• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

PERSEPSI PEDAGANG TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR

Dalam melakukan pengelolaan pasar tradisional di Kota Bogor, PD. Pasar Pakuan Jaya harus meningkatkan kinerja, mengetahui dan memperhatikan apa yang menjadi Kepentingan pedagangnya. Kinerja perusahaan dan Kepentingan dari pedagang merupakan sesuatu yang berbanding lurus. Ketika kinerja perusahaan baik, maka Kepentingan pedagang terhadap perusahaan juga akan semakin besar. Citra perusahaan bukan dilihat dari sudut pandang perusahaan tetapi dari sudut pandang pedagangnya, dan perusahaan yang dapat memberikan kepuasan kepada pedagangnya adalah perusahaan yang mengerti kepentingan dari pedagangnya/ konsumen (Kotler, 2007).

Menentukan persepsi pedagang terhadap perusahaan adalah tidak mudah. Perlu upaya yang besar dari perusahaan untuk memikat hati pedagang agar tidak pindah berusaha ke tempat lain. Oleh karenanya perusahaan PD Pasar Pakuan Jaya Kota Bogor perlu mengetahui karakteristik pedagang.

6.1 Karakteristik Pedagang Pasar Tradisional di Kota Bogor

Hal yang perlu menjadi acuan dalam menentukan persepsi pedagang pasar tradisional di Kota Bogor adalah karakteristik pedagang. Karakteristik pedagang pasar tradisional di Kota Bogor dapat dilihat dari status pernikahan, tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Karakteristik ini membantu untuk mengetahui pedagang seperti apa yang menjadi pedagang pasar tradisional di Kota Bogor.

6.1.1 Karakteristik Pedagang Berdasarkan Status Pernikahan

Pedagang pasar tradisional di Kota Bogor sebagian besar adalah sudah menikah (berkeluarga), di Pasar Bogor dari 20 orang responden (pedagang) yang disurvei, terdapat 16 orang pedagang sudah menikah, 3 orang belum menikah dan 1 orang janda. Di Pasar Sukasari terdapat 18 pedagang sudah menikah, 1 orang belum menikah dan 1 orang janda. Sementara di Pasar Kebon Kembang, terdapat

(2)

16 pedagang sudah menikah, 4 orang belum menikah. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Karakteristik Pedagang Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan Pasar Bogor Pasar Sukasari Kebon Kembang

Menikah 16 18 16

Belum menikah 3 1 4

Duda/Janda 1 1 0

Total 20 20 20

6.1.2 Karakteristik Pedagang Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa karakteristik pedagang pasar tradisional dilihat dari segi pendidikan yaitu sebagian besar pedagang pasar tradisional berpendidikan SMA/ sederajat. Di Pasar Bogor, dari 20 responden yang disurvei terdapat 8 pedagang berpendidikan SMA/sederajat, 5 orang berpendidikan SMP, 3 orang berpendidikan SD, 3 orang Diploma dan 1 orang Sarjana. Di Pasar Sukasari, terdapat 10 pedagang yang berpendidikan SMA/ sederajat, 5 orang SMP, 1 orang SD, 2 orang Diploma dan 2 orang sarjana. Sementara di Pasar Kebon Kembang, terdapat 9 orang SMA/ sederajat, 5 orang SMP, 1 orang SD, 1 orang Diploma dan 4 orang Sarjana.

Tabel 19. Pendidikan Responden di Pasar Tradisional Kota Bogor Pendidikan Responden Pasar Bogor Pasar Sukasari Kebon Kembang

SD 3 1 1 SMP 5 5 5 SMA 8 10 9 Diploma 3 2 1 Sarjana 1 2 4 Total 20 20 20

6.1.3 Karakteristik Pedagang Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik pedagang dapat dilihat pada Tabel 20, sebagian besar pedagang di pasar tradisional Kota Bogor berjenis kelamin perempuan (ibu-ibu),. Di Pasar Bogor, dari 20 responden yang di survei, terdapat 11 pedagang berjenis

(3)

kelamin perempuan dan 9 orang berjenis kelamin laki-laki. Di Pasar Sukasari terdapat 11 pedagang perempuan dan 9 orang laki-laki. Sementara di Pasar Kebon Kembang, terdapat 12 pedagang perempuan dan 8 pedagang laki-laki.

Tabel 20. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Responden Pasar Bogor Pasar Sukasari Pasar Kebon Kembang

Laki-laki 9 9 8

Perempuan 11 11 12

Total 20 20 20

6.2 Persepsi Pedagang Terhadap Pasar Tradisional di Kota Bogor 6.2.1 Persepsi Pedagang Pasar Bogor

Pedagang Pasar Bogor mempersepsikan bahwa secara umum kinerja PD. Pasar Pakuan Jaya dalam mengelola pasar tardisional di Kota Bogor berkinerja rendah (skor 2,9) dan pedagang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi (skor 3,7) sebagaimana terlihat pada Supranto (2003), mengatakan bahwa kinerja dikatakan baik bila hasil perhitungan rata-ratanya berada diantara skor 3,5 sampai dengan 4,5 (Tabel 21).

Berdasarkan pada hasil penelitian ini, kinerja PD Pasar Pakuan Jaya yang dinilai paling tinggi oleh pedagang Pasar Bogor adalah kelengkapan jenis barang (skor 3,8), dimana atribut ini berkaitan dengan lengkap dan mudah diperolehnya berbagai jenis barang yang akan dibeli oleh pedagang. Kinerja PD Pasar Pakuan Jaya yang dinilai tinggi oleh pedagang adalah 2 atribut, yaitu 1) kualitas barang, dan 2) lokasi pasar yang mudah dijangkau.

Selanjutnya persepsi pedagang terhadap kinerja PD Pasar Pakuan Jaya (Pasar Bogor) yang dinilai lebih rendah menyangkut sepuluh atribut, yaitu 1) harga kios dan los, 2) pelayanan yang diberikan pegawai unit pasar, 3) besarnya retribusi, 4) jam operasional, 5) kejelasan informasi kepada pedagang, 6) kemudahan mendapat izin berdagang, 7) sikap pegawai unit pasar, 8) musyawarah dengan pedagang, 9) sosialisasi tata tertib pasar dan 10) kesungguhan petugas dalam mengelola pasar. Atribut kinerja dinilai oleh pedagang lebih rendah, jika nilai skor antara 3,0 sampai dengan 3,5.

Tabel 21. Persepsi Pedagang Pasar Bogor terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan

(4)

No Atribut Pengelolaan Pasar Tingkat Kinerja

Tingkat Kepentingan

1 Lokasi pasar 3,6 4,0

2 Kebersihan kantor unit pasar 2,6 3,7

3 Kondisi bangunan/ gedung pasar 2,7 3,7

4 Kondisi kebersihan pasar 2,3 3,5

5 Kondisi fasilitas umum (MCK, Mushola, penerangan)

2,9 3,6

6 Kondisi tempat usaha/berdagang (kios) 2,8 3,5

7 Ketersediaan bak penampungan sampah 2,3 3,5

8 Keramahan petugas pasar 2,3 3,8

9 Harga kios dan los 3,2 3,6

10 Pelayanan yang diberikan pegawai unit pasar 3,4 4,0

11 Penataan PKL 2,4 3,7

12 Kemudahan dalam pengurusan sewa tempat usaha

2,9 3,6

13 Besarnya retribusi 3,1 3,6

14 Jam operasional 3,0 3,4

15 Kepedulian menampung keluhan pedagang 2,5 3,8 16 Kecepatan respon atas keluhan pedagang 2,5 3,9 17 Keterbukaan dalam menerima kritik pedagang 2,9 3,9

18 Kejelasan informasi kepada pedagang 3,0 3,9

19 Keamanan dan ketertiban pasar 2,8 3,8

20 Kemudahan mendapat izin berdagang 3,2 3,8

21 Kejujuran petugas penarik retribusi 2,9 3,7

22 Kualitas barang 3,7 3,8

23 Kelengkapan jenis barang 3,8 4,0

24 Pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib pasar

2,8 3,6

25 Sikap pegawai unit pasar 3,1 4,0

26 Pengelola pasar memberikan

pembinaan/penyuluhan secara baik dan teratur

2,9 3,8

27 Pengelola pasar memberikan rasa keadilan dan kepastian hokum

2,9 3,9

28 Musyawarah dengan pedagang 3,0 3,7

29 Sosialisasi tata tertib pasar 3,3 3,9

30 Kesungguhan petugas dalam mengelola pasar 3,2 3,9

Rata-rata 2,9 3,7

Sementara kinerja PD Pasar Pakuan Jaya (Pasar Bogor) yang dinilai paling rendah oleh pedagang yaitu tujuh atribut, yaitu: 1) kebersihan kantor unit pasar, 2) kondisi bangunan/ gedung pasar, 3) kondisi kebersihan pasar, 4) kondisi fasilitas umum (MCK, mushola, penerangan), 5) kondisi tempat berdagang (kios), 6)

(5)

ketersediaan bak penampungan sampah, 7) keramahan petugas pasar, 8) penataan PKL, 9) kemudahan dalam pengurusan sewa tempat, 10) kepedulian menampung keluhan pedagang, 11) kecepatan respon atas keluhan pedagang, 12) keterbukaan dalam menerima kritik pedagang, 13) keamanan dan ketertiban pasar, 14) kejujuran petugas penarik retribusi, 15) pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib pasar, 16) pengelola pasar memberikan pembinaan/penyuluhan dan 17) pengelola pasar memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum.

Terhadap tingkat Kepentingan, pedagang Pasar Bogor menyatakan bahwa seluruh atribut pengelolaan pasar penting bagi mereka dan seharusnya dilakukan dengan baik oleh PD Pasar Pakuan Jaya. Pedagang pasar memiliki kepentingan yang paling tinggi terhadap atribut 1) pelayanan dari unit pasar, 2) kelengkapan jenis barang, 3) sikap pegawai unit pasar, 4) lokasi pasar, 5) kebersihan kantor unit pasar, 6) kondisi bangunan/gedung pasar, 7) kondisi kebersihan pasar, 8) kondisi fasilitas umum, 9) kondisi tempat usaha, 10) ketersediaan bak penampung sampah, 11) keramahan petugas pasar, 12) harga kios dan los, 13) penataan PKL, 14) kemudahan pengurusan sewa tempat, 15) besarnya retribusi, 16) kepedulian menampung keluhan, 17) kecepatan respon atas keluhan pedagang, 18) keterbukaan dalam menerima kritik pedagang, 19) keterbukaan informasi kepada pedagang, 20) keamanan dan ketertiban, 21) kemudahan izin berdagang, 22) kejujuran petugas penarik retribusi, 23) kualitas barang, 24) pemberian sanksi terhadap pelanggaran, 25) pembinaan dan penyuluhan kepada pedagang, 26) pengelola memberikan jaminan rasa keadilan, 27) musyawarah dengan pedagang, 28) sosialisasi tata tertib dan 29) kesungguhan dalam mengelola pasar. Sementara itu atribut yang memiliki tingkat Kepentingan yang rendah yaitu 1) atribut jam operasional, dikarenakan pengaturan jam operasional di pasar sudah diketahui oleh pedagang. Jadi pedagang sudah mengetahui kapan waktu untuk berbelanja di pasar tradisional.

Berdasarkan hasil analisis terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan di Pasar Bogor, di dapat nilai Tingkat Kinerja rata-rata sebesar 2,9 dan Tingkat Kepentingan rata-rata sebesar 3,7. Oleh karena itu berada pada Kuadran B. Posisi ini menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil

(6)

dilaksanakan oleh pasar, wajib dipertahankan. Pada kuadran ini dianggap sangat penting dan memuaskan (Gambar 4).

Gambar 4. Hasil Diagram Kartesius untuk Pasar Bogor

6.2.2 Persepsi Pedagang Pasar Sukasari

Berdasarkan pada Tabel 22, pedagang Pasar Sukasari mempersepsikan bahwa secara umum kinerja PD Pasar Pakuan Jaya dalam pengelolaan pasar tradisional di Kota Bogor berkinerja rendah (skor 2,9) dan tingkat kepentingan pedagang tinggi (skor 3,8).

Kinerja PD Pasar Pakuan Jaya yang dinilai paling tinggi oleh pedagang Pasar Sukasari adalah 1) kualitas barang dan 2) lokasi pasar yang strategis. Selanjutnya atribut yang dinilai berkinerja lebih rendah menyangkut sepuluh atribut, yaitu 1) keramahan petugas pasar, 2) harga kios dan los, 3) kemudahan dalam pengurusan sewa tempat usaha, 4) besarnya retribusi, 5) jam operasional, 6) keamanan dan ketertiban pasar, 7) kemudahan mendapat izin berdagang, 8) kejujuran petugas penarik retribusi, 9) musyawarah dengan pedagang dan 10) sosialisasi tata tertib pasar.

(7)

Sementara itu beberapa atribut yang dinilai berkinerja paling rendah oleh pedagang Pasar Sukasari menyangkut delapan belas atribut, yaitu : 1) kebersihan kantor unit pasar. 2) kondisi bangunan/ gedung pasar, 3) kondisi kebersihan pasar, 4) kondisi fasilitas umum (MCK, mushola, penerangan), 5) kondisi tempat usaha (kios), 6) ketersediaan bak penampungan sampah, 7) pelayanan pegawai unit pasar, 8) penataan PKL, 9) kepedulian menampung keluhan pedagang, 10) kecepatan respon atas keluhan pedagang, 11) keterbukaan dalam menerima kritik pedagang, 12) kejelasan informasi kepada pedagang, 13) kelengkapan jenis barang, 14) pemberian sanksi atas pelanggaran tata tertib pasar, 15) sikap pegawai unit pasar, 16) pembinaan kepada pedagang, 17) pegelola pasar memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum, dan 18) kesungguhan petugas mengelola pasar. Tabel 22. Persepsi Pedagang Pasar Sukasari terhadap Tingkat Kinerja dan

Tingkat Kepentingan

No Atribut Pengelolaan Pasar Tingkat Kinerja

Tingkat Kepentingan

1 Lokasi pasar 3,6 4,2

2 Kebersihan kantor unit pasar 2,8 3,8

3 Kondisi bangunan/ gedung pasar 2,0 3,8

4 Kondisi kebersihan pasar 2,2 3,7

5 Kondisi fasilitas umum (MCK, Mushola, penerangan)

2,4 3,8

6 Kondisi tempat usaha/berdagang (kios) 2,5 3,8 7 Ketersediaan bak penampungan sampah 2,4 3,7

8 Keramahan petugas pasar 3,2 3,7

9 Harga kios dan los 3,2 3,7

10 Pelayanan yang diberikan pegawai unit pasar 2,9 3,7

11 Penataan PKL 2,6 3,8

12 Kemudahan dalam pengurusan sewa tempat usaha

3,1 3,7

13 Besarnya retribusi 3,0 3,8

14 Jam operasional 3,4 3,8

15 Kepedulian menampung keluhan pedagang 2,9 3,7 16 Kecepatan respon atas keluhan pedagang 2,7 4,1 17 Keterbukaan dalam menerima kritik pedagang 2,9 3,9 18 Kejelasan informasi kepada pedagang 2,8 3,9

19 Keamanan dan ketertiban pasar 3,2 3,9

20 Kemudahan mendapat izin berdagang 3,4 3,8

21 Kejujuran petugas penarik retribusi 3,1 4,2

22 Kualitas barang 3,8 4,2

(8)

24 Pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib pasar

2,9 3,9

25 Sikap pegawai unit pasar 2,9 3,9

26 Pengelola pasar memberikan

pembinaan/penyuluhan secara baik dan teratur

2,7 3,7

27 Pengelola pasar memberikan rasa keadilan dan kepastian hokum

2,7 3,7

28 Musyawarah dengan pedagang 3,0 3,8

29 Sosialisasi tata tertib pasar 3,3 3,8

30 Kesungguhan petugas dalam mengelola pasar 2,9 4,1

Skor rata-rata 2,9 3,8

Terhadap tingkat kepentingan, pedagang Pasar Sukasari menyatakan bahwa seluruh atribut pengelolan pasar penting bagi mereka dan seharusnya dilakukan dengan baik oleh PD Pasar Pakuan Jaya. Pedagang Pasar Sukasari memiliki kepentingan yang tinggi terhadap tiga puluh atribut pengelolaan pasar, sedangkan empat atribut lainnya yaitu kualitas barang, lokasi pasar, kejujuran petugas penarik retribusi dan kesungguhan petugas dalam mengelola pasar merupakan tingkat Kepentingan tertinggi yang harus diperhatikan oleh PD Pasar Pakuan Jaya. Hal ini berkaitan dengan kualitas barang dan kondisi manajemen pasar tradisional yang perlu peningkatan.

Berdasarkan hasil analisis terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan di Pasar Sukasari seperti tampak pada Gambar 5, di dapat nilai Tingkat Kinerja rata-rata sebesar 2,9 dan Tingkat Kepentingan rata-rata sebesar 3,8. Oleh karena itu berada pada Kuadran B. Posisi ini menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan oleh pasar, wajib dipertahankan. Pada kuadran ini dianggap sangat penting dan memuaskan.

(9)

Gambar 5. Hasil Diagram Kartesius untuk Pasar Sukasari

6.2.3 Persepsi Pedagang Pasar Kebon Kembang

Tabel 23 menggambarkan persepsi pedagang Pasar Kebon Kembang terhadap pengelolaan PD Pasar Pakuan Jaya. Pedagang Pasar Kebon Kembang mempersepsikan bahwa secara umum kinerja PD Pasar Pakuan Jaya dalam pengelolaan pasar tradisional di Kota Bogor berkinerja rendah (skor 3,1) dan tingkat kepentingan pedagang tinggi (skor 3,9).

Tabel 23. Persepsi Pedagang Pasar Kebon Kembang terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan

No Atribut Pengelolaan Pasar Tingkat Kinerja

Tingkat Kepentingan

1 Lokasi pasar 3,4 4,1

2 Kebersihan kantor unit pasar 2,4 3,5

3 Kondisi bangunan/ gedung pasar 2,4 3,9

4 Kondisi kebersihan pasar 2,2 3,8

5 Kondisi fasilitas umum (MCK, Mushola, penerangan)

2,5 4,0

6 Kondisi tempat usaha/berdagang (kios) 3,0 3,8 7 Ketersediaan bak penampungan sampah 2,3 3,8

8 Keramahan petugas pasar 3,7 3,8

9 Harga kios dan los 3,0 3,9

10 Pelayanan yang diberikan pegawai unit pasar 3,3 3,9

11 Penataan PKL 2,4 3,7

12 Kemudahan dalam pengurusan sewa tempat usaha

(10)

13 Besarnya retribusi 3,1 3,9

14 Jam operasional 3,4 3,9

15 Kepedulian menampung keluhan pedagang 2,9 4,3 16 Kecepatan respon atas keluhan pedagang 2,9 4,1 17 Keterbukaan dalam menerima kritik pedagang 3,1 4,2 18 Kejelasan informasi kepada pedagang 3,0 4,1

19 Keamanan dan ketertiban pasar 2,8 4,0

20 Kemudahan mendapat izin berdagang 3,4 4,0

21 Kejujuran petugas penarik retribusi 3,5 4,1

22 Kualitas barang 3,9 4,1

23 Kelengkapan jenis barang 3,6 4,1

24 Pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib pasar

3,1 3,7

25 Sikap pegawai unit pasar 3,1 3,8

26 Pengelola pasar memberikan

pembinaan/penyuluhan secara baik dan teratur

3,1 4,0

27 Pengelola pasar memberikan rasa keadilan dan kepastian hokum

3,1 4,0

28 Musyawarah dengan pedagang 3,1 4,0

29 Sosialisasi tata tertib pasar 3,3 3,9

30 Kesungguhan petugas dalam mengelola pasar 3,3 4,1

Skor rata-rata 3,1 3,9

Kinerja PD Pasar Pakuan Jaya yang dinilai paling tinggi oleh pedagang Pasar Kebon Kembang adalah 1) kualitas barang, 2) keramahan petugas pasar, 3) kelengkapan jenis barang, dan 4) kejujuran petugas penarik retribusi.

Selanjutnya atribut yang dinilai memiliki kinerja lebih rendah menyangkut tujuh belas antribut, yaitu : 1) lokasi pasar, 2) kondisi tempat usaha/dagang, 3) harga kios dan los, 4) pelayanan yang diberikan pegawai unit pasar, 5) kemudahan dalam pengurusan sewa tempat usaha, 6) besarnya retribusi, 7) jam operasional, 8) keterbukaan dalam menerima kritik pedagang, 9) kejelasan informasi kepada pedagang, 10) kemudahan mendapat izin berdagang, 11) pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib pasar, 12) sikap pegawai unit pasar, 13) pembinaan oleh pengelola pasar, 14) pengelola memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum, 15) musyawarah dengan pedagang, 16) sosialisasi tata tertib pasar dan 17) kesungguhan petugas mengelola dalam pasar.

Kinerja yang dinilai paling rendah adalah 1) kebersihan kantor unit pasar, 2) kondisi bangunan/gedung pasar, 3) kondisi kebersihan pasar, 4) kondisi fasilitas umum, 5) ketersediaan bak penampungan sampah, 6) penataan PKL, 7)

(11)

kepedulian menampung keluhan pedagang, 8) kecepatan respon atas keluhan pedagang, dan 9) keamanan dan ketertiban pasar.

Gambar 6. Hasil Diagram Kartesius untuk Pasar Kebon Kembang

Terhadap tingkat kepentingan, pedagang Pasar Kebon Kembang menyatakan bahwa seluruh atribut pengelolaan pasar penting bagi mereka dan seharusnya dilakukan dengan baik oleh PD Pasar Pakuan Jaya. Pedagang Pasar Kebon Kembang memiliki kepentingan yang tinggi terhadap atribut 1) kepedulian menampung keluhan pedagang, dan 2) keterbukaan dalam menerima kritik pedagang. Selanjutnya untuk ke dua puluh delapan atribut lainnya pedagang Pasar Kebon Kembang menganggap penting.Pada Gambar 6 dapat dilihat hasil analisis terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan di Pasar Kebon Kembang, di dapat nilai Tingkat Kinerja rata-rata sebesar 3,1 dan Tingkat Kepentingan rata-rata sebesar 3,9. Oleh karena itu berada pada Kuadran B. Posisi ini menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan oleh pasar, wajib dipertahankan. Pada kuadran ini dianggap sangat penting dan memuaskan.

6.2.4 Persepsi Pedagang terhadap Pasar Tradisional (Gabungan) di Kota Bogor

Tabel 24 menggambarkan persepsi pedagang terhadap pengelolaan pasar oleh PD. Pasar Pakuan Jaya. Pedagang mempersepsikan bahwa secara umum kinerja PD. Pasar Pakuan Jaya dalam pengelolaan pasar tradisional di Kota Bogor

(12)

berkinerja rendah (skor 3,0) dan tingkat kepentingan pedagang yang tinggi (skor 3,8).

Kinerja PD. Pasar Pakuan Jaya yang dinilai tinggi oleh pedagang adalah 1) kualitas barang dan 2) lokasi pasar yang strategis. Hal ini berkaitan dengan lokasi Kota Bogor yang sangat strategis yang merupakan daerah ramai sebagai kota jasa. Selanjutnya persepsi pedagang yang dinilai lebih rendah yaitu menyangkut atribut: 1) keramahan petugas pasar, 2) harga kios dan los, 3) pelayanan yang diberikan pegawai unit pasar, 4) kemudahan dalam pengurusan sewa tempat usaha, 5) besarnya retribusi, 6) jam operasional, 7) keterbukaan dalam menerima kritik pedagang, 8) kemudahan mendapat izin berdagang, 9) kejujuran petugas penarik retribusi, 10) kelengkapan jenis barang, 11) sikap pegawai unit pasar, 12) musyawarah dengan pedagang, 13) sosialisasi tata tertib pasar, dan 14) kesungguhan petugas dalam mengelola pasar.

Sementara atribut yang memiliki kinerja paling rendah yaitu 1) kebersihan kantor unit pasar, 2) kondisi bangunan/gedung pasar, 3) kondisi kebersihan pasar, 4) kondisi fasilitas umum, 5) kondisi tempat usaha, 6) ketersediaan bak penampungan sampah, 7) penataan PKL, 8) kepedulian menampung keluhan pedagang, 9) kecepatan respon atas keluhan pedagang, 10) kejelasan informasi kepada pedagang, 11) keamanan dan ketertiban pasar, 12) pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib pasar, 13) pembinaan oleh pengelola pasar kepada pedagang, dan 14) pengelola pasar memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum.

Tabel 24. Persepsi Seluruh Pedagang Pasar terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan

No Atribut Pengelolaan Pasar Tingkat Kinerja

Tingkat Kepentingan

1 Lokasi pasar 3,6 4,1

2 Kebersihan kantor unit pasar 2,6 3,6

3 Kondisi bangunan/ gedung pasar 2,4 3,8

4 Kondisi kebersihan pasar 2,2 3,7

5 Kondisi fasilitas umum (MCK, Mushola, penerangan)

2,6 3,8

6 Kondisi tempat usaha/berdagang (kios) 2,8 3,7

7 Ketersediaan bak penampungan sampah 2,3 3,7

(13)

9 Harga kios dan los 3,1 3,7 10 Pelayanan yang diberikan pegawai unit pasar 3,2 3,8

11 Penataan PKL 2,5 3,7

12 Kemudahan dalam pengurusan sewa tempat usaha

3,0 3,6

13 Besarnya retribusi 3,1 3,8

14 Jam operasional 3,3 3,7

15 Kepedulian menampung keluhan pedagang 2,7 3,9 16 Kecepatan respon atas keluhan pedagang 2,7 4,0 17 Keterbukaan dalam menerima kritik pedagang 3,0 4,0 18 Kejelasan informasi kepada pedagang 2,9 3,9

19 Keamanan dan ketertiban pasar 2,9 3,9

20 Kemudahan mendapat izin berdagang 3,3 3,8

21 Kejujuran petugas penarik retribusi 3,2 4,0

22 Kualitas barang 3,7 4,0

23 Kelengkapan jenis barang 3,4 4,0

24 Pemberian sanksi terhadap pelanggaran tata tertib pasar

2,9 3,7

25 Sikap pegawai unit pasar 3,0 3,9

26 Pengelola pasar memberikan

pembinaan/penyuluhan secara baik dan teratur

2,9 3,8

27 Pengelola pasar memberikan rasa keadilan dan kepastian hokum

2,9 3,8

28 Musyawarah dengan pedagang 3,0 3,8

29 Sosialisasi tata tertib pasar 3,3 3,8

30 Kesungguhan petugas dalam mengelola pasar 3,1 4,1

Skor rata-rata 3,0 3,8

Terhadap tingkat kepentingan, pedagang menyatakan bahwa seluruh atribut pengelolaan pasar penting bagi mereka dan seharusnya dilakukan dengan baik oleh PD Pasar Pakuan Jaya. Pedagang memiliki kepentingan yang paling tinggi terhadap atribut : 1) lokasi pasar, dan 2) kesungguhan petugas dalam mengelola pasar. Sementara untuk ke dua puluh delapan atribut lainnya Kepentingan pedagang juga tinggi karena skornya diatas 3,5 semua.

Pada Gambar 7 dapat dilihat hasil analisis terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan untuk Gabungan Pasar Tradisional di Kota Bogor, di dapat nilai Tingkat Kinerja rata-rata sebesar 3,0 dan Tingkat Kepentingan rata-rata sebesar 3,8. Oleh karena itu berada pada Kuadran B. Posisi ini menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan oleh pasar, wajib dipertahankan. Pada kuadran ini dianggap sangat penting dan memuaskan.

(14)

Gambar 7. Hasil Diagram Kartesius untuk Gabungan Pasar di Kota Bogor

6.3 Tingkat Kepentingan Atribut Kualitas Pengelolaan Pasar 6.3.1 Tingkat Kepentingan Atribut Kualitas Pengelolaan Pasar di

Pasar Bogor

Dari Tabel 25 dapat dilihat bahwa pada tingkat kinerja dimensi Assurance merupakan dimensi pengelolaan yang paling dianggap penting oleh pedagang dibanding dengan dimensi-dimensi kualitas pengelolaan lainnya. Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata tingkat kepentingan tertinggi (3,2) yang dimiliki oleh dimensi assurance, sedangkan dimensi responsiveness memiliki nilai rata-rata tingkat kepentingan terendah yaitu sebesar (2,7), hal ini menunjukkan bahwa dimensi pengelolaan yang bersifat responsiveness merupakan dimensi yang dianggap tidak penting oleh pedagang.

Tabel 25. Tingkat Kepentingan Atribut Pengelolaan Pasar di Pasar Bogor

No Dimensi Atributte Pengelolaan Pasar

Tingkat Kinerja

Tingkat Kepentingan 1 Tangible (kenyataan/bentuk fisik) 2,8 3,6 2 Reliability (keandalan/kepercayaan) 3,0 3,7

3 Responsiveness (ketanggapan) 2,7 3,9

4 Assurance (Jaminan/kepastian) 3,2 3,8

5 Emphaty (empati) 3,1 3,8

Skor Rata-rata 2,9 3,8

Selanjutnya pada tingkat kepentingan, dimensi responsiveness merupakan dimensi atribut pengelolaan pasar yang paling dianggap penting oleh pedagang

(15)

dibandingkan dengan dimensi kepentingan lain. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata tingkat kepentingan tertinggi (3,9), sedanagkan dimensi tangible adalah dimensi dengan tingkat kepentingan terendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata tingkat kepentingan Kepentingan (3,6). Artinya dimensi tangible tingkat kepentingannya terendah dan dianggap rendah kepentingannya oleh pedagang.

6.3.2 Tingkat Kepentingan Atribut Kualitas Pengelolaan Pasar di Pasar Sukasari

Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa pada tingkat kinerja dimensi assurance merupakan dimensi yang paling dianggap penting jika dibandingkan dengan dimensi lainnya. Hal ini di tunjukan dengan nilai rata-rata tingkat kepentingan yang tertinggi (3,2). Sedangkan dimensi yang memiliki tingkat kepentingan terendah yaitu dimensi tanggible dengan nilai rata-rata (2,6). Hal ini menunjukkan bahwa dimensi tangible merupakan dimensi yang dianggap tidak penting oleh pedagang.

Selanjutnya pada tingkat kepentingan dimensi assurance merupakan dimensi yang memiliki nilai rata-rata tertinggi (4,0). Ini menunjukkan bahwa dimensi assurance merupakan dimensi yang paling penting jika dibandingkan dengan dimensi lainnya. Sementara dimensi yang memiliki nilai rata-rata paling rendah yaitu dimensi reliability dengan nilai rata-rata (3,7). Namun di Pasar Sukasari semua dimensi kepentingan memiliki tingkat kepentingan yang tinggi.

Tabel 26. Tingkat Kepentingan Atribut Pengelolaan Pasar di Pasar Sukasari

No Dimensi Atributte Pengelolaan Pasar

Tingkat Kinerja

Tingkat Kepentingan 1 Tangible (kenyataan/bentuk fisik) 2,6 3,8 2 Reliability (keandalan/kepercayaan) 3,0 3,7 3 Responsiveness (ketanggapan) 2,8 3,9 4 Assurance (Jaminan/kepastian) 3,2 4,0

5 Emphaty (empati) 2,9 3,8

Skor Rata-rata 2,9 3,8

6.3.3 Tingkat Kepentingan Atribut Kualitas Pengelolaan Pasar di Pasar Kebon Kembang

(16)

Selanjutnya pada Tabel 27 dapat dilihat bahwa pada tingkat kinerja dimensi assurance merupakan dimensi pengelolaan atribut yang memiliki nilai rata-rata tertinggi (3,4). Hal ini menunjukkan dimensi assurance merupakan dimensi yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan dimensi pengelolaan atribut lainnya. Sementara dimensi yang memiliki tingkat kepentingan terendah yaitu dimensi tangible dengan nilai rata-rata (2,6). Hal ini menunjukkan bahwa dimensi tangible dianggap tidak penting oleh pedagang.

Selanjutnya pada tingkat Kepentingan, dimensi responsiveness merupakan dimensi yang memiliki tingkat kepentingan pengelolaan atribut yang tertinggi dengan nilai rata-rata (4,2). Hal ini menunjukkan bahwa dimensi responsiveness adalah dianggap peting oleh pedagang jika dibandingkan dengan dimensi lainnya.

Tabel 27. Tingkat Kepentingan Atribut Pengelolaan Pasar di Pasar Kebon Kembang

No Dimensi Atributte Pengelolaan Pasar

Tingkat Kinerja

Tingkat Kepentingan 1 Tangible (kenyataan/bentuk fisik) 2,6 3,8 2 Reliability (keandalan/kepercayaan) 3,1 3,8 3 Responsiveness (ketanggapan) 3,0 4,2 4 Assurance (Jaminan/kepastian) 3,4 4,0

5 Emphaty (empati) 3,1 4,0

Skor Rata-rata 3,1 3,9

6.3.4 Tingkat Kepentingan Atribut Kualitas Pengelolaan Pasar di Pasar Tradisional Kota Bogor

Pada Tabel 28, dapat dilihat bahwa pada tingkat kinerja dimensi assurance memiliki nilai rata-rata kepentingan atribut tertinggi dibandingkan dengan dimensi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi assurance dianggap penting oleh pedagang pasar tradisional di Kota Bogor. Sementara dimensi yang memiliki nilai kepentingan terendah yaitu dimensi tangible dengan nilai rata-rata (2,6). Hal ini menunjukkan bahwa dimensi tangible dianggap tidak penting oleh pedagang pasar tradisional Kota Bogor.

(17)

Selanjutnya pada tingkat Kepentingan, dimensi responsiveness memiliki nilai rata-rata tertinggi jika dibandingkan dengan dimensi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepentinganya tertinggi. Namun secara umum di pasar tradisional di Kota Bogor, semua dimensi Kepentingan memiliki tingkat kepentingan pengelolaan antribut yang tinggi.

Tabel 28. Tingkat Kepentingan Atribut Pengelolaan Pasar di Semua Pasar

No Dimensi Atributte Pengelolaan Pasar Tingkat Kinerja

Tingkat Kepentingan 1 Tangible (kenyataan/bentuk fisik) 2,6 3,7 2 Reliability (keandalan/kepercayaan) 3,1 3,7

3 Responsiveness (ketanggapan) 2,8 4,0

4 Assurance (Jaminan/kepastian) 3,2 3,9

5 Emphaty (empati) 3,0 3,9

Skor Rata-rata 3,0 3,8

Berdasarkan pada hasil penelitian ini secara umum dapat dilihat bahwa persepsi pedagang terhadap kinerja pasar tradisional di Kota Bogor adalah rendah, sementara Kepentingan pedagang terhadap pasar tradisional di Kota Bogor adalah tinggi. Begitu juga dengan tingkat kepentingan pedagang pasar tradisional di Kota Bogor terhadap dimensi kinerja adalah rendah, sedangkan tingkat kepentingan pedagang terhadap dimensi Kepentingan atribut pengelolaan pasar tradisional di Kota Bogor adalah tinggi.

6.4 Implikasi Pengembangan Pasar Tradisional terhadap Pembangunan Kota Bogor

Pasar-pasar tradisional di Kota Bogor terletak di daerah yang strategis, seperti Pasar Bogor yang berada di depan pintu masuk Kebun Raya Bogor, Pasar Jambu Dua yang berada di daerah Warung Jambu dimana di daerah ini kini telah berdiri Mal Jambu Dua, Pasar Merdeka yang berada di daerah yang sangat strategis karena berhubungan dengan Terminal Merdeka dan pasar lainnya. Di daerah-daerah tersebut kini menjadi daerah yang tumbuh dengan relative cepat, ditandai dengan banyaknya pasar modern yang tumbuh di daerah tersebut dan/atau di sekitar wilayah tersebut.

(18)

Pembangunan pasar modern di sekitar pasar tradisional tersebut sedikit demi sedikit mempengaruhi keberadaan dari pasar tradisional. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya perkembangan penerimaan pendapatan operasional dari pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Pakuan Jaya pada tahun 2006 hingga 2010 mengalami penurunan, walaupun secara nominal mengalami peningkatan. Peningkatan penerimaan tertinggi pada tahun 2006 ke tahun 2007 rata-rata sebesar 16,8 persen, selanjutnya menurun menjadi 6,6 persen, 4,8 persen dan 0,7 persen. Penurunan terbesar terjadi di Pasar Jambu Dua, sebesar 10,3 persen.

Penurunan penerimaan pendapatan operasional ini salah satunya dikarenakan dengan menurunnya penerimaan dari para pedagang, sehingga mempengaruhi pembayaran mereka terhadap penerimaan pendapatan operasional PD. Pasar Pakuan Jaya. Hal ini boleh jadi terjadi karena berkurangnya pedagang di pasar-pasar yang dikelola PD. Pasar.

Oleh karena itu pada tahun 2009, Pemerintah Kota Bogor mendirikan PD Pasar Pakuan Jaya. Tujuan didirikan PD Pasar Pakuan Jaya ini adalah untuk (1) meningkatkan pelayanan kebutuhan sarana dan prasarana pasar yang nyaman, bersih dan teratur, (2) mendorong perekonomian daerah, (3) menunjang pembangunan daerah, (4) Meningkatkan profesionalitas dan efisiensi pengelolaan pasar, dan (5) meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Pasar tradisional, banyak memiliki kekurangan, seperti lokasinya yang strategis terkadang dapat mengganggu lalu lintas di sekitarnya, kumuh, kurang tertata, dan lain-lain. Berdasarkan hasil analisis terhadap responden, maka dapat dilihat bahwa dimensi yang paling penting menurut responden adalah dimensi assurance, yang mencakup keamanan dan ketertiban pasar, kemudahan mendapat izin berdagang, kejujuran petugas penarik retribusi, kualitas barang dan kelengkapan jenis barang.

Dimensi ini jika dibagi berdasarkan atas pedagang, maka penekanan dari pedagang adalah pada aspek keamanan dan ketertiban pasar, kemudahan mendapat izin berdagang, kejujuran petugas menarik retribusi.dan kualitas dari barang yang dijual dan kelengkapan jenis barang.

Jika dikaitkan dengan peranan pemerintah sebagai pembuat kebijakan, maka pemerintah harus lebih menekankan pada aspek-aspek ini. Mengingat

(19)

sekarang persaingan antara pasar modern dan pasar tradisional sangat ketat, dimana para pembeli lebih senang berbelanja di pasar modern dikarenkan beberapa hal seperti nyaman, bersih dan terjamin.

Pemerintah harus melakukan pengawasan yang lebih ketat lagi terhadap pasar tradisional, aparat yang terkait harus lebih jeli dan tegas dalam melaksanakan tugasnya. Teliti dalam artian musti melihat juga apa yang dijual oleh pedagang, apakah barang yang sudh dijual di pasar tradisional sudah lengkap dan sesuai dengan yang diinginkan oleh para pembeli. Selain itu juga harus sering melakukan pengawasan terhadap produk yang dijual agar kualitas barangnya terjamin.

Pembenahan pasar tradisional ini tidak semata-mata untuk melindungi pasar tradisional dengan masyarakat awamnya. Akan tetapi juga dapat menarik minat wisatawan baik lokal maupun asing (Sutrisna dan Andi, 2010), seperti Pasar Klewer di Surakarta, Pasar Pagi Manggadua dan Pasar Baru di Jakarta, hingga Pasar ‘Central Market’ di Kuala Lumpur, Malaysia. Hal tersebut merupakan langkah yang cukup bijak mengingat penataan tidak hanya bertujuan untuk menjaga kelangsungan pasar tetapi juga untuk meningkatkan pemasukan perekonomian. Sehingga kebijakan tersebut lebih menguntungkan banyak pihak.

Jika dihubungkan dengan Kota Bogor, pengembangan pasar yang dihubungkan dengan wisata di Kota Bogor ini sangat mendesak dan penting, mengingat di Kota Bogor belum ada pasar yang mengkhususkan untuk wisata dan belanja khusus untuk oleh-oleh Bogor. Jika ini dapat direalisasikan maka dampaknya sangat luas, tidak saja meningkatkan PAD Kota Bogor, tetapi secara luas dapat meningkatkan perekonomian dan pendapatan masyarakat Bogor, baik masyarakat Kota maupun Kabupaten Bogor, membuka lapangan kerja, meningkatkan kegiatan sector lainnya, mengingat di kelebihan dari pasar tradisional adalah keragaman barang yang lengkap.

Di lain pihak, pembenahan pasar tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena menyangkut tingkat pendidikan masyarakat lapis bawah yang cenderung rendah. Selain itu pola kebiasaan masyarakat juga turut menjadi penghambat penataan pasar. Secara normatif solusi yang tepat untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut adalah dengan menyinergikan pasar tradisional

(20)

dan tempat perbelanjaan modern sebagai satu kesatuan fungsional (Sutrisna dan Andi, 2010). Kebijakan-kebijakan pemerintah haruslah bersifat memberikan solusi kepada pasar-pasar tradisional. Karena pasar tradisional merupakan merupakan salah satu pilar ekonomi yang cukup potensial untuk meningkatkan perekonomian. Pasar tersebut mampu memberikan kehidupan bagi perekonomian terutama masyarakat bawah. Pemerintah Kota Bogor juga diuntungkan dengan dijadikannya pasar-pasar tradisional menjadi kawasan tujuan wisata.

Oleh karena itu diperlukan perhatian, bantuan dan kerjasama Pemerintah Kota Bogor dalam pengembangan pasar tradisional ini, jika tidak, maka peranan pasar tradisional akan semakin menurun karena adanya pasar modern yang semakin berkembang, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya perekonomian ekonomi masyarakat menengah ke bawah yang digerakkan oleh para penjual dan pembeli di pasar tradisional di Kota Bogor.

Gambar

Tabel   21.  Persepsi Pedagang Pasar Bogor terhadap Tingkat  Kinerja          dan Tingkat Kepentingan
Gambar 4.  Hasil Diagram Kartesius untuk Pasar Bogor
Tabel   22. Persepsi Pedagang Pasar Sukasari terhadap Tingkat Kinerja dan  Tingkat Kepentingan
Tabel   23. Persepsi Pedagang Pasar Kebon Kembang terhadap Tingkat          Kinerja dan Tingkat Kepentingan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tenaga kerja yang tersedia, Modal kerja, Fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan, Luas produksi yang optimal, Kebijakan perusahaan dalam persediaan, Kebijakan

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dan metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Pengumpulan data berdasarkankan observasi, wawancara dan

Merupakan suatu kehormatan dan kebanggan bagi Politeknik Negeri Jember, sebagai salah satu perguruan tinggi vokasi untuk dapatnya menyelenggarakan suatu kegiatan

1 Avita Dewi Sila Wardani MTs Negeri 1 Pati UNGGULAN 2 Arum Agustina MTs Negeri 1 Pati UNGGULAN 3 Ramadani Panca Oktaviana MTs Negeri 1 Pati UNGGULAN 4 Amalia Dwi Lestari

Setelah melakukan perhitungan kofisien korelasi, hasil yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan pengklasifikasian koefisien korelasi menurut Arifin

Alasan yang paling mendasar ketika Kelompok Usaha Bersama melakukan pengembangan masyarakat dengan sistem magang dan memberikan keterampilan ( skill ) sebagai

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui penelitian Peningkatan hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode kerja kelompok dan media yang tepat pada

Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa waktu dan suhu penyimpanan telur ayam yang berbeda tidak ada hubungannya dengan keberadaan Salmonella-Shigella.. Saran