PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
(2006-2010)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh:
RIZKIA ULFAH NIM. 106046101690
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGARUH MAKROEKONOMI TERHADAP PENETAPAN
NISBAH BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
(2006-2010)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh:
RIZKIA ULFAH NIM. 106046101690
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.H.Anwar Abbas, M.Ag.,MM M.Nur Rianto Al Arif, M.Si
NIP. 195502151983031002 NIP. 198110132008011006
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rizkia Ulfah
NIM : 106046101690
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan Judul” Pengaruh Makroekonomi
Terhadap Penetapan Nisbah Bagi Hasil Deposito Mudharabah Perbankan
Syariah Di Indonesia 2006-2010”, adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan
hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan
rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang atau menyusun skripsi baru
dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 22 Juni 2011
(Rizkia Ulfah)
i
RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
Nama Rizkia Ulfah
Tempat dan Tanggal Lahir
Jakarta, 01 Oktober 1987
Alamat Rumah Jl. Rawa Indah No. 04 rt 04/006
Jaticempaka Pondok Gede
Alamat Domisili Idem
Telepon 08569906598 / 021-99093161
II. Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal
1993-1999 SDN Cempaka I
1999-2002 Tsanawiyah Pon-Pes Daarul Rahman Islamic Boarding
School
2002-2005 Aliyah Pon-Pes Daarul Rahman Islamic Boarding School
2006-sekarang Kuliah di Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
ii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel makroekonomi yaitu,
Tingkat Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar mempengaruhi terhadap margin bagi hasil
deposito mudharabah perbankan syariah pada periode Januari 2006- Desember 2010.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Data
yang digunakan merupakan data time series yang diambil dari data statistik
perbankan syariah di Bank Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa
variabel-variabel yang mempengaruhi margin bagi hasil deposito mudharabah seperti Inflasi,
BI Rate, dan Nilai Tukar secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap margin bagi hasil deposito mudharabah.
Kata kunci : Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar dan Margin Bagi Hasil Deposito
iii ABSTRACT
This research aims to observe variable macroeconomi: Inflation, BI Rate, and
Exchange Rates to influence rate of margin profit-sharing yield of Funding
mudharabah at Islamic Banking, the period January 2006 until December 2010. The
metode that is used in this research is multiple regression. The data is used the data of
time series that is taken data of sharia banking statistics from the Indonesian Bank.
The result of obtained from analysis that the variables that affect the rate of margin of
deposit mudharabah such as Inflation, BI Rate, and Exchange Rates simultaneously
iv
ميحرلا نمرلا ها مسب
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya,
shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya,
Muhammad SAW. Dibalik tersellesaikannya skripsi dengan judul “ Analisis Variabel
Makroekonomi terhadap Penetapan Margin Bagi Hasil Deposito Mudharabah
Perbankan Syariah di Indonesia”, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih
terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA., MM., Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Mu’min Rauf M.Ag. Ketua dan
Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr.H.Anwar Abbas, M.Ag.,MM dan M.Nur Rianto Al Arif, M.Si,
Dosen Pembimbing I dan II atas segenap waktu, motivasi, pengarahan dan
kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini.
4. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.
5. Segenap pimpinan serta staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, atas
v
6. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah
atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu yang telah didapat oleh
penulis dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
7. Ayahanda tercinta Bpk H. Achmad yang selalu penulis sayangi, terima kasih
atas pengorbanan dan kasih sayangnya selama ini. Kemudian Ibunda tercinta
Ibu Muslicha, karena doa, kesabaran , kasih sayang dan dorongan yang beliau
berikan kepada penulis selam penyusunan skripsi ini, sehingga penulis
mendapat kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini hingga akhir. Kemudian
dorongan lainnya penulis peroleh dari kakak-kakakku tercinta : Mafrikha,
Febriyanti dan Salman Alfarisi.
8. Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006,
terutama PSD 2006 , yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di
perkuliahan.
9. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi
ini baik moril maupun materil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Jazakumullahu Khoirul Jaza
Jakarta, Mei 2011
vi DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Teknik Penulisan ... 7
E. Sistematika penulisan ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 9
1. Teori Bank Syariah ... 9
2. Teori Deposito Mudharabah ... 15
3. Teori Inflasi ... 20
4. Teori BI Rate ... 28
vii
B. Review Studi Terdahulu... 34
C. Kerangka Pemikiran ... 36
D. Hipotesis... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 39
B. Jenis dan Sumber Data ... 41
C. Metode Pengumpulan data ... 41
D. Metode Analisis 1. Uji Normalitas Data ... 42
2. Uji Asumsi Klasik ... 42
a. Uji Multikolinearitas ... 42
b. Uji Autokorelasi ... 43
c. Uji Heteroskedastisitas ... 44
3. Analisis Regresi Linier Berganda ... 45
4. Uji Koefisien Determinasi ... 46
5. Uji Hipotesis. ... 47
a. Uji F ... 47
b. Uji t ... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 50
B. Variabel Penelitian ... 51
viii
2. BI Rate ... 53
3. Nilai Tukar ... 56
4. Margin Bagi Hasil Deposito Mudharabah ... 58
C. Analisis Hasil Pengolahan Data ... 59
1. Analisis Asumsi Klasik ... 59
a. Uji Normalitas ... 59
b. Uji Heterokedastisitas ... 60
c. Uji Autokorelasi ... 61
d. Uji Multikolinearitas ... 63
2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 65
a. Fungsi Regresi... 65
b. Uji F (F- test)... 66
c. Uji t (t-test) ... 67
d. Uji Pearson Korelasi ... 69
e. Uji R-Square ... 71
f. Variabel yang Paling Dominan Berpengaruh Terhadap Penetapan Margin Bagi Hasil Deposito Mudharabah .. 71
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73
B. Saran... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
ix
[image:13.612.112.539.55.457.2]DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Uji Autokorelasi ... 63
Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas ... 65
Tabel 4.3 Fungsi Regresi... 66
Tabel 4.4 ANOVA/Uji F-Test... 67
Tabel 4.5 Uji t-Test ... 68
Tabel 4.6 Uji Pearson Correlation ... 70
x
[image:14.612.112.538.55.458.2]DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 36
Gambar 4.1 Grafik Inflasi ... 54
Gambar 4.2 Grafik BI Rate ... 57
Gambar 4.3 Grafik Nilai Tukar ... 58
Gambar 4.4 Grafik Margin Bagi Hasil Deposito Mudharabah ... 59
Gambar 4.5 Diagram Uji Normalitas ... 60
1 A. Latar Belakang Masalah
Dalam Islam manusia diwajibkan untuk berusaha agar ia mendapatkan rizki
guna memenuhi kebutuhan kehidupannya, banyak ayat al-Qur’an dan hadist yang
memerintahkan manusia agar bekerja, manusia dapat bekerja apa saja yang penting
tidak melanggar garis-garis yang telah ditentukannya, ia bisa melakukan aktivitas
produksi maupun aktivitas distribusi, untuk memulai usaha diperlukan modal,
seberapapun kecilnya, adakalanya orang mendapatkan modal, dari simpanannya atau
dari keluarganya. Jika tidak bersedia, maka peran industi keuangan menjadi sangat
penting karena dapat menyediakan modal bagi orang yang ingin usaha.
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya supaya hidup saling tolong
menolong, yang kaya harus menolong yang miskin dan yang mampu harus menolong
yang tidak mampu, bentuk dari tolong-menolong ini bisa berupa pemberian dan dapat
berupa pinjaman. Dewasa ini distribusi perbankan merupakan salah satu mitra usaha
yang dapat dipercaya dalam membantu kelancaran suatu usaha. Dengan berbagai
fasilitas pinjaman dana dari bank yang tersedia. Salah satu fungsi bank adalah
memberi pinjaman berupa pembiayaan suatu usaha. Istilah kredit investasi, kredit
modal kerja dan lain-lain adalah idiom yang berhubungan dengan produk-produk
pembiayaan yang ditawarkan oleh bank-bank secara umum. Indonesia, sebagai
2
keuangan yang sesuai tuntutan kebutuhan tidak sebatas finansial namun juga tuntutan
moralitasnya.
Sistem bank yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari pihak bunga.
Sistem bank bebas bunga atau disebut juga bank islam atau bank syariah memang
tidak khusus diperuntukan untuk sekelompok orang namun sesuai landasan islam
yang “ Rahmatan Lil Alamin”. Didirikan guna melayani masyarakat banyak tanpa
membedakan keyakinan yang dianut bagi kaum muslim, kehadiran bank syariah
dapat memenuhi kebutuhannya, namun bagi masyarakat lainnya bank syariah adalah
sebagai sebuah alternatif lembaga jasa keuangan di samping perbankan konvensional
yang telah lama ada. Sistem ekonomi islam mulai dipakai oleh pemerintah ditandai
dengan berdirinya usaha-usaha yang berbasis syariah seperti bank syariah.
Keberadaan bank syariah di Indonesia masih terbilang baru, berbeda dengan
negara-negara maju, negara-negara berkembang, di Indonesia pemahaman tentang
bank di Negara ini belum utuh.1 Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh
masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang
perbankan syariah bagi pada stafnya. Sebagian bank tersebut ingin menjajaki untuk
membuka divisi atau cabang syariah dalam intitusinya. Sebagian lainnya bahkan
berencana konversi diri sepenuhnya menjadi bank syariah.2
Dalam kegiatan operasionalnya, baik bank syariah maupun bank konvensional
memiliki fasilitas produk yang hampir sama, baik dalam penyaluran dana, salah satu
1
. Kasmir, Pemasaran Bank (Jakarta; Kencana, 2005), cet. Kedua, h. 7-8. 2 . Muhammad Syafi’I Antonio
produk yang ditawarkan bank syariah guna menyerap sumber dana masyarakat adalah
deposito berjangka yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.
Sedangkan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasrakan prinsip
syariah. Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan
bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah.3
Produk penghimpunan dana ini biasanya dalam bank syariah disebut dengan
nama Deposito Mudharabah. Pengertian dari Deposito Mudharabah adalah investasi
melalui pihak ketiga ( perorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu jatuh tempo, dengan mendapatkan imbalan
bagi hasil. Prinsip bagi hasil yang dimaksud adalah suatu prinsip yang meliputi tata
kerja pembagian hasil usaha antara pemodal dan pengelola dana. Pembagian hasil
usaha dapat terjadi antara bank penyimpan dana serta antara bank dengan nasabah
penerima dana.
Perbedaan prinsip yang dengan mudah dapat dikenali untuk membedakan
sistem ekonomi syariah dan sistem bunga pada sistem konvensional adalah pada
sistem return bagi nasabahnya. Bank konvensional, sistem return-nya adalah sistem
bunga yaitu persentase terhadap dana yang disimpan ataupun dipinjamkan dan
ditetapkan di awal transaksi sehingga berapa nominal rupiahnya akan dapat diketahui
3
4
besarnya dan kapan akan diperoleh dapat dipastikan tanpa melihat laba rugi yang
akan terjadi nanti. Bank syariah sistem return-nya adalah sistem bagi hasil (profit loss
sharing) yaitu nisbah (persentase bagi hasil) yang besarnya ditetapkan di awal
transaksi yang bersifat tetap tetapi nilai nominal rupiahnya belum dapat diketahui
dengan pasti melainkan melihat laba rugi yang akan terjadi nanti.
Penentuan nisbah bagi hasil sangatlah penting untuk mendapatkan tingkat bagi
hasil yang diterima oleh nasabah. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam penentuan nisbah bagi hasil ialah tingkat suku bunga bank
konvensional, suku bunga acuan bank Indonesia, tingkat inflasi dan nilai tukar mata
uang.
Salah satu faktor acuan dalam penetapan bagi hasil deposito di bank syariah
masih mempertimbangkan besaran tingkat suku bunga deposito di bank
konvensional. Maka bank syariah masih belum melepaskan dirinya secara tidak
langsung dari sistem perbankan yang ribawi. Sebab tingkat suku bunga bank
konvensional saat ini masih menjadi bench mark di masyarakat.
Selain itu suku bunga acuan Bank Indonesia ( BI Rate), yang menjadi dasar
bagi penetapan tingkat suku bunga kredit bagi perbankan konvensional ataupun
nisbah bagi hasil dan nisbah bagi perbankan syariah. Inflasi turut memberikan
peranan dalam penetapan tersebut. Kemampuan Bank Indonesia dalam mengeluarkan
kebijakan yang mampu untuk ditaati oleh para praktisi perbankan semakin lama
Begitupun para praktisi perbankan syariah yang juga cenderung untuk melihat
keadaan pasar yang terjadi dalam penetapan nisbah atau nisbah bagi hasil untuk
memperoleh keuntungan yang wajar dari pada mengikuti kebijakan yang bersifat
imbauan oleh Bank Indonesia yang justru kebijakan tersebut dapat menghasilkan
kerugian bagi pihak bank.
Inflasi merupakan salah satu dari beberapa indikator dalam penentuan nisbah
atau nisbah bagi perbankan syariah. Selain inflasi, indikator makro yang
dipergunakan adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menjadi mata uang utama
di dunia, nilai tukar rupiah ini mempengaruhi harga-harga produk dalam negeri.
Dengan demikian, dampak terhadap industri perdagangan baik itu barang ataupun
jasa dapat terasa ketika nilai tukar rupiah melemah ataupun menguat.
Dengan demikian, perbankan syariah dihadapkan pada tantangan untuk selain
mengedepankan aspek religius tetapi juga mengedepankan produk-produk yang
ramah pasar agar masyarakat mampu mengakses produk-produk syariah bukan hanya
dasar pertimbangan religius semata mengingat potensi pasar perbankan syariah yang
ada di Indonesia adalah mayoritas beragama Islam.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti kajian
ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “PENGARUH MAKROEKONOMI
TERHADAP PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL DEPOSITO PERBANKAN
6
B. Penbatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi masalah
Dalam penelitian ini, penulis melakukan identifikasi masalah sebagai berikut:
a. Analisis fundamental dalam melakukan investasi menyebutkan bahwa
variebel-variabel makroekonomi seperti tingkat inflasi, BI rate nilai tukar
rupiah, tingkat suku bunga konvensional, dan tingkat harga mempengaruhi
kegiatan investasi.
b. Dalam dunia perbankan selain tabungan dan wadiah ada deposito mudharabah
yang merupakan produk penghimpunan dana pihak ketiga yang terbesar dan
berpengaruh dalam kegiatan dan kebijakan bank.
c. Nisbah yang diberikan bank kepada nasabah merupakan faktor penting dalam
menarik dana pihak ketiga dari nasabah.
d. Ada atau tidaknya hubungan kausalitas antara variabel-variabel exogen
(tingkat inflasi, BI rate, nilai tukar rupiah) dengan variabel endogen
(penetapan nisbah)
2. Pembatasan masalah dan Perumusan masalah
Agar pembahasan makroekonomi tidak meluas, maka penulis membatasi
pembahasan skripsi ini pada faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan nisbah
bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah. Setelah melakukan tinjauan
pustaka maka penulis menetapkan tiga faktor yang diduga mempengaruhi
inflasi, BI rate, dan nilai tukar rupiah. Untuk itu data yang digunakan data
bulanan selama periode Januari 2006 hingga Desember 2010.
Perumusan masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh tingkat Inflasi, BI Rate, dan nilai tukar rupiah, terhadap
penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah?
b. Variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap penetapan
nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah pada periode
2006-2010?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis pengaruh, tingkat Inflasi, BI Rate, dan nilai tukar rupiah,
terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah di Bank Syariah.
b. Mengukur variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap penetapan
nisbah bagi hasil deposito mudharabah di Bank Syariah.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis, diharapkan mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih
luas tentang penetapan nisbah bagi hasil di Bank Syariah.
b. Bagi praktisi, untuk mengetahui seberapa berpengaruh variabel
makroekonomi terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito di Bank
8
c. Bagi pihak lain hal ini masyarakat, skripsi ini dapat memberikan pengetahuan
dan pemahaman tentang perbankan syariah secara praktis.
D. Review Studi Terdahulu
Penulisan skripsi ini mengacu pada penelitian-penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian tesebut di gunakan sebagai landasan dan
pembanding dalam menganalisa variabel yang mempengaruhi nisbah bagi hasil
deposito mudharabah di Bank Syariah. Beberapa Tinjauan Pustaka yang telah
[image:22.612.105.562.63.704.2]dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Review studi terdahulu
No Jenis
Penulisan
Penulis Judul Kilasan Pembahasan Perbedaan
dengan Skripsi Penulis
1. Tesis Patria Yunita
(2007) Pascasarjana Universitas Indonesia
Pengaruh Suku
Bunga SBI,
Tingkat Inflasi, dan Kurs Dollar Terhadap
Kinerja
Penghimpunan
Dana Pihak
Ketiga Perbankan Syariah
Membahas mengenai pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI dan Kurs US Dollar terhadap kinerja penghimpunan
dana pihak ketiga
yang ada pada
Perbankan Syariah di
Indonesia, dan
mencari variabel mana yang paling dominan pengaruhnya terhadap kinerja penghimpunan dana pihak ketiga
Perbedaannya
ada pada
variabel dependennya yaitu terhadap kinerja
pemghimpunan
dana pihak
ketiga dan pada
bahasan atau
isi.
2. Tesis Ali Norman
(2005) Pascasarjana Fakultas Ekonomi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Likuiditas Bank
Syariah (studi
Hasil dalam penelitian
ini menunjukkan
bahwa voltalitas dan
simpanan nasabah
(deposit) mempunyai
Perbedaan ada pada variabel-variabelnya dan
pada bahasan
Universitas Indonesia
kasuspada BankMuamalat)
pengaruh terhadap
likuiditas bank syariah
3. Skripsi Jihad (2009)
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Pembiayaan Murabahah Bank Syariah di Indonesia (2004-2009)
Hasil dalam
penelelitian ini
variabel margin
murabahah (negatif),
kredit konsumtif
(negatif), nilai tukar (negatif) dan akses
masyarakat (positif)
yang berpengaruh
secara signifikan
terhadap permintaan
pembiayaan murabahah
Perbedaannya dengan skripsi penulis adalah
skripsi ini
mengenai permintaan pembiayaan murabahah sedangkan penulis membahas tentang nisbah
bagi hasil
deposito
4. Tesis Ari Cahyono
(2009) Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Pengaruh Indikator Makroekonomi Terhadap Dana
Pihak Ketiga
dan Pembiayaan
Bank Syariah
Mandiri
Dalam penulisan
skripsi ini
menunjukkan bahwa
indikator makroekonomi
memberikan pengaruh
terhadap DPK dan
Pembiayaan Bank
Syariah Mandiri
Perbedaannya
pada variabel
dependennya
dan bahasan
atau isinya.
5. Skripsi Tuti Amalia
(2008) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
UIN Syarif
Hidayatullah
Analisis pengaruh
Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah
dan Suku
Bunga SBI dan
Harga Emas
Terhadap Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang
Konsumsi Pada BEI
Hasil skripsi ini
menunjukkan terdapat
pengaruh jangka
panjang antara inflasi,
nilai tukar rupiah,
suku bunga SBI, dan harga emas dengan tingkat pengembalian (return) saham ADES,
AQUA, BATI,
CEKA,DVLA,
Perbedaannya
ada pada
variabel dependen sedangkan variabel
independennya
ada sedikit
kesamaan selanjutnya
pada bahasan
atau isi
6. Jurnal M. Nur
Rianto Al
Arif (2010)
Tingkat Suku
Bunga Bank
Konvensional
Hasil dari penulisan
ini yaitu
masing-masing variabel
Perbedaan
dengan jurnal
10
Dosen Tetap Fakultas
Stariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah ( Jakarta) dan Pengaruhnya Terhadap Penetapan Persentase Bagi Hasil di Bank Syariah
independen yaitu
tingkat suku bunga
bank konvensional
saat ini dan periode sebelumnya
memberikan hasil
signifikan
independennya yang hanya dua
variabel saja
sedangkan penulis variabel independennya adalah variabel makroekonomi
yaitu Tingkat
Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah
terhadap Dollar
Sepanjang pengetahuan penulis ada beberapa penelitian yang membahas
tentang variabel makroekonomi yang ada di dalamnya, tetapi bukan berupa penelitian
pengaruh terhadap penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah. Maka penulis
akan mencoba meneliti bagaimana variabel makroekonomi dapat berpengaruh di
dalam penetapan nisbah bagi hasil deposito mudharabah, dan mencari mana yang
paling dominan pengaruhnya dari variabel tersebut terhadap penetapan nisbah bagi
hasil deposito mudharabah di bank syariah.
E. Kerangka Pemikiran
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
digunakan analisis berganda. Dalam regresi linier berganda, langkah awal yang
dilakukan adalah menguji persyaratan analisis yaitu dilakukan uji normalitas data,
multikoliniearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Multikolinearitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel
ada korelasi antara kesalahan pengganggu. Heterokedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lainnya.
Setelah melakukan pengujian asumsi regresi, dilakukan pengujian ketetapan
model dapat diukur dari nilai statistik-F (ANOVA) , koefisien determinasi (R2), uji
statistik t, uji statistik F bertujuan untuk melihat pengaruh seluruh variabel bebas
secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat. Setelah melakukan uji F
maka dilakukan uji koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar variabel
terikat, serta sesama variabel bebas. Dan berikutnya adalah dilakukan uji t yang
bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel bebas secara parsial
12
Gambar 1.1
Bagan kerangka pemikiran
Variabel Makro Ekonomi
Inflasi BI Rate Nilai Tukar
Penetapan Nisbah Bagi Hasil
Asumsi Klasik:
Uji Normalitas Data
Uji Heterokedastisitas
Uji Autokorelasi
Uji Multikolinearitas
Analisis Regresi Linier
Berganda
Uji Koefisien Determinasi
F. Hipotesa Penelitian
1. Hipotesa yang digunakan oleh penulis terbagi menjadi dua, yaitu:
Hipotesa secara simultan atau bersama-sama:
Ho : Tidak ada pengaruh antara, tingkat Inflasi, BI Rate dan nilai tukar rupiah
terhadap penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank
Syariah.
Ha : Ada pengaruh antara, tingkat Inflasi, BI Rate dan nilai tukar rupiah,
terhadap penetapan nisbah bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank
Syariah
2. Hipotesa secara parsial atau terpisah:
Ho : Tidak ada pengaruh antara, tingkat Inflasi terhadap penetapan nisbah bagi
hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah.
Ha : Ada pengaruh antara, tingkat Inflasi terhadap penetapan nisbah bagi hasil
Deposito Muharabah di Bank Syariah.
Ho: Tidak ada pengaruh antara, BI Rate terhadap penetapan nisbah bagi hasil
Deposito Mudharabah di Bank Syariah.
Ha: Ada pengaruh antara, BI Rate terhadap penetapan nisbah bagi hasil
Deposito Mudharabah di Bank Syariah.
Ho : Tidak ada pengaruh antara nilai tukar rupiah terhadap penetapan nisbah
bagi hasil Deposito Mudharabah di Bank Syariah.
Ha: Ada pengaruh antara, Nilai tukar rupiah terhadap penetapan nisbah bagi
14
G. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada “ Buku pedoman penulisan
skripsi fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
H. Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan skripsi ini, terdiri atas beberapa bab yang semuanya
merupakan satu rangkaian terintegrasi dan saling mendukung secara utuh. Adapun
bab-bab dengan pokok permasalahannya sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penetitian, study review
terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penelitian
BAB II Merupakan bagian dari bab uraian yang menyajikan kajian
kepustakaan yaitu yang meliputi kerangka teori, Bank Syariah ,
Deposito Mudharabah, nisbah bagi hasil, dan teori variabel
makroekonomi yaitu, tingkat inflasi, BI rate, nilai tukar rupiah.
BAB III Metode penelitian, berisi rancangan penelitian, teknik pengumpulan
data, serta metode analisis data dengan menggunakan uji statistik, uji
hipotesis, dan uji asumsi klasik.
BAB IV Menyajikan hasil dan pembahasan, berisi tentang penyajian data yang
telah didapatkan kemudian mendiskripsikannya secara objektif dan
menjelaskan data yang telah didapatkan untuk diinterprestasikan ke
dalam analisa-analisa teori yang menjadi landasan teoritis dalam
BAB V Penutup, berisi kesimpulan dan jawaban atas segala permasalahan
yang telah diangkat. Serta saran-saran yang dianggap perlu untuk
16 BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Landasan Teori
1. Pengertian Perbankan Syariah
Menurut undang-undang no 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan Perbankan Syariah adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan
usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
2. Tujuan Bank Syariah
Secara umum tujuan perbankan syariah adalah mendorong dan
mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat dengan melakukan kegiatan
perbankan, keuangan, komersil dan investasi sesuai dengan prinsip Islam.
Prinsip dasar Perbankan Syariah adalah :
a. Menghindari riba (bunga) pada setiap transaksinya.
b. Prinsip kemitraan pada semua aktivitas bisnis yang atas dasar kesetaraan,
keadilan dan kejujuran.
c. Mencari keuntungan dengan cara halal dan sesuai syariat.
e. Mengembangkan kompetisi yang sehat.
f. Menghidupkan lembaga zakat.
g. Pembentukan ukhuwah dengan lembaga keuangan Islam lainnya baik di
dalam negeri maupun luar negeri.
Berdasarkan prinsip dasar perbankan syariah tersebut, maka dapat
disimpulkan perbedaan mendasar antara sistem perbankan syariah dan
konvensional adalah :1
a. Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh
pendapatan, maupun memberikan kompensasi kepada pemilik dana.
b. Bank syariah menggunakan konsep bagi hasil dalam perolehan pendapatan
maupun kompensasi kepada pemilik dana.
c. Bank syariah dapat melakukan transaksi jual beli, gadai dan sewa menyewa
yang tidak terdapat pada bank konvensional.
Penentuan nisbah bagi hasil sangatlah penting untuk mendapatkan tingkat
bagi hasil yang diterima oleh nasabah. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan nisbah bagi hasil adalah tingkat bagi hasil yang ditetapkan bank kompetitor serta tingkat suku bunga bank konvensional. Apabila loyalitas
nasabah dipengaruhi oleh tingkat return maka akan berdampak pada perpindahan
dana nasabah.
1
18
3. Konsep Bagi Hasil Mudharabah
Perbedaan prinsip yang dengan mudah dapat dikenali untuk membedakan
sistem ekonomi syariah dan sistem ekonomi konvensional adalah pada sistem
return bagi nasabahnya. Bank konvensional, sistem return-nya adalah sistem
ekonomi bunga yaitu persentase terhadap dana yang disimpan ataupun
dipinjamkan dan ditetapkan diawal transaksi sehingga berapa nilai nominal
rupiahnya akan dapat diketahui besarnya dan kapan akan diperoleh dapat
dipastikan tanpa melihat laba rugi yang akan terjadi nanti. Bank syariah sistem
return-nya adalah sistem bagi hasil (profit loss sharing) yaitu nisbah (persentase
bagi hasil) yang besarnya ditetapkan diawal transaksi yang bersifat tetap tetapi
nilai nominal rupiahnya belum dapat diketahui dengan pasti melainkan melihat
laba rugi yang akan terjadi nanti. Dalam perbankan syariah hubungan antara
nasabah dengan bank adalah kemitraan. Sistem syariah tidak ada yang
dieksploitasi dan tidak ada yang mengeksploitasi, risiko yang merupakan kondisi
yang tidak pasti dimasa akan datang ditanggung bersama dan apabila mendapat
keuntungan yang tinggi juga dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan diawal .2
Bagi hasil dihitung dari hasil usaha pihak bank dalam mengelola uang
nasabah. Bank dan nasabah membuat perjanjian bagi hasil berupa prosentase
tertentu untuk nasabah dan untuk bank, perbandingan ini disebut nisbah.
Misalnya, 70% keuntungan untuk nasabah dan 30 % keuntungan untuk bank.
2
Dengan sistem ini, nasabah dan bank memang tidak bisa mengetahui berapa hasil
pastinya akan mereka terima. Karena bagi hasil baru akan dibagikan kalau bagi
hasil usahanya sudah bisa ditentukan pada akhir periode. Tapi dengan sistem bagi
hasil, nasabah dan bank akan membagi keuntungan secara lebih adil daripada
sistem bunga. Karena kedua belah pihak selalu membagi adil sesuai nisbah
berapapun hasilnya. Setiap produk perbankan syariah dapat dimanfaatkan baik
untuk penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Bagi hasil dapat dilihat baik
dari aspek nasabah maupun bank. Dari sisi nasabah bagi hasil merupakan imbalan
atas dana yang mereka tempatkan di bank syariah. Sementara dari sudut pandang
bank perhitungan bagi hasil ditujukan untuk menentukan berapa besar nisbah
bagi hasil dan alokasi bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah.
Penentuan nisbah bagi hasil sangatlah penting untuk mendapatkan tingkat
bagi hasil yang diterima oleh nasabah. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan nisbah bagi hasil adalah tingkat bagi hasil yang ditetapkan
bank kompetitor serta tingkat suku bunga bank konvensional. Apabila loyalitas
nasabah dipengaruhi oleh tingkat return maka akan berdampak pada perpindahan
dana nasabah.
4. Teori Deposito Mudharabah
a. Pengertian
Pengertian Deposito menurut undang-undang no 10 Tahun 2008
adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
20
bersangkutan. Definisi umum mudharabah secara fiqih, menurut Sadr 3 adalah
kontrak khusus antara pemilik modal dan pengusaha dalam rangka
mengembangkan usaha yang modalnya berasal dari pihak pertama dan kerja
dari pihak kedua, mereka bersatu dalam keuntungan dengan pembagian
berdasarkan persentase. Jika proyek (usaha) mendatangkan keuntungan, maka
laba dibagi berdua berdasarkan kesepakatan yang terjalin antara keduanya,
jika modal tidak mempunyai kelebihan atau kekurangan, maka tidak ada bagi
pemilik modal selain modal pokok tersebut, begitu pula dengan pengusaha
tidak mmendapatkan apa-apa. Jika proyek rugi yang mengakibatkan hilangnya
modal pokok maka kerugian itu sedikit ataupun banyak ditanggung oleh
pemodal.
Sementara makna mudharabah dalam sistem perekonomian
modern,menjadi berkembang. Pihak yang terlibat dalam kerjasama ini ada
tiga: (1) pihak yang menyimpan dana (depositor), (2) pihak yang
membutuhkan dana atau pengusaha (debitur), (3) pihak yang mempertemukan
antara keduanya (bank). Pihak pertama, depositor inilah yang seharusnya
menjadi shahibul maal sebab dia yang memiliki dana yang secara sadar akan
digunakan untuk kepentingan usaha. Sementara pihak kedua, debitur, adalah
mudharib-nya depositor karena dia yang menggunakan dana depositor untuk
digunakan sebagai modal usaha. Sedangkan pihak ketiga, bank, adalah pihak
yang menjembatani keinginan keduanya.
3
Bank adalah lembaga keuangan masyarakat yang merupakan perantara
dari mereka yang kelebihan uang dengan mereka yang kekurangan uang.4
Bank sebagai salah satu sarana keuangan bagi masyarakat yang memiliki dua
fungsi pokok yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Setiap bank akan
membutuhkan modal kerja untuk menjalankan usahanya. Besar atau kecilnya
dana yang berhasil dihimpun oleh suatu bank pada umumnya tergantung pada
kepercayaan yang diperoleh dari nasabah maupun dari pemerintah. Seperti
halnya Bank Syariah yang mempunyai produk penghimpunan dana yang
berupa akad mudharabah yaitu dapat berbentuk produk Deposito (1, 3, 6, atau
12 bulan) dan sering disebut juga dengan dana pihak ketiga.
Deposito yang dikembangkan perbankan syariah dan juga lembaga
keuangan syariah adalah Deposito Mudharabah. Deposito merupakan salah
satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi. Pemilik deposito
tersebut disebut deposan. Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana
lewat deposito adalah uang yang tersimpan relatif lama. Mengingat Deposito
memiliki jangka waktu yang relatif panjang dan frekuensi penarikan yang
juga jarang. Dengan demikian bank dapat leluasa untuk menggunakan
kembali dana tersebut untuk keperluan penyaluran kredit.
4
22
b. Landasan Hukum Deposito Mudharabah
1) Pertimbangan Dewan Pengawas Syariah Menetapkan Deposito
Mudharabah5
a) Keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dalam bidang
investasi, pada masa kini memerlukan jasa perbankan di bidang
penghimpunan dana dari masyarakat adalah deposito, yaitu simpanan
dana berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
b) Kegiatan deposito tidak semuanya dapat dibenarkan hukum Islam
(syariah). Deposito yang mengandung unsur riba tidak dibenarkan
Islam. Islam membenarkan deposito dengan sistem bagi hasil.
c) DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang bentuk-bentuk
Muamalah Syariah untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
deposito pada Bank Syariah.
2) Ketentuan Umum Deposito Mudharabah
Adapun ketentuan umum Deposito Mudharabah antara lain :
a) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau
pemilik dana, Bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
b) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
5
dan pengembangannya, termasuk didalamnya Mudhrabah dengan
pihak lain.
c) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai bukan
piutang.
d) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukuan rekening.
e) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f) Bank tidak diperkenankan untuk mengutangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.6
Dasar penetapan deposito tersebut berdasarkan pada:
QS. An - Nisa (4) ; 29
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
6
24
Selanjutnya didalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2) ayat 283
Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barang tanggungan itu diadakan bila satu sama lain tidak percaya mempercayai.
Sedangkan Hadist Nabi menyatakan sebagai berikut:
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Sayyidina Abbas bin Abdul muthalib jika
diberi memberikan dana kemitraan usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW, dan Rasulullah membolehkannya.
Secara teknis pemakaian prinsip akad mudharabah ke dalam produk
deposito sebagai instrumen penghimpunan dana dari masyarakat pada bank
syariah telah di atur dalam pasal 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana bagi Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito
1) Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai
pemilik dana
2) Dana disetor penuh kepada Bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal.
3) Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan dalam
bentuk nisbah.
4) Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah.
5) Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam
perundang-undangan yang berlaku.
c. Teknik Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Mudharabah
Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat imbalan bagi hasil dari
nasabah penyimpan (funding costumer) yang menggunakan skim
mudharabah muthlaqah lebih kecil dari pada mbalan bagi hasil dengan
menggunakan mudharabah muqayyadah, karena pada skim mudharabah
muqayyadah (off balance sheet), shohibul maal tidak akan atau sedikit
menanggung beban operasi dari bank. Sedangkan pada skim mudharabah
muqayyadah on balance sheet, nasabah penyimpan akan memperoleh nisbah
bagi hasil yang lebih tinggi dari nasabah deposan biasa.
Namun dari kedua akad diatas, nasabah lebih banyak menggunakan
skim mudaharabah biasa (muthlaqoh). Hal ini dikarenakan akad mudharabah
muqayyadah, apabila aada resiko yang terjadi akan ditanggung nasabah
26
Namun demikian, untuk dapat memperoleh gambaran yang jelas,
maka dapat disampaikan perhitungan bagi hasil di bank syariah yang dikenal
nama HI-1000 (baca:H.I.Permil) yang artinya hasil investasi setiap Rp.1000,-
(seribu rupiah) yang diinvestasikan.7 Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel
[image:40.612.149.531.196.638.2]2.1 berikut:
Tabel 2.1
Perhitungan Bagi Hasil pada Bank Syariah
Jumlah seluruh dana nasabah investor
A
Jumlah dana nasabah investor
yang dapat disalurkan
pembiayaan
B
Dana bank (modal dalam
pembiayaan proyek)
C
Pembiayaan yang disalurkan B+C D
Pendapatan dari penyaluran
pembiayaan
E
Pendapatan dari setiap
Rp.1000,- dana nasabah
(B/D)Xe(I/A)xRp.1000,- F
Saldo rata-rata harian G
Nisbah bagi hasil nasabah H
Porsi bagi hasil yang diterima nasabah
F x(H/1000)x(G/1000) I
7
Tata cara atau ketentuan pemberian imbalan yang dilakukan dengan
sistem bagi hasil dilakukan sedemikian rupa sehingga realisasi imbalan yang
diterima nasabah akan berbeda-beda setiap bulannya tergantung dari
pendapatan hasil investasi yang dilakukan bank pada bulan yang
bersangkutan.
Nisbah (ratio) adalah porsi atau bagian yang menjadi hak
masing-masing pihak pada proses distribusi bagi hasil antara Nasabah dan Bank.
Angka di depan (misalnya angka 50 pada 50:50) merupakan porsi nasabah.
Penetapan bagi hasil di bank syariah dilakukan dengan terlebih dahulu
menghitung HI-1000, yakni angka yang menunjukkan hasil investasi yang
diperoleh dari penyaluran setiap seribu dana yang diinvestasikan oleh bank.
Sebagai contoh: HI-1000 bulan Juni 2007 adalah 11,99. Hal tersebut berarti
bahwa dari setiap Rp 1.000,00 dana yang diinvestasikan oleh bank akan
menghasilkan Rp11,59. Apabila nisbah 50:50, maka porsi nasabah adalah
50% dari 11,59 sehingga untuk setiap Rp 1.000,00 dana nasabah akan
memperoleh bagi hasil sebesar Rp. 5,99. Secara umum dapat dirumuskan
sebagai berikut:8
Bagi Hasil Nasabah = Rata-rata Dana Nasabah x HI-1000 x Nisbah Nasabah
1000 100
8
28
B. Variabel Makroekonomi
1. Tingkat Inflasi
a. Pengertian
Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari
barang atau komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu.9 Definisi
inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari
jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit penghitungan moneter)
terhadap barang-barang atau komoditas dan jasa. Sebaliknya, jika yang
terjadi adalah penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap
barang-barang atau komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation).
Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan
dari tingkat harga secara umum. Persamaan adalah sebagai berikut :
Inflation of Rate 100 a arg h tingkat a arg h tingkat harga tingkat 1 t 1 t
t
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi
yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol
persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena hal itu sangat sulit
untuk dicapai. Yang paling penting adalah mengusahakan agar tingkat inflasi
tetap rendah. Inflasi di Indonesia dapat berubah dari bulan ke bulan
berikutnya. Inflasi pada bulan ini belum tentu sama dengan inflasi pada bulan
depan atau bulan berikutnya. Pada kejadian tertentu, inflasi bisa sangat
9
meningkat, namun pada bulan berikutnya inflasi dapat saja turun secara
signifikan. Seperti pada bulan Idul Fitri atau Natal tingkat inflasi dapat
melonjak tinggi, tetapi bulan berikutnya tingkat inflasi akan turun kembali.
Dari definisi tersebut, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar
dapat dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu sebagai berikut:10
1) Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada
harga periode sebelumnya. Perbandingan tingkat harga bisa dilakukan dengan jarak waktu yang lebih panjang: seminggu, sebulan, triwulan, dan setahun.
2) Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum juga
mengalami kenaikan. Contohnya dalah kenaikan BBM, karena BBM merupakan komoditas yang sangat strategis maka kenaikan harga BBM akan berdampak kepada kenaikan komoditas lainnya. Bahkan kenaikan
BBM akan mengundang kaum buruh menuntut kenaikan upah harian untuk memelihara daya beli mereka.
3) Berlangsung Terus Menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Oleh karena itu, perhitungan inflasi
10
30
minimal dilakukan dalam rentang waktu bulanan. Sebab dalam waktu sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga tersebut bersifat umum dan
terus menerus.
Selain itu, inflasi dapat digolongkan karena penyebab-penyebabnya yaitu sebagai berikut:
1) Natural Inflation dan human error inflation. Sesuai dengan namanya natural inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya.
Human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri;
2) Actual/anticipated/expeted inflation dan unanticipated/unexpected
inflation. Pada expeted inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi.
Sedangkan pada unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman
nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi;11
3) Demand pull dan cost push inflation. Demand pull inflation diakibatkan
oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregatif
(AD) dari barang dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost
push inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya
perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregatif (AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.
11
4) Spiraling inflation. Inflasi jenis ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh
inflasi yang terjadi sebelumnya, dimana inflasi sebelumnya itu terjadi
sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu
seterusnya.
5) Imported implation dan domestic inflation. Imported inflation bisa
dikatakan adalah inflasi di Negara lain yang ikut dialami oleh suatu
Negara karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan
internasional. Domestic inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi
di dalam negeri pada suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi
negara-negara lainnya.
b. Pengaruh Inflasi terhadap DPK Perbankan Syariah
Jika inflasi mengalami fluktuasi, maka kegiatan perekonomian akan
cenderung menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi. Dampak dari kenaikan
inflasi menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Dikarenakan nilai riil
pada uang mengalami penurunan. Dengan asumsi pendapatan tetap, maka
pendapatan yang diperoleh semuanya digunakan untuk konsumsi, sehingga
saving atau tabungan tidak dilakukan sehingga berdampak pada DPK yang
dihimpun.12
Selain berdampak terhadap DPK yang dihimpun fluktuasi inflasi yang
disalurkan. Fluktuasi inflasi menyebabkan kenaikan biaya produksi sehingga
12
32
berakibat kepada turunnya keuntungan yang diperoleh oleh nasabah yang
memperoleh pembiayaan dari bank syariah. Dengan turunnya keuntungan yang
diperoleh berdampak terhadap nominal bagi hasil yang diterima oleh bank
berakibat turunnya nominal bagi hasil yang diterima oleh nasabah yang
menabung di bank syariah.
Penurunan keuntungan yang diperoleh berakibat kepada minat untuk
melakukan investasi atau usaha menjadi turun sehingga permintaan terhadap
pembiayaan menjadi menurun. Selain minat untuk berinvestasi atau melakukan
investasi atau usaha menjadi turun sehingga permintaan terhadap pembiayaan
menjadi menurun. Selain minat untuk berinvestasi menjadi turun, minat
masyarakat (nasabah mengambang) untuk menabung di bank syariah menjadi
turun karena melihat nominal bagi hasil yang dibagikan pada periode sebelumnya
lebih rendah daripada tingkat suku bunga simpanan pada bank konvensional.13
2. BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan
kepada public. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap
Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter
yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity
management) di pasar uang mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
13 Rossar Maries, “
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan
suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan disuku
bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga
deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian,
Bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI Rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan.14
Penetapan BI Rate :
a. Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui
mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan.
b. Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan sampai dengan RDG
berikutnya.
c. Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan
memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy) dalam
mempengaruhi inflasi.
d. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance
Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG
Mingguan.15
Suku bunga terdiri dari suku bunga riil dan suku bunga nominal. Menurut
Mankiw menyatakan bahwa “the nominal interest rate is sum of the real interest
14Bank Indonesia, “Laporan Moneter –BI Rate”, data di akses pada tanggal 12 juni 20 09 15
34
rate and the inflation rate”. Suku bunga nominal adalah jumlah suku bunga riil
ditambah laju inflasi, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
r = i - π
dimana : r = suku bunga riil
i = suku hunga nominal
π = laju inflasi
Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang digunakan sebagai
ukuran menentukan besarnya bunga yang harus dibayar oleh peminjam dana.
Sedangkan tingkat bunga riil menunjukan persentase dari nilai riil modal sebelum
dibungakan.
Ada beberapa teori yang menjelaskan faktor-faktor apa menentukan
tingkat bunga dalam sistem keuangan
Diantaranya adalah :
a. Teori klasik tentang tingkat bunga (the classical theory of interest)
b. Teori preferensi likuiditas (the liquiditypreference theory)
c. The loanable fund theory of interest rate
d. The rational expectation theory
Masing-masing teori tentang penentuan tingkat bunga, melihat lebih
Menurut Hermawan Darmawi tingkat suku bunga merupakan salah satu
indikator moneter yang mempunyai dampak dalam beberapa kegiatan
perekonomian sebagai berikut :16
a. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan untuk melakukan
investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi
b. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pemilik
modal apakah ia akan berinvestasi pada real assets ataukah pada financial
assets.
c. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha pihak bank dan
lembaga keuangan lainnya.
d. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar.
3. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS
a. Teori Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar uang atau yang lebih dikenal dengan sebutan kurs mata
uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign
currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currenc ) atau
resiprokalnya yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai
tukar merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata
uang lainya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain perdagangan
16
36
internasional, ataupun aliran jangka pendek antarnegara yang melewati batas–
batas geografis atau batas–batas hukum.
Menurut Sadono Sukirno nilai tukar Rupiah (kurs) adalah nilai yang
menunjukkan jumlah mata uang dalam negri yang di perlukan untuk
mendapatkan satu unit mata uang asing. Nilai tukar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS, Rupiah bertindak
sebagai mata uang domestik dan Dollar AS bertindak sebagai mata uang
asing.17
Menurut BI dalam menentukan nilai tukar mata uang asing dikenal
tiga sistem dan diterapkan di semua negara di dunia ini yaitu sistem kurs tetap
(fixed exchange rates), kurs mengambang terkendali (managed floating
exchange rates) dan kurs mengambang bebas (free floating exchange rates).
Dalam sistem kurs tetap, pemerintah menetapkan nilai tukar mata uang
dalam negeri secara tetap terhadap nilai tukar mata uang lain. Sedangkan
dalam kurs mengambang terkendali, kurs bergerak sesuai dengan
perkembangan pasar (berdasarkan permintaan dan penawaran). Akan tetapi
pemerintah menetapkan batas dari perubahan kurs tersebut.
Dalam sistem kurs bebas nilai tukar suatu mata uang tidak dapat
dipengaruhi oleh pemerintah melalui suatu tingkatan tertentu, maupun melalui
intervensi langsung di pasar valuta asing. Oleh karena itu pada sistem kurs
17
bebas ini fluktuasi yang terjadi cukup besar jika dibandingkan kurs
mengambang terkendali.
Perkiraan nilai tukar uang yang benar merupakan salah satu tujuan
utama pelaku pasar. Hal ini disebabkan oleh besarnya pengaruh pergerakan
nilai tukar yang terhadap kegiatan bisnis dan investasi, serta pembuatan
kebijaksanaan.
Para ekonom menawarkan berbagai teori yang coba menjelaskan
bagaimana nilai tukar uang itu ditentukan. Hasil studi empiris menjelaskan
bahwa model-model yang berdasarkan pendekatan teori fundamental sangat
bermanfaat untuk menjelaskan pergerakan dan tren nilai tukar uang dalam
jangka panjang, tetapi belum dapat menjelaskan pergerakan jangka pendek
merupakan pergerakan acak (random walk) yang sulit diramalkan.
b. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap DPK Perbankan Syariah
Perubahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS dapat menyebabkan
terjadinya apresiasi dan depresiasi. Apabila menguatnya Dollar AS
menyebabkan meningkatnya harga barang produksi di pasar internasional
sehingga memacu para produsen untuk melakukan peningkatan produksi
barang yang memiliki nilai ekspor. Namun sebaliknya menguatnya nilai
Dollar AS mengakibatkan para importir mengalami penurunan dalam
melakukan import dari luar negeri.
Dengan asumsi proses produksi yang di lakukan di dalam negeri
38
tukar Dollar AS berdampak kepada kenaikan harga barang modal. Hal ini
tentunya berdampak pada produsen dalam negeri dalam melakukan proses
produksi .
Produsen dalam menawarkan harga output yang dihasilkan kepada
konsumen mengacu kepada biaya produksi dalam menghasilkan output.
Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga menjadi naik (inflasi)
sehingga mengakibatkan konsumen mengurangi atau beralih kepada barang
subsitusi yang lebih murah. Jika konsumen tidak dapat beralih kepada barang
subtitusi maka mengakibatkan pendapatan yang di peroleh mengalami
penurunan nilai riil. Pendapat yang turun berdampak kepada DPK yang
dihimpun oleh bank syariah yakni turunnya DPK yang dapat dihimpun.18
39 A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variebel yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
1. Variabel Dependen
Variabel dependen (variabel terikat) adalah yang dipengaruhi oleh variabel
independen (variabel bebas). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel
dependen adalah Nisbah bagi hasil Deposito di Bank Syariah. Untuk penentuan
variabel nisbah bagi hasil deposito di bank syariah digunakan data equivalent rate
perbankan syariah yang terdapat pada statistik perbankan syariah yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia
2. Variabel Independen
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang secara bebas
mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel
independen antara lain adalah sebagai berikut :
a. Tingkat Inflasi (X1)
Tingkat Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga-harga secara
40
b. BI Rate (X2)
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik.
c. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (X3)
Kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang diperlukan untuk
membeli mata uang asing. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai
variabel independen adalah kurs rupiah terhadap dollar AS.
[image:54.612.127.548.54.497.2]Gambar 3.1 Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Data Penetapan Nisbah Bagi Hasil di Bank Syariah yang digunakan adalah data
dalam bentuk exuivalen rate bagi hasil di SPS Bank Indonesia dalam periode
Januari 2006 hingga Desember 2010 Variabel X1 : Inflasi
Variabel X2 : BI Rate
Variabel X3 : Nilai Tukar
2. Tingkat Inflasi adalah persentase nilai Inflasi yang berlaku di Indonesia dan di
tetapkan oleh Bank Sentral Republik Indonesia yaitu Bank Indonesia dalam
periode Januari 2006 hingga Desember 2010.
3. Nilai Tukar Rupia