijadikan pedoman atau panduan tanpa terlebih dahulu difahami maknanya.

Dr. Ahmad Asrar menambahkan dalam kitabnya yang sama : Menurut bahasa walaupun

makna “Tilawah” sama dengan makna “Qira-ah”, namun sebenarnya makna “Tilawah”

lebih mendalam dari makna “Qira-ah”. Maksudnya :Jika kita membaca sesuatu, lalu si

pembaca mempunyai pilihan, apakah dia ingin mempercayai atau tidak mempercayai apa yang dibacanya, apakah dia ingin mematuhi suruhan dan larangan apa yang

dibacanya, maka itu namanya “Qira-ah”. Contohnya seperti membaca : Surah Kabar

(Koran), Majalah dan lain. Tetapi jika seseorang membaca sesuatu, lalu dia tidak

mempunyai pilihan terhadap apa yang dibacanya, dia mesti laksanakan jika suruhan, dan

dia mesti jauhi terhadap larangannya, maka itu namanya “Tilawah”. Atas sebab itulah

maka istilah “Tilawah” hanya khusus untuk Quran. Itulah sebabnya di dalam

Al-Quran sungguh banyak suruhan membaca Al-Al-Quran dengan menggunakan ungkapan “Utlu”, iaitu bentuk perintah dari kata dasar “Tilawah”, contohnya:

Dan bacalah apa yang diwahyukan kepadamu, iaitu Kitab Tuhanmu (Al Quran). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah Kalimat-Kalimat-Nya. (Al-Kahfi : 27)

Para Mufassirin mengartikan “Tilawah” dengan “Ittibaa'”, iaitu mengikuti. Jadi maksud

(4)

mengetahui dan memahami maknanya, membenarkan perkhabarannya, melaksanakan suruhannya dan menjauhi larangannya.

1. BACALAH AL-QURAN :

Ayat pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah lima ayat pertama dari Surah al-‘Alaq :

 

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran Qalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-‘Alaq: 1-5)

Syeikh Al-Maraghiy berkata [5] : Maksud “Iqra'” disini ( ء ﺮﻘ ﻪ ْﺮ ﺃ ْ ﻌْ ) :

Lakukanlah apa saja yang kamu diperintahkan dari bacaan itu.

Sebahagian Mufassirin menegaskan bahwa kitab yang mesti dibaca oleh setiap manusia di dalam ayat di atas, ada dua jenis kitab, iaitu :

1. ( ٌ ﱠﺰﻨ ٌ ﻛ ) : Kitab yang diturunkan. Al-Quran kitab yang diturunkan untuk menjadi panduan

bagi umat akhir zaman. Membaca kitab jenis ini dengan maksud membacanya, memahami, merenung, mengambil pengajaran dan mengamalkannya.

2. ( ٌ ْ ْ ٌ ﻛ ) : Kitab yang diciptakan Allah. Segala ciptaan Allah, apakah alam binatang, alam

tumbuh-tumbuhan, bulan, bintang, dasar laut, perut bumi. Membaca kitab makhluk dengan maksud “research”, membuat kajian, dan penyelidikan.

Allah ‘Azza Wa Jalla Maha Mengetahui tentang kemaslahatan manusia sebab Dia-lah

mencipta mereka. Maka sewajarnya manusia membaca “Kitab Munazzal” lebih dahulu

sebelum mereka membaca “Kitab Makhluk”. Segala panduan untuk kebaikan manusia

(5)

Sebaliknya jika manusia justeru lebih dahulu membaca dan mendalami “Kitab Makhluk”, sedangkan “Kitab Munazzal” pula diabaikan. Atau jika manusia berinteraksi dengan “Kitab Munazzal” hanya dalam bidang bacaan, walaupun dilagukan dengan suara yang merdu, tetapi tidak memahami maksud kandungannya, maka tidak mustahil mereka akan sesat dari kebenaran.

Sebagai contoh : Berapa banyak manusia, hatta dari kalangan umat Islam yang

menyokong “Teori Evolusi” ciptaan Darwin yang kononnya manusia berasal dari

monyet, padahal di dalam al-Quran begitu jelas Yang Maha Pencipta menegaskan bahawa manusia berasal dari Adam dan Adam pula dicipta dari tanah, dan selanjutnya

zuriyatnya dicipta dari nutfah (sperma), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) dan

kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging).

Allah SWT berfirman :

 

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah

ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, (Al-Hajj : 5)

Inilah akibatnya apabila manusia lebih menumpukan kajiannya kepada Kitab Makhluk

tetapi jahil terhadap Kitab Munazzal. Dan akhirnya mereka terjerumus di dalam

kesesatan.

Sikap mengabaikan Al-Quran pernah menjadi kebimbangan Rasulullah SAW sehingga Baginda SAW mengadu kepada Allah sebagaimana tercantum di dalam al-Quran:

Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan”. (Al-Furqan : 30)

(6)

kepada Allah SWT tentang sikap kaumnya yang enggan memberi keutamaan kepada Al-Quran. Mereka enggan mendengarnya, enggan memahami kandungannya, enggan melaksanakan kandungannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Imam Ibnu Al-Qayyim berkata [7] : “Hajr al-Quran” iaitu mengabaikan al-Quran atau

tidak mengacuhkan al-Quran mempunyai beberapa maksud, iaitu :

1. Tidak mau mendengar al-Quran dan enggan beriman dengannya.

2. Enggan mengamalkannya, walaupun bagus bacaannya dan beriman kepadanya. 3. Enggan menjadikannya sebagai sumber hukum.

4. Enggan memahami dan tadabbur kandungannya.

5. Enggan menjadikannya sebagai penawar bagi segala penyakit hati.

Semua jenis keengganan di atas termasuk ke dalam “Hajr al-Quran” atau tidak

mengacuhkan Al-Quran, walaupun sebahagian keengganan itu lebih ringan dibandingkan dengan sebahagian keengganan yang lain.

1. BENTUK-BENTUK PENGABAIAN AL-QURAN :

Jika kita teliti secara sadar atau tidak, gejala pengabaian terhadap al-Quran sungguh banyak dilakukan oleh umat Islam dalam semua peringkat, antaranya :

1. Golongan Masyarakat Umum.

Kita sudah biasa menyaksikan bagaimana al-Quran sekedar disimpan di dalam almari atau disusun dalam perpustakaan peribadi tanpa dibaca. Dan kalaupun dibaca dan dilagukan, tetapi tidak dikaji isi kandungannya atau diamalkan dalam reliti kehidupan.

1. Golongan Intelektual Muslim.

(7)

telah diperintahkan oleh Allah SWT seperti ayat-ayat berkaitan hudud, qisas dan lain-lain.

1. Golongan Penguasa.

Pengabaikan golongan ini terhadap al-Quran adalah lebih ketara lagi. Al-Quran langsung tidak dijadikan rujukan hukum dan sumber. Para penguasa enggan untuk menerapkan hukum-hakam Allah di dalam al-Quran ini, tetapi sebaliknya lebih rela untuk menerapkan hukum-hakam skular buatan manusia. Ini semua adalah bukti nyata tentang pengabaian mereka terhadap al-Quran.

Allah SWT berfirman:

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (An-Nisaa’ : 60)

 

1. MEMBUMIKAN AL-QURAN:

Ungkapan “Membumikan al-Quran” secara implisit atau kiasan mengandungi makna

bahwa al-Quran kini masih “Melangit” sehingga perlu dibumikan. Perkataan

“Membumikan al-Quran” memberi isyarat betapa “jauhnya” al-Quran dari kenyataan

kehidupan yang kita hadapi. Padahal idealnya al-Quran itu seharusnya “dekat” dengan

kita. Jadi “membumikan al-Quran” mengandungi pengertian adanya upaya untuk

mewujudkan “yang jauh” menjadi “yang dekat”.

Agar dapat mewujudkan kondisi “Membumikan al-Quran” yang ideal diperlukan upaya

konkrit yang mendasar berupa aktiviti memahami dan menerapkan al-Quran di dalam

realiti kehidupan. “Memahami” al-Quran adalah aktiviti yang pertama, sedangkan

buahnya adalah penerapan dalam kenyataan kehidupan. Barangkali dari sinilah, maka

(8)

al-Quran secara sempurna dalam realiti kehidupan.

Membumikan al-Quran adalah mengembalikan al-Quran pada kedudukan dan fungsi sebenarnya, iaitu dengan cara mengaplikasikan seluruh syari’at atau nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya. Usaha suci ini tidak akan tercapai tanpa keberadaan Negara

Islam sebagai institusi yang menjamin pelaksanaannya secara menyeluruh dalam kehidupan individu dan masyarakat.

Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (Al-Isra’: 9)

Allah SWT menegaskan di dalam ayat ini bahwa al-Quran adalah petunjuk, sumber segala hukum, iaitu seluruh keyakinan, peraturan, norma, pandangan hidup dan cara berfikir kaum Muslimin haruslah bersumber dari al-Quran, tidak hanya dalam kehidupan individu saja, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat.

Bagi seorang Muslim Mukmin kitab Al-Quran adalah pusaka yang sangat agung untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan. Al-Quran adalah buku petunjuk ke jalan yang benar. Bagi mereka yang memahami hakikat ini dan melaksanakannya dalam kehidupan seharian, apakah secara individu, ketua masyarakat, ketua negara dan lain-lain maka mereka akan selamat dalam menjalani kehidupan di dunia yang sementara ini.

Namun demikian, jika ditanya apakah sudah cukup dengan berpandukan al-Quran saja? Maka jawabannya sudah pasti tidak ! sebab dalam Islam ada dua sumber utama yang wajib diikuti, iaitu Al-Quran dan Al-Hadis. Kedua-duanya tidak boleh dipisahkan.

Allah SWT berfirman:

(9)

Ayat ini menegaskan bahwa Mukminin dan Mukminat tidak ada pilihan dalam hidup ini kecuali mematuhi ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang tidak berbuat demikian,

maka mereka terjerumus di dalam kesesatan. Wal ‘Iyadzu Billah.

 

1. BEBERAPA CONTOH MEMBUMIKAN AL-QURAN:

Diantara bukti nyata bahwa al-Quran belum dibumikan dan betapa jauhnya sikap Umat Islam terhadap ajaran Allah SWT yang termaktub di dalam Al-Quran, ialah:

1. Anjuran membaca.

Ayat pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW adalah lima ayat pertama dari Surah al-‘Alaq. Ia memberi isyarat bahwa Islam sangat mementingkan dan menggalakkan aktiviti tulis baca. Namun sangat disayangkan, justeru umat Islam lah umat yang paling malas membaca.

1. Pengurusan masa.

Allah bersumpah dengan “Demi Masa” dalam surah al-‘Asr “. Ia menunjukkan betapa

Islam sangat mengambil berat yang berkaitan dengan “Pengurusan Masa”. Jika orang

Barat selalu dikatakan bangsa yang sangat hebat menjaga masa sehingga timbul pepatah : Don’t wait tomorrow what you can do today ! Jangan kamu tunggu esok apa yang kamu bisa lakukan hari ini ! Namun jika kita kaji maka Islam lebih hebat dari itu. Abdullah Bin

Umar RA berkata : ( ﺡ ﱠ ﺮﻈ ْﻨ ﻼ ْ ﺴْ ﺃ ﺫﺇ ء ﺴ ﺮﻈ ْﻨْﺤ ْ ﺃ ﺫﺇ ) ” Jika kamu

berpagi-pagi, maka jangan kamu tunggu petang. Dan jika kamu sedang berpetang-petang, maka jangan kamu tunggu pagi”. (Riwayat Imam Bukhari). Lagi-lagi sangat disayangkan justeru umat Islam yang banyak membuang masa.

1. Cinta ilmu pengetahuan.

Islam agama ilmu, bukan agama warisan nenek moyang. Islam telah meletakkan kedudukan orang yang berilmu begitu tinggi. Lebih-lebih lagi Ilmu Quran dan

Al-Hadis. Allah berfirman : (Niscaya) Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

(10)

(Al-Mujadilah : 11). Salaf Soleh berkata : Ilmu ialah apa yang Allah firmankan dan apa yang Rasul-Nya sabdakan. Rasulullah SAW bersabda : Orang yang paling baik dari kalangan kamu ialah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarnya kepada orang lain. (HR Bukhari)

Sungguh banyak contoh-contoh lain, antaranya tentang : Kebersihan, Disiplin, Amanah, Bekeja keras atau Rajin Berusaha, Berkata Benar, Berbaik sangka dan lain-lain.

Walaupun semua itu termaktub suruhannya di dalam al-Quran, tetapi sungguh banyak umat Islam yang tidak melaksanakannya, tetapi sebaliknya sungguh banyak larangan al-Quran justeru dilanggar.

Malahan yang lebih mengherankan lagi justeru suruhan dan larangan yang terdapat di dalam al-Quran justeru banyak dipraktekkan oleh Non Muslim alias Kuffar dalam realiti

kehidupan mereka. La Haula Wa Laa Quwwata Illa BilLaah al-‘Aliy al-‘Azim.

 

KESIMPULAN :

Berdasarkan beberapa fakta di atas, maka berikut ini akan diambil beberapa kesimpulan, antaranya :

1. Setiap umat Islam wajib yakin tanpa sedikitpun keraguan bahwa semua ketetapan Allah SWT di dalam al-Quran adalah benar belaka. Khususnya mereka yang ingin mencapai derjat al-Muttaqin. Allah berfirman:

Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (Al-Baqarah : 2 )

2. Insan yang paling tepat untuk dijadikan “Rule Model” atau contoh teladan adalah Nabi

Muhammad SAW. Sebab hanya baginda yang ma’shum dan tidak pernah salah. Allah berfirman :

(11)

3. Islam bukan hanya ibadat mahdhah dalam arti kata ritual seperti solat, puasa, zakat, haji, umrah tetapi Islam adalah “Way Of Life” atau Cara Hidup. Islam telah mengatur segalanya. Jalan yang terbentang di hadapan manusia hanya dua saja, iaitu : Jalan Allah dan Jalan Syaitan. Allah berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan 

janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh     yang nyata bagimu. (Al-Baqarah : 208)

4. Perintah Allah dalam ayat di atas agar orang-orang yang beriman masuk Islam secara “Kaaffah” yakni menyeluruh, secara implisit (tersirat) kita dilarang memasuki Islam setengah-setengah. Oleh itu, jika di dalam kehidupan di dunia ini kita sedang tidak mengikuti ajaran Islam, maka itu secara tidak langsung kita sedang berada di atas Jalan Syaitan. Padahal Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (Al-Isra’ : 53)

5. Setiap hari umat Islam memohon “Shirat al-Mustaqim” yakni Jalan Lurus minimal tujuh belas kali dalam sehari. Jalan Lurus adalah Jalan Allah dan Jalan Rasul, atau dengan kata lain Al-Quran dan Al-Hadis. Hakikat ini begitu jelas diterangkan di dalam Al-Quran.

        Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan-jalan itu

mencerai beraikan kamu dari jalannya. (Al-An’am : 153)

Sesungguhnya kamu (Muhammad) salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) diatas jalan yang lurus, (Yasin : 3-4)

6. Dalam persoalan Aqidah (Keyakinan) dan Ibadat Mahdhah (Ibadah Khusus) seperti solat, puasa, zakat dan lain-lain sudah ditetapkan oleh Al-Quran dan Al-Sunnah secara terperinci. Adapun hal-hal yang berkaitan keduniaan atau mu’amalat, Al-Quran dan Al-Sunnah hanya memberi panduan secara global atau umum. Rasulullah SAW bersabda :

(12)

7. Allah SWT menyuruh orang-orang yang beriman supaya patuh kepada Allah, Rasul-Nya dan Ulil-Amri. Ulil Amri ditafsirkan sebagai Umara’ dan ‘Ulama’. Umara’ : pemimpin dalam hal keduniaan, seperti Gubernur, Bupati, Camat. Sedangkan Ulama’ : pemimpin agama seperti Mufti, Qadhi, Pendakwah. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mutlak, sedangkan ketaatan kepada Ulil Amri, apakah Umara’ atau Ulama’ adalah bersyarat, selagi tidak bertentangan dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Hakikat ini begitu jelas tercantum di dalam firman Allah :

        Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri  di antara kamu. (Al-Nisaa’ : 59)

(13)

1. PENUTUP :

2. Islam adalah “Cara Hidup” atau Way of Life. Bangsa Arab maju dan mencapai kegemilangannya pada zaman awal ke-Islaman, bukan karena ke-Arabannya, tetapi karena mereka menerima al-Quran sepenuhnya atau dengan kata lain karena mereka telah “Membumikan al-al-Quran” dalam pengertian sebenarnya. Tetapi begitu mereka meninggalkan ajaran al-Quran, maka akibatnya Negara Arab hari ini tidak lagi disegani dunia. Walaupun mereka hidup dalam kekayaan dan kemewahan, namun mereka berada dibawah cengkraman dan mengikuti telunjuk kuasa dunia. 3. Bangsa atau suku Melayu tidak dapat dipisahkan dengan Islam. Sehingga di Malaysia dikenal

dengan ungkapan : “Melayu itu Islam dan Islam itu Melayu”, sehingga jika ada non-moslem masuk Islam, dikatakan “Masuk Melayu”. Kita mesti ingat bahwa Melayu menjadi mulia dan bermarwah bukan semata-mata karena ke-Melayuannya, tetapi jika mereka menjadikan Islam sebagai way of Life. Islam tidak melarang untuk mengekalkan tradisi atau budaya ataupun adat-istiadat Melayu, tetapi dengan syarat jika tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

4. Islam agama Ilmu, bukan agama warisan nenek moyang. Bangsa Arab yang pada asalnya dikenal sebagai “Arab Jahiliyah” akhirnya bertukar menjadi “Umat Bertamaddun” tinggi setelah mereka meninggalkan segala unsur syirik, khurafat dan budaya yang bertentangan dengan Islam, seperti membunuh anak perempuan, minum arak, berjudi, makan riba, berbunuh-bunuhan, fanatic atau ta’assub suku, zalim dan lain-lain. Akhirnya mereka menjadi bangsa yang cukup disegani oleh dua “Super Power” dunia ketika itu, yaitu Rome dan Parsi. Mereka mencapai tahap begitu tinggi karena bersedia dibentuk oleh ajaran al-Quran.

5. Membumikan al-Quran di “Alam Melayu” belum cukup hanya dengan memperelok “Qira-ah” dengan Tajwid dan bacaan yang merdu, tetapi kedepan kita mesti bertekad atau berazam untuk mempertingkatkannya ke tahap “Tilawah” sebagaimana dipaparkan di atas yang menuntut kepada setiap pembacanya agar memahami maknanya, tadabbur dan menghayatinya, melaksanakan di dalam kehidupan sehari-hari, dan menyebarkannya kepada orang lain. 6. “Membumikan al-Quran” masih belum cukup jika hanya diterapkan pada ruang lingkup yang

sempit, seperti pada diri sendiri dan keluarga masing-masing, kita sebagai umat yang beriman juga perlu bercita-cita dan berdoa semoga Allah SWT mempermudah terbentuknya suatu negara yang dapat melaksanakan hukum-hakam Allah yang termaktub di dalam al-Quran, sebab

terdapat banyak hukum-hakam di dalam al-Quran yang tidak boleh dilaksnakan secara individu, tetapi mesti dilakukan oleh pihak pemerintah seperti hukum hudud, qisas, ta’zir dan lain-lain. Sebab kaedah Ushul menyebut :

(14)

 

Contoh : Kewajiban solat tidak sempura tanpa wudhuk, maka hukum berwudhuk

sebelum solat hukumnya juga wajib. Kewajiban mengamalkan kandungan al-Quran tidak mungkin sempurna tanpa memahaminya, maka usaha ke arah memahami al-Quran menjadi suatu kewajiban. Ada beberapa “Hukum Allah” yang termaktub di dalam al-Quran tidak mungkin dilaksanakan tanpa Negara, seperti hukum Qisas, Hudud,Ta’zir dan lain-lain, maka kewujudan pemerintah yang dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut hendaknya menjadi cita-cita dan harapan setiap Umat Islam yang beriman.

—————- 

Disampaikan oleh:

 

Prof Dr Abdullah Yasin

Oleh: Prof. Dr. Abdullah Yasin. MA

Ahli Jawatan Kuasa Fatwa Negeri Perlis – Malaysia, Mantan Pegawai Dakwah di Islamic Counsellor, Kedutaan Saudi Arabia – Kuala Lumpur – Malaysia,

(15)

Pada Seminar Nasional Alquran “Membumikan Al Qur’an  :  Aktualisasi Nilai-nilai Al Qur’an dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” di Batam 7 Juni 2014

 

 

 

 

 

 

 

[1]Tafsir Al-Quran Al-‘Azim ; Imam Ibnu Katsir ; I / 87

[2]Tafsir Fi Zilal Al-Quran ; Sayyid Qutub : I / 306

[3] Maadzaa Yajibu ‘Ala al-Muslimin Tijaah al-Quran ; Dr. Ahmad Asrar

[4]Tafsir Kalam Al-Mannan ; Syeikh Abdul Rahman Bin Nasir Al-Sa’diy ; Halaman : 425

[5]Tafsir Al-Maraghiy ; Syeikh Ahmad Mustafa Al-Maraghiy ; Juz XXX / 199

[6]Tafsir Al-Quran Al-‘Azim ; Imam Ibnu Kathir ; III / 612

[7]Tafsir Al-Munir ; Prof Wahbah Al-Zuhailiy ; Juz XIX / 61

Komentar Pembaca

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat pentingnya pengendalian emosi dalam kehidupan sehari- hari, karena dengan mengendalikan emosi manusia dapat mengatasi kesedihan yang timbul, mengendalikan amarah

Dengan adanya penerapan Problem Based Learning yang merupakan model pembelajaran inovatif, peran guru sebagai pendidik harus bisa membangkitkan minat belajar siswa,

Pelat 9 lubang memiliki efisiensi tertinggi karena meskipun daya input sedikit lebih besar tetapi waktu yang diperlukan lebih singkat sehingga membutuhkan energi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompensasi langsung dan budaya kerja terhadap kinerja karyawan PT Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Icon Sumatera Utara.. Penelitian

Proses Manufaktur atau Proses Produksi yang digunakan untuk memproduksi kuningan melibatkan kombinasi bahan baku yang sesuai ke dalam logam cair

Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari laritan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran partikel

Berdasarkan pernyataan dan bukti-bukti terkait topik penelitian yang telah dikemukakan diatas maka, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai kualitas