• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MENULIS PERSUASI SISWA KELAS X MA AL FATAH NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN MENULIS PERSUASI SISWA KELAS X MA AL FATAH NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KEMAMPUAN MENULIS PERSUASI SISWA KELAS X MA AL FATAH NATAR

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

M. BURHANUDIN ROBBANI

Masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah kemampuan menulis persuasi siswa kelas X MA Al Fatah Natar tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini ber-tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis persuasi siswa tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 22 siswa atau 20% dari jumlah populasi se-banyak 108 siswa pada kelas X MA Al Fatah Natar. Teknik pengumpulan data digunakan adalah tes menulis karangan persuasi.

(2)

KEMAMPUAN MENULIS PERSUASI SISWA KELAS X MA AL FATAH NATAR

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

M. BURHANUDDIN ROBBANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

KEMAMPUAN MENULIS PERSUASI SISWA KELAS X MA AL FATAH NATAR

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh

M. BURHANUDDIN ROBBANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

RIWAYAT HIDUP... v

PERSEMBAHAN... vi

MOTTO... vii

SANWACANA... viii

DAFTAR ISI... ix

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 7

II.LANDASAN TEORI 2.1 Menulis... 8

2.1.1 Tujuan Menulis... 9

2.1.2 Manfaat Menulis... 10

2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Menulis... 11

2.2 Kalimat dan Kalimat Efektif... 12

2.2.1 Kalimat... 12

2.2.2 Kalimat Efektif... 13

2.2.3 Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat... 26

2.3 Paragraf... 31

2.3.1 Syarat-Syarat Paragraf... 32

2.3.2 Jenis-Jenis Paragraf... 37

2.3.3 Teknik Pengembangan Paragraf... 38

2.4 Karangan... 40

2.4.1 Unsur-Unsur Karangan... 40

2.4.2 Bagian-Bagian Karangan... 42

2.4.3 Kriteria Karangan yang Baik... 43

2.4.4 Jenis-Jenis Karangan... 46

2.5 Pengertian Persuasi... 46

(5)

3.1Metode Penelitian... 51

3.2Populasi Penelitian... 51

3.3Sampel Penelitian... 52

3.4Teknik Pengumpulan Data... 53

3.5Indikator Penilaian ... 55

3.6Teknik Analisis Data... 61

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian... 62

4.1.1 Kemampuan Menulis Karangan Persuasi pada Aspek Kesatuan Gagasan (Kohesi)... 64

4.1.2 Kemampuan Menulis Karangan Persuasi pada Aspek Kepaduan Gagasan (Koherensi) ... 65

4.1.3 Kemampuan Menulis Karangan Persuasi pada Aspek Struktur Kaliamat (Efektivitas) ... 67

4.1.4 Kemampuan Menulis Karangan Persuasi pada Aspek Pemilihan Kata (Diksi) ... 68

4.1.5 Kemampuan Menulis Karangan Persuasi pada Aspek Penggunaan Ejaan... 69

4.2Bahasan Penelitian... 70

4.2.1 Pembahasan Tingkat Kemampuan Menulis Karangan Persuasi pada Aspek Kesatuan Gagasan (Kohesi)... 75

4.2.2 Pembahasan Tingkat Kemampuan Menulis Karangan Persuasi pada Aspek Kepaduan Gagasan (Koherensi)... 82

4.2.3 Pembahasan Tingkat Kemampuan Menulis Karangan Persuasi pada Aspek Struktur Kaliamat (Efektivitas)... 89

4.2.4 Pembahasan Tingkat Kemampuan Menulis Karangan Persuasi pada Aspek Pemilihan Kata (Diksi)... 99

4.2.5 Pembahasan Tingkat Kemampuan Menulis Karangan Persuasi pada Aspek Penggunaan Ejaan... 108

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan... 120

5.2Saran... 121

(6)
(7)
(8)

MOTO

“...Allah SWT akan mengangkat derajat orang yang beriman dan orang-orang yang diberi pengetahuan (berilmu).”

(QS. Al-Mujadalah: 11)

“Sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan yang menyertainya. Maka jika

kamu telah selesai (dari suatu pekerjaan/urusan), tetaplah bekerja keras (unutk urusanyang lain). Hanya kepada Allah-lah engkau berharap.”

(QS. As-Syarh: 6—8)

(9)
(10)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Alloh SWT, Tuhan semesta alam, tak ada suatu apa pun yang berada di langit dan di bumi kecuali dalam pantauan-Nya. Dengan rahmat serta izin-Nya pula karya tulis ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam moga selalu tercurahkan kepada baginda Rosululloh Muhammad SAW yang se-lalu kita tunggu syafaatnya di hari kiamat kelak.

Dengan penuh kerendahan hati, penulis persembahkan karya tulis ilmiah ini ke-pada:

1. Orang tuaku tercinta (Drs. Amron bin Muhammad Sururi, M.Pd.I. dan Dra. Sri Nurhayati) yang selalu memberikan kasih sayang, nasihat, inspirasi, dan motivasi yang tiada henti kepada penulis.

2. Adik-adikku tersayang (Luthfiana Fitri Amalia, S.Pd., Ahmad Faqih Afina Nura, Kholida Dzatulubbi, dan Jazaul Farikha Al-Hanif) yang selalu memberikan inspirasi dan hiburan kepada penulis.

(11)

RIWAYAT HIDUP DAN PENDIDIKAN

Penulis yang dilahirkan di Boyolali pada tanggal 21 November 1989 adalah putra pertama dari pasangan Amron bin Muhammad Sururi dan Sri Nurhayati. Penulis mengenyam bangku sekolah TK sampai MA di Pondok Pesantren Al Fatah Natar. Penulis menyelesaikan pendidikan TK pada tahun 1995, pendidikan MI/SD pada tahun 2002, pendidikan MTs/SLTP pada tahun 2005, dan pendidikan MA/SMA pada tahun 2008.

(12)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kemampuan Menulis Persuasi Siswa Kelas X MA Al Fatah Natar Tahun

Pelajaran 2013/2014”. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada

Nabi Muhammad sholallohu’alaihi wa salam.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Iqbal Hilal, M.Pd., selaku pembimbing I atas segala keikhlasan dan kesabarannya dalam membimbing penulis.

2. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II atas segala keikhlasannya dalam membimbing dan memotivasi penulis.

3. Dr. Munaris, M.Pd., selaku penguji utama atas segala motivasi dan masukan yang sangat berarti bagi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

4. Dra. Ny Nyoman Wetty Suliani, M.Pd., selaku pembimbing akademik atas segala motivasi dan bimbingannya dalam memecahkan permasalahan selama berada di bangku kuliah.

5. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidkan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.

(13)

yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.

9. Seluruh staf di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Lampung.

10. Kepala sekolah, dewan guru, dan seluruh staf MA Al Fatah Natar.

11. Siswa kelas X MA Al Fatah Natar yang telah berpartisipasi dan membantu selama proses penelitian berlangsung.

12. Kedua orang tuaku tercinta ayahanda Drs. Amron Bin Muhammad Sururi, M.Pd.I. dan ibunda Dra. Nurhayati yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis di setiap sujudnya.

13. Adik-adikku tersayang (Luthfiana Fitri Amalia, S.Pd., Ahmad Faqih Afina Nura, Kholida Dzatullubi, dan Jazaul Fariha Al Hanif).

14. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan motivasi.

15. Teman-teman angkatan 2008 atas kebersamaan dan kekompakan yang selalu kita ciptakan. Suatu kebahagiaan dan kebanggaan dapat hadir kehidupan kalian dan mengukir sejarah bersama.

16. Teman-teman KKN (ardi, alex, desi, elsa, fika, indah, isut, dan tanty) atas segala kebersamaan, kekompakan dan ketoleransian serta pengalaman yang kita ciptakan selama 3 bulan bersama. Suatu kenangan yang tidak akan pernah ternafikan dan terlupkan.

(14)

Semoga Allah subhanahuwata’ala membalas semua kebaikan pihak-pihak yang telah membantu penulis dengan pahala yang berlimpah. Amiin. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi kemajuan pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis,

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Di mana pun manusia berada pasti memerlukan bahasa karena bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Bahasa digunakan oleh manusia untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Pada proses inilah terlihat bagaimana bahasa berperan besar di dalamnya demi terciptanya komunikasi yang hangat antara penutur dan mitra tutur. Oleh karena itu, eksistensi bahasa merupakan suatu konsep esensial untuk berlangsungnya kehidupan manusia di dunia.

Bahasa digunakan oleh manusia untuk mengungkapkan pikirannya. Cara me-ngungkapkan pikiran dilakukan manusia dengan cara dua hal, yaitu secara lang-sung dan tidak langlang-sung. Mengungkapkan secara langlang-sung adalah proses pe-ngungkapan pikiran yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur dengan cara langsung bertatap muka. Sedangkan secara tidak langsung, penutur mengung-kapkan perasaan atau pikirannya dengan tidak bertatap muka langsung dengan mitra tutur. Akan tetapi, proses ini menggunakan suatu media atau perantara.

(16)

memanifes-2

tasikan keterampilan tersebut, salah satunya dengan mengenyam bangku didikan. Dengan demikian, pendidikan merupakan komponen yang sangat pen-ting karena di sana seseorang akan banyak diajarkan tentang keterampilan ber-bahasa.

Di dalam Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), standar kompetensi bahan kajian bahasa Indonesia tidak hanya diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan berbahasa, yaitu (1) keterampilan mendengar (menyimak), (2) kete-rampilan berbicara, (3) ketekete-rampilan membaca, dan (4) ketekete-rampilan menulis. Akan tetapi, keempat terampilan tersebut harus diintegrasikan dengan keteram-pilan menghargai nilai-nilai budaya dan agama antarpeserta didik. Dengan demi-kian, pelaksana pendidikan diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang bukan hanya terampil berbahasa, tetapi juga berakhlak mulia dan mensyukuri adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.

(17)

Secara umum, menulis merupakan suatu proses sekaligus suatu produk (hasil). Menulis sebagai suatu proses berupa pengelolaan ide atau gagasan dari tema atau topik yang dipilih untuk dijadikan sebuah paragraf atau wacana tertentu yang se-suai dengan kondisi dan konteksnya. Sedangkan kemampuan menulis yang me-nuntut kemampuan untuk menyatakan perasaan, kehendak, dan pikiran dengan bahasa tulisan merupakan suatu pruduk dari sebuah keterampilan yang harus dikuasai para siswa.

(18)

4

Masalah yang timbul dalam proses pembelajaran menulis dan masalah kemam-puan siswa dalam menulis sebagaimana tersebut di atas disebabkan oleh faktor utama pada diri siswa, antara lain: (1) motivasi siswa dalam menulis sangat minim, (2) konsep atau bahan yang yang dimiliki siswa untuk dikembangkan menjadi tulisan sangat terbatas, (3) kemampuan siswa menafsirkan fakta untuk ditulis sangat rendah, (4) kemampuan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang memiliki kesatuan yang logis dan padu serta diikat oleh struktur bahasa tergolong rendah pula.

(19)

Penggunaan topik sebagai alat bantu dalam penulisan karangan persuasi akan membantu siswa untuk menghasilkan sebuah tulisan yang lebih terarah. Selain itu, hal ini membantu siswa untuk dapat kreatif menemukan gagasan dan ide-ide, serta fokus pada fakta-fakta tertentu. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat menu-lis karangan persuasi dengan baik dan benar sebagai salah satu kompetensi dasar yang harus mereka kuasai. Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan siswa kelas X MA Al Fatah Natar dalam menulis karangan persuasi berdasarkan topik yang telah ditentukan.

Penelitian tentang kemampuan menulis telah banyak dilakukan oleh para peneliti, di antaranya Yinda Dwi Gustira, 2012, Kemampuan Menulis Narasi Berdasarkan Teks Drama Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Gedongtataan Tahun Pelajaran

2011/2012; Febrian Adi Laksono, 2010, Kemampuan Menulis Paragraf Eksposisi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Nganju; Yeni Susanti, 2013, Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Padang; Roswati, 2013, Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bintan Tahun Ajaran 2012/2013. Dengan adanya penelitian-penelitian tersebut, penulis

tertarik untuk meneliti kemampuan menulis persuasi yang peneliti anggap memi-liki ciri khas pada diksi dan bagian penutupnya.

(20)

6

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang muncul dalam pe-nelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan menulis karangan persuasi siswa kelas X MA Al Fatah Natar tahun ajaran 2013/2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan menulis karangan persuasi siswa kelas X MA Al Fatah Natar tahun ajaran 2013/2014.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perbendaharaan yang berman-faat baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori yang berkaitan dengan keterampilan menulis persuasi khususnya. Adapun secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi;

1. informasi bagi guru MA Al Fatah Natar yang mengajarkan Bahasa dan Sastra Indonesia tentang kemampuan siswa menulis karangan persuasi;

2. bahan masukan guru MA Al Fatah Natar yang mengajarkan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia secara tulisan, dan;

(21)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan judul penelitian, ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. subjek penelitian ini adalah siswa kelas X di MA AL Fatah Natar tahun pelajaran 2013/2014;

2. objek penelitian ini adalah kemampuan menulis karangan persuasi; 3. tempat penelitian ini adalah MA AL Fatah Natar;

4. penelitian ini dilaksanakan pada tahun akademik 2013/2014;

(22)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Menulis

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomuni-kasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 2008: 3). Sejalan dengan hal itu, Lado dalam Gustira (2012: 8) mengemukakan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya. Sementara itu, Akhadiah, dkk. (1996: 8) menambahkan bahwa menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak dan waktu. Menulis juga dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain dengan media tulis.

(23)

2.1.1 Tujuan Menulis

Tujuan utama menulis adalah sebagai sarana komunikasi tidak langsung. Tujuan menulis secara umum adalah memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, mence-ritakan kejadian, meringkaskan (Gustira, 2012: 9). Selain itu, tujuan menulis pada dasarnya adalah menyampaikan gagasan, pikiran, dan kehendak kepada orang lain dengan cara tidak langsung. Tarigan (2008: 24-25) mengemukakan tujuan menulis sebagai berikut:

a) memberi tahu atau mengajarkan (information discourse) b) meyakinkan atau mendesak (persuasive discourse)

c) menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik di sebut literer (literary discourse).

Selain itu, menulis memiliki banyak tujuan lain yang sangat penting. Hugo Harting (dalam Tarigan, 2008:25-26) mengklasifikasikan tujuan penulisan, antara lain tujuan penugasan (assingnment purpose), tujuan altruistik (altruistic se), tujuan persuasi (persuasive purpose), tujuan penerangan (information purpo-se), tujuan pernyataan diri (self-expressive purpopurpo-se), tujuan kreatif (creative

(24)

10

2.1.2 Manfaat Menulis

Menulis merupakan sautu keterampilan yang kompleks. Menulis juga suatu kete-rampilan berbahasa yang sangat penting dan memiliki banyak manfaat. Gustira (2012: 10) mengemukakan manfaat-manfaat menulis sebagai berikut:

1. Menulis dapat digunakan untuk mengembangkan daya inisiatif dan kreatif. Berkaitan dengan unsur mekanik seperti bahasa, ejaan, dan tanda baca harus didukung juga dengan unsur kreativitas yang tidak bisa lepas dari kemam-puan untuk berinisiatif dan berkemamkemam-puan menciptakan hal-hal yang baru. 2. Menulis juga dapat menyumbang kecerdasan. Dengan menulis, penulis dapat

melahirkan pengetahuan, pengalaman, jenis tulisan, sehingga penyajian sesuai dengan konvensi tulisan. Untuk diperlukan pengetahuan dan pengalamam yamg luas, kemampuan mengendalikan emosi, menata serta mengembangkan ide dengan daya nalar dalan berbagai level berpikir.

3. Menulis juga dapat menumbuhkan keberanian. Pada saat menulis akan timbul rasa keberanian yang meliputi pemikiran, perasaan, sikap, dan gaya untuk di-sampaikan kepada pembaca. Oleh karena itu, penulis harus berani menerima berbagai kritikan dari pembaca.

Selain itu, Akhadiah, dkk. (dalam Suriamiharja 1996: 4) mengemukakan bahwa ada 8 kegunaan atau manfaat menulis, antara lain:

(25)

2. Penulis dapat berlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan me-nulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya.

3. Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi se-hubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wa-wasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan. 4. Penulis dapat berlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis

serta mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menje-laskan permasalahan yang semula masih samar.

5. Penulis akan dapat meninjau dan menilai gagasannya sendiri secara lebih ob-jektif.

6. Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan mudah memecahkan per-masalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret.

7. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secar aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penya-dap informasi dari orang lain.

8. Dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Menulis

(26)

12

Dalam hal ini, Keraf (2010: 2) memaparkan faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan menulis sebagai berikut:

1. menguasai pengetahuan bahasa yang meliputi penguasaan kosakata aktif, penguasaan kaidah gramatikal, dan penguasaan gaya bahasa;

2. memiliki kemampuan penalaran yang baik; dan

3. memiliki pengetahuan yang baik dan mantap mengenai objek garapannya.

Seseorang dapat dikatakan sebagai penulis yang baik jika telah mampu mengga-bungkan iide dan gagasan dengan benar sehingga karyanya dapat dipahami de-ngan baik oleh pembacanya. Sebaliknya, belum dapat dikatakan penulis yang baik jika karya tulisnya sulit dimengerti oleh pembacanya yang disebabkan kerancuan makna dan ketidakpaduan struktur bahasanya. Selain itu, penulis yang ulung ada-lah penulis yang mampu memanfaatkan situasi yang tepat (Tarigan, 2008: 22).

2.2 Kalimat dan Kalimat Efektif

Kalimat merupakan cikal bakal sebuah paragraf atau dan karangan. Sedangkan ka-limat efektif adalah kaka-limat pembangun paragraf dan karangan yang baik. Oleh karena itu, keberadaannya tidak dapat dipisahkan dalam mengarang. Berikut ini, penulis akan memaparkan definisi kalimat, kalimat efektif, dan ciri-ciri kalimat efektif.

2.2.1 Kalimat

(27)

bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam bahasa tulis, intonasi final kalimat di-lambangkan dengan titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!) (Finoza, 2002: 107).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang berbentuk lisan atau tulisan, memiliki struktur mi-nimal subjek (S) predikat (P), dan mengungkapkan pikiran yang utuh dengan di-tandai adanya intonasi final.

2.2.2 Kalimat Efektif

Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut kalimat efektif. Kali-mat efektif adalah kaliKali-mat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya seca-ra tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secaseca-ra tepat pula (Suyanto, 2011: 48). Sejalan dengan pendapat di atas, Finoza (2002: 128) menyatakan bah-wa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/ penulis secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara te-pat pula. Selain itu, Badudu dalam Putrayasa (2010: 1) mengemukakan bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh si pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikir-kan atau dirasadipikir-kan oleh si penutur atau si penulis.

(28)

14

penutur/penulis secara tepat sehingga dapat diterima dan dipahami oleh pende-ngar/pembaca secara tepat pula.

Untuk menjadi efektif, sebuah kalimat harus memenuhi kriteria/ciri tertentu. Putrayasa (2010: 54) mengatakan bahwa kalimat efektif memiliki empat sifat/ciri, yaitu kesatuan (unity), kehematan (economy), penekanan (emphasis), dan kevari-asian (variety). Sejalan dengan hal itu, kalimat efektif harus memenuhi paling ti-dak enam syarat, yaitu adanya (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) keparalelan, (4) ke-tepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan (Finoza, 2002: 128). Sementara itu, Suyanto (2011: 50—59) memaparkan ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut.

1. Kesatuan dan Kesepadanan

Kesatuan dalam suatu kalimat bisa dibentuk jika ada keselarasan anatrsubjek-predikat, predikat-objek, dan predikat-keterangan. Kesepadanan memiliki ciri sebagai berikut.

a. Subjek (S) dan Predikat (P)

Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur inti atau pokok pembicaraan. Contoh:

1) Siska menulis surat untuk neneknya di Bandung. 2) Mencabut gigi hanya dilakukan ketika terpaksa.

(29)

b. Kata Penghubung Intrakalimat dan Antarkalimat

Kata hubung yang menghubungkan kata dengan kata dalam sebuah frase (kelompok kata) atau menghubungkan kalusa dengan klausa di dalam sebuah kalimat disebut konjungsi intrakalimat. Sedangkan kata hubung yang menghubungkan kalimat dengan kalimat lain dalam sebuah paragraf disebut konjungsi antarkalimat.

Contoh:

1) Proyek ini akan berhasil dengan baik jika semua anggota bekerja sesuai dengan petunjuk.

2) Dia sudah berkali-kali tidak menepati janjinya padaku. Oleh karena itu, aku tidak dapat mempercayainya lagi.

c. Gagasan Pokok

Biasanya gagasan pokok diletakkaan pada bagian depan kalimat. Jika seorang penulis hendak menggabungkan dua kalimat, maka penulis harus menentukan bahwa kalimat yang mengandung gagasan pokok harus menjadi induk kalimat.

Contoh:

1) Ia ditembak mati ketika masih dalam tugas militer. 2) Ia masih dalam tugas militer ketika ditembak mati.

(30)

16

2. Kesejajaran

Kalimat efektif harus mengandung kesejajaran antara gagasan yang diungkapkan dan bentuk bahasa sebagai pengungkapnya. Kesejajaran dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama dan dipakai dalam susunan serial (Akhadiah dkk. dalam Suyanto, 2011: 52). Kesejajaran dapat dibedakan atas kesejajaran bentuk, kesejajaran makna, dan kesejajaran bentuk berikut maknanya.

a. Kesejajaran Bentuk

Bentuk kalimat yang tidak tersusun secara sejajar dapat mengakibatkan kalimat itu tidak serasi.

Contoh:

1. Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi pimpinan belum menye-tujuinya.

Ketidaksejajaran kalimat di atas disebabkan oleh penggunaan bentuk kata kerja pasif diusulkan yang dikontraskan dengan bentuk aktif menyetujui. Agar menjadi sejajar, bila bagian yang pertama menggunakan bentuk pasif, hendaknya bagian kedua pun menggunakan bentuk pasif. Seba-liknya, jika yang pertama aktif, berikutnya pun aktif. Dengan demikian, kalimat tersebut akan memiliki kesejajaran jika bentuk kata kerjanya di-seragamkan menjadi sebagai berikut.

1. a. Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui pim-pinan. atau

(31)

b. Kesejajaran Makna

Kesejajaran makna dapat diukur dengan logis tidaknya bahasa yang digunakan. Hal ini dipengauhi oleh cara berpikir seseorang. Jika pikiran seseorang sedang kacau, maka bahasa yang digunakan cenderung kacau dan berbelit-belit.

Contoh:

1. Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar satu milyar akan dibangun tahun depan.

Pertanyaan yang timbul adalah mungkinkah pembangunan itu dibangun? Jawabannya tentu ―tidak‖ karena pembangunan lazimnya dilaksanakan, dilakukan, atau dimulai, bukan dibangun. Jadi, kalimat tersebut seha- rusnya menjadi:

1. a. Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana a sekitar satu milyar akan dilaksanakan tahun depan. atau

b. Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana a sekitar satu milyar akan dimulai tahun depan.

c. Kesejajaran Bentuk dan Makna

(32)

18

Contoh:

1. Menurut beberapa pakar arkeolog mengatakan bahwa Candi Borobudur dibangun pada masa dinasti Syailendra.

Penyebab ketidaksejajaran kalimat di atas adalah penggunaan kata menu-rut yang diikuti ungkapan mengatakan bahwa. Seharusnya, jika sudah

menggunakan kata menurut, maka ungkapan mengatakan bahwa tidak perlu digunakan lagi. Sebaliknya, jika menggunakan ungkapan mengata-kan bahwa, maka kata menurut tidak perli dipakai lagi. Kalimat di atas lebih tepat diungkapkan seperti berikut.

1. a. Menurut beberapa pakar arkeolog, Candi Borobudur dibangun aa pada masa dinasti Syailendra. atau

b. Para pakar arkeolog mengatakan bahwa Candi Borobudur aaaadibangun pada masa dinasti Syailendra.

3. Penekanan

(33)

a) Pemindahan Letak Frase

Untuk memberi penekanan pada bagian tertentu sebuah kalimat, penulis dapat memindahkan letak frase atau bagian kalimat pada bagian depan kalimat. Cara itu disebut juga pengutamaan bagian kalimat.

Contoh:

1. Prof. Dr. Herman Yohanes berpendapat, salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya pertamina adalah rasio yang maasih timpang antara jumlah pegawai pertamina dan produksi minyaknya. 2. Salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya pertamina,

menurut Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang maasih timpang antara jumlah pegawai pertamina dan produksi minyaknya.

3. Rasio yang maasih timpang antara jumlah pegawai pertamina dan produk-si minyaknya adalah salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.

Kalimat-kalimat tersebut menunjukkan bahwa ide yang dipentingkan diletakkan di bagian awal kalimat. Dengan demikian, walaupun ketiga kalimat tersebut memiliki pengertian yang sama, tetapi ide pokok menjadi berbeda.

b) Mengulang Kata-Kata yang Sama

(34)

20

penting. Pengulangan kata yang demikian dianggap dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas.

Contoh:

1. Dalam pembiayaan harus ada keseimbangan antara pemerintah dan swasta, keseimbangan domestik luar negri, keseimbangan perbankan dan lembaga keuangan nonbank.

2. Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya.

Kedua kalimat tersebut lebih jelas maksudnya dengan adanya pengulangan pada bagian kalimat (kata) yang dianggap penting.

4. Kehematan dalam Menggunakan Kata

Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya jangkauan makna yang diacu (Putrayasa, 2010: 55). Kehematan dalam kalimat efektif merupakan kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak perlu. Sebuah kata dikatakan hemat bukan karena jumlah katanya sedikit. Kehematan itu menyangkut tentang gramatikal dan makna kata. Yang utama adalah seberapa banyak kata yang bermanfaat bagi pembaca atau pendengar. Untuk penghematan kata-kata, hal-hal berikut perlu diperhatikan.

a) Pengulangan Subjek Kalimat

(35)

Contoh:

1. Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan perusahaan itu.

2. Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai mema-suki ruangan.

Kalimat-kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menghilangkan kata-kata yang bergaris bawah. Kalimat tersebut menjadi seperti berikut.

1. Pemuda itu segera mengubah rencana setelah bertemu dengan perusa-haan itu.

2. Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui mempelai memasuki ru-angan.

b) Hiponim Dihindarkan

Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi. Di dalam makna kata tesebut terkandung makna dasar kelompok kata yang bersangkutan.

Contoh:

1. Bulan Juli tahun ini, Unila mengadakan Semester Pendek (SP) di semua jurusan yang ada di FKIP.

2. Warna hijau dan warna ungu adalah warna kesukaan ibu Karimah. Kalimat di atas lebih efektif jika diubah menjadi sebagai berikut.

1. Juli tahun ini, Unila mengadakan Semester Pendek (SP) di semua jurusan yang ada di FKIP.

(36)

22

c) Penghilangan Bentuk yang Bersinonim

Dua kata atau lebih yang mengandung fungsi yang sama dapat menye-babkan kalimat tidak efektif, misalnya adalah merupakan, seperti misalnya, agar supaya, dan demi untuk. Oleh karena itu, pengefektifan kalimat semacam itu dapat dilaku-kan dengan menghilangkan salah satu dari kata-kata tersebut.

Contoh:

1. Kita perlu bekerja keras agar supaya tugas ini dapat berhasil.

Kalimat di atas lebih efektif jika diubah menjadi seperti berikut. 1. a. Kita perlu bekerja keras agar tugas ini dapat berhasil. atau

b. Kita perlu bekerja keras supaya tugas ini dapat berhasil.

d) Penghilanga Makna Ganda yang Jamak

Kata yang bermakna jamak, seperti semua, segala, seluruh, para, dan segenap dapat menimbulkan ketidakefektifan jika digunakan secara bersama-sama dengan bentuk ulang yang juga bermakna jamak.

Contoh:

1. Semua data-data itu dapat diklasifikasikan dengan baik.

2. Beberapa kelurahan-kelurahan di Bandar Lampung sudah melakukan bersih-bersih untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Kalimat di atas diubah menjadi:

1. Semua data itu dapat diklasifikasikan dengan baik.

(37)

e) Pemakaian Kata Depan Dari dan Daripada

Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat), asal (asal-usul), sedangkan daripada berfungsi untuk mem-bandingkan suatu benda atau hal dengan benda atau hal lainnya.

Contoh:

1. Pak Edy berangkat dari Lampung pukul 14.00 WIB. 2. Adiknya lebih pandai daripada kakaknya.

Berikut ini penggunaan dari dan daripada yang tidak benar. 1. Anak dari tetangga saya pekan ini akan berlibur ke Bandung.

2. Walikota menekankan bahwa pembangunan ini kepetingan daripada rakyat harus diutamakan.

5. Kevariasian dalam Struktur Kalimat

Kevariasian ini tidak kita temukan dalam kalimat demi kalimat, atau pada kali-mat-kalimat yang dianggap sebagai struktur bahasa yang berdiri sendiri. Ciri ke-variasian akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain. Kemungkinan variasi kalimat tersebut sebagai berikut.

a) Variasi dalam Pembukaan Kalimat

(38)

24

1) Frase Keterangan (Waktu, Tempat Cara)

Contoh: Gemuruh suara teriakan serempak penonton ketika penyerang tengah menyambar umpan dan menembus jala kipper pada menit sembilan belas.

2) Frase Benda (Nomina)

Contoh: Mang Usil dari kopas menganggap hal ini sebagai satu isyarat sederhana untuk bertransmigrasi.

3) Frase Kerja (Verba)

Contoh: Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini.

4) Partikel Penghubung

Contoh: Karena bekerja terlalu berat ia jatuh sakit.

b) Variasi dalam Pola Kalimat

Untuk keefektifan kalimat dan menghindari suasana monoton yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek-predikat-objek dapat diubah menjadi predikat-objek-subjek atau yang lainnya.

Contoh:

1. a. Dosen muda itu belum dikenal oleh mahasiswa Unila (S-P-O). b. belum dikenal oleh mahasiswa Unila dosen muda itu (P-O-S).

(39)

c) Variasi dalam Jenis Kalimat

Untuk mencapai keefektifan, sebuah kalimat berita atau pertanyaan dapat dikatakan dalam kalimat tanya atau perintah.

Contoh:

... Presiden SBY sekali menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memakai bahan bakar dan energi dalam negeri. Apakah kita menangkap makna peringatan tersebut?

Dalam kutipan tersebut terdapat satu kalimat yang dinyatakan dalam bentuk tanya. Penulis tentu mengatakannya dalam kalimat berita. Akan tetapi, untuk mencapai keefektifan, ia memakai kalimat tanya.

d) Variasi Bentuk Aktif-Pasif Contoh:

1. a. Pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat mena- namnya dan memeliharanya. Lagi pula tidak perlu memupuknya. Kita hanya menggali lubang, menanam, dan menunggu buahnya.

Bandingkan dengan kalimat berikut.

(40)

26

Kalimat 1a semuanya berupa kalimat aktif, sedangkan alimat 1b berupa kalimat aktif dan pasif. Kalimat kedua bervariasi, tetapi hanya variasi aktif-pasif.

2.2.3 Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat

Ketidakefektifan kalimat dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor ter-sebut meliputi (1) kontaminasi atau kerancuan, (2) pleonasme, (3) ambiguitas atau keambiguan, (4) ketidakjelasan subjek, (5) kemubaziran preposisi, (6) kesalahan logika, (7) ketidaktepatan bentuk kata, (8) ketidaktepatan makna kata, (9) penga-ruh bahasa daerah, dan (10) pengaru bahasa asing (Putrayasa, 2010: 95).

1. Kontaminasi atau Kerancuan

Kontaminasi ialah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa Indonesia diistilah-kan dengan kerancuan. Rancu artinya kacau. Kalimat yang rancu adalah kali-mat yang susunannya tidak teratur sehingga informasinya sulit dipahami. Menurut Badudu dalam Putrayasa (2010:96) gejala kontaminasi ini dapat dibe-dakan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. kontaminasi kalimat;

b. kontaminasi susunan kata; dan c. kontaminasi bentukan kata.

2. Pleonasme

Pleonasme berarti pemakaian kata-kata yang berlebihan. Berikut ini beberapa contoh gejala pleonasme.

(41)

Contoh:

1) Pada zaman dahulu kala banyak orang menyembah berhala. 2) Mulai dari waktu itu ia jera berjudi

3) Sejak dari kecil ia sakit-sakitan.

4) Sangat sedikit sekali perhatiannya pada pelajaran.

b) Kata kedua sebenarnya tak perlu lagi karena pengertian yang terkandung pada kata itu sudah terkandung pada kata yang mendahuluinya.

Contoh:

1) naik ke atas, turun ke bawah, mundur ke belakang, maju ke muka, melihat dengan mata kepala, menendang dengan kaki, dll.

c) Bentuk jamak dinyatakan dua kali Contoh:

1) Para guru-guru sedang rapat.

2) Presiden mengunjungi beberapa negara-negara sahabat. 3) Semua murid-murid sayang dan hormat kepadanya. 4) Di ruang itu dipamerkan lima puluh buah lukisan-lukisan.

3. Ambiguitas atau Keambiguan

Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi masih menimbulkan tefsiran ganda tidak termasuk kalimat yang efektif. Perhatikan contoh kalimat berikut!

a. Tahun ini SPP mahasiswa baru dinaikkan.

(42)

28

Berikut adalah perbaikan kalimat di atas.

a. 1) tahun ini SPP mahasiswa-baru dinaikkan. (menerangkan mahasiswa) 2) SPP mahasiswa tahun ini baru dinaikkan. (menerangkan baru)

b. 1) Rumah aneh milik sang jutawan itu akan segera dijual. (menerangkan rumah)

2) Rumah sang jutawan aneh itu akan segera dijual. (menerangkan sang jutawan)

4. Ketidakjelasan Unsur Inti Kalimat

Kalimat yang baik memang harus mengandung unsur yang lengkap. Dalam hal ini, kelengkapan unsur kalimat sekurang-kurangnya harus memenuhi dua hal, yaitu subjek dan predikat. Jika predikat kalimat itu berupa kata kerja transitif, unsur kalimat yang disebut objek juga harus hadir. Unsur lain, yakni keterangan, kehadirannya bersifat skunder atau tidak terlalu dipentingkan. Contoh:

a. Pembangunan itu untuk menyejahterakan masyarakat. (S-K)

b. Bagi para mahasiswa yang akan mengikuti ujian harus melunasi uang SPP. (K-P-O)

Agar menjadi efektif, kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi: 1. a. Pembangunan itu menyejahterakan masyarakat. (S-P-O)

b. Pembangunan itu bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat. (S-P-Pel)

(43)

5. Kemubaziran Preposisi dan Kata

Ketidakefektifan kalimat sering disebabkan oleh pemakaian preposisi yang tidak perlu.

Contoh:

a. Anak dari Pak Bagus menjadi polisi.

b. Sepeda dari adik rusakberat karena ditabrak mobil. c. Kaki dari meja itu patah.

Berdasarkan struktur bahasa Indonesia, kalimat-kalimat tersebut dapat diper-baiki menjadi:

a. Anak Pak Bagus menjadi polisi.

b. Sepeda adik rusakberat karena ditabrak mobil. c. Kaki meja itu patah.

6. Kesalahan Nalar

Nalar menentukan apakah kalimat yang kita tuturkan adalah kalimat yang logis atau tidak. Nalar ialah aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis. Pikiran yang logis adalah pikiran yang masuk akal yang berterima. Contoh :

a. Hadirin yang kami hormati. Kita tiba sekarang pada acara berikut yaitu sambutan bapak bupati. Waktu dan tempat kami persilakan!

b. Pengemudi Mobil Tangki Premix Siap Diajukan ke Pengadilan.

(44)

30

Kalimat-kalimat di atas mengalami kesalahan nalar. Berikut pembenarannya. a. Hadirin yang kami hormati. Kita tiba sekarang pada acara berikut yaitu

sambutan bapak bupati. Bapak Bupati kami persilakan!

b. Pengemudi Mobil Tangki Premix Akan Segera Diajukan ke Pengadilan. c. Dalam lomba itu, Raminra dari Bali keluar sebagai juara pertama,

sedang-kan Widi dari Surabaya keluar sebagai juara kedua.

7. Ketidaktepatan Bentuk Kata

Dewasa ini, banyak kita jumpai bentuk kata yang menyimpang (tidak tepat) dari aturan yang ada. Misalnya: pengrusakan, pengluasan, perlawatan, dan perletakan. Bentuk seperti ini timbul karena pengaruh bahasa Jawa (Suyanto, 2011: 61).

8. Ketidaktepatan Makna Kata

(45)

9. Pengaruh Bahasa Daerah

Banyak kata dari bahasa daerah masuk ke dalam bahasa Indonesia, mem-perkaya perbendaharaan kata-katanya. Kata-kata seperti heboh, becus, lumayan, mendingan, gagasan, gembleng, ganyang, cemooh, semarak, bobot, macet, seret, awet, sumber, dan melempem, semua berasal dari bahasa daerah.

Kata-kata bahasa daerah yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia tampaknya tidak menjadi masalah jika digunakan dalam pemakaian sehari-hari. Akan tetapi, bahasa daerah yang belum berterima dalam bahasa Indo-nesia inilah yang perlu dihindari penggunaannya agar tidak menimbulkan kemacetan dalam berkomunikasi sehingga informasi yang disampaikan men-jadi tidak efektif.

10. Pengaruh Bahasa Asing

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bahasa lain, bahasa daerah dan bahasa asing. Pengaruh itu di satu sisi dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia, tetapi di sisi lain dapat juga meng-ganggu kaidah tata bahasa Indonesia sehingga menimbulkan ketidakefektifan kalimat.

2.3 Paragraf

(46)

32

144). Sementara itu, Arifin dan Tasai (2008: 115) mengemukakan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kali-mat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau memunyai ke-terkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sejalan dengan per-nyataan tersebut, Suyanto (2011: 66) menyatakan bahwa paragraf merupakan se-perangkat kalimat yang berkaitan erat satu sama lainnya. Kalimat-kalimat disusun menurut aturan tertentu sehingga makna yang dikandungnya dapat dibatasi, di-kembangkan, dan diperjelas.

Berdasarkan pendapat dan teori tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa pa-ragraf adalah penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan yang berupa sepe-rangkat kalimat yang satu sama lainnya saling berkaitan dalam membentuk se-buah gagasan atau topik.

2.3.1 Syarat-Syarat Paragraf

Paragraf merupakan suatu kesatuan kalimat yang kompleks. Untuk mebangun se-buah paragraf yang baik dibutuhkan syarat-syarat tertentu. Menurut Arifin dan Tasai (2008: 116-117), paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan, yaitu kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf. Sedangkan Akhadiah dkk. (2008: 148-153) mengemukakan syarat-ayarat dalam membentuk sebuah paragraf sebagai berikut:

1. Kesatuan

(47)

pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut.

Paragraf dianggap memiliki kesatuan jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu ti-dak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.

Contoh :

Setiap negara pada dasarnya harus mampu menghidupi dirinya sendiri dari kondisi, posisi, dan potensi wilayahnya masing-masing. Tetapi, tidak setiap wilayah kondisinya memungkinkan, posisinya menguntungkan, atau memiliki potensi yang cukup untuk memberikan kesejahteraan ke-pada rakyat yang bermukim di wilayah itu, sehingga harus men-cukupinya dari tempat lain yang hampir selalu menyangkut kepentingan negara lain. Untuk itu, dibinalah hubungan internasional yang memung-kinkan terbukanya setiap negara untuk mencukupi kebutuhannya dari negara lain melalui jalan damai. Namun, untuk mencukupi kebutuhan ini tidak jarang pula ditempuh jalan kekerasan. Oleh sebab itu, masalah uta-ma setiap negara selain meningkatkan kesejahteraan negaranya, juga mempertahankan eksistensinya yang meliputi kemerdekaan, kedaulatan, kesatuan bangsa, dan keutuhan wilayahnya.

(48)

34

a) setiap negara seharusnya mampu menghidupi dirinya sendiri. b) tidak semua negara kondisinya memungkinkan

c) diperlukan hubungan dengan negara lain.

Perincian atau penjelasan ini diurutkan sedemikian rupa sehingga hubungan an-tara satu kalimat dengan kalimat yang lain merupakan satu kesatuan yang bulat.

2. Kepaduan

Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah koherensi atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kali-mat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang memiliki hubungan timbal balik. Pembaca dapat de-ngan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi, kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat.

Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan: a. Unsur kebahasaan yang digambarkan dengan;

1) repetisi atau pengulangan kata kunci 2) kata ganti

(49)

b. Pemerincian dan Urutan Isi Paragraf

Bagaimana cara mengembangkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf dan bagaiman hubungan antara pikiran utama dengan pikiran-pikiran penjelas dapat dilihat dari urutan perinciannya. Perincian ini dapat diurutkan secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khu-sus-umum), menurut urutan ruang (spasial), menurut proses, dan dapat juga dari sudut pandang yang satu ke sudut pandang yang lain.

Contoh :

Dalam mengajarkan sesuatu, langkah pertama yang perlu kita lakukan ia-lah menentukan tujuan mengajarkan sesuatu itu. Tanpa adanya tujuan yang sudah ditetapkan, materi yang kita berikan, metode yang kita gunakan, dan evaluasi yang kita susun tidak akan banyak memberikan manfaat bagi anak didik dalam menerapkan hasil proses belajar mengajar. Dengan menge-tahui tujuan pengajaran, kita dapat menentukan materi yang akan kita ajar-kan, metode yang akan kita gu-naajar-kan, serta bentuk evaluasinya, baik se-cara kualitatif maupun kuantitatif.

(50)

36

c. Kelengkapan

Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Seba-liknya, suatu paragraf dikatakan tidak lengkap jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.

Contoh :

(1) Suku dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak suka berselisih atau bersengketa.

(2) Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah. (3) Masalah kelautan yang duhadapidewasa ini ialah tida adanya peminat

(51)

Paragraf ke (1) merupakan paragraf yang hanya diperluas dengan pengu-langan. Kita lihat ungkapan bertengkar pada kalimat pertama hanya diu-langi dengan sinonimnya yaitu kata berselisih dan bersengketa. Paragraf ke (2) hanya terdiri dari satu kalimat yaitu kalimat topik. Tidak ada kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menunjang kejelasan kalimat-kalimat topik. Dengan kata lain, kalimat topik tidak dikembangkan. Sedangkan paragraf ke (3) adalah paragraf yang lengkap. Penulis sudah berusaha mengemuka-kan contoh tentang masalah kelautan, sehingga dengan contoh-contoh tersebut masalahnya menjadi jelas. Jadi, dalam mengembangkan paragraf, kita harus menyediakan detail yang cukup untuk menunjang kalimat topik.

2.3.2 Jenis-Jenis Paragraf

Berdasarkan jenisnya, Arifin dan Tasai (2008: 122) membagi paragraf menjadi tiga bagian, yaitu paragraf pembuka, paragraf pengembang, paragraf penutup. 1. Paragraf Pembuka

(52)

38

2. Paragraf Pengembang

Paragraf pengembang adalah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir di dalam bab atau anak bab. Paragraf ini mengem-bangkan pokok pembicaraaan yang dirancang. Dengan kata lain, paragraf pengembang me-ngemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh sebab itu, satu paragraf dan paragraf lain harus memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis.

3. Paragraf Penutup

Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan dari semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.

2.3.3 Teknik Pengembangan Paragraf

(53)

1. Secara alamiah

Dalam teknik ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada objek atau kejadian yang dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam urutan; (a) urutan ruang (spasial) yang membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari atas ke bawah, dari kanan ke kiri, dan sebagainya; (b) urutan waktu (urutan kronologis) yang menggam-barkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau tindakan.

2. Klimaks dan Antiklimaks

Pada teknik ini, gagasan utama mual-mula diperinci dengan sebuah gagasan ba-wahan yang dianggap paling rendah kedudukannya, kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau ke-pentingannya.

3. Umum Khusus — Khusus Umum

(54)

40

2.4 Karangan

Karangan merupakan hasil dari pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea un-tuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu (Finoza, 2004: 192). Se-lain itu, menulis atau mengarang adalah proses menggambarkann suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 2008: 22).

Tarigan (2008: 20) mengemukakan bahwa menulis karangan merupakan komulasi beberapa paragraf yang tersusun dengan sistematis, koheren, uniti, ada bagian uta-ma pengantar, isi, dan penutup–ada progresi, semua memperbincangkan sesuatu serta tertulis dalam bahasa yang sempurna. Sementara itu, ada juga yang me-ngatakan bahwa menulis karangan adalah mengungkapkann semua secara jujur, tanpa rasa emosional yang berlebihan, realistis, dan tidak menhamburkan kata-kata secara tidak perlu (Heuken dalam Gustira, 2012: 13).

Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Tarigan yang me-nyatakan bahwa menulis karangan merupakan komulasi beberapa paragraf yang tersusun dengan sistematis, koheren, uniti, ada bagian utama pengantar, isi, dan penutup–ada progresi, semua memperbincangkan sesuatu serta tertulis dalam ba-hasa yang sempurna.

2.4.1 Unsur-Unsur Karangan

(55)

1. Isi Karangan

Isi karangan merupakan gagasan yang mendasari keseluruhan karangan. Gagasan yang baik didukung oleh:

a. pengoprasian gagasan, yaitu kepaduan hubungan antarparagraf; b. kesesuaian isi dengan tujuan penulisan;

c. kemampuan mengembangkan topik. Pengembangan topik yang baik ada-lah pengembangan yang tulus, rinci, dan tunggal.

2. Aspek Kebahasaan

Unsur-unsur kebahasaan yang dapat dijadikan petunjuk bahasa yang baik da-lam karangan adalah sebagai berikut:

a. Kalimat di dalam karangan harus efektif agar informasi yang disampaikan dapat lebih jelas dan tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca. Kalimat efektif memiliki ciri-ciri, yaitu (1) kesepadanan dan kesatuan, (2) kesejajaran bentuk, (3) penekanan, (4) kehematan dalam menggunakan kata-kata, dan (5) kevariasian dalam struktur kalimat.

b. Ejaan dalam penulisan yang dipakai berpedoman pada Ejaan yang Disem-purnakan. Ejaan adalah keseluruhan peraturan dalam melambangkan bunyi-bunyi ujaran, menempatkan tanda-tanda baca, memotong suatu kata, dan menggabungkan kata-kata. Di dalam EYD, hal yang dibahas dalam pe-nelitian ini dibatasi hanya pada pemakaian huruf kapital, tanda titik, tanda koma, tanda petik, tanda seru, dan tanda tanya.

(56)

42

merupakan kata-kata baku yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indo-nesia.

3. Penggunaan Teknik Penulisan yang Baik

Hal ini dapat dilihat dari kerapihan karangan, keterkaitan judul dengan isi kara-ngan, kesan umum yang menarik bagi pembaca, serta karangan yang kohesif (Akhadiah dkk., 1996: 118).

2.4.2 Bagian-Bagian Karangan

Bagian-bagian karangan meliputi pendahuluan, isi, dan penutup. Adapun fungsi-fungsinya adalah sebagai berikut.

1. Pendahuluan

Pendahuluan berfungsi untuk: a. menarik minat pembaca;

b. mengarahkan perhatian pembaca;

c. menjelaskan secara singkat ide pokok atau tema karangan; dan d. menjelaskan bila dan bagaimana suatu hal diperbincangkan.

2. Isi

Isi berfungsi untuk menjembatani antara bagian pendahuluan dan bagian pe-nutup. Bagian ini merupakan pembahasan dari suatu ide.

3. Penutup

Penutup berfungsi untuk: a. simpulan;

(57)

c. klimaks;

d. melengkapi; dan

e. merangsang pembaca mengerjakan sesuatu tentang apa yang sudah diker-jakan atau diceritakan (Tarigan, 2009: 7).

2.4.3 Kriteria Karangan yang Baik

Karangan yang baik memiliki kriteria sebagai berikut. 1. Tema Karangan

Tema karangan dalam sebuah karangan merupakan salah satu faktor yang menentukan karangan menjadi baik. Berhasil atau tidaknya kegiatan menulis karangan ditentukan menarik tidaknya tema yang dipilih (Heuken dalam Gustira, 2012: 16). Tema yang baik adalah tema yang memiliki kejelasan, ke-satuan, keutuhan, dan keaslian. Tema akan menjadi jelas apabila memiliki hubungan yang jelas. Karangan yang memiliki satu gagasan sentral berarti adanya kesatuan tema. Keutuhan pengembangan tema, maksudnya tema di-perinci secara; logis, teratur, dan utuh. Keaslian tema dimiliki apabila penga-rang mengemukakan pikiran dan perasaan dengan jujur. Sebuah tema akan dinilai setinggi-tingginya jika telah dikembangkan secara jujur dan segar, digarap secara terperinci dan jelas sehingga dapat menambah informasi yang berharga bagi perbendaharaan pengetahuan pembaca (Keraf, 2003: 121).

2. Keselarasan Isi dengan Judul

(58)

44

a. singkat; b. provokatif; dan

c. relevan dengan isi karangan (Keraf, 2003: 320).

3. Ketepatan Ide dalam Paragraf

Sebuah paragraf harus memiliki ide pokok yang akan dikembangkan menjadi pa-ragraf. Paragraf yang baik harus memili syarat-syarat tertentu. Akhadiah dkk. (1994: 67) mengemukakan syarat-syarat tersebut sebagai berikut.

a. Kesatuan (Kohesi)

Kesatuan dalam paragraf merupakan semua kalimat yang membina parag-raf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu. Paragraf dianggap memiliki kesatuan jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.

b. Kepaduan (Koherensi)

(59)

c. Pengembangan Paragraf

Pengembangan paragraf adalah penyusunan atau perincian dari gagasan-gagasan yang membina paragraf itu.

4. Ketepatan Susunan Kalimat

Susunan sebuah kalimat sangat penting. Ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca menuangkan ide-ide pokok dalam paragraf. Begitu pula hubungan ka-limat satu dengan kalmat lain yang diungkapkan secara tepat akan ikut menen-tukan kejelasan gagasan.

5. Ketepatan Memilih Kata (Diksi)

Dalam memilih kata terdapat dua persyaratan pokok yang harus diperhatikan, yaitu ketepatan dan kesesuaian. Persyaratan ketepatan menyangkut makna dan aspek logika kata-kata. Kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan pengertian yang akan disampaikan. Persyaratan kesesuaian menyangkut keco-cokan antara kata yang digunakan dengan situasi/kesempatan dan keadaan pembaca. Jadi menyangkut kecocokan antara kata yang digunakan dengan situ-asi/kesempatan dan keadaan pembaca (Akhadiah, 1999: 83).

6. Ketepatan Penggunaan Ejaan

(60)

46

2.4.4 Jenis-Jenis Karangan

Ditinjau dari cara pengembangannya, karangan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu (1) narasi, (2) eksposisi, (3) argumentasi, (4) deskripsi (Parera, 1984: 3). Pendapat lain mengatakan bahwa karangan dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu (1) deskripsi (pelukisan), (2) eksposisi (pemaparan), (3) argumentasi (pem-bahasan), (4) persuasi (pembujukan), (5) narasi (pengisahan), dan (6) campu-ran/kombinasi (Finoza, 2009: 238).

Dari dua pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Finoza yang menya-takan bahwa karangan dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu (1) deskripsi (pelukisan), (2) eksposisi (pemaparan), (3) argumentasi (pembahasan), (4) per-suasi (pembujukan), (5) narasi (pengisahan), dan (6) campuran/kombinasi. Hal ini akan memudahkan penulis untuk menganalisis data (karangan) yang akan menjadi objek penelitian.

2.5 Pengertian Persuasi

(61)

Ketiga teori tersebut diperkuat oleh pendapat Setiyono dkk. (2009 : 198) yang mengatakan bahwa paragraf persuasi adalah tulisan ilmiah yang berbentuk prosa dengan tujuan mengajak atau memengaruhi (psikis) pembaca agar melakukan sesuatu.

Berdasarkan pendapat dan teori-teori di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi gagasan, pendapat, dan fakta dengan tujuan untuk memengaruhi psikis atau emosional pembaca sehingga pembaca mau mengikuti apa yang dikehendaki penulisnya.

2.5.1 Unsur-Unsur Persuasi

Dalam menyusun karangan atau paragraf persuasi harus diperhatikan unsur-unsur berikut: (1) bahasa, (2) nada, (3) detail (4) pengaturan (organisasi), dan (5) kewe-nangan (Akhmadi dalam Jauhari, 2013: 67).

1. Penggunaan Bahasa

Dalam karangan atau paragraf persuasi, pemilihan kata (diksi) dan kalimat untuk menyampaikan gagasan sangat penting. Oleh sebab itu, karangan persuasi memerlukan gaya dan estetika tertentu.

2. Nada

(62)

48

3. Detail

Detail dalam persuasi berfungsi untuk meyakinkan pembaca. Detail yang baik adalah detail yang esensial dalam mendukung persuasi. Detail yang baik adalah detail yang memenuhi kriteria pentingtidaknya digunakan dalam persuasi, jumlah dan jenis detailnya sesuai dengan ide pokok, serta yang ada korelasinya dengan ide pokok.

4. Organisasi

Organisasi adalah pengorganisasian detail dalam karangan persuasi atau pe-ngatura detail dalam kerangka mengubah keyakinan dan pandangan pembaca. Maksudnya, pengaturan detail-detail itu disusun agar mampu mengarahkan keyakinan dan pandangan pembaca.

5. Kewenangan

Kewenangan dalam persuasi adalah kewenangan profesional sesuai dengan profesinya yang mampu menunjukkan pola pikir bermutu. Maksudnya, baik atau buruknya dalam membuat dan merancang paragraf persuasi sangat ditentukan dari kualitas penulisnya. Oleh karena itu, pembaca akan lebih percaya dengan karangan yang baik dan dihasilkan oleh orang yang pro-fesional.

2.5.2 Macam-Macam Persuasi

(63)

dibagi menjadi empat, yaitu (1) persuasi politik, (2) persuasi pendidikan, (3) per-suasi advertensi, dan (4) perper-suasi propaganda (Finoza, 2002: 199).

1. Persuasi Politik

Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering menggunakan persuasi jenis ini untuk ke-perluan politk dan kenegaraannya.

2. Persuasi Pendidikan

Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bi-dang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, misalnya, bisa menggunakan persuasi ini untuk memengaruhi peserta didiknya supaya mereka giat belajar, senang membaca, dan lain-lain.

3. Persuasi Advertensi atau Periklanan

Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memper-kenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini, di-harapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, dan berusaha untuk memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan.

4. Persuasi Propaganda

(64)

50

untuk berbuat sesuatu. Persuasi propaganda sering dipakai untuk kegiatan kampanye.

(65)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penenlitian

Penelitian ini mengggunakan metode analisis deskriptif yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan menulis paragraf persuasi berdasarkan tema pada siswa kelas X MA Al Fatah Natar tahun ajaran 2013/2014 secara objektif. Menurut Nawawi (1996: 63), metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah dengan memaparkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hal ini dilakukan untuk memecahkan ma-salah yang dihadapi oleh siswa dalam menulis, khususnya pada menulis karangan persuasi berdasarkan topik.

3.2 Populasi Penelitian

(66)
[image:66.595.108.449.121.216.2]

52

Tabel 3.1 Daftar Populasi Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Al Fatah Natar Tahun Ajaran 2013/2014

(Sumber: Data Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Natar Tahun Ajaran 2013/2014)

3.3Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 109). Subjek dari penelitian ini tergolong banyak. Oleh karena itu, dilakukan penelitian sampel. Penetapan sampel penelitian ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2002:112) apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjek ba-nyak dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih bergantung pada kemam-puan peneliti, sempit luasnya wilayah pengamatan, dan besar resiko penelitian. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik proportional cluster random sampling.

Berdasarkan pendapat di atas, sampel penelitian ini ditentukan sebanyak 20% dari jumlah populasi sebanyak 108 siswa, yaitu 22 responden. Sampel tersebut diambil secara acak pada empat kelas paralel. Dengan demikian, setiap kelas diambil 20% sebagai sampel penelitian. Adapun distribusi sampel dipaparkan dalam tabel be-rikut.

No Kelas Jumlah

1 2 3 4

X A X B X C X D

25 31 23 29

(67)

Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Dari Jumlah Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Al aaFatah Natar Tahun Ajaran 2013/2014.

No Kelas Jumlah

Siswa

20% dari Jumlah Siswa

Sampel yang Ditetapkam

1 X A 25 5 5

2 X B 31 6,2 6

3 X C 23 4,6 5

4 X D 29 5,8 6

Jumlah 108 21,6 22

Pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak dengan teknik undian. Langkah-langkah penyampelan dengan teknik undian adalah seba-gai berikut.

1) Membuat daftar nama populasi penelitian dan memberi kode nomor urut un-tuk masing-masing subjek penelitian.

2) Memberi kode nomor urut yang ditulis pada kertas kecil dan digulung rapi. 3) Memasukkan gulungan kertas ke dalam kotak kemudian mengocok kotak

ter-sebut dan mengambil satu per satu gulungan kertas sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan pada setiap kelasnya.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik tes tertulis. Jenis tes yang digunakan adalah tes kemampuan menulis karangan persuasi. Objek pene-litian ini adalah karangan siswa. Adapun prosedur dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut.

1) Siswa diberikan sebuah kertas dan diperintahkan untuk menulis identitas dan tugas yang hendak dikerjakan.

[image:67.595.112.511.131.230.2]
(68)

54

3) Topik tersebut kemudian dikembangkan menjadi sebuah karangan persuasi dengan panjang karangan 80—300 kata dan dengan waktu 2 x 45 menit. 4) Topik yang telah dikembangkan menjadi karangan persuasi harus sesuai

de-ngan aspek yang telah ditentukan oleh peneliti. Aspek-aspek penilaian ter-sebut adalah kesatuan gagasan (kohesi), kepaduan gagasan (koherensi), struk-tur kalimat (efektivitas), penggunaan diksi, dan penggunaan ejaan.

Setelah diperoleh data (hasil kerja) siswa, data tersebut kemudian dianalisis oleh dua penskor. Adapun langkah-langkah penskoran adalah sebagai berikut:

1) membaca dan menskor setiap lembar hasil pekerjaan (karangan) siswa per aspek;

2) mencari rerata hasil penskoran dari penskor I dan penskor II;

3) menentukan skor per aspek dengan mengambil nilai tengah skor I dan skor II; 4) menjumlah skor karangan secara utuh;

5) menentukan tingkat kemampuan rata-rata menulis paragraf persuasi berdasar-kan topik secara keseluruhan dengan rumus:

X = Jumlah Skor Perolehan Siswa Jumlah Skor Maksimal

[image:68.595.111.481.630.726.2]

6) menarik simpulan.

Tabel 3.3 Tolok Ukur Penilaian

Kelas Interval Keterangan

85-100 Sangat Baik

70-84 Baik

55-69 Cukup

40-54 Kurang

<40 Sangat Kurang

(69)

3.5Indikator Penilaian

Pada penelitian ini, peneliti membuat lima indikator penskoran dengan bobot nilai yang berbeda-beda. Adapun indikator-indikator tersebut meliputi kesatuan ga-gasan (kohesi) dengan bobot nilai 30, kepaduan gaga-gasan (koherensi) dengan bobot nilai 30, struktur kalimat (efektivitas) dengan bobot nilai 15, penggunaan diksi dengan bobot nilai 15, dan penggunaan ejaan dengan bobot nilai 10. Untuk lebih mengetahui lebih jelas indikator-indikator tersebut, peneliti mema-parkan pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Indikator Penskoran Kemampuan Menulis Paragraf Persuasi

No Indikator Kualitatif Skor Deskriptor

1. Kesatuan gagasan

Sangat Baik

Baik

26—30 (85-100)

21—25 (70—84)

Topik dikembangkan de-ngan jelas, rinci, dan tun-tas. Terdapat bukti data (fakta dan opini) yang tepat sehingga dapat me-ngajak,menghimbau, dan memengaruhi pikiran dan perasaan pembaca. Tidak terdapat kalimat yang menyimpang dari topik. Jika pun ada, hanya 1-2 kalimat yang samar-samar dalam men-jelaskan kalimat topik-nya. Namun, hal ini tidak memengaruhi kejelasan topik.

(70)

piki-56

Cukup

Kurang

Sangat Kurang

17—20 (55—69)

12—16 (40—54)

≤ 11 (≤ 40)

ran dan perasaan pem-baca. Namun, mulai ter-dapat 1-2 kalimat yang menyeleweng dari topik. Hal ini mengakibatkan mulai terjadinya kekabu-ran topik.

Topik dikembangkan de-ngan kurang jelas, ku-rang rinci, dan kuku-rang tuntas. Terdapat bukti data (fakta dan opini) yang kurang tepat se-hingga kurang dapat mengajak, menghimbau, dan memengaruhi pi-kiran dan perasaan pem-baca. Selain itu, terjadi kesalahan atau penye-lewengan pada salah satu pa-ragraf. Hal ini menye-babkan kekaburan topik. Topik dikembangkan de-ngan tidak jelas, kurang rinci, dan kurang tuntas. Terdapat bukti data (fak-ta dan opini) yang tidak tepat sehingga kurang dapat mengajak, meng-himbau, dan meme-ngaruhi pikiran dan pera-saan pembaca. Selain itu, terjadi kesalahan atau penyelewengan pada 2-3 paragraf. Hal ini menye-babkan ketidaksesuaian topik.

(71)

2. Kepaduan gagasan

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

26—30 (85-100)

21—25 (70—84)

17—20 (55—69)

12—16 (40—54)

Gagasan dikembangkan secara runtun dalam membangun paragraf de-mi paragraf. Antara satu kalimat dengan kalimat lain saling berhubungan dan nyaris tidak terjadi kesalahan. Jika pun ada, hanya 1-2 kalimat yang samar-samar dalam pe-ngorganisasian gagasan. Tetapi hal itu tidak me-mengaruhi kepaduan ka-rangan

Gagasan yang dikem-bangkan mulai tidak run-tun dalam membangun paragraf demi paragraf. Antara satu kalimat de-ngan kalimat lain mulai kurang berhubungan ka-rena mulai terjadi 1-2 ke-salahan pada kalimatnya. Hal ini mulai menggang-gu kepaduan karangan. Gagasan dikembangkan secara tidak runtun da-lam membangun para-graf demi parapara-graf. An-tara satu kalimat dengan kalimat lain mulai tidak berhubungan karena ter-jadi 3-4 kesalahan pada kalimatnya. Hal ini mengganggu kepaduan karangan.

.

(72)

58

Sangat Kurang

≤ 11

(≤ 40) Tidak ditemukan bahan penelitian.

3. Struktur kalimat

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

13—15 (85-100)

11—12 (70—84)

9—10 (55—69)

6—8 (40—54)

≤ 5 (≤ 40)

Struktur kalimat yang digunakan untuk mem-bangun karangan nyaris tidak terjadi kesalahan (efektif). Jika pun ada, hanya 1-2 kalimat yang tidak efektif dalam kese-luruh karangan.

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Populasi Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Al Fatah Natar      Tahun Ajaran 2013/2014
Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Dari Jumlah Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Al  aaFatah Natar Tahun Ajaran 2013/2014
Tabel 3.3 Tolok Ukur Penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal penggunaan mobile banking , ketika nasabah atau pengguna merasa bahwa informasi yang disajikan dalam mobile banking akurat dan terbebas dari error maka

Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk memanfaatkan pembelajaran Gallery Walk mempermudah proses belajar dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga

Dari Tabel 8 atau Gambar 5 di atas terlihat bahwa bahan bakar solar berada pada posisi teratas, artinya energi yang terbentuk lebih besar jika dibandingkan dengan campuran

Sehingga untuk mengatisipasi hal tersebut perlu adanya upaya penataan kawasan untuk mengurangi pencemaran lingkungan diantaranya melalui edukasi produksi bersih,

berfungsi untuk mengambil kembali amoniak dan hidrogen yang terkandung dalam purge gas (purging gas sintesa) yang dikeluarkan oleh Pabrik Amoniak Pusri II, Pusri III dan Pusri

Telah dibuat modul sadapan EKG Lead I, Lead II, dan Lead III yang berfungsi sebagai penangkap sinyal EKG murni dari tubuh, rangkaian minimum sistem microcontroller

[4.1.1] Bahwa para Teradu tidak memperlihatkan kepatutan dan kelayakan sebagai Penyelenggara Pemilu bahwa dalam penanganan dugaan pelanggaran Pemilihan Gubernur

Pada tenaga kerja yang mengalami tekana darah tinggi akan menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat sehingga jantung membesar. Selanjutnya terjadi sesak napas