• Tidak ada hasil yang ditemukan

Antihypercholesterolemic Potency of Kayu Gabus bark (Alsonia scholaris, R.Br.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Antihypercholesterolemic Potency of Kayu Gabus bark (Alsonia scholaris, R.Br.)"

Copied!
304
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)

POTENSI ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA KULIT

BATANG K A W GABUS

(Alstonia scholaris,

R.Br.)

Oleh :

ANNA PRLANGANI USMAN

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(156)

SUMMARY

ANNA

PRIANGANI

USMAN. Antihypercholesterolemic Potency of Kayu

Gabus bark (htonia s c b h h , R Br.) under supervision of Aisjah Girindra (Advisor), M. Anwar Nur,

Norman

R Amar, Sawondo Djojosoebagio (Iate),

and Aunuddin (Members).

Kayu Gabus (AktonZa scholaris, R Br.) grows in Indonesia and its water

extract (so called infirsariurn) has been used as traditional medicine. Its activity as

antihyperchole.sterolemic has not been

studied

scientifically.

The

present study was &ed out &om 1995 to 1999. The aims of this study

are to (1) determine the effect of *&sariurn and solvent fraction of

Kayu

Gabus bark on serum total cholesterol level of hypercholestmlemic

Wistar

male rat, (2) to study

effect of

Kayu

Gabus bark infUsarium and solvent fraction treatment on profile of

LDLcholesterol, HDEcholesteroi, triglyceride and &tty liver of

Wistar

male rat,

(3) determine effect of solven. M o n treatment on endogenous cholesterol biosynthesis activity and on cholesterol secretion through feces of

hypercholesterolernic

Wistar

male rat, and (4) to classify the compound in solvent hction having antihypercholesterolemic activity.

The study is divided into several stages, that is, sample preparation,

preliminary research, main research, and identification of compound in solvent

(157)

Sample used were boiled water extract ( i u x n ) of

Kayu

Gabus

bark and

its solvent hction of

Kayu

Gabus bark. Infbrium sample was made by boiling

Kayu

Gabus in water until a half of water used evaporated.

Kayu

Gabus bark solvent

hction was made by m t r d o n using various organic solvents.

The preliminary research was conducted to study the

cho1estmlemic potency of

Kayu

Gabus iafusarium. The research was done by

feeding hypercholest~l~~lemic rats with infusarium followed by determination of

reduction

of serum

total

cholesterol level. Reduction of the choksted

level

was

compared by the

s&dard

diet. In addition, its effect on LDLcholesterol,

MIL

cholesterol, triglyceride,

and

Wty liver levels was determined.

The main research

was

done by feeding hypercholesterolemic lats with

Kayu

Gabus solvent tiaction and compared the reducton of the rat cholesterol level with

comespondiig reduction o h e d on rat group fed with commercial cholesterol

reducing drug (pravxhol, topid, and nicotinic acid), also with those given standard

diet and high cholesterol diet. In addition, its effect on WL-choIesterol, HDL

cholesterol, t r i g l y d , feces cholesterol levels, Wy liver levels, and activity of

endogen cholesterol bmsynthesis was determined. To study the antihyper-

cholesterolemic activity via inhibition of endogen cholesterol biosynthesis, in vztro

experiment was done by assaying hidroxymethyl glutaril-CoA reductase of liver

microsome fiaction

The

data obtained were analyzed using Covariant Analysis. If

there was significant effect of the treatment on cholesterol reduction, and of the

increasing on feces cholesterol levels comparison of the mean average was followed

(158)

To identifjl compound having antihypercholesterolemic activity,

phytochemical tests were conducted using color tests, column chromatography analysis, and thin layer chromatography analysis.

Results of preliminary research showed that treatment with Kayu Gabus bark infbsarium of 4 mUKg BW/day during 14 and 28 days reduced serum total cholesterol level of hypercholesterolemic activity rat by 25,68 % (fiom 185,232 rngldl to 133,154 mg/dl) and 37,23 % (from 185,232 mgldl to 1 1 1,221 mg/dl).

Results of main research showed that substances of Kayu Gabus bark having antihypercholesterolernic activity was found in chloroform and water fractions.

Antihypercholesterolemic activity of water fiaction was higher than that of chloroform fiaction. Treatment dosis with water fiaction was 15,4 mg/Kg BWIday and treatment dosis with chloroform fiaction was 5,6 rng/Kg BWIday. Cholesterol reducing activity of water and chloroform fraction were 61.57 % (fiom 214,954 mgldl to 82,608 mgldi) and 37.0 1 % (from 162,054 mg/dl to 102,063 mg/dl) after 28 days treatment. Antihypercholesterolemic activity of water fraction was higher than that of lopid or pravachol. Reduction in serum total cholesterol was accompanied by reduction in

LDL-

cholesterol and increase in HDL

-

cholesterol levels.
(159)

Results of determination of antihypercholesterolemic activity indicated

reduction in serum total cholesterol level of hypercholesterolernic rat fed by Kayu Gabus water and chloroform fr-actions was not due to inhibition in cholesterol

biosynthesis. However, hypercholesterolemic activity of water fi-action by excreted cholesterol through feces and by inhibition to first step of endogen cholesterol

biosynthesis. But further study from mechanism of excreted cholesterol through feses

is needed.

Results of identification tests showed that compound in Kayu Gabus bark having hypercholesterolemic activity in chloroform fiaction was allcatoid and in water

fiaction was alkalaid and carbohydrate which suspect clasifL in water soluble

(160)

ANNA PRIANGANI USMAN. Potensi Antihiperkolesterolemia Kulit Batang Kayu Gabus (Alstonia scholaris, RBr.) dibawah bimbingan Aisjah Girindra sebagai ketua, M. Anwar Nur, Norman R Azwar, Aunuddin, dan Soewondo Hadisoebagjo (Alm.) sebagai anggota.

Kayu Gabus (Alstonia scholaris, R.Br.) tumbuh di Indonesia dan telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional dalam bentuk air rebusannya. Aktivitasnya sebagai obat khususnya sebagai antihiperkolesterolemia belum dipelajari secara ilmiah.

Penelitian dilakukan dari tahun 1995 sampai 1999. Penelitian bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh pemberian infusarium, dan fraksi pelarut dari kulit batang Kayu Gabus terhadap kadar kolesterol total serum tikus Wistar jantan yang mengalami hiperkolesterolemia, (2) mempelajari pengaruh pembe~an inksariurn dan fraksi pelarut dari kulit batang Kayu Gabus terhadap profil LDL-kolesterol, HDL-kolesterol, trigliserida, dan gambaran perlemakan hati tikus Wistar jantan, (3) mempelajari pengaruh pemberian fiaksi pelarut dalam dari kulit batang Kayu Gabus pada aktivitas biosintesis kolesterol endogen dan pengeluaran kolesterol melalui feaes tikus Wistar jantan yang mengalami hiperkolesterolernia, dan (4) mengetahui golongan senyawa dalam fraksi pelarut dari kulit batang Kayu Gabus yang memiliki aktivitas antihiperkolesterolemia.

Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan yaitu tahap persiapan contoh, penelitian pendahuluan, penelitian utama, dan tahap identifikasi golongan senyawa dalam fiaksi pelarut dari kulit batang Kayu Gabus yang berpotensi sebagai

(161)

Sampel dalam penelitian ini adalah air rebusan (infirsariurn) kulit batang Kayu Gabus dan 6-aksi pelarut dari kulit batang Kayu Gabus. Sampel infksariurn dibuat dengan cara merebus kulit batang Kayu Gabus sampai air rebusannya berkurang seteigahnya. Sedangkan ekstrak kulit batang Kayu Gabus diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan berbagai pelarut organik

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui potensi antihiper- kolesterolemia dari infbsarium kulit batang Kayu Gabus. Penelitian ini dilakukan dengan pemberian infbsarium di atas kepada tikus Wistar jantan yang hiperkolesterolemia, kemudian dilihat pengaruhnya terhadap penurunan kadar kolesterol total serurnnya. Penurunan kadar kolesterol ini dibandingkan dengan kadar kolesterol total serum t h s percobaan yang diberi diet standar. Selain itu dilihat pula pengaruhnya terhadap LDL,

HDL-kolesterol, trigliserida, dan perlemakan hatinya.

Penelitian utama dilakukan dengan pemberian fiaksi pelarut dari kulit batang Kayu Gabus pada tikus hiperkolesterolernia, dan membandingkan penurunan kadar kolesterol total serumnya dengan penurunan kadar kolesterol pada kelompok tikus yang diberi obat penurun kolesterol komersial (pravachol, lopid, dan asam nikotinat), dengan diet standar, dan dengan kelompok diet kolesterol tinggi. Selain itu dilihat pula pengaruhnya terhadap kadar LDL-kolesterol, HDL-kolesterol, trigliserida, kolesterol ekskreta (feses), dan terhadap perlemakan jaringan hatinya, serta terhadap aktivitas biosintesis kolesterol endogen. Untuk mengetahui apakah aktivitas antihiper- kolesterolemia dari sampel melalui hambatan biosintesis kolesterol endogen atau tidak

dilakukan percobaan in vitro melalui esei enzim hidroksi metil glutaril-KoA reduktase di

(162)

Analisis data dilakukan dengan Analisa Kovarian. Bila terdapat pengaruh yang

nyata dari perlahan terhadap penurunan kadar kolesterol total serum dan terhadap peningkatan kadar kolesterol fesesnya, pembandingan rataan nilai tengah perlakuan

ditindaklanjuti dengan uji Duncan.

Untuk identifikasi golongan senyawa yang beraktivitas antihiper-kolesterolemia

dilakukan uji-uji fitokimia dengan berbagai uji warn% pemisahan dengan kromatografi I

kolom, dan dengan kromatografi lapis tipis.

Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa pemberian infirsariurn kulit batang Kayu Gabus sebanyak 4ml/Kg BB/hari selama 14 dan 28 hari dapat menurunkan kadar kolesterol total serum tikus

Wzstar

jantan hiperkolesterolemia berturut-turut

25,68% (dari 185,232 mgfdl menjadi 133,154 mg/dl) dan 37,23% (dari 185,232 mg/dl menjadi 1 1 1,22 1 mg/dl).

Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa potensi antihiperkolesterolemia dari

kulit batang Kayu Gabus terdapat dalam &aksi klorofonn dan fiaksi air. Aktivitas antihiperkolesterolemia fi-aksi air lebih tinggi dari fiaksi klorofonn. Dosis pemberian

fraksi air sebanyak 15,4 mg/KgBB/hari dan pemberian fraksi kloroform sebanyak

5,6 mg/KgBB/hari. Aktivitas penurunan kadar kolesterol dari fraksi air dan kloroform pada dosis-dosis tersebut berturut-turut sebesar 61,57% (dari 214,954 @dl menjadi

82,608 mg/dl) dan 37,01% (dari 162,054 mg/dl menjadi 102,063 mgfdl) dengan masa

perlakuan 28 hari. Potensi antihiperkolesterolemia dari pemberian fraksi air tersebut selama 28 hari perlakuan lebih tinggi dibandingkan obat penurun kolesterol komersial

(163)

tersebut diikuti dengan penurunan kadar LDGkolesterol dan peningkatan kadar

HDL-

kolesterol pada kadar nonnalnya.

Hasil analisis kolesterol feses menunjukkan bahwa setelah pemberian perlakuan

28 hari kadar kolesterol feses tikus yang diberi fiaksi air lebih tinggi dari kadar kolesterol feses pada kelompok tikus dengan diet standar, dengan diet kolesterol tinggi clan dari yang diberi fiaksi kloroform serta yang diberi obat-obat penurun kolesterol komersial

(pravachol, dan lopid). Kadar kolesterol dalam feses akibat pemberian fiaksi air tersebut,

sebanding dengan kolesterol dalam feses akibat pemberian asam nikotinat. Selain itu

pemberian fraksi air dapat memulihkan proses perlemakan jaringan hati tikus

Wistar

j antan hiperkolesterolemia.

Hasil penentuan aktivitas antihiperkolesterolemia menunjukkan bahwa penurunan

kadar kolesterol total serum tikus hiperkolesterolemia dari fraksi air dan Moroform dalam

kulit batang Kayu Gabus tidak melalui hambatan biosintesis kolesterol endogen. Namun

aktivitas antihiperkolesterolemia dari W s i air sesuai dengan aktivitas

antihiperkolesterolemia dari asam nikotinat yaitu melalui hambatan enzim pada tahap

awal biosintesis kolesterol endogen dan melalui pengeluaran kolesterol dalam fesesnya. Namun mekanisme pengeluaran kolesterol dalam feses tersebut bebm dapat ditentukan.

Hasil identifikasi golongan senyawa dalam kulit batang Kayu Gabus yang

berpotensi antihiperkolesterolemia yang terdapat dalam fiaksi kforoform tergolong

senyawa alkaloid. Dan yang terdapat daiam fiaksi air tergolong senyawa alkaloid dan karbohidrat yang diduga tergolong polisakarida larut air. Namun masih perlu dilakukan

analisis lebih lanjut untuk dapat ditentukan jenis maupun struktur kimia dari senyawa-

(164)

POTENSI ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA

KULIT

BATANG K A W

GABUS

(AIstonia scholaris,

R-Br.)

Oleh :

ANNA PRIANGAIVI USMAN

Disertasi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Doktor

Pada

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM

PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(165)

Judul Disertasi : POTENSI ANTMPERK0LESTEROLEMJ.A KULIT BATANG

KAYU

GABUS (Alstonia scholan's, RBr.)

Nama Mahasiswa : ANNA PRIANGANI USMAN Nomor Pokok : 93545

Mengetahui 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Hj. Aisjah Girindra Ketua

%

Prof. Dr. H. Norman R Azwar Prof Dr. Ir. HM. Anwar Nur, MSc.

Anggota Anggota

/

Dr. Ir. Aunuddin, ~ . S C

Anggota

2. Ketua Program Studi Biologi

(166)

Penulis adalah putri dari H. Usman Achmad (almarhum) dengan Hj. Raisah

Surin (almarhumah), dilahirkan tanggal 10 Oktober 1947 di Garut (Jawa Barat). Pada

tanggal 3 Agustus 1973 penulis menikah dengan Ir. Roswiem Ruslan dan d i n i a i

satu orang anak yaitu Wharman Roswiem, S.T.

Pendidikan Sekolah Rakyat, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Asisten

Apoteker (SAA) diselesaikan di Bandung. Penulis lulus dari SAA tahun, 1967, dan pada tahun yang sama penulis diterirna di Jurusan Kimia FMIPA Institut Teknologi

Bandung. Pada tahun 1974 penulis memperoleh gelar Sarjana Kimia, clan pada tahun

1993 memperoleh gelar Magister Sains dari program studi Biologi, Falkultas Pascasarjana IPB. Pada tahun 1993 penulis melanjutkan program Doktor, dan memilih program MI Bioteknologi. Sejak tahun 1995 sampai sekarang, penulis

pindah program studi ke Program Studi Biologi Sub program Biokimia Pascasarjana

IPB.

Sejak tahun 1974 sampai Desember 1985, penulis bekerja di Bagian Kimia

Basic Natural Sciences-Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya Dari tahun 1986

(167)

KATA PENGANTAR

Disertasi yang berjudul "Potensi Antihiperkolesterolemia Kulit Batang Kayu Gabus (Alstonia scholaris, R Br.)" ini, disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Program Studi Biologi, Sub program Biokimia.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat- Nya disertasi ini dapat diselesaikan.

Penulis merasa terdorong untuk mengambil judul disertasi tersebut di atas mengingat negara Indonesia kaya akan flora yang dapat dimanfaatkan untuk obat. Selain itu sejak negara Indonesia dilanda krisis moneter, harga-harga obat paten semakin terasa mahal harganya. Kesulitan tersebut mendorong penulis untuk menggali potensi tumbuhan obat Indonesia, khususnya Kayu Gabus (Alstonia scholaris, R.Br.) untuk dilihat potensinya dalarn menurunkan kadar kolesterol tikus percobaan yang mengalami hiperkolesterolemia.

Walaupun banyak hambatan dalam p e l a a ! aan penelitian ini, namun penulis mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan kepada Prof Dr. Hj. Aisjah Girindra, Prof Dr. H. Soewondo Djojosoebagio (almarhum), Prof Dr. Ir. H.M. Anwar Nur, MSc, Prof. Dr. H. Norman R Azwar, dan Dr. Ir. Aunuddin, M.Sc, yang telah memberi bimbingan, pengarahan, pengertian, dan dorongan pada penulis sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.

(168)

menyampaikan ucapan terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan untuk mengikuti program pendidikan Sj di PPS-IPB. Kepada Direktur Tim Manajemen Program Doktor Depdikbud yang telah memberikan bantuan dana beasiswa disampaikan ucapan terimakasih.

Ucapan terimakasih tidak lupa disarnpaikan kepada Dr. Simson Tarigan, MSc., Dr. Partomuan Simanjuntak, MSc, yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Patologi Balai Penelitian Veteriner Bogor dan Laboratorium Kimia Bahan Alam Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi LIP1 Cibinong Bogor. Kepada rekan-rekan staf pengajar di Jurusan Kimia FMIPA

IPB, semua pegawai dan laboran di laboratorium Biokimia FMIPA IPB, laboratorium Kimia Analitik FMlPA IPB, Laboratorium Anorganik FMIPA IPB, laboratorium Kimia Terpadu UPT IPB, dan Iaboratorium Kimia Organik FMIPA IPB, yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini diucapkan terima kasih.

Kepada yang terhormat Buya H. Usrnan Achmad dan Ibunda Hj. Raisah Usman yang keduanya telah almarhum, atas segala pengorbanan, dorongan dan doa restu semasa hidupnya penulis mengucapkan banyak terimakasih. Kepada suami

If. Roswiem Ruslan dan putra kami Wiharman Roswiem, S.T tercinta, yang dengan sabar dan terus menexus memberi pengertian serta dorongan baik moral maupun material kepada penulis, disampaikan ucapan terimakasih.

(169)

Ucapan terimakasih penulis sampaikan pula pada semua pihak yang tidak mungkin disebut satu persatu yang telah memberikan perhatian, bantuan, tenaga, dan saran kepada penulis sehingga penelitian dan penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. Akhirnya, semoga Allah

SWT

memberikan balasan yang setimpal atas jasa

-

jasanya tersebut. Amin.

Bogor, November 2000

(170)

DAFTAR IS1

Halaman

FUNGKASAN ...,...KAS...KAS...KAS... v

RIWAYAT HIDUP

. . .

.

.

.

.

.

. . .

.

.

. .

. .

. . . .

.

. . , . .

. .. . .

.

.

.

. .

. . .

.

.

. . . .

.

. . .

. . .

. .

. .

. .

. . . .

. . .

.

.

. .

. . .

. . .

ix

KATA PENGANTAK ... .

...

... ... ...ANT.ANT... . . .

.

.

. . .

.

. ...

x

...

DAFTAR IS1 ... xtri

DAFTAR TABEL

...

... .

.. . .

... . ... . . . .

. . .

. . .

. . .

.

.

. xv

DAFTAR GAMBAR

.

....

. . . .

.. ...

.

. . .

.

.. . ... .. .. . ..

.

. . .

. .

.

. . . .

.

.

. .

..

.

. xvi DAFTAR LAMPIRAN .

.

. .

. .

, . .

.

. ..

.

. .

.

. .

.

. . .

. .

. .

. . .

.

.

. .. ..

. . . .

.

.

. .

.

. .

.

.

. . . .

.

.

. . .

. . .

.

. . .

.

xvii

PENDAHULUAN

Latar BeIakang ... ... .. .. .

....

.

.

.. .. . .. ... ..

.

....

. .

.

.

. .

.

.

. . . .

.

I Tujuan Peneiitian

.

... .. ...

.

.

.

..-..-..-....

. .

. . .

.

.

4 Hipotesis ... 5 Kegunaan Penelitian

.

. . .

.

, .

. . .

.

.

.

.

. .

.

.

.

.

.

.

. .

.

.

.

. .

. .

. .

. .

.

.

.

. . .

. . . .

.

.

.

.

. .

-

6

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Kayu Gabus (Alstonza schoZarzs, R.Br.) . .

.. . .

.

.

.

.

. . .

.

. . .

. . .

. . . . 7 Metabolit Sekunder . . . .

.

. . . .. . .

.. . .

.

-

...

- .. .

. .

.. .

...

.

. . .

.

.

. .

.

.

. . .

.

.

.

.

.

.

. . .

.

.

..

.

9

Ekstraksi, isoiasi, dan identifikasi senyawa bioaktif da1am tumbuhan

.

.

I4 Kolesterol dan metabolismenya . . .. .. . .

.

.

.

. .

. . .

. .

.

. . .

. . . .. . .

.. .

.

. .

. . .

.

. . .

.

.

1 5 Lipoprotein Serum . .

.

. . . . ... . ... ..

..

.. .. .... .,.

.,

...

. .

.

.

.

.

.

. .

.

. . .

.

. .

. . . . 20

Hiperlipoprateinemia dan Hiperkolesteroternia .

.

. . .

. . .

. . .

.

.

.

. . ..

. . .

33 Sistem Enzim Mikrosomal .. . ..

...

..

.

.

. . .

...

.

. .

. .

. . ... ...

..

. . .

. .

. . . . . . . . .

44 HistopatoIOgi ... 45 BAHAN

DAN

METODE
(171)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen Ekstrak KuIit Batang Kayu Gabus

...

65 Hasil Tahap penelitian pendahuluan

...

66 HasiI Tahap penelitian utama

...

68 Pernbahasan Umum Tahap Peneiitian utama

...

88 Hasif identifikasi senyawa antihiperkolesteroIemia

...

93

KESIMPULAN

DAN SARAN

...

KesimpuIan 97

Saran

...

99

...

DAFTAR PUSTAKA I00

...

(172)

1

.

Tipe-tipe Hiperlipoproteinemia

...

.

.

.

...

33

...

2

.

Rendemen

Ekstrak

Kdit Batang Kayu Gabus

...

.

.

.

65 3 . Dosis Ekstrak Kuiit Batang Kayu Gabus ddam qi Potensi

Antihiperkolesterobmia

...

66 4

.

Kadar Koiestroi Total Serum Tikus SeIama Penefitian Pendahutuan

...

67 5

.

Wasit uji bioesai, a d i s i s histopatologi hati, dm uji aktivitas

...

HMG KoA reduktase 74

(173)

No

.

Judul Gambar H a b a n I

.

Tumbuhan Kayu Gabus (AIsfonia scholaris. KBr)

...

7

Za. StruIdur Echifamin

...

..,

...

9

...

2b

.

Struktur Atstonin 9

3

.

Skema Hubungan Metabofisme Primer dan Sekunder

...

I I 4

.

J a b Bios*mtesis Utama-Metaboiit Sekunder pada Tanaman

...

I2

5

.

Struktur Koiesteroi

...

.

.

.

.

...

15

6 . Sintesis Asam mevalonat dari Asetii-KoA

...

I7

7

.

Sintesis Skuden

dari

Asam mevalonat

...

18

8

.

Sintesis K o l e s t d dari SkuaIen meiaiui Steroid Jnduk lanosteroi

...

19

9

.

Mobiiitas eiektrofbrefik dari lipoprotein-lipoprotein serum

...

21

...

I0

.

Metabolisme kiromikron 22

.

...

I I Metabofisme VLDL 25

12

.

PengambiIan dan degradasi LDL

...

27 13

.

Metabofisme HDL

... .

.

.

...

31 14

.

Strulrtur KoIestiramin dan Kolestipd

...

.

.

.

...

38

I5

.

Strukrtur Asam nikotinat ...

.

.

.

...

39

16

.

Struktur Ktofibrat dan Gemfibrod

...

39

...

17

.

Stsulrtur Probukoi 40

...

18

.

Struktur M&noIin 41

...

I9

.

Bagaimam obat-obatan menuninkan lipid plasma 43

...

...

20

.

Ekstraksi bertahap Pembuatan Fraksi Atkaioid

.

.

.

52

...

2 1

.

AIur metaboiisme kolesterot

dan

senyawa tipid lainnya 69

...

22 . Grafik kadar koiesteroi dari awai hingga akhir perlakuan 70

...

23 . Pengaturan'sintesis koksterol datam hati oieh diet 78

...

24

.

Pencemaan, absorpsii dan ekskresi koiesterol

.

.

....

81

25

.

Periemakan hati tikus hiperkolesteroiemia ...mi... 84 26

.

Gambaran per1-n hati tikus percobaan pada hari ke-28 perhkuan

...

85

...

(174)

DAFTAR LAMPIRAN

No

.

Judui Lampiran Halaman

1

.

Komposisi Diet Standar dan Diet Koiesteroi

T i

untuk

T

i

k

u

s

Percobaan

...

106

2

.

Data Anatisis Proksimat Kulit Batang Kayu Gabus

...

107

3

.

Prosedur Analisis Koiesferoi

Total

Serum

...

108

...

4

.

Prosedur Anafisis HDL-Koiesteroi 109

5

.

Prosedur Analisis LDGKoiesterol

...

.

.

...

I I I

...

6

.

Prosedur Andisis Trigiiserida I16

7

.

h s e d u r Analisis Koiesterol daIam Feses

...

118

8

.

Pen,ganr h Infusarium Kuiit Batang

Kayu

Gabus terhadap Kadar

...

LDL dan HDL-KoiesteroI 119

9

.

Pengaruh Infusarium terhadap Perlemakan Hati Tikus Hipdrobsteroiernia I20

...

I0

.

Prosedur Pembuatan Pereaksi Alkdoid I21

...

I I

.

Rataan Kadar KolesteroI Serum Totd 122

...

I2

.

Penurunan Kadar koiesterol Total Senun s e h a perIalcuan 123

...

...

I3

.

Rasio LDL : HDL koiesteroi serum tikus percobaan .... I24

14

.

Adisis Kovarian Penwun Kadar Koiesteroi

Total

Serum

...

pada 14 hari Perlakuan 125

15

.

Anatisis Kovarian Penwun Kadar Koiesteroi

Total

S e m

...

pada 28 hari Pertakuan I26

...

I6

.

Peningkatan Kadar Koiesteroi Feses Setama Perlakuan 127 17

.

Andisis Kovarian Peningkatan Kadar Koiesteroi fees

...

pada I4 hari P e r b n I28

I 8 . Analisis Kovarian Peningkatan Kadar KoiesteroI feses

...

p a d a 2 8 h a i i P e r b n I29

I9

.

W o i d indoi yang terdapat daIm daun dan Kuiit Batang

...

Kayu Gabus (AIsfma schlan's, R Br.) 130

...

(175)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pesatnya pernbangunan menyebabkan banyak perubahan dalam kehidupan

rnasyarakat, seperti perubahan pola hidup, pendidikan, kesehatan, dan makanan yang

dapat menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif

yang banyak melanda masyarakat kota besar adalah penyakit k a r d o d l a r .

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian harnpir 50 %

penduduk Amerika Serikat. Salah satu penyakit kardiovaskular adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit y q akhir-akhir ini kedudukannya bergerak ke peringkat teratas sebagai penyebab kematian penduduk

negara-negara berkembang di atas usia 40 tahun terutama yang bermukim di kota- kota besar (Suiistiyani, 1996). Penyakit tersebut berhubungan antara lain dengan tingginya kadar kolesterol total dan kadar LDLkolesterol di dalam darah, dan sering

disebut hiperhlesterolemia. (Linder, 1 992).

Usaha perttuna untuk menanggulangi penyakit tersebut adalah dengan terapi diet. Namun Via terapi ini gaga1 dilakukan, maka pemberian obat-obat penurun

kolesteml dapat dilakukan.

Dewasa ini telah didapat obat-obat komersial yang digunakan sebagai obat penurun kolesterol antara lain: kolestiramin dan kolestipol (Bergman dan Wardlaw,

(176)

mengharnbat biosintesis kolesterol endogen seperti yang

diiakukan

ohh obat-obat

mevinolin, prawhol,

dm

golongan statin lainnya serta melalui pengeluaran kolesterol pada kses seperti yang dilakulcan oleh k o l u n , kolestipol, dan

mskanan berserat lainnya. Mvitas penurun kadar kokster01 dari &at trOmemb1

penurun kdesterol yang belum dike&hui atau tidak melalui kedua mekanisme

tersebut selalu diilarti dengan penurum kadar LDGkolesterol dan peningkatm kadar

HDL kolesterol mumnya

Walaupw. terdapat manfaat dari penggunaan obat-obat

komersial

di atas,

peqgmmn obatdut komersial tersebut selain harganya mahal, belum tentu terbebas dari efek samping yang merugikan. Efek samping yang telah dilaporkan dari

penggunaan obat b s i d penunrn kolesterol antara lain dapat meningkabn enzim-enzim yang terdapat dalam hati sehingga mungktn akan meningkatkan kadar SGOT

dan

SGPT,

menyebabkan mual, atau tejadi peningkatan tekanan darah (Marinetti, 1990).

Di Indonesia sejak negara dilanda krisis moneter, sangat tmsa sekali bahwa

obat-obat komersial

tersebut

semakin &I harganya. Oleh k a r e ~ itu banyak

penderita penyakit yang beralih ke pengobatan tradisional yang memanfhatkau .

berbagai tumbuhau Disamping itu banyak masyarakat Indonesia yang meyakini

bahwa obat-obat t m d h i d itu

tidak

atau sangat kecil memberi

efek

tamping yang merugikan.

.

Salah satu tumbuhan Indonesia yaitu tumbuhan Kayu Gabus (Akrtma scholaris, R Br.) telah banyak dipnakan masyarakat secara tradisional untuk

(177)

tinggi,

dan

pemuun kadar kolesterol. Namun bentuk sediin obat tradisional dari

tumbuhan ini yang digunakan sampai saat ini hanyalah berupa seduhan, godokan,

atau infbsarium. K a j i ilmiah dari obat tradisional belum banyak dilakukan. Kajian

obat tradisional dari tumbuhan

Kayu

Gabus dalam bentuk sediaan obat tersebut antara

lam telah dilakukan Lestari (1994) yang menyatakm bahwa pemberian infbsarium h l i t batang Kayu Gabus sebanyak 4 mVKgBB/hari dapat menunrnkan kadar gula darah kelinci diabetes yang diinduksi aloksan. Namun jenis senyawa bioaktif apa

yang m e n d a n

lcadar

gula darah kelinci belum diketahui.

Demilcian pub Asran (1997) menyatakan bahwa ekstrak alkaloid kasar kulit

batang Kayu Gabus dengan dosis setara infhrium sebesar 4 ml/KgBB/hari dapat rnenurunkan

k.adar

gula darah tikus diabetes yang diinduksi aloksan. Tetapi efek hipoglikemiknya lebih rendah dibandingkan obat diabetes oral Euglukon.

Berbagai senyawa metabolit sekunder dalam Kayu Gabus tersebut telah diketahui antara lain senyawa yang termasuk golongan: alkaloid, saponin, glikosida, steroid, terpenoid,

dan

flavonoid (Djumidii et d 1993).

Potensi antibiperkolesterolemia senyawa steroid dalam h k s i heksana dari

kulit batang

Kayu

Gabus tefah dipelajari oleh Prawira (1997). Namun aktivitas antihiperkolesterokmianya masih sangat rendah.

Berbagai s a y m a alkaloid dalam kulit batang

Kayu

Gabus (AIstonia

schoian's, RBr,) yang tumbuh di Thailand, India, Pakistan, clan Filipina telah ditemukan. Alkaloid dalam bagian tumbuhan tersebut adalah echitamin, losbanin,

6,7-secoanwob'ine 33, tubotaiwine, tubotaiwine-oxide, Nbdemethylechitamine,

(178)

komponen alkaloid terbesar

dalam Mit batang tumbuhan

t h u t , yaitu sekitar 0,794

(Yamauchi, et al. 1990). Selain itu mernuut Hamilton, ef al. 1962. echitamin larut daiam air dan Moroform.

Salah satu obat komersial p e n m kolesterol dengan nama kimia asam

nilcotinat mempmyai golongan yang sama dengan alkaloid, yaitu tergolong senyawa hetmsiklik Adanya persamaan golongan senyawa tersebut menjadi menarik untuk

diilajari, apakah infbsarium (zruatu bentuk sediaan obat tradisional) atau b k s i pel& dari kulit batang Kayu Gabus beqotensi antihiperkolesterolemia atau tidak.

Selain

itu

juga perlu dikaji apakah golongan senyawa yang berpotensi

antihiperkolesterolemia itu tergolong alkaloid atau bukan. Demikian pula perlu dipeiajari apakah aktivitas antihiperkolesterolemia melalui hambatan biosintesis

koiesterol endogen atau pengeluaran kolesterol melalui fesesnya atau hanya

meagakibatkan perubahan LDLkolesterol, HDLkolesterol maupun kadar trigliserida senunnya saja.

Tuj uan penelitian

B e r e latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh pemberian infusarium dan fhksi pelarut dari kulit batang

Kayu Gabus terhadap kadar kolesterol total serum tikus Wistar jantan yang

mengalami hiperkolesterolemia.

2. Mempelajari pengamh pemberian infbsarium dan fiaksi pelarut dari kulit batang

(179)

g m b hati tikus

Wisrcv

jantan yang mengalami

hiperkotesterolemia

3. Mempelajari penga~h pemberian hksi pelarut dari kdit batang

Kayu

Gabus pada aktivitas b ' i s kolesterol d o g e n dan pengelwan kolesterot meialui

feses tikus Wistar jantan yang mengalami hiperkolesterolemia.

4. Uengetahui gobagan senyawa dalam fiaksi pelarut dari kdit batang

Kayu

Gabus yang memiliki aktivitas

antihiperkolesterolemia.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Baik infibsariurn maupun &&si pelarut dari

kulit

batang Kayu Gabus mempunyai aktivitas m e n d kadar kolestexol total senun tilcus Wisfar jantan yang mengalami hiperkolesterolemia.

2. InfUsarium dan fiaksi pelarut dari b l i t batang

Kayu

Gabus dapat me-

kadar LDLkoIestero~ meningkatkan kadar HDLkolestwol, dan dapat

memulihkan pedenakan hati tikus Wistar jantan yang mengalami

hiperkolesterolemia.

3. Aktivitas antibijmkolesterolemia dari M s i pelarut kulit batang Kayu Gabus tidak melalui barnbatan biosintesis kolesterol endogen maupun pengeluaran

kolesterol melahi fesesnya.

(180)

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dikembangkan melalui

penciitian lebih Ianjut antara lain penetapan struirtur molekul senyawa yang dicari dan

selanjutnya disintesis untuk dijadikan obat modern setelah diadakan uji &is

clan

uji lainnya. Disamping itu hasil yang diperoleh dapat dijadikan petunjuk untuk p e d m tanaman Kayu Gabus sebagai obat antihiperkolesterolemia

dalam

(181)

TINJAUAN PUSTAKA

TUMBUHAN KAYU GABUS (Alstonia schol~~1's, RBr.)

Kayu gabus (Alstonia scholaris, R.Br.) termasuk tumbuhan farnili

Apocynacea, mempunyai beberapa nama daerah antara lain: hanjalutung (Sunda), lame (Jawa), Pule (Madura), rite (Belanda), dan tewer (Irian Jaya).

Sistematika tumbuhan tersebut adalah sebagai berikut :

Dunia : Spermatopyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Famili : Apocynaceae Genus : Alstonia

[image:181.541.44.480.17.743.2]

Spesies : Alstonia scholaris, R.Br.

(182)

Pohon

ini

merupalum t u n h i m yang sangat tinggi dan paling besar dari xmua

e c e a e Jawa. T i pohon ini antara 20 sainpai 25 meter. Seluruh bagian pohon penuh dengan getah yang mengalir sangat banyak b i i ranting-ranting muda

dilukai atau dipatalttan Dalam kulit batangnya juga terdapat getah, tetapi hanya

sedikit dan

kental

e,

2987). Pohon ini tumbuh liar di hutan, di tepi

&

dan

di tempat-tempat lain sampai ketinggian kira-ha 900 meter dari pertllukaan laut (A4ardisiswoj0, dan Rajakmaagunsudarso, 1985).

Kuiit batmgqa terasa pahit, tidak berbay clan berwarna abu-abu (Heyne, 1987). Menurut IMadkiswojo dan Rajakm-h (1985) kdit bahqnya dapat digunakan sebagai obat lrurang nafsu makan, radang ginjal, perut kernbung, kencing manis, malaria, t e h m darah tinggi, cacing hemi, kehilangan s e l q dan darah kotor.

Menurut

LesCari

(1994) pemberian seduhadinhsarium h l i t batang gabus sebauyak 4 ml/Kg/BBkri dapat menurunkan

kadar

gula

darah kelinci jantan (strain New Zet.xhd White) yang diinduksi aloksan Selain itu Asran (1997) menyatalcan bahwa ekstrak ahloid lrasar kulit batang Kayu Gabus dengan dosis setara infUsarium sebesar 4 mIKgBB/bari dapat menurunkan kadar gula darah tilrus

d i

yang

diinduksi aloksan.

Senyawaan ldmia yang terkandung di &lam Alsronia p. yang sudah

diietahui adalah; ahaloid antara lain echitamin dalam A I s W scholrais (Gambar

2a), alstonin dalam AZstonia ~ o n s ~ c f a (Gambar 2b), echitin dalam Alstonia

(183)

fitosten,~ golongan sterod; golongan saponin; dan senyawa

lakton

(Djumidi et

d.,

1993; Boaq et a!. 1957; Bader 1953; fiamilton, et al1%2).

Memmf Aram-a dan Ratnayake (1991),

drrlam

daun, larlit batang,

daa

akar

tumbuhan tersebut terkandung senyawa echitamin, pilainin clan tubotaiwin serta

[image:183.536.42.473.34.746.2]

pikralin diasetat yang dapat digunakan untuk obat behgai penyakit antiua lain penyakit malaria, diare, disentri, dan b e l m h t h .

Gambar 2a. Echitamin Gambar 2b. AIstonin

Yamauchi, ef

d.

(1990) menyatakan bahwa dalam daun tumbuban tersebut

yang dimpulkan di Filipiaa, seiain

hrbotaiwin

terkandung juga lagunarmn ( 4 9 - hidroksi-t~botaiwin)~ asam-p-a-obin dan losbanin (=6,7-seko-6-nor-

mgustilobii-$). Sedaagkan dalam kulit bataognya terkmdmg echitamin,

dlechitamin, losbah, metil iosbanin dan beberap alkaloid lainnya dengan

kadar

yang sangat kecil.
(184)

Satah satu jenis metabofit selrunder yang banyak ditemukan dalam tumbuhan

Allstovria q adalah alkaioid. Alkaloid adalah genyawa heterosiklii beratom pusat

nitrogen

dan

merupakan metaboiit (senyawam) sehnder. M&lit sehnder didefinisikan

sebagai

matu bahan alam hayati, biasanya

berasal

dari tumbuhan, dan tidak mempunyai fUngsi langsung dalam aktivitas biokimia primer, unSuk menduhng

p e r t u m m perkemhqan dan

reproduksi

IRlatu organisme (Conn, 1981). Menurut

Gunawan

(1991) sifat-sifat utama senyawaan selcunder pads

tumbuhan

adalah:

1.

M

-

hasil proses yang kompleks dan diatur dalam jaringan tertenty pada

tingkat perkembangan tertentu.

2. Produknya dapat berbeda antar spesies, bahkan diantara organ yang berbeda.

3. Sangat spesifik

4. Tidak selalu merupakan produk akhir yang lembam, tetapi sering &pat digunakan

pada proses metabolismenya.

Manitto (1981) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan antara metabolisrne

primer dan sehmder seperti tertera pada Gambar 3.

Pada dasamya jalan biosintesis primer terdapat pada selwuh sistem

organisme, sedangkan

kebetadaan

jalur metablime sekunder

akan

tergantung kepada organismenya, kondisi biokimiawi, dan tingkat fisiologis pertumbuhannya.

Proses biosintesis tersebut bila dilihat dari asal senyawa metabolit primer akan

terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : (1) kelompok senyawa asetil-KoA, asam

(185)

(2)

k d o ~ k

sen- yaag berasal

dari

asam

amino

aromatik seperti fenilahb,

Metabolisme primer

Metabolisme Sekunder

p o t i d a 4 Glukosa

.-*

Glikosida

Poliketida

1

-

1

-

mevalonat

-

Ter~ena

Karotenoid

Polisdcarida 4 Pentosa

Tetrosa

(Senyawa antara)

nuLleat

-

Sikhs Krebs

-

Tetrapirol [image:185.538.47.478.30.733.2]

protein 4

Gambar 3. Skema Hubungan Metabolisme Primer d m Sekunder (Manitto, 1981)

-

Asamamino aromatik

alifatik

1

Asam amino Fenit Propanoid
(186)

Jahtr

Pentosa Fosfirt Jalur

c%

+

240

-

KARBOHIDRAT

Senyawa Aromatik

amonia

IT-

aminasi

Asam-asam amino

Asetil-KoA Protein 1' I

$

I t 1

Alkaloid

'\

Jalur asetat

mevalonat

L

Asam-asam Asam Nukleat

[image:186.532.43.476.27.720.2]

Terpenoid

(187)

Vickery clan Vickery (1981) menyatakan dengan tidak memasukkan proses primer biosintesis protein dan karbohidrat pada tanaman terdapat tiga jalur biosintesis

utama untuk metabdit selarnder yaitu jalur asetat

-

malonat, asetat

-

mevalonat,

dan

[image:187.532.41.485.25.732.2]

asam sikimat. Skema intezrelasi dari jalur t d u t secara umum tertera pada

Gambar 4. Jalur asam sikimat berasal dari jalur pentosa h f a t

m),

yang

akan

m e n u r u h asm-asam amino aromatik, fknolik, dan alkaloid. Sxyawa asetil-

KoA mmpakan senyawa pemula untuk jalur asetat

-

malonat, dan jalur asetat

-

mevalonat.

Jalur asetat

-

mevalonat juga menurunkan senyawa mrnatik melalui

pembenttbn senyawa poliketida.

Alkaloid sering bersifat racun

untuk

manusia, dan banyak diantaranya mempunyai W ~ t a s fisiologis yang dramatis, sehingga digunakan

secara

luas Warn pengobatan. Alkaloid biasanya tidak benvama sering merupakan senyawa yang

bersifat optis kcbanyakan berbentuk kristal tetapi beberapa, m ~ y a nikotin

adalah berwujud cairan pada temperatur kamar dan berasa pahit (Harborne, 1973).

Secars

kimkwi, alkaloid mempakan kelompok heterogen, berupa senyawa-

senyawa sederhana seperti koniina, alkaloid utama dari hemlock (Cmium

nraculatum), sampai struktur pentasfik dari

Strychine,

(suatu senyawa beracw dari

kuli batang Strydms). Arnina tumbuhan (contoh: meskalin) clan basa-basa purin serta pirimidin (contoh: kafein), kadang-kadang tidak diioloagkan sebagai senyawa alkaloid (Harborne, 1973).

Beberapa ahloid adalah terpenoid,

dan

yang lainnya sebagai contoh:
(188)

biosintesis

lebih

tepat digolmgkan sebgai terpenoid termodiikasi

(Hahome,

1973).

EKSTRAKSI, ISOIASI

DAN

IDlWlWDLMI SENYAWA BIOAKTIP DALAM TUMBUHAN

Para

peneliti telah melaporkan bahwa dalam kulit batang Kayu Gabus

terkandung senyawa bioaktif golongan alkaloid, steroid, triterpena, saponin, dan

flavanon glikosida.

Ekstraksi

senyawa-senyawa tersebut dapat dilalolkan dengan

cara

xnashsi.

Pada

metode tersebut

cligunakan

serangkaian pelarut seperti h w c Q e s / w e u m

eter (untuk memisahkan steroid, triterpena), etanol 70%

(untuk

flavonoid), dan

diekstraksi dengan larutan HCl

1M

atau asam asetat 10% dalam allcoho1 yang

kemudian diendapkan dengan amonia (untuk alkaloid). (Suradikwumah, 1989;

Hahome, 1973).

Pemisahan clan pemurnian komponen di atas terutama dilakukan dengan menggunakan salah saty ataupun kombinasi dari tiga teknik kromatogr& yaitu

kromatografi kertas, lamat@ gas atau ltromatografi

cairan.

P e r n i l i i teknik-

teknik tersebut tergmtmg pada sifirt kelarutan dan kemudahan menguap dari

senyawa yang dipisahkan (Swadikusumab, 1989; Harborne, 1973; Nur dan Adijuwana, 1989 ).

Identifikasi

dan

karakterisasi senyawa bioaktif dalam tumbuhan dapat

diketahui atau dilakukan dengan uji warna, keiarutan, nilai Rf, dan sifat spektrumnya,

(189)

spektnun

massa

(MS)

( S m m a h , 1989; Hmborne, 1987; Nur dan Adijuwana,

1989).

KOLESTEROL

DAN

METABOLISMENYA Icolesterol

Memnut Bloor &am Girindra, 1990; dan Lehninger, 1990, kolesterol adalah senyawa lipid yang tergolong derivat lipid. Strukau kolesterol yang mempunyai inti

siklopentanoperhidmfenantrena

terlihat

dalam

Gambar 5. Kolesterol merupakan sterol utama

dalam

jaringan mamusia (Ismadii 1993). Keberadaan kolesterol dalam bubuk manusia berasal dati kolesterol yang terdapat dalm dietnya dan juga dari sintesisnya di dalam hati. Sumber terbesar kdesterol makanan terdapat dalam daging,

telur, beberapa ikan laut dan produk-produk makanan. Tumbuh-tumbuhan biasanya

bebas kolested,

aamun

beberapa asam lemak dan lipid lainnya yang dikandung dalam hrmbuhan akan berperan dalam mensuplai prekursor kolesterol atau

rnew~nkan kecepatan absorpsi kolesterol dari usus halus ke dalam aliran darah

(Montgomery, ef d 1993).

(190)

Biosintesis Kdesterol

Jaringan-jaringan yang diketahui mgmpu mensintesis kolesterol adalah hati,

adrenal korteks, usus, testis, dan aorta. Fraksi mikrosom

dan

sitosol sel bcrtanggung jawab untuk sintesis kolestml dalam jaringan-jaringan tersebut (She*,

et

aL,

1972;

Merchant,

and Heller. 1977; Field, et a]., 1982).

Dari

hasil-hasil penelitian, dictapkan tahapan sintesis kolesterol yang

berlaagsung dalam 3 tahap, yaitu:

1. Sintesis asam mevalonat dari asetil-KoA (Gambar 6)

2.

Tahap

pembentukan unit imprenoid

dari

mevalonat melalui proses

W i a s i , yang dilanjutkan dengan penggabungan 6 unit senyawa tersebut untuk

tllembentuk

senyawa antma d u d e n (Garnbar 7)

3. Tahap biosintesis steroid induk (lanosterol) dari skualen yang daripadanya dapat disintesis kolesterol (Gambar 8).

Setelah kolesterol disintesis, senyawa ini meninggalkan hati atau diubah

menjadi bentuk lain (Montgomery, et d.,1993; dan Whitney, et d., 1987). Menurut Mzitney, et al., (1987) terdqat 4 kernungkinan perubahan kolesterol ini yaitu:

1. Peqpbahannya menjadi asam empedu dan bergerak dari kelenjar empedu

ke usus, laiu direabsorpsi ke hati.

2. Pengubahannya menjadi asam empedu, bergerak ke usus, lalu diekskresikan

dalarn ,feses.

3. Pemasukannya dalam membran sel tubuh.

(191)

Asetil

KoA

Asetil

KoA

(tiolase)

KoASH

Asetoasetil

KoA

Asetil KoA

>

1

(HMG-KoA

sintase)

KoASH

[image:191.532.46.459.39.713.2]

HMG KoA

(192)

A

ArIsopentenil phfosfht

3,3-Dimetilalil pirofosfat

Gerani pirofosfat

ArIsopentenil

pirofosfkt

1

2PPi

~irofosfat

(193)
[image:193.532.38.382.107.718.2]
(194)

LIPOPROTEIN SERUM

Lipoprotein adalah senyawa kompleks yang terbentuk c h i lipid

dan

protein-

protein spesifik yang d i d qxqm&in. Partiltel-puthi ini

disintesis,

ddegmbii

dan dimbid dari plasma darah secara konstan. Paxtilcel-pwel tersebut tetditi dari kilomi- very low d m i @ . l e h OrLI)L), lon, &mIWIty I&pmtein @DL), dan Mgh &mi@ lijqrdein

(HDL).

Fungsi dari lipoproteiu-lipoprotein tersebut adaid

menjaga kelarutaa lipid-lipid selama ditransportasi dalam serum dm

untuk

menyalurkan lipid secara efisien ke jaringan-jaringan.

Dalam tubuh marrusia, sistem penyaiuan lipid tersebut

lavaag

sempurna

dibandingkan dengan hewan lainnya. Di daIam tubuh marmsia dapat terjadi

penyimpanan lipid secafa gradual khususnya penimbunan kolesterol dalam jaringan.

Penimbunan lipid tersebut menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan kondisi

tersebut disebut ~ Z l e o s i s (Caselli, et d , 1997 ; Montgomery, et

al.

1993 ;

Brody, 1994 ; Devlin, 1982 ; Champe and Richard, 1987).

Komposisi dari lipopttin serum

Lipid dasar (principal) yang dibawa oleh partilcel lipoprotein adalah

trigliserida dan kolesterol. Lipid-lipid tersebut didapat dari diet atau dari sintesis

de rzow nya. Lipoprotein terdii dari lipid netral yang dikelilingi oleh suatu selubung

(195)

Kilomikron adalah lipoprotein yang berkepadatan sangat rendah,

berukuran

besar

dan mengandung banyak lipid dan sediit protein. VLDL dan LDL ber&urut-turut

berkepadatan lebii besar dari kilomikmn, rnempwyai kandungan protein

lebih

banyak, dan ladungan lipid lebih sedikit. Partikel

HDL

lebii padat. Lipoprotein-

lipoprotein

serum

dapat dipisahkan berdasarh mobilitas e l e k t r o f o ~ seperti yang

teriihat pada Gambar 9.

Origin Kilomi kron

I

I

LDL

Mobilitas (P-Lipoprotein)

I I

VLDL

(pre P-Lipoprotein)

HDL

(a-Lipoprotein)

[image:195.536.44.458.28.734.2]

,

Gambar 9. Mobilitas Elektroforetik dari Lipoprotein Serum

Apoprotein yang bergabung dengan partikel-partikel lipoprotein mempunyai sejurnlah hngsi yang beragam, yaitu mereka bertindak sebagai komponen-komponen

struldural dari palike5 menyediakan sisi pengenal untdc reseptor permukaan sel clan

(196)

Metabolisme kiiomikron :

(Gunbar

10)

1. Kilomikron dihasilkan di dalam sel-set mukosa usus dm membawa txigliserida

dari

mnltanan serta ester

kolesterd

(dEtambah

liiid-lipid yaqg dibuat dalam

sel-

sel tersebut)

ke

jarin- perZer.

2. Partikt1 yang

dilepaskan

oleh sel mukosa usus disebut Ailmm

mlbi

timbuI

( a " ~ w ~ l a m l ~ ) dan u m g a h n g apoprdein

B

(apo

B).

Kttika ia

sasnpai di plasma, dengan cepat tejadi modifilcasi dengan menerima

apoprotein

E

(benraroa apo

B

d i k d oleh r e s e p t o r ~ hati) dan apopmtein

C (tennaguk

apo

C-Ii yang diperhrkan

untuk

azdivasi Iipoproteb lipase, yaitu

enzim

yang meqk&disis trigliserida dalam ki10mikron). Sumber apoprotein E

dan C-II adalah dari sirhlasi

HDL

(Gambar 10).

3. Selama siriarlasi irilomikron, triglisetida yang berada di dalamnya didegradasi oleh lipoprotein lipase, partikel tersebut mulai menyusut membentuk

uchybicrtm remnant" (sisa kilornilcmn). Apoprdein C-II, nya kembali ke HDL.

Datam

tubuh marwsia, kiiomikron tersebut bergedc dari per- darah

ke

hati :

a. membran hematosis mengandung reseptor lipoprotein yang mengenal apopmtein

B

dan E pada ptike1 yang sama. Sisa kilomitsron, yang mengandung apo

B

dm

E terikat pada 1.eseptor-reseptor dan

masuk

dalam sel-sel dengan cara

endositosffi

(197)
(198)

Metaboiisme lipopretein berkepadatan sangat mndah

(VLDL)

1. VLDL dibuat dalam hti, komponen utama pembentuknya adalah trigliserida, dan fingsinya &ah untuk membawa lipid tersebut dari hati ke jaringan

paifixal. Di jaringan tersebut trigliserida didegradasi oleh lipoprotein Iipase. Hati bdemak ("fatty liverw) terjadi

dalam

kondisi klinik, disehbkan oleh

ketidakseimbangan antara sintesis trigliserida dalam hati

dan

sekresi VLDL.

B h p a penyakit pada manusia seperti hepatitis, diabetes,

dan

pmadum

etanol yang

bwhan

dapat menyebabkan tajadinya hati

berlemak.

2.

Bila VLDL diiepaskan dari hati, p e e l VLDL mulai timbul (nascent VLDL)

terbentuk dan hams mendapatkan apoprotein

C-11

dari sirlahi

HDL

sebelum

trigliserida bisa didegradasi (apo

C-11

dibutuhkan wtuk berfirngsinya lipoprotein

lipase.

Apoprotein utama dalam sirkulasi VLDL adalah apo B. VLDL juga menerima

apo E dari HDL.

3. Ketika VLDL melewati peredaran darah, struktur VLDL dirubah oleh mekanisme berilcut :

a.

trigliserida dhmbil oleh lipoprotein lipase, sehingga VLDL menyusut dan

Gambar

Gambar 1. Tumbuhan Kayu Gabus (Alstonia scholaris, RBr.)
Gambar 2a. Echitamin
Gambar 3. Skema Hubungan Metabolisme Primer dm
Gambar 4. Jrrlur Biojintesis Utama Metablit Selarnder pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari uji validasi tersebut didukung dengan hasil uji keefektifan produk terhadap sekelompok siswa yang menunjukkan bahwa modul bimbingan belajar yang dikembangkan

d. Atas dasar Usulan Kepala Perangkat Daerah dilakukan verifikasi dan pembahasan dalam sidang Tim Penilai Kinerja dengan mempertimbangkan kualifikasi, kesesuaian

p) Letakan jenasah pada kain kafan sesuai dengan peraturan RS. Ikatkan kasa/verbanatau pengikat yang lain dibawah dagu dan sekitar kepala untuk menjaga agar dagu tetap

Untuk memenuhi sistem penyediaan air bersih pada lokasi penelitian terdapat beberapa variabel yaitu analisis pertumbuhan penduduk, perhitungan proyeksi jumlah

Berdasarkan hasil yang diperoleh, genotip Talaga Bodas pada kondisi tumpangsari dan monokultur lebih efisien digunakan sebagai sorgum penghasil nira dan biji

If you paraphrase or quote specific, retrievable information from social media, provide an in-text citation (with the author and date) and a reference list entry (with the

Judul Karya Tulis Ilmiah : Pengaruh Diet Lakto Vegetarian Terhadap Faktor Risiko Sindrom Metabolik (Studi Rasio Lingkar Pinggang Panggul) pada Komunitas

Perencanaan ruang wilayah adalah perencanaan penggunaan atau pemanfaatan ruang wilayah yang intinya adalah perencanaan penggunaan lahan ( land use planning ) dan