• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT ( STM) TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN AFEKTIF OLEH SISWA PADA MATERI POKOK PENERAPAN BIOTEKNOLOGI (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas IX Semester Ganjil MTs Al-Huda Sidorahayu Tahun Pelajaran 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT ( STM) TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN AFEKTIF OLEH SISWA PADA MATERI POKOK PENERAPAN BIOTEKNOLOGI (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas IX Semester Ganjil MTs Al-Huda Sidorahayu Tahun Pelajaran 2013/2014)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lia Andriyani

ii

ABSTRAK

PENGARUH PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT ( STM) TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

AFEKTIF OLEH SISWA PADA MATERI POKOK PENERAPAN BIOTEKNOLOGI

(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas IX Semester Ganjil MTs Al-Huda Sidorahayu Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh LIA ANDRIYANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan STM terhadap

hasil belajar dan kemampuan afektif siswa.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes

non-equivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas IXA dan IXB yang dipilih dari

populasi secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif

dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar oleh siswa yang diperoleh dari

rata-rata nilai pretes, postest dan N-gain yang dianalisis secara statistik

menggunakan uji U dengan taraf 5%. Data kualitatif berupa kemampuan afektif

siswa dan angket tanggapan siswa terhadap pendekatan STM yang dianalisis

secara deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan afektif siswa rata-rata

berkriteria baik (80%). Pada aspek bekerjasama dalam mengerjakan LKK ( 87%);

(3)

iii

Hasil belajar juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai pretes ( 12,5);

postest (63,44); N-gain (74,42). Peningkatan hasil belajar juga terjadi pada

indikator aspek kognitif (C4) dengan rata-rata N-gain (48,10). Selain itu, semua

siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan pendekatan STM.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan STM berpengaruh

terhadap peningkatan hasil belajar dan kemampuan afektif siswa.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

F. Kerangka Pikir. ... 6

G. Hipotesis. ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Sains Teknologi Masyarakat (STM) ... 9

B. Hasil Belajar ... 16

C. Kemampuan Afektif ... 19

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel ... 24

C. Desain Penelitian ... 24

D. Prosedur penelitian ... 25

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 31

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan ... 44

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50

B. Saran ... 50

(8)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang semakin maju mengakibatkan pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan itu terjadi

bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan

menit atau detik, terutama berkaitan dengan teknologi informasi dan

komunikasi yang ditunjang dengan teknologi elektronika seperti televisi,

handphone, play station, laptop dengan jaringan internet, dan lain-lain

(Prastowo, 2012:1). Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang semakin pesat saat ini banyak mempengaruhi kehidupan

manusia sehingga dapat berdampak positif yaitu meningkatkan kualitas hidup

dan mempermudah pekerjaan manusia. Dampak negatifnya yaitu dapat

menimbulkan perubahan nilai, norma, aturan, atau moral kehidupan yang

dianut masyarakat (Sari, 2012:5). Maka dari itu diperlukan manusia yang

mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di

masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi khususnya di dalam dunia pendidikan (BSNP, 2006: iv).

Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

(9)

demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya

yangmmemungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam

kehidupan masyarakat (Hamalik, 2004:79). Menurut Undang-undang nomor

20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan Negara (Depdiknas, 2003:3). Disekolah pendidikan dilaksanakan melalui

kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan salah satunya tergantung pada proses belajar yang dialami siswa

selama pembelajaran berlangsung (Mulyasa, 2008:222). Proses pembelajaran

yang baika dalah melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri

suatu penguasaan materi. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilisator dan

moderator dalam proses pembelajaran tersebut (Trianto, 2012:112).

Untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan tentunya harus didukung dengan instrumen penilaian yang

sesuai dengan karakteristik tujuan termasuk standar kompetensi maupun

kompetensi dasar berkala dan berkesinambungan. Selain itu bukan hanya

menilai secara parsial, melainkan secara menyeluruh yang meliputi proses

dan hasil belajar yang mencakup wawasan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan sosial yang dicapai siswa, hasil penilain dapat menggambarkan

kemampuan atau prestasi belajar peserta didik secara menyeluruh dan

(10)

3

Namun pada kenyataannya, dari hasil wawancara dengan guru IPA kelas IX

MTs Al-Huda Sidorahayu diketahui bahwa selama ini guru lebih

menekankan pada penilaian aspek penguasaan pengetahuan (aspek kognitif)

dengan cara mengingat/menghafal sejumlah konsep saja dan untuk

kemampuan afektif siswa dalam proses pembelajaran belum di ukur dengan

menggunakan alat penilaian yang benar, sedangkan kemampuan afektif

secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Keadaan ini dapat terjadi karena kurang tepatnya guru dalam menggunakan

pendekatan sehingga mengakibatkan proses pembelajaran menjadi kurang

efektif, serta siswa kurang dapat mengungkapkan potensi yang mereka miliki.

Salah satu pendekatan yang diduga dapat meningkatkan kemampuan afektif

dan hasil belajar siswa adalah pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

(STM).

STM merupakan suatu pendekatan yang melibatkan interaksi antara individu

dengan lingkungan sosialnya dengan menyajikan masalah-masalah dari dunia

nyata yang mencakup seluruh aspek pendidikan, sehingga siswa dapat

mengimplementasikan produk sains kedalam bentuk teknologi serta

memanfaatkannya demi kepentingan masyarakat (Suprihatiningrum,

2013:175). Pendapat di atas diperkuat oleh penelitian sebelumnya pada

penelitian (Sujanem, 2005:15) menyatakan bahwa penerapan pendekatan

STM dapat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal yang

sama juga diungkapkan oleh (Adawiyah, 2009:164) yang memperoleh

kesimpulan bahwa penerapkan pendekatan STM dapat meningkatkan

(11)

Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian di

MTs Al-Huda Sidorahayu semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan

menggunakan pendekatan STM terhadap kemampuan afektif dan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada materi pokok penerapan

bioteknologi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh yang signifikan pada pendekatan STM terhadap hasil

belajar oleh siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi dalam

mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan?

2. Bagaimanakah pengaruh pendekatan STM terhadap peningkatan

kemampuan afektif siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi

dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi

pangan?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pendekatan STM pada materi

pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup

manusia melalui produksi pangan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian

(12)

5

1. Pengaruh yang signifikan pada pendekatan STM terhadap hasil belajar

siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung

kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan.

2. Pengaruh pendekatan STM terhadap peningkatan kemampuan afektif

siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung

kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan.

3. Tanggapan siswa terhadap pendekatan STM pada materi pokok penerapan

bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui

produksi pangan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Peneliti, yaitu memberikan pengetahuan dan pengalaman mengajar

sebagai calon guru biologi dalam menggunakan pendekatan STM dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok penerapan

bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui

produksi pangan.

2. Guru, yaitu dapat memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan

model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa

pada materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung

kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan.

3. Siswa, yaitu dapat memberikan pengalaman belajar berbeda yang dapat

menumbuhkan sikap positif pada siswa dan dapat meningkatkan hasil

(13)

4. Sekolah, yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan

mutu pembelajaran IPA di sekolah melalui kemampuan afektif siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalah pahaman maka ruang lingkup penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan STM ini adalah jenis pembelajaran dengan langkah-langkah

sebagai berikut : Invasi, eksplorasi, solusi dan aplikasi

(Trianto, 2009:82-83).

2. Kemampuan afektif yang diukur dalam penelitian ini meliputi :

a) Menerima, yang diamati adalah minat siswa dalam belajar

b) Menanggapi, yang diamati, kemampuan bertanya, dan menyetujui

jawaban teman .

c) Menilai, yang diamati, mengusulkan pendapat dalam diskusi, dan

meyakinkan dalam menjawab.

d) Menghayati, yang diamati, mendengarkan pertanyaan teman.

3. Hasil belajar yang diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-Gain pada

materi pokok penerapan bioteknologi.

4. Materi pokok dalam penelitian ini adalah adalah penerapan bioteknologi

dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan

dengan Kompetensi Dasar (KD 2.4) yaitu “ Mendeskripsikan penerapan

bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui

produksi pangan”.

5. Subyek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas

(14)

7

F. Kerangka Pikir

Pendekatan STM merupakan pendekatan yang menekankan pada konsep dan

peranan sains serta teknologi dalam kehidupan masyarakat. Pendekatan ini

melibatkan siswa dalam aktivitas mengidentifikasi, menganalisis, dan

menemukan solusi isu atau masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan

sehari-hari. Selain itu pendekatan STM juga mendorong siswa untuk

menerapkan konsep dasar sains dan teknologi dalam situasi kehidupan nyata,

serta memberdayakan siswa sebagai warga negara yang dapat mengambil

keputusan dan tindakan, melakukan perubahan, serta bertanggung jawab

dalam dunia kehidupan nyata sekarang maupun pada masa yang akan datang.

Proses pembelajaran dengan pendekatan STM dilakukan dengan jalan

invitasi, dapat membentuk sikap afektif siswa untuk aktif bertanya dan

mengusulkan pendapat. Eksplorasi, melatih siswa dalam meningkatkan minat

untuk belajar. Solusi, melatih siswa dalam mengusulkan pendapat,

menyetujui jawaban teman dan meyakinkan dalam menjawab hasil diskusi

kelompok. Sehingga pendekatan STM ini dapat memberikan situasi belajar

lebih aktif, kreatif, bersemangat, menumbuhkan sifat obyektif, percaya pada

diri sendiri, berani serta bertanggung jawab dalam menghadapi/ mengatasi

(15)

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat

dimana variabel bebasnya adalah penerapan pendekatan STM sedangkan

variabel terikatnya adalah kemampuan afektif dan hasil belajar siswa.

Gambar 1.Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

Keterangan:

X = Pendekatan STM Y1 = Hasil belajar

Y2 = Kemampuan afektif

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ho : Penerapan pendekatan STM tidakberpengaruh signifikan terhadap

hasil belajar siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi

dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi

pangan kelas IX MTs Al-Huda Sidorahayu tahun pelajaran

2013/2014.

H1 : Penerapan pendekatan STMberpengaruh signifikan terhadap hasil

belajar siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi dalam

mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan

kelas IX MTs Al-Huda Sidorahayu tahun pelajaran 2013/2014.

2. Pendekatan STMdapat berpengaruh terhadap kemampuan afektif siswa

pada materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung

kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan kelas IX MTs

Al-Huda Sidorahayu tahun pelajaran 2013/2014. Y1

X

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)

Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan terjemahan dari bahasa

Inggris “science technology society (STS)”, yaitu, suatu usaha untuk

menyajikan IPA dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata.

STM dalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan, yaitu

tujuan, topik/masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi

dan persiapan/kinerja guru (Iskandar, 1997:17). Sedangkan STM yang

dikemukakan oleh Penn (dalam Nurohman, 2012:9) merupakan

an interdisciplinary approach which reflects the widespread realization that

in order to meet the increasing demands of a technical society, education

must integrate across disciplines” dengan demikian, pembelajaran dengan

pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan

berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang

terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa

pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat

dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan

tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di

(17)

Trowbridge dan Byee (1990:53), juga mengemukakan bahwa hubungan

antara sains dan teknologi dengan tujuan sebagai berikut. Sains diawali

dengan pertanyaan tentang gejala alam semesta dan teknologi diawali dari

masalah tentang adaptasi manusia dengan lingkungannya. Pertanyaan dalam

sains akan terjawab dengan penggunaan teknologi yang ada sehingga

menghasilkan penjelasan fenomena-fenomena alam, sebaliknya, persoalan

pada teknologi juga akan terpecahkan dengan metode inkuiri dan dibantu

dengan teknologi yang ada, jadi dalam sains manusia berusaha memahami

lingkungan dan dalam teknologi manusia berusaha mengontrolnya.

Pendidikan sains dengan menggunakan pendekatan STM adalah suatu bentuk

pengajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep

sains saja tetapi juga menekankan pada peran sains dan teknologi di dalam

berbagai kehidupan masyarakat dan menumbuhkan rasa tanggung jawab

sosial terhadap dampak sains dan teknologi yang terjadi di masyarakat

(Prayekti, 2002: 777).

Tiga landasan penting dari pendekatan STM, yaitu adanya keterkaitan yang

erat antara sains, teknologi, dan masyarakat, proses belajar mengajar,

pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa

pelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi

dengan lingkungan, yang terdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah

proses sains, ranah aktivitas, dan ranah hubungan dan aplikasi (Hidayat dalam

(18)

11

Pembelajaran dengan pendekatan STM mengembangkan materi dalam

lingkup yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Hubungan antara ilmu pengetahuan, Teknologi dan masyarakat

Gambar di atas menunjukkan bahwa sains, teknologi, dan masyarakat sangat

erat hubungannya. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial (masyarakat),

lingkungan alam (dipelajari dengan sains), dan lingkungan buatan

(teknologi). Teknologi ini diciptakan oleh manusia untuk memenuhi

kebutukan hidupnya. Teknologi dan sains saling melengkapi sebab sains

merupakan pengetahuan yang sistematis tentang alam sedangkan teknologi

merupakan metode sistematis yang dilakukan manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya (Robert dan Rustam, 2000:9).

Menurut Rusymansyah (2000: 3), tujuan pendekatan STM secara umum

antara lain adalah :

1) Peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik

pembelajaran di dalam kelas

2) Peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan/ perspektif untuk

mensikapi berbagai isu/ situasi yang berkembang di masyarakat

berdasarkan pandangan ilmiah SAINS

(19)

3) Peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang

memiliki tanggung jawab sosial.

Menurut Yager (dalam Arnie, 2004:14) program STM pada umumnya

memiliki karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut :

1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan

dampak.

2. Penggunaan sumber daya setempat untuk mencari informasi yang dapat

digunakan dalam memecahkan masalah.

3. Ke ikut sertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat

diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.

5. Suatu pandangan bahwa isi dari sains bukan hanya konsep-konsep saja

yang harus dikuasai siswa dalam tes.

6. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan

teknologi.

7. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia

mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentifikasi.

(20)

13

Sedangkan tahapan dalam pendekatan STM menurut Asyari (2006:12 ) yaitu,

a. Tahap invitasi:

Pada tahap ini guru merangsang peserta didik mengingat atau

menampilkan kejadian-kejadian yang ditemui di masyarakat baik melalui

media cetak maupun media elektronik yang dapat merangsang siswa untuk

bisa ikut mengatasinya.

b. Tahap eksplorasi:

Pada tahap ini siswa melalui aksi dan reaksinya sendiri berusaha untuk

mencari jawaban sementara yang telah dibuat dengan mencari data dari

berbagai sumber informasi (buku, koran, majalah, lingkungan, nara

sumber, instansi terkait, atau melakukan percobaan) hasil yang diperoleh

peserta didik hendaknya berupa hasil analisis dari data yang diperoleh.

c. Tahap penjelasan dan solusi:

Pada tahap ini peserta didik diajak untuk mengkomunikasikan gagasan

yang diperoleh dari analisis informasi yang didapat, menyusun suatu

konsep baru, meninjau dan mendiskusikan solusi yang diperoleh. Sehingga

untuk memantapkan konsep yang diperoleh siswa tersebut guru perlu

memberikan umpan balik/peneguhan.

d. Tahap penentuan tindakan:

Pada tahap ini siswa diajak untuk membuat suatu keputusan dengan

mempertimbangkan penguasaan konsep sains dan keterampilan yang

dimiliki untuk berbagai gagasan dengan lingkungan, atau dalam

(21)

Pengambilan tindakan ini diantaranya dapat berupa kegiatan pengambilan

keputusan, penerapan pengetahuan, membagi informasi, dan gagasan.

Menurut Hamid (2008:4), nilai positif yang merupakan sasaran utama

pendekatan STM antara lain adalah :

1. Melalui pendekatan STM membuat pengajaran sains lebih bermakna

karena langsung berkaitan dengan permasalahan yang muncul dalam

kehidupan sehari-hari dan membuka wawasan siswa tentang peranan sains

dalam kehidupan nyata.

2. STM dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan

konsep, keterampilan proses, kreativitas dan sikap menghargai produk

teknologi serta tanggung jawab atas masalah yang timbul di lingkungan.

3. Pendekatan STM yang berorientasi pada “hand on activities” membuat

siswa dapat menikmati kegiatan-kegiatan sains dengan perolehan

pengetahuan yang tidak mudah terlupakan dengan demikian dapat juga

digunakan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran sains.

4. STM dapat memperluas wawasan siswa tentang keterkaitan sains dengan

bidang studi lain. Hal ini dapat terwujud karena dalam memecahkan

permasalahan alam di lingkungan, siswa tidak hanya mempelajari bidang

sains saja melainkan perlu berbagai bidang studi yang lain misalnya IPS,

matematika dan lain lain. Dengan demikian mereka akan menyadari

perlunya pemahaman ilmu secara holistik/menyeluruh sehingga terhindar

dari sikap skeptis atau pandangan yang sempit.

5. Lewat pendekatan STM dapat pula dikembangkan pembelajaran terpadu

(22)

15

Poedjiadi (2005:174) menjelaskan tentang hasil penelitian

National Science Taecher Association (NSTA) tahun 1985-1986 di Iowa

Amerika terhadap pelaksanaan program-program STM ditemukan adanya

perbedaan antara peserta didik yang mengikuti program STM dan yang tidak,

antara lain di bawah ini :

Cara Biasa STM

Kaitan Dan Aplikasi Bahan Pelajaran Peserta didik tidak melihat nilai atau manfaat yang mereka pelajari.

Peserta didik tidak dapat menghubungkan sains yang dipelajari dengan teknologi masa kini.

Peserta didik dapat menghubungkan yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari hari.

Peserta didik memperhatikan

perkembangan teknologi dan melalui fakta tersebut malihat manfaat dan relevansi konsep sains dengan teknologi. Kreativitas

Peserta didik kurang memiliki kemampuan bertanya.

Peserta didik tidak efektif dalam

mengidentifikasi sebab-akibat dari situasi tertentu

Peserta didik lebih banyak bertanya, dan seringkali memberikan pertanyaan yang di luar dugaan guru.

Peserta didik terampil dalam

mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan efek hasil observasi dan kegiatan tertentu.

Sikap

Peserta didik hanya memiliki sedikit ide-ide. Minat peserta didik terhadap sains menurun dengan menaiknya tingkat.

Sains menurunkan rasa ingin tahu. Guru dianggap sebagai pemberi informasi. Peserta didik melihat sains untuk dipelajari

Peserta didik terus menerus memiliki ide. Minat peserta didik bertambah dari tingkat ke tingkat.

Peserta didik ingin tahu tentang dunia fisik. Guru dianggap sebagai fasilitator.

Peserta didik melihat sains sebagai alat untuk menyelesaikan masalah. Proses

Peserta didik melihat proses sains sebagai keterampilan yang dimiliki ilmuwan.

Peserta didik melihat proses sains sebagai sesuatu untuk dipraktekkan karena merupakan syarat.

Peserta didik melihat proses sains sebagai ketrampilan yang dapat mereka gunakan.

Peserta didik melihat proses sains sebagai keterampilan yang perlu dikembangkan untuk kebutuhan mereka sendiri. Pengetahuan/konsep

Pengetahuan diperlukan untuk melaksanakan test.

Pengetahuan hanya dipandang sebagai hasil belajar.

Retensi berlangsung singkat.

Peserta didik melihat pengetahuan sains sebagai sesuatu yang diperlukan.

Pengetahuan dipandang sebagai bekal untuk menyelesaikan masalah.

(23)

B. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi

belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses

belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002:3). Sedangkan hasil belajar menurut

(Reigeluth, 1983:37) dapat digunakan sebagai pengaruh yang memberikan

suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang

berbeda. Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses

belajar. Hasil belajar pada sasarannya dikelompokkan dalam dua kelompok

yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dibedakan menjadi empat

macam, yaitu pengetahuan tentang fakta, prosedur, pengetahuan konsep, dan

keterampilan untuk berinteraksi (Sardiman, 2009:35).

Berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh hasil

belajar. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang

disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses

pembelajaran antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa diperoleh siswa

setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal, keterampilan intelek,

keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Kelima hasil belajar tersebut

merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:

1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi

(24)

17

2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk

berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep

dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak,

konsep konkret dan definisi, dan prinsip.

3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

penilaian terhadap obyek tersebut (Gagne, 1979:51).

Menurut Uno (2006:35), tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah

satu kawasan dari taksonomi pembelajaran. Krathwohl, Bloom, dan Masia

(1973:38) memilah taksonomi pembalajaran dalam tiga kategori yaitu :

1. Ranah kognitif, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan

berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan

komprehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif.

Aspek kognitif membahas tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan

proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat

yang lebih tinggi yaitu evaluasi.

2. Ranah afektif, kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat,

dan apresiasi. Adapun tingkat afektif dari yang paling sederhana ke yang

kompleks, yaitu kemauan menerima, menanggapi, berkeyakinan,

(25)

3. Ranah psikomotorik, mencakup tujuan yang berkaitan dengan

keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. Adapun tingkatan

dari psikomotorik dari yang paling sederhana sampai yang kompleks, yaitu

persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respon

terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi.

Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil

belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok,

ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan

tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada

akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran

yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah

diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil

belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas.

Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal

ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar

tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru,

hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak

mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk

(26)

19

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Syah

(2004:69), faktor yang mempengaruhi hasil belajar dirumuskan kedalam tiga

kelompok yaitu :

1. Faktor internal siswa yang meliputi aspek fisiologi dan aspek psikologis

( intelegensi, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa).

2. Faktor eksternal siswa yang meliputi lingkungan sosial dan lingkungn non

sosial.

3. Faktor-faktor pendekatan belajar.

Menurut Roesyiatiashy ( dalam Ilyas, 2004:173) juga menyebutkan bahwa

faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah pribadi siswa,

guru, sekolah sesuai instuisi dan faktor-faktor situasional. Dengan

demikian hasil belajar siswa tidak hanya bergantung kepada individu siswa

tersebut, tetapi juga bergantung pada beberapa faktor ekternal yang

mempengaruhi.

C. Kemampuan Afektif

Menurut Muslich (2011:163), kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan

sesuai dengan tuntutan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) mencakup 3 ranah, yaitu kemampuan berpikir, keterampilan

melakukan pekerjaan, dan perilaku. Selanjutnya, Yamin (2010:250) juga

mengemukakan bahwa seorang guru harus menilai kemampuan siswa dalam

tiga aspek, dan tidak hanya terfokus pada tataran kognitif saja. Menurut

Yamin (2010:9) kemampuan afektif yaitu kemampuan yang berkaitan dengan

(27)

objek. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor

dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki

minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang

mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil

pembelajaran yang optimal.

Secara umum aspek sikap/afektif yang perlu dinilai dalam proses

pembelajaran terhadap berbagai mata pelajaran mencakup hal-hal berikut

1. Penilaian sikap terhadap materi pelajaran;

2. Penilaian sikap terhadap guru;

3. Penilaian sikap terhadap proses pembelajaran;

4. Penilaian sikap yang berhubungan dengan nilai atau norma yang

berhubungan dengan suatu materi pelajaran;

5. Penilaian afektif yang berhubungan dengan kompetensi afektif lintas

kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran (Haryati, 2010:62).

Kartwohl & Bloom membagi ranah afektif menjadilima aspek, yaitu:

Penerimaan, Tanggapan, Penilaian, Pengelolaan, dan Penghayatan

(karakterisasi).

1. Penerimaan

Meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah, situasi, gejala,

nilai, dan keyakinan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan

untuk mengukur aspek penerimaan adalah memilih, mengikuti, meminati,

(28)

21

2. Tanggapan

Berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau

merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut

masyarakat. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk

mengukur aspek tanggapan adalah mengajukan, melaporkan,

menampilkan, mendukung, dan sebagainya.

3. Penilaian

Berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus

tertentu. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk

mengukur aspek penilaian adalah meyakini, mengusulkan, menekankan,

meyakinkan, dan sebagainya.

4. Pengelolaan

Meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. Contoh kata

kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek

pengelolaan adalah mempertahankan, mengubah, memadukan, membentuk

pendapat, dan sebagainya.

5. Penghayatan

Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contoh kata kerja

operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penghayatan

adalah mendengarkan, memecahkan, mempengaruhi, dan sebagainya

(29)

Peran strategi dalam pembelajaran afektif dapat membangun nilai-nilai

sebagai berikut :

1. Kejujuran : peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam

berinteraksi dengan orang lain.

2. Integritas : peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya

moral dan artistik.

3. Adil : peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat

perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.

4. Kebebasan : peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis

memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada

semua orang (Fuad, 2012:7).

Kesulitan dalam pembelajaran afektif antara lain :

1. Selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku

cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual. Dengan demikian,

keberhasilan proses pendidikan dan proses pembelajaran disekolah

ditentukan oleh kriteria kemampuan intelektual (kemampuan kognitif).

2. Sulitnya melakukan kontrol karena banyaknya faktor yang dapat

memengaruhi perkembangan sikap seseorang.

3. Keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera.

4. Pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang

menyuguhkan aneka pilihan program acara, berdampak pada

(30)

23

Kata-kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur jenjang

kemampuan dalam ranah afektif.

Tabel 1. Kata kerja ranah afektif

Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati

(31)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di MTs Al-Huda Sidorahayu pada bulan

November 2013

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX semester ganjil

MTs Al-Huda Sidorahayu pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXB sebagai kelas eksperimen

yang berjumlah 20 siswa dan siswa kelas IXA sebagai kelas kontrol yang

berjumlah 21 siswa yang dipilih secara acak dengan teknik purposive

sampling.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (quasi eksperimen)

dengan menggunakan desain pretest-posttest non ekuivalen. Kelas

eksperimen diberi perlakuan dengan pendekatan STM sedangkan kelas

kontrol menggunakan metode ceramah. Hasil pretest-posttest, dan N-gain

(32)

25

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan : I = Kelas eksperimen ( kelas IXB) ; II = Kelas kontrol (kelas IXA) ; O1 = Pretest, O2 = Posttest; X = Perlakuan

pendekatan STM, C = Pendekatan konvensional.

Gambar 3. Desain penelitian (dimodifikasi dari Hadjar, 1999:335)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1.Tahap Prapenelitian.

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :

a) Membuat surat izin penelitian untuk sekolah tempat diadakannya

penelitian

b) Mengadakan observasi ke MTs Al-Huda Sidorahayu untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.

c) Menetapkan sampel penelitian untuk kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

d) Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang

digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok

e) Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK)

f) Membuat lembar observasi yang digunakan sebagai acuan untuk

mengamati aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran Kelas Pretest Perlakuan Posttest

I O1 X O2

(33)

g) Membuat angket tanggapan siswa terhadap pendekatan STM

h) Menentukan kelompok siswa kelas IXB.

2.Tahap Pelaksanaan.

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

STM untuk kelas eksperimen dan menggunakan metode ceramah untuk

kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan.

Pertemuan pertama membahas penerapan bioteknologi dalam mendukung

kelangsungan hidup manusia, pertemuan kedua membahas produksi

pangan yang dihasilkan dari penerapan bioteknologi. Urutan tahap

pelaksanaan di kelas, langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

a. Kelas Eksperimen (pendekatan STM). 1) Kegiatan Pendahuluan

a) Guru memberikan pretest pada pertemuan I berupa soal uraian tentang penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan

hidup manusia melalui produksi pangan.

b) Guru menyajikan tujuan pembelajaran

c)Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa untuk menggali pengetahuan awal siswa dengan cara :

Pertemuan I : “ Pada zaman sekarang ini, bisakah kita hidup tanpa

bantuan teknologi, berikan contoh teknologi yang

(34)

27

Pertemuan II : “ Pernahkah kalian melihat dan memakan buah

semangka tanpa berbiji, mengapa buah semangka

bisa seperti itu ? ”

d) Guru memberikan motivasi mengenai manfaat dari mempelajari materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung

kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan.

2) Kegiatan Inti

a) Guru menjelaskan mekanisme pembelajaran melalui pendekatan

STM

b) Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok

terdiri dari 4-5 orang. Setiap kelompok terdiri atas siswa yang

heterogen berdasarkan nilai akademik dan jenis kelamin siswa

c) Guru membagikan LKK pada setiap kelompok.

d) Guru membimbing siswa untuk memecahkan masalah dan

menjawab pertanyaan LKK yang diberikan oleh guru melalui

diskusi masing-masing kelompok.

e) Siswa mempresentasi hasil diskusi kelompok

f) Guru menanggapi hasil presentasi kelompok

3) Kegiatan Penutup

a) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan/

rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

b) Guru memberikan informasi tentang materi untuk pertemuan yang

(35)

c) Pada pertemuan kedua, guru memberikan posttest berupa soal

uraian tentang materi pokok penerapan bioteknologi dalam

mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan.

b. Kelas Kontrol (pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah ).

1) Kegiatan pendahuluan

a) Guru memberikan pretest pada pertemuan I berupa soal uraian

tentang penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan

hidup manusia melalui produksi pangan.

b) Guru menyajikan tujuan pembelajaran

c) Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa untuk

menggali pengetahuan awal siswa dengan cara :

Pertemuan I : “ Pada zaman sekarang ini, bisakah kita hidup tanpa

bantuan teknologi, berikan contoh teknologi yang

sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari?”

Pertemuan II : “Pernahkah kalian melihat atau memakan buah

semangka tanpa berbiji, mengapa buah semangka

bisa seperti itu?”

d) Guru memberikan motivasi mengenai manfaat dari mempelajari

materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung

(36)

29

2) Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan kepada siswa :

o Pertemuan I:

Penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan

hidup manusia.

o Pertemuan II:

Produksi pangan yang dihasilkan dari penerapan bioteknologi.

2. Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru dan

menanyakan jika ada materi yang belum dipahami ataupun

mengemukakan pendapatnya.

3. Siswa bersama guru menarik kesimpulan dari pembelajaran.

3) Kegiatan penutup

a) Guru bersama siswa menyimpulkan ide-ide penting dari kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan.

b) Guru memberikan informasi tentang materi untuk pertemuan yang

akan datang

c) Pada pertemuan kedua, guru memberikan posttest berupa soal

uraian tentang materi pokok penerapan bioteknologi dalam

(37)

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis pengambilan data

Jenis pengambilan data berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data

kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dan angket.

Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari data penguasaan materi yang

diperoleh dari nilai pretest dan posttest . Rata-rata nilai posttest dua kali

pertemuan dikurang rata-rata nilai pretest kemudian dihitung selisih nilai

antara nilai pretest dengan posttest. Selisih tersebut disebut sebagai N-gain

pada setiap pertemuan menggunakan formula Rulon ( dalam Sudijono,

2006: 215).

2. Teknik Pengambilan Data

a. Pretest dan Posttest

Nilai pretest diambil pada awal pertemuan pertama pada kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol, sedangkan nilai posttest diambil

pada pertemuan kedua, baik pada kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal

uraian. Teknik penskoran nilai pretest dan posttest yaitu :

100

x N R S

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

(38)

31

b. Lembar Observasi Afektif siswa

Data afektif siswa diperoleh dengan menggunakan lembar angket afektif

siswa yang berisi aspek sikap dan minat pada proses pembelajaran.

Setiap siswa diamati pada saat proses pembelajaran dengan cara memberi

tanda (√) pada lembar angket afektif siswa sesuai dengan aspek yang

telah ditentukan.

c. Angket tanggapan siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai

pengguanaan pendekatan STM dalam pembelajaran di kelas. Angket

tanggapan siswa ini memiliki pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju,

tidak setuju dan sangat tidak setuju. Setiap siswa diberi kesempatan

untuk mengisi angket dengan cara memberi tanda (√) pada angket sesuai

dengan tanggapan mereka.

F. Teknik Analisis Data 1) Data Kuantitatif

Data penelitian kuantitatif berupa nilai pretest, posttest, dan skor N-gain.

Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1999: 1)

yaitu :

N-Gain = ̅ posttest – ̅ pretest Skor maks– ̅ pretest

Data penelitian ini yang berupa nilai pretest, posttest, dan N-gain baik

pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dianalisis dengan uji t

menggunakan software SPSS versi 17. Yang selanjutnya dilakukan uji

(39)

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dihitung dengan menggunakan bantuan software

SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2005: 466)

2. Uji Homogenitas Data

Apabila masing-masing data berdistribusi normal maka dilanjutkan

dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan SPSS 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama. H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda.

b. Kriteria Uji

Jika F hitung < F table atau probalitasnya > 0,05 maka Ho diterima Jika F hitung > F table atau probolitasnya < 0,05 maka Ho ditolak ( Sudjana, 2005 : 249 ).

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan 2 rata-rata dan uji

perberdaan 2 rata-rata yang dihitung dengan uji t menggunakan

(40)

33

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

Ho : rata-rata nilai kedua sampel sama H1 : rata-rata nilai kedua sampel berbeda

2) Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Sudjana, 2005: 238).

b. Uji Perbedaan Dua rata-rata 1) Hipotesis

H0 = rata-rata nilai pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.

H1 = rata-rata nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

2) Kriteria Uji :

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Sudjana, 2005: 238).

c. Uji hipotesis dengan uji Mann-Whitney U 1) Hipotesis

H0 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama

2) Kriteria Uji : Ho ditolak jika sig < 0,05

(41)

2) Analisis Data Kualitatif

1. Pengolahan Data Afektif Siswa

Data afektif siswa selama proses pembelajaran berlangsung data ini

diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dalam bentuk

persentase afektif siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengisi lembar afektif siswa.

Tabel 2. Lembar observasi afektif siswa

No. Nama

Aspek yang diamati

A B C D E

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1

2 3 Dst

Kriteria

Catatan : Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai. (Sudjana, 2005 : 69).

Keterangan kriteria penilaian afektif siswa pada pendekatan STM :

Tahap Invitasi

A. Mendengarkan penjelasan dari guru 1. Tidak mendengarkan penjelasan dari guru

2. Mendengarkan penjelasan dari guru, tetapi tidak mau menanggapi

3. Mendengarkan dan menanggapi penjelasan dari guru Cara penilaian : Guru dan observer melihat, mengamati dan mencatat

(42)

35

Tahap Ekplorasi

B.Mengajukan pertanyaan pada guru 1. Tidak mengajukan pertanyaan

2. Mengajukan pertanyaan tetapi tidak mengarah pada permasalahan 3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan

permasalahan.

Cara Penilaian : Guru dan observer melihat dan mencatat semua pertanyaan yang diajukan oleh siswa.

Tahap Solusi

C.Mengusulkan pendapat dalam diskusi

1. Tidak mengusulkan pendapat dalam menjawab pertanyaan (diam saja)

2. Mengusulkan pendapat tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan 3. Mengusulkan pendapat dengan jelas dan benar sesuai dengan

pertanyaan

Cara penilaian : Guru dan observer melihat, mengamati, dan mencatat proses diskusi dalam kelompok seperti menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan menghargai pendapat dalam kelompok.

D.Bekerjasama dalam memecahkan permasalahan pada LKK 1. Tidak bekerjasama dengan anggota kelompoknya dalam

memecahkan permasalahan pada LKK.

2. Kurang bekerjasama dengan anggota kelompoknya dalam memecahkan permasalahan pada LKK.

3. Bekerjasama dengan anggota kelompoknya dalam memecahkan permasalahan pada LKK.

Cara penilain : Guru dan observer melihat, mengamati dan mencatat aktivitas siswa pada saat bekerjasama dengan anggota kelompoknya dalam memecahkan permasalahan pada LKK seperti berdiskusi sesuai dengan permasalahan pada LKK dan kekompakan kelompok dalam memecahkan permasalahan pada LKK.

E.Meyakinkan dalam menjawab

1. Merasa tidak yakin akan jawaban yang diberikan 2. Merasa kurang yakin akan jawaban yang diberikan 3. Merasa yakin akan jawaban yang diberikan

(43)

b. Menghitung rata-rata persentase afektif dengan menggunakan rumus

sebagai :

∑Xi n

Keterangan : X = Rata-rata skor afektif siswa ∑Xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum (9) (Sudjana, 2005 : 69).

c. Menentukan atau menafsirkan kategori indeks afektif siswa sesuai

klasifikasi pada tabel berikut:

Tabel 3. Klasifikasi Indeks Afektif Siswa

Persentase (%) Kriteria

87,50 – 100

75,00 – 87,49

50,00 – 74,99

0 – 49,99

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Dimodifikasi dari Hidayati (2011:17).

2) Pengolahan Data Angket Siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai

pengguanaan pendekatan STM dalam pembelajaran di kelas. Angket ini

berupa 8 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 3 pernyataan

negatif. Pernyataan disajikan sebagai berikut : x 100%

(44)

37

1. Membuat pernyataan angket tanggapan siswa

Tabel 4. Pernyataan angket tanggapan siswa terhadap pendekatan STM

No. Pernyataan-pernyataan S TS

1. Saya senang mempelajari materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan dengan pendekatan STM

2. Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari dan lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan menggunakan pendekatan yang diberikan oleh guru.

3. Saya merasa sulit mengerjakan pertanyaan-pertanyaan di LKK melalui pendekatan yang diberikan oleh guru. 4. Saya merasa lebih bisa menghargai pendapat orang lain

pada saat berdiskusi dengan pendekatan yang diberikan oleh guru.

5. pendekatan yang diberikan kepada saya tidak berpengaruh terhadap penguasaan materi. 6. Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri

dengan pendekatan yang diberikan oleh guru. 7. Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam

proses pembelajaran yang berlangsung.

8. Saya dapat mengarahkan sendiri cara belajar saya dengan pendekatan yang diberikan oleh guru.

2. Membuat skor angket tanggapan siswa

Tabel 5. Skor tipe pernyataan tanggapan siswa terhadap terhadap

(45)

3. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai

S = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002:69).

4. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang

dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan

kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 6. Tabulasi tanggapan siswa terhadap pendekatan STM

No.

(dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 31)

5. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa yang

pembelajarannya menggunakan pendekatan STM.

Tabel 7. Kriteria persentase angket tanggapan siswa terhadap penerapan pendekatan STM.

(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Ada pengaruh yang signifikan dalam penerapan pendekatan STM berpengaruh

secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok penerapan

bioteknologi.

2. Penerapan pendekatan STM berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan

afektif siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan

pendekatan STM pada materi pokok penerapan bioteknologi.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan pendekatan STM dapat digunakan oleh guru

Biologi sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan afektif siswa dan hasil belajar oleh siswa pada

materi pokok Penerapan Bioteknologi.

2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal evaluasi hendaknya

(47)

alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang.

3. Peneliti lain yang akan menerapkan pendekatan STM, hendaknya terlebih

dahulu mengajar materi lain dengan pendekatan tersebut sehingga siswa tidak

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R. 2009. Implementasi Modul Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Tentang Sifat Bahan Penyusun Benda. Skripsi. Universitas islam negeri maulana malik ibrahim. Malang.

Anderson, at all. 2000. A Taxonomy For Learning, Teaching, ans Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman. Newyork.

Arnie, F. 2004. Portofolio Dalam Pembelajaran IPS. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.

Asyari. 2006. Penerapan Pendekatan STM Dalam Pembelajaran Sains di SD. Depdiknas. Direktorat Dikti.

BSNP. 2006. Panduan Umum KTSP. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Chotimah, U. 2010. Pengembangan Intrumen Penilaian Afektif pada Mata Pelajaran PKn Sekolah Menengah Pertama.

http://www.google._Laporan_Penelitian_%28Pengembangan_instrumen_. (02 Juli 2013.12.05 WIB)

Depdiknas. 2003. Pendidikan Menurut Undang-Undang. Depdiknas. Jakarta. (http.www.depdiknas.co.id5 Agustus 2013.10.10 AM)

. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Ditjen Mendikdasmen. 2008. Perangkat Pengembangan Penilaian Afektif. Depdiknas. Jakarta.

http://www.google.Co.id/#hl=id&source=hp&q=perangkat+pengembangan +ranah+afektif &aq=&fp=60903bd3ad1986co (19 Januari 2014.

09.37WIB).

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Gagne, R.M. 1985. The Conditions of Learning and Theory of Instruction. Holt, Rinehart & Winston ebook.

(49)

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Scores. Indiana University. USA. http://physics. Indiana.edu/~sdi/AnalizingChange_Gain.pdf (21 Juni 2013; 09:05 WIB).

Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamid, S. 2008. Sains Teknologi Masyarakat. Makalah Pada Seminar Literasi Sains dan teknologi. Balitbang Depdikbud. Jakarta .

Hasan, F. 2012. Strategi Pembelajaran Afektif Bermutu Karakter.

http://fuadhasansuccen.blogspot.com/2012/01/strategi-pembelajaran-afektif.html.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Haryati, M. 2010. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Gaung Persada Press. Jakarta.

Hertiavi, M. A, H. Langlang, dan S. Khanafiyah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Hidayati, A.N, dkk. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Ilyas. 2004. Peranan Motivasi Mengajar Guru dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Dinamika. Medan.

Krathwohl, D. R. Bloom, B.S, & Masia, B.B. 1973. Taxonomy Of Educational Objective, The Classification Of Educational Goals, Handbook Ii: Affective Domain. longman. New York.

Loranz, D. 2008. TMCC Program and Discipline Report. http://www.gbcnv.edu (3 Juli 2013: 11.37 WIB).

Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Bumi Aksara. Jakarta .

Mutadi, H. 2011. Teknis Analisis Standar Isi Dan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran. Balai Diklat Keagamaan.

Semarang.

(50)

54

Nurohman, S. 2012. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life Skill Peserta Didik. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UNY Yogyakarta.Tidak diterbitkan.

Poedjiadi, A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Prastowo, U. 2012. Dampak Negatif di Bidang Sosial, Pendidikan dan Budaya. http://ukiparner.blogspot.com/2012/03/dampak-negatif-teknologi-di-bidang.html (16 September 13, 04.28 WIB)

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Prayekti. 2002. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 Sekolah Dasar. 039, 773-783. Badan Penelitian dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Reigeluth, C. M. 1983. Intructional Design Theories and Model. New Jersey, Lawrence Erlbaum Associates Publisher. London.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta.

Robert E, Y dan Rustam R. 2000. STS : Most Pervasive and Most Radical of

Reform Appoarches to “ science” Education. The University of Lowa and

Pennsylvania State University.

Rusmansyah & Irhasyuryana. 2003. Implementasi Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Kimia di SMU Negeri Kota Banjarmasin. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 040, 95-109

Rusmansyah. 2000. Prospek Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi- Masyarakat (STM) dalam pembelajaran Kimia di Kalimantan Selatan. http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/40/editorial40.htm (3 Juli 2013, 13.05

WIB)

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.

(51)

Sari, T. P. 2012. Dampak Teknologi Informasi Bagi Dunia Pendidikan.

http://tikapranandasari.blogspot.com/2012/01/dampak-teknologi-informasi-bagi-dunia.html (17 September 2013, 09.30).

Srini M, I. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Depdikbud. Jakarta

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung .

_____ . 2005. Metode Penelitian. Bandung: Tarsito 508 hlm.

Sudijono, A. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sujanem, Rai. 2005. Implementasi Pendekatan STM Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sians dan Teknologi siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja.

Suprihatiningrum, J. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta.

Syah, M. 2004. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

. . 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.

. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

Trowbridge L, and Byee, R. 1990. Becoming a Secondary School Science Teacher. ( 4th ed. Ohio : Merrill Publishing Company).

Uno, H. B. 2006. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang kreatif dan Efektif. Bumi Aksara. Jakarta.

Yamin, M. 2010. Kiat Membelajarkan Siswa. Gaung Persada Press. Jakarta.

Gambar

Gambar di atas menunjukkan bahwa sains, teknologi, dan masyarakat sangat
Tabel 1. Kata kerja ranah afektif
Tabel  5. Skor tipe pernyataan tanggapan siswa terhadap terhadap
Tabel 6. Tabulasi tanggapan siswa terhadap pendekatan STM

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu daerah adalah: 1. Lama penyinaran matahari. Sudut datang sinar matahari. Relief permukaan bumi. Banyak

Dalam sesi ini mahasiswa diberikan kesempatan bertanya mengenai materi yang telah diterima dan kasus-kasus yang telah dijumpai selama awal Modul Ilmu Bedah.. Buku Panduan

Hal yang sering dilakukan mahasiswa dengan sistem barter ini terhadap teman dekat (sahabat) dan pacar. Sistem ini hanya mengandalkan sebuah kepercayaan yang penuh

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang diberikan karyawan PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Bumi Serpong Damai, yaitu untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan

(1) Tanggal pembentukan Dana Pensiun dan nama Dana Pensiun yang secara jelas menunjukkan nama Bank atau Perusahaan Asuransi Jiwa yang menjadi Pendiri, (2) Pembentukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Terdapat pengaruh langsung positif pengetahuan gizi terhadap status gizi anak usia dini , (2) Terdapat pengaruh

Produk Tabungan Seulanga juga menggunakan akad Mudharabah mutlaqah yang berarti pihak bank diberi kuasa penuh untuk menjalankan usahanya tanpa batas selama memenuhi

Angkasa Pura 1 (Persero) selaku pengelola dengan memberikan fasilitas-fasilitas penunjang kenyamanan serta memperketat dan mempercepat proses pemeriksaan, baik