ABSTRAK
PENGARUH BERBAGAI BAHANCOATINGDAN BAHAN ADITIF
PADA BENIH KEDELAI (Glycine maxL. Merril) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITAS DAN VIGOR
BENIH SELAMA PENYIMPANAN
Oleh
HENY SUSANTI
Kemunduran benih merupakan hal yang mutlak terjadi selama periode
simpan. Namun laju kemunduran benih yang dicerminkan melalui
rendahnya viabilitas dan vigor benih dapat diperlambat dengan memberikan
perlakuan pada benih sebelum proses penyimpanan. Salah satu teknologi
yang dapat digunakan untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih
selama penyimpanan yaitu denganSeed coating(pelapisan benih).
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bahancoatingterbaik yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih kedelai selama
Heny Susanti
(3) mengetahui respon benih terhadap bahancoating yang dikombinasikan dengan masing-masing bahan aditif.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Februari 2014 sampai
dengan Juni 2014. Rancangan perlakuan disusun secara faktorial
menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna dengan empat kali
ulangan. Faktor pertama adalah jenis bahan bahancoating (arabic gum 3%, carboxylmethyl cellulose(CMC) 1,5% dan tapioka 5%), sedangkan faktor kedua adalah bahan aditif (dolomit, gipsum, kaptan, dan talc
masing-masing 1%). Pemisahan nilai tengah menggunakan perbandingan kelas
yaitu dengan Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf α 5% dandiagram standard error of meansebagai konfirmasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) bahancoatingterbaik yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih kedelai selama
penyimpanan pada variabel pengamatan daya berkecambah, indeks vigor,
kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum, kadar air serta daya hantar
Heny Susanti
yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama
penyimpanan pada variabel pengamatan daya berkecambah, indeks vigor,
kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum, kadar air serta daya hantar
listrik adalah gipsum selanjutnya kaptan; dolomit; dan talc. Seluruh bahan
aditif yang digunakan dalam penelitian ini memiliki sifat higroskopis.
(3) respon benih dalam mempertahankan viabilitas dan vigor benih
ditunjukan oleh kombinasi carboxylmethyl cellulose(CMC) dan gipsum selanjutnyacarboxylmethyl cellulose(CMC) dan kaptan;carboxylmethyl cellulose(CMC) dan dolomit;carboxylmethyl cellulose (CMC) dan talc pada variabel pengamatan daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan
tumbuh, potensi tumbuh maksimum, daya hantar listrik serta dapat
memperlambat peningkatan kadar air selama penyimpanan.
PENGARUH BE PADA BENIH
MEMPE
Sebagai
BERBAGAI BAHANCOATINGDAN BAHA NIH KEDELAI(Glycine max L. Merril)U PERTAHANKAN VIABILITAS DAN VIGO
BENIH SELAMA PENYIMPANAN
Oleh
HENY SUSANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
HAN ADITIF )UNTUK IGOR
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 07 Mei 1992. Penulis
merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Ismid dan Ibu Elly Hasnah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK/RA Masjid Agung Kalianda
Lampung Selatan pada tahun 1998, Sekolah Dasar Negeri 2 Way Urang
Kalianda Lampung Selatan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama
Negeri 20 Bandar Lampung pada tahun 2007, Sekolah Menegah Atas
Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2010.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademis dan non akademis.
Penulis pernah menjadi asisten dosen untuk beberapa mata kuliah antara
lain Teknologi Benih (2012- 2014) dan Aneka Tanaman Perkebunan
(2014). Pada kegiatan non akademis, penulis aktif sebagai pengurus Unit
(FOSI FP) pada periode 2011-2012 dan 2012-2013 sebagai koodinator tutor
Biro BBQ (Bimbingan Baca Qur’an). Selain itu penulis juga tergabung
dalam Tim Kerja Sekolah (TKS) Rohis SMAN 5 Bandar Lampung sejak
2010 hingga saat ini.
Pada bulan Januari–Februari 2013, penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Sumber Bandung Kecamatan Pagelaran Utara
Kabupaten Pringsewu selama 40 hari. Selanjutnya pada bulan Juli
-Agustus 2013, penulis melaksanakan Praktik Umum di Badan Pusat
Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional
Ilmu terbaik adalah yang diamalkan. Cinta terbaik adalah yang dihalalkan. Harta terbaik adalah yang disedekahkan.
Waktu terbaik adalah yang dioptimalkan.
Teriring doa dan ucapan syukur ku kepada Allah SWT karena berkah-Nya memampukanku menyelesaikan
pendidikan dijenjang sarjana ini dan ku persembahkan karya ini kepada
Ayahku Ismid, Ibuku Elly Hasnah dan Adikku Apsari Cahya Dini yang senantiasa berdoa untuk kebaikanku dan
mendukungku ketika senang maupun sedih serta untuk almamaterku tercinta, semoga skripsi ini akan bermanfaat
ii SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya untuk melaksanakan penelitian
dan menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S., selaku pembimbing utama yang
telah memberikan ide, pengarahan, motivasi dan nasehat dalam
melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P., M.Si., selaku pembimbing kedua atas
ide, saran, bantuan, motivasi, nasehat, waktu dan pengetahuan yang
diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku pembahas atas nasihat,
bimbingan, dan sarannya untuk penulis.
4. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama masa perkuliahan.
5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
7. Bapak Prof. Dr. Setyo Dwi Utomo, S.P.,M.Si., selaku ketua bidang
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
8. Dwi Rosalia atas kerjasama, saran, motivasi dan persahabatan yang
terjalin selama penelitian berlangsung.
9. Desis Kurniyati atas motivasi, saran, dan persaudaraan hingga
menempuh gelar sarjana ini.
10. Aulia Dwi Safitri, Windi Eka Pratiwi, Mutoharoh, S.P., Hixkia J.
Marpaung, S.P., Lidya P. Sinaga, Ade Yunike Larasati, S.P., Immas
Nurisma, Adila Utamako, Debby Kuncoro wibowo, S.P., Diago F.
Saputra, dan Cahyadi Prayuda terimakasih telah membantu selama
penulis melakukan penelitian dan dalam penyelesaian skripsi.
11. Seluruh keluarga Agroteknologi, terimakasih untuk kebersamaan dan
persahabatan selama ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA... i
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR... xiv
I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian... 4
1.3 Kerangka Pemikiran ... 4
1.4 Hipotesis ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA... 7
2.1 Penyimpanan Benih... 8
2.2 Viabilitas dan Vigor Benih... 10
2.3 Pelapisan Benih ... 13
III. BAHAN DAN METODE... 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
3.2 Bahan dan Alat ... 18
3.3 Metode Penelitian ... 18
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 19
3.4.1 Persiapan Benih... 19
3.4.3 Penyimpanan... 20
3.4.4 Pengecambahan Benih... 21
3.5 Variabel Pengamatan... 21
3.5.1 Penetapan Kadar Air... 21
3.5.2 Daya Berkecambah... 22
3.5.3 Indeks Vigor... 22
3.5.4 Kecepatan Tumbuh... 22
3.5.5 Potensi Tumbuh Maksimum... 23
3.5.6 Daya Hantar Listrik... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 24
4.1 Hasil Penelitian... 24
4.1.1 Daya Berkecambah... 26
4.1.2 Indeks Vigor... 30
4.1.3 Kecepatan Tumbuh... 35
4.1.4 Potensi Tumbuh Maksimum... 39
4.1.5 Kadar Air... 42
4.1.6 Daya Hantar Listrik... 44
4.1.7 Korelasi antar Variabel Pengamatan terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Selama Penyimpanan... 50
4.2 Pembahasan ... 51
4.2.1 Pengaruh Penambahan Berbagai Bahan Aditif Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai Selama Penyimpanan... 52
4.2.2 Pengaruh Berbagai Bahan Coating terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai Selama Penyimpanan... 53
4.2.3 Respons Benih dalam Viabilitas dan Vigor Benih pada Penambahan Berbagai Bahan Coating Terhadap Penambahan Bahan Aditif... 55
v
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 59
5.1 Kesimpulan ... 59
5.2 Saran ... 60
PUSTAKA ACUAN... 61
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rekapitulasi pengaruh bahancoating dan bahan aditif terhadap viabilitas dan vigor benih kedelai sebelum disimpan (0 bulan) hingga 3 bulan selama
penyimpanan. ... 25
2. Pengaruh (bahancoatingdan bahan aditif) variabel
pengamatan daya berkecambah selama penyimpanan. ... 27
3. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan bahan aditif untuk variabel pengamatan daya
berkecambah selama 2 bulan penyimpanan. . ... 29
4. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan bahan aditif
terhadap benih pada penyimpanan 3 bulan. ... 30
5. Pengaruh (bahancoatingdan bahan aditif) variabel
pengamatan indeks vigor selama penyimpanan. ... 31
6. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan bahan aditif untuk variabel pengamatan indeks vigor selama 1
bulan penyimpanan. ... 33
7. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan bahan aditif untuk variabel pengamatan indeks vigor selama 2
bulan penyimpanan. ... 34
8. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan bahan aditif untuk variabel pengamatan indeks vigor selama 3
vii
9. Pengaruh (bahancoatingdan bahan aditif) variabel
pengamatan kecepatan tumbuh selama penyimpanan. .... 36
10. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan bahan aditif untuk variabel pengamatan kecepatan tumbuh selama
1 bulan penyimpanan. ... 37
11. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan
bahanaditif untuk variabel pengamatan kecepatan
tumbuh selama 2 bulan penyimpanan. ... 38
12. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan bahan aditif untuk variabel pengamatan kecepatan tumbuh selama
3 bulan penyimpanan. ... 38
13. Pengaruh (bahancoatingdan bahan aditif) variabel pengamatan potensi tumbuh maksimum selama
penyimpanan. ... 39
14. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan bahan aditif untuk variabel pengamatan potensi tumbuh
maksimum selama 2 bulan penyimpanan. ... 41
15. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan bahan aditif untuk variabel pengamatan potensi tumbuh
maksimum selama 3 bulan penyimpanan. ... 42
16. Pengaruh (bahancoatingdan bahan aditif) variabel
pengamatan kadar air selama penyimpanan. ... 43
17. Pengaruh (bahancoatingdan bahan aditif) variabel
daya hantar listrik selama penyimpanan. ... 45
18. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan bahan aditif untuk variabel pengamatan daya hantar listrik
selama 0 bulan penyimpanan. ... 48
19. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan bahan aditif untuk variabel pengamatan daya hantar listrik
20. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan bahan aditif untuk variabel pengamatan daya hantar listrik
selama 2 bulan penyimpanan. ... 49
21. Pengaruh interaksi antara bahancoating dan bahan aditif untuk variabel pengamatan daya hantar listrik
selama 3 bulan penyimpanan. ... 49
22. Korelasi antar variabel pengamatan terhadap viabilitas
dan vigor benih selama penyimpanan. ... 50
23. Data variabel pengamatan daya berkecambah
penyimpanan benih 0 bulan. ... 66
24. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan daya
berkecambah penyimpanan benih 0 bulan. ... 66
25. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
daya berkecambah penyimpanan benih 0 bulan. ... 67
26. Data variabel pengamatan daya berkecambah
penyimpanan benih 1 bulan. ... 67
27. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan daya
berkecambah penyimpanan benih 1 bulan. ... 68
28. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
daya berkecambah penyimpanan benih 1 bulan. ... 68
29. Data variabel pengamatan daya berkecambah
penyimpanan benih 2 bulan. ... 69
30. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan daya
berkecambah penyimpanan benih 2 bulan. ... 69
31. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
daya berkecambah penyimpanan benih 2 bulan. ... 70
32. Data variabel pengamatan daya berkecambah
ix
33. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan daya
berkecambah penyimpanan benih 3 bulan. ... 71
34. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
Daya berkecambah penyimpanan benih 3 bulan. ... 71
35. Data variabel pengamatan indeks vigor penyimpanan
benih 0 bulan. ... 72
36. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan indeks
vigor penyimpanan benih 0 bulan. ... 72
37. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
indeks vigor penyimpanan benih 0 bulan. ... 73
38. Data variabel pengamatan indeks vigor penyimpanan
benih 1bulan. ... 73
39. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan indeks vigor
penyimpanan benih 1 bulan. ... 74
40. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
indeks vigor penyimpanan benih 1 bulan. ... 74
41. Data variabel pengamatan indeks vigor penyimpanan
benih 2 bulan. ... 75
42. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan indeks
vigor penyimpanan benih 2 bulan. ... 75
43. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
indeks vigor penyimpanan benih 2 bulan. ... 76
44. Data variabel pengamatan indeks vigor penyimpanan
benih 3 bulan. ... 76
45. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan indeks
vigor penyimpanan benih 3 bulan. ... 77
46. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
47. Data variabel pengamatan kecepatan tumbuh
penyimpanan benih 0 bulan. ... 78
48. Uji homogenitas ragam variabel pengamatan kecepatan
tumbuh penyimpanan benih 0 bulan. ... 78
49. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kecepatan tumbuh penyimpanan benih 0 bulan. ... 79
50. Data variabel pengamatan kecepatan tumbuh
penyimpanan benih 1 bulan. ... 79
51. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel kecepatan
tumbuh penyimpanan benih 1 bulan. ... 80
52. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kecepatan tumbuh penyimpanan benih 1 bulan. ... 80
53. Data variabel pengamatan kecepatan tumbuh
penyimpanan benih 2 bulan. ... 81
54. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel kecepatan
tumbuh penyimpanan benih 2 bulan. ... 81
55. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kecepatan tumbuh penyimpanan benih 2 bulan. ... 82
56. Data variabel pengamatan kecepatan tumbuh
penyimpanan benih 3 bulan. ... 82
57. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan kecepatan tumbuh penyimpanan benih
3 bulan. ... 83
58. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kecepatan tumbuh penyimpanan benih 3 bulan. ... 83
59. Data variabel pengamatan potensi tumbuh maksimum
xi
60. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan potensi tumbuh maksimum penyimpanan
benih 0 bulan. ... 84
61. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel potensi
tumbuh maksimum penyimpanan benih 0 bulan. ... 85
62. Data variabel pengamatan potensi tumbuh maksimum
penyimpanan benih 1 bulan. ... 85
63. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan potensi tumbuh maksimum penyimpanan
benih 1 bulan. ... 86
64. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel potensi
tumbuh maksimum penyimpanan benih 1 bulan. ... 86
65. Data variabel pengamatan potensi tumbuh maksimum
penyimpanan benih 2 bulan. ... 87
66. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan potensi tumbuh maksimum penyimpanan
benih 2 bulan. ... 87
67. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel potensi
tumbuh maksimum penyimpanan benih 2 bulan. ... 88
68. Data variabel pengamatan potensi tumbuh maksimum
penyimpanan benih 3 bulan. ... 88
69. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel
pengamatan potensi tumbuh maksimum penyimpanan
benih 3 bulan. ... 89
70. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel potensi
tumbuh maksimum penyimpanan benih 3 bulan. ... 89
71. Data variabel pengamatan kadar air penyimpanan
72. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel pengamatan kadar air penyimpanan benih
0 bulan. ... 90
73. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kadar air penyimpanan benih 0 bulan. ... 91
74. Data variabel pengamatan kadar air penyimpanan
benih 1 bulan. ... 91
75. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel pengamatan kadar air penyimpanan benih
1 bulan. ... 92
76. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kadar air penyimpanan benih 1 bulan. ... 92
77. Data variabel pengamatan kadar air penyimpanan
benih 2 bulan. ... 93
78. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel pengamatan kadar air penyimpanan benih
2 bulan. ... 93
79. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kadar air penyimpanan benih 2 bulan. ... 94
80. Data variabel pengamatan kadar air penyimpanan
benih 3 bulan. ... 94
81. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel pengamatan kadar air penyimpanan benih
3 bulan. ... 95
82. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
kadar air penyimpanan benih 3 bulan. ... 95
83. Data variabel pengamatan daya hantar listrik
xiii
84. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel pengamatan daya hantar listrik penyimpanan benih
0 bulan. ... 96
85. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
daya hantar listrik penyimpanan benih 0 bulan. ... 97
86. Data variabel pengamatan daya hantar listrik
penyimpanan benih 1 bulan. ... 97
87. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel pengamatan daya hantar listrik penyimpanan benih
1 bulan. ... 98
88. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
daya hantar listrik penyimpanan benih 1 bulan. ... 98
89. Data variabel pengamatan daya hantar listrik
penyimpanan benih 2 bulan. ... 99
90. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel pengamatan daya hantar listrik penyimpanan benih
2 bulan. ... 99
91. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
daya hantar listrik penyimpanan benih 2 bulan. ... 100
92. Data variabel pengamatan daya hantar listrik
penyimpanan benih 3 bulan. ... 100
93. Uji homogenitas ragam pengamatan variabel pengamatan daya hantar listrik penyimpanan benih
3 bulan. ... 101
94. Uji aditifitas dan analisis ragam variabel pengamatan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram pengaruh bahancoatingterhadap benih
kedelai pada variabel daya berkecambah. ... 22
2. Diagram pengaruh bahan aditif terhadap benih
kedelai pada variabel daya berkecambah. ... 28
3. Diagram pengaruh bahancoatingterhadap benih
kedelai pada variabel indeks vigor. . ... 33
4. Diagram pengaruh bahan aditif terhadap benih
kedelai pada variabel indeks vigor. ... 47
5. Diagram pengaruh bahancoatingterhadap benih
kedelai pada variabel kecepatan tumbuh. ... 48
6. Diagram pengaruh bahan aditif terhadap benih
kedelai pada variabel kecepatan tumbuh. ... 49
7. Diagram pengaruh bahancoatingterhadap benih
kedelai pada variabel potensi tumbuh maksimum. ... 22
8. Diagram pengaruh bahan aditif terhadap benih
kedelai pada variabel potensi tumbuh maksimum. ... 28
9. Diagram pengaruh bahancoatingterhadap benih
kedelai pada variabel kadar air. . ... 33
10. Diagram pengaruh bahan aditif terhadap benih
xv
11. Diagram pengaruh bahancoating terhadap benih
kedelai pada variabel daya hantar listrik. ... 48
12. Diagram pengaruh bahan aditif terhadap benih
kedelai pada variabel daya hantar listrik. ... 49
13. Lapisan yang terbentuk setelah pelapisan dan
penambahan bahan aditif. ... 48
14. Tata Letak Percobaan. ... 102
15. Pedoman pemberian interpretasi terhadap koefisien
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional
mencapai 2,6 juta ton per tahun sedangkan produksi kedelai indonesia
hanya mampu mencapai 800.000 ton per tahun. Dalam upaya pemenuhan
kebutuhan kedelai tersebut, Indonesia sebagai negara produsen kedelai
hanya didukung dengan luas panen 550.793 ha (Badan Pusat Statistik,
2013).
Salah satu faktor yang mendukung produksi kedelai dalam mengoptimalkan
luas lahan yang ada yaitu kegiatan budidaya tanaman dengan penggunaan
benih bermutu. Departemen Pertanian (2013) melaporkan bahwa benih
kedelai bermutu yang disediakan oleh pemerintah hanya 15% dari
kebutuhan benih seluruhnya. Dengan demikian kekurangan benih tersebut
dipasok dari pihak swasta dan impor, serta tidak sedikit petani yang
2 dalam mengoptimalkan kegiatan budidaya tanaman agar produksi kedelai
Indonesia dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri.
Mutu benih meliputi tiga aspek yaitu mutu fisik, fisiologis dan genetik.
Mutu benih dicapai pada periode I (Konsep Steinbeur-Sadjad) dan
terbentuk periode viabilitas dan vigor yang tinggi. Setelah periode I,
viabilitas dan vigor juga dipengaruhi oleh proses panen dan pascapanen.
Hal inilah yang menentukan mutu benih dapat dipertahankan sebelum benih
tersebut digunakan dalam kegiatan budidaya tanaman. Benih kedelai yang
telah dipanen biasanya tidak langsung ditanam, sehingga suplai benih untuk
musim tanam berikutnya mengharuskan terjadinya proses penyimpanan.
Hal ini disebakan karena usaha tani kedelai umumnya dibudidayakan di
lahan sawah setelah penanaman padi dengan pola tanam
padi-palawija-sayuran sehingga budidaya kedelai tidak dilakukan sepanjang tahun. Pola
tanam seperti itu menyebabkan adanya jeda waktu antar musim tanam.
Benih tanaman yang disimpan dalam jangka waktu tertentu jika tidak
ditangani dengan baik, maka benih akan mengalami kemunduran yang
mengakibatkan penurunan mutu yang disebutdeteriorasi.
Lajudeteriorasitidak dapat dihentikan dan dikembalikan seperti semula serta mampu membuat viabilitas dan vigor benih menurun. Kemunduran
pada benih memiliki kurva linear yang menurun secara cepat, namun dapat
3 Salah satu upaya dalam mengatasi kemunduran benih tersebut dapat
diterapkan teknologiseed coating.
Menurut Kuswanto (2003),seed coatingmerupakan proses pembungkusan benih dengan bahan tertentu sebagai pembawa zat aditif. Tujuan
dilakukannyaseed coatingantara lain : (1) meningkatkan kinerja benih selama perkecambahan, (2) melindungi benih dari gangguan atau pengaruh
kondisi lingkungan, (3) mempertahankan kadar air benih, (4) mengurangi
dampak kondisi ruang penyimpanan, dan (5) memperpanjang daya simpan
benih. Oleh karena itu dengan penerapanseed coatingdiharapkan viabilitas dan vigor benih pada periode simpan dapat dipertahankan secara optimal.
Hingga saat ini penelitian mengenaiseed coatingbenih kedelai masih sangat sedikit, terlebih jika dilakukan untuk penyimpanan terkait kajian
tentang viabilitas dan vigor benih belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahancoatingdan bahan aditif yang paling kompatibel terhadap viabilitas dan vigor benih kedelai (Glycine
maxL. Merril) selama penyimpanan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat disusun
perumusan masalah sebagai berikut :
4 2. Apakah diantara beberapa bahan aditif yang digunakan terdapat bahan
aditif terbaik yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih
selama penyimpanan ?
3. Bagaimanakah respon benih terhadap bahan coatingdengan penambahan masing-masing bahan aditif ?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui bahancoatingterbaik yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih kedelai selama penyimpanan.
2. Mengetahui bahan aditif terbaik padacoatingyang mampu
mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan.
3. Mengetahui respon benih terhadap bahancoatingyang dikombinasikan dengan masing-masing bahan aditif.
1.3 Kerangka Pemikiran
Dalam menjawab rumusan masalah diatas, maka dapat disusun kerangka
pemikiran sebagai berikut: Berdasarkan konsep viabilitas benih
Steinbauer-Sadjad (Steinbauer-Sadjad, 1994) benih mengalami 3 fase kehidupan yaitu periode I
disebut periode pembangunan benih, periode II adalah periode simpan dan
5 dilakukan berkaitan antara periode I dan II yaitu lebih tepatnya periode
konservasi sebelum simpan. Dalam periode tersebut jika dilakukan proses
pasca panen yang tepat maka viabilitas dan vigor benih dapat dipertahankan
secara optimal selama penyimpanan. Namun jika tidak ditangani dengan
baik maka akan terjadi penurunan mutu benih yang sangat drastis selama
penyimpanan. Oleh karena itu untuk mempertahankan mutu benih yang
tercermin dari viabilitas dan vigor benih dapat diterapkan suatu teknologi
yaituseed coating(pelapisan benih).
Seed coatingmerupakan proses pembungkusan benih dengan bahan tertentu sebagai pembawa zat aditif yang salah satu tujuannya melindungi benih dari
gangguan atau pengaruh kondisi lingkungan selama dalam penyimpanan.
Pada saat pelapisan benih, kadar air benih awal merupakan faktor yang
mempengaruhi viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan. Semakin
tinggi kadar air maka semakin cepat terjadinya penurunan mutu benih.
Bahancoatingyang digunakan biasanya merupakan bahan yang tidak membahayakan bagi benih itu sendiri serta mudah larut dalam air. Pada
umumnya bahancoatingyang digunakan antar lain arabic gum, Carboxylmethyl cellulase(CMC) dan tapioka. Disamping itu bahan
6 sehingga dapat menjaga keseimbangan kelembaban selama penyimpanan.
Lapisancoatingakan menutup seluruh permukaan kulit benih dan bahan aditif sebagaibuffer. Pada prinsipnya pemberiancoatingdengan
penambahan bahan aditif yaitu untuk menekan proses metabolisme benih
sebagai akibat penyerapan oksigen dan uap air udara disekitar
penyimpanan. Ketika proses metabolisme dapat ditekan artinya kadar air
benih serta aktivitas respirasi dapat pula ditekan. Oleh karena itu selama
periode simpan, kemunduran benih tidak menurun secara drastis atau dapat
memperkecil delta penurunan viabilitas dan vigor benih dibandingkan benih
tanpacoatingselama penyimpanan, sehingga ketika benih akan ditanam masih dapat memperlihatkan kemampuan tumbuh seperti indikator
viabilitas dan vigor benih yang tinggi.
Indikator mutu benih tersebut yaitu kemampuan benih dalam menunjukan
persentase yang tinggi pada daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum,
kecepatan tumbuh, indeks vigor dan nilai daya hantar listrik yang rendah
serta dapat memperlambat peningkatan kadar air. Dengan demikian
teknologi pelapisan benih (seed coating) perlu diterapkan dalam upaya
mengatasi salah satu masalah penurunan mutu benih kedelai setelah
7 1.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka untuk
menjawab rumusan masalah diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat bahan coatingterbaik yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan
2. Diantara beberapa bahan aditif yang digunakan terdapat bahan aditif
terbaik yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih
selama penyimpanan
3. Setiap kombinasi perlakuan memberikan respon benih yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyimpanan Benih
Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah
mengkondisikan benih pada suhu dan kelembaban optimum untuk benih
agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih
adalah untuk mengawetkan cadangan makanan tanaman bernilai ekonomis
dari satu musim ke musim berikutnya.
Tujuan penyimpanan benih menurut Kuswanto (2003) adalah untuk
mendukung kegiatan produksi tanaman dalam menyediakan benih bermutu
sebelum datang musim tanam. Lamanya daya simpan benih dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu genetik dari tanaman induk, kondisi lingkungan
simpan, keadaan fisik maupun fisiologis benih.
Penyimpanan benih merupakan salah satu penanganan pascapanen kedelai
yang penting dari keseluruhan teknologi benih dalam memelihara kualitas
atau mutu. Menurut Harnowoet al. (1992), benih kedelai relatif tidak tahan disimpan lama, sehingga penyimpanan berpengaruh terhadap mutu
9 musim tanam berikutnya sering harus mengalami penyimpanan terlebih
dahulu, sehingga upaya merekayasa penyimpanan benih untuk memperoleh
benih kedelai bermutu sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu teknologi
penyimpanan yang baik agar vigor dan viabilitas benih tetap tinggi pada
saat tanam sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang baik.
Faktor yang mempengaruhi daya simpan benih adalah vigor awal sebelum
simpan dan faktorenforced. Vigor awal simpan terdiri dari faktorinnate (faktor genetik) dan faktorinduce(lingkungan di lapangan). Faktor enforcedadalah lingkungan simpan (biotik dan abiotik) (Justice dan Bass, 2002).
Kondisi penyimpanan sangat mempengaruhi viabilitas dan vigor benih. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan benih, yaitu
kadar air, kelembaban dan suhu ruang. Suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan. Pada
suhu rendah, respirasi berjalan lambat disbanding suhu tinggi. Dalam
kondisi tersebut, viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama. Kadar air
yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar selama
6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11%. Menurut Harrington (1972), masalah
yang dihadapi dalam penyimpanan benih makin kompleks sejalan dengan
10 2.2 Viabilitas dan Vigor Benih Selama Penyimpanan
Mutu benih dapat dilihat dari viabilitas maupun vigor benih. Mutu benih
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik, lingkungan dan
status benih (kondisi fisik dan fisiologi benih). Genetik merupakan faktor
bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih. Setiap varietas
memiliki identitas genetika yang berbeda. Faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan perlakuan
selama prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih. Faktor
kondisi fisik dan fisiologi benih berkaitan dengan performa benih seperti
tingkat kemasakan, tingkat kerusakan mekanis, tingkat keusangan
(hubungan antara vigor awal dan lamanya disimpan), tingkat kesehatan,
ukuran dan berat jenis, komposisi kimia, struktur, tingkat kadar air dan
dormansi benih (Sutopo, 2004).
Viabilitas benih merupakan salah satu unsur dalam mutu fisiologis benih.
Viabilitas dapat dilihat dari daya berkecambah dan bobot kering kecambah
normal. Daya berkecambah menginformasikan kemungkinan benih tumbuh
normal pada kondisi lapang dan lingkungan yang optimum. Penurunan
viabilitas merupakan salah satu indikator kemunduran benih. Kemunduran
benih adalah mundurnya mutu fisiologis yang dapat menyebabkan
menurunnya viabilitas benih. Viabilitas benih merupakan proses yang
11 kepada benih secara alami maupun buatan yang dapat merusak. Hilangnya
daya berkecambah merupakan akhir dari kemunduran benih
(Sadjadet al., 1999).
Benih pada saat panen biasanya memiliki kandungan air benih sekitar 16%
sampai 20%. Agar dapat mempertahankan viabilitas maksimumnya maka
kandungan air tersebut harus diturunkan terlebih dahulu sebelum disimpan.
Untuk benih yang berminyak seperti kedelai kandungan air benih untuk
disimpan harus lebih kecil dari 11%. Dalam batas tertentu makin rendah
kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air yang
terlalu tinggi dalam penyimpanan akan menyebabkan terjadinya
peningkatan kegiatan enzim-enzim yang akan mempercepat terjadinya
proses respirasi, sehingga perombakan bahan cadangan makanan dalam biji
menjadi semakin besar. Akhirnya benih akan kehabisan energi pada
jaringan-jaringannya yang penting. Energi yang terhambur dalam bentuk
panas ditambah keadaan yang lembab akan merangsang perkembangan
mikroorganisme yang dapat merusak benih (Sutopo, 2004).
Justice dan Bass (2002) mengungkapkan bahwa sangat penting menurunkan
kadar air benih hingga ketingkat yang aman untuk disimpan, namun bila
kadar air terlalu rendah dapat membahayakan benih. Benih yang sangat
12 pecah atau retak sehingga benih tersebut peka terhadap serangan cendawan
yang dapat menurunkan daya simpan. Selain itu menurut Harrington
(1972), kandungan air benih dibawah 5% mempercepat kemunduran benih
yang disebabkan olehautooksidasilipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14%, akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas
perkecambahan benih.
Vigor benih adalah kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi lapang
dan lingkungan suboptimum(Justice dan Bass, 2002). Vigor benih tinggi
memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi serta daya simpan yang tinggi.
Vigor benih terdiri atas vigor genetik dan vigor fisiologis. Vigor genetik
merupakan vigor benih dari galur genetik yang berbeda, sedangkan vigor
fisiologis adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang
sama (Sutopo, 2004).
Kehilangan vigor benih yang cepat menyebabkan penurunan
perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan
pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang
kurang ideal. Sehingga benih kedelai yang akan ditanam harus disimpan
dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah), agar kualitas benih
masih tinggi sampai akhir penyimpanan (Vieraet al.,2001).
Menurut Purwanti (2004), benih kedelai mudah sekali mengalami
13 benih. Benih kedelai yang telah mengalami penurunan vigor akan
menunjukkan jumlah perkecambahan di lapangan yang rendah. Hal ini
akan lebih terlihat bila benih bervigor rendah ditanam pada kondisi yang
kurang menguntungkan. Pencegahannya dapat dilakukan dengan
penyimpanan benih pada kondisi yang sesuai dengan kebutuhan benih yaitu
pada suhu rendah.
Kemunduran benih dapat dilihat dari vigor fisiologis. Cara yang dapat
digunakan untuk mengetahui vigor diantaranya adalah konduktivitas dan
kecepatan tumbuh. Penurunan integritas membran terjadi pada benih
bervigor rendah karena deteriorasi selama penyimpanan dan kerusakan
mekanik. Selama proses imbibisi, benih dengan membran yang rusak akan
melepaskan cairan sitoplasma ke media imbibisi. Cairan ini membawa
muatan listrik yang dapat dideteksi (Copeland dan McDonald, 2001).
2.3 Pelapisan Benih (Seed Coating).
Pelapisan benih merupakan proses pembungkusan benih dengan zat tertentu
yang bertujuan sebagai berikut: (1) meningkatkan kinerja benih selama
perkecambahan, (2) melindungi benih dari gangguan atau pengaruh kondisi
lingkungan, (3) mempertahankan kadar air benih, (4) menyeragamkan
ukuran benih, (5) memudahkan penyimpanan benih dan mengurangi
14 Dalam mempertahankan viabilitas benih, cara yang dapat dilakukan adalah
dengan menurunkan laju respirasi. Widajatiet al., (2008) menyatakan bahwa laju respirasi yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan benih cepat
kehilangan energi dan persediaan cadangan makanan terutama pada daerah
embrio. Sehingga untuk mengatasi peningkatan lajurespirasitersebut diperlukan suatu upayaseed treatment, agar mutu benih dapat
dipertahankan setelah dilakukan penyimpanan.Salah satu upaya untuk
menekan laju respirasi dapat diterapkan teknologiseed coating.
Menurut Copeland dan McDonald (2001), ada dua tipe pelapisan benih
yang telah dikomersialkan, yaituseed coatingdanseed pelleting.
Perbedaan utama dari keduanya adalah ukuran, bentuk, bobot dan ketebalan
lapisan yang dihasilkan. Ilyas (2003) menyatakan bahwacoating
memungkinkan untuk menggunakan bahan yang lebih sedikit dan bentuk
asli benih masih terlihat serta bobot benih hanya meningkat 0.1-2 kali.
Sedangkanpelleting dapat mengubah bentuk benih yang tidak seragam menjadi bulat halus dan seragam serta dapat meningkatkan bobot benih
hingga 2-50 kali.
Copeland dan McDonald (2001) menyatakan bahwa polimer untuk pelapis
benih idealnya memiliki karakter sebagai berikut: (1) larut dalam air, (2)
memiliki nilai viskositas yang rendah, (3) memiliki konsentrasi yang tinggi
15 hidrofobik, dan (5) dapat membentuk lapisan tipis keras setelah
dikeringkan.
Desaiet al.(1997) menyatakan bahwa bahan polimer untukcoating harus memiliki sifat adhesi yang baik, misalnyaArabic gum, dextran,
methylcellulose, dan paraffin. Menurut Copeland dan McDonald (2001), bahan pelapis yang digunakan harus kompatibel dengan benih, sehingga
kualitas benih tetap terjaga dan proses perkecambahan tidak terganggu.
Bahan pembuatancoatingdigolongkan menjadi tiga kelompok yaitu hidrokoloid (termasuk protein dan polisakarida), lipid (asam lemak dan
wax), dan komposit (campuran hidrokoloid dan lipid). Protein yang sering
digunakan adalah protein jagung, kedelai,keratin, kolagen, gelatin kasein,
protein susu dan protein ikan. Polisakarida yang sering digunakan adalah
selulosa dan turunannya (metil selulosa, karboksil metil selulosa) tepung
dan turunannya, pektin, ekstrak ganggang laut (alginat, keragenan, agr) gum
(arabic gum gum karaya), xantan, dan chitosan (Ilyas, 2012).
Bahancoatingyang digunakan harus memiliki ktiteria antara lain dapat mempertahankan kadar air benih selama penyimpanan, menghambat laju
respirasi benih, tidak bersifattoxicterhadap benih, serta bersifat mudah pecah dan larut apabila terkena air, sehingga tidak menghambat proses
16 Sari (2009) melaporkan bahwaseed coatingkacang panjang dengan arabic gum + methylbacterium TD-L2 menunjukkan indeks vigor dan daya
berkecambah yang tinggi (89% dan 90%). Penggunaanseed coatingpada benih cabai yaitu arabic gum 0.20 g mL-1, benomil 2.5% (b/v) dan tepung
curcuma 1 g L-1 (Setiyowatiet al.,2007). Beberapa bahan yang cukup murah dan mudah digunakan sebagai formulacoatingantara lain sebagai bahan perekatcarboxymethyl cellulose(CMC) dan alginat ( Zahranet al.,2008) serta sebagai bahan pelapis seperti kapur, pestisida, mikroba, dan bahan kimia lainnya yang dapat mempertahankan mutu benih (Ilyas, 2012).
Pengaruh bahan perekat tapioka 5% secara umum lebih baik daripada bahan
perekat molases 90% terhadap beberapa parameter yang diamati. Tapioka
merupakan salah satu bahan pemantap dan pengental (emulsifier, stabilizer)
yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang
homogen. Daya tumbuh tertinggi ditunjukkan oleh bahan pelapis
gambut:gipsum dengan perbandingan 50:50. Kombinasi tanpa bahan
perekat (kontrol) dengan bahan pelapis gambut:gipsum 0:100 menghasilkan
tinggi tanaman yang tertinggi pada 2 MST, sedangkan tinggi tanaman
terendah pada kombinasi tanpa bahan perekat dengan bahan pelapis
gambut:gipsum 100:0. Interaksi antara bahan perekat dan bahan pelapis
menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah daun pada 2
MST. Bahan perekat tapioka 5% mampu meningkatkan bobot kering tajuk
17 Palupiet al. (2012) menyatakan bahwa formula yang paling sesuai untuk coatingbenih padi adalah CMC 1,5 % + talc 1 % dan CMC 1,5% + gipsum 1%, yang dapat mempertahankan vigor benih (diuji setelahcoating tanpa disimpan). Formula alginat 3% + gambut 1% dan CMC 1,5% + gambut 1%
menyebabkan vigor benih yang lebih tinggi dibandingkan kontrol setelah
disimpan selama 2 bulan, sedangkan formula arabic gum 3% + gipsum 1%
dapat mempertahankan kesempatan tumbuh dan vigor benih selama 1 bulan
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan Juni
2014 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu benih kedelai Varietas Wilis yang dipanen
pada bulan Agustus 2013, arabic gum,Carboxylmethyl cellulose(CMC), tapioka, dolomit, gipsum, talc, kaptan, aquades, dan pewarna makanan.
Alat -alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, alat
pembagi tepat,seed counter,magnetic stirer, neraca digital, gelas ukur, pipet ukur, tissue, kertas merang, plastik pelapis substrat, karet gelang,
nampan plastik,conductivity meter, oven,dryer, dan germinator.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan faktorial 3x4 dan 1
19 Perlakuan yang diuji terdiri dari kombinasi bahancoating(C) dan bahan aditif (A) sebagai berikut : (1) Arabic gum 3% + dolomit 1% (C1A1), (2)
Arabic gum 3% + gipsum 1% (C1A2), (3) Arabic gum 3% + kaptan 3%
(C1A3), (4) Arabic gum 3% + talc 1%(C1A4), (5) CMC 1,5% + dolomit 1%
(C2A1), (6) CMC 1,5% + gipsum 1% (C2A2), (7) CMC 1,5% + kaptan 3%
(C2A3), (8) CMC 1,5%+ talc 1% (C2A3), (9) Tapioka 5% + dolomit 1%
(C3A1), (10) Tapioka 5% + gipsum 1% (C3A2), (11) Tapioka 5% + kaptan
3% (C3A3), (12) Tapioka 5% + talc 1% (C3A4).
Perlakuan yang telah disusun diterapkan dalam rancangan kelompok
teracak sempurna (RKTS) yang dikelompokkan berdasarkan hari
pengecambahan. Setiap perlakuan terdapat 4 ulangan dan akan dilakukan
pengujian setiap bulan selama 3 bulan. Homogenitas ragam antar perlakuan
diuji dengan Uji Bartlet dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey.
Selanjutnya data diuji pemisahan nilai tengah dengan uji BNT 5% dan
diagram standard error of meansebagai konfirmasi.
3.4 Pelaksanaan penelitian
3.4.1 Persiapan Benih
Benih yang digunakan adalah benih kedelai Varietas Wilis. Pengambilan
20 dihitung menggunakanseed counteruntuk mengetahui ketersediaan jumlah benih yang digunakan.
3.4.2 Proses coating benih
Proses pelapisan benih (seed coating) dilakukan secara manual merupakan
modifikasi Setiyowatiet al., 2007. Bahancoatingarabic gum, CMC, dan tapioka dilarutkan sesuai konsentrasi menggunakan aquadestilata
selanjutnya diaduk hingga merata. Setelah bahancoatingdiaduk merata, selanjutnya diwadah terpisah bahan aditif yaitu dolomit, gipsum, talc, dan
kaptan dilarutkan sesuai konsentrasi dan perlakuan. Lama pengadukan ± 20
menit. Kemudian bahancoatingdan bahan aditif dicampur hingga
homogen dan diberi penambahan pewarna makanan. Benih dimasukkan ke
dalam larutan tersebut sambil diaduk dan ditiriskan serta dikeringkan
menggunakandryerhingga kadar air benih 9%.
3.4.3 Penyimpanan
Benih yang telah dicoating selanjutnya disimpan pada karung goni yang
diletakkan pada tempat dengan suhu kamar (± 27oC). Penyimpanan
dilakukan selama 3 bulan dan dilakukan pengujian sesuai variabel
21 3.4.4 Pengecambahan Benih
Pengecambahan benih dimulai dengan menyiapkan kertas merang dan
plastik dengan ukuran yang sama. Metode pengecambahan menggunakan
Uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp). Benih kedelai
ditanam sebanyak 25 butir dalam setiap gulung kertas merang, selanjutnya
dimasukkan kedalam alat pengecambah (Germinator).
3.6 Variabel Pengamatan
Benih yang telah diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengujian sebelum
disimpan dan selama 3 bulan penyimpanan. Pengujian benih terbagi
menjadi 2 komponen yaitu viabilitas dan vigor. Pada komponen viabilitas
mencakup beberapa variabel pengamatan yaitu daya berkecambah dan
potensi tumbuh maksimum selanjutnya variabel pengamatan yang termasuk
dalam komponen vigor yaitu indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan daya
hantar listrik, sedangkan kadar air temasuk dalam kedua komponen
tersebut.
1. Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan sebelum benih disimpan dan setelah
dilakukan penyimpanan 1, 2, dan 3 bulan. Penetapan kadar air
22 2. Daya Berkecambah (DB)
Daya berkecambah benih diukur berdasarkan jumlah kecambah normal.
Pengamatan hitungan pertama pada hari ke-3 setelah tanam dan
pengamatan hitungan kedua pada hari ke-5 setelah tanam (International
Seed Testing Association, 2010). Rumus yang digunakan adalah
DB = KN hitungan I + KN hitungan II
Benih yang ditanam x 100%
3. Indeks Vigor (IV)
Indeks Vigor diukur berdasarkan jumlah kecambah normal pada
pengamatan hitungan ke-1 (Copeland dan McDonald, 2001).
Rumus yang digunakan adalah :
IV =G1
D1+ G2 D2+ G3 D3 Gn Dn Keterangan : IV : Indeks Vigor
G : jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu D : waktu yang bersesuaian dengan G
N : jumlah hari pada perhitungan akhir
4. Kecepatan Tumbuh Benih (KCT)
Kecepatan tumbuh benih dihitung berdasarkan jumlah penambahan
23 Kecepatan Tumbuh Benih dapat dihitung menggunakan rumus yaitu:
KCT= N t
0
Keterangan :
t = Waktu pengamatan
N =perubahan persentase kecambah normal harian tn = waktu akhir pengamatan
5. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
PTM dihitung dengan cara mengamati/menghitung seluruh benih yang
berkecambah baik normal maupun abnormal (kecuali benih yang mati)
pada hari hitung ke-2 (hari ke-5) dan dinyatakan dalam persentase (%).
6. Pengujian Daya Hantar Listrik (DHL)
DHL (μS /cm g) = X Blanko Bobot benih
X adalah nilai daya hantar listrik air rendaman benih yang terbaca pada
59
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh simpulan
sebagai berikut :
1. Bahancoatingterbaik yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor benih kedelai selama penyimpanan pada variabel pengamatan
daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh
maksimum, kadar air serta daya hantar listrik adalahcarboxylmethyl cellulose(CMC) selanjutnya arabic gum; dan tapioka. Bahancoating tidak hanya berperan sebagai pelapis benih namun memiliki peran pula
sebagai bahan higroskopis.
2. Bahan aditif terbaik yang mampu mempertahankan viabilitas dan vigor
benih selama penyimpanan pada variabel pengamatan daya
berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh
maksimum, kadar air serta daya hantar listrik adalah gipsum
60
3. Respon benih dalam mempertahankan viabilitas dan vigor benih
ditunjukkan oleh kombinasicarboxylmethyl cellulose(CMC) dan gipsum selanjutnyacarboxylmethyl cellulose(CMC) dan kaptan; carboxylmethyl cellulose(CMC) dan dolomitcarboxylmethyl cellulose (CMC); dan talc pada variabel pengamatan daya berkecambah, indeks
vigor, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum, daya hantar
listrik serta dapat memperlambat peningkatan kadar air selama
penyimpanan.
5.2. Saran
Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk mencoba menggunakan benih
kedelai yang baru mengalami proses panen sehingga lebih terlihat
61
PUSTAKA ACUAN
Adie, M. M., dan A. Krisnawati. 2007. Biologi Tanaman Kedelai, hal 45-73. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Malang.
Agustin, Heny. 2010.Hubungan antara kandungan antosianin dengan ketahanan benih terhadap pengusangan cepat beberapa varietas kedelai. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi kedelai di Indonesia. http://www.bps.go.id/. [28 Agustus 2013].
Bachtiar, Y. 2010 Penerapan Bioteknologi Fertilizer Coated Seed pada Benih Tumbuh Mandiri Untuk Mandiri Mendukung Reboisasi dan Reklamasi Lahan. Laporan Akhir Balai Pengkajian Bioteknologi . Tanggerang.
Copeland, L.O. and M.BMcDonald. 2001.Seed Science and Technology. 5thedition. New York : Chapman and Hall.
Dauqan E., and Abdullah A. 2013. Utilization of Gum Arabic for Industries and Human Health.Am. J. Appl. Sci10 (10) : 1270-1279
Departemen Pertanian. 2013. Percepatan swasembada kedelai http://www.deptan.go.id [29 agustus 2013]
62 Ericson B.S.J., and Palm U. 1970. Additives for Mortar and Concrete.
UnitedStates Patents3,528,195.
Guilford, J.P.Psychometric Methods.Second edition. Tokyo: Kogakusha Company Ltd., 1956.
Harnowo, D., Fathan Muhajir, M. Muchlis Adie dan Soleh Solahudin. 1992. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Hasil dan Mutu Kedelai. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan di Balittan Malang. Hal. 61–67.
Harrington, J.F. 1972. Seed Storage and Longevity, Seed Biology, Vol. III, In Ed Kozlowsky, T.T., Academic Press New York
Hodgins G.R., Seaford, Cyan E.D., Brooklyn, and Timmerman R. 1960. Removal of Metal Ions from Gum Arabic.United States Patent 2,950,195.
Ilyas, S. 2003. Teknologi Pelapisan Benih. Makalah Seminar BenihPellet. Fakultas Pertanian. IPB.Bogor. 16 hlm.
Ilyas, S. 2012.Ilmu dan Teknologi Benih.Teori dan Hasil-hasil Penelitian. IPB Press. Bogor.
International Seed Testing Association. 2010. International Rules for Seed Testing. International Seed Testing Association. CH-Switzerland.
Irwan A.W., 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max(L.) Merill). Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jatinangor. 7 hlm.
Justice, O.L. dan L.N. Bass. 2002.Prinsip dan Praktek Peyimpanan Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 445 hal.
63 Khodijah S, S Ilyas, Bakhtiar Y. 2009. Evaluasi efektivitas bahan perekat
dan pelapis untuk pelapisan benih kedelai (Glycine max(l.) merr) dengan cendawan mikoriza arbuskular. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB.
Kuswanto, H. 2003.Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal.
Palupi T, Ilyas S, Mahmud M, Widajati M. 2012. Pengaruh formulacoating terhadap viabilitas dan vigor serta daya simpan benih padi (Oryza sativaL) Jurnal Agronomi Indonesia40 (1): 21-28
Purwanti. 2004. Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning. Ilmu Pertanian11(1) : 22–31
Sadjad, S., E. Murniati, dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 185 hal.
Saksono, N., Laksmi, D., Wulandari., Kamarza., Mulia., Elsa K., dan Rita A., 2002.Stabilitas KIO dalam Berbagai Kualitas Garam
Indonesia, Jurusan Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Jakarta.
Sari, M., E. Widajati dan P.R. Asih. 2013. Seed Coating Sebagai Pengganti Fungsi Polong pada Penyimpanan Benih Kacang Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. J. Agron. Indonesia41 (3) : 215-220
Sari, P.E., E. Widajati dan S. Salma. 2009. Pengaruh Komposisi Bahan Pelapis dan Methylobacterium spp. Terhadap Daya Simpan Benih dan Vigor Bibit Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). 7 Pp. Makalah Seminar Dept. Agronomi dan Hortikultura:Fakultas Pertanian IPB.
Setiadi, D. 2002. Pengaruh Konsentrasi karboksimetil selulosa terhadap mutu sari buah jambu biji. Yogyakarta. J. Ilmu Pertanian.
64 Setiawan, W. 2005. Pengaruh formulasi coating dan fungisida terhadap
viabilitas benih cabai (Capsicum annuumL.) varietas Tit Super. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Setiyowati, H., M. Surahman, S. Wiyono. 2007. Pengaruh pelapis benih dengan fungisida benomil dan tepung curcuma terhadap patogen antraknosa terbawa benih dan viabilitas benih cabai besar
(Capsicum annuumL.).Bul. Agron 35:176-182
Sir OsirisHome Page.2013. Arabic Gum. http//lordbroken.wordpress.com /2013/06/05/karakteristik-sifat-na-cmc-dan-gum-arabic. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2014 pukul 14.00 WIB
Sulastri, S. dan K. Susila. 2010. Berbagai Senyawa Silika : Sintesis, Karakterisasi dan Pemanfaatan.Prosiding. Universitas Negeri Yogyakarta.
Sutopo, L.2004. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 237 hlm.
Viera. R.D., D.M. Tekrony, D.B. Egli and M. Rucker. 2001. “Electrical Conductivity of Soybean Seeds After Storage in Several
Environments. Seed Science and Technology., 29. 599-608.
Widajati, E., S. Salma, M. Kosmiatin, E. Pratiwi, dan S.Rahayu. 2008. PotensiMethylobacteriumspp. Asal Kalimantan Timur untuk meningkatkan mutu benih dan kulturin vitrotanaman serta analisis keragamannya. LPPM IPB. Bogor.
Zahran, E., J. Sauerborn, A.A. Elmagid, A.A. Abbasher, D. Miiller-Stover. 2008. Granular formulations and seed coating: delivery options for two fungal biological control agents ofStriga hermonthica.Journal Plant Dis.Plant Protect 115:178-185