• Tidak ada hasil yang ditemukan

GERAK DASAR TENDANGAN DEPAN PENCAK SILAT PADA SISWA KELAS VII DI SMPN 5 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GERAK DASAR TENDANGAN DEPAN PENCAK SILAT PADA SISWA KELAS VII DI SMPN 5 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH LATIHAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR TENDANGAN DEPAN

PENCAK SILAT PADA SISWA KELAS VII DI SMPN 5 BANDAR LAMPUNG

Oleh

RACHMI MARSHEILLA A

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh dan seberapa besar pengaruh dari latihan power otot tungkai terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan pencak silat pada siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Dengan populasi siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung yang berjumlah 304 siswa, dan sampel diambil 15% dari populasi, yaitu 46 siswa secara proposif random sampling yaitu pengambilan acak tetapi didasarkan pada proporsi siswa masing-masing kelas dan jumlah putra dan putri. Instrumen yang digunakan adalah penilaian gerak dasar tendangan depan pencak silat, sedangkan teknik analisis data menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan: pertama, ada pengaruh yang signifikan dari latihan power otot tungkai terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan pencak silat pada siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. Kedua, besar pengaruh ditunjukkan dari hasil perhitungan diperoleh +t hitung = 15,907 > + t tabel = 1,717 artinya ada pengaruh yang signifikan dari latihan power otot tungkai pada kelompok eksperimen terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan pencak silat pada siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. adanya pengaruh latihan power otot tungkai terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan, dikarenakan pemilihan latihan berupa latihan frog jumps, hopping, standing jump, jump rope/skipping, harvard step up, naik turun tangga, dan lari block step up.

(2)

PENGARUH LATIHAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR TENDANGAN DEPAN

PENCAK SILAT PADA SISWA KELAS VII DI SMPN 5 BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

RACHMI MARSHEILLA A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

PENGARUH LATIHAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR TENDANGAN DEPAN

PENCAK SILAT PADA SISWA KELAS VII DI SMPN 5 BANDAR LAMPUNG

Oleh

RACHMI MARSHEILLA A

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh dan seberapa besar pengaruh dari latihan power otot tungkai terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan pencak silat pada siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Dengan populasi siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung yang berjumlah 304 siswa, dan sampel diambil 15% dari populasi, yaitu 46 siswa secara proposif random sampling yaitu pengambilan acak tetapi didasarkan pada proporsi siswa masing-masing kelas dan jumlah putra dan putri. Instrumen yang digunakan adalah penilaian gerak dasar tendangan depan pencak silat, sedangkan teknik analisis data menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan: pertama, ada pengaruh yang signifikan dari latihan power otot tungkai terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan pencak silat pada siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. Kedua, besar pengaruh ditunjukkan dari hasil perhitungan diperoleh +t hitung = 15,907 > + t tabel = 1,717 artinya ada pengaruh yang signifikan dari latihan power otot tungkai pada kelompok eksperimen terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan pencak silat pada siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. adanya pengaruh latihan power otot tungkai terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan, dikarenakan pemilihan latihan berupa latihan frog jumps, hopping, standing jump, jump rope/skipping, harvard step up, naik turun tangga, dan lari block step up.

(4)

PENGARUH LATIHAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR TENDANGAN DEPAN

PENCAK SILAT PADA SISWA KELAS VII DI SMPN 5 BANDAR LAMPUNG

Oleh

RACHMI MARSHEILLA A

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : Pengaruh Latihan Power Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Gerak Dasar Tendangan Depan Pencak Silat Pada Siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

Nama Mahasiswa : Rachmi Marsheilla A Nomor Pokok Mahasiswa : 0813051067

Program Studi : Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Suranto, M.Kes Drs. Frans Nurseto, M.Psi. NIP 19550929 198403 1 003 NIP 19630926 198901 1 001

2. Ketua Jurusan Imu Pendidikan

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Suranto, M.Kes . …………

Sekretaris : Drs. Frans Nurseto, M.Psi …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes …………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003

(7)

SURAT PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : Rachmi Marsheilla A Nomor Pokok Mahasiswa : 0813051067

Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Karang, 19 September 1990

dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Latihan Power Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Gerak Dasar Tendangan Depan Pencak Silat Pada Siswa Kelas VII Di SMPN 5 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2012/2013” adalah benar hasil karya penulis, bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain. Dan jika dikemudian hari ternyata ada hal yang melanggar dari ketentuan akademik universitas maka saya bersedia bertanggungjawab dan disanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya, atas perhatiannya terimakasih.

Bandar Lampung, Februari 2013

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Rachmi Marsheilla Aguss, dilahirkan di Tanjung Karang, pada tanggal 19 September 1990, sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Agus Suryanto dan Ibu Leni Afrida.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah Taman Kanak-Kanak di TK Satria Sukarame, tamat tahun 1996, melanjutkan Sekolah Dasar di SDN 3 Rawalaut tamat tahun 2002. kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Arjuna Bandar Lampung tamat tahun 2005. Dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Perintis 1 Bandar Lampung tamat tahun 2008.

(9)

MOTTO

I just brought Indonesia

I fight and work and sacrifice myself for this Indonesian people

This fatherland of mine

(Soekarno)

“Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah

perbuatan-perbuatan baiknya dan kasihnya

yang tidak diketahui orang lain”

(Rachmi Marsheilla)

YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH.

(10)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Bissmillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberiku anugerah yang begitu banyak sehingga penulis

bisa mempersembahkan karya terbaik ini

kepada ayahandaku Agus Suryanto dan Ibundaku Leni Afrida yang penulis cintai, yang telah memberikan do’a dan dukungan ,bahkan air mata dalam setiap sujudnya agar penulis berhasil dan mampu menghadapi setiap

persoalan hidup

Untuk kakakku Shelly serta adikku Alief dan iik yang sangat penulis sayangi, terima kasih atas segala nasihat dan perhatian kalian sehingga membuat penulis

semakin dewasa

(11)

SANWACANA

Puji syukur Alhamdulillah pada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Latihan Power Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Gerak Dasar Tendangan Depan Pencak Silat Pada Siswa Kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(IP) FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Suranto, M.Kes selaku pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

4. Bapak Drs. Frans Nurseto, M.Psi selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan masukannya agar penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi ini.

(12)

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi. 7. Kepala SMPN 5 Bandar Lampung yang telah memberikan izin untuk

melaksanakan penelitian pada siswa Kelas VII Tahun Pelajaran 2012/2013. 8. Semua teman-teman seperjuangan angkatan 2008 yang selalu memberikan

semangat dan dukungan.

9. Terimakasih kepada rekan-rekan PPL ( Selvina, Serly, Purwanti, Wira, Devina, Irma, Ayu, Imah, Tiwi, Putty, Yasinta)

10. Spesial untuk orang yang penulis sayangi; yang selalu memberiku semangat. 11. Terimakasih juga buat sahabat-sahabat penulis: Wulan, Rini, Afrika, Erna

yang selalu menemaniku disaat bimbingan.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

B. Hasil Belajar Pendidikan Jasmani ... 8

C. Karakteristik Siswa SMP ... 10

D. Teori Latihan ... 11

E. Prinsip-Prinsip Latihan ... 14

(14)

B. Variabel Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Instrumen ... 40

E. Program Latihan ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 41

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

B. Pembahasan ... 56

V. SIMPULAN DAN DARAN A. Simpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tendangan Depan ... 33 2. Grafik Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok

Eksperimen ... 48 3. Grafik Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok

Kontrol ... 48 4. Grafik Persentase Hasil Belajar Antara Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol Pada Tes Awal ... 50 5. Grafik Persentase Hasil Belajar Antara Kelompok Eksperimen

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Format Penilaian Gerak Dasar Tendangan Depan Pencak Silat ... 40

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Eksperimen ... 47

3. Distribusi Frekuensi Gerak Dasar Tendangan Depan Pencak Silat Pada Tes Awal... 49

4. Distribusi Frekuensi Gerak Dasar Tendangan Depan Pencak Silat Pada Tes Akhir ... 49

5. Hasil Uji Validitas ... 51

6. Hasil Uji Reliabilitas ... 52

7. Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 52

8. Hasil Uji Normalitas ... 52

9. Hasil Uji Homogenitas ... 53

10.Hasil Uj-t ... 54

11.Data Hasil Tes Uji Coba Pertama Instrumen Gerak Dasar Tendangan Depan Pencak Silat... 70

12.Tabel Kerja Uji Validitas Faktor Fase Persiapan Tendangan Depan ... 71

13.Tabel Kerja Uji Validitas Faktor Fase Pelaksanaan Tendangan Depan ... 72

14.Tabel Kerja Uji Validitas Faktor Follow Through Tendangan Depan ... 73

15.Data Hasil Tes Uji Coba Kedua Instrumen Gerak Dasar Tendangan Depan Pencak Silat... 75

16.Tabel Kerja Reliabilitas Instrumen Gerak Dasar Tendangan Depan Pencak Silat ... 76

17.Data Hasil Tes Awal Tendangan Depan ... 78

18.Data Hasil Tes Akhir Tendangan Depan ... 80

19.Pembagian Kelompok Penelitian Dengan Ordinal Pairing ... 82

20.Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Awal Eksperimen ... 83

21.Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Awal Kontrol ... 84

22.Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Akhir Eksperimen ... 85

23.Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Akhir Kontrol ... 86

24.Tabel Kerja Uji Homogenitas Tes Awal ... 87

25.Tabel Kerja Uji Homogenitas Tes Akhir ... 88

26.Tabel Kerja Uji-t Kelompok Eksperimen ... 89

(17)

28.Tabel Z ... 93

29.Nilai F Uji Normalitas ... 94

30.Nilai t-Student ... 95

31.Nilai persentil untuk distribusi F tabel α 0,05 ... 96 32. Data Populasi Penelitian...

97

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Program Latihan... 67

2. Format Penilaian Gerak Dasar Tendangan Depan Pencak Silat... 68

3. Uji Coba Instrumen Tendangan Depan Pencak Silat ... 70

4. Data Hasil Tes Awal Tendangan Depan ... 78

5. Data Hasil Tes Akhir Tendangan Depan ... 80

6. Pembagian Kelompok Penelitian Dengan Ordinal Pairing ... 82

7. Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Awal Eksperimen ... 83

8. Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Awal Kontrol ... 84

9. Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Akhir Eksperimen ... 85

10. Tabel Kerja Uji Normalitas Tes Akhir Kontrol ... 86

11. Tabel Kerja Uji Homogenitas Tes Awal ... 87

12. Tabel Kerja Uji Homogenitas Tes Akhir... 88

13. Tabel Kerja Uji-t Kelompok Eksperimen... 89

14. Tabel Kerja Uji-t Kelompok Kontrol ... 91

15. Tabel Z... 93

16. Nilai F Uji Normalitas ... 94

17. Nilai t-Student ... 95

18. Nilai persentil untuk distribusi F tabel α 0,05 ... 96

19. Data Populai dan Sampel Penelitian………. 97

20. Foto Kegiatan ... 98 21. Surat Penelitian Pendahuluan Dari Fakultas ... 22. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Pendahuluan Dari Sekolah ... 23. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas ... 24. Surat Persetujuan Penelitian Dari Sekolah ... 25. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang

berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesegaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Jasmani terdiri dari perubahan dan penyesuaian yang terjadi pada individu bila ia bergerak dan mempelajari gerak.

(20)

dengan baik sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Untuk

mendapatkan hasil gerak yang sempurna dibutuhkan beberapa aspek fisik di antaranya adalah aspek kekuatan, power, kecepatan, daya tahan, kelentukan, keseimbangan, kelincahan dan koordinasi gerak.

Secara struktural pencak silat meliputi 4 hal sebagai satu kesatuan, yaitu : sikap pasang, gerak langkah, serangan dan belaan. Pencak silat merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dipelajari dan dikuasai siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani. Pencak silat dimasukkan ke dalam salah satu permainan olahraga bela diri lanjutan untuk sekolah menengah. Dan salah satu indikator keberhasilan pembelajaran pencak silat di ukur dengan

melakukan teknik dasar menendang (depan/lurus, belakang, samping, busur depan dan belakang).

Berdasarkan hasil observasi di SMPN 5 Bandar Lampung pada mata pelajaran pencak silat, sebagian besar siswa atau dari seluruh total jumlah siswa kelas VII yaitu 304 siswa kurang lebih 60% siswa masih belum dapat melakukan tendangan depan/lurus dengan benar. Hasil pengamatan di kelas VII dapat terlihat saat materi tendangan pencak silat, yaitu tendangan lurus kebanyakan siswa masih belum sempurna lurus ke depan, siswa kakinya sewaktu

melakukan gerakan ini bengkok dan tidak tepat sasaran.

(21)

pelaksanaan keterampilan olahraga seperti juga dalam tendangan pencak silat, siswa dituntut untuk memiliki komponen kondisi fisik yang baik agar dapat melakukan teknik menendang dengan benar dan juga efisien sehingga resiko cedera dapat dihindari. Sesuai dengan karakteristik tendangan khususnya tendangan depan maka unsur fisik yang dominan adalah komponen kekuatan, power, kelentukan dan juga koordinasi gerak dari otot tungkai. Tungkai memiliki peranan yang penting karena tungkai merupakan fondasi bagi keahlian dasar tendangan dan juga untuk membentuk gerakan kaki yang efektif sehingga mampu menendang ke depan dengan lurus maksimal.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Latihan Power Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Teknik Tendangan Depan Pencak Silat Pada Siswa Kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah ialah : 1. Masih rendahnya hasil teknik tendangan pencak silat siswa kelas VII di

SMPN 5 Bandar Lampung.

2. Masih belum sempurnanya teknik tendangan depan pencak silat siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung.

(22)

C. Batasan Masalah

Peneliti membatasi masalah penelitian pada usaha meningkatkan gerak dasar tendangan depan pencak silat dengan pemberian tindakan berupa latihan power otot tungkai. Dengan sampel penelitian adalah siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh latihan power otot tungkai terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan pencak silat pada siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013?

2. Seberapa besar pengaruh latihan power otot tungkai terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan pencak silat pada siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(23)

2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh latihan power otot tungkai terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan pencak silat pada siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013?

F. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui secara empiris pengaruh latihan power otot tungkai terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan pencak silat pada siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

2. Bagi siswa

Siswa dapat mengetahui dapat memperbaiki gerak dasar pencak silat khususnya pada teknik dasar tendangan.

3. Bagi guru atau pelatih olahraga

Memberikan pengetahuan dan masukan bagi guru/ pelatih terkait dengan model latihan Pendidikan Jasmani yang efektif dan efisien.

4. Bagi Lembaga / Institusi

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dikelola secara sistematis, dipilih sesuai karakteristik peserta didik, tingkat kematangan, kemampuan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani.

Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan melalui aktivitas jasmani mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan dapat dicapai melalui aktivitas jasmani. Tujuan pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga.

(25)

bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Menurut pakar Pendidikan Jasmani Amerika Serikat, Nixon dan Jewett (1980: 27) dalam Arma Abdulllah dan Agus Manadji (1994: 5) Pendidikan Jasmani adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang

berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan atas dasar kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi dan sosial.

Menurut Frost (1975: 35) dalam Arma Abdulllah dan Agus Manadji (1994: 5) Pendidikan Jasmani terdiri dari perubahan dan penyesuaian yang terjadi pada individu bila ia bergerak dan memperlajari gerak. Pendidikan Jasmani

merupakan satu-satunya mata pelajaran di sekolah yang menggunakan gerak

sebagai media pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

(26)

Disinilah pentingnya Pendidikan Jasmani yaitu menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan, mencoba kegiatan sesuai minat dan menggali potensi dirinya. Melalui Pendidikan Jasmani anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.

B. Hasil Belajar Pendidikan Jasmani

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 295) bahwa belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Dalam belajar tersebut individu menggunakan ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Adapun penjelasan dari ketiga ranah-ranah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Ranah afektif adalah segi kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran. Terdiri dari : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi.

2. Ranah kognitif adalah kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran. Terdiri dari : penerimaan, partisipasi, penialian/ penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup.

(27)

Menurut Thorndike dalam Arma Abdulllah dan Agus Manadji (1994: 162) belajar adalah asosiasi antara kesan yang diperoleh alat indera (stimulus) dan impuls untuk berbuat (respons). Dalam belajar ada tiga aspek yaitu hukum kesiapan, hukum latihan dan hukum pengaruh.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Maka sesuai dengan batasan masalah dalam penelitian ini maka hasil belajar yang dituju dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan gerak dasar tendangan depan pada siswa, menyangkut peningkatan pada setiap indikator gerak dasar, mulai dari taha persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir gerak.

Menurut Romiszowski (1981:6) dalam Lutan (1988:10) bahwa hasil belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tentang bidang yang dipelajari. Hasil belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yakni, ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Gagne dan Briggs (1978:20) dalam Lutan (1988:10) mengatakan bahwa hasil belajar adalah gambaran kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar yang dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,

(28)

Berdasarkan aspek yang ada dalam Pendidikan Jasmani itu sendiri maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar Pendidikan Jasmani adalah adanya peningkatan keterampilan yang menyangkut kognitif, afektif dan terutama psikomotor setelah anak melakukan aktivitas jasmani, sehingga pada tercapailah kebugaran jasmani yang menunjang pelaksanaan

aktivitasnya.

C. Karakteristik Siswa SMP

Selama pendidikan di SMP seluruh aspek perkembangan manusia yaitu afektif, kognitif dan psikomotor mengalami perubahan. Siswa SMP mengalami masa remaja, satu periode perkembangan sebagai transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus dihadapi oleh guru.

Adapun perubahan yang dialami siswa pada masa remaja adalah sebagai berikut :

1. Perkembangan aspek afektif

Wuest dan Lombardo (Arma Abdullah dan Agus Manaji, 1994: 127-132) menyatakan perkembangan afektif siswa SMP mencakup proses belajar perilaku. Pihak yang berpengaruh dalam proses sosialisasi remaja adalah keluarga, sekolah dan teman sebaya. Dari ketiganya pihak yang sangat berpengaruh adalah teman sebaya.

2. Perkembangan aspek kognitif

(29)

fungsi intelektual, kapasitas memori dan bahasa, dan pemikiran konseptual. Siswa mengalami peningkatan kemampuan mengekspresikan diri.

3. Perkembangan aspek psikomotorik

Wuest dan Lombardo (Arma Abdullah dan Agus Manaji, 1994: 127-132) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotor seusia siswa SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis. Salah satu perubahan tersebut adalah pertumbuhan tinggi badan dan berat badan.

Husdarta dan Yudha (1999/2000 :21) koordinasi gerak berupa kemampuan untuk mengatur keserasian gerak bagian-bagian tubuh. Kemampuan ini berhubungan dengan kekampuan kontrol tubuh. Individu yang koordinasi geraknya baik akan mampu mengendalikan gerak tubuhnya sesuai dengan kemauannya. Pada masa ini merupakan masa penyempurnaan keterampilan melakukan gerakan-gerakan dasar. Berbagai macam pola gerak yang dapat dilakukan atau dikuasai pada masa anak besar. Gerak-gerak tersebut sudah dapat dilakukan dengan bentuk gerakan menyerupai gerakan orang dewasa, tetapi letak perbedaannya hanya pada pelaksanaan gerakan yang kurang bertenaga.

D. Teori Latihan

(30)

dan mental organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi dengan diberi beban, beban fisik, beban mental secara terarah dan meningkat.

Suatu latihan apapun bentuknya, jika dilakukan dengan benar akan memberikan suatu perubahan pada sistem tubuh, baik itu sistem aerobic, hormon maupun sistem otot. Menurut Nossek dalam Suharjana (2004: 13) latihan adalah proses untuk pengembangan penampilan olahraga yang

komplek dengan memakai isi latihan, metode latihan, tindakan organisasional yang sesuai dengan tujuan.

Menurut Bompa (1994 : 3) “training is a systematic athelic activity of long duration, progressively and individually graded, aiming at modeling the

human’s phsiological and physiological functions to meet demanding tasks”.

Yang diterjemahkan sebagai latihan adalah suatu aktifitas olahraga yang dilakukan secara sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif dan individual mengarah kepada ciri- ciri fungsi fisiologis dan psikologis untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Menurut Suharjana (2004: 13) latihan merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada cirri-ciri fungsi psikologis dan fisiologis manusia untuk mencapai sasaran yang ditentukan.

(31)

ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjannya. Yang dimaksud dengan sistematis latihan adalah berencana menurut jadwal yang telah ditentukan, juga menurut pola dan sistem tertentu, metodis dari mudah kesusah, teratur dari sederhana kekompleks. Berulang-ulang maksudnya agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah karena terbiasa.

Tujuan training menurut Harsono (1988: 100) adalah untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan dan prestasi agar semakin maksimal. Untuk mencapai hal tersebut ada beberapa aspek latihan yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Latihan fisik ( Physical training )

Latihan ditujukan untuk perkembangan ffisik secara menyeluruh, karena olahraga sangat membutuhkan kondisi fisik yang prima.

2. Latihan teknik ( Technical Training )

Latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan pada saat bertanding, baik teknik yang telah ada atau mempelajari teknik baru. 3. Latihan taktik ( Tactical Training )

Latihan untuk menumbuh kembangkan inteprestasi atau daya tafsir siswa. Teknik-teknik gerakan dengan baik haruslah dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola permainan, bentuk-bentuk dan formasi-formasi permainan serta strategi dan taktik pertahanan dan penyerangan sehuingga

(32)

4. Latihan Mental ( Physcological Training )

Latihan untuk mempertinggi efisiensi mental siswa, terutama bila siswa berada dalam posisi dan situasi stress yang kompleks. Tanpa memiliki mental yang bagus dapat dipastikan akan sulit mengatasi kondisi tersebut.

E. Prinsip-Prinsip Latihan

Bahwa dalam latihan kondisi fisik seseorang harus memperhatikan prinsip-prinsip atau asas latihan sebagai berikut :

1. Prinsip Overload (beban lebih)

Harsono (2004: 9) menyebutkan bahwa beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah secara periodik dan progresif ditingkatkan. Kalau beban latihan tidak pernah ditambah maka berapa lamapun dan berapa seringpun anak berlatih, prestasi tak mungkin akan meningkat. Pembebanan pada latihan membuat tubuh melakukan penyesuaian terhadap rangsangan dari beban latihan. Sehingga latihan beban lebih menyebabkan kelelahan, pemulihan dan penyesuaian memungkinkan tubuh untuk mengkompensasikan lebih atau mencapai tingkat kesegaran yang lebih tinggi.

2. Prinsip Spesialisasi

(33)

3. Prinsip Individualisasi

Harsono (2004: 9) bahwa beban latihan harus senantiasa disesuaikan dengan kemampuan adaptasi, potensi serta karakteristik spesifik sari atlet. Factor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmaninya, ciri-ciri psikologisnya, semua harus ikut dipertimbangkan dalam mendesain program latihan bagi atlet.

4. Prinsip Reversibility (kembali asal)

Menurut Harsono (2004: 10) prinsip ini mengatakan bahwa kalau kita berhenti berlatih, tubuh kita akan kembali ke keadaan semula atau

kondisinya tidak akan meningkat. Ini berarti jika beban latihan yang sama terus menerus kepada anak maka terjadi penambahan awal dalam kesegaran kesuatu tingkat dan kemudian akan tetap pada tingkat itu.

5. Prinsip Peningkatan Beban Terus Menerus (progresif)

Menurut Suharjana (2004: 16) prinsip progresif dapat dilakukan dengan meningkatkan beban secara bertahap dalam suatu program latihan. Progresif artinya adalah kenaikan beban latihan dibandingkan dengan latihan yang dijalankan sebelumnya. Peningkatan beban dapat dilakukan dengan penambahan set, repetisi, frekuensi atau lama latihan.

F. Kondisi Fisik

Kondisi fisik merupakan salah satu aspek latihan yang paling dasar untuk dilatih dan ditingkatkan, untuk mendapatkan kondisi fisik yang baik

(34)

kondisi fisik, daya tahan merupakan salah satu komponen fisik yang sangat penting untuk dilatih dan ditingkatkan menjadi stamina dalam upaya mencapai prestasi yang optimal.

Kondisi fisik menurut Sajoto (1988: 57) adalah suatu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus

dikembangkan, walaupun disana sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut.

Menurut Sajoto (1988: 58-59) adapun unsur-unsur kondisi fisik itu meliputi : 1) Kekuatan (strength) adalah komponen fisik seseorang tentang

kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.

2) Daya tahan (endurance) dalam hal ini dikenal dua macam. Pertama adalah daya tahan umum (general endurance) yaitu kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan pekerjaan secara terus-menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas dalam waktu yang cukup lama. Kedua adalah daya tahan otot (local endurance) yaitu kemampuan seseorang untuk mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban

(35)

3) Daya ledak otot (muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kemampuan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya otot = kekuatan X kecepatan.

4) Kecepatan (speed) kemampuan seseorang dalam mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya.

5) Daya lentur (flexibility) seseoraang dalam penyesuaian diri dalam aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini sangat mudah ditandai dengan tingkat flexibility persendian pada seluruh tubuh.

6) Kelincahan (aglility) adalah kemampuan seseorang merubah posisi di area tertentu.

7) Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasi

bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. 8) Keseimbangan (balance) Kemampuan seseorang mengendalikan organ-

organ saraf otot.

9) Ketepatan (accuracy) adalah seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh.

(36)

G. Otot Tungkai

Rahmat Hermawan (2002: 45) otot merupakan suatu organ/alat yang penting sekali memungkinkan tubuh dapat bergerak. Gerak sel terjadi karena

sitoplasma merubah bentuk, dimana pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan ransangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu/berkontraksi, seperti halnya bila kita berolahraga, kita menggerakkan otot-otot. Jadi untuk menggerakkan sebuah benda, otot harus mengerahkan kontraksi dalam dengan kecepatan maksimal. Kontraksi menyebabkan gerakan pada anggota tubuh. Kedudukan otot menentukan efek kontraksi otot.

Dijelaskan dalam Rahmat Hermawan (2002: 47) bahwa macam-macam otot berdasarkan fungsinya adalah sebagai berikut:

1. Menurut bentuk dan serabutnya, yaitu otot serabut sejajar atau bentuk kumparan, otot bentuk kipas,otot bersirip dan melingkar/spinter. 2. Menurut jumlah kepalanya yaitu otot berkepala dua, otot berkepala

tiga/triseps dan otot berkepala empat/quadriseps. 3. Menurut pekerjaannya,yaitu ;

(a) Otot sinergis yaitu otot yang melakukan pekerjaan bersama-sama, (b) Otot antargonis yaitu otot yang bekerjanya berlawanan,

(37)

(f) Otot ekstenesor otot yaitu otot yang bekerja meluruskan kembali tulang kepada kedudukan semula,

(g) Otot pronator, dimana ulna dan radial dalam keadaan sejajar, (h) Otot supinator, dimana ulna dan radial menjadi menyilang, (i) Endorotasi, memutar ke dalam,

(j) Eksorotasi, memutur ke keluar, (k) Dilatasi,memanjangkan otot, (l) Kontraksi, memendekan otot

4. Menurut letaknya otot-otot tubuh di bagi dalam beberapa golongan:

(a) Otot bagian kepala, (b) Otot bagian leher, (c) Otot bagian dada, (d) Otot bagian perut, (e) Otot bagian punggung, (f) Otot bahu dan lengan, (g) Otot pinggul, (h) Otot anggota gerak bawah.

H. Latihan Power Otot Tungkai

Latihan power otot tungkai adalah latihan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat sesuai dengan prinsip-prinsip kepelatihan. Dengan latihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa terutama dalam tendangan depan. Latihan ini harus dilakukan secara teratur sesuai dengan prinsip-prinsip latihan yang telah dijelaskan sebelumnya, sehingga didapat hasil atau adaptasi dari latihan power sebagai berikut :

(38)

2. Memperbaiki koordinasi syaraf otot (Sinkronisasi koordinasi kerja inter dan intra muscular)

3. Hypertrophy (Meningkatkan diameter otot ; Menambah serabut otot (Hyperplasia)

4. Perubahan jenis serabut (Muscle fibre) Latihan tidak dapat merubah jenis serabut otot. Serabut otot mengadaptasi latihan dan merubah morfologinya (kinetics).

5. Meningkatkan penggunaan elastisitas otot (Prekontraksi otot sebelum bekerja)

Adapun jenis-jenis latihan yang dapat dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Latihan Pliometrik

Harsono (2000: 29) pengembangan power atau daya ledak dapat menggunakan latihan yang disebut pliometrik. Konsep pliometrik berbunyi bahwa cara yang paling baik untuk mengembangkan power maksimal pada kelompok otot tertentu ialah denga meregangkan (memanjangkan) dahulu otot-otot tersebut sebelum mengkontraksi

(memendekkan) otot-otot itu secara eksplosif. Dengan kata lain, kita dapat mengerahkan lebih banyak tenaga pada suatu kelompok otot kalau kita terlebihdahulu menggerakkan otot tersebut ke arah yang berlawanan. Untuk melatih otot tungkai, mula-mula gerakkan tungkai ke arah

(39)

Jadi yang penting dalam melakukan latihan pliometrik adalah : a. Gerakan harus dilakukan secara eksplosif

b. Kekerapan melakukan lompatan lebih penting daripada jauhnya lompatan

c. Prinsip overload dan intensitas harus diterapkan untuk menjamin perkembangan power

Menurut Bompa (1994: 112) bentuk-bentuk latihan plyometric

dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) Latihan dengan intensitas rendah (low impact) dan (2) Latihan dengan intensitas tinggi (high impact). Latihan dengan intensitas rendah (low impact) meliputi: (1) Skipping, (2) Rope jump, (3) Lompat (jump) rendah dan langkah pendek, (4) Loncat-loncat (Hops) dan lompat-lompat, (5) Melompat di atas bangku atau tali setinggi 25-35 cm, (6) Melempar ball medicine 2-4 kg, (7) Melempar bola tenis / baseball (bola yang ringan).Sedangkan latihan dengan intensitas tinggi (high impact), meliputi: (1) Lompat jauh tanpa awalan (standing broad/long jumps), (2) Triplejumps (lompat tiga kali), (3) Lompat (jumps) tinggi dan langkah panjang, (4) Loncat-loncat dan lompat-lompat, (5) Melompat di atas bangku atau tali setinggi 35 cm, (6) Melempar bola medicine 5-6 kg, (7) Drop jumps dan reaktif jumps, dan (8) Melempar benda yang relatif berat.

Bentuk latihan plyometric yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah frog jumps, hopping, dan standing jump.

(40)

Latihan frog jump yaitu dimulai dengan berdiri pada dua kaki selebar bahu, kemudian melakukan lompatan ke depan tanpa menggunakan penghalang tetapi lompatan ini dilakukan dengan sejauh-jauhnya. Gerakan frog jump dilakukan dengan kaki ditekuk dan mendarat pada dua kaki, badan harus tetap pada garis lurus.

b. Latihan Standing Jump

Latihan standing jump yaitu dimulai dengan berdiri pada dua kaki selebar bahu, kemudian melakukan lompatan kedepan dengan melewati penghalang dengan kaki ditekuk dan mendarat pada dua kaki, badan harus tetap pada garis lurus Latihan ini merangsang otot untuk selalu berkontraksi baik saat memanjang maupun saat memendek.

c. Latihan Squat Jump

Selain latihan lompat dengan bantuan tali, dapat juga dilakukan latihan squat. Tujuan latihan ini adalah menguatkan atau meningkatkan

kekuatan otot tungkai yang akan digunakan dalam tendangan.

d. Latihan Jump Rope

Latihan lompat tali atau jump rope/skippingdilakukan secara bervariasi, dari latihan lompat tali biasa dengan kedua kaki, kemudian satu kaki bergantian (kaki kiri atau kanan) dan lompat tali sambil melangkah ke depan. Tujuan lompat tali juga adalah untuk melatih kekuatan otot tungkai.

(41)

Caranya adalah dengan naik turun bangku terus menerus selama beberapa waktu. Lakukan latihan dengan tinggi bangku yang bervariasi dan makin lama repetisi ditambah secara progresif, diselingi dengan waktu istirahat.

6. Latihan Naik Turun Tangga

Latihan naik turun tangga dilakukan dengan peningkatan anak tangga yang harus ditempuh pada tiap minggu, ini bertujuan untuk meningkatkan beban latihan sehingga meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot tungkai.

7. Latihan Block Step Up

Latihan block step up dilakukan dengan lari melompati kardus secara berurutan dan terus menerus. Makin lama repetisi semakin ditambah secara progresif dan diselingi dengan waktu istirahat.

I. Keterampilan Gerak Dasar

(42)

Keterampilan gerak dasar merupakan pola gerak yang perkembangannya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan. Keterampilan gerak dasar inilah yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Lutan (1988: 10) membagi tiga gerakan dasar yaitu, a) lokomotor, b) gerak non lokomotor, c) gerak manipulatif.

Pengajaran pencak silat dengan menggunakan latihan power otot tungkai akan mengaktifkan sistem neuromuscular yang diwujudkan dalam bentuk gerakan. Gerak dibedakan 3 macam, yaitu lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif. Gerak lokomotor ditandai dengan perubahan dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh gerakan lokomotor dalam pencak silat adalah melangkah untuk mendekati lawan atau menghindar dari serangan lawan. Gerak non lokomotor ditandai dengan tidak adanya perubahan dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh gerakan non lokomotor dalam pencak silat adalah mengelak dari serangan lawan. Sedangkan gerak manipulatif ditandai adanya benda lain yang dimanipulatif sehingga benda tersebut bergerak dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh gerak manipulatif dalam olahraga pencak silat adalah menendang lawan atau memukul lawan.

J. Pencak Silat

Menurut MUNAS IPSI (1995: 1) pencak silat dapat diartikan sebagai

gerak-bela serang yang teratur menurut system, waktu, tempat, dan iklim dengan

selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai

(43)

IPSI (1999: 1) pencak silat merupakan ilmu beladiri warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia. Untuk mempertahankan kehidupannya, manusia selalu membela diri dari ancaman alam, binatang, maupun sesamanya yang dianggap mengancam integritasnya. Cara membela diri dari suatu daerah, berbeda dengan daerah lainnya. Untuk daerah pegunungan, pada umumnya ditandai dengan sikap kuda-kuda yang kokoh dan gerak lengan yang lincak, sedangkan untuk daerah-daerah datar ditandai dengan sikap kuda-kuda yang ringan dan olah gerak kaki yang lincah. Perbedaan tersebut disebabkan karena kondisi daerah dan bentuk ancamannya, termasuk jenis senjata yang

digunakannya. Jurus-jurus yang digunakan untuk membela diri banyak diilhami dari olah gerak binatang-binatang, seperti macan, monyet, ular, bangau dal lain-lainnya.

Perkembangan pencak silat sejalan dengan peradaban manusia dengan dicirikan pada situasi dan kondisi manusia itu berada. Perbedaan tempat tinggal, adat istiadat, dan pola hidup memberikan warna dalam cara membela diri mereka. Perbedaan cara membela diri inilah yang menyebabkan lahirnya aliran-aliran dalam pencak silat.

(44)

Gerak dasar pencak silat adalah suatu gerak terencana, terarah, terkoordinasi, dan terkendali yang mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan, yaitu aspek mental spiritual, aspek beladiri, aspek olahraga, dan aspek seni budaya. Dengan demikian, pencak silat merupakan cabang olahraga yang cukup lengkap untuk dipelajari karena memiliki empat aspek yang merupakan satu kesatuan utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan.

Dijelaskan oleh Nur Dyah Naharsari (2008: 1) pencak silat adalah sarana beladiri yang didalamnya terdapat gerakan-gerakan atau jurus-jurus untuk menjaga diri. Pencak silat ialah seni beladiri Asia yang berakar dari budaya melayu. Pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela, mempertahankan, eksistensi (kemandiriannya) dan integritasnya (manunggal) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pencak silat sebagai suatu kesatuan yang melambangkan unsur seni, Sebagai aspek mental-spiritual, pencak silat lebih banyak menitikberatkan pada pembentukan sikap dan watak kepribadian pesilat yang sesuai dengan falsafah budi pekerti luhur.

Fungsi dan tujuan pencak silat menurut Nur Dyah Naharsari (2008:9)Pada aspek beladiri, pencak silat mempunyai unsur seni dan beladiri yang

(45)

pengenalan diri pribadi sebagai insan atau makhluk hidup yang percaya adanya kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Pencak silat juga membangun dan mengembangkan karakter seseorang. Pada aspek seni, pencak silat dimainkan dengan diiringi musik yang khas dan gerak serta irama yang khusus. Pencak silat sebagai seni juga mempunyai wirama, wiraga, dan wirasa. Pada aspek pendidikan, pencak silat juga membimbing dan mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan peningkatan fungsi organ tubuh.

(46)

K. Tendangan Pencak Silat

Muhajir (2006: 185) terdapat 4 macam jenis tendangan (depan, samping, belakang, dan busur). Hariyadi (2003: 74-79)tendangan yang dinilai dalam pertandingan pencak silat adalah tendangan yang mengenai sasaran togok (tubuh) adalah bagian tubuh kecuali leher ke atas dan kemaluan. Tendangan yang diperbolehkan dalam kategori tanding ada beberapa macam, diantaranya: 1. Tendangan depan/ lurus

Menggunakan sebelah kaki dan tungkai, dengan perkenaan pangkal jari-jari kaki bagian dalam. Pelaksanaan tendangan ini adalah dengan cara mengangkat lutut terlebih dahulu ke arah depan kemudian meluruskan bagian tungkai kaki. Tendangan jenis ini sangat cocok digunakan untuk pertarungan jarak jauh, dan bagi pesilat yang memiliki tungkai yang panjang sangat efektif digunakan karena jangkauannya pasti lebih panjang pula. Kelemahan dari tendangan ini adalah jika gerak balikan tidak cepat maka sangat mudah tendangan tersebut untuk ditangkap.

2. Tendangan samping/ tendangan T

Tendangan samping adalah sebutan lain untuk macam tendangan dengan nama gerakan tendangan ke arah samping. Terdapat berbagai macam variasi tendangan samping ini. Semua varian diatas, khususnya untuk permainan atas, awalan boleh berbeda tetapi bentuk akhirnya sama yaitu seperti huruf T. Pada dasarnya tendangan samping memakai tumit sebagai alat serang atau menggunakan sisi luar telapak kaki atau ada yang

(47)

a) Jangkauan lebih panjang

b) Jarak kepala dengan lawan lebih jauh, maka lebih aman c) Eksplorasi tenaga bisa maksimum

Untuk kelemahannya antara lain :

a) Sulit digunakan untuk pertarungan jarak pendek.

b) Lebih mudah dijatuhkan baik dengan permainan bawah maupun dengan tangkapan. Semakin rebah sikap badan semakin mudah dijatuhkan dengan tangkapan.

c) Kurang menghadap lawan sehingga bisa kehilangan pandangan. 3. Tendangan sabit / busur

Seperti namanya tendangan busur adalah tendangan berbentuk busur dengan menggunakan punggung kaki. Pelaksanaan tendangan ini adalah sama dengan prinsip tendangan depan namun lintasanya berbentuk busur dengan tumpuan satu kaki dan perkenaan pada punggung kaki.

4. Tendangan belakang

Tendangan belakang merupakan tendangan ke arah belakang atau dengan membelakangi musuh, tendangan ini jarang digunakan karena

pelaksanaanya cukup sulit yaitu membelakangi lawan atau dengan tak melihat lawan sehingga perkenaanya tak isa maksimal.

5. Tendangan gajul

Tendangan gajul perkenaannya pada tumit sedang lintasannya adalah dari arah bawah ke atas.

(48)

Tendangan jejag adalah tendangan yang dilaksanakan dengan posisi tubuh tegak dan lintasan lurus kedepan,perkenaannya adalah tumit.Selintas tendangan ini mirip dengan tendangan lurus, namun terdapat perbedaan prinsipil dalam pelaksanannya. Jika tendangan lurus dengan melecutkan tungkai ke depan (seperti gerakan menusuk) sedangkan tendangan jejag dilakukan dengan terlebih dahulu mengangkat lutut setinggi mungkin dan kemudian mendorong tungkai kedepan sasaran

L. Tendangan Depan

Salah satu bentuk serangan kaki adalah tendangan lurus. Tendangan lurus merupakan salah satu bentuk serangan tungkai/kaki. Tendangan merupakan teknik dan taktik serangan yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai dan kaki sebagai komponen penyerang. Terkait tendangan lurus, didefinisikan sebagai tendangan yang dilakukan dengan posisi tubuh tegak dan lintasan lurus ke depan, sedangkan sebagian perkenaannya adalah pangkal jari-jari kaki (Hariyadi, 2003: 74). Hal senada yang dikemukakan oleh Lubis (2004: 25) bahwa tendangan lurus adalah serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasan ke arah depan dan posisi badan menghadap ke depan, dengan perkenaan pangkal jari-jari kaki bagian dalam, sifatnya mendorong dengan sasaran ulu hati.

Tendangan lurus sangat efektif untuk melumpuhkan lawan. Keefektifitasan tersebut tercipta karena gerakan yang diperlukan oleh tubuh sewaktu

(49)

kemaluan. Jika tendangan ini digunakan untuk menyerang bahagian-bahagian tubuh lawan yang berada di luar jangkauan postur tubuh, misalnya untuk menyerang kepala, biasanya menjadi tidak efektif kerana akan kehilangan kekuatan.Namun karena sifatnya yang menusuk laksana ujung tombak, tendangan ini menjadi sangat keras daya benturnya. Oleh karena itu, keterampilan tendangan lurus ini patut dimiliki oleh seorang atlit sebagai teknik pendukung dalam menyempurnakan keterampilan gerak pencak silat secara totalitas. Dengan demikian, pelaksanaan latihan perlu dilakukan.

Hariyadi (2003: 47) menjelaskan tentang cara melatih atau berlatih tendangan lurus, yaitu dilakukan dalam gerak lambat. Langkah pertama yang dilakukan ialah berdiri pada posisi sikap pasang yang baik, kemudian angkat lutut setinggi pinggang. Kedua, julurkan tungkai bawah ke depan diikuti oleh dorongan pinggul searah tendangan. Kunci lutut (untuk latihan dengan tenaga penuh, hindari cara mengunci lutut ini) dan rasakan bahwa kaki (yang

menendang) benar-benar telah berada pada posisi lurus. Selanjutnya, tarik tungkai bawah dan kembali pada posisi semula.

Berikut analisis teknik gerak dasar tendangan depan : 1. Persiapan Awal

a. Atur posisi tubuh dan agak sedikit condong ke depan. b. Tahan tubuh dalan posisi rendan untuk keseimbangan. c. Posisi lengan rileks dan silangkan tangan di depan dada. d. Pada posisi pasang, kaki dibuka sejajar bahu, posisi kaki depan

(50)

e. Lutut agak ditekuk sehingga sehingga posisi badan agak condong. Kaki yang berada di belakang jinjit.

f. Bawa berat badan ke belakang (pasang kuda-kuda). g. Pandangan lurus ke depan arah sasaran.

2. Saat Melakukan Tendangan

a. Pertahankan posisi tubuh agak condong ke depan untuk keseimbangan dan memberi kekuatan lebih saat melakukan tendangan.

b. Posisi lengan kuat tapi tetap rileks, salah satu tangan melindungi kemaluan dan yang satunya di depan dada.

c. Pindahkan berat badan ke depan, kaki belakang diangkat setinggi lutut (rata-rata air).

d. Tendangkan kaki dengan kekuatan penuh dan cepat (full power). e. Pandangan memperhatikan ke arah sasaran dan melihat kaki saat

melakukan tendangan. 3. Sikap Akhir

a. Posisi badan agak tegak, menghadap lurus ke depan.

b. Posisi lengan kembali seperti semula. Tetap rileks dan disilangkan di depan dada.

(51)

Gambar 2.1 Tendangan Depan.

M. Kerangka Pikir

Hasil belajar terlihat dari perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang meliputi perubahan pada tiga ranah yakni: ranah afektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotor. Pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani maka ranah psikomotor adalah target utama dalam penentuan keberhasilan pembelajaran, namun tidak terlepas dari peningkatan ranah kognitif dan juga afektif. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa itu sendiri tidak terlepas dari peranan guru dalam memilih dan menerapkan model latihan yang sesuai dengan

karakteristik materi dan siswa. Pemilihan model latihan yang tepat akan sangat membantu dalam tercapainya efektivitas suatu pembelajaran.

Pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela,

(52)

silat ini dijadikan sebagai salah satu materi pelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah, gunanya agar siswa mengetahui teknik-teknik dasar dalam pencak silat sekaligus ikut melestarikan warisan budaya bangsa.

Setiap cabang olahraga pasti memiliki teknik dasar sebagai penunjang menuju pencapaian keterampilan yang sempurna. Demikian halnya juga pencak silat memiliki teknik dasar yang khas. Adapun teknik dasar dalam pencak silat di kelompokkan ke dalam 4 (empat) kategori, yaitu : sikap dasar, gerak dasar, teknik dasar serangan, dan teknik pembelaan. Dalam pembelajaran pencak silat siswa kelas VII semester 2 memiliki pencapaian kompetensi dasar berupa kemampuan melakukan teknik dasar menendang (depan, belakang, samping, busur depan dan belakang) secara berpasangan atau kelompok dengan baik dan benar disertai nilai kerjasama, kejujuran, percaya diri dan menghormati lawan. Maka akan diteliti tendangan depan dalam penelitian ini karena masih banyak siswa yang belum dapat melakukan tendangan yang lurus ke depan dengan baik dan benar.

Latihan power otot tungkai merupakan salah satu altenatif dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani. Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik, tanpa power seseorang tidak akan bisa berlari cepat, melompat, mendorong, menarik, menahan, memukul, mengangkat dan lain sebagainya. Power otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar

(53)

berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh. Latihan power otot tungkai tepat dilakukan untuk memperbaiki unsur kondisi fisik pada otot tungkai tungkai yang berhubungan dengan keberhasilan tendangan depan.

Maka berdasarkan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa latihan power otot tungkai adalah model latihan yang tepat untuk memperbaiki tendangan depan siswa. Tungkai sebagai fondasi atau dasar dari gerak tubuh bagian bawah merupakan inti dari perbaikan tendangan. Adapun pemilihan latihan yang akan digunakan dalam penelitian berupa latihan frog jumps, latihan hopping, latihan standing jump, latihan jump rope/skipping, latihan harvard step up, latihan naik turun tangga, dan latihan block step up. Diharapkan dengan memperbaiki unsur kondisi fisik daripada otot tungkai maka ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil gerak dasar tendangan depan pencak silat siswa.

N. Hipotesis

Hipotesis menurut Margono (2007:67) adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Selanjutnya Husaini Usman (2008:38) juga menyebutkan bahwa hipotesis ialah pernyataan atau jawaban sementara terhadap rumusan penelitian yang dikemukakan.

(54)

H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan latihan power otot tungkai terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan pencak silat pada siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

(55)

III.METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk meneliti suatu permasalahan sehingga mendapatkan hasil atau tujuan yang diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimendalah suatu penelitian yang selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan power otot tungkai dalam meningkatkan gerak dasar tendangan depan pencak silat. Maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen murni yaitu untuk mengetahui pengaruh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Rancangan

penelitian yang digunakan “pre-test and post-test design”.

Berikut gambaran alur penelitian eksperimen sebagai berikut :

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian. Keterangan :

P : Populasi

S : Sampel

Pre test

P S OP

X1

X2

Treatment

Post test Tanpa

(56)

OP : Ordinal Pairing

Pretest : Tes awal gerak dasar tendangan depan X 1 : Kelas eksperimen

X 2 : Kelas kontrol

Treatment : Tindakan dengan latihan kekuatan otot tungkai Tanpa Treatment : Tanpa pemberian tindakan

Posttest : Tes akhir gerak dasar tendangan depan

Pembagian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didasarkan pada hasil rangking pada tes awal. Adapun pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal pairing sebagai berikut :

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Arikunto, 1991:118).

1. Variabel bebas adalah yang mempengaruhi, yaitu latihan power otot tungkai.

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu peningkatan gerak dasar tendangan depan.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(57)

SMPN 5 Bandar Lampung yang berjumlah 304 siswa, yang terdiri dari 8 kelas dengan rincian pada tabel dibawah ini :

2. Sampel

Menurut Arikunto (1991: 108) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%. Karena jumlah seluruh siswa kelas VII di SMPN 5 Bandar Lampung berjumlah 304 siswa. Maka diambil 15% dari populasi, yaitu 46 siswa secara proposif random sampling yaitu pengambilan acak tetapi didasarkan pada proporsi siswa masing-masing kelas dan jumlah putra dan putri. Dengan rumus dan contoh perhitungan pengambilan sampel sebagai berikut :

Kelas VII-A :

Jumlah siswa kelas VII-A yang menjadi sampel

siswa

(58)

D. Instrumen

Menurut Arikunto (1991: 112) instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian. Nurhasan (2001: 234) menjelaskan bahwa seringkali tes/alat yang diperlukan tidak tersedia atau tidak mungkin didapatkan. Maka dapat disusun suatu tes keterampilan dengan terlebih dahulu melakukan uji validitas dan uji reliabilitas suatu tes.

Tabel 1. Format Penilaian Gerak Dasar Tendangan Depan Pencak Silat.

No Indikator Deskriptor Nilai

1 2 3

2.1Gerakan kaki ke depan 2.2Gerakan tangan menyilang

didada

(59)

(1988:35) menyatakan program latihan 3 kali setiap minggu agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Latihan dilakukan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat mulai dari pukul 15.00 sampai dengan selesai. Kelompok eksperimen diberikan latihan dengan latihan power otot tungkai pada setiap pertemuannya (seperti pada lampiran), sedangkan kelompok kontrol diabaikan atau tidak diberi tindakan Dalam penelitian ini akan ada dua kelompok penelitian, seperti yang terlihat pada tabel bahwa dalam 24 kali pertemuan selama 8 minggu (2 bulan), pada kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan berupa latihan power otot tungkai yang terdiri dari latihan frog jumps, latihan hopping, latihan standing jump, latihan jump rope/skipping, latihan harvard step up, latihan naik turun tangga, dan latihan

Block Step Up. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak akan diberikan perlakuan apapun selama 8 minggu, hal ini berguna untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh latihan power otot tungkai terhadap peningkatan gerak dasar tendangan depan siswa.

F. Teknik Analisis Data

Sebelum menggunakan instrumen untuk mengambil data, maka instrumen yang digunakan perlu diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Uji coba instrumen di maksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar-benar instrumen yang baik. Hasil dari uji validitas data yaitu rX.Y 0,89dan uji reliabilitasnya

(60)

1. Uji Validitas Instrumen

Menurut Arikunto (2002 : 168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas tes adalah suatu alat ukur yang dikatakan valid apabila dapat mengukur atau apa yang seharusnya diukur. Setelah data didapat dan ditabulasikan maka pengujian validitas konstruksi (Construct) dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus korelasi product moment adalah :

2

Jumlah kuadrat skor variabel X Y2 : Jumlah kuadrat skor variabel Y

Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus : :

Keterangan : t : Nilai t hitung

(61)

Distribusi tabel t untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-2 dengan uji satu pihak. Kaidah pengujian jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknya jika thitung < t tabel berarti tidak valid. Jika instrumen itu valid, maka dilihat dari kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) menurut Riduwan (2005: 98) sebagai berikut : 0,80 – 1,00 = sangat tinggi, 0,60- 0,79 = tinggi, 0,40 – 0,59 = cukup, 0,20 – 0,39 = rendah dan 0,00 – 0,19 = sangat rendah (tidak valid).

2. Uji Reliabilitas dengan Pengukuran Ulang/ Retest

(62)

∑X : Jumlah skor variabel X

Harga r yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel korelasi product

moment, sehingga dianggap reliabel apabila harga r hitung > r tabel pada taraf

α = 0,05.

Selanjutnya data yang dianalisis adalah data dari hasil tes awal dan akhir. Menghitung hasil tes awal dan akhir menggunakan teknik analisa data uji t. Adapun syarat dalam menggunakan uji t adalah :

1. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2005:250) untuk pengujian homgogenitas digunakan rumus sebagai berikut:

Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan rumus Dk pembilang : n-1 (untuk varians terbesar)

Dk penyebut : n-1 (untuk varians terkecil)

Taraf signifikan ( 0.05) maka dicari pada tabel F.

Dengan kriteria pengujian, Jika : F hitung≥ F tabel berarti tidak homogen sebaliknya F hitung≤ F tabel berarti homogen.

(63)

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji Liliefors. Langkah pengujiannya mengikuti prosedur Sudjana (2005: 466) yaitu : a. Pengamatan X1,X2,...,Xn dijadikan bilangan baku

SD : Simpangan baku Z : Skor baku

x : Row skor X: Rata-rata

b. Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku. Kemudian di hitung peluang F(Zi) P(Z Zi) e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut.

(64)

dari L tabel maka data yang akan diolah tersebut berdistribusi normal sedangkan bila L0 lebih besar (>) dari L tabel, maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

3. Uji-t

Untuk menguji pengaruh latihan kekuatan otot tungkai terhadap gerak dasar tendangan depan, maka digunakan rumus uji pengaruh sebagai berikut :

n Sb

B thitung

Keterangan :

B = Rata-rata dan selisih beda Sb = Simpangan baku

n = Jumlah sampel

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Bompa,Tudor. 1999. Theory and Methodology of Training. Toronto: York University

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Depdikbud Dirti PPLPTK. Jakarta.

_______. 2004. Perencanaan Program Latihan: Edisi Kedua. Bandung. Hermawan, Rahmat. Ilmu Faal : Fisiologi. Univesitas Lampung.

Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. McClenaghan, Pate Rotella, diterjemahkan Kasiyo Dwijowinoto. 1993.

Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP Semarang Press. Semarang.

Muhajir. 2007. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. PT Erlangga. Bandung.

Naharsari, Nur Dyah. 2008. Olahraga Pencak Silat. Penerbit Ganeca Exact. Jakarta.

Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pemdidikan Jasmani: Prinsip-Prinsip dan Penerapannya. Dirjen OR Depdiknas. Jakarta.

(66)

Sajoto, Mochamad. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung. Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. FIK UNY. Yogyakarta.

Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metodologi Penelitian Sosial.

Gambar

Tabel                                                                                                          Halaman
Gambar 2.1 Tendangan Depan.
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian.
Tabel 1. Format Penilaian Gerak Dasar Tendangan Depan Pencak Silat.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT rang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul:

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya kepada saya, sehingga skripsi yang berjudul “ Keefektifan Strategi Think Alouds

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi

Syukur Alhamdulillah senantiasa dihaturkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat