• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Pengasuhan Balita dari Ibu Pemetik Teh di Kebun Malabar PTPN VIII Bandung, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Pengasuhan Balita dari Ibu Pemetik Teh di Kebun Malabar PTPN VIII Bandung, Jawa Barat"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

BANDUNG, JAWA BARAT

NOVITA MELANDA

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kualitas Pengasuhan Balita dari Ibu Pemetik Teh di Kebun Malabar PTPN VIII Bandung, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2008

(3)

Parenting Quality of Female Tea Picker Having Children Underfive in Malabar Plantation PTPN VIII Bandung, West Java

Novita Melanda1Euis Sunarti2

Abstract

The general objective of this research was to analyze parenting quality of female tea picker. Particularly, the objectives of the research were to: (1) identify characteristic of the mother, the caretaker in child day care, and the children, (2) identify parenting activity done by the mother (in office day and in holiday) and the caretaker in child day care, (3) compare parenting activity done by the mother in office day and in holiday, (4) compare parenting activity done by the mother and the caretaker in child day care, (5) compare parenting environment in the house and in the child day care, (6) analyze influence of parenting quality in the house and in the child day care on child development.

The research was conducted by using cross sectional study design. The location was chosen purposively which is Malabar Plantation, PTPN VIII. The samples were the children in child day care, the mother whose job as tea picker, and the caretaker in child day care. Data was taken in April 2008. The collected data was processed and analyzed by using computer program Microsoft Excel and Statistical Program for Social Science (SPSS) version 13.0 for windows. The difference analysis between variables was done by using independent sample t test, while influence analysis was done by using multiple linear regression.

Total parenting time allocated by the mother in office day is 241.05 minutes, while in holiday is 319.88 minutes. Total parenting time allocated by the caretaker in child day care is 152.14 minutes. Parenting activity done by mother and the caretaker in child day care consist of going out with children, playing with children, feeding children, doing household chore while taking care of children, sleeping with children, and helping children taking a bath. The Difference Test shows that there is significant difference between parenting activity done by the mother in office day and in holiday (p<0.01). There is also significant difference between parenting activity done by the mother and the caretaker in child day care (p<0.01). Quality of parenting environment in child day care is better than it in the house. The Difference Test shows that there is significant difference between HOME in the house and HOME in the child day care (p<0.01).

Generally, almost half of the samples (44.7%) have development level in high category. More than half of the child development (83.4%) is influenced by parenting activity of the mother (in office day and in holiday) and the caretaker in child day care, and also quality of parenting environment in house and in child day care.

Keywords: parenting quality, female tea picker, child development, children underfive

1

Mahasiswa Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB

2

(4)

RINGKASAN

NOVITA MELANDA. Kualitas Pengasuhan Balita dari Ibu Pemetik Teh di Kebun Malabar PTPN VIII Bandung, Jawa Barat. Dibawah bimbingan EUIS SUNARTI.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis kualitas pengasuhan balita dari ibu pemetik teh. Adapun tujuan khususnya yaitu (1) Mengidentifikasi karakteristik ibu, pengasuh TPA dan anak, (2) Mengidentifikasi aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu (pada hari kerja dan hari libur) dan pengasuh TPA, (3) Membandingkan aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu pada hari kerja dan hari libur, (4) Membandingkan aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu dan pengasuh TPA, (5) Membandingkan kualitas lingkungan asuh di rumah dan di TPA (6) Menganalisis pengaruh kualitas pengasuhan di rumah dan di TPA terhadap perkembangan anak.

Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan pemilihan lokasi dilakukan secara purposive, yaitu Kebun Malabar, PTPN VIII. Contoh penelitian ini adalah balita yang dititipkan di TPA dan ibunya, yang bekerja sebagai pemetik teh, dengan jumlah masing-masing 38 orang dan 7 orang pengasuh TPA. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2008.

Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung, yang terdiri dari karakteristik ibu, anak, pengasuh TPA, kualitas lingkungan asuh di TPA, aktifitas pengasuhan ibu dan pengasuh TPA. Data sekunder gambaran umum Kebun Malabar diperoleh dari kantor Perkebunan Malabar. Data kualitas lingkungan asuh di rumah dan perkembangan anak diperoleh dari hasil penelitian NHF (Sunarti 2008). Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan program komputer Microsoft Excel dan Statistical Progam for Social Science (SPSS) versi 13.0 for windows. Analisis perbedaan antar variabel menggunakan independent sample t test sedangkan analisis pengaruh menggunakan regresi linier berganda.

Persentase terbesar contoh laki-laki berada pada rentang umur 37-48 bulan (13,2%) dan contoh perempuan pada rentang umur 0-12 bulan (15,8%). Proporsi terbesar ibu contoh berumur 20-40 tahun (71,1%) dan pengasuh TPA 40-65 tahun (85,7%). Sebagian besar ibu contoh berpendidikan SMP (76,3%) dan pengasuh TPA berpendidikan SD (85,7%). Hamper sebagian besar contoh (73,7%) termasuk dalam kategori keluarga sedang, yang terdiri dari 5-7 orang.

Proporsi terbesar waktu pengasuhan ibu pada hari kerja yaitu selama 0-30 menit. Aktivitas pengasuhan yang dilakukan antara lain keluar rumah bersama anak (81,6%), mengerjakan pekerjaan rumah sambil mengasuh anak (50%), tidur dengan anak (71,1%), memberi makan (76,3%) dan memandikan anak (89,5%). Persentase terbesar aktivitas bermain bersama anak dilakukan ibu pada rentang waktu 91-120 menit (36,8%). Proporsi terbesar aktifitas tidur bersama anak pada hari libur dilakukan ibu selama 31-60 menit (39,5%). Pada hari libur ibu biasanya membacakan dongeng atau bernyanyi hingga anak tertidur namun pada hari kerja, ibu jarang melakukan aktivitas tidur bersama anak.

(5)

televisi.

Keseluruhan pengasuh TPA mengalokasikan waktu selama 0-30 menit untuk aktifitas keluar TPA bersama anak, tidur dengan anak, memberi makan dan memandikan anak. Hampir sebagian besar pengasuh TPA (71,4%) mengalokasikan waktu selama 31-60 menit untuk bermain bersama anak. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara aktivitas pengasuhan ibu (hari kerja dan hari libur) dengan pengasuh TPA (p<0,01). Aktivitas keluar TPA yang dilakukan pengasuh bersama anak yaitu bermain di halaman depan. Permainan yang dilakukan yaitu bermain ayunan, perosotan, dan lain-lain. Aktivitas keluar rumah yang dilakukan ibu bersama anak yaitu menemani anak jajan ke warung, bermain di halaman sekitar dan mengunjungi saudara. Aktivitas tidur bersama anak yang biasa dilakukan pengasuh TPA yaitu menyanyi dan membacakan dongeng hingga anak tertidur.

HOME rumah menunjukkan bahwa seluruh ibu contoh mempunyai kemampuan yang rendah dalam menyediakan mainan untuk anak dan stimulasi belajar namun memiliki kemampuan yang baik dalam stimulasi bahasa (64,3%), lingkungan fisik (42,8%), kehangatan dan penerimaan (42,8%) serta stimulasi akademik (57,1%). Seluruh pengasuh TPA mempunyai kemampuan yang baik dalam pemberian stimulasi bahasa, kehangatan dan penerimaan namun memiliki kemampuan yang rendah dalam stimulasi belajar. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara HOME rumah dan HOME TPA (p<0,01). Persentase terbesar kualitas lingkungan asuh di rumah (75%) dan di TPA (57,1%) pada contoh umur 0-3 tahun termasuk dalam kategori sedang. Kualitas lingkungan asuh di rumah pada contoh umur 4-6 tahun berada dalam kategori rendah (57,1%) sedangkan di TPA termasuk dalam kategori sedang (85,7%). Kualitas lingkungan asuh di TPA lebih baik daripada kualitas lingkungan asuh di rumah.

Lebih dari separuh contoh (65,8%) mempunyai kemampuan gerakan motorik kasar dalam kategori baik. Persentase terbesar (42,1%) gerakan motorik halus anak termasuk dalam kategori baik. Kemampuan anak dalam melakukan gerakan motorik halus dapat dilatih melalui pemberian stimulasi yang cukup dari lingkungan sekitar. Separuh contoh memiliki kemampuan komunikasi aktif dalam kategori baik dan lebih dari separuh contoh (55,3%) memiliki kemampuan komunikasi pasif dalam kategori sedang. Hampir separuh contoh (42,1%) memiliki tingkat kecerdasan dan tingkah laku sosial (44,7%) dalam kategori baik. Hampir separuh contoh (42,1%) memiliki kemampuan menolong diri sendiri dalam kategori sedang.

(6)

KUALITAS PENGASUHAN BALITA DARI IBU PEMETIK

TEH DI KEBUN MALABAR PTPN VIII

BANDUNG, JAWA BARAT

NOVITA MELANDA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(7)

Judul Skripsi : Kualitas Pengasuhan Balita dari Ibu Pemetik Teh di Kebun Malabar PTPN VIII Bandung, Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Novita Melanda

NRP : A54104017

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Euis Sunarti, MS NIP. 131 803 646

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(8)

PRAKATA

Tiada kata terindah, selain ucapan penuh kesyukuran kepada Rabb semesta alam, Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga hasil ini menjadikan penulis semakin mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan terbaik sepanjang masa, Rasulullah SAW.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir Euis Sunarti, MS selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan perhatian, waktu, bimbingan, arahan, dan motivasi sejak pemilihan topik hingga penyusunan skripsi ini selesai. Terima kasih atas pelajaran-pelajaran yang begitu berharga.

2. Prof. Ali Khomsan selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan koreksi, saran dan masukan terhadap penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Diah K Pranadji yang telah bersedia menjadi dosen pemandu seminar. 4. Keluarga tercinta, Papa, Mama, K’cak dan Yuti atas segala do’a, cinta, kasih

sayang, motivasi, pengorbanan dan kesabaran yang begitu besar kepada penulis.

5. Friska Amelia, SP; Yesa Sri Utami, SP dan Ermita Arumsari, SP selaku pembahas seminar yang telah memberikan masukan perbaikan skripsi.

6. Saudaraku para mujahid dan mujahidah tangguh pengemban amanah dakwah. Antum semua adalah nikmat Allah yang luar biasa.

7. Rekan-rekan seperjuangan di DPM TPB 2004-2005, DPM A 2005-2007, DPMKM 2007-2008.

8. Warga Al Iffah, Asy-Syifa dan keluarga besar ETOS Bogor. Terima kasih atas kekeluargaan, kebersamaan, dan perhatiannya.

9. GAMASAKERS 41 yang telah memberikan semangat dan keceriaannya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalasnya dengan hal yang lebih baik. Amiin.

(9)

tanggal 10 November 1986 sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, pasangan Bapak A. Hamid dan Ibu Aminah Yuliana. Penulis memulai pendidikan di SDN 2 Center Curup pada tahun 1992. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Curup. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMUN 1 pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswi Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga melalui jalur USMI.

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

Kegunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Karakteristik Tempat Penitipan Anak ... 4

Karakteristik Keluarga ... 6

Karakteristik Pengasuh ... 7

Karakteristik Anak... 8

Kualitas Pengasuhan ... 9

Perkembangan Anak ... 13

KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

METODE PENELITIAN ... 19

Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 19

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 20

Pengolahan dan Analisis ... 21

Definisi Operasional ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 24

Karakteristik Tempat Penitipan Anak ... 24

Karakteristik Anak ... 26

Umur Anak ... 26

Jenis Kelamin Anak ... 27

Karakteristik Ibu dan Pengasuh TPA ... 27

Umur Ibu dan Pengasuh TPA ... 27

Tingkat Pendidikan Ibu dan Pengasuh TPA ... 28

Besar Keluarga ... 28

Kualitas Pengasuhan ... 29

Aktivitas Pengasuhan Ibu pada Hari Kerja ... 29

Aktivitas Pengasuhan Ibu pada Hari Libur... 30

Perbedaan Pengasuhan Ibu pada Hari Kerja dan Hari Libur ... 31

(11)

BANDUNG, JAWA BARAT

NOVITA MELANDA

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kualitas Pengasuhan Balita dari Ibu Pemetik Teh di Kebun Malabar PTPN VIII Bandung, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2008

(13)

Parenting Quality of Female Tea Picker Having Children Underfive in Malabar Plantation PTPN VIII Bandung, West Java

Novita Melanda1Euis Sunarti2

Abstract

The general objective of this research was to analyze parenting quality of female tea picker. Particularly, the objectives of the research were to: (1) identify characteristic of the mother, the caretaker in child day care, and the children, (2) identify parenting activity done by the mother (in office day and in holiday) and the caretaker in child day care, (3) compare parenting activity done by the mother in office day and in holiday, (4) compare parenting activity done by the mother and the caretaker in child day care, (5) compare parenting environment in the house and in the child day care, (6) analyze influence of parenting quality in the house and in the child day care on child development.

The research was conducted by using cross sectional study design. The location was chosen purposively which is Malabar Plantation, PTPN VIII. The samples were the children in child day care, the mother whose job as tea picker, and the caretaker in child day care. Data was taken in April 2008. The collected data was processed and analyzed by using computer program Microsoft Excel and Statistical Program for Social Science (SPSS) version 13.0 for windows. The difference analysis between variables was done by using independent sample t test, while influence analysis was done by using multiple linear regression.

Total parenting time allocated by the mother in office day is 241.05 minutes, while in holiday is 319.88 minutes. Total parenting time allocated by the caretaker in child day care is 152.14 minutes. Parenting activity done by mother and the caretaker in child day care consist of going out with children, playing with children, feeding children, doing household chore while taking care of children, sleeping with children, and helping children taking a bath. The Difference Test shows that there is significant difference between parenting activity done by the mother in office day and in holiday (p<0.01). There is also significant difference between parenting activity done by the mother and the caretaker in child day care (p<0.01). Quality of parenting environment in child day care is better than it in the house. The Difference Test shows that there is significant difference between HOME in the house and HOME in the child day care (p<0.01).

Generally, almost half of the samples (44.7%) have development level in high category. More than half of the child development (83.4%) is influenced by parenting activity of the mother (in office day and in holiday) and the caretaker in child day care, and also quality of parenting environment in house and in child day care.

Keywords: parenting quality, female tea picker, child development, children underfive

1

Mahasiswa Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB

2

(14)

RINGKASAN

NOVITA MELANDA. Kualitas Pengasuhan Balita dari Ibu Pemetik Teh di Kebun Malabar PTPN VIII Bandung, Jawa Barat. Dibawah bimbingan EUIS SUNARTI.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis kualitas pengasuhan balita dari ibu pemetik teh. Adapun tujuan khususnya yaitu (1) Mengidentifikasi karakteristik ibu, pengasuh TPA dan anak, (2) Mengidentifikasi aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu (pada hari kerja dan hari libur) dan pengasuh TPA, (3) Membandingkan aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu pada hari kerja dan hari libur, (4) Membandingkan aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu dan pengasuh TPA, (5) Membandingkan kualitas lingkungan asuh di rumah dan di TPA (6) Menganalisis pengaruh kualitas pengasuhan di rumah dan di TPA terhadap perkembangan anak.

Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan pemilihan lokasi dilakukan secara purposive, yaitu Kebun Malabar, PTPN VIII. Contoh penelitian ini adalah balita yang dititipkan di TPA dan ibunya, yang bekerja sebagai pemetik teh, dengan jumlah masing-masing 38 orang dan 7 orang pengasuh TPA. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2008.

Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung, yang terdiri dari karakteristik ibu, anak, pengasuh TPA, kualitas lingkungan asuh di TPA, aktifitas pengasuhan ibu dan pengasuh TPA. Data sekunder gambaran umum Kebun Malabar diperoleh dari kantor Perkebunan Malabar. Data kualitas lingkungan asuh di rumah dan perkembangan anak diperoleh dari hasil penelitian NHF (Sunarti 2008). Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan program komputer Microsoft Excel dan Statistical Progam for Social Science (SPSS) versi 13.0 for windows. Analisis perbedaan antar variabel menggunakan independent sample t test sedangkan analisis pengaruh menggunakan regresi linier berganda.

Persentase terbesar contoh laki-laki berada pada rentang umur 37-48 bulan (13,2%) dan contoh perempuan pada rentang umur 0-12 bulan (15,8%). Proporsi terbesar ibu contoh berumur 20-40 tahun (71,1%) dan pengasuh TPA 40-65 tahun (85,7%). Sebagian besar ibu contoh berpendidikan SMP (76,3%) dan pengasuh TPA berpendidikan SD (85,7%). Hamper sebagian besar contoh (73,7%) termasuk dalam kategori keluarga sedang, yang terdiri dari 5-7 orang.

Proporsi terbesar waktu pengasuhan ibu pada hari kerja yaitu selama 0-30 menit. Aktivitas pengasuhan yang dilakukan antara lain keluar rumah bersama anak (81,6%), mengerjakan pekerjaan rumah sambil mengasuh anak (50%), tidur dengan anak (71,1%), memberi makan (76,3%) dan memandikan anak (89,5%). Persentase terbesar aktivitas bermain bersama anak dilakukan ibu pada rentang waktu 91-120 menit (36,8%). Proporsi terbesar aktifitas tidur bersama anak pada hari libur dilakukan ibu selama 31-60 menit (39,5%). Pada hari libur ibu biasanya membacakan dongeng atau bernyanyi hingga anak tertidur namun pada hari kerja, ibu jarang melakukan aktivitas tidur bersama anak.

(15)

televisi.

Keseluruhan pengasuh TPA mengalokasikan waktu selama 0-30 menit untuk aktifitas keluar TPA bersama anak, tidur dengan anak, memberi makan dan memandikan anak. Hampir sebagian besar pengasuh TPA (71,4%) mengalokasikan waktu selama 31-60 menit untuk bermain bersama anak. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara aktivitas pengasuhan ibu (hari kerja dan hari libur) dengan pengasuh TPA (p<0,01). Aktivitas keluar TPA yang dilakukan pengasuh bersama anak yaitu bermain di halaman depan. Permainan yang dilakukan yaitu bermain ayunan, perosotan, dan lain-lain. Aktivitas keluar rumah yang dilakukan ibu bersama anak yaitu menemani anak jajan ke warung, bermain di halaman sekitar dan mengunjungi saudara. Aktivitas tidur bersama anak yang biasa dilakukan pengasuh TPA yaitu menyanyi dan membacakan dongeng hingga anak tertidur.

HOME rumah menunjukkan bahwa seluruh ibu contoh mempunyai kemampuan yang rendah dalam menyediakan mainan untuk anak dan stimulasi belajar namun memiliki kemampuan yang baik dalam stimulasi bahasa (64,3%), lingkungan fisik (42,8%), kehangatan dan penerimaan (42,8%) serta stimulasi akademik (57,1%). Seluruh pengasuh TPA mempunyai kemampuan yang baik dalam pemberian stimulasi bahasa, kehangatan dan penerimaan namun memiliki kemampuan yang rendah dalam stimulasi belajar. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara HOME rumah dan HOME TPA (p<0,01). Persentase terbesar kualitas lingkungan asuh di rumah (75%) dan di TPA (57,1%) pada contoh umur 0-3 tahun termasuk dalam kategori sedang. Kualitas lingkungan asuh di rumah pada contoh umur 4-6 tahun berada dalam kategori rendah (57,1%) sedangkan di TPA termasuk dalam kategori sedang (85,7%). Kualitas lingkungan asuh di TPA lebih baik daripada kualitas lingkungan asuh di rumah.

Lebih dari separuh contoh (65,8%) mempunyai kemampuan gerakan motorik kasar dalam kategori baik. Persentase terbesar (42,1%) gerakan motorik halus anak termasuk dalam kategori baik. Kemampuan anak dalam melakukan gerakan motorik halus dapat dilatih melalui pemberian stimulasi yang cukup dari lingkungan sekitar. Separuh contoh memiliki kemampuan komunikasi aktif dalam kategori baik dan lebih dari separuh contoh (55,3%) memiliki kemampuan komunikasi pasif dalam kategori sedang. Hampir separuh contoh (42,1%) memiliki tingkat kecerdasan dan tingkah laku sosial (44,7%) dalam kategori baik. Hampir separuh contoh (42,1%) memiliki kemampuan menolong diri sendiri dalam kategori sedang.

(16)

KUALITAS PENGASUHAN BALITA DARI IBU PEMETIK

TEH DI KEBUN MALABAR PTPN VIII

BANDUNG, JAWA BARAT

NOVITA MELANDA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(17)

Judul Skripsi : Kualitas Pengasuhan Balita dari Ibu Pemetik Teh di Kebun Malabar PTPN VIII Bandung, Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Novita Melanda

NRP : A54104017

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Euis Sunarti, MS NIP. 131 803 646

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(18)

PRAKATA

Tiada kata terindah, selain ucapan penuh kesyukuran kepada Rabb semesta alam, Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga hasil ini menjadikan penulis semakin mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan terbaik sepanjang masa, Rasulullah SAW.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir Euis Sunarti, MS selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan perhatian, waktu, bimbingan, arahan, dan motivasi sejak pemilihan topik hingga penyusunan skripsi ini selesai. Terima kasih atas pelajaran-pelajaran yang begitu berharga.

2. Prof. Ali Khomsan selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan koreksi, saran dan masukan terhadap penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Diah K Pranadji yang telah bersedia menjadi dosen pemandu seminar. 4. Keluarga tercinta, Papa, Mama, K’cak dan Yuti atas segala do’a, cinta, kasih

sayang, motivasi, pengorbanan dan kesabaran yang begitu besar kepada penulis.

5. Friska Amelia, SP; Yesa Sri Utami, SP dan Ermita Arumsari, SP selaku pembahas seminar yang telah memberikan masukan perbaikan skripsi.

6. Saudaraku para mujahid dan mujahidah tangguh pengemban amanah dakwah. Antum semua adalah nikmat Allah yang luar biasa.

7. Rekan-rekan seperjuangan di DPM TPB 2004-2005, DPM A 2005-2007, DPMKM 2007-2008.

8. Warga Al Iffah, Asy-Syifa dan keluarga besar ETOS Bogor. Terima kasih atas kekeluargaan, kebersamaan, dan perhatiannya.

9. GAMASAKERS 41 yang telah memberikan semangat dan keceriaannya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalasnya dengan hal yang lebih baik. Amiin.

(19)

tanggal 10 November 1986 sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, pasangan Bapak A. Hamid dan Ibu Aminah Yuliana. Penulis memulai pendidikan di SDN 2 Center Curup pada tahun 1992. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Curup. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMUN 1 pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswi Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga melalui jalur USMI.

(20)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

Kegunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Karakteristik Tempat Penitipan Anak ... 4

Karakteristik Keluarga ... 6

Karakteristik Pengasuh ... 7

Karakteristik Anak... 8

Kualitas Pengasuhan ... 9

Perkembangan Anak ... 13

KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

METODE PENELITIAN ... 19

Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 19

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 20

Pengolahan dan Analisis ... 21

Definisi Operasional ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 24

Karakteristik Tempat Penitipan Anak ... 24

Karakteristik Anak ... 26

Umur Anak ... 26

Jenis Kelamin Anak ... 27

Karakteristik Ibu dan Pengasuh TPA ... 27

Umur Ibu dan Pengasuh TPA ... 27

Tingkat Pendidikan Ibu dan Pengasuh TPA ... 28

Besar Keluarga ... 28

Kualitas Pengasuhan ... 29

Aktivitas Pengasuhan Ibu pada Hari Kerja ... 29

Aktivitas Pengasuhan Ibu pada Hari Libur... 30

Perbedaan Pengasuhan Ibu pada Hari Kerja dan Hari Libur ... 31

(21)

x

Perbedaan Kualitas Lingkungan Asuh Rumah dan TPA ... 43

Perkembangan Anak ... 44

Pengaruh Kualitas Pengasuhan terhadap Perkembangan Anak ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN... 49

Kesimpulan ... 49

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA... 51

(22)

xi

DAFTAR TABEL

(23)

xii

(24)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masa kanak-kanak merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan merupakan masa kritis bagi anak sehingga kualitas pengasuhan yang baik mutlak diperlukan. Kualitas pengasuhan yang diberikan orangtua akan berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Semakin baik kualitas pengasuhan yang diberikan orangtua maka kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak pun akan semakin baik pula.

Hurlock (1980) menyatakan bahwa pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas harus dimulai dengan pemberian perhatian yang memadai dari orangtua kepada anak, sejak dini hingga anak dewasa. Orangtua, terutama ibu merupakan orang pertama dan utama yang mempengaruhi proses sosialisasi anak. Oleh karena itu, peran orangtua sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian, kemampuan dan tumbuh kembang anak. Salah satu wujud perhatian orangtua dalam kehidupan anak adalah dalam bentuk pengasuhan.

Pengasuhan merupakan aktivitas individu dalam mempengaruhi keadaan anak, yang merupakan tanggung jawab orangtua. Pada umumnya, ibu adalah orang yang paling perhatian terhadap kualitas kehidupan anak. Walaupun dalam prakteknya, peran ayah dan anggota keluarga yang lain turut mempengaruhi kualitas anak. Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk pada tahun-tahun pertama kehidupan anak akan sangat menentukan keberhasilan anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini berjalan seiring dengan pertambahan usia mereka (Hurlock 1980).

(26)

2

Tempat Penitipan Anak (TPA) merupakan sarana pengasuhan anak dalam kelompok yang dilaksanakan selama jam kerja. Sarana penitipan anak biasanya dirancang secara khusus baik dalam program, staf, maupun pengadaan alat permainan dan perlengkapan lainnya. Pemberian stimulasi dan perlakuan pengasuh terhadap anak akan menentukan kualitas perkembangan anak di masa mendatang. Studi yang dilakukan Skeel dan Dye (1939) yang diacu dalam Atkinson, Atkinson, Smith dan Bem (1983) membuktikan bahwa para pengasuh yang meluangkan waktu untuk bermain, berbicara dan melatih anak akan meningkatkan kecepatan perkembangan anak. Selain itu, TPA yang luas dan ketersediaan mainan sebagai media stimulasi perkembangan anak sangat diperlukan untuk meningkatkan kecepatan perkembangan anak (Atkinson, Atkinson & Hilgrad 1987). Hal ini menjadi tantangan bagi pengelola karena keberadaan TPA akan menentukan kualitas tumbuh kembang anak.

Pencapaian perkembangan optimal pada anak yang dititipkan di tempat penitipan anak tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas lingkungan asuh dan aktifitas pengasuhan yang diberikan pengasuh TPA saja, tetapi juga aktifitas pengasuhan dan kualitas lingkungan asuh yang diberikan orangtua di rumah. Oleh karena itu, baik ibu maupun pengasuh TPA hendaknya memiliki pengetahuan yang memadai tentang pengasuhan dan perkembangan anak sehingga dapat memberikan stimulasi yang maksimal selama proses pengasuhan.

Perumusan Masalah

Perkembangan balita dipengaruhi oleh kualitas pengasuhan yang diterapkan orangtua, terutama ibu. Kualitas pengasuhan yang baik tidak akan tercapai tanpa curahan waktu yang memadai (kuantitas pengasuhan). Alokasi waktu pengasuhan cenderung menurun pada ibu pemetik teh sehingga diperlukan sarana untuk menggantikan peran ibu selama bekerja. Salah satunya melalui tempat penitipan anak (TPA).

(27)

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas pengasuhan balita dari ibu pemetik teh.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik ibu, pengasuh TPA dan anak.

2. Mengidentifikasi aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu (pada hari kerja dan hari libur) dan pengasuh TPA.

3. Membandingkan aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu pada hari kerja dan hari libur.

4. Membandingkan aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu dan pengasuh TPA.

5. Membandingkan kualitas lingkungan asuh di rumah dan di TPA.

6. Menganalisis pengaruh kualitas pengasuhan di rumah dan di TPA terhadap perkembangan anak.

Hipotesis

1. Tidak terdapat perbedaan antara aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu pada hari kerja dan hari libur.

2. Tidak terdapat perbedaan antara aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu (hari kerja dan hari libur) dan pengasuh TPA.

3. Tidak terdapat perbedaan antara kualitas lingkungan asuh di rumah dan di TPA.

4. Kualitas pengasuhan di rumah dan di TPA tidak berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Kegunaan

(28)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Tempat Penitipan Anak (TPA)

Tempat penitipan anak merupakan sarana pengasuhan anak dalam kelompok yang dilaksanakan selama jam kerja. Sarana penitipan anak biasanya dirancang secara khusus baik dalam program, staf, maupun pengadaan alat permainan dan perlengkapan lainnya. Menurut Departemen Sosial RI, TPA merupakan lembaga sosial yang memberikan pengasuhan kepada balita yang ibunya bekerja. Pelayanan ini diberikan dalam bentuk peningkatan gizi, pengembangan intelektual, emosional dan sosial (Anonymous 2007).

Keberadaan TPA sangat penting dalam memberikan pengasuhan kepada anak dan menggantikan peran ibu untuk sementara waktu, selama ibu bekerja (Media Indonesia 1993 dalam Aprianti 1995). TPA diharapkan tidak hanya menjadi tempat penitipan anak saja, tetapi juga menyediakan sarana atau fasilitas serta program-program yang memungkinkan anak untuk bereksplorasi (Anonymous 2001). Selain itu, TPA juga diharapkan dapat memberikan pengasuhan terbaik, sesuai dengan tugas perkembangan anak. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Oleh karena itu para pengasuh TPA hendaknya memiliki pengetahuan yang memadai mengenai perkembangan anak (Republika 1993 dalam Aprianti 1995).

Tingkat perkembangan anak yang diasuh di TPA dipengaruhi oleh jenis makanan dan stimulasi yang diberikan oleh pengasuh. TPA yang menyediakan makanan bergizi, alat permainan edukatif dan ruangan yang bersih akan sangat membantu meningkatkan perkembangan fisik dan intelektual anak. Disamping itu, faktor lain yang tidak kalah pentingnya yaitu kualitas para pengasuh yang menjalankan kegiatan TPA sehari-hari. Peran pengasuh sangat penting, terutama dalam sikap, kualitas dan metode pengasuhan yang diterapkan terhadap anak (Husaeni 1987 dalam Aprianti 1995). Selain itu, diperlukan konsistensi hubungan antara pengasuh TPA dengan ibu kandung anak, terutama mengenai stimulasi yang diberikan kepada anak. Hal ini diperlukan agar anak merasa nyaman ketika berada di rumah maupun di TPA (Republika 1993 dalam Aprianti 1995).

Kepadatan

(29)

didalamnya. Adanya perbedaan secara perorangan baik umur, pendidikan, kegiatan dan kemampuan akan mempersulit proses penyesuaian. Makin banyak jumlah anggotanya, maka semakin banyak interaksi yang terjadi. Hal ini dapat memicu munculnya berbagai permasalahan.

Fasilitas

Menurut Hawadi (2001), fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang tersedia dalam memperlancar aktivitas pengasuhan. Beberapa fasilitas TPA yang dapat mempengaruhi perkembangan anak yaitu keadaan fisik TPA dan kelengkapan sarana dan prasarana, seperti jenis makanan, tempat tidur, alat permainan edukatif, dan lain-lain. Kelengkapan sarana dan prasarana sangat penting dalam mendukung proses stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak yang dilakukan oleh pengasuh.

Menurut anonymous (2000), beberapa pandangan para ahli terhadap tempat penitipan anak, antara lain :

1. Fraiberg (1977) mengemukakan bahwa di TPA setiap anak menerima perhatian yang tidak maksimal dari pengasuh. Hal ini dikarenakan keterbatasan jumlah pengasuh sehingga pengasuh harus membagi waktu dan perhatian kepada anak-anak yang lain.

2. Faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan perlu menjadi bahan pertimbangan. Hal ini dikarenakan di TPA berkumpul anak-anak yang mungkin mempunyai penyakit tertentu, yang mudah menular kepada anak lain, seperti flu, hepatitis, diare, disentri, dan lain-lain.

3. Penelitian yang dilakukan Laurence D. Steinberg dan Jay Belsky menemukan bahwa TPA terbukti dapat menolong anak-anak dari golongan ekonomi lemah dan dapat meningkatkan interaksi antara satu anak dengan anak-anak yang lain, baik dalam bentuk interaksi yang positif maupun negatif.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Belsky tahun 1984 menemukan bahwa anak yang dititipkan di TPA pada usia diatas satu tahun akan memiliki perkembangan yang baik.

(30)

6

Karakteristik Keluarga

Menurut Huston, Mc Loyd dan Coll (1984) dalam Rahayu (2002), karakteristik keluarga meliputi pendidikan orangtua, umur orangtua, pekerjaan orangtua dan besar keluarga.

Umur Orangtua

Umur ibu akan mempengaruhi pengasuhan terhadap anak. Sebagian besar ibu yang berumur muda, memiliki pengetahuan yang minim tentang pengasuhan dan perkembangan anak, sehingga waktu pengasuhan menjadi sangat singkat dan tidak menyenangkan.

Menurut Hurlock (1998), ibu yang berumur muda cenderung kurang memperhatikan kebutuhan anaknya. Ibu yang berusia muda cenderung memiliki pengetahuan dan pengalaman yang minim tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengetahuan ibu muda umumnya diperoleh dari ibunya sehingga masih mengalami ketergantungan dalam hal perawatan dan pengasuhan anak. Sebaliknya, ibu yang berumur lebih tua lebih dapat memainkan perannya dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal.

Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak. Soewondo dan Sadli (1990) dalam Kartino (2005) mengemukakan bahwa pendidikan formal sangat penting karena dapat membentuk wawasan berpikir yang lebih baik. Menurut Widyaningsih (1990), pendidikan keluarga, terutama ibu akan berpengaruh positif terhadap kualitas tumbuh kembang anak. Landers (1984) dalam Satoto (1990) menegaskan bahwa pendidikan ibu menunjukkan korelasi yang tinggi terhadap perkembangan anak.

Selain itu, Kartini (1997) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan pengasuh mempunyai korelasi yang positif dengan cara mendidik anak. Tingkat pendidikan pengasuh yang tinggi dapat memberikan stimulasi lingkungan (fisik, sosial, emosional dan psikologi) yang baik bagi anak-anaknya. Pengasuh yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan terbuka terhadap pembaharuan dan informasi tentang perkembangan anak.

Besar keluarga

(31)

Hal ini sejalan dengan pendapat Gunarsa (1990) yang menyatakan bahwa dalam keluarga kecil, seorang anak tidak perlu memperjuangkan kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya. Tetapi anak-anak dari keluarga besar harus berjuang untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian orangtuanya. Dengan kata lain, semakin banyak anak, curahan waktu, perhatian dan keeratan hubungan antara orangtua dan anak akan semakin sedikit (terbagi kepada sejumlah anak). Hal ini dikarenakan keterbatasan sumberdaya waktu yang dimiliki orangtua untuk bersama anaknya.

Karakteristik Pengasuh

Dalam menjalankan fungsinya, pengasuh TPA diharapkan mampu memberikan pengasuhan, bimbingan dan pembelajaran yang terkait dengan aspek tumbuh kembang anak, sehingga para pengasuh maupun pengelola TPA diharapkan memiliki ilmu dan perangkat pendukung lainnya yang dapat membantu mengoptimalkan tumbuh kembang anak (Eny, Benny, Riana 2003).

Karakter pengasuh adalah cara atau sikap yang dipraktekkan pengasuh dalam pengasuhan anak. Sikap pengasuh akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Sikap tersebut dapat berupa perlindungan yang berlebihan terhadap anak, penolakan maupun penerimaan terhadap keinginan dan sikap anak. Kualitas pengasuhan dipengaruhi oleh karakteristik pengasuh. Hal ini dikarenakan adanya variasi sumberdaya pengasuh dan tindakan pemeliharaan anak. Menurut Rice dan tucker (1986) yang diacu dalam Guhardja, Puspitawati, Hartoyo dan Hastuti (1992) pengasuh memiliki fungsi ideal, yaitu :

1. Pengasuh merupakan tempat dimana kasih sayang, saling menghargai dan tanggung jawab dilaksanakan bersama dan dipelajari.

2. Pengasuh adalah tempat pembentukan perilaku dan pengasuhan anak. Dalam hal ini, sumberdaya lingkungan diambil dan diproses menjadi sesuatu yang berguna untuk kesejahteraan anggota keluarga.

3. Memberi kesempatan dan bimbingan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak tanpa mengenal waktu dan membantu mereka dalam mewujudkan kepribadian masing-masing.

(32)

8

5. Menyediakan suasana lingkungan yang dapat meningkatkan kesetiakawanan, dukungan emosional, interaksi dan kebersamaan dalam berbagai hal.

6. Memperbaiki kesejahteraan ekonomi.

Dari sudut pandang sosiologi pengasuh, Soekanto (1992) mengemukakan bahwa pengasuh merupakan suatu unit pergaulan kecil dalam masyarakat yang mempunyai peran antara lain :

1. Melindungi anggotanya sehingga diperoleh ketentraman dan ketertiban 2. Memenuhi kebutuhan materi

3. Menumbuhkan dasar mengenai aturan pergaulan

4. Agen sosialisasi awal bagi anak untuk mempelajari dan mematuhi aturan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat

Peranan ini sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Hal ini dikarenakan baik langsung maupun tidak langsung, pengasuh terus menerus berhubungan dengan anak, memberikan stimulasi dan komunikasi melalui berbagai cara (Soekanto 1992).

Karakteristik Anak Umur Anak

Umur akan berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam menolong diri sendiri dan tingkah laku sosialnya. Dengan bertambahnya umur, anak akan mengalami peningkatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya (Hurlock, 1991). Umur anak akan berpengaruh negatif terhadap curahan waktu ibu dalam pengasuhan. Hal ini disebabkan semakin besar anak, ketergantungan pengasuhan akan semakin berkurang. Anak yang lebih kecil memerlukan pengawasan dan bimbingan yang lebih banyak daripada anak yang sudah dewasa. Oleh karena itu, semakin muda umur anak, semakin banyak waktu yang dicurahkan ibu untuk anaknya (Sa’adiyyah 1998).

Jenis kelamin Anak

(33)

Anak laki-laki diberikan kesempatan untuk lebih mandiri dan mendapat dorongan dari pengasuh sehingga mereka lebih menunjukkan sikap inisiatif (Hawadi 2001). Sedangkan anak perempuan cenderung lebih diawasi oleh orangtua. Hal ini dikarenakan anak perempuan dianggap lebih banyak menimbulkan aib bagi orangtua (Murniatmo, Sulistyobudi, Adrianto, Munawaroh & Sumarno 1997 dalam Novianti 2004). Namun demikian, sebagian besar ibu tetap memberikan perhatian yang sama kepada anak perempuan dan anak laki-laki.

Kualitas Pengasuhan

Menurut Tambingon (1999), interaksi antara pengasuh dan anak merupakan bagian dari kualitas pengasuhan, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, kepribadian dan pengalaman pengasuh. Tjokrowinoto (1984) dalam Satoto (1990) menuturkan bahwa peran pengasuh dapat mempengaruhi perkembangan anak, baik secara positif maupun negatif. Hal ini dikarenakan dalam berinteraksi dengan anak, pengasuh dapat memainkan peran yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap anak. Oleh karena itu, perkembangan anak yang optimal sangat bergantung pada kualitas pengasuhan yang diberikan orangtua/pengasuh.

Karyadi (1985) menyatakan bahwa perkembangan anak yang optimal terletak pada kualitas pengasuhan yang mereka terima, bukan pada kuantitas waktu yang diberikan ibu. Kualitas interaksi lebih penting daripada kuantitas. Seorang ibu yang menikmati dan menyenangi kehidupannya akan memberikan pengasuhan yang baik dan menyenangkan kepada anak. Dalam hal ini, stimulasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Apabila stimulasi diberikan secara teratur dan terarah, maka anak akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi (Soetjiningsih 1995 dalam Rusyantia 2006).

Kualitas Lingkungan Asuh

(34)

10

kepribadian anak. Oleh karena itu orangtua, terutama ibu harus bijak dalam memilih lingkungan asuh yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kepribadian anak di masa mendatang sangat tergantung pada bagaimana ia berkembang dan dikembangkan oleh lingkungan terdekatnya (Kushartanti, 2001).

Salah satu instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas lingkungan asuh adalah home inventory. Menurut Caldwell dan Bradley (1984), instrumen HOME didasarkan pada 12 premis teoritis dan empiris mengenai pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak, diantaranya :

1. Perkembangan anak dapat ditingkatkan oleh iklim emosional yang positif 2. Perkembangan anak dapat ditingkatkan melalui kontak dengan sejumlah

orang dewasa disekitar anak

3. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan penyediaan masukan sensoris yang beragam dan terpola

4. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan penyediaan kebutuhan anak secara optimal

5. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan hadirnya orang yang selalu tanggap secara fsik, kata dan rasa terhadap perilaku anak

6. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan pengorganisasian lingkungan fisik dan temporal yang baik

7. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan tersedianya lingkungan yang memiliki larangan sosial yang minimal mengenai perilaku motorik dan eksploratik

8. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan penyediaan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman kultural yang beragam

9. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan tersedianya alat permainan yang memfasilitasi koordinasi proses sensori motorik

10. Perkembangan anak memerlukan kontak dengan orang dewasa yang memberi nilai terhadap pencapaian perilaku anak

11. Perkembangan anak dapat ditingkatkan dengan kesempatan mendapakan pengalaman kegiatan yang kumulatif

(35)

Aktifitas Pengasuhan

Aktifitas pengasuhan anak meliputi bimbingan, arahan dan pengawasan yang dilakukan oleh orangtua terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan anak sehari-hari. Pengawasan ini dapat dilakukan melalui interaksi antara orangtua dan anak, yang berlangsung terus menerus hingga mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Dalam interaksi antara orangtua dengan anak, tindakan orangtua dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman yang mereka peroleh. Oleh karena itu, kurangnya pengetahuan orangtua akan menyebabkan pemeliharaan dan pendidikan anak yang tidak maksimal sehingga perkembangan anak menjadi tidak optimal.

Cranoto dan Delicarde (1972) dalam Satoto (1990) menyebutkan bahwa diperlukan dua faktor yang saling berkaitan yaitu interaksi ibu dan anak, sebagai suatu pola perilaku yang mengikat ibu dan anak secara timbal balik. Faktor kedua yaitu stimulasi dalam keluarga yang mencakup berbagai upaya keluarga, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keterlibatan ibu dalam menjalankan program psikososial (stimulus) ini berhubungan erat dengan perkembangan anak.

Peranan seorang ibu sangat penting di lingkup pertama proses perkembangan dan pertumbuhan anak. Salah satu dampak negatif yang dikhawatirkan timbul sebagai akibat keikutsertaan ibu pada kegiatan diluar rumah adalah keterlantaran anak, terutama bagi balita. Padahal masa depan anak dipengaruhi oleh pengasuhan yang mereka terima sejak bayi (Harahap & Puspitasari 1992). Hasil penelitian Melmed (1997) dalam Widayani (2000) menjelaskan pentingnya penyediaan waktu untuk merawat dan memberikan pengalaman yang dapat menstimulasi perkembangan anak. Oleh karena itu, pada ibu bekerja yang terpenting adalah pembagian waktu antara pekerjaan dan perhatian terhadap anak. Pada ibu bekerja, kualitas tumbuh kembang anak sebagian besar tergantung pada kualitas pengasuh pengganti (Atkinson, Atkinson & Hilgrad 1987).

(36)

12

mempunyai lebih banyak kesempatan untuk melatih dan mengajarkan berbagai hal yang berkaitan dengan aspek-aspek perkembangan anak. Pencapaian waktu yang berkualitas menuntut kesiapan orangtua untuk memusatkan perhatian sepenuhnya pada kebutuhan anak, saat berlangsungnya interaksi antara orangtua dan anak (Yuliana 2002). Hal ini menegaskan bahwa bukan hanya kualitas tetapi juga kuantitas waktu pengasuhan orangtua sangat diperlukan untuk mencapai perkembangan anak yang optimal.

Rutter (1984) dalam Satoto (1990) mengemukakan bahwa perkembangan anak yang normal dapat dicapai melalui pengasuhan ibu yang berkualitas. Ada 6 ciri yang dibutuhkan untuk melakukan pengasuhan yang baik, yaitu (1) Hubungan kasih sayang, (2) Kelekatan dan keeratan hubungan antara ibu dan anak, (3) Hubungan yang tidak terputus, (4) Interaksi yang memberikan rangsangan, (5) Hubungan dengan satu orang, (6) Melakukan pengasuhan anak di rumah sendiri. Dari keenam ciri tersebut, kasih sayang merupakan unsur terpenting dalam hubungan ibu dan anak walaupun secara bersamaan, kelekatan dapat pula terjadi antara anak dengan orang lain, termasuk dengan pengasuh (Karyadi, 1985)

Disisi lain, Megawangi (2001) dalam Siregar (2003) mengemukakan bahwa pendidikan karakter akan berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak di masa mendatang. Apabila seorang anak memperoleh pendidikan yang baik dari pengasuhnya, maka anak tersebut akan memiliki karakter yang baik pula. Namun tidak sedikit pengasuh maupun orangtua yang gagal dalam mendidik anak. Hal ini dikarenakan beberapa kesalahan, diantaranya :

1. Kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang.

Anak memerlukan kata-kata pujian dari pengasuhnya, terutama saat mereka berhasil melakukan sesuatu.

2. Kurang meluangkan waktu untuk mengasuh anak

Kesibukan ibu dan pengasuh akan menyebabkan anak merasa tidak diperhatikan dan tidak dipedulikan.

3. Bersikap kasar secara verbal

(37)

4. Bersikap kasar secara fisik

Misalnya memukul, mencubit dan memberikan hukuman. Sikap seperti ini akan menimbulkan asumsi bahwa tingkah laku agresif anak dapat dihilangkan dengan hukuman sehingga sikap ini akan meningkatkan agresifitas anak.

5. Tidak menanamkan karakter yang baik kepada anak.

Penanaman karakter yang baik harus dilakukan terus-menerus agar sikap ini benar-benar melekat pada diri anak.

Perkembangan Anak

Perkembangan anak merupakan proses perubahan yang sifatnya progresif dan menunjukkan cara anak berperilaku dalam interaksi dengan lingkungannya atau proses perubahan kemampuan yang terjadi pada kurun waktu tertentu, yang didefinisikan sebagai fungsi kematangan. Yusuf (2000) mengemukakan bahwa perkembangan meliputi perubahan-perubahan psikofisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak. Hal ini ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam setiap fase menuju kedewasaan. Papalia and Olds (1989) menyatakan bahwa perkembangan manusia adalah perubahan pada seseoang, yang terjadi secara kualitatif dan kuantitatif. Perubahan kuantitatif meliputi perubahan tinggi badan, berat badan dan ukuran perbendaharaan kata sedangkan kualitatif adalah perubahan pada berbagai macam struktur atau organisasi, seperti perubahan intelegensia, cara berpikir, bersikap dan bertindak. Perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis hingga individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangan

Proses perkembangan terjadi secara menyeluruh, yang menjangkau hampir semua aspek kehidupan anak. Perubahan pada satu aspek akan mempengaruhi perubahan pada aspek yang lain. Dalam hal ini perkembangan menuju pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diulang kembali (Monks, Knoers & Hadinoto 1992).

Menurut Sunarti (2004), perkembangan memiliki ciri-ciri yang bersifat : 1. Multidimensi, yang meliputi peningkatan dalam dimensi fisik, mental dan

(38)

14

2. Integral, meliputi beberapa dimensi perkembangan yang saling berkaitan dan harus dipertimbangkan secara bersamaan.

3. Berkelanjutan, perkembangan anak dimulai sejak dari prenatal sampai meliputi seluruh kehidupan.

4. Interaksi, perkembangan terjadi sebagai respon belajar terhadap lingkungan sosial dan biofisik.

5. Terpola tetapi unik, terdapat urutan dan kerangka umum dari perkembangan individu, tetapi kecepatan, ciri dan kualitas perkembangan sangat bervariasi antar individu yang berbeda.

Sejak awal kehidupannya, anak secara terus menerus dihadapkan pada tuntutan lingkungan, yaitu mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan. Semakin meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak, maka semakin tinggi pula tuntutan lingkungan terhadap kemampuan anak dalam menyesuaikan diri. Berbagai perubahan yang terjadi pada sistem ekologi jelas akan mempengaruhi kehidupan anak dan keluarga secara timbal balik. Oleh karena itu anak diharapkan dapat berkembang secara optimal agar mampu menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks.

Yusuf (2000) menjelaskan beberapa prinsip perkembangan, diantaranya: 1. Perkembangan merupakan proses yang tidak dapat berhenti (never ending

process). Manusia secara terus-menerus akan berkembang atau berubah. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman atau proses belajar yang terjadi sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus-menerus, sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.

2. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi dan mempunyai korelasi yang positif, baik secara fisik, emosi, intelegensi maupun sosial. Apabila seorang anak mengalami gangguan pertumbuhan fisik (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan aspek yang lain, seperti keterlambatan perkembangan kecerdasan dan mengalami kelabilan emosional.

(39)

menjadi prasyarat bagi perkembangan anak selanjutnya, yaitu berlari dan melompat.

4. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan. Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lamabt). Sebagai contoh, otak mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna pada umur 6-8 tahun, sedangkan tangan, kaki dan hidung mencapai perkembangan yang maksimum pada masa remaja. Imajinasi kreatif berkembang dengan cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada usia remaja.

5. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas. Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: pada usia 2 tahun anak memusatkan diri untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerakan fisik dan belajar berbica sedangkan pada usia 3-4 tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar berinteraksi dengan orang lain)

6. Setiap individu yang normal akan mengalami fase/ tahapan perkembangan. Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidup yang normal dan berusia panjang, individu akan mengalami fase-fase perkembangan, mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan tua.

Ruang lingkup perkembangan meliputi perkembangan fisik (proses perubahan tubuh, otak, kemampuan sensori dan keterampilan motorik), intelektual (proses perubahan kemampuan mental, seperti kemampuan belajar, mengingat, mempertimbangkan, berpikir dan berbahasa). Perubahan-perubahan tersebut berhubungan dengan aspek motorik dan emosi. Aspek kepribadian yaitu cara seseorang dalam menghadapi dunia dan mengekspresikan emosi sedangkan aspek sosial yaitu hal-hal yang berhubungan dengan fungsi fisik dan kognitif (Papalia, Olds dan Fildman 1989 dalam Sa’adiyyah 1998).

Menurut Yusuf (2000) dalam Yuliana (2007), beberapa aspek perkembangan yang perlu dibina dalam menghadapi masa depan anak meliputi: a. Gerakan Motorik

(40)

16

maupun psikis) yang tidak bisa dipaksakan. Perkembangan motorik sangat penting bagi perkembangan aspek-aspek lainnya. Namun perkembangan gerakan kasar dan halus seringkali dianggap sebagai kemampuan yang dapat dilakukan secara otomatis, sehingga kurang mendapat perhatian dari orangtua. Padahal gangguan dalam perkembangan motorik dapat menghambat penyesuaian diri sehingga dapat mengakibatkan perasaan rendah diri. Gangguan motorik tidak hanya disebabkan oleh kurang berfungsinya organ-organ fisik, tetapi juga oleh gangguan psikis, seperti gangguan emosi akibat bentakan-bentakan dari orangtua yang sangat mengejutkan anak.

Gerakan motorik kasar

Kemampuan motorik kasar merupakan aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot besar. Misalnya dalam fungsi duduk, berjalan, berlari, melompat dan lain-lain.

Gerakan motorik halus

Kemampuan motorik halus melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil namun tetap diperlukan koordinasi yang cermat. Kemampuan motorik halus dapat dilatih dengan pemberian stimulasi yang cukup dari lingkungan sekitar tempat anak berinteraksi. Misalnya dalam fungsi meraih, memegang, melempar dan lain-lain.

b. Bahasa

Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain dan merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Hal ini dikarenakan kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem yang lain. Kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologi, emosi dan lingkungan sekitar anak.

Komunikasi pasif meliputi kesanggupan anak dalam mengerti dan melakukan apa yang diperintahkan oleh orang lain tanpa berbicara secara langsung.

(41)

c. Kognitif

Secara umum perkembangan kognitif berupa proses-proses mental yang mencakup pemahaman tentang penemuan pengetahuan, pembuatan perbandingan, berfikir dan mengerti. Hal ini berkaitan dengan proses pengolahan informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, intelegensia, berfikir, belajar, pemecahan masalah dan pembentukan konsep. Dalam pengertian yang lebih luas, perkembangan kognitif mencakup pembentukan kreativitas, imajinasi dan ingatan (Anwar 2002).

Kemampuan kognitif melibatkan proses berpikir dan mengamati, yang terbentuk melalui dua proses, yaitu organisasi dan adaptasi. Pada anak balita, kemampuan berpikir mula-mula berkembang melalui kelima inderanya, yang dimulai dari melihat warna-warna, mendengar suara, mengenal rasa, dan seterusnya. Berbagai konsep dan pengertian tersebut akan dimiliki anak dan selanjutnya memungkinkan anak untuk memikirkan hal-hal yang lebih tinggi (Soetjiningsih 1995 dalam Rusyantia 2006).

d. Menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial

(42)

18

KERANGKA PEMIKIRAN

Pada anak yang dititipkan di TPA, perkembangan anak yang optimal dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kualitas pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua dan pengasuh TPA. Kualitas pengasuhan yang diberikan orangtua dan pengasuh ini ditentukan oleh kualitas lingkungan asuh (tempat anak dibesarkan) dan aktifitas pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua dan pengasuh TPA.

Kualitas pengasuhan yang diberikan orangtua dan pengasuh TPA berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik pengasuh, karakteristik anak, dan karakteristik ibu.

Keterangan :

[image:42.595.108.499.140.796.2]

: Faktor yang diteliti : Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kualitas Pengasuhan Balita dari Ibu Pemetik Teh di Kebun Malabar PTPN VIII Bandung, Jawa Barat Karakteristik Ibu

 Umur ibu

 Pendidikan orangtua  Besar keluarga

Karakteristik Pengasuh  Umur  Pendidikan Karakteristik

Anak  Umur

 Jenis kelamin

PERKEMBANGAN ANAK

Kualitas Pengasuhan di Rumah  Lingkungan asuh

 Aktifitas pengasuhan

Kualitas Pengasuhan di TPA  Lingkungan asuh

(43)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul “A Study of Plantation Women Workers: Socio Economic Status, Family Strength, Food

Consumption, and Children Growth and Development (Studi Keragaan Wanita Pemetik Teh : Status Sosial Ekonomi, Ketahanan Keluarga, Konsumsi Pangan, dan Tumbuh Kembang Anak) yang didanai oleh Netherland Health Foundation (NHF) (Sunarti 2008)

Penelitian ini menggunakan disain cross sectional. Lokasi penelitian dilakukan di Kebun Malabar, PTPN VIII Bandung, Jawa Barat yang dipilih secara purposive. Pengambilan data dilakukan pada bulan April 2008.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh pada penelitian ini yaitu ibu pemetik teh yang berumur 19-64 tahun dan mempunyai anak yang dititipkan di tempat penitipan anak (TPA), beserta anaknya yang berusia 0-5 tahun dan pengasuh dari seluruh TPA di Kebun Malabar.

Penarikan contoh dilakukan melalui studi kasus pada Kebun Malabar. Semua individu yang memenuhi kriteria dipilih sebagai contoh. Jumlah contoh yang diteliti sebanyak 38 orang balita beserta ibunya dan 7 orang pengasuh TPA.

Gambar 2. Cara pengambilan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data Kebun Malabar

wanita pemetik teh (n=97)

Balita yang dititip di TPA (n=38) Ibu pemetik teh (n=38)

(44)

20

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik ibu, karakteristik pengasuh TPA, karakteristik anak, aktivitas pengasuhan ibu dan pengasuh TPA, kualitas lingkungan asuh di TPA. Cara pengumpulan data disajikan pada tabel 1. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi gambaran umum Kebun Malabar yang diperoleh dari kantor Perkebunan Malabar. Data kualitas lingkungan asuh di rumah dan perkembangan anak diperoleh dari hasil penelitian NHF (Sunarti 2008).

Pengambilan data dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri dari beberapa pertanyaan yang meliputi karakteristik ibu, karakteristik pengasuh TPA, karakteristik anak, aktivitas pengasuhan dan kualitas lingkungan asuh, baik di TPA maupun di rumah. Data karakteristik pengasuh TPA meliputi umur, pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti, lama dan alasan menjadi pengasuh sedangkan karakteristik ibu meliputi umur, pendidikan, dan besar keluarga. Data karakteristik anak terdiri dari umur dan jenis kelamin.

Pengumpulan data aktivitas pengasuhan dilakukan dengan menggunakan recall aktivitas ibu dan pengasuh TPA. Recall aktivitas pengasuh TPA meliputi aktivitas yang dilakukan pengasuh selama berada di TPA sedangkan recall aktifitas ibu dilakukan 2x24 jam, yang meliputi aktifitas ibu pada hari kerja (senin-sabtu) dan pada hari libur (minggu). Data perkembangan anak diperoleh dengan menggunakan instrumen Bina Keluarga Balita (BKB), yang meliputi gerakan motorik kasar, gerakan motorik halus, komunikasi aktif, komunikasi pasif, kecerdasan, menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial.

Data kualitas lingkungan asuh diperoleh dengan menggunakan HOME (Home Observation for Measurement of the Environment) inventory, yang dibagi dalam dua kategori, yaitu

 Umur 0-3 tahun, terdiri atas tanggap rasa dan kata, penerimaan terhadap perilaku anak, pengorganisasian lingkungan anak, penyediaan mainan untuk anak, keterlibatan ibu/pengasuh terhadap anak dan kesempatan variasi asuhan anak.

 Umur 4-6 tahun meliputi stimulasi belajar, stimulasi bahasa, lingkungan fisik, kehangatan dan penerimaan, stimulasi akademik, modeling, variasi pengalaman dan penerimaan.

(45)

No Variabel Data yang Dikumpulkan Cara Pengumpulan Data 1. Karakteristik pengasuh Usia Pendidikan

Pelatihan yang diikuti Lama dan alasan menjadi pengasuh

Wawancara dengan menggunakan kuesioner 2. Karakteristik ibu Usia Pendidikan Besar Keluarga

Wawancara dengan menggunakan kuesioner 3. Karakteristik anak Umur Jenis Kelamin Wawancara dengan menggunakan kuesioner 4. Kualitas lingkungan asuh

Umur 0-3 : Tanggap rasa dan kata, penerimaan terhadap

perilaku anak,

Pengorganisasian lingkungan anak, Penyediaan mainan, keterlibatan pengasuh dan kesempatan variasi asuhan Umur 4-6 : Stimulasi belajar, stimulasi bahasa, lingkungan fisik, kehangatan dn penerimaan, stimulasi akademik, modeling, variasi pengalaman dan penerimaan

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

5. Aktivitas Pengasuhan

Waktu keluar dengan anak, mengerjakan pekerjaan rumah dengan anak, tidur dengan anak, memberi makan anak, bermain dengan anak dan waktu memandikan anak

Recall aktivitas pengasuhan

 2x24 jam (ibu)

 Selama di TPA (pengasuh TPA) 6. Perkembangan

Anak

gerakan motorik kasar, motorik halus, komunikasi aktif, komunikasi pasif, kecerdasan, menolong diri sendiri, tingkah laku sosial

Data sekunder (Sunarti 2008)

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan setelah data terkumpul meliputi editing, coding dan entry data melalui sistem komputerisasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Sciences(SPSS) versi 13.0 for Windows.

(46)

22

TPA ditentukan berdasarkan jenjang pendidikan terakhir yang pernah diikuti ibu dan pengasuh TPA, yang dibagi menjadi empat kelompok yaitu SD, SLTP, SMU dan Perguruan Tinggi.

[image:46.595.108.506.126.793.2]

Data aktivitas pengasuhan dikelompokkan ke dalam enam jenis kegiatan dan diukur secara kuantitatif dengan menjumlahkan total waktu yang dihabiskan ibu/pengasuh TPA dalam berbagai kegiatan yang dilakukan bersama anak. Data kualitas lingkungan asuh dan data perkembangan balita diketahui dengan menggunakan skoring, kemudian dibagi dalam tiga kategori, yaitu rendah (persentase nilai <60%), sedang (persentase nilai antara 60-80%) dan tinggi (persentase nilai >80%). Persentase nilai ini dihitung dengan membandingkan skor yang diperoleh dengan skor maksimal HOME (kualitas lingkungan asuh) maupun BKB (perkembangan anak).

Tabel 2. Analisis antar variabel

No. Variabel Analisis

1. Aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu pada hari kerja dan hari libur

Independent Sample t test

2. Aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu pada hari kerja dan pengasuh TPA

Independent Sample t test

3. Aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu pada hari libur dan Pengasuh TPA

Independent Sample t test

4. Kualitas lingkungan asuh di TPA dan di rumah

Independent Sample t test

5. Aktivitas pengasuhan ibu (pada hari kerja dan hari libur), aktivitas pengasuhan pengasuh TPA, HOME rumah dan HOME TPA dengan perkembangan anak

Regresi linier berganda

(47)

Karakteristik pengasuh TPA : Ciri khas pengasuh yang meliputi umur, pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti, lama dan alasan menjadi pengasuh

Karakteristik ibu : Ciri khas ibu yang meliputi umur, pendidikan dan besar keluarga

Karakteristik Anak : Ciri khas anak yang meliputi umur dan jenis kelamin Aktivitas pengasuhan : Jenis aktivitas yang dilakukan ibu/pengasuh TPA saat

bersama anak, yang meliputi waktu keluar dengan anak, mengerjakan pekerjaan rumah sambil mengasuh anak, tidur dengan anak, memberi makan anak, bermain dengan anak dan memandikan anak. Aktivitas pengasuhan diketahui dengan menggunakan recallaktivitas

Aktifitas pengasuhan pada hari kerja : jenis aktivitas yang dilakukan ibu bersama anak pada hari senin – sabtu.

Aktifitas pengasuhan pada hari libur : jenis aktivitas yang dilakukan ibu bersama anak pada hari minggu.

Kualitas lingkungan asuh: Ukuran tingkat baik buruknya kegiatan pengasuhan yang dilakukan oleh pengasuh yang diukur dengan menggunakan metode HOME (Home Observation for Measurement of the Environment) inventory

Perkembangan Anak : Kemampuan anak dalam melakukan tugas perkembangannya, yang diketahui dengan menggunakan instrumen Bina Keluarga Balita (BKB), yang meliputi gerakan motorik kasar, gerakan motorik halus, komunikasi aktif, komunikasi pasif, kecerdasan, menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial.

(48)

24

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 13 Tahun 1996, Perkebunan Malabar resmi menjadi perkebunan dan berada dibawah manajemen PT Perkebunan Nusantara VIII Pangalengan. Perkebunan Malabar merupakan peninggalan dari masa penjajahan Hindia Belanda. Perkebunan ini didirikan pada tahun 1896 oleh Karl Rudolf Boscha, seorang warga negara Belanda yang menjadi utusan dari Firma John Peet & Co. Karl Rudolf Boscha merupakan pemimpin Perkebunan Malabar yang pertama, sejak tahun 1896 hingga tahun 1928.

Perkebunan Malabar berada di Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dengan jarak sekitar 53 km da

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................
Gambar 1. Kualitas Pengasuhan Balita dari Ibu Pemetik Teh
Tabel 2. Analisis antar variabel
Tabel 4 Fasilitas TPA
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pembahasan disarankan agar IPI harus menggunakan sebuah Pangkalan data (Database), untuk dapat mengawasi dan mengetahui informasi para anggotanya dan

mempresentasikan dan mengikuti pembahasan proposal Hibah Klaster Riset Guru Besar Unand Tahun 2016, berikut kami sampaikan jadwal untuk kegiatan tersebut, silakan download pada Link

bahwa dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh rakuat Indonesia yang sesuai dengan sifat Pancasila sebagai ideologi terbuka, hal ini akan mengarah

Abstrak – Hipertermia merupakan salah satu metode penyembuhan dengan menggunakan proses penaikan suhu beberapa derajat Celcius di atas suhu fisiologi normal, untuk

Pemrosesan data yang masih menggunakan sistem secara manual dapat menimbulkan Masalah-masalah yang berkaitan dengan ketidakteraturan sistem seperti lambatnya pencarian data,

“Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam”.f. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah (1) Melalui analisis deskripsi dapat menghasilkan aspek struktural novel yaitu tema, penokohan, perwatakan dan konflik pada kumpulan

Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup, tubuh tidak