RIWAYAT HIDUP PENULIS
Data Pribadi Penulis
Nama : Joko Sutejo
Tempat Tanggal Lahir: Serusa, 20 Desember 1992
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Anak Ke : 1 Dari 4 Bersaudara
Agama : Islam
Alamat : Serusa, Kec. Bangko, Kab. Rokan Hilir, Riau.
Nama Orang Tua
Bapak : Subono
Ibu : Paini
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Petani
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Serusa, Kec. Bangko, Kab. Rokan Hilir, Riau
Riwayat Pendidikan
Tahun 1999-2005 : SD Negeri 034 Serusa, Bangko
Tahun 2005-2008 : SMP Negeri 3 Bangko
Tahun 2008-2011 : SMA Negeri 1 Sinaboi
Tahun 2011-2014 : Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Keperawatan
Surat Pernyataan Menjadi Responden
Berdasarkan permintaan dan pemohonan serta penjelasan penjelasan
peneliti yang sudah disampaikan kepada saya bahwa akan diadakan penelitian
tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Bawaan Makanan Terhadap Pengetahuan Siswa/i Mengenai Penyakit Bawaan Makanan Di Sekolah Dasar Negeri 060929 Medan Johor Tahun 2015.
Demi membantu dan berpartisipasi dalam penelitian saya bersedia
berperan sebagai responden dalam penelitian ini.
Peneliti Medan, November 2015
Joko Sutejo (Responden)
A. Petunjuk penelitian
Bacalah pertanyaan berikut dengan baik kemudian pilihlah salah satu
jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda silang (x) pada jawaban
yang anda pilih
Jika anda ingin memperbaiki jawaban, coretlah yang salah (=) dan ganti
dengan jawaban yang anda anggap benar
Isilah pertanyaan pada lembar jawaban
Partisipasi yang anda berikan sangat berharga sekali, saya ucapkan terima
LEMBAR KUESIONER
Jawablah dengan benar pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda (x)
pada jawaban yang anda angap paling tepat.
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit bawaan makanan?
a. Penyakit yang disebabkan oleh makanan/jajanan yang tercemar dan tidak
sehat.
b. Penyakit yang disebabkan oleh makanan yang dijajakan dikantin sekolah
c. Penyakit yang disebabkan oleh makanan yang mengandung zat pewarna
d. Penyakit makanan yang dihinggapi lalat
2. Yang tidak termasuk penyebab terjadinya penyakit bawaan makanan adalah?
a. Bacteri
b. Gangga
c. Jamur
d. Virus
3. Yang tidak termasuk hewan pembawa mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit bawaan makanan, adalah?
a. Kecoa
b. Lalat
c. Tikus
d. Nyamuk
4. Yang bukan merupakan makanan yang dapat menyebabkan terjadinya
penyakit bawaan makanan, adalah?
a. Makanan yang kadaluarsa
b. Makanan yang berbau busuk
c. Makanan yang tercemar
5. Penyakit bawaan makanan dapat ditularkan melalui?
a. Jajanan yang tercemar dan tidak sehat
b. Makanan yang dalam keadaan sehat
c. Jajanan yang terjaga kebersihannya
7. Yang bukan merupakan gejala dari terjadi penyakit bawaan makanan adalah?
a. Mual-mual
b. Muntah
c. Sakit perut
d. Pusing
8. Yang dapat kita lakukan untuk menjaga kebersihan jajanan adalah?
a. Menutup makanan dengan rapat
b. Membuka jajanan
c. Mencuci tangan sebelum memegang makanan
d. Meletakkan sembarangan
10. Upaya untuk mencegah terjadi penyakit bawaan makanan,kecuali?
a. Memasak makanan dengan matang
b. Menyimpan makanan ditempat yang bersih
d. Menempatkan makanan sembarangan
11. Salah satu penyebab terjadinya penyakit bawaan makanan pada anak usia
sekolah adalah,kecuali?
a. Kurang pengawasan dari pihak sekolah dalam memilih jajanan
b. Selalu menjaga kebersihan diri pembeli dan penjual
c. Kurangnya pengetahuan menjaga kebersihan
d. Penjual jajanan yang tidak menjaga kebersihan (mencuci tangan)
12. Berikut cara memilih jajanan yang sehat?
a. Memilih jajanan yang bersih
b. Memilih jajanan yang sembarangan
c. Memilih jajanan yang terbuka
d. Memilih jajanan yang terdapat banyak lalat
13. Dampak yang dapat terjadi jika penyakit bawaan makanan menyerang anak
usia sekolah, pilihlah jawaban yang tepat?
a. Sering pusing
b. Mual-mual
c. Tidak konsetrasi belajar akibat kesakitan
d. Kurus
15. Sebelum membeli jajanan atau makanan dikantin sekolah, apa yang perlu kita
lakukan,kecuali?
a. Melihat kondisi jajanan
b. Melihat kondisi penjual
c. Melihat wadah jualan
d. Mencuci tangan
a. Mencuci tangan
b. Langsung memakan jajanan
c. Tidak mencuci tangan
d. Membuka makanan
17. Berapa lama untuk mencuci tangan yang baik, menurut standar mencuci
tangan?
a. 10 detik
b. 15 detik
c. 20 detik
d. 25 detik
18. Ada berapa langkah untuk mencuci tangan yang benar?
a. 5 langkah
b. 6 langkah
c. 7 langkah
d. 8 langkah
19. Dimanakah membeli jajanan yang baik?
a. Jajanan yang dijual dipinggir jalan
b. Dijual di depan sekolah
c. Dikantin sekolah
d. Penjual keliling
20. Jika menemukan jajanan yang dijual dengan keadaan terbuka dan tidak
bersih, apa yang dilakukan?
a. Tetap membeli jajanan
b. Tidak peduli
c. Tidak membeli jajanan
71
3 3 2 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 10 2 71 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 11 2
NB :
Umur : 1 = 7-8 Tahun 2 = 9-10 Tahun 3 = 11-12 Tahun Kategori :1= Baik (15 – 20 Soal) 2=Cukup (7 – 14 Soal)
Kelas : 1 = Kelas IV 2 = Kelas V 3 = Kelas VI 3=Kurang (1 – 6 Soal)
Statistics
Umur Kelas Pre Post
N Valid 71 71 71 71
Missing 0 0 0 0
Mean 2.2958 1.9718 1.9296 2.3521
Std. Error of Mean .05812 .09822 .04171 .05709
Median 2.0000 2.0000 2.0000 1.0000
Mode 2.00 1.00 2.00 1.00
Std. Deviation .48973 .82759 .35148 .48103
Variance .240 .685 .124 .231
Range 2.00 2.00 2.00 1.00
Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00
Maximum 3.00 3.00 3.00 2.00
Sum 163.00 140.00 137.00 96.00
Percentiles 25 2.0000 1.0000 2.0000 1.0000
50 2.0000 2.0000 2.0000 1.0000
75 3.0000 3.0000 2.0000 2.0000
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 7-8Tahun 1 1.4 1.4 1.4
9-10Tahun 34 47.9 47.9 49.3
11-12Tahun 36 50.7 50.7 100.0
Kelas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid KelasIV 25 35.2 35.2 35.2
KelasV 23 32.4 32.4 67.6
KelasVI 23 32.4 32.4 100.0
Total 71 100.0 100.0
JK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 46 64.8 64.8 64.8
Cukup 25 35.2 35.2 100.0
JK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 32 45.1 45.1 45.1
Perempuan 39 54.9 54.9 100.0
Total 71 100.0 100.0
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Pre 71 1.9296 .35148 1.00 3.00
Post 71 1.3521 .48103 1.00 2.00
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Post - Pre Negative Ranks 40a 20.50 820.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 31c
Total 71
a. Post < Pre
b. Post > Pre
c. Post = Pre
Test Statisticsb
Post - Pre
Z -6.252a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on positive ranks.
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Pretest 71 11.3099 2.69704 4.00 17.00
Postest 71 14.5493 2.66613 8.00 19.00
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Postest - Pretest Negative Ranks 3a 14.17 42.50
Positive Ranks 63b 34.42 2168.50
Ties 5c
Total 71
a. Postest < Pretest
b. Postest > Pretest
c. Postest = Pretest
Test Statisticsb
Postest - Pretest
Z -6.811a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
DATA NORMALITAS DAN HOMOGENITAS PENELITIAN
Umur Statistic Std. Error
Pretest 9-10Tahun Mean 10.8529 .49079
95% Confidence Interval for
11-12Tahun Mean 11.8333 .40922
Variance 6.029
Std. Deviation 2.45531
Minimum 6.00
Maximum 17.00
Range 11.00
Interquartile Range 3.75
Skewness -.385 .393
Kurtosis -.047 .768
a. Pretest is constant when Umur = 7-8Tahun. It has been omitted.
Tests of Normalityb
Umur
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest 9-10Tahun .168 34 .017 .975 34 .600
11-12Tahun .127 36 .151 .970 36 .434
a. Lilliefors Significance Correction
b. Pretest is constant when Umur = 7-8Tahun. It has been omitted.
Kelas
Case Processing Summary
Kelas
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Postest KelasIV 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%
KelasV 23 100.0% 0 .0% 23 100.0%
Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
Postest KelasIV Mean 13.3600 .48607
Descriptives
JK Statistic Std. Error
Postest Laki-laki Mean 14.7188 .45842
95% Confidence Interval for
Perempuan Mean 14.4103 .44040
Tests of Normality
JK
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Postest Laki-laki .262 32 .000 .908 32 .010
Perempuan .184 39 .002 .914 39 .006
a. Lilliefors Significance Correction
KELAS PRE TEST
Case Processing Summary
Kelas
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pretest KelasIV 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%
KelasV 23 100.0% 0 .0% 23 100.0%
Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
Pretest KelasIV Mean 10.0800 .50964
Mean Upper Bound 13.3750
*. This is a lower bound of the true significance.
Umur Statistic Std. Error
Pretest 9-10Tahun Mean 10.8529 .49079
95% Confidence Interval for
11-12Tahun Mean 11.8333 .40922
95% Confidence Interval for
Tests of Normalityb
b. Pretest is constant when Umur = 7-8Tahun. It has been omitted.
ANALISIS PRE TEST and POST TEST
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmoto. (2008). Pendidikan Kesehatan, Jakarta: Salemba Medika
Ames, A. (1994). Foodborne Phatogens: Risk and Consequens.Jurnal Councilter
Agricultural science and Technologi.
Andarwulan,et, al. (2009). Laporan Penelitian; Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional Tahun 2008.
Southeast Asian Food And Agricultural Science and Technology
(SEAFAST), Bogor: Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
Antara, S. (2004). Kelompok yang Beresiko Tinggi Tertular Penyakit. Skripsi Sarjana FKM-UI Jakarta
Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian; Suatu pendekatan Praktik, Jakarta:
Renika Cipta
Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian; Suatu pendekatan Praktik. Edisi Revisi,
Jakarta: Renika Cipta
Aziz, A. (2003). Riset Keperawatan dan Tehnik Penelitian Ilmiah, Jakarta:
Salemba Medika.
Aziz, A. (2007). Riset Keperawatan dan Tehnik Penelitian Ilmiah. Edisi Revisi,
Jakarta: Salemba Medika.
Azwar, S, (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Badan Karantina. (2007).Ketahanan pangan dan Keamanan Pangan, Jakarta:
Laporan Hasil Penelitian
Badan Penelitian Statistik. (2009). Sumber Energi Bagi Tubuh Manusia, Jakarta:
Laporan Hasil Penelitian.
Barraki dkk.(2005). Foodborne Diseases. The Jurnal of Educational Research,
The Carter Center. University Haramaya.
Bondika, A.A. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Makanan Jajanan Pada Anak Sekolah Dasar. Laporan Hasil Penelitian. Universitas Diponegoro Semarang.
Budiman, D. (2007). Bahan Ajar Mata Kuliah Psikologi Anak Dalam Penjas
Center for Diseases Control and Prevention (CDC). (2012). Data Foodborne Diseases, New York: CDC.
Depkes RI. 2003.Bahaya Penyakit Bawaan Makanan. Ditjen dan PL.Jakarta.
Depkes RI. 2005. Penyakit Menular. Ditjen dan PL.Jakarta.
Depkes RI.2012.Sumber Penyakit dari Makanan. Ditjen dan PL.Jakarta.
Depertemen Kesehatan RI. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar, Jakarta:
Badan Litbang Kesehatan.
Fauzi, M.S. (2008). Pengaruh Asupan Nutrisi dan Gizi Terhadap Tumbuh
Kembang Anak, Fakultas Kesehatan Masyarakat UNPAD.
Khosman, A. (2003). Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Pada Produk Pangan Yang Beredar di Jakarta dan Ciputat, Program Studi Kimia FST UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta.
Knechtges, P. (2005). Buku keamanan pangan teori dan praktik, Jakarta: EGC.
Mubarak & Chayatin. (2009). Pendidikan Kesehatan, Jakarta: EGC.
Mutmainah, U. (2013). Pengaruh Penyuluhan Makanan Jajanan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Mengenai Makanan Jajanan Pada Siswa/i SD Negeri Di Surakarta. Hasil Penelitian, Universitas Muhammadiah Surakarta.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry, (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Pulungan, R. (2008). Pengaruh Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Di Kec. Helvetia 2007. Tesis, Universitas
Sampurno, E. (2005). Masalah-masalah Kesehatan Yang Terjadi Berhubungan Dengan Penyakit Bawaan Makanan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Siwach, M. Impact of Health Education Programme on the Knowledge and
Practices of School Children Regarding Personal Hygiene in Rural Panipat[Serial Online]. c2009[cited 2012 Feb 11]. Available from:
http://www.krepublishers.com/02-Journals/IJES/IJES-01-0-000-09
Web/IJES-01-2-000-09-Abst-PDF/IJES-01-2-115-09-009-Siwach-M/IJES-01-2-115-09-009-Siwach-M-Tt.pdf
Suci, E.S. (2009). Gambaran Prilaku Jajanan Murid Sekolah Dasar di Jakarta. Jurnal Psikobuana-Jurnal Ilmiah Psikologi,Vol1No 1, Hal. 29-38.
Sutardji, A. (2007). Kebiasaan Anak Menjaga Kebersihan Diri dan Lingkungan disekolah dalamPemenuhan Status Gizi Anak di SDN Kompleks Mangkura Kota Makasar. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Wawan & dkk. (2010). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan prilaku
manusia, Jakarta: Nuha Media.
WHO. (2006) . Penyakit Bawaan Makanan, Jakarta: EGC
World Health Organization., (2007). Food Safety and Foodborne Illness.
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Berdasarkan penjelasan dari bab II, kerangka penelitian pengaruh
pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan terhadap
pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan
di SDN 090629 Medan Johor 2015 adalah sebagai berikut:
Bagan 3.1 Kerangka Penelitian
3.2. Hipotesa Penelitian
Hipotesa dalam penelitian yaitu ada pengaruh pendidikan kesehatan
tentang penyakit bawaan makanan terhadap pengetahuan siswa/i kelas IV, V
dan VI mengenai penyakit bawaan makanan. Adapun alternative (Ha) dapat
diterima, dimana nilai signifikan (ρ < 0,05).
3.3. Variabel Penelitian
3.3.1.Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini adalah pendidikan Kesehatan
berupa penyuluhan tentang penyakit bawaan makanan
3.3.2.Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pengetahuan siswa/i
kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan.
3.4. Defenisi Operasional Variabel
3.4.1.Variabel Independen
Pendidikan kesehatan adalah berupa penyampaian materi kesehatan
mengenai penyakit bawaan makanan yang meliputi pengertian, penyebab,
pengendalian dan pencegahan penyakit bawaan makanan melalui
penyuluhan kepada siswa/i kelas IV, V dan VI di Aula sekolah dalam
sekali pertemuan serta dengan penyampaian materi yang disusun dalam
bentuk power point dengan penyampainnya dengan metode ceramah.
3.4.2.Variabel Dependen
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh siswa/i kelas
IV, V dan VI tentang penyakit bawaan makanan yang meliputi;
pengertian, penyebab, pengendalian dan pencegahan penyakit bawaan
makanan. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner, dengan hasil ukur
sebagai berikut; Baik, dikatakan baik apabila hasil jawaban benar
responden 15 sampai 20 soal yang diberikan. Cukup, dikatakan cukup
sedangkan kurang, dikatakan kurang apabila responden menjawab benar 1
sampai 6 soal yang berikan. Serta skala ukur yang digunakan adalah
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experimental. Dengan desain
penelitian one group pretest-posttest design, yaitu metode yang merupakan
rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran pertama (Pretest)
dilakukan terhadap sampel yang dipilih secara langsung dari populasi,
kemudian dilakukan intervensi pada sampel tersebut. Selanjutnya, dilakukan
pengukuran kedua (Posttest) pada sampel yang sama (Notoatmodjo, 2010).
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1.Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Aziz
Alimul, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas IV, V
dan VI yang terdapat di SDN 090629 Medan Johor sebanyak 249 orang
dalam tahun 2015.
4.2.2.Sampel
Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan sampel dengan stratified
random sample, rancangan ini dilakukan pada populasi yang sering kali
ditemui kondisi populasi yang ada terdiri dari beberapa lapisan atau
Rumus yang digunakan dalam penentuan besar sample adalah sebagai
berikut :
n : N
1 + N (d2)
Keterangan :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Nilai kesenjangan / nilai ketidakpercayaan (Notoatmodjo,
2010)
Maka sampel dalam penelitian ini adalah :
n = N
1 + N (d2)
n = 249
1 + 249(0, )
n = 249
1 + 249 (0,01)
n = 249
1 + 2,49
n = 249
3,49
Tabel Kelas IV, V dan VI sekolah dasar Negeri 060929 Medan Johor
No Kelas Populasi dalam kelas Jumlah sampel
1 IVA 42 12
sebanyak 25 orang, kelas V sebanyak 23 orang dan kelas VI sebanyak 23
orang. Dimana pengambilan sampel dilakukan secara acak/random pada
Cabut undi laksanakan dengan menggunakan potongan kertas kecil yang
digulung sesuai dengan jumlah responden dan sebagian diberikan tanda
label tulisan ”Sampel” pada kertas gulung tersebut sesuai jumlah sampel
yang dibutuhkan. Setelah itu responden mencabut undi, serta yang
mendapatkan undian yang memiliki tanda tulisan “sample”. Maka
responden tersebut menjadi sampel.
Alasan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang
terdapat pada penelitian terdiri dari kelas dan karakteristik yang berbeda
seperti tingkat pendidikan. Jadi hasil yang dicapai dapat mempengaruhi
derajat keseragaman populasi yang bersangkutan. Selain itu juga terdapat
perbedaan tingkat perkembangan kognitif antara kelas I, II dan III dengan
kelas IV,V dan VI. Serta terdapat siswa/i kelas I,II dan III yang tidak dapat
membaca. Hal ini dapat mengganggu proses penelitian, maka dari itu
dilakukan penelitian kepada kelas IV, V dan VI yang homogenitasnya
terpenuhi.
4.4. Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 090629 Medan Johor. Adapun alasan
pemilihan tempat penelitian karena disekolah tersebut terdapat penjual jajanan
yang menjajakan tidak memenuhi syarat kesehatan, seperti berjualan dideket
kamar mandi siswa/i dan terdapat penjual yang menjual makanan di pinggir
jalan dengan keadaan terbuka. Serta terdapat siswa/i sering tidak masuk
juga belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Penelitian ini dimulai
pada tanggal 03 Desember 2015.
4.5. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi
pendidikan yaitu Program Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan izin kepala sekolah SDN 060929 Medan
Johor. Dan telah lulus uji etik dari komisi etik Fakultas Keperawatan. Dalam
penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik,
yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan
prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila responden bersedia, maka calon
responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika
calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak
dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama
proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data
responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada
instrument penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh
dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
Prinsip-prinsip etik yang perlu diperhatikan pada saat melakukan
penelitian ini adalah menghormati harkat dan martabat manusia;
menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian; keadilan dan
keterbukaan serta memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
Adapun etika yang dijaga dalam melaksanakan penelitian ini adalah tidak
mengganggu proses belajar mengajar siswa/i maupun pihak sekolah. Proses
penelitian yang dilaksanakan menghabiskan waktu selama 105 menit. Dimana
selama 30 menit mengisi lembar soal tahap pertama, kemudian 10 menit
istrihat, 25 menit memberikan penyuluhan kesehatan setelah itu istirahat
kembali selama 10 menit dan terakhir mengisi lembar soal tahap kedua
selama 30 menit.
4.6. Instrumen Penelitian
Didalam pengumpulan data dengan cara apa pun, selalu diperlukan suatu
alat yang disebut “Instrumen pengumpulan data”. Sudah barang tentu macam
alat pengumpul data ini tergantung pada macam dan tujuan penelitian serta
data yang akan diambil (Notoatmodjo. 2010). Kuesioner penelitian untuk
mengetahui pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI tentang penyakit bawaan
makanan terdiri dari 20 pertanyaan. Menggunakan skala Guttman, yaitu skala
yang menggunakan jawaban tegas,yang menyediakan 2 alternatif jawaban,
yaitu: a) bila bentuk pertanyaan Positif jawabannya “Benar” maka skor dari
pertanyaan itu 1, namun jika jawabannya “Salah” skor pertanyaan itu 0.
Sedangkan instrumen penelitian selanjutnya yang digunakan dalam
menyampaikan pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan yaitu
berupa penyampaian materi dengan metode ceramah.
4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang digunakan berupa kuesioner sebagai alat peneliti selesai
kuesioner dikatakan valid jika kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Notoatmodjo, 2010).
4.7.1.Uji Validitas
Suatu ukuran yang mewujudkan tingkat-tingkat kualitas suatu
instrumen, suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa
yang diinginkan (Arikunto, 2006). Instrument penelitian ini disusun
sendiri oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas untuk
mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur
secara konsisten sasaran yang diukur.
Penelitian ini menggunakan validitan isi dimana instrumen penelitian
dianalisis oleh dosen yang berkompeten dibidangnya yaitu Ibu Lufthiani,
S.Kep, Ns, M.Kes dari Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara, Sri Lestary S.P., M.Kes dari Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Ibu
Risma D. Manurung, S.Kep, Ns, M. Biomed dari Keperawatan Anak
Poltekkes Kemenkes Medan. Berdasarkan uji validitas tersebut, kuesioner
disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item
pertanyaan yang mengukur sasaran sesuai dengan teori dan
konsep.Berdasarkan uji statistik instrumen penelitian dikatakan valid jika
diperoleh nilai rhitung lebih besar dari rtabel yaitu 0,433.
Hasil validitas instrumen penelitian yang dilakukan adalah 0,846. Jadi
4.7.2.Uji Reliabilitas
Realibitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Menunjukkan pada
suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut
sudah baik. Uji reliabilitas dilakukan pada 20 responden siswa/i kelas IV,
V dan VI di SDN 060930 Medan Johor yang mempunyai kriteria sama
dengan sampel (Arikunto, 2008). Dalam penelitian ini uji reliabilitas suatu
item pertanyaan dengan menggunakan cronbach alpha (α). Instrumen
disebut reliabel bila didapat nilai alpha > 0,60 (sugiono, 2005).
Hasil realibitas instrumen penelitian yang dilakukan di sekolah dasar
negeri 060930 Medan Johor didapatkan cronbach alpha (a) adalah 0,885.
4.8. Cara Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian yang dilakukan peneliti adalah terlebih
dahulu peneliti meminta database siswa/i yang terdapat disekolah tersebut,
setelah diperoleh data siswa/i maka peneliti mengambil populasi kelas IV, V
dan VI yang akan dihitung sampel. Setelah dilakukan penghitungan sampel
yang akan dibutuhkan, maka peneliti melakukan pengambilan sampel
kesekolah tersebut khusus pada kelas IV, V dan VI. Cara pengambilan sampel
yang dilakukan yaitu dengan cara acak/random pada setiap responden yang
terdapat dikelas IV, V dan VI dengan melakukan cabut undi. Cabut undi ini
dilaksanakan selama 15 menit setiap kelas, jadi dibutuhkan waktu selama 45
potongan kertas kecil yang digulung sesuai dengan jumlah responden dan
sebagian diberikan tanda label tulisan “Sampel” pada kertas gulungan tersebut
sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan disetiap kelas. Setelah itu
responden mencabut undi, serta mendapatkan undian yang memiliki tanda
tulisan “Sampel” maka responden tersebut menjadi sampel. Pengambilan
sampel dilaksanakan satu hari sebelum dilaksanakan penelitian.
Setelah dilaksanakan pengambilan sampel, maka keesok hari peneliti
melaksanakan penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu
siswa/i kelas IV, V dan VI yang sudah menjadi sampel penelitian dipanggil
dan dikumpulkan di aula sekolah. Kemudian peneliti dan rekan-rekan
penelitian menyampaikan tujuan dilakukan pengumpulan di aula. Setelah
menjelaskan maksud dan tujuan kepada siswa/i tersebut, maka peneliti
membagikan kuesioner tahap pertama kepada siswa/i dan dibantu oleh 3 orang
mahasiswa serta 3 guru kelas. Waktu yang diberikan kepada siswa/i untuk
menjawab kuesioner tersebut yaitu selama 30 menit dan diawasi oleh 6 orang
yang terdiri dari 1 orang peneliti, 2 orang mahasiswi kedokteran UISU Medan
Johor, 1 orang mahasiswa keperawatan USU dan 3 orang guru kelas.
Setelah selesai siswa/i tersebut menjawab kuesioner, maka pengawas
mengambil kuesioner yang telah dijawab dimeja siswa/i. Kemudian diberikan
waktu istirahat kepada siswa/i selama 10 menit. Waktu istirahat berakhir,
maka siswa/i tersebut dikumpulkan kembali ke aula untuk diberikan intervensi
pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan. Peneliti memberikan
materi. Penyampaian materi dilakukan dengan menampilkan powerpoint dan
video. Pada saat penyampaian materi siswa/i mendengarkan dengan baik dan
ada sebagian siswa/i yang cerita – cerita dengan teman sebangku serta ada
juga yang keluar masuk. Setelah selesai penyampai materi selanjutnya
melakukan tanya jawab selama 15 menit, dimana beberapa siswa/i
melontarkan pertanyaan – pertanyaan dengan keadaan wajah rasa ingin tahu.
Setelah sesi tanya jawab selesai, maka siswa/i tersebut diberikan waktu
istirahat selama 10 menit untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosen
diruangan yang terlalu panas. Waktu istirahat berakhir, maka siswa/i tersebut
dikumpulkan kembali keaula untuk melaksanakan pengisian kuesioner tahap
kedua. Dimana waktu yang dibutuhkan pengisian kuesioner tahap kedua ini
sama dengan pengisian kuesioner tahap pertama yaitu selama 30 menit. Proses
pengisian kuesioner tahap kedua ini juga sama dengan pengisian kuesioner
tahap pertama.
Pengisian kuesioner tahap kedua selesai, selanjutnya peneliti memberikan
ucapan terima kasih kepada siswa/i tersebut dengan membagikan leafleat
sebagai pertinggal untuk mengingat kembali materi yang telah disampaikan
dan penelitian juga memberikan jajanan yang sehat berupa minuman yakult.
4.9. Alur Penelitian
4.10. Tehnik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dilakukan beberapa proses yaitu :
4.10.1.Editing
Yaitu mengecek kelengkapan data yang telah terkumpul dan mengedit
data. Bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data,
dilakukan perbaiki dan pendataan ulang.
4.10.2.Coding
Yaitu pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul
dan memasukkan data kedalam tabel. Seperti pemberian kode pada hasil
penelitian.
4.10.3.Tabulating
Yaitu melakukan analisa data, pengelolaan data serta pengambilan
kesimpulan data berbentuk tabel frekuensi.
4.11. Analisa data
Penganalisaan khususnya terhadap data penelitian menggunakan ilmu
statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis.
Hasil analisa data disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan
persentase untuk melihat pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI
mengenai penyakit bawaan makanan yang dilaksanakan pendidikan
maupun sebelum dilaksanakan pendidikan kesehatan.
4.11.1.Analisa Univariat
Tujuan analisis univariat dalam penelitian ini adalah untuk
responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan, setelah dilakukan
pendidikan kesehatan, dan mengidentifikasi distribusi karakteristik
responden. Penyajian data dari masing-masing variabel menggunakan
tabel dan akan diinterprestasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.
4.11.2.Analisa Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
antara kedua variabel (variabel dependen dan independen) (Arikunto,
2007). Kedua variabel yang ingin dibuktikan yaitu pengaruh pendidikan
berpengaruh terhadap pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI dengan
menggunakan uji statistik Wilcoxon (Signed rank test) untuk mengetahui
perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan. Sebelum melakukan uji statistik Wilcoxon(Signed Rank Tets)
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan homogenitas, untuk
melihat data tersebut normal ataupun homogen. Jika data tersebut
didapatkan normal dan homogen maka dilakukan dengan uji Paired
t-Test, tetapi jika data tidak normal dan homogen maka dilakukan uji
Wilcoxon ( Signed rank Test). Jadi data pada penelitian ini tidak normal
dan homogen, maka dari itu uji yang dilakukan yaitu uji statistik
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai pengaruh
pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan terhadap
pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI tentang penyakit bawaan makanan di
sekolah dasar negeri 060929 Medan Johor.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Desember 2015 disekolah
dasar negeri 060929 Medan Johor dengan jumlah responden 71 orang yang
terdiri dari kelas IV, V dan VI. Cara memperoleh data dilakukan dengan
kuesioner, dimana pemberian kuesioner kepada responden dilakukan dua
tahap. Tahap pertama pengisian kuesioner dilakukan sebelum peneliti
melakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan,
sedangkan tahap kedua untuk pengisian kuesioner yang diberikan setelah
pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan. Maka
diperoleh lah hasil seperti yang telah dijabarkan dalam tabel-tabel berikut:
5.1.1.Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari
aspek pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI tentang penyakit bawaan
a. Karakteristik Responden berdasarkan Usia, Jenis kelamin dan Kelas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon umumnya berusia 11-12
tahun (50,7%), jenis kelamin perempuan (54,9%) dan mayoritas kelas IV
(35,2%).
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan karakteristik
Karakteristik Frekuensi Persentase%
Usia
7 – 8 Tahun 1 1,4 %
9 – 10 Tahun 34 47,9 %
11 – 12 Tahun 36 50,7 %
Jenis Kelamin
Laki – Laki 32 45,1 %
Perempuan 39 54,9 %
Kelas
IV 25 35,2 %
V 23 32,4 %
VI 23 32,4 %
Berdasarkan dari tabel 5.1 bahwa karakteristik siswa/i kelas IV, V dan
VI SDN 060929 Medan Johor dengan jumlah responden 71 orang yaitu
mayoritas responden yang berdasarkan usia 11 sampai 12 tahun (50,7%).
berdasarkan jenis kelamin menunjukan perempuan (54,9%). Sedangkan
b. Pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan
makanan sebelum pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Siswa/i kelas IV, V dan VI Mengenai Penyakit Bawaan Makanan Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Bawaan Makanan di SDN 060929 Medan Johor 2015
Berdasarkan dari tabel diatas terlihat bahwa pengetahuan siswa/i kelas
IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan disekolah dasar
negeri 060929 Medan Johor mayoritas Cukup yaitu 62 orang (87,3%).
No Pengetahuan Frekuensi Persentase
1. Baik 7 9,9%
2. Cukup 62 87,3%
3. Kurang 2 2,8%
c. Pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan
makanan setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan
makanan
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Siswa/i kelas IV, V dan VI Mengenai Penyakit Bawaan Makanan Setelah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Bawaan Makanan
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1. Baik 46 64,8%
2. Cukup 25 35,2%
Total 71 100%
Berdasarkan dari tabel diatas terlihat bahwa pengetahuan siswa/i kelas
IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan di sekolah dasar negeri
060929 Medan Johor tahun 2015 mayoritas Baik yaitu 46 Orang (64,8%).
5.1.2.Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan
signifikan pengetahuan pada siswa/i kelas IV, V dan VI Sekolah Dasar
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
bawaan makanan dengan menggunakan Uji statistik Wilcoxon ( Signed
a. Analisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan
makanan dengan pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai
penyakit bawaan makanan disekolah Dasar Negeri 060929 Medan Johor
Tabel 5.6 Hasil Uji Wilcoxon (Signed rank test) Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Bawaan Makanan dengan Pengetahuan siswa/i Kelas IV, V dan VI mengenai Penyakit Bawaan Makanan di SDN 060929 Medan Johor
Variabel Pengetahuan N Mean SD p-value
Pengetahuan Pre Penkes 71 11,3099 2,69704 ≤0,00
Pengetahuan Post Penkes 71 14,5493 2,66613
Berdasarkan tabel diatas bahwa hasil perhitungan pengujian
Wilcoxon (signed rank test) memperlihatkan mean meningkat dengan
nilai Pretest = 11,3099 dan Posttest = 14,5493 dengan nilai P-value =
0,00. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan responden tentang penyakit bawaan
5.2. PEMBAHASAN
5.2.1.Pengaruh pendidikan kesehatan dengan pengetahuan siswa/i kelas IV,
V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan
Tingkat penilaian pengetahuan meliputi tiga kategori yaitu baik,
cukup, dan kurang. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data
peningkatan pengetahuan menunjukkan sebelum dilakukan pendidikan
kesehatan tentang penyakit bawaan terdapat 7 orang responden kategori
tingkat pengetahuan baik, 62 orang responden kategori tingkat
pengetahuan cukup dan 2 orang kategori pengetahuan kurang. Sedangkan
setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai penyakit bawaan
makanan yaitu terdapat 46 orang responden kategori baik dan 25 orang
responden tingkat pengetahuan cukup.
Pengetahuan yang didapatkan sebelum diberikan pendidikan
kesehatan yaitu 7 (9,9%) kategori baik dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan skornya meningkat menjadi sebesar 46 (64,8%) kategori baik.
Sedangkan nilai mean dari pengetahuan pretest sebesar 11,3099 dan
pengetahuan posttest sebesar 14,5493. Sehingga pada posttest terjadi
peningkatan nilai rata-rata, hal ini juga mempengaruhi tingkat pengetahuan
responden.
Dengan memperhatikan proses pendidikan kesehatan yang diberikan
peneliti dan adanya proses tanya jawab kepada responden semakin
meningkatkan pemahaman tentang kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
kesehatan dari nara sumber seperti petugas kesehatan setidaknya orang
akan berpikir mengenai pentingnya kesehatan dan berusaha untuk
melakukan tindakan kesehatan.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh
Mutmainah (2013) yang meneliti mengenai pengaruh penyuluhan
makanan jajanan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap mengenai
jajanan pada siswa SD Negeri di Surakarta. Hasil penelitiannya
menunjukkan peningkatan pengetahuan siswa setelah menerima
pendidikan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian ini mengenai pengaruh pendidikan
kesehatan dengan pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai
penyakit bawaan makanan disimpulkan ada pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan responden. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pulungan (2008) yang
meneliti mengenai pengaruh metode penyuluhan terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam pemberantasan sarang nyamuk
demam berdarah. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa ada pengaruh
pendidikan kesehatan/penyuluhan dengan peningkatan pengetahuan dan
sikap mengenai pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah.
Menurut Hovland et al., dalam Azwar (2011) berpendapat bahwa efek
suatu komunikasi tertentu akan tergantung pada sejauh mana komunikasi
itu diperhatikan, dipahami dan diterima. Banyak hal yang dapat
dari pendidikan formal maupun informal, selain itu juga umur sangat
mempengaruhi prilaku seseorang sehingga bisa mempengaruhi terhadap
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmojo, 2007).
Dimana mayoritas usia yang paling besar yaitu 11 sampai 12 tahun, usia
ini berada pada tahap perkembangan sosial dan emosional yang mudah
dibangkitkan semangatnya (Budiman, 2007). Pada periode ini merupakan
periode yang sangat penting karena rasa ingin tahu, penasaran dengan hal
baru dan pengetahuan yang masih kurang.
Maka dari itu, untuk meningkatkan pengetahuan seseorang dapat
dilakukan dengan melaksanakan pendidikan kesehatan yaitu
kegiatan-kegiatan edukasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun lainnya,
berupa penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
Pada kegiatan pendidikan kesehatan, materi yang diberikan dengan
metode ceramah dan diskusi. Proses pemberian dengan metode ceramah
dan adanya komunikasi dua arah yaitu pemberi pendidikan kesehatan serta
adanya pertanyaan dari responden menjadi pengetahuan yang diberikan
mudah dicerna. Pemberian ceramah yang diselingi dengan bahasa anak –
anak dan menjadi anak lebih memperhatikan materi yang diberikan.
Materi yang diberikan dengan bentuk bergambar, video dan cerita.
pemberian materi yang berbentuk bergambar dapat menarik minat,
pesan yang ada dalam video tersebut (Lubis, 2013). Serta dengan bercerita
mengenai contoh anak-anak yang mengalami penyakit yang disebabkan
oleh makanan/jajanan, seperti diare, tifus, hepatitis dll. Serta menjelaskan
penyebabnya yaitu jajanan sembarangan dan tidak memperhatikan
kebersihan jajanan. Oleh karena itu adanya peningkatan nilai kuesioner
dari responden menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan antara
sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan.
Dengan terjadinya peningkatan pengetahuan merupakan hal yang
sangat perlu, dimana pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang
sangat penting terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 2007).
Pengetahuan yang masih minim dapat mempengaruhi pola hidup dan
kebiasaan yang buruk, semua ini sangat berpengaruh pada peningkatan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian yang dilakukan mengenai pendidikan kesehatan tentang
penyakit bawaan makanan mengenai pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI
sekolah dasar negeri 060929 Medan johor menghasilkan kesimpulan dan
rekommendasi sebagai berikut:
6.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh
peneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan
makanan terhadap pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai penyakit
bawaan makanan di sekolah dasar negeri 060929 Medan Johor tahun 2015
dengan jumlah 71 responden, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Tingkat pengetahuan siswa/i Kelas IV, V dan VI SDN 060929 Medan
Johor tentang penyakit bawaan makanan sebelum diberikan pendidikan
kesehatan mayoritas cukup 62 orang (87,3%).
b. Tingkat pengetahuan siswa/i Kelas IV, V dan VI SDN 060929 Medan
Johor tentang penyakit bawaan makanan setelah diberikan pendidikan
kesehatan mayoritas baik 46 orang (64,8%).
c. Adanya pengaruh pendidikan kesehatan dengan tingkat pengetahuan
siswa/i Kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan, dengan
hasil perhitungan wilcoxon (signed rank test) diketahui mean meningkat
dengan nilai Pretest = 11,309 dan Posttest = 14,549. Serta nilai P-value =
6.2. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian maka penting diberikan rekomendasi kepada
berbagai pihak antara lain :
6.2.1.Bagi Sekolah
Diharapkan dengan hasil penelitian ini bahwa sekolah lebih
memperhatikan dan mengawasi segala bentuk kebiasaan siswa/siswi dalam
memilih jajanan yaitu dengan mengaktifkan UKS (Unit Kesehatan
Sekolah), melakukan kerjasama dengan PUSKESMAS dalam kegiatan
penyuluhan.
6.2.2.Pelayanan Keperawatan
Perawat komunitas dalam hal ini dapat lebih mensosialisasikan
kegiatan keperawatan dengan penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
Terutama masalah kesehatan tentang penyakit bawaan makanan
dilingkungan sekolah untuk mengurangi resiko penyakit yang disebabkan
oleh makanan.
6.2.3.Bagi Institusi pendidikan keperawatan
Diharapkan perawat dapat menjadi edukator dan narasumber
kesehatan bagi anak usia sekolah dalam peningkatan derajat kesehatan,
berupa kegiatan pengabdian masyarakat terutama sekolah – sekolah.
Sehingga dapat menambah pengetahuan yang luas.
6.2.4.Penelitian Selanjutnya
Penelitian hanya dilakukan di sekolah dasar negeri 060929 Medan
sekolah dasar lainnya. Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik
menggunakan populasi yang lebih banyak, penyuluhan atau pendidikan
kesehatan bukan hanya sekedar meneliti tentang pengetahuan mengenai
penyakit bawaan makanan agar lebih representative. Bagi penelitian
selanjutnya disarankan juga meneliti prilaku dan sikap anak sekolah dasar
negeri 060929 Medan johor, sehingga penelitian lebih sempurna dan dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP PENYAKIT BAWAAN MAKANAN
2.1.1 Pengertian Penyakit Bawaan Makanan
Penyakit bawaan makanan adalah penyakit yang dihantarkan melalui
pangan atau sering disebut penyakit akibat pangan, disebabkan oleh
konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi. Sebagai
tambahan, zat kimia beracun maupun zat-zat dasar lain yang mengandung
bahaya, jika terkandung di dalam makanan yang kita konsumsi pun dapat
menyebabkan penyakit.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam
kehidupannya manusia membutuhkan makanan untuk hidup. Jika tidak
memperhatikan kebersihan lingkungan, maka makanan dapat merugikan
bagi manusia. Makanan yang berasal baik dari hewan atau tumbuhan dapat
berperan sebagai media pembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada
manusia.
Mikroorganisme yang menimbulkan penyakit ini dapat berasal dari
makanan asal hewan yang terinfeksi penyakit tersebut atau tanaman yang
terkontaminasi. Makanan yang terkontaminasi selama prosesing atau
pengolahan dapat berperan sebagai media penularan juga.
Penularan foodborne diseases oleh makanan dapat bersifat infeksi.
Artinya suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang
kasus foodborne diseases, mikroorganisme masuk bersama makanan yang
kemudian dicerna dan diserap oleh tubuh manusia. Kasus foodborne
diseases dapat terjadi dari tingkat yang tidak parah sampai tingkat kematian.
Hingga saat ini lebih dari 250 penyakit bawaan makanan telah
diidentifikasikan. Kebanyakan dari penyakit ini adalah infeksi yang
disebabkan oleh berbagai macam bakteri, virus dan parasit yang dapat
dibawa oleh makanan. Jenis lain dari penyakit bawaan makanan adalah
keracunan yang disebabkan oleh racun berbahaya maupun zat kimia yang
telah mencemari makanan, misalnya racun pada jamur. Penyakit akibat
bawaan makanan tidak memiliki suatu gejala khusus, melainkan
masing-masing memiliki gejala yang berbeda-beda. Walaupun demikian, mikroba
ataupun racun tersebut kesemuanya memasuki tubuh manusia melalui
saluran pencernaan (gastrointestinal tract) dan seringkali menyebabkan
sebuah gejala disana. Jadi, rasa mual (nausea), muntah, nyeri kontraksi
perut dan diare dapat dikatakan sebagai gejala umum yang tampak pada
banyak penyakit yang dibawa oleh makanan.
Banyak mikroba mampu menyebar dengan menggunakan lebih dari satu
cara, sehingga kita tidak dapat selalu tahu apakah penyakit yang kita derita
adalah penyakit yang disebabkan oleh makanan. Pembedaan khas menjadi
penting guna menemukan rekomendasi tepat guna untuk menghentikan
penyebaran suatu penyakit, sarana kesehatan masyarakat perlu mengetahui
cara penyakit itu menyebar. Bakteri ini juga dapat menyebar antar
ukur penghentian penyebaran penyakit tersebut bergantung banyak dari
penyebab yang disebutkan tadi, jadi penyebaran bakteri dapat dihentikan
mulai dari membuang makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Knechtges, 2005).
2.1.2 Jenis-jenis penyakit bawaan makanan
Hingga saat ini lebih dari 250 jenis penyakit bawaan makanan telah
diidentifikasikan. Kebanyakan dari penyakit ini adalah infeksi yang
disebabkan oleh berbagai macam bakteri, virus dan parasit yang dapat
dibawa oleh makanan. Jenis penyakit bawaan makanan sering kita jumpai
seperti penyakit yang terdapat dalam sistem pencernaan, seperti cholera,
helminthic infections (kecacingan), dysenter (disentri), dan tifus
2.1.3 Penyebab Penyakit Bawaan Makanan
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kasus penyakit bawaan
makanan antara lain: industrialisasi, urbanisasi, perubahan populasi dan
gaya hidup, pariwisata dan proses pengolahan, pencemaran lingkungan dan
kurangnya pengetahuan pada konsumen makanan dan konsumen tentang
pengendalian penggunaan makanan.
Penyakit bawaan makanan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan
dengan penyakit bawaan air, yang dimaksud dengan penyakit bawaan
adalah penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat memakan
sesuatu makanan yang terkontaminasi mikroba patogen. Beberapa penyakit
bawaan yang sering terdapat di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh
Makanan dapat terkontaminasi oleh mikroba karena beberapa hal antara
lain:
a. mengolah makanan dan minuman dengan tangan kotor,
b. mamasak sambil bermain dengan hewan piaraan,
c. menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja dan perabotan
lainnya,
d. dapur yang kotor,
e. alat masak yang kotor,
f. memakan makanan yang sudah jatuh ke tanah,
g. makanan disimpan tanpa tutup sehingga serangga dan tikus dapat
menjangkau, makanan yang masih mentah dan yang sudah matang
disimpan secara bersama-sama dalam satu tempat,
h. makanan dicuci dengan air kotor,
i. pengolah makanan yang menderita penyakit menular.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Berperan Terhadap Timbulnya Penyakit Bawaan
Makanan
Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam penyebaran penyakit
bawaan makanan, yaitu sebagai berikut:
a. Peranan Mikroba dalam Penyakit Bawaan Makanan
Penyakit bawaan makanan disebabkan akibat konsumsi makanan
atau minuman yang telah terkontaminasi oleh mikroba. Mikroba
merupakan jasad hidup yang ukurannya kecil sering hal ini karena
prokariotik yaitu bakteri dan ganggang biru (Divisio Monera); (2)
Jasad eukariotik uniseluler yaitu algae sel tunggal, khamir dan
protozoa (Divisio Protista); dan (3) Jasad eukariotik multiseluler dan
multinukleat yaitu Divisio Fungi, Divisio Plantae, dan Divisio
Animalia.
Berbagai jenis mikroba pathogen dapat mencemari makanan
yang akan menimbulkan penyakit. Penyakit karena patogen asal
pangan dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu infeksi dan
intoksikasi (keracunan). Infeksi adalah penyakit patogen dapat
menginfeksi korbannya melalui pangan yang dikonsumsi. Dalam hal
ini diakibatkan masuknya mikroba patogen ke dalam tubuh melalui
makanan yang sudah tercemar mikroba. Intoksikasi merupakan
keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik patogen (baik
itu toksin maupun metabolit toksin). Mikroba tumbuh pada makanan
dan memproduksi toksin, jika makanan tertelan, maka toksin tersebut
yang menyebabkan gejala bukan patogennya (Ames, 1994).
Adapun mikroba tersebut antara lain bakteri, virus, dan jamur. Pola
penyebarannya yaitu:
a) Bakteri yaitu melalui daging hewan mentah, seafood (makanan
laut) seperti kerang-kerangan mentah.
b) Virus yaitu melalui udara yaitu melalui seperti kontak
langsung dengan orang yang terinfeksi atau melalui konsumsi
c) Jamur yaitu melalui makanan yang berasal dari tumbuhan
seperti sayuran, kacang-kacangan yang tidak diolah secara
maksimal.
b. Peranan Bakteri dalam Penyakit Bawaan Makanan
1. Salmonella
Salmonelosis adalah penyakit pada saluran gastrointestine
yang mencakup perut, usus halus, dan usus besar atau kolon.
Penyakit ini disebabkan karena infeksi oleh bakteri Salmonella.
Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak
berspora, bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 μm x 0.5
-0,8 μm. Bakteri ini pertama kali diisolasikan oleh Theobald Smith
pada tahun 1885 dari babi. Nama jenis Salmonella diturunkan dari
nama terakhir dari D.E. Salmon, yang adalah direktur dari Smith.
Bakteri ini tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anerob, pada
suhu 15–41C (suhu pertumbuhan optimum 37oC dan pH
pertumbuhan 6–8). Beberapa spesies dari Salmonella antara lain
adalah Salmonella typhi, Salmonella enteritidis, dan Salmonella
cholerasuis.
a) Sifat Patogenitas Salmonella
Masuknya Salmonela typhi dan Salmnella paratyphi ke
dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang
terkontaminasi bakteri. Sebagian bakteri dimusnahkan dalam
berkembang biak. Bila respon imunitas humoral usus kurang
baik maka bakteri akan menembus sel-sel epitel selanjutnya ke
lamina propria. Di lamina propria bakteri berkembang biak dan
difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Bakteri
dapat hidup dan berkembang biak di makrofag dan
selanjutnya dibawa ke plak peyeri ileum distal dan kemudian
ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya menuju ke
pembuluh darah (mengakibatkan bakteremia) kemudian
menuju hati dan limpa.
Di organ-organ ini bakteri meninggalkan sel fagosit dan
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan
selanjutnya masuk ke sirkulasi darah lagi mengakibatkan
bakteremia yang kedua kalinya. Di dalam hati, bakteri masuk
ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama
cairan empedu diekskresikan ke dalam lumen usus.
Sebagian bakteri dikeluarkan melalui feses dan sebagian
masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Bakteri
itu kemudian menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik
sepeti demam, malaise, gangguan mental, koagulasi, dan
pendarahan saluran cerna akibat erosi pembuluh darah.
b) Epidemiologi infeksi oleh Salmonella
Salmonellosis disebarkan pada orang-orang dengan
(mencemari) makanan. Salmonella ada diseluruh dunia dan
dapat mencemari hampir segala tipe makanan, namun
perjangkitan-perjangkitan dari penyakit baru-baru ini
melibatkan telur-telur mentah, daging mentah (daging sapi
yang digiling dan daging-daging lain yang dimasak dengan
buruk), produk-produk telur, sayur-sayur segar, cereal, dan air
yang tercemar. Pencemaran dapat datang dari feses hewan atau
manusia yang berhubungan dengan makanan selama
pemrosesannya. Feses dari orang-orang yang terinfeksi akan
mencemari sumber air atau makanan dari orang-orang yang
tidak terinfeksi. Sumber-sumber langsung yang berpotensi
dari Salmonella adalah hewan seperti kura-kura, anjing,
kucing, kebanyakan hewan ternak, dan manusia yang
terinfeksi.
Pola penyebaran penyakit ini pada tubuh manusia adalah
melalui saluran cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari,
usus halus, usus besar). Bakteri masuk ke tubuh manusia
bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Saat
kuman masuk kesaluran pencernaan manusia, sebagian kuman
mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus
halus. Dari usus halus kuman beraksi sehingga bisa
”menjebol” usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus,
dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan
lain-lain). Sehingga feses dan urin penderita bisa mengandung
kuman yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan
atau minuman yang tercemari.
c) Gejala dari infeksi Salmonella
Gejala dari Salmonelosis akan terlihat 8 sampai 48 jam
setelah makan makanan yang tercemar oleh Salmonella. Gejala
awal yaitu timbulnya rasa sakit perut yang mendadak disertai
dengan diare encer atau berair, kadang-kadang bahkan dengan
lendir atau darah. Seringkali menyebabkan mual dan muntah
kemudian terjadi demam dengan suhu 38–39o Celcius.
Gejala-gejala ini disebabkan oleh endotoksin tahan panas yang
dihasilkan oleh Salmonella. Gejala-gejala tersebut biasanya
akan hilang dalam waktu 2–5 hari.
d) Pencegahan Salmonelosis
Kebanyakan kasus Salmonelosis disebabkan karena
memakan makanan yang tercemar. Oleh karena itu pencegahan
yang terbaik untuk dilakukan adalah sebagai berikut: Memasak
dengan baik makanan yang dibuat dari daging; menyimpan
makanan pada suhu lemari es yang sesuai; melindungi
makanan dari pencemaran oleh binatang pengerat, lalat, dan
makanan yang semestinya, serta kebersihan pribadi yang baik
serta hidup dengan cara-cara yang memenuhi syarat kesehatan.
Begitu ditemukan adanya kasus infeksi makanan oleh
Salmonella maka harus segera dilaporkan pada Dinas
Kesehatan. Dengan demikian dapat diambil langkah-langkah
yang sesuai untuk melindungi masyarakat dari suatu
perjangkitan keracunan makanan. Tidak ada imunisasi yang
efektif terhadap infeksi oleh spesies Salmonella.
2. Clostridium
Botulisme adalah suatu penyakit yang disebabkan keracunan
makanan oleh bakteri. Botulisme berasal dari kata botulisme yang
berarti sosis. Penyakit ini diberi nama demikian karena selama
bertahun-tahun sosis yang tidak dimasak dihubungkan dengan
penyakit ini. Botulin, juga dikenal sebagai botox, yaitu toksin
bakteri paling mematikan yang dapat terbentuk pada makanan
kaleng yang tidak diproses dengan benar atau cukup dipanasi.
Bakteri penghasil botulin adalah Clostridium botulinum.
a) Sifat patogenitas Clostridium
Toksin botulinum yang dihasilkan oleh Clostridium adalah
racun yang paling ampuh. Sebagai contoh dosis letal
(mematikan) bagi toksin tipe A pada tikus diperkirakan
0,000000033 mg. Ini berarti 1 gram toksin dapat membunuh
menyebabkan kelumpuhan pada faring dan diafragma. Cara
kerja toksin ini adalah dengan menghambat pembebasan
asetilkolin oleh serabut syaraf ketika impuls syaraf lewat di
sepanjang syaraf tepi.
b) Epidemiologi botulisme
Clostridium botulinum tersebar luas di lingkungan darat
dan perairan. Jika sporanya mencemari makanan yang sudah
diolah atau mengadakan kontak dengan luka maka dapat
berkembang biak menjadi sel-sel vegetatif dan menghasilkan
toksin. Selain itu infeksi juga dapat terjadi pada saluran bayi
yang disebut botulisme bayi. Toksinnya dihasilkan di dalam
usus bayi, menyebabkan badan lemah, tidak dapat buang air
besar, dan lumpuh. Infeksi semacam ini mungkin disebabkan
karena pemberian susu yang mengandung spora Clostridium
botulinum pada bayi.
c) Gejala dari keracunan botulisme
Gejala penyakit ini biasanya mulai muncul sekitar 12 – 48
jam setelah mengkonsumsi makanan yang sudah tercemar.
Gejala tersebut meliputi kesulitan berbicara, pupil melebar,
penglihatan ganda, mulut terasa kering, mual, muntah, dan
tidak dapat menelan. Kelumpuhan dapat terjadi pada kantung
kemih dan semua otot yang bekerja di daerah tersebut.
gejala karena tidak dapat bernafas atau jantung tidak bekerja
lagi. Gejala botulisme pada bayi yaitu tampak lesu, mengangis
lemah, sembelit, nafsu makan buruk, otot lisut. Jika gejala
penderita penyakit ini tidak segera teratasi, maka akan terjadi
kelumpuhan dan gangguan pernafasan.
d) Pencegahan botulisme
Tidak ada penanganan spesifik untuk keracunan ini, kecuali
mengganti cairan tubuh yang hilang. Kebanyakan keracunan
dapat terjadi akibat cara pengawetan pangan yang keliru
(khususnya di rumah atau industry rumah tangga), misalnya
pengalengan, fermentasi, pengawetan dengan garam,
pengasapan, pengawetan dengan asam atau minyak. Bakteri ini
mencemari produk pangan dalam kaleng yang beredar asam
rendah, ikan asap, kentang matang yang kurang baik
penyimpanannya, pie beku, telur ikan fermentasi, seafood, dan
madu.
Tindakan pengendalian khusus bagi industri terkait bakteri
ini adalah penerapan sterilisasi panas dan penggunaan nitrit
pada daging yang dipasteurisasi. Sedangkan bagi rumah
tangga atau pusat penjualan makanan antara lain dengan
memasak pangan kaleng dengan seksama (rebus dan aduk
selama 15 menit), simpan pangan dalam lemari pendingin