Lia Andriyani
ii
ABSTRAK
PENGARUH PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT ( STM) TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN
AFEKTIF OLEH SISWA PADA MATERI POKOK PENERAPAN BIOTEKNOLOGI
(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas IX Semester Ganjil MTs Al-Huda Sidorahayu Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh LIA ANDRIYANI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan STM terhadap
hasil belajar dan kemampuan afektif siswa.
Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes
non-equivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas IXA dan IXB yang dipilih dari
populasi secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif
dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar oleh siswa yang diperoleh dari
rata-rata nilai pretes, postest dan N-gain yang dianalisis secara statistik
menggunakan uji U dengan taraf 5%. Data kualitatif berupa kemampuan afektif
siswa dan angket tanggapan siswa terhadap pendekatan STM yang dianalisis
secara deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan afektif siswa rata-rata
berkriteria baik (80%). Pada aspek bekerjasama dalam mengerjakan LKK ( 87%);
iii
Hasil belajar juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai pretes ( 12,5);
postest (63,44); N-gain (74,42). Peningkatan hasil belajar juga terjadi pada
indikator aspek kognitif (C4) dengan rata-rata N-gain (48,10). Selain itu, semua
siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan pendekatan STM.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan STM berpengaruh
terhadap peningkatan hasil belajar dan kemampuan afektif siswa.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
F. Kerangka Pikir. ... 6
G. Hipotesis. ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Sains Teknologi Masyarakat (STM) ... 9
B. Hasil Belajar ... 16
C. Kemampuan Afektif ... 19
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
B. Populasi dan Sampel ... 24
C. Desain Penelitian ... 24
D. Prosedur penelitian ... 25
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 30
F. Teknik Analisis Data ... 31
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39
B. Pembahasan ... 44
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50
B. Saran ... 50
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang semakin maju mengakibatkan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan itu terjadi
bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan
menit atau detik, terutama berkaitan dengan teknologi informasi dan
komunikasi yang ditunjang dengan teknologi elektronika seperti televisi,
handphone, play station, laptop dengan jaringan internet, dan lain-lain
(Prastowo, 2012:1). Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat saat ini banyak mempengaruhi kehidupan
manusia sehingga dapat berdampak positif yaitu meningkatkan kualitas hidup
dan mempermudah pekerjaan manusia. Dampak negatifnya yaitu dapat
menimbulkan perubahan nilai, norma, aturan, atau moral kehidupan yang
dianut masyarakat (Sari, 2012:5). Maka dari itu diperlukan manusia yang
mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di
masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi khususnya di dalam dunia pendidikan (BSNP, 2006: iv).
Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar
demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya
yangmmemungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam
kehidupan masyarakat (Hamalik, 2004:79). Menurut Undang-undang nomor
20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara (Depdiknas, 2003:3). Disekolah pendidikan dilaksanakan melalui
kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan salah satunya tergantung pada proses belajar yang dialami siswa
selama pembelajaran berlangsung (Mulyasa, 2008:222). Proses pembelajaran
yang baika dalah melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri
suatu penguasaan materi. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilisator dan
moderator dalam proses pembelajaran tersebut (Trianto, 2012:112).
Untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan tentunya harus didukung dengan instrumen penilaian yang
sesuai dengan karakteristik tujuan termasuk standar kompetensi maupun
kompetensi dasar berkala dan berkesinambungan. Selain itu bukan hanya
menilai secara parsial, melainkan secara menyeluruh yang meliputi proses
dan hasil belajar yang mencakup wawasan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sosial yang dicapai siswa, hasil penilain dapat menggambarkan
kemampuan atau prestasi belajar peserta didik secara menyeluruh dan
3
Namun pada kenyataannya, dari hasil wawancara dengan guru IPA kelas IX
MTs Al-Huda Sidorahayu diketahui bahwa selama ini guru lebih
menekankan pada penilaian aspek penguasaan pengetahuan (aspek kognitif)
dengan cara mengingat/menghafal sejumlah konsep saja dan untuk
kemampuan afektif siswa dalam proses pembelajaran belum di ukur dengan
menggunakan alat penilaian yang benar, sedangkan kemampuan afektif
secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Keadaan ini dapat terjadi karena kurang tepatnya guru dalam menggunakan
pendekatan sehingga mengakibatkan proses pembelajaran menjadi kurang
efektif, serta siswa kurang dapat mengungkapkan potensi yang mereka miliki.
Salah satu pendekatan yang diduga dapat meningkatkan kemampuan afektif
dan hasil belajar siswa adalah pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM).
STM merupakan suatu pendekatan yang melibatkan interaksi antara individu
dengan lingkungan sosialnya dengan menyajikan masalah-masalah dari dunia
nyata yang mencakup seluruh aspek pendidikan, sehingga siswa dapat
mengimplementasikan produk sains kedalam bentuk teknologi serta
memanfaatkannya demi kepentingan masyarakat (Suprihatiningrum,
2013:175). Pendapat di atas diperkuat oleh penelitian sebelumnya pada
penelitian (Sujanem, 2005:15) menyatakan bahwa penerapan pendekatan
STM dapat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal yang
sama juga diungkapkan oleh (Adawiyah, 2009:164) yang memperoleh
kesimpulan bahwa penerapkan pendekatan STM dapat meningkatkan
Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian di
MTs Al-Huda Sidorahayu semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan
menggunakan pendekatan STM terhadap kemampuan afektif dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada materi pokok penerapan
bioteknologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Adakah pengaruh yang signifikan pada pendekatan STM terhadap hasil
belajar oleh siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi dalam
mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan?
2. Bagaimanakah pengaruh pendekatan STM terhadap peningkatan
kemampuan afektif siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi
dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi
pangan?
3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pendekatan STM pada materi
pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup
manusia melalui produksi pangan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian
5
1. Pengaruh yang signifikan pada pendekatan STM terhadap hasil belajar
siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung
kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan.
2. Pengaruh pendekatan STM terhadap peningkatan kemampuan afektif
siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung
kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan.
3. Tanggapan siswa terhadap pendekatan STM pada materi pokok penerapan
bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui
produksi pangan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Peneliti, yaitu memberikan pengetahuan dan pengalaman mengajar
sebagai calon guru biologi dalam menggunakan pendekatan STM dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok penerapan
bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui
produksi pangan.
2. Guru, yaitu dapat memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan
model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung
kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan.
3. Siswa, yaitu dapat memberikan pengalaman belajar berbeda yang dapat
menumbuhkan sikap positif pada siswa dan dapat meningkatkan hasil
4. Sekolah, yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan
mutu pembelajaran IPA di sekolah melalui kemampuan afektif siswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalah pahaman maka ruang lingkup penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan STM ini adalah jenis pembelajaran dengan langkah-langkah
sebagai berikut : Invasi, eksplorasi, solusi dan aplikasi
(Trianto, 2009:82-83).
2. Kemampuan afektif yang diukur dalam penelitian ini meliputi :
a) Menerima, yang diamati adalah minat siswa dalam belajar
b) Menanggapi, yang diamati, kemampuan bertanya, dan menyetujui
jawaban teman .
c) Menilai, yang diamati, mengusulkan pendapat dalam diskusi, dan
meyakinkan dalam menjawab.
d) Menghayati, yang diamati, mendengarkan pertanyaan teman.
3. Hasil belajar yang diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-Gain pada
materi pokok penerapan bioteknologi.
4. Materi pokok dalam penelitian ini adalah adalah penerapan bioteknologi
dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan
dengan Kompetensi Dasar (KD 2.4) yaitu “ Mendeskripsikan penerapan
bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui
produksi pangan”.
5. Subyek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas
7
F. Kerangka Pikir
Pendekatan STM merupakan pendekatan yang menekankan pada konsep dan
peranan sains serta teknologi dalam kehidupan masyarakat. Pendekatan ini
melibatkan siswa dalam aktivitas mengidentifikasi, menganalisis, dan
menemukan solusi isu atau masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu pendekatan STM juga mendorong siswa untuk
menerapkan konsep dasar sains dan teknologi dalam situasi kehidupan nyata,
serta memberdayakan siswa sebagai warga negara yang dapat mengambil
keputusan dan tindakan, melakukan perubahan, serta bertanggung jawab
dalam dunia kehidupan nyata sekarang maupun pada masa yang akan datang.
Proses pembelajaran dengan pendekatan STM dilakukan dengan jalan
invitasi, dapat membentuk sikap afektif siswa untuk aktif bertanya dan
mengusulkan pendapat. Eksplorasi, melatih siswa dalam meningkatkan minat
untuk belajar. Solusi, melatih siswa dalam mengusulkan pendapat,
menyetujui jawaban teman dan meyakinkan dalam menjawab hasil diskusi
kelompok. Sehingga pendekatan STM ini dapat memberikan situasi belajar
lebih aktif, kreatif, bersemangat, menumbuhkan sifat obyektif, percaya pada
diri sendiri, berani serta bertanggung jawab dalam menghadapi/ mengatasi
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat
dimana variabel bebasnya adalah penerapan pendekatan STM sedangkan
variabel terikatnya adalah kemampuan afektif dan hasil belajar siswa.
Gambar 1.Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
Keterangan:
X = Pendekatan STM Y1 = Hasil belajar
Y2 = Kemampuan afektif
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ho : Penerapan pendekatan STM tidakberpengaruh signifikan terhadap
hasil belajar siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi
dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi
pangan kelas IX MTs Al-Huda Sidorahayu tahun pelajaran
2013/2014.
H1 : Penerapan pendekatan STMberpengaruh signifikan terhadap hasil
belajar siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi dalam
mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan
kelas IX MTs Al-Huda Sidorahayu tahun pelajaran 2013/2014.
2. Pendekatan STMdapat berpengaruh terhadap kemampuan afektif siswa
pada materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung
kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan kelas IX MTs
Al-Huda Sidorahayu tahun pelajaran 2013/2014. Y1
X
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Sains-Teknologi-Masyarakat (STM)
Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris “science technology society (STS)”, yaitu, suatu usaha untuk
menyajikan IPA dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata.
STM dalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan, yaitu
tujuan, topik/masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi
dan persiapan/kinerja guru (Iskandar, 1997:17). Sedangkan STM yang
dikemukakan oleh Penn (dalam Nurohman, 2012:9) merupakan
”an interdisciplinary approach which reflects the widespread realization that
in order to meet the increasing demands of a technical society, education
must integrate across disciplines” dengan demikian, pembelajaran dengan
pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan
berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang
terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa
pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat
dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan
tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di
Trowbridge dan Byee (1990:53), juga mengemukakan bahwa hubungan
antara sains dan teknologi dengan tujuan sebagai berikut. Sains diawali
dengan pertanyaan tentang gejala alam semesta dan teknologi diawali dari
masalah tentang adaptasi manusia dengan lingkungannya. Pertanyaan dalam
sains akan terjawab dengan penggunaan teknologi yang ada sehingga
menghasilkan penjelasan fenomena-fenomena alam, sebaliknya, persoalan
pada teknologi juga akan terpecahkan dengan metode inkuiri dan dibantu
dengan teknologi yang ada, jadi dalam sains manusia berusaha memahami
lingkungan dan dalam teknologi manusia berusaha mengontrolnya.
Pendidikan sains dengan menggunakan pendekatan STM adalah suatu bentuk
pengajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep
sains saja tetapi juga menekankan pada peran sains dan teknologi di dalam
berbagai kehidupan masyarakat dan menumbuhkan rasa tanggung jawab
sosial terhadap dampak sains dan teknologi yang terjadi di masyarakat
(Prayekti, 2002: 777).
Tiga landasan penting dari pendekatan STM, yaitu adanya keterkaitan yang
erat antara sains, teknologi, dan masyarakat, proses belajar mengajar,
pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa
pelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi
dengan lingkungan, yang terdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah
proses sains, ranah aktivitas, dan ranah hubungan dan aplikasi (Hidayat dalam
11
Pembelajaran dengan pendekatan STM mengembangkan materi dalam
lingkup yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Hubungan antara ilmu pengetahuan, Teknologi dan masyarakat
Gambar di atas menunjukkan bahwa sains, teknologi, dan masyarakat sangat
erat hubungannya. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial (masyarakat),
lingkungan alam (dipelajari dengan sains), dan lingkungan buatan
(teknologi). Teknologi ini diciptakan oleh manusia untuk memenuhi
kebutukan hidupnya. Teknologi dan sains saling melengkapi sebab sains
merupakan pengetahuan yang sistematis tentang alam sedangkan teknologi
merupakan metode sistematis yang dilakukan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya (Robert dan Rustam, 2000:9).
Menurut Rusymansyah (2000: 3), tujuan pendekatan STM secara umum
antara lain adalah :
1) Peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik
pembelajaran di dalam kelas
2) Peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan/ perspektif untuk
mensikapi berbagai isu/ situasi yang berkembang di masyarakat
berdasarkan pandangan ilmiah SAINS
3) Peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang
memiliki tanggung jawab sosial.
Menurut Yager (dalam Arnie, 2004:14) program STM pada umumnya
memiliki karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan
dampak.
2. Penggunaan sumber daya setempat untuk mencari informasi yang dapat
digunakan dalam memecahkan masalah.
3. Ke ikut sertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
5. Suatu pandangan bahwa isi dari sains bukan hanya konsep-konsep saja
yang harus dikuasai siswa dalam tes.
6. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan
teknologi.
7. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia
mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentifikasi.
13
Sedangkan tahapan dalam pendekatan STM menurut Asyari (2006:12 ) yaitu,
a. Tahap invitasi:
Pada tahap ini guru merangsang peserta didik mengingat atau
menampilkan kejadian-kejadian yang ditemui di masyarakat baik melalui
media cetak maupun media elektronik yang dapat merangsang siswa untuk
bisa ikut mengatasinya.
b. Tahap eksplorasi:
Pada tahap ini siswa melalui aksi dan reaksinya sendiri berusaha untuk
mencari jawaban sementara yang telah dibuat dengan mencari data dari
berbagai sumber informasi (buku, koran, majalah, lingkungan, nara
sumber, instansi terkait, atau melakukan percobaan) hasil yang diperoleh
peserta didik hendaknya berupa hasil analisis dari data yang diperoleh.
c. Tahap penjelasan dan solusi:
Pada tahap ini peserta didik diajak untuk mengkomunikasikan gagasan
yang diperoleh dari analisis informasi yang didapat, menyusun suatu
konsep baru, meninjau dan mendiskusikan solusi yang diperoleh. Sehingga
untuk memantapkan konsep yang diperoleh siswa tersebut guru perlu
memberikan umpan balik/peneguhan.
d. Tahap penentuan tindakan:
Pada tahap ini siswa diajak untuk membuat suatu keputusan dengan
mempertimbangkan penguasaan konsep sains dan keterampilan yang
dimiliki untuk berbagai gagasan dengan lingkungan, atau dalam
Pengambilan tindakan ini diantaranya dapat berupa kegiatan pengambilan
keputusan, penerapan pengetahuan, membagi informasi, dan gagasan.
Menurut Hamid (2008:4), nilai positif yang merupakan sasaran utama
pendekatan STM antara lain adalah :
1. Melalui pendekatan STM membuat pengajaran sains lebih bermakna
karena langsung berkaitan dengan permasalahan yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari dan membuka wawasan siswa tentang peranan sains
dalam kehidupan nyata.
2. STM dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan
konsep, keterampilan proses, kreativitas dan sikap menghargai produk
teknologi serta tanggung jawab atas masalah yang timbul di lingkungan.
3. Pendekatan STM yang berorientasi pada “hand on activities” membuat
siswa dapat menikmati kegiatan-kegiatan sains dengan perolehan
pengetahuan yang tidak mudah terlupakan dengan demikian dapat juga
digunakan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran sains.
4. STM dapat memperluas wawasan siswa tentang keterkaitan sains dengan
bidang studi lain. Hal ini dapat terwujud karena dalam memecahkan
permasalahan alam di lingkungan, siswa tidak hanya mempelajari bidang
sains saja melainkan perlu berbagai bidang studi yang lain misalnya IPS,
matematika dan lain lain. Dengan demikian mereka akan menyadari
perlunya pemahaman ilmu secara holistik/menyeluruh sehingga terhindar
dari sikap skeptis atau pandangan yang sempit.
5. Lewat pendekatan STM dapat pula dikembangkan pembelajaran terpadu
15
Poedjiadi (2005:174) menjelaskan tentang hasil penelitian
National Science Taecher Association (NSTA) tahun 1985-1986 di Iowa
Amerika terhadap pelaksanaan program-program STM ditemukan adanya
perbedaan antara peserta didik yang mengikuti program STM dan yang tidak,
antara lain di bawah ini :
Cara Biasa STM
Kaitan Dan Aplikasi Bahan Pelajaran Peserta didik tidak melihat nilai atau manfaat yang mereka pelajari.
Peserta didik tidak dapat menghubungkan sains yang dipelajari dengan teknologi masa kini.
Peserta didik dapat menghubungkan yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari hari.
Peserta didik memperhatikan
perkembangan teknologi dan melalui fakta tersebut malihat manfaat dan relevansi konsep sains dengan teknologi. Kreativitas
Peserta didik kurang memiliki kemampuan bertanya.
Peserta didik tidak efektif dalam
mengidentifikasi sebab-akibat dari situasi tertentu
Peserta didik lebih banyak bertanya, dan seringkali memberikan pertanyaan yang di luar dugaan guru.
Peserta didik terampil dalam
mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan efek hasil observasi dan kegiatan tertentu.
Sikap
Peserta didik hanya memiliki sedikit ide-ide. Minat peserta didik terhadap sains menurun dengan menaiknya tingkat.
Sains menurunkan rasa ingin tahu. Guru dianggap sebagai pemberi informasi. Peserta didik melihat sains untuk dipelajari
Peserta didik terus menerus memiliki ide. Minat peserta didik bertambah dari tingkat ke tingkat.
Peserta didik ingin tahu tentang dunia fisik. Guru dianggap sebagai fasilitator.
Peserta didik melihat sains sebagai alat untuk menyelesaikan masalah. Proses
Peserta didik melihat proses sains sebagai keterampilan yang dimiliki ilmuwan.
Peserta didik melihat proses sains sebagai sesuatu untuk dipraktekkan karena merupakan syarat.
Peserta didik melihat proses sains sebagai ketrampilan yang dapat mereka gunakan.
Peserta didik melihat proses sains sebagai keterampilan yang perlu dikembangkan untuk kebutuhan mereka sendiri. Pengetahuan/konsep
Pengetahuan diperlukan untuk melaksanakan test.
Pengetahuan hanya dipandang sebagai hasil belajar.
Retensi berlangsung singkat.
Peserta didik melihat pengetahuan sains sebagai sesuatu yang diperlukan.
Pengetahuan dipandang sebagai bekal untuk menyelesaikan masalah.
B. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses
belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002:3). Sedangkan hasil belajar menurut
(Reigeluth, 1983:37) dapat digunakan sebagai pengaruh yang memberikan
suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang
berbeda. Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses
belajar. Hasil belajar pada sasarannya dikelompokkan dalam dua kelompok
yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dibedakan menjadi empat
macam, yaitu pengetahuan tentang fakta, prosedur, pengetahuan konsep, dan
keterampilan untuk berinteraksi (Sardiman, 2009:35).
Berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh hasil
belajar. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang
disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses
pembelajaran antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa diperoleh siswa
setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal, keterampilan intelek,
keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Kelima hasil belajar tersebut
merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:
1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi
17
2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak,
konsep konkret dan definisi, dan prinsip.
3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut (Gagne, 1979:51).
Menurut Uno (2006:35), tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah
satu kawasan dari taksonomi pembelajaran. Krathwohl, Bloom, dan Masia
(1973:38) memilah taksonomi pembalajaran dalam tiga kategori yaitu :
1. Ranah kognitif, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan
berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan
komprehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif.
Aspek kognitif membahas tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan
proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat
yang lebih tinggi yaitu evaluasi.
2. Ranah afektif, kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat,
dan apresiasi. Adapun tingkat afektif dari yang paling sederhana ke yang
kompleks, yaitu kemauan menerima, menanggapi, berkeyakinan,
3. Ranah psikomotorik, mencakup tujuan yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. Adapun tingkatan
dari psikomotorik dari yang paling sederhana sampai yang kompleks, yaitu
persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respon
terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi.
Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil
belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok,
ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan
tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada
akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran
yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah
diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil
belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas.
Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal
ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar
tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru,
hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak
mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk
19
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Syah
(2004:69), faktor yang mempengaruhi hasil belajar dirumuskan kedalam tiga
kelompok yaitu :
1. Faktor internal siswa yang meliputi aspek fisiologi dan aspek psikologis
( intelegensi, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa).
2. Faktor eksternal siswa yang meliputi lingkungan sosial dan lingkungn non
sosial.
3. Faktor-faktor pendekatan belajar.
Menurut Roesyiatiashy ( dalam Ilyas, 2004:173) juga menyebutkan bahwa
faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah pribadi siswa,
guru, sekolah sesuai instuisi dan faktor-faktor situasional. Dengan
demikian hasil belajar siswa tidak hanya bergantung kepada individu siswa
tersebut, tetapi juga bergantung pada beberapa faktor ekternal yang
mempengaruhi.
C. Kemampuan Afektif
Menurut Muslich (2011:163), kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan
sesuai dengan tuntutan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) mencakup 3 ranah, yaitu kemampuan berpikir, keterampilan
melakukan pekerjaan, dan perilaku. Selanjutnya, Yamin (2010:250) juga
mengemukakan bahwa seorang guru harus menilai kemampuan siswa dalam
tiga aspek, dan tidak hanya terfokus pada tataran kognitif saja. Menurut
Yamin (2010:9) kemampuan afektif yaitu kemampuan yang berkaitan dengan
objek. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor
dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki
minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang
mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil
pembelajaran yang optimal.
Secara umum aspek sikap/afektif yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran terhadap berbagai mata pelajaran mencakup hal-hal berikut
1. Penilaian sikap terhadap materi pelajaran;
2. Penilaian sikap terhadap guru;
3. Penilaian sikap terhadap proses pembelajaran;
4. Penilaian sikap yang berhubungan dengan nilai atau norma yang
berhubungan dengan suatu materi pelajaran;
5. Penilaian afektif yang berhubungan dengan kompetensi afektif lintas
kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran (Haryati, 2010:62).
Kartwohl & Bloom membagi ranah afektif menjadilima aspek, yaitu:
Penerimaan, Tanggapan, Penilaian, Pengelolaan, dan Penghayatan
(karakterisasi).
1. Penerimaan
Meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah, situasi, gejala,
nilai, dan keyakinan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan
untuk mengukur aspek penerimaan adalah memilih, mengikuti, meminati,
21
2. Tanggapan
Berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau
merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut
masyarakat. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk
mengukur aspek tanggapan adalah mengajukan, melaporkan,
menampilkan, mendukung, dan sebagainya.
3. Penilaian
Berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus
tertentu. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk
mengukur aspek penilaian adalah meyakini, mengusulkan, menekankan,
meyakinkan, dan sebagainya.
4. Pengelolaan
Meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. Contoh kata
kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek
pengelolaan adalah mempertahankan, mengubah, memadukan, membentuk
pendapat, dan sebagainya.
5. Penghayatan
Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contoh kata kerja
operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penghayatan
adalah mendengarkan, memecahkan, mempengaruhi, dan sebagainya
Peran strategi dalam pembelajaran afektif dapat membangun nilai-nilai
sebagai berikut :
1. Kejujuran : peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam
berinteraksi dengan orang lain.
2. Integritas : peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya
moral dan artistik.
3. Adil : peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat
perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
4. Kebebasan : peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis
memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada
semua orang (Fuad, 2012:7).
Kesulitan dalam pembelajaran afektif antara lain :
1. Selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku
cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual. Dengan demikian,
keberhasilan proses pendidikan dan proses pembelajaran disekolah
ditentukan oleh kriteria kemampuan intelektual (kemampuan kognitif).
2. Sulitnya melakukan kontrol karena banyaknya faktor yang dapat
memengaruhi perkembangan sikap seseorang.
3. Keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera.
4. Pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang
menyuguhkan aneka pilihan program acara, berdampak pada
23
Kata-kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur jenjang
kemampuan dalam ranah afektif.
Tabel 1. Kata kerja ranah afektif
Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di MTs Al-Huda Sidorahayu pada bulan
November 2013
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX semester ganjil
MTs Al-Huda Sidorahayu pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXB sebagai kelas eksperimen
yang berjumlah 20 siswa dan siswa kelas IXA sebagai kelas kontrol yang
berjumlah 21 siswa yang dipilih secara acak dengan teknik purposive
sampling.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (quasi eksperimen)
dengan menggunakan desain pretest-posttest non ekuivalen. Kelas
eksperimen diberi perlakuan dengan pendekatan STM sedangkan kelas
kontrol menggunakan metode ceramah. Hasil pretest-posttest, dan N-gain
25
Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut :
Keterangan : I = Kelas eksperimen ( kelas IXB) ; II = Kelas kontrol (kelas IXA) ; O1 = Pretest, O2 = Posttest; X = Perlakuan
pendekatan STM, C = Pendekatan konvensional.
Gambar 3. Desain penelitian (dimodifikasi dari Hadjar, 1999:335)
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1.Tahap Prapenelitian.
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :
a) Membuat surat izin penelitian untuk sekolah tempat diadakannya
penelitian
b) Mengadakan observasi ke MTs Al-Huda Sidorahayu untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.
c) Menetapkan sampel penelitian untuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
d) Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok
e) Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK)
f) Membuat lembar observasi yang digunakan sebagai acuan untuk
mengamati aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran Kelas Pretest Perlakuan Posttest
I O1 X O2
g) Membuat angket tanggapan siswa terhadap pendekatan STM
h) Menentukan kelompok siswa kelas IXB.
2.Tahap Pelaksanaan.
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
STM untuk kelas eksperimen dan menggunakan metode ceramah untuk
kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan.
Pertemuan pertama membahas penerapan bioteknologi dalam mendukung
kelangsungan hidup manusia, pertemuan kedua membahas produksi
pangan yang dihasilkan dari penerapan bioteknologi. Urutan tahap
pelaksanaan di kelas, langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
a. Kelas Eksperimen (pendekatan STM). 1) Kegiatan Pendahuluan
a) Guru memberikan pretest pada pertemuan I berupa soal uraian tentang penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan
hidup manusia melalui produksi pangan.
b) Guru menyajikan tujuan pembelajaran
c)Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa untuk menggali pengetahuan awal siswa dengan cara :
Pertemuan I : “ Pada zaman sekarang ini, bisakah kita hidup tanpa
bantuan teknologi, berikan contoh teknologi yang
27
Pertemuan II : “ Pernahkah kalian melihat dan memakan buah
semangka tanpa berbiji, mengapa buah semangka
bisa seperti itu ? ”
d) Guru memberikan motivasi mengenai manfaat dari mempelajari materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung
kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan.
2) Kegiatan Inti
a) Guru menjelaskan mekanisme pembelajaran melalui pendekatan
STM
b) Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 4-5 orang. Setiap kelompok terdiri atas siswa yang
heterogen berdasarkan nilai akademik dan jenis kelamin siswa
c) Guru membagikan LKK pada setiap kelompok.
d) Guru membimbing siswa untuk memecahkan masalah dan
menjawab pertanyaan LKK yang diberikan oleh guru melalui
diskusi masing-masing kelompok.
e) Siswa mempresentasi hasil diskusi kelompok
f) Guru menanggapi hasil presentasi kelompok
3) Kegiatan Penutup
a) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan/
rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
b) Guru memberikan informasi tentang materi untuk pertemuan yang
c) Pada pertemuan kedua, guru memberikan posttest berupa soal
uraian tentang materi pokok penerapan bioteknologi dalam
mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan.
b. Kelas Kontrol (pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah ).
1) Kegiatan pendahuluan
a) Guru memberikan pretest pada pertemuan I berupa soal uraian
tentang penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan
hidup manusia melalui produksi pangan.
b) Guru menyajikan tujuan pembelajaran
c) Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa untuk
menggali pengetahuan awal siswa dengan cara :
Pertemuan I : “ Pada zaman sekarang ini, bisakah kita hidup tanpa
bantuan teknologi, berikan contoh teknologi yang
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari?”
Pertemuan II : “Pernahkah kalian melihat atau memakan buah
semangka tanpa berbiji, mengapa buah semangka
bisa seperti itu?”
d) Guru memberikan motivasi mengenai manfaat dari mempelajari
materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung
29
2) Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan kepada siswa :
o Pertemuan I:
Penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan
hidup manusia.
o Pertemuan II:
Produksi pangan yang dihasilkan dari penerapan bioteknologi.
2. Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru dan
menanyakan jika ada materi yang belum dipahami ataupun
mengemukakan pendapatnya.
3. Siswa bersama guru menarik kesimpulan dari pembelajaran.
3) Kegiatan penutup
a) Guru bersama siswa menyimpulkan ide-ide penting dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
b) Guru memberikan informasi tentang materi untuk pertemuan yang
akan datang
c) Pada pertemuan kedua, guru memberikan posttest berupa soal
uraian tentang materi pokok penerapan bioteknologi dalam
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis pengambilan data
Jenis pengambilan data berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dan angket.
Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari data penguasaan materi yang
diperoleh dari nilai pretest dan posttest . Rata-rata nilai posttest dua kali
pertemuan dikurang rata-rata nilai pretest kemudian dihitung selisih nilai
antara nilai pretest dengan posttest. Selisih tersebut disebut sebagai N-gain
pada setiap pertemuan menggunakan formula Rulon ( dalam Sudijono,
2006: 215).
2. Teknik Pengambilan Data
a. Pretest dan Posttest
Nilai pretest diambil pada awal pertemuan pertama pada kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol, sedangkan nilai posttest diambil
pada pertemuan kedua, baik pada kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal
uraian. Teknik penskoran nilai pretest dan posttest yaitu :
100
x N R S
Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut
31
b. Lembar Observasi Afektif siswa
Data afektif siswa diperoleh dengan menggunakan lembar angket afektif
siswa yang berisi aspek sikap dan minat pada proses pembelajaran.
Setiap siswa diamati pada saat proses pembelajaran dengan cara memberi
tanda (√) pada lembar angket afektif siswa sesuai dengan aspek yang
telah ditentukan.
c. Angket tanggapan siswa
Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai
pengguanaan pendekatan STM dalam pembelajaran di kelas. Angket
tanggapan siswa ini memiliki pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju,
tidak setuju dan sangat tidak setuju. Setiap siswa diberi kesempatan
untuk mengisi angket dengan cara memberi tanda (√) pada angket sesuai
dengan tanggapan mereka.
F. Teknik Analisis Data 1) Data Kuantitatif
Data penelitian kuantitatif berupa nilai pretest, posttest, dan skor N-gain.
Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1999: 1)
yaitu :
N-Gain = ̅ posttest – ̅ pretest Skor maks– ̅ pretest
Data penelitian ini yang berupa nilai pretest, posttest, dan N-gain baik
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dianalisis dengan uji t
menggunakan software SPSS versi 17. Yang selanjutnya dilakukan uji
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dihitung dengan menggunakan bantuan software
SPSS versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2005: 466)
2. Uji Homogenitas Data
Apabila masing-masing data berdistribusi normal maka dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan SPSS 17.
a. Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama. H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda.
b. Kriteria Uji
Jika F hitung < F table atau probalitasnya > 0,05 maka Ho diterima Jika F hitung > F table atau probolitasnya < 0,05 maka Ho ditolak ( Sudjana, 2005 : 249 ).
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan 2 rata-rata dan uji
perberdaan 2 rata-rata yang dihitung dengan uji t menggunakan
33
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis
Ho : rata-rata nilai kedua sampel sama H1 : rata-rata nilai kedua sampel berbeda
2) Kriteria Uji
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Sudjana, 2005: 238).
b. Uji Perbedaan Dua rata-rata 1) Hipotesis
H0 = rata-rata nilai pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.
H1 = rata-rata nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
2) Kriteria Uji :
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Sudjana, 2005: 238).
c. Uji hipotesis dengan uji Mann-Whitney U 1) Hipotesis
H0 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama
2) Kriteria Uji : Ho ditolak jika sig < 0,05
2) Analisis Data Kualitatif
1. Pengolahan Data Afektif Siswa
Data afektif siswa selama proses pembelajaran berlangsung data ini
diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dalam bentuk
persentase afektif siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengisi lembar afektif siswa.
Tabel 2. Lembar observasi afektif siswa
No. Nama
Aspek yang diamati
A B C D E
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1
2 3 Dst
Kriteria
Catatan : Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai. (Sudjana, 2005 : 69).
Keterangan kriteria penilaian afektif siswa pada pendekatan STM :
Tahap Invitasi
A. Mendengarkan penjelasan dari guru 1. Tidak mendengarkan penjelasan dari guru
2. Mendengarkan penjelasan dari guru, tetapi tidak mau menanggapi
3. Mendengarkan dan menanggapi penjelasan dari guru Cara penilaian : Guru dan observer melihat, mengamati dan mencatat
35
Tahap Ekplorasi
B.Mengajukan pertanyaan pada guru 1. Tidak mengajukan pertanyaan
2. Mengajukan pertanyaan tetapi tidak mengarah pada permasalahan 3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan
permasalahan.
Cara Penilaian : Guru dan observer melihat dan mencatat semua pertanyaan yang diajukan oleh siswa.
Tahap Solusi
C.Mengusulkan pendapat dalam diskusi
1. Tidak mengusulkan pendapat dalam menjawab pertanyaan (diam saja)
2. Mengusulkan pendapat tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan 3. Mengusulkan pendapat dengan jelas dan benar sesuai dengan
pertanyaan
Cara penilaian : Guru dan observer melihat, mengamati, dan mencatat proses diskusi dalam kelompok seperti menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan menghargai pendapat dalam kelompok.
D.Bekerjasama dalam memecahkan permasalahan pada LKK 1. Tidak bekerjasama dengan anggota kelompoknya dalam
memecahkan permasalahan pada LKK.
2. Kurang bekerjasama dengan anggota kelompoknya dalam memecahkan permasalahan pada LKK.
3. Bekerjasama dengan anggota kelompoknya dalam memecahkan permasalahan pada LKK.
Cara penilain : Guru dan observer melihat, mengamati dan mencatat aktivitas siswa pada saat bekerjasama dengan anggota kelompoknya dalam memecahkan permasalahan pada LKK seperti berdiskusi sesuai dengan permasalahan pada LKK dan kekompakan kelompok dalam memecahkan permasalahan pada LKK.
E.Meyakinkan dalam menjawab
1. Merasa tidak yakin akan jawaban yang diberikan 2. Merasa kurang yakin akan jawaban yang diberikan 3. Merasa yakin akan jawaban yang diberikan
b. Menghitung rata-rata persentase afektif dengan menggunakan rumus
sebagai :
∑Xi n
Keterangan : X = Rata-rata skor afektif siswa ∑Xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum (9) (Sudjana, 2005 : 69).
c. Menentukan atau menafsirkan kategori indeks afektif siswa sesuai
klasifikasi pada tabel berikut:
Tabel 3. Klasifikasi Indeks Afektif Siswa
Persentase (%) Kriteria
87,50 – 100
75,00 – 87,49
50,00 – 74,99
0 – 49,99
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Dimodifikasi dari Hidayati (2011:17).
2) Pengolahan Data Angket Siswa
Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai
pengguanaan pendekatan STM dalam pembelajaran di kelas. Angket ini
berupa 8 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 3 pernyataan
negatif. Pernyataan disajikan sebagai berikut : x 100%
37
1. Membuat pernyataan angket tanggapan siswa
Tabel 4. Pernyataan angket tanggapan siswa terhadap pendekatan STM
No. Pernyataan-pernyataan S TS
1. Saya senang mempelajari materi pokok penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan dengan pendekatan STM
2. Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari dan lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan menggunakan pendekatan yang diberikan oleh guru.
3. Saya merasa sulit mengerjakan pertanyaan-pertanyaan di LKK melalui pendekatan yang diberikan oleh guru. 4. Saya merasa lebih bisa menghargai pendapat orang lain
pada saat berdiskusi dengan pendekatan yang diberikan oleh guru.
5. pendekatan yang diberikan kepada saya tidak berpengaruh terhadap penguasaan materi. 6. Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri
dengan pendekatan yang diberikan oleh guru. 7. Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam
proses pembelajaran yang berlangsung.
8. Saya dapat mengarahkan sendiri cara belajar saya dengan pendekatan yang diberikan oleh guru.
2. Membuat skor angket tanggapan siswa
Tabel 5. Skor tipe pernyataan tanggapan siswa terhadap terhadap
3. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai
S = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002:69).
4. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang
dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan
kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.
Tabel 6. Tabulasi tanggapan siswa terhadap pendekatan STM
No.
(dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 31)
5. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan STM.
Tabel 7. Kriteria persentase angket tanggapan siswa terhadap penerapan pendekatan STM.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Ada pengaruh yang signifikan dalam penerapan pendekatan STM berpengaruh
secara signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok penerapan
bioteknologi.
2. Penerapan pendekatan STM berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan
afektif siswa pada materi pokok penerapan bioteknologi.
3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan
pendekatan STM pada materi pokok penerapan bioteknologi.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan pendekatan STM dapat digunakan oleh guru
Biologi sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan afektif siswa dan hasil belajar oleh siswa pada
materi pokok Penerapan Bioteknologi.
2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal evaluasi hendaknya
alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang.
3. Peneliti lain yang akan menerapkan pendekatan STM, hendaknya terlebih
dahulu mengajar materi lain dengan pendekatan tersebut sehingga siswa tidak
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, R. 2009. Implementasi Modul Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Tentang Sifat Bahan Penyusun Benda. Skripsi. Universitas islam negeri maulana malik ibrahim. Malang.
Anderson, at all. 2000. A Taxonomy For Learning, Teaching, ans Assesing, (A Revision of Bloom Taxonomy of Educational Objectives, Abridged Edition). Longman. Newyork.
Arnie, F. 2004. Portofolio Dalam Pembelajaran IPS. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.
Asyari. 2006. Penerapan Pendekatan STM Dalam Pembelajaran Sains di SD. Depdiknas. Direktorat Dikti.
BSNP. 2006. Panduan Umum KTSP. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Chotimah, U. 2010. Pengembangan Intrumen Penilaian Afektif pada Mata Pelajaran PKn Sekolah Menengah Pertama.
http://www.google._Laporan_Penelitian_%28Pengembangan_instrumen_. (02 Juli 2013.12.05 WIB)
Depdiknas. 2003. Pendidikan Menurut Undang-Undang. Depdiknas. Jakarta. (http.www.depdiknas.co.id5 Agustus 2013.10.10 AM)
. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Ditjen Mendikdasmen. 2008. Perangkat Pengembangan Penilaian Afektif. Depdiknas. Jakarta.
http://www.google.Co.id/#hl=id&source=hp&q=perangkat+pengembangan +ranah+afektif &aq=&fp=60903bd3ad1986co (19 Januari 2014.
09.37WIB).
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Gagne, R.M. 1985. The Conditions of Learning and Theory of Instruction. Holt, Rinehart & Winston ebook.
Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Scores. Indiana University. USA. http://physics. Indiana.edu/~sdi/AnalizingChange_Gain.pdf (21 Juni 2013; 09:05 WIB).
Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.
Hamid, S. 2008. Sains Teknologi Masyarakat. Makalah Pada Seminar Literasi Sains dan teknologi. Balitbang Depdikbud. Jakarta .
Hasan, F. 2012. Strategi Pembelajaran Afektif Bermutu Karakter.
http://fuadhasansuccen.blogspot.com/2012/01/strategi-pembelajaran-afektif.html.
Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Haryati, M. 2010. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Gaung Persada Press. Jakarta.
Hertiavi, M. A, H. Langlang, dan S. Khanafiyah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Hidayati, A.N, dkk. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.
Ilyas. 2004. Peranan Motivasi Mengajar Guru dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Dinamika. Medan.
Krathwohl, D. R. Bloom, B.S, & Masia, B.B. 1973. Taxonomy Of Educational Objective, The Classification Of Educational Goals, Handbook Ii: Affective Domain. longman. New York.
Loranz, D. 2008. TMCC Program and Discipline Report. http://www.gbcnv.edu (3 Juli 2013: 11.37 WIB).
Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Bumi Aksara. Jakarta .
Mutadi, H. 2011. Teknis Analisis Standar Isi Dan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran. Balai Diklat Keagamaan.
Semarang.
54
Nurohman, S. 2012. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Peningkatan Life Skill Peserta Didik. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UNY Yogyakarta.Tidak diterbitkan.
Poedjiadi, A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Prastowo, U. 2012. Dampak Negatif di Bidang Sosial, Pendidikan dan Budaya. http://ukiparner.blogspot.com/2012/03/dampak-negatif-teknologi-di-bidang.html (16 September 13, 04.28 WIB)
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Prayekti. 2002. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan: Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran IPA di Kelas 5 Sekolah Dasar. 039, 773-783. Badan Penelitian dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Reigeluth, C. M. 1983. Intructional Design Theories and Model. New Jersey, Lawrence Erlbaum Associates Publisher. London.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta.
Robert E, Y dan Rustam R. 2000. STS : Most Pervasive and Most Radical of
Reform Appoarches to “ science” Education. The University of Lowa and
Pennsylvania State University.
Rusmansyah & Irhasyuryana. 2003. Implementasi Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Kimia di SMU Negeri Kota Banjarmasin. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 040, 95-109
Rusmansyah. 2000. Prospek Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi- Masyarakat (STM) dalam pembelajaran Kimia di Kalimantan Selatan. http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/40/editorial40.htm (3 Juli 2013, 13.05
WIB)
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.
Sari, T. P. 2012. Dampak Teknologi Informasi Bagi Dunia Pendidikan.
http://tikapranandasari.blogspot.com/2012/01/dampak-teknologi-informasi-bagi-dunia.html (17 September 2013, 09.30).
Srini M, I. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Depdikbud. Jakarta
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung .
_____ . 2005. Metode Penelitian. Bandung: Tarsito 508 hlm.
Sudijono, A. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sujanem, Rai. 2005. Implementasi Pendekatan STM Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sians dan Teknologi siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja.
Suprihatiningrum, J. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta.
Syah, M. 2004. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.
. . 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.
. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.
Trowbridge L, and Byee, R. 1990. Becoming a Secondary School Science Teacher. ( 4th ed. Ohio : Merrill Publishing Company).
Uno, H. B. 2006. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang kreatif dan Efektif. Bumi Aksara. Jakarta.
Yamin, M. 2010. Kiat Membelajarkan Siswa. Gaung Persada Press. Jakarta.