Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)
Oleh:
KhusniyMubarok NIM: 1110 0463 00025
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil hiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Oktober 2014
i
Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/ 2014 M.
Isi : xi + 71 halaman + lampiran.
Wakaf Produktif sebagai salah satu instrumen fiskal yang dimiliki oleh umat Islam, memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Potensi ini mendapatkan perhatian pula dari Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar dengan mendirikan Lembaga Wakaf Al-Azhar. Salah satu tugas yang dilakukan oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar adalah mendistribusikan hasil dari wakaf produktif kepada yang berhak mendapatkannya dan juga untuk kemaslahatan umat Islam.
Pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian di Lembaga Wakaf Al-Azhar, yang berlokasi di kompleks Masjid Agung Al-Azhar Jl. Sisingamangaraja Blok M, Jakarta Selatan. Data yang penulis gunakan yaitu data primer dan sekunder. Data primer di peroleh dari hasil wawancara dan penyebaran Kuisioner kepada nazhir Lembaga Wakaf Al-Azhar sedangkan data sekunder di peroleh dari majalah dan internet. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan metode regresi linier sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan pertama, mekanisme pemanfaatan hasil wakaf di Lembaga Wakaf Al-Azhar dibagi atas tiga alokasi utama yaitu dua puluh persen (20%) hasil wakaf digunakan untuk membiayai operasional nazhir wakaf Lembaga Wakaf Al-Azhar, tiga puluh persen (30%) digunakan untuk biaya maintenance/ perawatan asset wakaf produktif dan yang terakhir lima puluh persen (50%) diperuntukan bagi mauqufalaih/ penerima manfaat hasil wakaf yang direalisasikan melalui program beasiswa sawangan residence ideal. Kedua, pemanfaatan hasil wakaf produktif memiliki pengaruh terhadap keberhasilan program sosial keagamaan yang ada di Lembaga Wakaf Al-Azhar. Faktanya, dari hasil perhitungan menggunakan SPSS didapatkan R Square sebesar 0,727 yang artinya 72,7% variasi kenaikan atau keberhasilan program sosial keagamaan dijelaskan oleh variabel pemanfaatan hasil wakaf produktif.
Kata kunci : Pemanfaatan Hasil Wakaf Terhadap Keberhasilan Program
ii
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
atas ridho dan rahmat-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsiini dalam rangka
memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah pada Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Shalawat
serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi Muhammad SAW,
beserta segenap keluarga, sahabat, dan juga umatnya. Yang Insya Allah kita termasuk
di dalamnya. Didorong oleh semua itu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
berjudul “ Pemanfaatan Hasil Wakaf Produktif Melalui Program Sosial Keagamaan Pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.”
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa
dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. J.M. Muslimin, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H. Sebagai Kepala Program Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Hendra Kholid, MA. Selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, pikiran, perhatiannya kepada penulis dalam memberikan
iii
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Segenap Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen, Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan
ilmu yang tidak ternilai, yang tidak pernah lelah membimbing saya sehingga
saya dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Staff Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum serta Perpustakaan Utama
yang telah membantu dalam penulisan Skripsi ini.
7. Kepada pihak Lembaga Wakaf Al-Azhar yang bersedia memberikan waktu,
data, dan informasi semoga kedepan menjadi lembaga wakaf yang
berkembang pesat, amin.
8. Bapak Ustadz Muhammad Rofiq, selaku Direktur Eksekutif, dan Ustadz
Abdul Rahman, selaku Marketing di Lembaga Wakaf Al-Azhar yang telah
meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
9. Almarhum Ayahanda H. Muslim dan Ibunda Tercinta Hj. Fathiyah yang tak
pernah lelah setiap harinya selalu memberikan semangat, motivasi dan
do’anya. Serta kakak-kakakku Widiastuti, Arif Rahman, Mf Amin Fauzi,
Hasan Alwi, Muhammad Lutfi, Sholachuddin Dan Aminah Tuzahra yang
selalu menyemangati, mengubah kelelahan menjadi keceriaan serta
iv
11.Keluarga Besar Manajemen Zakat dan Wakaf (ZISWAF), Sahabat
seperjuangan yang sampai saat ini memberikan motivasi Heru wicaksono,
Tasya Geby Amdini, Hani Tahliani, Siti Aisyah, Rizki Fauziah, Muhammad
Heri, Luthfi Hidayat, Ahmad Haidir, Ahmad Ara Parhadi, Ahmad Firdaus,
Dedaat Sadaam, Taher dll). Terimakasih untuk kalian yang tak pernah letih
untuk memberikan motivasi, dorongan dan do’anya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
12.Seluruh rekan-rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat menjalani
perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Akhir kata hanya kepada Allah jualah penulis memanjatkan doa,
semoga Allah memberikan balasan berupa amal yang berlipat kepada mereka,
atas dorongan, dukungan, dan kontribusi mereka, saya hanyalah hamba yang
dhaif. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi
orang banyak. Amin.
Jakarta, 6 Oktober2014
v
LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
E. Studi Review Terdahulu ... 8
F. Kerangka Teori Dan Konseptual ... 10
G. Metode Penelitian ... 12
H. Teknik Penulisan ... 15
I. Sistematika Penulisan ... 16
vi
4. Pengelolaan Wakaf Produktif ... 24
5. Pemanfaatan Hasil Wakaf Produktif ... 25
B. Lembaga Sosial Keagamaan... 27
1. Pengertian Lembaga Sosial Keagamaan ... 27
2. Dasar Hukum Lembaga Sosial Keagamaan... 27
3. Tujuan Lembaga Sosial Keagamaan ... 28
4. Program Kesejahteraan Sosial Kegamaan ... 30
BAB III PENGHIMPUNAN DAN PENGELOLAAN WAKAF PADA LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR A. Sejarah dan Perkembangan Lembaga Wakaf Al-Azhar ... 35
B. Visi dan Misi Lembaga Wakaf Al-Azhar ... 38
C. Struktur Organisasi Pada Lembaga Wakaf Al-Azhar ... 38
D. Penghimpunan dan Pengelolaan Lembaga Wakaf Al-Azhar ... 41
BAB IV PEMANFAATAN HASIL WAKAF PRODUKTIF DI LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR A. Mekanisme Pemanfaatan Wakaf Produktif Melalui Program Sosial Keagamaan ... 47
vii
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
viii
Tabel 4.2 Rencana pemanfaatan hasil wakaf produktif telah di setujui oleh
dewan yangberwenang saat penyusunan rencana anggaran
tahunan lembaga ... 53
Tabel 4.3 sejauh ini selama saya berada di lembaga wakaf al-azhar,
implementasi selalu sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan
oleh lembaga ... 53
Tabel 4.4 Saya selalu berpedoman pada rencana kerja tahunan saat akan
mengeksekusi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya ... 54
Tabel 4.5 konsep kegiatan pemanfaatan hasil wakaf produktif dipahami oleh
setiap nazhir lembaga wakaf al-azhar... 54
Tabel 4.6 semua nazhir lembaga wakaf al-azhar melakukan pekerjaan nya
dengan baik sesuai dengan tanggung jawabnya ... 55
Tabel 4.7 YPI al-azhar selalu mendukung dan berkontribusi dalam program
kerja yang ditetapkan oleh lembaga wakaf al-azhar ... 55
Tabel 4.8 kegiatan usaha dalam pemanfaatan hasil wakaf produktif al-azhar
[image:12.595.103.527.157.679.2]dilakukan dengan baik ... 56
Tabel 4.9 hasil yang didapatkan dari pemanfaatan wakaf produktif lembaga
ix
Table 4.11 Terdapat pengaruh yang signifikan dari pemanfaatan hasil wakaf
produktif terhadap keberhasilan program sosial keagamaan ... 58
Tabel 4.12 Setiap tahun terjadi peningkatan jumlah masyarakat yang
diberdayakan melalui program lembaga wakaf al-azhar ... 59
Tabel 4.13 terjadi meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat
yang menjadi objek lembaga wakaf al-azhar ... 59
Tabel 4.14 terjadi peningkatan asset pada program-program yang dijalankan
oleh lembaga wakaf al azhar setiap pada tahunnya ... 60
Table 4.15 sejauh ini kelancaran cash flow lembaga wakaf al-azhar masih
dapat tertangani dengan baik dalam pembiayaan program-program
lembaga... 60
Tabel 4.16 seiring berjalannya program, banyak apresiasi yang diberikan pihak
luar terhadap lembaga wakaf al azhar terkait program-program
yang dijalankan ... 61
Table 4.17 Dalam perjalanan pengelolaan program, terdapat adanya
keterlibatan berbagai pihak yang relevan dalam pelaksanaan
program... 61
Tabel 4.18 lembaga wakaf al azhar senantiasa memberikan inovasi dan
[image:13.595.102.521.119.696.2]x
Tabel 4.20 terdapat peningkatan jumlah asset wakaf setiap tahunnya yang
berasal dari keuntungan wakaf produktif ... 63
Table 4.21 Terjadi peningkatan jumlah wakif secara kuantitas dan kualitas yang berwakaf di lembaga wakaf al-azhar setiap tahunnya ... 63
Table 4.22 Program sosial keagamaan yang dijalankan oleh ypi al azhar dirasa cukup baik dan mampu mewakili citra lembaga wakaf al-azhar di mata masyarakat luas ... 64
Table 4.23 model summary ... 64
Table 4.24 pedoman interpretasi koefisien korelasi ... 65
1
A. Latar Belakang Masalah
Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan
kesejahteraan ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan lembaga wakaf menjadi
sangat strategis. Di samping sebagai salah satu aspek ajaran islam yang
berdimensi spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan pentingnya
kesejahteraan ekonomi (dimensi sosial). Karena itu, pendefinisian ulang terhadap
wakaf agar memiliki makna yang lebih relevan dengan kondisi riil persoalan
kesejahteraan menjadi sangat penting.
Krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia secara faktual telah
meningkatkan jumlah penduduk miskin. Jumlah mereka dari waktu ke waktu
semakin bertambah beriringan dengan terpuruknya kondisi ekonomi nasional
yang masih terjadi sampai saat ini.
Salah satu alternatif yang masih memiliki harapan untuk mengatasi
masalah ini adalah adanya partisipasi aktif dari masyarakat, khususnya
masyarakat kaya yang memiliki kemampuan untuk membantu meringankan
koordinasikan serta dikelola secara baik, maka hal ini dapat memberikan
alternatif kontribusi penyelesaian positif atas masalah kemiskinan tersebut.1 Sebagai salah satu potensi yang mempunyai pranata keagaman yang
bersifat ekonomis, wakaf harusnya dikelola dan dikembangkan menjadi suatu
instrumen yang mampu memberikan jawaban riil di tengah problematika
kehidupan masyarakat. Namun, dalam kenyataannya wakaf kurang dikenal dan
kurang mendapat perhatian yang serius dari sebagian besar kalangan, baik
pemerintah, masyarakat, ulama, dan lembaga-lembaga non pemerintah dalam hal
ini yaitu lembaga swadaya masyarakat.2
Dalam sejarahnya di Indonesia institusi wakaf telah dapat menunjang
perkembangan pendidikan Islam, lembaga keagamaan atau lembaga sosial
lainnya. Namun di sisi lain wakaf merupakan suatu masalah sosial yang menjadi
bagian dari kehidupan umat Islam yang pada realitanya tidak pernah lepas dari
berbagai masalah yang muncul sebagai suatu konsekuensi dinamika zaman.
Kondisi dimana terdapat lembaga wakaf yang bermula dari lembaga hukum
Islam selanjutnya menjadi pranata Hukum Adat dan selanjutnya menjadi
1
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006), h. 86.
2
peraturan hukum positif Indonesia berupa Peraturan Pemerintah No. 28 tahun
1977 tentang perwakafan tanah milik.3
Sepanjang sejarah Islam, wakaf memiliki peran yang sangat penting dalam
mengembangkan kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan masyarakat
Islam. Selain itu, keberadaan wakaf juga telah banyak memfasilitasi para sarjana
dan mahasiswa dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai untuk
melakukan riset dan pendidikan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan
dana pada pemerintah. Kenyataan menunjukan, institusi wakaf telah menjalankan
sebagian dari tugas-tugas pemerintah. Berbagai bukti mudah kita temukan bahwa
sumber-sumber wakaf tidak saja digunakan untuk membangun perpustakaan,
ruang-ruang belajar, tetapi juga untuk membangun perumahan siswa (boarding),
riset, jasa-jasa photo copy, pusat seni, usaha-usaha produktif dan lain-lain.4
Sebagai suatu lembaga yang telah diatur oleh Islam, wakaf telah dikenal
dan dilaksanakan oleh umat islam sejak agama Islam masuk di Indonesia.
Menurut Departemen Agama terakhir pada tahun 2012 terdapat kekayaan tanah
wakaf di Indonesia sebanyak 420.003 lokasi dengan luas 3.492.045.754 M2. Dari
3
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006), h.14.
4
total jumlah tersebut 75% diantaranya sudah bersertifikat wakaf dan sekitar 10%
memiliki potensi ekonomi tinggi, dan masih banyak lagi yang belum terdata.5 Hal lain yang cukup penting untuk diperhatikan adalah bahwa pengelolaan
wakaf secara profesional dan bertanggung jawab oleh pengelola (nadzir) baik
yang berbentuk perseorangan maupun badan hukum akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat dan juga akan kesadaran masyarakat untuk berwakaf.6 Kehadiran nadzir sebagai pihak yang diberikan kepercayaan dalam
pengelolaan harta wakaf sangatlah penting. Walaupun para mujtahid tidak
menjadikan nadzir sebagai salah satu rukun wakaf, namun para ulama sepakat
bahwa wakif harus menunjuk nadzir wakaf, baik yang bersifat perseorangan
maupun kelembagaan (badan hukum). Pengangkatan nadzir wakaf ini bertujuan
agar harta wakaf tetap terjaga dan terurus, sehingga harta wakaf itu tidak sia-sia.7 Oleh sebab itu wakaf salah satu bagian yang sangat penting dari hukum
Islam. Ia mempunyai jalinan hubungan antara kehidupan spiritual dengan bidang
sosial ekonomi masyarakat muslim. Wakaf selain dimensi ubudiyah ilahiyah. Ia
juga berfungsi sosial kemasyarakatan, ibadah wakaf merupakan manifestasi dari
rasa keimanan seseorang yang mantap dan rasa sosialitas yang tinggi terhadap
5
Bimbingan masyarakat Islam, “Luas Tanah Wakaf di Indonesia”, artikel diakses pada 28 september 2013 dari http://bimasislam.kemenag.go.id/informasi/berita/35-berita/660-luas-tanah-wakaf-di-indonesia-3492045373754-m2.html.
6
Dadan Muttaqien dkk., Peradilan Agama dan Kompilasi Hukum Indonesia,
(Yogyakarta:UII Press, 1999), h. 298.
7
sesama umat manusia. Wakaf sebagai perekat hubungan, “hablum minallah, wa
hablum minanas”. Hubungan vertikal kepada Allah dan hubugan horisontal
kepada sesama manusia.8
Upaya untuk mengembangkan cita-cita dari tujuan perwakafan tersebut,
salah satu dari sekian banyak lembaga atau yayasan di Indonesia adalah Yayasan
Pesantren Islam al- Azhar dengan total aset wakaf selama 3 tahun ini sebesar 37
milyar rupiah, yang mencoba mengelola dan mengembangkan wakaf sebagai
wahana pengembangan umat, baik dengan cara pengembangan tempat-tempat
peribadatan ataupun pengembangan pendidikan keagamaan dan pengembangan
berbagai usaha ekonomi.
Dari sebagian besar program Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar adalah
bersifat sosial dengan maksud untuk membantu masyarakat yang memerlukan
bantuan baik itu di bidang pendidikan, dakwah maupun kesehatan. Selain itu,
Al-Azhar juga meringankan masyarakat mampu dengan cara menyalurkan hartanya
kepada program-program keagamaan yang di kelola oleh Yayasan Pesantren
Islam Al-azhar.
Berdasarkan pemaparan di atas, penyusun tertarik meneliti lebih jauh
dalam skripsi ini mengenai : “PEMANFAATAN HASIL WAKAF
PRODUKTIF MELALUI PROGRAM SOSIAL KEAGAMAAN PADA LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR”.
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan mengenai
pemanfaatan hasil wakaf produktif melalui program sosial keagamaan pada
Lembaga Wakaf Al-Azhar sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf
Al-Azhar?
2. Bagaimanakah dampak pemanfaatan hasil wakaf terhadap kesejahteraan
bagi penerima manfaat hasil wakaf produktif di Lembaga Wakaf
Al-Azhar?
3. Apakah nazhir memiliki kemampuan dalam pengelolaan wakaf produktif?
4. Bagaimanakah cara lembaga wakaf Al Azhar mengevaluasi hasil wakaf
produktif?
5. Bagaimanakah peran serta masyarakat dalam mensukseskan program
wakaf Al Azhar?
6. Bagaimanakah model pemberdayaan wakaf yang dilakukan oleh lembaga
wakaf Al Azhar?
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penyusun paparkan di atas agar
lebih fokus dan tidak terjadi pelebaran dalam pembahasannya, maka penyusun
program sosial keagamaan pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.Diantaranya program
dakwah dan beasiswa.
Adapun pokok masalah yang dapat diidentifikasikan agar mempermudah
dalam menyusun skripsi ini adalah :
1. Bagaimana mekanisme pemanfataan hasil wakaf produktif melalui
program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar?
2. Bagaimana pengaruh pemanfaatan hasil wakaf terhadap keberhasilan
program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar?
D. Tujuan dan Manfaat penelitian
Setelah memperhatikan judul serta latar belakang masalah diatas, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui mekanisme pemanfataan hasil wakaf produktif melalui
program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar.
2. Mengetahui dampak pemanfaatan hasil wakaf terhadap keberhasilan
program sosial keagamaan di Lembaga Wakaf Al-Azhar.
Adapun tujuan akhir dan manfaat dari penelitian ini diharapkan akan
berguna :
1. Bagi Akademisi, sebagai asset pustaka yang diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh seluruh kalangan akademisi, baik itu dosen maupun
mahasiswa, dalam upaya memberikan pengetahuan, informasi, dan sebagai
2. Bagi Praktisi, Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar para
Nazhir di Lembaga Wakaf Al-Azhar Jakarta jangan pernah henti untuk
mengembangakan ide-ide yang cemerlang agar tanah wakaf di Yayasan
al-Azhar Jakarta tersebut selalu Produktif.
3. Bagi Masyarakat, Menambah wawasan masyarakat mengenai wakaf yang
berkembang.
E. Studi Riview Terdahulu
Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut dan menyusunnya
menjadi sebuah karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis terapkan adalah
mengkaji terdahulu skripsi-skripsi yang mempunyai judul hampir sama dengan
yang akan penulis lakukan. Maksud dari pengkajian ini adalah agar dapat
diketahui bahwa apa yang penulis teliti berbeda dengan penelitian skripsi
sebelumnya.
No
Nama penulis / Judul skripsi, jurnal / Tahun
Subtansi
Perbedaan dengan Penulis
1. Nurul Aini,”
pengelolaan dana
dan hasil wakaf
tunai tabung wakaf
Dalam skripsi ini
bertujuan untuk
mengetahui hasil
pengelolaan wakaf
Dalam penelitian ini
membahas tentang
hasil wakaf produktif
Al-indonesia (TWI)
untuk
pengembangan
layanan kesehatan
cuma-cuma (LKC).”
Skripsi S1
Perbankan Syariah
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta, Tahun 2011
tunai di tabung
wakaf indonesia
(TWI)
Azhar terhadap
penerima manfaat yang
didalam nya membahas
tentang dampak hasil
wakaf produktif di
Lembaga Wakaf
Al-Azhar. Sehingga
pendekatan yang
digunakan adalah
pendekatan kualitatif.
2. Achmad
Kurniawan,”
efektivitas
pengelolaan wakaf
uang dalam
pengembangan dan
pembinaan anak
yatim pada yayasan
rumah yatim
arrohman
indonesia.” Skripsi
Dalam skripsi ini
bertujuan untuk
mengetahui
pengelolaan dana
wakaf uang di
yayasan rumah
yatim arrohman
indonesia.
Dalam penelitian ini
membahas tentang
hasil wakaf produktif
Lembaga Wakaf
Al-Azhar terhadap
penerima manfaat yang
didalam nya membahas
tentang dampak hasil
wakaf produktif di
Lembaga Wakaf
S1 Ziswaf Jurusan
Muammalah
Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta, Tahun 2008
pendekatan yang
digunakan adalah
pendekatan kualitatif.
3. Marisa Rosiana ,”
Pengelolaan dan
Pengembangan
Harta Wakaf Pada
Pondok Pesantren
Darunnajah II di
Wilayah Bogor.”
Skripsi S1 Ziswaf
Jurusan Muammalah
Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta, Tahun 2013
Dalam skripsi ini
bertujuan untuk
mengetahui
pengelolaan,
pengembangan
wakaf dan
dampaknya terhadap
ekonomi di Pondok
Pesantren
Darunnajah II
Dalam penelitian ini
membahas tentang
hasil wakaf produktif
Lembaga Wakaf
Al-Azhar terhadap
penerima manfaat yang
didalam nya membahas
tentang dampak hasil
wakaf produktif di
Lembaga Wakaf
Al-Azhar. Sehingga
pendekatan yang
digunakan adalah
F. Kerangka Konseptual
Pemanfaatan ialah pemakaian, pendayagunaan, penggunaan; eksploitasi.9 Penulis disini mengartikan bahwa, yang dimaksudkan pemanfaatan disini adalah
proses pendayagunaan atau perbuatan memanfaatkan suatu sumber yang dikelola
untuk diberikan hasilnya kepada masyarakat yang berhak.
Hasil ialah buatan, produk; rakitan.10 Penulis disini mengartikannya yaitu sesuatu produk yang diadakan oleh usaha pemanfaatan wakaf produktif yang
dikelola dengan tujuan manfaatnya dapat dirasakan bagi yang membutuhkan.
Dalam peristilahan syara’ secara umum, wakaf adalah sejenis pemberian
yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan kepemilikan asal
(tahbisul ashli), lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Yang dimaksud
tahbisul ashli ialah menahan barang yang diwakafkan agar tidak diwariskan ,
dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan dan sejenisnya. Sedangkan cara
pemanfaatan nya adalah menggunakan sesuai dengan kehendak pemberi wakaf
(wakif) tanpa imbalan.
Wakaf produktif juga dapat didefenisikan yaitu harta yang digunakan untuk
kepentingan produksi baik dibidang pertanian, Perindustrian, perdagangan dan
jasa yang menfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari
9
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia,(Gramedia Pustaka Utama, jakarta, 2006), h. 403.
10
keuntungan bersih dari hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada
orang-orang yang berhak sesuai dangan tujuan wakaf. 11
Sosial ialah kemasyarakatan, baik, bersahabat; dermawan.12Maka penulis mengartikan sosial keagamaan yaitu suatu sifat dermawan atau memberi kepada
orang yang bersifat religi/keimanan tanpa mengharapakan imbalan atau timbal
balik.
Lembaga Wakaf Al-Azhar adalah Pengelola Wakaf yang dibentuk oleh
Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar untuk mengembangkan serta
mengelola wakaf produktif dalam mendukung aktiftas pendidikan dan dakwah.
Jadi, Pemanfaatan hasil wakaf produktif melalui program sosial keagamaan
pada Lembaga Wakaf Al-Azhar yaitu tentang suatu usaha pendayagunaan
program sosial keagamaan, yang dilakukan oleh lembaga Yayasan Pesantren
Islam Azhar untuk menyalurkan manfaat dari hasil pengembangan Wakaf
Al-azhar.
G. Metode penelitian
Metode penelitian pada dasarnya suatu cara atau teknis yang diharapkan
mampu menemukan, merumuskan, dan menganalisis, atau pun memecahkan
masalah-masalah dalam penelitian agar data-data yang diperoleh lengkap,
11
Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Khalifa, 2007), h.5.
12
relevan, akurat dan nyata. Maka diperlukan metode yang tepat yang dapat
diandalkan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
a. Pendekatan
Pendekatan ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif
dan kuantitatif, dimana pendekatan kuantitatif yakni sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari para tokoh dan perilaku yang diamati.13 Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif studi
kasus yaitu melakukan penelitian yang terinci tentang seseorang atau
sesuatu unit selama kurun waktu tertentu.14
Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui
ukuran pasti dari dampak yang ditimbulkan oleh variabel X terhadap
variabel Y. Alat ukur yang di gunakan pada pendekatan kuantitatif ini
adalah metode regresi, yakni metode yang mengukur seberapa besar
pengaruh variabel bebas terhadap variabel tetap.
13
Lexy J Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Karya, 1994), h.3.
14
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan
atau dengan kata lain adalah (field research)untuk mengetahui secara
langsung responden atau tanggapan dari responden. Karena melakukan
penelitian langsung guna mendapatkan data yang jelas atau kesesuaian
antara teori dan praktek perwakafan dan peranan Nadzir di Lembaga
Wakaf Al-Azhar dalam masalah pengelolaan dan pengembangan tanah
wakaf di wilayah tersebut.
2. Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber
data yaitu:
a. Data Primer
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak
melalui media prantara). Data pokok yang tertulis atau tercatat
yang digunakan sebagai bukti atau keterangan yang sah. Data primer
yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ialah: pertama,
ayat-ayat Al-Qur'an yang berhubungan dengan pembahasan judul skripsi.
Kedua, hadits yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis
teliti. Ketiga,tentang pengelolaan dan pengembangan harta benda
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh
penelitian secara tidak langsung melalui media, data sekunder yang
berasal dari penelitian kepustakaan yang dapat memberikan landasan
teori yang diperoleh dari buku-buku penunjang, jurnal-jurnal ilmiah,
internet, serta sumber lainnya yang diperoleh dari laporan-laporan atas
data-data yang diberikan oleh Lembaga Wakaf Al-Azhar.
3. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini :
a. Observasi
Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan
mata tanpa pertolongan dan bantuan alat standar lain untuk keperluan
itu. Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan secara langsung
kelokasi penelitian yaitu untuk mengetahui pengelolaan dan
pengembangan harta benda wakaf.
b. Wawancara (Interview)
Yaitu data diperoleh dengan cara mencari keterangan
tentang pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan harta benda
wakaf. Penyusun mengajukan pertanyaan secara lisan dan bertatap
c. Dokumentasi
Pengumpulan data-data yang diperlukan dengan cara
memperoleh data dokumentasi tentang Lembaga Wakaf Al-Azhar dari
lokasi penelitian serta mencari bahan pustaka/buku rujukan yang
berkaitan dengan judul skripsi yang sedang di buat ini.
d. Kuisioner
Merupakan salah satu teknik pengambilan data dan informasi
dengan cara memberikan angket berisi sejumlah pertanyaan kepada
responden, guna memperoleh informasi mengenai pengaruh
pemanfaatan hasil wakaf terhadap kesejahteraan masyarakat penerima
manfaat wakaf produktif di Lembaga Wakaf Al-Azhar. Agar data
kuesioner yang penulis buat dapat dianalisa secara kuantitatif maka
kuesioner diberikan nilai (scoring) dengan skala likert.
H. Teknik Penulisan
Teknik penulisan serta penyusunan skripsi ini, semua berpedoman pada
buku Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2012 yang diterbitkan oleh Fakultas
I. Sistematika Penulisan
Di dalam pembuatan penelitian penulis akan memeberikan gambar mengenai hal apa saja yang akan ddilakukan, maka secara garis besar gambaran tersebut dapat dilihat dalam sistematika skripsi dibawah ini :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, pembatasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, yaitu yang terdiri dari metode pendekatan, jenis penelitian, jenis data, yang meliputi data primer dan sekunder, kemudian ada prosedur pengumpulan data, yang terdiri dari riset kepustakaan dan riset lapangan. Teknis analisis data, pedoman penulisan laporan, dan sistematika penulisan.
BAB II : WAKAF PRODUKTIF DAN LEMBAGA SOSIAL KEAGAMAAN
Pada bab ini menguraikan tentang pengertian wakaf, dasar hukum, macam-macam wakaf, syarat, rukun dan unsur wakaf. Selain itu, pada bab ini juga menerangkan tentang lembaga sosial keagamaan.
BAB III : LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR
Pada bab ini membahas mengenai sejarah dan perkembangan , visi dan misi, dasar hukum, struktur organisasi, serta penghimpunan dan pengelolaan nya.
BAB IV : PEMANFAATAN HASIL WAKAF PRODUKTIF DI LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR
BAB V :PENUTUP
Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan, saran-saran dan
19
A. WAKAF PRODUKTIF 1. Pengertian Wakaf
Dalam buku-buku fiqh, para ulama berbeda pendapat dalam memberi
pengertian wakaf. Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai berikut :
a. Imam Abu Hanifah mengartikan wakaf sebagai menahan suatu benda
yang menurut hukum tetap milik si waqif dalam rangka
mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan. Definisi wakaf tersebut
menjelaskan bahwa kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau
terhenti di tangan waqif itu sendiri. Dengan kata lain, waqif masih
menjadi pemilik harta yang diwakafkannya, bahkan diperbolehkan
menarik kembali dan menjualnya. Si waqif apabila meninggal maka
harta wakaf menjadi harta warisan bagi ahli warisnya, jadi yang timbul
dari wakaf tersebut hanyalah “menyumbangkan manfaat”.
b. Madzhab Maliki berpendapat, wakaf itu tidak melepaskan harta yang
diwakafkan dari kepemilikan waqif, akan tetapi wakaf tersebut
mencegah waqif melakukan tindakan yang dapat melepaskan
kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan waqif
berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik
menggunakan harta wakafnya selama masa tertentu sesuai dengan
keinginan waqif ketika mengucapkan akad (sighat). Jadi pada dasarnya
perwakafan ini berlaku untuk suatu masa tertentu, dan karenanya tidak
boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya).
c. Syafi’iyah dan Ahmad bin Hambal berpendapat bahwa wakaf adalah
melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan waqif, setelah
sempurna prosedur perwakafan. Maka dalam hal ini wakaf secara
otomatis memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh waqif untuk
diserahkan kepada nadzir yang dibolehkan oleh syariah, dimana
selanjutnya harta wakaf itu menjadi milik Allah.15
Sedangkan wakaf produktif adalah harta benda atau pokok tetap yang
diwakafkan untuk dipergunakan dalam kegiatan produksi dan hasilnya di
salurkan sesuai dengan tujuan wakaf. seperti wakaf tanah untuk digunakan
bercocok tanam, Mata air untuk dijual airnya dan lain – lain.
Dari beberapa pengertian wakaf diatas dapat disimpulkan bahwa harta
wakaf yang diwakafkan haruslah: Pertama, benda yang kekal zatnya (tahan
lama wujudnya), tidak cepat musnah setelah dimanfaatkan. Kedua,lepas dari
kekuasaan orang-orang yang berwakaf. Ketiga,tidak dapat dialihkan kepada
pihak lain, baik dengan jalan jual-beli, dihibahkan ataupun diwariskan.
Keempat, untuk keperluan amal kebajikan sesuai dengan ajaran islam.
15
Mulyani, ”Pengelolaan Wakaf Produktif di Yayasan Perguruan Tinggi Nahdatul Ulama Surakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Islam Negri Salatiga, 2012) h.
2. Dasar Hukum Wakaf
Adapun ayat Al Quran dan Hadits yang biasa menjadi rujukan dalam
mengerjakan wakaf adalah sebagai berikut:
a. Al Quran
Pelaksanaan wakaf tersebut didasarkan atas: Firman Allah SWT
dalam Surah Ali Imran (3): 92 :
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kita untuk selalu berbuat
baik, salah satu perbuatan baik yang dimaksud adalah menafkahkan
harta benda yang terbaik yang kita punya. Perbuatan menafkahkan
harta benda terbaik yang kita punya bahkan merupakan sebuah anjuran
yang bertujuan untuk menyempurnakan amalan kita. Setiap perbuatan
baik yang kita lakukan sejatinya akan mendapatkan balasan dari Allah.
Orang selalu menyebut hobby, yaitu kata asing tentang kesukaan
seseorang. Apa hobby si anu dan apa pula hobby si fulan. Kata hobby
Maka apabila cinta seseorang telah terpusat kepada allah, tidaklah akan
ada hobbynya yang lain lagi, sehingga belumlah dia merasa puas
berbuat baik kalau belum diberikannya barang yang paling dicintainya.
Kita semuanya mengaku, bahwa ini memang berat. Tetapi akan
berbahagialah kita apabila kita terlepas dari latihan menghadapinya
yang berat itu.16
Selain surat Ali Imran yang telah dijelaskan diatas terdapat surat
Al-Qur’an lain yang menganjurkan untuk berwakaf. Terdapat dalam
firman-Nya dalam surat Al- Baqarah (2) : 261 yang berbunyi:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
Buya Hamka, pada kitab Tafsir Al-Azhar berpendapat
“Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan harta benda mereka
pada jalan allah adalah laksana satu biji menumbuhkan tujuh arai.”
(pangkal ayat 261). Ingatlah arai pinang atau arai kelapa. Dan kalau
16
pada padi disebut tangkai. “Pada tiap-tiap satu aria ada seratus biji.”
Dengan demikian diberikanlah targhib bahwasannya satu kebajikan
ditanamkan akan bergandalah hasilnya sampai tujuh kali seratus.
Dengan demikian dijelaskanlah bahwasannya pengurbanan harta
menegakkan jalan allah bukanlah merugikan, tetapi memberikan
untung. Dimisalkan sebagai seorang hartawan-dermawan mendirikan
sebuah Sekolah Dasar dalam sebuah desa atau kampung yang miskin,
sehingga anak-anak tak usah belajar ke tempat jauh, dapat belajar
dikampung mereka sendiri. Beratus anak dikirimkan orang menjadi
murid tiap-tiap tahun dan beratus pula yang melanjutkan sekolahnya
kepada yang lebih atas, dan beratus pula yang telah berkecimpung
dalam masyarakat. Kadang-kadang orang yang mendirikan bermula itu
telah lama meninggal, tetapi bekas tangan nya sebuah rumah sekolah
sebagai biji yang pertama, telah menghasilkan buah berpuluh ataupun
beratus, bahkan beribu dari tahun ke tahun. Kalau tuhan mengatakan
bahwa hasil itu ialah tujuh ratus, bukanlah mesti persis tujuh ratus,
melainkan beribu-ribu.17
b. Al Hadits
Selain dari ayat-ayat yang mendorong manusia berbuat baik
untuk kebaikan orang lain dengan membelanjakan (Menyedekahkan)
17
hartanya tersebut diatas, menurut Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh
Muslim berasal dari Abu Hurairah :
مْلعْوأ يراج ق ص ثاث ْ م َّإ هل ع عطقْا اسْإْا ام ا إ
هل ْوعْ ي حل اص لو ْوأ هب عفْي
"Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah saw bersabda: Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah pahala semua amalnya, kecuali tiga macam amal yaitu: sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang selalu mendo'akan orang tuanya"
Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa ada
beberapa firman Allah dan Hadits yang sangat menganjurkan betapa
pentingnya berwakaf. Karena dengan berwakaf banyak keuntungan
yang bisa kita dapat. Allah SWT. menjanjikan pahala yang tidak
terputus dan keberkahan harta kita didunia.
3. Macam-macam Wakaf
Di kalangan muslimin, wakaf yang terkenal ada dua macam, yaitu:
a. Wakaf ahli atau wakaf keluarga, ialah wakaf yang diperuntukkan
khusus kepada orang-orang tertentu, seorang atau lebih, keluarga wakif
atau bukan. Karena wakaf ini adalah wakaf yang diperuntukkan bagi
orang-orang khusus atau orang-orang tertentu, maka wakaf ini disebut
pula dengan wakaf khusus.19
18
Muhammad Nasiruddin Albani, Mukhtashar Shahih Muslim, (Maktabah Al
Ma’arif, Riyadh, Saudi Arabia .1997) h. 702 19
b. Wakaf khairi ialah wakaf yang sejak semula manfaatnya
diperuntukkan untuk kepentingan umum tidak dikhususkan untuk
orang-orang tertentu, seperti mewakafkan tanah untuk mendirikan
masjid, mewakafkan sebidang kebun yang hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk membina suatu pengajian dan sebagainya.20
Dalam definisi diatas, wakaf ada dua macam yaitu wakaf ahli dan
wakaf khairi yaitu wakaf ahli atau wakaf khusus yang dimaksudkan adalah
wakaf yang diperuntukan untuk orang-orang tertentu sedangkan wakaf khairi
adalah wakaf umum tidak diperuntukan untuk kepada satu orang saja tetapi
untuk umum atau untuk semua orang.
4. Pengelolaan Wakaf
Untuk mengelola harta wakaf maka dibutuhkan pengelola atau dalam
fiqh disebut dengan nadzir. Nadzir berasal dari kata kerja bahasa Arab
nadzara-yandzuru nadzaran yang mempunyai arti, menjaga, memelihara,
mengelola dan mengawasi. Adapun nadzir adalah dapat diartikan dalam
bahasa Indonesia dengan pengawas (penjaga). Sedangkan nadzir wakaf atau
biasa disebut nadzir adalah orang yang diberi tugas untuk mengelola wakaf.
Nadzir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang amanat
untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan
20
tujuan wakaf tersebut.21 Sedangkan menurut undang-undang nomor 41 tahun 2004 pasal 1 ayat (4) tentang wakaf menjelaskan bahwa Nadzir adalah pihak
yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan
dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
Wakaf yang dikelola dengan sistem dan manajemen yang amanah,
profesional dan integrated dengan bimbingan dan pengawasan dari
pemerintah dan masyarakat akan menjadi pemacu gerak perekonomian
msyarakat dan menyehatkan tatanan sosial sehingga makin mengurangi
kesenjangan antara kelompok masyarakat yang mampu dan kelompok
masyarakat yang kurang mampu.22
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengelola wakaf
disebut juga dengan Nazhir. Nazhir wakaf dapat berupa perorangan maupun
lembaga. Pengelolaan wakaf oleh nazhir haruslah sesuai dengan peruntukan
wakaf tersebut dan berpedoman dengan regulasi yang berlaku di Indonesia,
yaitu UU. No. 41 tahun 2004.
5. Pemanfaatan Hasil Pengelolaan Wakaf Produktif
Secara umum, semua lembaga wakaf dibentuk atau didirikan adalah
untuk mengelola sebuah atau sejumlah kekayaan wakaf, agar manfaatnya
21
Suparman usman. Hukum perwakafan di Indonesia. 1994. Serang, Darul Ulum Press. Hal. 33
22
maksimalnya dapat dicapai untuk kesejahteraan umat umumnya, dan
mungkin menolong mereka yang kurang mampu khususnya.23
Untuk memanfaatkan hasil wakaf tersebut, dalam tujuan wakaf
disyariatkan beberapa hal berikut:
a. Membantu yayasan pendidikan umum atau khusus, kelompok profesi,
yayasan islam, perpustakaan umum atau khusus.
b. Membantu pelajar atau mahasiswa untuk belajar di dalam dan luar
negeri.
c. Membantu yayasan riset ilmiah Islam.
d. Memelihara anak yatim, janda dan orang-orang lemah.
e. Memelihara orang tua jompo dan membantu yayasan yang memberi
pelayanan kepada mereka.
f. Melindungi anak-anak, ibu-ibu dan keluarga lemah.
g. Membantu fakir miskin dan semua keluarga yang berpenghasilan
pas-pasan.
h. Memberikan pelatihan teknis dan workshop bagi yang membutuhkan
untuk meningkatkan pendapatan mereka.
i. Memberikan pelayanan umum berupa air dan listrik, pelayanan
kesehatan, penyebrangan dan lainnya.
j. Membantu penerangan jalan.
23
k. Memberi bantuan keuangan dengan syarat yang ringan kepada
pengusaha kecil yang memerlukan tambahan modal.
l. Membangun masjid dan memberi perlengkapannya.
m.Tidak untuk tujuan maksiat yang diharamkan oleh syariat, atau
undang-undang atau tradisi yang berlaku.
n. Tidak bertentangan dengan undang-undang dan tradisi yang berlaku.24 Itulah beberapa contoh cara memanfaatkan harta wakaf untuk
membantu masyarakat yang membutuhkan. Pengelolaan dana wakaf ini juga
harus disadari merupakan pengelolaan dana publik. Untuk itu tidak saja
pengelolaannya yang harus dilakukan secara profesional, akan tetapi budaya
tranparansi merupakan satu faktor yang wajib di wujudkan juga.
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pemanfaatan
hasil wakaf produktif harus sesuai dengan peruntukannya dan sesuai dengan
tutunan ajaran agama Islam.
B. LEMBAGA SOSIAL KEAGAMAAN 1. Pengertian Lembaga Sosial Keagamaan
Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris adalah social
institution, namun social institution juga diterjemahkan sebagai pranata
sosial. Hal ini dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan
24
mengatur perilaku para anggota masyarakat. Adapun pengertian lembaga
keagamaan adalah organisasi yang dibentuk umat beragama dengan maksud
untuk memajukan kepentingan keagaman umat yang bersangkutan di dalam
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.25
Dikutip dari Peraturan Menteri Keuangan No.33 Tahun 2012 yang
dimaksud dengan lembaga sosial keagamaan adalah lembaga sosial
yang bertujuan mengembangkan dan membina kehidupan beragama. 26
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa lembaga
sosial keagamaan adalah lembaga sosial yang memiliki tugas mengatur
perilaku masyarakat berdasarkan nilai-nilai agama dari anggota
masyarakat yang bersangkutan.
2. Dasar Hukum Lembaga Sosial Keagamaan
Berkaitan dengan dasar hukum bagi lembaga sosial keagamaan, di
Indonesia sendiri tidak ditemukan regulasi yang mengatur secara mendetail
mengenai lembaga sosial keagamaan. Namun umumnya lembaga sosial
keagamaan di Indonesia memiliki badan hukum berupa yayasan dan
organisasi masyarakat. Adapun regulasi terkait yayasan dan organisasi
masyarakat sebagai berikut:
25
Zubaidah, ”Motivasi Lembaga Keagamaan Menggunakan Bank Dai Al Misbah dalam Penyiaran Agama Islam,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Kali Jaga, 2010) h. 14.
26
a. Undang-undang yang mengatur badan hukum dari yayasan:
1) Undang-Undang No. 16 Tahun 2001
2) Undang No. 28 Tahun 2004 tentang perubahan
Undang-Undang No. 16 Tahun 2001
3) Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2008
b. Undang-undang yang mengatur terkait organisasi masyarakat:
1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi
Kemasyarakatan (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1985
No. 44, Tambahan Lembaran Republik Indonesia No. 3298)
2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Ormas.
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa lembaga sosial
keagamaan di Indonesia biasanya bersandar pada regulasi terkait yayasan
maupun organisasi masyarakat. Hal ini dikarenakan belum adanya regulasi
yang mengatur dasar hukum terkait lembaga sosial keagamaan.
3. Tujuan Lembaga Sosial Keagamaan
Lembaga sosial keagamaan yang ada di Indonesia pada umumnya
memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Memberdayakan dan meningkatkan kapasitas serta kualitas masyarakat
yang menjadi objek dari lembaga sosial keagamaan.
b. Memberikan pelayanan pendidikan bagi masyarakat khususnya di
c. Memberikan pelayanan dan kemudahan bagi umat beragama dalam
melaksanakan ibadah.
d. Mendorong serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan kegiatan pelayanan kehidupan beragama.
e. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi setiap
individu, keluarga, masyarakat, dan penyelenggara negara.
f. Memperkuat dasar-dasar kerukunan hidup intern dan antar umat
beragama.
g. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional.
h. Meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi
masyarakat guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
pembinaan akhlak mulia dan budi pekerti yang luhur.27
i. Sebagai tempat untuk membahas dan menyelesaikan segala masalah
yang menyangkut keagamaan.
j. Menyalurkan aspirasi umat kepada pemerintah dan menyebarluaskan
kebijakan pemerintah kepada umat.
k. Wahana silaturahmi yang dapat menimbulkan rasa persaudaraan dan
kekeluargaan.28
27
Bappenas, “Pembangunan Bidang Agama” artikel diakses pada 24 September
2014 dari http://www.bappenas.go.id/files/7813/5022/6072/narasi-bab-vi-pembangunan-bidang-agama.pdf
28
Meskipun jumlah lembaga-lembaga sosial keagamaan terus
meningkat, namun belum sepenuhnya mampu memerankan fungsi sebagai
agen perubahan sosial dalam masyarakat. Lembaga-lembaga sosial
keagamaan juga dinilai belum mampu berperan dalam mengurangi dampak
negatif ekstrimisme yang dapat memicu terjadinya perselisihan antar
kelompok baik dalam satu agama maupun dengan agama lain.
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan utama
dari berdirinya lembaga sosial keagamaan adalah memberdayakan,
memberikan pelayanan, mendorong serta meningkatkan kualitas diri
masyarakat guna memenuhi kebutuhan pokoknya.
4. Program Kesejahteraan Sosial Keagamaan
Adapun beberapa program yang bisa menjadi alternatif dalam
mencapai kesejahteraan sosial keagamaan:
a. Memberdayakan pihak-pihak yang berkaitan dengan lembaga sosial
keagamaan seperti kelompok jamaah keagamaan, majlis taklim,
organisasi keagamaan dan pemuda masjid, Baitul Mal wat-Tamwil,
Badan Amil Zakat, dan Nazir Wakaf.
b. Memberikan bantuan (block grant) untuk penyelenggaraan lembaga
pendidikan tradisional keagamaan, seperti pondok pesantren, madrasah
diniyah, sekolah minggu, seminari, biara trapis, pasraman, novisiat,
sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah yayasan pendidikan
c. Memberikan bantuan subsidi dan imbal swadaya kepada lembaga
pendidikan tradisional keagamaan, seperti pondok pesantren, madrasah
diniyah, sekolah minggu, seminari, biara trapis, pasraman, novisiat,
sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah yayasan pendidikan
Budha.
d. Meningkatkan kemampuan pengelola bagi lembaga sosial keagamaan
dan lembaga pendidikan tradisional keagamaan, serperti pondok
pesantren, madrasah diniyah, sekolah minggu, seminari, biara trapis,
pasraman, novisiat, sekolah yayasan pendidikan Hindu dan sekolah
yayasan pendidikan Budha.
e. Menyediakan sarana prasarana, dan fasilitas untuk menunjang kegiatan
sosial keagamaan.
f. Mengembangkan sistem informasi bagi lembaga sosial keagamaan.
g. Melanjutkan upaya untuk melakukan kajian dan pengembangan dalam
rangka peningkatan mutu pembinaan lembaga-lembaga sosial
keagamaan.
Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu,
dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan
warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.29
Penyelenggara kesejahteraan sosial idealnya didasarkan kepada asas
kesejahteraan sosial itu sendiri sesuai dengan yang dituliskan dalam
undang-undang yaitu kesetiakawanan, keadilan, kemanfaatan, keterpaduan,
kemitraan, keterbukaan, akuntabilitas, partisipasi, profesionalitas dan
berkelanjutan serta sesuai dengan tujuannya yaitu:
a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup.
b. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian.
c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan
menangani masalah kesejahteraan sosial.
d. Meningkatkan kemampuan, kepeduliaan dan tanggung jawab sosial
dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara
melembaga dan berkelanjutan.
e. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan
berkelanjutan.
f. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejateraan
sosial. Kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera,
yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup,
29
khususnya yang bersifat mendasar seperti makan, pakaian, perumahan,
pendidikan dan perawatan kesehatan.30
Sejatinya kesejahteraan sosial juga menunjukan pada segenap aktifitas
pengorganisasian dan pendistribusian pelayanan sosial bagi kelompok
masyarakat, terutama kelompok yang kurang beruntung. Penyelenggaraan
berbagai skema perlindungan sosial baik bersifat formal maupun informal
adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial yang diselenggarakan oleh
negara yang umumnya berbentuk bantuan sosial dan asuransi sosial, semisal
tunjangan bagi orang cacat atau miskin, tunjangan pengangguran dan
tunjangan keluarga. Pembangunan kesejahteraan sosial adalah usaha yang
terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial
dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan
mengatasi masalah sosial serta mempererat institusi-institusi sosial, tujuan
pembangunan sosial adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
secara menyeluruh yang mencakup:
a. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkap pelayanan sosial dan
jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama
kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat
memerlukan perlindungan sosial.
30
Edi Suharto, “Analisis Kebijakan Publik, Panduan Praktis Mengkaji Masalah
b. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan sistem dan kelembagaan
ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat
kemanusiaan.
c. Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksebilitas dan
pilihan-pilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi kemampuan dan standar
kemanusiaan.31
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa kesejahteraan
sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial
warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dan untuk mencapai
kesejahteraan sosial dibutuhkan usaha-usaha ekstra yang berasal dari internal
individu-individu tersebut maupun usaha eksternal yang berasal dari bantuan
pihak luar.
Demikianlah penjelasan diatas mengenai wakaf produktif dan lembaga
sosial keagamaan yang meliputi: pengertian, dasar hukum, macam-macam
wakaf, pengelolaan wakaf produktif, pemanfaatan hasil wakaf, pengertian,
dasar hukum, tujuan lembaga sosial keagamaan, dan program kesejahteraan
sosial keagamaan.
31
Edi Suharto, “Analisis Kebijakan Publik, Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan
37
A. Sejarah dan Perkembangan Lembaga Wakaf Al-Azhar
Titik awal sejarah berdirinya Lembaga Wakaf Al-Azhar dimulai pada
tahun 1961, saat itu Syekh al-Azhar, Prof Dr Mahmoud Syaltout, seorang Syekh
Jami' al-Azhar Kairo, berkunjung ke Indonesia sebagai tamu negara. Beliau juga
menyempatkan ziarah ke Masjid Agung Kebayoran dan melihat langsung
aktivitas dakwah di masjid tersebut. Syekh Mahmoud Syaltout amat terkesan.
Dalam pidatonya, Syekh al-Azhar itu menyampaikan sambutan yang
menjadi babak baru Yayasan Pesantren Islam al-Azhar Jakarta. Beliau berkata
bahwa mulai hari itu, beliau sebagai Syekh Jami' Azhar memberikan nama
al-Azhar bagi masjid tersebut, dan berharap al-al-Azhar di Jakarta menjadi
sebagaimana al-Azhar di Kairo.32
Sekarang, 50 tahun saat bersejarah itu telah berlalu. Sebagaimana doa
Syekh Mahmoud Syaltout, YPI al-Azhar Jakarta telah berperan dalam
pengembangan pendidikan dan dakwah di Indonesia melalui berbagai sekolah
al-Azhar. Kualitas pendidikan di YPI al-Azhar diakui publik sebagai salah satu
32
yang terbaik. Tapi, untuk menuju cita-cita ideal sebagaimana al-Azhar Kairo,
baru kita mulai.
Dunia Islam mengakui keberhasilan Universitas al-Azhar Kairo, Mesir
dalam menghimpun dan mengelola wakaf sehingga berdaya guna untuk
kemaslahatan umat, terutama di bidang pendidikan. Hingga kini, tak kurang dari
400 ribu mahasiswa Muslim dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai
bidang menerima beasiswa dari salah satu perguruan tinggi Islam tertua di dunia
itu.
Berbekal pengelolaan aset dan dana wakaf, Universitas al-Azhar telah
mampu bertahan selama lebih dari 1.000 tahun. Perguruan tinggi yang didirikan
Dinasti Fatimiah itu juga mampu memberikan insentif kepada 11 ribu dosen serta
mengirim ribuan dai ke berbagai penjuru dunia.33
Keberhasilan al-Azhar Kairo, Mesir mengelola dana wakaf telah
menginspirasi banyak lembaga pendidikan Islam di Indonesia, seperti Universitas
Islam Indonesia (UII), Yogyakarta; Pondok Modern Darussalam Gontor
Ponorogo, Jawa Timur, serta Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim, Malang, Jawa Timur.
Tidak ingin kalah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, YPI al-Azhar
turut berikhtiar membangun peradaban melalui pendidikan dan dakwah dengan
pengelolaan wakaf secara produktif. YPI al-Azhar melahirkan lembaga baru
33
Wakaf al-Azhar untuk mewujudka pesan Syeikh Jami' al-Azhar agar al-Azhar
Jakarta seperti al-Azhar Kairo. Dengan Wakaf al-Azhar ini, terasa dekat al-Azhar
menuju al-Azhar Mesir.34
Wakaf Al-Azhar adalah Pengelola Wakaf yang dibentuk oleh Yayasan
Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar untuk mengembangkan serta mengelola wakaf
produktif dalam mendukung aktiftas pendidikan dan dakwah.Beraktifitas dengan
mendayagunakan sumber daya dan partisipasi masyarakat, berorientasi pada
produktifitas wakaf untuk mendukung YPI Al-Azhar dalam mewujudkan
pendidikan yang berkualitas serta pengembangan dakwah agar lebih mendunia.
Dengan dukungan semua pihak YPI Al-Azhar berikhtiar mengembangkan
wakaf produktif sebagai wujud pemberdayaan ekonomi ummat untuk masa
depan Pendidikan dan Dakwah.
Adapun dasar aktifitas pengelolaan wakaf yang dilakukan oleh Lembaga
Wakaf Al-Azhar yaitu, berdasarkan surat keputusan Yayasan Pendidikan Islam
Al Azhar nomor 10/VIIKEP/YPIA-P/1431. 2010 yang ditetapkan di Jakarta pada
tanggal 3 Sya’ban 1431 H atau 15 Juli 2010 oleh ketua umum YPI Al Azhar H.
Hariri Hady dan sekertaris umum YPI Al Azhar H. Badruzzaman Busyairi.35 Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa sejarah kehadiran
Lembaga Wakaf Al-Azhar didasari atas rasa tanggung jawab YPI Al Azhar untuk
34
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Rofiq. 35
ikut berkontribusi dalam upaya mengembangkan dan mengelola wakaf produktif,
yang hasilnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
B. Visi dan Misi Lembaga Wakaf Al-Azhar
1. Visi Lembaga Wakaf Al-Azhar
Menjadi institusi pengelola wakaf yang profesional, transparan dan
dipercaya masyarakat serta mempunyai kemampuan dan integritas untuk
mengembangkan perwakafan nasional.
2. Misi Lembaga Wakaf Al-Azhar
Menjadikan Wakaf Al-Azhar sebagai lembaga profesional yang
mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta wakaf untuk
mendukung kepentingan pendidikan dan dakwah ditingkat nasional serta
internasional.36
Dapat dijelaskan dari penjelasan di atas mengenai visi dan misi yang
menjadi harapan bagi Lembaga Wakaf Al-Azhar yaitu menjadi lembaga
pengelola yang amanah dan profesional, sehingga menjadi lembaga
pengelola wakaf kepercayaan umat. Serta upaya mengembangkan eksistensi
Lembaga Wakaf Al-Azhar sehingga menjadi lembaga wakaf yang sukses
mengembangkan wakaf nasional dan internasional.
36
C. Struktur Organisasi Pada Lembaga Wakaf Al-Azhar
Struktur adalah cara sesuatu disusun/dibangun.37 Sedangkan organisasi adalah pola tata hubungan yang mantab diantara unsur-unsur organisasi.38 Sedangkan struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.39
Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola
tetap hubungan. Hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian ataupun posisi
maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi Kerangka kerja
organisasi disebut sebagai desain organisasi (organizational design). Bentuk
spesifik dari kerangka kerja organisasi dinamakan dengan struktur organisasi
(organizational structure).40 Maka untuk menunjang visi, misi, dan tujuannya, Lembaga Wakaf Al-Azhar menetapkan struktur organisasi sebagai berikut41:
1. Dewan pengawas syariah
Ketua : H. Shobahussurur
Anggota : H. Nasroul Hamzah
: H. Amliwazir Saidi
: H. Yusuf Mansur
37
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, Cet. Ke-Empat), h. 1342.
38
Ibid., h. 1342. 39
Stephen P Robbins, Perilaku Organisasi Buku 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 214
40 Nuwrieardkhiyari, “Struktur Organisasi”, artikel diakses pada 23 Agustus 2014 dari http://nuwrileardkhiyari.blogdetik.com/2013/09/28/struktur-organisasi/
41
: H. Anwar Sani
2. Dewan Pengurus
Ketua : H. Muhammad Suhadi
Sekretaris : H. Syamsir Kamaludin
Bendahara : H. Suhaji Lestiadi
3. Dewan Pelaksana Harian
Direktur Eksekutif : Muhammad Rofiq
Direktur Program : Suryaningsih
Direktur Marketing : Hendra Yulianto
Direktur Keuangan : Abdur Rochman
Ka.Bag. Keuangan : Ninik Sanjaya
Administrasi Keu. : Diah Ayu Anggraini
Penerimaan Keu. : Sri Yulianti
IT : Satrio Arditama
: Doni Maulana
Markom : Adhes Satria Segestian
Marketing : Abdul Rahman
Desain Grafis : Mardhani
Bagian Umum : Ade Sanusi
Customer Service : Dian Ameliawati
Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa Lembaga Wakaf
ditetapkan oleh lembaga bisa dijalankan dengan maksimal karena wewenang dan
tanggung jawab telah didistribusikan dengan baik.
D. Penghimpunan dan Pengelolaan Lembaga Wakaf Al-Azhar
Adapun cara penghimpunan yang disediakan oleh Lembaga Wakaf
Al-Azhar untuk memberikan kemudahan bersedekah kepada wakif (orang yang
berwakaf), antara lain42: 1. Transfer via rekening
Lembaga Wakaf Al-Azhar menyiapkan rekening berbagai bank untuk
kemudahan donasi para wakif. Donasi dapat di transfer antara lain