• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Strategies of Increasing Traditional Market of Competitiveness to Seller at Bogor Regency

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Strategies of Increasing Traditional Market of Competitiveness to Seller at Bogor Regency"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR

TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR

Oleh :

BAKRI M.

H252074075

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ”Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional terhadap Pedagang di Kota Bogor” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, 19 September 2011

(3)

ABSTRACT

BAKRI M. “TheStrategies of Increasing Traditional Market of Competitiveness to Seller at Bogor Regency”. Directed by MUHAMMAD FIRDAUS and LUKMAN M. BAGA

Traditional market in Bogor Regency is a place to meet transaction between producers and consumers which has the strategic value for the developing people’s economic growth. But, the embeded problem, the traditional market is still low competitiveness if it is compared to the modern market (hyper market, super marker, etc) competitiveness. In that condition, it’s necessary to get the strategies of competitiveness of the traditional market increased in Bogor Regency.

The objective of the research is to formulate strategy and program to achieve more competitiveness of the traditional market in Bogor Regency. The specific aims are to identify the condition of traditional market, to analyze the perception of consumers and to formulate the strategies for the increasing competitiveness of the traditional market in Bogor Regency.

Research uses the method that has the descriptive quantitative with it for identificating of condition of the traditional market, IPA Analysis for the Analysis perception customer to traditional market and SWOT and QSPM Analysis for formulating strategy and program to increase competitiveness the traditional market in Bogor Regency.

Results of the research show the three priority strategics for increasing the competitiveness of the traditional market in Bogor Regency, those are 1) to increase quality of service market, 2) to increase quality of infrastructure market, and 3) to control the PKL trader those belong to the traditional market.

(4)

RINGKASAN

BAKRI M. Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional terhadap pedagang di Kota Bogor. Komisi pembimbing terdiri dari MUHAMMAD FIRDAUS sebagai ketua dan LUKMAN M. BAGA sebagai anggota komisi pembimbing.

Pasar tradisional merupakan tempat transaksi masyarakat produsen dan konsumen yang sarat dengan nilai strategis dalam mengembangkan pasar domestik dan bagi perkembangan perekonomian masyarakat. Nilai stategis yang dimiliki pasar tradisional adalah hampir 100 persen barang dan jasa yang diperdagangkan merupakan hasil produksi dan dikonsumsi di dalam negeri dan sangat sedikit hasil impor. Kondisi ini akan meningkatkan transaksi ekonomi yang terjadi di pasar tradisional di Kota Bogor akan dinikmati oleh masyarakat. Sehingga transaksi ekonomi di pasar tradisional lebih memberikan manfaat bagi masyarakat di Kota Bogor.

Selain memiliki nilai strategis, terdapat beberapa kelemahan pasar tradisional antara lain tidak aman, kumuh dan tidak nyaman, kotor dan basah, tidak tertib, timbangan/takaran tidak sesuai, kualitas kurang baik, masih tawar menawar, macet, dan lain-lain. Lemahnya daya saing (posisi tawar) pasar tradisional dibandingkan dengan pasar modern akan menjadikan kurangnya minat masyarakat untuk berbelanja ke pasar, hal ini berkaitan dengan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pasar yang harus dikembangkan.

Beberapa hal yang menjadi permasalahan yang terdapat di pasar tradisional yang sesuai dengan penelitian ini adalah ; 1) kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor, 2) persepsi pelanggan terhadap pengelolaan dan pelayanan PD Pasar Pakuan Jaya di Kota Bogor, 3) Strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan posisi tawar pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi dan program peningkatan posisi tawar pasar tradisional terhadap pedagang yang terdapat di Kota Bogor. Sementara tujuan spesifik dari penelitian ini adalah : mengidentifikasi kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor, menganalisis persepsi pelanggan terhadap pasar tradisional di Kota Bogor dan merumuskan strategi untuk meningkatkan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor.

Dalam rangka untuk mencapai tujuan penelitian, data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari data PD Pasar Pakuan Jaya, BPS Kota Bogor dan Bappeda Kota Bogor, dan sebagian dari data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuisioner. Sementara metode analisis yang digunakan adalah Deskriptif Kuantitatif, IPA Analysis, SWOT dan QSPM.

(5)

kondisi fasilitas drainase, kondisi fasilitas keamanan, ketertiban dan kebersihan dan kondisi terdapatnya PKL.

Kondisi bangunan fisik pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor perlu direnovasi. Kondisi fisik yang perlu direnovasi terutama di tiga pasar yang dilakukan kajian yaitu Pasar Bogor, Pasar Sukasari, dan Pasar Kebon Kembang adalah kondisi fisik kios dan los pasar, kondisi koefisien dasar bangunan dan koefisien lantai bangunan, dan kondisi gedung pasar. Di pasar tradisional di Kota Bogor kondisi ketertiban, keamanan dan kebersihan perlu ditingkatkan, dan masih terdapat banyak PKL yang perlu ditertibkan. Untuk itu diperlukan pengelolaan PKL dengan baik salah satunya dengan relokasi/ memindahkan ketempat yang tidak mengganggu ketertiban umum.

Mengenai persepsi pelanggan terhadap pasar tradisional berdasarkan pada hasil penelitian ini adalah secara umum persepsi pelanggan terhadap kinerja pasar tradisional di Kota Bogor adalah rendah, sementara harapan pelanggan terhadap pasar tradisional di Kota Bogor adalah tinggi. Begitu juga dengan tingkat kepentingan pelanggan pasar tradisional di Kota Bogor terhadap dimensi kinerja adalah rendah, sedangkan tingkat kepentingan pelanggan terhadap dimensi harapan atribut pengelolaan pasar tradisional di Kota Bogor adalah tinggi. Dimensi yang paling penting menurut responden adalah dimensi assurance, yang mencakup keamanan dan ketertiban pasar, kemudahan mendapat izin berdagang, kejujuran petugas penarik retribusi, kualitas barang dan kelengkapan jenis barang. Jika dikaitkan dengan peranan pemerintah sebagai pembuat kebijakan, maka pemerintah harus lebih menekankan pada aspek-aspek ini. Mengingat sekarang persaingan antara pasar modern dan pasar tradisional sangat ketat, dimana para pembeli lebih senang berbelanja di pasar modern dikarenakan beberapa hal seperti nyaman, bersih dan terjamin.

Terdapat tiga strategi prioritas dari sembilan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional di Kota Bogor yaitu : peningkatan kualitas pelayanan pasar, peningkatan kualitas sarana dan prasarana pasar, dan pengaturan PKL di sekitar pasar tradisional

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR

TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR

B a k r i M.

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tugas Akhir : Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional terhadap Pedagang di Kota Bogor

Nama : B a k r i M.

NRP : H 252074075

Program Studi : Manajemen Pembangunan Daerah

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Muhammad Firdaus, SP. M.Si Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Manajemen Pembangunan Daerah

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Dr. Ir. Dahrulsyah, MSc

(10)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional terhadap pedagang di Kota Bogor”.

Penulisan ini merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional dalam program Pascasarjana Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Muhammad Firdaus, SP. M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec selaku anggota komisi pembimbing dan A. Faroby Falatehan, SP ME sebagai penguji. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada para dosen dan pimpinan serta pengelola Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih juga secara khusus penulis sampaikan kepada Istri tercinta dan anak-anakku yang telah memberikan dukungan kepada penulis berupa semangat, moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. Kepada Bapak Jenal Abidin, MP sebagai ketua kelas Bogor 10 dan teman teman seangkatan yang tidak bisa saya sebut satu persatu dan seluruh keluarga besar MPD IPB yang telah banyak mendorong, menyemangati dan memberikan bantuannya sampai selesainya pendidikan ini. Tak lupa kepada Bappeda Kota Bogor, BPS Kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Kabag Perekonomian Pemda Kota Bogor, PD Pasar Pakuan Jaya Kota Bogor, para kepala pasar, penulis ucapkan terimakasih atas kerjasamanya yang selama ini di bangun.

Terlepas dari berbagai bentuk kekurangan dari kajian ini, penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, 19 September 2011

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batang Kapas pada tanggal 8 Agustus 1962 dari seorang Ayah bernama Ismael dan Ibu bernama Manyar.

Pendidikan Dasar penulis diselesaikan di SD Negeri Anakan pada tahun 1974. Penulis melanjutkan ke SMP Negeri Batang Kapas dan lulus pada tahun 1977. Kemudian penulis melanjutkan ke SMA Negeri Painan dan lulus tahun 1980. Pada tahun 2002 kemudian penulis melanjutkan ke Universitas Ibnu Kholdun (UIK) Bogor di Fakultas Ekonomi dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan kuliah di Program Studi Magister Manajemen Pembangunan Daerah pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan menamatkannya pada tahun 2011.

Penulis pernah bekerja sebagai Pedagang di Pasar Cibinong dan Pasar Cileungsi Bogor, serta aktif di organisasi sosial dan Profesi. Pada tahun 2007 sampai tahun 2010 sebagai Badan Pengawas PD Pasar Tohaga di Kabupaten Bogor. Sekarang penulis bekerja sebagai Direktur Umum PD Pasar Pakuan Jaya Kota Bogor.

(12)

DAFTAR ISI

2.5 Pedagang dan Struktur Kegiatannya ... 13

2.6 Persepsi Pelanggan ... 14

2.7 Kajian Penelitian Terdahulu ... 18

III. METODOLOGI KAJIAN ... 21

3.1 Kerangka Pemikiran ... 21

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 22

3.3 Data dan Metode Analisis ... 23

3.4 Metode Perumusan Strategi dan Perancangan Program ... 31

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 34

4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor ... 34

4.2 Pemerintahan ... 36

4.3 Penduduk ... 36

4.4 Kondisi Perekonomian ... 37

4.5 Keberadaan Pasar di Kota Bogor ... 38

V. KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR ... 41

5.1 Kondisi Bangunan Fisik Pasar Tradisional di Kota Bogor ... 41

5.2 Kondisi Fasilitas Listrik Pasar Tradisional Kota Bogor ... 44

5.3 Kondisi Fasilitas Drainase Pasar Tradisional Kota Bogor ... 44

5.4 Kondisi Fasilitas Keamanan, Ketertiban dan Kebersihan Pasar Tradisional di Kota Bogor ... 46

5.5 Kondisi PKL di Pasar Tradisional Kota Bogor ... 48

VI. PERSEPSI PELANGGAN TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR ... 50

6.1 Karakteristik Pelanggan Pasar Tradisional di Kota Bogor ... 50

(13)

6.3 Tingkat Kepentingan Atribute Kualitas Pengelolaan Pasar ... 62

6.4 Implikasi Pengembangan Pasar Tradisional terhadap Pembangunan Kota Bogor ... 66

VII. STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR... 69

7.1 Analisis Lingkungan Internal ... 69

7.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 72

7.3 Evaluasi Faktor Internal (IFE) ... 74

7.4 Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ... 76

7.5 Perumusan Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional t erhadap Pedagang di Kota Bogor ... 77

7.6 Penentuan Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional t erhadap Pedagang di Kota Bogor ... 79

7.7 Program Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional ... 81

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

8.1 Kesimpulan ... 84

8.2 Saran ... 85

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pendapatan Operasional Pasar di Kota Bogor……… 3

2. Jenis Usaha Ritel di Indonesia ………..……… 7

3. Kelebihan dan Kekurangan Pasar Tradisional dan Pasar Modern ………… 8

4. Data dan Metode Analisis ... ….. 23

5. Atribut Kualitas Pengelolaan Pasar Pakuan Jaya ... 25

6. Matrik IFE ... 30

7. Matrik EFE ... 30

8. Matrik SWOT ... 31

9. Matrik Analisis QSPM ... 33

10. Kondisi Kios dan Los tahun 2009 ... 41

11. Kondisi Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan ... 42

12. Bangunan yang perlu diperbaiki ... 44

13. Sarana Listrik yang Perlu Renovasi ... 45

14. Sarana Drainase yang Perlu Perbaikan ... 46

15. Sarana Ketertiban dan Keamanan yang Perlu Renovasi ... 47

16. Sarana Kebersihan yang Perlu Renovasi ... 48

17. Jumlah PKL di Pasar Tradisional Kota Bogor ... 49

18. Karakteristik Pelanggan Berdasarkan Status Pernikahan... 51

19. Pendidikan Responden di Pasar Tradisional Kota Bogor ... 51

20. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

(15)

22. Persepsi Pelanggan Pasar Sukasari terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan... 56

23. Persepsi Pelanggan Pasar Kebon Kembang Terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan ... 58

24. Persepsi Seluruh Pelanggan Pasar Terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan... 61

25. Tingkat Kepentingan Atribut Pengelolaan Pasar di Pasar Bogor... 63

26. Tingkat Kepentingan Atribut Pengelolaan Pasar di Pasar Sukasari... 64

27. Tingkat Kepentingan Atribut Pengelolaan Pasar di Pasar Kebon Kembang.. 64

28. Tingkat Kepentingan Atribut Pengelolaan Pasar di Semua Pasar... 65

29. Matrik IFE dari Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional

terhadap Pedagang di Kota Bogor ... 75

30. Matrik EFE Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional

terhadap Pedagang di Kota Bogor... 76

31. Matrik SWOT Perumusan Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar

Tradisional terhadap Pedagang di Kota Bogor ... 78

32. Strategi Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional terhadap Pedagang di Kota Bogor ... 80

33. Matrik Program Peningkatan Posisi Tawar Pasar Tradisional

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Kajian ... 22

2. Diagram Kartesius ... 27

3. Peta Lokasi Kota Bogor ... 34

4. Hasil Diagram Kartesius untuk Pasar Bogor ... 54

5. Hasil Diagram Kartesius untuk Pasar Sukasari ... 57

6. Hasil Diagram Kartesius untuk Pasar Kebon Kembang ... 59

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bogor yang memiliki visi menjadi kota jasa yang nyaman dengan masyarakat madani dan pemerintahan yang amanah merupakan visi yang harus di jalankan oleh pemerintah dan mendapat dukungan dari masyarakat secara keseluruhan. Syarat untuk mewujudkan Kota Bogor sebagai kota jasa, pemerintah Kota Bogor memiliki empat program prioritas diantaranya adalah: penyelesaian persoalan transportasi, penyelesaian pedagang kaki lima (PKL), pengentasan kemiskinan dan kebersihan lingkungan hidup. Keempat program prioritas ini sangat erat kaitannya dengan keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu pusat kehidupan ekonomi masyarakat di Kota Bogor.

Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran bertemu, dalam hal ini pengertian pasar lebih mengarah pada pasar tradisional (Umar, 2005). Sedangkan dalam arti luas, pasar adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih mengarah pada pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat transaksi masyarakat produsen dan konsumen yang sarat dengan nilai strategis dalam mengembangkan pasar domestik dan bagi perkembangan perekonomian masyarakat. Beberapa nilai strategis pasar tradisional adalah 1) barang dan jasa kebutuhan masyarakat sebagian besar merupakan produksi nasional dan lokal; 2) bahan baku untuk memproduksi barang dan jasa tersebut sebagian besar merupakan produksi nasional (local content); 3) uang sebagai hasil transaksi akan beredar sebanyak mungkin di dalam

negeri/ lokal; 4) meminimalisir pengeluaran devisa negara; 5) peningkatan penyerapan tenaga kerja; dan 6) meningkatkan pendapatan masyarakat.

(18)

akan dinikmati oleh masyarakat. Sehingga transaksi ekonomi di pasar tradisional lebih banyak memberikan manfaat bagi masyarakat di Kota Bogor.

Banyaknya nilai strategis yang dimiliki oleh pasar tradisional belum tentu dapat meningkatkan posisi tawar pasar dan menjadi pilihan utama masyarakat dalam berbelanja, hal ini dikarenakan terdapatnya beberapa kelemahan yang dimiliki oleh pasar tradisional dan rendahnya daya saing jika dibandingkan dengan pasar modern (mall, supermarket, minimarket, dll). Beberapa kelemahan pasar tradisional antara lain tidak aman, kumuh dan tidak nyaman, kotor dan basah, tidak tertib, timbangan/takaran tidak sesuai, kualitas kurang baik, masih tawar menawar, macet, dan lain-lain. Lemahnya daya saing (posisi tawar) pasar tradisional dibandingkan dengan pasar modern akan menjadikan kurangnya minat masyarakat untuk berbelanja ke pasar tradisional, hal ini berkaitan dengan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pasar yang harus dikembangkan. Dengan kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor seperti diatas, maka diperlukan sebuah penelitian strategi peningkatan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor guna meningkatkan minat masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional.

1.2 Perumusan Masalah

Pasar tradisional selain merupakan tempat interaksi antara penjual dan pembeli, juga merupakan potensi yang dimiliki oleh Kota Bogor sebagai penghasil Pendapatan Asli Daerah (PAD). Nilai PAD dari pengelolaan tujuh pasar dan pendapatan perizinan kartu kuning, mandi cuci kakus dan pendapatan kerja sama dengan pihak ketiga dalam mengoperasionalkan sebagian pasar, dapat dilihat pada Tabel 1.

(19)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa penerimaan pendapatan operasional dari pasar tradisional pada tahun 2006 hingga 2010 mengalami penurunan, walaupun secara nominal mengalami peningkatan. Peningkatan penerimaan tertinggi pada tahun 2006 ke tahun 2007 rata-rata sebesar 16,8 persen, selanjutnya menurun menjadi 6,6 persen, 4,8 persen dan 0,7 persen. Penurunan terbesar terjadi di Pasar Jambu Dua, sebesar 10,3 persen.

Secara keseluruhan, pada Tabel 1, pertumbuhan pendapatan operasional pasar tertinggi adalah dari tahun 2006 ke tahun 2007 sebesar 12,68 persen, selanjutnya menurun hingga 2,08 persen pada tahun 2009/2010. Pertumbuhan rata-rata dari tahun 2006 hingga tahun 2010 adalah 6,57 persen.

Tabel 1. Pendapatan Operasional Pasar di Kota Bogor (dalam Rp juta)

No Sumber

Pertumbuhan rata per tahun (%) 6,57

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor, 2011

(20)

Pasar modern berkembang sangat pesat, dengan sarana dan prasarana yang lengkap, lahan parkir yang cukup luas, keamanan terjamin, antar lantai dihubungkan dengan eskalator dan lif, diruangan pasar memakai ac dan koridor yang cukup lapang serta dikelola dengan mempergunakan teknologi tinggi dan sumber daya manusia yang handal, dan jumlah pasar modern lebih banyak dari pasar tradisional di Kota Bogor.

Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh pasar tradisional ini menjadi tantangan bagi PD Pasar Pakuan Jaya dalam upaya mengembangkan pasar, agar pasar tradisional dapat memiliki posisi tawar di mata masyarakat dan pasar modern. Oleh karenanya yang menjadi rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah :

1. Bagimana kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor?

2. Bagaiman persepsi pelanggan terhadap pengelolaan dan pelayanan PD Pasar Pakuan Jaya di Kota Bogor?

3. Strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan posisi tawar pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor?

1.3 Tujuan

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi dan program peningkatan posisi tawar pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor. Sementara tujuan spesifik dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor. 2. Menganalisis persepsi pelanggan terhadap pasar tradisional di Kota Bogor. 3. Merumuskan strategi untuk meningkatkan posisi tawar pasar tradisional di

Kota Bogor.

1.4 Manfaat

(21)
(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pasar

Pasar merupakan suatu lapangan atau pelataran yang sebagian beratap atau sebagian terbuka, seluruhnya terbuka atau tertutup yang sesuai berdasarkan peraturan dan ketentuan pemerintah setempat. Menurut Umar (2005), pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Secara fisik pasar merupakan pemusatan beberapa pedagang tetap yang selanjutnya para pedagang tersebut menempati bangunan-bangunan. Sedangkan secara fungsional, pasar adalah suatu tempat dimana terjadi proses tukar menukar dan proses itu berlangsung bila sejumlah penjual dan pembeli bertemu satu sama lainnya yang kemudian sepakat untuk memindah tangankan barang-barang yang diperjualbelikan kepada pembeli yang dinyatakan dengan bentuk transaksi.

Secara ekonomi, pasar merupakan sebagai pusat sosial ekonomi suatu lingkungan, dimana penduduk dapat memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan barang-barang pokok sehari-hari atau kebutuhan jasa-jasa dalam bentuk eceran, sedangkan pengertian dari sudut pelayanannya pasar merupakan sarana umum yang ditempatkan oleh pemerintah sebagai tempat transaksi jual beli umum dimana pedagang secara teratur dan langsung memperdagangkan barang dan jasa dengan mengutamakan adanya barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Pasar merupakan sebuah perwujudan kegiatan ekonomi yang telah melembaga serta tempat bertemunya antara produsen (pedagang) dan konsumen (pembeli) untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk yang menurut kelas mutu pelayanan menjadi pasar tradisional dan pasar modern, dan menurut pendistribusiannya dapat digolongkan menjadi pasar eceran dan pasar perkulakan/ grosir (Yogi, 2000).

(23)

tradisional. Secara lengkap dan detil dapat dilihat pada Tabel 2 mengenai batasan fisik dan barang yang dijualnya.

Table 2. Jenis Usaha Ritel di Indonesia

Usaha Ritel Batasan Fisik Barang-barang yang

Tersedia Supermarket - Luasnya 350–8000 m3

- Memiliki lebih dari 3 mesin hitung

- Makanan - Barang-barang

rumahtangga Hipermarket - Berdiri sendiri (tanpa

bergabung dengan Pasar tradisional - Banyak pedagang

- Lapak kecil dengan Diadaptasi dari Collett & Wallace (2006), dalam Suryadarma, D et al, 2007

2.2 Pasar Tradisional dan Modern

(24)

berupa toko, kios atau los dan tenda, yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil dan menengah dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil dengan proses jual beli melalui tawar menawar. Sedangkan pasar modern adalah pasar yang umumnya dimiliki oleh pemodal kuat, mempunyai kemampuan untuk menggaet konsumen dengan cara memberikan hadiah langsung, hadiah khusus, dan juga discount-discount menarik (Zumrotin, 2002). Pasar modern pada umumnya diisi oleh retailer (pengecer besar), baik perusahaan pengecer dengan skala lokal maupun nasional. Mereka ini merupakan pesaing yang mengancam keberadaan pasar-pasar tradisional. Oleh karena itulah modernisasi pasar dengan manajemen pengelolaan secara modern baik dari sistem pengelolaan maupun kelembagaannya perlu ditingkatkan untuk mengembangkan perekonomian pedagang kecil serta pemacu pertumbuhan ekonomi daerah.

Menurut Yamato (2011) dalam blognya, kelebihan dan kelemahan pasar tradisional dan pasar modern adalah sebagai berikut:

1. Pasar tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Biasanya lokasi dari pasar tradisional ini strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, memiliki harga yang rendah, serta sistem tawar menawar yang menunjukkan sikap keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan tersendiri yang dimiliki pasar tradisional. Sisi kekeluargaan inilah yang menjadi salah satu pemandangan yang indah kala berada di pasar

2. Pasar tradisional memiliki kelemahan yang sangat urgen ialah pada kumuh dan kotornya lokasi pasar. Bukan hanya itu saja, banyaknya produk yang mayoritas diperjualbelikan oleh oknum pedagang yang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan bahan kimia yang tak seharusnya dipakai, dan praktek seperti itu marak sekali terjadi di pasar tradisional. Bukan hanya itu saja, kurang menariknya kemasan produk di pasar tradisional juga yang membuat kurang dilirik konsumen, bahkan makin hari bukannya semakin bagus akan tetapi malah semakin memburuk kondisinya. Dan jelas hal seperti itu cukup membahayakan keberadaan pasar tradisional.

(25)

tersebut yang membuat para konsumen mau membeli ke pasar modern. Sejuk, bersih, nyaman mempunyai peranan penting bagi pasar modern, dan ketiga komponen tadi menjadi andalan dari pasar modern dan hal tersebut tidak dimiliki oleh pasar tradisional.

4. Secara sekilas, tidak terdapat kelemahan dari pasar modern ini. Mungkin kelemahannya terdapat pada praktik jual belinya dimana konsumen tidak bisa menawar harga barang yang hendak dibelinya.

Secara keseluruhan kelebihan dan kekurangan dari kedua pasar ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Pasar Tradisional Pasar Modern

Kelebihan - lokasi yang strategis - area penjualan yang luas

2.3 Permasalahan Utama Pasar

(26)

1. Pengelolaan : Ketidakmampuan dalam mengelola pasar tradisional untuk menciptakan pasar yang bersih, aman, nyaman, serta tidak adanya upaya untuk melakukan pembinaan kepada para pedagang untuk berpraktek dagang yang sehat dan jujur akan menyebabkan konsumen enggan berbelanja dipasar tradisional. Selain itu pasar yang becek, berbau tidak sedap, tidak aman/ rawan keamanan, dan praktek dagang yang tidak sehat akan menimbulkan kekecewaan dan ketidakpercayaan konsumen sehingga mereka lebih baik meninggalkan pasar tradisional karena memiliki resiko tinggi

2. Tata Ruang dan Lokasi : Masalah timbul dari operasional tata ruang, lokasi dan masih tersdianya tempat usaha yang tidak produktif.

3. Pola Pembangunan dan Pendanaan : Selama ini pemerintah melakukan sistem pengadaan atau penyediaan pasar khususnya pasar tradisional sebagai salah satu infrastruktur, yaitu dengan melakukan pembangunan fisik pasar yang belum ada wujudnya, dimulai dengan penyediaan lahan sampai berdirinya bangunan pasar yang dioperasikan (Thamrin, 2000). Keterbatasan dan tantangan yang dihadapi oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai pengelola pasar tradisional (Undang-undang No. 34 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah) saat ini adalah adanya kebijakan regulasi di bidang dunia usaha nasional yang mulai menitikberatkan pada usaha perekonomian rakyat. Situasi pasar yang lebih bebas dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas dan kuantitas menghasilkan produk yang lebih tinggi. Kurang dan terbatasnya modal yang diperlukan oleh perusahaan untuk operasional dan pemeliharaan perusahaan, dan rendahnya hasil usaha, mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan pengembangan investasi, kurangnya profesionalisme, transparansi, dan pengawasan dalam manajemen pengelolaan perusahaan serta banyaknya BUMD yang mengalami kesulitan keuangan (Subowo, 2002).

(27)

1. Keterbatasan pemerintah dalam membiayai pembangunan infrastruktur, di satu sisi disebabkan oleh keterbatasan teknologi, daya dan dana. Sedangkan di pihak lain kebutuhan akan infrastruktur semakin mendesak.

2. Partisipasi pembangunan berdasarkan keinginan masyarakat (Community Driven Development) melalui pembagian resiko yang sebelumnya menjadi

tanggungjawab pemerintah, didistribusikan kepada pihak swasta.

3. Motivasi profit dari pihak swasta akan mendorong organisasi yang dikelola menjadi lebih efisien, transparan dan kompetitif.

4. Capacity Building

5. Kebijakan pemerintah, diantaranya adalah terdapatnya peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perusahaan daerah yang masih berlaku hingga saat ini adalah undang-undang No 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut maka dalam rangka melakukan usaha Perusahaan Daerah mengenai “Bisnis Birokrasi” yaitu kebijakan pengembangan sangat ditentukan oleh pemerintah daerah sebagai pihak yang mewakili daerah sebagai pemilik Perusahan Daerah. Pada masa itu direksi dan mayoritas pegawai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari birokrasi pemerintahan daerah. Sehingga dalam prakteknya pengelolaan mirip dengan pengelolaan lembaga birokrasi. Akibatnya dalam banyak kasus, manajemen kurang memiliki independensi dan fleksibilitas inovasi usaha guna mencapai tujuan organisasinya (Subowo, 2002).

Pengaturan misi Perusahaan Daerah secara luas yaitu memberi jasa, menyelenggarakan kepentingan umum, dan memupuk pendapatan tanpa melihat apakah usaha Perusahaan Daerah tersebut sesungguhnya merupakan bidang komersial atau bukan. Keberadaan Perusahaan Daerah berorientasi ganda yaitu public sevice oriented dalam rangka menyelenggarakan kemanfaatan umum dan

profit oriented dalam rangka memupuk Pendapatan Asli Daerah (PAD). Akan

tetapi jika dilihat secara profesional berdasarkan prinsip-prinsip koperasi, public mission dan profit hal tersebut merupakan dua sisi yang sangat sulit untuk

(28)

2.4 Manajemen Pasar

Manajemen berasal dari kata to manage yang mempunyai arti mengatur. Pada hakikatnya manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Untuk dapat mengatur kegitan yang berlangsung maka harus terdapat unsur-unsur manajemen yang menunjang proses kegiatan tersebut yaitu : manusia, uang, metode, material, mesin dan pasar. Keenam unsur tersebut perlu diatur agar lebih berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang dinginkan (Hasibuan, 1996). Adapun pengertian umum manajemen adalah pendayagunaan sumberdaya manusia dengan cara yang paling baik agar dapat mencapai rencana-rencana dan sasaran perusahaan (Madura, 2001).

Manajemen pasar merupakan proses pengaturan kegiatan perdagangan yang berlangsung dipasar dengan sumber daya meliputi pedagang, tempat usaha dan pengorganisasiannya. Serangkaian aktivitas yang dilakukan dalam fungsi-fungsi manajemen pasar merupakan sebuah proses manajemen. Untuk melaksanakan manajemen tersebut maka diperlukan adanya manajer yang dalam pelaksanaan tugas kegiatan serta kepemimpinannya harus melakukan tahap-tahap seperti dibawah ini :

1. Perencanaan, adalah suatu proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih alternatif yang terbaik dan beberapa perencanaan yang ada. 2. Pengorganisasian, adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan

pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitasnya masing-masing, menyediakan alat-alat yang diperlukan, dan menetapkan wewenang secara relatif untuk kemudian didelegasikan kepada setiap individu yang melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.

3. Pengarahan, adalah mengarahkan semua bawahan agar mau bekerjasama secara aktif untuk mencapai tujuan. Tujuan dan pengarahan untuk membuat semua anggota kelompok mau bekerjasama dan bekerja secara ikhlas untuk mencapai tujuan dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian. 4. Pengendalian, adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu

(29)

untuk mengukur dan memperbaiki kinerja bawahan, apakah sudah sesuai dengan rencana sebelumnya atau tidak.

2.5 Pedagang dan Struktur Kegiatannya

Kegiatan perdagangan di pasar merupakan suatu kegiatan ekonomi pasar, seperti yang digambarkan oleh Geertz (1969), yaitu suatu perekonomian dimana arus total perdagangan terpecah-pecah menjadi transaksi-transaksi orang ke orang yang masing-masing tidak ada hubunganya yang mana jumlahnya sangat besar, sangat berbeda dengan ekonomi barat yang berpusatkan firma, dimana perdagangan dan industri dilakukan melalui serangkaian pranata sosial yang tidak bersifat pribadi, yang mengorganisasikan berbagai pekerjaan yang bertalian dengan tujuan-tujuan produksi dan distribusi tertentu, maka ekonomi jenis ini adalah berdasarkan pada kegiatan yang independen dan pedagang terpacu untuk bersaing secara sehat antara satu dengan lainnya (Nas, 1986).

Pedagang yang menempati kios dianggap telah masuk kedalam sektor formal karena telah menjadi pedagang yang tetap di pasar. Pedagang tetap ini merupakan kelompok pedagang yang telah mapan di kota, yang berusaha mengorganisasikan kegiatan mereka dengan lebih sistematis dengan modal usaha yang besar seperti yang dahulu pernah dilakukan oleh orang tua mereka. Sedangkan pedagang yang tidak menempati kios menjadi sektor informal atau yang lebih dikenal dengan pedagang kaki lima (PKL) atau pedagang pengecer, hanya menggunakan jalan masuk dan wilayah sekitar pasar sebagai tempat menggelar dagangannya. Jenis kegiatan usahanya cenderung berkelompok sesuai dengan ciri-ciri khas daerah atau suku bangsa mereka. Barang dagangan mereka peroleh dari juragan atau tokoh yang menjadi patron bagi pedagang kaki lima sekaligus menyewakan peralatan jualan yang berupa gerobak ataupun meja gelaran.

(30)

melalui uluran tangan pemerintah secara terus menerus perlu dilakukan. Dengan demikian, diharapkan karena peranannya maka pasar tradisional dapat menumbuhkan tata perdagangan yang lebih mantap, lancar, efektif, efisien dan berkelanjutan dalam satu mata rantai perdagangan nasional yang kokoh (Yogi, 2000).

2.6 Persepsi Pelanggan

Persepsi merupakan suatu proses memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, perasa, penciuman, dan peraba). Namun demikian, makna dari proses persepsi tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu individu yang bersangkutan. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi pelanggan adalah harga, citra, tahap pelayanan dan momen pelayanan. Persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa berpengaruh terhadap tingkat kepentingan pelangggan, kepuasan pelanggan, dan nilai pelanggan (Rangkuti, 2003).

2.6.1 Tingkat Kepentingan Pelanggan

Tingkat kepentingan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk jasa yang akan dijadikannya standar acuan dalam menilai kinerja produk jasa tersebut (Rangkuti, 2003). Menurut Lovelock dan Wraight (2005), menyatakan bahwa ada dua tingkat kepentingan pelanggan, yaitu :

1. Adequate service, adalah tingkat kinerja jasa minimal yang akan diterima pelanggan tanpa merasa tidak puas.

2. Desire service, adalah tingkat kualitas jasa yang diidam-idamkan yang diyakini pelanggan dapat dan seharusnya diberikan.

Diantara adequate service dengan desire service terdapat zone of tolerance, yaitu rentang dimana variasi pelayanan yang masih dapat diterima oleh

pelanggan.

(31)

Kepuasan pelanggan merupakan persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapannya (Irawan, 2007). Pelanggan tidak akan puas apabila pelanggan mempunyai persepsi bahwa harapannya belum terpenuhi dan sebaliknya pelanggan akan puas apabila persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan. Kepuasan pelanggan, selain dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, juga ditentukan oleh kualitas produk, harga, kualitas pelayanan dan faktor-faktor yang bersifat situasional.

Kepuasan didefinisikan juga sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Jika kinerja berada dibawah harapan maka pelanggan tidak puas, jika kinerja memenuhi harapan maka pelanggan puas dan jika kinerja melebihi harapan pelanggan sangat puas (Kotler, 2005). Sedangkan menurut Lovelock dan Wright (2005), kepuasan pelanggan adalah keadaan emosional, reaksi pasca pembelian mereka dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan, netralitas, kegembiraan, atau kesenangan.

2.6.3 Nilai Pelanggan

Tugas pertama bagi sebuah perusahaan adalah untuk menciptakan pelanggan. Nilai yang diterima pelanggan (Customer Delivered Value) adalah selisih antara total customer value atau jumlah nilai bagi pelanggan dan total customer cost atau biaya total pelanggan. Total customer value adalah kumpulan manfaat yang diharapkan diperoleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu. Total customer cost adalah kumpulan pengorbanan yang diperkirakan pelanggan akan

terjadi dalam mengevaluasi, memperoleh dan menggunakan produk jasa tersebut (Druker dalam Kotler, 2005).

Menurut Lovelock dan Wright (2005), dalam menciptakan nilai untuk pelanggan berkaitan dengan konsep 8 P, yaitu :

(32)

2. Process (proses), metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu, yang umumnya berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan.

3. Productivity (produktivitas), seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi output yang menambah nilai bagi pelanggan.

4. Product (produk), semua komponen kinerja jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan.

5. People (orang), karyawan (kadang-kadang pelanggan lain) yang terlibat dalam proses produksi.

6. Promotion and Education (promosi dan edukasi), semua aktivitas dan alat yang menggugah komunikasi yang dirancang untuk membangun prefensi pelanggan terhadap jasa dan penyedia jasa tertentu.

7. Phisical Evidence (bukti fisik), petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberi bukti atas kualitas jasa.

8. Price and other cost service (harga dan biaya jasa lainnya), pengeluaran uang, waktu dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi jasa.

Nilai didefinisikan sebagai pengkajian secara menyeluruh manfaat suatu produk yang didasarkan pada persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima oleh pelanggan dan yang telah diberikan.

2.6.4 Survei Kepuasan Pelanggan

Menurut Berry dalam Lovelock dan Wraight (2005) agar survei berkelanjutan seharusnya dilakukan dengan menggunakan portofolio teknik riset yang membentuk sistem informasi kualitas jasa (service quality information system) suatu perusahaan. Pendekatan yang memungkinkan dapat mencakup :

1. Survei transaksi (transactional survei), didesain untuk mengukur kepuasan dan persepsi pelanggan tentang pengalaman jasa pada saat masih segar dalam ingatan pelanggan tersebut.

(33)

3. Belanja misterius, orang yang disewa perusahaan untuk bertindak sebagai pelanggan biasa.

4. Survei pelanggan yang baru, berkurang, dan sebelumnya, bertanya kepada pelanggan sebelumnya mengapa mereka berpindah dapat sangat membantu jika informasinya menenangkan hati untuk melihat bidang-bidang di mana kekurangan kualitas jasa suatu perusahaan.

5. Wawancara kelompok fokus (focus group interview), dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada sekelompok wakil pelanggan tentang masalah atau topik khusus.

6. Laporan lapangan karyawan, merupakan metode sistematis untuk mengetahui apa yang dipelajari karyawan dari interaksi mereka dengan pelanggan dan dari pengamatan langsung mereka terhadap perilaku pelanggan.

Salah satu tujuan dari survei kepuasan pelanggan adalah untuk membuat produk atau jasa yang ditawarkan dapat memberikan keuntungan yang optimal kepada pelanggan tanpa menimbulkan kerugian bagi perusahaan yang bersangkutan sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk atau jasa yang mampu menciptakan nilai superior kepada pelanggan.

2.6.5 Manfaat Pengukuran Mutu dan Kepuasan Pelanggan

Menurut Gerson (2004), terdapat lima manfaat dari pengukuran mutu dan kepuasan pelanggan, sebagai berikut :

1. Pengukuran menyebabkan orang memiliki rasa berhasil dan berprestasi, yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanan yang prima kepada pelanggan. 2. Pengukuran bisa dijadikan dasar dalam menentukan standar kinerja dan

standar prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkan menuju mutu yang semakin baik dan kepuasan pelanggan meningkat.

(34)

4. Pengukuran memberitahukan anda apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki mutu dan kepuasan pelanggan serta bagaimana harus melakukannya.

5. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi.

Menurut Kotler dan Keller (2007) lima model mutu jasa menurut tingkat kepentingan :

1. Keandalan – Kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan akurat.

2. Daya tanggap – Kesediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.

3. Jaminan – Pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan kepercayan dan keyakinan.

4. Empati – Kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masing-masing pelanggan.

5. Benda berwujud – Penampilan fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan, dan bahan komunikasi.

2.7 Kajian Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan perbandingan bagi penelitian ini antara lain :

(35)

kasus. Alat analisis yang digunakan adalah analisis rentang kriteria terhadap tingkat harapan dan tingkat kinerja, importance performance analisys (IPA), uji beda rata-rata t Test terhadap responden investor dengan pemda untuk melihat perbedaan persepsi diantara kedua responden. Relevansinya dengan penelitian ini adalah dalam penelitian ini juga menggunakan analisis IPA untuk menganalisis persepsi pelanggan pasar tradisional di Kota Bogor. Perbedaannya yaitu, objek penelitian yang berbeda dan pada penelitian yang dilakukan oleh Soleh (2005) tidak melakukan analisis faktor internal dan eksternal dan hanya melakukan analisis persepsi terhadap investor.

Oktaviani dan Suryana (2006) dalam penelitiannya menganalisis kepuasan pengunjung dan pengembangan fasilitas wisata agro. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis Importance Performance Analisys (IPA). Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa pihak manajemen kebun wisata agro Pasir Muku sebaiknya memperbaiki kinerja dari promosi, kemudahan mencapai lokasi, serta sarana peribadatan. Selain itu manajemen sebaiknya mempertahankan kinerja dari kegiatan edukatif yang merupakan keunggulan perusahaan dimata pengunjung dibandingkan dengan objek wisata lain yang sejenis. Relevansinya dengan penelitian ini adalah penggunaan metode Importance Performance Analisys (IPA).

(36)

keputusan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian Zarkoni (2007) tidak melakukan analisis persepsi dan hanya melakukan analisis strategi melalui faktor internal dan eksternal.

Mattanette, 2008, mengadakan kajian analisis kepuasan pedagang terhadap pengelolaan Pasar Citeurep I. Metode analisis yang digunakan dalam kajian tersebut menggunakan Importance and Performance Analysis, Customer Satisfaction Index, analisis Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Eksternal Factor

Evaluation-EFE) dan Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor

Evaluation-IFE), analisis Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT), dan analisis Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM).

Atribut yang digunakan sebanyak 17 buah atribut, hasil analisis Importance and Performance Analysis adalah: (1) Prioritas utama atribut kualitas jasa, yaitu kondisi bangunan/gedung pasar, kondisi kebersihan pasar, kondisi tempat usaha/berdagang, pengelola pasar cepat dan tanggap dalam menghadapi masalah yang ada, (2) Pertahankan prestasi atribut kualitas jasa, yaitu kondisi MCK di pasar, pelayanan yang diberikan pegawai unit pasar, keramahan dan kesopanan petugas penarik retribusi, (3) Prioritas rendah atribut kualitas jasa, yaitu besarnya retribusi, petugas unit pasar cepat dan tanggap atas keluhan pedagang, pengelola pasar memberikan pembinaan/penyuluhan secara baik dan teratur, pengelola pasar memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum dan (4) Berlebihan untuk atribut kualitas jasa, yaitu kebersihan kantor unit pasar, kemudahan dalam pengurusan sewa tempat usaha, besarnya sewa tempat usaha, kejujuran petugas penarik retribusi, pengelola pasar memberikan rasa aman dan nyaman kepada pedagang, sikap pegawai unit pasar.

(37)

BAB III

METODOLOGI KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Kota Bogor merupakan kota jasa yang ramai dengan kehidupan perekonomian yang berasal dari berbagai sektor. Salah satu sektor perekonomian yang dapat meningkatkan pendapatan daerah bagi Kota Bogor yaiu pasar tradisional. Namun, kaitannya dengan pengembangan pasar tradisional di Kota Bogor masih kalah jauh jika dibandingkan dengan kemajuan pasar modern yang banyak berdiri tegak di Kota Bogor ini. hanya saja peluang pasar tradisional masih besar untuk dikembangkan.

Pasar tradisional saat ini belum menjadi tujuan berbelanja utama bagi masyarakat di Kota Bogor. Hal ini disebabkan karena secara realita kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor masih jauh dari harapan para pengunjung. Selain itu juga banyaknya persoalan yang di hadapi oleh pasar tradisional menjadikan masyarakat enggan untuk berbelanja di pasar tradisional. Hal inilah yang nantinya akan menyebabkan pasar tradisional kalah bersaing dengan pasar modern.

Kondisi pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor masih belum dapat bersaing dengan pasar modern/mal-mal yang ada. Dari tujuh pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor, tiga merupakan pasar tradisional yang dianggap besar, yaitu Pasar Bogor, Pasar Sukasari dan Pasar Kebon Kembang. Namun, kondisi ke tiga pasar tersebut sangat jauh dari harapan pelanggan. Seperti kondisi bangunan, fasilitas listrik, fasilitas drainase, ketertiban, keamanan dan

kebersihan serta adanya PKL. Kondisi yang sekarang terjadi terhadap pasar

tradisional yang terdapat di Kota Bogor yaitu masih lemahnya pola pengelolaan pasar, lemahnya manajemen pengelolaan sumberdaya manusia, dan belum sehatnya kondisi sarana dan prasarana pasar. Hal inilah merupakan kondisi yang membuat pasar tradisional kalah bersaing dengan pasar modern.

(38)

relatif rendah, manajemen pengelolaan yang tidak profesional dan lemahnya kualitas sumberdaya manusia. Oleh karenanya pasar tradisional di Kota Bogor masih memiliki kondisi yang memprihatinkan dan memiliki banyak persoalan yang harus diselesaikan, maka diperlukan suatu persepsi pelanggan untuk merubah citra pasar tradisional di Kota Bogor agar lebih baik. Dengan berbagai kondisi seperti telah dijelaskan diatas, maka diperlukan suatu penelitian mengenai strategi peningkatan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor.

Gambar. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, mulai dari bulan Mei sampai Juni 2011. Penelitian ini dilakukan di PD Pasar Pakuan Jaya dan 3 pasar

Rancangan Program (QSPM)

PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

Persoalan Pasar Tradisional:

1. Daya saing rendah

2. Pengelolaan Pasar tidak Profesional 3. Rendahnya kualitas SDM

Persepsi Pelanggan

1. Bentuk Fisik (Tangible) 2. Kepercayaan (Reliability) 3. Ketanggapan (Responsiveness) 4. Jaminan (Assurance)

5. Empati (Emphaty)

Analisis IPA

(39)

tradisional yang terdapat di Kota Bogor yaitu Pasar Bogor, Pasar Sukasari dan Pasar Kebon Kembang. Ketiga pasar ini dijadikan sebagai tempat penelitian karena merupakan tiga pasar terbesar yang ada di Kota Bogor.

3.3 Data dan Metode Analisis

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari data PD Pasar Pakuan Jaya, BPS Kota Bogor dan Bappeda Kota Bogor, dan sebagian dari data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuisioner. Sementara metode analisis yang digunakan adalah Deskriptif Kuantitatif, IPA Analysis, SWOT dan QSPM. Data dan Metode seperti tampak pada Tabel 4.

Tabel 4. Data dan Metode Analisis

Tujuan Kajian Data Metode analisis

(40)

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Data mengenai kepuasan pelanggan yang ditinjau melalui tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pedagang terhadap pengelolaan PD Pasar Pakuan Jaya, diperoleh melalui :

1. Kuesioner terstruktur, yaitu daftar pertanyaan yang berkaitan dengan topik penelitian, disebarkan kepada responden dengan jumlah 60 orang responden yang mewakili 3 pasar. Setiap pasar diambil 20 orang dari pedagang.

2. Wawancara terbuka, yaitu suatu tehnik pengumpulan data primer dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden.

3. Studi kepustakaan, dengan cara mencari literatur, penelusuran data kepustakaan, buku, jurnal, surat kabar dan internet.

Wawancara juga dilakukan kepada Dirut PD Pasar Pakuan Jaya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kepala Dinas Perekonomian, Kepala Bappeda dan 3 Kepala Pasar untuk merumuskan strategi dan program untuk meningkatkan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor.

3.3.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.3.2.1. Analisis Deskriptif Kuantitatif

(41)

3.3.2.2Importance and Performance Analysis (IPA)

Analisis ini digunakan untuk menjawab perumusan masalah mengenai sejauh mana tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pedagang terhadap pengelolaan Pasar Pakuan Jaya. Atribut kualitas ini seperti pada Tabel 5, dimodifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Mattanete, 2008 berdasarkan atas lima dimensi kualitas menurut Lovelock (2005).

Tabel 5. Atribut Kualitas Pengelolaan Pasar Pakuan Jaya

No Atribut Kualitas Pengelolaan Pasar Pakuan Jaya Tangible (Kenyataan/ bentuk Fisik)

1 Lokasi pasar

2 Kebersihan kantor unit pasar 3 Kondisi bangunan/ gedung pasar 4 Kondisi kebersihan pasar

5 Kondisi fasilitas umum (MCK, Mushola, penerangan) 6 Kondisi tempat usaha/berdagang (kios)

7 Ketersediaan bak penampungan sampah Reliability (Kehandalan/kepercayaan) 1 Keramahan petugas pasar

2 Harga kios dan los

3 Pelayanan yang diberikan pegawai unit pasar 4 Penataan PKL

5 Kemudahan dalam pengurusan sewa tempat usaha 6 Besarnya retribusi

7 Jam operasional

Responsiveness (Ketanggapan)

1 Kepedulian menampung keluhan pedagang 2 Kecepatan respon atas keluhan pedagang 3 Keterbukaan dalam menerima kritik pedagang

Assurance (Jaminan/kepastian) 1 Keamanan dan ketertiban pasar 2 Kemudahan mendapat izin berdagang 3 Kejujuran petugas penarik retribusi 4 Kualitas barang

5 Kelengkapan jenis barang Emphaty (Empati)

1 Pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib pasar 2 Sikap pegawai unit pasar

3 Pengelola pasar memberikan pembinaan/penyuluhan secara baik dan teratur 4 Pengelola pasar memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum

5 Musyawarah dengan pedagang 6 Sosialisasi tata tertib pasar

(42)

Analisis tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pelanggan dilakukan dengan diagram tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pedagang terhadap atribut pengelolaan Pasar Pakuan Jaya. Analisis tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pelanggan dilakukan dengan diagram tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan pedagang terhadap atribut pengelolaan Pasar Pakuan Jaya.

Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja akan dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan kinerja Pasar Pakuan Jaya. Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja/pelaksanaan dengan skor kepentingan (Supranto, 2001). Tingkat kesesuaian ini akan menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pedagang. Pada prioritas peningkatan ini digunakan variabel X mewakili tingkat kinerja Pasar Pakuan Jaya dan variabel Y untuk tingkat kepentingan pedagang.

Menurut Supranto (2001), variabel-variabel tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Tki = Tingkat kesesuaian responden

Xi = Skor penilaian kinerja perusahaan

Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan

Sumbu mendatar (X) diisi oleh skor tingkat kepuasan pedagang, sedangkan sumbu tegak (Y) diisi oleh skor tingkat kepentingan. Adapun skor tingkat kepuasan tiap atribut pengelolaan Pasar Pakuan Jaya (X) dan skor tingkat kepentingan tiap atribut pengelolaan Pasar Pakuan Jaya (Y). Menurut Supranto (2001) seiap faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan disederhanakan dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

(43)

X = Skor rata-rata tingkat kepuasan pada tiap atribut pengelolaan Pasar Pakuan Jaya

Y = Skor rata-rata kepentingan pada tiap atribut pengelolaan Pasar Pakuan Jaya

Selanjutnya nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut dan kepuasan/kinerja perusahaan kemudian dianalisis pada diagram kartesius (Important-Performance Matrik). Diagram kartesius IPA merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat

bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X, Y) (Supranto, 2001) dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepuasan pedagang terhadap seluruh kualitas pengelolaan Pasar Pakuan Jaya dan Y adalah rata-rata dari skor tingkat kepentingan pedagang terhadap seluruh atribut kualitas pengelolaan Pasar Pakuan Jaya. Seluruh atribut kualitas pengelolaan diberi simbol K dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

K = banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan

Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian kedalam diagram kartesius yang menunjukkan bahwa kuadran 1 adalah prioritas utama, kuadran II adalah pertahankan, kuadran III adalah prioritas rendah, kuadran IV adalah berlebihan. Keempat kuadran tersebut disajikan pada Gambar 2

Penting

A B

Kepentingan

C D

Kurang Penting

Kurang baik Kinerja Baik

(44)

Berdasarkan diagram tersebut, maka perusahaan dapat merumuskan strategi yang dapat dilakukan berkenaan dengan posisi masing-masing atribut pada keempat kuadran tersebut yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kuadran A (Atributtes to Improve)

Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai dengan keinginan pelanggan. Sehingga mengecewakan/ tidak puas.

2. Kuadran B (Maintenance Performance)

Posisi ini menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan oleh pasar, untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap sangat penting dan memuaskan.

3. Kuadran C (Atributtes to Maintenance)

Posisi ini menunjukkan beberapa atribut kualitas jasa yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan dan pelaksanaannya oleh pasar biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. Peningkatan atribut-atribut ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh pelanggan sangat kecil.

4. Kuadran D (Main Priority)

Posisi ini menunjukkan faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan dalam pelaksanaannya. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya.

(45)

Untuk merumuskan strategi dan program peningkatan posisi tawar pasar tradisional di Kota Bogor (tujuan ketiga), maka digunakan analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT), yang diawali dengan membuat analisis

Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE).

Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama, sedangkan matriks EFE digunakan untuk pengambilan keputusan dalam meringkas dan mengevaluasi semua informasi lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman (David, 2002).

David (2002) menyebutkan langkah - langkah yang diperlukan untuk menyusun matriks EFE dan IFE, yaitu :

1. Daftarkan semua faktor-faktor eksternal dan internal yang diidentifikasi, termasuk peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan.

2. Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukan kepentingan relatif semua faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Setiap variabel menggunakan skala 0,1, 2. Untuk menentukan bobot yang digunakan adalah :

- A varibel baris/sebelah kiri kurang penting daripada variabel kolom/bagian atas, maka pada kotak pertemuan antraa A (kiri) dan B (atas) nilai = 0

- A variabel baris/sebelah kiri sama penting dengan C pada variabel bagian atas, maka pada kotak pertemuan antara A (kiri) dan C (atas) nilainya = 1

- A variabel baris/sebelah kiri lebih penting daripada D pada variabel bagian atas, maka pada kotak pertemuan antara A (kiri) dan C (atas) nilainya = 2.

(46)

4. Setiap rating dikalikan dengan masing-masing bobot untuk setiap variabelnya. Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari pembobotan untuk mendapatkan skor pembobotan

5. Jumlah skor pembobotan berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan IFE dibawah 2,5, maka kondisi internalnya lemah. Untuk jumlah skor bobot faktor eksternal berkisar 1,0 – 4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan EFE 1,0 menunjukkan ketidakmampuan memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Jumlah skor 4 menunjukkan kemampuan merespon peluang maupun ancaman yang dihadapi dengan sangat baik.

Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Matriks IFE

Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan 1.

2.

Kelemahan 1.

2.

Tabel 7 menggambarkan mengenai matriks EFE.

Tabel 7. Matriks EFE

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang 1. 2.

Ancaman 1.

(47)

3.3.3.4. Matrik SWOT

Hasil analisis faktor internal dan eksternal dilanjutkan kepada analisis Strenght Weakness Opportunity Threat (SWOT). Analisis ini merupakan alat

untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif, meminimalisasi kelemahan yang ada serta menekan dampak ancaman yang timbul.

Tabel 8. Matriks SWOT

Analisis SWOT memiliki matriks dengan empat kuadran yang merupakan perpaduan strategi antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) sebagaimana disajikan dalam Tabel 8.

3.4 Metode Perumusan Strategi dan Perancangan Program

Dalam melakukan perumusan strategi dan perancangan program digunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM merupakan alat yang memungkinkan untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif berdasarkan pada faktor-faktor kunci internal dan eksternal.

(48)

Key Factors, Strategic Alternatifs, Weights, Attractiveness Score, Total

Attractiveness Score dan Sum Total Attractiveness Score, sebagaimana tersaji dalam Tabel 9.

Langkah-langkah dalam analisis QSPM adalah sebagai berikut :

1. Menyusun daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman di kolom sebelah kiri QSPM.

2. Memberi bobot (weight) pada masing-masing external dan internal key success factors.

3. Mengidentifikasi strategi alternatif yang pelaksanaannya harus dipertimbangkan. Mencatat strategi-strategi ini di bagian atas baris QSPM. Mengelompokkan strategi-strategi tersebut ke dalam kesatuan yang mutually exclusive, jika memungkinkan.

4. Menetapkan Attractiveness Scores (AS), yaitu nilai yang menunjukkan kemenarikan relative untuk masing-masing strategi yang terpilih. Attractiveness Scores ditetapkan dengan cara meneliti masing-masing

external dan internal key success factors. Batasan nilai Attractiveness Scores

adalah : 1 2

3 4

5. Menghitung Total Attractiveness Scores (TAS). Total Attractiveness Scores (TAS) didapat dari perkalian bobot (weight) dengan Attractiveness Scores pada masing-masing baris. Total Attractiveness Scores menunjukkan relative attractiveness dari masing-masing alternatif strategi

(49)

Tabel 9. Matriks Analisis QSPM

Faktor Kunci Bobot

Strategi Alternatif

I II III

AS TAS AS TAS AS TAS

INTERNAL Kekuatan ……….. Kelemahan ………. EKSTERNAL Peluang

(50)

pelayanan dibidang perpasaran, dengan menyelenggarakan usaha pengelolaan dan penyewaan sarana dan prasarana pasar (seperti termpat berdagang, perparkiran, tempat bongkar muat, pengelolaan kebersihan, mandi cuci kakus (MCK), serta usaha lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pasar.

Tujuan didirikannya PD Pasar Pakuan Jaya sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang pendirian Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya adalah:

1. Meningkatkan pelayanan kebutuhan sarana dan prasarana pasar yang nyaman, bersih dan teratur.

2. Mendorong perekonomian daerah. 3. Menunjang pembangunan daerah.

(51)

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH

4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor

4.1.1 Letak dan Batas Wilayah

Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43’30” BT dan 30’30” LS – 6 derajat 41’00” LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter dengan jarak dari ibukota kurang lebih 60 kilometer.

Pasar Kebon Kembang

Pasar Bogor Pasar Sukasari

(52)

Kota Bogor memiliki luas wilayah 118,50 km2 dan mengalir beberapa sungai yang permukaan airnya jauh dibawah permukaan, yaitu : Sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi dan Cibalok. Oleh karena adanya kondisi tersebut, maka Kota Bogor relatif aman dari bahaya banjir.

Berdasarkan pada Gambar 3, batas-batas wilayah Kota Bogor sebagai berikut :

1. Sebelah Selatan : Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kab. Bogor

2. Sebelah Timur : Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi

Kab. Bogor

3. Sebelah Utara : Kecamatan Sukaraja, Bojong Gede dan

Kemang Kab. Bogor

4. Sebelah Barat : Kecamatan Kemang dan Dramaga Kab.

Bogor

Wilayah Kota Bogor dari berbagai arah berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Bogor. Wilayah Kota Bogor berada ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor.

4.1.2 Iklim dan Curah Hujan

Kota Bogor mempunyai ketinggian dari permukaan laut minimal 190 meter dan maksimal 330 meter. Kota Bogor disebut kota hujan dengan keadaan cuaca dan udara yang sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26 derajat celcius dan kelembaban udaranya kurang lebih 70 persen. Suhu terendah di Kota Bogor adalah 21,8 derajat celcius yang paling sering terjadi pada bulan desember dan januari. Arah mata angin sewaktu-waktu dipengaruhi oleh angin muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi oleh angin muson barat dengan arah mata angin 6 persen terhadap arah barat (BPS, 2010)..

4.1.3 Keadaan Topografi Kota Bogor

(53)

wilayah Kota Bogor terdapat jenis tanah Latosol coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Kedudukan Topografi Kota Bogor berada ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota negara merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya Kebun Raya Bogor (KRB) yang didalamnya terdapat Istana Bogor merupakan tujuan wisata yang menarik bagi wisatawan dalam negeri dan mancanegara. Kedudukan Kota Bogor yang berada diantara jalur Puncak/Cianjur juga merupakan potensi bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat (BPS, 2010)..

4.2 Pemerintahan

Kota Bogor di pimpin oleh seorang Walikota yang dibantu oleh seorang Wakil Walikota. Dalam urusan pelaksanaan birokrasi, Walikota di bantu oleh seorang Sekretaris Daerah (Sekda) yang bertanggung jawab langsung kepada Walikota. Dalam menjalankan program kerja, terdapat beberapa Dinas yang membidangi beberapa bidang yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekretaris daerah. Di Kota Bogor terdapat 45 orang anggota legislatif yang terdiri dari berbagai partai politik yang bekerja untuk mengontrol pemerintahan, membuat peraturan daerah bersama Walikota dan mengalokasikan anggaran terhadap program-program pemerintah.

Kota Bogor memiliki 6 Kecamatan dengan 758 rukun warga, 3.392 rukun tetanggan. Kecamatan yang terdapat di Kota Bogor diantaranya adalah :

1. Kecamatan Bogor Selatan 2. Kecamatan Bogor Timur 3. Kecamatan Bogor Utara 4. Kecamatan Bogor Barat 5. Kecamatan Bogor Tengah 6. Kecamatan Tanah Sareal

Gambar

Gambar. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 2. Diagram Kartesius (Importance Performance Matrik)
Tabel 6. Matriks IFE
Tabel 8. Matriks SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait