• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Bawaan Makanan terhadap Pengetahuan Siswa/i Kelas IV, V dan VI Mengenai Penyakit Bawaan Makanan di Sekolah Dasar Negeri 060929 Medan Johor 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Bawaan Makanan terhadap Pengetahuan Siswa/i Kelas IV, V dan VI Mengenai Penyakit Bawaan Makanan di Sekolah Dasar Negeri 060929 Medan Johor 2015"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Data Pribadi Penulis

Nama : Joko Sutejo

Tempat Tanggal Lahir: Serusa, 20 Desember 1992

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Anak Ke : 1 Dari 4 Bersaudara

Agama : Islam

Alamat : Serusa, Kec. Bangko, Kab. Rokan Hilir, Riau.

Nama Orang Tua

Bapak : Subono

Ibu : Paini

Pekerjaan Orang Tua

Ayah : Petani

Ibu : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Serusa, Kec. Bangko, Kab. Rokan Hilir, Riau

Riwayat Pendidikan

Tahun 1999-2005 : SD Negeri 034 Serusa, Bangko

Tahun 2005-2008 : SMP Negeri 3 Bangko

Tahun 2008-2011 : SMA Negeri 1 Sinaboi

Tahun 2011-2014 : Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Keperawatan

(9)

Surat Pernyataan Menjadi Responden

Berdasarkan permintaan dan pemohonan serta penjelasan penjelasan

peneliti yang sudah disampaikan kepada saya bahwa akan diadakan penelitian

tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Bawaan Makanan Terhadap Pengetahuan Siswa/i Mengenai Penyakit Bawaan Makanan Di Sekolah Dasar Negeri 060929 Medan Johor Tahun 2015.

Demi membantu dan berpartisipasi dalam penelitian saya bersedia

berperan sebagai responden dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, November 2015

Joko Sutejo (Responden)

(10)

A. Petunjuk penelitian

 Bacalah pertanyaan berikut dengan baik kemudian pilihlah salah satu

jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda silang (x) pada jawaban

yang anda pilih

 Jika anda ingin memperbaiki jawaban, coretlah yang salah (=) dan ganti

dengan jawaban yang anda anggap benar

 Isilah pertanyaan pada lembar jawaban

 Partisipasi yang anda berikan sangat berharga sekali, saya ucapkan terima

(11)

LEMBAR KUESIONER

Jawablah dengan benar pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda (x)

pada jawaban yang anda angap paling tepat.

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit bawaan makanan?

a. Penyakit yang disebabkan oleh makanan/jajanan yang tercemar dan tidak

sehat.

b. Penyakit yang disebabkan oleh makanan yang dijajakan dikantin sekolah

c. Penyakit yang disebabkan oleh makanan yang mengandung zat pewarna

d. Penyakit makanan yang dihinggapi lalat

2. Yang tidak termasuk penyebab terjadinya penyakit bawaan makanan adalah?

a. Bacteri

b. Gangga

c. Jamur

d. Virus

3. Yang tidak termasuk hewan pembawa mikroorganisme yang dapat

menyebabkan penyakit bawaan makanan, adalah?

a. Kecoa

b. Lalat

c. Tikus

d. Nyamuk

4. Yang bukan merupakan makanan yang dapat menyebabkan terjadinya

penyakit bawaan makanan, adalah?

a. Makanan yang kadaluarsa

b. Makanan yang berbau busuk

c. Makanan yang tercemar

(12)

5. Penyakit bawaan makanan dapat ditularkan melalui?

a. Jajanan yang tercemar dan tidak sehat

b. Makanan yang dalam keadaan sehat

c. Jajanan yang terjaga kebersihannya

7. Yang bukan merupakan gejala dari terjadi penyakit bawaan makanan adalah?

a. Mual-mual

b. Muntah

c. Sakit perut

d. Pusing

8. Yang dapat kita lakukan untuk menjaga kebersihan jajanan adalah?

a. Menutup makanan dengan rapat

b. Membuka jajanan

c. Mencuci tangan sebelum memegang makanan

d. Meletakkan sembarangan

10. Upaya untuk mencegah terjadi penyakit bawaan makanan,kecuali?

a. Memasak makanan dengan matang

b. Menyimpan makanan ditempat yang bersih

(13)

d. Menempatkan makanan sembarangan

11. Salah satu penyebab terjadinya penyakit bawaan makanan pada anak usia

sekolah adalah,kecuali?

a. Kurang pengawasan dari pihak sekolah dalam memilih jajanan

b. Selalu menjaga kebersihan diri pembeli dan penjual

c. Kurangnya pengetahuan menjaga kebersihan

d. Penjual jajanan yang tidak menjaga kebersihan (mencuci tangan)

12. Berikut cara memilih jajanan yang sehat?

a. Memilih jajanan yang bersih

b. Memilih jajanan yang sembarangan

c. Memilih jajanan yang terbuka

d. Memilih jajanan yang terdapat banyak lalat

13. Dampak yang dapat terjadi jika penyakit bawaan makanan menyerang anak

usia sekolah, pilihlah jawaban yang tepat?

a. Sering pusing

b. Mual-mual

c. Tidak konsetrasi belajar akibat kesakitan

d. Kurus

15. Sebelum membeli jajanan atau makanan dikantin sekolah, apa yang perlu kita

lakukan,kecuali?

a. Melihat kondisi jajanan

b. Melihat kondisi penjual

c. Melihat wadah jualan

d. Mencuci tangan

(14)

a. Mencuci tangan

b. Langsung memakan jajanan

c. Tidak mencuci tangan

d. Membuka makanan

17. Berapa lama untuk mencuci tangan yang baik, menurut standar mencuci

tangan?

a. 10 detik

b. 15 detik

c. 20 detik

d. 25 detik

18. Ada berapa langkah untuk mencuci tangan yang benar?

a. 5 langkah

b. 6 langkah

c. 7 langkah

d. 8 langkah

19. Dimanakah membeli jajanan yang baik?

a. Jajanan yang dijual dipinggir jalan

b. Dijual di depan sekolah

c. Dikantin sekolah

d. Penjual keliling

20. Jika menemukan jajanan yang dijual dengan keadaan terbuka dan tidak

bersih, apa yang dilakukan?

a. Tetap membeli jajanan

b. Tidak peduli

c. Tidak membeli jajanan

(15)
(16)
(17)

71

3 3 2 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 10 2 71 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 11 2

NB :

Umur : 1 = 7-8 Tahun 2 = 9-10 Tahun 3 = 11-12 Tahun Kategori :1= Baik (15 – 20 Soal) 2=Cukup (7 – 14 Soal)

Kelas : 1 = Kelas IV 2 = Kelas V 3 = Kelas VI 3=Kurang (1 – 6 Soal)

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)

Statistics

Umur Kelas Pre Post

N Valid 71 71 71 71

Missing 0 0 0 0

Mean 2.2958 1.9718 1.9296 2.3521

Std. Error of Mean .05812 .09822 .04171 .05709

Median 2.0000 2.0000 2.0000 1.0000

Mode 2.00 1.00 2.00 1.00

Std. Deviation .48973 .82759 .35148 .48103

Variance .240 .685 .124 .231

Range 2.00 2.00 2.00 1.00

Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00

Maximum 3.00 3.00 3.00 2.00

Sum 163.00 140.00 137.00 96.00

Percentiles 25 2.0000 1.0000 2.0000 1.0000

50 2.0000 2.0000 2.0000 1.0000

75 3.0000 3.0000 2.0000 2.0000

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 7-8Tahun 1 1.4 1.4 1.4

9-10Tahun 34 47.9 47.9 49.3

11-12Tahun 36 50.7 50.7 100.0

(30)

Kelas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid KelasIV 25 35.2 35.2 35.2

KelasV 23 32.4 32.4 67.6

KelasVI 23 32.4 32.4 100.0

Total 71 100.0 100.0

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 46 64.8 64.8 64.8

Cukup 25 35.2 35.2 100.0

(31)

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 32 45.1 45.1 45.1

Perempuan 39 54.9 54.9 100.0

Total 71 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Pre 71 1.9296 .35148 1.00 3.00

Post 71 1.3521 .48103 1.00 2.00

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Post - Pre Negative Ranks 40a 20.50 820.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 31c

Total 71

a. Post < Pre

b. Post > Pre

c. Post = Pre

Test Statisticsb

Post - Pre

Z -6.252a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

(32)

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Pretest 71 11.3099 2.69704 4.00 17.00

Postest 71 14.5493 2.66613 8.00 19.00

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Postest - Pretest Negative Ranks 3a 14.17 42.50

Positive Ranks 63b 34.42 2168.50

Ties 5c

Total 71

a. Postest < Pretest

b. Postest > Pretest

c. Postest = Pretest

Test Statisticsb

Postest - Pretest

Z -6.811a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

(33)

DATA NORMALITAS DAN HOMOGENITAS PENELITIAN

Umur Statistic Std. Error

Pretest 9-10Tahun Mean 10.8529 .49079

95% Confidence Interval for

11-12Tahun Mean 11.8333 .40922

(34)

Variance 6.029

Std. Deviation 2.45531

Minimum 6.00

Maximum 17.00

Range 11.00

Interquartile Range 3.75

Skewness -.385 .393

Kurtosis -.047 .768

a. Pretest is constant when Umur = 7-8Tahun. It has been omitted.

Tests of Normalityb

Umur

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretest 9-10Tahun .168 34 .017 .975 34 .600

11-12Tahun .127 36 .151 .970 36 .434

a. Lilliefors Significance Correction

b. Pretest is constant when Umur = 7-8Tahun. It has been omitted.

Kelas

Case Processing Summary

Kelas

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Postest KelasIV 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

KelasV 23 100.0% 0 .0% 23 100.0%

(35)

Descriptives

Kelas Statistic Std. Error

Postest KelasIV Mean 13.3600 .48607

(36)
(37)

Descriptives

JK Statistic Std. Error

Postest Laki-laki Mean 14.7188 .45842

95% Confidence Interval for

Perempuan Mean 14.4103 .44040

(38)

Tests of Normality

JK

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Postest Laki-laki .262 32 .000 .908 32 .010

Perempuan .184 39 .002 .914 39 .006

a. Lilliefors Significance Correction

KELAS PRE TEST

Case Processing Summary

Kelas

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pretest KelasIV 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

KelasV 23 100.0% 0 .0% 23 100.0%

(39)

Descriptives

Kelas Statistic Std. Error

Pretest KelasIV Mean 10.0800 .50964

(40)

Mean Upper Bound 13.3750

*. This is a lower bound of the true significance.

(41)

Umur Statistic Std. Error

Pretest 9-10Tahun Mean 10.8529 .49079

95% Confidence Interval for

11-12Tahun Mean 11.8333 .40922

95% Confidence Interval for

(42)

Tests of Normalityb

b. Pretest is constant when Umur = 7-8Tahun. It has been omitted.

ANALISIS PRE TEST and POST TEST

(43)
(44)
(45)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmoto. (2008). Pendidikan Kesehatan, Jakarta: Salemba Medika

Ames, A. (1994). Foodborne Phatogens: Risk and Consequens.Jurnal Councilter

Agricultural science and Technologi.

Andarwulan,et, al. (2009). Laporan Penelitian; Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional Tahun 2008.

Southeast Asian Food And Agricultural Science and Technology

(SEAFAST), Bogor: Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI

Antara, S. (2004). Kelompok yang Beresiko Tinggi Tertular Penyakit. Skripsi Sarjana FKM-UI Jakarta

Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian; Suatu pendekatan Praktik, Jakarta:

Renika Cipta

Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian; Suatu pendekatan Praktik. Edisi Revisi,

Jakarta: Renika Cipta

Aziz, A. (2003). Riset Keperawatan dan Tehnik Penelitian Ilmiah, Jakarta:

Salemba Medika.

Aziz, A. (2007). Riset Keperawatan dan Tehnik Penelitian Ilmiah. Edisi Revisi,

Jakarta: Salemba Medika.

Azwar, S, (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Badan Karantina. (2007).Ketahanan pangan dan Keamanan Pangan, Jakarta:

Laporan Hasil Penelitian

Badan Penelitian Statistik. (2009). Sumber Energi Bagi Tubuh Manusia, Jakarta:

Laporan Hasil Penelitian.

Barraki dkk.(2005). Foodborne Diseases. The Jurnal of Educational Research,

The Carter Center. University Haramaya.

Bondika, A.A. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Makanan Jajanan Pada Anak Sekolah Dasar. Laporan Hasil Penelitian. Universitas Diponegoro Semarang.

Budiman, D. (2007). Bahan Ajar Mata Kuliah Psikologi Anak Dalam Penjas

(46)

Center for Diseases Control and Prevention (CDC). (2012). Data Foodborne Diseases, New York: CDC.

Depkes RI. 2003.Bahaya Penyakit Bawaan Makanan. Ditjen dan PL.Jakarta.

Depkes RI. 2005. Penyakit Menular. Ditjen dan PL.Jakarta.

Depkes RI.2012.Sumber Penyakit dari Makanan. Ditjen dan PL.Jakarta.

Depertemen Kesehatan RI. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar, Jakarta:

Badan Litbang Kesehatan.

Fauzi, M.S. (2008). Pengaruh Asupan Nutrisi dan Gizi Terhadap Tumbuh

Kembang Anak, Fakultas Kesehatan Masyarakat UNPAD.

Khosman, A. (2003). Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Pada Produk Pangan Yang Beredar di Jakarta dan Ciputat, Program Studi Kimia FST UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta.

Knechtges, P. (2005). Buku keamanan pangan teori dan praktik, Jakarta: EGC.

Mubarak & Chayatin. (2009). Pendidikan Kesehatan, Jakarta: EGC.

Mutmainah, U. (2013). Pengaruh Penyuluhan Makanan Jajanan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Mengenai Makanan Jajanan Pada Siswa/i SD Negeri Di Surakarta. Hasil Penelitian, Universitas Muhammadiah Surakarta.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry, (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,

(47)

Pulungan, R. (2008). Pengaruh Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Di Kec. Helvetia 2007. Tesis, Universitas

Sampurno, E. (2005). Masalah-masalah Kesehatan Yang Terjadi Berhubungan Dengan Penyakit Bawaan Makanan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Siwach, M. Impact of Health Education Programme on the Knowledge and

Practices of School Children Regarding Personal Hygiene in Rural Panipat[Serial Online]. c2009[cited 2012 Feb 11]. Available from:

http://www.krepublishers.com/02-Journals/IJES/IJES-01-0-000-09

Web/IJES-01-2-000-09-Abst-PDF/IJES-01-2-115-09-009-Siwach-M/IJES-01-2-115-09-009-Siwach-M-Tt.pdf

Suci, E.S. (2009). Gambaran Prilaku Jajanan Murid Sekolah Dasar di Jakarta. Jurnal Psikobuana-Jurnal Ilmiah Psikologi,Vol1No 1, Hal. 29-38.

Sutardji, A. (2007). Kebiasaan Anak Menjaga Kebersihan Diri dan Lingkungan disekolah dalamPemenuhan Status Gizi Anak di SDN Kompleks Mangkura Kota Makasar. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Wawan & dkk. (2010). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan prilaku

manusia, Jakarta: Nuha Media.

WHO. (2006) . Penyakit Bawaan Makanan, Jakarta: EGC

World Health Organization., (2007). Food Safety and Foodborne Illness.

(48)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Berdasarkan penjelasan dari bab II, kerangka penelitian pengaruh

pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan terhadap

pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan

di SDN 090629 Medan Johor 2015 adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Penelitian

3.2. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian yaitu ada pengaruh pendidikan kesehatan

tentang penyakit bawaan makanan terhadap pengetahuan siswa/i kelas IV, V

dan VI mengenai penyakit bawaan makanan. Adapun alternative (Ha) dapat

diterima, dimana nilai signifikan (ρ < 0,05).

(49)

3.3. Variabel Penelitian

3.3.1.Variabel Independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah pendidikan Kesehatan

berupa penyuluhan tentang penyakit bawaan makanan

3.3.2.Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pengetahuan siswa/i

kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan.

3.4. Defenisi Operasional Variabel

3.4.1.Variabel Independen

Pendidikan kesehatan adalah berupa penyampaian materi kesehatan

mengenai penyakit bawaan makanan yang meliputi pengertian, penyebab,

pengendalian dan pencegahan penyakit bawaan makanan melalui

penyuluhan kepada siswa/i kelas IV, V dan VI di Aula sekolah dalam

sekali pertemuan serta dengan penyampaian materi yang disusun dalam

bentuk power point dengan penyampainnya dengan metode ceramah.

3.4.2.Variabel Dependen

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh siswa/i kelas

IV, V dan VI tentang penyakit bawaan makanan yang meliputi;

pengertian, penyebab, pengendalian dan pencegahan penyakit bawaan

makanan. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner, dengan hasil ukur

sebagai berikut; Baik, dikatakan baik apabila hasil jawaban benar

responden 15 sampai 20 soal yang diberikan. Cukup, dikatakan cukup

(50)

sedangkan kurang, dikatakan kurang apabila responden menjawab benar 1

sampai 6 soal yang berikan. Serta skala ukur yang digunakan adalah

(51)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experimental. Dengan desain

penelitian one group pretest-posttest design, yaitu metode yang merupakan

rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran pertama (Pretest)

dilakukan terhadap sampel yang dipilih secara langsung dari populasi,

kemudian dilakukan intervensi pada sampel tersebut. Selanjutnya, dilakukan

pengukuran kedua (Posttest) pada sampel yang sama (Notoatmodjo, 2010).

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1.Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Aziz

Alimul, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas IV, V

dan VI yang terdapat di SDN 090629 Medan Johor sebanyak 249 orang

dalam tahun 2015.

4.2.2.Sampel

Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan sampel dengan stratified

random sample, rancangan ini dilakukan pada populasi yang sering kali

ditemui kondisi populasi yang ada terdiri dari beberapa lapisan atau

(52)

Rumus yang digunakan dalam penentuan besar sample adalah sebagai

berikut :

n : N

1 + N (d2)

Keterangan :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : Nilai kesenjangan / nilai ketidakpercayaan (Notoatmodjo,

2010)

Maka sampel dalam penelitian ini adalah :

n = N

1 + N (d2)

n = 249

1 + 249(0, )

n = 249

1 + 249 (0,01)

n = 249

1 + 2,49

n = 249

3,49

(53)

Tabel Kelas IV, V dan VI sekolah dasar Negeri 060929 Medan Johor

No Kelas Populasi dalam kelas Jumlah sampel

1 IVA 42 12

sebanyak 25 orang, kelas V sebanyak 23 orang dan kelas VI sebanyak 23

orang. Dimana pengambilan sampel dilakukan secara acak/random pada

(54)

Cabut undi laksanakan dengan menggunakan potongan kertas kecil yang

digulung sesuai dengan jumlah responden dan sebagian diberikan tanda

label tulisan ”Sampel” pada kertas gulung tersebut sesuai jumlah sampel

yang dibutuhkan. Setelah itu responden mencabut undi, serta yang

mendapatkan undian yang memiliki tanda tulisan “sample”. Maka

responden tersebut menjadi sampel.

Alasan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang

terdapat pada penelitian terdiri dari kelas dan karakteristik yang berbeda

seperti tingkat pendidikan. Jadi hasil yang dicapai dapat mempengaruhi

derajat keseragaman populasi yang bersangkutan. Selain itu juga terdapat

perbedaan tingkat perkembangan kognitif antara kelas I, II dan III dengan

kelas IV,V dan VI. Serta terdapat siswa/i kelas I,II dan III yang tidak dapat

membaca. Hal ini dapat mengganggu proses penelitian, maka dari itu

dilakukan penelitian kepada kelas IV, V dan VI yang homogenitasnya

terpenuhi.

4.4. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 090629 Medan Johor. Adapun alasan

pemilihan tempat penelitian karena disekolah tersebut terdapat penjual jajanan

yang menjajakan tidak memenuhi syarat kesehatan, seperti berjualan dideket

kamar mandi siswa/i dan terdapat penjual yang menjual makanan di pinggir

jalan dengan keadaan terbuka. Serta terdapat siswa/i sering tidak masuk

(55)

juga belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Penelitian ini dimulai

pada tanggal 03 Desember 2015.

4.5. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi

pendidikan yaitu Program Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan izin kepala sekolah SDN 060929 Medan

Johor. Dan telah lulus uji etik dari komisi etik Fakultas Keperawatan. Dalam

penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik,

yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan

prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila responden bersedia, maka calon

responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika

calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak

dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama

proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data

responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada

instrument penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh

dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian

Prinsip-prinsip etik yang perlu diperhatikan pada saat melakukan

penelitian ini adalah menghormati harkat dan martabat manusia;

menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian; keadilan dan

keterbukaan serta memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(56)

Adapun etika yang dijaga dalam melaksanakan penelitian ini adalah tidak

mengganggu proses belajar mengajar siswa/i maupun pihak sekolah. Proses

penelitian yang dilaksanakan menghabiskan waktu selama 105 menit. Dimana

selama 30 menit mengisi lembar soal tahap pertama, kemudian 10 menit

istrihat, 25 menit memberikan penyuluhan kesehatan setelah itu istirahat

kembali selama 10 menit dan terakhir mengisi lembar soal tahap kedua

selama 30 menit.

4.6. Instrumen Penelitian

Didalam pengumpulan data dengan cara apa pun, selalu diperlukan suatu

alat yang disebut “Instrumen pengumpulan data”. Sudah barang tentu macam

alat pengumpul data ini tergantung pada macam dan tujuan penelitian serta

data yang akan diambil (Notoatmodjo. 2010). Kuesioner penelitian untuk

mengetahui pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI tentang penyakit bawaan

makanan terdiri dari 20 pertanyaan. Menggunakan skala Guttman, yaitu skala

yang menggunakan jawaban tegas,yang menyediakan 2 alternatif jawaban,

yaitu: a) bila bentuk pertanyaan Positif jawabannya “Benar” maka skor dari

pertanyaan itu 1, namun jika jawabannya “Salah” skor pertanyaan itu 0.

Sedangkan instrumen penelitian selanjutnya yang digunakan dalam

menyampaikan pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan yaitu

berupa penyampaian materi dengan metode ceramah.

4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang digunakan berupa kuesioner sebagai alat peneliti selesai

(57)

kuesioner dikatakan valid jika kuesioner mampu untuk mengungkapkan

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Notoatmodjo, 2010).

4.7.1.Uji Validitas

Suatu ukuran yang mewujudkan tingkat-tingkat kualitas suatu

instrumen, suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa

yang diinginkan (Arikunto, 2006). Instrument penelitian ini disusun

sendiri oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas untuk

mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur

secara konsisten sasaran yang diukur.

Penelitian ini menggunakan validitan isi dimana instrumen penelitian

dianalisis oleh dosen yang berkompeten dibidangnya yaitu Ibu Lufthiani,

S.Kep, Ns, M.Kes dari Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara, Sri Lestary S.P., M.Kes dari Kedokteran

Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Ibu

Risma D. Manurung, S.Kep, Ns, M. Biomed dari Keperawatan Anak

Poltekkes Kemenkes Medan. Berdasarkan uji validitas tersebut, kuesioner

disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item

pertanyaan yang mengukur sasaran sesuai dengan teori dan

konsep.Berdasarkan uji statistik instrumen penelitian dikatakan valid jika

diperoleh nilai rhitung lebih besar dari rtabel yaitu 0,433.

Hasil validitas instrumen penelitian yang dilakukan adalah 0,846. Jadi

(58)

4.7.2.Uji Reliabilitas

Realibitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Menunjukkan pada

suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut

sudah baik. Uji reliabilitas dilakukan pada 20 responden siswa/i kelas IV,

V dan VI di SDN 060930 Medan Johor yang mempunyai kriteria sama

dengan sampel (Arikunto, 2008). Dalam penelitian ini uji reliabilitas suatu

item pertanyaan dengan menggunakan cronbach alpha (α). Instrumen

disebut reliabel bila didapat nilai alpha > 0,60 (sugiono, 2005).

Hasil realibitas instrumen penelitian yang dilakukan di sekolah dasar

negeri 060930 Medan Johor didapatkan cronbach alpha (a) adalah 0,885.

4.8. Cara Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitian yang dilakukan peneliti adalah terlebih

dahulu peneliti meminta database siswa/i yang terdapat disekolah tersebut,

setelah diperoleh data siswa/i maka peneliti mengambil populasi kelas IV, V

dan VI yang akan dihitung sampel. Setelah dilakukan penghitungan sampel

yang akan dibutuhkan, maka peneliti melakukan pengambilan sampel

kesekolah tersebut khusus pada kelas IV, V dan VI. Cara pengambilan sampel

yang dilakukan yaitu dengan cara acak/random pada setiap responden yang

terdapat dikelas IV, V dan VI dengan melakukan cabut undi. Cabut undi ini

dilaksanakan selama 15 menit setiap kelas, jadi dibutuhkan waktu selama 45

(59)

potongan kertas kecil yang digulung sesuai dengan jumlah responden dan

sebagian diberikan tanda label tulisan “Sampel” pada kertas gulungan tersebut

sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan disetiap kelas. Setelah itu

responden mencabut undi, serta mendapatkan undian yang memiliki tanda

tulisan “Sampel” maka responden tersebut menjadi sampel. Pengambilan

sampel dilaksanakan satu hari sebelum dilaksanakan penelitian.

Setelah dilaksanakan pengambilan sampel, maka keesok hari peneliti

melaksanakan penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu

siswa/i kelas IV, V dan VI yang sudah menjadi sampel penelitian dipanggil

dan dikumpulkan di aula sekolah. Kemudian peneliti dan rekan-rekan

penelitian menyampaikan tujuan dilakukan pengumpulan di aula. Setelah

menjelaskan maksud dan tujuan kepada siswa/i tersebut, maka peneliti

membagikan kuesioner tahap pertama kepada siswa/i dan dibantu oleh 3 orang

mahasiswa serta 3 guru kelas. Waktu yang diberikan kepada siswa/i untuk

menjawab kuesioner tersebut yaitu selama 30 menit dan diawasi oleh 6 orang

yang terdiri dari 1 orang peneliti, 2 orang mahasiswi kedokteran UISU Medan

Johor, 1 orang mahasiswa keperawatan USU dan 3 orang guru kelas.

Setelah selesai siswa/i tersebut menjawab kuesioner, maka pengawas

mengambil kuesioner yang telah dijawab dimeja siswa/i. Kemudian diberikan

waktu istirahat kepada siswa/i selama 10 menit. Waktu istirahat berakhir,

maka siswa/i tersebut dikumpulkan kembali ke aula untuk diberikan intervensi

pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan. Peneliti memberikan

(60)

materi. Penyampaian materi dilakukan dengan menampilkan powerpoint dan

video. Pada saat penyampaian materi siswa/i mendengarkan dengan baik dan

ada sebagian siswa/i yang cerita – cerita dengan teman sebangku serta ada

juga yang keluar masuk. Setelah selesai penyampai materi selanjutnya

melakukan tanya jawab selama 15 menit, dimana beberapa siswa/i

melontarkan pertanyaan – pertanyaan dengan keadaan wajah rasa ingin tahu.

Setelah sesi tanya jawab selesai, maka siswa/i tersebut diberikan waktu

istirahat selama 10 menit untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosen

diruangan yang terlalu panas. Waktu istirahat berakhir, maka siswa/i tersebut

dikumpulkan kembali keaula untuk melaksanakan pengisian kuesioner tahap

kedua. Dimana waktu yang dibutuhkan pengisian kuesioner tahap kedua ini

sama dengan pengisian kuesioner tahap pertama yaitu selama 30 menit. Proses

pengisian kuesioner tahap kedua ini juga sama dengan pengisian kuesioner

tahap pertama.

Pengisian kuesioner tahap kedua selesai, selanjutnya peneliti memberikan

ucapan terima kasih kepada siswa/i tersebut dengan membagikan leafleat

sebagai pertinggal untuk mengingat kembali materi yang telah disampaikan

dan penelitian juga memberikan jajanan yang sehat berupa minuman yakult.

(61)

4.9. Alur Penelitian

(62)

4.10. Tehnik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dilakukan beberapa proses yaitu :

4.10.1.Editing

Yaitu mengecek kelengkapan data yang telah terkumpul dan mengedit

data. Bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data,

dilakukan perbaiki dan pendataan ulang.

4.10.2.Coding

Yaitu pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul

dan memasukkan data kedalam tabel. Seperti pemberian kode pada hasil

penelitian.

4.10.3.Tabulating

Yaitu melakukan analisa data, pengelolaan data serta pengambilan

kesimpulan data berbentuk tabel frekuensi.

4.11. Analisa data

Penganalisaan khususnya terhadap data penelitian menggunakan ilmu

statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis.

Hasil analisa data disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan

persentase untuk melihat pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI

mengenai penyakit bawaan makanan yang dilaksanakan pendidikan

maupun sebelum dilaksanakan pendidikan kesehatan.

4.11.1.Analisa Univariat

Tujuan analisis univariat dalam penelitian ini adalah untuk

(63)

responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan, setelah dilakukan

pendidikan kesehatan, dan mengidentifikasi distribusi karakteristik

responden. Penyajian data dari masing-masing variabel menggunakan

tabel dan akan diinterprestasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.

4.11.2.Analisa Bivariat

Analisa Bivariat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan

antara kedua variabel (variabel dependen dan independen) (Arikunto,

2007). Kedua variabel yang ingin dibuktikan yaitu pengaruh pendidikan

berpengaruh terhadap pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI dengan

menggunakan uji statistik Wilcoxon (Signed rank test) untuk mengetahui

perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan

kesehatan. Sebelum melakukan uji statistik Wilcoxon(Signed Rank Tets)

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan homogenitas, untuk

melihat data tersebut normal ataupun homogen. Jika data tersebut

didapatkan normal dan homogen maka dilakukan dengan uji Paired

t-Test, tetapi jika data tidak normal dan homogen maka dilakukan uji

Wilcoxon ( Signed rank Test). Jadi data pada penelitian ini tidak normal

dan homogen, maka dari itu uji yang dilakukan yaitu uji statistik

(64)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai pengaruh

pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan terhadap

pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI tentang penyakit bawaan makanan di

sekolah dasar negeri 060929 Medan Johor.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Desember 2015 disekolah

dasar negeri 060929 Medan Johor dengan jumlah responden 71 orang yang

terdiri dari kelas IV, V dan VI. Cara memperoleh data dilakukan dengan

kuesioner, dimana pemberian kuesioner kepada responden dilakukan dua

tahap. Tahap pertama pengisian kuesioner dilakukan sebelum peneliti

melakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan,

sedangkan tahap kedua untuk pengisian kuesioner yang diberikan setelah

pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan. Maka

diperoleh lah hasil seperti yang telah dijabarkan dalam tabel-tabel berikut:

5.1.1.Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari

aspek pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI tentang penyakit bawaan

(65)

a. Karakteristik Responden berdasarkan Usia, Jenis kelamin dan Kelas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon umumnya berusia 11-12

tahun (50,7%), jenis kelamin perempuan (54,9%) dan mayoritas kelas IV

(35,2%).

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan karakteristik

Karakteristik Frekuensi Persentase%

Usia

7 – 8 Tahun 1 1,4 %

9 – 10 Tahun 34 47,9 %

11 – 12 Tahun 36 50,7 %

Jenis Kelamin

Laki – Laki 32 45,1 %

Perempuan 39 54,9 %

Kelas

IV 25 35,2 %

V 23 32,4 %

VI 23 32,4 %

Berdasarkan dari tabel 5.1 bahwa karakteristik siswa/i kelas IV, V dan

VI SDN 060929 Medan Johor dengan jumlah responden 71 orang yaitu

mayoritas responden yang berdasarkan usia 11 sampai 12 tahun (50,7%).

berdasarkan jenis kelamin menunjukan perempuan (54,9%). Sedangkan

(66)

b. Pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan

makanan sebelum pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Siswa/i kelas IV, V dan VI Mengenai Penyakit Bawaan Makanan Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Bawaan Makanan di SDN 060929 Medan Johor 2015

Berdasarkan dari tabel diatas terlihat bahwa pengetahuan siswa/i kelas

IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan disekolah dasar

negeri 060929 Medan Johor mayoritas Cukup yaitu 62 orang (87,3%).

No Pengetahuan Frekuensi Persentase

1. Baik 7 9,9%

2. Cukup 62 87,3%

3. Kurang 2 2,8%

(67)

c. Pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan

makanan setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan

makanan

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Siswa/i kelas IV, V dan VI Mengenai Penyakit Bawaan Makanan Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Bawaan Makanan

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1. Baik 46 64,8%

2. Cukup 25 35,2%

Total 71 100%

Berdasarkan dari tabel diatas terlihat bahwa pengetahuan siswa/i kelas

IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan di sekolah dasar negeri

060929 Medan Johor tahun 2015 mayoritas Baik yaitu 46 Orang (64,8%).

5.1.2.Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan

signifikan pengetahuan pada siswa/i kelas IV, V dan VI Sekolah Dasar

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit

bawaan makanan dengan menggunakan Uji statistik Wilcoxon ( Signed

(68)

a. Analisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan

makanan dengan pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai

penyakit bawaan makanan disekolah Dasar Negeri 060929 Medan Johor

Tabel 5.6 Hasil Uji Wilcoxon (Signed rank test) Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Bawaan Makanan dengan Pengetahuan siswa/i Kelas IV, V dan VI mengenai Penyakit Bawaan Makanan di SDN 060929 Medan Johor

Variabel Pengetahuan N Mean SD p-value

Pengetahuan Pre Penkes 71 11,3099 2,69704 ≤0,00

Pengetahuan Post Penkes 71 14,5493 2,66613

Berdasarkan tabel diatas bahwa hasil perhitungan pengujian

Wilcoxon (signed rank test) memperlihatkan mean meningkat dengan

nilai Pretest = 11,3099 dan Posttest = 14,5493 dengan nilai P-value =

0,00. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan responden tentang penyakit bawaan

(69)

5.2. PEMBAHASAN

5.2.1.Pengaruh pendidikan kesehatan dengan pengetahuan siswa/i kelas IV,

V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan

Tingkat penilaian pengetahuan meliputi tiga kategori yaitu baik,

cukup, dan kurang. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data

peningkatan pengetahuan menunjukkan sebelum dilakukan pendidikan

kesehatan tentang penyakit bawaan terdapat 7 orang responden kategori

tingkat pengetahuan baik, 62 orang responden kategori tingkat

pengetahuan cukup dan 2 orang kategori pengetahuan kurang. Sedangkan

setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai penyakit bawaan

makanan yaitu terdapat 46 orang responden kategori baik dan 25 orang

responden tingkat pengetahuan cukup.

Pengetahuan yang didapatkan sebelum diberikan pendidikan

kesehatan yaitu 7 (9,9%) kategori baik dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan skornya meningkat menjadi sebesar 46 (64,8%) kategori baik.

Sedangkan nilai mean dari pengetahuan pretest sebesar 11,3099 dan

pengetahuan posttest sebesar 14,5493. Sehingga pada posttest terjadi

peningkatan nilai rata-rata, hal ini juga mempengaruhi tingkat pengetahuan

responden.

Dengan memperhatikan proses pendidikan kesehatan yang diberikan

peneliti dan adanya proses tanya jawab kepada responden semakin

meningkatkan pemahaman tentang kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

(70)

kesehatan dari nara sumber seperti petugas kesehatan setidaknya orang

akan berpikir mengenai pentingnya kesehatan dan berusaha untuk

melakukan tindakan kesehatan.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh

Mutmainah (2013) yang meneliti mengenai pengaruh penyuluhan

makanan jajanan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap mengenai

jajanan pada siswa SD Negeri di Surakarta. Hasil penelitiannya

menunjukkan peningkatan pengetahuan siswa setelah menerima

pendidikan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian ini mengenai pengaruh pendidikan

kesehatan dengan pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai

penyakit bawaan makanan disimpulkan ada pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan responden. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pulungan (2008) yang

meneliti mengenai pengaruh metode penyuluhan terhadap peningkatan

pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam pemberantasan sarang nyamuk

demam berdarah. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa ada pengaruh

pendidikan kesehatan/penyuluhan dengan peningkatan pengetahuan dan

sikap mengenai pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah.

Menurut Hovland et al., dalam Azwar (2011) berpendapat bahwa efek

suatu komunikasi tertentu akan tergantung pada sejauh mana komunikasi

itu diperhatikan, dipahami dan diterima. Banyak hal yang dapat

(71)

dari pendidikan formal maupun informal, selain itu juga umur sangat

mempengaruhi prilaku seseorang sehingga bisa mempengaruhi terhadap

daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmojo, 2007).

Dimana mayoritas usia yang paling besar yaitu 11 sampai 12 tahun, usia

ini berada pada tahap perkembangan sosial dan emosional yang mudah

dibangkitkan semangatnya (Budiman, 2007). Pada periode ini merupakan

periode yang sangat penting karena rasa ingin tahu, penasaran dengan hal

baru dan pengetahuan yang masih kurang.

Maka dari itu, untuk meningkatkan pengetahuan seseorang dapat

dilakukan dengan melaksanakan pendidikan kesehatan yaitu

kegiatan-kegiatan edukasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun lainnya,

berupa penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

Pada kegiatan pendidikan kesehatan, materi yang diberikan dengan

metode ceramah dan diskusi. Proses pemberian dengan metode ceramah

dan adanya komunikasi dua arah yaitu pemberi pendidikan kesehatan serta

adanya pertanyaan dari responden menjadi pengetahuan yang diberikan

mudah dicerna. Pemberian ceramah yang diselingi dengan bahasa anak –

anak dan menjadi anak lebih memperhatikan materi yang diberikan.

Materi yang diberikan dengan bentuk bergambar, video dan cerita.

pemberian materi yang berbentuk bergambar dapat menarik minat,

(72)

pesan yang ada dalam video tersebut (Lubis, 2013). Serta dengan bercerita

mengenai contoh anak-anak yang mengalami penyakit yang disebabkan

oleh makanan/jajanan, seperti diare, tifus, hepatitis dll. Serta menjelaskan

penyebabnya yaitu jajanan sembarangan dan tidak memperhatikan

kebersihan jajanan. Oleh karena itu adanya peningkatan nilai kuesioner

dari responden menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan antara

sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan.

Dengan terjadinya peningkatan pengetahuan merupakan hal yang

sangat perlu, dimana pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang

sangat penting terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 2007).

Pengetahuan yang masih minim dapat mempengaruhi pola hidup dan

kebiasaan yang buruk, semua ini sangat berpengaruh pada peningkatan

(73)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian yang dilakukan mengenai pendidikan kesehatan tentang

penyakit bawaan makanan mengenai pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI

sekolah dasar negeri 060929 Medan johor menghasilkan kesimpulan dan

rekommendasi sebagai berikut:

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh

peneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan

makanan terhadap pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai penyakit

bawaan makanan di sekolah dasar negeri 060929 Medan Johor tahun 2015

dengan jumlah 71 responden, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Tingkat pengetahuan siswa/i Kelas IV, V dan VI SDN 060929 Medan

Johor tentang penyakit bawaan makanan sebelum diberikan pendidikan

kesehatan mayoritas cukup 62 orang (87,3%).

b. Tingkat pengetahuan siswa/i Kelas IV, V dan VI SDN 060929 Medan

Johor tentang penyakit bawaan makanan setelah diberikan pendidikan

kesehatan mayoritas baik 46 orang (64,8%).

c. Adanya pengaruh pendidikan kesehatan dengan tingkat pengetahuan

siswa/i Kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan, dengan

hasil perhitungan wilcoxon (signed rank test) diketahui mean meningkat

dengan nilai Pretest = 11,309 dan Posttest = 14,549. Serta nilai P-value =

(74)

6.2. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian maka penting diberikan rekomendasi kepada

berbagai pihak antara lain :

6.2.1.Bagi Sekolah

Diharapkan dengan hasil penelitian ini bahwa sekolah lebih

memperhatikan dan mengawasi segala bentuk kebiasaan siswa/siswi dalam

memilih jajanan yaitu dengan mengaktifkan UKS (Unit Kesehatan

Sekolah), melakukan kerjasama dengan PUSKESMAS dalam kegiatan

penyuluhan.

6.2.2.Pelayanan Keperawatan

Perawat komunitas dalam hal ini dapat lebih mensosialisasikan

kegiatan keperawatan dengan penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

Terutama masalah kesehatan tentang penyakit bawaan makanan

dilingkungan sekolah untuk mengurangi resiko penyakit yang disebabkan

oleh makanan.

6.2.3.Bagi Institusi pendidikan keperawatan

Diharapkan perawat dapat menjadi edukator dan narasumber

kesehatan bagi anak usia sekolah dalam peningkatan derajat kesehatan,

berupa kegiatan pengabdian masyarakat terutama sekolah – sekolah.

Sehingga dapat menambah pengetahuan yang luas.

6.2.4.Penelitian Selanjutnya

Penelitian hanya dilakukan di sekolah dasar negeri 060929 Medan

(75)

sekolah dasar lainnya. Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik

menggunakan populasi yang lebih banyak, penyuluhan atau pendidikan

kesehatan bukan hanya sekedar meneliti tentang pengetahuan mengenai

penyakit bawaan makanan agar lebih representative. Bagi penelitian

selanjutnya disarankan juga meneliti prilaku dan sikap anak sekolah dasar

negeri 060929 Medan johor, sehingga penelitian lebih sempurna dan dapat

(76)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PENYAKIT BAWAAN MAKANAN

2.1.1 Pengertian Penyakit Bawaan Makanan

Penyakit bawaan makanan adalah penyakit yang dihantarkan melalui

pangan atau sering disebut penyakit akibat pangan, disebabkan oleh

konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi. Sebagai

tambahan, zat kimia beracun maupun zat-zat dasar lain yang mengandung

bahaya, jika terkandung di dalam makanan yang kita konsumsi pun dapat

menyebabkan penyakit.

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam

kehidupannya manusia membutuhkan makanan untuk hidup. Jika tidak

memperhatikan kebersihan lingkungan, maka makanan dapat merugikan

bagi manusia. Makanan yang berasal baik dari hewan atau tumbuhan dapat

berperan sebagai media pembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada

manusia.

Mikroorganisme yang menimbulkan penyakit ini dapat berasal dari

makanan asal hewan yang terinfeksi penyakit tersebut atau tanaman yang

terkontaminasi. Makanan yang terkontaminasi selama prosesing atau

pengolahan dapat berperan sebagai media penularan juga.

Penularan foodborne diseases oleh makanan dapat bersifat infeksi.

Artinya suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang

(77)

kasus foodborne diseases, mikroorganisme masuk bersama makanan yang

kemudian dicerna dan diserap oleh tubuh manusia. Kasus foodborne

diseases dapat terjadi dari tingkat yang tidak parah sampai tingkat kematian.

Hingga saat ini lebih dari 250 penyakit bawaan makanan telah

diidentifikasikan. Kebanyakan dari penyakit ini adalah infeksi yang

disebabkan oleh berbagai macam bakteri, virus dan parasit yang dapat

dibawa oleh makanan. Jenis lain dari penyakit bawaan makanan adalah

keracunan yang disebabkan oleh racun berbahaya maupun zat kimia yang

telah mencemari makanan, misalnya racun pada jamur. Penyakit akibat

bawaan makanan tidak memiliki suatu gejala khusus, melainkan

masing-masing memiliki gejala yang berbeda-beda. Walaupun demikian, mikroba

ataupun racun tersebut kesemuanya memasuki tubuh manusia melalui

saluran pencernaan (gastrointestinal tract) dan seringkali menyebabkan

sebuah gejala disana. Jadi, rasa mual (nausea), muntah, nyeri kontraksi

perut dan diare dapat dikatakan sebagai gejala umum yang tampak pada

banyak penyakit yang dibawa oleh makanan.

Banyak mikroba mampu menyebar dengan menggunakan lebih dari satu

cara, sehingga kita tidak dapat selalu tahu apakah penyakit yang kita derita

adalah penyakit yang disebabkan oleh makanan. Pembedaan khas menjadi

penting guna menemukan rekomendasi tepat guna untuk menghentikan

penyebaran suatu penyakit, sarana kesehatan masyarakat perlu mengetahui

cara penyakit itu menyebar. Bakteri ini juga dapat menyebar antar

(78)

ukur penghentian penyebaran penyakit tersebut bergantung banyak dari

penyebab yang disebutkan tadi, jadi penyebaran bakteri dapat dihentikan

mulai dari membuang makanan dan minuman yang terkontaminasi

(Knechtges, 2005).

2.1.2 Jenis-jenis penyakit bawaan makanan

Hingga saat ini lebih dari 250 jenis penyakit bawaan makanan telah

diidentifikasikan. Kebanyakan dari penyakit ini adalah infeksi yang

disebabkan oleh berbagai macam bakteri, virus dan parasit yang dapat

dibawa oleh makanan. Jenis penyakit bawaan makanan sering kita jumpai

seperti penyakit yang terdapat dalam sistem pencernaan, seperti cholera,

helminthic infections (kecacingan), dysenter (disentri), dan tifus

2.1.3 Penyebab Penyakit Bawaan Makanan

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kasus penyakit bawaan

makanan antara lain: industrialisasi, urbanisasi, perubahan populasi dan

gaya hidup, pariwisata dan proses pengolahan, pencemaran lingkungan dan

kurangnya pengetahuan pada konsumen makanan dan konsumen tentang

pengendalian penggunaan makanan.

Penyakit bawaan makanan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan

dengan penyakit bawaan air, yang dimaksud dengan penyakit bawaan

adalah penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat memakan

sesuatu makanan yang terkontaminasi mikroba patogen. Beberapa penyakit

bawaan yang sering terdapat di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh

(79)

Makanan dapat terkontaminasi oleh mikroba karena beberapa hal antara

lain:

a. mengolah makanan dan minuman dengan tangan kotor,

b. mamasak sambil bermain dengan hewan piaraan,

c. menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja dan perabotan

lainnya,

d. dapur yang kotor,

e. alat masak yang kotor,

f. memakan makanan yang sudah jatuh ke tanah,

g. makanan disimpan tanpa tutup sehingga serangga dan tikus dapat

menjangkau, makanan yang masih mentah dan yang sudah matang

disimpan secara bersama-sama dalam satu tempat,

h. makanan dicuci dengan air kotor,

i. pengolah makanan yang menderita penyakit menular.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Berperan Terhadap Timbulnya Penyakit Bawaan

Makanan

Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam penyebaran penyakit

bawaan makanan, yaitu sebagai berikut:

a. Peranan Mikroba dalam Penyakit Bawaan Makanan

Penyakit bawaan makanan disebabkan akibat konsumsi makanan

atau minuman yang telah terkontaminasi oleh mikroba. Mikroba

merupakan jasad hidup yang ukurannya kecil sering hal ini karena

(80)

prokariotik yaitu bakteri dan ganggang biru (Divisio Monera); (2)

Jasad eukariotik uniseluler yaitu algae sel tunggal, khamir dan

protozoa (Divisio Protista); dan (3) Jasad eukariotik multiseluler dan

multinukleat yaitu Divisio Fungi, Divisio Plantae, dan Divisio

Animalia.

Berbagai jenis mikroba pathogen dapat mencemari makanan

yang akan menimbulkan penyakit. Penyakit karena patogen asal

pangan dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu infeksi dan

intoksikasi (keracunan). Infeksi adalah penyakit patogen dapat

menginfeksi korbannya melalui pangan yang dikonsumsi. Dalam hal

ini diakibatkan masuknya mikroba patogen ke dalam tubuh melalui

makanan yang sudah tercemar mikroba. Intoksikasi merupakan

keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik patogen (baik

itu toksin maupun metabolit toksin). Mikroba tumbuh pada makanan

dan memproduksi toksin, jika makanan tertelan, maka toksin tersebut

yang menyebabkan gejala bukan patogennya (Ames, 1994).

Adapun mikroba tersebut antara lain bakteri, virus, dan jamur. Pola

penyebarannya yaitu:

a) Bakteri yaitu melalui daging hewan mentah, seafood (makanan

laut) seperti kerang-kerangan mentah.

b) Virus yaitu melalui udara yaitu melalui seperti kontak

langsung dengan orang yang terinfeksi atau melalui konsumsi

(81)

c) Jamur yaitu melalui makanan yang berasal dari tumbuhan

seperti sayuran, kacang-kacangan yang tidak diolah secara

maksimal.

b. Peranan Bakteri dalam Penyakit Bawaan Makanan

1. Salmonella

Salmonelosis adalah penyakit pada saluran gastrointestine

yang mencakup perut, usus halus, dan usus besar atau kolon.

Penyakit ini disebabkan karena infeksi oleh bakteri Salmonella.

Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak

berspora, bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 μm x 0.5

-0,8 μm. Bakteri ini pertama kali diisolasikan oleh Theobald Smith

pada tahun 1885 dari babi. Nama jenis Salmonella diturunkan dari

nama terakhir dari D.E. Salmon, yang adalah direktur dari Smith.

Bakteri ini tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anerob, pada

suhu 15–41C (suhu pertumbuhan optimum 37oC dan pH

pertumbuhan 6–8). Beberapa spesies dari Salmonella antara lain

adalah Salmonella typhi, Salmonella enteritidis, dan Salmonella

cholerasuis.

a) Sifat Patogenitas Salmonella

Masuknya Salmonela typhi dan Salmnella paratyphi ke

dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang

terkontaminasi bakteri. Sebagian bakteri dimusnahkan dalam

(82)

berkembang biak. Bila respon imunitas humoral usus kurang

baik maka bakteri akan menembus sel-sel epitel selanjutnya ke

lamina propria. Di lamina propria bakteri berkembang biak dan

difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Bakteri

dapat hidup dan berkembang biak di makrofag dan

selanjutnya dibawa ke plak peyeri ileum distal dan kemudian

ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya menuju ke

pembuluh darah (mengakibatkan bakteremia) kemudian

menuju hati dan limpa.

Di organ-organ ini bakteri meninggalkan sel fagosit dan

berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan

selanjutnya masuk ke sirkulasi darah lagi mengakibatkan

bakteremia yang kedua kalinya. Di dalam hati, bakteri masuk

ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama

cairan empedu diekskresikan ke dalam lumen usus.

Sebagian bakteri dikeluarkan melalui feses dan sebagian

masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Bakteri

itu kemudian menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik

sepeti demam, malaise, gangguan mental, koagulasi, dan

pendarahan saluran cerna akibat erosi pembuluh darah.

b) Epidemiologi infeksi oleh Salmonella

Salmonellosis disebarkan pada orang-orang dengan

(83)

(mencemari) makanan. Salmonella ada diseluruh dunia dan

dapat mencemari hampir segala tipe makanan, namun

perjangkitan-perjangkitan dari penyakit baru-baru ini

melibatkan telur-telur mentah, daging mentah (daging sapi

yang digiling dan daging-daging lain yang dimasak dengan

buruk), produk-produk telur, sayur-sayur segar, cereal, dan air

yang tercemar. Pencemaran dapat datang dari feses hewan atau

manusia yang berhubungan dengan makanan selama

pemrosesannya. Feses dari orang-orang yang terinfeksi akan

mencemari sumber air atau makanan dari orang-orang yang

tidak terinfeksi. Sumber-sumber langsung yang berpotensi

dari Salmonella adalah hewan seperti kura-kura, anjing,

kucing, kebanyakan hewan ternak, dan manusia yang

terinfeksi.

Pola penyebaran penyakit ini pada tubuh manusia adalah

melalui saluran cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari,

usus halus, usus besar). Bakteri masuk ke tubuh manusia

bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Saat

kuman masuk kesaluran pencernaan manusia, sebagian kuman

mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus

halus. Dari usus halus kuman beraksi sehingga bisa

”menjebol” usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus,

(84)

dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan

lain-lain). Sehingga feses dan urin penderita bisa mengandung

kuman yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan

atau minuman yang tercemari.

c) Gejala dari infeksi Salmonella

Gejala dari Salmonelosis akan terlihat 8 sampai 48 jam

setelah makan makanan yang tercemar oleh Salmonella. Gejala

awal yaitu timbulnya rasa sakit perut yang mendadak disertai

dengan diare encer atau berair, kadang-kadang bahkan dengan

lendir atau darah. Seringkali menyebabkan mual dan muntah

kemudian terjadi demam dengan suhu 38–39o Celcius.

Gejala-gejala ini disebabkan oleh endotoksin tahan panas yang

dihasilkan oleh Salmonella. Gejala-gejala tersebut biasanya

akan hilang dalam waktu 2–5 hari.

d) Pencegahan Salmonelosis

Kebanyakan kasus Salmonelosis disebabkan karena

memakan makanan yang tercemar. Oleh karena itu pencegahan

yang terbaik untuk dilakukan adalah sebagai berikut: Memasak

dengan baik makanan yang dibuat dari daging; menyimpan

makanan pada suhu lemari es yang sesuai; melindungi

makanan dari pencemaran oleh binatang pengerat, lalat, dan

(85)

makanan yang semestinya, serta kebersihan pribadi yang baik

serta hidup dengan cara-cara yang memenuhi syarat kesehatan.

Begitu ditemukan adanya kasus infeksi makanan oleh

Salmonella maka harus segera dilaporkan pada Dinas

Kesehatan. Dengan demikian dapat diambil langkah-langkah

yang sesuai untuk melindungi masyarakat dari suatu

perjangkitan keracunan makanan. Tidak ada imunisasi yang

efektif terhadap infeksi oleh spesies Salmonella.

2. Clostridium

Botulisme adalah suatu penyakit yang disebabkan keracunan

makanan oleh bakteri. Botulisme berasal dari kata botulisme yang

berarti sosis. Penyakit ini diberi nama demikian karena selama

bertahun-tahun sosis yang tidak dimasak dihubungkan dengan

penyakit ini. Botulin, juga dikenal sebagai botox, yaitu toksin

bakteri paling mematikan yang dapat terbentuk pada makanan

kaleng yang tidak diproses dengan benar atau cukup dipanasi.

Bakteri penghasil botulin adalah Clostridium botulinum.

a) Sifat patogenitas Clostridium

Toksin botulinum yang dihasilkan oleh Clostridium adalah

racun yang paling ampuh. Sebagai contoh dosis letal

(mematikan) bagi toksin tipe A pada tikus diperkirakan

0,000000033 mg. Ini berarti 1 gram toksin dapat membunuh

(86)

menyebabkan kelumpuhan pada faring dan diafragma. Cara

kerja toksin ini adalah dengan menghambat pembebasan

asetilkolin oleh serabut syaraf ketika impuls syaraf lewat di

sepanjang syaraf tepi.

b) Epidemiologi botulisme

Clostridium botulinum tersebar luas di lingkungan darat

dan perairan. Jika sporanya mencemari makanan yang sudah

diolah atau mengadakan kontak dengan luka maka dapat

berkembang biak menjadi sel-sel vegetatif dan menghasilkan

toksin. Selain itu infeksi juga dapat terjadi pada saluran bayi

yang disebut botulisme bayi. Toksinnya dihasilkan di dalam

usus bayi, menyebabkan badan lemah, tidak dapat buang air

besar, dan lumpuh. Infeksi semacam ini mungkin disebabkan

karena pemberian susu yang mengandung spora Clostridium

botulinum pada bayi.

c) Gejala dari keracunan botulisme

Gejala penyakit ini biasanya mulai muncul sekitar 12 – 48

jam setelah mengkonsumsi makanan yang sudah tercemar.

Gejala tersebut meliputi kesulitan berbicara, pupil melebar,

penglihatan ganda, mulut terasa kering, mual, muntah, dan

tidak dapat menelan. Kelumpuhan dapat terjadi pada kantung

kemih dan semua otot yang bekerja di daerah tersebut.

(87)

gejala karena tidak dapat bernafas atau jantung tidak bekerja

lagi. Gejala botulisme pada bayi yaitu tampak lesu, mengangis

lemah, sembelit, nafsu makan buruk, otot lisut. Jika gejala

penderita penyakit ini tidak segera teratasi, maka akan terjadi

kelumpuhan dan gangguan pernafasan.

d) Pencegahan botulisme

Tidak ada penanganan spesifik untuk keracunan ini, kecuali

mengganti cairan tubuh yang hilang. Kebanyakan keracunan

dapat terjadi akibat cara pengawetan pangan yang keliru

(khususnya di rumah atau industry rumah tangga), misalnya

pengalengan, fermentasi, pengawetan dengan garam,

pengasapan, pengawetan dengan asam atau minyak. Bakteri ini

mencemari produk pangan dalam kaleng yang beredar asam

rendah, ikan asap, kentang matang yang kurang baik

penyimpanannya, pie beku, telur ikan fermentasi, seafood, dan

madu.

Tindakan pengendalian khusus bagi industri terkait bakteri

ini adalah penerapan sterilisasi panas dan penggunaan nitrit

pada daging yang dipasteurisasi. Sedangkan bagi rumah

tangga atau pusat penjualan makanan antara lain dengan

memasak pangan kaleng dengan seksama (rebus dan aduk

selama 15 menit), simpan pangan dalam lemari pendingin

Gambar

Tabel Kelas IV, V dan VI sekolah dasar Negeri 060929 Medan
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan    karakteristik
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Siswa/i kelas IV, V dan VI Mengenai Penyakit Bawaan Makanan Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Bawaan Makanan di SDN 060929 Medan Johor 2015
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Siswa/i kelas IV, V dan VI Mengenai Penyakit Bawaan Makanan Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Bawaan Makanan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat sistem dijalankan dengan mode otomatis, maka sensor suhu dan sensor cahaya akan memantau keadaan di lapangan penjemuran untuk menentukan keadaan cuaca. Apabila

Berdasarkan kewenangan pemerintah daerah terkait dengan otonomi daerah, maka semua kewenangan daerah, baik kewenangan yang menjadi urusan wajib dan urusan pilihan dari

Deadlock adalah keadaan dimana 2 atau lebih proses saling menunggu meminta resources untuk waktu yang tidak terbatas lamanya.. Analoginya seperti pada kondisi jalan raya dimana

Berkaitan dengan intensi perilaku seks pranikah, individu yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung mempunyai inisiatif untuk menunjukkan usaha yang lebih besar

Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Agar sasaran

Dalam kajian ini, kami memutuskan untuk menggunakan rutin berfikir Lihat-Fikir-Tanya, Melangkah ke Dalam, Fikir-Tulis dan Apa yang Menyebabkan Awak Berkata Begitu untuk

setiap penyakit pasti adapula obatnya, terjadinya gangguan aktivitas kemampuan fungsional pada myofascial trigger point syndrome otot upper trapezius dapat

3) Badan keagamaan dan badan sosial. Hak Pakai dapat diberikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas jika. pemegang Hak Pakainya bukanlah subjek hukum tersebut