ANALTSIS PELUANG PENGEMBALIAN KREDIT
USAHATERNAK
AYAM BURAS
(Kasus pada Kelompok Peternak
"ITIKURIH"
di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis)SKRIPSI
ENDANHENDARTO
JURUSAN SOSIAL
EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOREndan Hendarto. 2000. Analisis Peluang Pengembalian Kredit Usahaternak Ayam Buras (Kasus pada Kelompok Peternak
UITIKURIH"
di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis). Skripsi. Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor.Pembirnbing Utama :
Ir.
Lucia Cyrilla E.N.S.D., MSi. Pembiibing Anggota :Ir.
Ujang SehabudiiUsahatemak ayam buras memiliki keunggulan dari segi karakteristik produk yang dihasilkan dan dari segi ekonomi. Produk yang dihasilkan ayam buras relatif lebih disukai dibandingkan dengan ayam
ras,
sedangkan dari segi ekonorni, usahatemak ayam buras memiliki keungguian dalam ha1 penggunaan sarana produksi ternak yang masih berorientasi produk lokal.Pemerintah berusaha untuk mengembangkan usahatemak ayam buras diantaranya melalui Intensifikasi Ayam Buras (INTAB) dan Sentra Pengembangan A g r i b i s ~ s Komoditas Unggulan (SPAKU). Sebagai kelanjutan dari dua program sebelumnya maka dicanangkan program Upaya Khusus (UPSUS) Pengembangan Agribisnis Ayam Buras Pola Kawasan. Program tersebut salah satunya b e ~ p a pemberian bantuan permodalan &lam bentuk kredit kepada anggota Kelompok Petemak yang tergabung dalam suatu Kelompok Peternak. J e ~ s kredit yang diberikan dengan pola berguliu yaitu hasil dari pengembalian kredit digulirkan kembali kepada anggota bam.
Agar pemberian kredit ini dapat mencapai tujuan yang telah ditargetkan yaitu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petemak, maka diperlukan suatu kajian tentang :
(1)
besarnya pendapatan usahatemak ayam buras para petemak penerima kredit; (2) faktor-faktor yang mempengaruhi peluang pengembalian kredit oleh para petemak penerima W i t ; dan (3) peluang pengembalian kredit oleh para petemak dan Kelompok Petemak secara keseluruhan.Penelitian
ini
dilakukan dengan metode survey dan mengambil kasus pada Kelompok Petemak''ITIKUREI"
di Desa Ciharalang, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis pada bulan April-
Mei 2000. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling sebanyak 33 orang petemak ayam buras dari jumlah populasi 38 orang.Data yang diambil bempa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari peternak anggota Kelompok Petemak "ITIKURIH", sedangkan data sekunder diperoleh
dari
buku laporan kelompok, D i a s Petemakan, Badan Pusat Statistik dan instansi terkaitlainnya.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa manfaat pemberian kredit ini belum maksimal, terbukti dengan pendapatan usahaternak ayam buras yang relatif masih kecil yaitu Rp 50.570,00 per bulan atau sekitar 28,60 persen dari yang ditargetkan pemerintah yaitu sebesar Rp 176.833,OO per bulan.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh positif dan nyata terhadap peluang pengembalian kredit oleh peternak anggota Kelompok Peternak "ITIKURIH" adalah faktor pengalaman
(a
= 0,05) dan faktor pendapatan usahaternak ayam buras (a = 0,Ol). Semaki tinggi pengalaman dan pendapatanANALISIS PELUANG PENGEMBALIAN KREDIT
USAHATERNAK AYAM BURAS
(Kasus pada Kelompok Peternak ''ITIKURIHn di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis)
Skripsi ini mempakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Petemakan Institut Pertanian Bogor
Oleh :
ENDANHENDART0
DO3496059
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISIS PELUANG PENGEMBALIAN KREDIT
USAHATERNAK
AYAM B U M S(Kasus pada Kelompok Peternak "ITIKURIH" di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis)
Oleh
: Endan HendartoD O 3 4 9 6 0 5 9
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi
Ujian Lisan pada tanggal 16 Oktober 2000Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Ir. Ujang Sehabudin
Ketua
Junrsan
Sosial Ekonomi Industri Petemakan
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Desember 1976 di kota Ciamis, Jawa
Barat, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Ajo Warjo dan Ibu Entin.
Pendidikan Dasar hingga SMA diselesaikan di kota Ciamis yaitu Sekolah
Dasar Maleber 11 Ciamis dari tahun 1983 sampai 1989, selanjutnya diterima di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ciamis
clan
lulus tahun 1992, kemudian Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciamis dan lulus tahun 1995.Pada tahun 1996 Penulis diterima sebagai mahasiswa J u a n Sosial Ekonomi
Industri Petemakan, Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
UMPTN
(Ujian Masuk Perguruan T i g g i Negeri).Selama kuliah, penulis pemah aktif di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi
PRAKATA
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir/skripsi
denganjudul Analisis Peluang Pengembalian Kredit Usaha Peternakan Ayam Buras
(Kasus pada Kelompok Temak "ITIKURlH" di Desa Ciharalang, Kecamatan
Cijeungjing, Kabupaten Ciamis).
Ucapan terima kasih yang tulus Penulis sampaikan kepada Ir. Lucia Cyrilla
E.N.S.D., MSi. sebagai pembimbing utama dan Ir. Ujang Sehabudin sebagai
pembibing kedua dan sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan kepada Penulis dari awal masa perkuliahan, pembuatan proposal
penelitian sampai pada penyelesaian skripsi ini. Kepada Ir. Amiruddin Saleh, MS
dan Ir. Sumiati, MSc. sebagai dosen penguji pada ujian sidang, Penulis menghaturkan
terima kasih.
Sembah sujud Penulis sampaikan kepada Ayahanda dan Iblmda atas segala
curahan cinta dan kasih sayang berupa dorongan moril dan materilnya kepada Penulis
selama ini. Adik-adikku tercinta (Wahyu dan Eris) terima kasih atas segala dorongan
dan cinta kasih yang diberikan. Seluruh keluarga di Ciamis, Ema, Uwa, Mamang dan
semuanya terima kasih atas segala dorongan do'a selama Penulis kuliah di IPB.
Terima kasih kepada Ibu Hj. Nana Rohana, Bapak Kades Ciharalang, Ibu
Dedeh, Ibu Titi, Ibu Robiah dan seluruh anggota Kelompok Temak "ITIKVRIH" atas
Ucapan terima kasih juga Penulis haturkan kepada Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Laut (TNI-AL) atas bantuan beasiswanya selama Penulis kuliah, keluarga
besar Bapak Ir. H. M. Harris Soeranggadjiwa (aIm) dan Ibu R. Siti Soemarni (aIm),
Bapak Hengky Sukodahono dan Ibu Resmi Ikasari beserta Dada dan Nindi atas
bantuan moril dan materilnya selama Penulis kuliah dan Bapak Dr. Ir. Dadang
Sukandar, MSc. atas bimbingan statistiknya selama Penulis melakukan pengolahan
data.
Teman-temanku di SEIP 33 dari Aarn Hendro sampai Zul, terima kasih atas
kerjasama dan kebersamaannya selama ini. Sahabatku semua, Linda (KK), Iyan, Efi,
Feri, Ida, Yudi, Rini, Endro, Yuli, Bas, Anne, ai, Yusrizal, Zul, Nugraheni dan
Suparini, Rahmat Si Kabayan , Ende Braha, aim Gelar, Wayus Silen, Irman, N'jo,
Denni, Akong, Jerri dan keluarga besar Boga Lima terima kasih atas bantuannya.
Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah
rnernbantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis bemarap semoga karya kecil ini dapat berglma khususnya bagi penulis
dan urnunmya bagi pernbaca dalam rnenarnbah wawasan ilmu pengetahuan. Amien.
Bogor, Oktober 2000
DAFfARISI
Halaman
RINGKASAN ... ii
RIWAYATHIDUP ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFT AR GAMBAR ... xii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Pennasalahan . ... ... .... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... ... ... 3
Tujuan ... : ... 4
Kegunaan ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Usahatemak Ayam Buras ... 5
Pengertian Kredit ... 6
Jenis-jenis Kredit ... 7
Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit ... 9
Konsep Penerimaan dan Biaya ... 10
METODE PENELITIAN ... 12
Lokasi dan Waktu ... 12
Populasi dan Sampel ... : ... 12
Desain ... 12
Data dan Instrurnentasi ... ... ... ... ... ... .... ... .... ... ... 13
Analisis Data ... ... ... .... ... ... ... ... ... ... ... .... ... ... 13
Definisi Istilah ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
Gambaran Wilayah ... 18
Letak dan Penggunaan Wilayah ... 18
Program Pengembangan Agribisnis Ayam Buras Pola Kawasan ... 20
Profil Kelompok Peternak "ITIKURlH" ... 22
Karakteristik Responden ... 23
Umur ... 24
Pendidikan Formal ... 24
PekeIjaan ... 25
Jumlah Anggota Keluarga ... 25
Pendapatan di Luar Usahaternak Ayam Buras ... 26
Tingkat Partisipasi ... 28
Pengalaman ... 28
Keadaan Usahaternak Ayam Buras ... 30
Populasi ... 30
Produksi dan Pemasaran ... 30
Pemeliharaan ... 31
Kandang ... 31
Pakan ... 32
Tenaga Kerja ... 33
Penanggulangan Penyakit ... 33
Perkreditan ... 33
Analisis Pendapatan Usahaternak Ayam Buras ... 34
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Peluang Pengembalian Kredit ... 36
KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 42
digalakkan. Selama ini peranan ayam buras dalam penyediaan daging baru 30 persen
dan telur 16 persen dari produksi daging dan telur unggas yang ada (Direktorat
Ienderal Petemakan, 1 998a). Hal ini pula yang mendorong pemerintah untuk
mengembangkan usahatemak ayam buras sehingga peranan ayam buras dalam
penyediaan daging dan telur dapat meningkat serta diharapkan usahatemak ayam
buras ini tidak hanya sebagai usaha sampingan tetapi bisa diandalkan sebagai sumber
pendapatan pokok masyarakat terutama di pedesaan.
Upaya pemerintah dalam mengembangkan usahatemak ayam buras antara lain
melalui Intensifikasi Ayam Buras (INTAB) dan Sentra Pengembangan Agribisnis
Komoditas Unggulan (SPAKU). Hasil yang dicapai dari kedua program tersebut
belum sesuai dengan yang ditargetkan disebabkan oleh beberapa kendala yang
dihadapi yaitu : (I) perencanaan kurang tepat; (2) parameter tidak sesuai dengan
kenyataan di lapangan; (3) pengorganisasian yang belum mantap; (4) tenaga
penyuluh yang masih kurang; (5) pelayanan belum berjalan secara optimal; (6)
terbatasnya modal usaha; (7) lemahnya kemampuan manajerial pimpinan koperasi
atau kelompok tani temak. Upaya lain yang dilakukan pemerintah yang merupakan
kelanjutan dari program-program sebelumnya adalah Upaya Khusus (UPSUS)
Pengembangan Agribisnis Ayam Buras Pola Kawasan. Tujuan program ini adalah
untuk meningkatkan produktivitas usahatani dan produksi petemakan dalam
penyediaan pangan, membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat (Direktorat Ienderal Petemakan, 1998b).
Salah satu daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan usahatemak
ayam buras di Jawa Barat adalah Kabupaten Ciamis. Pada tahun 1995 dan 1996,
populasi ayam buras di Kabupaten Ciamis adalah yang terbesar dari seluruh
kabupaten dan kotamadya yang ada di Jawa Barat. Tahun 1997 dan 1998 mengalami
penurunan yang cukup signifikan yaitu dari sekitar 5 juta ekor tahun 1996 menjadi 2
juta ekor tahun 1997 dan sekitar 1,8 juta ekor di tahun 1998 (Badan Pusat Statistik
Jawa Barat, 1998). Hal ini mendorong pemerintah untuk memilih Kabupaten Ciamis
sebagai salah satu daerah yang menjadi sasaran dari Program Pengembangan
Agribisnis Ayam Buras.
Permasalahan
Bentuk program khusus pengembangan usahaternak ayam buras salah satunya
berupa bantuan kredit bergulir artinya kredit yang diberikan kepada suatu kelompok
peternak ayam buras yang selanjutnya pengembalian kredit tersebut digulirkan
kembali kepada kelompok peternak lain yang membutuhkan. Dengan demikian,
pemberian kredit secara bergulir
ini
selain dapat mengatasi keterbatasan modalusahaternak ayam buras juga sebagai suatu alternatif untuk memberdayakan
perekonomian masyarakat terutama di pedesaan.
Ditinjau dari segi konsep, kredit bergulir ini cukup baik, tetapi perlu
dilakukan suatu kajian sebagai bahan evaluasi untuk penyempurnaan program
tersebut agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Beberapa masalah Yl!Jlg perlu
dikaji adalah:
(I) Berapa besar pendapatan yang dihasilkan dari usahaternak ayam buras yang
dilakukan oleh peternak ayam buras penerima kredit bergulir ?
(2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi peluang pengembalian kredit oleh petemak
ayam buras penerima kredit bergulir ?
(3) Bagaimana peluang pengembalian kredit oleh para petemak dan kelompok temak
penerima kredit ?
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
(1) Mengetahui pendapatan petemak ayam buras penerima kredit bergulir.
(2) Mengetahui faictor-faictor' yang mempengaruhi peluang pengembalian kredit
petemak ayam buras penerima kredit bergulir.
(3) Meramalkan peluang pengembalian kredit oleh kelompok petemak dan petemak
ayam buras penerima kredit bergulir itu sendiri.
Kegunaan
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai :
(1) Sumbanga."l informasi kepada petemak ayam buras penerima kredit bergulir
tentang besamya pendapatan yang dihasilkan dari usahatemak ayam buras yang
dilakukannya dari kredit yang diterimanya.
(2) Surnbangan informasi bagi pemerintah dan institusi terkait lainnya dalam
menentukan kebijakan pemberian kredit kepada para petemak ayam buras.
(3) Bahan masukan bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai analisis peluang
pengembalian kredit terutama pada usahatemak ayam buras.
TINJAUAN PUSTAKA
Usahaternak Ayam Buras
Menurut Kingston dan Creswell (1982) ayam buras yang terdapat di Indonesia
adalah varietas ayam hutan (Gal/us-gal/us) yang berasal dari Asia Tenggara yang
sebagian sudah didomestikasi. Ayam ini dapat dikandangkan pada waktu malam dan
untuk ayam yang sedang mengeram disediakan sarang di dalam atau di dekat rumah
pemiliknya namun usaha pencegahan penyakit belum dilakukan. Sarwono (1991)
mengungkapkan bahwa ayam buras disebut juga ayam kampung karena umumnya
ayam tersebut dibiarkan lepas berkeliaran di lapangan, halaman, kebun dan tempat
lain sekitar kampung atau daerah pemukiman manusia.
Ayam buras memiliki beberapa kelebiban dibandingkan dengan temak lain
seperti kecepatan adaptasi terhadap lingkungan dan kecepatan berproduksi. Ayam
buras juga merupakan media pertukaran yang paling fleksibel dan sebagai tabungan
(Murtidjo, 1992).
Sekitar tabun 1960 sudah ada usahatemak ayam buras dan semakin semarak
di tahun-tabun kemudian. Usahatemak ayam buras yang ada bam pada tingkat skala
kecil hingga menengah. Walaupun demikian usahatemak ayam buras skalakecil dan
menengah itu semakin banyak membawa keuntungan (Rasyaf, 1996).
Sebenarnya peluang pasar ayam buras cukup besar karena sampai sekarang
masyarakat relatif lebib menyukai telur maupun daging ayam buras dibanding ayam
lebih dikembangkan sehingga bisa diandalkan sebagai sumber pendapatan yang dapat
meningkatkan taraf hidup (Sudaryani, 1999)
Populasi ayam buras di Kabupaten Ciamis pada tahun 1998 adalah 1.860.296
ekor dan persentasenya terbesar diantara sejumlah unggas yang ada (Tabel I).
Tabell. Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Ciamis Tabun 1998
No Jenis Unggas Jumlah (ekor)
1. Ayam buras
2. Ayam ras pedaginglbroiler
1.860.296 589.738 85.200 94.582 3. Ayam ras petelur
4. Itik
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis (1998)
Pengertian Kredit
Persentase (%)
70,8 22,4 3,2 3,6
Kredit berasal dari bahasa Latin credo yang berarti "percaya". Inilah sebabnya
sampai batas-batas tertentu dasar kredit yang utama adalah kepercayaan dari semua
pihak yang bersangkutan dengan perkreditan tersebut (Kadarsan, 1995). Mubyarto
(1989) menyatakan bahwa kredit adalah transaksi antara dua pihak dimana yang
pertama disebut kreditur yang menyediakan sumber-sumber ekonomi berupa barang,
jasa atau uang dengan janji bahwa pihak kedua (debitur) akan membayar kembali
pada waktu yang telah ditentukan. Suyatno (1992) lebih lanjut menyatakanbahwa
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Beberapa kriteria dalam penilaian kelayakan kredit yaitu: (I) Character :
menunjukkan kemungkinan dari langganan untuk secara jujur berusaha memenuhi
kewajiban-kewajibannya; (2) Capacity: pendapat subjektif mengenaikemampuan
dari langganan; (3) Capital: posisi finansial suatu perusahaan yang bersangkutan; (4)
Collateral: aktiva dari langganan yang menjadi jaminan bagi keamanan kredit yang
diberikan kepada langganan; (5) Condition: pengaruh langsung dari trend ekonomi
(Riyanto, 1995).
Menurut Mubyarto (1989) peran kredit sangat penting disebabkan oleh
kenyataan bahwa secara relatif modal sebagai faktor produksi yang keberadaannya
sangat terbatas terutama di negara-negara berkembang. Prasetyo (1996) menyatakan
bahwa kredit dapat mengakibatkan perkembangan usaha yang dicapai pengusaha
dalam produksi mencapai rata-rata 6,71 persen dan untuk penjualan meningkat 4,12
persen.
Jenis-jenis Kredit
Menurut Galbraith dalam Kadarsan (1995), berdasarkan hasil pemakaiannya
kredit dibedakan menjadi tiga yaitu :
(1) Kredit positif atau kredit produktif yaitu setelah jangka waktu peminjaman dan
uang yang dipinjam sudah dipakai habis, petani akan mendapatkan hasil sebesar
jurniah pinjaman ditambah dengan bunga, ongkos-ongkos pinjaman lainnya dan
keuntungan.
(2) Kredit netral atau maintenance credit yaitu kredit yang hasil pemakaiannya
hanya menghasilkan jumlah pinjaman ditambah dengan bunga dan
ongkos-ongkos pinjaman lainnya.
(3) Kredit negatif atau kredit tidak produktif yaitu hasil yang diperoleh dari
pemakaian pinjaman kurang dari jumlah yang diperlukan untuk membayar
jumlah pinjaman, bunga dan ongkos-ongkos pinjaman lainnya.
Mubyarto (1989) membagi kredit berdasarkan penggunaannya menjadi dua
yaitu:
(1) Kredit investasi untuk membiayai pembelian barang-barang modal yang bersifat
tetap yaitu tidak habis dalam suatu proses produksi seperti tanah, temak dan
mesin.
(2) Kredit modal kerja yaitu kredit yang dipakai untuk pembelian barang-barang
modal tidak tetap yang habis dalam satu proses produksi.
Belshaw dalam Kadarsan (1995) membedakan kredit berdasarkan hasil
investasi menjadi kredit statis dan kredit dinamis. (I) Kredit statis setelah dipakai
oleh peminjam tidak mengakibatkan hasil produksi, kekayaan ataupun penghasilan
meningkat. (2) Kredit dinamis, setelah dipakai akan menaikkan satu atau beberapa
bahkan semua dari keempat faktor yaitu pokok pinjaman, bunga, besar pinjaman dan
keuntungan.
Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit
Faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit pada usaha kecil di
Bank Perkreditan Rakyat Batuceper Tanggerang adalah pengalaman berusaha,
frekuensi pembinaan dan agunan (Prasetyo, 1996). セゥュ「ッャッョ@ (1999) menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi pengembalian hedit sapi perah di KUD Cipanas,
Kabupaten Cianjur adalah umur, pendapatan tunai peternak dan tanggungan keluarga.
Uni.ur dan tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit,
sedangkan pendapatan berpengaruh positif.
Menurut Rahayu (1996) pada penelitiannya tentang faktor yang
mempengaruhi kemampuan dan kemauan petani plasma PIR BUN Karet dalam
pengembalian kredit di PT. Perkebunan Nusantara III, Sumatera Utara menyatakan
bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit adalah nisbah
cicilan kredit dengan penerimaan tunai per bulan dan nisbah total penerimaan kredit
dengan total penerimaan tunai karet. Fridawari (1995) menyatakan bahwa yang
berpengaruh terhadap peluang pengembalian kreclit di KUD Sari Mukti dan KUD
Timbul Jaya Kabupaten Subang, Jawa Barat adalah ukuran keluarga, tingkat
pendidikan non formal, frekuensi pembinaan, aset selain lahan, pendapatan dari luar
usahatani, biaya usahatani per hektar, tingkat harga gabah, biaya bunga dan jenis
KUD.
Konsep Penerirnaan dan Biaya
Menurut Boediono (1997) penerimaan (revenue) adalah penerimaan produsen
dari hasil penjualan outputnya. Beberapa hal penting dalam penerimaan adalah
sebagai berikut:
(1) Total Revenue yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya;
(2) Average Revenue yaitu penerirnaan produsen per unit output yang dijual;
(3) Marginal Revenue yaitu kenaikan dari total revenue yang disebabkan oleh
tarnbahan penjualan satu (l) unit output.
Pengeluaran perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan perusahaan
sebagai biaya produksi, baik itu biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya produksi
juga disebut biaya operasional dalam jangka waktu satu tahun (Kadarsan, 1995).
Soekartawi et al (1986) menyatakan bahwa pengeluaran total usahatani (total farm
expenses) didefmisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau
dikeluarkan di dalam produksi tetapi tidak tennasuk tenaga keIja keluarga petani.
Pengeluaran usahatani yang dihubungkan dengan kapasitas produksi dibagi menjadi
pengeluaran tetap (fIXed cost) dan pengeluaran tidak tetap (variable cost).
Pengeluaran tetap ialah pengeluaran usahatani yang tidak tergantung kepada besamya
produksi. Pengeluaran tidak tetap ialah pengeluaran yang digunakan untuk tanaman
ataU temak tertentu dan jumla1mya berubah sebanding dengan besarnya produksi
tanaman atau temak tersebut.
Menurut Rasyaf (1996), dalam biaya produksi dikenal ada biaya variabel atau
biaya yang harus dikeluarkan dengan besar atau kecilnya biaya tergantung pada
banyak atau sedikitnya jwnlab ayam kampung yang ada di kelompok I<andang yang
bersangkutan, sebagai contoh biaya pakan dan biaya obat. Disamping itu ada biaya
tetap yang harus dikeluarkan tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya jwnlab ayam
buras yang dipelihara di dalam kelompok yang bersangkutan seperti penyusutan
kandang dan alat -alat usabaternak.
Keuntungan adalab total penerimaan (total revenue) dikurangi dengan total
biaya (total cost) dalam suatu proses produksi (Boediono, 1997). Apabila
dinotasikan ke dalam bentuk persamaan matematika maka :
I
IT=TR-TCI
Keterangan: IT = keuntungan TR = total penerimaan TC = total biaya
Soedaryani dan Santono (1999) menyatakan babwa keuntungan usabaternak
ayam buras adalab total penerimaan dari usabaternak ayam buras dikurangi biaya
produksi dalam suatu proses produksi. Penerimaan dari usabaternak ayam buras
buras Iepas produksi (ayam afkir tua). Biaya produksi terdiri dari biaya pemeliharaan
anak, biaya pembesaran, biaya ayam buras masa produksi dan biaya penetasan.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Petemak "ITIKURlH" di Desa
Ciharalang, Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis dari bulan April sampai Mei
2000.
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah petemak penenma kredit anggota
Kelompok Petemak "ITIKURIH" sejumlah 38 orang. Pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan metode Simple Random Sampling (pengambilan sampel secara
acak sederhana) sebanyak 33 orang.
Desain
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dengan mengambil kasus di
Kelompok Petemak "ITIKURIH" Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing
Kabupaten Ciamis. Data yang diperoleh diformulasikan dalam bentuk tabulasi untuk
analisis deskriptif sedangkan untuk analisis peluang pengembalian kredit digunakan
model analisis Logit dengan bantuan program komputer Statistical Analysis System
Data dan Instrumentasi
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari responden anggota Kelompok Petemak "ITIKURlli" berupa
karakteristik individu yang meliputi umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga,
pendapatan dari luar usabatemak, pekerjaan di luar usahatemak, pengalaman
berusahatemak ayam buras serta tingkat partisipasi responden dalam
kegiatan-kegiatan kelompok. Data sekunder diperoleh dari laporan kelompok meliputi catatan
populasi ayam buras, laporan cicilan kredit dan catatan tentang produksi telur. Data
sekunder lainnya diperoleh dari Dinas Petemakan Ciamis , Badan Pusat Statistik
Ciamis, Pemerintahan Desa Ciharalang dan instansi lain yang terkait.
Pengambilan data menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung kepada
petemak anggota Kelompok Petemak "ITIKURlH". Selain itu dilakukan pula
wawancara langsung dan observasi di lapangan.
Analisis Data.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan beberapa analisis yaitu:
(1) Analisis Pendapatan Usabatemak Ayam Buras
Analisis ini memberikan gambaran tentang besamya pendapatan yang
dihasilkan dari usabatemak ayam buras yang dikelolanya. Perhitungan pendapatan
usabatemak ayam buras menggunakan rumus sebagai berikut:
IT=TR-TC
Keterangan: IT = pendapatan usahatemak TR = total penerimaan usahatemak TC = total biaya usahatemak
(2) Analisis Peluang Pengembalian Kredit Usahatemak Ayam Buras
Model yang digunakan dalam menganalisis peluang pengembalian kredit
usahatemak ayam buras adalah Model Logit yang dinyatakan dalam suatu bentuk
model probabilistik. Model ini mempunyai dependent variable yang merupakan
logaritma dari probabilitas suatu situasi atau atribut akan berlaku dengan syarat atau
kondisi adanya variable-bariabel bebas tertentu (Sritua, 1993). Model Logit ini
didasarkan pada adanya fungsi logistik pada dependen variabelnya. Secara
matematis Model Logit dapat dinyatakan sebagai berikut (pindyck dan Daniel, 1991):
Pi = F(Z)= F(a
KセゥxェI]@
1 . 1 +e-Zl1
Keterangan: Pi a
13i
Xi XlX
2 X3 )4 Xs セ@ X7 e= Peluang pengembalian kredit = konstanta
=
131 -137
= koefisien variabel bebas XI - X7
=XI-X7
= Umur (tahun)
= Tingkat pendidikan formal (tahun) = Jurnlah anggota keluarga (orang)
= Pendapatan di luar usahatemak ayanl buras (Rp/bulan) = Pendapatan usabatemak ayam buras (Rp/bulan)
= Tingkat partisipasi (kalilbulan)
= Pengalaman berusahatemak ayam buras (tahun)
= logaritma natural '" 2,71828 ...
Supaya model dapat diduga maka kedua sisi dikalikan dengan faktor pengali 1
+
e-Z;sehingga:
14
e -zi
=
_1 -1=
1 - PiPi Pi
-zi zi
Karena e = lie maka:
zi Pi e =
-I-Pi
Dengan menghilangkan Iogaritma natural (e) dari persamaan maka :
zゥ]iョセ@
I-Pi
In Pi - - = 1=0. +pl 1 Z· rrx·
I-Pi
Persamaan disisi kiri dinamakan log odds ratio, yaitu merupakan fungsi linier
dari variabel penjelas (X). Untuk menentukan parameter dari tiap variabel
digunakan metode maksimum likelihood yang diolah oleh bantuan Program sセsN@
Definisi Istilah
(I) Ayam buras atau ayam kampung adalah ayam lokal Indonesia yang berasal dari
ayam hitam merah Gallus gallus yang telah jinak, sebagai contoh ayam sayur,
ayam Kedu dan ayam Pelung.
(2) Usahatemak ayam buras adalah usaha membudidayakan ayam buras untuk
menghasiIkan telur sebagai produk utama.
(3) Kelompok petemak adaIah kumpulan beberapa orang peternak ayam buras yang
menghimpun diri daIam suatu wadah dengan aturan-aturan tersendiri.
(4) Kredit adalah penyediaan uang atau barang yang diberikan kepada para petemak
ayam buras untuk menambah modal usahanya dan akan dikembalikan dalam
jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan (rupiah).
(5) Kredit dengan pola bergulir adalah paket kredit yang diberikan kepada petemak
ayam buras dan selanjutnya hasil pengembalian kredit tersebut diberikan
kembali kepada anggota baru.
(6). Pendapatan usahatemak ayam buras adalah nilai uang yang didapatkan dari
usaha petemakan ayam buras yang didapat dari pengurangan biaya total
produksi terhadap total penerimaan baik itu tunai misalkan penjualan telur ayam
buras maupun itu yang tidak tunai misalnya ayam afkir yang dikonsumsi sendiri
(rupiahlbulan).
(7) Biaya tetap adalah biaya yang digunakan petemak ayam buras untuk
membangun kandang, membeli peralatan dan perlengkapan kandang serta
sarana produksi temak lain yang tidak habis dalam satu periode produksi
(rupiah/tahun).
(8) Biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk membeli pakan, konsentrat,
obat dan vaksin serta sarana produksi temak lain yang habis dalam satu periode
produksi (rupiah/tahun).
(9) Pendidikan formal adalah lamanya responden menempuh pendidikan umum
untuk setiap jenjang pendidikan secara normal (tahun).
(10) Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dalam keluarga
responden (orang).
(II) Pengalaman adalah lamanya responden mengelola usahaternak ayam buras
(tahun)
(12) Pendapatan di luar usahaternak adalah masukan atau pendapatan keluarga yang
didapat dari seluruh anggota keluarga yang sudah bekeIja tetapi bukan
didapatkan dari hasil usahaternak ayam buras (rupiahlbulan)
(13) Tingkat partisipasi adalah jumlah kehadiran responden dalam pertemuan dan
kegiatan kelompok yang bersifat menunjang kegiatan usahaternak ayam buras
(kalilbulan).
(14) Modal usaha adalah sejumlah uang untuk mencukupi biaya produksi
usahaternak ayam buras baik biaya tetap ataupun biaya variabel dalam suatu
periode produksi (rupiah).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Wilayah
Letak dan Penggunaan Lahan
Desa Ciharalang terletak di Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis
Propinsi Jawa Barat. Desa Ciharalang berbatasan dengan Desa Pamalayan di sebelah
barat, Desa Bojong Mengger di sebelah Timor, Desa Cijeungjing di sebelah Utara
dan sungai Citanduy di sebelah Selatan.
Desa Ciharalang terletak pada ketinggian 124 m di atas permukaan laut
dengan luas wilayah 702.670 ha dan dibagi menjadi delapan dusun, 18 Rukun Warga
(RW) dan 40 Rukun Tetangga (RT). Jarak Desa Ciharalang dari ibukota Kabupaten
Ciamis sekitar 10 km.
Tabel 2. Pembagian Luas Wilayah Desa Ciharalang Tahun 1999
Pembagian Wilayah Luas Persentase
(ha) (%)
1. Kebun kelapa 480.590 68,39
2. Pertanian sawah 131.365 18,69
3. Kolam 32.650 4,65
4. Pemukiman umum 30.870 4,39
5. Kebunbambu 7.420 1,06
6. Lain-lain 19.775 2,82
Jurnlah 702.670 100,00
Somber: Profil Desa Ciharalang Tabun 1999
Sebagian wilayah Desa Ciharalang merupakan perkebunan kelapa yaitu
480.590 ha (68,39 %), sehingga menjadikan Desa Ciharalang sebagai salah satu
produsen minyak kelapa di Kabupaten Ciarnis. Lahan pertanian sawah menduduki
[image:31.597.82.504.413.563.2]pemukiman umum, bangunan perkantoran, jalan, tempat rekreasi dan olahraga dan
lain-lain (Tabel 2).
Kependudukan
Penduduk Desa Ciharalang berdasarkan data Profil Desa tahun 1999
berjumlah 4298 jiwa dengan 1334 Kepala Keluarga (KK). Sebagian besar pekerjaan
penduduk adalah di sektor pertanian (87,61 %) sedangkan lainnya di sektor jasa
(11,07 % ) dan di sektor industri (1,32 %). Distribusi penduduk Desa Ciharalang
berdasarkan pekerjaan disajikan dalam Tabel3.
Tabel3. Distribusi Penduduk Desa Cibaralang Berdasarkan Pekerjaan Tabun 1999
Jenis Pekerjaan
1. Sektor Pertanian 2. Sektor Jasa 3. Sektor Industri
Jumlah Jumlah (Orang) 2334 295 35 2672 Sumber : Profil Desa Ciharalang Tahun 1999
Persentase (%) 87,61 11,07 1,32 100,00
Dilihat dari segi pendidikan, pada umumnya penduduk Desa Ciharalang
masing berpendidikan rendah yaitu 46,77 persen masyarakat berpendidikan sekolah
dasar (SD), 8,91 persen sekolah lanjutan tingkat pertama (SL TP), 8,24 persen sekolah
lanjutan tingkat atas (SLTA) dan 15,59 persen yang pendidikannya sarnpai perguruan
tinggi, sedangkan sisanya 20,49 persen mempunyai latar belakang pendidikan di
pondok pesantren (TabeI4).
Tabel 4. Distribusi Penduduk Desa Ciharalang Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 1999
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Pondok Pesantren Jumlah Jwnlah (Orang) 210 40 37 70 92 449 Sumber : Profil Desa Ciharalang Tahun 1999
Persentase (%) 46,77 8,91 8,24 15,59 20,49 100,00
Fasilitas yang ada di Desa Ciharalang berupa tenaga listrik dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN), jalan desa serta jalan kabupaten. Fasilitas-fasilitas tersebut
memberikan kemudahan kepada masyarakat da1am melakukan aktivitasnya.
Tersedianya fasilitas listrik sangat berguna terutama untuk penerangan kandang ayam
buras, mesin pemanas dan mesin penetasan. Fasilitas jalan yang sudah diaspal
merupakan sarana pendukung untuk mobilitas penduduk terutama dalam upaya
pemasaran hasil temak ayam buras.
Program Pengembangan Agribisnis Ayam Buras Pola Kawasan
Ke1ompok petemak ayam buras yang mendapatkan fasilitas kredit melalui
Program Pengembangan Agribisnis Ayam Buras Pola Kawasan di Kabupaten Ciamis
beJjumlah delapan kelompok. Besamya kredit yang diterima oleh masing-masing
Kelompok petemak disesuaikan dengan banyaknya anggota dari masing-masing
Kelompok petemak itu sendiri. Kelompok petemak ayam buras di Kabupaten Ciamis
yang mendapatkan fasilitas kredit bergulir dapat dilihat pada Tabel 5.
l. 2. 3. 4. 5.
6.
7.8.
TabeI 5. Kelompok Peternak Ayam Buras yang Mendapatkan Fasilitas Kredit Bergulir
Kelompok Peternak JumIah Anggota J umlah Bantuan
(Orang) (Rupiah)
Itikurih 35 115.375.000,00
SekarArum 25 43.125.000,00
Unggas Mekar 20 34.500.000,00
SugihMukti 20 34.500.000,00
Mekar Bhakti 25 43.125.000,00
Bangunsari 25 43.125.000,00
Kiprah 25 43.125.000,00
Wargi Saluyu 25 43.125.000,00
Jumlah 200 400.000.000,00
Sumber : Dinas Petemakan Kabupaten Ciamis
Mekanisme penyaluran bantuan kredit yaitu melalui rekening kelompok
peternak yang ada pada bank yang telah ditunjuk dan selanjutnya dana tersebut
disalurkan kepada anggota kelompok masing-masing.
[image:34.599.82.498.102.258.2]PEMERINTAH BANK KELOMPOK PETERNAK ANGGOTA KELOMPOK PETERNAK
Gambar 1. Mekanisme Penyaluran Kredit
Profil Kelompok Peternak "ITIKURIH"
Kelompok Peternak "ITIKURIH" berdiri pada bulan Desember 1998 sebagai
realisasi dari program Upaya Khusus (UPSUS) Pengembangan Agribisnis Ayam
Buras Pola Kawasan yang merupakan bagian dari Gerakan Mandiri Produksi Protein
Hewani 2001 (GEMA PROTEINA 2001).
Pada awal berdirinya, Kelompok Peternak "ITIKURlH" ini memiliki 35 orang
anggota yang semuanya terdiri dari ibu rumah tangga. Pada tahun 2000 anggotanya
bertambah tiga (3) orang menjadi 38 orang.
Kegiatan usaha Kelompok Petemak "ITIKURIH" ini dibina oleh Dinas
Peternakan Kabupaten Ciamis, Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis dan petugas
penyuluh lapangan (PPL) dari Kecarnatan Cijeungjing. Penasihatnya adalah Carnat
Cijeungjing, Kepala Desa Ciharalang, Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia
(pPUI) dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Kepengurusan
Kelompok Peternak "ITIKURIH" terdiri dari seorang ketua, wakil ketua, sekretaris,
bendahara dan seksi-seksi yang meliputi seksi kesehatan hewan, seksi penetasan dan
seksi usaha. Struktur Kelompok Peternak "ITIKURIH" dapat dilihat pada Gambar 2.
PEMBINA: PENASEHAT:
o
KCDPETERNAKAN ... _ .. __ ... KETUA
0
CAMAT0
KCD LINGKUP0
KEPALADESAPERTANIAN
Ii:! PETUGAS
0
PPUIKOPERASI WK.KETUA
KECAMATAN
0
HKTIBENDAHARA SEKRETARIS
r
I
SEKSI SEKSI SEKSI
KESEHATAN HEW AN PENETASAN USAHA
Keterangan :
- - = Garis koordinasi
[image:36.603.87.493.61.360.2]... _ ... = Garis pembinaan
Gambar 2. Struktur KeJompok pセエ・イオ。ォ@ "ITIKURIH"
Karakteristik Responden
Karakteristik responden menggambarkan keadaan wnwn dari ibu-ibu anggota
KeJompok Peternak "ITlKURlli" yang meliputi wnur, pendidikan formal, pekerjaan
di luar usahatemak ayam buras, jumlah anggota keluarga, pendapatan di luar
usahatemak ayam buras, tingkat partisipasi, pengalaman dan pendapatan usahatemak
ayam buras.
Vmur
Sebagian besar responden masih dapat dikategorikan ke dalam usia produktif
(15 - 55 tahun) yaitu 93,94 persen sedangkan yang tidak termasuk usia produktif
hanya 6,06 persen.
Tabel6. Distribusi Responden Berdasarkan Vmur
Vmur Jurnlah Persentase
(tahun) (orang)
(%)
15 - 25 4 12,12
26-35 11 33,34
36-45 7 21,21
46-55 9 27,27
>55 2 6,06
Jurnlah 33 100,00
Keadaan ini memungkinkan responden lebih giat bekerja untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna untuk hidupnya, sehingga usahatemak ayam buras akan
dikelolanya dengan lebih baik. Distribusi responden berdasarkan umur disajikan
dalam Tabel 6.
Pendidikan Formal
Sebagian besar responden berpendidikan sekolah dasar (SD) yaitu 60,61
persen, sekolah lanjutan tingkat pertarna (SLTP) 27,27 persen, sekolah lanjutan
tingkat atas (SLTA) sebanyak 9,09 persen dan hanya 3,03 persen yang
pendidikannya sarnpai perguruan tinggi. Masih rendahnya tingkat pendidikan formal
responden berpengaruh secara tidak langsung pada keterampilan mereka dalam
mengelola usahatemak ayam buras, hal ini dikaitkan dengan kemampuan dalam
menenma inforamsi dari para responden. Distribusi responden berdasarkan
[image:38.608.91.508.160.263.2]pendidikan fonnal disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal
·Pendidikan Fonnal Jum1ah Persentase
(orang)
(%)
SD 20 60,61
SLTP 9 27,27
SLTA 3 9,09
Perguruan Tinggi 1 3,03
Jum1ah 33 100,00
Pekerjaan
Jenis pekeIjaan responden pada umumnya sebagai ibu rumah tangga 42,42
persen dan petani 39,40 persen, sedangkan yang lainnya wiraswasta dan pegawai
negeri sipil masing-masing sebanyak 9,09 persen. Responden yang bekeIja sebagai
ibu rumah tangga mempunyai waktu yang lebih leluasa untuk melakukan usahatemak
ayam buras dibanding dengan responden yang bekeIja di 1uar ibu rumah tangga.
Semakin banyaknya waktu bagi responden untuk'melakukan usahatemak ayam buras
akan semakin baik pula hasil yang didapatkan. Gambaran tentang pekeljaan
responden dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel8. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
PekeIjaan
Ibu Rurnah Tangga Petani
Wiraswasta
Pegawai negeri sipil
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga responden berkisar antara satu sarnpai lima orang.
Responden yang mempunyai anggota keluarga kurang dari dua orang 9,09 persen,
yang mempunyai jumlah keluarga dari dua sarnpai tiga orang sebanyak 60,61 persen
dan yang mempunyai jumlah anggota keluarga lebih dari atau sarna dengan empat
orang 30,30 persen. Sebagian besar responden tergolong ke dalarn keluaga kecil
dengan jumlah anggota keluarga tidak lebih dari tiga orang. Semakin banyak anggota
keluarga maka ketersediaan tenaga kelja untuk usahaternak ayam buras akan semakin
banyak pula, sehingga usahaternak tidak akan menjadi beban yang berat bagi
keluarga dalarn pengelolaannya. Semakin banyaknya tenaga kelja yang tersedia akan
berpengaruh kepada pengelolaan usahaternak yang semakin baik. Pengelolaan yang
baik akan menghasilkan produksi yang baik pula dan akhirnya akan berpengaruh
terhadap kemarnpuan responden dalarn mengembalikan kreditnya. Garnbaran jumlah
anggota keluarga responden dapat dilihat dalarn Tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarklln Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Anggota Keluarga (orang) Jumlah <2
2-3
>3 Jumlah (orang) 3 20 10 33Pendapatan di Luar Usahaternak Ayam Buras
Persentase
(%)
9,09 60,61 30,30 100,00Pendapatan keluarga responden di luar usahaternak ayarn buras dihasilkan
dari pekeljaan sebagai petani, pedagang, buruh dan pegawai negeri sipiI. Besarnya
pendapatan keluarga responden dari luar usahatemak ayam buras bervariasi antara Rp
50.000,00 per bulan sampai Rp 833.333,00 per bulan. Responden yang pendapatan
di luar usahatemak ayam burasnya kurang dari Rp 100.000,00 per bulan sebanyak
21,21 persen,antara Rp 100.000,00 sampai Rp 300.000,00 per bulan sebanyak 51,52
persen, antara Rp. 300.005,00 sampai Rp 500.000,00 per bulan sebanyak 12,12
persen dan yang pendapatan di luar usahatemak ayam burasnya lebih dari Rp
500.000,00 per bulan sebanyak 15,15 persen. Semakin besar pendapatan dari luar
usahatemak ayam buras maka semakin banyak pula uang tunai yang dimiliki
keluarga. Semakin banyak uang tunai yang dimiliki keluarga maka semakin besar
pula peluang responden dalam mengembalikan kreditnya. Pada kenyataannya
responden yang mempunyai pendapatan di luar usahatemak ayam burasnya tinggi
(diatas Rp 500.000,00) hanya 12,12 persen dan sebanyak ini pula responden yang
mempunyai kesempatan paling besar untuk mampu mengembalikan kreditnya.
Deskripsi tentang pendapatan di luar usahatemak ayam buras para responden
disajikan dalam TabellO.
TabellO. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Luar Usahaternak Ayam Buras
Tingkat Pendapatan Jumlah Persentase
(Rp/bulan) (orang)
(%)
< 100.000 7 21,21
100.000 - 300.000 17 51,52
300.005 - 500.000 4 12,12
> 500.000 5 15,15
Jumlah 33 100,00
Tingkat Partisipasi
Tingkat partisipasi adalah jumlah kehadiran responden dalarn menghadiri
pertemuan dan kegiatan penunjang usahaternak ayarn buras. Tingkat partisipasi
responden dibagi menjadi dalarn beberapa kategori yaitu kategori jarang
«
2 kali perbulan), kategori sedang (2 kali per bulan) dan kategori sering Hセ@ 3 kali per bulan).
Responden yangjarang mengikuti kegiatan kelompok 9,09 persen, yang sedang 60,61
persen dan yang sering 30,30 persen. Rataan tingkat partisipasi responden sebesar 3
kali per bulan. Dilihat
dari
rataan tingkat partisipasi maka sebenarnya responden dapat lebih banyak mendapatkan informasi untuk mengelola usahaternak ayarnburasnya. Semakin banyaknya informasi yang didapat maka kemarnpuan dan
keterarnpilan mengelola usahaternak ayarn buras juga akan meningkat yang
selanjutnya akan berpengaruh pada hasil dan didapatkan. Garnbaran tentang tingkat
partisipasi responden disajikan dalarn Tabeill.
Tabeill. Distribusi Tingkat Partisipasi Responden
Tingkat partisipasi (kalilbulan) <2 2 セS@ Jurnlah Pengalaman Jurnlah (orang) 3 20 10 33 Persentase (%) 9,09 60,61 30,30 100,00
Pengalarnan berusaba ternak ayarn buras menggambarkan tentang Iamanya
para responden mengenal usabaternak ayarn buras. Pengalaman berusahaternak ayam
buras dapat
dibedakan
dalam beberapa kategori yaitu kurangdari
6 tahun 48,49persen, 6 sampai 10 tahun sebanyak 30,30 persen dan yang pengalamannya lebih dari
10 tahun 2 I ,21 persen. Dilihat dari segi pengalaman, responden yang sudah lama
berusahatemak ayam buras hanya 21,21 persen sedangkan sisanya lairang dari 10
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih dalam tahap
pemula dalam hal usahaternak ayam buras apalagi dengan pemeliharaan seeara semi
intensif. Semakin lama pengalaman berusahaternak ayam buras maka semakin
banyak pula pengetahuan tentang pengelolaannya, sehingga akan berpengaruh juga
pada hasH yang didapatkan dari usahatemak ayam buras itu sediri. Distribusi
responden berdasarkan pengalaman berusahaternak ayam buras dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel12. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman Berusahaternak Ayam Buras
Pengalaman Jumlah Persentase
(tahun) (orang) (%)
<6 16 48,49
6-10 10 30,30
>10 7 21,21
Jumlah 33 100,00
Keadaan Usahaternak Ayam Buras
Populasi
Populasi ayam buras yang dipelihara pada saat penelitian oleh para petemak
pada Kelompok Petemak "ITIKURlH" berjumlah 1.283 ekor ayam dewasa, 271 ekor
ayam dara dan 334 ekor anak ayam.
Tabel 13. Populasi Ayam Buras di Kelompok Peternak "ITIKURIH" per Pebruari 2000
Dewasa Jenis Temak Jantan Betina Sub total Dara Sub total Anak Total Jantan Betina Jumlah (ekor) 132 l.l5! 1.283 57 _ _ _ RQTセ@ _ _ _ 271 334
Satuan Temak (ST)
12,83
1,36 0,84 15,03
Populasi ayam buras dalam Satuan Ternak (ST) adalah sebagai berikut: ayam
dewasa sebanyak 12,83 Satuan Ternak; ayam dara 1,36 Satuan Temak dan anak
ayam 0,83 Satuan Temak. Total populasi ayam buras dalam Satuan Ternak adalah
15,03 Satuan Ternak dengan rataan kepemilikan ayam buras oleh para responden (33
orang) sebanyak 0,45 Satuan Temak. Populasi ayam buras pada Kelompok Peternak
"ITIKURllf' disajikan dalam Tabel 13.
Produksi dan Pemasaran
Hasil utama dari usahatemak ayam buras pada Kelompok Petemak
"ITIKURllf' adalah telur ayam buras. Hasil lainnya berupa ayam afkir yaitu ayam
[image:43.602.80.498.219.392.2]yang umumya sudah terlalu tua dan produksi telurnya sedikit, tetapi ayarn afkir ini
biasanya tidak dijual, melainkan dikonsumsi sendiri atau ditukar dengan ayam bibit
yang masih muda. Produksi telur pada Kelompok Peternak "ITIKURlH" beljumlah
39.972 butir per tahun (Maret 1999 sarnpai Pebruari 2000). Rataan produksi telur per
peternak per tahun beljumlah l.211 butir, sedangkan rataan produktivitas ayarn buras
bibit adalah sekitar 35 butir per tahun. Produktivitas sebesar itu masih keeil apabila
dibandingkan dengan tingkat produksi maksimal yang dapat dieapai oleh ayam buras
yaitu 72± 9 butir per tahun (Kingston dan Creswell, 1982).
Hasil berupa telur dipasarkan kepada kelompok yang selanjutnya dipasarkan
baik ke konsumen langsung ataupun ke pasar umum. Harga telur yang dipasarkan
berkisar antara Rp 600,00 - Rp 700,OOlbutir.
Pemeliharaan
Pemeliharaan ayam buras pada Kelompok Peternak "ITIKURlH" bersifat
semi intensif. Ayarn buras dikandangkan dan diberi halarnan· yang dibatasi pagar
sebagai tempat umbaran (sistem ren).
Hal
ini dirnaksudkan agar ayarn buras mempunyai kesempatan untuk berkeliaran di sekitar kandang untuk mendapatkanmakanan tambahan. Keuntungan lain dengan eara pemeliharaan dengan sistem ini
adalah mempermudah dalarn upaya pengontrolan terhadap kondisi ayarn ayam buras,
pemberian pakan, pencegahan dan penanggulangan penyakit.
1. Kandang
Pemeliharaan ayarn buras pada umumnya menggunakan sistem ren yaitu
kandang yang sekelilingnya dipagari oleh bilah-bilah barnbu setinggi 2-2,5 meter
dengan luas rata-rata 25 meter persegi. Luas halaman yang tersedia untuk umbaran
sudah cukup memadai untuk menampung lebih dari 100 ekor ayam dewasa dengan
ukuran 5 - 6 ekor/m2 (Sudaryani dan Santono, 1999). Kandang-kandang ayam buras
ini umumnya dibangun di pekarangan belakang rumah.
2. Pakan
Pakan yang diberikan berupa dedak padi yang dicampur dengan air panas. Hal
ini ditujukan untuk membebaskan dedak dari bakteri, karena dengan air panas maka
bakteri akan mati dan dedak aman untuk dimakan oleh ayam. Frekuensi
pemberiannya rata-rata dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari.
Frekuensi pemberian pakan seperti ini ditujukan untuk memberikan kesempatan
kepada ayam untuk dapat mencema makanan yang dimakannya. Beberapa orang
responden mencampur dedak padi dengan limbah rumahtangga seperti bungkil kelapa
dan sayuran. Ini memungkinkan ayam untuk mendapatkan tambahan suplai zat-zat
makanan yang tidak ditemukan dalam dedak padi. Responden tidak membedakan
ransum untuk ayam buras dewasa, dara ataupun anak ayam. Pada umumnya
responden mempunyai ukuran untuk pemberian pakan sebanyak 100 gram per ekor
ayam dewasa per hari.
Dilihat dari segi kebutuhan energi metabolis untuk ayam buras dewasa,
apabila ransum yang diberikan hanya dedak padi maka energi metabolis yang
dihasilkan baru mencapai 2900 kkalIkg, sedangkan kebutuhan energi metabolis yang
harus dipenuhi oleh ransum ayam buras dewasa sebesar 2988,3 kallkg pakan.
Demikian halnya dengan kebutuhan protein dalam ransum untuk ayam buras dewasa
yang harns dipenuhi adalah sebesar 14,87 persen, sementara protein yang dikandung
dedak padi hanya 10,10 persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemberian
pakan belum memadai untuk menghasilkan produksi telur yang baik.
3. Tenaga Kerja
Tenaga . kelja yang dipakai untuk melakukan usahatemak ayam buras
semuanya berasal dari keluarga responden. Waktu yang diperJukan untuk melakukan
aktivitas pemberian pakan dan pembersihan kandang rata-rata selama 3 jam per hari.
Dari segi curahan waktu, keberadaan usahatemak ayam buras ini tidak mengganggu
kegiatan responden dalam menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga atau
bekerja di sektor lain. Sebagai acuan upah tenaga kelja responden mempunyai
ukuran Rp 250,00 per ekor ayam per bulan. Aturan ini diterapkan berdasarkan pada
upah pemeliharaan ayam ras yang juga banyak dilakukan di Desa Ciharalang.
4. Penanggulangan Penyakit
Penyakit yang sering menyerang ayam buras adalah penyakit tetelo atau ND
(Newcastle Desease). Usaha pencegahan yang.dilakukan yaitu dengan melakukan
vaksinasi ND yang secara rutin diberikan dalam kurun waktu tiga bulan sekali.
Vaksinasi dilakukan oleh petugas dari kelompok dengan biaya vaksinasi sebesar Rp
150,00 per ekor ayam buras. Pemberian obat-obatan tidak rutin diberikan, tergantung
kondisi kesehatan ayam, hal ini berakibat pada produksi telur yang masih rendah.
Perkreditan
Sumber modal usahatemak ayam buras pada Kelompok Petemak
"ITIKURlH" berasal dari kredit bergulir. Besamya kredit yang diterima oleh setiap
petemak adalah sebesar Rp 1.725.000,00 dengan perincian dalam bentuk ayam buras
sebanyak 50 ekor senilai Rp 1.000.000,00, biaya pembuatan kandang sebesar Rp
275.000,00, pakan, obat-obatan serta uang pemeliharaan senilai Rp 450.000,00.
Jangka waktu pengembalian selama tiga tahun terhitung mulai tahun 1999, sedangkan
besarnya cicilan adalah Rp 50.000 per bulan tanpa adanya biaya bunga dan agunan.
Ditinjau dari segi penggunaannya, maka kredit tersebut merupakan kredit
investasi dan sekaligus kredit modal kerja. Pembayaran cicilan dilakukan setiap
minggu terutama dari produksi telur ayam buras yang dihasilkan. Keterlambatan atau
bahkan ketidakmampuan dalam mengembalikan kredit tidak dikenakan sanksi, oleh
karena itu hanya beban moral saja yang menjadi pendorong para responden untuk
mampu mengembalikan semua kreditnya.
Mekanisme perguliran kredit dilakukan dengan cara perekrutan anggota
kelompok baru dari masyarakat yang mempunyai keinginan untuk berusahatemak
ayam buras yang selanjutnya diberikan paket kredit. Perekrutan anggota baru
dilakukan berdasarkan hasil keputusan pengurus セ・ャッューッォ@ Petemak "ITIKURIH".
Analisis Pendapatan Usahaternak Ayam Buras
Komponen utama dari analisis pendapatan adalah biaya dan penerimaan usaha
temak ayam buras. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya
tetap terdiri dari biaya penyusutankandang dan biaya penyusutan peralatan,
sedangkan biaya tidak tetap (biaya variabel) terdiri dari biaya pakan, biaya tenaga
kerja, biaya obat dan vaksin serta biaya lain-lain seperti biaya listrik dan air. Biaya
produksi usahatemak ayam buras dari seluruh responden berkisar antara Rp
43.800,00 - Rp 125.550,00 per bulan sedangkan rataannya sebesar Rp 73.697,00 per
bulan.
Komponen penerimaan terdiri dari hasil penjualan telur ayam buras dan ayam
atkir baik yang dikonsumsi sendiri maupun yang dijual. Besamya penerimaan
usahatemak ayam bnras dari seluruh responden berkisar antara Rp 77.500,00 sampai
Rp 219.438,00 per bulan dan rataannya sebesar Rp 124.794,00 per bulan.
Pendapatan usahatemak ayam buras dihitung dengan mengurangkan biaya
total terhadap penerimaan usahatemak ayam buras. Dari hasil perhitungan diperoleh
pendapatan usahatemak ayam buras para responden berkisar antara Rp 19.142,00
sampai Rp 122.388,00 per bulan. Rataan pendapatan usahatemak ayam burasdari
seluruh responden adalah sebesar Rp 50.570,00 per bulan. Rataan pendapatan
sebesar itu baru mencapai 28,60 persen dari nilai yang ditargetkan oleh pemerintah
sebesar Rp 176.833,00 per bulan (Direktorat Jenderal Petemakan, 1998b). Ditinjau
dari segi hasil yang dicapai, maka kredit tersebut termasuk ke dalam kredit dinamis
karena kredit tersebut dapat meningkatkan penghl)silan dan kekayaan penerima kredit
walaupun nilainya masih keeil. Gambaran tentang koniponen pendapatan usahatemak
ayam buras pada Kelompok Petemak "ITIKURlH" disajikan dalam Tabel14.
Tabel 14. Komponen Pendapatan Usahaternak Ayam Buras
Uraian 1. Penerimaan
Penjualan telur Ayamafkir Total penerimaan II. Pengeluaranlbiaya
a. Biaya variabel Pakan
Tenaga keIja Obat dan vaksin b. Biaya tetap
Penyusutan kandang Penyusutan peralatan Total pengeluaranlbiaya III. Pendapatan (I -
In
Rataan (Rplbulanlpeternak)
99.851,00 24.416,00 124.267,00 50.834,00 11.250,00 6.750,00 4.688,00 625,00 73697,00 50.570,00
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Peluang Pengembalian Kredit
Analisis faktor yang mempengaruhi peluang pengembalian kredit oleh para
responden dilakukan dengan menggunakan model Logit dengan bantuan program
komputer Statistical Analysis System (SAS). Model Logit ini selanjutnya diuji dengan
menggunakan metode kemungkinan maksimum (Maximum Likelihood Method).
Hasil analisis menunjukkan terdapat saling hubungan (multikolinearitas)
antara peubah-peubah bebas dalam model, sehingga analisis diIanjutkan dengan cara
bertahap (stepwise procedure). Cara ini memungkinkan terseleksinya peubah bebas
yang tidak signifikan. Hasil analisis pendugaan parameter dengan metode
kemungkinan maksimum dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil Analisis Pendugaan Parameter dengan Metode Kemungkinan Maksimum (Maximum Likelihood Method)
No Peubah Koefisien Galat Baku
1. Intersep -9,2193*) 4,6979
2. Pendidikan (XI) 0,0235 0,1625
3. Jum1ah Anggota ke1uarga (X2) 0,4914 0,8289
4. Pendapatan di luar usahatemak (X3) -3,94E-6 4,108E-6
5. Pendapatan usahatemak (4) ,000163*) 0,000079 6. Tingkat partisipasi (Xs) -0,8257 0,9736
7. Pengalaman
OC6)
0,4976*) 0,24528. -2 Log L Khi-kuadrat = 29,955 dengan df= 6 (p=O,OOOI) Keterangan: *) nyata pada a = 0,05
Pr> Khi-kuadrat 0,0497 0,8849 0,5533 0,3380 0,0384 0,3964 0,0424
Analisis lanjutan dilakukan dengan mengeluarkan peubah yang tidak
berpengaruh untuk mengetahui seeara lebih signifikan besamya pengaruh faktor
pengalaman dan pendapatan usahatemak ayam buras terhadap peluang pengembalian
kredit. Analisis tersebut memberikan hasil seperti tereantum dalam Tabel 16.
Tabel 16. Analisis Kemungkinan Maksimum Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Peluang Pengembalian Kredit
No Peubah Koefisien
I. Intersep -8,5287**.)
2. Pendapatan usahatemak (4) 0,000125**) 3. Pengalaman @> 0,3699*) Keterangan : * ) nyata pada a = 0,05
** ) nyata pada a = 0,01
Persamaan yang terbentuk adalah sebagai berikut :
GalatBaku 2,9924 0,000049 0,1681
P' 1
I
=
1-e -( -1l,5287· + 0,000125· X4 + 0,3699·· X6)Keterangan : Pi = peluang mengembalikan kredit
X.
= faktor pendapatan usahatemak ayam burasセ@ = faktor pengalaman
e = logaritma natural,., 2,71828 ...
[image:50.610.91.528.62.262.2] [image:50.610.87.516.375.691.2]Faktor Peodapatao Usahateroak Ayam Buras (4)
Tabel 16 menuojukkan bahwa faktor pendapatan usahatemak ayam buras
berpengaruh positif terhadap peluang pengembalian kredit dengan nilai koefisien
0,000125. Ini berarti bahwa semakin tinggi pendapatan usahatemak ayam buras
maka akan semakin tinggi pula peluang petemak dalam mengembalikan kreditnya.
Hal ini dimuogkinkan karena semakin tinggi pendapatan usahatemak ayam buras,
maka petemak mempuoyai banyak kelebihan uang tuoai uotuk meluoasi kreditnya.
Faktor Peogalamao (4)
Faktor pengalaman berusahatemak ayam buras berpengaruh positif terhadap
peluang peogembalian kredit dengan nilai koefisien 0,3699 (Tabel 16). Ini berarti
semakin tinggi pengalaman berusahaternak ayarn buras rnaka sernakin tinggi pula
peluang peternak dalam rnengembalikan kreditnya. Hal ini dimuogkinkan karena
dengan semakin tingginya pengalaman berusahatemak ayam buras rnaka
keterampilan petemak dalam mengelola usahaternaknya akan sernakin baik.
Secara keseluruhan, rataan peluang pengembalian kredit oleh anggota
Kelornpok Petemak "ITIKURllf' sebesar 54,73 persen sedangkan peluang tidak
mengembalikan kreditnya sebesar 45,27 persen. Keadaan tersebut menuojukkan
bahwa kemampuan peogembalian kredit oleh Kelompok Petemak "lTIKURIH"
masih terbilang rendah sehingga kelanjutan dari kredit bergulir ini kurang baik.
Peluang pengembalian kredit pada beberapa tingkatan pengalaman dan
pendapatan usahatemak ayam buras dapat dilihat dalam Tabel 17.
Tabel 17. Peluang Pengembalian Kredit pada Beberapa Tingkat Pengalaman dan Pendapatan Usahaternak Ayam Buras
PENG PENDAPATAN (Rupiah)
(Tb) 20.000 40.000 60.000 80.000 2 0,0050219 0,0579269 0,4282731 0,9012418 4 0,0104660 0,1141433 0,6108531 0,9503060 6 0,0216831 0,2126040 0,7668662 0,9756530 8 0,0443830 0,3613522 0,8733047 0,9882316 10 0,0886929 0,5424724 0,9352512 0,9943492 12 0,1693979 0,7130206 0,968018 0,9972954 14 0,2994118 0,8388775 0,9844787 0,9987075
Keterangan : PENG = penga1aman (tabun)
100'10 90"10 80% セ@ 70% 'if', セ@
"
Z 60% 50%セ@
40%...l
'"
30%""
20%10%
k-0%
2 4 6 8 10 12
PENGAlAMANBEIFRNAK(falum)
100.000 . 0,9910853 0,9957259 0,9979557 0,9990234 0,9995337 0,9997774 0,9998937 1'0
'"
....
...
14 120.000 0,9992622 0,9996477 0,9998318 0,9999197 0,9999617 0,9999817 0,9999912 [image:52.602.90.484.315.518.2]I-+-
Rp 20000 - - -Rp 40000 - . -Rp 60000"""'*-
Rp 80000 -0-Rp 100000 -+-Rp 120000I
Gambar 4. Grafik Peluang Pengembalian Kredit pada Beberapa Tingkat Pengalaman dan Pendapatan Usabaternak Ayam Buras
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
(I) Pendapatan yang dihasilkan dari usahaternak ayam buras oleh para peternak
yang mendapatkan fasilitas kredit bergulir adalah sebesar Rp 50.570,00 per
bulan atau bam mencapai 28,60 persen dari yang ditargetkan oleh pemerintah.
Keadaan ini menunjukkan bahwa program pemberian kredit bergulir kepada
para peternak ayam buras di Kelompok Peternak "ITIKURIH" belum mampu
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga peternak penerima kredit.
(2) Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap peluang pengembalian kredit
oleh para peternak di Kelompok Peternak "ITIKURIH" adalah faktor
pendapatan usahaternak ayam buras dan pengalaman beternak ayam buras.
Kedua faktor tersebut berpengaruh positif artinya semakin tinggi pendapatan
dan pengalaman berusahaternak ayam buras maka semakin tinggi pula peluang
peternak untuk mampu mengembalikan kre<;lit.
(3) Peluang pengembalian kredit oleh Kelompok Peternak "ITIKURIH" sebesar
54,73 persen sedangkan peluang tidak kembalinya kredit sebesar 45,27 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pengembalian kredit oleh anggota
Kelompok Peternak "ITIKURIH" secara keseluruhan masih rendah.
Saran
(1) Bimbingan kepada para peternak ayarn buras terutarna dalarn aspek manajemen
pemeliharaan harus lebih ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun dari segi
kuantitas, agar program pemberian kredit untuk usahaternak ayam buras ini
benar-benar memberikan manfaat yang benar-benar dirasakan oleh peternak
khususnya dan masyarakat pada umurnnya.
(2) Lembaga perkreditan dan instansi lain hendaknya memperhatikan faktor
pengalarnan dan besarnya pendapatan usahaternak ayam buras sebagai
pertimbangan apabila akan memberikan kredit kepada para peternak ayam
buras.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis. 1998. Ciamis da1am Angka Tahun 1998. BPS Kabupaten. Ciamis.
Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 1998. Jawa Barat da1am Angka Tahun 1998. BPS Provinsi Jawa Barat. Bandung.
Boediono. 1997. Ekonomi Mikro. Edisi kedua. BPFE. Yogyakarta
Dinas Petemakan Kabupaten Ciarnis. 1999. Laporan Kegiatan PlOyek (peningkatan Ketahanan Pangan Nasional Melalui Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Tahun 1999). Dinas Petemakan Kabupaten Ciamis. Ciamis.
Direktorat Jenderal Petemakan. 1998a. Panduan Pelaksanaan Gema Proteina 2001 (Gerakan Mandiri Produksi Protein Hewani) Tahun Anggaran 1998/1999. Direktorat Jendera1 Petemakan. Jakarta.
Direktorat Jenderal Petemakan. 1998b. Upaya Khusus Pengembangan Agribisnis Ayam Buras Pola Kawasan. Direktorat Jenderal Petemakan. Jakarta
Fridawari, O. 1995. Analisis peluang pengembalian kredit (repayment) pada kredit usahatani (studi kasus pada KUD Sari Mukti dan KUD Timbul Jaya Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Kadarsan, H. W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kingston D. J. dan Creswell D. C .. 1982. Ayam-ayam Loka1 Indonesia: PopuJasi dan Sifat-sifat Produksi di Lima Desa di Jawa Barat. Balai Penelitian Temak. Bogor.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S. Jakarta.
Murtidjo, B. A. 1992. Mengelola Ayam Buras. Kanisius. Yogyakarta.
Pemerintah Desa Ciharalang. 1999. Profil Desa Ciharalang Tahun 1999. Desa Ciaharalang.
Pindyck, R. S. and Daniel L. R. 1991. Econometric Models and Economic Forecast. Third Edition. Mc Graw-Hill.
Prasetyo, A. B. 1996. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit pada usaha keciI (kasus BPR Batueeper, Tanggerang). Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Rahayu, Y. M. 1996. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan dan kemauan petani plasma PIR BUN Karet daIam pengembalian kredit (studi kasus di PIR Labuhan Batu wilayah Utara PT. Perkebunan Nusantara ill. Sumatera Utara). Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Rasyaf, M. 1996. Pengelolaan Usaha Petemakan Ayam Kampung. Kanisius. Yogyakarta.
Riyanto, B. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta.
Sarwono. 1991. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya. Jakarta.
Simbolon, P. R. 1999. Analisis kemampuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit sapi perah di KUD Cipanas Keeamatan Paeet Kabupaten Cianjur. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Soekartawi, A. SuhaIjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker. 1986. I1mu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Keeil. Penerbit UI Press. Jakarta.
Sritua, A. 1993. MetodoIogi Penelitian Ekonomi. UI Press. Jakarta.
Sudaryani, T dan Hari Santono. 1999. Pembibitan Ayam Buras. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyatno, T. 1992. Dasar-dasar Perkreditan. Edisi ill. Pustaka Utama dan STIE Perbanas. Jakarta.
Lampiran 1.
KARAKTERISTIK PETERNAK
ANGGOTA KELOMPOK TERNAK "ITIKURIH"
NO
Y Xl X2 X3 X4 X5 X6 X71 1 54 2 1 76667 64529 4 15
2 1 42 12 4 500000 52450 4 10
3 1 49 6 2 102667 73308 4 9
4 2 35 12 4 150000 48683 4 5
5 2 31 12 2 100000 49706 4 1
6 2 30 6 3 100000 39175 2 1
7 1 45 6 4 525000 122388
-
-
4 12.... -. .
8 2 25 12 3 103333 26568 2 1
9 2 29 6 3 210000 47392 2 4
10 1 39 6 3 437500 53413 2 9
11 2 30 12 4 94167 20127 2 2
12 1 60 6 3 261667 40504 2 2