FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERAN PEREMPUAN NELAYAN DALAM PRODUKSI DAN DISTRIBUSI HASIL LAUT
(Studi Kasus Pada Perempuan Pencari Kerang di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
Diajukan oleh:
DINI SAPUTRI
070901061
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Nelayan Desa Percut adalah nelayan tradisional yang masih menggunakan cara tradisional untuk menangkap hasil laut. Mata pencaharian utama ( livelihood ) di desa tersebut bergantung pada sumber daya laut, maka pendapatan mereka juga tergantung kondisi alam. Jika lingkungan alam terganggu maka mereka tidak bisa melaut atau mencari ikan. Hal ini mendorong peran perempuan juga menjadi seorang nelayan untuk menopang kehidupan perekonomian keluarga mereka. Dengan perempuan menjadi seorang nelayan, pendapatan perekonomian keluarga mereka akan bertambah sehingga kehidupan mereka dapat lebih baik lagi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang ingin memaparkan secara komprehensif tentang objek penelitian, dalam hal ini kasus nelayan, yaitu peran perempuan nelayan dalam produksi dan ditribusi hasil laut.Peneliti memfokuskan objeknya adalah nelayan pperempuan pencari kerang. Untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain yaitu; observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Observasi partisipasi dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan dan melihat secara langsung kegiatan nelayan dalam kesehariannya juag melihat proses produksi pengolahan hasil tangkapan laut dan proses distribusinya. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan interview guide, hal ini dilakukan untuk mengetahui realita yang ada dengan melihat pendapat dari situasi internal dan eksternal kondisi social ekonomi nelayan. Penelitian ini dilakukan terhadap 12 (dua belas) orang informan, yaitu 10 (sepuluh) orang nelayan perempuan dan 1 ( satu ) orang nelayan laki-laki juga 1 ( satu )orang ketua kelompok nelayan
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji bagi Allah SWT, Dzat yang menguasai setiap jiwa, mencengkeram
semua nyawa, hanya dengan izin-Nya terlaksana segala macam kebaikan dan teraih
segala macam kesuksesan. Shalawat beriring rahmat serta salam semoga Allah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sebaik-baiknya suri teladan umat.
Alhamdulillah, Atas izin Allah SWT dan juga dukungan, doa, serta motivasi dari keluarga, kerabat, dan sahabat, pada akhirnya peneliti mampu menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Peran Perempuan Nelayan Dalam Produksi dan Distribusi Hasil Laut
”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir untuk memperoleh
gelar sarjana pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik USU.
Dalam penyusunannya, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Namun sedikit-banyaknya skripsi ini mampu memberikan gambaran
mengenai peran Perempuan Nelayan dalam produksi dan distribusi hasil laut.
Akhirul kalam, peneliti memohon maaf atas semua keterbatasan yang terdapat di dalam skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan sekali untuk penulisan
karya ilmiah yang lebih baik lagi.
Medan, Februari 2012
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, syukur tiada henti peneliti haturkan kepada Allah SWT, Rabb Semesta Alam, hanya kepada-Nya lah semua akan kembali. Salawat dan salam teruntuk pelita
sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umat dengan cahaya yang
benderang.
Hidup adalah perjuangan dan doa. Mengutip hikmah di atas, peneliti menyadari di
samping giatnya usaha peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, selalu ada doa dan
dukungan yang menyertai. Maka dari itu pada halaman ini izinkan peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik USU, Prof.Dr.Badaruddin M Si, serta
Pembantu Dekan I, II,dan III yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada
peneliti untuk mengikuti pendidikan program sarjana di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
USU.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Program Studi Sosiologi, Dra. Lina Sudarwati Msi , dan
Drs.T. Ilham Saladin,MSP.
4. Dosen Pembimbing Bapak Drs.Henry Sitorus Msi yang dengan penuh perhatian telah
memberikan dorongan, bimbingan, dan pengarahan kepada peneliti sehingga skripsi ini
dapat peneliti rampungkan.
5. Seluruh staf pengajar Program Studi Sosiologi USU khususnya Kak Feni dan Kak Beti
yang telah memberikan pengarahan kepada peniliti selama masa perkuliahan.
6. Terima kasih tak terhingga atas segala dukungan dari Ibu Santi Pratischa Hutabarat
tercinta. Terima kasih atas setiap doa tulus yang tak pernah putus. Tiada kata yang dapat
mewakili rasa syukur karena menjadi anak. Ayahanda Samsuddin Hutasuhut yang
senantiasa memberikan doa dan bantuan moril dan materil selama peneliti dalam masa
perkuliahan .
7. Terima kasih juga kepada adik peniliti Alisa Adelia, Sakinah, Rizky Pratama, Ilham
Nur, Ridzhan Hutabarat, Syafdan , Hidayat Frans Santoso yang selalu menjadi motivasi
dan inspirasi bagi peneliti untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
8. Terima kasih tak terhingga juga kepada Keluarga Hutasuhut dan Hutabarat, Tulang
Doli Hutabarat, Sandra Dewi. S.Sos, Ir. Iskandar Hutabarat, Ir. Liliana Simnjuntak, Roy
Isnan, Boy Isheriadi, Ismardiana, Ade Ismiati, Ismarini, Isman, Ismail, Reza, Kiki,
Khairun nisa, Diah Pangestu, Dr. Ilham Fadli, Fitri Oktavia Hutabarat, Kasrun, M. Husin
Hutasuhut, Siti Rama Hutasuhut, Tiasanah Hutasuhut, Fatimah Hutasuhut, Samsidar
Hutasuhut, Siti Rohani Hutasuhut, Asnah Hutasuhut, Deliana Purba, Diana Fanderman,
Yolanda, Sarah, Angga, Zacky, Hafifah, Ganda, Juni , Monang terimakasih tak terhingga
peneliti ucapkan atas dukungan yang luar biasa.
9. Untuk Nenek dan Kakek tercinta Almh. Nenek Sariani Siregar, Hj. Hormat
Tarigan,Almh. Hj. Riana Hutabarat, Almh. Hj. Rohana Siregar, Nur Aini Ida Siregar,
Asnah Pane, Dr.Duma Sari Hutabarat, Maleny, Nila Mariati.SPd , Latifah SE.P. nenek
tercinta yang menyadarkan peneliti bahwa belajar itu tidak mengenal usia, dan selalu
memberi nasihat kepada Peneliti. Kepada Kakek tercinta, H. Selamat Hutabarat, Alm. H.
M. Tohir Hutasuhut, H. Ruslan Ramly, Maratua Hutasuhut, H. Marasaid Hutabarat, H.
Sarbeni Hutabarat, H. Syafruddin Hutabarat, Drs. H. Majid Hutabarat, yang selalu
memberikan motivasi dan bantuan moril maupun materi kepada peneliti.
10. Keluarga Besar di Medan yang memberikan tempat tinggal bagi peneliti selama
menempuh masa perkuliahan , Kepada Dr. Duma Sari Hutabarat, Evi Ganevia Ekadu,
Drs. Djoko Basuki, H. Fredi Hutabarat, SE, Amelia Pohan, Amd., Prof. DR. Djohar
Arifin Husein, terimakasih atas kemurahan hati yang telah diberi kepada Peneliti.
11.Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Sosiologi ( IMASI ) yang bersama-sama telah
melewati masa suka dan duka selama masa perkuliahan.
12. Teruntuk Keluarga Ihtada Yogaisty, Amd. , Ibunda Hj. Endang, Ayahanda Drs. H.
Prayugo, Mas Zaki, Spd, Adinda Ahda Segati, Ummu, yang selalu memberi harapan dan
inspirasi kepada peneliti.
13. Kepada kerabat, jiran tetangga, Warga Perumahan Pusri, JL. Mataram, Kelurahan
jamaah Masjid Al”Ikhlash, Anggota Posko yang diketuai Pak Supadi, Warga Jalan Ade
Irma Suryani , khusunya wilayah belakang Suzuki, Jamaah Masjid Bakti, Warga Jalan
Enggang , dan Jamaah Masjid Darul Aman. Terimakasih atas peran yang telah mewarnai
perjalanan hidup peneliti.
14. Untuk sahabat dan guru tercinta, TK. Sandi Putra, SD Yayasan Perguruan Keluarga,
SLTP N 2 ,dan Madrasah Aliyah Negeri Pematang Siantar, terima kasih untuk setiap hal
yang telah dilakukan bersama-sama, Siti Mai Sarah Pane Amd, Rizky Evianti Prawira
SE, Melvi , Emy, Alfan, Bibie, Ilham yang telah menjadi teman yang selalu mendukung
dan ada di setiap susah dan senang peneliti.
15. Teman-teman Sosiologi FISIP USU Angkatan 2007 semoga silaturahmi tetap
terjaga selamanya .
16. Junior dan Senior Sosiologi FISIP USU terima kasih buat pertemanan selama dalam
masa perkuliahan.
17. Kepada para tim CSRC UIN Syarif Hidayatullah, dan PT. Pertamina Yang
memberikan kepercayaan dan pelajaran kepada saya sebagai enumerator pada
penilitiannya.
Setiap bagian kecil dari kalian telah memberikan warna di dalam kehidupan peneliti.
Semoga Allah menggantikan segala kebaikan dengan pahala yang berlimpah. Amin...
Akhirnya masa penantian itu telah tiba,
Selamat datang di dunia yang lebih nyata.
Medan, Februari 2012
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah………..1
1.2Perumusan Masalah………...3
1.3Tujuan Penelitian………...4
1.4Manfaat Penelitian………... 4
1.5Defenisi Konsep ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kedudukan Dan Peran Perempuan ... 7
2.2. Sistem Masyarakat Patriarki ... 8
2.3. Sistem Patriakat Pada Masyrakat Nelayan ... 10
2.4. Beban Kerja (double burden) ... 11
2.5. Matriproduksi Pada Masyarakat Nelayan ... 12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ... 15
3.2. Lokasi Penelitian ... 16
3.3. Unit Analisis dan Informan ... 16
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 17
3.5. Interpretasi Data ... 20
3.6. Jadwal Kegiatan ... 21
3.7. Keterbatasan Penelitian ... 22
BAB IV TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23
4.1.1. Lokasi Dan Luas Wilayah ... 23
4.1.2. Topografi Kelurahan ... 23
4.1.3. Keadaan Penduduk………...24
4.1.4. Komposisi Penduduk ………...25
4.1.5. Sarana Dan Pasarana Kelurahan ………..28
4.1.6.Sistem Ekonomi……….30
4.2. Profil Informan………32
4.2.1. Profil Nelayan ... 32
4.3. Interpretasi Data Penelitian ... 56
4.3.1.Perilaku Ekonomi Masyarakat Nelayan ... 56
4.3.2.Peran Perempuan Pada Keluarga Nelayan ... 65
4.3.4.Peran Dalam Kegiatan Produksi Dan Distribusi ... 76 4.3.5.Hambatan-hambatan Nelayan Perempuan ... 79 BAB V PENUTUP
DAFTAR TABEL
Tabel 3.6 Jadwal Kegiatan ... 21 Tabel 4.1.3.1. Jumlah Penduduk Menurut Desa Tahun 2010 ... 24 Tabel 4.1.4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
ABSTRAK
Nelayan Desa Percut adalah nelayan tradisional yang masih menggunakan cara tradisional untuk menangkap hasil laut. Mata pencaharian utama ( livelihood ) di desa tersebut bergantung pada sumber daya laut, maka pendapatan mereka juga tergantung kondisi alam. Jika lingkungan alam terganggu maka mereka tidak bisa melaut atau mencari ikan. Hal ini mendorong peran perempuan juga menjadi seorang nelayan untuk menopang kehidupan perekonomian keluarga mereka. Dengan perempuan menjadi seorang nelayan, pendapatan perekonomian keluarga mereka akan bertambah sehingga kehidupan mereka dapat lebih baik lagi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang ingin memaparkan secara komprehensif tentang objek penelitian, dalam hal ini kasus nelayan, yaitu peran perempuan nelayan dalam produksi dan ditribusi hasil laut.Peneliti memfokuskan objeknya adalah nelayan pperempuan pencari kerang. Untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain yaitu; observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Observasi partisipasi dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan dan melihat secara langsung kegiatan nelayan dalam kesehariannya juag melihat proses produksi pengolahan hasil tangkapan laut dan proses distribusinya. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan interview guide, hal ini dilakukan untuk mengetahui realita yang ada dengan melihat pendapat dari situasi internal dan eksternal kondisi social ekonomi nelayan. Penelitian ini dilakukan terhadap 12 (dua belas) orang informan, yaitu 10 (sepuluh) orang nelayan perempuan dan 1 ( satu ) orang nelayan laki-laki juga 1 ( satu )orang ketua kelompok nelayan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat tradisional nelayan merupakan masyarakat yang mengalami kesulitan dalam kehidupannya di bidang ekonomi, karena ketergantungan mereka pada sumber daya laut, maka pendapatan mereka juga tergantung kondisi alam. Jika lingkungan alam terganggu maka mereka tidak bisa melaut atau mencari ikan. Hal ini mendorong peran perempuan juga menjadi seorang nelayan untuk menopang kehidupan perekonomian keluarga mereka. Dengan perempuan menjadi seorang nelayan, pendapatan perekonomian keluarga mereka akan bertambah sehingga kehidupan mereka dapat lebih baik lagi. Namun di Desa Percut, Kabupaten Deli Serdang sebagian besar masyarakat bernelayan terutama ibu-ibu rumah tangga yang menjadi nelayan pencari kerang. Padahal ancaman bagi nelayan pencari kerang saat melaut seperti serangan hewan air seperti ular air, ubur-ubur dan ikan ikan sembilang yang dapat mebahayakan kesehatan dan keselamatan nelayan. Ancaman lain yaitu kapal yang digunakan mati atau rusak di pertengahan perjalanan. Kerang yang dibawa juga terlalu berat dan tidak baik bagi kesehatan perempuan. Bernelayan dianggap sebagai pekerjaan untuk mendukung atau menopang perekonomian keluarga agar dapat hidup lebih baik lagi.Untuk itu para perempuan juga ikut serta dalam proses produksi dan distribusi hasil tangkapan mereka.
miskin adalah masyarakat pesisir yang berada di pedesaan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Maret tahun 2010, penduduk miskin di indonesia mencapai 32,53 juta jiwa dan 19,93 juta jiwa di antaranya adalah masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dan pedesaan. Pada Maret 2009, 63,38 persen penduduk miskin berada di daerah pesisir dan perdesaan, sedangkan pada Maret 2010 sebesar 64,23 perse 2011). Hal ini disebabkan karena ketergantungan masyarakat pesisir pada sumber daya laut sehingga besarnya pendapatan keluarga tergantung pada sumber daya dan begitu sulit mereka melepaskan ketergantungan tersebut. Kesulitan melepaskan ketergantungan terhadap sumber daya laut dan menjadi seorang nelayan berkaitan dengan makna bernelayan yang ada pada masyarakat sendiri khusunya perempuan. Apabila makna bernelayan bagi perempuan hanya sebagai strategi yang mereka lakukan untuk menambah perekonomian keluarga, mereka dapat melakukan pekerjaan lain yang lebih menguntungkan dan lebih menghasilkan pendapatan yang besar.
tepatnya di Samoa Barat 17% dari konsumsi makanan laut sehari-hari terdiri dari invertebrata yang dikumpulkan oleh perempuan, di Kiribati 84% makanan laut yang dikumpulkan oleh kedua laki-laki dan perempuan dan 16% sisanya terumbu gleaning yang ditangkap sepenuhnya oleh perempuan dan anak-anak, dan 11% rumah tangga di Kiribati bergantung sepenuhnya pada kerang yang dikumpulkan oleh perempuan dan anak-anak untuk protein, serta di Papua New Guinea 25-50% makanan laut dikumpulkan oleh perempuan. Bernelayan yang dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki yang ada di Pulau Tanga, New Irlandia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, melainkan untuk menyalurkan hobi mereka.
melatarbelakangi permpuan ikut serta menjadi nelayan, baik sebagai kebiasaan atau budaya, sebagai hobi semata, sebagai cara mobilitas sosial untuk menempati kedudukan yang seimbang dengan laki-laki, kebutuhan ekonomi, dan lainnya. Peran dan partisipasi perempuan dalam menopang kegiatan ekonomi terlihat dari keikutsertaan perempuan dalam memperkuat daya ekonomi masyarakat pesisir yang melakukan produksi dan distribusi hasil tangkapan berupa kerang. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang apakah peran perempuan nelayan dalam produksi dan distribusi hasil laut di Desa Percut Kecamatan Sei Tuan kabupaten Deli Serdang.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa faktor – faktor yang menyebabkan perempuan ikut menjadi nelayan pencari kerang ?
2. Bagaimana peran perempuan nelayan dalam produksi dan distribusi hasil laut? 3. Bagaimana peran ganda perempuan nelayan pencari kerang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor penyebab perempuan ikut menjadi nelayan pencari kerang,dan keterlibatan dalam produksi dan distribusi hasil laut serta melihat peran ganda perempuan nelayan pencari kerang di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis
a. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu sosiologi pada khususnya sosiologi ekonomi dan sosiologi gender.
2. Manfaat Praktis
b. Untuk memberikan masukan-masukan kepada pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang membutuhkannya khususnya dunia industri dan dunia usaha.
1.5 Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,kelompok,atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social.Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istialh untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yamg lainnya.
1. Peran adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencapai pemenuhan kebutuhan tertentu. Peran yang dilihat peneliti disini adalah peran nelayan pencari kerang dalam produksi dan distribusi kerang juga peran ganda perempuan nelayan dalam rumah tangga.
2. Nelayan adalah pekerjaan melaut yang dilakukan untuk mendapat hasil laut guna untuk diproduksi dan distribusi kepada orang lain.Nelayan yang dimaksud dalam penilitian ini adalah perempuan pencari kerang.
3. Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan dan mengolah produk dari hasil tangkapan laut.Produk yang dimaksud adalah kerang.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kedudukan dan Peran perempuan
Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki – laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan mana yang merupakan tuntutan budaya yang dikonstruksikan, dipelajari dan disosialisasikan. Pembedaan itu sangat penting, karena selama ini kita sering kali mencampuradukkan ciri – ciri manusia yang bersifat kodrati dan tidak berubah dengan ciri – ciri manusia yang bersifat non kodrat (gender) yang sebenarnya bisa berubah – ubah atau diubah.
Pembedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk memikirkan kembali tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada perempuan dan laki- laki. Perbedaan gender dikenal sebagai sesuatu yang tidak tetap, tidak permanen, memudahkan kita untuk membangun gambaran tentang realitas relasi perempuan dan laki – laki yang dinamis yang lebih tepat dan cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat.
mengkoreksi alat analisis sosial yang ada yang dapat digunakan untuk meneropong realitas relasi sosial lelaki dan perempuan serta akibat – akibat yang ditimbulkannya.
Jadi jelaslah mengapa gender perlu dipersoalkan. Perbedaan konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki- laki dalam masyarakat. Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktifitas. Sedemikian rupanya perbedaan gender itu melekat pada cara pandang masyarakat, sehingga masyarakat sering lupa seakan–akan hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi sebagaimana permanen dan abadinya ciri–ciri biologis yang dimiliki oleh perempuan dan laki–laki. Secara sederhana perbedaan gender telah melahirkan pembedaan peran.
Anggapan bahwa sikap perempuan feminim dan laki–laki maskulin bukanlah sesuatu yang mutlak, semutlak kepemilikan manusia atas jenis kelamin biologisnya.
2.2 Sistem Masyarakat Patriarki.
Budaya dan ideologi di bentuk oleh manusia dan disosialisasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam budaya kita, seperti juga di banyak negara dunia ketiga lain, budaya patriarki masih sangat kental. Dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan terlebih lagi dalam budaya, keadaan ketimpangan, asimetris dan subordinatif terhadap perempuan tampak sangat jelas. Dalam kondisi yang seperti itu proses marjinalisasi terhadap perempuan terjadi, pada gilirannya perempuan kehilangan otonomi atas dirinya. Eksploitasi serta kekerasan terjadi terhadap perempuan, baik di wilayah domestik maupun publik.
2.3. Sistem Patriakhat Pada Masyarakat Nelayan .
ikan), sementara wanita terlibat terutama pada tahap pasca produksi yaitu pengolahan dan pemasaran hasil tangkapan.
2.4Beban kerja (double burden)
2.5Matriproduksi Pada Masyarakat Nelayan
Matriproduksi didefinisikan sebagai corak (model) produksi berkarakter perempuan, dapat ditelusuri dari curahan waktu, nilai balik (upah) produksi, dan kapabilitas diri terhadap jenis pekerjaan. Matriproduksi yang didasarkan dari curahan waktu berproduksi dibedakan atas bekerja secara mandiri, penuh waktu, dan bekerja secara sambilan dan memperoleh pendapatan atau bukan upahan serta bekerja dengan mendapat upah. Konsep matriproduksi dibingkai dari padanan kata matriarki, matrilineal dan produksi yang digunakan untuk menjelaskan keterlibatan perempuan dalam struktur produksi dan sosial agar integritas masyarakat tetap terpelihara dinamikanya. Selain itu, konsep matriproduksi digunakan untuk reposisi perempuan dalam tatanan sosial sehubungan dengan prestasi dan nilai kerja sosial ekonominya. Model matriproduksi juga digunakan sebagai pola penyeimbangan peran dan posisi antar jenis kelamin dalam struktur ekonomi. Di tataran praktis, matriproduksi dapat dikenali dari ragam corak produksi berlabel perempuan untuk penguatan peran dan posisi tawar dalam struktur masyarakat nelayan . (Sitorus :2002
2.6 Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif.
Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna tindakan,dan mengklasifikasinya menjadi empat tipe tindakan dasar, yang dibedakan dalam konteks motif para pelakunya:
harapan ini digunakan sebagai syarat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional. Dengan kata lain, tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang mempertimbangkan tujuan dan alat-alat apa yang digunakan.
2. Tindakan Rasionalitas Nilai (berorientasi nilai) yaitu tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya atau suatu tindakan sosial yang didasarkan pada nilai dan tujuan yang sudah ditentukan. Dalam tindakan ini, aktor dari tindakan sosial tersebut tidak terlalu memperhitungkan apakah cara-cara yang dipilihnya merupakan cara yang paling tepat atau tidak.
3. Tindakan Afektif yaitu tindakan yang ditentukan oleh kondisi emosi aktor yaitu tindakan sosial yang didominasi oleh perasaan atau emosi, tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan metode yang berusaha menggambarkan, memahami, dan menafsirkan makna suatu peristiwa tingkah laku manusia dalam situasi tertentu serta menginterpretasikan objek sesuai apa yang ada.
Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tingkah laku yang di dapat dari apa yang diamati. Mengungkapkan sesuatu dibalik fenomena, mendapatkan wawasan dari penelitian. Alasan menggunakan penelitian kualitatif agar di dalam pencarian makna dibalik fenomena dapat dilakukan pengkajian secara komphrehensif, mendalam, dan mendetail. Dimana di dalam penelitian ini, penelitian kualiltatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan persoalan peran perempuan nelayan dalam produksi dan distribusi hasil laut di Desa Bagan Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
3.2 Lokasi Penelitian
perempuan di desa ini sebagian besar perempuan bekerja sebagai nelayan pencari kerang dan melakukan proses produksi juga mendistribusikan kerang langsung ke pasar.
3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis
Salah satu cara atau karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut “unit of analysis”. Hal ini dimungkinkan, karena setiap objek penelitian memiliki ciri dalam jumlah yang cukup luas seperti karakteristik individu tentunya meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status sosial dan tingkat penghasilan. Ada sejumlah unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial yaitu: individu, kelompok, organisasi sosial. Unit analisis data adalah satuan tertentu yang di perhitungkan sebagai subjek penelitian. Adapun yang menjadi unit analisis dan obek kajian dalam penelitian ini adalah para Perempuan Nelayan Pencari Kerang di Desa Bagan Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
3.3.2 Informan
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
3.4.1 Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain itu juga panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra yang lainnya (Bungin,2005:133).Dalam peniltian ini akan dilakukan observasi terhadap perempuan nelayan pencari kerang di Desa Bagan Percut,Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang tentang peran perempuan nelayan dalam produksi dan distribusi kerang .
b. Wawancara mendalam
Data ini berupa hasil teks wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel penelitian. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti (Bungin, 2005:127). Dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara mendalam kepada para perempuan nelayan yang berhubungan dengan keikutsertaan perempuan sebagai kontributif ketahanan ekonomi melalui kegiatan mencari kerang, juga dalam memperkuat daya ekonomi masyarakat nelayan karena melakukan langsung proses produksi dan distribusi kerang, juga melakukan wawancara seputar peran ganda nelayan perempuan dalam sektor domestik dan publik juga membandingkan pendapatan nelayan perempuan dan laki-laki.
c. Observasi Partisipasi
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal, dan data-data dari internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. Buku, jurnal dan lainnya diarahkan untuk mendapatkan gambaran-gambaran mengenai data kependudukan yang menjadi sasaran program, teori-teori yang mendukung masalah penelitian dan lainnya.
3.5. Interpretasi Data
Interpretasi Data adalah pencarian pengertian yang lebih luas tentang data yang telah dianalisis. Dengan kata lain, interpretasi merupakan penjelasan yang terinci tentang arti yang sebenarnya dari data yang telah dianalisis atau diapaparkan. Dengan demikian, memberikan interpretasi dari data berarti memberikan arti yang lebih luas dari data penelitian.
Interpretasi mempunyai dua aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menegakkan keseimbangan satu penelitian, dalam pengertian menghubungkan hasil suatu penelitian dengan penemuan-penemuan lainnya.
2. Untuk membuat atau menghasilkan suatu konsep yang bersifat menerangkan atau menjelaskan.
penelitian ini akan diinterpretasikan berdasarkan dukungan teori dalam kajian pustaka yang telah ditetapkan, sampai pada akhirnya sebagai laporan penelitian.
3.6 Jadwal kegiatan
No Kegiatan Bulan Ke
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Pra Proposal
2. ACC Judul
3. Penyusunan proposal penelitian
4. Seminar proposal penelitian 5. Revisi proposal penelitian
6. Penelitian ke lapangan
7. Pengumpulan data dan interpretasi data
8. Bimbingan skripsi
9. Penulisan laporan akhir
10. Sidang meja hijau
3.7. Keterbatasan penilitian.
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Lokasi dan Luas Wilayah
Desa Percut merupakan desa pesisir yang terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Desa ini mempunyai tofografi dengan batas - batas wilayah secara administratif :
Sebelah Utara : Selat Malaka
Sebelah Selatan : Desa Cinta Rakyat
Sebelah Timur : Desa Tanjung Rejo
Sebelah Barat : Desa Cinta Damai dan Pematang Lalang
4.1.2 Topografi Kelurahan
4.1.3 Keadaan Penduduk
1. Jumlah Seluruh Penduduk Dan Penyebaran Dari masing – masing Lingkungan. Pada Desa Percut memiliki jumlah penduduk secara menyeluruh, yaitu 12.946 jiwa dengan terdiri dari penduduk laki – laki sebanyak 6610 jiwa, sedangkan pada penduduk perempuan sebanyak 6336 jiwa. Jumlah penduduk sebanyak 12.946 jiwa tersebut dengan terdiri dari 2776 KK (Kepala Keluarga)
Tabel 1.1
Daftar Jumlah Penduduk Desa /Kelurahan Percut Berdasarkan Lingkungan
No Dusun Jumlah KK Jumlah Penduduk
LK PR Jumlah
1. Dusun I 275 638 575 1213
2. Dusun II 135 338 306 644
3. Dusun III 49 108 113 221
4. Dusun IV 190 401 451 852
5. Dusun V 157 364 347 711
6. Dusun VI 141 317 317 634
7. Dusun VII 108 242 224 466
8. Dusun VIII 150 379 399 778
10. Dusun X 121 262 266 528
11. Dusun XI 166 399 369 767
12. Dusun XII 100 231 255 486
13. Dusun XIII 146 364 318 682
14. Dusun XIV 138 319 299 618
15. Dusun XV 156 355 358 713
16. Dusun XVI 206 579 445 924
17. Dusun XVII 161 342 201 543
18. Dusun XVIII 211 484 473 957
Jumlah 2776 6610 6336 12.946
(Sumber :Kelurahan Percut Tahun 2010 )
4.1.4 Komposisi Penduduk
a. Komposisi Penduduk Kelurahan Percut Berdasarkan Agama Yang Dianut Tahun 2010
Pada Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang ini terdapat Jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut oleh masyarakat yang ada yaitu sebagai berikut :
2. Jumlah penduduk di Desa Percut yang menganut agama Kristen Protestan sebanyak 839 jiwa.
3. Jumlah penduduk di Desa Percut yang menganut agama Katholik sebanyak 85 jiwa.
4. Jumlah penduduk di Desa Percut yang menganut agama Hindu sebanyak 8 jiwa.
5. Jumlah penduduk di Desa Percut yang menganut agama Buddha sebanyak 13 jiwa.
b. Komposisi Penduduk Kelurahan Percut Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2010
Di dalam Desa Percut ini terdapat banyaknya penduduk sebagai tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaannya, yaitu sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai PNS sebanyak 154 jiwa.
2. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai ABRI sebanyak 5 jiwa.
3. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 120 jiwa.
4. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai pedagang dan wiraswasta sebanyak 600 jiwa
6. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai pertukangan sebanyak 45 jiwa.
7. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai buruh tani sebanyak 400 jiwa.
8. Jumlah penduduk di Desa Percut ini yang bekerja sebagai Nelayan sebanyak 950 jiwa.
c. Komposisi Penduduk Kelurahan Percut Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010
Di Desa Percut ini terdapat banyaknya penduduk menurut tingkat pendidikan seperti yang tertulis di tabel 1.2 ini, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.2
Jumlah penduduk Kelurahan Percut Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010
No Tingkat Pendidikan Jumlah/Jiwa
1 Tidak Sekolah 124
2 SD 1883
3 SMP 1618
4 SMA 3788
5 AKADEMI 25
6 PERGURUAN TINGGI 45
4.1.5 Sarana dan Prasarana Serta Ruang Aspek Fisik Kelurahan Percut Di dalam Kelurahan Percut ini terdapat delapan belas (18 ) Lingkungan, yaitu Lingkungan I, Lingkungan II, Lingkungan III, Lingkungan IV, Lingkungan V, Lingkungan VI, Lingkungan VII, Lingkungan VIII, Lingkungan IX, Lingkungan X, Lingkungan XI, Lingkungan XII, Lingkungan XIII, Lingkungan XIV, Lingkungan XV Lingkungan XVI, Lingkungan XVII, Lingkungan XVIII Kepala Desa yang menjabat sampai sekarang ini adalah bernama Bapak Faisal dan Sekretaris Kelurahan adalah Ibu Hanah. Dalam hal ini kantor resmi atau formal Kelurahan sudah ada di Jl. Dalam hal ini Kelurahan Percut beralamat di Jalan. M. Yusuf Jintan Dusun XI yang menjadi tempat kantor untuk pelayanan kepada masyarakat Kelurahan Percut untuk mengurus seperti Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Keterangan Miskin (SKTM), Surat Keterangan lainnya.
Infrastruktur yang telah ada di Kelurahan Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang cukup baik. Hal ini dapat dlihat dari pembangunan pada infrasturktur Kelurahan yaitu seperti : keadaan jalan – jalan protokol dan jalan – jalan primer (kecil) telah beraspal, penyebaran arus listrik juga telah ada di Kelurahan Percut . Untuk penyebaran air juga telah ada di Kelurahan Percut melalaui air PAM. Namun, di daerah Bagan ujung masih banyak masyarakatnya yang menggunakan fasilitas air laut sebagai MCK. Kemudian lampu – lampu penerang jalan juga ada di jalan – jalan protokol di Kelurahan Percut tersebut. Dipasangnya lamu-lampu dari Philipps di sepanjang jalan ke tangkahan.
(4) unit bangunan Mesjid di ruas – ruas jalan tertentu, sedangkan rumah ibadah Vihara dan Kelenteng tidak ada.
Kemudian dari pada itu pada sarana dan prasarana di bidang olahraga dan hiburan yang ada di Kelurahan, yaitu terdapat lapangan sepak bola, lapangan bola voli, dan lapangan bulu tangkis. Untuk kegiatan–kegiatan hiburan kepada masyarakat di Kelurahan Percut ada di tempat atau daerah ini.
Dalam bentuk perumahan penduduk atau masyarakat Kelurahan Percut terdapat banyaknya rumah menurut jenis pembuatannya, yaitu sebagai berikut.
1. Jumlah rumah penduduk Kelurahan Percut yang permanen sebanyak 345 unit bangunan rumah.
2. Jumlah rumah penduduk Kelurahan Percut yang semi permanen sebanyak 67 unit bangunan rumah.
3. Jumlah rumah penduduk Kelurahan Percut yang tidak permanen sebanyak unit 754 bangunan rumah.
4.1.6. Sistem Ekonomi
4.2. Profil Informan
4.2.1. Profil nelayan perempuan
Dalam penelitian ini terdapat informan untuk mengetahui banyak hal yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini. Para informan ini mempunyai pengetahuan dan keterlibatan langsung dalam memberi gambaran tentang peran perempuan nelayan dalam produksi dan distribusi hasil laut berupa kerang.
1.Ibu Dumasari Harahap
pengempul. Melihat keterbatasan hasil yang didapat, sekitar pukul 17.00 ibu Duma juga ikut melaut untuk mencari kerang kembali untuk tambahan penghasilan.
Berikut hasil wawancara :
“ ibu biasanya melaut kalau pagi mulai dari jam 04.00 WIB sampai kira-kira sekitar pukul 12.00 siang, biasanya kami pergi pake sampan
punya pengempul, hasil yang di dapat ndak menentu kalau lagi banyak
dapatnya sampai 15 kg, tapi kalau ga ada kerang paling hanya 5 kg.
Biasanya sesudah pulang melaut, ibu mengerjakan rumah lagi. Baru
siap itu ikut merebus dan mengopek kerang, lumayanlah buat tambahan
belanja”.
(Hasil wawancara, bulan November 2011)
Rp.10.000 . Beliau merasa masih kurang hasil yang di dapat. Untuk itu, ibu ini juga ikut melaut sore hari sekitar pukul 18.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB. Hal ini diutarakan dalam wawancara berikut:
“awalnya ibu hanya melaut satu kali sehari aja, pagi saja ,tapi ibu rasa masih kurang, orang melaut ga ada larangan kok ,jadi sore
harinya ibu ikut melaut lagi kan lumayan bisa dapat tambahan lagi,
walaupun hasilnya ga banyak tapi kan bisa lah buat tambahan jajan
anak-anak sekolah, palingan yang jadi hambatannya kalau melaut
malam hari ini kalau hujan deras dan petir kan gelap kami juga hanya
memakai cahaya dari bulan aja jadi remang-remang meraba
kerangnya, air juga jadi dalam jadi ambil kerangnya agak susah
terpaksa harus menyelam. Tapi dapat jugalah dek sekitar 8-12 kg
kerang . ”
(Hasil wawancara dengan informan Ibu Duma Sari Harahap, 2011).
di jual ke pasar. Kerang yang masih segar di jual nya seharga Rp.4000/Kg, dan kerang yang sudah di kupas dan di rebus Rp.12.000/Kg.
“….. saya membeli sampan ini saya berani-beranikannya hutang ama saudara, hitung-hitung modal usaha, kalau ga begitu ga nampak
uangnya kemana, kalau udah punya sampan sendiri awak kan tahu
mau langsung diapakan kerang ni, mau awak jual langsung kalau ga
di rebus ,harganya pun lebih banyak dikit ,adalah sedikit untung buat
awak olah dan simpan buat bayar sampan ni dek. Usaha ni harus
berani kita mulai dek. Kalau untung Alhamdulillah ,kalau rugi akibat
awak lah. Lagi pula anak ibu kan udah besar-besar bisa lah ibu
tinggal jualan ke pajak jadi orang tu pun bisa bantu-bantu ibu juga
merebus dan mengopek kerang, jadi semualah dek kami ikut mengolah
kerang ini”.
(Hasil wawancara November , 2011)
2. Ibu Salmiah
ibu Salmiah ini. Faktor ekonomi yang menyebakan keikutsertaan ibu ini mencari nafkah dengan mengantungkan pendapatan di laut. Awalnya Beliau mengikut ibunya melaut sewaktu masih gadis, yang dulu pendapatannya hanya di gunakan untuk membeli keperluan buat perempuan saja. Sejak umur 16 tahun Ibu ini sudah ikut melaut.Selang 3 Tahun kemudian beliau menikah, sempat berhenti melaut karena beliau hamil kira-kira 2 tahun tidak ikut mengambil kerang di Laut. Kira-kira anaknya berumur 2 tahun ibu ini memutuskan untuk kembali melaut dengan alasan menambah uang belanja. Beliau melaut hanya sore hari saja, karena anaknya masih kecil.Sekitar pukul 18.00 WIB, beliau pergi melaut, sebelumnya Beliau harus menyiapkan makan malam buat anak-anaknya. Kegiatan mencari kerang itu dilakukannya dengan menggunakan sampan pengempul yang di bayarnya Rp.1000/nelayan sekali melaut. Hasil yang didapatnya paling banyak 20 kg. Hal ini diutarakan dalam wawancara berikut :
“kalau awak melaut hanya sore hari karena anak ibu masih kecil dek, jadi kalau di tinggal sore yang penting dia udah ibu kasih makan sore
, kalau malam udah tidurnya dia. Pulang ibu melaut jam 23.00 WIB,
kalau hasil yang didapat ga tentu dek , paling banyak 20 kg, nanti
paginya siap masak jam 09.00 udah siap nyuci dan tidurkan anak ibu
baru kerang hasil tangkapan tadi malam kadang ibu jual ke
pengempul, kalau ibu sempat ibu rebus kerangnya”.
3 Ibu Fatimah .
Ibu Fatimah yang berusai 53 tahun merupakan ibu yang tinggal lama di Desa Percut ini beralamat di Dusun XVIII Desa Percut. Ibu ini mempunyai 6 orang anak yang semuanya sudah berumah tangga. Ibu ini mulai dari awal berumah tangga sudah menjadi nelayan pencari kerang. Pekerjaan menjadi nelayan sudah menjadi kebiasaan nya sehari-hari.Sudah 30 tahun ibu ini menjadi nelayan pencari kerang .Alasan Beliau tertarik menjadi nelayan karena faktor ekonomi yang lemah, Suami beliau mempunyai sakit yang agak serius jadi tidak bisa kerja berat. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangga mereka, suaminya hanya bekerja sebagai pembuat jala penangkap ikan. Untuk itu, ibu Fatimah harus ikut juga bekerja membantu pendapatan keluarga. Faktor ekonomi yang menjadi salah satu pendorong utama ibu ini menjadi nelayan. Berikut hasil wawancara :
“ kalau ibu ga melaut ga ngepullah asap dapur kami dek, walaupun dapatnya cuma sedikit tapi bisalah buat beli lauk sehari,biasanya kerang yang di dapat
paling banyak 20 Kg.Kira-kira dapat Rp.30.000 lah sekali melaut”.
(Hasil Wawancara November : 2011 )
4.Ibu Ida
Ibu Ida merupakan salah satu nelayan perempuan berusia 48 tahun yang bekerja sudah 18 tahun dalam sektor perairan. Beliau seorang ibu yang belum dikarunia anak. Suami Beliau bekerja sebagai Nelayan Buruh yang bekerja dengan nelayan Fish Net. Keikutsertaan ibu ini langsung mengambil kerang ke laut karena turun temurun keluarganya bekerja melaut. Sejak usia 18 tahun beliau sudah ikut melaut bersama ibunya. Awalnya ibunya tidak setuju kalau anak perempuannya juga ikut melaut, namun karena rasa penasaran dan keinginan dari ibu Ida yang begitu besar untuk mencari uang jajan sendiri maka ibunya membolehkan dirinya untuk ikut melaut. Selain itu, karena keterbatasan pendidikan yang hanya belakang tamatan sekolah dasar maka dengan pertimbangan rumah didekat pesisir maka beliau memutuskan untuk melaut. Setelah menikah Ibu Ida tetap melanjutkan kegiatan melautnya, suaminya juga tidak mempermasalahkan pekerjaannya itu. Ibu Ida pergi melaut hanya satu kali saja sore hari antara pukul 17.00 WIB - 23.00 WIB dengan menggunakan sampan milik keluarganya . Kebetulan keluarga Ibu Ida termasuk salah satu pengempul di Desa Percut di daerah Serdang. Beliau tidak perlu membayar uang sewa lagi kalau hendak pergi melaut. Biasanya jatah Ibu Ida melaut malam hari. Adanya pembagian peran dalam keluarga dapat terlihat dalam hasil wawancara berikut ini :
“kalau awak pergi melaut sore hari ampe malam hari, sekitar pukul 23.00 WI. Sampelah dirumah awak diamkanlah kerang yang didapat tu. Besok pagi awak
malamlah, udah itu Bapak jugalah yang menunggu pelanggan yang beli di
rumah”.
( Hasil Wawancara November : 2011 )
5.Ibu Deliana
yang melatar belakangi Ibu Deli menjadi Nelayan Pencari Kerang dapat terlihat dalam hasil wawancara berikut ini :
“.. Kalau awak, sejak anak Ibu yang kedua umur tiga tahunnya baru ikut melaut. Awalnya Ibu datang ke Desa ini, masih belum berani Ibu melaut, Ibu kan yang
pendatangnya disini. Kalau aslinya dari Tebingnya Ibu, karena kawin Ibu sama
pariban Ibu dibawalah Ibu kesini. Tinggallah Ibu dirumah mertua Ibu yang juga
Nelayan. Sejak anak Ibu yang kedua umur tiga tahun udah makin ga cukup gaji
itu kayaknya, Tahulah yang beli susu, beli baju, belum lagi udah sekolah anak
Ibu yang besar. Kalau dulu masih satu anak dan masih kecik , masih bisalah Ibu
cukup-cukupkan. Tapi bertambah anak, makin besar pula makin banyaklah
kebutuhan, terpaksalah melaut. “
( Hasil Wawancara November : 2011 )
Ibu Deli melaut hanya satu kali dalam sehari , yaitu di pagi hari dari pukul 04.00 wib sampai pukul 12.00 wib, Untuk proses pendistribusian Ibu Deli menggunakan jasa Pengempul, selain itu Ibu Deli menjual kerang mentah bukan yang direbus, alasannya karena lelah dan tidak adanya alat perebusan.
“Ibu melaut sekali aja , pagi jam 4 sampai jam 12, pulangnya langsung Ibu jual
ke pengempul , ga” usahlah pala direbus , yang mentah aja Ibu jual, karena udah
capek dan ga’ ada juga alat-alat merebusnya”
6.Ibu Kanang
Ibu Kanang adalah salah satu warga Desa Percut yang berumur 32 tahun yang sudah sepuluh tahun bekerja sebagai pengempul kerang. Ibu dari saru anak ini hanya melakukan aktivitas merebus dan mendistribusikan kerang ke Pasar Tuasan dan Pasar Cempaka. Alasan Beliau tidak ikut melaut karena Beliau merasa nyaman dengan hanya sebagai distributor. Selain itu Beliau juga punya modal untuk melakukan kegiatan ini. Jadi Ibu Kanang membeli kerang mentah dari para Nelayan Pencari Kerang, kemudian merebus dan memasarkannya ke Pasar menggunakan becak barang yang dibelinya empat tahun lalu, sebelum mempunyai becak sendiri Beliau menggunakan jasa sewa becak. Ibu Kanang dan suaminya bersama-sama bekerja sebagai Pengempul, untuk kegiatan mengopek kerang Ibu Kanang memeanfaat tenaga warga sekitar. Upah yang diberikan untuk Satu mug kerang yang sudah dikopek adalah Rp. 500. Setiap hari Ibu Kanang pergi dengan menggunakan becak yang dikendarai oleh suaminya ke Pasar untuk mengantarkan kerang kepada para customer mereka. Banyaknya kerang yang dipasok perharinya sekitar 50 kg. Dan keuntungan yang didapat dari setiap kilogram kerang yang dijual sekitar Rp.1500. Proses kegiatan Pengempul kerang yang dilakukan Ibu Kanang dapat terlihat dari wawancara berikut ini:
‘…. Kalau Ibu , Cuma pengempulnya. Ga” ikut melaut. Karena ada modal Ibu, Ibu
belilah dari Nelayan-nelayan disini. Terus Ibu Rebuslah di Tong ini dek. Udah itu,
Ibu kasih ke warga yang mau ngopeknya, Ibu kasihlah uang capeknya Rp.500/mug.
(Hail Wawancara November : 2011).
Selama menjadi pengempul, banyak hambatan-hambatan yang dihadapi Ibu Kanang, diantaranya: masalah Permintaan Pasar yang naik turun, kemudian masalah Harga Eceran Terendah ( floor price) yang tidak ditetapkan Pemerintah. Jadi, dalam situasi persaingan dengan pengempul lain, ada para pengempul yang menjual kerang dibawah harga pasar. Hal ini disebabkan karena mereka lebih efisien dalam pengolahan, sehingga ini dapat menyebabkan para pengempul seperti Ibu Kanang dapat kehilangan pelanggan. Selain itu, dari segi barang dagang (Merchandise Inventory) yang diperoleh dari para Nelayan pun tidak seluruhnya berkualitas baik. Karena tidak ada audit kualitas , sehingga terkadang saat proses pengopekan kerang baru diketahui bahwa ada kerang yang kopong. Hal ini dapat mengurangi profit yang diperoleh. Hal tersebut diketahui dari hasil wawancara berikut:
“…….. Kalau hambatan ya pasti adalah dek, kadang-kadang ada para pengempul
yang jual ke pajak lebih murah, ga tau awak gimana bisa murah. Jadi beralihlah
pelanggan awak ke dia dek, tapi ada juga yang udah kenal tetaplah dia ambil ke
awak. Selain itu, kendalanya ada juga masalah kalau kerang ini tak bagus, awak kan
dek ngambil dari Nelayan itu mana ada awak tengok-tengok. Di dalam goni itu awak
timbang langsung aja. Pas mau dikopeklah baru nampak banyak juga yang kopong
dan busuk kerang itu. …..”
7. Ibu Salbiah
tentang pekerjaan bernelayan yang dapat dilihat dari hasil wawancara berikut:
“ Kalau melaut sudah dari lama, Awalnya kalau dulu memang untuk cari
duit. Namanya juga anak banyak, suami pun Nelayan juganya . Tapi,
sekarang udah pada kawinnya anak Ibu semua. Sebenarnya ga” harus
kalinya Ibu melaut lagi. Tapi kayaknya enakannya ke laut, daripada di
rumah aja malah, sakit badan Ibu semua. Lagian lumayan jugalah duitnya
untuk ditabung mana tahu sakit, uangnya Ibu ambil seminggu sekali, biar
ga” terasa udah banyak”
(Hasil Wawancara :2011)
8. Ibu Tuti
“ …………Ibu jadi Nelayan karena memang udah pekerjaan umum disini ,
Saudara kandung Ibu semua Nelayan, Cuma Abang yang besarlah yang
ga” melaut, karena di Malaysia dia kerja.Lagian awakpun ga” ada
sekolah, Cuma SD nya. Yang lain pun saudara Ibu perempuan melaut
semua , sama ada sepupu Ibu dua orang, kami pakeklah sampan punya
mamak Ibu dulu. Kalau menjualnya kami langsung ke pajak, ongkos angkat
kami bagi enamlah, lebih enak, bisa sampek beda 2.000 kalau awak jual
langsung ke Pajak. Tapi peningnya awak kalau sedikit permintaan,
berkuranglah pendapatan, tapi ongkos angkut sama aja harganya……….”
(Hail Wawancara November : 2011).
9. Ibu Dahlia
pekerjaan rumah dilakukan oleh anak ke dua Beliau yang putus sekolah ketika duduk di kelas satu SMP. Di mata Ibu Dahlia menjadi seorang Nelayan adalh pekerjaan yang susah diungkapkan.
“Bagaimanalah ya , jadi Nelayan ini susah kali diungkapkan, di bilang enak enggak,
di bilang enggak enak juga enggak, kalau enak dibilang, apalah enaknya, capek,
uangnya sikit, bahayanya besar. Terus kalau ga” melaut pun, ga” puas rasanya hati
ini, rindu sama kawan-kawan itu…”
Untuk pendistribusian hasil tangkapan, Ibu Dahlia memilih untuk menjual ke pengempul dan tidak menjual langsung ke Pasar dengan alasan ongkos angkutan yang cukup mahal. Selain itu Ibu dahlia juga tidak begitu memahami proses pendistribusian langsung ke Pasar, termasuk penetapan harga. Untuk proses pengopekan dan perebusan kerang Ibu Dahlia ridak melakukannya, Dia hanya menjual kerang mentah ke Pengempul.
“Kalau awak, langsung jual ke Pengempul. Kalau ke Pajak , ga” adalah uang untuk
ongkos. Lagi pula ga” pala ngerti awak caranya ke sana, ga” ada yang kenal disana,
jadi ke Pengempul ajalah. Ibu jual kerang mentah aja ke Pengempul, karena udah
capek kali melaut, ga” sanggup lagi merebus dan mengopeknya dek, Anak Ibu pun
udah capek beresin rumah dan masak”
(Hasil Wawancara November : 2011)
Ibu Nur adalah seorang Nelayan berusia 30 tahun yang tinggal di Dusun VI Desa Percut. Ibu Nur menjadi Nelayan pagi dan soren yang bekerja sudah 5 tahun sebagai nelayan pencari kerang. Di Pagi hari Beliau melaut dari pukul 04.00 wib sampai pukul 12.00 wib. Sedangkan di sore hari , Beliau melaut dari pukul 17.00 wib sampai pukul 23.00 wib. Setiap hari beliau harus menempuh perjalanan dua jam unutk tiba di Berangas (lokasi pencarian kerang). Beliau bekerja sebagai Nelayan sejak lima tahun, pasca perceraian dengan suaminya. Semenjak menjadi single parents untuk kedua orang putrinya, Beliau pun bekerja fullday menjadi seorang Nelayan. Untuk proses produksi Ibu Nur memanfaatkan jasa Perahu yang disewa Rp.1000 /nelayan, pulang dari melaut Ibu Nur langsung menjual kerang mentah kepada Pengempul. Sedangkan untuk perebusan dan pengopekan Ibu Nur tidak melakukannya. Alasannya karena proses perebusan harus membutuhkan waktu yang cukup lama, karena Beliau harus melaut dua kali dalam sehari, selain itu Beliau juga tidak memiliki fasilitas yang memadai. Beliau merupakan salah satu Nelayan yang produktif, hasil tangkapan satu kali melaut bisa mencapai 10kg, hal ini mungkin disebabkan faktor usia yang masih muda, dan semangat untuk produkstif mengingat Nelayan adalah pekerjaan utama dan satu-satunya sumber mata pencarian untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
“ Sejak cerai sama suami lima tahun yang lalu, baru itu awak melaut. Hidup di laut
itulah awak dek dari pagi sampai malam, jam 4 pagi sampai jam 11 malamlah awak
dulu anak yang dijaga neneknya, siap itu sore melautlah lagi, ga” sempat lagi ikut
ngopek dan mererbus.”
(Hasil Wawancara November : 2011)
4.2.2 Profil Nelayan Laki-Laki
11.Pak Zauhari
Zauhari adalah seorang nelayan yang sudah berumur 45 tahun, ia merupakan penduduk asli desa Percut bersuku melayu , keturunan keluarganya rata-rata menggantungkan hidup pada dunia pesisir, ayahnnya dahulu adalah seorang nelayan pula. Karena kesulitan ekonomi sejak kelas 3 SD beliau sudah ikut melaut membantu mengerjakan usaha ayahnya. Sudah hampir 19 tahun bapak ini bekerja sebagai nelayan di Desa ini.
yang sudah direbus.Menurutnya,beban kerja istrinya lebih banyak dari pada dirinya.
12.Pak Sofian
Pak Sofian merupakan salah satu nelayan pencari ikan yang sudah lama tinggal di Desa Percut. Usia beliau 47 Tahun ,pendidikan terakhir yang didapat hanya sampai sekolah dasar. Pria suku melayu ini sudah 22 tahun beliau menggantungkan hidup hanya pada wilayah pesisir. Banyak ragam pekerjaan yang di gelutinya yang berkaitan dengan pengambilan hasil laut seperti mengambil ikan, kerang . Beliau tinggal bersama istrinya dan lima orang anaknya .Rata-rata keluarga beliau juga berprofesi sebagai nelayan.Bapak ini termasuk salah satu nelayan pengempul kerang yang mempunyai sampan dan bagan boat.Selai itu,belaiu juga adalah seorang ketua kelompok nelayan. Pak Sofian ini sering ikut melakukan kegiatan melaut dengan para nelayan perempuan. Perempuan bekerja sebagai nelayan karena faktor ekonomi dan keterbatasan pilihan pekerjaan yang ada di daerah Pesisir Desa Bagan Percut.
4.3 Interpretasi Data Penilitian.
4.3.1.Perilaku ekonomi masyarakat wilayah Pesisir.
tradisional. Namun, ada juga nelayan yang menggunakan teknologi yang berbeda yang disebut nelayan modern, hanya saja jumlahnya saja tidak banyak.
Pekerjaan lain yang ada di kawasan pesisir adalah sewa-menyewa kapal.Pada umumnnya ketergantungan masyarakat pesisir pada sektor kelautan menjadi kendala bagi masyarakat untuk berhasil keluar dari garis kemiskinan. Hal ini karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi penghasilan masyarakat pesisir, sehingga pekerjaan ini tidak menjadi solusi untuk memmenuhi kebutuhan para keluarga yang tergolong masyarakat pesisir. Inilah sebabnya dikatakan bahwa masyarakat pesisir mmemiliki variasi pemenuhan kebutuhan hidup yang kompleks.
pemberdayaan yang dapat mengeluarkan masyarakat pesisir dari jerat kehidupan yang sangat tajam dan tidak mengenal kompromi.
Keterbatasan. sosial yang dialami nelayan memang tidak terwujud dalam bentuk keterasingan, karena secara fisik masyarakat nelayan tidak dapat dikatakan terisolasi atau terasing. Namun lebih terwujud pada ketidakmampuan mereka dalam mengambil bagian dalam kegiatan ekonomi pasar secara menguntungkan, yang ditunjukkan oleh lemahnya mereka mengembangkan organisasi keluar lingkungan kerabat mereka atau komunitas lokal. Kondisi keterbatasan sosial dan kemiskinan yang diderita masyarakat nelayan disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berkaitan dengan fluktuasi musim ikan dan kerang, keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan modal, kurangnya akses, dan jaringan perdagangan ikan yang cenderung eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen, tengkulak ikan, tengkulak kerang. Kondisi ini yang mendorong perempuan ikut serta menjadi nelayan untuk menopang kegiatan ekonomi keluarga.
Pembagian kerja
produk. Peranan wanita sebagai pedagang ikan menstabilkan ekonomi pada beberapa masyarakat penangkap ikan karena pria mungkin hanya kadang-kadang menangkap ikan tetapi wanita bekerja sepanjang tahun.
Hak-hak atas sumber daya laut
Satu organisasi sosial yang sangat penting adalah pengawasan atau kepemilikan sumber daya alam. Pentingnya sistem penguasaan lahan pertanian telah diakui secara luas, tetapi penguasaan laut hingga dewasa ini jarang diperhatikan apabila membahas masyarakat nelayan . Barangkali, definisi barat yang resmi tentang laut sebagai suatu sumber daya yang terbuka buat siapa saja telah memengaruhi cara kita memandang penguasaan laut pada masyarakat lainnya. Di samping itu, sifat laut dan danau yang secara relatif sama menyebabkan pembuatan batas di laut tidak sama dengan lahan pertanian.
temukan, tetapi sering berjalan tidak sesuai dengan undang-undang nasional yang menentukan laut sebagai suatu sumber daya terbuka untuk umum.
Disamping itu, penanggulangan perselisihan hingga sekecil mungkin di antara para awak perahu tergolong cepat. Jadi, resiko fisik akibat kebutuhan yang di barengi dengan cepatnya pengambilan keputusan menciptakan nelayan secara relatif mandiri. Sifat kemandirian ini didorong lebih jauh oleh kenyataan bahwa hampir semua hak panenan perikanan di dasarkan pada waktu tiba di bandingkan dengan beberapa bentuk penguasaan. Kurangnya penguasan laut ini dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam memperkirakan periode relatif jangka pendek sumber daya dan relative tanpa ciri lingkungan kelautan. Keempat: penanganan secara khusus, pengolahan, dan pemasaran ikan membutuhkan para spesialis. Dalam banyak hak , pembagian tenaga kerja ini di dasarkan pada jenis kelamin karena terbatasnya tempat kerja, lagi pula pekerjaan ini berbahaya bagi wanita. Untuk itu, wanita seringkali alih kegiatan pengolahan dan pemasaran ikan sambil mengasuh anak.
Rumah Tangga Nelayan
Rumah tangga yang kegiatan utamanya bukan menangkap ikan, tetapi menggunakan ikan sebagai bahan proses produksi bukan dikategorikan sebagai rumah tangga nelayan. Dengan demikian, para pedagang ikan sekalipun hidup di tepi pantai juga tidak tegolong kepada kategori nelayan. Nelayan berbeda dengan petani tambak. Perbedaan yang mendasar adalah nelayan memanfaatkan wilayah pesisir sebagai tempat bekerja sedangkan petani tambak mengelola daerah rawa, sungai, sawah, dan sejenisnya untuk mengelola ikan dan produk perikanan lainnya.
Nelayan di Indonesia merupakan lapisan masyarakat yang mengalami pasang surut, kecendrungan dari sisi jumlah meningkat dari tahun ke tahun, namun dari kehidupan sosial ekonomi telah mengalami derajat penurunan dari tahun ke tahun. Nelayan muncul akibat kegiatan warisan yang turun temurun. Alternatif lain adalah nelayan tumbuh didasarkan pertimbangan ekonomi semata. Artinya, rumah tangga nelayan bertambah karena adanya tuntutan secara ekonomis dan permintaan akan hasil ikan yang meningkat dari tahun ke tahun. Pada kalangan nelayan yang bercirikan tradisional yang bercirikan berusaha pada kalangan nelayan tradisional yang bercirikan berusaha dengan perahu tanpa motor. Sekitar tujuh puluh persen dari total jumlah nelayan merupakan nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan yang sudah turun-temurun. Artinya nelayan tradisional muncul sebagai kelanjutan dari usaha orang tua juga memiliki kegiatan utama sebagai nelayan. Sementara itu, rumah tangga nelayan modern berkembaang sedemikian rupa sebagai reaksi dari permintaan pasar terhadap kebutuhan protein yang berasal dari sumber daya laut.
Tipologi Rumah Tangga Nelayan
satu produksi , sementara rumah tangga nelayan menggunakan wilayah pesisir sebagai suatu factor produksi. Pertama, pada rumah tangga tani lahan terbatas sebagai suatu factor produksi. Kedua, pada rumah tangga tani lahan terbatas penguasaannya sedangkan laut bagi rumah tangga nelayan adalah tidak terbatas yang di batasi oleh batas-batas territorial administrasi. Ketiga, petani dalam proses produksinya terkait dengan musim , sementara rumah tangga nelayan syarat dengan siklus bulan. Dari sisi jam kerja rumah tanggaa tani memanfaatkan waktu siang, Sedangkan rumah tangga nelayan dalam penangkapan ikan pada umumnya malam hari, kecuali nelayan yang mengusahakan budi daya ikan laut dan jenis produk lainnya. Dari sisi input tenaga kerja, pada rumah tangga tani besar kemungkianan peran lelaki dan wanita bersama-sama melakukan proses produksi. Sementara itu, pada rumah tangga perikanan ,penangkapan ikan merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan perempuan.
Percut Sei Tuan, dimana Peran Perempuan Nelayan dalam Produksi dan Distribusi hasil laut dilakukan dilakukan spenuhnya oleh Nelayan Perempuan tersebut, mulai dari penangkapan ke laut, pengolahan, sampai pendistribusian. Hal ini disebakan karena profesi Nelayan Perempuan di Desa ini merupakan pekerjaan yang telah diwarisi secara turun menurun oleh para perempuan di Desa Percut. Bahkan data statistik menunjukkan peningkatan jumalh Nelayan Perempuan terjadi dari tahun ke tahun. Namun kesejahteraan justru semakin menurun. Hal ini dapat dilihat dari standart of living dan quality of live masyarakat sekitar. Hal ini disebkan oleh kebutuhan yang semakin kompleks , harga kebutuhan yang semakin mahal, dan tentunya harga kerang yang murah disebakan oleh penawaran lebih banyak dari permintaan.
memilih menjadi Nelayan. Untuk Peran Domestik, seperti mengurus anak dan membersihkan rumah juga menjadi tugas mereka, Namun ada juga yang mengalihkan pekerjaan ini kepada Ibu mereka yang sudah tidak melaut lagi atau kepada anak mereka yang sudah mulai dewasa.
Untuk proses distribusi Para Perempuan Nelayan di Desa ini juga ada yang mendistribusikannya langsung kepada konsumen di Pasar, ada juga yang hanya sebagi Pengempul, dan ada juga yang hanya pergi melaut. Peningkatan jumlah Perempuan Nelayan bisa juga disebabkan karena faktor pertambahan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Jika dilihat dari aspek social, kehidupan Nelyan di Desa Percut Sei Tuan khususnya sangat Perempuan Nelayan sangat mencemaskan. Hal ini disebabkan pola pikir mereka yang menganggap hidup sangat terbatas. Pola pikir seperti ini menjadikan sebuah siklus kehidupan yang tidak berkembang dari generasi ke generasi.
4.3.2. Peran perempuan pada keluarga nelayan dalam aktivitas ekonomi.
laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga nelayan terbagi menjadi dua sektor: dalam sektor produksi, pria dominan pada kegiatan perikanan laut, sedangkan perempuan dominan pada kegiatan pengolahan hasil tangkapan juga pemasaran dari olahan hasil tangkapan tersebut namun dalam skala yang kecil. Dalam kegiatan perikanan laut dapat dikatakan bahwa pria terlibat terutama pada tahap-tahap produksi (penangkapan ikan), sementara perempuan terlibat terutama pada tahap pasca produksi yaitu pengolahan dan pemasaran hasil tangkapan. Sementara di bidang non-produksi, yaitu diberbagai lembaga kesejahteraan asli yaitu arisan perempuan lebih banyak terlibat dibandingkandengan kaum pria, diduga hal ini terjadi karena pria lebih banyak menghabiskan waktunya di laut guna mencari ikan sedangkan perempuan memiliki lebih banyak waktu didarat sehingga peluang untuk terlibat kelembagaan lebih besar.
Pergeseran dalam peran atau pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan didalam sebuah keluarga dan rumah tangga nelayan mencerminkan perubahan peranan perempuan dalam rumah tangga yang pada awalnya hanya reproduksi bergeser dengan penambahan peran yaitu peran produksi . Namun, berbeda dengan situasi yang ada pada perempuan yang ada di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, keikutsertaan perempuan dalam proses produksi dan distribusi hasil laut berupa kerang sangat besar seperti terlihat dari hasil wawancara berikut :
bertambah jumlahnya di atas 90 orang. Sampai sekarang semakin bertambah
lebih dari 150 orang , faktor ekonomi yang menjadi latar belakang
perempuan ikut serta menjadi nelayan juga menjadi warisan turun temurun
dari keluarga yang sebagian besar menggantungkan hidup pada daerah
pesisir”.
(Hasil Wawancara dengan Pak Sofian ( Ketua Kelompok Nelayan Tradisional, November : 2011
Pertambahan jumlah nelayan perempuan di Desa Percut ini dapat dianalisis karena tidak adanya lapangan pekerjaan yang ada selain mejadi nelayan.Tidak adanya proses pengolahan pasca penangkapan hasil laut juga merupakan salah satu faktor pendorong peningkatan jumlah nelayan disana. Nelayan di Desa Percut dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya akan melalui suatu proses pemanfaatan hasil alam (food gathering) sampai pada usaha dengan menggunakan akal budi (food producing) yang disesuaikan dengan lingkungan alam di sekitarnya. Kondisi ini akan berlangsung secara berkesinambungan dan akan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup ini tanpa disengaja telah terbentuk sistem pembagian kerja yang dibentuk oleh masyarakat.
bentuk pekerjaan yang mengutamakan kekuatan fisik akan dilakukan laki-laki, sementara berbagai jenis pekerjaan yang bersifat ringan didominasi kaum wanita. Demikian juga halnya dengan masyarakat yang berada di pesisir Pantai yang menggeluti kehidupan sebagai nelayan.
Pada umumnya aktivitas di laut dilakukan kaum laki-laki, sedang kaum wanita akan mengerjakan hasil tangkapan di laut seperti memilih ikan, proses pengawetan, merebus sampai menghasilkan ikan asin. Fenomena di atas merupakan gambaran secara umum tentang kehidupan masyarakat nelayan. Namun, demikian terdapat perbedaan dengan masyarakat nelayan yang ditemukan di desa Percut Kecamatan Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Aktivitas ke laut tidak hanya dilakukan kaum laki-laki, namun juga dilakukan kaum wanitanya. Keadaan ini menunjukkan telah terjadi perubahan dalam kebudayaan khususnya dalam aspek pembagian kerja berdasar jenis kelamin (sex). Adanya kepercayaan yang dimiliki masyarakat pantai bahwa wanita dipantangkan untuk ke laut,terutama dalam keadaan haid. Para penunggu laut atau hantu laut akan marah jika hal ini dilanggar dan dapat menimbulkan bencana, untuk itu perlu ditaati. Namun keadaan ini telah mulai memudar danberubah terutama bagi masyarakat nelayan di desa Percut.
Jenis-jenis Nelayan yang ada di Desa Percut :
1.Nelayan Tradisional ( Uncang ) 2.Nelayan Jaring
Keikutsertaan perempuan dalam kegiatan produksi dari proses penangkapan kerang dan proses distribusinya ke pasar merupakan salah satu bentuk penguasaan proses mata rantai ekonomi dari hulu ke hilir. Ketertarikan perempuan untuk terlibat dalam penangkapan langsung kerang dilaut juga merupakan salah satu bentuk peran produksi yang dilakukan perempuan dalam proses penguasaan Sumber daya Alam Hayati berupa kerang juga merupakan salah satu hal yang menarik untuk diteliti. Perempuan yang bekerja dalam sektor domestik juga harus melakukan peran transisi dalam menopang kegiatan ekonomi keluarga. Dalam hal ini peneliti ingin melihat faktor –faktor yang menjadi alasan keikutsertaan perempuan dalam melakukan kegiatan melaut baik dari aspek ekonomi dan non ekonomi.