• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bulian Tebing Tinggi 1977-1990.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perkembangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bulian Tebing Tinggi 1977-1990."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BULIAN TEBING TINGGI 1977-1990

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan

o l e h

Nopitayanti Damanik Nim. 050706007

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PERKEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BULIAN TEBING TINGGI 1977-1990

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN o

l e h

Nopitayanti Damanik Nim. 050706007

Pembimbing

Drs. J. Fachruddin Daulay Nip 194712251981121001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

PERKEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BULIAN TEBING TINGGI 1977-1990

Yang diajukan oleh Nama : Nopitayanti Damanik

Nim : 050706007

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi oleh

Pembimbing

Drs. J. Fachruddin Daulay Tanggal

Nip 194712251981121001

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Dra. Fitriaty Harahap S.U Tanggal

Nip 195406031983032001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PERKEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BULIAN TEBING TINGGI 1977-1990

Skripsi Sarjana DIKERJAKAN o

l e h

Nopitayanti Damanik Nim. 050706007 Pembimbing

Drs. J. Fachruddin Daulay Nip 194712251981121001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(5)

Lembar Persetujuan Ketua Jurusan

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

Ketua Departemen

Dra. Fitriaty Harahap S.U Nip 195406031983032001

(6)

Lembar Pengesahan skripsi oleh Dekan dan Panitia Ujian

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra

Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan.

Pada :

Hari :

Tanggal :

Fakultas Sastra USU Dekan

Prof. Syaifuddin, M.A,. Ph. D Nip 196509194031004

Panitia Ujian.

No Nama Tanda Tangan

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah wasyukurillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, serta Shalawat

dan salam atas junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah melimpahkan rahmat dean

hidayahnya sehingga penulis mendapatkan kesehatan, kekuatan, ketabahan, serta ketekunan

dalam menyelesaikan skeipsi ini.

Dengan selesianya skripsi ini, penulis sangat mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Ayahanda tersayang Burhannudin Damanik dan Ibunda tercinta Mardiah Saragih

yang telah mencurahkan seluruh jiwa dan raga dalam mendidik, membesarkan, dan

merawat ananda sampai sekarang.

2. Bapak Drs. J. Fachruddin Daulay selaku dosen pembimbing yang telah membimbing

penulis dalam skripsi ini yang telah begitu banyak memberikan dorongan, semangat

dan telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.

3. Ibu Dra. Fitriaty Harahap S.U selaku Pimpinan Departemen Ilmu Sejarah yang telah

banyak memberikan bantuan selama dalam perkuliahan.

4. Bapak Pimpinan Fakultas Sastra Universiutas Sumatera Utara yang memberikan

segala bantuannya selama mengikuti kuliah.

5. Seluruh Dosen, Staf Administrasi Pendidikan Ilmu Sejarah (Bang Ampera) yang telah

banyak membantu penulis mulai awal perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi

ini.

6. Kepada semua senior, teman-teman seangkatan, dan para junior yang selama ini

selallu bersama-sama dalam menjalani perkuliahan.

Akhirnya untuk semua pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan

skripsi ini mengucapkan ribuan terima kasih. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para

pembaca.

Medan, September 2009

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ………. ABSTRAK ………... DAFTAR ISI ……….. BAB I PENDAHULUAN………...

1.1 Latar Belakang ………

1.2 Rumusan Masalah ………...

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulis ………...

1.4 Tinjauan Pustaka ……….

1.5 Metode Penelitian ………..

BAB II PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BULIAN SEBELUM TAHUN 1977………...

2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……….

2.2 Peralihan Fungsi dan Tugas Pengelolaan Air Minum

Daerah dari Dinas Air Minum Menjadi Perusahaan

Daerah Air Minum ……… ………...

2.3 Status Hukum ………...

(9)

BAB III PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BULIAN SELAMA TAHUN 1977-1990 …………...

3.1 Pembentukan Organisasi ………...……

3.2 Pengembangan Mutu Tenaga Kerja ………..

3.3 Kerja Sama dengan Pihak Luar ……….

BAB IVARTI DAN KEBERADAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BULIAN TEBING TINGGI BAGI MASYARAKAT DAN PEREKONOMIAN DAERAH ……….……...

4.1 Bagi Masyarakat Tebing Tinggi ………...…

4.2 Bagi Perekonomian Daerah ………..

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...…………...………..

5.1 Kesimpulan ………...

5.2 Saran ………...

DAFTAR PUSTAKA ………...…. LAMPIRAN

Daftar Informan ………..

Peta Kota Tebing Tinggi Sumatera Utara

(10)

ABSTRAK

Perusahaan Daerah Air Minum Tebing Tinggi merupakan perusahaan yang bergerak

di bidang air minum yang bertujuan untuk memberikan pelayanan air bersih bagi kebutuhan

masyarakat yang tinggal di daerah Tebing Tinggi. Pereusahaan ini bermula dari sebuah

perusahaan yang dibangun pada masa kolonial, dimana saat itu keberadaannya hanya

digunakan untuk kepentingan pihak kolonial semata sementara untuk golongan pribumi

masih menggunakan alam yaitu berupa sungi dan hujan. Perusahaan yang dibangun pihak

kolonial ini biasa dikenal dengan sebutan “Water Leiding”. Perusahaan ini dibangun pada

tahun 1912.

Berakhirnya penjajahan dari pihak kolonial menyebabkan pula berakhirnya birokrasi

kolonial yang ada di Indonesia khususnya di Tebing Tinggi. Hal ini menyebabkan semua

asset-asset yang ditangani pihak kolonial diserahkan kepengurusannya kepada Pemerintah

Indonesia termasuk kepengurusan “Water Leiding” tersebut. Setelah terjadinya penyerahan

kedaulatan tersebut maka Perusahaan tersebut dialihkan menjadi milik Perusahaan Daerah.

Hal ini dilakukan agar Pemerintah Kota Tebing Tinggi mendapatkan penghasilan daerah

darri perusahaan. Oleh karena itulah terjadi perubahan status, organisasi, maupun

kepemilikan dari perusahaan air minum tersebut.

Skripsi ini ditulis menggunakan metode sejarah dengan deskriptif naratif yang

bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas kepada penulis dan akhirnya dapat

memberikan kesimpulan analisa yang mendalam pada persoalan yang dikaji.

(11)

ABSTRAK

Perusahaan Daerah Air Minum Tebing Tinggi merupakan perusahaan yang bergerak

di bidang air minum yang bertujuan untuk memberikan pelayanan air bersih bagi kebutuhan

masyarakat yang tinggal di daerah Tebing Tinggi. Pereusahaan ini bermula dari sebuah

perusahaan yang dibangun pada masa kolonial, dimana saat itu keberadaannya hanya

digunakan untuk kepentingan pihak kolonial semata sementara untuk golongan pribumi

masih menggunakan alam yaitu berupa sungi dan hujan. Perusahaan yang dibangun pihak

kolonial ini biasa dikenal dengan sebutan “Water Leiding”. Perusahaan ini dibangun pada

tahun 1912.

Berakhirnya penjajahan dari pihak kolonial menyebabkan pula berakhirnya birokrasi

kolonial yang ada di Indonesia khususnya di Tebing Tinggi. Hal ini menyebabkan semua

asset-asset yang ditangani pihak kolonial diserahkan kepengurusannya kepada Pemerintah

Indonesia termasuk kepengurusan “Water Leiding” tersebut. Setelah terjadinya penyerahan

kedaulatan tersebut maka Perusahaan tersebut dialihkan menjadi milik Perusahaan Daerah.

Hal ini dilakukan agar Pemerintah Kota Tebing Tinggi mendapatkan penghasilan daerah

darri perusahaan. Oleh karena itulah terjadi perubahan status, organisasi, maupun

kepemilikan dari perusahaan air minum tersebut.

Skripsi ini ditulis menggunakan metode sejarah dengan deskriptif naratif yang

bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas kepada penulis dan akhirnya dapat

memberikan kesimpulan analisa yang mendalam pada persoalan yang dikaji.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan merupakan sebuah badan yang dipimpin oleh seorang pimpinan (direktur)

yang mengorganisir anggotanya untuk dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Perusahaan dapat juga diartikan sebagai suatu organisasi kegiatan yang dilaksanakan untuk

menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa bagi keperluan masyarakat. Menurut Jhon A

Shubin di dalam sebuah buku yang ditulis oleh Wasis bahwa A firm is an ownership

organization which combines the factors of production on in a plant for the purpose of producing goods or services and selling them at a profit. Artinya adalah perusahaan

merupakan suatu bentuk organisasi kepemilikan yang menggabungkan faktor-faktor

produksi di dalam suatu tempat dengan maksud memprodusir barang atau jasa dan

menjualnya dengan laba.1

1

Wasis, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Bandung : Alumni, 1986, hal. 5.

Perusahaan air minum adalah salah satu perusahaan yang menghasilkan pelayanan

jasa air kepada masyarakat dimana air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk

hajat hidup orang banyak serta merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi semua

makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Hal ini disebabkan air adalah

kebutuhan yang vital dalam kehidupan dan lingkungan terutama bagi manusia yang

(13)

Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai

kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan generasi sekarang

maupun yang akan datang. Dalam tubuh manusia terdapat air kira-kira 2/3 bagian dari

keseluruhan badannya. Pada setiap pengeluaran air dari badan harus diganti agar kadar air

dalam badan tetap, yang diperoleh dari minuman dan makanan yang mengandung air.

Pada daerah perkotaan, seperti halnya Kotamadya Tebing Tinggi sangat memerlukan

tersedianya air minum untuk kebutuhan manusiawi dan juga untuk kebutuhan-kebutuhan

yang lainnya. Dalam hubungannya dengan pembangunan, bentuk fisik pembangunan

perkotaan harus dikaitkan dengan pembangunan di bidang air minum, sehingga dengan

demikian pembangunan yang diadakan memberi manfaat ganda yang saling bertautan yaitu

pembangunan kota yang disertai dengan fasilitas-fasilitas air minum. Selain daripada itu,

pembangunan lingkungan perkotaan juga sangat membutuhkan penyediaan air bersih yang

cukup untuk pertamanan, bahaya kebakaran, kebersihan, dan sebagainya.

Kotamadya Tebing Tinggi merupakan salah satu kota yang ada di Provinsi Sumatera

Utara yang secara historis administrasi pemerintahannya telah ada sejak penjajahan Belanda,

dimana pada tahun 1887 pemerintah Belanda menguasai daerah ini dan menetapkannya

sebagai kota pemerintahan dengan kepala pemerintahan yang dipimpin oleh seorang

kontroleur. Dalam perundang-undangan yang berlaku pada Desentralisasiewet ditetapkanlah

tanggal 23 Juli 1903 sebagai daerah otonom kecil Tebing Tinggi. Keterangan yang

menjelaskan Tebing Tinggi sebagai kota otonom dapat kita lihat dari tulisan J.J. Mendelaar,

(14)

Berdasarkan Desentralisasiewet ini berdirilah Gemente Tebing Tinggi dengan Stelings

Ordonatie Van Statblaad yang berlaku 1 juli 1917.2

Pentingnya kebutuhan akan air bersih ternyata sudah dirasakan oleh pihak kolonial

Belanda yang menduduki Kota Tebing Tinggi ketika itu. Oleh sebab itulah pada tahun 1912

didirikan perusahaan air bersih dengan nama Water Leiding.

3

Pada tahun 1977, sesuai dengan Peraturan Daerah Kotamadya Tebing Tinggi Nomor

11 tahun 1977 merubah nama perusahaan tersebut menjadi Perusahaan Daerah Air Minum

Tirta Bulian Tebing Tinggi. Dengan perubahan itu mengakibatkan terjadi pula berbagai Pada awalnya perusahaan air

minum yang dikenal dengan sebutan Water Leiding ini dibangun oleh pemerintah Belanda di

pusat kota tepatnya di Jalan Thamrin, namun dengan adanya perkembangan kota perusahaan

ini pun mengalami perkembangan baik pada sumber pengolahannya maupun keberadaannya

yang ada di pusat kota. Perusahaan air minum yang berada di pusat kota itu berpindah tempat

ke daerah pinggiran kota di Jalan Pusara Pejuang dan sumber pengolahannya pun juga

berubah. Pada mulanya sumber pendistribusian air berasal dari sumur boor yang kemudian

beralih sumber menjadi berasal dari sungai. Satu yang unik dari air yang dihasilkan oleh

Water Leiding ini adalah airnya terasa panas. Hingga kini bekas-bekas peninggalannya masih

tersisa di beberapa tempat, semisal di Kompleks T.C. Social dan di Kompleks Perumahaan

Kereta Api Bangsal Kotamadya Tebing Tinggi. Water Leiding yang dibangun pada zaman

kolonial itu merupakan cikal bakal berdirinya Perusahaan Daerah Air Minum di Kotamadya

Tebing Tinggi.

2

Pemerintah Kota Tebing Tinggi, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Tebing Tinggi, 2004, hal. 7.

3

(15)

perubahan dalam perusahaan yang semula dari Water Leiding menjadi Perusahaan Daerah

Air Minum (PDAM) Tirta Bulian. Kegiatan PDAM Tirta Bulian ini menarik minat penulis

untuk menuliskannya dalam skripsi, tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam perusahaan

tersebut. Adapun judul skripsi yang ditulis adalah Perkembangan Perusahaan Daerah

Air Minum (PDAM) Tirta Bulian Tebing Tinggi (1977-1990).

Skop temporal yang penulis pilih adalah tahun 1977 sampai 1990. Tahun 1977

merupakan tahun berdirinya perusahaan air minum yang didirikan atas bantuan pemerintah

daerah. Penulis membatasi skop temporal sampai pada tahun 1990 karena selama 13 tahun

pengkajian dalam skripsi, penulis beranggapan sudah dapat melihat perkembangan mengenai

apa saja yang telah dilakukan PDAM Tirta Bulian dalam usahanya mengelola sumber air

bersih dalam kedudukan sebagai sebuah perusahaan daerah untuk memberikan jasa

pelayanan, tapi sebaliknya juga untuk memperoleh keuntungan.

Perkembangan dan perubahan yang terjadi merupakan bagian dari sejarah, dimana

sejarah menurut Louis Gottschalk merupakan ilmu yang bertugas untuk menerangkan sesuatu

yang telah terjadi pada masa lampau.4

Bila kita perhatikan pengertian tersebut, maka akan kita dapatkan peristiwa masa

lampau dan ceritanya, sedangkan ilmu bertugas menyelidiki kebenaran peristiwa masa

lampau dan cara menyusun cerita sehingga membentuk suatu pengertian yang lengkap.

Dengan kata lain, sejarah dapat diartikan cerita perubahan-perubahan, peristiwa atau

kejadian-kejadian masa lampau yang telah diberi tafsir atau alasan dan dikaitkan sehingga

membentuk suatu pengertian yang lengkap.

4

(16)

Sejarah dapat mengkaji peristiwa yang terjadi pada daerah yang relatif kecil namun

peristiwa itu cukup memberi arti bagi daerah itu dalam masa-masa selanjutnya. Dari

kecenderungan ini terbentuklah sejarah lokal yang lebih terbatas ruang lingkup geografisnya.

Penulisan skripsi ini adalah tentang sejarah lokal, sebab menurut Kuntowijoyo, dari satu segi,

sejarah kota dapat dimasukkan ke dalam sejarah lokal, dan dari segi lain dapat dimasukkan

ke dalam sejarah lainnya, seperti sejarah ekonomi, politik, demografi, dan sebagainya. Bagi

semua penulisan itu kota hanyalah merupakan lokasi bagi kajian sejarah yang

bermacam-macam.5

5

Kuntowijoyo, Metodelogi Sejarah, Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya dan Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UGM, 2003, hal. 63-64.

Oleh karena itu menurut Kuntowijoyo, setidak-tidaknya ada empat bidang garapan

sejarah kota, antara lain ialah perkembangan ekologi kota, transformasi sosial ekonomi,

sistem sosial dan problem sosial. Penulisan dalam skripsi ini termasuk sejarah kota di bidang

perkembangan ekologi kota dimana ekologi merupakan interaksi antara manusia dan alam

sekitarnya, dan perubahan ekologi terjadi bila salah satu dari komponen itu mengalami

perubahan. Sebagai contoh, perubahan ekologi dapat terjadi karena kemajuan teknologi yang

diwujudkan dengan pendirian industri-industri mengakibatkan terjadinya perubahan pada

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang penulis bahas dalam penulisan skripsi ini adalah tentang

perkembangan perusahaan air minum yang ada di Kotamadya Tebing Tinggi, dimulai dari

tahun 1977 sampai 1990. Penulis merumuskan permasalahan dalam penulisan ini agar lebih

terarah dan tidak bertentangan dengan judul, yaitu Perkembangan Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Tirta Bulian Tebing Tinggi (1977-1990). Adapun rumusan permasalahan

tersebut sebagai berikut :

1. Bagaimana keadaan awal serta proses pembangunan PDAM Tirta Bulian sebagai

perusahaan yang mengelola air bersih dan proses perubahan statusnya menjadi

perusahaan milik daerah pada tahun 1977?

2. Bagaimanakah pengelolaan PDAM Tirta Bulian pada tahun 1977-1990?

3. Bagaimana keberadaan PDAM Tirta Bulian bagi perkembangan masyarakat dan juga

perekonomian daerah Tebing Tinggi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Secara umum penelitian yang dilakukan seorang peneliti bertujuan untuk memperoleh

gambaran yang lengkap terhadap permasalahan yang diteliti. Oleh karena itu penelitian yang

akan dilakukan ini juga mempunyai tujuan. Adapun tujuan yang akan dicapai dalam

penelitian ini di antaranya adalah untuk :

1. Mengetahui keadaan awal serta proses pembangunan PDAM Tirta Bulian sebagai

perusahaan yang mengelola air bersih dan proses perubahan statusnya menjadi

(18)

2. Mengetahui bagaimana pengelolaan air minum di Kotamadya Tebing Tinggi pada

tahun 1977-1990.

3. Mengetahui sejauh mana keberadaan PDAM Tirta Bulian bagi perkembangan

masyarakat dan juga perekonomian Tebing Tinggi.

Tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi PDAM Tirta

Bulian, pemerintah dan juga masyarakat. Adapun manfaat yang diharapkan tersebut adalah :

1. Bagi PDAM Tirta Bulian, diharapkan dengan adanya penelitian ini akan lebih mampu

untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya di tengah-tengah masyarakat, karena

dengan adanya penelitian ini kiranya perusahaan akan dapat belajar dari sejarah untuk

membenahi dirinya menuju perubahan-perubahan yang lebih baik di masa-masa yang

akan datang.

2. Bagi pemerintah, kiranya penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemerintah

Kotamadya Tebing Tinggi untuk memperhatikan serta memajukan PDAM Tirta

Bulian yang merupakan satu-satunya perusahaan milik daerah. Hal ini tentunya akan

membawa pengaruh besar bagi perkembangan perekonomian daerah Kotamadya

Tebing Tinggi, dimana hasil dari PDAM nantinya akan memberikan penghasilan

daerah bagi Kotamadya Tebing Tinggi.

3. Bagi masyarakat di Kotamadya Tebing Tinggi penelitian ini akan memberikan

wawasan dan menyadari tentang arti pentingnya keberadaan PDAM Tirta Bulian di

tengah-tengah mereka. Dengan demikian akan terdapat rasa memiliki pada diri

masyarakat untuk ikut serta menjaga dan merawat fasilitas-fasilitas umum yang

(19)

1.4 Tinjauan Pustaka

Dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin pesat, sumber daya air di

belahan bumi nusantara telah menjadi salah satu kekayaan alam dan dilindungi oleh negara.

Air merupakan hal pokok bagi konsumsi dan sanitasi manusia, untuk produksi barang

industri serta untuk produksi makanan dan aneka macam kebutuhan lainnya. Air merupakan

sarana pengangkutan yang penting di berbagai provinsi di Indonesia semenjak dahulu sampai

sekarang dan menjadi faktor penting bagi rekreasi.

Sebagai sumber daya yang berharga, air juga dapat menimbulkan bahaya bagi

manusia seperti penyakit, banjir yang dapat mengakibatkan kerusakan yang besar dan

hilangnya nyawa manusia. Air tersebar tidak merata di masing-masing daerah, sehingga

ketersediaannya di suatu tempat akan sangat bervariasi mengikuti waktu. Akhirnya dalam

penggunaan sumber daya ini umat manusia banyak mencemari air bersih yang tersedia dan

menurunkan derajatnya sedemikian rupa, sehingga tidak cocok lagi untuk beberapa atau

semua jenis pemanfaatan.

Rafael Candel Villa dan S. Gopinathan dalam buku mereka yang berjudul Air dan

Kehidupan menjelaskan banyak hal tentang air. Air yang sudah kita kenal sejak lama

memberikan banyak manfaat dan arti penting bagi kelangsungan hidup makhluk di seluruh

belahan dunia. Di antaranya di dalam buku ini dijelaskan betapa susahnya hidup kita apabila

tidak ada air, sebagai contoh yang diambil oleh penulis adalah keadaan air yang ada di benua

(20)

mengakibatkan berhentinya siklus hidup baik pada tumbuhan, hewan, maupun manusianya

sendiri.6

Robert J. Kodoatie, dkk. menghimpun sebuah buku berjudul Pengelolahan Sumber

Daya Air dalam Otonomi Daerah. Dalam buku ini dijelaskan bahwa sumber daya air

mempunyai peran cukup besar dalam menunjang kegiatan bidang pertanian, air bersih

perkotaan dan pedesaan, industri, perikanan, tambak, pariwisata, tenaga listrik dan

pengendalian banjir serta erosi.

Permasalahan-permasalahan mengenai soal-soal yang disebabkan oleh mutu dan

jumlah persediaan air menjadi masalah penting bagi kelangsungan hidup tempat tinggal

manusia. Jika masalahnya tidak terpecahkan, masyarakat harus berpindah tempat, daerah

yang dahulunya dianggap subur ditinggalkan orang karena ketidak tersediaannya air di

daerah tersebut. Kedua penulis ini, melakukan pengamatan kepada sumber-sumber air serta

pemecahan masalahnya yang terjadi di dunia.

7

Keberadaan sumber daya air mempunyai manfaat yang tidak terhingga dalam

menunjang berbagai bidang. Di samping itu kebutuhan air pada masa sekarang dan masa

akan datang akan terus meningkat, yaitu akibat peningkatan populasi terutama di kota-kota

besar, sementara ketersediaan air relatif tetap bahkan ada kecenderungan menurun. Dalam

menciptakan pembangunan yang berkelanjutan, maka konsep dasar yang berkaitan dengan

sumber daya air perlu dipahami bagaimana kebutuhan air dapat terpenuhi secara memadai

untuk segala bidang termasuk kelangsungan hidup masyarakat dengan pertimbangan aspek

6

Rafael Candel Villa dan S. Gopinathan, Air dan Kehidupan, terjemahan Soetjokro, Jakarta : Balai pustaka, 1995, hal. 10.

7

(21)

daya dukung konservasi sumber daya air. Pengelolaan sumber daya air harus tetap

memperhatikan fungsi air, yaitu fungsi ekonomi, ekologi, dan sosial.

Todo Tua Pangabean dalam bukunya yang berjudul Perusahaan Daerah Air Minum

Tirta Nciho Sidikalang Dairi menjelaskan mengenai perkembangan yang terjadi pada salah

satu Perusahaan Daerah Air Minum. Wilayah yang menjadi pengkajian dalam buku ini

berada di daerah tingkat II Kabupaten Dairi yang merupakan bagian wilayah pembangunan II

Dataran Tinggi bagian Barat.

Perusahaan air minum di Sumatera Utara saat ini, sebagai perusahaan daerah telah

mengalami perkembangan terutama sekali di daerah-daerah kotamadya. Di luar kotamadya,

keadaannya belum begitu memuaskan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain dana yang

terbatas, kurangnya rehabilitasi dan sebagainya. Namun demikian sebagai satu kesatuan

Perusahaan Daerah Air Minum telah banyak mendapat kemajuan. Kemajuan yang diperoleh

tidak hanya meliputi penambahan kapasitas penyediaan air minum, akan tetapi juga

perbaikan mengenai syarat-syarat kesehatan, dan lain sebagainya.

Perkembangan Perusahaan Air Minum juga berpengaruh terhadap perkembangan

sosial ekonomi masyarakatnya dan merupakan sebuah gambaran sejarah sosial ekonomi. Hal

ini disebabkan karena dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan dapat mempengaruhi

perkembangan perekonomian di daerah tersebut dimana sejarah sosial ekonomi berhubungan

dengan keadaan dimana manusia-manusia itu hidup, kemungkinan-kemungkinan

(22)

1.5 Metode Penelitian

Metode merupakan sekumpulan prinsip untuk memberi bantuan secara efektif dalam

usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi peneliti, menilai secara kritis, dan kemudian

menyajikan hasilnya dalam bentuk tertulis. Sedangkan metodelogi merupakan alat yang

dipergunakan sejarawan untuk menyusun sejarah.

Adapun proses metode sejarah itu terdiri dari 4 tahapan yakni :

1. Heuristik merupakan teknik pengumpulan sumber. Dalam hal ini penulis akan

menggunakan sumber tertulis dan sumber lisan. Untuk mendapatkan data-data dalam

tahapan ini penulis melakukan studi kepustakaan (library research) dan penelitian

lapangan (field research). Dalam studi kepustakaan penulis menggunakan data-data yang

diperoleh dari Pemerintah Daerah Kotamadya Tebing Tinggi dan PDAM Tirta Bulian,

berupa arsip-arsip dan laporan-laporan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kotamadya

Tebing Tinggi dan PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi. Dalam studi kepustakaan ini

diharapkan diperoleh data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji

serta sebagai acuan yang bersifat teoritis berupa sumber yang dapat mendukung serta ada

relevansinya dengan penelitian ini.

Sementara penelitian lapangan yang dilakukan adalah untuk memperoleh data-data dan

informasi yang diperlukan. Penulis melakukan wawancara kepada beberapa informan

yang dapat memberikan keterangan yang diperlukan dalam penelitian ini sebagai

informan kunci (key informan). Dalam pengumpulan data dan informasi melalui

wawancara, dipilih beberapa orang informan yang mengetahui tentang masalah yang

(23)

yang menggunakan jasa layanan yang diberikan PDAM Tirta Bulian termasuk beberapa

orang tokoh masyarakat.

2. Verifikasi merupakan teknik pengujian keaslian suatu sumber yang dilakukan dengan dua

cara yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern adalah pengujian terhadap

sumber dilihat dari segi fisiknya, sedangkan kritik intern adalah pengujian terhadap

sumber dilihat dari isinya.

3. Interpretasi merupakan teknik dalam menganalisis fakta-fakta yang diperoleh dari

sumber-sumber yang didapat. Dalam hal ini dilakukanlah analisis sejarah, yang berarti

menguraikan fakta-fakta yang ada untuk dapat memperoleh penafsiran.

4. Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian

sejarah yang telah dilakukan. Ini adalah teknik akhir dari penelitian, dimana penulisan

(24)

BAB II

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BULIAN SEBELUM TAHUN 1977

2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Untuk dapat mengetahui gambaran umum penelitian, kiranya perlu diuraikan secara

ringkas mengenai sejarah kota Tebing Tinggi sebagai latar belakang masyarakat yang

mendiaminya.

Pada awalnya kota Tebing Tinggi berasal dari riwayat seorang pemimpin masyarakat

yang bernama Datuk Bandar Kajum dari Simalungun meninggalkan kampung asalnya

tersebut dan pergi merantau ke daerah Padang yang ada di dekat Tebing Tinggi dengan

membawa keluarga dan pengikut-pengikutnya. Setibanya di daerah tersebut, mereka

membuka tempat pemukiman yang baru dengan nama Tanjung Marulak, namun karena

adanya peperangan dengan kerajaan Raya, maka mereka pindah ke tempat yang baru di tepi

tebing sungai Padang yang tinggi. Tempat tersebut dipilih adalah agar tebing yang tinggi itu

dapat dipergunakan sebagai benteng pertahanan menghadapi musuh yang akan datang

menyerang. Maka berdasarkan tempat pemukiman Datuk Bandar Kajum inilah lahir nama

Tebing Tinggi.8

8

Wawancara dengan Slamet Riyadi, tanggal 20 Mei 2009 di Mesjid Al-Huda Kelurahan Tebing Tinggi Lama.

Tempat tersebut dikenal dengan nama Tebing Tinggi lama, yang telah

(25)

Pada tahun 1904 di Tebing Tinggi didirikanlah oleh Belanda sebuah badan yang

bernama “Plaatselijk Fonds” (Badan Urusan Kota). Badan ini bertugas mengurus dan

membuat jalan-jalan raya di Tebing Tinggi, mengurus pasar, kebersihan, keindahan kota, dan

lain-lain. Sebelum badan tersebut berdiri, dibentuk pekan atau pasar di Tebing Tinggi yang

diurus oleh “Zelfbestuur Padang” (Kerajaan Padang). Dalam perkembangan selanjutnya,

pemerintah Belanda membangun sebuah “Esplanade” (lapangan) yang dijadikan sebagai

pusat kota. Pada tahun 1912, tepat di pusat kota itulah dibangun “Water Leiding”

(perusahaan air bersih).9

Sejak ditetapkannya Tebing Tinggi sebagai Gemeente pada tanggal 1 Juli 1917,

kurang lebih Selama 8 tahun yaitu sampai tahun 1925 administrasi pemerintahan kota dan

organisasinya hanya dikendalikan oleh Contrreleur Padang dan Bedagai sebagai ketua

Gemeenteraad, yang dibantu oleh seorang sekretaris. Barulah pada tahun 1926 jabatan kota

Untuk mengetahui lengkapnya tentang hari jadi kota Tebing Tinggi, dapat dilihat dari

sebuah buku yang ditulis oleh J.J. Mendelaar yang berjudul Nota Bereffen de De Gemeente

Tebing Tinggi. Buku ini ditulisnya sekitar bulan Juli 1930 dan di dalam bukunya tersebut

pada halaman 6 disebutkan bahwa setelah beberapa tahun dalam keadaan vacum mengenai

perluasan pelaksanaan Decentralisasi Wet 23 Juli 1903, berdirilah Gemeente Tebing Tinggi

dengan Instelling ordonantie van staasblad 1917 No. 282 yang mulai berlaku pada tanggal 1

Juli 1917. Jadi jelaslah bahwa sebenarnya eksistensi daripada kota Tebing Tinggi ini mulai

ditetapkan sejak tanggal 1 Juli 1917.

9

(26)

Tebing Tinggi mempunyai 7 orang pegawai, masing-masing 5 orang pegawai bangsa

Indonesia dan 2 orang pegawai Belanda.10

Secara geografis Kotamadya Tebing Tinggi terletak pada posisi 3

Berdasarkan Undang-undang no. 1/1957 kota Tebing Tinggi termasuk kota yang

berhak mempunyai DPRD Peralihan. Oleh karena di Sumut belum pernah dilakukan

pemilihan untuk anggota-anggota dewan perwakilan rakyat daerah, maka kursi Dewan

Perwakilan Daerah untuk kota Tebing Tinggi didasarkan kepada angka-angka yang dicapai

pada pemilu 1955. Berdasarkan Undang-undang darurat no. 9/1956 DPRD Peralihan kota

Tebing Tinggi mempunyai 10 orang anggota. Sejak tahun 1957 Tebing Tinggi telah

ditetapkan oleh pemerintah menjadi kotamadya. Sedangkan pada masa sebelumnya

kedudukannya adalah sebagai kota otonom yang mempunyai pemerintahan sendiri yang

dipimpin oleh seorang sekretaris kota. Sekretaris kota yang pertama diangkat oleh Jepang

pada tahun 1944, yaitu Ajan Nasution. Dalam perkembangan selanjutnya ia digantikan oleh

Rustam Saleh sebagai sekretaris kota yang kedua. Dan sekarang sebagai sebuah kotamadya,

pemerintah kota Tebing Tinggi dipimpin oleh seorang Walikota.

o

19’ - 3o21’ Lintang

Utara dan 98o9’ - 98o11’ Bujur Utara, merupakan dataran yang menurun ke arah pantai

sebelah Timur dan dilalui beberapa sungai yaitu Sungai Padang, Sungai Bahilang, Sungai

Sibarau dan Sungai Kelembah. Kondisi topogragi kota ini pada umumnya mendatar dan

bergelombang terletak pada ketinggian 26-34 meter di atas permukaan laut, sementara

kondisi temperaturnya rata-rata adalah 26o

10

Perpustakaan Daerah Tebing Tinggi, Selayang Pandang Kota Tebing Tinggi, Tebing Tinggi, 2003, hal. 16.

C serta angka curah hujan rata-rata dari tahun

(27)

oleh 69,2 % penduduk untuk air minum/mandi/cuci, akan tetapi air tanah tersebut pada

musim kemarau airnya kering (dalam 1 tahun kekeringan dapat terjadi selama 5 bulan).

Dengan kondisi yang demikian maka minat masyarakat untuk dapat menjadi pelanggan

PDAM sangat besar sehingga untuk menanggulangi masalah tersebut peningkatan prasarana

air bersih merupakan prioritas utama.

Kotamadya Tebing Tinggi yang semula luasnya 345,36 ha terdiri dari 4 desa yaitu

Tebing Tinggi Lama, Badak Bejuang, Pasar Baru dan Rambung tanpa diperintah oleh

seorang camat. Lokasi yang begitu sempit menimbulkan berbagai kesulitan baik untuk

pemerintah dan masyarakat Tebing Tinggi maupun masyarakat sekitarnya.

Kesulitan-kesulitan tersebut diantaranya volume pembangunan di dalam kota yang meningkat baik

yang dikelola oleh pihak pemerintah setempat maupun yang dikelola oleh pihak swasta

sangat memerlukan perluasan areal sesuai dengan perkembangan kota tersebut. Areal

pertokoan yang sempit membuat para pengusaha memilih lokasi perusahaannya di luar kota

yang masih dekat dengan wilayah perkotaan. Tindakan yang demikian sangat merugikan

pemerintah daerah, karena dengan dibangunnya berbagai perusahaan di luar areal kota,

mengakibatkan pajak pendapatan akan beralih ke Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang

dan merupakan kerugian besar bagi kota Tebing Tinggi. Padahal Pemerintah Daerah Tebing

Tinggi sangat membutuhkan income yang lebih besar lagi agar dapat menutupi anggaran

pembangunan daerah Tebing Tinggi yang cenderung semakin meningkat setiap tahunnya.

Untuk itulah dilakukan usaha guna mewujudkan pemekaran kota terhadap daerah

sekitarnya yang merupakan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Usul perluasan kota

selanjutnya dilakukan oleh Sanggup Ketaren sebagai walikota saat itu dimana pada tahun

(28)

hanya sampai pada tahap peninjauan yang dilakukan pemerintah pusat. Peninjauan

selanjutnya dilakukan oleh tim Departemen Dalam Negeri yang mana pengumpulan datanya

dilakukan pada tahun 1974.

Perluasan Kotamadya Tebing Tinggi secara sah dilakukan oleh Menteri Dalam

Negeri pada tanggal 13 Desember 1979 (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7

tahun 1979 Tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tebing Tinggi),

pada periode pemerintahan Drs. Amiruddin Lubis. Dengan diadakannya peresmian perluasan

wilayah kota tersebut, maka areal kota Tebing Tinggi dari ukuran 345,36 ha yang terdiri dari

4 desa menjadi seluas 3.959 ha. Wilayahnyapun dibagi menjadi 3 kecamatan yaitu

Kecamatan Rambutan, Kecamatan Padang Hulu, dan Kecamatan Padang Hilir.

Kecamatan-kecamatan ini terdiri atas 17 kelurahan diantaranya adalah :

1) Kecamatan Rambutan, terdiri dari :

a. Kelurahan Badak Bejuang

b. Kelurahan Bandar Sakti

c. Kelurahan Bulian

d. Kelurahan Berohol

e. Kelurahan Rantau Laban

2) Kecamatan Padang Hulu, terdiri dari :

a. Kelurahan Pasar Baru

b. Kelurahan Bandar Sono

c. Kelurahan Mandailing

d. Kelurahan Durian

(29)

e. Kelurahan Persiakan

f. Kelurahan Lubuk Baru

g. Kelurahan Pabatu

3) Kecamatan Padang Hilir, terdiri dari :

a. Kelurahan Tambangan

b. Kelurahan Bagelen

c. Kelurahan Rambung

d. Kelurahan Tebing Tinggi Lama

e. Kelurahan Tebing Tinggi

Dengan pemekaran kota, maka kondisi wilayah kota Tebing Tinggi sangat

menguntungkan Pemerintah Daerah dan masyarakatnya, khususnya masyarakat yang baru

masuk menjadi penduduk kotamadya. Karena dengan pemekaran kota secara khusus

Pemerintah Daerah dapat memperhatikan keadaan desa-desa yang baru masuk ke dalam

wilayah kotamadya. Selain itu dengan perubahan wilayah tersebut, maka terjadi perubahan

jumlah penduduk dari 33.275 jiwa menjadi 82.434 jiwa di tahun 1979. Angka ini bertambah

di tahun 1980 menjadi 92.068 jiwa, tahun 1981 berjumlah 92.918 jiwa, tahun 1982 berjumlah

93.589 jiwa dan tahun 1983 menjadi 94.449 jiwa.11

11

Danil Ahmad, dkk., Sejarah Pemerintahan Dalam Negeri Kotamadya Daerah Tingkat II Tebing Tinggi, Tebing Tinggi : Bappeda Tingkat II Tebing Tinggi, 1994-1995, hal. 145.

Disamping perubahan-perubahan tersebut tentunya terjadi perubahan-perubahan baik di

bidang politik/pemerintahan maupun kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya sebagai akibat

(30)

2.2 Peralihan Fungsi dan Tugas Pengelolaan Air Minum Daerah dari Dinas Air Minum Menjadi Perusahaan Daerah Air Minum

Kotamadya Tebing Tinggi merupakan kota Pemerintahan Daerah Tingkat II yang

dipilih pada masa pemerintahan Belanda untuk menangani penyediaan air baik secara

tekhnik maupun administratif. Selain Tebing Tinggi, ada pula beberapa daerah lain yang juga

dipilih untuk menangani air bersih ini yang diantaranya adalah Medan, Tanjung Balai,

Pematang Siantar, dan Tanjung Pura. Semua Perusahaan ini setelah mendapatkan kedaulatan

diserahkan kepemilikannya kepada pemerintah daerah setempat.

Setelah menjadi Perusahaan Daerah, maka biaya-biaya eksploitasinya dibebankan

kepada pemerintah daerah, yang dananya sangat terbatas. Disamping itu fungsi sosialnya

dalam melayani kepentingan masyarakat menyulitkan perusahaan itu untuk mencari

sumber-sumber biaya yang lain, seperti kredit perbankan. Keadaan yang seperti ini tidak dapat

dilanjutkan, jika diinginkan sebuah kemajuan untuk mengembangkan perusahaan tersebut.

Sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah dinyatakan bahwa perusahaan

air minum dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.12

Perusahaan-perusahaan air minum yang ada pada awalnya didirikan oleh Direktorat

Jendral Cipta Karya di bawah Departemen Pekerjaan Umum. Bangunan yang pertama

dibangun adalah kantor-kantor PPSAB yang bertugas menciptakan perusahaan air minum di

Kabupaten dengan nama Badan Pengelola Air Minum (BPAM)13

12

Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 690-1599/1985 tentang Pembinaan dan Monitoring Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Tingkat Propinsi, Jakarta : Depdagri, 1985, hal. 1-2.

13

Wawancara dengan Ali Sakti, tanggal 5 Juni 2009 di Kantor PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi.

(31)

BPAM merupakan badan yang dibangun sebelum PDAM yang mana dalam beberapa

wilayah di Sumatera Utara dan Aceh fase BPAM ini dilewati dan PDAM diciptakan dengan

banyak mengalami problema awal sebagai konsekwensinya. BPAM dan PDAM yang baru

memasuki tahun-tahun pertama pembentukannya ini adalah perusahaan air minum yang

melayani satu atau dua kota di Kabupaten. Instalasi produksi dan juga jaringan distribusi

dibangun atas tanggung jawab kantor PPSAB Propinsi. Apabila Kabupaten mengambil alih

tanggung jawab atas perusahaan air dan PDAM, maka perusahaan-perusahaan air ini pada

umumnya mempunyai :

1. Pendapatan finansial yang sama dengan, atau sedikit lebih banyak dari pada

biaya-biaya investasi (tanpa memasukkan depresi investasi).

2. Jumlah sambungan ke rumah dan keran umum masih harus ditingkatkan ; kota baru

sebagian dilayani ; daerah pedesaan sebagian besar tidak dilayani atau baru dilayani

sebagian.

3. Staf senior perusahaan air minum sudah mendapat latihan permulaan (para

konsultan sudah meninggalkan perusahaan air minum setelah pekerjaan tekhnik

diselesaikan).

Jaringan distribusi tidak baik bentuknya dan kebocoran (angka-angka air yang tinggi

untuk air yang tidak dapat dipertanggung jawabkan) seringkali terjadi. Fenomena seperti ini

menciptakan problema serius bagi PDAM yang baru dan dapat diterima akal sehat.

Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Tebing Tinggi dibangun pada tahun 1970

yang tertuang sesuai dengan Peraturan Daerah Kotamadya Tebing Tinggi dengan Nomor : 8

Tahun 1970. Badan yang mengelola air minum ini pada masa itu berstatus “Dinas” yaitu

(32)

Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Tebing Tinggi.

Kondisinya pada saat itu masih sangat memprihatinkan dimana keadaan sumber air minum

tidak menguntungkan kesehatan warga masyarakat karena :

- Air yang berasal dari instalasi pengolahan air minum ini ternyata

tidak mengalami perbaikan kwalitas. Dari hasil analisa air ternyata

kadar zat organik dari air yang sudah diolah ternyata lebih besar dari

air bakunya.

- Tidak adanya pengaturan dalam penggunaan mata air bagi penduduk

yang tinggal di pedalaman, maka kebersihan mata air tidak dapat

dijaga. Pembuangan kotoran dan sisa makanan di sekitar mata air

mengakibatkan pencemaran terhadap air yang masih bersih.

Pengelolaan air minum yang dilakukan oleh dinas air minum tersebut merupakan

proyek statement (susulan) milik pemerintah daerah yang memiliki sistem pengolahan air

lengkap yaitu Water Treatment Plant (WTP) yang sumber air bakunya berasal dari Sungai

Padang dengan Kapasitas Produksi masih 10 L/detik. Setelah setahun kemudian barulah ada

penambahan kapasitas Produksi menjadi 20 L/detik yang sumber dananya diperoleh dari

Bantuan Pemerintah Pusat.

Sebagai pelaksana teknis dari proyek statement (usulan) tersebut diserahi tugasnya

kapada Dinas Perusahaan Umum Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sesuai dengan jiwa PP

49/50 tahun 1952 dan PP 18 tahun 1953 pada dasarnya penyediaan air bersih dan penyehatan

lingkungan adalah tugas pemerintah daerah. Namun mengingat besarnya masalah yang

dihadapi dan investasi dana yang diperlukan masih jauh dari kemampuan Pemerintah Daerah,

(33)

mengambil prakarsa dalam penyediaan air bersih. Atas dasar inilah Pemerintah Daerah

mendapat bantuan dari Pemerintah Pusat dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan

Departemen Kesehatan untuk dapat menanggulangi permasalahan kebutuhan air masyarakat.

Dengan program tersebut Pemerintah Pusat bersedia memberikan bantuan pipa dan peralatan

tekhnis. Untuk selanjutnya mulailah dikutip jasa pemakai air. Tentu saja pendapatan ini

diperuntukkan bagi pengembangan selanjutnya. Pada tahun 1970 ditetapkan salah satu seksi

di Dinas Pekerjaan Umum Tingkat II Kotamadya Tebing Tinggi yaitu seksi air minum dan

hygiene menjadi bagian dari seksi yang ada di Dinas Pekerjaan Umum yang mengurus

masalah air minum. Setelah dapat melayani masyarakat sebanyak 10% atau sekitar 10.307

jiwa dari total masyarakat Tebing Tinggi keseluruhannya, yang dilayani melalui 2.639 unit

Sambungan Rumah dan 66 unit Hidran Umum maka dirubahlah status pengelolaan air

minum tersebut dari dinas Air Minum menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tebing Tinggi

dengan peraturan daerah Nomor : 11 Tahun 1977 dengan pejabat sementara Kepala Dinas

Pekerjaan Umum Tingkat II Tebing Tinggi dengan SK. 25 Nopember 1977.

Sesuai dengan program nasional didalam pelayanan air bersih untuk daerah perkotaan

dengan target 75% dari jumlah penduduk maka berdasarkan petunjuk Menteri Dalam Negri

yang menyatakan perlu adanya kesamaan status pengelolahan air minum di daerah diseluruh

Indonesia yang ditetapkan dengan keluarnya Instruksi Mentri Dalam Negri Nomor : 26

Tahun 1975 tentang penyesuaian/mengalihkan bentuk Perusahaan Air Minum dari Dinas

Daerah menjadi Perusahaan Daerah maka berdasarkan instruksi tersebut terbitlah Peraturan

Daerah Kotamadya Tebing Tinggi Nomor 11 Tahun 1977 tentang pendirian Perusahaan

(34)

maka status pengelolahan air minum tidak lagi berbentuk Dinas Air Minum tetapi berubah

menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Bulian.

Dengan statusnya yang baru, nampaknya PDAM Tirta Bulian mulai memperlihatkan

kemajuan yang berarti bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kondisi air minum yang

dikonsumsi oleh penduduk telah banyak mengalami perubahan baik dilihat dari segi

persyaratan fisis, kimia, dan bakteriologis maupun dari segi kwantitasnya. Keadaan ini

dimungkinkan karena mengingat pertumbuhan wilayah di kemudian hari yang semakin

meningkat. Beberapa perubahan tersebut dapat diperjelas dengan rincian sebagai berikut :

1. Segi Kesehatan

Air yang dipakai oleh penduduk adalah air yang memenuhi persyaratan fisis,

kimia, dan bakteriologis, sehingga penularan penyakit yang disebarkan melalui air

minum mengalami penurunan sehingga produktifitas, pendapatan penduduk

mengalami peningkatan.

2. Segi Perekonomian

Berdirinya PDAM Tirta Bulian ini menunjang berdirinya industri-industri

terutama yang banyak menggunakan air sebagai bahan bakunya seperti pabrik

(35)

2.3 Status Hukum

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, oleh

Pemerintah Pusat telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Tebing

Tinggi beberapa urusan pemerintah Pusat, termasuk di dalamnya penyediaan dan pelayanan

air minum. Sejalan dengan penyerahan urusan tersebut telah dikeluarkan Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor : 26 Tahun 1975 yang menyatakan agar dilakukan penyesuaian atau

pengalihan bentuk perusahaan Air Minum dari Dinas Daerah menjadi Perusahaan Daerah.

Bentuk Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Menteri

Dalam Negeri tersebut diatas adalah sesuai dengan ketentuan UU Nomor : 5 tahun 1962

tentang Perusahaan Daerah. Untuk memperoleh kepastian hukum, maka pendirian

Perusahaan Daerah Air Minum Tingkat II Kotamadya Tebing Tinggi, ditetapkanlah dengan

menggunakan Peraturan Daerah.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bulian dibentuk berdasarkan Peraturan

Daerah Kotamadya Tebing Tinggi Nomor : 11 tahun 1977, tentang pendirian Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) Kotamadya Tebing Tinggi. Kemudian disahkan oleh

Pemerintah Daerah Tingkat I propinsi Sumatera Utara dengan surat Keputusan Gubernur

Nomor 188.342-024/KP/Tahun 1983, tanggal 30 Mei 1983. Sedangkan Pelaksanaan atas

Surat Keputusan Tersebut diatas berdasarkan pada surat keputusan Bupati Kepala Daerah

Kotamadya Tebing Tinggi Nomor : 188.45/7803/BUP/1983 tanggal 4 Juni 1983.

PDAM Tirta Bulian berstatus perusahaan daerah yang bergerak dalam produksi air

minum bersifat :

• Memberi jasa

(36)

• Memupuk pendapatan

PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi merupakan satu-satunya Perusahaan yang

memasok kebutuhan air minum untuk 3 kecamatan yang ada di Tebing Tinggi sebagaimana

yang telah disebutkan di atas. Sebelum dibentuk menjadi PDAM Tirta Bulian, pelayanan

kebutuhan air minum di Kotamadya Tebing Tinggi dilaksanakan oleh Dinas Air minum

dibawah pengelolaan Pemerintah Daerah. Sebagai Perusahaan yang berbadan hukum, PDAM

Tirta Bulian Berlokasi di jalan Pusara Pejuang No. 5 Tebing Tinggi, yang berjarak kira-kira

80 Km dari Medan.

2.4 Keuangan dan Administrasi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sejarah pengelolaan proyek air

minum di kota Tebing Tinggi ini dilakukan oleh Dinas air minum maka untuk segala

kebijaksanaan yang menyangkut masalah keuangan Dinas dilakukan oleh Bupati sendiri

dengan menugaskan bendaharawan Pemerintah Daerah14

- Anggaran Dinas Air Minum.

. Dinas ini tidak memiliki

kebijaksanaan didalam pengelolaan keuangan seperti pada Perusahaan Daerah Air Minum.

Masalah yang berhubungan dengan keuangan dan administrasi tersebut mencakup

persoalan sebagai berikut :

- Penerimaan.

- Pengeluaran.

- Posisi keuangan dan hasil usaha.

14

(37)

- Sistem Tarif.

- Tunggakan.

Setelah PDAM Tirta Bulian ditetapkan menjadi suatu Perusahaan Daerah Air Minum

pada tahun 1977 nampaknya terjadi perkembangan yang berarti bagi kelangsungan

perusahaan tersebut. Hal ini didukung dengan adanya Peraturan Pemerintah melalui Instruksi

Menteri Dalam Negeri yang menyatakan bahwa :

“ Di Indonesia pemerintah kabupaten yang bertanggung jawab atas perusahaan air minum diijinkan untuk mengambil 55% dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan air minum. Karena kebanyakan perusahaan air minum menerapkan penyusutan ini berarti bahwa 55% dari arus dana bisa meninggalkan perusahaan. Agar supaya PDAM lebih mampu mengembangkan usahanya dan dalam rangka mencapai target Dasawarsa Air Bersih 1981-1990 ialah berupa pencapaian target 75% pelayanan masyarakat di kota dan 60% di desa yang merupakan target nasional kita, yang berarti menjadi tanggung jawab kita semua dan mengingat pula bahwa kemampuan Keuangan Negara yang terbatas, maka dianjurkan kepada Saudara supaya mempertimbangkan kembali agar PDAM dibebaskan dari kewajiban penyetoran 55% dari laba bersihnya kepada Pemerintah Daerah sampai jangka waktu dimana PDAM sudah mampu melayani kebutuhan air minum untuk kurang lebih 75% penduduk kota. Berhubungan dengan itu dan dalam kenyataannya PDAM masih memerlukan pengerahan dana, baik yang berasal dari Perushaan Daerah itu sendiri maupun bantuan dana dari instansi Pemerintah Pusat ataupun Daerah. Dan oleh karena itu dana dari perusahaan itu sendiri seyogyanya dapat digunakan seluruhnya oleh proyek PDAM, baik untuk meningkatkan jaringan distribusi maupun untuk peningkatan pelayanan pada masyarakat.”15

- Penjualan air minum kepada langganan yaitu tarif penjualan yang ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah

Adapun sumber penerimaan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Bulian berasal dari :

- Ongkos pemasangan/penyambungan langganan baru.

15

(38)

Setelah mendapatkan penerimaan tersebut didapatkanlah keuntungan (laba bersih)

yang dialokasikan untuk :

a. Kas Daerah 25%

b. Dana Pembangunan Daerah 30%

c. Cadangan Umum 25%

d. Jasa Produksi 10%

e. Tunjangan Hari Tua 10%

Untuk mendukung masalah keuangan perusahaan di atas perlu ditopang dengan

peningkatan administratif perusahaan yang profesional ditambah lagi dengan peningkatan

tenaga kerja yang dilakukan dengan berbagai pelatihan-pelatihan kerja yang pada akhirnya

Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Bulian akan memiliki tenaga-tenaga administratif yang

(39)

BAB III

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BULIAN SELAMA TAHUN 1977-1990

3.1 Pembentukan Organisasi

Organisasi di dalam sebuah perusahaan dapat diartikan sebagai pembagian kerja di

antara para karyawan dimana pada masing-masing bagian pekerjaan tersebut harus

dikoordinasikan agar mencapai sasaran-sasaran khusus sesuai dengan yang diinginkan oleh

sebuah perusahaan. Setiap perusahaan yang ingin berhasil harus tahu akan bidang-bidang

yang memberi kemungkinan terbesar untuk berhasil mencapai tujuannya. Perusahaan harus

menentukan sasarannya, harus meneliti apakah sasaran itu bermanfaat dan dapat dicapai,

selanjutnya membuat organisasi untuk mencapainya. Adapun sasaran pokok suatu organisasi

perusahaan adalah mampu mempertahankan hidup, dapat berkembang dan menghasilkan

laba. Untuk mencapai sasaran-sasaran ini suatu perusahaan harus merumuskan sasaran

tambahan, terutama dalam bidang pembaharuan dan efisiensi. Hal ini dibutuhkan karena

suatu organisasi merupakan sebuah sistem terbuka maka sasaran perusahaan perlu

merumuskan cara perusahaan menjamin suplai tenaga manusia yang tak habis-habisnya serta

sumber-sumber bahan untuk operasinya.16

Oleh karena itulah, setelah sah secara hukum menjadi sebuah perusahaan air milik

daerah, kinerja perusahaan pun mulai dioptimalkan. Pengoptimalan kinerja ini dilakukan

melalui pembentukan organisasi yang bertujuan untuk memberikan penegasan maupun

16

(40)

pembagian dalam wilayah kerja agar masing-masing bagian dapat mempertanggungjawabkan

kinerjanya sebagai karyawan di perusahaan tersebut.

Lahirnya PDAM Tirta Bulian ini dapat dikatakan sebagai bentuk perusahan yang

bertujuan melayani masyarakat sebagai pengabdian sebagaimana yang dikatakan oleh R. C.

Davis di dalam bukunya Dasar-Dasar Management (Bagian Perencanaan dan Organisasi) :

“Tujuan pengabdian sebagai nilai-nilai ekonomis yang harus diberikan langsung atau tidak langsung. Tujuan-tujuan pengabdian tersebut terbagi atas dua yaitu tujuan pengabdian di lapangan organisasi dan tujuan dilapangan operatif. Tujuan pengabdian dilapangan organisasi dirumuskannya sebagai nilai-nilai yang harus disumbangkan kepada umum oleh organisasi sebagai suatu kesatuan. Tujuan operatif dianggap pula sebagai tujuan pengabdian karena pelaksanaannya langsung mengakibatkan kelahiran nilai yang berguna untuk umum.”17

Struktur organisasi PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi didasarkan pada Peraturan

Daerah Nomor : 5 Tahun 1980 dan Nomor 28/KPTS/1980 tentang pedoman-pedoman pokok

struktur organisasi dan tata kerja Perusahaan Daerah Air Minum. Di dalam peraturan ini

dijelaskan bahwa PDAM Tirta Bulian dipimpin oleh seorang direktur yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Adapun tugas pokok PDAM Tirta Bulian

adalah melaksanakan pengelolaan dan penyelenggaraan pelayanan air minum yang

memenuhi persyaratan kesehatan dengan berpegang pada prisnsip-prinsip ekonomi

perusahaan dengan tidak melupakan fungsi sosialnya. Oleh karena itulah dibentuk susunan

organisasi PDAM Tirta Bulian yang terdiri dari :

17

(41)

a. Badan Pengawas

Badan Pengawas terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Anggota yang mempunyai tugas

antara lain :

- Mengawasi kegiatan Direktur dalam menjalankan Perusahaan Daerah.

- Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap pengangkatan

dan pemberhentian Direktur.

- Memberikan Pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap program kerja

yang dilaksanakan oleh Direktur.

- Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap rencana

perubahan status kekayaan Perusahaan Daerah.

- Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap rencana

pinjaman dan ikatan hukum terhadap pihak lain.

- Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap Laporan Neraca

dan Perhitungan Laba/Rugi.

b. Direktur Utama

Direktur pertama PDAM Tirta Bulian adalah Ir. Delim Dalimunte (2 periode),

kemudian Nelson Parapat S. H. (2 periode), lalu Ir. Abdur Rahmad (1 periode), dan

sekarang dipimpin oleh Ir. Oki Doni Siregar. Direktur dipilih berdasarkan keputusan

walikota setiap 5 tahun sekali. Direktur membawahi 2 bagian yaitu yang pertama

Bagian Umum, yang kedua Bagian Tekhnik dimana pada setiap bagian dipimpin oleh

seorang direktur bagian yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktur Utama juga mempunyai tugas

(42)

- Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan Perusahaan Air Minum Tirta

Bulian.

- Merencanakan dan melaksanakan program kerja perusahaan tahunan dan rencana

strategik perusahaan (lima tahunan).

- Membina pegawai.

- Mengurus dan mengelola kekayaan Perusahaan.

- Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

- Mewakili Perusahaan baik di luar dan di dalam pengadilan.

- Melaksanakan kegiatan Tekhnis Perusahaan.

- Menyampaikan Laporan Berkala kepada Kepala Daerah melalui Badan Pengawas

mengenai seluruh kegiatan termasuk Neraca dan Kegiatan Laba/Rugi Perusahaan

Daerah.

- Melaksanakan tugas-tugas lain dalam bidangnya yang diberikan oleh Kepala

Daerah.

c. Bagian atau Seksi

Bagian atau seksi dalam hal ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu yang pertama adalah

Bagian Umum, yang kedua adalah Bagian Tekhnik. Bagian Umum terbagi lagi menjadi

beberapa sub bagian. Setiap Sub Bagian dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah

dan bertanggungjawab kepada Direktur Bagian Umum. Adapun sub-sub Bagian

tersebut beserta tugasnya masing-masing antara lain :

• Sub Bagian Langganan dan Pembaca Meter, mempunyai tugas :

- Mengkoordinir pencatatan meteran air dan memeriksa data pemakaian air

(43)

- Menerima permohonan sambungan baru dan penjualan air melalui mobil tanki.

- Menyelenggarakan fungsi-fungsi pelayanan langganan, pembuatan rekening, dan

pengelolaan data langganan.

- Menyelenggarakan pengawasan kondisi meter air, tarif, dan klasifikasi pelanggan.

- Mengkoordinir dan mengawasi seluruh hasil pekerjaan para pembaca meter air

dan petugas lain pada bidangnya.

- Melakukan koordinasi dengan bagian terkait untuk melaksanakan evaluasi dan

peninjauan pemakai air serta razia lapangan.

- Melaksanakan tugas-tugas lain didalam bidang tugasnya yang diberikan oleh

Direktur Bagian Umum.

• Sub Bagian Kas dan Penagihan, mempunyai tugas :

- Menerima dan menyimpan seluruh pendapatan perusahaan serta melakukan

pembayaran terhadap kewajiban-kewajiban perusahaan.

- Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran kas secara tepat waktu.

- Menerima rekening air dan non rekening air dari Bagian Langganan dan Pembaca

Meter.

- Mengusulkan penutupan saluran air minum pelanggan yang setelah diberikan

surat peringatan secukupnya namun belum melunasi hutangnya serta membuat

usulan dalam rangka kemudahan pelayanan dan keberhasilan pelaksanaan tugas.

- Melaksanakan tugas-tugas lain di dalam bidang tugasnya yang diberikan oleh

(44)

• Sub Bagian Pembukuan, mempunyai tugas :

- Mengkoordinir pencatatan dan mengawasi pembukuan dari setiap transaksi

penerimaan, biaya serta asset perusahaan secara tepat waktu.

- Mengawasi, meneliti dan memeriksa akurasi pembuatan laporan keuangan

perusahaan.

- Menganalisa dan memberikan saran atas hasil data keuangan pembukuan untuk

membantu merumuskan penyusunan program kerja jangka pendek menengah dan

panjang serta Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya (RAPBN) Perusahaan.

- Merencanakan perhitungan harga pokok produksi dan penjualan air.

- Merencanakan dan mengawasi rencana seluruh pembayaran terhadap kewajiban

sesuai dengan kemampuan dan alokasi dana yang telah tertuang dalam Anggaran

Perusahaan.

- Memberikan saran dan pendapat terhadap timbulnya biaya-biaya yang belum

tertampung dalam RAPBN Perusahaan.

- Melaksanakan tugas-tugas lain di dalam bidang tugasnya yang diberikan oleh

Direktur Bagian Umum.

• Sub Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian, mempunyai tugas :

- Mengkoordinir pencatatan dan mengawasi pencatatan serta pengarsipan

surat-surat atau dokumen-dokumen perusahaan.

- Menyelenggarakan administrasi kepegawaian, pengkajian, dan perhitungan PPh

(45)

- Merencanakan sistem atau prosedur penerimaan calon pegawai baru sesuai

dengan kebutuhan tenaga kerja perusahaan dengan berpedoman kepada ratio

kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum.

- Mengawai penyelesaian perhitungan, pelunasan dan angsuran pinjaman atau uang

muka kepada pegawai dan melakukan administrasi mengenai hal tersebut.

- Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan perayaan hari-hari besar dan setiap kegiatan

perayaan lainnya di perusahaan.

- Mengadakan koordinasi dengan Sub Bagian terkait atas kunjungan kerja dari

dinas atau instansi lain.

- Melaksanakan tugas-tugas lain di dalam bidang tugasnya yang diberikan oleh

Direktur Bagian Umum.

• Sub Bagian Pengadaan, mempunyai tugas :

- Mengkoordinir seluruh rencana pengadaan barang-barang kebutuhan operasional

perusahaan dengan mempedomani RAPBN perusahaan.

- Menyusun sistem administrasi dan prosedur pengadaan pembelian barang.

- Menyusun daftar standar harga barang-barang kebutuhan perusahaan.

- Melaksanakan pemeliharaan, perawatan, rehabilitasi, dan perbaikan seluruh

bangunan gedung, sarana kerja dan kendaraan dinas perusahaan.

- Melakukan pencatatan, penyimpanan dan inventarisasi terhadap barang-barang

pesanan maupun barang-barang inventaris yang merupakan asset perusahaan.

- Mengawasi barang-barang masuk dan keluar untuk kebutuhan operasional

perusahaan dengan kelengkapan administrasi yang sah.

(46)

- Melaksanakan tugas-tugas lain di dalam bidang tugasnya yang diberikan oleh

Direktur Bagian Umum.

Sementara Bagian Umum itu sendiri mempunyai tugas antara lain :

- Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan di bidang administrasi, keuangan

dan kepegawaian.

- Merencanakan dan mengendalikan kegiatan pengadaan dan pengelolaan

perlengkapan, material, dan peralatan teknik.

- Merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan dan perbelanjaan

serta kekayaan perusahaan.

- Mengatur program pendapatan dan pengeluaran keuangan.

- Melaksanakan tugas-tugas lain di dalam bidangnya yang diberikan oleh Direktur

Utama.

Selanjutnya adalah Bagian Tekhnik yang juga terbagi-bagi kedalam sub-sub bagian

yaitu :

• Sub bagian Produksi dan Pengelolahan, mempunyai tugas :

- Melaksanakan pengolahan air baku menjadi air bersih, merencanakan

pengoptimalan produksi air, menganalisa bahan kimia, atau bakteriologis serta

mengawasi debit dan sumber-sumber bahan baku.

- Melaksanakan dan mengawasi kegiatan pembersihan lingkungan instalasi

pengolahan dan seluruh sarana dan prasarana instalasi pengolahan.

- Merencanakan perubahan sistem proses pengolahan air dengan berpedoman

(47)

- Menganalisa dan meneliti faktor-faktor penyebab naik atau turunnya produksi air

dan memberikan saran-saran untuk tindakan yang perlu diambil.

- Membuat laporan produksi dan distribusi air, pemakaian bahan kimia, bahan

bakar, listrik, dan laporan hasil pelaksanaan tugas pengolahan air bersih.

- Melaksanakan tugas-tugas lain dalam bidangnya yang diberikan oleh Direktur

Bagian Teknik.

• Sub bagian Distribusi dan Penyambungan, mempunyai tugas :

- Melaksanakan pemasangan sambungan rumah, penutupan sambungan kembali,

dan penggantian meteran air pelanggan.

- Mengawasi dan meneliti seluruh bak-bak penampungan air dalam kota, jaringan

pipa (induk, transmisi, dan distribusi) yang telah terpasang serta melakukan

tindakan penutupan terhadap sambungn liar.

- Merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan, perawatan, perbaikan, pipa

transmisi, distribusi, serta mengusulkan pergantian pipa-pipa jaringan.

- Mengumpulkan data mengenai keadaan jaringan pipa distribusi serta jumlah

maupun keadaan meter air pelanggan perwilayah distribusi (zona wilayah

distribusi).

- Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas secara tepat waktu.

- Melaksanakan tugas-tugas lain dalam bidangnya yang diberikan oleh Direktur

(48)

• Sub bagian Peralatan dan Bengkel umum, mempunyai tugas :

- Merencanakan dan melaksanakan perawatan dan perbaikan pipa, mesin-mesin

pengolahan air, perlengkapan transmisi produksi atau meter induk, penerangan

bangunan-bangunan instalasi dan instrument airnya di instalasi pengolahan.

- Melaksanakan perbaikan meter air setelah dipakai dan melakukan uji

kelayakannya.

- Meneliti dan melaksanakan pengukuran atau standarisasi penggunaan seluruh

peralatan pengolahan air.

- Menyelenggarakan pembuatan alat-alat dan bahan-bahan untuk keperluan

pemeliharaaan, instalasi jaringan dan meteran air seperti timah rambut, segel,

rambu-rambu pengaman, dan sebagainya.

- Mengawasi penggunaan dan penyimpanan bahan-bahan suku cadang dan

peralatan perbengkelan.

- Melaksanakan tugas-tugas lain dalam bidangnya yang diberikan oleh Direktur

Bagian Teknik.

• Sub bagian Perencanaan Teknik, mempunyai tugas :

- Mengumpulkan dan menyimpan data teknik dan gambar-gambar situasi

perpipaan, konstruksi bangunan dan unit-unit pengolahan.

- Menyusun peta mengenai penggunaan tanah di seluruh kota Tebing Tinggi dan

sekitarnya, yang memuat letak jaringan pipa tramnsmisi dan distribusi panjang

dan ukuran pipa, lokasi pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Bulian

(49)

- Melaksanakan survey dan pengumpulan data mengenai jumlah, struktur, dan

pengembangan penduduk di berbagai wilayah kota Tebing Tinggi jumlah rumah

tangga dan kondisi keberadaan air bawah tanah.

- Menyelenggarakan pengumpulan data mengenai kondisi tekanan pada jaringan

pipa distribusi.

- Menyusun rencana-rencana untuk pemasangan instalasi baru, jaringan pipa

transmisi dan distribusi pada komplek baru, rehahabilitasi atau pergantian

jaringan pipa serta membuat kalkulasi biaya untuk setiap rencana pekerjaan

tekhnik.

- Melaksanakan evaluasi tentang penetapan lokasi dan pengawasan pembangunan

atau pengembangan jaringan pipa.

- Mengadakan peninjauan dan pengamatan untuk perncanaan rehabilitasi pipa-pipa

induk dan cabang dari jaringan pipa transmisi atau distribusi maupun untuk

merencanakan pergantian meteran air yang sudah tua.

- Melaksanakan tugas-tugas lain dalam bidangnya yang diberikan oleh Direktur

Bagian Tekhnik.

Sementara itu, tugas Bagian Teknik dan Produksi antara lain :

- Mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan-kegiatan di bidang perencanaan,

produksi, distribusi, peralatan, dan perawatan teknik.

- Mengkoordinir dan mengendalikan pemeliharaan instalasi produksi, sumber air

sungai.

- Mengkoordinir kegiatan-kegiatan pengujian peralatan teknik dan bahan-bahan

(50)

- Melaksanakan tugas-tugas lain dalam bidang tugasnya yang diberikan oleh

Direktur Utama.

Setelah dibentuknya susunan organisasi di PDAM Tirta Bulian serta didukung oleh

jumlah konsumen pemakai air yang dilayani Perusahaan semakin berkembang jumlahnya

maka jumlah pegawainya pun semakin bertambah pula. Pada saat masih berstatus Dinas Air

Minum, jumlah stafnya masih 15 orang, namun kemudian setelah terjadi perubahan status

pada Perusahaan tersebut menjadi Perusahaan Daerah jumlah staf pegawainya semakin

bertambah hingga 66 orang.18

Dalam pasal 1 Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok

mengenai ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan baik di luar maupun di dalam hubungan kerja guna menghasilkan

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penjelasan dari pengertian tersebut

meliputi tenaga kerja yang bekerja di luar maupun di dalam hubungan kerja dengan alat

produksinya yaitu tenaganya sendiri, baik fisik maupun pikiran.

3.2 Pengembangan Mutu Tenaga Kerja

19

Pada awalnya istilah tenaga kerja dikenal dengan nama buruh. Istilah ini sudah

dipergunakan sejak lama bahkan mulai dari zaman penjajahan Belanda. Pada zaman

penjajahan Belanda yang dimaksud dengan buruh adalah pekerja kasar seperti kuli, tukang,

mandor yang melakukan pekerjaan kasar dan orang-orang yang melakukan pekerjaan ini

disebut Blue Collar. Sedangkan yang melakukan pekerjaan di kantor pemerintahan maupun

18

Wawancara dengan Iriana Masdalena, tanggal 5 Juni 2009 di kantor PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi.

19

(51)

swasta disebut pegawai atau White Collar. Setelah merdeka tidak ada lagi perbedaan antara

buruh halus dan buruh kasar. Semua orang yang bekerja di sektor swasta baik pada orang

maupun badan hukum disebut buruh. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah buruh

diupayakan untuk diganti dengan istilah pekerja, sebagaimana yang diusulkan oleh

Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) pada waktu kongres FBSI II tahun 1985. Alasan

pemerintah berupaya mengubah istilah buruh disebabkan karena istilah ini kurang sesuai

dengan kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang selalu

ditekan dan berada di bawah pihak lain yakni majikan. Buruh sekarang ini tidak lagi sama

dengan buruh masa lalu yang hanya bekerja pada sektor non formal seperti kuli, tukang dan

sejenisnya, tetapi juga sektor formal seperti Bank, Hotel dan lain-lain. Karena itulah istilah

buruh lebih tepat jika disebut dengan istilah tenaga kerja atau pekerja.20

Untuk menjamin pemanfaatan secara maksimal dan profesional dari sarana-sarana

yang dimiliki oleh Perusahaan Air Minum perlu ditindaklanjuti dengan pemanfaatan unsur

organisatornya sebagai pengelola yang langsung bertanggung jawab terhadap pengurus dan

pemeliharaan sarana yang dimiliki pihak perusahaan. Untuk memantapkan organisasi

pengelola tersebut sangat diperlukan kemampuan dan keterampilan dari tenaga kerja yang

Sebuah pembangunan dalam pengembangan dari suatu perusahaan mengandung arti

yang lebih besar dari hanya sekedar terpenuhinya dana yang cukup, sistem-sistem tekhnik

atau administratif yang memadai, atau merekrut angkatan kerja dengan mengeluarkan

sejumlah peraturan sebagaimana pada umumnya sering dipraktekkan oleh kebanyakan

perusahaan air minum. Hal ini berarti bahwa perlu diadakan sebuah kegiatan yang dapat

mengembangkan mutu tenaga kerja agar tercipta kinerja yang lebih efektif.

20

(52)

ada yaitu tenaga administratif, tenaga lapangan dan tenaga penunjang lainnya sebagai

unsur-unsur yang harus dimiliki. Skill tenaga kerja merupakan salah satu unsur-unsur mutlak dalam

mencapai efisiensi pelaksanaan tugas seorang tenaga kerja. Karena itu penting sekali

menetapkan terlebih dahulu bentuk skill atau skill a

Referensi

Dokumen terkait

Arti pentingnya kerja sama antara pihak PDAM Tirta Lihou dengan masyarakat Kabupaten Simalungun adalah dengan keikutsertaan peran serta masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan

untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Grobogan, PDAM Kabupaten Grobogan berusaha memenuhi dengan program droping air kepada masyarakat yang

Pihak PDAM selaku penyelenggara penyediaan air bersih di Indonesia belum mampu melaksanakan amanat PP 16/2005 ini sepenuhnya. Namun untuk memenuhi tuntutan tersebut

a. Kepastian Waktu yang di tetapkan oleh pihak PDAM masih belum tepat dalam hal pemberian pelayanan kepada masyarakat khususnya kepastian waktu pendistribusian air bersih

Konsep pemikiran yang digunakan yaitu pelanggan PDAM Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar akan memberikan tanggapan terhadap kualitas pelayanan pada tingkat harapan dan

Untuk meningkatkan peran motivasi terhadap kinerja karyawan di Perusahaan Darah Air Minum (PDAM) Tirta Kampar sebaiknya ditingkatkan dengan cara : perusahaan

1.1 Bukti Langsung (Tangible) Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kantor PDAM Tirta Siak sudah mempunyai sarana dan prasarana yang memadai yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA. NCIHO