• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tarik Investasi Di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tarik Investasi Di Sumatera Utara"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA TARIK INVESTASI DI SUMATERA UTARA

OLEH

SALSALINA DEPARI 080501052

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA TARIK INVESTASI DI SUMATERA UTARA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaiamana pengaruh tabungan masyarakat, total export dan pengeluaran pemerintah terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tabungan masyarakat, total export dan pengeluaran pemerintah terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara.

Hipotesis dalam penelitian ini ialah tabungan masyarakat berpengaruh negatif terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara total export dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dan Bank Indonesi (BI) Kota Medan. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square

(OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat, total export dan pengeluaran pemerintah menjelaskan variabel investasi sebesar 60,73% sedangkan 39,27% dijelaskan oleh variabel lainnya. Tabungan masyarakat dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara sedangkan total export berpengaruh negatif terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara

Berdasarkan uji asumsi klasik ditemukan multikolinieritas dan autokorelasi. Multikolinieritas diobati dengan mengeluarkan variabel pengeluaran pemerintah dan autokorelasi diobati dengan menggunakan model AR(1) dan dibuktikan dengan menggunakan LM test.

(3)

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING INVESTMENT ATTRACTION IN NORTH SUMATRA

Formulation of the problem in this study is how to influence people's savings, total exports and government spending on investment attraction in North Sumatra. The purpose of this study was to determine the effect of people's savings, total exports and government spending on investment attraction in North Sumatra.

The hypothesis in this study is that private savings negatively affect the attractiveness of investment in North Sumatra, total exports and government spending have a positive influence on the attractiveness of investment in North Sumatra.

Secondary data collection is done by taking the data published by the Central Bureau of Statistics and Bank of North Sumatra Indonesi (BI) of Medan. The analytical method used was Ordinary Least Square (OLS). The results showed that the community, total exports and government spending explain the variable investment of 60.73% while 39.27% is explained by other variables. Private savings and government spending have a positive influence on the attractiveness of investment in North Sumatra, while total exports negatively affect the attractiveness of investment in North Sumatra

Under the assumptions of classical test found multicollinearity and autocorrelation. Multicollinearity were treated with the issue of government spending variables and autocorrelation treated using the model AR (1) and proved by using the LM test.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas kasih karunia dan berkat-Nya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan pada Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tarik Investasi Di Sumatera Utara”. Selama proses penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak P. Sembiring, Bsc dan Ibu S. Br Ginting, S.Pd selaku Orangtua, Wulandari Putri Depari, S.Ap selaku kakak, kedua adik penulis Sela Olasya Depari dan Tito Joeanta Depari, serta kepada Benedict Yan Pradipta Bratha,S.T yang selalu memberi dukungan dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku Ketua Departemen S1 Ekonomi Pembangunan dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku sekretaris Departemen S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

(5)

sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Drs.Murbanto Sinaga, MA selaku Dosen Pembimbing 6. Bapak Kasyful Mahali, SE, M.Si., selaku Dosen Penguji.

7. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier Hasibuan,MP selaku Dosen Penguji. 8. Teman-teman ekonomi pembangunan stambuk 2008.

Penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(6)

DAFTAR ISI

2.1.2.1 Jenis-Jenis Investasi Menurut Guritno Mangkoesoebroto ... 9

2.1.2.2 Jenis-Jenis Investasi Berdasarkan Tertentu dari Kegiatannya ... 10

2.1.2.3 Jenis-Jenis Investasi Berdasarkan Dari Pelakunya ... 11

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju investasi 12 2.1.4 Sumber – sumber dana investasi ... 15

2.1.5 Teori – teori Investasi ... 15

2.1.5.1 Pendekatan Marginal Efisiensi Capital (Teori Keynesian) ... 15

2.1.5.2 Teori Akselerator Fleksibel (Flexible Accelerator Model) ... 18

2.2 Tabungan Masyarakat ... 19

2.2.1 Pengertian Tabungan Masyarakat ... 19

2.2.2 Jenis – Jenis Tabungan ... 20

2.3 Export Non Migas ... 20

2.3.1 Pengertian Eksport ... 20

2.4 Pengeluaran Pemerintah ... 22

2.4.1 Pengertian Pengeluaran Pemerintah ... 23

2.4.2 Jenis – Jenis Pengeluaran Pemerintah ... 24

2.4.2.1 Pengeluaran rutin ... 24

2.4.2.2 Pengeluaran Pembangunan ... 24

2.4.3 Sifat – Sifat Pengeluaran Pemerintah ... 26

2.5 Penelitian Terdahulu ... 27

(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

4.1.6 Perkembangan Investasi PMDN Non Migas ... 46

4.1.7 Perkembangan Total Ekspor ... 45

4.1.8 Perkembangan Tabungan Masyarakat... 47

4.1.9 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 49

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Perkembangan Investasi PMDN Non Migas di Sumatera

Utara (1991 – 2010) ... 46

4.2 Perkembangan Total Ekspor Non Migasdi Sumatera Utara (1991 – 2010) ... 47

4.3 Perkembangan Tabungan Masyarakat di Sumatera Utara (1991 – 2010) ... 48

4.4 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Sumatera Utara (1991 – 2010) ... 50

4.5 Hasil Regresi ... 51

4.6 Kelembagaan,Sosial Politik dan Infrastruktur ... 52

4.7 Korelasi Parsial Antar Variabel Independen ... 61

4.8 Korelasi Parsial Antar Variabel Independen ... 61

4.9 Hasil Regresi ... 61

4.10 Hasil Estimasi Regresi... 70

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Hubungan Tingkat Bunga Dan Investasi ... 18

3.1 Kurva Uji F statistik ... 35

3.2 Kurva Uji t-statistik ... 37

3.3 Kurva Durbin Watson ... 39

4.1 Kurva Uji F statistik ... 55

4.2 Kurva Uji t-statistik variabel Tabungan Masyarakat . 57 4.3 Kurva Uji t-statistik variabel Total Export ... 58

4.4 Kurva Uji t-statistik variabel Pengeluaran Pemerintah 59 4.5 Hasil Uji Normalitas ... 60

4.6 Hasil Uji Normalitas ... 60

4.7 Kurva Uji F statistik ... 64

4.8 Kurva Uji t-statistik variabel Tabungan Masyarakat . 66 4.9 Kurva Uji t-statistik variabel Total Export ... 67

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Data Variabel Penelitian dalam satuan (juta rupiah)... 78

2 Data Variabel Penelitian dalam satuan (%)... ... ... 79

3 Kuesioner Penelitian ... 80

4 Uji Validitas ... 82

(11)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA TARIK INVESTASI DI SUMATERA UTARA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaiamana pengaruh tabungan masyarakat, total export dan pengeluaran pemerintah terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tabungan masyarakat, total export dan pengeluaran pemerintah terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara.

Hipotesis dalam penelitian ini ialah tabungan masyarakat berpengaruh negatif terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara total export dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dan Bank Indonesi (BI) Kota Medan. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square

(OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat, total export dan pengeluaran pemerintah menjelaskan variabel investasi sebesar 60,73% sedangkan 39,27% dijelaskan oleh variabel lainnya. Tabungan masyarakat dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara sedangkan total export berpengaruh negatif terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara

Berdasarkan uji asumsi klasik ditemukan multikolinieritas dan autokorelasi. Multikolinieritas diobati dengan mengeluarkan variabel pengeluaran pemerintah dan autokorelasi diobati dengan menggunakan model AR(1) dan dibuktikan dengan menggunakan LM test.

(12)

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING INVESTMENT ATTRACTION IN NORTH SUMATRA

Formulation of the problem in this study is how to influence people's savings, total exports and government spending on investment attraction in North Sumatra. The purpose of this study was to determine the effect of people's savings, total exports and government spending on investment attraction in North Sumatra.

The hypothesis in this study is that private savings negatively affect the attractiveness of investment in North Sumatra, total exports and government spending have a positive influence on the attractiveness of investment in North Sumatra.

Secondary data collection is done by taking the data published by the Central Bureau of Statistics and Bank of North Sumatra Indonesi (BI) of Medan. The analytical method used was Ordinary Least Square (OLS). The results showed that the community, total exports and government spending explain the variable investment of 60.73% while 39.27% is explained by other variables. Private savings and government spending have a positive influence on the attractiveness of investment in North Sumatra, while total exports negatively affect the attractiveness of investment in North Sumatra

Under the assumptions of classical test found multicollinearity and autocorrelation. Multicollinearity were treated with the issue of government spending variables and autocorrelation treated using the model AR (1) and proved by using the LM test.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembukaan UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa Indonesia yang sejahtera merupakan tujuan akhir dari pembentukan negara ini. Oleh karena itu pemerintah pusat dan daerah terus bekerja sama untuk melakukan kegiatan pembangunan di berbagai bidang agar bisa sampai kepada tujuan akhir tersebut.

Pembangunan tidak cukup hanya dilihat dari pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga harus dilihat dari seberapa besar kemampuan pertumbuhan tersebut menjawab masalah-masalah ekonomi seperti kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan. Michael dan Stephen (2006 : 22) menyatakan bahwa “pembangunan dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan”.

(14)

pertumbuhan ekonomi. Sukirno (2000 : 107) menyatakan bahwa “investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian”. Penanaman modal yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri dalam suatu daerah ini diharapkan mampu terus memacu pertumbuhan ekonomi dan diharapkan dapat menciptakan multiplier effect, yaitu kegiatan tersebut dapat mempengaruhi kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan membantu menjawab persoalan kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan.

Menurut Kelana (1996), Investasi yang ditanam di suatu negara atau daerah di tentukan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan kepada para pemilik modal (investor) pada investor hanya akan menanamkan modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari modal yang ditanamkan (return of investment), yaitu berupa persentase keuntungan netto (belum dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar) yang diterima lebih besar dari tingkat bunga. Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal yang dimilikinya yaitu dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut (deposito), dan menggunakannya untuk investasi. 2. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan mengenai keuntungan dimasa

(15)

harus dilakukan untuk memenuhi tambahan barang-barang modal yang diperlukan.

3. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya. Dengan bertambahnya pendapatan nasional maka tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat, daya beli masyarakat juga meningkat, total aggregat demand meningkat yang pada akhirnya akan mendorong tumbuhnya investasi lain (induced invesment).

4. Keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong para investor untuk menyediakan sebahagian dari keuntungan yang diperoleh untuk investasi-investasi baru.

5. Situasi politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor

terutama pada investor asing, untuk menanamkan modalnya. Mengingat bahwa investasi memerlukan jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh kembali modal yang ditanam dan memperoleh keuntungan sehingga stabilitas politik jangka panjang akan sangat diharapkan oleh para investor.

6. Kemajuan teknologi, dengan adanya temuan-temuan teknologi baru (inovasi),

maka akan semakin banyak kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh investor, sehingga semakin tingkat investor yang akan dicapai.

(16)

keringanan di dalam pembebanan pajak yang diberikan kepada suatu perusahaan yang mau menanamkan modalnya.

Dilihat dari potensi yang dimilikinya, Sumatera Utara memiliki peluang yang sangat besar untuk aktivitas penanaman modal baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA). Provinsi yang beribukotakan Medan ini merupakan kota ke 3 (tiga) terbesar di Indonesia setelah kota Jakarta dan Surabaya, dilihat dari luas wilayahnya, jumlah penduduk, aktivitas industri dan perdagangan barang dan jasa(www.pemkomedan.go.id). Sumatera Utara juga memiliki geografi yang strategis, memiliki sumber daya alam berupa bahan mentah dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan yang dapat dipergunakan untuk membangun sektor industri. Selain itu terdapat pula potensi yang besar dari sektor-sektor lainnya seperti sektor pertambangan, sektor perindustrian, sektor pariwisata, warisan budaya luhur dan sumber daya manusia yang besar dengan tingkat pendidikan yang selalu berkembang dari waktu ke waktu.

(17)

Dari penjelasan di atas, dapat dinyatakan bahwa modal sangat diperlukan untuk melakukan suatu pembangunan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan daya tarik penanaman modal tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara. Beberapa faktor tersebut adalah faktor ekonomi dan non ekonomi. Faktor ekonomi yang digunakan adalah tabungan masyarakat, total ekspor dan pengeluaran pemerintah dan faktor non ekonomi yang digunakan adalah kelembagaan, sosial politik dan infrastruktur. Faktor-faktor tersebut akan digunakan sebagai variabel dan akan di uji dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis hanya ingin melihat pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap daya tarik investasi PMDN . Faktor-faktor tersebut digunakan sebagai variabel karena dianggap mampu melihat daya tarik investasi PMDN di Sumatera Utara meskipun tidak tertutup kemungkinan bahwa masih ada banyak faktor ekonomi atau non-ekonomi lain yang dapat mempengaruhi daya tarik investasi PMDN di Sumatera Utara. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tarik investasi di Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaiamana pengaruh tabungan masyarakat (X1) terhadap daya tarik

investasi di Sumatera Utara?

(18)

3. Bagaiamana pengaruh pengeluaran pemerintah (X3) terhadap daya tarik

investasi di Sumatera Utara?

4. Bagaimana pengaruh kelembagaan, sosial ekonomi dan infrastruktur terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh tabungan masyarakat terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh total ekspor terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap daya tarik

investasi di Sumatera Utara.

4. Untuk mengetahui pengaruh kelembagaan, sosial ekonomi dan infrastruktur terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi penulis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik investasi di Sumatera Utara.

2. Sebagai tambahan wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi di Sumatera Utara dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah Sumatera Utara. 3. Sebagai bahan studi bagi mahasiswa/mahasisiwi Fakultas Ekonomi terutama

(19)
(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Investasi

2.1.1 Pengertian Investasi

Secara umum investasi meliputi pertambahan barang-barang dan jasa dalam masyarakat seperti pertambahan mesin – mesin baru, pembuatan jalan baru, pembukaan tanah baru, dan sebagainya. Investasi adalah kegiatan yang menghubungkan masa kini dengan masa depan.

Investasi merupakan komponen dari PDB yang dituliskan dengan rumus PDB = C + I + G + (X-M). Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik dan mesin) dan investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i).

Banyak para pakar ekonomi yang mengemukakan mengenai pengertian investasi tersebut. Sukirno (2000) menyatakan bahwa “investasi didefenisikan sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan”. Dengan perkataan lain, dalam teori ekonomi investasi berarti kegiatan pembelanjaan untuk meningkatkan kapasitas memproduksi sesuatu dalam perekonomian.

(21)

maka Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku/material, mesin–mesin dan peralatan pabrik serta semua peralatan modal lain yang diperlukan dalam proses produksi. Deliarnov (1995:82) menyatakan bahwa “pengeluaran mungkin juga terjadi untuk keperluan bangunan kantor, pabrik tempat tinggal karyawan dan bangunan konstruksi lainnya dan perubahan nilai stock atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga”.

Pada dasarnya investasi didefenisikan sebagai semua pengeluaran pada barang-barang kapital riil. Akan tetapi dalam bahasa sehari-hari inve stasi juga mencakup pembelian aktiva. Waluyo (2001:53) menyatakan bahwa “secara umum pengeluaran investasi berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang ada saat ini untuk diperoleh penggunaan atau manfaatnya pada saat yang akan datang”.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian investasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.

2.1.2 Jenis – Jenis Investasi

2.1.2.1 Jenis – Jenis Investasi Menurut Guritno Mangkoesoebroto Jenis – Jenis Investasi Menurut Guritno Mangkoesoebroto adalah : 1. Investasi Riil

(22)

a. Investasi tetap bisnis (business fixed investment) mencakup peralatan dan struktur yang di beli oleh perusahaan untuk proses produksi.

b. Investasi untuk perumahan (residential Construction) mencakup perumahan baru yang di beli seseorang untuk ditinggali atau untuk disewakan.

c. Investasi perubahan bersih persediaan perusahaan (net change in business inventory) mencakup barang-barang yang di tempatkan perusahaan digudang termasuk bahan-bahan dan perlengkapan, barang setengah jadi dan barang jadi.

2. Investasi Finansial

Investasi finansial merupakan investasi terhadap surat-surat berharga, misalnya pembelian saham, obligasi dan lain sebagainya.

2.1.2.2 Jenis-Jenis Investasi Berdasarkan Kekhususan Tertentu Dari Kegiatannya

Jenis-jenis investasi berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatannya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Investasi Baru

Investasi baru yaitu investasi bagi pembuatan sistem produksi baru, baik sebagai bagian dari usaha baru maupun perluasan produksi, tetapi harus menggunakan sistemproduksi baru.

2. Investasi Peremajaan

(23)

3. Investasi Rasionalisasi

Pada kelompok ini peralatan yang lama diganti oleh yang baru tetapi dengan ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas sama dengan yang digantikannya.

4. Investasi Perluasan

Dalam kelompok investasi iniperalatannya baru sebagai pengganti yang lama, kapasitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi masih sama.

5. Investasi Modernisasi

Investasi ini digunakan untuk memproduksi barang baru dengan proses baru, atau memproduksi barang lama dengan proses yang baru.

6. Investasi Diversifikasi

Investasi ini untuk memperluas program produksi perusahaan tertentu, sesuai dengan program diversifikasi kgiatan usaha korporasi yang bersangkutan.

2.1.2.3 Jenis-Jenis Investasi Berdasarkan Dari Pelakunya Berdasarkan dari pelakunya investasi dapat kita bedakan menjadi: 1. Investasi otonom (Outonomous Invesment)

(24)

2. Investasi yang terdorong (Induced Invesment)

Investasi yang terdorong (induced Invesment), adalah investasi yang sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan pusat atau nasional . Investasi ini diadakan akibat adanya pertambahan permintaan. Pertambahan permintaan dalam hal ini terjadi karena pertambahan pendapatan. Lebih jelasnya dikatakan apabila pendapatan bertambah maka pertambahan permintaan akan digunakan untuk tambahan konsumsi. Sedangkan pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan dan apabila ada tambahan permintaan maka akan terdorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat memenuhi tambahan permintaan tersebut.

2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi laju investasi

Joseph Allois Schumpeter Investasi yang ditanam di suatu negara atau daerah, di tentukan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Tingkat keutungan yang diramalkan

Ramalan mengenai keuntungan keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada pengusaha mengenai jenis-jenis usaha yang prospektif dan dapat dilaksakan di masa depan, dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi tambahan barang-barang modal yang di perlukan.

2. Tingkat Bunga

(25)

mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal yang di milikinya yaitu :

pertama, dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut (deposito) ;

kedua, dengan menggunakannya untuk investasi. Dalam hal dimana pendapatan yang diperoleh adalah lebih dari tingkat bunga, maka pilihan terbaik adalah mendepositkan uang tersebut, dan akan menggunakannya untuk investasi apabila tingkat keuntungan yang di peroleh adalah lebih besar dari tingkat bunga yang akan dibayar.

3. Ramalan mengenai ekonomi di maasa depan

Dengan adanya ramalan tentang kondisi masa depan akan dapat menentukan tingkat investasi yang akan tercipta dalam prekonomian. Apabila ramalan di masa depan adalah baik maka investasi akan naik. Sebaliknya, apabila ramalan kondisi ekonomi di masa akan datang adalah buruk, maka tingkat investasi akan rendah. 4. Kemajuan teknologi

Dengan adanya temuan-temuan teknologi (inovasi), maka akan semakin banyak kegiatan pembaharuan yang akan di lakukan oleh pengusaha, sehingga makin tinggi tingkat investasi yang dicapai.

5. Tingkat pendapatan nassional dan perubahannya

(26)

6. Keuntungan yang di peroleh

Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong para pengusaha untuk menyediakan sebahagian keuntunngan yang diperoleh untuk investasi-investasi baru

7. Situasi politik

Kestabilan politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi para investor terutama para investor asing, untuk menanamkan modalnya. Mengingat bahwa investasi memerlukan suatu jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh kembali modal yang di tanam dan memperoleh keuntungan. Sehingga stabilitas politik jangka panjang akan di harapkan oleh investor.

8. Pengeluaran yang di lakukan pemerintah.

Pengeluaran-pengeluaran yang di lakukan oleh pemerintah dapat berupa pengeluaran pembangunan dan rutin baik itu dalam penyediaan sarana dan prasarana atau fasilitas publik dalam menunjang kegiatan investasi dan juga prekonomian secara keseluruhan baik itu skala nasional maupun daerah. Sehingga menarik para investor dalam negeri maupun asing untuk berinvestasi di suatu negara ataupun daerah.

9. Kemudahan yang di berikan oleh pemerintah setempat.

(27)

2.1.4 Sumber – sumber dana investasi

Ada banyak suber-sumber pendanaan investasi, namun sesuai dengan arahan judul, maka suber dana investasi hanya di lihat melaalui :

1. Investasi oleh masyarakat swasta nasional

Investasi oleh masyarakat lebih banyak di lakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau motif bisnis, begitu juga dengan investasi asing atau penanaman modal luar negeri dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau motif bisnis di lain sisi kita mendapatkan dampak positipnya.

2. Investasi oleh pihak Asing 2.1.5 Teori – teori Investasi

2.1.5.1 Pendekatan Marginal Efisiensi Capital (Teori Keynesian)

Marginal Efisiensi Capital (MEC) dapat didefenisikan sebagai tingkat diskonto yang menyamakan present value dari penghasilan capital dengan harga barang modal. Menurut pendekatan ini, suatu proyek investasi akan dilaksanakan apabila MEC lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku dipasar. Dari MEC dapat diperoleh efisiensi marjinal investasi (MEJ) yang memperlihatkan hubungan antara investasi dengan tingkat bunga pasar. Berdasarkan konsep MEJ ini dengan stok capital tertentu, investasi bersih (net investment) berhubungan degatif dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah investasi dan sebaliknya. MEC dan MEJ digunakan untuk membedakan antara :

1. Jumlah investasi yang seharusnya dilaksanakan oleh pengusaha agar semua

(28)

2. Investasi yang sebenarnya dilakukan para pengusaha pada suatu jangka waktu

tertentu.

Secara lebih jelasnya dalam hal ini, analisis Keynes menunjukkan tiga fakto penting yang menentukan investasi yaitu :

1. Suku bunga

Hubungan diantara investasi dan suku bunga adalah bersifat berbalikan yaitu apabila suku bunga tinggi maka gairah perusahaan untuk melakukan investasi merosot dan sebaliknya apabila suku bunga rendah maka gairah untuk melakukan investasi meningkat. Hubungan diantara investasi dan suku bunga bersifat demikian oleh karena alasan penting dari perusahaan – perusahaan untuk melakukan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan, tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi keuntungan yang akan diperoleh dan mengurangi gairah para pengusaha untuk melakukan penanaman modal. Semakin rendah suku bunga, semakin tinggi prospek untuk mendapat keuntungan dan hal ini akan meningkatkan gairah pengusaha untuk melakukan investasi.

2. Ekspektasi mengenai kegiatan ekonomi dimasa depan

(29)

3. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi akan meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya produksi. Dengan demikian kemajuan teknologi yang berlaku di berbagai kegiatan ekonomi akan mendorong lebih banyak investasi. Semakin besar biaya yang diperlukan untuk melakukan perombakan dalam teknologi yang digunakan, semakin banyak investasi yang akan dilakukan.

Kaum klasik mengatakan, investasi akan dilakukan apabila pendapatan dari investasi (return on investment) lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (rill). Kaum klasik menetapkan patokan tingkat suku bunga sebagai pertimbangan untuk mengadakan investasi. Kalau tingkat suku bunga lebih besar dari hasil pendapatan investasi (tingkat pengembalian modal), maka investasi tidak menguntungkan untuk dilakukan. Keynes mengatakan, masalah investasi baik ditinjau dari penentuan jumlahnya maupun kesempatan untuk mengadakan investasi itu sendiri, didasarkan pada konsep marginal efficiency capital (MEC).

Investasi akan dilakukan oleh investor, bila MEC yang diharapkan masih lebih besar atau tinggi dari tingkat bunga yang berlaku. Jadi jelas pertimbangan Keynes untuk terlaksananya investasi adalah factor effisiensi marginal (MEC) dari investasi itu sendiri. Effisiensi marginal modal (investasi) sangat tergantung situasi perkiraan – perkiraan dan pertimbangan investor terhadap perkembangan situasi perekonomian pada masa yang akan dating.

(30)

i1 i2

0 I1 I2 Gambar 2.1

Hubungan Tingkat Bunga Dan Investasi

Gambar diatas dapat dilihat, pada tingkat suku bunga i1 tingkat investasi akan terjadi adalah I1 begitu juga posisi MEC1. Pada tingkat bunga i2 posisi investasi adalah I2, sedangkan MEC akan menurun pada posisi MEC2. Penurunan garis MEC disebabkan oleh :

- Semakin banyaknya jumlah investasi yang terlaksana dalam setiap sector

perekonomian, makin rendahlah marginal efficiency of capital, pemusatan investasi pada sektor – sector ekonomi akan menyebabkan penurunan MEC sektor – sector ekonomi tersebut.

- Semakin banyak investasi yang dilaksanakan, maka biaya dari barang modal menjadi lebih tinggi dibebankan pada produksi. Sehingga pengusaha akan berusaha merebut pasar dengan menurunkan harga, ini menyebabkan terjadi nya penurunan MEC setiap sektor ekonomi.

2.1.5.2 Teori Akselerator Fleksibel (Flexible Accelerator Model)

Dalam teori akselerator fleksibel, investasi dipengaruhi oleh perbedaan antara stok capital yang diinginkan dan stok capital aktual. Semakin besar perbedaan antara stok capital ini semakin besar investasi. Karena dalam

MEC 1

MEC 2

MEC

(31)

akselerator ini investasi di pengaruhi oleh stok capital yang diinginkan (desired capital stock), maka setiap faktor yang mempengaruhi stok capital yang diinginkan akan memperngaruhi investasi. Oleh sebab itu peningkatan output yang diinginkan, penurunan tingkat bunga riil dan keringanan pajak investasi (termasuk tax holiday) dan faktor lainnya akan meningkatkan investas.

Bila terjadi pertambahan pendapatan dalam masyarakat secara langsung akan menyebabkan kenaikan konsumsi (walaupun pertambahan konsumsi tidak sebesar pertambahan pendapatan). Dengan bertambahnya pengeluaran konsumsi masyarakat ini tentu perusahaan akan menaikkan tingkat produksinya. Untuk perluasan inilah diperlukan pertambahan barang modal atau investasi baru (modal kerja, faktor produksi, bahan baku. Mulia (1997:130) menyatakan bahwa “untuk lebih jelasnya, pertambahan investasi ini terjadi akibat adanya pertambahan permintaan efektif masyarakat (konsumsi)”. Pertambahan investasi disebabkan adanya konsumsi, ini sangat tergantung pada koefisien akselerasi (percepatan), yaitu perbandingan antara pertambahan investasi dengan pertambahan konsumsi. 2.2 Tabungan Masyarakat

2.2.1 Pengertian Tabungan Masyarakat

Pengertian tabungan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

(32)

disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

2.2.2 Jenis – Jenis Tabungan

Jenis – jenis tabungan dibedakan pada dua jenis yaitu : 1. Tabungan pemerintah

Tabungan pemerintah merupakan tabungan yang diperoleh dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran pembangunan. Dimana penerimaan rutin bersumber dari migas dan non migas.

2. Tabungan masyarakat

Tabungan masyarakat terbagi dua yaitu :

a. Perseroan (personal saving), simpanan yang diselisihkan setelah dikurangi

dengan pengeluaran konsumsi yang disimpan pada lembaga keuangan atau dapat dikatakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran.

b. Tabungan perusahaan (corporate saving / bussines saving), merupakan tabungan yang berasal dari keuntungan perusahaan. Tabungan ini biasanya berasal dari aktivitas – aktivitas dalam menjalankan usaha.

c. Simpanan Deposito (time deposit)

Menurut UU No. 10 tahun 1998 deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

2.3 Ekspor Non Migas 2.3.1 Pengertian Ekspor

(33)

ekspor akan memperoleh devisa yang akan digunakan bagi penyelenggaraan industri/pembangunan di suatu negara, dengan asumsi ekspor yang terjadi haruslah dengan diversifikasi ekspor sehingga bila kerugian dalam satu macam barang akan dapat diimbangi oleh keunggulan dari komoditi lainnya.

Michael P. Todaro (2000:167) menyatakan bahwa “ekspor adalah kegiatan perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negara yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang fleksibel”.

Pendapat lain mengenai pengertian ekspor diungkapkan oleh G. M dan Balwin. Mereka menyatakan ekspor adalah salah satu sektor perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara dimana dapat mengadakan perluasan dalam sekotor industri, sehingga mendorong industri lain,dan selanjutnya dapat mendorong perkembangan sektor lainnya dalam suatu perekonomian.

Berdasarkan UU No. 10/95 Pasal 1 ayat 14, yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Berdasarkan beberapa defenisi mengenai ekspor di atas, dapat disimpulkan bahwa eksprt merupakan salah satu sektor yang berperan dalam perekonomian. Beberapa peranan sektor ekspor adalah:

a. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru yang dapat meningkatkan

(34)

b. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan, karena industri

tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang dibutuhkan apabila barang – barang itu akan dijual di dalam negeri. Misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan riil yang rendah atau hubungan fasilitas infrastruktur yang belum memadai.

c. Pasar di seberang lautan memperluas pasar bagi barang – barang tertentu.

Sebagai mana ditekankan pleh para ahli ekonomi klasik, suatu industri dapat tumbuh dengan cepat jika industri itu dapat menjual hasilnya diseberang lautan dari pada hanya di pasar dalam negeri yang lebih sempit.

Ekspor Non Migas ( ekspor diluar minyak dan gas bumi) merupakan salah satu komponen yang sangat mendukung keberhasilan pembangunan ekonomi. Hal ini tidak lepas dari keberhasilan pemerintah dalam mengadakan diversifikasi sektor pendukung pembangunan ekonomi untuk mengurangi ketergantungan Indonesia termasuk Sumatera Utara terhadap migas baik dalam penerimaan negara maupun dalam penerimaan ekspor karena harga minyak yg cenderung mengandung unsur ketidakpastian.

Strategi pengembangan ekspor non migas pada dasarnya ditujukan untuk menciptakan struktur ekonomi yang tangguh. Struktur ekspor yang tangguh dapat tercapai apabila jenis produk ekspor Sumatera Utara telah beragam.

Prospek ekspor non migas Sumatera Utara tidak terlepas dari pengaruh peraturan dan kebijakan perdagangan internasional maupun bilateral. Upaya mendorong ekspor dapat dimulai dengan melakukan berbagai kajian mengenai

permasalahan ekspor. Pemahaman tentang permasalahan ekspor dapat

(35)

hal ini diharapkan dapat menjadi stimulus untuk meningkatkan kinerja ekspor dan

justru bukan menjadi distorsi bagi peningkatan ekspor. Identifikasi terhadap

faktor-faktor pendukung dan penghambat ekspor merupakan langkah awal yang

perlu dilakukan agar terjadi kesesuaian antara fasilitasi ekspor yang dilakukan

oleh pemerintah dengan kebutuhan atau harapan para pelaku ekspor.

Hasil analisis faktor terhadap faktor pendukung ekspor menghasilkan

adanya 10 faktor, yaitu:

a. promosi ekspor

b. lembaga keuangan dan infrastruktur

c. peraturan dan penegakannya

d. peran pemerintah kepada eksporir

e. kondisi internal perusahaan eksporir

f. sarana transportasi laut dan udara domestik

g. sarana telekomunikasi

h. kondisi jalan

i. kondisi moneter

j. dukungan pelayanan pemerintah

2.4 Pengeluaran Pemerintah

2.4.1 Pengertian Pengeluaran Pemerintah

(36)

Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek penggunaan sumber daya ekonomi yang secara langsung dikuasai oleh pemerintah dan secara tidak langsung dimiliki oleh mastarakat melalui pembayaran pajak.

2.4.2 Jenis – Jenis Pengeluaran Pemerintah

Di Indonesia pengeluaran pemerintah dibagi dua yaitu: 2.4.2.1 Pengeluaran rutin

Pengeluaran rutin adalah pengeluaran untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan pemerintahan sehari – hari yang dibelanjakan setiap tahun dan memiliki anggaran secara teratur. Yang termasuk dalam pengeluaran rutin adalah belanja pegawai,subsidi daerah otonom,bunga dan cicilan utang dal lain – lain.

Anggaran belanja rutin berperan sangat penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintahan serta upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas yang pada gilirannya akan menunjang tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan. Penghematan dan efisiensi pengeluaran rutin perlu dilakukan untuk menambah besarnya tabungan pemerintah yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan nasional.

Penghematan dan efisiensi tersebut antara lain dapat diupayakan melalui pinjaman, alokasi pengeluaran rutin, dan pengendalian kordinasi pelaksanaan pembelian barang – barang dan jasa kebutuhan departemen atau lembaga negara non departemen dan pengurangan berbagai macam subsidi secara bertahap yang dapat digunakan untuk menambah biaya belanja pembangunan.

2.4.2.2 Pengeluaran Pembangunan

(37)

gedung – gedung, jembatan, pembelian kendaraan maupun pembangunan non fisik seperti penataran, training dan sebagainya.

Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk membiayai program – program pembangunan sehingga anggarannya selalu disesuaikan dengan dana yang berhasil dimobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada berbagai bidang sesuai dengan prioritas yang direncanakan pemerintah. Selain untuk membiayai pengeluaran sektoral melalui departemen/lembaga pengeluaran pembangunan juga membiayai proyek – proyek khusus daerah yang dikenal sebagai proyek Inpres (Instruksi Presiden) pusat maupun masing masing daerah.

Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama di sisi pengeluaran yang dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.

b. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai, perubahan gaji pegawai yang mempunyai proses makroekonomi dimana perubahan gaji pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung.

c. Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment.

(38)

Perubahan dalam pengeluaran pemerintah dan pajak akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa kebijakan fiskal dapat digunakan untuk menstabilkan perekonomian. Jika perekonomian berada dalam keadaan reseri, pajak harus dikurangi atau pengeluaran ditingkatkan untuk menaikkan output. Jika sedang berada dalam masa makmur pajak seharusnya dinaikkan atau pengeluaran pemerintah dikurangi.

Suparmoko menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah dapat dinilai dan dibedakan dari berbagai segi, yaitu :

a. Pengeluaran itu merupakan investasi untuk menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa – masa mendatang.

b. Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan badi

masyarakat.

c. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.

d. Penyediaan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga beli yang lebih luas.

2.4.3 Sifat-sifat pengeluaran pemerintah:

a. Pengeluran yang self liquidating sebagian atau seluruhnya yaitu pengeluaran pemerintah yang berupa pemberian jasa kepada masyarakat yang pada akhirnya adanya pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima jasa-jasa tersebut.

b. Pengeluaran pemerintah yang bersifat reproduktif, artinya mewujudkan

(39)

pemerintah. Misalnya pengeluaran untuk bidang pengairan, pertanian, pendidikan, kesehatan masyarakat.

c. Pengeluaran yang tidak self liquidating maupun yang tidak reproduktif yaitu pengeluaran yang langsung menambah kesejahteraan masyarakat. Misalnya dalam bidang rekreasi, pendirian monumen, objek – objek wisata dan sebagainya.

d. Pengeluran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan. Misalnya: untuk pembiayaan pertahanan dan perang.

e. Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa yang akan datang. Misalnya pengeluaran untuk anak yatim piatu. (Suparmoko, 1996;

2.5 Penelitian Terdahulu

H.Amiruddin, Sya’adAfifuddin, Iskandar Syarif dan Sirojuzilam melakukan penelitian untuk melihat pengaruh pendapatan regional (diproxy dengan PDRB),pengeluaran pemerintah,total ekspor,tingkat suku bunga dalam negeri dan tingkat inlasi terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara. Analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan menggunakan data selama kurun waktu 1980 – 2002 dengan menggunakan model persamaan Ordinary Least Square (OLS). Dari penelitian tersebut diketahui bahwa :

1. Koefisien Determinasi (R2) sebesar 85,92 persen yang berarti secara keseluruhan variabel bebas dalam persamaan tersebut cukup mampu menjelaskan variasi perkembangan investasi.

(40)

disimpulkan bahwa semua variabel independen secara bersama – sama mempengaruhi variabel dependen.

3. Hasil dari masing – masing variabel :

a. Variabel pendapatan regional memperlihatkan tanda koefisien regresi yang positif sebesar 0,214 dan nilai t statistik sebesar 2,146 yang lebih besar dari t tabel sebesar 2,120. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan regional memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

b. Variabel pengeluaran pemerintah memperlihatkan tanda koefisien regresi yang positif sebesar 1,482 dengan nilai t statistik sebesar 4,106 yang lebih besar dari t tabel sebesar 2,921. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99 persen.

c. Variabel total ekspor memiliki tanda koefisien regresi yang positif sebesar 0,032 dengan nilai t statistik sebesar 2,135 yang lebih besar dari t tabel sebesar 2,120, yang berarti ekspor Sumatera Utara memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara secara statistik dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

(41)

e. Variabel tingkat inflasi memiliki tanda koefisien regresi yang negatif

sebesar 4847,785 dengan nilai t statistik sebesar -0,595 yang lebih besar dari t tabel sebesar -1,746. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi memberikan pengaruh yang negatif tetapi tidak signifikan secara statistik terhadap perkembangan Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 90 persen.

Yayuk Masitoh (2009) melakukan penelitian untuk melihat pengarh tingkat suku bunga, inflasi, pendapatan perkapita masyarakat dan kondisi perkembangan ekonomi terhadap perlambatan investasi di Sumatera Utara. Analisis yang digunakan adalah analisis linear berganda dengan enggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Generalized Least Square (GLS) dan menggunakan dua jenis data, yaitu data berkala (time series) yakni data Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara secara keseluruhan dari tahun 1999 sampai tahun 2009 dan data

cross section yakni data yang diperoleh dari 10 Negara di Sumatera Utara pada tahun 1999 dan 2009 untuk membandingkan pengaruh Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Investasi di Sumatera Utara pada saat sebelum krisis (1995) dan pada saat sesudah krisis (2007). Hasil penelitiannya adalah :

1. Hasil regresi data time series diperoleh hasil:

a. Koefisien determinasi (R²) sebesar 0.81, artinya variabel tingkat Nilai Uang (X) mampu menjelaskan variasi perubahan pengaruhnya terhadap variabel Investasi si Sumatera Utara sebesar 81% sedangkan sisanya 19% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi

(42)

Penanaman Modal Asing meningkat 1% cateris paribus maka akan meningkatkan Nilai Tukar Uang Di Sumatera Utara sebesar 1.0097%. Dari hasil uji t diketahui bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel, dengan begitu berarti Ha diterima. Artinya koefisien variabel tingkat urbanisasi signifikan terhadap Investasi di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99% (α=1%).

2. Hasil regresi data cross section sebelum krisis ekonomi :

a. Koefisien determinasi (R²) sebesar 0.54, artinya variabel tingkat Nilai Mata Uang (X) mampu menjelaskan variasi perubahan pengaruhnya terhadap variabel pertumbuhan Investasi sebesar 54%, sedangkan sisanya 46% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. b. Koefisien regresi tingkat Investasi menunjukkan nilai positif yaitu sebesar

0.2990, artinya bahwa apabila terjadi kenaikan tingkat Investasi sebesar 10% maka akan meningkatkan Nilai Mata Uang sebesar 2.9%, cateris paribusdan diketahui bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel, dengan begitu berarti Ha diterima. Artinya koefisien variabel tingkat Nilai Mata Uang signifikan terhadap variabel pertumbuhan Investasi di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%)

3. Hasil regresi data cross section sesudah krisis ekonomi :

(43)

b. Nilai mata uang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan investasi di

Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi tingkat Investasi yang menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 0.7504, artinya bahwa apabila terjadi kenaikan tingkat Nilai mata Uang sebesar 10% maka akan meningkatkan Investasi sebesar 7.5%, cateris paribus . Dari hasil uji t diatas diketahui bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel, dengan begitu berarti Ha diterima. Artinya koefisien variabel tingkat Nilai Mata Uang signifikan terhadap variabel pertumbuhan Investasi di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%).

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1. Tabungan masyarakat memiliki pengaruh yang negatif terhadap investasi. 2. Total ekspor memiliki pengaruh yang positif terhadap investasi.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh tabungan masyarakat, total ekspor dan pengeluaran pemerintah terhadap daya tarik investasi di Sumatera Utara pada tahun 1991-2010.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

• Data sekunder yaitu data yang berbentuk angka-angka dalam

bentuk time series yang bersifat kuantitatif

• Data primer yaitu data yang diperoleh dari daftar pertanyaan atau

kuesioner penelitian yang telah disediakan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

• Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini secara umum

merupakan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Bank Indonesia, website dan bahan – bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian.

• Data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada

(45)

3.3 Pengolahan Data

Dalam mengerjakan penelitian ini, penulis menggunakan program Eviews 5.1 untuk mengolah data sekunder dan menggunakan SPSS untuk mengolah data primer.

3.4 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model ekonometrika. Teknik analisis yang digunakan adalah metode Ordinary Least Squares atau OLS).

Data yang digunakan dianalisa secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statitika yaitu persamaan linear berganda. Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2, X3 )...(1)

Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi linear berganda dengan spesifikasi model sebagai berikut :

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3 + µ...(2) Dimana :

Y = Investasi ( %)

X1 = Tabungan Masyarakat (%)

X2 = Total Ekspor (%)

X3 = Pengeluaran Pemerintah (%)

α = Intercept

β1β2β3 = Koefisien Regresi

µ = Tingkat Kesalahan (Term of Error)

Bentuk hipotesis diatas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

(46)

Artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (Total Ekspor), maka Y

(Investasi) mengalami kenaikan, cateris paribus.

Artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (Pengeluaran Pemerintah),

maka Y (Investasi) mengalami kenaikan, cateris paribus. 3.5 Uji Kesesuaian (Test Of Godness Of Fit)

3.5.1 Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2≤ 1).

3.5.2 Uji F-Statistik

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

H0: β1 = β2 = ...βk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha: β1≠β2 ≠...βk≠ 0 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F-hitung =

dan

F-tabel = α, k, (n-k-1)

Dimana :

(47)

k = Jumlah variabel independen n = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan :

H0: β1= β2= 0 H0 diterima (F-hitung < F-tabel) artinya variabel independen

secara serentak/bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha: β1≠ β2≠ 0 Ha diterima (F-hitung > F-tabel) artinya variabel independen

secara serentak/bersama-samaberpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Gambar 3.1 Kurva Uji F statistik 3.5.3 Uji t-Statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak signifikan

Ho diterima

(48)

terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0: βi = β

Ha: βi≠ β

Dimana βi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter

hipotesis. Arinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa

variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

t-hitung = dan t-tabel = α/2 , (n-k-1)

Dimana :

β1 = Koefisien variabel independen ke-i

β = Nilai hipotesis nol

Sβ1 = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan :

 Jika nilai uji t statistik bernilai positif

- H0 diterima bila (t-hitung < t-tabel) artinya variabel independen

secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. - Ha diterima bila (t-hitung > t-tabel) artinya variabel independen

secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen  Jika nilai uji t statistik bernilai negatif

- H0 diterima bila (t-hitung > t-tabel) artinya variabel independen

secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

(49)

0

Gambar 3.2 Kurva Uji t-statistik 3.6 Uji Asumsi Klasik

3.6.1 Uji Normalitas

Asumsi dalam OLS adalah nilai rata-rata dari faktor pengganggu (µi) adalah

nol. Untuk menguji apakah normal atau tidaknya faktor pengganggu, maka perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera Test (J-B test). Untuk melihat apakah data telah berdistribusi normal dengan menggunakan JB-test ini adalah dengan melihat angka probability. Pratomo (2007 : 92) menyatakan bahwa “apabila angka probability > 0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya apabila angka probability < 0,05 maka data tidak berdistribusi

Ha diterima Ha diterima

(50)

3.6.2 Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah hubungan linier antara variabel independen di dalam regresi berganda dalam persamaan. Hubungan linier antara variabel independen dapat terjadi dalam bentuk hubungan linier yang sempurna (perfect)

dan hubungan linier yang kurang sempurna (imperfect). Adanya multikolinieritas ditandai dengan :

1. Nilai standart errornya memiliki nilai yang tak terhingga atau cukup besar 2. Sebagian besar tanda arah dari koefisien regresi berlawanan dengan teori

atau hipotesis.

3. Nilai koefisien determinasinya (R2) tinggi > 0,8 tetapi hanya sedikit variabel independen yang signifikan mempengaruhi variabel dependen melalui uji t.

4. Uji-t (t-rasio) tidak signifikan.

5. Adanya korelasi antar variabel independen ditandai dengan nilai koefisien korelasi diatas 0,85.

3.6.3 Autokorelasi

Autokorelasi didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Model regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi tidak terdapatdalam distribusi atau gangguan ui dilambangkan dengan :

E (ei : ej ) = 0 i ≠ j

Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi, yaitu : 1. Dengan metode grafik

(51)

3. Dengan metode L-Meli Test (uji Lagrange Multiplier)

Untuk menguji keberadaan autokorelasi digunakan uji D-W. Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut :

D-hitung =

Dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi

Ha: ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

(52)

0 dL dU 2 4-dU 4-dL

Gambar 3.3 Kurva Durbin Watson Keterangan :

0 < d < dL : Menolak H0 ; ada autokorelasi positif

dL≤ d ≤ dU : Daerah keragu-raguan (Indecision); tidak ada

keputusan

dU≤ d ≤ 4-dU : Menerima H0 ; tidak ada autokorelasi positif/negatif

4-dU≤ d ≤ 4-dL : Daerah keragu-raguan (Indecision); tidak ada

keputusan

4-dL≤ d ≤ 4 : Menolak H0 ; ada autokorelasi negative

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas • Uji Validitas

Untuk menguji validitas data yang diperoleh digunakan Pearson Correlation atau Product Moment, yaitu dengan mengkorelasikan skor

Autokorelasi (+) Autokorelasi (-)

Indecision Indecision

(53)

butir pada kuesioner dengan skor butir totalnya. Dinyatakan valid apabila nilai Rhitung > nilai Rtabel.

• Uji Reliabilitas

Untuk menguji Reliabilitas data yang diperoleh digunakan teknik Formula Alpha Cronbach. Menurut Sekaran (2000:312) indikator pengukuran reliabilitas dibagi dalam 3 kriteria, yaitu :

Jika alpha atau r hitung :

• 0,8-1,0 = Reliabilitas baik

• 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima

• Kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik

3.8 Defenisi Operasional

1. PMDN (Y) adalah pengeluaran atau pembelanjaan modal yang dilakukan perusahaan untuk menambah kemampuan berproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian dalam satuan (%).

2. Jumlah tabungan masyarakat (X1) adalah simpanan masyarakat dalam bentuk giro (demand deposit), deposit berjangka (time deposit) dan tabungan (saving deposit) dalam satuan (%).

3. Total ekspor non migas (X2) adalah total ekspor diluar minyak dan gas bumi Propinsi Sumatera Utara dalam satu tahun dalam satuan (%).

(54)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Sumatera Utara 4.1.1 Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat indonesia, terletak pada garis 1º-4° Lintang Utara dan 98º-100° Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan propinsi nangroe aeh Darrusallam, sebelah timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan propinsi Riau dan Sumatera Barat dan di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

(55)

Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah kabupten Tapanuli Selatan dengan luas 12.163,65 km2 atau 16,97% diikuti kabupaten Labuhan Batu dengan luas 9.223,18 km2 atau 12,87 % kemudian diikuti kabupaten Mandailig Natal dengan luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,23%, kabupaten Tapanuli Utara 3.800,31 km2 atau sekitar 4,79 %. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kota Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02 % dari total luas wilyah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letk dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam tiga kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran tinggi dan Pantai Timur.

4.1.2 Iklim

Karena terletak dekat garis khatulistiwa, propinsi Sumatera Utara tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas permukaan air laut, berilikim cukup panas bisa mencapai 34,2ºC, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minamalnya bisa mencapai 13,4 °C.

(56)

4.1.3 Kondisi Demografi

Sumatera Utara merupakan propinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya diIndonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap sensus penduduk (SP) tahun 2000, penduduk Sumatera Utara pada tanggal 30 juni 2000 (hari sensus) berjumlah 11,51% juta jiwa. Pada bulan april tahun 2003 dilakukan pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk juni 2006 diperkirakan sebesar 12.643.4.94 jiwa.

Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan tahun 2006 meningkat menjadi 176 jiwa per km2. Laju prtumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 % per tahun dan pada tahun 2001-2005 menjadi 1,37% per tahun dan lau pertumbuhan penduduk 2005-2006 mencapai 1,57%.

4.1.4 Potensi Wilayah

Wilayah Propinsi Sumatera Utara memliki potensi lahan yang luas dan subur untuk dikembangkan menjadi menunjang pertumbuhan industri. Laut, danau dan sungai merupakan poteni perikanan dan perhubungan, sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi energik untuk pengembangan industri pariwisata.

(57)

perkebunan, tanam pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di Sumatera Utara adalah industri pengolahan yang menunjang sektor pertanian, industri yang memproduksi barang-barang kebutuhan dalam negeri an ekspor, meliputi industri logam dasar, aneka industri kimia dasar, industri kecil dan kerajinan.

Posisi strategis wilyah Sumatera Utara dalam jalur perdagangan internsional, ditunjang oleh adanya pelabuhan udara, dan laut yaitu pelabuhan udara polonia, pinangsori, binaka, aek godang, pelabuhan laut belawan, sibolga, gunung sitoli, tnjung balai, teluk nibung, kuala tanjung dan labuhan bilik.

Selain itu Sumatera Utara juga sudah memiliki fasilitas sektor jasa yang baik. Beberapa fasilitas itu adalah fasilitas perbankan, komunikasi, perhubungan darat, telepon,faximile,teleks dan giro. Fasilitas-fasilitas ini telah berkembang dan mampu mencapai sebagian besar kecamatan yang tersebar di wilayah Sumatera Utara. Selain itu di Sumatera Utara juga terdapat lembaga – lembaga pendidikan dan peneliti, seperti : Perguruan Tinggi termasuk Politeknik, Balai Penelitian dan Balai Pelatihan kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan yang terdididk dan terampil serta hasil – hasil penelitian yang bergunan untuk pembangunan daerah.

4.1.5 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara

(58)

andalan Sumatera Utara seperti pertanian dan industri pengolahan sebagai sektor unggulan Sumatera Utara masih mencatatkan pertumbuhan positif bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2011 terutama didorong oleh aktivitas ekspor dan konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Namun pertumbuhan aktivitas konsumsi rumah tangga pada tahun ini sedikit menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya seiring dengan berkurangnya aktivitas konsumsi masyarakat yang cukup tinggi. Akan tetapi pertumbuhan investasi tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dari sisi penawaran agregat faktor cuaca diperkirakan masih akan menekan produksi sektor pertanian terutama untuk produk sub sektor perkebunan seperti sawit dan karet. Namun demikian di sisi lain penurunan produksi ditambah dengan adanya kenaikan permintaan dari negara importir besar seperti Cina akan meminu kenaikan harga komoditas di pasar sehingga memberikan keuntungan kepada produsen. Peningkatan ekspor terutama didorong oleh kenaikan harga – harga komoditas internasional seperti CPO dan karet serta kenaikan permintaan luar negeri terhadap produk-produk dari komoditas tersebut.

4.1.6 Perkembangan Investasi PMDN Non Migas

(59)

tahun 2006 yaitu sebesar Rp 945.367.898 Juta atau sebesar 20,667%. Nilai investasi yang selalu mengalami naik turun ini menunjukkan bahwa iklim investasi di Sumater Utara selalu berusaha dikembangkan oleh pemerintah. Perkembangan Investasi PMDB di Sumatera Utara dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1

Perkembangan Investasi PMDN Non Migas di Sumatera Utara (1991 – 2010)

Tahun Investasi PMDN

(Juta Rupiah)

Investasi PMDN (%)

1991 167239512 18,935

1992 199455116 19,111

1993 204832136 19,138

1994 182324884 19,021

1995 315307639 19,569

1996 367106018 19,721

1997 431296905 19,882

1998 462963335 19,953

1999 532380125 20,093

2000 547205675 20,120

2001 600093337 20,213

2002 687081683 20,348

2003 861057432 20,574

2004 889276857 20,606

2005 925670987 20,646

2006 945367898 20,667

2007 348780000 19,670

2008 203634000 19,132

2009 377999000 19,750

2010 391333723 19,785

(60)

4.1.7 Perkembangan Total Ekspor

Total ekspor Sumatera Utara mengalami naik turun setiap tahunnya, namun nilainya cenderung stabil atau kalaupun mengalami penurunan, nilainya tidak terlalu besar. Total ekspor tertinggi ada di tahun 2010 yaitu sebesar 76869246807 atau sama dengan 25,0654% dan nilai ekpor terendah adal di tahun 1991 sebesar 3277586600 atau 21,9104%. Perkembangan total ekspor di Sumatera Utara dapat dilihat pad tabel berikut ini.

Tabel 4.2

Perkembangan Total Ekspor Non Migas di Sumatera Utara (1991 – 2010) Tahun Total Ekspor Non Migas

(Juta Rupiah)

Total Ekspor Non Migas (%)

1991 3277586600 21,9104

1992 3431573635 21,9563

1993 4721941570 22,2755

1994 5930760000 22,5034

1995 7400604308 22,7248

1996 7402331964 22,7251

1997 16746696000 23,5415

1998 22309772850 23,8283

1999 18615958600 23,6473

2000 22834420875 23,8515

2001 22415681600 23,8330

2002 21518302860 23,7922

2003 19898253025 23,7139

2004 34639604420 24,2683

2005 42718693010 24,4779

2006 46528614660 24,5633

2007 63935004044 24,8811

2008 97744879350 25,3056

2009 59103101600 24,8025

2010 76869246807 25,0654

(61)

4.1.8 Perkembangan Tabungan Masyarakat

Tabungan masyarakat naik turun setiap tahun. Nilai tabungan masyarakat terendah adalah pada tahun 1991 sebesar Rp 1.891.464 Juta atau sekitar 14,4529 %. Dan nilai tabungan masyarakat yang tertinggi pa tahun 2010 sebesar Rp 78.914.344 atau 18,1839 %.

Tabel 4.3

Perkembangan Tabungan Masyarakat di Sumatera Utara (1991 – 2010) Tahun Tabungan Masyarakat

(Juta Rupiah)

1998 15320651 16,5447

1999 18791062 16,7489

2000 20608861 16,8412

2001 23480980 16,9717

2002 25427570 17,0513

2003 29509125 17,2002

2004 34754195 17,3638

2005 38282151 17,4605

2006 43053134 17,5779

2007 49763056 17,7228

2008 58328983 17,8816

2009 68442123 18,0415

2010 78914344 18,1839

Sumber : Bank Indonesia

4.1.9 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

(62)

daerah Sumatera Utara sangat dipengaruhi dan bergantung pada penerimaan daerah sendiri. Jika penerimaan daerah Sumatera utara mengalami kenaikan akan meningkatkan belanja daerahnya pula. Dengan banyaknya pembangunan infrastruktur di Sumatera Utara, memacu meningkatkan belanja pembangunan daerah Sumatera Utara. Mulai tahun 2003 hingga tahun 2006, belanja pembangunan selalu meningkat. Pengeluaran pemerintah yang paling besar ada di tahun 2010 yaitu sebesar Rp 3.833.180 Juta atau sekitar 15,1592% dan yang terendah ada di tahun 1999 yaitu sebesar Rp 342000 Juta atau sekitar 12,7443%. Untuk lebih jelas dapat dilihat di tabel berikut ini

Tabel 4.4

Perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Sumatera Utara (1991 – 2010) Tahun Pengeluaran Pemerintah

(63)

4.2 Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Faktor Ekonomi

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan diolah dengan menggunakan program Eviews 5.1, maka diperoleh hasil berikut ini :

Tabel 4.5

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 23.28858 3.170361 7.345718 0.0000

TABUNGAN 0.534675 0.161027 3.320410 0.0043

EKSPOR -0.842692 0.358265 -2.352145 0.0318

PP 0.026116 0.310296 0.084164 0.9340

R-squared 0.607308 Mean dependent var 19.84672

Adjusted R-squared 0.533678 S.D. dependent var 0.569148

S.E. of regression 0.388658 Akaike info criterion 1.124624

Sum squared resid 2.416883 Schwarz criterion 1.323770

Log likelihood -7.246235 F-statistic 8.248128

Durbin-Watson stat 0.842421 Prob(F-statistic) 0.001522

Sumber : Hasil Regresi Eviews 5.1

4.2.1 Interprestasi Model

Berdasarkan hasil regresi, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.607308. Artinya variabel

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan Tingkat Bunga Dan Investasi
Gambar 3.1 Kurva Uji F statistik
Gambar 3.2 Kurva Uji t-statistik
Gambar 3.3 Kurva Durbin Watson
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari koefisien masing-masing variabel, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengaruh variabel PDRB, Kurs, Inflasi, Ekspor, suku bunga kredit, angkatan kerja, belanja

Secara parsial PDRB, pengeluaran pemerintah dan nilai ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara, sedangkan suku bunga

Fertilitas merupakan jumlah dari anak yang dilahirkan hidup dengan pengertian... bahwa anak yang pernah dilahirkan dalam kondisi hidup menunjukkan

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara..

Koefisien determinasi yang dinyatakan dengan R 2 untuk pengujian regresi linier. berganda yang mencakup lebih dari dua variabel adalah untuk

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara pada Januari 2017 inflasi Sumatera Utara 0,49%. Jauh dibawah inflasi nasional yang sama sebesar 1%. Pada tahun

Koefisien determinasi yang dinyatakan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi arabika dan menganalisis surplus produsen, surplus konsumen terhadap ekspor kopi arabika