Mutiara Dini
ABSTRAK
KEMAMPUAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
Mutiara Dini
Masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan siswa menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014
pengumpulan data dilakukan memlalui tes menulis teks laporan hasil observasi yang telah ditentukan. Selanjutnya analisis data dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu (1) mengumpulkan setiap lembar hasil tes siswa; (2) membaca setiap lembar hasil tes siswa; (3) mengoreksi hasil tes siswa; (4) memberi skor pada hasil tes siswa berdasarkan indikator yang telah ditentukan;
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang dilahirkan di Baturaja pada 17 Mei 1992, putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suhedi, SE, MM. dan Ibu Erni Wati. Jenjang akademik penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) YWKA 1996 dan selesai pada 1997, Sekolah Dasar (SD) Negeri 46 Baturaja pada 1997 dan selesai pada 2003, kemudian melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Baturaja pada 2004 dan selesai pada 2007. Memasuki jenjang berikutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Baturaja pada 2007 dan menamatkannya pada 2010. Pada tahun yang sama (2010), penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Mandiri (UML).
Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa, penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada orang-orang terkasih berikut.
1. Ayahanda tercinta Suhedi, SE, MM., dan Ibunda tersayang Erni Wati dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, motivasi, dan pengorbanan yang tidak akan mungkin terbalaskan.
2. Adikku Anindya Rahma dan Windy Khairunnisa yang telah memberikan doa, motivasi, kasih sayang dan canda tawa yang tiada henti.
3. Seseorang tersayang yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi serta selalu setia menemaniku selama proses penyelesaian skripsi.
4. Sahabatku Nuraini yang selalu memberikan semangat dalam proses penyelesaian skripsi dan selalu membuat keriangan di kampus maupun di luar kampus.
MOTO
“Sesungguhnya setelah kesulitan pasti ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 6)
“Jadikanlah salat dan sabar sebagai penolongmu.”
SANWACANA
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi dengan judul “Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014” disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini. Sebagai wujud rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
2. Dra. Ni Nyoman Wetty Suliani, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang membantu memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran-saran kepada penulis.
4. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan, nasihat-nasihat, motivasi, dan saran kepada penulis. 5. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP Universitas Lampung.
6. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Lampung.
7. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, beserta stafnya;
8. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 9. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan.
10. Bapak dan Ibu staf administrasi Jurusan Bahasa dan Seni Unila yang membantu dan melayani urusan administrasi perkuliahan.
11. Hj. Seniwati, S.Pd, selaku guru Bahasa Indonesia sekaligus guru pendamping yang telah membimbing dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.
12. Kedua orangtuaku, ayahanda Suhedi, SE, MM., dan ibunda Erni Wati yang telah membesarkan, mendidik, membimbing, serta memberikan cinta dan kasih sayang dengan penuh kesabaran. Terima kasih untuk setiap doa yang terucap dan semua dukungan.
13. Adikku Anindya Rahma dan Windy Khoirunnisa, terima kasih telah memberikan semangat selama menyelesaikan skripsi ini.
Sari) terima kasih atas kebersamaan dan kekompakan yang selalu kita ciptakan. Suatu kebahagian dapat mengukir sejarah bersama kalian.
16. Rekan-rekan Batrasia 2010, yang turut menyemangati penyelesaian skripsi ini. 17. Teman-teman KKN dan PPL di SMP Negeri 3 Ngambur Pesisir Barat, Tria,
Hanna, Ira, Yuli, Pramudia, Yusika, Ari, Like, dan Kak Ketut terima kasih atas kebersamaan kita.
18. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik, serta teman-teman. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan pendidikan khususnya pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bandarlampung, Feb 2015 Penulis
i
2.1.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Menulis ... 15
2.2 Pengertian Laporan ... 15
2.2.1 Fungsi Laporan ... 16
2.2.2 Syarat Laporan ... 17
2.2.3 Bahasa Laporan ... 20
2.2.4 Tahapan Penyusunan Laporan ... 21
2.2.5 Penyusunan Penulisan Laporan ... 22
2.3 Observasi ... 25
2.3.2 Langkah-Langka Melakukan Observasi ... 27
2.3.4 Struktur Narasi ... 28
2.4 Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi ... 28
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 41
3.2 Populasi Penelitian ... 41
3.3 Sampel Penelitian ... 42
3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 43
3.5 Indikator Penilaian ... 44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengantar ... 48
4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 48
4.2.1 Deskripsi Hasil Belajar Terhadap Kemampuan Siswa Menulis Teks Laporan Hasil Observasi ... 49
4.2.2 Deskripsi Hasil Analisis Jumlah dan Frekuensi Tingkat Kemampuan Siswa Menulis Teks Laporan Hasil Observasi ... 49
4.3 Pembahasan ... 59
4.3.1 Pengorganisasian Unsur Teks Laporan Hasil Observasi.. 60
4.3.2 Struktur Kalimat... 64
4.3.3 Penggunaan Kosakata... 67
4.3.4 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan... 70
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 76
5.2 Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman 1. Daftar Populasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014……….... 41 2. Penghitungan Sampel dari Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri 13
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014……….... 42 3. Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil
Observasi ... 44 4. Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil
Observasi ... 46 5. Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Siswa Dalam Menulis
Pengorganisasian Unsur Teks Laporan Hasil Observasi ... 48 6. Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Siswa Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Per Indikator ……….. 59 7. Tingkat Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi
Berdasrkan Pengorganisasian Unsurnya……… 51 8. Tingkat Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi
Per Indikator Dalam Definisi Umum ……… 53 9. Tingkat Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi
Per Indikator Dalam Deskripsi Bagian ……… 55
10. Tingkat Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi
Per Indikator Dalam Deskripsi Manfaat……….. 57 11 Frekuensi Tingkat Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil
Observasi... 62 12. Frekuensi Tingkat Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil
13. Frekuensi Tingkat Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil
Observasi dalam Indikator Kosakata... 67 14. Frekuensi Tingkat Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil
Observasi dalam Indikator Ejaan yang Disempurnakan... 70
11. Data Penerapan Huruf Kapital yang Salah dan Pembenarannya…. 73 12. Data Penerapan Penulisan Kata yang Salah dan Pembenarannya .. 74
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal 1. Instrumen Tes Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil
Observasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung... 91
2. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia... 92
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 97
4. Data Hasil Menulis Unsur Teks Laporan Hasil Observasi... 110
5. Data Teks Laporan Hasil Observasi Kebahasaan Defini Umum... 112
6. Data Teks Laporan Hasil Observasi Kebahasaan Dskripsi Bagian... 114
7. Data Teks Laporan Hasil Observasi Kebahasaan Deskripsi Manfaat... 116
8. Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Siswa Dalam Menulis Unsur Teks Laporan Hasil Observasi... 118
9. Hasil Analisis Tingkat Kemampuan Siswa Per Indikator ... 118
10. Penentuan Tingkat Kemampuan Siswa... 119
11. Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 120
12. Surat Balasa Izin Penelitian Pendahuluan ... 121
13. Surat Balasan Izin Penelitian Dari Sekolah... 122
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
2
Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya pendidikan, oleh karena itu merupakan langkah yang positif ketika pemerintah merevitalisasi pendidikan karakter dalam sebuah jenis dan jenjang pendidikan, termasuk dalam pengembangan Kurikulum 2013. Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter, dengan pendekatan tematik dan konsektual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Dalam implementasi Kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum. Salah satu mata pelajarannya yaitu Bahasa Indonesia.
Menulis merupakan tingkatan tertingi dalam berbahasa. Keterampilan menulis diterima seseorang setelah dia mampu membaca. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 2008:22).
Siswa dapat melatih keterampilan menulis melalui ragam kegiatan menulis yang dipelajari di sekolah. Ragam kegiatan menulis ada dua, yakni, menulis sastra dan menulis non sastra. Materi yang terdapat pada kelas VII SMP terdiri atas jenis teks laporan hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan teks cerita pendek. Teks cerita pada pembelajaran kelas VII adalah teks cerita pendek. Teks faktual pada pembelajaran kelas VII terbagi menjadi teks hasil observasi dan teks eksplanasi. Teks tanggapan pada pembelajaran kelas VII terbagi menjadi teks tanggapan deskriptif dan teks eksposisi (Mahsun, 2013:v). Teks kebahasaan yang ada pada jenjang kelas VII SMP didominasi oleh jenis teks baru, yaitu teks laporan hasil observasi, teks tanggapan deskriptif, dan teks eksplanasi.
Materi menulis teks laporan hasil observasi tercantum dalam salah satu kompetensi dasar pada Kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VII, yakni 4.2 menyusun teks hasil observasi, tanggapan, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat
4
Teks laporan observasi merupakan salah satu jenis teks baru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, oleh karena itu teks ini sangat penting untuk dipahami oleh siswa. Dalam materi menulis teks laporan observasi siswa diharapkan memahami konsep teks laporan hasil observasi dengan struktur pembentuknya yang terdiri atas definisi umum, deskripsi bagian, dan deskripsi kegunaan. Selain itu, pada materi ini siswa diharapkan juga dapat memahami unsur-unsur kebahasaan yang ada di dalam teks laporan hasil observasi.
Pemilihan SMP Negeri 13 Bandar Lampung sebagai tempat penelitian didasari atas pertimbangan, yaitu (1) siswa kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung telah mendapat pembelajaran menulis laporan hasil observasi sesuai dengan kurikulum yang berlaku, (2) SMP Negeri 13 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru yang menjadi yang mengajar di SMP Negeri 13 Bandar Lampung dalam penelitian ini merupakan salah satu guru yang mengikuti seminar dan pelatihan Kurikulum 2013 yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini ialah “Bagaimanakah kemampuan menulis teks laporan hasil observasi pada siswa
kelas VII di SMP Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014?”
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis teks laporan hasil observasi pada siswa kelas VII di SMP Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian di bidang kebahasaan yaitu mengenai kemampuan menulis teks laporan hasil observasi.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis yang berkaitan dengan hal-hal berikut.
6
b. Memberikan informasi kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 13 Bandar Lampung tentang menulis teks laporan hasil observasi;
c. Menjadi dasar pemikiran dan informasi bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan menulis teks laporan hasil observasi.
1.5Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2013/2014.
2. Objek penelitian ini adalah kemampuan menulis teks laporan hasil observasi pada siswa kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 2008: 3). Setiap penulis pasti memiliki tujuan dengan tulisannya, antara lain mengajak, menginformasikan, meyakinkan, atau menghibur pembaca. Menulis dapat diartikan sebagai aktivitas mengekspresikan ide, gagasan, pikiran atau prasaan ke dalam lambang bahasa tulis.
2.1.1 Pengertian Menulis
8
seseorang, sehingga orang lain dapat memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengacu kepada pendapat Rosidi (2009:2) yang mengemukakan bahwa menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir (Tarigan, 2008: 22). Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah menulis atau tulisan. Kedua istilah tersebut mengacu pada hasil yang sama meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Istilah “menulis” sering melekat pada proses kreatif yang berjenis ilmiah. Adapun istilah “tulisan” sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis nonilmiah.
“Menulis” dan “tulisan” sebenarnya dua kegiatan yang sama karena menulis
Dengan demikian, dapat dioperasionalkan kemampuan menulis teks laporan hasil wawancara adalah kesanggupan, kekuatan, atau kecakapan untuk menyusun atau mengorganisasikan buah pikiran atau ide ke dalam tulisan berbentuk laporan hasil wawancara dengan ekspresi pengalaman siswa dalam berwawancara melalui media bahasa yang estetis yang secara padu dan utuh dipadatkan. Menulis juga merupakan proses penemuan yang terus-menerus, bagaimana menemukan bahasa yang efektif untuk mengomunikasikan pikiran dan perasaan; mengaplikasikan apa yang dimiliki, baik kosakata maupun tata bahasa, dari apa yang pernah siswa pelajari di kelas. Kegiatan menulis juga melibatkan komponen-komponen bahasa di dalamnya. Kegiatan menulis juga merupakan representasi dari penguasaan kosakata seseorang serta pemahamannya pada tata bahasa. Kekayaan kosakata yang dimiliki seseorang membantu dirinya dalam mengemukakan segala yang ada dalam pikirannya dalam bentuk tulisan.
10
2.1.2 Fungsi Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting dan besar man-faatnya dalam kehidupan seseorang. Ada pun manfaat-manfaat menulis antara lain: 1) Menulis dapat digunakan untuk mengembangkan daya inisiatif dan kreatif.
Ber-kaitan dengan unsur mekanik seperti bahasa, ejaan, dan tanda baca harus didu-kung juga dengan unsur kreativitas yang tidak bisa lepas dari kemampuan untuk berinisiatif dan berkemampuan menciptakan hal-hal yang baru.
2) Menulis juga dapat menyumbang kecerdasan. Dengan menulis dapat melahirkan pengetahuan, pengalaman, jenis tulisan, sehingga penyajiannya sesuai dengan konvensi tulisan. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang luas, kemampuan mengendalikan emosi, menata serta mengembangkan ide dengan daya nalar dalam berbagai level berpikir.
3) Menulis juga dapat menumbuhkan keberanian. Pada saat menulis akan timbul ra-sa keberanian yang meliputi pemikiran, perara-saan, sikap, dan gaya untuk dira-sam- disam-paikan kepada pembaca. Kerena itu penulis harus berani menerima berbagai kri-tikan dari pembaca.
Nurjamal, dkk (2011: 72) mengidentifikasikan fungsi menulis antara lain sebagai berikut.
1. Menginformasikan sesuatu kepada pembaca. 2. Meyakinkan pembaca.
3. Mengajak pembaca. 4. Menghibur pembaca.
5. Melarang atau memerintah pembaca. 6. Mendukung pendapat orang lain.
7. Menolak atau menyanggah pendapat orang lain.
2.1.3 Tujuan Menulis
Setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan, karena tujuan itu sangat beraneka ragam, bagi penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori di bawah ini:
1. memberitahukan atau mengajar; 2. meyakinkan atau menyenangkan; 3. menghibur atau menyenagkan;
4. mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.
Yang dimaksud dengan maksud atau tujuan menulis (the writer’s intention) adalah “responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya
dari pembaca”. Berdasarkan batasan ini, dapatlah dikatakan bahwa:
12
2. tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse);
3. tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse);
4. tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse).
Rosidi (2009: 4) juga mengidentifikasikan tujuan menulis sebagai berikut. a. Memberitahukan atau Menjelaskan
Tulisan yang memberitahukan atau menjelaskan sesuatu biasa disebut dengan karangan eksposisi. Karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha menjelaskan sesuatu kepada pembaca dengan menunjukkan berbagai bukti konkret dengan tujuan menambah pengetahuan pembaca. b. Meyakinkan atau Mendesak
Pernahkah Anda mendengar kalimat dalam sebuah diskusi kelas “apa
argumen Saudara?” Arti argumen tersebut adalah alasan untuk
meyakinkan seseorang. Alasan tersebut bias berupa uraian, angka-angka, table, grafik, dan contoh-contoh. Dengan demikian tujuan tulisan ini adalah m eyakinkan pembaca bahwa apa yang disampaikan penulis benar sehingga penulis berharap pembaca mau mengikuti pendapat penulis. c. Menceritakan Sesuatu
d. Memengaruhi Pembaca
Mungkin kita pernah membaca janji-janji yang disampaikan oleh juru kampanye pada surat kabar atau majalah. Atau mungkin, pernah membaca sebuah iklan dalam surat kabar atau majalah. Apa yang disampaikan oleh juru kampanye dan pemasangan iklan tersebut bertujuan untuk memengaruhi atau membujuk pembaca agar mengikuti kehendak penulis dengan menampilkan bukti-bukti berupa kalimat.
e. Menggambarkan Sesuatu
Tulisan yang bertujuan untuk menggambarkan sesuatu disebut karangan deskripsi. Penulis karangan deskripsi ingin agar pembaca seolah-olah ikut merasa, melihat, meraba dan menikmati objek yang dilukiskan penulis.
Dalam praktiknya jelas sekali terlihat bahwa tujuan-tujuan yang telah disebutkan tadi sering bertumpang-tindih, dan setiap orang mungkin saja menambahkan tujuan-tujuan lain yang belum tercakup dalam daftar di atas. Tetapi dalam kebanyakan tujuan menulis, ada satu tujuan yang menonjol atau dominan; dan yang dominan inilah yang member nama atas keseluruhan tersebut.
Sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, Hugo Hartig merangkumnya sebagai berikut.
1. Assignment Purpose (tujuan penugasan)
14
2. Altruistic Purpose (tujuan altruistic)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. 3. Persuasive Purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
4. Informational Purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan untuk memberikan informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.
5. Self Ekspressive Purpose (tujuan pernyataan diri)
Tujuan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.
6. Creative Purpose (tujuan kreatif)
Tujuan ini erat berhubungan dengan tujan pernyataan diri. Tetapi keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian. 7. Problem Solving Purpose (tujuan pemecahan masalah)
2.1.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Menulis
Kemampuan menulis karangan siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan kebaha-saannya. Seseorang siswa dapat menulis karangan dengan baik apabila mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Untuk dapat menulis karangan dengan baik ada beberapa faktor yang memengaruhi, yaitu (1) menguasai pengetahuan bahasa yang meliputi penguasaan kosakata aktif, penguasaan kaidah gramatikal, dan penguasaan gaya bahasa, (2) memiliki kemampuan penalaran yang baik, dan (3) memiliki pengetahuan yang baik dan mantap mengenai objek garapannya (Keraf, 1982:2). Tarigan (2008: 23) mengatakan bahwa penulis yang ulung adalah penulis yang memanfaatkan situasi yang tepat. Dalam hal ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cara penulisan seseo-rang.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penulisan tersebut menurut D. An-gelo yang dikutip oleh Tarigan (2008: 23) antara lain:
a. maksud dan tujuan penulis; b. pembaca atau pemiarsa; dan c. waktu atau kesempatan
2.2 Pengertian Laporan
16
Nurjamal, dkk (2011: 190) mengemukakan bahwa laporan adalah segala yang dilaporkan atau diinformasikan oleh seseorang kepada pihak-pihak lain baik secara lisan maupun tulisan, setelah orang-orang tersebut mengikuti atau melaksanakan suatu kegiatan. Sementara itu Finoza (2001: 89) juga mengemukakan bahwa laporan adalah penyampaian informasi dari petugas atau pejabat tertentu kepada petugas atau pejabat lain dalam suatu sistem administrasi. Laporan adalah suatu cara komunikasi di mana penulis menyampaikan informasi dalam bentuk dokumen kepada seorang atau suatu badan karena tanggungjawab yang dibebankan kepadanya (Keraf: 2001: 284)
Dari ketiga pendapat tersebut penulis mengacu pada pendapat Nurjamal, dkk (2011: 190) yang mengemukakan bahwa laporan adalah segala yang dilaporkan atau diinformasikan oleh seseorang kepada pihak-pihak lain baik secara lisan maupun tulisan, setelah orang-orang tersebut mengikuti atau melaksanakan suatu kegiatan.
2.2.1 Fungsi Laporan
Di dalam suatu organisasi penyampaian laporan umumnya dilakukan oleh bawahan kepada atasan. Dalam hal ini atasan adalah pemberi perintah, sedangkan bawahan adalah petugas yang menerima perintah. Atas dasar itu, kegiatan pelaporan mengandung empat fungsi sebagai berikut. (Nurjamal, 2011: 191)
1. Fungsi Informatif
2. Fungsi Pertanggungjawaban
Fungsi pertanggungjawaban berarti laporan merupakan tanggung jawab pelapor mengenai hal-hal yang dilaporkan berkaitan dengan pekerjaan atau tugas yang diberitugaskan kepadanya.
3. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan laporan mengandung arti bahwa dengan adanya pelaporan, berarti pihak yang memberikan perintah secara tidak langsung te;ah ikut mengawasi pelaksanaan suatu kegiatan walaupun tidak secara langsung melihat atau menyaksikkannya.
4. Fungsi Pengambilan Keputusan
Fungsi pengambilan keputusan mempunyai makna bahwa seorang pimpinan, misalnya bisa mengambil suatu keputusan atau kebijakan berdasarkan laporan yang berisi informasi objektif, benar, akurat, dan lengkap tentang suatu permasalahan.
2.2.2 Syarat Laporan.
18
Agar laporan dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi yang efektif, paling tidak sebuah laporan itu harus memenuhi eman syarat, yaitu sebagai berikut. (Nurjamal, 2011: 191)
a. Benar
Laporan secara keseluruhan harus mengandung informasi yang benar, harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika laporan tersebut salah, maka keputusan yang diambil berdasarkan laporan itu juga akan salah.
b. Jelas
Laporan menyajikan data dan fakta yang terinci jelas. Laporan dapat dikatakan jelas apabila isi uraian laporan tidak memberi peluang untuk ditafsirkan secara berbeda oleh dua orang atau lebih. Singkatnya, apa yang tersaji pada laporan dapat dipahami sama jelasnya oleh penerima laporan. c. Lengkap
Lengkap tidak sama dengan panjang. Sebuah laporan dinilai lengkap apabila mengandung data dan fakta yang menggambarkan sesuatu hal atau suatu kegiatan menyeluruh, dari awal, tengah, dan akhir proses kegiatan itu. Jika tidak lengkap, laporan tidak akan dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan.
d. Sistematis
sedemikian rupa dengan sistem pengodean dan pengorganisasian yang teratur: pendahuluan, isi, inti, penutup laporan.
e. Objektif
Laporan itu harus disusun dengan tidak memasukkan hal-hal yang bersifat subjektif. Laporan tidak semata-mata mengikuti selera atau persepsi subjektif pribadi si pembuat laporan yang hanya untuk memudahkan pelapor dan menyenangkan penerima laporan. Pembuat laporan harus netral dan berpihak pada kebenaran dengan memakai ukuran normatif dapat diterima umum, dalam menilai sesuatu pembuat laporan tidak boleh memihak, selain kepada kebenaran, dan kemanfaatan untuk kepentingan yang lebih besar.
f. Tepat Waktu
20
2.2.3 Bahasa Laporan
Dalam sebuah laporan bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang baik, jelas, dam teratur. Yang dimaksud dengan bahasa yang baik tidak perlu berarti bahwa laporan itu harus mempergunakan gaya bahasa yang penuh hiasan, tetapi sekurang-kurangnya dari segi sintaksis bahasanya teratur, jelas memperlihatkan hubungan yang baik antara satu kata dengan kata yang lain, antara satu kalimat dengan kalimat yang lain.
Bidang yang dilaporkan dan orang yang menerima laporan itu seringkali mempengaruhi pula gaya bahasa yang digunakan. Seseorang yang membuat laporan tentang keadaan teknis sebuah pabrik kimia, atau sebuah pembangkit tenaga listrik akan lain gaya bahasanya, bila dibandingkan dengan bahasa yang dipakai oleh seorang wartawan yang membuat laporan mengenai kunjungannya ke suatu daerah. Lain lagi gaya bahasa yang dipakai seorang sastrawan dalam kisah perjalanannya. Kecuali bahasa sastrawan dalam kisah perjalanannya yang bernilai sastra, pada umumnya gaya yang dipakai harus bersifat objektif, impersonal, dan tidak boleh memihak. Pemakaian kata yang tepat untuk gagasan yang akan disampaikan merupakan unsur yang penting dalam gaya. Laporan harus dapat dipahami dengan mudah.
Penggunaan kata ganti orang pertama dan kedua harus dihindari, kecuali penggunaan kata “kami” bila yang menyampaikan laporan adalah suatu badan
Konsentrasi diletakkan pada topik yang dilaporkan. Alasan kedua, nilai kedua kata itu juga bergantung dari siapa yang menulis dan siapa yang harus menerima laporan.
2.2.4 Tahapan Penyusunan Laporan
Nurjamal (2011: 194) mengemukakan bahwa penyusunan laporan itu lazimnya melalui beberapa tahapan sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan kegiatan yang dilakukan biasanya meliputi langkah: menentukan pokok permasalahan; menentukan, merumuskan judul laporan, dan membuat rancangan atau kerangka isi laporan.
b. Tahap Pengumpulan Bahan atua Data
Pada tahap pengumpulan bahan atau data ini, kegiatan yang biasa dilakukan adalah studi pustaka, studi lapangan, observasi pengamatan, penyebaran angket, dan melakukan wawancara.
c. Tahap Pengolahan Bahan atau Data
22
d. Tahap Penyuntingan
Pada tahap penyuntingan ini, konsep laporan yang sudah disusun itu diperiksa kembali untuk mengecek apakah ada hal-hal yang salah, tidak lengkap, bahasanya sudah tertib, urutannya sudah sistematis atau belum. Pada tahap penyuntingan ini konsep laporan itu diperiksa kembali secara cermat, diketik jadi, dan dijilid.
e. Tahap Penyajian Laporan
Tahap penyajian laporan ini adalah tahapan pelapor menyajikan atau menyampaikan laporan kepada pihak pemberi kegiatan. Jika laporan itu berupa KTI atau skripsi, pada tahap ini KTI atau skripsi tersebut diserahkan kepada panitia ujian, untuk kemudian dipertanggungjawabkan dalam ujian siding, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.2.5 Penyusunan Penulisan Laporan
Finoza (2001: 95) mengemukakan penyusunan penulisan laporan meliputi: 1. Persiapan Penulisan Laporan
Bahan penyusunan laporan adalah data dan fakta. Dalam proses pengumpulan data dan fakta, penulis laporan harus melakukan penyelidikan yang seksama. Penulis harus hati-hati dan cermat memperhatikan dan mencatat hal-hal dan semua kejadian yang ditemui dan diamatinya sehingga penulis mengetahui permasalahan secara menyeluruh.
2. Sistematika Laporan
Struktur laporan mempunyai keseragaman format, yaitu: pendahuluan, isi laporan, analisis, dan penutup yang berupa simpulan, saran, atau rekomendasi. Struktur di atas adalah struktur yang umum untuk semua karangan. Memang teknik penyajiannya dapat berbeda. Ada urutan yang dimulai dengan kesimpulan dan diakhiri dengan isi laporan (sorot balik). Hal ini sesuai dengan kepentingan dan sudut pandang penulis laporan dan permintaan dari pemberi tugas. Untuk pelaporan yang sangat formal, pokok-pokok di atas masih ditambah lagi dengan lampiran, ikhtisar atau abstrak, apendiks, dan bibliografi.
1. Pendahuluan
Pendahuluan adalah bab pertama dari sebuah laporan. Bagian pendahuluan memuat: a) rumusan tentang permasalahan yang akan diuraikan dalam laporan, b) kerangka acuan, yaitu rumusan tentang latar belakang penulisan laporan beserta tujuan yang hendak dicapai, c) rumusan tentang ruang lingkup laporan beserta pendekatan atau metode yang dipakai dalam laporan.
2. Isi Laporan
24
3. Analisis
Analisis adalah kegiatan menghitung, menimbang-nimbang, membanding-banding, dan mengkaji atau membahas aspek tertentu. Muara dari kegiatan analisis adalah kesimpulan. Kesimpulan akan berisi penilaian baik buruk, berhasil tidak berhasil, maju mundur, untung rugi, atau gabungan hal tersebut yang didasari oleh argumentasi yang tepat dan ukuran yang akurat. Bila menganalisis sesuatu yang merupakan kelemahan, hendaknya sekaligus diberikan saran perbaikan. Pemberian saran juga harus disertai alasan mengapa menyarankan hal tersebut.
4. Penutup atau Kesimpulan
Penutup adalah bagian akhir dari suatu karangan (termasuk laporan) yang tidak mengandung analisis. Penutup merupakan pertanda bahwa karangan akan berakhir. Jika isi karangan mengandung pembahasan atau analisis, bagian akhir karangannya disebut kesimpulan, bukan penutup. Dengan kata lain, kesimpulan baru dapat ditarik setelah melalui analisis. Tanpa analisis, tidak ada yang dapat disimpulkan dan jika tidak menyimpulkan suatu kekurangan, tidak ada yang harus disarankan.
3. Pengkodean dan Kerangka Laporan
Bagian-bagian suatu kerangka karangan pada umumnya, dan kerangka laporan pada khususnya, biasanya diberi tanda untuk menunjukkan hubungan antara bagian-bagian satu sama lain. Ada dua sistem yang sudah umum untuk pengkodean bagian-bagian laporan, yaitu sistem angka dan huruf, misalnya: III, A, 1, a dan sistem desimal, misalnya: 3.1, 3.1.1, 3.1.1.1
2.3 Observasi
Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni memperlihatkan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuat perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.
Menurut Arikunto (2010: 200) observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu:
1. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.
26
2.3.1 Pengertian Observasi
Matthews dan Ross dalam Herdiansyah (2013: 129) mendefinisikan observasi sebagai berikut:
Observation is the of data through the use of human senses. In some natural conditions, observation is the act of watching social phenomenon in the real world and recording events as they happen.
Dari definisi tersebut dinyatakan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data melalui indra manusia. Berdasarkan pernyataan ini, indra manusia menjadi alat utama dalam melakukan observasi. Observasi dalam bentuk natural menurut Matthews dan Ross di atas mengacu pada kancah riset kualitatif, yaitu proses mengamati subjek penelitian beserta lingkungannya dan melakukan perekaman dan pemotretan atas perilaku yang diamati.
Dari pendapat para pakar di atas, penulis lebih mengacu pada pendapat Herdiansyah yang mengemukakan bahwa observasi adalah sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi juga merupakan suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.
2.3.2 Langkah-Langkah Melakukan Observasi
Creswell dalam Herdiansyah (2013: 151) mengemukakan langkah-langkah yang harus dipenuhi ketika melakukan observasi.
1. Memilih lokasi observasi yang tepat, yang memungkinkan peneliti dapat memahami central phenomenon dengan optimal.
2. Lakukan observasi sederhana sebelumnya dengan melakukan observasi kancah.
3. Tentukan siapa subjek yang akan diobservasi, kapan observasi akan dilakukan, dan berapa lama observasi akan dilakukan.
4. Menentukan peran observer dalam observasi yang akan dilakukan.
5. Lakukan observasi berkali-kali untuk mengetahui secara lebih komprehensif perilaku dan lokasi yang diobservasi.
28
7. Berikan peta gambaran apa saja yang akan diobservasi
8. Lakukan pencatatan descriptive fieldnotes dan reflective fieldnotes
9. Dalam peran observer nonpartisipan, lakukan perkenalan dengan subjek yang akan diobservasi tetapi peneliti jangan terlihat aktif dan interaktif agar kehadirannya tidak terlalu menjadi sesuatu yang dipersepsi oleh subjek yang sedang melakukan sesuatu.
10.Setelah selesai melakukan observasi, jangan pergi begitu saja meninggalkan lokasi. Secara etika, kita sudah banyak dibantu oleh orang yang ada di sekitar lokasi penelitian. Selayaknya, izin untuk pamit dan mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu proses observasi.
2.4 Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi
Kemampuan merupakan kesanggupan atau kecakapan serta pengetahuan. Artinya, seseorang memiliki kemampuan apabila si pembicara sanggup menggunakan apa yang dimilikinya. Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Dapat diartikan pula bahwa kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa ketika seseorang melakukan berbagai tugas dalam satu pekerjaan dan dinilai oleh orang lain, maka dapat diketahui kemampuan yang dimiliki orang tersebut. (Wikipedia.org).
Nurjamal, dkk (2011: 190) mengemukakan bahwa laporan adalah segala yang dilaporkan atau diinformasikan oleh seseorang kepada pihak-pihak lain baik secara lisan maupun tulisan, setelah orang-orang tersebut mengikuti atau melaksanakan suatu kegiatan. Selanjutnya Herdiansyah (2013: 31) sendiri mengemukakan bahwa observasi adalah sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi juga merupakan suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.
Berdasarkan teori tentang pengertian kemampuan, menulis, laporan, dan observasi di atas penulis menyimpulkan, bahwa kemampuan menulis teks laporan hasil observasi adalah siswa bisa atau sanggup menulis laporan hasil observasi, siswa dapat melahirkan pikiran atau perasaan yang berupa gagasan dari proses mengamati suatu benda atau gambar. Siswa mampu menulis teks laporan hasil observasi setelah siswa mengamati sebuah gambar yang diberikan oleh guru.
30 yang ada di perairan Indonesia merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang sangat berlimpah. Biota laut itu di antaranya terumbuh karang, ikan,dan tumbuhan laut yang menjadi bagian dari ekosistem laut. 2 Deskripsi Bagian Terumbuh karang di Taman Nasional
Bunaken sangat banyak jenisnya. Terumbuh karang ini hidup di pantai atau daerah yang terkena cahaya matahari dan hidup di perairan yang berada kurang lebih lima puluh meter di bawah permukaan laut dengan suhu tertentu, serta air jernih yang tidak terkena polusi. Di Taman Laut Bunaken juga dihuni beragam jenis ikan, seperti ikan kuda gusumi,oci putih, lolos ekor kuning, goropa. Di saming terumbuh karang dan ikan, laut Indonesia juga memiliki tumbuhan laut, seperti rumput laut dan pohon bakau.
3 Deskripsi Kegunan Ketiga biota laut tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, seperti ikan dan rumput laut bermanfaat bagi kesehatan karena banyak gizi. Terumbuh karang juga berguna bagi ekologi dan ekonomi. Keragaman biota laut ini juga bermanfaat bagi lingkungan, terutama bakau yang telah menahan abrasi dari besarnya hantaman gelombang dan ombak laut.
1. Isi Laporan
Isi laporan merupakan gagasan yang mendasari keseluruhan laporan. Gagasan yang baik didukung oleh (a) isi laporan yang dituliskan secara jelas, isi laporan berupa tulisan yang memberikan pengertian atau pengetahuan, (b) isi laporan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, dan kapan, (c) isi laporan disampaikan secara lugas serta menggunakan bahasa yang baku, (d) isi laporan dapat menggunakan fakta-fakta, contoh-contoh, dan angka-angka.
2. Kepaduan Antarparagraf
Kepaduan berarti keserasian hubungan antargagasan dalam paragraf dalam sebuah karangan atau keserasian hubungan antarkalimat dalam karangan tersebut. Keserasian itu menjadikan alur gagasan yang terungkap dalam karangan tersebut agar menjadi jelas. Kepaduan antarparagraf dalam penjabarannya kepaduan paragraf dapat terlihat mealuipenyusunan secara logis dan melalui penyusunan secara logisdan melalui unkapan-ungkapan pengait kalimat. Urutan yang logis akan terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu.
3. Kalimat Efektif
Putrayasa (2007: 47) kalimat dikatakan efektif jika memenuhi dua syarat utama; yaitu (1) struktur kalimat efektif dan (2) ciri kalimat efektif. Struktur kalimat efektif mencakup (a) kalimat umum, (b) kalimat paralel, dan (c) kalimat periodik. Sementara itu, ciri kalimat efektif meliputi:
32
(c) penekanan (emphasis); dan (d) kevariasian (variety) .
Suyanto (2011:50) berpendapat kalimat dianggap efektif apabila memunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Kesatuan dan kesepadanan, meliputi (a) subjek dan predikat, (b) kata penghubung intrakalimat dan antar kalimat, dan (c) gagasan pokok.
2. Kesejajaran, meliputi (a) kesajajaran bentuk, (b) kesejajaran makna, dan (c) kesejajaran bentuk dan makna.
3. Penekanan, meliputi (a) pemindahan letak frase dan (b) mengulangi kata-kata yang sama.
4. Kehematan dalam mempergunakan kata, meliputi (a) pengulangan subjek kalimat, (b) hiponim dihindarkan, (c) penghilangan bentuk yang bersinonim, (d) penghilangan makna jamak yang ganda, dan (e) pemakaian kata depan dari dan daripada.
5. Kevariasian dalam struktur kalimat, meliputi (a) variasi dalam pembukaan kalimat, (b) variasi dalam pola kalimat, (c) variasi dalam jenis kalimat, dan (d) variasi bentuk aktif-pasif.
4. Penggunaan Ejaan
Menulis teks laporan hasil observasi harus ditulis sesuai dengan ejaan yang benar. Berikut beberapa aturan penggunaan ejaan berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
1. Pemakaian Huruf Kapital
Berikut beberapa aturan dalam pemakaian huruf kapital.
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya:
- Lakukan pemanasan dengan berjalan pelan.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. Misalnya:
- Sekarang anda tidak perlu jauh-jauh pergi ke India untuk menikmati martabaknya karena martabak India dapat Anda buat sendiri di rumah.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. Misalnya:
- Selain dibuat selai, kulit jeruk bali juga dapat dibuat manisan. d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
34
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan. Misalnya:
- Lakukan perlahan-lahan, dan kontrol gerakan Anda. 2. Penulisan Kata
Beberapa aturan penulisan kata adalah sebagai berikut. 1) Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. - Masak beras dengan air kaldu ayam hingga menjadi nasi.
2) Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya:
- Mencari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan goncangan.
b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya:
- Buat terlebih dahulu topping-nya dengan mencampur tepung terigu, gula pasir, gula palem, kayu manis, pala, dan garam.
- Blackberry Anda berhasil di-upgrade.
d. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan
dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya:
Menggarisbawahi hal-hal yang penting.
e. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :
Angkat gagang telepon dan dengar nada pilih. 3) Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya. Misalnya:
Menandai kata-kata yang sulit.
Untuk memakainya tidak perlu sulit dan berbelit-belit. 4) Gabungan Kata
Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah. Misalnya:
- Dahulukan orang tua, dan wanita hamil.
Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai. Misalnya:
- Mencegah lebih baik daripada mengobati. 5) Kata Depan di, ke, dan dari
36
6) Partikel
1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
- Mulailah bergerak dengan perlahan-lahan, karena saat ini beban tubuh lebih berat
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: - Anak pun terhindar dari radiasi gelombang.
Tetapi partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: adapun, bagaimanapun, walaupun, sekalipun
3. Partikel per yang berarti „demi‟, „tiap‟, atau „mulai‟ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
- Anda dapat menghemat 40 gram karbohidrat per porsi makan. 3. Penggunaan Tanda Baca
Berdasarkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan terdapat beberapa kaidah dalam pemakaian tanda baca seperti.
1. Tanda Titik
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya:
2. Tanda Koma
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. Misalnya:
- Gunakan ceri sebagai hiasannya, tetapi Anda juga boleh berkreasi dengan menggantinya menggunakan anggur.
A. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat. Misalnya:
- Karena kulit wajah sensitif, Anda tidak boleh sembarangan menggunakan pembersih wajah.
B. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya:
- Anda tidak boleh sembarangan menggunakan pembersih wajah karena kulit wajah sensitif,
C. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. Misalnya:
38
D. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya:
- Campur 1,5 kg beras dan 500 gram ketan menjadi satu.
E. Tanda koma dapat dipakai –untuk menghindari salah baca/salah pengertian- di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
- Ketika mengendarai mobil, kita harus memakai sabuk pengaman 3. Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
b. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
c. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
4. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya:
Langkah-langkah ini juga penting untuk menjaga kulit wajah selalu lembap dan lembut: bersihkan wajah pagi dan malam hari, istirahat 6−8
2. Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya:
- Selalu bersihkan wajah pada pagi hari sebelum beraktivitas dan malam hari setelah beraktivitas.
b. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya:
- Langkah-langkah ini juga penting untuk menjaga kulit wajah selalu lembap dan lembut.
c. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya:
- Perangkat pintar Anda berhasil di-upgrade 3. Tanda Pisah (–)
Tanda pisah dipakai di anatara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti „sampai dengan‟ atau „sampai ke‟. Misalnya:
Istirahat 6–8 jam sehari agar kulit wajah memiliki waktu yang cukup untuk memperbaiki diri dan meregenerasi sel.
4. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat. Misalnya:
40
5. Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya:
Anda harus memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) jika ingin berkendara.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. Misalnya:
a. Pakailah pakaian yang tidak menyulitkan untuk bergerak (memakai celana panjang misalnya) dan bawalah
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penilitian
Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif. Desain ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan kemampuan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP N 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Data yang diambil berupa angka kemudian data tersebut dikumpulkan, diidentifikasi, dianalisis, dan dideskripsikan sesuai dengan tujuan penelitian.
3.2 Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Populasi tersebut berjumlah siswa yang tersebar dalam tujuh kelas dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3.1
Daftar Populasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014
42
3.3 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011: 81). Pengambilan dan penetapan sampel dilakukan melalui undian (Simple Random Sampling) yakni teknik pemilihan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Artinya, setiap po-pulasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan anggota sampel (Sugi-yono, 2011: 82).
Jumlah populasi siswa kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung berjumlah 275 siswa, maka dalam penetapan besar-kecilnya sampel tidak menggunakan perhitungan statistik. Margono (2007: l23) menyatakan bahwa penetapan besar-kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil. Oleh karena itu, penulis mengambil sampel sebanyak 15% dari jumlah populasi sehingga jumlah sampelnya adalah 15% x 275= 44 siswa.
Tabel 3.2
Penghitungan Sampel dari Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 No. Kelas Jumlah Siswa 15% dari
Pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak dengan teknik undian. Langkah-langkah penyampelan dengan teknik undian adalah sebagai berikut.
1. Membuat daftar nama semua objek penelitian menjadi populasi penelitian dan memberikan kode nomor urut masing-masing subjek penelitian.
2. Memberi kode nomor urut yang ditulis pada kertas kecil dan digulung rapi. 3. Memasukkan gulungan kertas ke dalam kotak kemudian mengocok kotak tersebut dan mengambil satu per satu gulungan kertas sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan pada setiap kelasnya.
3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Sesuai dengan metode yang telah dilakukan, prosedur pengolahan data ditempuh melalui sejumlah tahapan, yaitu
1) mengumpulkan setiap lembar hasil tes siswa; 2) membaca setiap lembar hasil tes siswa; 3) mengoreksi hasil tes siswa;
4) memberi skor pada hasil tes siswa berdasarkan indikator yang telah ditentukan; 5) menghitung skor tiap aspek yang diperoleh dengan ketentuan yang telah
ditentukan;
6) menghitung jumlah skor rata-rata yang diperoleh seluruh siswa menggunakan
rumus:
100% NX X
Keterangan:
44
∑ X = Jumlah skor hasil kemampuan menulis teks laporan hasil
wawancara N = Jumlah sampel
7) jika terdapat hasil tes siswa yang tidak sesuai dengan instrument penelitian maka hasil tes akan tetap dikorelasi dan diberi skor, dipisahkan dengan hasil tes lainnya, namun tetap dilampirkan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari sampel di setiap kelas.
3.6 Indikator Penilaian
Indikator penilaian meliputi penyusunan teks laporan hasil observasi (pengembangan ide pokok, struktur teks laporan hasil observasi), teknik penulisan teks laporan hasil observasi unsur kebahasaan (struktur kalimat, kosakata, dan penggunaan EYD).
Table 3.3
Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi
Indikator penilaian kemampuan menulis teks laporan hasil observasi terbagi atas dua bagian sebagai berikut.
No Indikator Sub Indikator Deskriptor Skor 1 Struktur Teks
Laporan Hasil Observasi
4 Teknik
46
Skor Akhir =
Menentukan kemampuan menulis tes laporan hasil wawancara dengan tolok ukur yang digunakan sebagai berikut.
Tabel 3.4
Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi
Nilai Angka Nilai Huruf Keterangan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 sebagai berikut.
(1) Tingkat kemampuan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 pada indikator struktur teks laporan hasil observasi tergolong dalam kategori baik sekali. Hal ini dapat terlihat dari penguasaan rata-rata kemampuan
siswa secara keseluruhan, yaitu 93.
(2) Tingkat kemampuan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 pada indikator struktur kalimat tergolong dalam kategori baik dengan penguasaan rata-rata 75.
77
(4) Tingkat kemampuan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 pada indikator penggunaan ejaan tergolong dalam kategori cukup dengan penguasaan rata-rata 73.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut. 1) Indikator penilaian struktur teks laporan hasil observasi dan isi laporan sudah
termasuk dalam kategori baik, namun ada beberapa indikator yang perlu ditingkatkan seperti indikator penggunaan kosakata dan indikator penggunaan Ejaan yang Disempurnakan berada pada kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam sistematika menulis teks laporan hasil observasi masih perlu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Renika Cipta.
Depdiknas. 2010. Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yhrama Widya.
Finoza, Lamudin. 2001. Aneka Surat Statuta, Laporan dan Proposal. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Kemendikbud.2013. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende- Flores: Nusa Indah.
Mulyasa. 2013. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurgiantoro, Burhan. 1987. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Nurjamal, Daeng, dkk. 2011. Terampil Berbahasa Menyusun Karya Tulis
Akademik, Memandu Acara (MC-Moderator) dan Menulis Surat. Bandung: Alfabeta.
Putrayasa, I.B. 2007. Kalimat Efektif: Diksi, Struktur, dan Logika. Bandung: PT Refika Aditama.
Rosidi, Imron. 2009. Menulis… Siapa Takut?. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, Edi. 2011. Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Benar. Yogyakarta: Ardana Media.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.