• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Digital Divide Terhadap Literasi Internet Guru Madrasah Aliyah Swasta (Studi Pada Madrasah Aliyah Swasta Di Kota Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Digital Divide Terhadap Literasi Internet Guru Madrasah Aliyah Swasta (Studi Pada Madrasah Aliyah Swasta Di Kota Bandar Lampung)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

The Influence of Digital Divide on Private Madrasah Aliyah Teachers Internet Literacy

(A Case Study Private Madrasah Aliyah in Bandar Lampung)

By

Rina Puteri Octarina

The purpose of this study is: 1. Reveals teachers internet literacy in Private Madrasah Aliyah in Bandar Lampung, 2. Knowing the teachers internet literacy difference in three Private Madrasah Aliyah with digital divide. 3. Knowing the difference between male teachers and female teachers internet literacy in three Private Madrasah Aliyah with digital divide. Internet Literacy uses Elena P. Pernia (2008) assessment model with three indicators, knowledge, skills and attitude. The results of the different test on three sample of Private Madrasah Aliyah showed a difference in internet literacy of teachers at Private Madrasah Aliyah with digital divide. Where thitung > ttabel, therefore Ho is rejected. Independent sample t test results showed there is no internet literacy difference between male teachers and female teachers. Where thitung < ttabel (1,060 < 1,996), therefore Ho is accepted.

(2)

ABSTRAK

Pengaruh Digital Divide Terhadap Literasi Internet Guru Madrasah Aliyah Swasta

(Studi Pada Madrasah Aliyah Swasta Di Kota Bandar Lampung) Oleh

Rina Puteri Octarina

Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengungkapkan literasi internet guru Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandar Lampung, 2. Mengetahui perbedaan literasi internet guru di tiga Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital, 3. Mengetahui perbedaan literasi internet antara guru laki-laki dan guru perempuan di tiga Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital. Literasi internet menggunakan model assesmen Elena E. Pernia (2008) dengan tiga indikator yaitu: pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hasil uji beda di tiga sampel Madrasah Aliyah Swasta menunjukan adanya perbedaan literasi internet guru di Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital. Hasil uji beda tersebut menunjukan nilai Thitung > Ttabel maka Ho ditolak. Hasil uji independent sample t test

menunjukan tidak adanya perbedaan literasi internet antara guru laki-laki dan guru perempuan di Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital. Hasil uji

independent sample t test tersebut menunjukan Thitung < Ttabel (1,060 < 1,996) maka Ho diterima.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 28 Oktober

1992. Penulis merupakan putri kelima dari lima bersaudara,

buah hati dari pasangan Hi. Basri Maulana dengan Hj.

Coriyati. Penulis menyelesaikan pendidikan SD Taman

Siswa Bandar Lampung pada tahun 2004, SMP Negeri 3

Bandar Lampung pada tahun 2007, SMA Negeri 4 Bandar

Lampung pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis

terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Lampung.

Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa

Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi periode 2011-2012 sebagai anggota bidang

photography, diteruskan pada periode kepengurusan 2012-2013 sebagai ketua bidang

(8)

Moto

Nothing worth having

(9)

PERSEMBAHAN

Untuk Ayah, Mamah, Kakak, Mbak, Abang, Kalian dan Kamu. Terimakasih untuk

seluruh cinta dan semangatnya yang tak henti mengiringi saat mengerjakan karya kecil

nan istimewa ini. Saya menyayangi kalian semua.

(10)

SANWACANA

Bismillahirohmanirrahim. Puji syukur yang tiada terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Pengaruh Digital Divide Terhadap Literasi Internet Guru Madrasah Aliyah Swasta (Studi pada Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandar Lampung)”. Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat dalam upaya untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung .

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai

hambatan dan kesulitan, namun dapat teselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis megucapkan rasa hormat dan ucapan terimaksih kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi, untuk

segala keramahan, kesabaran serta keiklasannya mendidik dan membantu mahasiswa

selama ini.

3. Ibu Dra. Ida Nurhaida, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan

banyak waktu untuk sabar membimbing dan memberikan penulis banyak ilmu dan

(11)

5. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos., MComn&MediaSt, selaku sekretaris jurusan Ilmu

Komunikasi, Ibu Wulan Suciska, S.Ikom,M.Si., selaku dosen pembimbing akademik

penulis dan seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung khususnya jurusan Ilmu

Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bermanfaat selama penulis

menuntut ilmu di jurusan ini.

6. Kepala MAS Al-Hikmah, MAS Muhammadiyah dan MAS Al-Assy’arriyah beserta guru

dan staf, terimakasih untuk waktu yang telah diluangkan Bapak dan Ibu demi membantu

kelancaraan skripsi penulis.

7. Kedua orangtua ku, ayah H. Basri Maulana dan mamah Hj. Coriyati, terimakasih untuk setiap harapan yang dihembuskan melalui doa setiap hari, setiap malam. Untuk setiap

keringat dan air mata perjuangan yang walau tak pernah tampak di depan anak-anaknya,

aku tahu seberapa besar perjuangan kalian, terimakasih untuk selalu mengajarkan ku agar

menjadi wanita yang kuat. Juga untuk kakak, mbak, abang dan ponakanku yang terlucu

sedunia: Nayla dan Reva.

8. My-17-years-best-friend, Shinta Septiana. Terimakasih untuk semuanya, terimakasih untuk persahabatan yang begitu lama kita rajut, terimakasih untuk semangat dan

kata-kata bijak yang selalu menenangkan, dan yang paling penting: terimakasih untuk tetap

bertahan ketika yang lain menjauh.

9. Handika Wibowo. Terimakasih untuk segalanya, terimakasih untuk selalu ada kapan pun

dan dimanapun aku membutuhkanmu. Terimakasih untuk semangat serta perjuangannya.

(12)

semangat, bantuan, kasih sayang dan persahabatan ini. Kalau nanti kita pisah, jangan

lupain persabatan kita ya met, you’re my best mate ever!!), Deka Vivi Rosela, Fitri

Amalia, Tia Lidarni dan Putri Ariesta (terimakasih untuk segalanya, seluruh semangat,

bantuan, canda tawa, kasih sayang kalian kepadaku sampai saat ini, semoga kita ber-6

masih terus merajut persahabatan ini hingga nanti dan selamanya).

11.Teman se-turlap-an, Hafiz Wiratama a.k.a Ojan dan Hesty Prihastuti. Terimakasih untuk kerjasamanya, semangatnya dan gupek bareng-barengnya. Alhamdulilah, we did it guys!!

12.Teman-teman satu penelitian, Dendi, Mbak Susan, Jerry, Dwi, Esy, Mbak Balqis, Dewi,

Deka, Hafiz, dan Hesti. Terimakasih untuk masukan-masukan yang sangat bermanfaat.

13.Ardika, Ahong, Obi, Sigit, Pandu, Umar, Dio, Imam, Togar, Xendra, Mas oyo, I gede

(semangat ngelarin skripsi nya guuyyss!!), Kak Adit, Pendi, Sinta, Putri Habibah, Cahya,

Fina, Hani, Siti, Eca, Atod, dan seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi angkatan 2010

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

14.Mita Saraswati, Astria Noviana dan Novri (terimakasih untuk semangat kalian, untuk

mita dan novri terus semangat mengejar wisuda yah) // Zubaidah Ayu Soraya (sukses

untuk kita berdua ya be dan semoga kita masih bisa terus seperti ini, amin) // Sepupu

terkece Religia Islamayanda dan Febilian (terimakasih untuk kata-kata penyemangatnya

ya mi, semoga mia dan billy cepat menyusul) // Ayutia (adik tingkat kesayangan aku,

terimakasih semangatnya, kupingnya yang selalu mendengar keluh kesah ku, lanjutkan

(13)

Radit.

16.Adik-adik komunikasi, terimakasih untuk selalu bertanya kapan aku lulus dan inilah

jawabannya. Semoga kalian dilancarkan dan dimudahkan dalam menyusun skripsi kalian,

amin.

17.Keluarga besar HMJ Ilmu Komunikasi UNILA yang telah memberi pengalaman berharga

dan pertemanan yang sangat berarti. Sukses selalu buat HMJ Ilmu Komunikasi Unila!

18.Keluarga dan teman-teman KKN Desa Margasari, Kec. Labuhan Maringgai, Kab.

Lampung Timur. Untuk Ibu dan Bapak, Kak Nano, Kak Nani, dan Agung. Untuk Ayud

(kesayangan kedua ku, terimakasih untuk segala bantuan dan semangatnya), Handika,

Abang Roy, Cicik Fafai, Mamih Dwi, Ocha, Putra, Elly Bocil dan Yay Darwin

terimakasih untuk satu bulan penuh pengalaman dan canda tawanya, aku merindukan

kalian semua.

19.Untuk yang awalnya beriringan namun memilih jalan berlawanan. Perlu diketahui aku tak

pernah menginginkan situasi seperti ini, mungkin suatu saat nanti kalian akan mengerti

bagaimana perasaan ku yang sebenarnya kepada kalian.

20.Semua teman-teman SD, SMP, SMA penulis.

21.Serta kepada yang membaca dan meminjam skripsi ini, semoga dapat berguna dan

bermanfaat bagi pribadimu dan pribadi lainnya.

Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Tentang Internet ... 11

2.1.1 Pengertian Internet ... 11

2.1.2 Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran di Sekolah ... 12

2.2 Konsep Dasar Literasi ... 13

2.2.1 Pengertian Literasi ... 13

2.2.2 Ragam Literasi ... 14

2.3 Literasi Internet dan ICT Literacy ... 15

2.4 Tinjauan Tentang ICT Literacy ... 16

2.4.1Konsep ICT Literacy ... 16

2.4.2 Dimensi ICT Literacy ... 21

2.4.3 Pengertian Akses ICT ... 22

2.4.4 Pengertian Pengetahuan ICT ... 23

2.4.5 Pengertian Aplikasi ICT ... 25

(15)

2.7 Model Assesmen ICT Literacy... 30

2.7.1 Model Assesmen Elena E. Pernia ... 30

2.8 Kerangka Pikir ... 31

2.9 Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Tipe Penelitian ... 35

3.2 Metode Penelitian... 35

3.3 Definisi Konsep ... 36

3.4 Definisi Operasional... 36

3.5 Populasi dan Sampel ... 37

3.5.1 Populasi ... 37

3.5.2 Sampel ... 38

3.6 Sumber Data ... 44

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.8 Teknik Pengolahan Data ... 45

3.9 Teknik Pemberian Skor ... 46

3.10 Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 47

3.10.1 Uji Validitas ... 47

3.10.2 Uji Reliabilitas ... 48

3.11 Teknik Analisa Data ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 50

4.1 Gambaran Umum MAS Al-Hikmah ... 50

4.1.1 Profil MAS Al-Hikmah ... 50

4.1.2 Visi dan Misi Serta Tujuan MAS Al-Hikmah ... 51

4.1.2.1 Visi MAS Al-Hikmah ... 51

4.1.2.2 Misi MAS Al-Hikmah ... 51

4.1.2.3 Tujuan MAS Al-Hikmah ... 52

4.1.3 Keadaan Siswa dan Guru MAS Al-Hikmah ... 52

4.1.3.1 Jumlah Siswa ... 52

4.1.3.2 Daftar Guru ... 53

4.1.4 Sarana dan Prasarana MAS Al-Hikmah ... 54

4.1.5 Pandangan MAS Al-Hikmah Terhadap Teknologi Internet ... 55

4.2 Gambaran Umum MAS Muhammadiyah ... 57

4.2.1 Profil MAS Muhammadiyah ... 57

4.2.2 Visi dan Misi Serta Tujuan MAS Muhammadiyah ... 57

4.2.2.1 Visi MAS Muhammadiyah ... 57

4.2.2.2 Misi MAS Muhammadiyah ... 57

4.2.2.3 Tujuan MAS Muhammadiyah ... 57

4.2.3 Keadaan Siswa dan Guru MAS Muhammadiyah ... 58

4.2.3.1 Jumlah Siswa ... 58

(16)

4.3.1 Profil MAS Al-Asy’arriyah ... 62

4.3.2 Visi dan Misi serta Tujuan MAS Al-Asy’arriyah ... 64

4.3.2.1 Visi MAS Al-Asy’arriyah ... 64

4.3.2.2 Misi MAS Al-Asy’arriyah ... 64

4.3.2.3 Tujuan MAS Al-Asy’arriyah ... 64

4.3.3 Keadaan Siswa dan Guru MAS Al-Asy’arriyah ... 65

4.3.3.1 Jumlah Siswa ... 65

4.3.3.2 Daftar Guru ... 65

4.3.4 Keadaan Sarana dan Prasarana MAS Al-Asy’arriyah ... 66

4.3.4.1 Sarana dan Prasarana MAS Al-Asy’arriyah ... 67

4.3.5 Pandangan MAS Al-Asy’arriyah Terhadap Teknologi Internet ... 68

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69

5.1 Karakteristik Responden ... 69

5.2 Uji Validitas ... 70

5.2.1 Uji Validitas Variabel Literasi Internet ... 71

5.3 Uji Reliabilitas ... 72

5.4 Uji Normalitas ... 73

5.5 Analisis Jawaban Responden ... 74

5.5.1 Analisis Jawaban Responden Variabel Pengetahuan Literasi Internet ... 74

5.5.1.1 Analisa Data Berdasarkan Jawaban Responden Variabel Pengetahuan Literasi Internet ... 85

5.5.2 Analisis Jawaban Responden Variabel Keterampilan Literasi Internet ... 88

5.5.2.1 Analisa Data Berdasarkan Jawaban Responden Variabel Keterampilan Literasi Internet ... 100

5.5.3 Analisis Jawaban Responden Variabel Sikap Literasi Internet ... 103

5.5.3.1 Analisa Data Berdasarkan Jawaban Responden Variabel Sikap Literasi Internet ... 129

5.6 Pengujian Hipotesis ... 132

5.6.1 Hasil Pengujian Hipotesis Literasi Internet ... 132

5.6.2 Hasil Pengujian Hipotesis Literasi Internet Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 136

5.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 138

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 147

6.1 Kesimpulan ... 147

6.2 Saran ... 148

(17)

DAFTAR TABEL

5. Peringkat MAS Berdasarkan Kategori Kesenjangan Digital ... ... 42

6. Jumlah guru MAS Al-Hikmah, Muhammadiyah, Al-asy'ariyah ... ... 44

7. Ukuran Kemantapan Alpha ... ... ... 49

17. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Bidang Studi Di Tiga MAS ... ... ... 69

25. Analisis Tingkat Pengetahuan Literasi Internet di Tiga MAS yang Senjang Secara Digital ... ... ... 86

26. Tingkat Pengetahuan Literasi Internet Antar Sekolah ... ... ... 87

27. Mampu Bernavigasi di Suatu Website untuk Mendapatkan Informasi yang diinginkan ... ... ... 89

28. Mampu Melakukan Bookmark Website yang Bermanfaat ... ... 92

29. Familiar dengan Milis dan Kelompok Diskusi Online ... ... ... 95

30. Pernah Berpartisipasi Dalam Online Chat ... ... ... 98

31. Analisis Tingkat Keterampilan Literasi Internet di Tiga MAS yang Senjang Secara Digital ... ... ... 101

(18)

33. Selalu Menggunakan Program Ms. Excel untuk Mengolah Hasil

Penilaian Terhadap Siswanya ... ... ... 104 34.Selalu Menggunakan Program Ms. PowerPoint untuk Menyampaikan

Pembelajaran di Kelasnya ... ... ... 106 35. Memperkaya Bahan Pembelajaran dengan Materi Yang Relevan Yang

didapat Dari Akses Di Internet ... ... ... 109 36.Memastikan Siswa Memanfaatkan Ms.Word dalam Melakukan Tugas

untuk Mata Pelajarannya ... ... ... 112 37. Memastikan Siswa Memanfaatkan Ms. Excel dalam Melakukan Tugas

Untuk Mata Pelajarannya ... ... ... 115 38.Memastikan Siswa Memanfaatkan Ms.PowerPoint dalam Melakukan

Tugas untuk Mata Pelajarannya ... ... ... 118 39. Memastikan Siswa Mencari Materi Dengan Memanfaatkan Internet

Untuk Melakukan Tugas ... ... ... 121 40. Memastikan Siswanya Memanfaatkan Peralatan Audio-Video untuk

Melakukan Tugas ... ... ... 124 41. Siswanya Sudah Mampu Membuat Presentasi Tugas dalam Bentuk

Multimedia ... ... ... 127 42. Analisis Tingkat Sikap Literasi Internet di Tiga MAS yang Senjang

Secara Digital ... ... ... 130 43. Analisis Tingkat Sikap Literasi Internet Antar Sekolah ... ... 131 44. Hasil Uji Beda Variabel Pengetahuan Literasi Internet di Tiga

MAS ... ... ... 133 45. Hasil Uji Beda Variabel Keterampilan Literasi Internet di Tiga

MAS ... ... ... 134 46. Hasil Uji Beda Variabel Sikap Literasi Internet di Tiga MAS ... ... 135 47. Hasil Uji Independent Sample T Test Literasi Internet Guru

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. MAS Al-Hikmah ... 50

2. Laboratorium MAS Al-Hikmah ... 55

3. MAS Muhammadiyah ... 57

4. Laboratorium MAS Muhammadiyah ... 60

5. MAS Al-Asy’arriyah ... 62

(20)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1. The Stages on HR ICT Literacy ... 16

2. Bagan hubungan antara kemahiran ICT Literacy... 18

3. Kerangka Pikir ... 33

4. Struktur Organisasi MAS Al-Hikmah ... 56

5. Struktur Organisasi MAS Muhammadiyah ... 62

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan di bidang teknologi komunikasi yang luar biasa, termasuk

telekomunikasi, seakan-akan menjadikan dunia ini kian kecil (global village). Sejak manusia ada, teknologi sudah diciptakan, bahkan teknologi dianggap

sebagai ciri-ciri khas manusia. Di tengah era informasi yang terjadi pada

masyarakat sekarang ini, menggunakan teknologi internet sebagai salah satu

sumber untuk mendapatkan informasi, telah menjadi hal yang biasa. Hampir

setiap orang dapat mengakses internet kapan dan dimana saja.1

Perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu hal yang berkaitan

dalam program pembangunan di masing-masing Negara di dunia. Laporan

United Nations Development Program (UNDP) tahun 2013 yang menunjukan

bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada di peringkat 121

dari 187 negara. Di lingkup ASEAN, Indonesia hanya berada di peringkat 6

dari 10 negara. Peringkat ini jauh lebih rendah daripada Singapura (18), Brunei

Darussalam (30), Malaysia (64), Thailand (103), dan Filipina (114). Bila

disimak lebih jauh indeks pendidikan Indonesia berada di urutan 6 dari 10

1

(22)

Negara ASEAN dan indeks daya saing (competitiveness index) berada di ranking 5 dari 10 negara ASEAN.2

Dalam rangka mengejar ketertinggalan tersebut dan meningkatkan daya saing,

Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan (Depdikbud) telah

memprogramkan implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

dalam sistem pendidikan karena TIK dinilai dapat berfungsi sebagai sumber,

sarana belajar, cara berkomunikasi yang efesien dan jika dikelola secara

bijaksana, TIK dapat dimanfaatkan untuk mengurangi disparitas pendidikan,

yang pada hakekatnya memang selalu ada seperti perbedaan letak geografis,

kekurangan guru baik dari segi jumlah maupun kualitasnya, perbedaan tingkat

sosial, ekonomi dan sejumlah barrier lainnya.3

Sejak tahun 1994, TIK telah menjadi mata ajar wajib dalam kurikulum sekolah

mulai dari SD sampai SLTA yang mengajarkan keterampilan komputer dan

internet (ICT literacy). Kemudian TIK juga diimplementasikan dalam sistem sekolah termasuk dalam proses belajar mengajar. Namun dalam

pelaksanaannya di lapangan sangat beragam, ada sekolah-sekolah yang berhasil

mengimplemetasikan dengan baik, ada juga yang banyak mengalami kendala,

seperti sekolah tidak memiliki laboratorium komputer, koneksitas internet,

ketidaksiapan guru baik karena rendahnya ICT literacy (dalam hal ini internet)

2

UNDP: Nilai Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Naik. Mar. 2013. http://m.voaindonesia.com/a/1624179.html. Akses pada 14/1/2014. 3

(23)

maupun mispersepsi, ketiadaan kepemimpinan teknologi dan sejumlah barrier

lainnya.4

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dalam jangka waktu yang relatif

singkat, berkembang dengan sangat pesat. Pengguna Internet di Indonesia dari

tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan

data perkiraan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) sampai

dengan akhir tahun 2013 pengguna internet indonesia mencapai 71,19 juta

pengguna, naik hampir 13 % dibandingkan dengan data pengguna internet

tahun 2012 yang mencapai 63 juta pengguna.5

Pengguna internet yang begitu besar di Indonesia membuktikan bahwa internet

memiliki banyak manfaat yang dapat digunakan oleh berbagai aspek

kehidupan, khususnya pada pendidikan. Manfaat internet pada pendidikan

antara lain adalah memperluas wawasan dan pengetahuan guru serta pelajar.

Hal ini didukung dengan lebih leluasanya mereka dalam mendapatkan

data/informasi untuk menyelesaikan tugas ataupun mendapatkan bahan ajar.

Internet juga bermanfaat sebagai sarana komunikasi yang memudahkan guru

serta pelajar untuk berkomunikasi dan bertukar informasi dengan sesama teman

tanpa ada batasan jarak dan waktu. Manfaat internet yang lain adalah sebagai

medium pembelajaran TIK. Apabila pelajar terbiasa dalam mengakses internet,

maka mereka juga akan terbiasa menggunakan komputer (TIK) sehingga

4

Nurhaida, Ida, dkk. 2011. Pengembangan Model Pengukuran e-Readlines Institusi Pendidikan SLTA di Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

5

(24)

mereka tidak gagap teknologi yang pada akhirnya menghasilkan anak muda

bangsa yang mampu bersaing di era globalisasi.

Namun dalam faktanya berkembang juga misadoption terhadap internet, baik dalam penggunaan individual seperti dampak negatif internet, yaitu berupa

adiksi (kecanduan) pada game online, pornografi, penipuan, kekerasan dan lain sebagainya. Juga terhadap proses belajar mengajar yang menimbulkan salah

persepsi dari guru yang beranggapan bahwa kegiatan mengajar itu harus face to face communication atau komunikasi tatap muka, karena disitu ada proses/interaksi antara guru dan siswa. Intinya pandangan ini mengatakan

bahwa mengajar tidak hanya transfer ilmu tetapi juga membentuk kepribadian,

budi pekerti luhur yang diperlukan untuk membentuk generasi muda unggul,

maka dari itu pembelajaran yang digantikan internet (e-learning) dianggap bukan sebagai hal yang positif, karena teknologi ini dianggap lebih banyak

memberikan dampak negatif daripada dampak positif.

Internet ibarat sebuah pisau bermata dua, disatu sisi berbahaya jika digunakan

dan berdampak buruk bagi penggunanya namun disisi lain bermanfaat. Segala

dampak baik dan buruk dari penggunaan internet seharusnya dapat disikapi

dengan baik oleh setiap individu yang menggunakan, karena semua kembali

pada diri masing-masing individu untuk melakukan filterisasi terhadap konten negatif dari internet yang dapat merusak moral generasi bangsa khususnya bagi

pelajar yang merupakan masa depan bangsa. Perkembangan teknologi internet

(25)

sebaik-baiknya agar internet dapat dijadikan alat atau media yang efektif

sebagai media pembelajaran disekolah.

Dalam perkembangan internet dan TIK yang cepat dan menyebar luas inilah

maka kemudian didapat fenomena kesenjangan digital. Pada awalnya

kesenjangan digital didefinisikan sebagai perbedaan akses terhadap teknologi

informasi dan komunikasi (TIK), namun seiring perkembangannya,

kesenjangan digital mulai mengalami pergeseran pengertian. Kesenjangan

digital tidak lagi hanya merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki

akses terhadap TIK dengan yang tidak, namun kesenjangan digital juga

merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses dan dapat

memiliki kemampuan untuk menggunakan TIK dengan mereka yang tidak

memiliki kemampuan untuk menggunakannya.6

Kesenjangan digital dikemukakan oleh Fong dkk. (2001) sebagai kesenjangan

akses komputer dan internet antara pria dan wanita, antara orang dengan status

sosial ekonomi yang berbeda (pendidikan, pendapatan, pekerjaan, kekayaan),

usia dan antar area atau daerah. Kemampuan TIK yang bervariasi juga

menyebabkan kesenjangan digital antar sumber daya manusia. Kesenjangan

digital tidak hanya berbicara mengenai kesenjangan akses tehadap TIK namun

juga kesenjangan kemampuan dalam menggunakan TIK. Baik akses maupun

6

Hargittai, E. “The Digital Divide and What To Do About It”,

(26)

penggunaan internet, seperti halnya TIK, keduanya adalah tidak mungkin

dilepaskan dari kemampuan dan kecakapan yang dimiliki oleh individu. 7

Kemampuan dan pemahaman guru terhadap TIK dipengaruhi antara lain oleh

persepsi. Persepsi guru sebagai hasil proses mental menghasilkan bayangan

sehingga ia dapat mengenal obyek dengan jalan asosisiasi pada suatu ingatan

lebih lama. Proses mental yang dikembangkan merupakan hal positif sehingga

guru menyadari keberadaan dan fungsinya sebagai pentransfer nilai, ide dan

konsep kepada siswanya. Persepsi guru dalam dalam menggunakan teknologi

baru yaitu internet merupakan hal yang sangat penting dalam

mengimplementasikan TIK di sekolah.

Madrasah Aliyah merupakan sekolah berbasis agama dimana latar belakang

pendidikan agama sangat dijunjung tinggi. Madrasah Aliyah mempunyai

pandangan bahwa penggunaan internet di sekolah lebih banyak memberikan

dampak negatif seperti kecanduan game online, pornografi, penipuan, kekerasan dan lain sebagainya yang bertentangan dengan aqidah dan syariah

agama daripada dampak positifnya.

Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya, segala sesuatu itu adalah

mubah (boleh) termasuk segala sesuatu yang disajikan oleh berbagai peradaban

baik yang lama ataupun yang baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh

Islam tidak ada yang hukumnya haram kecuali jika terdapat dalil yang tidak

7

(27)

tegas dan pasti mengherankan. Kemajuan teknologi modern yang begitu pesat

telah memasyarakatkan internet yang menawarkan berbagai kemudahan bagi

setiap penggunanya, namun tentunya internet tidak bertanggung jawab atas apa

yang diakibatkannya. Tanggung jawab tersebut justru berada di atas pundak

manusia yang menggunakannya. Sebab dengan adanya berbagai media

informasi yang dimiliki dunia saat ini, manusia dapat berbuat apa saja karena

manusia lah yang menentukan operasionalnya. Hal tersebut dapat menjadi

manfaat ketika manusia dapat menggunakanya dengan baik dan tepat. Tetapi

dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka ketika manusia

menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.8

Dalam islam, teknologi sangat penting untuk membangun peradaban yang kuat

dan tangguh. Sebagaimana halnya dahulu para khalifah mendorong kaum

muslim untuk mencipatakan teknologi dan membuat karya ilmiah guna

mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada. Dalam

sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: “Kalian lebih tahu urusan dunia kalian.” Hadits ini menunjukan kebolehan mengenai teknologi. Maka dengan hal ini jelaslah sudah bahwa produk dari teknologi dalam pandangan Islam

adalah mubah (boleh).9

Pandangan-pandangan mengenai internet tersebut menimbulkan literasi internet

yang berbeda pula pada setiap penggunanya (dalam hal ini guru). Diperlukan

8

Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi.

http://wendamongmong.wordpress.com/2012/06/10/pandangan-islam-terhadap-perkembangan-teknologi/. Akses pada 20/3/2014.

(28)

adanya peran guru yang tidak hanya memberikan kontribusi kepada anak didik

dalam menyampaian materi tambahan melalui media internet, namun juga ikut

mengawasi penggunaan internet siswanya di sekolah. Guru dituntut menjadi

seorang motivator sekaligus “partner” bagi para siswanya yang kritis. Sebagai

motivator maksudnya adalah guru harus memberikan arahan dan rambu-rambu

kepada siswa agar internet bisa benar bermanfaat bagi mereka dan

benar-benar dipergunakan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. Sedangkan sebagai “partner” diskusi bagi para

siswanya yang kritis, maksudnya adalah guru juga harus belajar dan terus

belajar agar tidak ketinggalan jauh dengan siswanya.

Untuk meminamilisir dampak negatif internet dan memaksimalkan sisi

positifnya maka diperlukan pemberian pembekalan, pengetahuan khususnya

guru sebagai pembentuk karakter bangsa berupa literasi internet. Hal ini sangat

diperlukan agar guru itu sendiri mampu mengimplementasikan keterampilan

komputer dan internet (ICT Literacy) dengan baik kepada siswanya di sekolah.

ICT Literacy adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, alat komunikasi dan jaringan untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan,

mengevaluasi dan menciptakan informasi dalam rangka untuk kegunaan dalam

suatu masyarakat berbasis pengetahuan (Kenney, 2006:1).

Demikian juga di Kota Bandar Lampung yang memiliki 12 MA yang terdiri

dari dua MA Negeri dan 10 MA Swasta, sejalan dengan kebijakan nasional

yang telah menerapkan TIK dalam kurikulum dan mengintegrasikan dalam

(29)

sekolah telah memiliki laboratorium komputer dan terkoneksi ke internet dan

mengintergrasikan dalam proses belajar mengajar, ada laboratorium tapi tidak

terkoneksi bahkan tidak memiliki laboratorium. Padahal agar dapat terampil

dan literate TIK, khususnya internet harus tersedia sarana dan prasarananya, maka di duga terdapat beragam kesiapan guru dalam mengimplementasikan

TIK dalam pengajarannya, termasuk didalamnya adalah keragaman dalam

literasi internet. Namun sampai saat ini mengukur kesiapan guru

mengimplementasikan TIK dengan mengungkapkan literasi internetnya belum

pernah dilakukan di kota Bandar Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Secara rinci masalah yang akan diungkapkan melalui penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan literasi internet guru di MAS yang senjang secara

digital?

2. Apakah ada perbedaan literasi internet antara guru laki-laki dan guru

perempuan di MAS yang senjang secara digital?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengungkapkan literasi internet guru MAS di Kota Bandar Lampung.

2. Mengetahui perbedaan literasi internet guru di MAS yang senjang secara

digital.

3. Mengetahui perbedaan literasi internet antara guru laki-laki dan guru

(30)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini, yaitu:

1. Kegunaan teoritis

Secara teoritis penemuan penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu

komunikasi di bidang komunikasi pembangunan, khususnya komunikasi

inovasi di bidang TIK.

2. Kegunaan praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan

masukan bagi mahasiswa untuk mengetahui dampak kesenjangan digital

terhadap literasi internet guru MAS yang juga diharapkan dapat menjadi

masukan bagi pemegang kebijakan dalam merancang strategi

mentransformasi pendidikan modern melalui e-education yaitu bagi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Dinas Pendidikan

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Internet 2.1.1 Pengertian Internet

Internet merupakan singkatan dari Interconnection Networking. Internet ialah merupakan hubungan antara berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia

yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut

memanfaatkan kemajuan komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan

protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP (Transmission Control/Internet Protocol).10

Model koneksi internet itu sendiri dapat dilakukan pada komputer pribadi

maupun jaringan LAN/WAN. LAN (Local Area Network) merupakan suatu jaringan yang terbentuk dengan menghubungkan beberapa komputer yang

berdekatan yang berada pada suatu ruang atau gedung yang terkoneksi ke

internet gateway.11 WAN (Wide Area Network) adalah format jaringan dimana suatu komputer dihubungkan dengan yang lainnya melalui sambungan telepon.

Konektor komputer dengan telepon adalah menggunakan modem (Modulator,

Demodulator).

10

Supriyanto, Aji. 2008. Pengantar teknologi Informasi. Jakarta: Salemba Infotek.

11

(32)

2.1.2 Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran di Sekolah

Ditengah-tengah maraknya situs internet di kalangan masyarakat dan instansi

pendidikan, ada sebagian orang yang mudah sekali untuk mengakses dan

memanfaatkan internet, bahkan siswa zaman sekarang lebih suka mencari

informasi, berita dan tugas-tugas di sekolahnya melalui internet. Sebagian

besar mereka dari kalangan pelajar dan guru di lingkungan sekolah baik

instansi Negeri ataupun Swasta masih mencari bahan panduan belajar melalui

internet, buku, koran dan lain sebagainya. Seperti halnya di lingkungan guru

dan siswa dalam meningkatkan pengetahuan, melakukan kegiatan belajar tidak

luput dari memanfaatkan internet dikarenakan pertama mudah diakses, mudah

digunakan dan tidak ada batasan dalam mengoprasikannya.12

Internet untuk pembelajaran dapat difungsikan sebagai sumber belajar yang

memuat data dan fakta untuk referensi belajar. Data dan fakta itu selalu bisa

diperbaharui, sehingga dia tidak mudah basi, namun dapat pula ditampilkan

berulang-ulang tanpa tambahan biaya yang berarti. Hal ini berbeda dengan dengan data „tercetak’, dan percobaan laboratorium konvensional, dengan alat

fisika dan unsur kimia. Oleh sebab itu, internet, lebih mampu untuk „memuaskan’ rasa ingin tahu siswa, sekaligus lebih murah untuk digunakan.

Internet sangat mendukung kegiatan pendidikan, sehingga dapat membantu

guru dalam mengembangkan pembelajaran. Penyampaian materi pembelajaran,

12

Bima Suhardiman. Pemanfaatan Internet dalam Meningkatkan Pengetahuan Guru di SMA Muhammadiyah 1 Tanggerang.

(33)

pengumpulan tugas, konsultasi dalam hal pendidikan bahkan untuk akses nilai,

semuanya dapat dilakukan secara jarak jauh atau on line. Proses pembelajaran pun dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun bahkan dalam jarak jauh. Bagi

peserta didik materi tidak hanya didapatkan dari guru tetapi dapat diperoleh

melalui browsing (menjelajahi situs-situs internet). Bahkan pendidikan dan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan untuk pengayaan materi.

2.2 Konsep Dasar Literasi 2.2.1 Pengertian Literasi

Literasi dapat diartikan sebagai „melek’, dalam arti yang ketat mengacu pada

kemampuan untuk membaca dan memahami teks.13 Literasi juga dapat

dipahami sebagai kemampuan untuk menghasilkan, memahami, dan

menggunakan teks dalam cara yang sesuai dengan kebudayaan (membudaya).

Pengertian lain diajukan oleh Ritson (1995)14 dalam perdebatan intelektual di

kalangan peneliti yang banyak menyetujui bahwa literasi adalah satu gugus ketrampilan yang diperoleh seorang indidvidu untuk menjadi „literate’ (melek). Studi literasi tumbuh dari kebutuhan untuk mendefinisikan dan

mengembangkan model sosial interaktif yang berbasis fenomena resepsi.

13O’Donohoe, Stephanie, Tynan, Caroline

. (1998). “Beyond sophistication: Dimensions of

advertising literacy,” International Journal of Advertising 17(4), 467--‐482.

14

(34)

2.2.2 Ragam Literasi

Dalam berbagai kamus bahasa Inggris, istilah “literacy” diartikan sebagai

kemampuan untuk membaca dan menulis. Kata ini kemudian berkembang dan

sering dipadankan dengan kata “technology” sehingga dikenal istilah

technology literacy” yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami

dan menggunakan teknologi sebagai alat untuk mempermudah mencapai

tujuan. Ketika teknologi komputer berkembang, dikenal pula istilah “computer literacy” yang didefinisikan secara sederhana yaitu kemampuan menggunakan komputer untuk memenuhi kebutuhan pribadi. 15

Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer, berkembang pula sejumlah

produk-produk teknologi lain yang berbasis digital. Seiring dengan berkembangnya teknologi tersebut, diperkenalkanlah istilah “digital literacy

yang secara lugas didefinisikan sebagai kemampuan memahami dan

menggunakan informasi dari berbagai sumber ketika disajikan melalui alat

digital. 16

Ketika internet berkembang secara pesat, istilah “internet literacy”-pun lahir dengan sendirinya. Internet Literacy yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan teoritis dan praktis mengenai internet sebagai media peneriman

komunikasi dan informasi. Dan ketika terjadi konvergensi antara teknologi

komputer dengan teknologi komunikasi, dipergunakan pula secara luas istilah “ICT literacy”. (ICT=Information and Communication Technology), yang memiliki arti kurang lebih sebagai suatu kombinasi dari kemampuan

15

Ricardus Eko Indrait. Strategi dan Kiat Meningkatkan E-Literacy Masyarakat Indonesia. Artikel147-StrategiMeningkatkanELiteracyMasyarakat-1.pdf. Akses pada 27/1/2014.

16

(35)

intelektual, konsep fundamental, dan keterampilan kontemporer yang harus

dimiliki seseorang untuk berlayar menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi secara efektif.17

2.3 Literasi Internet dan ICT Literacy

Melihat dari pengertian internet sebelumnya, kiranya memperlihatkan bahwa

melalui medium internet banyak hal dapat dilakukan oleh penggunanya. Akan

tetapi, kemampuan menggunakan internet sebagai medium untuk berinformasi

dan berkomunikasi, membutuhkan adanya kemampuan-kemampuan tertentu

yang secara terminologis disebut dengan ICT Literacy (literasi TIK).

Dari ragam literasi yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diketahui bahwa

ICT Literacy merupakan pengembangan dari literasi-literasi sebelumnya termasuk didalamnya adalah literasi internet. Maka dapat disimpulkan bahwa

didalam ICT Literacy terdapat literasi internet. Dalam penelitian ini literasi internet memiliki indikator-indikator yang sama dengan ICT Literacy karena internet juga merupakan salah satu komponen dari TIK.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil pengertian bahwa ICT literacy

sebenarnya merupakan gabungan antara beberapa tahapan literasi. Tahapan

yang dimaksud meliputi: tahap information literacy, computer literacy, digital literacy dan internet literacy (literasi internet). Artinya, konsep ICT literacy

sebenarnya bukan merupakan konsep yang tunggal melainkan konsep yang di

dalamnya terdapat beragam sub konsep. Dengan demikian, upaya mengetahui

17

(36)

kadar literasi internet guru di MAS yang senjang secara digital dapat diukur

dengan mengetahui kadar ICT literacy guru di sekolah tersebut.

Bagan 1. The Stages on HR ICT Literacy :

(Sumber: Blue print strategi pembangunan ICT Indonesia, Depkominfo)

2.4 Tinjauan Tentang ICT Literacy 2.4.1 Konsep ICT Literacy

ICT Literacy berawal dari abad ke-21 bentuk dari literasi, dimana penelitian dan komunikasi informasi melalui teknologi digital adalah bagian penting pada

abad-abad sebelumnya (Katz, 2008:50). Pada tahun 2001, Educational Testing Service (ETS) (sebuah organisasi penelitian yang misinya adalah untuk memajukan kualitas dan kesetaraan dalam dunia pendidikan untuk semua orang

di seluruh dunia), mengadakan sebuah forum internasional yang terdiri dari

akademisi, spesialis pengembangan dan ahli bidang komunikasi serta ahli

bidang telekomunikasi perwakilan pemerintah dan swasta guna mempelajari

pentingnya ICT. 18

Wijaya dan Sunrendo (2007:2) menjelaskan konsep ICT Literacy terdiri dari konsep ’ICT’ dan ’Literacy’ lebih lanjut menjelaskan bahwa ICT Literacy

18

(37)

merupakan jembatan antara literasi teknis dan melek informasi. Dalam melek

teknis, satu pelajaran keterampilan dasar dalam database, mengolah kata dan presentasi data, sedangkan melek informasi adalah akses, evaluasi dan

penggunaan informasi dengan menggunakan teknologi. Hal ini untuk

mendukung pernyataan forum literasi internasional bahwa konsep ICT Literacy

melibatkan tiga kemahiran yang diuraikan dalam ETS, antara lain:19

1. Kemampuan kognitif kehidupan sehari-hari di sekolah, di rumah dan di

tempat kerja. Literasi, berhitung, memecahan masalah dan melek

spasial/visual mendemonstrasikan kemahiran.

2. Kemampuan teknis, yang meliputi komponen dasar pengetahuan dasar. Ini

mencakup pengetahuan dasar perangkat keras, aplikasi perangkat lunak,

jaringan dan unsur-unsur teknologi digital.

3. Kemahiran ICT adalah integrasi dan penerapan ketrampilan kognitif dan

teknis. Kemahiran ICT memungkinkan individu memaksimalkan

kemampuan teknologi. Pada tingkat tertinggi, hasil kemahiran ICT dalam

inovasi, transformasi individual dan perubahan sosial.

19

(38)

Bagan 2. Bagan Hubungan Antara Kemahiran ICT Literacy:

(Sumber: ETS, 2002)

Sebagaimana ditunjukkan pada bagan di atas, ICT mencakup kemampuan

kognitif dan kemahiran teknis. Kemampuan kognitif dan kemahiran teknis

merupakan kedua komponen yang penting dari ICT Literacy, masing-masing mewakili domain independen dimana pengetahuan dan keterampilan

Kemahiran Kognitif

 Diinginkan keterampilan dasar sehari-hari di sekolah, di rumah dan di tempat kerja.

 Mengenal peralatan TIK serta proses kerjanya.

 Mengenal komponen computer.  Dasar komponen ICT literacy.  Kemampuan mengidentifikasi

ICT.

 Mengetahui perkembangan ICT.  Memahami fitur ICT seperti

SMS, Telepon, database, penyimpan informasi, web browsing, e-mail.

 Akrab dengan fitur ICT.

Kemahiran ICT

Integrasi dan penerapan keterampilan kognitif dan teknis.

Dipandang sebagai enabler yang memungkinkan individu untuk memaksimalkan kemampuan teknologi. Pada tingkat tertinggi, kemahiran ICT menghasilkan inovasi, transformasi individu dan perubahan social.

Termasuk ICT akses, manajemen, integrasi, evaluasi dan penciptaan.

 Membuat dokumen mail merge.

 Mencetak dokumen.

 Mengetahui cara mengakses internet.

 Menggunakan kata kunci di mesin pencari.

(39)

berinteraksi terkait untuk memengaruhi ICT Literacy. Keterampilan ini meliputi keaksaraan umum kognitif, seperti membaca dan berhitung serta

pemikiran kritis dan pemecahan masalah. Tanpa keterampilan tersebut, forum

internasional ETS percaya bahwa ICT Literacy tidak dapat dicapai. Sementara menghadirkan ICT dengan kapasitas besar, akses dan mengelola informasi

yang baik, harus ada keseimbangan antara kebutuhan untuk keterampilan

kognitif, literasi dan pengetahuan dan teknologi dapat tercapai dengan

sendirinya.20

Forum literasi internasional ETS melihat ICT Literacy sebagai rangkaian kesatuan keterampilan dan penguasaan skill dan pengetahuan, ICT literacy

didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, alat

komunikasi dan jaringan untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan,

mengevaluasi, dan menciptakan informasi dalam rangka untuk kegunaan dalam

suatu masyarakat pengetahuan. Definisi forum ETS mencerminkan gagasan

ICT Literacy sebagai kesatuan yang memungkinkan pengukuran berbagai aspek melek huruf, dari kehidupan sehari-hari dan keterampilan untuk

menfaatkan transformatif kemahiran ICT. Definisi ini menunjuk lima

komponen ICT Literacy yang mewakili seperangkat keterampilan dan pengetahuan yang dijadikan urutan yang menunjukan peningkatan

kompleksitas kognitif sebagai ICT akses, manajemen, integrasi, evaluasi dan

penciptaan. 21

20

ETS, Op,Cit, Pages:5

21

(40)

Pernia menegaskan bahwa kemahiran ICT yang didefinisikan oleh ETS guna

meningkatnya kompleksitas kemampuan termasuk:22

1. Menetapkan: menggunakan alat ICT untuk mengidentifikasikan dan

merupakan kebutuhan informasi.

2. Akses: mengetahui tentang dan bagaimana mengumpulkan dan / atau

mengambil informasi dalam lingkungan digital, juga kemampuan untuk

mengembangkan mesin pencari untuk menemukan informasi dalam

database.

3. Mengelola: mengorganisir informasi ke dalam skema klasifikasi yang ada.

4. Evaluasi: mencerminkan untuk membuat penilaian tentang, relevansi,

kegunaan, efisiensi, bias otoritas dan waktu informasi.

5. Mengintegrasikan: meringkas, menarik kesimpulan dan membandingkan

kontras informasi dari berbagai sumber digital.

6. Membuat: membangkitkan informasi baru dan pengetahuan dengan

mengadaptasi, menerapkan, merancang, menciptakan atau mewakili

informasi dalam lingkungan ICT.

7. Berkomunikasi: penyampaian informasi dan pengetahuan kepada berbagai

individu dan kelompok.

Menurut Murray (2005:3), ICT Literacy meliputi akses, manajemen, integrasi, evaluasi, penciptaan dan komunikasi pengetahuan ICT untuk orang lain. Oleh

karena itu istilah ICT berarti perangkat keras, aplikasi perangkat lunak dan

teknologi jaringan. Amara (2006:4) laporan dari survey menyatakan bahwa

ICT bukan kemampuan keterampilan mengajar ICT atau menggunakannya

22

(41)

dalam mengajar subjek, tetapi tes keterampilan ICT memastkan bahwa salah

satu jalan di komputer, desktop dan berbagai aplikasi ICT yang umum. Namun,

saat ini belum ada definisi yang biasanya diangkat dari ICT Literacy (Venhoof et al 2005:5).

Untuk tujuan penelitian ini, hanya beberapa hardware umum dan software

aplikasi yang dirujuk, karena mereka dianggap relevan sebagai prasyarat ICT Literacy untuk tujuan sekolah dan administrasi.

2.4.2 Dimensi ICT Literacy

Ada beberapa dimensi ICT Literacy seperti gerakan satu dimensi ke berikutnya merupakan peningkatan atau perbaikan dalam ICT menghubungkan kemahiran

atau kompetensi. Dimensi ini diringkas dalam tabel 1:

Tabel 1. Dimensi ICT Literacy:

Dimensi Konseptual Label Deskripsi

Pengetahuan Pengetahuan Dasar Kemampuan mengidentifikasi ICT Mengetahui perkembangan ICT Memahami fitur ICT seperti SMS, telepon, database, penyimpanan informasi, web browsing dan e-mail. Akrab dengan fitur ICT

Keterampilan Keterampilan Teknis

Menggunakan fitur aplikasi ICT : Ponsel, kamera, video recorder dan

player, perekam suara, pemutar musik, layanan multimedia, pengolah kata dan angka.

Kemampuan mengakses dan mencari sebuah website, misal log on, mesin pencari, kata kunci.

Mampu membuat account, menulis e-mail, upload dan download file, diskusi di jejaring sosial.

(42)

Lanjutan tabel 1.

Dimensi Konseptual Label Deskripsi

Kemampuan mengkonvensi data ke dalam grafis atau format visual lainnya.

Mampu membuat akun pengguna, penyimpanan file pribadi, forum, e-mail

dan diskusi.

Sikap Kritis Memahami

keterampilan

Terjadi perubahan teknologi di sekolah tersebut.

Tingkat penggunaan ICT konsisten dengan tingkat perkembangan ekonomi.

(Sumber: Pernia, E. Elena, 2008)

Dalam lingkup penelitian ini, ICT Literacy membedakan antara tiga dimensi utama: pertama, berhubungan dengan akses ke fasilitas ICT dan pengetahuan

teknologi, kedua untuk keterampilan yang relevan untuk menggunakan

teknologi, ketiga untuk sikap diperoleh dari refleksi kritis pada penggunaan

teknologi.

2.4.3 Pengertian Akses ICT

Pernia melaporkan bahwa dimensi akses dari ICT adalah karakteristik oleh

kesadaran pengguna ICT dan apresiasi terhadap relevansi ICT dalam

kehidupan pribadi maupun profesional penggunanya.23 Akses ke konten digital

termasuk akan pengguna, penyimpanan file pribadi dan alat komunikasi seperti

forum, e-mail dan diskusi.24 Demikian pula penelitian ini mempertimbangkan:

23

Pernia. E. Elena, Op,Cit, Page:14

24

(43)

1. Perangkat Keras (Hardware)

a. Infrastruktur listrik b. Komputer

c. Printer

d. Scanner

e. Internet/e-mail infrastruktur f. Telepon sekolah

Pengetahuan dalam ICT termasuk satu pelatihan menerima untuk

menggunakan fasilitas yang tersedia ICT (Chemwa & Mburu, 2007:1). ICT Literacy memerlukan pelatihan formal atau informal dalam keterampilan dasar seperti penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi (Ferrigan,

2007:20). Dia menguraikan kompetensi kunci yang dapat diharapkan dari

individu yang telah menyelesaikan kursus dasar pada ICT sebagai berikut:

1. Keakraban dengan hardware seperti ponsel, komputer, internet dan ICT lainnya.

2. Kemampuan untuk mengidentifikasi ICT.

3. Apresiasi fungsi aktual dan potensial dari teknologi dalam kehidupan

(44)

4. Memahami fitur dasar dan penggunaan ICT (misalnya panggilan suara dan

SMS, komputer, pengolah kata, pengolah angka, database, penyimpanan

informasi, internet, web browsing, e-mail).

Dalam penelitian ini, dimensi pengetahuan dianggap menyelidiki kemampuan

guru untuk menggunakan fasilitas ICT dalam tugas-tugas profesional maupun

individu termasuk didalamnya frekuensi penggunaan fasilitas ICT.

Kemampuan untuk menggunakan fasilitas ICT melibatkan dimensi

keterampilan guru dan sering merupakan hasil dari pengalaman dengan

teknologi (Amara, 2006:4). Kemampuan untuk mengambil, menilai,

menyimpan, memproduksi, dan menyajikan informasi untuk berkomunikasi

serta berpartisipasi dalam jaringan internet merupakan keunggulan dari seorang

individu yang melek ICT (ICT-literate).25 Yang dimaksud keterampilan teknis dalam ICT Literacy adalah orang tersebut ahli dalam berbagai aplikasi ICT yang meliputi pencarian sebuah informasi, mengakses, mengumpulkan data,

pengorganisasian, menginterpretasikan informasi dari berbagai sumber, menilai

validitas dan keandalan informasi dan menghasilkan informasi baru.26 Pernia

menambahkan bahwa keterampilan teknis tersebut meliputi:

1. Kemampuan untuk menggunakan fitur dan aplikasi ponsel, kamera, video recorder dan player, perekam suara, pemutar musik, layanan multi-media, pengolah kata, lembar kerja, software presentasi, inframerah, bluetooth dan konektivitas internet. Untuk komputer, pengolahan kata, spreadsheet,

25

Pernia. E. Elena, Op,Cit, Page:14

26

(45)

database, penyimpanan informasi untuk internet, web browsing, e-mail, dan pesan instan.

2. Kemampuan untuk mengakses dan mencari sebuah website misalnya, log on

ke internet, menggunakan mesin pencari dan memperbaiki pencarian dengan

menggunakan kata kunci.

3. Kemampuan untuk menggunakan layanan berbasis internet dengan mampu

membuat account, menulis e-mail, upload dan download file, berpartisipasi dalam diskusi untuk situs jaringan sosial dan membuat blog.

4. Kemampuan untuk mengumpulkan dan memproses data elektronik untuk

segera digunakan atau mampu membuat database, mengatur, menyimpan

dan menyaring data yang tidak relevan.

5. Kemampuan untuk mengkonversi data ke dalam presentasi grafis dan

format visual lainnya.

6. Menggunakan ICT untuk mendukung pemikiran kreatif, kritik dan inovasi

untuk pendidikan, tujuan kerja dan rekreasi. Sebagian contoh, mampu

membuat sebagian besar informasi multi-media dan website. 7. Frekuansi pengguanaan perangkat keras dan perangkat lunak ICT.

8. Pengalaman dengan fasilitas ICT.

2.4.5 Pengertian Aplikasi ICT

Kenney (2006:1) menjelaskan aplikasi ICT sebagai kemampuan untuk

menggunakan teknologi sebagai alat untuk penelitian, mengatur, mengevaluasi,

dan mengkomunikasikan informasi. Amara (2006:4), di sisi lain, melihat

penggunaan komputer sebagaimana guru menggunakan ICT untuk mengajar

(46)

Pernia mencatat bahwa tidak mengherankan, tingkat penggunaan ICT

umumnya konsisten dengan tingkat perkembangan ekonomi. Pernia

menambahkan bahwa integrasi ICT juga melibatkan aplikasi yang sebenarnya

dari ICT dalam pekerjaan administratif dan itu berarti komputer dan teknologi

internet untuk menigkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran.27

Keterampilan dasar ICT guru dan siswa untuk administrator sekolah harus

mencakup manajemen file, pengolahan kata, e-mail dan keterampilan internet (Selwood et al, 2003:54). Aplikasi ICT terus meningkat dan memperdalam

membaca kritis pengguna informasi dan pengetahuan yang diakses, dikelola,

terpadu, menciptakan dan komunikasi melalui ICT.28

2.5 Konsep Digital Divide 2.5.1 Pengertian Digital Divide

Salah satu bentuk ancaman bagi negara berkembang seperti Indonesia untuk

dapat bersaing di alam globalisasi adalah adanya fenomena kesenjangan digital

atau yang lebih dikenal sebagai digital divide – yaitu keadaan dimana terjadi gap antara mereka yang dapat mengakses internet melalui infrastruktur

teknologi informasi dengan mereka yang sama sekali tidak terjangkau oleh

teknologi tersebut.29

Istilah ”kesenjangan digital” secara sederhana di jelaskan sebagai

ketidaksamaan dalam hal akses pada komputer dan internet antara kelompok

yang didasarkan pada satu atau lebih identifikasi sosial dan kultural. Sebagai

27

Pernia. E. Elena, Op,Cit, Page:4

28

Pernia. E. Elena, Op,Cit, Page:15

29

(47)

contoh kesenjangan digital adalah perbedaan akses pada komputer dan internet

antara kelompok wanita dan pria, usia tua dan muda.

Berdasarkan Organisation for Economic Co-Operation and Development

(OECD) tahun 2001, kesenjangan digital didefinisikan sebagai berikut "....the gap between individuals, households, businesses and geographic areas at different socio-economic levels with regard both to their opportunities to access information and communication technologies (ITs) and to their use of the Internet for a wide variety of activities".30

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesenjangan terjadi

antara tingkat individu, rumah tangga, bisnis, dan area geografi yang tingkat

sosial ekonominya berbeda, berdasarkan kesempatan mereka untuk mengakses

teknologi informasi dan komunikasi.

Kesenjangan digital membahas mengenai kesenjangan antara individu yang

memiliki akses dan yang mampu menggunakan teknologi komunikasi dan

komputer secara efektif dengan individu yang tidak mampu serta tidak

memiliki akses. Mengurangi kesenjangan digital berarti membahas mengenai

pengaksesan internet dan sumber dayanya, penggunaan teknologi

telekomunikasi dan komputer untuk bekerja, berkomunikasi, mencari

informasi, membuat dan membentuk pengetahuan yang berfungsi efektif, dan

30

(48)

pada akhirnya menciptakan sebuah komunitas yang lebih baik dan

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

2.5.2 Aspek Digital Divide

Dalam kesenjangan digital, terdapat tiga aspek utama yang saling berhubungan

dan merupakan fokus yang perlu diperhatikan, yaitu:31

1. Akses/ infrastruktur (access/ infrastructure) adalah perbedaan kemampuan antar individu dalam perolehan akses atau infrastruktur TIK yang

menyebabkan perbedaan distribusi informasi.

2. Kemampuan (skill & training) adalah perbedaan kemampuan antar individu dalam memanfaatkan atau menggunakan akses dan infrastruktur yang telah

diperoleh. Selanjutnya adalah perbedaan antar individu dalam upaya

pencapaian kemampuan TIK yang dibutuhkan untuk dapat memanfaatkan

akses dan infrastruktur TIK.

3. Isi informasi (content/ resource): Perbedaan antar individu dalam memanfaatkan informasi yang tersedia setelah seseorang dapat mengakses

dan menggunakan teknologi tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

2.6 Pengaruh Digital Divide Terhadap Literasi Internet

Dalam perkembangan TIK yang cepat dan menyebar luas inilah maka

kemudian didapat fenomena kesenjangan digital. Pada awalnya kesenjangan

digital didefinisikan sebagai perbedaan akses terhadap teknologi informasi dan

komunikasi (TIK), namun seiring perkembangannya, kesenjangan digital mulai

31

(49)

mengalami pergeseran pengertian. Kesenjangan digital tidak lagi hanya

merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses terhadap TIK

dengan yang tidak, namun kesenjangan digital juga merupakan kesenjangan

antara mereka yang memiliki akses dan dapat memiliki kemampuan untuk

menggunakan TIK dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk

menggunakannya.

Hambatan mengakses dibedakan pada tingkat individu karena lebih dapat

diselidiki untuk beberapa hal dasar isu struktural (yaitu akses dan penggunaan).

Baik akses maupun internet, seperti halnya TIK, keduanya adalah tidak

mungkin dilepaskan dari kemampuan dan kecakapan yang dimiliki oleh

individu. Akses dapat ditiadakan bila terdapat kekurangan kemampuan akses

teknologi, khususnya pada internet. Oleh sebab itu, kedua isu ini (kemampuan,

akses, dan dukungan kecakapan) merupakan sebuah bagian integral dalam

kesenjangan digital. Sebagai tambahan penghambat akses dapat juga dikaitkan

dengan kurangnya kesadaran, ketiadaan kepercayaan, dan gagal untuk

menyediakan informasi yang cukup.32

Adanya kesenjangan digital itu sendiri memungkinkan adanya perbedaan

literasi internet pada guru di sekolah yang senjang secara digital. Hal ini

disebabkan karena adanya perbedaan akses internet sehari-hari yang

menyebabkan mereka kurang literate terhadap internet. Hal tersebut juga

32

Yulfitri, Alivia. Pemodelan Pengukuran Untuk Mengurangi Kesenjangan Digital Di Indonesia Studi Kasus: Smu Negeri Kotamadya Bandung.

(50)

berdampak pada pengetahuan dan keterampilan mereka terhadap aplikasi

internet yang pada akhirnya pengintegrasian TIK dan juga internet di sekolah

tidak dapat terwujud.

2.7 Model Asesmen ICT Literacy

Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan

informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan. Secara ringkas, asesmen dapat kita katakan sebagai “penilaian”. Pada sub pokok bahasan berikutnya peneliti menjelaskan model

asesmen ICT Literacy. Dalam penelitian ini menggunakan model assesmen Elena E. Pernia. Pertimbangan pemilihan model tersebut bertumpu pada

kesesuaian dengan bidang dalam penelitian ini, yaitu pendidikan di wilayah

Asia-Pasifik termasuk Indonesia.

2.7.1 Model Asesmen Elena E. Pernia (Strategy Framework for Promoting ICT Literacy in the Asia-Pacific Region, 2008)

Dalam laporan Elena E. Pernia yang berjudul “Strategy Framework for

Promoting ICT Literacy in the Asia-Pacific Region” terdapat tiga dimensi utama dalam mengukur ICT Literacy. Tiga dimensi utama nya adalah: Pengetahuan terhadap teknologi, keterampilan yang relevan dalam

menggunakan tekologi dan sikap yang di peroleh dari refleksi kritis

penggunaan teknologi. Penjelasan dari ketiga dimensi tersebut adalah sebagai

(51)

1. Pengetahuan

Dimensi pengetahuan dalam ICT Literacy ditandai dengan kesadaran pengguna TIK dan apresiasi terhadap relevansi TIK dalam kehidupan

pribadi maupun profesional penggunanya. Hal ini mencakup keakraban

dengan teknologi dan memahami bagaimana TIK sebenarnya dapat

berpotensi menguntungkan bagi kehidupan penggunanya dan kehidupan

masyarakat.

2. Keterampilan

Dimensi keterampilan dalam ICT Literacy merupakan hasil dari penggunaan atau pengalaman dengan teknologi. Bagi banyak orang, kemampuan untuk

mengambil, menilai, menyimpan, memproduksi, dan menyajikan informasi

untuk berkomunikasi serta berpartisipasi dalam jaringan internet merupakan

keunggulan dari orang-orang yang melek terhadap TIK (ICT-literate). 3. Sikap

Dimensi ini mencerminkan tingkat yang lebih tinggi dari ICT Literacy baik dari dimensi pengetahuan atau keterampilan. Dimensi sikap merupakan

suatu produk dan proses penilaian kritis seseorang dari penilaian mereka

terhadap penggunaan TIK sebagai informasi dan pengetahuan.

2.8 Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah suatu konsep yang berisikan hubungan kausal hipotesis

antara variabel bebas dan variabel terikat dalam rangka memberikan jawaban

(52)

Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan konsep penelitian menggunakan

kerangka pemikiran agar penelitian ini dapat lebih mudah untuk dipahami

maksud dan tujuan penelitian mengenai masalah dalam penelitian ini.

Berkaitan dengan penelitian ini, penggunaan teknologi di kalangan guru

semakin lama semakin meningkat. Namun dalam faktanya masih terjadi

kesenjangan digital pada sekolah. Seperti hal nya pada MAS Al-Hikmah, MAS

Muhammadiyah dan MAS Al-Asy’ariyah di Kota Bandar Lampung. MAS Al

-Hikmah merupakan sekolah yang sudah memiliki laboratorium komputer dan

terkoneksi internet, MAS Muhammadiyah merupakan sekolah yang memiliki

laboratorium komputer namun tidak terkoneksi internet, dan MAS Al-Assy’arriyah merupakan sekolah yang tidak memiliki laboratorium komputer

dan tidak terkoneksi internet. Hal ini menyebabkan literasi internet yang

berbeda pada guru yang sekolahnya senjang secara digital. Komponen literasi

internet dalam penelitian ini adalah: pengetahuan, keterampilan, dan sikap

(53)

Bagan 3. Kerangka Pikir

2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.33 Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka diambil kesimpulan yang merupakan jawaban sementara penelitian adalah sebagai berikut:

33

Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian,Cetakan Ketujuh. Bandung: CV. Alfabeta. Hal: 51

Digital Divide

MAS Al-Hikmah (MAS Kategori 1)

MAS Muhammadiyah (MAS Kategori 2)

MAS Al-Assy’arriyah (MAS Kategori 3)

Model Assesmen Elena E. Pernia:

1. Pengetahuan 2. Keterampilan

3. Sikap Sampel tiga MAS yang

senjang secara digital

(54)

1. Hipotesa penelitian (Ho): Tidak ada perbedaan literasi internet guru di

Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital.

Hipotesa penelitian (Hi): Ada perbedaan literasi internet guru di Madrasah

Aliyah Swasta yang senjang secara digital.

2. Hipotesa penelitian (Ho): Tidak ada perbedaan literasi internet antara guru

laki-laki dan guru perempuan di Madrasah Aliyah Swasta yang senjang

secara digital.

Hipotesa penelitian (Hi): Ada perbedaan literasi internet antara guru

laki-laki dan guru perempuan di Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran tentang literasi internet guru

MAS yang senjang secara digital, oleh karena itu penelitian ini termasuk dalam

penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat

sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan

masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian

dilaksanakan.34

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei adalah

penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.35 Ciri khas penelitian ini

adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan

34

Sudjana dan Ibrahim.(1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hal 65

35

(56)

menggunakan kuesioner.36 Kuesioner merupakan lembaran yang berisi

beberapa pertanyaan dengan struktur yang baku.

3.3 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang

dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak

menyimpang. Definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Literasi Internet adalah kemampuan menggunakan pengetahuan teoritis dan

praktis mengenai internet sebagai media penerimaan komunikasi dan

informasi.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel

diukur.37 Konsep-konsep yang telah dijelaskan sebelumnya kemudian

dioperasionalisasikan ke dalam bentuk-bentuk yang memungkinkan untuk

diukur. Adapun indikator dari defisini operasional dalam penelitian ini adalah

pengetahuan, keterampilan teknis dan sikap dalam penggunaan teknologi:

Tabel 2. Definisi Operasional:

36

Singarimbun, Masri, Op,Cit Hal 5 37

Singarimbun, Masri, Op,Cit Hal 23

No. Variabel Dimensi Indikator

1. Variabel X

(literasi internet)

Pengetahuan 1. Guru mampu menggunakan program ICT seperti Ms. Word untuk menulis/mengetik.

(57)

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai karakteristik tertentu telah ditetapkan oleh penelitian untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah jumlah 3. Guru mampu melakukan

browsing di internet. Keterampilan

Teknis

1. Guru mampu bernavigasi di suatu

website dan melakukan bookmark

terhadap websites yang dianggap bermanfaat.

2. Guru familiar dengan milis (mailing list) serta pernah berpartisipasi dalam online chat.

Sikap 1. Guru menggunakan program ICT

seperti Ms. Word, Ms. Excel dan Ms. PowerPoint untuk membantu

pekerjaannya sebagai guru.

2. Guru memperkaya materi bahan ajar dari internet.

3. Guru memastikan siswanya dapat memanfaatkan program ICT seperti

Gambar

table, gambar dan diagram.
Tabel 2. Definisi Operasional:
Tabel 3. Data Sensus 8 MAS yang Senjang Secara Digital:
Tabel 4. Interval Kelas dari Jumlah Komputer:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana perilaku anda dalam melayani nasabah dan membebaskan nasabah dalam memilih produk bank syariah sesuai dengan yang nasabah inginkan1. Sangat tidak pernah membebaskan

Kemajuan teknologi dewasa ini dan di masa-masa yang akan datang terutama di bidang informasi dan komunikasi telah menyebabkan dunia ini menjadi sempit

nya Komputer dengan Perangkatnya dalam Proses Pembelajaran Bagi Siswa Hasil wawancara dengan kepala sekolah terungkap bahwa dampak positif yang dirasa- kan oleh siswa

Hipotesis penelitian adalah ada hubungan negatif antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan tingkat stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak retardasi

Untuk mendapatkan bahan ajar yang lebih baik lagi iti, peneliti lain dapat memperhatikan saran atau masukan dari guru pada angket kelayakan bahan ajar yaitu

[r]

Pengukuran Debit dengan Sekat Ukur Tipe Thompson (Saluran 1). Pengukuran Debit dengan Sekat Ukur Tipe Thompson

Yule (1996) menyebutkan adanya unsur-unsur penting yang mendukung pemahaman praanggapan yaitu, pengetahuan bersama, partisipan, dan konteks situasi sehingga dengan