BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Manusia hidup bermasyarakat masing-masing membawa hak dan
kewajiban. Akan tetapi dalam hal ini ada proses timbal balik antara individu dan
masyarakat artinya ada hak dan kewajiban individu terhadap masyarakat bagitu
juga sebaliknya, hak dan kewajiban masyarakat terhadap individu. Selain itu ada
hubungan timbal balik antara masyarakat sebagai warga Negara dalam memenuhi
kewajibannya pada Negara, dan Negara kepada masyarakatnya.
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk melindungi Negara dan
rakyatnya baik dari intervensi politik luar negeri maupun dalam meningkatkan
derajat hidup masyarakat menuju kesejahteraan. Pemerintah selaku pihak
menjalankan menyelenggarakan atau fungsi pemerintahan yang menjadi tanggung
jawabnya seperti disinggung sebelumnya sudah pasti memerlukan dana untuk
membiayai kewajibannya tersebut.dana yang diperlukan itu salah satunya
bersumber dari pungutan pajak darin rakyatnya. Pajak juga merupakan suati gejala
social dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat, tanpa ada masyarakat tidak
mungkin ada suatu pajak.
Banyak para ahli pemikir di beberpa Negara yang memperhatikan
masalah-masalah pemungutan pajak oleh penerintah.Di samping itu juga
memberikan sumbangan-sumbangan pemikiran bagi kemajuan pemerintah suatu
Negara, hal ini adalah dari sector penerimaan pajak. Pajak adalah kawajiban
bahwa pajak merupakan beban berat yang harus dipikul rakyat suatu Negara.
Karena merupakan beban pengorbanan yang dipaksakan, yang tentunya tidak
memperoleh balas jasa secara langsung maka keberadaan pajak menimbulkan pro
dan kontra.
Kini Sistem pemotongan pajak di Indonesia khususnya pajak penghasilan
pph 21 berdasarkan self assesment.system Dalam system tersebut wajib pajak di
beri wewenang untuk menyetor, melapor dan menghitung pajaknya sendiri. Pph
pasal 21 merupakan pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh pajak orang peribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan. Kata “diperoleh” manujukan bahwa walaupun penghasilan tersebut
belum diterima uangnya, tetapi sudah merupakan hak wajib pajak pajak yang
bersangkutan maka sudah seharusnya dilakukan pemotongan pajak.
Salah satu yang diterapkan di Indonesia yang sudah sangat terkenal oleh
masyarakat banyak adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak pertambahan
Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan kepada konsumen terhadap setiap
penyerahan barang kena pajak (BKP) atau jasa Kena Pajak (JKP), seperti barang
yang di supermarket, makanan siap saji, produk-produk yang diproduksi oleh
perusahaan yang sudah terdaftar di pemerintah terkait PPN semata-,ata
mengandung pengertian sebagai suatu cara pemungutan pajak dari pada jenis
pajak, PPN merupakan:
1. Pajak Tidak langsung (pajak yang bedanya dapat dialihkan kepada orang lain)
Dalam perkembangan sektor pajak, sebagaimana diketahui bahwa
penerimaan Negara semakin tahun semakin tergantung dari penerimaan sektor
pajak. Peran serta masyarakat dalam membiayai pembangunan dan
penyelenggaraan roda pemerintahan sangat diperlukan. Salah satu peran tersebut
adalah melakukan kewajiban membayar pajak sebagai sumber penerimaan Negara
yang dominan. Namun, tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar
kewajiban pajaknya belum tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya wajib pajak
yang tidak patuh terhadap kewajiban interimnya yaitu dalam pembayaran atau
laporan masa, SPT masa yang masih sering menunggak. Selain itu, wajib pajak
tidak patuh terhadap kewajiban tahunan yaitu menghitung pajak atas dasar sistem
self assessment yaitu wajib pajak melaporkan perhitungan nilai pajaknya lebih
kecil daripada yang sebenarnya dalam SPT pada akhir tahun pajak serta ada juga
wajib pajak yang tidak melunasi utang pajaknya.
Untuk itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui factor-faktor yang
mempengaruhi wajib pajak tidak patuh dan seberapa besar tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajaknya, upaya-upaya apa saja yang dapat
ditempuh untuk mengantisipasi wajib pajak yang patuh. Permasalah kepatuhan
disebabkan karena adanya perlakuan yang tidak adil, prosedur perpajakan yang
terlalu komplek, serta adanya peraturan yang kurang tegas sehingga menimbulkan
ketidakpastian dan menjadi timbulnya ketidakpatuhan dari diri wajib pajak untuk
memperkecil permasalah yang timbul terhadap permasalahn tersebut maka salah
satu upaya adalah melalui pelaksanaan pemeriksaan pajak sehingga diharapkan
. Agar dipatuhinya undang-undang yang telah ditetapkan, maka perlunya tindakan
penagihan.
penagihan memiliki 4 (empat) unsur yaitu:
1. Serangkain Tindakan
Maksudnya bahwa penagihan dilakukan tahap demi tahap dan diterbitkannya
Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan dan
Permohonan jadwal waktu, tempat, tanggal, bulan pada kantor lelang.
2. Aparatur Direktorat Jenderal Pajak
Maksudnva adalah juru sita pajak negara yang telah memenuhi svarat telah
mendapatkan pendidikan khusus, diangkat serta disumpah terlebih dahulu.
3. Wajib Pajak yang tidak melunasi sebagian atau seluruh kewajiban perpajakan
yaitu utang pajak yang terdapat dalam STP/SKP/SKPT.
4. Menurut Undang-undang Perpajakan ialah Undang-undang Nomor 16 Tahun
2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan Undangundang
Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak DenganSurat Paksa.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menganalisis mengenai prosedur
pelaksanaan penagihan pajak PPh dan PPN pada KPP Pratama Majalaya Bandung
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
1.2.1 Maksud Kerja Praktek
Maksud dari kerja praktek yang dilaksanakan dalam rangka penyusunan
laporan kerja praktek ini adalah penulis ingin menambah wawasan serta
pengetahuan dalam bidang perpajakan dan bagaimana menjadi wajib pajak yang
patuh terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan.
1.2.2 Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kerja praktek ini, adalah
1. Untuk mengetahui Prosedur pelaksanaan penagihan pajak PPh dan PPN
2. Untuk mengetahui dampak dari Penagihan Pajak PPh dan PPN dan
pengaruhnya dalam peningkatan pemungutan pajak di kpp Pratama Majalaya.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Adapun kegunaan yang diharapkan dengan dilaksanakannya kerja praktek yaitu:
1. Bagi Penulis
Menambah ilmu pengetahuan, Yang berkaitan dengan Prosedur Penagihan Aktif
Pajak Penghasilan dan Pajak pertambahan Nilai. Selain itu memantapkan
mahasiswa untuk lebih berdisiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
tugas dan mempraktekan ketrampilan yang sudah diperoleh di bangku kuliah.
2. Bagi Perusahaan
Untuk Kantor pelayanan Pajak Pratama Majalaya bandung semoga hasil
pelaksanaan kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan informasi,sumbangan
pemikiran yang bermanfaat dan menyempurnakan kegiatan dalam pelaksanaan
3. Bagi Pihak Lain
Menjadikan sumbangan pemikiran perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat
dijadikan pelajaran serta pengalaman. Selain itu, juga diharapkan dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, dan tidak menutup
kemungkinan untuk mengadakan penyempurnaan terhadap laporan kerja praktek
ini.
1.4 Metode Kerja Praktek
Dalam penyusunan laporan ini, penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Praktek dengan menggunakan metode Block Release, yaitu suatu penelitian yang
dilaksanakan pada waktu tertentu. Agar dapat tersusunnya laporan Kuliah Kerja
Praktek ini tentunya sangat memerlukan teknik-teknik pengumpulan data. Adapun
teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Field Research (Penelitian Secara Langsung)
1. Observasi langsung, Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pencarian
dan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan tentang
kegiatan-kegiatan yang terjadi pada suatu perusahaan.
2. Interview, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tatap muka
langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk diwawancarai
sehingga data-data diperlukan dapat membantu dalam memecahkan masalah
yang akan dibahas.
b. Library Research (Study Pustaka)
Study Literatur, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
laporan, di antaranya menggunakan berbagai buku, artikel maupun
sumber-sumber lainnya yang sekiranya mampu memberikan informasi dan data yang
butuhkan secara lengkap.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Kerja Praktek dilakukan di KPP Pratama Bandung Tegalega yang
berlokasi di Jl.Peta No 7 Bandung. Mulai tanggal 06 Juli-13 Agustus 2011,
kegiatan kerja praktek dimulai pukul 08.00-16.30 pada hari Senin s.d Jum’at. Table 1.1
Waktu pelaksanaan kerja praktek
No Prosedur Kegiatan Bulan
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MAJALAYA BANDUNG
2.1 Sejarah Berdirinya kantor Pajak Pratama Majalaya
Kantor pelayanan pajak pratama majalaya mulai di bentuk sesuai dengan
peraturan menteri keuangan Nomor : 55/PMK.01/2007 Tanggal 31 Mei 2007 tentang
perubahan atas menteri keuamgan Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang organisasi dan
tata kerja instansi vertical direktorat jemdral pajak,keputusan direktur jendral pajak
Nomor : KEP-112/PJ.2007 Tanggal 09 agustus 2007 tentang penerapan organisasi,
tata kerja,dan saat mulai beroperasinya KPP pratama di lingkungan kanwil DJP jawa
barat 1.
Dan sesuai dengan surat eadaranDan sesuai dengan surat edaran direktur
jendral pajak Nomor : SE-27/PJ./2007 tanggal 27 juni 2007 ditunjuk pejabat
sementara KPP pratama majalaya sdr. Wishnoe ST,AK,M.Sc. NIP :
060046535,dengan wilayah kerja KPP pratama majalaya adalah pecahan dari wilayah
KPP cimahi yang merupakan peleburan dari tiga kantor yaitu kantor pemeriksa
bandung satu,kantor pemeriksa bandung dua dan KP.PBB.B bandung dua.
Dengan jumlah pegawaisebanyak 86 orang sesuai dengan keputusan direktur
jendral pajak,tentang mutasi di lingkungan kanwil jawa barat 1 nomor :
KEP-273/274/275/PJ.01/UP.53/2007 tanggal 11 oktober 2007 yaitu mutasi
pelaksana,account refresentative,pembubarab kordinator pelaksana dan pejabat eselon
2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya
Organisasi adalah suatu kerangka yang menunjukkan hubungan antara pejabat
maupun kegiatan kerja yang satu dengan yang lain, sehingga jelas kedudukan,
wewenang, dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam suatu kesepakatan
untuk mencapai tujuan organisasi secara bersama.
Dengan adanya struktur organisasi maka akan terlihat fungsi-fungsi kerja dan
tanggung jawab serta wewenang dalam setiap pembagian kerja tersebut. KPP pratama
majalaya terdiri dari 1 kepala kantor dan 9 seksi :
Kepala kantor 1 pegawai
Sub. Bagian umum 9 pegawai
Seksi pelayanan 22 pegawai
Seksi PDI 9 pegawai
Seksi waskon I 7 pegawai
Seksi waskon II 9 pegawai
Seksi waskon III 8 pegawai
Seksi pemeriksaan 3 pegawai
Seksi penagihan 6 pegawai
Seksi ekstensifikasi 6 pegawai
Fungsional 6 pegawai
Gambar 1.1 Struktur Organisasi
Sumber: KPP Pratama Majalaya
Organisasi Kantor pelayanan Pajak pratama Majalaya Terdiri atas satu sub
bagian, Sembilan seksi, dan satu kelompok jabatan fungsional, yang mana setiap
seksi terbagi atas beberapa Account representation (AR) dibantu pelaksana. Kantor
pelayanan Pajak Pratama majalaya dipimpin oleh kepala kantor sedangkan setiap
seksi dipimpin oleh kepala Seksi/ Kepala sub Bagian Umum dibantu oleh AR dan
pelaksana. Tugas pokok dan fungsi masing-masing struktur organisasi pada KPP
1. Sub Bagian Umum
Mengkoordinasikan tugas pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan
tata usaha dan kepegawaian, keuangan serta rumah tangga dan perlengkapan untuk
menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.
2. Seksi pengolahan Data dan Informasi
Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data serta
penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha
penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan
Hak atas Bumi dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan
aplikasai e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG serta penyiapan
laporan kinerja.
1. Seksi Pelayanan
Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan
surat pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan,
pelaksanaan registrasi wajib pajak serta melakukan kerja sama perpajakan.
2. Seksi Penagihan
Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan
angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan pitang pajak serta
3. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah
pemeriksaan pajak, serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
4. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan
subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I,II,III
Mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib
pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan,
penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi
data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil
banding.
2.3 Uraian tugas Kantor Pelayanan pajak Pratama Majalaya
1. Kepala Kantor
a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak sebagai
bahan penyusunan rencana strategi Kantor Wilayah.
b. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak
berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut Nota Kesepahaman (MOU) sesuai
arahan Kepala Kantor Wilayah.
d. Mengkoordinasikan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka
instensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan pencarian data yang strategis dan potensial
dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
f. Mengkoordinasikan pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial
dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
g. Mengkoordinasikan pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan
atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil
perhitungan ketetapan pajak.
h. Mengkoordinasikan pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan.
i. Mengkoordinasikan penyusunan monografi perpajakan.
j. Mengkoordinasikan pemantaun pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan
PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM serta pembayaran PBB dan BPHTB
untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan
pelaksanaan pemeriksaan pajak.
2. Bagian Umum
Adapun tugas dan tanggung jawab Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama
adalah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pengurusan surat-surat masuk atau berkas dokumen yang
diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Menyelenggarakan penyusunan surat keluar agar komunikasi administrasi
berjalan dengan lancar.
c. Menyimpan surat dan dokumen untuk memudahkan penemuan kembali surat
atau dokumen yang diperlukan.
d. Membuat konsep rencana kerja subbagian umum.
e. Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan pengangkatan Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
f. Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan kenaikan pangkat pegawai
golongan II/d kebawah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Membuat konsep surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala sesuai ketentuan
yang berlaku.
h. Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan calon peserta diklat.
1. Keuangan
Adapun tugas dan tanggung jawab Keuangan Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah
sebagai berikut:
Uraian Tugas:
a. Melaksanakan pengelolaan pembayaran gaji/rapel, gaji/kekurangan gaji, dan atau
lembur para pegawai.
c. Membuat konsep Daftar Perencanaan Pembiayaan Kantor Pelayanan Pajak.
d. Menyiapkan surat permintaan pembayaran/SSP sebagai uang persediaan (UP)
atau UP tambahan.
e. Menyiapkan SPPR-LS sebagai pembayaran langsung atas tagihan pihak ketiga.
2. Rumah tangga
Adapun tugas dan tanggung jawab Rumah Tangga Kantor Pelayanan Pajak Pratama
adalah sebagai berikut:
Uraian Tugas:
a. Membuat konsep perencanaan dan pengadaan alat perlengkapan
kantor/ATK/formulir sesuai dengan batas kewenangannya berdasarkan rencana
anggaran dalam DIPA.
b. Melaksanakan penyimpanan dan pendistribusian alat perlengkapan kantor.
c. Mencatat dan memberi kode klasifikasi lokasi inventaris serta menyelenggarakan
pembukuan inventaris kantor.
d. Menyusun konsep kompilasi laporan barang inventaris kantor.
e. Meneliti barang-barang inventaris kantor yang rusak dan tidak terpakai lagi serta
membuat konsep daftar usulan penghapusan dan pemusnahannya..
3. Seksi Pelayanan.
Adapun tugas dan tanggung jawab Seksi Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
adalah sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja Seksi Pelayanan sebagai bahan
penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak.
b. Mengkoordinasikan penerimaan dan penatausahaan surat-surat permohonan dari
wajib pajak dan surat lainnya.
c. Mengkoordinasikan penyiapan pengambilan formulir SPT Tahunan PPh berikut
aplikasi elektronik SPT Tahunan PPh oleh wajib pajak dan penatausahaan SPT
Tahunan yang telah diterima kembali serta penyediaan SPOP dan SSB dalam
rangka pengawasan kepatuhan wajib pajak.
d. Membimbing bawahan pada Seksi Pelayanan untuk meningkatkan motivasi dan
prestasi pegawai.
e. Mengkoordinasiakan penyusunan laporan berkala Seksi Pelayanan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
4. Seksi Ekstensifikasi
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebegai berikut:
a. Pelaksanaan dan penatausaha pengamatan potensi perpajakan
b. Pendatan objek dan subyek pajak
c. Penilaian objek pajak
d. Kegiatan ekstensifikasi perpajakan
5. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
a. Pengumpulan dan pengolahan data
b. Penyajian informasi perpajakan
c. Peekaman dokumen perpajakan
d. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan
e. Pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB
f. Pelayanan dukungan teknis computer
g. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling
h. Penyiapan laporan kinerja
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I,II,III,IV
Memiliki tugas dan Tanggunga jawab sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak. Melalui
pemanfaatan data dan Sistem Administrasi perpajakan terpadu (SAPT) atau
Sistem Informasi DJP (SIDJP)
b. Bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak
c. Konsultasi teknis perpajakan kepada wjib pajak
d. Analisis kinerja Wajib Pajak, serta
e. Rekonsiliasi data Wajib pajak dalam rangka intensifikasi
f. Memonitor Penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan
g. Melkukan Evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
h. Membantu Wajib pajak dalam memperoleh penegasan dan konfirmasi masalah
i. Melakukan pemutakhiran data wajib pajak dalam membuat Company profile,dan
j. Menyelesaiakan permohonan surat keterangan yang diperlukan wajib pajak
7. Seksi pemeriksaan
a. Penyusunan rencana pemeriksaan
b. Pengawasan aturan pelaksanaan pemeriksaan
c. Penerbitan dan penyaluran SP3 (Surat pelaksanaan pemeriksaan pajak)
d. Administrasi perpajakan lainnya.
8. Seksi Penagihan
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Pelaksanaan dan penatausahaan secara aktif
b. Piutang pajak
c. Penundaan angsuran tunggakan pajak
d. Mempersiapkan teguran dan melakukan penagihihan dengan surat paksa
9. Kelompok Jabatan fungsional
Terdiri dari:
a. Pejabat fungsional pemeriksa : mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan.
b. Pejabat fungsional penilai : Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan
2.4 Visi Dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya
Dalam pelaksanaan kegiatan perpajakan Indonesia Direktorat Jenderal Pajak
mempunyai visi dan misi yang dijadikan sebagai dasar penyelenggaraan perpajakan.
2.4.1 Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya
Visi Kantor Pajak Pratama Majalaya yaitu menjadi model pelayanan masyarakat yang
menyelenggarakan system dan manajemen perpajakan kelas dunia, yang dipercaya
dan dibanggakan masyarakat.
2.4.2 Misi Kantor Pajak Pelayanan Pratama Majalaya
Fiskal : Menghimpun penerimaan Dalam Negeri dari sector pajak yang
mampu menunjang kemandirian pembiyaan pemerintah berdasarkan
UU perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisien
Ekonomi : Mendukung Kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan
ekonomi bangsa dengan kebijakan yang minimizing distortion
Politik : Mendukung proses demokratisasi bangsa
Kelembagaan: Senantiasa memperbaharuui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat
dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutahir
2.5 Aspek Kegiatan Perusahaan
Di KPP Bandung Majalaya di bagi menjadi beberapa bagian. Dimana setip
bagian memiliki kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitan. Kegiatan tersebut rutin
dilakukan oleh setiap bagian.
Adapun kegiatan perusahaan yang dilakukan oleh setiap bagian di KPP Pratama
1. Kepala kantor Pelayanan Pajak
Menerima konsep penerbitan ketetpan pajak/produk hokum serta menelitinya
2. Kepala Subbagian Umum
Menerima arsip in aktif (non berkas Wajib pajak) yang diserahkan oleh
seksi-seksi terkait dengan membuat berita acara, memantau dan mengawasi
pelaksanaan tugas pemrosesan berkas/arsip
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Menyusun laporan kegiatan seksi, menyampaikan Laporan Kegiatan Seksi
kepada kepala kantor.
4. Seksi Pelayanan
Mengusulkan program penyuluhan perpajakan kepada kepala Kantor.
Melaksanakan program penyuluhan
5. Kepala Seksi Penagihan
Menugaskan Juru Sita Pajak untuk membuat Surat Teguran, Surat Paksa Surat
Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan, meneliti konsep
Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP, dan Surat Permintaan, pemblokiran serta
menyampaikan kepada Kepala Kantor untuk ditetapkan.
6. Kepala Seksi Pemeriksaan
Menerima, meneliti dan memaraf serta menyampaikan konsep penyesuaian
rencana pemeriksaan pajak kepada Kepala Kantor.
Menugaskan AR untuk melaksanakan bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak
atas ketentuan perpajakan yang berlaku serta konsultasi teknis perpajakan dari
permasalahan Wajib Pajak yang disampaikan secara lisan maupun tertulis.
8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Menyusun laporan kegiatan Seksi Ekstensifikasi Kantor Pelayanan Pajak
9. Juru Sita Pajak
Membuat Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan
(SPMP) dan Surat Permintaan Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak
dalam Sistem Aplikasi Komputer dan menyampaikan kepada Kepala Seksi
Penagihan.
10.Account Representative
Membuat laporan hasil kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak serta laporan tindak
lanjut hasil kunjungan kerja tersebut serta menyampaikan ke Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi
11.Operator Console
Memproses, menganalisa dan menyajikan informasi perpajakan
2.5.1 Jenis Pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya Jenis-jenis pelayanan di kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya meliputi:
1. e-Register
Sistem pendaftaran wajib pajak secara online atau biasa disebut e-Registration adalah
sistem aplikasi sebagai bagian dari sistem informasi perpajakan di lingkungan kantor
dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola
proses pendaftaran wajib pajak.
2. e-Filling
Sistem pendaftaran wajib pajak secara online atau biasa disebut e-Registration adalah
sistem aplikasi sebagai bagian dari sistem informasi perpajakan di lingkungan kantor
Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perangkat lunak yang
dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola
proses pendaftaran wajib pajak.
3. e-SPT
Sistem pendaftaran wajib pajak secara online atau biasa disebut e-Registration adalah
sistem aplikasi sebagai bagian dari sistem informasi perpajakan di lingkungan kantor
Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perangkat lunak yang
dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola
proses pendaftaran wajib pajak.
4. Surat Keterangan Fiskal
Surat keterangan fiskal adalah suatu jenis pelayanan pajak yang disediakan oleh
Kantor Pelayanan Pajak yang menyediakan surat keterangan fiskal.
5. Konsultasi Pajak
Konsultasi perpajakan adalah suatu jenis pelayanan untuk berkonsultasi mengenai
perpajakan. Wajib pajak dapat berkonsultasi dengan pegawai pajak mengenai hal-hal
BAB III
PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Bidang pelaksanaan kerja praktek ini penulis ditempatkan di seksi umum KPP
Pratama Majalaya Bandung. Dalam pelaksanaan kerja praktek ini penulis melakukan
berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian sesuai dengan pengarahan
yang telah diberikan pihak bersangkutan.
3.1.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat
(wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa
balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.
Menurut Siti Kurnia Rahayu Pengertian Pajak merupakan:
“kewajiban rakyat sebagai warga Negara yang baik, tetapi tidak sedikit yang
menyetujui bahwa pajak merupakan beban berat yang harus dipikul rakyat suatu
Negara. Karena merupakan beban dan pengorbanan yang dipaksakan, yang tentunya
tidak memperoleh balas jasa secara langsung maka keberadaan pajak menimbulkan pro dan kontra.”(2009)
Menurut P. J. A. Adriani pengertian Pajak yaitu:
“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-undang)
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang
Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, (1994), seperti dikutip
oleh Waluyo dan Wirawan B.Ilyas dalam bukunya yang berjudul Perpajakan
Indonesia yaitu:
“ Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor
partikulir ke sektor pemerintahan berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukan
dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.”
3.1.1.1 Fungsi Pajak
Fungsi pajak tidak terlepas dari tujuan pajak, sementara tujuan pajak tidak
terlepas dari tujuan negara. Dengan demikian, tujuan pajak itu harus diselaraskan
dengan tujuan negara yang menjadi landasan tujuan pemerintah. Tujuan pemerintah,
baik tujuan pajak maupun tujuan negara semuanya berakar pada tujuan masyarakat.
Tujuan masyarakat inilah yang menjadi falsafah bangsa dan negara. Oleh karena itu,
tujuan dan fungsi pajak tidak terlepas dari tujuan dan fungsi negara yang
mendasarinya.
Berdasarkan definisi-definisi dan ciri-ciri pajak yang telah dijelaskan diatas,
terlihat seolah-olah pemerintah memungut pajak semata-mata hanya untuk mengisi
kas negara. Namun tidak demikian, karena pemungutan pajak mempunyai fungsi
sebagai berikut :
Menurut Mardiasmodalam bukunya Perpajakan menyebutkan bahwa
“Ada dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair dan fungsi mengatur (regulerend) .”
3.1.1.2 Pajak Penghasilan
A. Pengertian Pajak Penghasilan
Dengan makin pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil
pembangunan nasional dan globalisasi serta reformasi di berbagai bidang, maka perlu
dilakukan perubahan undang-undang tersebut guna meningkatkan fungsi dan
peranannya dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional khususnya di
bidang ekonomi. UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan telah beberapa kali
diubah dan disempurnakan, yaitu dengan UU No. 7 tahun 1991, UU No. 10 tahun
1994, UU No. 17 tahun 2000, dan terakhir dalam UU No. 36 tahun 2008. Perubahan
UU Pajak Penghasilan tersebut dilakukan dengan tetap berpegang pada
prinsip-prinsip perpajakan yang dianut secara universal, yaitu keadilan, kemudahan/ efiseinsi
administrasi dan produktivitas penerimaan Negara. Maka atas dasar perubahan UU
tersebut dikemukakan bahwa definisi dari pajak penghasilan sendiri adalah pajak
yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam satu tahun pajak. Sedangkan yang menjadi objek pajak
penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima/ diproleh
wajib pajak baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi/ untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan
dengan nama dalam dalam bentuk apapun.
Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk
memproleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk di kenakan PPh, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Subjek Pajak orang pribadi
b. Subjek Pajak Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
c. Subjek Pajak Badan
d. Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap(BUT)
C. Subjek Pajak Penghasilan Orang Peribadi
Subjek pajak penghasilan atas wajib pajak orang pribadi diantaranya adalah:
a. Pejabat Negara
b. Pegawai Negara Sipil (PNS)
c. Pegawai
d. Pegawai Tetap
e. Pegawai Tidak Tetap
f. Penerima Penghasilan Bukan Pegawai
g. Penerima Honorarium
h. Penerima Pensiun
i. Penerima upah
j. Orang pribadi lainnya yang menerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,
3.1.1.3 Pajak Penghasilan 21
Menurut Agus Setiawan, PPh 21 merupakan perhitungan dan pemotongan
pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi pekerjaan dan orang peribadi yang
menerima pekerjaan. Untuk dikenakan PPh pasal 21, maka Subjek pajaknya adalah
pegawai atau karyawan atau persorangan yang menerima job, dan objek nya adalah
gaji, honor,lembur,uang komisi, uang koreksi, uang penggantian, uang transport dll.
Jika tidak terpenuhi 2 unsur Subjek dan Objeknya, maka dipastikan tidak akan
dikenakan PPh pasal 21, misalnya orang asing yang semata-mata bekrja dikedutaan
asing, memperoleh gaji, hal ini bukan merupakan objek PPh pasal 21, (2010)
3.1.1.4 Pajak Penghasilan 26
PPh Pasal 26 mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber
di Indonesia yang diterima atau diperoleh wajib pajak LN (baik orang pribadi
maupun badan) selain bentuk usaha tetap. Wajib Pajak: wajib pajak LN (baik orang
pribadi maupun badan) selain bentuk usaha tetap yang menerima atau memperoleh
penghasilan.
1. Obyek dan tarif PPh Pasal 26
a. Dividen
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang (premium terjadi apabila surat obligasi dijual diatas nilai
nominalnya, diskonto terjadi apabila surat obligasi dibeli dibawah nilai
nominalnya).
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, daan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
g. Premi Swap(selisih harga satu mata uang yang menjadi lebih mahal untuk dibeli)
dan transaksi lindung nili lainnya.
h. Keuntungan karena pembebasan utang.
2. Obyek dan Tarif PPh Pasal 26
Tarif 20% dari perkiraan penghasilan neto:
a. Atas penghasilan dari penjualan atau penghasilan harta di Indonesia, kecuali
yang diatur dalam pasal 4 ayat (2), yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak LN
selain BUT di Indonesia
b. Premi asuransi yang dibayrkan kepada perusahaan asuransi luar negeri
c. Penghasilan dari penjualan atau pinjaman saham sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (3c)
d. Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari sesuatu bentuk usaha tetap
diindonesia dikenai pajak sebesar 20% (dua puluh persen), kecuali penghasilan
tersebut ditanamkan kembali di Indonesia
.
3.1.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Menurut Djoko Muljono, Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak tidak
pemanfaatan jasa kena pajak. Pada dasarnya penganaan pajak pertambahan nilai akan
dibebankan kepada konsumen akhir. Karena merupakan pajak tidak langsung,
pengenaan pajak pertambahan Nilai atas barang kena pajak yang sama dapat
dikenakan berkali-kali. Namun demikian, pajak pertambahan nilai yang harus dibayar
setiap pengenaan PPN tersebut, terlebih dahulu harus diperhitungkan dengan pajak
masukan yang berkaitan dengan pengadaan barang kena pajak tersebut. Ini
mengandung arti bahwa PPN atas penyerahan barang kena pajak pada setiap transaksi
tersebut dikenakan atas nilai tambah dari nilai tambah dari dasar pengenaan pajak
setiap transaksi (2008)
Obyek PPN
PPN dikenakan atas:
1. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan
olehpengusaha kena pajak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaa
2. Impor barang kena pajak
3. Penyerahan jasa kena pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean oleh
pengusaha kena pajak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan.
4. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean didalam
daerah pabean.
5. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam derah pabean.
7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam lingkungan perusahaan
atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan baik yang hasilnya akan digunakan
sendiri atau digunakan oleh pihak lain.
8. Penyerahan aktiva oleh pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula aktiva
tersebut tidak untuk diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada saat
perolehannya menurut ketentuan dapat dikreditkan Pada dasarnya, sejak 1
Januari 1995 semua barang dikenakan PPN, kecuali undang-undang menetapkan
sebaliknya sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan Pasal 1 huruf c
Undang-undang PPN tahun 1984.
3.1.3 Prosedur
Prosedur merupakan rangkaian langkah-langkah yang dilaksanakan untuk
menyelesaikan kegiatan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan yang
diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat memudahkan
pekerja dalam menyelesaikan suatu masalah secara terperinci sesuai dengan jangka
waktu yang sudah ditentukan sebelumnya.
Menurut Ardiyose dalam bukunya “ Kamus Besar Akuntansi” menyatakan bahwa:
“Prosedur adalah suatu bagian sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang
menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk
menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi berulangkali dan
3.1.4 Penagihan Pajak
Saat ini pemenuhan kewajiban perpajakan telah sepenuhnya dilakukan oleh
wajib pajak, pemerintah berusaha memberikan kepercayaan kepada masyarakat atas
kewajiban perpajakannya. Masyarakat di latih agar memiliki kesadaran yang tinggi
dalam menyetorkan pajaknya. Jika masyarakat telah memiliki kesadaran maka
penerimaan pajak menjadi lebih optimal. Tapi masih banyak juga wajib pajak yang
tidak patuh terhadap utang pajaknya, untuk itu diperlukan juga peran aktif dari fiskus
dalam pelaksanaan pemungutan pajak.
3.1.4.1 Pengertian Penagihan Pajak
Pengertian Penagihan Pajak menurut M. Moeljohadi dalam bukunya “Perpajakan
(Konsep, Teori dan Isu)”, mendefinisikan bahwa :
“Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan dari Aparatur Direktorat Jenderal
Pajak, berhubung wajib pajak tidak melunasi baik sebagian atau seluruh kewajiban
perpajakan yang terhutang menurut undang-undang perpajakan yang berlaku.”
(2006:174)
Sedangkan Penagihan Pajak menurut Mardiasmo dalam bukunya Perpajakan,
mendefinisikan bahwa :
“Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi
Utang Pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disista.” (2003:45)
Dari kedua definisi penagihan pajak tersebut, maka dapat dibagi menjadi empat unsur
:
a. Serangkaian tindakan, yaitu bahwa penagihan pajak dilakukan dalam tahap dari
diterbitkan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Melakukan Penyitaan, dan
permohonan jadwal waktu, tempat, tanggal, bulan pelelangan pada kantor lelang
Negara.
b. Aparatur Direktorat Jenderal Pajak, yaitu juru sita pajak Negara yang telah
memenuhi syarat yang telah ditentukan.
c. Wajib Pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh kewajiban perpajakan, yaitu
utang pajak yang terdapat dalam STP, SKPKB, SKPKBT.
d. Menurut Undang-undang perpajakan, yaitu Undang-undang No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
surat paksa sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-undang No. 19 Tahun 2000.
Salah satu konsep penting dalam penagihan pajak adalah konsep penanggung
pajak. Penagihan pajak menggunakan konsep penanggung pajak bukan Wajib pajak.
Menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2000 Pasal 1 angka (25) Junct (Jo)
Undang-undang No. 19 Tahun 2000 Pasal 1 angka (3), menegaskan bahwa : Penanggung
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban wajib pajak
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3.1.4.2 Tindakan Penagihan Pajak
Penagihan pajak dapat dilakukan dengan 2 langkah, sebagai berikut:
1. Penagihan Pajak Pasif
Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan STP, SKPKB, SKPKBT,
SK. Pembetulan, SK. Keberatan, dan Surat Putusan Banding, yang menyebabkan
pajak terutang lebih besar.
Jika dalam jangka waktu 30 hari sejak diterbitkannya surat-surat di atas, Wajib
Pajak tidak melunasi utang pajaknya, yang tertera pada masing-masing surat di atas,
maka kepadanya akan dilakukan penagihan pajak aktif.
a. Surat Tagihan Pajak
Pengertian Surat Tagihan Pajak menurut Cyrus Sihaloho dalam bukunya Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, mendefinisikan bahwa “Surat
Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga.” (2002:18)
Sedangkan Surat Tagihan Pajak menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu dalam bukunya Perpajakan (Konsep, Teori dan Kasus) menyatakan bahwa “Surat Tagihan
Pajak adalah untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga
Dari kedua penjelasan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa surat tagihan
pajak diberikan kepada wajib pajak dalam rangka penagihan pajak terutangnya dan
penagihan sanksi administrasinya, yang masih harus dibayarkan oleh penanggung
pajak.
Adapun fungsi Surat Tagihan Pajak menurut Cyrus Sihaloho dalam bukunya
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, yaitu :
1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak.
2. Sarana untuk mengenakan sanksi berupa denda dan atau bunga.
3. Sarana untuk menagih pajak.”
Penerbitan Surat Tagihan Pajak menurut Cyrus Sihaloho dalam bukunya
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, disebabkan oleh :
1. Pajak pada tahun berjalan tidak atau kurang bayar.
2. Berdasarkan penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran akibat salah tulis
dan atau salah hitung.
3. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga.
4. Pengusaha yang dikenakan pajak tidak melapor untuk dikukuhkan sebagai PKP.
5. Pengusaha yang tidak atau bukan PKP membuat Faktur Pajak.
6. PKP tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak tapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi faktur pajak dengan lengkap.”
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat
ketetapan pajak sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan
2. Penagihan Secara Aktif
apabila jumlah utang pajak yang tercantum pada STP, SKPKB,
SKPKBT, SK. Pembetulan, SK. Keberatan, dan Surat Putusan Banding setelah 1
bulan belum atau kurang bayar, maka akan diikuti dengan tindakan paksa sampai
penyitaan. Perlu diketahui bahwa Undang-undang KUP No. 16 Tahun 2000
mendefinisikan penagihan pajak dalam arti sempit, yaitu hanya meliputi
penagihan pajak aktif. Sebagai tambahan, sebagian besar aturan mengenai
penagihan pajak aktif ini diatur dalam undang tersendiri, yaitu
Undang-undang No. 19 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang-undang No. 19
Tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan surat paksa.
1. Surat Teguran
Menurut Rusjdi dalam bukunya PPSP, definisi Surat Teguran adalah :
“Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk mengatur atau
memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya.”
Surat Teguran dikeluarkan oleh Kepala KPP segera setelah 7 hari sejak saat jatuh
tempo pembayaran dari jumlah pajak yang masih harus dibayar (Pasal 1 angka (2)
KPJP No. 20/Pj/1995 tanggal 23 Februari Jo Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE.
13/Pj. 75/1998 tanggal 20 November 1998). Dalam jangka waktu 21 hari setelah
Surat Teguran, Wajib Pajak atau penanggung pajak harus melunasi pajaknya (Pasal
26 KMK No. 561/KMK. 04/2000) tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika
2. Surat paksa
Surat paksa berkepala kata-kata “ Demi keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hokum yang sama
dengan grosse akte yaitu putusan pengadilan perdata yang telah mempunyai
kekuatan hokum tetap.
A. Surat paksa sekurang-kurangnya harus memuat:
a. Nama Wajib Pajak, atau nama Wjib Pajak dan penanggung pajak
b. Dasar Penagihan
c. Besarnya utang pajak, dan
d. Perintah untuk membayar
B. Surat paksa diterbitkan apabila
a. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan
Surat Teguran atau Surat Peringatan, atau surat lain yang sejenis
b. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus,atau
c. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
C. Pemberitahuan Surat paksa
D. Surat Paksa diberitahukan oleh Juru Sita Pajak dengan pernyataan dan
penyerahan salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak. Pemberitahuan ini
tanggal pemberitahuan Surat Paksa, nama Juru Sita Pajak, nama yang menerima,
dan tempat pemberitahuan Surat Pajak
E. Apabila utang pajak tidak melunasi setelah 21 (dua puluh satu) hari dan tanggal
surat teguran, maka akan diterbitkan Surat Paksa yang disampaikan oleh Juru
Sita Pajak Negara dengan dibebani biaya penagihan paksa sebesar Rp 50.000,00
(lima puluh ribu rupiah, utang pajak harus dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam.
F. Surat Sita
Penyitaan dilakukan berdasarkan Surat perintah melaksanakan penyitaan jika
Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak setelah lewat 2 x 24 jam setelah
surat pajak diberitahukan. Dalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita pajak harus:
a. Apabila dalam jangka waktu x24 jam setelah surat paksa diberitahukan maka
terhadap utang pajak yang tidak dilunasi oleh penanggung pajak, oleh pejabat
diterbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan
b. Penyitaan dilaksanakan oleh jurusita pajak dengan disaksikan oleh
sekurang-kurang nya 2 orang dewasa. Hasil pelaksanaan olehnya dibuatkan Berita
Acara yang ditandatangani oleh jurusita, penanggung pajak dan sanksi
Pengajuan keberatan oleh wajib pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan
penyitaan.
a. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap penanggung pajak yang berada di
yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dibebani dengan
hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan uang tertentu seperti :
b. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito
berjangka, tabungan, saldo, rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, saham atau surat berharga lainnya, piutang dan
penyertaan modal pada perusahaan Barang tidak bergerak termasuk tanah,
bangunan dan kapal dengan isi kotor tertentu.
G. Lelang
Dalam waktu 14 hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak belum dilunasi,
maka akan dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui Kantor Lelang
Negara. Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum
dibayar maka akan dibebankan bersama-sama 21 dengan iklan untuk
pengumuman lelang dalam surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan.
Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa jadwal penagihan yang dilakukan
terhadap wajib pajak yaitu dengan menerbitkan Surat Teguran seperti yang
tercantum dalam Surat Tagihan Pajak yang disampaikan oleh juru sita pajak
negara dan dapat dilakukan tindakan penyitaan atas barang-barang wajib pajak
serta melakukan tindakan pelelangan apabila tidak melakukan kewajibannya
melalui Kantor Leleng Negara dan biaya pelaksanaan sita dibebankan pada
waktu terjadi pelelangan
Berdasarkan pasal 22 UU KUP, hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk
bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan, daluwarsa setelah lampau waktu
10 tahun terhitung sejak terutangnya pajak atauberakhirnya masa pajak, bagian
tahun pajak, atau tahun pajak yang bersangkutan. Penagihan Pajak dapat
dilakukan setelah melampaui waktu 10 tahun apabila :
1. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa, kedaluwarsa dihitung sejak tanggal
penyampaian Surat Paksa tersebut
2. Adanya pengakuan utang dari wajib pajak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Hal ini bisa terjadi apabila :
a. Adanya permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak
sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Untuk itu daluwarsa penagihan
pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran atau penundaan
pembayaran utang pajak diterima.
b. Menurut Suandy, Adanya permohonan keberatan. Untuk itu daluwarsa
penagihan pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan keberatan diterima.
Wajib pajak melaksanakan pembayaran sebagaian utang pajaknya. Untuk itu
daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal pembayaran sebagian utang
pajak tersebut (2002 : 43)
3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek.
Teknik Pelaksanaan praktek kerja yang penulis kerjakan menggunakan Block
selama satu bulan atau 25 hari kerja. Selama penulis melaksanakan kerja prektek pada
KPP Pratama Majalaya penulis membantu mengerjakan kegiatan penagihan pajak,
dan kepegawaian di sub bagian umum, secara teknis, penulis bekerja sesuai arahan
pegawai seksi terkait.
Adapun secara teknis penulis ditugaskan melaksanakan kegiatan yang diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Surat Teguran, Surat peringatan lain yang sejenis
2. Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus
3. Surat paksa
4. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
5. Surat Perintah Penyanderaan
6. Surat penyabut Sita
7. Surat Penentu Harga Limit
8. Pembagian lelang
Kemudian di sub Bagian umum penulis ditugaskan melaksanakan kegiatan
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Surat Keluar
2. Pengarsipan Surat-surat masuk
3. Menyimpan Surat-Surat dan dokumen
4. Menyebarkan Nota Dinas ke semua seksi
5. Perekaman Absen
7. Membuat berita acara
3.3 Hasil Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek
Salah satu tujuan kuliah kerja praktek adalah membahas hasil – hasil kuliah
kerja praktek berdasarkan data – data yang didapat selama pelaksanaan kuliah kerja
praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, maka penulis akan membahas
beberapa kajian sebagai berikut
3.3.1 Pelaksanaan Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya Dibutuh peran aktif dari fiskus untuk mewujudkan penerimaan pajak yang
optimal dalam penerapan self assessment system, karena wajib pajak memiliki banyak
faktor yang memungkinkan untuk tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.
Kegiatan penagihan merupakan tindakan aktif fiskus untuk membantu wajib pajak
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Penagihan dilaksanakan dengan melakukan
serangkaian tindakan agar pp melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus
memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
KPP Pratama Majalaya melakukan kegiatan penagihan tunggakan pajak melalui dua
1. Penagihan Pajak Pasif / Edukatif
Dalam melakukan penagihan tunggakan pajak dengan persuasife / edukatif dilkukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Manghubungi wp melalui telpon
b. Mengundang wp Untuk penyelesaian utang pajak
c. Mengirimkian surat himbauan pelunasan utang pajak, dan
d. Meminta wp menyerahkan asetnya secara sukarela
2. Penagihan pajak Aktif / Represif
Dalam langkah penagihan pajak secara aktif tindakan penagihan yang dilakukan
ialah sebagai berikut:
a. Penerbitan surat teguran
b. Penyampaian surat paksa
c. Pemblokiran dan penyitaan
d. Lelang
e. Pencegahan, dan
f. Penyanderaan
Berikut penjelasan pelaksanaan penagihan tunggakan pajak di KPP Pratama Majalaya
:
Surat Ketetapan Kurang bayar (SKPKB), dan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT)
Timbulnya Surat Ketetapan Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Kurang Bayar
adanya bukti temuan oleh pemeriksa pajak bahwa wajib pajak kurang bayar.
Pemeriksa membuat nota hitung berdasarkan bukti temuan tunggakan wajib pajak
tersebut. Nota hitung diserahkan kebagian pelayanan untuk meminta penerbitan
SKPKB/SKPKSBT yang dibuat tiga rangkap yang akan didistribusikan ke wajib
pajak, account representative pada bagian waskon, dan seksi penagihan pada KPP
Pratama Majalaya
SKPKB/SKPKBT berisi besarnya utang pajak yang harus dibayar, jatuh
tempo pembayarannya, serta keterangan wajib pajak. Seksi penagihan akan
memberikan surat teguran kepada wajib pajak apabila sampai waktu yang telah
ditentukan wajib pajak masih belum melunasi utang pajaknya.
Surat Tagihan Pajak (STP)
Penerbitan Surat Tagihan Pajak pada KPP Pratama Majalaya tidak jauh
berbeda dengan penerbitan SKPKB/SKPKBT. Penerbitan STP di KPP Pratama
Majalaya kepada wajib pajak sebesar 1.451 dengan total tunggakan Rp.
3.757.343.944 (sumber: seksi penagihan KPP Pratama Majalaya). STP diusulkan
penerbitannya oleh seksi pemeriksa dan Waskon apabila wajib pajak orang pribadi
atau badan terlambat membayar atau menyetor pajaknya, salah perhitungan
kewajiban pajaknya, dan sebagainya. Tahapannya juga tidak jauh berbeda, akan tetapi
STP dapat diusulkan oleh seksi Waskon. Seksi pemeriksan atau seksi waskon
membuat nota hitung yang berisi keterangan penyebab diterbitkannya SPT, kemudian
akan diberikan kepada wajib pajak, account representative, dan seksi penagihan. Jika
wajib pajak tidak membayarkan utang pajaknya sampai lewat waktu yang telah
ditetapkan maka seksi penagihan akan melakukan tindakan penagihan wajib pajak
yang berikutnya, yaitu penerbitan Surat Teguran.
Surat Teguran(ST)
Surat Teguran diterbitkan oleh kepala KPP Pratama Majalaya dan akan
disampaikan oleh seksi penagihan untuk menindaklanjuti tindakan penagihan pajak.
Kelengkapan administrasi ST dibuat oleh seksi penagihan apabila wajib pajak masih
belum melunasi tunggakan pajaknya. Surat teguran hanya dikirimkan lewat pos oleh
pelaksana pada seksi penagihan. Seksi penagihan memperingati wajib pajak untuk
membayar pajak untuk kedua kalinya.
Surat Paksa (SP)
Surat Paksa juga dikeluarkan Kepala KPP Pratama Majalaya yang selanjutnya
akan disampaikan oleh seksi penagihan kepada wajib pajak untuk melanjutkan
tindakan penagihan karena setelah diterbitkannya surat teguran wajib pajak masih
belum melaksanakan kewajiban perpajakannya. Surat Paksa harus disampaikan
langsung kepada wajib pajak melalui juru sita pada seksi penagihan. Wajib pajak
harus menandatangani surat paksa tersebut untuk bukti bahwa Surat Paksa sudah
disampaikan kepada wajib pajak, dan siap untuk melunasi tunggakan pajaknya. Surat
penyampaian Surat Paksa. Biaya administrasi penyampaian Surat Paksa yang
ditanggung oleh wajib pajak sebesar Rp.50.000,-. Cara dan lokasi penyampaian Surat
Paksa oleh juru sita kepada wajib pajak berbeda-beda. Pemberitahuan Surat Paksa
kepada penanggung pajak orang pribadi adalah sebagai berikut :
1. Penanggung Pajak ditempat tinggal, tempat usaha, atau di tempat lain yang
memungkinkan
2. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun bekerja di tempat usaha
3. Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta
peninggalannya
4. Para ahli waris
Pemberitahuan Surat Paksa kepada penanggung pajak badan ialah sebagai berikut:
a. Pengurus, pemegang saham, & pemilik modal
b. Pegawai tingkat pimpinan, apabila pengurus, pemegang saham, dan pemilik
modal tidak dijumpai
Pemberitahuan Surat Paksa kepada penanggung pajak yang pailit ialah sebagai
berikut :
1. Kepada kurator/BHP & hakim pengawas wajib pajak badan dalam likuidasi
likuidator/tim likuidasi
Pemberitahuan Surat Paksa kepada penanggung pajak dengan keadaan khusus ialah
sebagai berikut :
1. Surat disampaikan melalui aparat pemda
Pemberitahuan Surat Paksa kepada penanggung pajak diluar wilayah kerja pejabat
ialah sebagai berikut :
1. Pejabat yg menerbitkan surat paksa meminta bantuan pejabat lokasi
2. Pejabat lokasi memberitahukan surat paksa dimaksud sesuai prosedur dan
memberitahukannya kepada pejabat yangg menerbitkan surat paksa.
3.3.2 Hambatan dan Solusi Pelaksanaan Penagihan pajak
Dalam pelaksanaan tindakan penagihan tidak semudah yang dibayangkan,
Fiskus banyak menemui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan penagihan yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penanggunga pajak tidak sedikit yang
berusaha menghindar dari pembayaran utang pajaknya dengan berbagai caa.
Penanggung pajak berasal dari golongan yang berbeda-beda, sehingga permasalahan
juga begitu kompleks, berikut hambatan-hambatan dan solusi tindakan penagihan.
Kasus 1.
a. Hambatan
Wajib pajak/penanggung pajak tidak mau memberitahukan kekayaannya berupa
rekening, tabungan, deposito, giro, dan rekening lainnya yang disimpan di bank
b. Solusi
Fiskus sebagai aparat pemerintah mempunyai dasar yang kuat untuk melakukan
penyitaan, Fiskus dapat bekerjasama dengan instansi pemerintah untuk
mensukseskan pelaksanaan penagihan pajak terutang. Langkah yang dapat
DJP mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan
penyampaian salinan SP dan SPMP.
Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dan
membuat Berita Acara Pemblokiran (BAP) serta menyampaikan salinannya
kepada DJP dan Penanggung Pajak.
Jurusita setelah menerima BAP dari bank memerintahkan penanggung pajak
untuk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaannya
yang tersimpan pada bank tersebut kepada Jurusita
Bila penanggung menolak memberikan kuasa pada bank, Pejabat meminta
bantuan Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk memerintahkan bank
memberitahukan saldo kekayaan WP yang tersimpan di Bank.
Jurusita melakukan penyitaan dan membuat BAPS dan menyampaikan salinan
BAPS kepada Penanggung Pajak dan bank yang bersangkutan
Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank, setelah
Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.
Kasus 2 a. Hambatan
DJP akan melakukan penagihan dengan cara pemblokiran rekening wajib pajak
BUMN yang berada dibank. Wajib pajak mengirimkan surat kepada DJP, intinya
tidak bisa menerima tindakan pemblokiran menunjuk UU No. 1 Tahun 2004
tentang Pembendaharaan Negara Bab VII Pasal 50 menyatakan bahwa kekayaan
Negara yang berada pada instansi pemerintah tidak dapat di lakukan penyitaan
b. Solusi
Dengan memperhatikan ketentuan
Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2001 tentang Pengamanan
Dan Pengalihan barang Milik/Kekayaan Negara Dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah;
Pasal 50 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59 Tahun 2005 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
Maka uang tersebut adalah bukan milik negara yang berada pada Instansi Pemerintah
maupun pihak ketiga ataupun uang yang harus disetor oleh pihak ketiga kepada
negara melainkan uang milik wajib pajak BUMN yang berada pada Bank, sehingga
tindakan penagihan pajak terhadap wajib pajak BUMN dapat dilanjutkan sesuai
dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.
Kasus 3 a. Hambatan
Rekening Wajib pajak berada padang kantor cabang di luar negeri
Membuat surat permohonan dari menteri keuangan ke gubernur bank indonesia
supaya memerintahkan kantor pusat bank yang berada di jakarta untuk
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari Hasil Kuliah Kerja Praktek pada KPP Prata Sumedang Seksi Penagihan
dan berdasarkan pembahasan sebagaimana yang talah diuraikan pada bab yang
terdahulu maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pajak di KPP Pratama Majalaya sudah berjalan dengan baik,
namun masih harus meningkatkan kualitas dan Kuantitas pelaksana
penagihan. Di KPP Pratama Pratama Majalya pajak terutang sangatlah tinggi
dengan penanggung pajak yang terbilang banyak, sehingga menyulitkan
realisasi pencairan pajak terutang. Tiga orang juru sita masih kurang memadai
untuk pencapaian realisasi pencairan pajak terutang, karena juru sita sebagai
pelaksana dilapangan bertugas menyampaikan Surat Paksa, SPMP/Penyitaan
sampai dengan pelaksanaan lelang. Dengan tugas yang begitu banyak
pelaksanaan penagihan pajak yang bertujuan untuk mencairkan pajak terutang
akan menajadi tidak optimal. Diperlukannya juru sita yang memiliki keahlian
dalam menyampaikan informasi kepada penanggung pajak, seperti mengenai
akibat yang ditimbulkan apabila penanggung pajak terus menunda
pemlunasan pajaknya atau bahkan tidak membayarkannya, sehingga wajib
2. Hambatan-hambatan pelaksanaan penagihan pajak di KPP Pratama Majalaya
berasal dari wajib pajak dan juga permasalahan internal. Tingkat kepatuhan
wajib pajak dinilai masih sangat rendah, dapat dilihat dari masih tingginya
pajak terutang yang dimiliki wajib pajak dan hambatan-hambatan dalam
penagihan yang ditemui di KPP Pratama Majalaya. Pada pelaksanaannya
wajib pajak banyak yang melakukan penyelundupan pajak (tax evasion)
bukannya meminimalisasi beban pajaknya (tax avoidance), padahal
penyelundupan pajak sangatlah beresiko, apabila wajib pajak terbukti bersalah
maka akan mendapat sanksi, denda, bahkan sampai pidana. Akan tatapi masih
banyak wajib pajak yang tidak patuh terhadap kewajiban perpajakannya.
Sehingga dalam menghaadapi hambatan-hambatan tersebut dibutuhkan
landasan hukum yang kuat, perbaikan administrasi perpajakan, peran aktif
fiskus dalam mewujudkan kesadaran wajib pajak serta kecakapan juru sita
dalam melakukan tindakan penagihan utang pajak. Untuk memperlancar
pelaksanaan penagihan juga harus menjalin kerjasama antar instansi
pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu fiskus harus membuat proiritas
pelaksanaan penagihan utang pajak, agar pelaksanaanya bias dilakukan secara
efektif dan efesien sehingga penerimaan pajak di KPP Pratama Majalaya
1.2Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh penulis dari hasil kerja praktek di KPP
Pratama Sumedang ialah sebagai berikut:
1. Prosedur Penagihan Aktif PPh dan ppn pada KPP pratama majalya harus
benar-benar dirancang sedemikian rupa, agar mempermudah, dan mempercepat dalam
pelaksanaan nya.
2. Perlu Ditingkatkan lagi Oleh Wajib Pajak dan Petugas saat memeriksa PPh dan
PPN saat dilakukan penagihan, agar tidak terjadi kekeliruan.
3. Peningkatan kualitas pelaksana wajib pajak, fiskus harus lebih cerdik dan
konsisten terhadap permasalahan penghindaran pajak.
4. Mengintensifkan kegiatan penagihan aktif baik persuasif maupun represif
terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak kooperatif, dengan fokus
pada kegiatan penagihan aktif represif.
Nama : Heni Susanti
Tempat, tanggal lahir : Cianjur, 23 Januari 1990 Jenis Kelamin : Perempuan
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Alamat Rumah : Cianjur
Telepon : 082117788560
Pendidikan Formal
Tahun Sekolah / Institusi / Universitas
1996 - 2002 SD Negeri 1 Sukangalih 2002 - 2005 SMP Negeri 2 Cipanas 2005 - 2008 SMA Negeri 1 Pacet,
2008 s/d Sekarang
Universitas Komputer Indonesia Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Yang Menyatakan,