• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan hasil wakaf produktif melalui program sosial keagamaan pada lembaga wakaf Al-Azhar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan hasil wakaf produktif melalui program sosial keagamaan pada lembaga wakaf Al-Azhar"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)

Oleh:

KhusniyMubarok NIM: 1110 0463 00025

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

(2)
(3)
(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil hiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Oktober 2014

(5)

i

Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/ 2014 M.

Isi : xi + 71 halaman + lampiran.

Wakaf Produktif sebagai salah satu instrumen fiskal yang dimiliki oleh umat Islam, memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Potensi ini mendapatkan perhatian pula dari Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar dengan mendirikan Lembaga Wakaf Al-Azhar. Salah satu tugas yang dilakukan oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar adalah mendistribusikan hasil dari wakaf produktif kepada yang berhak mendapatkannya dan juga untuk kemaslahatan umat Islam.

Pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian di Lembaga Wakaf Al-Azhar, yang berlokasi di kompleks Masjid Agung Al-Azhar Jl. Sisingamangaraja Blok M, Jakarta Selatan. Data yang penulis gunakan yaitu data primer dan sekunder. Data primer di peroleh dari hasil wawancara dan penyebaran Kuisioner kepada nazhir Lembaga Wakaf Al-Azhar sedangkan data sekunder di peroleh dari majalah dan internet. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan metode regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan pertama, mekanisme pemanfaatan hasil wakaf di Lembaga Wakaf Al-Azhar dibagi atas tiga alokasi utama yaitu dua puluh persen (20%) hasil wakaf digunakan untuk membiayai operasional nazhir wakaf Lembaga Wakaf Al-Azhar, tiga puluh persen (30%) digunakan untuk biaya maintenance/ perawatan asset wakaf produktif dan yang terakhir lima puluh persen (50%) diperuntukan bagi mauqufalaih/ penerima manfaat hasil wakaf yang direalisasikan melalui program beasiswa sawangan residence ideal. Kedua, pemanfaatan hasil wakaf produktif memiliki pengaruh terhadap keberhasilan program sosial keagamaan yang ada di Lembaga Wakaf Al-Azhar. Faktanya, dari hasil perhitungan menggunakan SPSS didapatkan R Square sebesar 0,727 yang artinya 72,7% variasi kenaikan atau keberhasilan program sosial keagamaan dijelaskan oleh variabel pemanfaatan hasil wakaf produktif.

Kata kunci : Pemanfaatan Hasil Wakaf Terhadap Keberhasilan Program

(6)

ii

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena

atas ridho dan rahmat-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsiini dalam rangka

memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah pada Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Shalawat

serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi Muhammad SAW,

beserta segenap keluarga, sahabat, dan juga umatnya. Yang Insya Allah kita termasuk

di dalamnya. Didorong oleh semua itu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

berjudul “ Pemanfaatan Hasil Wakaf Produktif Melalui Program Sosial Keagamaan Pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.”

Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa

dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi

dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. J.M. Muslimin, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H. Sebagai Kepala Program Studi

Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Hendra Kholid, MA. Selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, pikiran, perhatiannya kepada penulis dalam memberikan

(7)

iii

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Segenap Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen, Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan

ilmu yang tidak ternilai, yang tidak pernah lelah membimbing saya sehingga

saya dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Staff Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum serta Perpustakaan Utama

yang telah membantu dalam penulisan Skripsi ini.

7. Kepada pihak Lembaga Wakaf Al-Azhar yang bersedia memberikan waktu,

data, dan informasi semoga kedepan menjadi lembaga wakaf yang

berkembang pesat, amin.

8. Bapak Ustadz Muhammad Rofiq, selaku Direktur Eksekutif, dan Ustadz

Abdul Rahman, selaku Marketing di Lembaga Wakaf Al-Azhar yang telah

meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Almarhum Ayahanda H. Muslim dan Ibunda Tercinta Hj. Fathiyah yang tak

pernah lelah setiap harinya selalu memberikan semangat, motivasi dan

do’anya. Serta kakak-kakakku Widiastuti, Arif Rahman, Mf Amin Fauzi,

Hasan Alwi, Muhammad Lutfi, Sholachuddin Dan Aminah Tuzahra yang

selalu menyemangati, mengubah kelelahan menjadi keceriaan serta

(8)

iv

11.Keluarga Besar Manajemen Zakat dan Wakaf (ZISWAF), Sahabat

seperjuangan yang sampai saat ini memberikan motivasi Heru wicaksono,

Tasya Geby Amdini, Hani Tahliani, Siti Aisyah, Rizki Fauziah, Muhammad

Heri, Luthfi Hidayat, Ahmad Haidir, Ahmad Ara Parhadi, Ahmad Firdaus,

Dedaat Sadaam, Taher dll). Terimakasih untuk kalian yang tak pernah letih

untuk memberikan motivasi, dorongan dan do’anya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

12.Seluruh rekan-rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, yang telah

memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat menjalani

perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Akhir kata hanya kepada Allah jualah penulis memanjatkan doa,

semoga Allah memberikan balasan berupa amal yang berlipat kepada mereka,

atas dorongan, dukungan, dan kontribusi mereka, saya hanyalah hamba yang

dhaif. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi

orang banyak. Amin.

Jakarta, 6 Oktober2014

(9)

v

LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Studi Review Terdahulu ... 8

F. Kerangka Teori Dan Konseptual ... 10

G. Metode Penelitian ... 12

H. Teknik Penulisan ... 15

I. Sistematika Penulisan ... 16

(10)

vi

4. Pengelolaan Wakaf Produktif ... 24

5. Pemanfaatan Hasil Wakaf Produktif ... 25

B. Lembaga Sosial Keagamaan... 27

1. Pengertian Lembaga Sosial Keagamaan ... 27

2. Dasar Hukum Lembaga Sosial Keagamaan... 27

3. Tujuan Lembaga Sosial Keagamaan ... 28

4. Program Kesejahteraan Sosial Kegamaan ... 30

BAB III PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF PADA LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR A. Sejarah dan Perkembangan Lembaga Wakaf Al-Azhar ... 35

B. Visi dan Misi Lembaga Wakaf Al-Azhar ... 38

C. Struktur Organisasi Pada Lembaga Wakaf Al-Azhar ... 38

D. Penghimpunan dan Pengelolaan Lembaga Wakaf Al-Azhar ... 41

BAB IV PEMANFAATAN HASIL WAKAF PRODUKTIF DI LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR A. Mekanisme Pemanfaatan Wakaf Produktif Melalui Program Sosial Keagamaan ... 47

(11)

vii

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(12)

viii

Tabel 4.2 Rencana pemanfaatan hasil wakaf produktif telah di setujui oleh

dewan yangberwenang saat penyusunan rencana anggaran

tahunan lembaga ... 53

Tabel 4.3 sejauh ini selama saya berada di lembaga wakaf al-azhar,

implementasi selalu sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan

oleh lembaga ... 53

Tabel 4.4 Saya selalu berpedoman pada rencana kerja tahunan saat akan

mengeksekusi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya ... 54

Tabel 4.5 konsep kegiatan pemanfaatan hasil wakaf produktif dipahami oleh

setiap nazhir lembaga wakaf al-azhar... 54

Tabel 4.6 semua nazhir lembaga wakaf al-azhar melakukan pekerjaan nya

dengan baik sesuai dengan tanggung jawabnya ... 55

Tabel 4.7 YPI al-azhar selalu mendukung dan berkontribusi dalam program

kerja yang ditetapkan oleh lembaga wakaf al-azhar ... 55

Tabel 4.8 kegiatan usaha dalam pemanfaatan hasil wakaf produktif al-azhar

[image:12.595.103.527.157.679.2]

dilakukan dengan baik ... 56

Tabel 4.9 hasil yang didapatkan dari pemanfaatan wakaf produktif lembaga

(13)

ix

Table 4.11 Terdapat pengaruh yang signifikan dari pemanfaatan hasil wakaf

produktif terhadap keberhasilan program sosial keagamaan ... 58

Tabel 4.12 Setiap tahun terjadi peningkatan jumlah masyarakat yang

diberdayakan melalui program lembaga wakaf al-azhar ... 59

Tabel 4.13 terjadi meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat

yang menjadi objek lembaga wakaf al-azhar ... 59

Tabel 4.14 terjadi peningkatan asset pada program-program yang dijalankan

oleh lembaga wakaf al azhar setiap pada tahunnya ... 60

Table 4.15 sejauh ini kelancaran cash flow lembaga wakaf al-azhar masih

dapat tertangani dengan baik dalam pembiayaan program-program

lembaga... 60

Tabel 4.16 seiring berjalannya program, banyak apresiasi yang diberikan pihak

luar terhadap lembaga wakaf al azhar terkait program-program

yang dijalankan ... 61

Table 4.17 Dalam perjalanan pengelolaan program, terdapat adanya

keterlibatan berbagai pihak yang relevan dalam pelaksanaan

program... 61

Tabel 4.18 lembaga wakaf al azhar senantiasa memberikan inovasi dan

[image:13.595.102.521.119.696.2]
(14)
[image:14.595.102.525.135.558.2]

x

Tabel 4.20 terdapat peningkatan jumlah asset wakaf setiap tahunnya yang

berasal dari keuntungan wakaf produktif ... 63

Table 4.21 Terjadi peningkatan jumlah wakif secara kuantitas dan kualitas yang berwakaf di lembaga wakaf al-azhar setiap tahunnya ... 63

Table 4.22 Program sosial keagamaan yang dijalankan oleh ypi al azhar dirasa cukup baik dan mampu mewakili citra lembaga wakaf al-azhar di mata masyarakat luas ... 64

Table 4.23 model summary ... 64

Table 4.24 pedoman interpretasi koefisien korelasi ... 65

(15)
[image:15.595.105.526.167.557.2]
(16)

1

A. Latar Belakang Masalah

Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan

kesejahteraan ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan lembaga wakaf menjadi

sangat strategis. Di samping sebagai salah satu aspek ajaran islam yang

berdimensi spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan pentingnya

kesejahteraan ekonomi (dimensi sosial). Karena itu, pendefinisian ulang terhadap

wakaf agar memiliki makna yang lebih relevan dengan kondisi riil persoalan

kesejahteraan menjadi sangat penting.

Krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia secara faktual telah

meningkatkan jumlah penduduk miskin. Jumlah mereka dari waktu ke waktu

semakin bertambah beriringan dengan terpuruknya kondisi ekonomi nasional

yang masih terjadi sampai saat ini.

Salah satu alternatif yang masih memiliki harapan untuk mengatasi

masalah ini adalah adanya partisipasi aktif dari masyarakat, khususnya

masyarakat kaya yang memiliki kemampuan untuk membantu meringankan

(17)

koordinasikan serta dikelola secara baik, maka hal ini dapat memberikan

alternatif kontribusi penyelesaian positif atas masalah kemiskinan tersebut.1 Sebagai salah satu potensi yang mempunyai pranata keagaman yang

bersifat ekonomis, wakaf harusnya dikelola dan dikembangkan menjadi suatu

instrumen yang mampu memberikan jawaban riil di tengah problematika

kehidupan masyarakat. Namun, dalam kenyataannya wakaf kurang dikenal dan

kurang mendapat perhatian yang serius dari sebagian besar kalangan, baik

pemerintah, masyarakat, ulama, dan lembaga-lembaga non pemerintah dalam hal

ini yaitu lembaga swadaya masyarakat.2

Dalam sejarahnya di Indonesia institusi wakaf telah dapat menunjang

perkembangan pendidikan Islam, lembaga keagamaan atau lembaga sosial

lainnya. Namun di sisi lain wakaf merupakan suatu masalah sosial yang menjadi

bagian dari kehidupan umat Islam yang pada realitanya tidak pernah lepas dari

berbagai masalah yang muncul sebagai suatu konsekuensi dinamika zaman.

Kondisi dimana terdapat lembaga wakaf yang bermula dari lembaga hukum

Islam selanjutnya menjadi pranata Hukum Adat dan selanjutnya menjadi

1

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006), h. 86.

2

(18)

peraturan hukum positif Indonesia berupa Peraturan Pemerintah No. 28 tahun

1977 tentang perwakafan tanah milik.3

Sepanjang sejarah Islam, wakaf memiliki peran yang sangat penting dalam

mengembangkan kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan masyarakat

Islam. Selain itu, keberadaan wakaf juga telah banyak memfasilitasi para sarjana

dan mahasiswa dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai untuk

melakukan riset dan pendidikan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan

dana pada pemerintah. Kenyataan menunjukan, institusi wakaf telah menjalankan

sebagian dari tugas-tugas pemerintah. Berbagai bukti mudah kita temukan bahwa

sumber-sumber wakaf tidak saja digunakan untuk membangun perpustakaan,

ruang-ruang belajar, tetapi juga untuk membangun perumahan siswa (boarding),

riset, jasa-jasa photo copy, pusat seni, usaha-usaha produktif dan lain-lain.4

Sebagai suatu lembaga yang telah diatur oleh Islam, wakaf telah dikenal

dan dilaksanakan oleh umat islam sejak agama Islam masuk di Indonesia.

Menurut Departemen Agama terakhir pada tahun 2012 terdapat kekayaan tanah

wakaf di Indonesia sebanyak 420.003 lokasi dengan luas 3.492.045.754 M2. Dari

3

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h.14.

4

(19)

total jumlah tersebut 75% diantaranya sudah bersertifikat wakaf dan sekitar 10%

memiliki potensi ekonomi tinggi, dan masih banyak lagi yang belum terdata.5 Hal lain yang cukup penting untuk diperhatikan adalah bahwa pengelolaan

wakaf secara profesional dan bertanggung jawab oleh pengelola (nadzir) baik

yang berbentuk perseorangan maupun badan hukum akan meningkatkan

kepercayaan masyarakat dan juga akan kesadaran masyarakat untuk berwakaf.6 Kehadiran nadzir sebagai pihak yang diberikan kepercayaan dalam

pengelolaan harta wakaf sangatlah penting. Walaupun para mujtahid tidak

menjadikan nadzir sebagai salah satu rukun wakaf, namun para ulama sepakat

bahwa wakif harus menunjuk nadzir wakaf, baik yang bersifat perseorangan

maupun kelembagaan (badan hukum). Pengangkatan nadzir wakaf ini bertujuan

agar harta wakaf tetap terjaga dan terurus, sehingga harta wakaf itu tidak sia-sia.7 Oleh sebab itu wakaf salah satu bagian yang sangat penting dari hukum

Islam. Ia mempunyai jalinan hubungan antara kehidupan spiritual dengan bidang

sosial ekonomi masyarakat muslim. Wakaf selain dimensi ubudiyah ilahiyah. Ia

juga berfungsi sosial kemasyarakatan, ibadah wakaf merupakan manifestasi dari

rasa keimanan seseorang yang mantap dan rasa sosialitas yang tinggi terhadap

5

Bimbingan masyarakat Islam, “Luas Tanah Wakaf di Indonesia”, artikel diakses pada 28 september 2013 dari http://bimasislam.kemenag.go.id/informasi/berita/35-berita/660-luas-tanah-wakaf-di-indonesia-3492045373754-m2.html.

6

Dadan Muttaqien dkk., Peradilan Agama dan Kompilasi Hukum Indonesia,

(Yogyakarta:UII Press, 1999), h. 298.

7

(20)

sesama umat manusia. Wakaf sebagai perekat hubungan, “hablum minallah, wa

hablum minanas”. Hubungan vertikal kepada Allah dan hubugan horisontal

kepada sesama manusia.8

Upaya untuk mengembangkan cita-cita dari tujuan perwakafan tersebut,

salah satu dari sekian banyak lembaga atau yayasan di Indonesia adalah Yayasan

Pesantren Islam al- Azhar dengan total aset wakaf selama 3 tahun ini sebesar 37

milyar rupiah, yang mencoba mengelola dan mengembangkan wakaf sebagai

wahana pengembangan umat, baik dengan cara pengembangan tempat-tempat

peribadatan ataupun pengembangan pendidikan keagamaan dan pengembangan

berbagai usaha ekonomi.

Dari sebagian besar program Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar adalah

bersifat sosial dengan maksud untuk membantu masyarakat yang memerlukan

bantuan baik itu di bidang pendidikan, dakwah maupun kesehatan. Selain itu,

Al-Azhar juga meringankan masyarakat mampu dengan cara menyalurkan hartanya

kepada program-program keagamaan yang di kelola oleh Yayasan Pesantren

Islam Al-azhar.

Berdasarkan pemaparan di atas, penyusun tertarik meneliti lebih jauh

dalam skripsi ini mengenai : “PEMANFAATAN HASIL WAKAF

PRODUKTIF MELALUI PROGRAM SOSIAL KEAGAMAAN PADA LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR”.

8

(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan mengenai

pemanfaatan hasil wakaf produktif melalui program sosial keagamaan pada

Lembaga Wakaf Al-Azhar sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf

Al-Azhar?

2. Bagaimanakah dampak pemanfaatan hasil wakaf terhadap kesejahteraan

bagi penerima manfaat hasil wakaf produktif di Lembaga Wakaf

Al-Azhar?

3. Apakah nazhir memiliki kemampuan dalam pengelolaan wakaf produktif?

4. Bagaimanakah cara lembaga wakaf Al Azhar mengevaluasi hasil wakaf

produktif?

5. Bagaimanakah peran serta masyarakat dalam mensukseskan program

wakaf Al Azhar?

6. Bagaimanakah model pemberdayaan wakaf yang dilakukan oleh lembaga

wakaf Al Azhar?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penyusun paparkan di atas agar

lebih fokus dan tidak terjadi pelebaran dalam pembahasannya, maka penyusun

(22)

program sosial keagamaan pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.Diantaranya program

dakwah dan beasiswa.

Adapun pokok masalah yang dapat diidentifikasikan agar mempermudah

dalam menyusun skripsi ini adalah :

1. Bagaimana mekanisme pemanfataan hasil wakaf produktif melalui

program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar?

2. Bagaimana pengaruh pemanfaatan hasil wakaf terhadap keberhasilan

program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar?

D. Tujuan dan Manfaat penelitian

Setelah memperhatikan judul serta latar belakang masalah diatas, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui mekanisme pemanfataan hasil wakaf produktif melalui

program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar.

2. Mengetahui dampak pemanfaatan hasil wakaf terhadap keberhasilan

program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar.

Adapun tujuan akhir dan manfaat dari penelitian ini diharapkan akan

berguna :

1. Bagi Akademisi, sebagai asset pustaka yang diharapkan dapat

dimanfaatkan oleh seluruh kalangan akademisi, baik itu dosen maupun

mahasiswa, dalam upaya memberikan pengetahuan, informasi, dan sebagai

(23)

2. Bagi Praktisi, Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar para

Nazhir di Lembaga Wakaf Al-Azhar Jakarta jangan pernah henti untuk

mengembangakan ide-ide yang cemerlang agar tanah wakaf di Yayasan

al-Azhar Jakarta tersebut selalu Produktif.

3. Bagi Masyarakat, Menambah wawasan masyarakat mengenai wakaf yang

berkembang.

E. Studi Riview Terdahulu

Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut dan menyusunnya

menjadi sebuah karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis terapkan adalah

mengkaji terdahulu skripsi-skripsi yang mempunyai judul hampir sama dengan

yang akan penulis lakukan. Maksud dari pengkajian ini adalah agar dapat

diketahui bahwa apa yang penulis teliti berbeda dengan penelitian skripsi

sebelumnya.

No

Nama penulis / Judul skripsi, jurnal / Tahun

Subtansi

Perbedaan dengan Penulis

1. Nurul Aini,”

pengelolaan dana

dan hasil wakaf

tunai tabung wakaf

Dalam skripsi ini

bertujuan untuk

mengetahui hasil

pengelolaan wakaf

Dalam penelitian ini

membahas tentang

hasil wakaf produktif

(24)

Al-indonesia (TWI)

untuk

pengembangan

layanan kesehatan

cuma-cuma (LKC).”

Skripsi S1

Perbankan Syariah

UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta, Tahun 2011

tunai di tabung

wakaf indonesia

(TWI)

Azhar terhadap

penerima manfaat yang

didalam nya membahas

tentang dampak hasil

wakaf produktif di

Lembaga Wakaf

Al-Azhar. Sehingga

pendekatan yang

digunakan adalah

pendekatan kualitatif.

2. Achmad

Kurniawan,”

efektivitas

pengelolaan wakaf

uang dalam

pengembangan dan

pembinaan anak

yatim pada yayasan

rumah yatim

arrohman

indonesia.” Skripsi

Dalam skripsi ini

bertujuan untuk

mengetahui

pengelolaan dana

wakaf uang di

yayasan rumah

yatim arrohman

indonesia.

Dalam penelitian ini

membahas tentang

hasil wakaf produktif

Lembaga Wakaf

Al-Azhar terhadap

penerima manfaat yang

didalam nya membahas

tentang dampak hasil

wakaf produktif di

Lembaga Wakaf

(25)

S1 Ziswaf Jurusan

Muammalah

Fakultas Syariah

Dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta, Tahun 2008

pendekatan yang

digunakan adalah

pendekatan kualitatif.

3. Marisa Rosiana ,”

Pengelolaan dan

Pengembangan

Harta Wakaf Pada

Pondok Pesantren

Darunnajah II di

Wilayah Bogor.”

Skripsi S1 Ziswaf

Jurusan Muammalah

Fakultas Syariah

Dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta, Tahun 2013

Dalam skripsi ini

bertujuan untuk

mengetahui

pengelolaan,

pengembangan

wakaf dan

dampaknya terhadap

ekonomi di Pondok

Pesantren

Darunnajah II

Dalam penelitian ini

membahas tentang

hasil wakaf produktif

Lembaga Wakaf

Al-Azhar terhadap

penerima manfaat yang

didalam nya membahas

tentang dampak hasil

wakaf produktif di

Lembaga Wakaf

Al-Azhar. Sehingga

pendekatan yang

digunakan adalah

(26)

F. Kerangka Konseptual

Pemanfaatan ialah pemakaian, pendayagunaan, penggunaan; eksploitasi.9 Penulis disini mengartikan bahwa, yang dimaksudkan pemanfaatan disini adalah

proses pendayagunaan atau perbuatan memanfaatkan suatu sumber yang dikelola

untuk diberikan hasilnya kepada masyarakat yang berhak.

Hasil ialah buatan, produk; rakitan.10 Penulis disini mengartikannya yaitu sesuatu produk yang diadakan oleh usaha pemanfaatan wakaf produktif yang

dikelola dengan tujuan manfaatnya dapat dirasakan bagi yang membutuhkan.

Dalam peristilahan syara’ secara umum, wakaf adalah sejenis pemberian

yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan kepemilikan asal

(tahbisul ashli), lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Yang dimaksud

tahbisul ashli ialah menahan barang yang diwakafkan agar tidak diwariskan ,

dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan dan sejenisnya. Sedangkan cara

pemanfaatan nya adalah menggunakan sesuai dengan kehendak pemberi wakaf

(wakif) tanpa imbalan.

Wakaf produktif juga dapat didefenisikan yaitu harta yang digunakan untuk

kepentingan produksi baik dibidang pertanian, Perindustrian, perdagangan dan

jasa yang menfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari

9

Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia,(Gramedia Pustaka Utama, jakarta, 2006), h. 403.

10

(27)

keuntungan bersih dari hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada

orang-orang yang berhak sesuai dangan tujuan wakaf. 11

Sosial ialah kemasyarakatan, baik, bersahabat; dermawan.12Maka penulis mengartikan sosial keagamaan yaitu suatu sifat dermawan atau memberi kepada

orang yang bersifat religi/keimanan tanpa mengharapakan imbalan atau timbal

balik.

Lembaga Wakaf Al-Azhar adalah Pengelola Wakaf yang dibentuk oleh

Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar untuk mengembangkan serta

mengelola wakaf produktif dalam mendukung aktiftas pendidikan dan dakwah.

Jadi, Pemanfaatan hasil wakaf produktif melalui program sosial keagamaan

pada Lembaga Wakaf Al-Azhar yaitu tentang suatu usaha pendayagunaan

program sosial keagamaan, yang dilakukan oleh lembaga Yayasan Pesantren

Islam Azhar untuk menyalurkan manfaat dari hasil pengembangan Wakaf

Al-azhar.

G. Metode penelitian

Metode penelitian pada dasarnya suatu cara atau teknis yang diharapkan

mampu menemukan, merumuskan, dan menganalisis, atau pun memecahkan

masalah-masalah dalam penelitian agar data-data yang diperoleh lengkap,

11

Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Khalifa, 2007), h.5.

12

(28)

relevan, akurat dan nyata. Maka diperlukan metode yang tepat yang dapat

diandalkan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian

sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

a. Pendekatan

Pendekatan ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif

dan kuantitatif, dimana pendekatan kuantitatif yakni sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari para tokoh dan perilaku yang diamati.13 Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif studi

kasus yaitu melakukan penelitian yang terinci tentang seseorang atau

sesuatu unit selama kurun waktu tertentu.14

Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui

ukuran pasti dari dampak yang ditimbulkan oleh variabel X terhadap

variabel Y. Alat ukur yang di gunakan pada pendekatan kuantitatif ini

adalah metode regresi, yakni metode yang mengukur seberapa besar

pengaruh variabel bebas terhadap variabel tetap.

13

Lexy J Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Karya, 1994), h.3.

14

(29)

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan

atau dengan kata lain adalah (field research)untuk mengetahui secara

langsung responden atau tanggapan dari responden. Karena melakukan

penelitian langsung guna mendapatkan data yang jelas atau kesesuaian

antara teori dan praktek perwakafan dan peranan Nadzir di Lembaga

Wakaf Al-Azhar dalam masalah pengelolaan dan pengembangan tanah

wakaf di wilayah tersebut.

2. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber

data yaitu:

a. Data Primer

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak

melalui media prantara). Data pokok yang tertulis atau tercatat

yang digunakan sebagai bukti atau keterangan yang sah. Data primer

yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ialah: pertama,

ayat-ayat Al-Qur'an yang berhubungan dengan pembahasan judul skripsi.

Kedua, hadits yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis

teliti. Ketiga,tentang pengelolaan dan pengembangan harta benda

(30)

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh

penelitian secara tidak langsung melalui media, data sekunder yang

berasal dari penelitian kepustakaan yang dapat memberikan landasan

teori yang diperoleh dari buku-buku penunjang, jurnal-jurnal ilmiah,

internet, serta sumber lainnya yang diperoleh dari laporan-laporan atas

data-data yang diberikan oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar.

3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini :

a. Observasi

Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan

mata tanpa pertolongan dan bantuan alat standar lain untuk keperluan

itu. Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan secara langsung

kelokasi penelitian yaitu untuk mengetahui pengelolaan dan

pengembangan harta benda wakaf.

b. Wawancara (Interview)

Yaitu data diperoleh dengan cara mencari keterangan

tentang pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan harta benda

wakaf. Penyusun mengajukan pertanyaan secara lisan dan bertatap

(31)

c. Dokumentasi

Pengumpulan data-data yang diperlukan dengan cara

memperoleh data dokumentasi tentang Lembaga Wakaf Al-Azhar dari

lokasi penelitian serta mencari bahan pustaka/buku rujukan yang

berkaitan dengan judul skripsi yang sedang di buat ini.

d. Kuisioner

Merupakan salah satu teknik pengambilan data dan informasi

dengan cara memberikan angket berisi sejumlah pertanyaan kepada

responden, guna memperoleh informasi mengenai pengaruh

pemanfaatan hasil wakaf terhadap kesejahteraan masyarakat penerima

manfaat wakaf produktif di Lembaga Wakaf Al-Azhar. Agar data

kuesioner yang penulis buat dapat dianalisa secara kuantitatif maka

kuesioner diberikan nilai (scoring) dengan skala likert.

H. Teknik Penulisan

Teknik penulisan serta penyusunan skripsi ini, semua berpedoman pada

buku Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2012 yang diterbitkan oleh Fakultas

(32)

I. Sistematika Penulisan

Di dalam pembuatan penelitian penulis akan memeberikan gambar mengenai hal apa saja yang akan ddilakukan, maka secara garis besar gambaran tersebut dapat dilihat dalam sistematika skripsi dibawah ini :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, pembatasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, yaitu yang terdiri dari metode pendekatan, jenis penelitian, jenis data, yang meliputi data primer dan sekunder, kemudian ada prosedur pengumpulan data, yang terdiri dari riset kepustakaan dan riset lapangan. Teknis analisis data, pedoman penulisan laporan, dan sistematika penulisan.

BAB II : WAKAF PRODUKTIF DAN LEMBAGA SOSIAL KEAGAMAAN

Pada bab ini menguraikan tentang pengertian wakaf, dasar hukum, macam-macam wakaf, syarat, rukun dan unsur wakaf. Selain itu, pada bab ini juga menerangkan tentang lembaga sosial keagamaan.

BAB III : LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR

Pada bab ini membahas mengenai sejarah dan perkembangan , visi dan misi, dasar hukum, struktur organisasi, serta penghimpunan dan pengelolaan nya.

BAB IV : PEMANFAATAN HASIL WAKAF PRODUKTIF DI LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR

(33)

BAB V :PENUTUP

Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan, saran-saran dan

(34)

19

A. WAKAF PRODUKTIF 1. Pengertian Wakaf

Dalam buku-buku fiqh, para ulama berbeda pendapat dalam memberi

pengertian wakaf. Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai berikut :

a. Imam Abu Hanifah mengartikan wakaf sebagai menahan suatu benda

yang menurut hukum tetap milik si waqif dalam rangka

mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan. Definisi wakaf tersebut

menjelaskan bahwa kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau

terhenti di tangan waqif itu sendiri. Dengan kata lain, waqif masih

menjadi pemilik harta yang diwakafkannya, bahkan diperbolehkan

menarik kembali dan menjualnya. Si waqif apabila meninggal maka

harta wakaf menjadi harta warisan bagi ahli warisnya, jadi yang timbul

dari wakaf tersebut hanyalah “menyumbangkan manfaat”.

b. Madzhab Maliki berpendapat, wakaf itu tidak melepaskan harta yang

diwakafkan dari kepemilikan waqif, akan tetapi wakaf tersebut

mencegah waqif melakukan tindakan yang dapat melepaskan

kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan waqif

berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik

(35)

menggunakan harta wakafnya selama masa tertentu sesuai dengan

keinginan waqif ketika mengucapkan akad (sighat). Jadi pada dasarnya

perwakafan ini berlaku untuk suatu masa tertentu, dan karenanya tidak

boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya).

c. Syafi’iyah dan Ahmad bin Hambal berpendapat bahwa wakaf adalah

melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan waqif, setelah

sempurna prosedur perwakafan. Maka dalam hal ini wakaf secara

otomatis memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh waqif untuk

diserahkan kepada nadzir yang dibolehkan oleh syariah, dimana

selanjutnya harta wakaf itu menjadi milik Allah.15

Sedangkan wakaf produktif adalah harta benda atau pokok tetap yang

diwakafkan untuk dipergunakan dalam kegiatan produksi dan hasilnya di

salurkan sesuai dengan tujuan wakaf. seperti wakaf tanah untuk digunakan

bercocok tanam, Mata air untuk dijual airnya dan lain – lain.

Dari beberapa pengertian wakaf diatas dapat disimpulkan bahwa harta

wakaf yang diwakafkan haruslah: Pertama, benda yang kekal zatnya (tahan

lama wujudnya), tidak cepat musnah setelah dimanfaatkan. Kedua,lepas dari

kekuasaan orang-orang yang berwakaf. Ketiga,tidak dapat dialihkan kepada

pihak lain, baik dengan jalan jual-beli, dihibahkan ataupun diwariskan.

Keempat, untuk keperluan amal kebajikan sesuai dengan ajaran islam.

15

Mulyani, ”Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdatul Ulama Surakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Islam Negri Salatiga, 2012) h.

(36)

2. Dasar Hukum Wakaf

Adapun ayat Al Quran dan Hadits yang biasa menjadi rujukan dalam

mengerjakan wakaf adalah sebagai berikut:

a. Al Quran

Pelaksanaan wakaf tersebut didasarkan atas: Firman Allah SWT

dalam Surah Ali Imran (3): 92 :







“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.

Dalam ayat ini Allah memerintahkan kita untuk selalu berbuat

baik, salah satu perbuatan baik yang dimaksud adalah menafkahkan

harta benda yang terbaik yang kita punya. Perbuatan menafkahkan

harta benda terbaik yang kita punya bahkan merupakan sebuah anjuran

yang bertujuan untuk menyempurnakan amalan kita. Setiap perbuatan

baik yang kita lakukan sejatinya akan mendapatkan balasan dari Allah.

Orang selalu menyebut hobby, yaitu kata asing tentang kesukaan

seseorang. Apa hobby si anu dan apa pula hobby si fulan. Kata hobby

(37)

Maka apabila cinta seseorang telah terpusat kepada allah, tidaklah akan

ada hobbynya yang lain lagi, sehingga belumlah dia merasa puas

berbuat baik kalau belum diberikannya barang yang paling dicintainya.

Kita semuanya mengaku, bahwa ini memang berat. Tetapi akan

berbahagialah kita apabila kita terlepas dari latihan menghadapinya

yang berat itu.16

Selain surat Ali Imran yang telah dijelaskan diatas terdapat surat

Al-Qur’an lain yang menganjurkan untuk berwakaf. Terdapat dalam

firman-Nya dalam surat Al- Baqarah (2) : 261 yang berbunyi:



















Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.

Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Buya Hamka, pada kitab Tafsir Al-Azhar berpendapat

“Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan harta benda mereka

pada jalan allah adalah laksana satu biji menumbuhkan tujuh arai.”

(pangkal ayat 261). Ingatlah arai pinang atau arai kelapa. Dan kalau

16

(38)

pada padi disebut tangkai. “Pada tiap-tiap satu aria ada seratus biji.”

Dengan demikian diberikanlah targhib bahwasannya satu kebajikan

ditanamkan akan bergandalah hasilnya sampai tujuh kali seratus.

Dengan demikian dijelaskanlah bahwasannya pengurbanan harta

menegakkan jalan allah bukanlah merugikan, tetapi memberikan

untung. Dimisalkan sebagai seorang hartawan-dermawan mendirikan

sebuah Sekolah Dasar dalam sebuah desa atau kampung yang miskin,

sehingga anak-anak tak usah belajar ke tempat jauh, dapat belajar

dikampung mereka sendiri. Beratus anak dikirimkan orang menjadi

murid tiap-tiap tahun dan beratus pula yang melanjutkan sekolahnya

kepada yang lebih atas, dan beratus pula yang telah berkecimpung

dalam masyarakat. Kadang-kadang orang yang mendirikan bermula itu

telah lama meninggal, tetapi bekas tangan nya sebuah rumah sekolah

sebagai biji yang pertama, telah menghasilkan buah berpuluh ataupun

beratus, bahkan beribu dari tahun ke tahun. Kalau tuhan mengatakan

bahwa hasil itu ialah tujuh ratus, bukanlah mesti persis tujuh ratus,

melainkan beribu-ribu.17

b. Al Hadits


Selain dari ayat-ayat yang mendorong manusia berbuat baik

untuk kebaikan orang lain dengan membelanjakan (Menyedekahkan)

17

(39)

hartanya tersebut diatas, menurut Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh

Muslim berasal dari Abu Hurairah :

مْلعْوأ يراج ق ص ثاث ْ م َّإ هل ع عطقْا اسْإْا ام ا إ

هل ْوعْ ي حل اص لو ْوأ هب عفْي

"Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah saw bersabda: Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah pahala semua amalnya, kecuali tiga macam amal yaitu: sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang selalu mendo'akan orang tuanya"

Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa ada

beberapa firman Allah dan Hadits yang sangat menganjurkan betapa

pentingnya berwakaf. Karena dengan berwakaf banyak keuntungan

yang bisa kita dapat. Allah SWT. menjanjikan pahala yang tidak

terputus dan keberkahan harta kita didunia.

3. Macam-macam Wakaf

Di kalangan muslimin, wakaf yang terkenal ada dua macam, yaitu:

a. Wakaf ahli atau wakaf keluarga, ialah wakaf yang diperuntukkan

khusus kepada orang-orang tertentu, seorang atau lebih, keluarga wakif

atau bukan. Karena wakaf ini adalah wakaf yang diperuntukkan bagi

orang-orang khusus atau orang-orang tertentu, maka wakaf ini disebut

pula dengan wakaf khusus.19

18

Muhammad Nasiruddin Albani, Mukhtashar Shahih Muslim, (Maktabah Al

Ma’arif, Riyadh, Saudi Arabia .1997) h. 702 19

(40)

b. Wakaf khairi ialah wakaf yang sejak semula manfaatnya

diperuntukkan untuk kepentingan umum tidak dikhususkan untuk

orang-orang tertentu, seperti mewakafkan tanah untuk mendirikan

masjid, mewakafkan sebidang kebun yang hasilnya dapat

dimanfaatkan untuk membina suatu pengajian dan sebagainya.20

Dalam definisi diatas, wakaf ada dua macam yaitu wakaf ahli dan

wakaf khairi yaitu wakaf ahli atau wakaf khusus yang dimaksudkan adalah

wakaf yang diperuntukan untuk orang-orang tertentu sedangkan wakaf khairi

adalah wakaf umum tidak diperuntukan untuk kepada satu orang saja tetapi

untuk umum atau untuk semua orang.

4. Pengelolaan Wakaf

Untuk mengelola harta wakaf maka dibutuhkan pengelola atau dalam

fiqh disebut dengan nadzir. Nadzir berasal dari kata kerja bahasa Arab

nadzara-yandzuru nadzaran yang mempunyai arti, menjaga, memelihara,

mengelola dan mengawasi. Adapun nadzir adalah dapat diartikan dalam

bahasa Indonesia dengan pengawas (penjaga). Sedangkan nadzir wakaf atau

biasa disebut nadzir adalah orang yang diberi tugas untuk mengelola wakaf.

Nadzir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang amanat

untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan

20

(41)

tujuan wakaf tersebut.21 Sedangkan menurut undang-undang nomor 41 tahun 2004 pasal 1 ayat (4) tentang wakaf menjelaskan bahwa Nadzir adalah pihak

yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan

dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

Wakaf yang dikelola dengan sistem dan manajemen yang amanah,

profesional dan integrated dengan bimbingan dan pengawasan dari

pemerintah dan masyarakat akan menjadi pemacu gerak perekonomian

msyarakat dan menyehatkan tatanan sosial sehingga makin mengurangi

kesenjangan antara kelompok masyarakat yang mampu dan kelompok

masyarakat yang kurang mampu.22

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengelola wakaf

disebut juga dengan Nazhir. Nazhir wakaf dapat berupa perorangan maupun

lembaga. Pengelolaan wakaf oleh nazhir haruslah sesuai dengan peruntukan

wakaf tersebut dan berpedoman dengan regulasi yang berlaku di Indonesia,

yaitu UU. No. 41 tahun 2004.

5. Pemanfaatan Hasil Pengelolaan Wakaf Produktif

Secara umum, semua lembaga wakaf dibentuk atau didirikan adalah

untuk mengelola sebuah atau sejumlah kekayaan wakaf, agar manfaatnya

21

Suparman usman. Hukum perwakafan di Indonesia. 1994. Serang, Darul Ulum Press. Hal. 33

22

(42)

maksimalnya dapat dicapai untuk kesejahteraan umat umumnya, dan

mungkin menolong mereka yang kurang mampu khususnya.23

Untuk memanfaatkan hasil wakaf tersebut, dalam tujuan wakaf

disyariatkan beberapa hal berikut:

a. Membantu yayasan pendidikan umum atau khusus, kelompok profesi,

yayasan islam, perpustakaan umum atau khusus.

b. Membantu pelajar atau mahasiswa untuk belajar di dalam dan luar

negeri.

c. Membantu yayasan riset ilmiah Islam.

d. Memelihara anak yatim, janda dan orang-orang lemah.

e. Memelihara orang tua jompo dan membantu yayasan yang memberi

pelayanan kepada mereka.

f. Melindungi anak-anak, ibu-ibu dan keluarga lemah.

g. Membantu fakir miskin dan semua keluarga yang berpenghasilan

pas-pasan.

h. Memberikan pelatihan teknis dan workshop bagi yang membutuhkan

untuk meningkatkan pendapatan mereka.

i. Memberikan pelayanan umum berupa air dan listrik, pelayanan

kesehatan, penyebrangan dan lainnya.

j. Membantu penerangan jalan.

23

(43)

k. Memberi bantuan keuangan dengan syarat yang ringan kepada

pengusaha kecil yang memerlukan tambahan modal.

l. Membangun masjid dan memberi perlengkapannya.

m.Tidak untuk tujuan maksiat yang diharamkan oleh syariat, atau

undang-undang atau tradisi yang berlaku.

n. Tidak bertentangan dengan undang-undang dan tradisi yang berlaku.24 Itulah beberapa contoh cara memanfaatkan harta wakaf untuk

membantu masyarakat yang membutuhkan. Pengelolaan dana wakaf ini juga

harus disadari merupakan pengelolaan dana publik. Untuk itu tidak saja

pengelolaannya yang harus dilakukan secara profesional, akan tetapi budaya

tranparansi merupakan satu faktor yang wajib di wujudkan juga.

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pemanfaatan

hasil wakaf produktif harus sesuai dengan peruntukannya dan sesuai dengan

tutunan ajaran agama Islam.

B. LEMBAGA SOSIAL KEAGAMAAN 1. Pengertian Lembaga Sosial Keagamaan

Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris adalah social

institution, namun social institution juga diterjemahkan sebagai pranata

sosial. Hal ini dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan

24

(44)

mengatur perilaku para anggota masyarakat. Adapun pengertian lembaga

keagamaan adalah organisasi yang dibentuk umat beragama dengan maksud

untuk memajukan kepentingan keagaman umat yang bersangkutan di dalam

kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.25

Dikutip dari Peraturan Menteri Keuangan No.33 Tahun 2012 yang

dimaksud dengan lembaga sosial keagamaan adalah lembaga sosial

yang bertujuan mengembangkan dan membina kehidupan beragama. 26

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa lembaga

sosial keagamaan adalah lembaga sosial yang memiliki tugas mengatur

perilaku masyarakat berdasarkan nilai-nilai agama dari anggota

masyarakat yang bersangkutan.

2. Dasar Hukum Lembaga Sosial Keagamaan

Berkaitan dengan dasar hukum bagi lembaga sosial keagamaan, di

Indonesia sendiri tidak ditemukan regulasi yang mengatur secara mendetail

mengenai lembaga sosial keagamaan. Namun umumnya lembaga sosial

keagamaan di Indonesia memiliki badan hukum berupa yayasan dan

organisasi masyarakat. Adapun regulasi terkait yayasan dan organisasi

masyarakat sebagai berikut:

25

Zubaidah, ”Motivasi Lembaga Keagamaan Menggunakan Bank Dai Al Misbah dalam Penyiaran Agama Islam,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Kali Jaga, 2010) h. 14.

26

(45)

a. Undang-undang yang mengatur badan hukum dari yayasan:

1) Undang-Undang No. 16 Tahun 2001

2) Undang No. 28 Tahun 2004 tentang perubahan

Undang-Undang No. 16 Tahun 2001

3) Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2008

b. Undang-undang yang mengatur terkait organisasi masyarakat:

1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Kemasyarakatan (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1985

No. 44, Tambahan Lembaran Republik Indonesia No. 3298)

2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Ormas.

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa lembaga sosial

keagamaan di Indonesia biasanya bersandar pada regulasi terkait yayasan

maupun organisasi masyarakat. Hal ini dikarenakan belum adanya regulasi

yang mengatur dasar hukum terkait lembaga sosial keagamaan.

3. Tujuan Lembaga Sosial Keagamaan

Lembaga sosial keagamaan yang ada di Indonesia pada umumnya

memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Memberdayakan dan meningkatkan kapasitas serta kualitas masyarakat

yang menjadi objek dari lembaga sosial keagamaan.

b. Memberikan pelayanan pendidikan bagi masyarakat khususnya di

(46)

c. Memberikan pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam

melaksanakan ibadah.

d. Mendorong serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan kegiatan pelayanan kehidupan beragama.

e. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi setiap

individu, keluarga, masyarakat, dan penyelenggara negara.

f. Memperkuat dasar-dasar kerukunan hidup intern dan antar umat

beragama.

g. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional.

h. Meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi

masyarakat guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta

pembinaan akhlak mulia dan budi pekerti yang luhur.27

i. Sebagai tempat untuk membahas dan menyelesaikan segala masalah

yang menyangkut keagamaan.

j. Menyalurkan aspirasi umat kepada pemerintah dan menyebarluaskan

kebijakan pemerintah kepada umat.

k. Wahana silaturahmi yang dapat menimbulkan rasa persaudaraan dan

kekeluargaan.28

27

Bappenas, “Pembangunan Bidang Agama” artikel diakses pada 24 September

2014 dari http://www.bappenas.go.id/files/7813/5022/6072/narasi-bab-vi-pembangunan-bidang-agama.pdf

28

(47)

Meskipun jumlah lembaga-lembaga sosial keagamaan terus

meningkat, namun belum sepenuhnya mampu memerankan fungsi sebagai

agen perubahan sosial dalam masyarakat. Lembaga-lembaga sosial

keagamaan juga dinilai belum mampu berperan dalam mengurangi dampak

negatif ekstrimisme yang dapat memicu terjadinya perselisihan antar

kelompok baik dalam satu agama maupun dengan agama lain.

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan utama

dari berdirinya lembaga sosial keagamaan adalah memberdayakan,

memberikan pelayanan, mendorong serta meningkatkan kualitas diri

masyarakat guna memenuhi kebutuhan pokoknya.

4. Program Kesejahteraan Sosial Keagamaan

Adapun beberapa program yang bisa menjadi alternatif dalam

mencapai kesejahteraan sosial keagamaan:

a. Memberdayakan pihak-pihak yang berkaitan dengan lembaga sosial

keagamaan seperti kelompok jamaah keagamaan, majlis taklim,

organisasi keagamaan dan pemuda masjid, Baitul Mal wat-Tamwil,

Badan Amil Zakat, dan Nazir Wakaf.

b. Memberikan bantuan (block grant) untuk penyelenggaraan lembaga

pendidikan tradisional keagamaan, seperti pondok pesantren, madrasah

diniyah, sekolah minggu, seminari, biara trapis, pasraman, novisiat,

sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah yayasan pendidikan

(48)

c. Memberikan bantuan subsidi dan imbal swadaya kepada lembaga

pendidikan tradisional keagamaan, seperti pondok pesantren, madrasah

diniyah, sekolah minggu, seminari, biara trapis, pasraman, novisiat,

sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah yayasan pendidikan

Budha.

d. Meningkatkan kemampuan pengelola bagi lembaga sosial keagamaan

dan lembaga pendidikan tradisional keagamaan, serperti pondok

pesantren, madrasah diniyah, sekolah minggu, seminari, biara trapis,

pasraman, novisiat, sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah

yayasan pendidikan Budha.

e. Menyediakan sarana prasarana, dan fasilitas untuk menunjang kegiatan

sosial keagamaan.

f. Mengembangkan sistem informasi bagi lembaga sosial keagamaan.

g. Melanjutkan upaya untuk melakukan kajian dan pengembangan dalam

rangka peningkatan mutu pembinaan lembaga-lembaga sosial

keagamaan.

Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu,

dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan

(49)

warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.29

Penyelenggara kesejahteraan sosial idealnya didasarkan kepada asas

kesejahteraan sosial itu sendiri sesuai dengan yang dituliskan dalam

undang-undang yaitu kesetiakawanan, keadilan, kemanfaatan, keterpaduan,

kemitraan, keterbukaan, akuntabilitas, partisipasi, profesionalitas dan

berkelanjutan serta sesuai dengan tujuannya yaitu:

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup.

b. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian.

c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan

menangani masalah kesejahteraan sosial.

d. Meningkatkan kemampuan, kepeduliaan dan tanggung jawab sosial

dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara

melembaga dan berkelanjutan.

e. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan

berkelanjutan.

f. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejateraan

sosial. Kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera,

yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup,

29

(50)

khususnya yang bersifat mendasar seperti makan, pakaian, perumahan,

pendidikan dan perawatan kesehatan.30

Sejatinya kesejahteraan sosial juga menunjukan pada segenap aktifitas

pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok

masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung. Penyelenggaraan

berbagai skema perlindungan sosial baik bersifat formal maupun informal

adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial yang diselenggarakan oleh

negara yang umumnya berbentuk bantuan sosial dan asuransi sosial, semisal

tunjangan bagi orang cacat atau miskin, tunjangan pengangguran dan

tunjangan keluarga. Pembangunan kesejahteraan sosial adalah usaha yang

terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial

dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan

mengatasi masalah sosial serta mempererat institusi-institusi sosial, tujuan

pembangunan sosial adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia

secara menyeluruh yang mencakup:

a. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkap pelayanan sosial dan

jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama

kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat

memerlukan perlindungan sosial.

30

Edi Suharto, “Analisis Kebijakan Publik, Panduan Praktis Mengkaji Masalah

(51)

b. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan sistem dan kelembagaan

ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat

kemanusiaan.

c. Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksebilitas dan

pilihan-pilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi kemampuan dan standar

kemanusiaan.31

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa kesejahteraan

sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial

warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,

sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dan untuk mencapai

kesejahteraan sosial dibutuhkan usaha-usaha ekstra yang berasal dari internal

individu-individu tersebut maupun usaha eksternal yang berasal dari bantuan

pihak luar.

Demikianlah penjelasan diatas mengenai wakaf produktif dan lembaga

sosial keagamaan yang meliputi: pengertian, dasar hukum, macam-macam

wakaf, pengelolaan wakaf produktif, pemanfaatan hasil wakaf, pengertian,

dasar hukum, tujuan lembaga sosial keagamaan, dan program kesejahteraan

sosial keagamaan.

31

Edi Suharto, “Analisis Kebijakan Publik, Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan

(52)

37

A. Sejarah dan Perkembangan Lembaga Wakaf Al-Azhar

Titik awal sejarah berdirinya Lembaga Wakaf Al-Azhar dimulai pada

tahun 1961, saat itu Syekh al-Azhar, Prof Dr Mahmoud Syaltout, seorang Syekh

Jami' al-Azhar Kairo, berkunjung ke Indonesia sebagai tamu negara. Beliau juga

menyempatkan ziarah ke Masjid Agung Kebayoran dan melihat langsung

aktivitas dakwah di masjid tersebut. Syekh Mahmoud Syaltout amat terkesan.

Dalam pidatonya, Syekh al-Azhar itu menyampaikan sambutan yang

menjadi babak baru Yayasan Pesantren Islam al-Azhar Jakarta. Beliau berkata

bahwa mulai hari itu, beliau sebagai Syekh Jami' Azhar memberikan nama

al-Azhar bagi masjid tersebut, dan berharap al-al-Azhar di Jakarta menjadi

sebagaimana al-Azhar di Kairo.32

Sekarang, 50 tahun saat bersejarah itu telah berlalu. Sebagaimana doa

Syekh Mahmoud Syaltout, YPI al-Azhar Jakarta telah berperan dalam

pengembangan pendidikan dan dakwah di Indonesia melalui berbagai sekolah

al-Azhar. Kualitas pendidikan di YPI al-Azhar diakui publik sebagai salah satu

32

(53)

yang terbaik. Tapi, untuk menuju cita-cita ideal sebagaimana al-Azhar Kairo,

baru kita mulai.

Dunia Islam mengakui keberhasilan Universitas al-Azhar Kairo, Mesir

dalam menghimpun dan mengelola wakaf sehingga berdaya guna untuk

kemaslahatan umat, terutama di bidang pendidikan. Hingga kini, tak kurang dari

400 ribu mahasiswa Muslim dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai

bidang menerima beasiswa dari salah satu perguruan tinggi Islam tertua di dunia

itu.

Berbekal pengelolaan aset dan dana wakaf, Universitas al-Azhar telah

mampu bertahan selama lebih dari 1.000 tahun. Perguruan tinggi yang didirikan

Dinasti Fatimiah itu juga mampu memberikan insentif kepada 11 ribu dosen serta

mengirim ribuan dai ke berbagai penjuru dunia.33

Keberhasilan al-Azhar Kairo, Mesir mengelola dana wakaf telah

menginspirasi banyak lembaga pendidikan Islam di Indonesia, seperti Universitas

Islam Indonesia (UII), Yogyakarta; Pondok Modern Darussalam Gontor

Ponorogo, Jawa Timur, serta Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim, Malang, Jawa Timur.

Tidak ingin kalah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, YPI al-Azhar

turut berikhtiar membangun peradaban melalui pendidikan dan dakwah dengan

pengelolaan wakaf secara produktif. YPI al-Azhar melahirkan lembaga baru

33

(54)

Wakaf al-Azhar untuk mewujudka pesan Syeikh Jami' al-Azhar agar al-Azhar

Jakarta seperti al-Azhar Kairo. Dengan Wakaf al-Azhar ini, terasa dekat al-Azhar

menuju al-Azhar Mesir.34

Wakaf Al-Azhar adalah Pengelola Wakaf yang dibentuk oleh Yayasan

Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar untuk mengembangkan serta mengelola wakaf

produktif dalam mendukung aktiftas pendidikan dan dakwah.Beraktifitas dengan

mendayagunakan sumber daya dan partisipasi masyarakat, berorientasi pada

produktifitas wakaf untuk mendukung YPI Al-Azhar dalam mewujudkan

pendidikan yang berkualitas serta pengembangan dakwah agar lebih mendunia.

Dengan dukungan semua pihak YPI Al-Azhar berikhtiar mengembangkan

wakaf produktif sebagai wujud pemberdayaan ekonomi ummat untuk masa

depan Pendidikan dan Dakwah.

Adapun dasar aktifitas pengelolaan wakaf yang dilakukan oleh Lembaga

Wakaf Al-Azhar yaitu, berdasarkan surat keputusan Yayasan Pendidikan Islam

Al Azhar nomor 10/VIIKEP/YPIA-P/1431. 2010 yang ditetapkan di Jakarta pada

tanggal 3 Sya’ban 1431 H atau 15 Juli 2010 oleh ketua umum YPI Al Azhar H.

Hariri Hady dan sekertaris umum YPI Al Azhar H. Badruzzaman Busyairi.35 Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa sejarah kehadiran

Lembaga Wakaf Al-Azhar didasari atas rasa tanggung jawab YPI Al Azhar untuk

34

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Rofiq. 35

(55)

ikut berkontribusi dalam upaya mengembangkan dan mengelola wakaf produktif,

yang hasilnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Visi dan Misi Lembaga Wakaf Al-Azhar

1. Visi Lembaga Wakaf Al-Azhar

Menjadi institusi pengelola wakaf yang profesional, transparan dan

dipercaya masyarakat serta mempunyai kemampuan dan integritas untuk

mengembangkan perwakafan nasional.

2. Misi Lembaga Wakaf Al-Azhar

Menjadikan Wakaf Al-Azhar sebagai lembaga profesional yang

mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta wakaf untuk

mendukung kepentingan pendidikan dan dakwah ditingkat nasional serta

internasional.36

Dapat dijelaskan dari penjelasan di atas mengenai visi dan misi yang

menjadi harapan bagi Lembaga Wakaf Al-Azhar yaitu menjadi lembaga

pengelola yang amanah dan profesional, sehingga menjadi lembaga

pengelola wakaf kepercayaan umat. Serta upaya mengembangkan eksistensi

Lembaga Wakaf Al-Azhar sehingga menjadi lembaga wakaf yang sukses

mengembangkan wakaf nasional dan internasional.

36

(56)

C. Struktur Organisasi Pada Lembaga Wakaf Al-Azhar

Struktur adalah cara sesuatu disusun/dibangun.37 Sedangkan organisasi adalah pola tata hubungan yang mantab diantara unsur-unsur organisasi.38 Sedangkan struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi,

dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.39

Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola

tetap hubungan. Hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian ataupun posisi

maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan tugas, wewenang dan

tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi Kerangka kerja

organisasi disebut sebagai desain organisasi (organizational design). Bentuk

spesifik dari kerangka kerja organisasi dinamakan dengan struktur organisasi

(organizational structure).40 Maka untuk menunjang visi, misi, dan tujuannya, Lembaga Wakaf Al-Azhar menetapkan struktur organisasi sebagai berikut41:

1. Dewan pengawas syariah

Ketua : H. Shobahussurur

Anggota : H. Nasroul Hamzah

: H. Amliwazir Saidi

: H. Yusuf Mansur

37

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, Cet. Ke-Empat), h. 1342.

38

Ibid., h. 1342. 39

Stephen P Robbins, Perilaku Organisasi Buku 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 214

40 Nuwrieardkhiyari, “Struktur Organisasi”, artikel diakses pada 23 Agustus 2014 dari http://nuwrileardkhiyari.blogdetik.com/2013/09/28/struktur-organisasi/

41

(57)

: H. Anwar Sani

2. Dewan Pengurus

Ketua : H. Muhammad Suhadi

Sekretaris : H. Syamsir Kamaludin

Bendahara : H. Suhaji Lestiadi

3. Dewan Pelaksana Harian

Direktur Eksekutif : Muhammad Rofiq

Direktur Program : Suryaningsih

Direktur Marketing : Hendra Yulianto

Direktur Keuangan : Abdur Rochman

Ka.Bag. Keuangan : Ninik Sanjaya

Administrasi Keu. : Diah Ayu Anggraini

Penerimaan Keu. : Sri Yulianti

IT : Satrio Arditama

: Doni Maulana

Markom : Adhes Satria Segestian

Marketing : Abdul Rahman

Desain Grafis : Mardhani

Bagian Umum : Ade Sanusi

Customer Service : Dian Ameliawati

Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa Lembaga Wakaf

(58)

ditetapkan oleh lembaga bisa dijalankan dengan maksimal karena wewenang dan

tanggung jawab telah didistribusikan dengan baik.

D. Penghimpunan dan Pengelolaan Lembaga Wakaf Al-Azhar

Adapun cara penghimpunan yang disediakan oleh Lembaga Wakaf

Al-Azhar untuk memberikan kemudahan bersedekah kepada wakif (orang yang

berwakaf), antara lain42: 1. Transfer via rekening

Lembaga Wakaf Al-Azhar menyiapkan rekening berbagai bank untuk

kemudahan donasi para wakif. Donasi dapat di transfer antara lain

Gambar

Tabel 4.9 hasil yang didapatkan dari pemanfaatan wakaf produktif lembaga
Tabel 4.10
Tabel 4.20
Gambar 4.1 Proporsi Pemanfaatan Hasil Wakaf.............................................
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2010 penggunaan sistem pembayaran di Maluku Utara mengalami penurunan sebesar minus 14,45% (yoy) sedangkan pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama tercatat sebesar

Bapak Dr.Yudhi Herliansyah,SE.,Ak.,M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Mercu Buana dan dosen pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan

Tersedianya fasilitas perlengkapan jalan (rata-rata rambu, marka, dan guardrill) pada jalan

Model pengelolaan wakaf jenis inilah yang membuat menarik untuk diteliti, karena secara logika yang dimaksud produktif ialah menghasilkan keuntungan yang besar,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah isolat cendawan endofit yang berhasil diisolasi dari tanaman kakao dari ketiga lokasi

Setelah mengetahui rumusan masalah,maka dapat ditentukan adapun tujuan dari kerja praktik ini, yaitu menghasilkan desain packaging dengan aspek fungsional di Unit

1.. Meme ini ternyata menarik perhatian masyarakat internet. Hal ini terlihat dari aksi imitasi yang memunculkan banyak variasi. Meme Soeharto dalam praktik imitasinya

Istilah-Istilah Warna Berikut merupakan istilah warna yang sangat umum digunakan dalam bidang desain dari buku Draw and Paint Fantasy Art 2010 karya Alan Lathwell yang penulis