PADA PEMBUATANMANISAN DARI BUAH
LENGKENG(
Naphelium Longanum)
SKRIPSI
DWINA PUTRI
090822031
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DARI BUAH LENGKENG (Naphelium Longanum)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
DWINA PUTRI
090822031
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERSETUJUAN
Judul : PEMANFAATAN SIRUP GLUKOSA HASIL
HIDROLISIS SELULOSA DARI KULIT BUAH
KEDONDONG (Spondias dulcis F.) YANG
DIMANFAATKAN SEBAGAI PEMANIS PADA PEMBUATAN MANISAN DARI BUAH LENGKENG (Naphelium longanum )
Kategori : SKRIPSI
Nama : DWINA PUTRI
Nomor Induk Mahasiswa : 090822031
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA EKSTENSI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, Juli 2012
Komisi Pembimbing
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Drs. Firman Sebayang. MS Prof. Dr. RA. Harlinah S.P.W,M. Sc
NIP 195607261985031001 NIP 130175778
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
Dr.Rumondang Bulan Nst, M. S
PERNYATAAN
PEMANFAATAN SIRUP GLUKOSA HASIL HIDROLISIS SELULOSA DARI KULIT BUAH KEDONDONG (Spondias dulcis F.) YANG DIMANFAATKAN SEBAGAI
PEMANIS PADA PEMBUATAN MANISAN DARI
BUAH LENGKENG (Naphelium longanum).
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2012
Dwina Putri
PENGHARGAAN
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan keberkahan yang sangat besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
ABSTRAK
THE USE OF GLUCOSE SYRUP AS PRODUCT OF CELLULOSA HIDROLYZED FROM SKIN OF THE FRUIT OTAHELTE APPLE(Spondias dulcis F.) AS
SWEETENER ON CANDIESPRODUCTION FROM THELONGAN FRUIT(Napheliumlonganum)
ABSTRACT
DAFTAR ISI
2.1.1 Sejarah Singkat Buah Kedondong 5
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kedondong 6
2.1.3 Manfaat Tanaman Kedondong 6
2.1.4 Nilai Gizi Buah Kedondong 7
2.2 Tanaman Lengkeng (Naphelium longanum) 7
2.2.2 Jenis – Jenis Buah Lengkeng 8
2.2.3 Kandungan Gizi 8
2.3 Selulosa 9
2.3.1 Selulosa Tumbuhan 9
2.3.2 Hidrolisis Selulosa 10
2.4 Sirup Glukosa 12
2.4.1 Standar Mutu Sirup Glukosa 13
2.5 Analisis Karbohidrat 13
2.5.1 Metode Analisis Kualitatif 13
2.5.2 Metode Analisis Kuantitatif 14
2.6 Spektrofotometer UV-Visibel 16
2.7 Manisan 16
2.7.1 Faktor Penentu Kualitas Manisan 17
2.7.2 Uji Organoleptik 19
2.7.3 Pengolahan Data Metode Chauvenet’s Criterion Test 19
Bab 3 Metode Penelitian 21
3.2.2 Pembuatan Larutan Pereaksi 23
3.2.2.1 Larutan H2SO4 1,25 N 23
3.2.3 Cara Kerja 24
3.2.3.1 Isolasi dan Analisis Kadar Selulosa dari Kulit Buah
Kedondong 24
3.2.3.2 Hidrolisis Selulosa dari Kulit Buah Kedondong dan Analisis
Glukosa Hasil Hidrolisis Secara Kualitatif 25
3.2.3.3 Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum
Larutan Glukosa Standar 25
3.2.3.4 Penyiapan Kurva Glukosa Standar 25
3.2.3.5 Analisis Kadar Glukosa Sampel 26
3.2.3.6 Pembuatan Manisan Lengkeng 26
3.2.3.7 Penentuan Nilai Organoleptik 26
3.3 Bagan Penelitian 27
3.3.1 Isolasi dan Analisis Kadar Selulosa dari Kulit Buah Kedondong 27
3.3.2 Hidrolisis Selulosa dari Kulit Buah Kedondong dan Analisis Glukosa
Hasil Hidrolisis Secara Kualitatif 28
3.3.3 Analisis Kadar Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa dari Kulit
Buah Kedondong Secara Spektrofotometri 29
3.3.4 Pembuatan Manisan Lengkeng 30
3.3.5 Penentuan Nilai Organoleptik 30
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 31
4.1 Hasil Penelitian 31
4.1.1 Perhitungan Kadar Selulosa Kulit Buah Kedondong 32
4.1.2 Pengolahan Data Pengukuran Absorbansi Glukosa Hasil
Hidrolisis Selulosa Kulit Buah Kedondong 32
4.1.3 Perhitungan Kadar Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Kulit
Buah Kedondong 34
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 39
5.1 Kesimpulan 39
5.2 Saran 39
Daftar Pustaka 40
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Lengkeng 9
Tabel 2.2 Standar Mutu Sirup Glukosa 13
Tabel 2.3 Drajat Kemanisan Gula 18
Tabel 3.1 Skala Uji Hedonik 26
Tabel 4.1 Data Analisis Kadar Selulosa Buah Kedondong 31
Tabel 4.2 Data Analisis Kadar Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Kulit
Buah Kedondong 31
Tabel 4.3 Data Uji Oranoleptik Manisan Buah Lengkeng 32
Tabel 4.4 Metode Least Square 34
Tabel 4.5 Perbandingan Gula Pasir dan Sirup Glukosa Hasil Hidrolisis
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Buah Kedondong 6
Gambar 2.2 Buah Lengkeng 8
Gambar 2.3 Struktur Selulosa 10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tabel Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks)
Larutan Glukosa Standar 43
Lampiran 2. Tabel Data Kurva Glukosa Standar 43
Lampiran 3. Kurva Metode Least Square 44
Lampiran 4. Tabel Nilai Organoleptik Manisan Buah Lengkeng 44
4.1 Nilai Organoleptik Terhadap Rasa Manisan Buah Lengkeng 44
4.2 Nilai Organoleptik Terhadap Warna Manisan Buah Lengkeng 45
4.3 Nilai Organoleptik Terhadap Aroma Manisan Buah Lengkeng 45
Lampiran 5. Tabel Harga erf (t) atau ert (hx) untuk menghitung ht guna
memenuhi syarat CCT (Chauvenet Criterion Test) 46
Lampiran 6. Gambar Bahan dan Hasil Penenlitian 47
Lampiran 7. Gambar Uji Organoleptik Hasil Penelitian 48
ABSTRAK
THE USE OF GLUCOSE SYRUP AS PRODUCT OF CELLULOSA HIDROLYZED FROM SKIN OF THE FRUIT OTAHELTE APPLE(Spondias dulcis F.) AS
SWEETENER ON CANDIESPRODUCTION FROM THELONGAN FRUIT(Napheliumlonganum)
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selulosa merupakan komponen utama dinding sel-sel tanaman. Sejumlah
penelitian telah dilakukan untuk hidrolisis selulosa menjadi glukosa, antara lain oleh
Wijayanti (2005) yang memperoleh 12,53% sirup glukosa dari hidrolisis rumput gajah
(Pardosi, 2011), Nurmala Sari (2010) yang memperoleh 2,4667% sirup glukosa dari
hidrolisis selulosa dami nangka, Sri Ningsih Pardosi (2011) yang memperoleh 9,40%
sirup glukosa dari hidrolisis selulosa ampas kelapa, dan Darmayanti Pratiwi (2011)
yang memperoleh 10,66% sirup glukosa dari hidrolisis selulosa kulit buah sukun.
Dalam tubuh selulosa tidak dapat dicerna karena dari dalam tubuh tidak
mempunyai enzim yang dapat menguraikan selulosa. Tetapi ternyata polisakarida
dapat dimanfaatkan, dimana dengan menggunakan asam encer tidak dapat dihidrolisis,
tetapi oleh asam dengan konsentrasi tinggi yaitu secara kimiawi menggunakan HCl
30% dapat terhidrolisis menjadi D-glukosa. (Poedjiadi.A.1994).
Salah satu cara yang dapat membantu penyediaan gula di Indonesia adalah
membuat sirup glukosa (gula cair) dari pati. Sirup glukosa adalah nama dagang dari
produk hasil hidrolisa pati. Produksi sirup glukosa ini diharapkan dapat menunjang
kebutuhan gula di Indonesia pada saat ini dan masa mendatang atau setidaknya dapat
berguna pada keadaan tertentu. Sirup glukosa juga dapat digunakan sebagai bahan
tambahan dalam proses pengolahan bahan makanan, misalnya dalam pembuatan kue,
es krim, permen dan lain-lain.
Disamping mencari alternatif bahan substitusi gula. Gula alternatif yang
sekarang sudah digunakan antara lain adalah gula siklamat dan stearin yang
merupakan gula sintesis, serta gula dari pati seperti sirup glukosa, fruktosa, maltosa,
manitol, sorbitol dan xilitol tersebut melimpah di Indonesia. Diantara gula dari pati
tersebut, sirup glukosa dan fruktosa mempunyai prospek yang baik untuk mensubtitusi
menjadi glukosa, antara lain oleh A. Sari (2003) yang memperoleh 17,33% sirup
glukosa dari hidrolisis pati sagu (Pardosi, 2011), A. Munandar (2006) yang
memperoleh 17,37% sirup glukosa dari hidrolisis pati pulp coklat (Pardosi, 2011),
Herty Dita Utami Nasution (2010) yang memperoleh 36,19% sirup glukosa dari
hidrolisis amilum biji mangga arumanis, dan Riri Mardawati (2010) yang
memperoleh 35,98% sirup glukosa dari hidrolisis amilum biji kuini.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai
pemanfaatan sirup glukosa dari hasil hidrolisis selulosa yang diisolasi dari berbagai
bagian tanaman, seperti kulit buah atau ampas daging buah, maka peneliti juga ingin
memanfaatkan limbah produksi buah, dalam hal ini kulit buah kedondong dapat
dijadikan sirup glukosa sebagai pengganti gula pasir yang diaplikasikan pada
pembuatan manisan buah lengkeng.
1.2.Permasalahan
Di Indonesia, khususnya dikota Medan, masyarakat belum memanfaatkan kulit
kedondong dan hanya dibuang sebagai limbah. Produksi buah kedondong di Sumatera
Utara mencapai 21,45 Ton / tahun dan kulit kedondong yang dihasilkan mencapai
4,833 Ton. (http://agoindonesia.com/agnews/kedondong), kulit kedondong
mengandung selulosa dan selulosa merupakan polisakarida yang dapat dihidrolisis
dengan HCl 30% menghasilkan sirup glukosa. Dari selulosa kulit buah kedondong
yang telah dihidrolisa menghasilkan sirup glukosa maka di gunakan sebagai pemanis
pada pembuatan manisan lengkeng dengan perbandingan volume terhadap gula pasir.
Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan yang terjadi adalah apakah selulosa dari
limbah kulit buah kedondong dapat dibuat menjadi sirup glukosa sebagai pemanis
1.3.Pembatasan Masalah
Karena luasnya permasalahan dalam pemanfaatan kedondong, maka penelitian
dibatasi sebagai berikut:
1. Perolehan sampel dibatasi hanya kulit kedondong lokal yang diperoleh dari penjual
2. Varietas Kulit kedondong yang digunakan adalah kedondong kecil kecil bulat.
3. Jenis polisakarida yang digunakan adalah selulosa dari kulit kedondong.
4. Hidrolisis selulosa Dari kulit kedondong menggunakan HCL 30%.
5. Penentuan kadar glukosa dengan cara Spektrofotometri Metode Nelson Somogyi.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini antara lain:
1. Untuk menentukan kandungan selulosa dari kulit buah kedondong
2. Untuk menentukan hasil hidrolisis selulosa dari kulit buah kedondong sehingga
dihasilkan sirup glukosa.
3. Untuk mengetahui kadar glukosa hasil hidrolisis selulosa kulit buah kedondong.
4. Untuk memanfaatkan sirup glukosa sebagai pemanis dalam pembuatan manisan
lengkeng.
5. Untuk menentukan uji organoleptik manisan lengkeng yang dibuat dari variasi
konsentrasi larutan gula pasir dan sirup glukosa.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Dapat memanfaatkan limbah limbah kulit buah kedondong menjadi sirup glukosa
melalui proses hidrolisis dengan menggunakan HCL 30%.
2. Sirup glukosa yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan pemanis yang aman
pada makanan.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan dari kulin buah
1.6. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan 3 kali perulangan. Sampel
berupa kulit kedondong yang diproleh secara acak sederhana dari beberapa lokasi
yaitu Pajak Padang Bulan, Pajak Setia Budi, dan Pajak Melati. Dimana selulosa yang
diisolasi dari kulit buah kedondong dihidrolisis menggunakan HCl 30% menghasilkan
sirup glukosa yang kemudian ditentukan kadar glukosanya dengan metode
Nelson-Somogyi menggunakan alat Spektrofotometer. Sirup glukosa hasil hidrolisis
dimanfaatkan untuk membuat manisan lengkeng.
1.7. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia/KBM FMIPA USU, Laboratorium
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Buah Kedondong (Spondias Dulcis Forst)
2.1.1 Sejarah Singkat Buah Kedondong
Kandungan utama yang terdapat dalam buah kedondong adalah unsur gula
dalam bentuk sukrosa yang penting sebagai penambah energi dan vitalitas tubuh.
Begitu juga kandungan serat dan airnya cukup tinggi dan bermanfaat dalam
melancarkan pencernaan serta mencegah dehidrasi.
Selain itu manfaat kedondong lainnya adalah dari rendahnya kandungan lemak
sehingga buah ini cocok sebagai makanan cemilan diet yang menyegarkan. Apalagi
kandungan karbohidrat maupun proteinnya juga termasuk rendah, Selain itu
masyarakat juga memanfaatkan buah kedondong untuk mengobati dan mengatasi luka
akibat terbakar maupun borok. (www.Anhaera.com/manfaat-buah-kedondong.htm).
Kedondong merupakan tanaman buah berupa pohon yang dalam bahasa
inggris disebut ambarella, otaheite apple, atau great hog plum. Di Asia Tenggara
disebut kedondong (Indonesia & Malaysia), hevi (Filipina), gway (Myanmar), mokah
(Kamboja), kook kvaan (Laos), makak farang (Thailand), dan co'c (Vietnam).
Kedondong berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Tanaman ini telah tersebar ke seluruh daerah tropik. Jenis-jenis kedondong
unggul yang potensial dan banyak ditanam oleh para petani diantaranya adalah
kedondong karimunjawa, kedondong bangkok, dan kedondong kendeng.
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kedondong
Dalam sistematika (taksonami) tumbuhan, tumbuhan kedondong
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Sub divisi : Angiospermae ( berbiji tertutup )
Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua)
Bangsa : Spindales
Suku : Anacardiaceae
Marga : Spondias
Spesies : Spondias dulcis Forst
Varietas kandungan
Daun,kulit batang dan kulit akar kedondong mengandung saponin,flavanoid dan tanin.
2.1.3 Manfaat Tanaman Kedondong
Manfaat buah kedondong manis kultivar unggul dimakan dalam keadaan segar,
tetapi sebagian buah matang diolah menjadi selai, jeli, sari buah dan manisan. Buah
yang direbus dan dikeringkan dapat disimpan untuk beberapa bulan. Buah mentahnya
banyak digunakan dalam rujak dan sayur, serta untuk dibuat acar (sambal kedondong).
Daun mudanya yang dikukus dijadikan lalapan.
Buah dan daunnya juga dijadikan pakan ternak. Kayunya berwarna coklat
muda dan mudah mengambang, tidak dapat digunakan kayu pertukangan, tetapi
kadang-kadang dibuat perahu. Dikenal di berbagai pelosok dunia berbagai manfaat
obat dari buah, daun, dan kulit batangnya, dan dapat dipergunakan dalam pengobatan
2.1.4 Nilai Gizi Buah Kedondong
Tiap 100 gram bagian buah yang dapat dimakan mengandung 60-85 gram air,
0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-10,5 gram sukrosa, 0,85-3,60 gram serat.
Daging buahnya merupakan sumber vitamin C dan zat besi sedangkan buah yang
belum matang mengandung pektin sekitar
2.2. Tanaman Lengkeng (Naphelium Longanum).
2.2.1 Taksonomi dan morfologi Tanaman Lengkeng
Lengkeng berasal dari negeri cina (daerah subtropis) agak menyimpang dari
familinya sendiri, yaitu rambutan ( Naphelium lappaceum), Kapulasan (Naphelium
mutabile) dan Leci (Naphelium litchi atau lichi sinensis). Pohon lengkeng besar dan
bercabang banyak, daunnya rimbun, dan mampu memproduksi diatas umur 100 tahun
. Buahnya kecil, lebih kurang sebesar kelereng, warna kulit buahnya kecoklatan
seperti buah sawo dan tidak berbulu, daging buah berwarna putih agak bening (seperti
rambutan, bijinya satu dan berwarna hitam kecoklatan, rasa buahnya manis dengan
aroma yang khas.
Dalam tatanama atau sistematik (taksonomi) tumbuhan, tanaman lengkeng
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Sub divisi : Angiospermae ( berbiji tertutup )
Ordo : Spindales
Famili : Spindaceae
Genus : Dimocarpus
Gambar 2.2 Buah Lengkeng
http://www.annearhira.com/manfaat-buah-lengkeng.htm diakses tanggal 23 November 2010.
2.2.2 Jenis – Jenis Lengkeng
a. Varietas Batu
Lengkeng varietas batu termasuk lengkeng jenis unggul. Kulit buahnya agak
kasar dan berwarna coklat muda. Buahnya lebih besar dari pada varietas lainnya.
Daging buahnya lebih tebal dan mudah sekali lepas dari bijinya. Rasa aromanya lebih
tajam dan lebih segar, sehingga harganya dipasaran juga lebih mahal dibandingkan
dengan jenis lainnya.
b. Varietas Kopyor
Lengkeng varietas ini dipasaran harganya lebih rendah. Kulit buahnya halus
berwarna coklat agak kuning (hampir seperti buah duku). Daging buahnya sulit
dilepas dari bijinya. ( Hatta S.1990 ).
2.2.3 Kandungan Gizi
Lengkeng kecuali dapat dikonsumsi langsung (dipasarkan) sebagai buah segar
juga dapat dikalengkan. Buah lengkeng mempunyai kandungan mineral yang kaya
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Lengkeng
Sumber : Food Composition Table for Use in East Asia, FAO, Roma, 1972.
2.3 Selulosa
2.3.1 Selulosa Tumbuhan
Selulosa merupakan komponen dasar dari bahan–bahan asal
tumbuh-tumbuhan, dan produksi selulosa melampaui semua zat-zat alamiah lain. Zat- zat yang
menetap di dalam tanah dan sisa tumbuh-tumbuhan yang dikembalikan ke dalam
tanah, 40-70% terdiri dari selulosa. Komponen selulosa yang demikian tinggi
menggarisbawahi pentingnya pengurai selulosa pada proses mineralisasi dan
peredaran karbon. Sifat-sifat fisik dari fibril selulosa terutama kekokohan dan
ketidaklarutannya, tidak sesuai dengan struktur berupa rantai tunggal. Seutas benang
selulosa terdiri dari fibril selulosa yang diliputi oleh selaput lilin dan pektin.
Selulosa adalah polisakarida yang terdiri dari rantai-rantai panjang unit-unit
glukosa. Struktur dasarnya serupa dengan pati tetapi unit glukosanya berikatan dengan
cara yang berbeda. Selulosa penting sebagai sumber serat dalam susunan makanan dan
penting untuk kelancaran jalannya makanan dalam saluran pencernaan dan
pengosongan periodik rongga lambung. Sapi dan binatang ruminansia lain dapat
memecah dan menggunakan selulosa sebagai sumber energi karena mempunyai
bakteri yang mampu memecah selulosa dalam rumennya. (Gaman, 1992)
Gambar 2.3 Struktur Kimia Selulosa
(Fessenden, R.J, dan Fessenden, J.S., 1986)
Selulosa merupakan senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Selulosa
membentuk komponen serat dari dinding sel tumbuhan. Molekul selulosa merupakan
rantai-rantai, atau mikrofibril dari D-glukosa sampai sebanyak 14.000 satuan yang
terdapat sebagai berkas-berkas terpuntir mirip tali yang terikat satu sama lain oleh
ikatan hidrogen. Suatu molekul tunggal selulosa merupakan polimer lurus dari 1,4’β
-D-glukosa. Meskipun binatang menyusui tidak mengeluarkan enzim untuk memecah
selulosa menjadi glukosa, bakteri dan protozoa tertentu mengeluarkan enzim-enzim
ini. (Fessenden, R.J, dan Fessenden, J.S., 1986).
2.3.2. Hidrolisis Selulosa
Hidrolisis selulosa lengkap dengan HCl 30% dalam air, hanya menghasilkan
D-glukosa. Disakarida yang terisolasi dari selulosa yang terhidrolisis sebagian adalah
selobiosa, yang dapat dihidrolisis lebih lanjut menjadi D-glukosa dengan suatu katalis
asam atau dengan emulsin enzim. Selulosa sendiri tidak mempunyai karbon
hemiasetal-selulosa sehingga tidak dapat mengalami mutarotasi atau dioksidasi oleh
-H2O
-H2O
I
Selulosa Selobiosa Glukosa
Hidrolisis dalam suasana asam, yang menghasilkan pemecahan ikatan
glikosidik berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama, proton yang bertindak
sebagai katalisator asam berinteraksi cepat dengan oksigen glikosida yang
menghubungkan dua unit gula (I), membentuk asam konjugat (II). Langkah ini diikuti
dengan pemecahan yang lambat dari ikatan C-O, yang menghasilkan zat antara kation
karbonium siklik (III). Protonasi dapat juga terjadi pada oksigen cincin (II),
menghasilkan pembukaan cincin dan kation karbonium nonsiklik (III). Tidak ada
kepastian ion karbonium mana yang paling mungkin terbesar pada kation siklik.
Akhirnya kation karbonium mulai mengadisi molekul air dengan cepat, membentuk
hasil akhir yang stabil dan melepaskan proton (Torget, 2003).
Gambar 2.4 Mekanisme Dasar Hidrolisis Selobiosa -H2O
II II
III III
2.4 Sirup Glukosa
Sirup glukosa merupakan cairan yang memiliki derajat kemanisan yang lebih
rendah dibandingkan dengan sukrosa. Sirup glukosa bukan merupakan produk murni
tetapi mengandung dekstrin dan maltosa.
Sirup glukosa atau sering juga disebut gula cair mengandung D-glukosa dan
polimer D-glukosa yang dibuat dengan hidrolisa pati. Perbedaannya dengan gula tebu
atau sukrosa adalah, gula tebu adalah gula disakarida yang tersusun oleh glukosa dan
fruktosa, sedangkan sirup glukosa tersusun dari glukosa, dekstrin, maltosa
(Soemaatmadja, 1970).
Sirup glukosa pertama kali digunakan sebagai bahan pengganti gula pada masa
Napoleon. Sirup glukosa dibuat dengan mereaksikan pati dengan asam melalui proses
hidrolisa karbohidrat kompleks atau polisakarida kemudian dipecah menjadi
disakarida atau maltose yang kemudian dipecah lagi menjadi monosakarida.
Sirup glukosa merupakan suatu larutan yang diperoleh melalui proses
hidrolisis dengan katalis. Sirup glukosa adalah salah satu produk bahan pemanis
makanan dan minuman yang berbentuk cairan, tidak berbau dan tidak bewarna. Sirup
glukosa mengandung D-glukosa, maltosa dan polimer D glukosa dengan proses
hidrolisis. (Cakebread, 1975).
Sirup glukosa komersial dihasilkan dengan jalan menghidrolisis pati dengan
asam klorida encer. Hidrolisisnya tidak sempurna dan sirup glukosa yang dihasilkan
merupakan campuran glukosa, maltosa, dextrin, dan air. (Gaman, P.M., 1992).
Sirup glukosa telah dimanfaatkan oleh industri permen, minuman ringan,
biskuit, dan sebagainya. Pada pembuatan produk es krim, glukosa dapat meningkatkan
kehalusan tekstur dan menekan titik beku dan untuk kue dapat menjaga kue tetap
segar dalam waktu lama dan mengurangi keretakan. Untuk permen, glukosa lebih
disenangi karena dapat mencegah kerusakan mikrobiologis, dan memperbaiki tekstur.
2.4.1 Standar mutu Sirup Glukosa
Spesifikasi utama sirup glukosa yaitu mempunyai kadar padatan kering
minimum 70% dan dekstrosa ekuivalen minimum 20%. Pada Tabel 2.2 diperlihatkan
standar mutu sirup glukosa :
Tabel 2.2 Standar Mutu Sirup Glukosa
No Komponen Spesifikasi
1. Air Maksimum 20%
2. Gula reduksi dihitung sebagai D-glukosa Maksimum 1%
3. Sulfur dioksida (SO2) Untuk kembang gula
sekitar 400 ppm, yang lain maksimum 40 ppm.
4. Pemanis buatan Negatif
5. Logam berbahaya (Pb,Cu, Zn dan As) Negatif
6. Natrium Benzoat Maksimum 250 ppm
7. Warna Tidak berwarna sampai
kekuningan
8. Jumlah bakteri Maksimum 500
koloni/gram
9. Kapang Negatif
10. Khamir Negatif
Sumber : SII.0418-81 dalam Judoamidjojo, et al ., (1992).
2.5. Metode Analisa Kuantitatif Glukosa
2.5.1. Metode Nelson – Somogyi
Metode ini dapat digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi dengan
menggunakan pereaksi tembaga arsenomolibdat. Kupri mula-mula direduksi menjadi
bentuk kupro dengan pemanasan larutan gula. Kupro yang terbentuk selanjutnya
dilarutkan dengan arsenomolibdat menjadi molibdenum berwarna biru yang
menunjukkan ukuran konsentrasi gula dengan membandingkannya dengan larutan
dapat menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur absorbansinya.
(Sudarmadji.S.1984).
2.5.2. Metode Lane-Eynon
Penetapan gula pereduksi dengan metode ini dilakukan secara volumetrik.
Biasanya digunakan untuk penentuan laktosa (anhidrat atau monohidrat) glukosa,
fruktosa, maltosa (anhidrat atau monohidrat) dan lainnya. Penetapan gula pereduksi
dengan metode ini didasarkan atas pengukuran volume larutan gula pereduksi standar
yang dibutuhkan untuk mereduksi pereaksi tembaga basa yang diketahui volumenya.
Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan metilen biru yang warnanya akan hilang karena
kelebihan gula pereduksi diatas jumlah yang dibutuhkan untuk mereduksi tembaga.
2.5.3. Metode Shaffer-Somogyi
Metode ini dapat diterapkan untuk segala jenis bahan pangan. Terutama
berguna untuk menetapkan sampel yang mengandung sedikit gula pereduksi. Gula
pereduksi akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Cu+ akan dioksidasi oleh I2 (yang
terbentuk dari hasil oksidasi KI oleh KIO3 dalam asam) menjadi Cu2+ kembali.
Kelebihan I2 dititrasi dengan Na2S2O3. Dengan menggunakan blanko, maka kadar gula
pereduksi dalam sampel dapat ditentukan.
2.5.4. Metode Anthrone
Metode ini dapat digunakan untuk semua jenis bahan makanan. Anthrone
(9,10-dihidro-9-oxanthracena) merupakan hasil reduksi anthraquinone. Anthrone
bereaksi secara spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat menghasilkan
warna biru kehijauan yang khas.
2.5.5. Metode Munson Walker
Penentuan gula reduksi berdasarkan atas banyaknya endapan Cu2O yang
terbentuk, kemudian dengan melihat tabel Hadmond dapat diketahui jumlah gula
pereduksinya. Jumlah Cu2O ditentukan secara gravimetris, yaitu dengan menimbang
larutan endapan Cu2O yang terbentuk. Dapat juga ditentukan secara volumetrik yaitu
dengan titrasi menggunakan larutan Na-tiosulfat atau K-permanganat
2.6. Spektrofotometer UV-Visibel
Spektrometri adalah pengukuran absorbansi selektif radiasi elektromagnetik
yang dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa kimia. Sedangkan
spektrofotometri merupakan suatu metode yang sangat penting dalam analisis kimia
kualitatif dan kuantitatif. Banyak kelebihan yang dimilikinya, antara lain :
a. Dapat digunakan secara luas dalam pengukuran secara kualitatif dan
kuantitatif untuk senyawa-senyawa organik maupun senyawa anorganik
b. Kepekaan tinggi, karena dapat mengukur dalam satuan ppm (part per million),
bahkan ppb (part per billion) sehingga dapat mengukur komponen trace
(renik).
c. Sangat selektif bila suatu komponen x akan diperiksa dalam suatu campuran,
dengan cara mengatur panjang gelombang cahaya dimana hanya komponen x
yang akan mengabsorbsi cahaya tersebut. Lebih teliti karena hanya
mempunyai persen kesalahan 1 - 3 % bahkan dengan teknik tertentu dapat
mengurangi persen kesalahan sampai 1/10. (Day.R.A.,Underwood.A.L.1999).
2.7. Manisan
Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh
masyarakat. Rasanya yang mains bercampur rasa khas buah sangat cocok untuk
dinikmati diberbagai kesempatan. Meskipun jenis manisan buah yang umum
dipasarkan ada bermacam-macam bentuk dan rasanya, namun sebenarnya dapat
dikelompokkan menajdi 4 golongan yaitu:
1. golongan pertama adalah manisan basah dengan larutan gula encer ( buah
dilarutkan dalam gula seperti jambu, mangga, salak, dan kedondong).
2. Golongan kedua adalah manisan gula kental menempel pada buah. Manisan
jenis ini adalah pala, lobi-lobi, dan cermai.
3. Golongan ketiga adalah manisan kering dengan gula utuh (sebagian gula tidak
larut dan menempel pada buah). Buah yang sering digunakan adalah buah
4. Golongan keempat adalah manisan kering asin karena unsur dominan dalam
bahan adalah garam. Jenis buah yang dibuat adalah jambu biji, mangga,
belimbing, dan buah pala.
Maret 2010)
2.7.1. Faktor Penentu Kualitas Manisan
Kualitas Produk olahan buah berupa manisan, baik manisan basah maupun manisan
kering, sangat menetukan laku tidaknya produk olahan tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas manisan adalah sebagai berikut:
A. Penampilan
Penampilan merupakan penentu utama kualitas suatu produk. Penampilan yang
menarik menyebabkan konsumen tertarik untuk membelinya. Penampilan suatu
produk olahan ditentukan oleh faktor sebagai berikut:
1. Warna
2. Keseragaman bentuk dan ukuran
3. Kemasan.
B. Cita Rasa dan Aroma
Cita rasa manisan harus berasal dari cita rasa buah aslinya. Namun, agar cita rasa
makin memikat dapat ditambahkan bahan pewangi atau bumbu yang sesuai, seperti
kayu Manis, bunga pala, pandan wangi, atau cengkih. Sementara itu, aroma
merupakan unsur yang Sangat peka terhadap pemanasan. Karenanya sulit
dipertahankan. Namun, cita rasa yang kompak dapat menutupi kekurangan dan unsur
aroma ini.
C. Daya Tahan
Manisan termasuk produk awetan. Karena itu, dituntut untuk dapat disimpan
dalam jangka waktu yang relatif lama. Daya tahan ini dapat diciptakan dengan
memperkecil kadar air dalam buah, meningkatkan konsentrasi gula dalam buah,
memberikan bahan pengawet, serta mengemasnya dalam wadah yang tertutup rapat
D. Kandunagn Unsur Gizi dan Kalori
Buah memiliki kandungan gizi, mineral, dan kalori. Beberapa kandungan gizi
biasanya akan hilang karena proses pengolahan. Karena itu, proses pengolahan harus
memperhatikan teknik atau tata caranya sehingga kandungan gizi dalam buah bisa
didapat dengan maksimal. Untuk menjaga kualitas manisan tetap baik, biasanya
dilakukan penambahan vitamin C ke dalam manisan.
E. Higienis
Pembuatan manisan yang tidak memperhatikan syarat-syarat kesehatan, hasil
akhirnya akan berkualitas rendah, tampak kotor, daya simpannya pendek, dan
penampilannya tidak menarik. Karena itu syarat-syarat kesehatan, baik kebersihan alat
dan bahan maupun lingkungan pengolahan harus benar-benar diutamakan.
(Memet Abdulah Fatah dan Yusuf Bachtiar, 2004).
2.7.2 Drajat Kemanisan Gula
Tabel 2.3 Drajat Kemanisan Gula
Gula Drajat Kemanisan
Laktosa
*Dibuat oleh kerja invertase terhadap sukrosa.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-Alat
- Neraca Analitik Mettler Toledo
- Oven Memmert
- Blender
- Gelas Ukur Pyrex
- Gelas Beaker Pyrex
- Corong
- Kertas Saring
- Labu Erlenmeyer Pyrex
- Botol Akuades
- Hot Plate
- Indikator Universal Merck
- Tanur Gallenkamp
- Batang Pengaduk Pyrex
- Penangas Air Fisons
- Aluminium Foil
- Pipet Volume Pyrex
- Labu Takar Pyrex
- Tabung Reaksi Pyrex
- Spektrofotometer Genesys 20
- Termometer Fisher
3.1.2 Bahan-bahan
- Etanol 96% E. Merck
- H2SO4(p) E. Merck
- NaOH E. Merck
- HCl (p) E. Merck
- Na-sitrat E. Merck
- Na2CO3 E. Merck
- CuSO4.5H2O E. Merck
- KNaC4H4O6.4H2O E. Merck
- Na2SO4 E. Merck
- (NH4)6Mo7O24.4H2O E. Merck
- Na2HAsO4.7H2O E. Merck
- NaHCO3 E. Merck
- C6H12O6 E. Merck
- Akuades
- Kulit Buah Kedondong
- Buah Lengkeng
3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Pengambilan Sampel
Sampel berupa kulit buah kedondong diperoleh dari pedagang pajak Setia Budi, yang
dikumpulkan dan diambil secara acak diagonal. Sedangkan buah lengkeng diperoleh
dari pajak Padang Bulan. Tanaman kedondong dengan spesies Spondias dulcis forst
dan tanaman lengkeng dengan spesies Naphelium longanum..
3.2.2 Pembuatan Larutan
3.2.2.1 Larutan H2SO4 1,25 N
Dimasukkan 8,5 mL H2SO4(P) ke dalam labu takar 250 mL, kemudian diencerkan
dengan akuades sampai garis tanda.
3.2.2.2 Larutan NaOH 1,25 N
Dilarutkan 12,5 g NaOH dengan akuades, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar
250 ml dan diencerkan dengan akuades sampai garis tanda.
3.2.2.3 Larutan NaOH 10%
Dilarutkan 10 g NaOH dengan akuades, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar
100 mL dan diencerkan dengan akuades sampai garis tanda.
3.2.2.4 Larutan HCl 30 %
Dimasukkan 203 mL HCl 37% ke dalam labu takar 250 mL, kemudian diencerkan
dengan akuades sampai garis tanda.
3.2.2.5 Pereaksi Benedict
Dengan bantuan pemanasan, dilarutkan 173 g Na-sitrat dan 100 g Na2CO3 dalam 800
mL air. Disaring, kemudian ditambahkan akuades sampai volume larutan menjadi 850
mL (Larutan I).
Dilarutkan 17,3 g CuSO4.5H2O dalam 100 mL air (dipanaskan bila perlu). Bila
larutan di atas sudah dingin, maka secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam
3.2.2.6 Pereaksi Nelson
Nelson A :
Dilarutkan 12,5 g Natrium karbonat anhidrat, 12,5 g garam Rochelle (K-Na-Tartrat),
10 g Natrium Bikarbonat, dan 100 g Natrium Sulfat anhidrat dalam 300 mL akuades
dan diencerkan sampai 500 mL.
Nelson B :
Dilarutkan 7,5 g CuSO4.5H2O dalam 50 mL akuades dan ditambahkan 1 tetes asam
sulfat pekat.
Pereaksi Nelson dibuat dengan cara mencampur 25 bagian larutan Nelson A
dan 1 bagian Nelson B. Pencampuran dilakukan setiap kali akan digunakan.
3.2.2.7 Larutan Arsenomolibdat
Dilarutkan 25 g ammonium molibdat dalam 450 mL akuades dan ditambahkan 25 mL
H2SO4(p). Pada tempat yang lain, dilarutkan 3 g Na2HAsO4.7H2O dalam 25 mL
akuades, kemudian dituangkan larutan ini ke dalam larutan pertama.
Disimpan dalam botol berwarna coklat dan diinkubasi pada suhu 37oC selama
24 jam. Larutan pereaksi ini dapat digunakan setelah masa inkubasi dan berwarna
kuning.
3.2.3 Cara Kerja
3.2.3.1 Isolasi dan Analisis Kadar Selulosa Kulit Buah Kedondong
Sebanyak 1000 g kulit buah kedondong dihaluskan, dikeringkan, kemudian ditimbang.
Ditambahkan 1020 mL etanol 96%, direndam selama 1 jam, lalu disaring.
Ditambahkan 1020mL H2SO4 1,25 N, dipanaskan selama 30 menit lalu disaring.
Residu dicuci dengan akuades panas hingga pH netral. Kemudian ditambahkan 1020
mL NaOH 1,25 N, dipanaskan selama 30 menit lalu disaring. Residu dicuci dengan
akuades panas hingga pH netral. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 110ºC
dan ditimbang. Diambil 5 g, lalu diabukan dalam tanur pada suhu 600ºC selama 3 jam,
3.2.3.2 Hidrolisis Selulosa Kulit Buah Kedondong dan Analisis Glukosa Hasil Hidrolisis Secara Kualitatif
Dimasukkan 22,4413 g selulosa yg telah diisolasi dari kulit buah kedondong ke dalam
labu Erlenmeyer. Ditambahkan 18 mL HCl 30%, ditutup dengan aluminium foil dan
didiamkan selama 30 menit. Kemudian ditambahkan 200 mL akuades dan direfluks
selama 1 jam, didinginkan dan disaring. Dimasukkan filtrat ke dalam labu ukur 250
mL, ditambahkan NaOH 10% hingga pH netral, ditambahkan akuades sampai garis
tanda. Dipipet 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 5 mL
pereaksi Benedict, dipanaskan hingga terbentuk endapan merah bata.
3.2.3.3 Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Larutan Glukosa Standar
Ditimbang 1 g glukosa anhidrat dan dilarutkan dengan akuades hingga volume 1000
ml (larutan glukosa 1000 ppm atau 1 mg/mL). Dipipet 5 ml larutan glukosa 1 mg/mL
lalu diencerkan dengan akuades sampai volume 100 mL (larutan glukosa 0,05
mg/mL). Selanjutnya dipipet 1 mL larutan glukosa 0,05 mg/ml kedalam tabung reaksi,
ditambahkan 1 mL pereaksi Nelson lalu ditutup dengan kapas dan dipanaskan pada
waterbath selama 30 menit, kemudian didinginkan. Ditambahkan 1 mL larutan
arsenomolibdat lalu digojog hingga semua endapan larut. Kemudian ditambahkan 7
mL akuades dan digojog hingga homogen. Diukur serapannya pada panjang
gelombang 600 – 800 nm. Maka diperoleh panjang gelombang maksimum
(Lampiran 1).
3.2.3.4 Penyiapan Kurva Glukosa Standar
Disiapkan larutan glukosa standar dalam beberapa tabung reaksi dengan variasi
konsentrasi dari 0,02 – 0,20 mg/mL. Ditambahkan 1 mL larutan Nelson kemudian
dipanaskan selama 30 menit dan didinginkan. Ditambahkan 1 mL larutan
arsenomolibdat dan digojog hingga semua endapan larut. Ditambahkan 7 mL akuades
lalu digojog hingga homogen. Diukur serapannya pada panjang gelombang 740 nm.
Kemudian dibuat kurva standar yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi gula
Skala Hedonik Skala Numerik
3.2.3.5 Analisis Kadar Glukosa Sampel
Dipipet 1 mL filtrat netral dan diencerkan dalam labu takar 10 mL sebanyak tiga kali.
Dipipet 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 mL larutan
Nelson kemudian dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit dan didinginkan.
Ditambahkan 1 mL larutan arsenomolibdat dan digojog. Ditambahkan 7 mL akuades
lalu digojog hingga homogen. Diukur serapannya pada panjang gelombang 740 nm.
3.2.3.6 Pembuatan Manisan Buah Lengkeng
Buah lengkeng, yang telah disortasi, dikupas kulitnya dan dicuci bersih. Sebanyak 100
g daging buah Lengkeng. Buah lengkeng tersebut direndam dalam larutan kapur 10%
selama 1 jam. Ditiriskan dan dicuci dengan air bersih. Direndam dalam campuran
larutan gula pasir dan sirup glukosa yang telah dipanaskan dan konsentrasinya
divariasikan dengan perbandingan (1:0), (1:1), (1:2), (1:3), dan (0:1) dimana total
konsentrasi campuran tersebut adalah 40%.
3.2.3.7 Penentuan Nilai Organoleptik
Penentuan nilai organoleptik dilakukan dengan menggunakan uji hedonik (uji
kesukaan) berdasarkan Elisabeth Larmond, dengan skala 5 poin untuk mengetahui
mana yang lebih disukai panelis terhadap rasa, warna, dan aroma dari manisan
mangga. Pengujian dilakukan oleh 15 orang panelis. Panelis diberi formulir penilaian
organoleptik dengan skala 1-5 dengan kriteria:
Dihaluskan Dikeringkan
Ditambahkan 1020 mL etanol 96% Direndam selama 1 jam
Disaring
Dicuci dengan akuades panas hingga pH netral Ditambah 1020 mL NaOH 1,25 N
Dipanaskan selama 30 menit Disaring
Ditambah 1020 mL H2SO4 1,25 N Dipanaskan selama 30 menit Disaring
Dicuci dengan akuades panas hingga pH netral Dikeringkan pada suhu 110oC
Ditimbang
Diambil 5 g
Diabukan pada suhu 600ºC Ditimbang
3.3 Bagan Penelitian
3.3.1 Isolasi dan Analisis Kadar Selulosa dari Kulit Buah Kedondong
1000 g Kulit Buah Kedondong
204 g Kulit Buah Kedondong Halus
Residu I
Filtrat II Residu II
Filtrat I
Residu III Filtrat III
Hasil
22,4413 g Selulosa
Ditambahkan 18 mL HCl 30% Ditutup dengan aluminium foil Didiamkan selama 30 menit Ditambahkan 200 mL akuades Direfluks selama 1 jam
Sampel Terhidrolisis
Disaring
Residu Filtrat
Dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL Ditambahkan NaOH 10% hingga pH netral Ditambahkan akuades hingga garis tanda
Dipipet 1 mL ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 5 mL larutan Benedict Dipanaskan di penangas air
Endapan Merah Bata Filtrat Netral
3.3.3 Analisis Kadar Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa dari Kulit Buah Kedondong Secara Spektrofotometri
Filtrat netral hasil hidrolisis selulosa
Dipipet 1 mL
Diencerkan dalam labu takar 10 mL sebanyak tiga kali
Dipipet 1 mL
1 mL larutan glukosa sampel
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 1 mL pereaksi Nelson
Ditutup dengan kapas
Dipanaskan di penangas selama 30 menit Didinginkan di bawah air yang mengalir
Larutan dengan endapan merah bata
Digojog hingga homogen
Ditambahkan 1 mL larutan arsenomolibdat
Digojog hingga endapan larut
Larutan berwarna biru
Ditambahkan 7 mL akuades
Digojog hingga homogen
Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 740 nm
3.3.4 Pembuatan Manisan Buah Lengkeng
3.3.5 Penentuan Nilai Organoleptik Buah Lengkeng
Dilakukan sortasi Dikupas kulitnya Dicuci hingga bersih
Direndam dalam larutan kapur 10% selama 1 jam Ditiriskan dan dicuci dengan air bersih
Direndam dalam campuran larutan gula pasir dan sirup
glukosa yang telah dipanaskan dan konsentrasinya divariasikan dengan perbandingan (1:0), (1:1), (1:2), (1:3), dan (0:1)
dimana total konsentrasi campuran tersebut adalah 40%
Hasil
Manisan buah lengkeng
Hasil
Disajikan kepada panelis
Dilakukan uji kesukaan (warna, rasa, dan aroma) Ditentukan skor nilainya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dari analisis kadar selulosa kulit buah kedondong, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Analisis Kadar Selulosa Kulit Buah Kedondong
No. Berat Abu
Dari analisis kadar glukosa hasil hidrolisis kulit buah kedondong, diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Analisis Kadar Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Kulit Buah Kedondong
No. Absorbansi Konsentrasi
Dari uji organoleptik manisan buah lengkeng menggunakan sirup glukosa hasil
hidrolisis selulosa kulit buah kedondong pada 15 orang panelis, diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Uji Organoleptik Manisan Buah Lengkeng
1 : 0 1 : 1 1 : 2 1 : 3 0 : 1
Rasa 2.93 3.00 3.13 2.87 2.73
Warna 2.87 2.80 3.00 3.07 3.20
Aroma 2.87 3.20 3.00 2.73 2.67
Gula Pasir : Sirup Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Kulit Buah Kedondong
4.1.1 Perhitungan Kadar Selulosa Kulit Buah Kedondong
Selulosa dihitung dengan rumus sebagai berikut:
dimana:
B = berat sampel setelah pengeringan 110ºC = 5 g
S = berat sampel setelah pengeringan 600ºC
BS = berat sampel mula-mula = 27,2426 g
maka kadar selulosanya adalah:
4.1.2 Pengolahan Data Pengukuran Absorbansi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa
Kulit Buah Kedondong
Data absorbansi glukosa hasil hidrolisis selulosa kulit buah kedondong yang diperoleh
(Lampiran 2), diolah dengan metode Chauvenet Criterion Test (CCT). Dalam metode
CCT, diperlukan harga ht dan hh yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
A = absorbansi
A1 = 1,002
A2 = 0,981
A3 = 1,001
maka:
A1’ = |A1 - | = |1,002 – 0,995| = 7 x 10-3
A2’ = |A2 - | = |0,981 – 0,995| = 1,4 x 10-2
A3’ = |A3 - | = |1,001 – 0,995| = 6 x 10-3
Nilai:
ht |A| = 0,98
Hasil analisis diperoleh htabel untuk ketiga data lebih besar dari pada hhitung.
Maka data tersebut signifikan dan dapat diterima.
4.1.3 Perhitungan Kadar Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Kulit Buah
Kedondong
Dalam menghitung kadar glukosa hasil hidrolisis selulosa kulit buah kedondong, data
absorbansi larutan glukosa standar terlebih dahulu diolah agar didapatkan persamaan
garis regresi yang kemudian digunakan untuk mengetahui konsentrasi glukosa dalam
No. x y xy x²
1 0,02 0,449 0,00898 0,0004 2 0,04 0,454 0,01816 0,0016 3 0,06 0,669 0,04014 0,0036 4 0,08 0,847 0,06776 0,0064 5 0,10 0,988 0,09880 0,0100 6 0,12 1,138 0,13656 0,0144 7 0,14 1,377 0,19278 0,0196 8 0,16 1,492 0,23872 0,0256 9 0,18 1,536 0,27648 0,0324 10 0,20 1,691 0,33820 0,0400
Σ = 1,10 10,641 1,41658 0,1540 Tabel 4.4 Metode Least Square
Maka, persamaan garis regresi:
y = ax + b
dimana: a = slope
b = intersept
x = kadar glukosa (mg/mL)
y = absorbansi
y = 7,4567x + 0,2439
Pada pengukuran absorbansi glukosa hasil hidrolisis selulosa kulit buah kedondong,
Sebelum diukur absorbansinya, setiap 1 mL dari 250 mL sampel diencerkan
dalam labu takar 100 mL dan 10 mL, maka konsentrasi sampel glukosa:
x1 = 0,1016 x 103 = 101,6 mg/mL = 0,1016 g/mL
x2 = 0,0989 x 103 = 98,9 mg/mL = 0,0989 g/mL
x3 = 0,1015 x 103 = 101,5 mg/mL = 0,1015 g/mL
Kadar gula reduksi:
v = volume labu takar
S = berat sampel kering
Maka:
V1’ = |V1 - = 20,77 – 20,58 = 0,19
V2’ = |V2 - = 20,22 – 20,58 = 0,36
V3’ = |V3 - = 20,75 – 20,58 = 0,17
Nilai:
Hasil analisis diperoleh htabel untuk ketiga data lebih besar dari pada hhitung.
Maka data tersebut signifikan dan dapat diterima.
4.2 Pembahasan
Pada isolasi selulosa kulit buah kedondong, langkah-langkah yang dilakukan
antara lain defaeting, yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sampel
menggunakan etanol 96%, kemudian destruksi menggunakan H2SO4, yaitu
pengubahan senyawa-senyawa organik menjadi unsur-unsurnya. Langkah terakhir
yaitu delignifikasi yang merupakan penghilangan zat kayu atau lignin dalam kulit
buah kedondong dengan menggunakan NaOH. Selulosa yang dihasilkan ditentukan
kadarnya melalui pengabuan, dimana nilai selulosa merupakan berat yang hilang
dalam proses tersebut.
Selulosa hasil isolasi kulit buah kedondong tersebut kemudian dihidrolisis
menggunakan HCl 30%. Hasil hidrolisis ditambahkan dengan NaOH 10% hingga
menjadi pH 4-5, diuji secara kualitatif menggunakan pereaksi benedict, dianalisis
kadar glukosanya, dan selebihnya dimanfaatkan untuk membuat manisan buah
lengkeng.
Pada pembuatan manisan buah lengkeng, sirup glukosa hasil hidrolisis selulosa
kulit buah kedondong disubstitusi dengan gula pasir pada berbagai perbandingan.
Dalam perhitungan, diketahui bahwa konsentrasi glukosa yang diperoleh adalah
0,1006 mg/mL. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam 100 mL sirup glukosa
mengandung 10,06 g glukosa. Gula pasir digunakan untuk substitusi pemanis dalam
manisan buah lengkeng hingga total konsentrasi gula yang digunakan mencapai 40%.
Perbandingan gula pasir dan sirup glukosa hasil hidrolisis selulosa kulit buah
Tabel 4.5 Perbandingan Gula Pasir dan Sirup Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Kulit Buah Kedondong
Berat Konsentrasi Berat Konsentrasi
1 : 0 40g/100mL 40 % -
-1 : -1 29,94g/100mL 29,94 % 10,06g/100mL 10,06 %
1 : 2 19,88g/100mL 19,88 % 20,12g/200mL 20,12 %
1 : 3 9,82g/mL 9,82 % 30,18g/300mL 30,18 %
0 : 1 - - 40g/398mL 40 %
Sirup Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Kulit Buah Kedondong Gula Pasir
Perbandingan
Dari uji organoleptik untuk 15 orang panelis, didapat hasil untuk rasa manisan
lengkeng yang paling disukai adalah manisan dengan perbandingan 1 : 2. Diketahui
bahwa sirup glukosa yang digunakan dalam manisan masih terasa asam (pH 4-5),
sehingga menyebabkan buah lengkeng yang digunakan juga akan terasa asam. Hal ini
disukai oleh panelis sehingga memberikan nilai yang tinggi. Sedangkan untuk
manisan lengkeng dengan perbandingan 1 : 3 dan 0 : 1, manisan terasa lebih asam
sehingga kurang digemari oleh panelis.
Untuk warna manisan, tidak ada perbedaan yang signifikan. Namun panelis
memberi nilai yang sangat tinggi untuk manisan dengan perbandingan 0 : 1, karena
sirup glukosa tanpa substitusi gula pasir sedikit berwarna dibandingkan manisan lain
dan menjadi daya tarik bagi para panelis.
Sedangkan untuk aroma hampir sama dengan rasa, karena manisan dengan pH
4-5 memberikan aroma yang lebih asam untuk perbandingan 1 : 3 dan 0 : 1, panelis
memberikan nilai terendah untuk perbandingan tersebut. Sedangkan yang tertinggi
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Dari data penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa untuk 27,2426 g kulit
buah kedondong kering diperoleh kadar selulosa sebanyak 16,46 %. Setelah kulit buah
kedondong tersebut dihidrolisis, hasil hidrolisis diuji kualitatif menggunakan pereaksi
Benedict dan setelah dipanaskan terbentuk endapan merah bata, membuktikan bahwa
hasil hidrolisis adalah glukosa. Untuk 122,27 g kulit buah kedondong kering diperoleh
kadar glukosa sebanyak 20,58 %. Sirup glukosa hasil hidrolisis kulit buah kedondong
kemudian dimanfaatkan menjadi manisan lengkeng. Berdasarkan uji organoleptik
pada 15 orang panelis diketahui bahwa yang paling diminati untuk rasa yaitu dengan
perbandingan 1 : 2, warna dengan perbandingan 0 : 1, dan aroma dengan
perbandingan 1 : 1.
5.2 Saran
Untuk peneliti selanjutnya, disarankan membuat sirup glukosa dari kulit buah lainnya
seperti gori, duku, salak, semangka, kulit papaya, kulit alpukat, kulit kentang, dan
berbagai macam buah yang menghasilkan limbah kulit dalam jumlah besar, serta
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto. A. 1989. Analisa Pangan . Bogor : IPB Press.
Cakebread, S.H. 1975. Sugar and Chocolate Confectionary. London: Oxford University Press.
Day. R. A.,Underwood. A. L. 1999. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keempat. Erlannga : Jakarta.
Dziedzic, S. Z. Kearsley, M. W. Glucose Syrups: Science and Technology, England: Elsevier Applied Science Publishers Ltd.
Ermaiza. 2009. Pengaruh Dua Jenis Polisakarida dalam Biji Alpukat (Persea americana mill) Terhadap Kandungan Sirup Glukosa Melalui Proses
Hidrolisis dengan HCl 3%. Skrpsi S1. Jurusan Kimia. Medan: FMIPA USU.
Fatah.M.A.dan Bactiar,Y.2004.Membuat Manisan Buah.Jakarta : PT.AgroMedia Pustaka.
Fengel,D. 1995. Kayu, kimia, Ultrastruktur,Reaksi-reaksi. Gajah Mada Press : Yogyakarta.
Fessenden, R. J., Fessenden, J. S. 1999. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid Kedua. Jakarta: Erlangga.
Gamman, P. M. Sherrington, K. B. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hardjasasmita, P.1993. Ikhtisar Biokimia Dasar. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
Hatta, S. 1990. Budidaya Lengkeng.Cetakan pertama.Yogyakarta : penerbit Kanisius.
http;//www.annearhira.com/manfaat-buah-lengkeng.htm diakses tanggal 23 Nevember 2010.
Sari, N. 2010. Pemanfaatan Sirup Glukosa Hasil Hidrolisa Selulosa dari Dami Nangka (Artocarpus heterophyllus lamk) Sebagai Pemanis pada Pembuatan Manisan Buah Kelapa (Cocos nucifera L.). Skripsi S1. Jurusan Kimia. Medan: FMIPA USU.
Sudarmadji, S., 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhadi. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi I. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Liberty.
Soemaatmadja, D., 1970. Sirup Pati Ubi Kayu. Balai Penelitian Kimia. Bogor
Torget, R. W., Pettersson, P. O., Lee, Y. Y., dan Xiang, Q. 2003. Applied Biochemistry and Biotechnology: Heterogeneous Aspect of Acid Hydrolysis of α -cellulose. Colorado: Humana Press.
λ Absorbansi
Lampiran 1. Tabel Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Glukosa Standar
Lampiran 2. Tabel Data dan Kurva Glukosa Standar
Lampiran 3. Kurva Metode Least Square
Lampiran 4. Tabel Nilai Organoleptik Manisan Lengkeng 4.1 Terhadap Rasa
1 : 0 1 : 1 1 : 2 1 : 3 0 : 1
1 3 4 4 4 3
2 4 4 3 4 3
3 3 2 2 2 2
4 4 2 3 3 1
5 3 4 2 3 2
6 2 3 5 3 1
7 3 2 3 3 2
8 4 3 2 3 3
9 4 3 3 4 3
10 2 2 2 2 2
11 3 4 3 2 4
12 2 2 3 2 5
13 3 4 5 2 2
14 2 3 3 3 4
15 2 3 4 3 4
Jumlah 44 45 47 43 41
Rata-Rata 2.93 3.00 3.13 2.87 2.73
Panelis
4.2 Terhadap Warna
Rata-Rata 2.87 2.80 3.00 3.07 3.20
Gula Pasir : Sirup Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Kulit Buah Kedondong
Rata-Rata 2.87 3.20 3.00 2.73 2.67
Panelis
Lampiran 5. Tabel Harga erf (t) atau ert (hx) dari Harga T
Lampiran 6. Gambar Penelitian
Kulit kedondong Kulit kedondong setelah dihaluskan
Defeathing Dengan Etanol
Didestruksi dgn penambahan H2SO4 1,25 N dan
dipanaskan selama 30 menit
Disaring dan dicuci dgn akuades panas hingga pH netral
Hasil Hidrolisis kulit buah kedondong Deliknifikasi dgn
penambahan NaOH 1,25 N dan dipanaskan selama 30
Hasil Penyaringan Deliknifikasi Dengan NaOH 1,25N
Uji organoleptik manisan lengkeng yang disajikan kepada panelis
Untuk ditentukan skor nilainya warna, rasa dan aroma. Sirup glukosa
Hasil hidrolisa dr kulit kedondong
Buah Lengkeng belum disortasi
Manisan buah lengkeng mengunakan pH