• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah di Indonesia"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN NILAI AKTIVA BERSIH

REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA

OLEH

HENDRA PUTRATAMA H14103034

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN NILAI AKTIVA BERSIH

REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA

OLEH

HENDRA PUTRATAMA H14103034

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(3)

RINGKASAN

HENDRA PUTRATAMA. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia (dibimbing oleh JAENAL EFFENDI dan NOER AZAM ACHSANI).

Investasi merupakan salah satu bentuk pemanfaatan dana yang dapat menghasilkan pendapatan bagi pemilik dana. Investasi memiliki berbagai macam bentuk, misalnya deposito, saham, obligasi, maupun reksadana. Salah satu bentuk investasi syariah adalah reksadana syariah. Saat ini, reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah merupakan alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor yang tidak melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional perusahaan, sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia.

Perkembangan yang dialami nilai aktiva bersih reksadana syariah tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendasarinya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah. Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah, maka pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap reksadana syariah dapat lebih memfokuskan perhatian pada faktor-faktor tersebut demi perkembangan reksadana syariah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah di Indonesia periode tahun 2003–2006. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia.

Pada penelitian ini, data yang digunakan merupakan data time series bulanan yang dimulai dari Januari 2003 sampai dengan Desember 2006. Data yang digunakan oleh penulis adalah nilai aktiva bersih Reksadana Syariah, gross domestic product, jumlah uang beredar, real exchange rate, tingkat bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), tingkat inflasi, Jakarta Islamic Index, dan jumlah reksadana syariah. Metode analisis yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM).

(4)
(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

(6)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Hendra Putratama

Nomor Registrasi Pokok : H14103034 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana

Syariah di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing, Dosen Pembimbing,

Jaenal Effendi, S.Ag., M.A. Dr. Noer Azam Achsani NIP. 132 317 142 NIP. 132 014 445

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Hendra Putratama lahir pada tanggal 2 Oktober 1985 di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Faturahman dan Emmy Liyana.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah SD YPWKS I Cilegon dari tahun 1991 sampai dengan 1997. Setelah lulus pada tahun yang sama, penulis kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Cilegon dari tahun 1997 sampai 2000. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 1 Cilegon tahun 2000 dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, yaitu Bapak Faturahman dan Ibu Emmy Liyana serta kepada saudara-saudara penulis. Kesabaran dan dorongan yang mereka berikan sangat besar artinya dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Jaenal Effendi, S.Ag., M.A. dan Dr. Noer Azam Achsani yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Sri Mulatsih, M.Sc., yang telah menguji karya tulis ini. Saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Muhammad Findi A., M.Si., selaku Komisi Pendidikan yang telah memberikan perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

(9)

Semoga karya ini bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2007

(10)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

2.1. Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1.Reksadana Syariah... 7

2.1.1.1.Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah ... 8

2.1.1.2.Kaidah Dasar Syariah mengenai Reksadana Syariah ... 8

2.1.1.3. Mekanisme Kegiatan Reksadana Syariah ... 8

2.1.1.4. Hubungan Pemodal dengan Perusahaan Investasi Reksadana Syariah ... 9

2.1.1.5. Pemilihan dan Pelaksanaan Investasi Reksadana Syariah ... 9

2.1.1.6. Penentuan dan Pembagian Hasil Investasi ... 11

2.1.2.Perbedaan antara Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional ... 12

2.1.3.Instrumen Investasi Reksadana Syariah ... 13

2.1.4.Keuntungan dan Kelemahan Investasi pada Reksadana Syariah ... 15

2.1.5.Risiko Reksadana Syariah ... 16

2.2. Error Correction Model (ECM) ... 18

2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19

2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 20

(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN NILAI AKTIVA BERSIH

REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA

OLEH

HENDRA PUTRATAMA H14103034

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN NILAI AKTIVA BERSIH

REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA

OLEH

HENDRA PUTRATAMA H14103034

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(13)

RINGKASAN

HENDRA PUTRATAMA. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia (dibimbing oleh JAENAL EFFENDI dan NOER AZAM ACHSANI).

Investasi merupakan salah satu bentuk pemanfaatan dana yang dapat menghasilkan pendapatan bagi pemilik dana. Investasi memiliki berbagai macam bentuk, misalnya deposito, saham, obligasi, maupun reksadana. Salah satu bentuk investasi syariah adalah reksadana syariah. Saat ini, reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah merupakan alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor yang tidak melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional perusahaan, sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia.

Perkembangan yang dialami nilai aktiva bersih reksadana syariah tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendasarinya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah. Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah, maka pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap reksadana syariah dapat lebih memfokuskan perhatian pada faktor-faktor tersebut demi perkembangan reksadana syariah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah di Indonesia periode tahun 2003–2006. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia.

Pada penelitian ini, data yang digunakan merupakan data time series bulanan yang dimulai dari Januari 2003 sampai dengan Desember 2006. Data yang digunakan oleh penulis adalah nilai aktiva bersih Reksadana Syariah, gross domestic product, jumlah uang beredar, real exchange rate, tingkat bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), tingkat inflasi, Jakarta Islamic Index, dan jumlah reksadana syariah. Metode analisis yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM).

(14)
(15)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

(16)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Hendra Putratama

Nomor Registrasi Pokok : H14103034 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana

Syariah di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing, Dosen Pembimbing,

Jaenal Effendi, S.Ag., M.A. Dr. Noer Azam Achsani NIP. 132 317 142 NIP. 132 014 445

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Hendra Putratama lahir pada tanggal 2 Oktober 1985 di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Faturahman dan Emmy Liyana.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah SD YPWKS I Cilegon dari tahun 1991 sampai dengan 1997. Setelah lulus pada tahun yang sama, penulis kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Cilegon dari tahun 1997 sampai 2000. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 1 Cilegon tahun 2000 dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, yaitu Bapak Faturahman dan Ibu Emmy Liyana serta kepada saudara-saudara penulis. Kesabaran dan dorongan yang mereka berikan sangat besar artinya dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Jaenal Effendi, S.Ag., M.A. dan Dr. Noer Azam Achsani yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Sri Mulatsih, M.Sc., yang telah menguji karya tulis ini. Saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Muhammad Findi A., M.Si., selaku Komisi Pendidikan yang telah memberikan perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

(19)

Semoga karya ini bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2007

(20)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

2.1. Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1.Reksadana Syariah... 7

2.1.1.1.Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah ... 8

2.1.1.2.Kaidah Dasar Syariah mengenai Reksadana Syariah ... 8

2.1.1.3. Mekanisme Kegiatan Reksadana Syariah ... 8

2.1.1.4. Hubungan Pemodal dengan Perusahaan Investasi Reksadana Syariah ... 9

2.1.1.5. Pemilihan dan Pelaksanaan Investasi Reksadana Syariah ... 9

2.1.1.6. Penentuan dan Pembagian Hasil Investasi ... 11

2.1.2.Perbedaan antara Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional ... 12

2.1.3.Instrumen Investasi Reksadana Syariah ... 13

2.1.4.Keuntungan dan Kelemahan Investasi pada Reksadana Syariah ... 15

2.1.5.Risiko Reksadana Syariah ... 16

2.2. Error Correction Model (ECM) ... 18

2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19

2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 20

(21)

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1.Jenis dan Sumber Data ... 24

3.2.Metode Analisis ... 24

3.3.Analisis Runtun Waktu ... 24

3.3.1.Uji Akar Unit (Unit Root) ... 25

3.3.2.Uji Derajat Integrasi ... 26

3.3.3.Uji Kointegrasi ... 26

3.4.Error Correction Model ... 28

3.5.Uji Pelanggaran Asumsi Klasik ... 30

IV. GAMBARAN UMUM ... 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1.Hasil Pengujian Akar-akar Unit ... 34

5.2.Uji Kointegrasi ... 35

5.3.Diagnostic Test Model ECM ... 38

5.4. Estimasi Error Correction Model (ECM) ... 39

5.5. Interpretasi Hasil Estimasi ... 41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

6.1. Kesimpulan ... 47

6.2. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ...49

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Uji Unit Root pada Level ... 51 2. Uji Unit Root pada First Difference ... ... 53 3. Kointegrasi Engle-Granger (Persamaan Jangka Panjang) ... 55 4. Uji Residual u ... 56 5. Error Correction Model (Persamaan Jangka Pendek)

dengan Variabel-variabel yang Tidak Signifikan ... 57 6. Error Correction Model (Persamaan Jangka Pendek)

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Investasi merupakan salah satu bentuk pemanfaatan dana yang dapat menghasilkan pendapatan bagi pemilik dana. Investasi memiliki berbagai macam bentuk, misalnya deposito, saham, obligasi, maupun reksadana. Salah satu bentuk investasi syariah adalah reksadana syariah. Saat ini, reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah merupakan alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor yang tidak melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional perusahaan, sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia.

Reksadana syariah merupakan sarana investasi yang menggabungkan saham dan obligasi syariah dalam satu produk yang dikelola oleh manajer investasi. Manajer investasi menawarkan reksadana syariah kepada para investor yang berminat, sementara dana yang diperoleh dari investor tersebut dikelola oleh manajer investasi untuk ditanamkan dalam saham atau obligasi syariah yang dinilai menguntungkan.

(26)

2

Secara prinsip, ada dua hal yang membedakan antara reksadana konvensional dan reksadana syariah yaitu dalam hal pemilihan aset-asetnya yang harus memenuhi syariah dan adanya kewajiban untuk membersihkan (cleansing process) dana yang tidak dapat terhindarkan dari bunga bank, untuk disalurkan bagi kemaslahatan umat, seperti sumbangan untuk pendidikan atau bencana alam (Sinar Harapan, 2005).

Menurut Firdaus (2005), perbedaan paling mendasar antara reksadana konvensional dan reksadana syariah adalah terletak pada proses screening dalam mengkonstruksi portofolio. Filterisasi menurut prinsip syariah adalah mengeluarkan saham-saham yang memiliki aktivitas haram seperti riba, gharar, minuman keras, judi, daging babi, rokok, dan lain sebagainya. Di samping itu, proses filterisasi juga dilakukan dengan cara membersihkan pendapatan yang dianggap diperoleh dari kegiatan haram dan membersihkannya dengan cara charity.

Perkembangan NAB reksadana syariah sampai saat ini masih sangat kecil bila dibandingkan dengan NAB industri reksadana di Indonesia. Pada bulan Desember 2006, total NAB industri reksadana Indonesia adalah sebesar Rp 51.620.077,36 juta (Tabel 1.1). Hal ini menunjukkan bahwa NAB reksadana syariah di Indonesia hanya sebesar 1,33 persen apabila dibandingkan dengan total NAB industri reksadana di Indonesia (Tabel 1.1).

(27)

3

66.935,19 juta (Tabel 1.2). Nilai aktiva bersih reksadana syariah pada bulan Desember 2006 sebesar Rp 689.053,42 juta (Tabel 1.2), yang berarti bahwa NAB reksadana syariah dalam waktu tiga tahun telah meningkat sebesar 1029 persen dari Desember 2003.

Tabel 1.1. Perbandingan Total NAB Industri Reksadana dan Syariah.

Tahun Industri Reksadana (Rp Juta) Reksadana Syariah (%)

2003 64.589.363,69 0,10

2004 104.037.824,63 0,51

2005 29.405.732,22 1,90

2006 51.620.077,36 1,33

Sumber : Biro Riset PIR Bapepam (2007), data diolah.

Perkembangan reksadana syariah di Indonesia dari tahun 2003 sampai tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Perkembangan Reksadana Syariah Tahun 2003-2006.

Tahun NAB (Rp Juta) Jumlah Reksadana Perkembangan NAB (%)

2003 66.935,19 4 73,04

2004 525.970,10 10 685,79

2005 558.865,74 17 6,25

2006 689.053,42 22 23,29

Sumber : Biro Riset PIR Bapepam (2007), data diolah.

(28)

4

penutupan efek yang bersangkutan), kemudian dikurangi dengan kewajiban-kewajiban reksadana, seperti biaya Manajer Investasi, Bank Kustodian, dan biaya lainnya.

1.2. Perumusan Masalah

Reksadana syariah merupakan salah satu bentuk investasi syariah yang nyaman dan aman bagi pemilik dana karena kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Salah satu kelebihan reksadana syariah terletak pada instrumen investasi yang bebas riba karena instrumen investasi reksadana syariah disalurkan pada investasi portofolio yang sesuai syariah. Kelebihan reksadana yang lainnya terletak pada pengelolaan reksadana syariah yang bersifat risk managable sehingga tingkat kerugian atau keuntungan yang diperoleh akan dikelola dengan optimal. Reksadana syariah memiliki masa depan yang menjanjikan dilihat dari potensi segmen investor pasar modal dan perbankan syariah di Indonesia yang diperkirakan mempunyai modal besar.

(29)

5

Indonesia dilaksanakan oleh penyusun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah di Indonesia secara signifikan ?

2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah ?

3. Bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh penyusun dengan tujuan-tujuan tertentu. Tujuan penyusun dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah di Indonesia periode tahun 2003-2006.

2. Memberikan gambaran umum mengenai perkembangan reksadana syariah di Indonesia.

(30)

6

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi para pembaca maupun bagi penyusun khususnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah di Indonesia. 2. Memberikan pengetahuan mengenai gambaran umum perkembangan

reksadana syariah di Indonesia.

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Reksadana Syariah

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IV/2000 dalam Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional (2003), Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad kerjasama antara pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil pemilik harta dengan pengguna investasi.

Adapun ciri-ciri dari Reksadana Syariah menurut Firdaus (2005) adalah sebagai berikut :

a. Mempunyai Dewan Syariah yang bertugas memberikan arahan kegiatan manajer investasi agar senantiasa sesuai dengan syariah Islam.

b. Hubungan antara investor dan perusahaan didasarkan pada sistem mudharabah, dimana satu pihak menyediakan 100 persen modal (investor), sedangkan satu pihak yang lain sebagai pengelola (manajer investasi).

c. Kegiatan usaha atau investasinya diarahkan pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariah Islam.

(32)

8

berdasarkan Kaidah Hukum Muamalat yang berbunyi ’Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya’ (Firdaus, 2005).

2.1.1.1. Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah

Pedoman mengenai pelaksanaan investasi untuk reksadana syariah di Indonesia tertuang dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IX/2000. Dalam fatwa tersebut dijelaskan mengenai kaidah dasar syariah mengenai reksadana, mekanisme kegiatan Reksadana Syariah, hubungan investor dengan perusahaan investasi, pemilihan dan pelaksanaan investasi syariah, serta penentuan dan pembagian hasil investasi dalam Reksadana Syariah.

2.1.1.2. Kaidah Dasar Syariah mengenai Reksadana Syariah

Fatwa DSN No. 20/DSN-MUI/IX/2000 menjelaskan mengenai pelaksanaan investasi untuk Reksadana Syariah dengan mengingat akan kaidah Fiqh. Kaidah Fiqh mengenai Reksadana Syariah yakni, ”Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya”.

2.1.1.3. Mekanisme Kegiatan Reksadana Syariah

(33)

9

dengan pengguna investasi dilakukan dengan sistem mudharabah. Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh (100 persen) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (Sinar Harapan, 2005).

Karakteristik sistem mudharabah tersebut meliputi :

a. Pembagian keuntungan antara pemodal (shahibul maal) yang diwakili oleh Manajer Investasi berdasarkan pada proporsi yang telah disepakati kedua belah pihak melalui Manajer Investasi sebagai wakil dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada para pemodal.

b. Pemodal hanya menanggung resiko sebesar dana yang telah diberikan. c. Manajer Investasi sebagai wakil tidak menanggung resiko kerugian

atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya.

2.1.1.4. Hubungan Pemodal dengan Perusahaan Investasi Reksadana

Syariah

Hubungan antara pemodal dengan Manajer Investasi adalah akad yang dilakukan secara wakalah. Dengan akad ini, pemodal memberikan mandat kepada Manajer Investasi untuk melaksanakan investasi bagi kepentingan pemodal yang sesuai dengan ketentuan dalam prospektus.

2.1.1.5. Pemilihan dan Pelaksanaan Investasi Reksadana Syariah

(34)

10

dengan syariah Islam. Instrumen tersebut meliputi instrumen saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian dividen berdasarkan pada laba usaha, penempatan dalam deposito pada Bank Umum Syariah, serta hutang jangka panjang dan jangka pendek yang sesuai dengan prinsip syariah.

Investasi dalam Reksadana Syariah hanya dapat dilakukan pada efek-efek yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah, antara lain :

a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional.

c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang haram.

d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

Tidak hanya investasi pada efek emiten yang sesuai syariah saja, dalam fatwa tersebut juga dijelaskan mengenai pemilihan dan pelaksanaan transaksi investasi harus dilaksanakan menurut prinsip kehati-hatian, serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi yang di dalamnya mengandung unsur gharar.

(35)

11

a. Tindakan spekulasi murni, yaitu tindakan spekulasi yang di dalamnya banyak ketidakjelasan (gharar) serta tidak berdasarkan kepada ilmu, melainkan hanya prasangka yang bersifat judi (maysir).

b. Melakukan investasi pada perusahaan emiten yang melakukan kegiatan bisnis yang dilarang oleh syariat Islam, antara lain industri minuman keras, makanan haram, bank/lembaga keuangan konvensional, perjudian, senjata, hotel, dan pornografi.

c. Melakukan investasi pada perusahaan emiten yang memiliki kinerja tidak baik, yaitu perusahaan emiten yang memiliki rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) lebih besar dari 30 persen, tidak memiliki pendapatan bunga melebihi 15 persen dari pendapatan usaha riilnya dan rasio kas terhadap aktiva tidak sama dengan 100 persen.

2.1.1.6. Penentuan dan Pembagian Hasil Investasi

Hasil investasi yang diterima dalam harta bersama milik pemodal dalam Reksadana Syariah dibagikan secara proporsional kepada para pemodal. Hasil investasi tersebut harus bersih dari unsur non-halal, sehingga Manajer Investasi harus melakukan pemisahan bagian pendapatan yang mengandung unsur non-halal dari pendapatan yang diyakini non-halal.

Penghasilan investasi yang dapat diterima oleh Reksadana Syariah adalah: a. Dari saham dapat berupa :

(36)

12

Right yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu yang diberikan oleh emiten.

Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar modal.

b. Dari obligasi yang sesuai dengan syariah, diperoleh bagi hasil yang diterima secara periodik dari laba emiten.

c. Dari Surat Berharga Pasar Uang yang sesuai dengan syariah, didapat bagi hasil yang didapat dari issuer.

d. Dari deposito dapat berupa bagi hasil yang diterima dari bank-bank syariah.

2.1.2. Perbedaan antara Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah

Sinar Harapan (2005) menjelaskan bahwa secara prinsip ada dua hal yang membedakan antara Reksadana Konvensional dengan Reksadana Syariah, yakni :

1. Dalam hal pemilihan aset-asetnya yang harus memenuhi syariah. 2. Adanya kewajiban untuk membersihkan (cleansing process) dana yang

tidak dapat terhindar dari bunga bank, untuk disalurkan bagi kemaslahatan umat, seperti sumbangan untuk pendidikan atau bencana alam.

(37)

13

2.1.3.Instrumen Investasi Reksadana Syariah

1. Saham Sesuai Syariah di Pasar Modal.

Salah satu bentuk investasi yang sesuai dengan syariah adalah membeli saham perusahaan, baik perusahaan non publik (private equity) maupun perusahaan publik atau terbuka. Cara paling mudah dalam melakukan investasi saham sesuai syariah di BEJ adalah memilih dan membeli jenis saham-saham yang dimasukkan dalam Jakarta Islamic Index (Pikiran Rakyat, 2004).

2. Obligasi Syariah.

Sudarsono dan Prabowo (2004) menjelaskan bahwa obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil atau margin atau fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

3. Deposito Bagi Hasil (Mudharabah).

(38)

14

keuntungannya akan dibagikan kepada nasabah yang disepakati bersama sebelumnya (Pikiran Rakyat, 2004).

4. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

Menurut Sudarsono dan Prabowo (2004), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek berdasarkan prinsip Wadiah. Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan menghendaki dan bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan tersebut.

Ketentuan SWBI adalah sebagai berikut :

1. Jumlah dana yang dititipkan minimal Rp 500 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta. Jangka waktu SWBI adalah satu minggu, dua minggu, dan satu bulan yang dinyatakan dalam hari.

(39)

15

SWBI dapat diperhitungkan sebagai instrumen investasi bebas risiko yang berlandaskan syariah, karena dengan mempertimbangkan bahwa Surat Utang Negara (SUN) di Indonesia yang bersifat risk free masih memiliki hambatan dalam penerapannya sebagai Surat Utang Negara yang berlandaskan syariah. Hal tersebut dengan mempertimbangkan Undang-undang No. 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara yang penuh dengan unsur bunga (Republika, 2005).

2.1.4.Keuntungan dan Kelemahan Investasi pada Reksadana Syariah

Sebagai produk baru, reksadana syariah memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan yang harus diperhatikan investor.

Keunggulan reksadana syariah :

1. Reksadana Syariah dikelola secara Risk Managable.

Dalam konsep pengelolaan ini, tingkat risiko kerugian atau keuntungan yang ada akan dikelola secara maksimal.

2. Memenuhi segmentasi pasar untuk investor berbasis syariah.

Dengan munculnya reksadana syariah, berarti kebutuhan sebagian investor reksadana yang fanatik terhadap produk investasi syariah akan terpenuhi. Potensi segmen investor pasar modal dan perbankan syariah di Indonesia diperkirakan mempunyai modal yang cukup besar. Ini merupakan target pemasaran produk reksadana syariah yang akan berkembang pesat di kemudian hari.

Kelemahan reksadana syariah :

(40)

16

Dengan konsep pembagian hasil syariah, investor tidak bisa mengharapkan pendapatan yang bisa melonjak tinggi. Dengan adanya konsep syariah, keuntungan yang diperoleh akan dibagi sesuai proporsi masing-masing pihak.

2. Keterbatasan investasi Manajer Investasi Reksadana Syariah adalah karena minimnya jenis produk syariah.

Dengan konsep syariah yang ketat, tidak banyak produk investasi dari emiten yang bisa digolongkan ke dalam produk pasar modal syariah. Oleh karena itu, Manajer Investasi reksadana syariah tidak bisa leluasa untuk melakukan investasi dalam berbagai jenis saham atau obligasi yang bukan masuk dalam kelompok syariah.

3. Aturan syariah yang jelas dan cukup ketat membuat terbatasnya jumlah emiten yang akan menerbitkan reksadana syariah.

Kelemahan ini merupakan penyebab jumlah produk pasar modal syariah sangat terbatas. Dengan terbatasnya jumlah emiten yang bisa menerbitkan instrumen pasar modal syariah, akan terbatas pula jumlah investasi syariah.

2.1.5. Risiko Reksadana Syariah

(41)

17

1. Risiko politik dan ekonomi : Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang berpengaruh pada kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga akhirnya membawa efek pada portofolio yang dimiliki suatu reksadana.

2. Risiko pasar : Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekuritas. 3. Risiko inflasi : Risiko yang berasal dari menurunnya daya beli akibat

terjadinya inflasi.

4. Risiko nilai tukar : Risiko ini dapat terjadi bila terdapat sekuritas luar negeri dalam portofolio reksadana.

5. Risiko spesifik : Risiko yang melekat pada setiap sekuritas yang dimiliki. Disamping dipengaruhi pasar secara keseluruhan, setiap sekuritas mempunyai nilai risiko sendiri-sendiri.

6. Risiko menurunnya nilai unit penyertaan (NAV) : Nilai NAV akan dipengaruhi dari harga efek-efek yang menyusun portofolionya. Ini berkaitan dengan kemampuan manajer investasi reksadana dalam mengelola dananya.

(42)

18

2.2. Error Correction Model (ECM)

ECM adalah salah satu model dinamik yang diterapkan secara luas dalam analisis ekonomi. Konsep mengenai ECM pertama kali diperkenalkan oleh Sargan dan Gujarati. Model ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan data time series yang tidak stasioner dan regresi palsu.

Kelebihan ECM adalah seluruh komponen dan informasi pada tingkat variabel telah dimasukkan dalam model, memasukkan semua bentuk kesalahan untuk dikoreksi yaitu dengan cara mendaur ulang error yang terbentuk pada periode sebelumnya, menghindari terjadinya trend dan regresi palsu (Spurious Regression). Selain itu, dalam pendekatan ECM sifat-sifat statistik yang diinginkan dari model dan pemberian maknanya sederhana. Artinya model ECM mampu memberikan makna lebih luas dari estimasi model ekonomi sebagai pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen dalam hubungan jangka pendek maupun jangka panjang (Julianto dalam Errick, 2004).

ECM berguna untuk mengatasi masalah perbedaan kekonsistenan hasil peramalan antara jangka panjang dengan jangka pendek dengan cara proporsi disequilibrium pada satu periode dikoreksi pada periode selanjutnya (Thomas, 1997). Adapun kelebihan dari ECM adalah sebagai berikut :

a. Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah data time series yang non-stasioner dan regresi palsu (spurious).

b. Model dengan variabel-variabel dalam bentuk first difference mengeliminasi trend dari variabel.

(43)

19

d. ECM dapat dipaskan dengan pendekatan umum ke spesifik yaitu melihat kecenderungan umum dan membaginya menjadi pendekatan jangka pendek dan jangka panjang. Dengan cara melakukan stasioner terhadap data terlebih dahulu akan membantu kita menghindari masalah multikolinearitas antar data yang dapat menyebabkan standard error yang sangat besar.

e. Membedakan dengan jelas antar parameter jangka panjang sehingga sangat ideal untuk digunakan menaksir dari keakuratan sebuah hipotesis. f. Jika ada variabel yang tidak nyata dapat dibuang sehingga akan

meningkatkan efisiensi estimasi.

2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu

(44)

20

2 bulan sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan inflasi bulan sebelumnya. Suku bunga SBI, IHSG, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan inflasi berpengaruh secara negatif terhadap perkembangan reksadana. Sedangkan jumlah reksadana memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan reksadana.

2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual

(45)

21

Perkembangan NAB reksadana syariah dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, situasi pasar modal, dan faktor-faktor non-ekonomi. Kondisi perekonomian ditunjukkan oleh faktor GDP, M2, exchange rate, SWBI, dan inflasi. Instrumen yang dimiliki pasar modal adalah JII dan jumlah reksadana syariah. Sedangkan faktor non-ekonomi adalah kondisi politik, keamanan, pengawasan, dan regulasi.

Faktor-faktor yang digunakan untuk menganalisis perkembangan reksadana syariah dalam penelitian ini adalah kondisi perekonomian dan instrumen pasar modal. Faktor non-ekonomi tidak dimasukkan dalam ruang lingkup penelitian ini.

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Gross Domestic Product (GDP) berhubungan secara positif dengan NAB reksadana syariah. GDP menggambarkan kinerja perusahaan yang menjadi tujuan investasi reksadana syariah. Jika GDP meningkat, hal tersebut menggambarkan kinerja perusahaan yang membaik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa laba yang diperoleh perusahaan tersebut meningkat. Investor akan melihat peluang tersebut untuk memperoleh return reksadana syariah yang lebih tinggi sehingga investasi pada reksadana syariah akan meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan NAB reksadana syariah.

(46)

22

3. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berhubungan secara negatif dengan NAB reksadana syariah. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang meningkat (depresiasi) mengindikasikan bahwa kondisi perekonomian Indonesia yang melemah. Hal tersebut mendorong investor untuk menarik dananya kembali karena investasi pada instrumen reksadana syariah menjadi tidak menarik.

4. SWBI berhubungan negatif dengan NAB reksadana syariah. SWBI merupakan instrumen investasi yang menarik bagi para investor karena return yang dihasilkannya bersifat pasti dan beresiko sangat rendah. Apabila bonus SWBI meningkat, investor akan mengalihkan dananya pada SWBI dengan harapan memperoleh peningkatan return sehingga akan berimplikasi pada turunnya NAB reksadana syariah.

5. Inflasi berhubungan secara negatif dengan NAB reksadana syariah. Inflasi menyebabkan daya beli investor berkurang. Oleh karena itu, investor akan memilih menarik dananya untuk mengimbangi pengurangan daya belinya tersebut.

6. JII berhubungan secara negatif dengan NAB reksadana syariah. JII merupakan salah satu instrumen investasi reksadana syariah. Peningkatan indeks JII akan mendorong para investor untuk melakukan penebusan unit (redemption).

(47)

23

(48)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Data yang digunakan merupakan data runtun waktu (time series) bulanan dari Januari 2003 sampai dengan Desember 2006.

3.2. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah model koreksi kesalahan atau Error Correction Model (ECM). Adapun syarat untuk menggunakan model koreksi kesalahan yaitu jika minimal ada salah satu variabel yang tidak stasioner. Analisis model jangka panjang dan jangka pendek dilakukan dengan menggunakan software E-Views 4.1.

3.3. Analisis Runtun Waktu

(49)

25

dengan menggunakan ECM. Langkah-langkah dalam pembuatan ECM adalah sebagai berikut :

3.3.1. Uji Akar Unit (Unit Root)

Uji stasioneritas dimaksudkan untuk mengetahui sifat dan kecenderungan data yang dianalisis, apakah data tersebut mempunyai pola yang stabil (stasioner) atau tidak. Apabila ditemukan data yang tidak memiliki sifat-sifat di atas, maka berbagai indikator yang menyertai hasil analisis empirik atau hasil analisis model regresi tidak menunjukkan sifat-sifat yang valid. Hipotesis yang digunakan yaitu sebagai berikut :

H0 : Data tidak stasioner (mengandung akar unit) H1 : Data stasioner (tidak mengandung akar unit)

Perbedaan antara data time series yang stasioner dan yang tidak stasioner adalah dampak guncangan yang terjadi pada data time series yang stasioner bersifat sementara. Sejalan dengan waktu dampak dari guncangan tersebut akan berkurang dan data time series akan kembali ke long run mean levelnya dan berfluktuasi di sekitar mean tersebut. Perilaku dari data time series yang stasioner adalah sebagai berikut (Thomas, 1997) :

1. Mean dari data menunjukkan perilaku yang konstan. 2. Data stasioner menunjukkan varians yang konstan.

(50)

26

Data yang tidak stasioner cenderung mengalami perubahan yang mendasar seiring dengan berjalannya waktu atau time dependent. Adapun perilaku data yang tidak stasioner yaitu sebagai berikut (Thomas, 1997) :

1. Data series yang tidak stasioner tidak memiliki long run mean.

2. Memiliki ketergantungan terhadap waktu dan varian dari data yang tidak stasioner akan semakin besar tanpa batas seiring dengan perubahan waktu. 3. Correlogram dari data tersebut cenderung melebar.

3.3.2. Uji Derajat Integrasi

Uji derajat integrasi merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit. Uji derajat integrasi merupakan konsekuensi dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas pada derajat nol atau I(0). Pada beberapa uji derajat integrasi dari masing-masing variabel adalah sangat penting untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang digunakan tidak stasioner dan berapa kali variabel-variabel harus di-difference untuk menghasilkan variabel yang stasioner. Pada uji ini variabel yang diamati di-difference pada derajat tertentu sehingga semua variabel stasioner pada derajat yang sama. Suatu variabel dikatakan stasioner pada first difference jika setelah di-difference satu kali nilai Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon.

3.3.3. Uji Kointegrasi

(51)

27

Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang (long term relationship) antara variabel-variabel yang tidak stasioner. Kointegrasi berarti walaupun secara individual tidak stasioner namun kombinasi linier antara variabel-variabel tersebut dapat menjadi stasioner (Thomas, 1997). Dengan kata lain, suatu sistem variabel dikatakan terkointegrasi jika beberapa variabel tersebut (minimal satu variabel) terintegrasi pada level satu (I(1)) dan berlaku kombinasi linier dari sistem variabel tersebut yang terintegrasi pada level nol (I(0)), yaitu disequilibrium error atau residual (u) bersifat stasioner. Engle dan Granger juga menyatakan bahwa suatu uji kointegrasi dapat dianggap sebagai uji awal untuk menghindari regresi yang palsu.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji kointegrasi, yaitu antara lain Engle-Granger Cointegration Test, Johansen Cointegration Test, dan Cointegrating Regression Durbin-Watson Test. Uji kointegrasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji kointegrasi Engle-Granger. Hal ini dikarenakan persamaan yang digunakan merupakan persamaan tunggal. Metode kointegrasi Engle-Granger sebenarnya menggunakan metode Augmented Dickey Fuller (ADF) yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama, meregresi persamaan OLS kemudian mendapatkan residual dari persamaan tersebut. Tahap kedua, dengan menggunakan metode ADF Test diuji akar unit terhadap residual dengan hipotesis yang sama dengan hipotesis uji akar unit ADF variabel-variabel sebelumnya.

(52)

28

Artinya meskipun variabel-variabel yang digunakan tidak stasioner, namun dalam jangka panjang variabel-variabel tersebut cenderung menuju pada keseimbangan. Oleh karena itu, kombinasi linier dari variabel-variabel tersebut disebut regresi kointegrasi. Parameter-parameter yang dihasilkan dari kombinasi tersebut dapat disebut sebagai koefisien-koefisien jangka panjang atau co-integrated parameters. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

ln NABSt = 0 + 1 ln RGDPt + 2 ln M 2t + 3 ln RXCRt + 4 SWBIt +

JIIt = Jakarta Islamic Index.

JRDSt = Jumlah Reksadana Syariah. 0,..., 7 = Koefisien yang diestimasi.

t = Error.

3.4. Error Correction Model (ECM)

Model ECM bertujuan untuk mengatasi permasalahan data runtun waktu (time series) yang tidak stasioner. Munculnya ECM untuk mengatasi perbedaan kekonsistenan hasil estimasi antara jangka pendek dan jangka panjang.

(53)

29

penelitian ini dilakukan dengan cara menambahkan variabel-variabel baru ke dalam model yaitu variabel jumlah uang beredar dan gross domestic product. Variabel jumlah uang beredar dan gross domestic product ditambahkan dengan pertimbangan untuk melihat pengaruh perubahan nilai variabel-variabel tersebut terhadap jumlah NAB reksadana syariah.

Untuk melihat hubungan jangka pendek dan jangka panjang dari variabel RGDP, M2, RXCR, SWBI, INFL, JII, dan JRDS terhadap NAB reksadana syariah adalah sebagai berikut :

ln NABSt = 1 ln RGDPt + 2 ln M 2t + 3 ln RXCRt +

4 SWBIt + 5 INFLt + 6 ln JIIt +

7 ln JRDSt + ut-1 + t (3.2)

Keterangan:

NABSt = Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (Rp Juta).

RGDPt = Gross Domestic Product (Rp Miliar).

M 2t = Jumlah Uang Beredar (Rp Miliar).

RXCRt = Exchange Rate (Rupiah per Dollar AS).

SWBIt = Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (%).

INFLt = Inflasi (%).

JIIt = Jakarta Islamic Index.

JRDSt = Jumlah Reksadana Syariah.

ut-1 = Error Correction Term. 1,..., 7 = Koefisien yang diestimasi.

(54)

30

3.5. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian pelanggaran asumsi klasik yang meliputi pengujian autokorelasi, heteroskedastisitas, dan normalitas. Penjelasan untuk masing-masing uji tersebut adalah :

1. Uji Autokorelasi

Asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa tidak ada autokorelasi atau kondisi yang berurutan diantara gangguan atau disturbansi u yang masuk ke dalam fungsi regresi populasi. Autokorelasi terjadi jika nilai error tidak bersifat bebas antara yang satu dengan yang lainnya, artinya terjadi korelasi antar error sehingga model yang baik menghasilkan error yang acak dan tidak berpola. Kondisi tersebut menyebabkan variance yang diperoleh underestimate. Pada software Eviews 4.1, untuk mendeteksi adanya autokorelasi (serial correlations) dapat dilakukan melalui Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.

Hipotesis :

H0 : Tidak terdapat autokorelasi. H1 : Terdapat autokorelasi.

Kriteria Uji :

Probability Obs*R-Squared < (taraf nyata yang digunakan), maka tolak H0. Probability Obs*R-Squared > (taraf nyata yang digunakan), maka terima H0.

2. Uji Heteroskedastisitas

(55)

31

tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat nilai probabilitas Obs*R-Squared pada White Heteroskedasticity Test. Apabila nilai probabilitas Obs*R-Squared lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka persamaan tidak memiliki heteroskedastisitas.

3. Uji Normalitas

Normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana error term terdistribusi normal. Jika asumsi ini tidak terpenuhi, prosedur pengujian menggunakan statistik t menjadi tidak sah. Uji normalitas error term yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Jarque-Bera. Uji ini didasarkan pada error penduga least squares. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. H0 : Error Term terdistribusi normal. H1 : Error Term tidak terdistribusi normal.

(56)

BAB IV. GAMBARAN UMUM

Reksadana syariah pertama kali muncul pada pertengahan tahun 1997. PT. Danareksa Investment Management (DIM) adalah yang pertama mengeluarkan produk tersebut. Reksadana Danareksa Syariah mulai melakukan penawaran umum pada tanggal 3 Juli 1997. Sampai dengan akhir tahun 2002, reksadana syariah hanya berjumlah 3 reksadana, yaitu Danareksa Syariah, PNM Syariah, dan Danareksa Syariah Berimbang. Sepanjang tahun 2003, reksadana syariah hanya berjumlah 4 reksadana. Sejak tahun 2005, reksadana syariah mulai berkembang dengan pesat yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah reksadana sebanyak lima kali lipat pada akhir tahun 2006 dibandingkan dengan jumlah reksadana syariah pada tahun 2003.

(57)

33

(58)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Pengujian Akar-akar Unit

Uji akar unit dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Hasil pengujian kestasioneran data deret waktu (time series) untuk masing-masing variabel pada level dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Hasil Uji Akar Unit pada Level.

Nilai Kritis MacKinnon Variabel Nilai ADF

t-Statistic 1% 5% 10% Keterangan ln_NABS -1,303991 -3,577723 -2,925169 -2,600658 Tidak Stasioner ln_RGDP -0,288458 -3,577723 -2,925169 -2,600658 Tidak Stasioner ln_M2 -1,109510 -3,577723 -2,925169 -2,600658 Tidak Stasioner ln_RXCR -0,188781 -3,577723 -2,925169 -2,600658 Tidak Stasioner SWBI -3,588039 -3,577723 -2,925169 -2,600658 Stasioner*

INFL -1,453984 -3,577723 -2,925169 -2,600658 Tidak Stasioner ln_JII -1,214917 -3,577723 -2,925169 -2,600658 Tidak Stasioner ln_JRDS -0,257274 -3,577723 -2,925169 -2,600658 Tidak Stasioner Ket. : *Stasioner pada 10%, 5%, dan 1%.

Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa terdapat satu variabel yang stasioner baik pada tingkat kepercayaan 10%, 5%, maupun 1% yaitu SWBI. Hal ini ditunjukkan oleh Nilai ADF t-Statistic yang lebih kecil dari Nilai Kritis MacKinnon.

(59)

35

untuk memperoleh variabel-variabel yang stasioner pada derajat yang sama. Hasil yang diperoleh dari pengujian ini menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan stasioner pada first difference. Hasil pengujian integrasi dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Hasil Uji Akar Unit pada First Difference. Nilai Kritis MacKinnon Variabel Nilai ADF

t-Statistic 1% 5% 10% Keterangan ln_NABS -6,549940 -2,616203 -1,948140 -1,612320 Stasioner* ln_RGDP -4,776364 -2,616203 -1,948140 -1,612320 Stasioner* ln_M2 -7,121257 -2,616203 -1,948140 -1,612320 Stasioner* ln_RXCR -5,840715 -2,616203 -1,948140 -1,612320 Stasioner* SWBI -9,873009 -2,617364 -1,948313 -1,612229 Stasioner* INFL -5,923712 -2,616203 -1,948140 -1,612320 Stasioner* ln_JII -5,141565 -2,616203 -1,948140 -1,612320 Stasioner* ln_JRDS -6,931454 -2,616203 -1,948140 -1,612320 Stasioner* Ket. : *Stasioner pada 10%, 5%, dan 1%.

Pada Tabel 5.2 dapat dilihat hasil uji akar unit untuk data yang digunakan dalam bentuk first difference dan dapat disimpulkan bahwa semua variabel, baik variabel dependen maupun variabel independen stasioner pada derajat satu atau I(1).

5.2. Uji Kointegrasi

(60)

36

hubungan jangka panjang antara nilai aktiva bersih reksadana syariah (ln_NABS), Gross Domestic Product (ln_RGDP), jumlah uang beredar (ln_M2), Exchange Rate rupiah per dollar AS (ln_RXCR), bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), inflasi (INFL), Jakarta Islamic Index (ln_JII), dan jumlah reksadana (ln_JRDS).

Uji ADF residual u bersifat stasioner pada level atau I(0). Hal ini menunjukkan bahwa residual dari persamaan yang digunakan berhasil menolak hipotesis nol yang berarti bahwa data residual stasioner pada tingkat kepercayaan 10 persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai ADF t-statistic yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang digunakan terdapat kointegrasi jangka panjang. Hasil uji residual u yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Hasil Uji Residual u.

Nilai Kritis MacKinnon Variabel Nilai ADF

t-Statistic 1% 5% 10% Keterangan

u -7,013038 -3,577723 -2,925169 -2,600658 Stasioner* Ket. : *Stasioner pada 10%, 5%, dan 1%.

(61)

37

Tabel 5.4. Hasil Uji Kointegrasi Engle-Granger (Jangka Panjang).

Variabel Koefisien Probabilitas

C 17,64460 0,4333

ln_RGDP 1,700312 0,1746

ln_M2 -7,761001 0,0002

ln_RXCR 7,151694 0,0000

SWBI -0,015126 0,3714

INFL -0,021280 0,0564

ln_JII 2,572785 0,0000

ln_JRDS 0,846062 0,0001

R-Squared = 0,980706 Adj. R-Squared = 0,977329 Prob (F-Statistic) = 0,000000

Salah satu kelebihan dalam menggunakan model koreksi kesalahan atau ECM yaitu ECM dapat disesuaikan atau disamakan dengan pendekatan dari umum ke khusus atau dengan kata lain dapat melihat kecenderungan umum dan membaginya menjadi pendekatan jangka pendek dan jangka panjang. Adapun hasil estimasi jangka panjangnya adalah sebagai berikut:

Persamaan Jangka Panjang Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

ln NABSt = 17,64 + 1,70ln RGDPt – 7,76ln M2t + 7,15ln RXCRt

0,02SWBIt – 0,02INFLt + 2,57ln JIIt + 0,85ln JRDSt

R-Squared = 0,980706 Adjusted R-Squared = 0,977329 Prob (F-Statistic) = 0,000000

(62)

38

persamaan jangka panjang adalah ln_RGDP dan SWBI. Variabel ln_RGDP, ln_RXCR, ln_JII, dan ln_JRDS memiliki koefisien positif, sedangkan variabel ln_M2, SWBI, dan INFL memiliki koefisien yang negatif.

5.3. Diagnostic Test Model ECM

1. Uji Autokorelasi.

Uji autokorelasi yang digunakan pada penelitian ini dilakukan melalui Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Adanya autokorelasi dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai Probability Obs*R-Squared pada Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini. Probability Obs*R-Squared sebesar 1,000000 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen sehingga hipotesis nol diterima yang menunjukkan bahwa model jangka pendek yang diestimasi terbebas dari masalah autokorelasi.

2. Uji Heteroskedastisitas.

(63)

39

3. Uji Normalitas.

Normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana error term terdistribusi normal. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Probability Jarque-Bera sebesar 0,120517 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen sehingga hipotesis nol diterima yang menunjukkan bahwa error term model jangka pendek terdistribusi normal.

0

Gambar 5.1. Output Uji Normalitas

5.4. Estimasi Error Correction Model (ECM)

(64)

40

dependen dalam hubungan jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil ECM terbaik yang diperoleh dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Hasil Estimasi ECM (Jangka Pendek).

Variabel Koefisien Probabilitas

Dln_NABS(-1) 0,333663 0,0222

Dln_NABS(-2) 0,541048 0,0005

Dln_M2 -5,558991 0,0065

Dln_RXCR 2,305498 0,0321

Dln_RXCR(-1) -3,003461 0,0063

D_SWBI(-1) 0,029758 0,0262

D_INFL -0,035368 0,0210

Dln_JII(-2) -0,667154 0,0944

Dln_JRDS 0,667820 0,0014

u(-1) -0,682731 0,0004

R-Squared = 0,581809 Adj. R-Squared = 0,474275

Adapun persamaan jangka pendek perkembangan reksadana syariah adalah sebagai berikut:

Persamaan Jangka Pendek Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

ln NABSt = 0,33 ln NABSt-1 + 0,54 ln NABSt-2 – 5,56 ln M2t +

2,31 ln RXCRt – 3,00 ln RXCRt-1 + 0,03 SWBIt-1 -

0,04 INFLt – 0,67 ln JIIt-2 + 0,67 ln JRDSt – 0,68ut-1 R-Squared = 0,581809

Adjusted R-Squared = 0,474275

(65)

41

reksadana (Dln_JRDS) memiliki hubungan positif dengan NAB reksadana syariah. Sedangkan jumlah uang beredar (Dln_M2), Real Exchange Rate (Dln_RXCR), inflasi (D_INFL), dan Jakarta Islamic Index (Dln_JII) memiliki hubungan negatif dengan NAB reksadana syariah.

5.5. Interpretasi Hasil Estimasi

Nilai koefisien yang positif dari variabel ln_RGDP menunjukkan jika GDP riil meningkat sebesar 1 persen maka akan meningkatkan NAB reksadana syariah sebesar 1,70 persen. Hubungan positif antara variabel GDP dan NAB reksadana syariah terjadi karena peningkatan GDP akan berimplikasi pada peningkatan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan tersebut akan digunakan untuk melakukan investasi, salah satunya pada reksadana syariah. Selain itu, apabila dilihat dari sisi permintaan barang dan jasa, GDP yang meningkat mencirikan pendapatan perusahaan yang meningkat akibat meningkatnya permintaan akan barang dan jasa. Pendapatan perusahaan yang meningkat akan berimplikasi pada meningkatnya investor yang berinvestasi pada reksadana syariah. Oleh karena itu, investor akan lebih memilih untuk berinvestasi pada reksadana syariah dengan harapan keuntungan yang akan diperoleh.

(66)

42

sehingga masyarakat akan mengurangi investasi mereka. Sedangkan dalam jangka pendek, jika jumlah uang beredar (M2) meningkat sebesar 1 persen maka akan menurunkan NAB reksadana syariah sebesar 5,56 persen. Hubungan negatif antara variabel jumlah uang beredar dan NAB reksadana syariah terjadi karena dengan dilakukannya peningkatan jumlah uang beredar maka akan berimplikasi pada terjadinya inflasi. Selain itu, apabila dilihat dari sisi permintaan barang dan jasa, jumlah uang beredar yang meningkat akan menyebabkan peningkatan permintaan masyarakat akan barang dan jasa. Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa tersebut akan berimplikasi pada peningkatan harga barang dan jasa tersebut. Inflasi menyebabkan pendapatan riil masyarakat berkurang. Oleh karena itu, investor akan lebih memilih untuk untuk memegang dana yang mereka miliki.

(67)

43

syariah akan mengalami penurunan sebesar 0,69 persen. Hal ini terjadi karena depresiasi yang terjadi mencerminkan kondisi perekonomian yang melemah. Kondisi ini menyebabkan investor melakukan penarikan dananya (redemption) dari reksadana syariah sehingga akan berimplikasi pada penurunan NAB reksadana syariah.

Peningkatan bonus SWBI sebesar 1 persen akan berimplikasi pada penurunan NAB reksadana syariah sebesar 0,02 persen. Hal ini terjadi karena ketika bonus SWBI mengalami peningkatan, bonus SWBI akan lebih menarik sehingga investor akan lebih memilih untuk menanamkan dananya pada SWBI. Pengalihan investasi ini akan berimplikasi pada turunnya NAB reksadana syariah. Sedangkan dalam jangka pendek, peningkatan bonus SWBI akan berimplikasi pada peningkatan NAB reksadana syariah sebesar 0,03 persen. Hal ini terjadi karena ketika bonus SWBI mengalami peningkatan, pemilik modal tidak langsung menginvestasikan dananya pada SWBI. Investor justru meningkatkan investasinya pada reksadana syariah dengan harapan memperoleh return yang lebih besar karena salah satu instrumen investasi reksadana syariah adalah SWBI. Selain itu, investasi dalam SWBI membutuhkan modal yang sangat besar, berbeda dengan berinvestasi pada reksadana syariah yang tidak membutuhkan dana yang besar sehingga masyarakat memiliki kemudahan untuk berinvestasi pada reksadana syariah.

(68)

44

tidak menguntungkan sehingga masyarakat akan lebih memilih untuk memegang uang yang mereka miliki. Selain itu, terjadinya inflasi menyebabkan pengeluaran konsumsi masyarakat meningkat sehingga untuk mempertahankan tingkat konsumsinya maka masyarakat akan mengurangi investasi mereka. Sedangkan dalam jangka pendek, tingkat inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah. Peningkatan inflasi sebesar 1 persen akan menurunkan NAB reksadana syariah sebesar 0,04 persen. Peningkatan inflasi menyebabkan investasi menjadi tidak menguntungkan sehingga masyarakat akan lebih memilih untuk memegang uang yang mereka miliki.

(69)

45

sehingga masyarakat akan menebus (redemption) reksadana syariah mereka dengan tujuan memperoleh keuntungan.

Jumlah reksadana syariah memiliki hubungan positif dengan NAB reksadana syariah. Peningkatan jumlah reksadana syariah sebesar 1 persen akan meningkatkan NAB reksadana syariah sebesar 0,85 persen. Dengan semakin banyaknya jumlah reksadana syariah yang ditawarkan maka kesempatan berinvestasi pada reksadana syariah akan semakin meningkat. Oleh karena itu, akan lebih banyak dana yang ditanamkan dalam reksadana syariah. Sedangkan dalam jangka pendek, jumlah reksadana syariah memiliki hubungan positif dengan NAB reksadana syariah. Peningkatan jumlah reksadana syariah akan meningkatkan NAB reksadana syariah sebesar 0,67 persen. Dengan semakin banyaknya jumlah reksadana syariah yang ditawarkan maka kesempatan berinvestasi pada reksadana syariah akan semakin meningkat. Oleh karena itu, akan lebih banyak dana yang ditanamkan dalam reksadana syariah.

Secara keseluruhan, NAB reksadana syariah periode sebelumnya berpengaruh secara positif terhadap NAB reksadana syariah pada periode sekarang. Peningkatan NAB reksadana syariah periode sebelumnya sebesar 1 persen akan meningkatkan NAB reksadana syariah pada periode sekarang sebesar 0,87 persen.

(70)

46

exchange rate, SWBI, inflasi, JII, dan jumlah reksadana syariah sebesar 98,07 persen. Sedangkan sisanya sebesar 1,93 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Persamaan jangka panjang reksadana syariah memiliki nilai probabilitas F-Statistik sebesar 0,000000 yang lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,1 yang digunakan dalam penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh variabel eksogen (independen) berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen (dependen) secara bersamaan atau serentak.

(71)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil estimasi persamaan jangka panjang, dapat diketahui bahwa variabel jumlah uang beredar, real exchange rate, inflasi, Jakarta Islamic Index, dan jumlah reksadana syariah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Variabel gross domestic product, real exchange rate, Jakarta Islamic Index, dan jumlah reksadana syariah memiliki pengaruh yang positif terhadap NAB reksadana syariah, sedangkan variabel jumlah uang beredar (M2), SWBI, dan inflasi memiliki pengaruh yang negatif.

Berdasarkan hasil estimasi model jangka pendek dapat diketahui bahwa variabel jumlah uang beredar (M2), real exchange rate, SWBI, inflasi, JII, dan jumlah reksadana syariah berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Sedangkan variabel gross domestic product tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Variabel SWBI (D_SWBI) dan jumlah reksadana syariah (Dln_JRDS) memiliki hubungan positif dengan NAB reksadana syariah. Sedangkan variabel jumlah uang beredar (Dln_M2), real exchange rate (Dln_RXCR), inflasi (D_INFL), dan JII (Dln_JII) memiliki hubungan secara negatif dengan NAB reksadana syariah.

6.2. Saran

(72)

48

maka akan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk berinvestasi. Salah satu kebijakan yang dapat diterapkan oleh Pemerintah adalah dengan mengeluarkan regulasi penjaminan dana sementara (temporarily guaranteed fund) untuk menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mendorong perkembangan reksadana syariah sehingga investor dapat menanamkan dananya dengan aman.

Pemerintah harus mensosialisasikan reksadana syariah kepada masyarakat demi perkembangan reksadana syariah tersebut. Salah satu hal yang belum dilakukan pemerintah secara optimal adalah pengenalan reksadana syariah kepada masyarakat secara luas. Apabila reksadana syariah telah dikenal masyarakat dengan baik maka tidak akan terjadi kekhawatiran masyarakat akan masa depan reksadana syariah, sehingga masyarakat akan meningkatkan investasinya pada reksadana syariah yang diharapkan pada akhirnya akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Gambar

Tabel 1.2. Perkembangan Reksadana Syariah Tahun 2003-2006.
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Tabel 5.1. Hasil Uji Akar Unit pada Level.
Tabel 5.2. Hasil Uji Akar Unit pada First Difference.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pergeseran konsumsi pangan pokok pada rumah tangga miskin di Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan, mengidentifikasi

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Kebutuhan peraturan daerah yang dibutuhkan untuk mendukung penyusunan dan pelaksanaan RPIJM antara lain berkaitan dengan pemantapan tugas dan fungsi masing-masing

Semakin bertambah jumlah user dan kecepatan maka bertambah juga waktu paket yang dibutuhkan untuk menunggu. Algoritma PF dan EXP/PF memberikan performansi yang