• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Sumatera Utara"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI Diajukan Oleh: ARDIANSYAH

060501049 Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan

(2)

ABSTRACT

Human development index (HDI) is a composite index based on three indicators, they are education, health, and standard of living or purchasing power. Three indicators were mutually affect one another. Human development index also reflection of human qualities. Qualified human is an important factor in economic growth. Whit the quality of human capital is believed to economic performance will be better. Good economic performance can also influence the number of poor society and government expenditure. The purpose of this study is to analyze the factors which influence the human development index in North Sumatera for a periode of 20 years, from 1990-2009. The dependent variable in this study is the human development index (Y), while the independent variable is the number of poor society (X1), the economic growth (X2), and the government expenditure (X3).

The research methods used in this analysis is the Ordinary Least Square (OLS), using analytical tools to process the data is Eviews 5.1.

The result show that the coefficient of determination (R2) is equal to 0.8695 which means that the independen variable (the number of poor society, the economic growth and the government expenditure) can give an explanation the dependent variable (the human development index) of 86.95 % and the others 13,05% described by others variables not included in the models estimation. F-count>F-table (35,55>5,29) which means the number of poor society, the economic growth, and the government expenditure overall significant effect on the human development index in North Sumatera on 99% confidence level.

(3)

ABSTRAK

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks komposit yang didasarkan pada tiga indikator yakni pendidikan,kesehatan,dan standar kehidupan atau daya beli. ketiga indikator tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Indeks pembangunan manusia merupakan cerminan kualitas manusia. Manusia yang berkualitas merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi. Dengan modal kualitas manusia kinerja ekonomi diyakini akan lebih baik. Kinerja ekonomi yang baik dapat pula berpengaruh pada tingkat kemiskinan dan pengeluaran pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia di Sumatera Utara dalam kurun waktu 20 tahun, mulai dari 1990-2009. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah jumlah penduduk miskin (X1), pertumbuhan ekonomi (X2), pengeluaran pemerintah (X3).

Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Square (OLS), dengan menggunakan metode regresi linear berganda dan alat analisis yang dipakai untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien determinasinya (R²) adalah sama dengan 0.8695 yang berarti bahwa variabel independen (Tingkat Kemiskinan,pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah) dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependen (indeks pembangunan manusia) sebesar 86,95%, sedangkan sisanya13,05% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. F- hitung > F-tabel (35.55 > 5.29). yang berarti bahwa Tingkat Kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan sebesar 99%. KataKunci : Indeks pembangunan Manusia, Jumlah Penduduk Miskin,

(4)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, dengan judul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara”.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu pelaksanaan akademis untuk memenuhi syarat perkuliahan di Program Studi Strata -1 dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini, disebabkan keterbatasan penulis. Untuk itu penulis memohon maaf, kritik serta saran yang membangun dari seluruh pihak untuk membantu dan memotivasi penulis agar lebih baik di masa yang akan datang.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu secara moril dan materil dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, yaitu :

1. Kedua orangtua penulis yaitu Anwar Tanjung dan Mardiah serta Saudara-saudara penulis, atas kasih sayang, doa serta dukungan moril dan materil yang selalu diberikan kepada penulis.

2. Bapak Drs.John Tafbu Ritonga, SE, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.soc, sc, PhD selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Prof.Dr.lic.reg.reg.Sirojuzilam,SE, selaku dosen pembimbing

(5)

6. Bapak Drs.Sahat Silaen,Msi, selaku dosen pembanding penulis yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan bagi penulis dalam penyusuynan skripsi ini.

7. Bapak Drs.Rujiman,MA selaku dosen pembanding penulis yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan bagi penulis dalam penyusuynan skripsi ini.

8. Seluruh staf pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan pendidikan yang sangat berguna bagi penulis serta seluruh karyawan pada Fakultas Ekonomi Universitas sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.

9. Sahabat-sahabat penulis yaitu Abdul Aziz, Asep Andri K, Ahmat Thoib, Dewi Eva, Eldi P, Naskah, M.Azmal, Putri Natalia, Rahmat Nazmi dan Syaeruddin D atas Bantuan dan doa, semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangsih wawasan dan pemikiran bagi seluruh pihak yang membacanya dan memerlukannya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Medan, Desember 20100 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT..………...………..i

ABSTRAK… ……….……….i

KATA PENGANTAR……. ..………...ii

DAFTAR ISI.………...v

DAFTAR TABEL… ………...…...viii

DAFTAR GAMBAR ……….………...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...…………...………..1

1.2 Perumusan Masalah…...…...………...9

1.3 Hipotesis…………..………..…..9

1.4 Tujuan Penelitian……...………...9

1.5 Manfaat Penelitian…….……….10

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Indeks Pembangunan Manusia………...11

2.1.1 Definisi Pembangunan Manusia dan Pengukurannya………...11

2.1.2 Pembangunan Manusia Seutuhnya………....15

2.1.3 Metode Perhitungan dan Komponen-komponen IPM…..………...16

2.1.3.1 Metode Perhitungan IPM………..………...16

2.1.3.2 Komponen-komponen IPM………..………....17

2.2 Jumlah Penduduk Miskin………..………...22

2.2.1 Pengertian Kemiskinan….……….………...22

2.2.2 Pembangunan dan Kemiskinan….…….………....24

2.2.3 Konsep dan Indikator Kemiskinan Versi Pemerintah Indonesia.…..25

2.2.4 Penyebab Kemiskinan….………...28

2.2.5 Karakteristik atau ciri-ciri Penduduk Miskin…...………....30

2.2.6 Menguukur Kemiskinan..……...………31

2.2.7 Efek Lingkaran PerangkapTerhadap Pembangunan Ekonomi………...…………..………...33

2.3 Pertumbuhan Ekonomi………...36

2.3.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi..………...……….36

2.3.2 Mengukur Tingkat Pertumbuhan.………....36

2.3.3 Komponen Utama Pertumbuhan Ekonomi……..…...……….40

2.3.4 Teori-teori pertumbuhan..…...……….…41

2.4 Pengeluaran Pemerintah...…………..………..50

2.4.1 Pengeluaran Rutin……....………....51

2.4.2 Pengeluaran Pembangunan……....………..51

2.4.3 Teori Pengeluaran Pemerintah………...55

2.5 Penelitian Sebelumnya………...61

2.6 Kerangka Pemikiran………...63

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup Penelitian.………...64

3.2 Pendekatan Penelitian…...………64 .

(7)

3.4 Pengolahan Data.………..………..…….65

3.5 Model Analisis Data…...………...65

3.5.1 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)……...………..…..67

3.5.1.1 Uji Koefisien Determinasi (R-Square)…....………..…67

3.5.1.2 Uji T-statistik………...67

3.5.1.3 Uji F- statistic………....69

3.5.2 Uji Penyimpangan asumsi Klasik ……….………..…70

3.5.2.1 Multikolinearity….………....70

3.5.2.2 Autokorelasi……..…..………..…71

3.6 Definisi Operasional………....72

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian…..…...………..73

4.1.1 Sejarah Singkat Sumatera Utara...………..…73

4.1.2 Gambaran Umum Sumatera Utara………...75

4.1.3 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Sumatera Utara.…....83

4.1.4 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Sumatera Utara….…………....85

4.1.5 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara……….…....87

4.1.6 Perkemabangan Pengeluaran Pemerintah Sumatera Utara…...…...91

4.2 Hasil Estimasi dan Interprestasi...……..………...92

4.3 Interprestasi Model……..………...93

4.4 Test of Goodness of Fit (uji kesesuaian).………...94

4.4.1 Koefisien Determinasi (R2)…….………94

4.4.2 Parsial Test (t-stat)……..………....94

4.4.3 F-statistik (Uji keseluruhan)…...………...97

4.5 Uji Penyimpangan Asumsi klasik ……...………...……...98

4.5.1 Multikolinearity...………....98

4.5.2 Autokorelasi………..100

BAB V KESEIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan …….………..101

5.2 Saran.……….101 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1.1 Komponen IPM Sumatera Utara…..…………..………..6 2.1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM..………...18 2.2 Tahun Konversi dari Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan.………..20 4.1 Letak Geografis Sumatera Utara….………...77 4.2 Indeks Pembangunan Manusia………...84 4.3 Perkembangan Indeks Pemabangunan Manusia

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

2.1 Hubungan antara Ketiga Perangkap Kemiskinan………...35

2.2 Jumlah Penduduk Optimal………..………...42

2.3 Hubungan antara Pembangunan Manusia, Demokrasi dan Pertumbuhan Ekonomi………...47

2.4 Kerangka Barro………..48

2.5 Pendekatan Trickle Down terhadap Pembangunan……….…………..49

2.6 Virtous Triangle…...………..49

2.7 Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner………...…..58

2.8 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah………....60

3.1 Kurva Uji T-statistik …….………....68

3.2 Kurva Uji F-statistik …….………....70

4.1 Kurva Uji T-statistik Variabel Jumlah Penduduk Miskin…………...95

4.2 Kurva Uji T-statistik Variabel Pertumbuhan Ekonomi………...95

4.3 Kurva Uji T-statistik Variabel Pengeluaran Pemerintah..…………...96

4.4 Kurva F-statistik………....98

(10)

ABSTRACT

Human development index (HDI) is a composite index based on three indicators, they are education, health, and standard of living or purchasing power. Three indicators were mutually affect one another. Human development index also reflection of human qualities. Qualified human is an important factor in economic growth. Whit the quality of human capital is believed to economic performance will be better. Good economic performance can also influence the number of poor society and government expenditure. The purpose of this study is to analyze the factors which influence the human development index in North Sumatera for a periode of 20 years, from 1990-2009. The dependent variable in this study is the human development index (Y), while the independent variable is the number of poor society (X1), the economic growth (X2), and the government expenditure (X3).

The research methods used in this analysis is the Ordinary Least Square (OLS), using analytical tools to process the data is Eviews 5.1.

The result show that the coefficient of determination (R2) is equal to 0.8695 which means that the independen variable (the number of poor society, the economic growth and the government expenditure) can give an explanation the dependent variable (the human development index) of 86.95 % and the others 13,05% described by others variables not included in the models estimation. F-count>F-table (35,55>5,29) which means the number of poor society, the economic growth, and the government expenditure overall significant effect on the human development index in North Sumatera on 99% confidence level.

(11)

ABSTRAK

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks komposit yang didasarkan pada tiga indikator yakni pendidikan,kesehatan,dan standar kehidupan atau daya beli. ketiga indikator tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Indeks pembangunan manusia merupakan cerminan kualitas manusia. Manusia yang berkualitas merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi. Dengan modal kualitas manusia kinerja ekonomi diyakini akan lebih baik. Kinerja ekonomi yang baik dapat pula berpengaruh pada tingkat kemiskinan dan pengeluaran pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia di Sumatera Utara dalam kurun waktu 20 tahun, mulai dari 1990-2009. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah jumlah penduduk miskin (X1), pertumbuhan ekonomi (X2), pengeluaran pemerintah (X3).

Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Square (OLS), dengan menggunakan metode regresi linear berganda dan alat analisis yang dipakai untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien determinasinya (R²) adalah sama dengan 0.8695 yang berarti bahwa variabel independen (Tingkat Kemiskinan,pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah) dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependen (indeks pembangunan manusia) sebesar 86,95%, sedangkan sisanya13,05% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. F- hitung > F-tabel (35.55 > 5.29). yang berarti bahwa Tingkat Kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan sebesar 99%. KataKunci : Indeks pembangunan Manusia, Jumlah Penduduk Miskin,

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choice of people), yang dapat dilihat sebagai proses upaya ke arah “perluasan pilihan” dan

sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut (UNDP, 1990). Di antara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.

Pendekatan pembangunan manusia menggabungkan aspek produksi dan distribusi komoditas, serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan manusia. Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat; pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua sektor.

(13)

ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia, (2) Ekuitas, masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan yang adil. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari kesempatankesempatan ini, (3) Kesinambungan, akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Segala bentuk permodalan fisik, manusia, lingkungan hidup, harus dilengkapi, (4) Pemberdayaan, pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat dan bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka. Dengan peningkatan kemampuan, kreatifitas dan produktifitas manusia akan meningkat sehingga mereka menjadi agen pertumbuhan yang efektif.

(14)

Pertumbuhan ekonomi harus dikombinasikan dengan pemerataan hasil-hasilnya. Pemerataan kesempatan harus tersedia, baik semua orang, perempuan maupun laki-laki harus diberdayakan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kehidupan mereka. Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan.

Selain itu, secara umum pembangunan manusia dalam pengertian luas mengandung konsep teori pembangunan ekonomi yang konvensional, termasuk model pertumbuhan ekonomi, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), pendekatan kesejahteraan, dan pendekatan kebutuhan kebutuhan dasar manusia. Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan Produksi Nasional Bruto/PNB (Gross National Product/GNP). Pembangunan SDM menempatkan manusia terutama sebagai input dari proses produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai pemanfaat (beneficiaries) bukan sebagai objek perubahan. Pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan-kebutuhan hidup.

(15)

kesempatan untuk merealisasikan pengetahuan tersebut dalam kegiatan yang produktif, sehingga penduduk memiliki tingkat daya beli yang tinggi.

Dalam Laporan Pembangunan Manusia Indonesia (LPMI) menekankan perlunya Indonesia memberikan prioritas investasi yang lebih tinggi pada upaya pembangunan manusia dan bagaimana pembiayaannya. Laporan tersebut menegaskan bahwa pembangunan manusia merupakan hak asasi manusia yang sangat penting untuk meletakkan dasar kokoh bagi pertumbuhan ekonomi dan menjamin kelangsungan demokrasi dalam jangka panjang.

Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 berdampak pada menurunnya tingkat pendapatan yang diakibatkan banyaknya PHK dan menurunnya kesempatan kerja yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang meningkat dari 6% menjadi 78% selama periode 1997 sampai 1998. Krisis tersebut bukan hanya menyebabkan merosotnya pencapaian pembangunan manusia tetapi juga membawa pengaruh buruk pada tingkat kemiskinan. Sementara itu, selain pertumbuhan ekonomi, pembangunan manusia sangatlah penting dalam upaya mengurangi kemiskinan. Hal ini karena pendidikan dan kesehatan yang baik memungkinkan penduduk yang miskin untuk meningkatkan nilai asetnya mengingat hal terpenting dari mereka ialah tenaga mereka. Sehubungan dengan itu maka pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan dan kesehatan sangatlah penting.

(16)

kesemuanya itu akan menghasilkan sumber daya manusia yang kurang berkualitas, atau dapat dikatakan memiliki tingkat produktivitas yang rendah. Hal ini juga berimbas pada terbatasnya upah/pendapatan yang dapat mereka peroleh.

Indeks pembangunan manusia (IPM), atau yang dikenal dengan sebutan Human Development index (HDI) adalah indikator yang digunakan untuk

mengukur salah satu aspek penting yang berkaitan dengan kualitas dari hasil-hasil pembangunan ekonomi, yakni derajat perkembangan manusia. IPM adalah suatu indeks komposisi yang didasarkan pada tiga indikator, yakni kesehatan, pendidikan yang dicapai, dan standar kehidupan. Jadi jelas bahwa 3 unsur ini sangat penting dalam menentukan tingkat kemampuan suatu propinsi untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusianya.

Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, selain juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja, yang pada gilirannya ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah. Jadi, IPM akan meningkat apabila ketiga unsur tersebut dapat ditingkatkan, dan nilai IPM yang tinggi menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dengan kata lain terdapat korelasi positif antara nilai IPM dengan derajat keberhasilan pembangunan ekonomi.

(17)

diperingkat ke-112 lebih rendah ketimbang tahun 2000 yang menempati urutan ke 110. Dan peringkat Indonesia lebih rendah dibandingkan Philipina, Thailand bahkan Vietnam tetapi lebih baik daripada Kamboja dan Myanmar.

Pada tingkat nasional Provinsi Sumatera Utara berada pada urutan ke-7 setelah Kalimantan Tengah di posisi ke-6, Riau urutan ke-5 dan Kalimanan Timur diurutan ke-4. Sumatera Utara hanya satu urutan lebih baik dari Kepulauan Riau diurutan ke-8. Tetapi dari tahun ke tahun IPM Sumatera Utara terus mengalami kenaikan. Di tahun 2004 dengan angka 71.4 menjadi 72.03 di tahun 2005 dan ditahun 2006 menjadi 72.5 kemudian meningkat menjadi 72,78 tahun 2007 dan 73,29 ditahun 2008 dan mengalami kenaikan ditahun 2009 dengan angka 73,58.

Table 1.1

Komponen IPM Sumatera Utara Tahun 2004-2009 Tahun Harapan Hidup/ Life Expectancy (tahun) Melek Huruf/ Literacy Rate (persen) Rata-rata lama sekolah / Mean years of scholling (tahun) Pengeluaran riil per kapita / adjusted real per capita expenditure (000 Rp) IPM/ HDI

2004 68,2 96,6 8,4 616,0 71,4

2005 68,7 97,0 8,5 618,0 72,0

2006 68,8 97,0 8,6 621,4 72,5

2007 69,1 97,0 8,6 621,4 72,78

2008 69,2 97,08 8,6 629,97 73,29

2009 70,6 97,3 8,7 633,4 73,58

(18)

Komponen-komponen IPM Sumatera Utara juga menalami kenaikan. Derajat kesehatan yang terus meningkat dari tahun ketahun yang ditunjukan dengan Tingkat Harapan Hidup yang meningkat dri tahun ke tahun. Tahun 2007 dengan angka 69.1, menjadi 69.2 ditahun 2008 dan ditahun 2009 menjadi 70.6. Sedangkan indikator pendidikan yang ditunjukan dengan Tingkat Melek Hurup mengalami kenaikan walaupun dalam persentase yang kecil dengan angka 97,0 ditahun 2007, menjadi 97,08 dan 97,3 ditahun 2009. Peningkatan tersebut dampak perbaikan-perbaikan dibidang sosial oleh pemerintah daerah baik berupa pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakatnya.

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2008 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.613.800 orang, atau sebesar 12,55 persen terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Namun demikian, kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan pada tahun 2007 karena jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara menurun sekitar154.600 orang. Pada tahun 2007, penduduk miskin Sumatera Utara sebanyak 1.768.400 orang, atau 13,90 persen dan turun menjadi 1 613 800 orang atau 12,55 persen ditahun 2008 dari jumlah penduduk pada saat itu. Penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengindikasikan bahwa dampak dari program-program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah cukup berperan dalam menurunkan penduduk miskin di daerah ini.

(19)

pertumbuhan ekonomi dari tahun sebelumnya dimana pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara menjadi 6,5 persen akan tetapi mengalami kenaikan ditahun 2006 sebesar 9,3 persen. Sedangkan pada triwulan I-2007 perekonomian Sumatera Utara mengalami kenaikan sebesar 2,97 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000 dan ditahun 2009 tumbuh sebesar 5,07 persen (BPS Sumatera Utara).

Pengeluaran pemerintah provinsi Sumatera Utara dari tahun ke tahun juga cenderung mengalami peningkatan. Besar kecilnya pengeluaran sangat dipengaruhi atau sangat tergantung pada besar kecilnya penerimaan. Pada tahun anggaran 2001 pengeluaran mengalami peningkatan sebesar Rp 916,2 milyar naik ditahun 2002 menjadi Rp. 1021,3 milyar atau naik sebesar 9,40 persen. Pada tahun anggaran 2003 realisasi pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp 1352 milyar pada tahun anggaran 2003. pada tahun 2004, tahun 2005, tahun 2006 dan tahun 2007 angka ini meningkat menjadi Rp 1.501,5 milyar, Rp 1.830,6 milyar, Rp 2184,6 milyar dan Rp 2717,9 milyar.

(20)

mempelajarinya dalam bentuk skripsi yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sumatera Utara ”.

1.1Perumusan Masalah

1. Apakah jumlah penduduk miskin berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara?

2. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara?

3. Apakah pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara?

1.2Hipotesis

1. Jumlah penduduk miskin berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara ceteris paribus.

2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara ceteris paribus.

3. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara ceteris paribus.

1.3Tujuan Penelitian

(21)

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Utara.

1.4Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Hasil penelitian ini menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan juga sebagai tolak ukur atau gambaran pembagunan mansuia di Sumatera Utara.

b. Sebagai informasi bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

c. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

(22)

BAB II

URAIAN TEORETIS 2.1 Indeks Pembangunan Manusia

2.1.1 Definisi Pembangunan Manusia dan Pengukurannya

UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995). Secara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Produktivitas

Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.

2. Pemerataan

(23)

dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

3. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.

4. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.

Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak berhenti sampai disana. Pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat luas seperti kebebasan politik, ekonomi dan sosial, sampao kesempatan untuk menjadi kreatif dan produktif, dan menikmati kehidupan yang sesuai dengan harkat pribadi dan jasmani hak-hak azasi manusia merupakan bagian dari paradigma tersebut. Dengan demikian, paradigma pembangunan manusia memiliki dua sisi. Sisi pertama berupa informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial dan politik. Jika kedua sisi itu didak seimbang maka hasilnya adalah frustasi masyarakat.

(24)

pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan kesejateraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi nasional (GNP). Pembangunan manusia teruatama sebagai input dari proses produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai agen perubahan dalam pembangunan. Pendekatan kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.

Untuk dapat membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka UNDP mensponsoru sebuah proyek tahun 1989 yang dilaksanakan oleh tim ekonomi dan pembangunan. Tim tersebut menciptakan kemampuan dasar. Kemampuan dasar itu adalah umur panjang, pengetahuan dan daya beli. Umur panjang yang dikuantifikasikan dalam umur harapan hidup saat lahir atau sering disebut Angka Harapan Hidup/AHH (eo). Pengetahuan dikuantifikasikan dalam kemampuan baca tulis/ angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Daya beli dikuantifikasikan terhadap kemampuan mengakses sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak.

(25)

Karena hanya mencakup tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan manusia. Oleh karena itu, pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang penting lainnya (yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan politik, kesinambungan lingkungan, kemerataan antar generasi.

Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya beli yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi dan moneter tersebut berdampak pada tingkat pendapatan yang akibatnya banyak PHK dan menurutnya kesempata kerja yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama tahun 1997-1998. Menurutnya tingkat kesempatan kerja dalam konteks pembangunan manusia merupakan terputusnya jembatan yang menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya peningkatan kapasitas dasar penduduk.

(26)

2.1.2 Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya

Pembangunan nasional Indonesia sesungguhnya menurut GBHN yang kemudian dijabarkan ke dalam Repelita adalah pembangunan yang menganut konsep pembangunan manusia. Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara fisik, mental maupun dilakukan menitikberatkan pada pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan yang berkelanjutan.

Azas pemerataan merupakan salah satu trilogi pembangunan yang akan diimplementasikan dalam berbagai program pembangunan, adalah salah satu prinsip pembangunan manusia. Melalui strategi delapan jalur pemerataan, kebijakan pembangunan mengarah pada pemihakan terhadap kelompok penduduk yang tertinggal. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas fisik dan mental penduduk dilakukan pemerintah melalui pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan dasar. Di sektor ekonomi azas pemerataan yang diimplementasikan antara lain adalah dengan memberikan pengaruh yang sangat besar oleh karena sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbanyak. Juga upaya pemberdayaan dilakkukan usaha bagi penduduk miskin melalui program Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan Program Kukesra serta Takesra.

(27)

kemudian berpengaruh pada pengurangan laju pertambahan penduduk dalam konteks Indonesia, sesungguhnya merupakan upaya yang mempercepat terjadinya peningkatan kualitas hidup, oleh karena bagian terbesar penduduk Indonesia ditinjau dari berbagai indikator sosial berada pada tingkatan kualitas yang masih rendah.

2.1.3 Metode Perhitungan dan Komponen-komponen IPM 2.1.3.1 Metode Perhitungan IPM

Adapun komponen IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga), dan tingkat kehidupan yang layak yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (PPP rupiah), indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga komponen tersebut diatas :

IPM= 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3) Dimana :

X1 = Lamanya hidup X2 = Tingkat Pendidikan

X3 = Tingkat kehidupan yang layak

Indeks X(I,J)=(X(I,J)-X(i-min)) / (X(I,J)-X(i-max) ) Dimana :

(28)

X(i-max) = Nilai maksimal dari Xi

Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia

Sumber : Buku Panduan Kongres Nasional Pembangunan Manusia, Menko Kesra dan TKPK, 2006

2.1.3.2 Komponen-komponen IPM 1) Lamanya Hidup (Longevity)

Lamanya hidup adalah kehidupan untuk bertahan lebih lama diukur dengan indikator harapan hidup pada saat lahir ( life expectancy at birth ) (e0), angka e0 yang disajikan pada laporan ini merupakan ekstrapolasi dari angka e0 pada akhir tahun 1996 dan akhir tahun 1999 yang merupakan penyesuaian dari angka kematian bayi ( infant mortality rate ) dalam periode yang sama. Dalam publikasi ini, angka IMR untuk tingkat provinsi dihitung berdasarkan data yang diperoleh dalam sensus penduduk tahun 1971, 1980, 1990 serta data gabungan dari SUPAS 1995 dan SUSENAS 1996.

(29)

menstandarkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya, seperti yang tercantum pada tabel 2.1 di bawah ini :

Tabel 2.1

Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator Komponen IPM Nilai

Minimum

Nilai Maksimum

Keterangan

Angka Harapan Hidup (e0) 25 85 Standar UNDP

Angka Melek Huruf (Lit) 0 100 Standar

UNDP Rata-rata lama Sekolah (MYS) 0 15 Standar

UNDP Kemampuan Daya Beli (PPP) 300.000

(1996) 360.000

(1999)b

737.720a UNDP menggunakan

PDB Riil Per Kapita Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara/2007

Catatan :

(30)

b. Sama dengan dua kali garis kemiskinan di provinsi yang dimiliki tingkat konsumsi per kapita terendah pada tahun 1990, nilai minimum disesuaikan menjadi Rp 360.000. penyesuaian ini dilakukan karena krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat secara drastis sebagaimana terlihat dari peningkatan angka kemiskinan dan penurunan riil. Penambahan sebesar Rp 60.000 didasarkan pada perbedaan antara garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru yang jumlahnya Rp 5.000 per bulan (Rp 60.000 per tahun).

2) Tingkat Pendidikan

(31)
[image:31.595.144.507.219.674.2]

MYS = tahun konversi + kelas tertinggi yang pernah diduduki

Tabel 2.2

Tahun Konversi dari Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

No Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun Konversi

1 Tidak Pernah Sekolah 0

2 SD 6

3 SMP 9

4 SMA 12

5 D 1 13

6 D 2 14

7 D 3 15

8 S 1/D 4 16

9 S 2 18

10 S 3 21

(32)

3) Standar Hidup

Standar hidup dalam perhitungan IPM, didekati dari pengeluaran riil per kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antardaerah dan antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut :

1. Menghitung pengeluaran per kapita dari modul SUSENAS (=Y) 2. Menaikkan nilai Y sebesar 20% (=Y), karena berbagai studi

diperkirakan bahwa data dari SUSENAS cenderung lebih rendah dari 20%

3. Menghitung nilai daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP) untuk setiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok barang, relative terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah yang ditetapkan sebagai standar

4. Menghitung nilai riil Y1 dengan mendeflasikan Y1 dengan indeks harga konsumen (CPI) (=Y2)

5. Membagi Y2 dengan PPP untuk memperoleh Rupiah yang sudah disetarakan antar daerah (=Y3)

(33)

2.2 Jumlah Penduduk Miskin 2.2.1 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Hendra Esmara (1986) mengukur dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar yang berlaku, maka kemiskinan dapat dibagi tiga:

1. Miskin absolut yaitu apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum; pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan.

2. Miskin relatif yaitu seseorang sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

3. Miskin kultural yaitu berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantu.

(34)

1. Kemiskinan Subsistensi yaitu penghasilan rendah, jam kerja panjang, perumahan buruk, fasilitas air bersih mahal.

2. Kemiskinan Perlindungan yaitu lingkungan buruk (sanitasi, sarana pembuangan sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan tanah.

3. Kemiskinan Pemahaman yaitu kualitas pendidikan formal buruk, terbatasnya akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran atas hak, kemampuan, dan potensi untuk mengupayakan perubahan.

4. Kemiskinan Partisipasi yaitu tidak ada akses dan control atas proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas.

5. Kemiskinan Identitas yaitu terbatasnya perbauran antar kelompok sosial, terfragmentasi.

6. Kemiskinan Kebebasan yitu stress, rasa tidak berdaya, tidak aman baik ditingkat pribadi maupun komunitas.

(35)

yang sangat miskin berpenghasilan antara 2240 kg, 320 kg beras/orang/tahun, dan orang yang digolongkan sebagai termiskin berpenghasilan berkisar antara 180 kg, 240 kg beras/orang/tahun.

Menurut BPS, penduduk miskin adalah mereka yang asupan kalorinya di bawah 2,100 kalori berdasarkan kategori food dan nonfood diukur menurut infrastruktur antara lain jalan raya, rumah, serta ukuran sosial berupa kesehatan dan pendidikan.

2.2.2 Pembangunan dan Kemiskinan

Membaiknya indikator-indikator makro ekonomi diharapkan dapat memberikan dampak postif terhadap masalah pengangguran, kualitas hidup, dan terutama kemiskinan yang menjadi issue penting, dan terus mendapat perhatian serius dari setiap penyelenggaraan pemerintah. Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan masalah kemiskinan. Sebab tujuan utama dari pembangunan adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat atau pemerataan kesejahteraan. Dengan kata lain, pembangunan bertujan untuk mengentaskan kemiskinan.

Masalah pokok yang dihadapi oleh pedesaan di Indonesia adalah kemiskinan dan keterbelakangan. Keadaan ini ditandai oleh :

1. Pendapatan yang rendah dari sebagian besar penduduk pedesaan. 2. Terdapatnya kesenjangan antara golongan kaya dan miskin dalam

(36)

Kemiskinan yang terjadi di Indonesia pada umumnya melanda penduduk yang tinggal di pedesaan. Salah satu golongan miskin di pedesaan adalah mereka yang termasuk kategori petani kecil yang bertempat tinggal di daerah yang terisolir dengan kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kurang menguntungkan. Petani kecil yan ghidup dalam kemiskinan tersebut umumnya memiliki lahan pertanian yang sempit. Kecilnya luas lahan yang dimiliki mengakibatkan mereka sangat sulit meningkatkan taraf hidupnya.

Dari waktu ke waktu jumlah penduduk miskin ini semakin berkurang di daerah pedesaan sementara jumlah penduduk miskin dikota semakin banyak. Hal ini disebabkan banyak penduduk miskin dari desa yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan yan glebih baik. Akibatnya mereka bekerja di sektor informal perkotaan seperti pedangang kako lima, pedangan asongan, pemulung, gelandangan, dan sebagainya. Sebagian dari profesi ini membuat mereka tetap tergolong miskin.

2.2.3 Konsep dan Indikator Kemiskinan Versi Pemerintah Indonesia

(37)

kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk mewujudkan hak dasar masyarakat miskin, Bappenas menggunakan beberapa pendekatan utama, antara lain pendekatan kebutuhan dasar, pendikatan pendapatan, pendekatan kemampuan dasar, dan pendekatan objektif dan subjektif.

(38)

Indikator-indikator utama kemiskinan berdasarkan pendekatan di atas yang di kutip dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).

2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.

6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Tidak adanya akses dalam lapanga kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacar fisik maupun mental.

9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).

(39)

akses terhadap air bersih, lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam, lemahnya jaminan rasa aman, lemahnya pertisipasi, dan besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi.

2.2.4 Penyebab Kemiskinan

Nasikun menyoroti beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu :

1. Policy induces processes, yaitu proses kemiskinan yang dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan (induced of policy) diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.

2. Socio-economic Dualism, yaitu negara ekskoloni yang mengalami kemiskinan karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marginal karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.

3. Population Growth, yaitu perspektif yang didasari pada teori Malthus bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti deret hitung.

(40)

5. Natural Cycles and Processes, yaitu kemiskinan yang terjadi karena siklus alam. Misalnya tinggal di lahan kritis =, dimana lahan ini jika turun hujan akan terjadi banjir tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal terus-menerus.

6. The Marginalization of Woman, yaitu peminggiran kaum perempuan karena perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih rendah dari laki-laki.

7. Cultural and Ethnic Factors, yaitu bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memlihara kemiskinan. Misalnya, pola hidup konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat-istiadat yang konsumtif saat upacara adat-istiadat keagamaan.

8. Explotative Intermediation, yaitu keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti rentenir (lintah darat).

9. Internal Political Fragmentation and Civil stratfe, yaitu suatu kebijakan yang diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya yang kuat, dapat menjadi penyebab kemiskinan.

10.International Processes, yaitu bekerjanya sistem-sistem internasional (kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi semakin miskin.

(41)

1. Natural Assets; seperti tanah dan air, karena sebagian besar masyarakat desa hanya menguasai lahan yang kurang memadai untk mata pencahariannya.

2. Human Assets; menyangkut kualits sumber daya manusia yang relatif masih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan (tingkat pendidikan, pengetahuan, keterampilan maupun tingkat kesehatan dan penguasaan teknologi).

3. Physical Assets; minimnya akses ke infrastruktur dan fasilitas umum seperti jaringa n jalan, listrik dan komunikasi.

4. Financial Assets; berupa tabungan (saving), serta akses untuk memperoleh modal usaha.

5. Social Assets; berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam hal ini kekuatan bargaining position dalam pengambilan keputusan-keputusan politik.

2.2.5 Karekteristik atau Ciri-ciri Penduduk Miskin

Emil Salim (1976) mengemukakan lima karakteristik kemiskinan, kelima karakteristik kemiskinan tersebut adalah :

1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri.

2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya sendiri.

(42)

5. Diantara mereka berusaha relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai.

Ciri-ciri kelompok (penduduk) miskin, yaitu :

1. Rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja dan keterampilan.

2. Mempunyai tingkat pendidikan yang rendah.

3. Kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), setengah menganggur atau menganggur (tidak bekerja).

4. Kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu perkotaan (slum area).

5. Kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam jumlah yang cukup), bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan sosial lainnya.

Kelompok penduduk miskin yang berada pada masyarakat pedesaan dan perkotaan, pada umumnya dapat digolongkan pada buruh tani, petani gurem, pedagang kecil, nelayan, pengrajin kecil, buruh, pedagang kaki lima, pedagang asongan, pemulung, gelandangan, pengemis, dan pengagguran.

2.2.6 Mengukur Kemiskinan

(43)

ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara riil sehinga kita dapat mengurangi angka kemiskinan dengan menelusuri kemajuan yang diperoleh dalam mengentaskan kemiskinan di sepanjang waktu. Salah satu cara mengukur kemiskinan yang diterapkan di Indonesia yakni mengukur derajat ketimpangan pendapatan diantara masyarakat miskin, seperti koefisien Gini antar masyarakat miskin (GP) atau koefisien variasi pendapatan (CV) antar masyarakat miskin (CVP). Koefisien gini atau CV antar masyarakat miskin tersebut penting diketahui karena dampak guncangan perekonomian pada kemiskinan dapt sangat berbeda tergantung pada tingkat dan distribusi sumber daya diantara masyarakat miskin. Prinsip-prinsip untuk mengukur kemiskinan, yakni :

1. Anonimitas independensi, yaitu ukuran cakupan kemiskinan tidak boleh tergantung pada siapa yang miskin atau pada apakah negara tersebut mempunyai jumlah penduduk yang banyak atau sedikit. 2. Monotenisitas, yakni bahwa jika kita memberi sejumlah uang

kepada seseorang yang berada dibawah garis kemiskinan, jika diasumsikan semua pendapatan yang lain tetap maka kemiskinan yang terjadi tidak mungkin lebih tinggi dari pada sebelumnya. 3. Sensitivitas distribusional, yaitu menyatakan bahwa dengan semua

(44)

2.2.7 Efek Lingkaran Perangkap Kemiskinan Terhadap Pembangunan Ekonomi

Yang dimaksudkan dengan lingkaran perangkap kemiskinan (the vicious circle of poverty), atau dengan singkat perangkap kemiskinan, adalah serangkaian

kekuatan yang saling mempengaruhi secara sedemikian rupa sehingga menimbulkan keadaan di mana sesuatu negara akan tetap miskin dan akan tetap mengalami banyak kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih tinggi. Teori ini terutama dikaitkan kepada nama Nurkse, seorang ahli ekonomi yang merintis penelaahan mengenai masalah pembentukan modal di negara berkembang.

(45)

mencapai tingkat pembangunan yang pesat : dari segi penawaran modal dan dari segi permintaan modal.

Tiga Bentuk Perangkap Kemiskinan

Dari segi penawaran modal lingkaran perangkap kemiskinan dapat dinyatakan secara berikut. Tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, yang diakibatkan oleh tingkat produktivitas yang rendah, menyebabkan kemampuan masyarakat untuk menabung juga rendah. Ini akan menyebabkan tingkat pembentukan modal yang rendah. Keadaan yang terakhir ini selanjutnya akan dapat menyebabkan suatu negara menghadapi kekurangan barang modal dan degan demikian tingkat produktivitas akan tetap rendah. Dari segi permintaan modal, corak lingkaran perangkap kemiskinan mempunyai bentuk yang berbeda. Di negara-negara miskin perangsang untuk melaksanakan penanaman modal rendah karena luas pasar untuk berbagi jenis barang terbatas, dan hal yang belakangan disebutkan ini disebabkan oleh pendapatan masyarakat yang rendah. Sedangkan pendapatan yang rendah disebabkan oleh produktivitas yang rendah yang diwujudkan oleh pembentukan modal yang terbatas pada masa lalu. Pembentukan modal yang terbatas ini disebabkan oleh kekurangan perangsang untuk menanam modal.

Dalam bagian lain dari analisis Nurkse, ia menyatakan bahwa peningkatan pembentukan modal bukan saja dibatasi oleh lingkaran perangakap kemiskinan seperti yang dijelaskan di atas, tetapi juga oleh adanya international demonstration effect. Yang dimaksudkan dengan ini adalah kecendrungan untuk

(46)

Di samping kedua lingkaran perangkap kemisikinan ini, Meier dan Baldwin mengemukakan satu lingkaran perangkap kemiskinan lain. Lingkaran kemiskinan ini timbul dari hubungan saling mempengaruhi antara keadaan masyarakat yang masih terbelakang dan tradisional dengan kekayaan alam yang belum dikembangkan. Untuk mengembangkan kekayaan alam yang dimiliki, harus ada tenaga kerja yang mempunyai keahlian untuk memimpin dan melaksanakan berbagai macam kegiatan ekonomi.

Kekayaan alam kurang dikembangkan (3)

Masyarakat masih terbelakang Kekurangan modal

(1)

Pembentukan modal yang rendah Produktivitas rendah Tabungan rendah

Pembentukan (2) Pendapatan

[image:46.595.145.499.306.585.2]

modal rendah riil rendah

Gambar 2.1. Hubungan antara Ketiga Perangkap Kemiskinan Pada gambar di atas teori lingkaran perangkap kemiskinan menjelaskan bahwa:

(47)

3.Rendahnya taraf pendidikan, pengetahuan, dan kemahiran masyarakat, merupakan tiga faktor utama yang menghambat terciptanya pembentukan modal dan perkembangan ekonomi.

2.3 Pertumbuhan Ekonomi

2.3.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.

Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.

Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” dalam produksi itu sendiri.

Simon Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai kemampuan negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus meningkat bagi penduduknya, dimana pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan kepada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya.

2.3.2 Mengukur Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

(48)

tahun ke tahun. Dalam perhitungan pendapatan nasional berdasarkan pada harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut. Apabila menggunakan harga-harga berlaku, maka nilai pendapatan nasional menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perubahan tersebut dikarenakan oleh pertambahan barang dan jasa dalam perekonomian serta adanya kenaikan-kenaikan harga berlaku dari waktu ke waktu.

Pendapatan nasional berdasarkan harga tetap yakni perhitungan pendapatan nesional dengan menggunakan harga berlaku pada satu tahun tertentu (tahun dasar) yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun berikutnya. Nilai pendapatan nasional yang diperoleh secara harga tetap ini dinamakan pendapatan nasional riil.

Perhitungan ekonomi biasanya menggunakan data PDB triwulan dan tahunan. Adapun konsep perhitungan petumbuhan ekonomi dalam satu periode (Rahardja. 2000), yaitu :

Gt = x 100%

Dimana :

Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan)

PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga konstan)

PDBRt-1= PDBR satu periode sebelumnya

Jika interval waktu lebih dari satu periode maka perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan eksponensial :

(49)

Dimana :

PDBRt = PDBR periode t PDBR0 = PDBR periode t r = tingkat pertumbuhan t = jarak periode

Perhitungan PDB dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: 1. PDB menurut harga berlaku

Dimana PDB dengan faktor inflasi yang masih terkandung di dalamnya.

2. PDB menurut harga konstan

Dimana PDB meniadakan faktor inflasi. Artinya pengaruh perubahan harga telah dihilangkan.

Untuk menghitung besarnya pendaptan nasional atau regional, maka ada tiga metode pendekatan yang dipakai :

1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Metode ini dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan sektor ekonomi produktif dalam wilayah suatu negara. Secara matematis :

NI = P1Q1 + P2Q2 + … + PnQn Dimana :

NI = PDB (Produk Domestik Bruto).

(50)

Q1, Q2,…, Qn = Jumlah produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari adanya perhitungan ganda.

Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari adanya perhitungan ganda.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

Metode ini dihitung dengan menjumlahkan besarnya total pendapatan atau balas jasa setiap faktor-faktor produksi. Secara matematis :

Y = Yw + Yr + Yi + Yp Dimana :

Y = Pendapatan Nasional atau PDB Yw = Pendapatan Upah/ gaji

Yr = Pendapatan Sewa Yi = Pendapatan Bunga

Yp = Pendapatan Laba atau profit

3. Pendekatan Pengeluaran (Consumption Approach)

Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan berbagai golongan pembeli dalam masyarakat. Secara matematis :

Y = C + I + G + (X-M) Dimana :

Y = PDB (Produk Domestik Bruto)

(51)

G = Pengeluaran Rumah Tangga Pemerintah

(X-M) = Ekspor Netto atau Perusahaan Rumah Luar Negeri

Yang dihitung hanya nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, untuk menghindari adanya perhitungan ganda.

2.3.3 Komponen Utama Pertumbuhan Ekonomi

Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah :

1. Akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modul atau sumber daya manusia. Akumulasi modal terjdi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari.

2. Pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun setelah pertumbuhan penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumnuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestik.

(52)

pekerjaan-pekerjaan tradisional. Dalam hal ini dikenal ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu :

• Kemajuan teknologi yang bersifat netral. • Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja. • Kemajuan teknologi yang hemat modal. 2.3.4 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Ekonomi Klasik

(53)

Pendapatan per kapita Y1

M Y*PK

Y0 YPK

[image:53.595.164.423.100.304.2]

N0 N1 Jumlah Penduduk Gambar 2.2. Jumlah Penduduk Optimal

Pada gambar di atas kurva YPK menunjukkan tingkat pendapatan per kapita pada berbagai jumlah penduduk penduduk, dan M adalah puncak kurva tersebut. Maka penduduk optimal adalah jumlah penduduk sebanyak N0, dan pendapatan per kapita yang paling maksimum adalah Y0. Kurva YPK akan terus-menerus bergerak ke atas (misalnya menjadi Y*PK). Perubahan seperti ini menyebabkan dua hal berikut : 1. Penduduk optimum akan bergeser dari N0 ke kanan (misalnya menjadi N1) dan 2. Pada penduduk optimum N1 pendapatan per kapita lebih tinggi dari Y0 (yaitu menjadi Y1).

b. Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Neo Classic Growth Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Solow (1956) dan berdasarkan teori-teori klasik sebelumnya yang telah disempurnakannya. Adapun beberapa asumsi penting dalam memahami model Solow (Rahardja. 2001 : 195) :

(54)

2. Tingkat depresiasi dianggap konstan.

3. Tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal.

4. Tidak ada sektor pemerintah.

5. Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) dianggap konstan. 6. Dalam mempermudah analisis, dapat ditambahkan asumsi bahwa

seluruh penduduk bekerja, sehingga jumlah penduduk sama dengan jumlah tenaga kerja.

c. Teori Pertumbuhan Endogenus (Endogenous Growth Theory)

Teori yang dikembangkan oleh Roemr (1986) ini merupakan perkembangan mutakhir teori pertumbuhan Klasik-Neo Klasik (Rahardja. 2001:199). Dalam teori ini disebut bahwa teknologi bersifat endogenus. Hal ini karena teknologi dianggap sebagai faktor produksi tetap (fixed input) sehingga mengakibatkan terjadinya The Law of Diminishing Return. Dalam jangka panjang yang lebih serius dari memperlakukan teknologi sebagai faktor eksogen dan konstan adalah perekonomian yang lebih dulu maju akan terkejar oleh perekonomian yang lebih terbelakang dengan asumsi bahwa tingkat pertambahan penduduk, tingkat tabungan dan akses terhadap teknologi adalah sama.

(55)

d. Teori Schumpeter

Menurut Schumpeter bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan entrepreneurship. Schumpeter berpendapat bahwa kalangan pengusaha yang memiliki kemampuan dan keberanian dalam menciptakan dan mengaplikasikan inovasi-inovasi baru baik dalam masalah produksi, penyusunan teknik tahap produksi maupun sistem manajemennya.

Schumpeter berpandangan kemajuan perekonomian disebabkan diberkannya kebebasan untuk para entrepreneur (Rahardja. 2001). Namun, kebebasan ini dapat menimbulkan monopoli pasar yang nantinya akan memunculkan masalah non ekonomi sehingga akan dapat menghancurkan sisstem kapitalis tersebut.

e. Teori Harrod-Domar

Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural. Selain kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena pendidikan dan latihan. Model ini dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihar tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah kapital-output.

f. Teori Pertumbuhan Rostow

(56)

bukan saja dalam corak kegiatan ekonomi tetapi juga dalam kehidupan politik dan hubungan sosial dalam suatu masyarakat dan negara. Dalam bukunya “The Stage of Economic” (1960), Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam proses

pembangunan ekonomi yang dialami oleh setiap negara pada umumnya ke dalam lima tahap, yaitu :

1. Tahap masyarakat tradisional (The traditional Society),

2. Tahap peletakan dasar untuk tinggal landas (The Precenditional Society),

3. Tahap tinggal landas (The take Off),

4. Tahap gerak menuju kematangan (The Drive to Martirity),

5. Tahap era konsumsi tinggi massa (The Age of High Mass consumption).

g. Teori Pertumbuhan Kuznet

Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kemampuan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat. Kemampuan ini tumbuh atas dasar kemajuan teknologi, institusional dan ideologis yang diperlukannya. Dalam analisisnya, Kuznet mengemukakan enam ciri petumbuhan ekonomi modern yang di manifestasikan dalam proses pertumbuhan oleh semua negara yang telah maju (suryana, 2000), yaitu

a. Dua variabel ekonomi agregatif

(57)

2. Tingginya tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi secara keseluruhan, terutama produktivitas tenaga kerja. b. Dua variabel transformasi struktural

3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi. 4. Tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi.

c. Dua faktor yang mempengaruhi meluasnya pertumbuhan ekonomi internasional

5. Kecenderungan negara-negara maju secara ekonomis untuk menjangkau seluruh dunia untuk mendapatkan pasar dan bahan baku.

6. Pertumbuhan ekonomi ini hanya sebatas pada sepertiga populasi dunia.

h. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern

(58)
[image:58.595.104.498.309.516.2]

member sumbangan pada pembangunan manusia. Jika pembangunan meningkat, maka masyarakat dapat membelanjakan lebih banyak untuk pembangunan manusia. Berdasarkan kedua hipotesa tersebut, hubungan antara pembangunan manusia, demokrasi dan pertumbuhan ekonomi merupakan satu garis linear satu arah, dimana pertumbuhan ekonomi menjadi penggeraknya. Namun bukti-bukti mengenai kebenaran hipotesa cruel choice dan trickle down tidak terlalu meyakinkan. Jika digambar kedalam suatu diagram, bentuk hubungan ini seperti pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Hubungan antara Pembangunan Manusia, Demokrasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Model pertumbuhan endogenus (dari dalam) memberikan suatu kerangka alternative untuk mempelajari hubungan antara pembangunan manusia, demokrasi dan pertumbuhan ekonomi. Teori ini menyatakan bahwa perbaikan dalam tingkat kematian bayi, dan pencapaian pendidikan dasar akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada gilirannya akan secara substansial meningkatkan peluang bahwa dari waktu ke waktu

lembaga-Pertumbuhan Ekonomi

(59)
[image:59.595.118.512.379.539.2]

lembaga politik akan menjadi lebih demokratis. Studi lintas negara yang dilakukan oleh Barro menemukan adanya hubungan kausal antara kematian bayi dan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi yang juga mengikuti teori moal manusia atau human capital theory. Dengan membangun hubungan tersebut, Barro secara efektif menolak hipotesa trickle down yang menyatakan bahwa pembangunan manusia yang tinggi hanya dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi. Walaupun demikian, dalam kerangka ini, demokrasi masih dianggap sebagai barang mewah, dengan implikasi bahwa negara-negara miskin tinggi dapt (atau mungkin seharusnya tidak) berdemokrasi. Kerangka Barro digambarkan dalam gambar 2.4.

Gambar 2.4. Kerangka Barro

Bhalla memperkenalkan perspektif lain dalam perdebatan ini. Ia menemukan adanya pengaruh positif dari demokrasi cendrung untuk melindungi hak milik dan kontrak yang penting artinya bagi berfungsinya ekonomi pasar dengan baik, yang memerlukan dukungan dari sektor swasta. Walaupun Bhalla tidak secara langsung meneliti hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia, dengan membalik hubungan kausalitasnya, temuannya

Pembangunan Manusia

(60)
[image:60.595.111.509.146.299.2]

secara tidak langsung membawa pada pendekatan trickle down terhadap pembangunan.

Gambar 2.5. Pendekatan Trickle Down terhadap Pembangunan

Laporan pembangunan manusia untuk Indonesia ini menunjukan argument bahwa pembangunan manusia merupakan unsur terpenting bagi konolidasi demokrasi. Fakta-fakta dan argument-argument yang dijabarkan dalam tinjauan teoritis ini memungkinkan kita untuk melengkapi hubungan antara pembangunan manusia, demokrasi dan pertumbuhan ekonomi, dimana ketiga variabel berinteraksi satu sama lainnya untuk menghasilkan segitiga kebaikan (virtous triangle).

Gambar 2.6. Virtous Triangle Demokrasi

Pembangunan Manusia Pertumbuhan Ekonomi

Pembagunan Manusia

[image:60.595.125.511.528.667.2]
(61)

Dalam segitiga kebaikan ini, pembangunan manusia secara positif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui demokrasi. Efek langsung dari pembangunan manusia terhadap pembangunan mengikuti teori modal manusia dan model pertumbuhan endogenous yang banyak ditemukan dalam berbagai literatur empiris. Penelitian Bank Dunia dan Bank Pembagunan Asia menemukan bahwa melek huruf yang tinggi, angka kematian bayi yang rendah, ketidakmerataan dan kemiskinan yang rendah memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi yang cepat di Asia Timur dan Tenggara.

2.4 Pengeluaran Pemerintah

Dalam kebijakan fiscal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran, yaitu anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggaran defisit. Dalam pengertian umum, anggaran brimbang adalah suaatu kondisi dimana penerimaan sama dengan pengeluaran (G = T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari penerimaan (G < T) sedangkan anggaran defisit adalah anggaran dimana komposisi pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan (G > T).

(62)

anggaran (unified budgeti) antara pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

2.4.1 Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan dan penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang, pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya. Melalui pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga kelancaran penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan asset negara, pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga, perlindungan kepada masyarakat miskin dan kurang mampu, serta menjaga stabilitas perekonomian (Djunasien dan Hidayat,1989).

Besarnya pengeluaran rutin dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan stabilitas perekonomian, seperti perbaikan pendapatan aparatur pemerintah, penghematan pembayaran bunga utang, dan pengalihan subsidi agar lebih tepat sasaran. Kenaikan pengeluaran pemerintah terutama dari pos belanja pegawai yang dialokasikan untuk menaikkan gaji pegawai dan pensiunan. Selain itu, lonjokan pengeluaran pemerintah yang terjadi pada pos pembayaran bunga utang luar negeri dan dalam negeri. Perbedaan karakteristik yang paling mendasar antara pinjaman dari dalam dan luar negeri yaitu pada implikasi disaat pengembalian. 2.4.2 Pengeluaran Pembagunan

(63)

pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang ditunjukan untuk membiayai program-program pembangunan sehingga anggarannya selalu disesuaikan dengan dana yang berhasil imobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada berbagai bidang sesuai dengan prioritas yang telah direncanakan.

Dalam teori ekonomi makro, ada tiga pos utama pada sisi pengeluaran, yaitu :

1. Pegeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa. 2. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.

3. Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran transfer (transfer payment).

Di samping itu, pengelolaan anggaran pembangunan juga harus tetap ditempatkan sebagai bagian yang utuh dari upaya menciptakan anggaran pendapatan dan belanja negara yang sehat, melalui upaya mngurangi upaya menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan. Pembiayaan pembangunan rupiah dibiayai dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri, dan penjaman program. Pegelolaan dana tersebut akan dialokasikan kepada departemen dan lembaga pemerintah non departemen di tingkat pusat termasuk Departemen Hankam, dan pemerintah daerah, yang diklasifikasikan ke dalam dana pembangunan yang dikelola oleh instansi pusat, dan dana pembangunan yang dikelola daerah (Djamin, 1993).

(64)

dibutuhkan. Pada tahun 1994-2004 pembiayaan pembangunan dengan dana yang bersumber dari luar negeri diupayakan untuk secara bertahap dikurangi. Untuk itu, pembiayaan proyek harus dimanfaatkan secara lebih optimal terutama bagi kegiatan ekonomi yang produktif dan dilaksanakan secara lebih optimal terutama bagi kegiatan ekonomi yang produktif dan dilaksanakan secara lebih transparan, efektif, dan efisien. Dengan demikian pemilihan proyek-proyek yang pembiayaan bersumber dari pinjaman luar negeri harus dilakukan berdasarkan prioritas sehingga dapat mendukung penciptaan sasaran.

Perubahan dalam pengeluaran pemertintah dan pajak akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa kebijakan fiskal dapat digunakan untuk menstabilkan perekonomian. Jika perekonomian berada dalam keadaan resesi, pajak harus dikurangi atau pengeluaran ditingkatkan untuk menaikkan output. Jika sedang berada dalam masa makmur (booming) pajak seharusnya dinaikkan atau pengeluaran pemerintah dikurangi.

Pengeluar

Gambar

Table 1.1 Komponen IPM Sumatera Utara
Tabel 2.2
Gambar 2.1. Hubungan antara Ketiga Perangkap Kemiskinan
Gambar 2.2. Jumlah Penduduk Optimal
+7

Referensi

Dokumen terkait

pembangunan manusia, yang terbesar adalah variabel rasio penduduk miskin,. diikuti berturut-turut oleh variabel pembangunan gender,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, indek pembangunan manusia (IPM) dan tingkat pengangguran terhadap kemiskinan di Sumatera

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan, pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan terhadap

Selain itu di dalam penelitian ini juga akan dilihat bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, kemiskinan dan PDB terhadap pembangunan manusia

Dalam penelitian ini model regresi yang digunakan adalah model fixed effect dengan nilai koefisien determinasi (R squared) yaitu 0.571457 yang artinya variasi variabel

Pertumbuhan ekonomi secara langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan, akan tetapi pertumbuhan ekonomi dapat memengaruhi dalam

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan Fixed Effect Model, maka dapat dilihat bahwa secara bersama-sama variabel independen yaitu Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan

Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel bebas (harapan hidup, harapan lama sekolah dan pengeluaran rill perkapita) terhadap variabel terikat (IPM) maka langkah