• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi Produksi Usaha Penggemukan Domba Tawakal Farm Caringin Bogor pada Asal Daerah Bakalan yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efisiensi Produksi Usaha Penggemukan Domba Tawakal Farm Caringin Bogor pada Asal Daerah Bakalan yang Berbeda"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PENGGEMUKAN

DOMBA TAWAKAL FARM CARINGIN BOGOR PADA

ASAL DAERAH BAKALAN YANG BERBEDA

RIDWAN HERDIAN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efisiensi Produksi Usaha Penggemukan Domba Tawakal Farm Caringin Bogor pada Asal Daerah Bakalan yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Nopember 2013

(4)

ABSTRAK

RIDWAN HERDIAN. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Penggemukan Domba Tawakal Farm Caringin Bogor pada Asal Daerah Bakalan yang Berbeda. Dibimbing oleh LUCIA CYRILLA ENSD dan MOHAMMAD YAMIN.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi produksi usaha penggemukan domba di Tawakal Farm, Caringin, Bogor. Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan dengan delapan ulangan. Perlakuan dibedakan berdasarkan asal daerah bakalan, yakni domba lokal dari Cicurug (Jawa Barat), Jampang (Jawa Barat), dan Temanggung (Jawa Tengah). Domba diberi pakan hijauan Brachiaria humidicola dan ampas tahu. Parameter yang diukur adalah pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan efisiensi pakan. Hasil pengukuran menunjukkan domba dari Temanggung memiliki nilai PBBH tertinggi (100.919±6.949g/ekor) dan efisiensi pakan tertinggi (0.113±0.008/ekor). Hasil perhitungan analisis pendapatan domba memperlihatkan bahwa domba dari daerah Temanggung (Jawa Tengah) memiliki rataan pendapatan yang tertinggi (Rp 460 593±28 537.84/ekor) dan nilai R/C rasio tertinggi (1.63±0.05/ekor). Pada penelitian ini pemeliharaan bakalan domba dari Temanggung (Jawa Tengah) di Tawakal Farm memiliki tingkat efisiensi produksi tertinggi.

Kata kunci : analisis pendapatan, efisiensi pakan, penggemukan domba, pertam-bahan bobot badan, sumber bibit.

ABSTRACT

RIDWAN HERDIAN. Analysis of the Efficiency of Sheep Fattening Production at Tawakal Farm Caringin Bogor with Differences of Sheeps Origin. Supervised by LUCIA CYRILLA ENSD and MOHAMMAD YAMIN.

This research is aimed to analyze the efficiency of sheep fattening production at Tawakal Farm, Caringin, Bogor. This research used three treatments with eight replication. The treatment was devided by the origin of the sheep’s seeds, which was the local sheep from Cicurug (West Java), Jampang (West Java), and Temanggung (Central Java). The sheep were given Brachiaria humidicola and tofu waste as feed. Average daily gain (ADG) and feed efficiency were observed. The result showed that sheep from Temanggung got the highest value of ADG (100.919±6.949 g/sheep) and the highest value of feed efficiency (0.113±0.008/sheep). The calculation of income analysis showed that the local sheep from Temanggung (Central Java) got the highest income (Rp 460 593±28 537.84/sheep) and the highest R/C ratio (1.63±0.05/sheep). In this study, the sheep from Temanggung (Jawa Tengah) which has cultivated at Tawakal Farm had the highest production efficiency.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PENGGEMUKAN

DOMBA TAWAKAL FARM CARINGIN BOGOR PADA

ASAL DAERAH BAKALAN YANG BERBEDA

RIDWAN HERDIAN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Produksi Usaha Penggemukan Domba Tawakal Farm Caringin Bogor pada Asal Daerah Bakalan yang Berbeda Nama : Ridwan Herdian

NIM : D14090071

Disetujui oleh

Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi Pembimbing I

Dr Ir Moh. Yamin, MAgrSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Pebruari-Mei 2013 ini ialah mengenai manajemen produksi peternakan, dengan judul Analisis Efisiensi Produksi Usaha Penggemukan Domba Tawakal Farm Caringin Bogor pada Asal Daerah Bakalan yang Berbeda.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Lucia Cyrilla ENSD MSi, Dr Ir Moh.Yamin MAgrSc serta Ir Sri Rahayu MSi yang telah memberikan bimbingan dan saran akademik. Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada Ir Rini H. Mulyono MSi, Dr Ir Sri Darwati MSi serta Ir Kukuh Budi Satoto MS selaku dosen penguji ujian sidang penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Bunyamin pemilik dari Tawakal Farm dan Kang Ikin yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahku Hermanu Widjaja, ibuku Desy Baeddiana, adikku Firdaus, Nesya, Salsa, Raihan, serta seluruh keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan cinta, kasih sayang, dukungan doa, kepada Gayuh, Azis, Syeh, Monica, Burton, Dofactora, Adit, Rany, Fitria, Fajar, Kiki, Listy, Alit, Hengki, Gesta, Alul, Oki dan sahabat-sahabat IPTP atas dukungan, bantuan, dan semangatnya, kepada Handi, Aldyanza, Aprilya, Aditya, Amsetyo, Bobby, Ramon, Indra, Samson, Adit GZR, Jihad, Yosia, Farda, Domingus, dan sahabat IPB lainnya atas canda tawa yang telah diberikan dan kepada Anindila Fitria atas waktunya untuk selalu hadir dalam tiap kesempatan, perhatian, tenaga, pikiran, serta doanya yang selalu menyertai.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Nopember 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Alat 2

Bahan 2

Prosedur 3

Rancangan Percobaan 4

Peubah yang Diamati 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Keadaan Umum Penelitian 6

Kondisi Ternak 10

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) 10

Efisiensi Pakan 12

Analisis Pendapatan dan R/C Rasio 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nutrien bahan pakan dalam bentuk bahan kering 3

2 Kandungan (g) pakan yang diberikan pada domba 4

3 Hasil pengukuran kandang A Tawakal Farm 9

4 PBBH domba selama pemeliharaan 10

5 Efisiensi pakan domba selama pemeliharaan 12

6 Hasil rataan analisis pendapatan pemeliharaan domba selama 3 bulan 13

DAFTAR GAMBAR

1 Kandang domba yang digunakan 2

2 Domba lokal yang digunakan selama penelitian. 3

3 Penilaian body condition score bakalan domba berkisar pada nilai 1 – 3 7

4 Grafik perkembangan PBBH domba 11

5 Grafik efisiensi pakan domba 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis ragam PBBH domba selama penelitian 17 2 Hasil analisis ragam efisiensi pakan domba selama penelitian 17 3 Rincian rataan biaya pemeliharaan per ekor selama penelitian 17

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki populasi domba terbesar, dengan populasi mencapai 7 832 484 ekor pada tahun 2012. Populasi tersebut mencakup lebih dari 50% populasi domba Indonesia (DPKH 2012). Kebutuhan konsumsi daging domba di daerah Bogor dan sekitarnya sebagian besar dipenuhi oleh beberapa peternakan-peternakan besar. Salah satu peternakan besar yang berperan sebagai pemasok adalah Tawakal Farm yang terletak di Caringin, Bogor. Peternakan ini telah memiliki pengalaman yang cukup lama dan telah dipercaya oleh banyak pihak untuk memasok domba siap potong. Manajemen sudah sangat baik dalam halsistem pemeliharaan, pemberian pakan, biosecurity dan pemasaran.

Peternak domba komersial pada saat ini jarang sekali yang melakukan usaha pembibitan domba, sehingga untuk memperoleh bibit peternak membeli dari daerah yang harga dan spesifikasi domba sesuai untuk digemukkan. Hal serupa terjadi juga pada Tawakal Farm yang mendatangkan bibit dari daerah lain, karena usaha pembibitan yang telah dilakukan belum dapat memenuhi kebutuhan bakalan yang dibutuhkan. Penelitian sebelumnya telah dilakukan dengan mengkaji prospek usaha ternak di Tawakal Farm yang telah menyinggung sedikit akan masalah bakalan yang digunakan untuk usaha penggemukan. Pada penelitian ini dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai efisiensi penggunaan bakalan dari setiap daerah asal yang digunakan untuk usaha penggemukan di Tawakal Farm. Pemilihan bakalan yang tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha penggemukan, karena berkaitan erat dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama usaha penggemukan. Efisiensi produksi peternakan penggemukan domba perlu dilakukan agar peternak mendapatkan keuntungan secara ekonomis.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efisiensi produksi usaha penggemukan domba Tawakal Farm di Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian

(13)

2

METODE

Waktu dan TempatPenelitian

Pengambilan data dan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dimulai pada bulan Februari hingga Mei 2013.Penelitian dilaksanakan di Tawakal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.

Alat

Penelitian ini menggunakan kandang serta alat-alat kandang. Peralatan yang digunakan adalah ban bekas sebagai alas penggantung domba pada saat ditimbang, gunting, terpal, alat suntik, dan timbangan gantung dengan kapasitas 50 kg untuk menimbang sisa pakan serta bobot badan domba. Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi masing-masing 120x43x90 cm3. Kandang tersebut sudah dilengkapi dengan tempat pakan.Kandang yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

A.Kandang tampak dari luar B. Kandang tampak dari dalam

Gambar 1 Kandang domba yang digunakan.

Bahan

Ternak

(14)

3

A. Domba dari Cicurug B. Domba dari Jampang

C. Domba dari Temanggung

Gambar 2 Domba lokal yang digunakan selama penelitian.

Pakan

Pakan yang digunakan adalah rumput Brachiaria humidicola dan ampas tahu. Rasio perbandingan pemberian pakan betdasarkan as fed adalah 3:1 dan rasio perbandingan pemberian pakan berdasarkan berat kering adalah 89:11, dengan pemberian rumput lapang 3 kg per ekor per hari dan pemberian ampas tahu 1 kg per ekor per hari. Pemberian pakan dilakukan pada pagi, siang dan sore hari berupa rumput Brachiaria humidicola dan ampas tahu pada sore hari. Pakan diberikan dalam keadaan segar (Gambar 3). Kandungan nutrien bahan pakan yang digunakan dan kandungan (g) pakan disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1 Kandungan nutrien bahan pakan dalam bentuk bahan kering

Pakan BK Abu PK SK LK Beta-N TDN

Kandungan nutrien bahan pakan (%)

Brachiaria humidicola 31.6 7.24 8.38 41.39 0.2 42.79 66.57*

Ampas tahu 12.33 3.08 20.52 30.57 3.97 41.86 66.04*

(15)

4

Tabel 2 Kandungan (g) pakan yang diberikan pada domba

Pakan Jumlah yang diberikan (g) BK (g) PK (g) TDN (g)

Brachiaria humidicola 3000 948 79.45 631.13

Ampas tahu 1000 123.3 25.3 81.43

Total (g) 4000 1071.3 104.74 712.56

Tabel 1 menunjukkan kandungan nutrien bahan pakan dalam bentuk bahan kering. Persentase bahan kering pakan Brachiaria humidicola sebesar 31.6% dan kandungan TDN sebesar 66.57%. Persentase bahan kering pakan ampas tahu sebesar 12.33 dan kandungan TDN sebesar 66.04%. Tabel 2 menunjukkan kandungan (g) pakan yang diberikan pada domba selama pemeliharaan. Total pemberian pakan dalam bentuk bahan kering pada satu ekor domba dalam satu hari sebesar 1 073.3 g, total protein kasar sebesar 104.74 g dan total TDN sebesar 712.56 g. Berdasarkan NRC (1985), jumlah pakan dalam bentuk bahan kering

Persiapan pemeliharaan dilakukan sebelum penelitian dimulai,meliputi per-siapan kandang dan peralatan, pengadaan pakan dan obat-obatan. Obat-obatan yang diberikan saat ternak datang adalah obat cacing (Kalbazen), antibiotik, tetes mata, vitamin B12, vitamin B kompleks, dan obat luka luar. Pengacakan dilakukan dengan mengundi dan memilih domba yang sesuai ketentuan sampel, yakni berjenis kelamin jantan, berumur kurang lebih satu tahun dan sehat. Setiap domba kemudian ditempatkan di dalam kandang individu.

Pemeliharaan

Penimbangan sisa pakan dilakukan dengan menimbang sisa pakan per hari serta dicatat berat sisa pakannya. Penimbangan bobot badan domba dilakukan satu bulan sekali selama pemeliharaan, hal ini untuk menghindari stress pada domba. Pemberian obat-obatan diberikan pada ternak yang sakit, seperti sakit mata, diare dan kembung.

Rancangan Percobaan

(16)

5

Pi : pengaruh perlakuan asal domba ke-i (Cicurug, Jampang dan Temanggung) ɛij : pengaruh galat percobaan

Analisis Data

Data PBBH dan efisiensi pakan yang diperoleh diuji asumsi, yaitu uji normalitas, aditif, homogenitas dan kebebasan galat. Apabila telah memenuhi semua asumsi tersebut maka data dianalisis ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati dengan software Minitab 16. Jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur maka dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan tersebut. Analisis pendapatan dilakukan dengan menghitung penerimaan dikurangi pengeluaran. Penerimaan didapat dari perkalian bobot hidup domba hasil penggemukan dengan harga per kilogram hidup. Pengeluaran terdiri atas pembelian bibit, biaya pakan, biaya tenaga kerja, dan obat. Data-data tersebut diperoleh dari laporan peternakan dan wawancara dengan pemilik peternakan. Perhitungan Revenue Cost (R/C) rasio dilakukan setelah mengetahui jumlah pendapatan, dengan cara membagi penerimaan dengan pengeluaran.

Peubah yang Diamati

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Pertambahan bobot badan harian merupakan hasil pengurangan bobot akhir dengan bobot awal, dibagi dengan lamanya pemeliharaan (Anggorodi 1990). Pada penelitian ini perhitungan pertambahan bobot badan harian (PBBH) diperoleh dari bobot badan akhir penggemukan dikurangi bobot badan awal ternak dibagi dengan jumlah hari pemeliharaan dalam setiap bulannya.

Keterangan :

PBBH : Pertambahan Bobot Badan Harian (g/hari) BBn : Bobot badan akhir pemeliharaan (g) BBo : Bobot badan awal pemeliharaan (g) t : Lama Pemeliharaan (hari)

Efisiensi Pakan

(17)

6

Keterangan :

EP : Efisiensi Pakan

PBBT : Pertambahan Bobot Badan Total (kg) KBKT : Konsumsi Bahan Kering Total (kg)

Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Menurut Kadarsan (1995), pendapatan adalah selisih antara penerimaan total perusahaan dengan pengeluaran. Perhitungan analisis pendapatan dihitung dengan rumus:

Keterangan :

: pendapatan

TR : nilai output yang dihasilkan

TC : biaya input yang digunakan, meliputi pembelian bibit, biaya pakan, biaya tenaga kerja dan obat.

R/C Rasio

AnalisisRevenueCost (R/C) ratio merupakan perbandingan antara peneri-maan dengan biaya.Analisis dilakukan setelah diketahui pendapatan dari peternakan tersebut, kemudian pendapatan dibandingkan dengan biaya. Menurut, Hernanto (1995), R/C rasio menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk produksi dan rumus perhitungannya adalah:

R/C Rasio = TR TC

Keterangan :

TR : nilai output yang dihasilkan

TC : biaya input yang digunakan, meliputi pembelian bibit, biaya pakan, biaya tenaga kerja, dan obat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Penelitian

Profil Tawakal Farm

Tawakal Farm merupakan salah satu perusahaan penggemukan domba di daerah Kabupaten Bogor. Tawakal Farm terletak di Jl. Raya Sukabumi Desa Cimande Hilir No. 32 RT 04 RW 05 Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Tawakal Farm sudah berdiri selama 20 tahun sejak tahun 1993.

(18)

7 satu buah kandang lagi berkapasitas 280 ekor pada lahan 600 m2. Melihat prospek permintaan daging yang terus meningkat, pada tahun 1999 peternakan menambah dua buah kandang pada lahan seluas 1 200 m2 dengan kapasitas masing-masing

300 ekor dan 350 ekor. Total lahan yang digunakan sampai saat ini seluas 2 400m2.

Manajemen Pemeliharaan Domba

Manajemen pemeliharaan yang dilakukan Tawakal Farm terdiri atas pemilihan bibit, biosecurity, manajemen pemberian pakan dan manajemen tenaga kerja. Bakalan domba yang digunakan Tawakal Farm diperoleh dari daerah Cicurug (Jawa Barat), Jampang (Jawa Barat) dan Temanggung (Jawa Tengah). Domba yang digunakan sebagai bibit untuk penggemukan adalah domba lokal berjenis kelamin jantan yang berumur kurang lebih satu tahun.

Pemilihan bakalan dilakukan dengan menyeleksi domba menggunakan metode judging dan penilaian body condition score. Judging dilakukan dengan mengamati domba yang keadaan tubuhnya kurus, namun dalam kondisi sehat, tidak pucat dan mata terlihat cerah. Penilaian body condition score (BCS) pada bakalan domba di Tawakal Farm berkisar pada nilai 1– 3, dengan melihat daging di sekitar pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul. Pemilihan bakalan dengan nilai BCS1 – 3 dilakukan dengan tujuan adanya peningkatan pertumbuhan setelah diberikan pakan yang lebih baik. Nilai 1 (sangat kurus) processus spinosus menonjol dan tajam, processus transversus juga tajam, jari tangan dengan mudah meraba bagian bawah processus transversus. Bagian antara dua ujung processus mudah diraba. Otot (eye muscle) sangat tipis, dan tidak ada perlemakan. Nilai 2 (kurus) processus spinosus masih menonjol tetapi lebih halus dan masing-masing processus dapat dirasakan, processus transversus halus dan bulat, dan jari masih dapat masuk ke bawah ujungnya dengan sedikit ditekan. Otot agak tebal dengan sedikit perlemakan. Nilai 3 (sedang) processus spinosus hanya mempunyai sedikit penonjolan, halus dan bulat, masing-masing tulang dapat diraba dengan tekanan, processus transversus halus dan tertutup otot dan lemak, dan tekanan agak kuat perlu untuk meraba ujungnya. Otot penuh dengan perlemakan yang sedang tebalnya.Penilaian body condition score pada bakalan domba di Tawakal Farm berkisar pada nilai 1 – 3 (Gambar 3).

(19)

8

C. Tampak Samping

Gambar 3 Penilaian body condition score bakalan domba berkisar pada nilai 1 – 3 Tawakal Farm menerapkan biosecurity yang baik dan teratur. Biosecurity yang dilakukan berupa pencucian kandang dilakukan setiap 10 - 15 hari, penyemprotan kandang, pembersihan kandang secara rutin dilakukan pagi dan sore, pencukuran bulu dan kuku sebelum pemeliharaan dilakukan. Pembersihan feses dan urin pada setiap unit kandang dilakukan setiap hari. Feses dan urin kemudian dikumpulkan dan dijual oleh masing – masing pegawai kandang. Tenaga kerja Tawakal Farm berjumlah 21 orang yang terdiri atas empat orang pegawai kandang, satu orang petugas keamanan, dua orang supir dan empat belas orang penyabit rumput.

Tawakal Farm juga telah menerapkan aspek Good Farming Practice pada manajemen dan tatalaksana. Good Farming Practice menurut Departement of Agriculture (2001) merupakan cara beternak yang baik dan benar, yang memperhatikan lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi dan 12 kesejahteraan ternak. Good Farming Practice (GFP) juga termasuk di dalamnya aturan yang berlaku di lingkungan, hygiene atau sanitasi, kesejahteraan ternak, identifikasi, registrasi ternak, serta kesehatan ternak. Pemeliharaan domba di Tawakal Farm telah memenuhi aturan kebersihan lingkungan, terlihat dari adanya proses pembersihan feses dan urin domba setiap hari dari setiap unit kandang. Hygiene dan sanitasi juga dilakukan oleh Tawakal Farm dengan melakukan biosecurity terhadap hewan dan fasilitas kandang. Aspek kesejahteraan hewan di Tawakal Farm juga sudah terpenuhi dengan kualitas nutrisi dan kuantitas pakan yang cukup, serta keadaan lingkungan yang nyaman untuk produksi domba.

Pemasaran Domba

(20)

9

Kondisi Lingkungan Penelitian

Keberhasilan beternak domba dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan, bakalan, pemberian pakan dan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan meliputi kondisi di dalam kandang dan di luar sekitar kandang. Tawakal Farm mempunyai empat kandang dengan bahan bambu dan kayu. Setiap kandang mempunyai tujuan penggunaan yang berbeda. Penggunaan kandang A dan C ditujukan untuk pengge-mukan domba. Penggunaan kandang B untuk pemeliharaan bakalan domba garut yang berkualitas dan penggunaan kandang D adalah untuk pemeliharaan induk, anakan dan pembibitan domba. Kandang yang digunakan untuk penelitian ini adalah di kandang A Tawakal Farm, Caringin, Bogor. Hasil pengukuran kandang A Tawakal Farm yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil pengukuran kandang A Tawakal Farm

Parameter Ukuran

Kandang yang digunakan merupakan kandang individu. Kandang ini memiliki langit-langit atap tipe tertutup dengan bahan asbes, sehingga sirkulasi udara berjalan dengan baik. Pada bagian sisi kandang terdapat jendela yang mendukung sirkulasi udara dari setiap sudut kandang. Jendela bagian belakang kandang berhadapan langsung dengan kebun tanaman sengon yang dapat mendukung udara yang sejuk bagi domba.

Suhu dan kelembaban lingkungan kandang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan domba di dalam kandang. Temperatur lingkungan sekitar kandang berkisar antara 28°C (18-29°C) dengan kelembaban udara 70% -80%. Suhu di dalam kandang lebih tinggi dibandingkan suhu disekitar kandang pada pagi dan sore hari, sebaliknya pada siang hari suhu disekitar kandang lebih tinggi dibandingkan suhu di dalam kandang. Hal ini disebabkan posisi kandang yang menghadap utara selatan, sehingga pancaran sinar matahari tidak sepenuhnya mengarah pada kandang. Kebun tanaman sengon pada bagian belakang kandang membuat udara di sekitar kandang lebih sejuk.

(21)

10

pada kondisi respon fisiologis ternak. Respon fisiologis merupakan respon ternak terhadap perubahan berbagai macam faktor, baik secara fisik, kimia maupun lingkungan sekitarnya.

Kondisi Ternak

Pada penelitian ini ternak yang digunakan diperoleh dari pemasok bibit domba lokal jantan yang berasal dari Cicurug (Jawa Barat), Jampang (Jawa Barat) dan Temanggung (Jawa Tengah). Menurut Einstiana (2006), jenis domba ekor tipis memiliki tubuh yang kecil, sehingga disebut juga domba kacang atau domba Jawa. Ekor relatif kecil dan tipis, pada umumnya bulu badan berwarna putih, belang-belang hitam di sekitar mata, hidung atau bagian tubuh lain (Edey 1983). Domba betina umumnya tidak memiliki tanduk, sedangkan pada jantan memiliki tanduk kecil dan melingkar (Tiesnamurti 1992). Rataan bobot domba ekor tipis jawa sekitar 20 kg, pada domba ekor tipis yang tinggal di daerah dataran tinggi berat berkisar 27 kg dan yang tinggal di daerah dataran rendah berkisar 16 kg (Gatenby 1991). Rataan bobot badan awal domba yang dipelihara sebagai bakalan di Tawakal Farm berkisar antara 15 - 19 kg.

Ternak yang dipilih merupakan ternak yang terlihat sehat, normal atau tidak cacat dan rata-rata masih berumur dibawah satu tahun (I0). Masa adaptasi ternak dilakukan sebelum pemeliharaan dengan diberikan obat cacing, vitamin dan obat tetes mata. Selama penelitian berlangsung, beberapa sampel domba ada yang terkena penyakit orf, diare dan kembung. Penyakit kembung terjadi bila rumput yang diberikan masih basah. Rumput yang basah terjadi karena pemotongan rumput dari pastura saat pagi hari dan langsung diberikan tanpa dilayukan atau karena cuaca hujan.

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Pada pemeliharaan domba, PBBH merupakan indikator kecepatan pertum-buhan seekor ternak selama pemeliharaan. Hal tersebut dikarenakan PBBH merupakan tujuan utama peternak dalam memperoleh keuntungan dari hasil pemeliharaan. PBBH merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas makanan ternak, karena pertumbuhan yang diperoleh merupakan salah satu indikasi pemanfaatan zat makanan dari pakan yang

di-PBBH (g/ekor/hari) 91.488±6.450 b 84.305±6.069 b 100.919±6.949a

(22)

11 Hasil analisis ragam rnenunjukkan bahwa terdapat perbedaan PBBH antara domba yang berasal dari daerah yang berbeda (P<0.05). Pada Tabel 4 terlihat bahwa pertambahan bobot badan harian domba dari Cicurug (91.488±6.450 gram) lebih rendah jika dibandingkan dengan domba dari Temanggung (100.919±6.949 gram), namun tidak berbeda dengan domba dari Jampang (84.305±6.069 gram). Perbedaan ini disebabkan konsumsi pakan pada domba dari Temanggung (Jawa Tengah) lebih tinggi dibandingkan domba yang berasal dari daerah Cicurug dan Jampang (Jawa Barat). Konsumsi pakan domba sangat berpengaruh terhadap PBBH. Konsumsi pada umumnya diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dimakan oleh ternak (Tilman et al 1998). Semakin besar total konsumsi pakan domba akan berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan domba. Faktor palatabilitas pakan berpengaruh terhadap konsumsi pakan domba.

Pada penelitian ini, seluruh domba yang digunakan sebagai sampel merupakan domba dengan jenis yang sama, yakni domba lokal atau domba ekor tipis, namun terdapat perbedaan postur tubuh (panjang dan tinggi tubuh) pada domba yang berasal dari daerah yang berbeda. Perbedaan ini dikarenakan adanya variasi genetik pada setiap asal domba. Menurut Yamin et al (2002) hal ini mungkin disebabkan oleh mutu genetik domba lokal yang masih beragam, sehubungan dengan kemungkinan domba lokal yang juga belum stabil. Hal ini berkaitan pula dengan kenyataan bahwa dornba lokal yang ada sekarang mungkin rnerupakan campuran dari berbagai bangsa domba baik domba asli Indonesia sejak jaman pemerintahan Belanda.

Domba yang berasal dari daerah Temanggung (Jawa Tengah) memiliki postur tubuh yang berbeda, yakni lebih tinggi dan lebih panjang dibandingkan domba dari Cicurug dan Jampang (Jawa Barat), sehingga mendukung untuk mendeposisikan daging lebih banyak. Keadaan domba dari Temanggung saat akan digemukkan terlihat sehat dan lebih kurus dibandingkan dengan domba lainnya, sehingga mendukung untuk memanfaatkan potensi compensatory growth. Menurut Soeparno (2005), ternak yang kekurangan makanan tentu pertumbuhannya melambat atau berhenti dan kehilangan berat, tetapi setelah mendapatkan makanan yang cukup, ternak sering mampu tumbuh kembali dengan cepat, bahkan dapat lebih cepat daripada laju pertumbuhan normalnya. Pertumbuhan semacam ini disebut pertumbuhan kompensatori atau pertumbuhan yang bersifat menyusul. PBBH domba selama penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

(23)

12

PBBH domba pada Gambar 4 hasil dari pengamatan bulan pertama sampai bulan ketiga selama penelitian. Domba dari Cicurug (Jawa Barat), dari Jampang (Jawa Barat) dan dari Temanggung (Jawa Tengah), cenderung memiliki PBBH terus meningkatdari bulan pertama sampai bulan ketiga.

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan merupakan perbandingan antara pertambahan bobot badan ternak dengan pakan yang dikonsumsi ternak dalam selang waktu pemeliharaan. Perhitungan efisiensi pakan sangat penting untuk diketahui, karena erat kaitannya dengan berapa besar biaya produksi yang dibutuhkan. Tingginya nilai efisiensi pakan akan berpengaruh pada semakin baiknya pertumbuhan ternak tersebut. Efisiensi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan, kualitas pakan, nutrisi pakan, kandungan energi, gerak atau aktivitas tubuh ternak, keadaan lingkungan kandang, potensi genetik dan penyakit (Parakkasi 1999). Rataan perhitungan efisiensi pakan selama penelitian disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Efisiensi pakan domba selama pemeliharaan

Parameter Asal daerah domba

Cicurug Jampang Temanggung

Efisiensi pakan 0.104±0.007 b 0.096±0.007 b 0.113±0.008a

Keterangan : superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata(P<0.05)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efisiensi pakan diantara domba yang berasal dari daerah yang berbeda (P<0.05). Pada Tabel 5 terlihat bahwa efisiensi pakandomba dari daerah Cicurug (0.104±0.007) lebih rendah jika dibandingkan dengan domba dari daerah Temanggung (0.113±0.008), namun tidak berbeda dengan domba dari daerah Jampang (0.096±0.007). Efisiensi pakan domba selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 5.

(24)

13 Nilai efisiensi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kemampuan ternak dalam mencerna pakan, kecukupan bahan pakan, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis pakan yang digunakan (Campbell et al. 2003). Nilai efisiensi yang semakin tinggi menunjukan bahwa ransum yang dikonsumsi semakin baik diubah menjadi daging oleh ternak (pertambahan bobot badan). Grafik efisiensi pakan domba selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil menunjukkan nilai efisiensi pakan domba dari daerah Temanggung mempunyai nilai tertinggi, terlihat dari pengubahan pakan yang dikonsumsi menjadi bobot badan yang tinggi. Domba dari daerah Cicurug, daerah Jampang dan daerah Temanggung, memiliki nilai efisiensi pakan cenderung meningkat pada bulan pertama sampai bulan ketiga.

Analisis Pendapatan dan R/C Rasio

Pendapatan usaha ternak domba, dihitung berdasarkan selisih antara peneri-maan dan pengeluaran (pembelian bibit, biaya pakan, biaya tenaga kerja dan obat). Rasyaf (2002) menambahkan bahwa pendapatan adalah sejumlah uang yang diperoleh setelah semua biaya pemeliharaan tertutupi. Hasil pengurangan yang positif berarti untung, hasil pengurangan yang negatif berarti rugi. Penerimaan dihitung dari nilai jual domba hasil penggemukan. Biaya merupakan jumlah yang dikeluarkan untuk pembelian input selama pemeliharaan domba. Perhitungan biaya pada penggemukan domba berupa harga beli bibit, biaya pakan, dan biaya tenaga kerja. Hasil analisis pendapatan domba selama pemeliharaan ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil rataan analisis pendapatan pemeliharaan domba selama 3 bulan

Asal daerah

Biaya pakan yang dihabiskan untuk penelitian domba ini adalah sebesar Rp 64 970/ekor, biaya untuk tenaga kerja adalah sebesar Rp 10 000/ekor dan ditam-bah lagi biaya berupa obat-obatan dan lain-lainnya dikenakan biaya Rp 2 000/ekor selama penelitian dilakukan. Harga beli per kg domba hidup pada setiap asal daerah domba berbeda, harga dari daerah Cicurug (Jawa Barat) dan Jampang (Jawa Barat) sebesar Rp 42 500/kg serta harga dari daerah Temanggung (Jawa Tengah) adalah sebesar Rp 37 000/kg.

(25)

14

berdasarkan perbedaan asal bibit ini dikarenakan pada domba dari daerah Temanggung (Jawa Tengah) adalah domba yang berusia sekitar 8 - 9 bulan. Harga beli domba dari daerah Cicurug (Jawa Barat) dan Jampang (Jawa Barat) lebih tinggi dikarenakan domba yang diperoleh adalah domba yang telah berusia sepuluh bulan sampai satu tahun.

Harga beli yang didapatkan Tawakal Farm sudah termasuk biaya transport domba sampai ke Tawakal Farm, sehingga dapat dikatakan bahwa biaya transport domba sama dengan nol. Jumlah penerimaan peternak berasal dari harga jual per kilogram domba sebesar Rp 45 000 dikalikan dengan bobot hidup domba. Hasil rataan harga jual domba berdasarkan asal domba memperlihatkan bahwa domba yang berasal dari daerah Cicurug sebesar Rp 1 318 331.25 dari daerah Jampang sebesar Rp 1 321 481.25 dan dari daerah Temanggung sebesar Rp 1 189 406.25.

Tabel 6 menunjukkan bahwa pemeliharaan ternak dengan bibit dari Temanggung (Jawa Tengah) memberikan keuntungan yang paling besar yaitu Rp 460 593±28 537.84. Domba penggemukan yang dijual untuk memenuhi kebutuhan memasok pesanan per bulan adalah 200 ekor, rataan keuntungan penjualan domba hasil penggemukan sebesar Rp 120 000/ekor/per bulan,

sehingga total keuntungan penjualan domba hasil penggemukan sebesar Rp 24 000 000. Sisa kebutuhan pesanan per bulan Tawakal Farm sebesar 385 ekor

dipenuhi dengan mendatangkan domba dari peternakan lain, dengan keuntungan 100 000/ekor, sehingga total dari penjualan menjadi Rp 38 500 000. Rataan keuntungan penjualan domba Tawakal Farm per bulan sekitar Rp 62 500 000. Keuntungan diperoleh dari adanya price spread atau perbedaan antara harga jual dengan harga belidan nilai pertambahan bobot badan yang diperoleh dari usaha penggemukan yang telah dilakukan.

Pemasaran domba di berbagai daerah berbeda-beda, terlihat dari adanya konsumen yang mencari domba berdasarkan kualitas dan ada yang mencari domba yang siap potong. Hasil penelitian Winarso (2000), mengenai analisis pemasaran ternak di Kabupaten Bogor mengungkapkan bahwa harga domba tidak dipengaruhi oleh kualitas domba karena domba yang dipasarkan umumnya adalah untuk ternak potong kecuali konsumen membeli domba untuk keperluan tertentu, misalnya untuk usaha pembibitan. Hal ini menjadi sangat menguatkan konsep bagi para peternak-peternak komersil di Kabupaten Bogor, dimana konsep beter-nak dengan banyak perbedaan dalam pemilihan bibit, skema pemberian pakan dan manajemen peternakan tetap menuju pada satu tujuan yakni menghasilkan pro-duksi seefisien mungkin untuk mencapai domba yang siap potong dan dapat dijual di pasaran.

(26)

15 pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Rataan pendapatan yang diperoleh dari pemeliharaan domba dari Cicurug (Jawa Barat) adalah sebesar Rp 343 230±26 633.89, dari daerah Jampang (Jawa Barat) sebesar Rp 318 702±18 592.28 dan hasil tertinggi adalah dari pemeliharaan domba dari Temanggung (Jawa Tengah) sebesar Rp 460 593±28 537.84 dengan nilai R/C rasio sebesar 1.63±0.05. Dengan demikian, pemeliharaan domba dari Temanggung (Jawa Tengah) di Tawakal Farm memiliki tingkat efisiensi produksi tertinggi.

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan melakukan pemilihan bakalan harus berdasarkan body condition score. Perhitungan biaya pembelian bibit pun perlu dilakukan lebih rinci, agar mendapatkan hasil perhitungan faktor produksi yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta (ID): PT. Gramedia. Campbell JR, Kenealy MD, Campbell KL. 2003. Animal Sciences. Ed

ke-4.Newyork (US): McGraw-Hill.

Church D, Pond WG. 1995. Basic Animal Nutrition. Ed ke-4. New York (USA): New York Prejk.

[DPKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011.Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Departement of Agriculture.2001. Good Farming Practices. Dublin (IE): Food and Rural Development.

Edey TN. 1983. Tropical Sheep and Goat Production. Sidney (AUS): Australian Universities.

Einstiana A. 2006. Studi keragaman fenotipik dan pendugaan jarak genetik antar domba lokal Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gatenby RM. 1991. The Tropical Agriculturalist, Sheep. London (UK): Mac Milan Edu.Ltd.

Hernanto F. 1995. Usahatani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

(27)

16

Kartasudjana R. 2001. Proses Pemotongan Ternak di RPH. Jakarta (ID): Departemen Pendidikan Nasional.

Kearl LC. 1982. Nutrient Requirements of Ruminants in Developing Countries. Utah (USA): Utah State University.

Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. 2013. Hasil Analisis Proksimat (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Ed ke-2. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [NRC] National Research Council. 1985. Nutrient Requirements of Sheep. Ed

ke-6. Washington DC (US): National Academy Pr.

ParakkasiA. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminant. Jakarta ((ID): Universitas Indonesia Pr.

Rasyaf M. 2002. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Suparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogytakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Tiesnamurti B. 1992. Alternatif Pemilihan Jenis Ternak Ruminansia Kecil untuk Wilayah Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak

Tilman EH, Hartadi S, Reksohadiprajdo, Labdosoeharjo S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogytakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Winarso AP. 2000. Analisis pemasaran ternak domba di Kabupaten Bogor.(Studi kasus di peternakan Desa Sadeng Kecamatan Leuwiliang) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(28)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisis ragam PBBH domba selama penelitian

SK Db JK KT P

Perlakuan asal domba 2 1 111.32 555.66 0.000

Galat 21 887.03 42.24

Total 23 1 998.35

Lampiran 2 Hasil analisis ragam efisiensi pakan domba selama penelitian

SK Db JK KT P

Perlakuan asal domba 2 0.0012662 0.0006331 0.000

Galat 21 0.0011497 0.0000547

Total 23 0.0024159

Lampiran 3 Rincian rataan biaya pemeliharaan per ekor selama penelitian Biaya pemeliharaan (Rp)

Jumlah (Rp) Pakan ampas tahu Pakan rumput Pegawai Obat dan

lain-lain

22250 42720 10000 2000 76 970

Lampiran 4 Rumus menghitung nilai TDN (Wardeh1981 dalam Kearl 1981) Bahan Pakan Rumput Brachiaria humidicola

% TDN = (1.6899) + 1.3844 (PK) + 0.7526(Bet-N) –0.8279 (LK) + 0.5133 (SK) Bahan Pakan Ampas Tahu

% TDN = –37.3039 + 1.3048 (PK) + 1.3630 (Bet-N) + 2.1302 (LK) + 0.3618 (SK)

(29)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 November 1990 sebagai anak pertama dari lima bersaudara keluarga Bapak Ir Hermanu Widjaya, MSc dan Ibu Decy Baeddiana. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari TK Negeri Mexindo pada tahun 1995 dan lulus tahun 1997. Tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri Polisi 4 Bogor dan lulus tahun 2003. Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Bogor dan lulus tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Bogor dan lulus tahun 2009.

Gambar

Gambar 2 Domba lokal yang digunakan selama penelitian.
Tabel 2 Kandungan (g) pakan yang diberikan pada domba
Tabel 3 Hasil pengukuran kandang A Tawakal Farm
Gambar 4.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan perhitungan pada anggaran biaya pembangunan gedung Hotel Harper Bandung, tahap terakhir adalah memberikan rekomendasi atas hasil analisa value

Hasil penerapan problem based learning pada siklus I sampai siklus II dapat disimpulkan bahwa problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas guru pada

Dalam kaitan inilah, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan corporate governance terhadap kinerja keuangan, dengan objek penelitian

Teman-teman dekat saya Teknik Arsitektur 2011 yang selalu memberikan masukan kepada saya dan meluangkan waktunya untuk berdiskusi mengenai laporan Tugas Akhir

Aturan asosiasi yang didapatkan tersebut dapat digunakan oleh dinas pendidikan untuk mengambil langkah-langkah perbaikan kepada sekolah-sekolah yang memiliki nilai daya

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang menyatakan diduga rasio likuiditas (current ratio), rasio profitabilitas (return

MAMPU MELAKUKAN PERUBAHAN PERILAKU USAHA : SEGALA BENTUK PIKIRAN, PERASAAN USAHA : SEGALA BENTUK PIKIRAN, PERASAAN DAN TINDAKAN TERHADAP SESUATU.. SADAR : DISENGAJA,

Kemampuan mengerti apa yang disampaikan orang lain sudah mulai berkembang pada tahun pertama masa bayi, sedangkan kemampuan mengutarakan pikiran/perasaan baru berkembang