commit to user
ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI SIFAT-SIFAT CAHAYA
DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL
QUANTUM LEARNING PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 KARANGPELEM
TAHUN AJARAN 2010/ 2011
SKRIPSI
Oleh
SUJIATI
X7107080
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI SIFAT-SIFAT CAHAYA
DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL QUANTUM
LEARNING PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 KARANGPELEM TAHUN AJARAN 2010/ 2011
Oleh
SUJIATI
X 7107080
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
ABSTRAK
Sujiati. X7107080. PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI SIFAT-SIFAT CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 KARANGPELEM TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem tahun ajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem yang berjumlah 34 peserta didik. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik deskriptif komparatif dan teknik analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara, observasi, dan tes. Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya setelah diadakan tindakan kelas dengan model quantum learning. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik sebelum dan sesudah tindakan. Pada siklus I ada peningkatan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dari rata-rata 57,02 menjadi 66,61 dengan ketuntasan klasikal 74% dan pada siklus II ada peningkatan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dari rata-rata 66,61 menjadi 74,63 dengan ketuntasan klasikal 85%. Dengan demikian, model quantum learning dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem Tahun Ajaran 2010/2011.
ABSTRACK
Sujiati. X7107080. INCREASING ABILITY TO COMPREHENSION CHARACTERISTIC OF LIGHT ON SCIENCE LEARNING BY QUANTUM LEARNING MODEL TOWARD THE FIFTH GRADE STUDENT OF SD NEGERI I KARANGPELEM ON ACADEMIC YEAR 2010/ 2011. Minithesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, July 2011.
The purpose of this research is to improve the comprehension ability caharacteristic of light in science learning toward the fifth grade students ofState Elementary School 1 Karangpelem based on quantum learning model.
The type of this study is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation and reflection. The subject of this study is The Fifth Students Of State Elementary School 1 Karangpelem, total 34 students. The data analysis technique used is technique statistic deskriptive compare
ative and analisys critis. The data collection techniques used are documentation, interview, observation and test. The data validity assesment used in this study are data resources triangulation and methodological triangulation.
Based on the research result, it can be concluded there is an increasing ability to comprehension characteristic of light after the classroom action research done with quantum learning model. It can be seen through the improvement of studen
understand comprehension in characteristic of light increased about 57,02 up to 66,29 on the average with the classical completeness 74%, and in the second
characteristic of light in science learning which ranged from 66,29 to 74,05 on the average with the classical completeness 85%. Thereby, it can be recommended that quantum learning model can be used to improve comprehension ability characteristic of light toward the fifth grade students of SD Negeri 1 Karangpelem on Academic Year 2010/2011.
MOTTO
sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu
Al-PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Ayah ibuku tercinta (Bapak Sastro dan Ibu Sumiyem) yang telah
mencurahkan kasih sayangnya kepadaku, memberikan bimbingan, dan
motivasi serta dengan tulus ikhlas mendoakanku setiap waktu.
Suamiku tercinta (Riyas Prihanto) yang setia menemani, memotivasi dan
mendoakanku.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini di SD Negeri 1
ahami Sifat-Sifat
Cahaya Dalam Pembelajaran IPA Melalui Model Quantum Learning Pada Peserta
Peneliti menyadari, terselesaikannya penyusunan Skripsi Penelitian
Tindakan Kelas ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk, bantuan dan saran-saran
dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan FKIP.
2. Drs. R. Indianto M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program PGSD.
4. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan saran kepada peneliti.
5. Drs. Sutijan, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada peneliti.
6. Tukidhi, A.Ma.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Karangpelem
yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian tindakan
kelas.
7. Wariyati, S. Pd, selaku guru kelas V SD Negeri 1 Karangpelem yang
telah merelakan waktunya untuk membantu penelitian ini.
8. Sahabat-sahabatku Tia, Sari, Dika, Suzi yang selalu memberikan
semangat dan bantuannya.
9. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak mungkin
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu peneliti berharap kepada pembaca guna
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga hasil Penelitian
Tindakan Kelas ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
para pembaca terutama mahasiswa PGSD UNS.
Akhirnya tidak lupa peneliti meminta maaf apabila masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan.
Surakarta, Juli 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 7
1. Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya
Dalam Pembelajaran IPA 7
2. Model Quantum Learning 20
B. Penelitian yang Relevan 31
C. Kerangka Berfikir 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 37
B. Subjek Penelitin 39
C. Bentuk dan Strategi Penelitian 39
D.
E. Teknik Pengumpulan
F.
G.
H.
I.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 53
1. Des
2. Deskripsi Data 54
a.
b.
c.
B.
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan 92
B. Implikasi 93
C.
DAFTAR PUSTAKA ... 95
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif ... 14
Tabel 2. Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Afektif ... 14
Tabel 3. Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor ... 15
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 38
Tabel 5. Daftar Nilai Kemampuan Awal (Pra Siklus) Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta Didik Kelas V ... 54
Tabel 6. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Siklus I. 67 Tabel 7. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Siklus II. 81 Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta Didik Kelas V SD Negeri I Karangpelem pada Kondisi Awal 83 Tabel 9. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Peserta didik Kelas V SD Negeri I Karangpelem pada Kondisi Awal, Siklus I, dan S 85 Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Cahaya mengalami pembiasan apabila melalui dua
11
Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir... 34
Gambar 3. Model siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut
Suharsimi Arikunto. ... 47
Gambar 4. Histogram Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya
Peserta Didik Kelas V Kondisi Awal... 55
Gambar 5. Histogram Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat
Cahaya Siklus I ... 69
Gambar 6. Histogram Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat
Cahaya Siklus II ... 83
Gambar 7. Histogam Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan
Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta didik Kelas V
SD Negeri 1 Karangpelem pada Kondisi Awal, Siklus I,
86
Gambar 8. Histogram Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi
Kinerja Guru KelasV SD Negeri 1 Karangpelem pada
Siklus I dan Sikus II... 89
Gambar 9. Histogram Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Wawancara dengan Guru Sebelum Tindakan ... 98
Lampiran 2. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Sebelum Tindakan . 99 Lampiran 3. Lembar Observasi Kinerja Guru Sebelum Tindakan ... 101
Lampiran 4. Daftar Nama Peserta Didik Kelas III SD N 1 Karangpelem ... 108
Lampiran 5. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Awal ... 109
Lampiran 6. Soal Tes Kemampuan Awal ... 110
Lampiran 7. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal ... 115
Lampiran 8. Silabus IPA Kelas V ... 116
Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 120
Lampiran 10 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Memahami Sifat-sifat . 133
Lampiran 11. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I Pertemuan 1 ... 138
Lampiran 12. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 141
Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 148
Lampiran 14. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus I Pertemuan 2 ... 161
Lampiran 15. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I Pertemuan 2 ... 167
.. 170
Lampiran 17. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus I ... 172
Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 174
Lampiran 19. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus 186 Lampiran 20. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II Pertemuan 1 ... 193
Lampiran 22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ... 198
Lampiran 23. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Memahami Sifat-sifat
Cahaya Siklus II Pertemuan 2 ... 211
Lampiran 24. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 ... 216
Lampiran 25. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II
Pertemuan 2 ... 219
Lampiran 26. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya
Siklus II ... 221
Lampiran 27. Lembar Wawancara dengan Guru Setelah Tindakan ... 223
Lampiran 28. Foto-foto Kegiatan Pembelajaran IPA Menerapkan
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai disiplin ilmu dan penerapannya
dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. IPA merupakan
mata pelajaran yang diajarkan dari tingkat SD, SMP sampai SMA. Ilmu
Pengetahuan Alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau
keteraturan dalam alam.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari
hakikatnya sebagai proses. Produk IPA adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan
prinsip-prinsip, serta teori-teori. Proses IPA mencakup observasi, klasifikasi dan
pengukuran. Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo
dan Marten (Carin 1993: 5, dalam Srini M.Iskandar, 2001: 16) sebagai berikut: (1)
mengamati apa yang terjadi, (2) mencoba memahami apa yang terjadi, (3)
mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, (4)
menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan
tersebut benar.
Alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan ke dalam
kurikulum suatu sekolah adalah: (1) mata pelajaran IPA berfaedah bagi suatu
bangsa, (2) IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan latihan
berpikir kritis, (3) mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu
mempunyai potensi (kemampuan) dapat membentuk pribadi anak secara
keseluruhan (Srini M Iskandar, 2001: 17)
Tujuan utama pembelajaran IPA adalah agar peserta didik memahami
konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah,
bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan lebih
menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam (Depdikbud, 1997: 2). Agar
tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat
dan dapat melibatkan peserta didik secara aktif yaitu melalui proses dan sikap
ilmiah. IPA khususnya tentang sifat-sifat cahaya tidak bisa diajarkan hanya
dengan pemberian teori-teori yang harus dihafal oleh peserta didik. Untuk
anak-anak yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua yang
diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar dan dikecap akan kurang berkesan kalau
sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang
bersifat abstrak. Akan tetapi kenyataan di lapangan membuktikan guru dalam
proses belajar mengajar penyampaian pengetahuan baru yang diberikan kepada
peserta didik sering menekankan pada belajar menghafal sehingga pengetahuan
yang telah didapat akan cepat hilang dari ingatan, peserta didik hanya diberikan
secara langsung pemahaman IPA tanpa melibatkan media atau alat peraga untuk
memperjelas pemahaman materi yang diajarkan dan juga peserta didik tidak
pernah dilibatkan dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan
yang peserta didik dapat. Oleh karena itu peserta didik merasa kesulitan untuk
memahami materi yang diajarkan.
Dari hasil tes kemampuan awal tentang sifat-sifat cahaya yang dilakukan
peneliti sebelum tindakan, diperoleh data sebagai berikut sebanyak 44% atau 15
peserta didik mendapat nilai diatas KKM dan terdapat 56% atau 19 peserta didik
mendapat nilai dibawah KKM, data terdapat pada lampiran 7 hal 115.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa masih banyak peserta didik yang
mendapatkan nilai dibawah KKM di SD Negeri 1 Karangpelem dan ini berarti
kemampuan memahami peserta didik kelas V masih tergolong rendah.
Beberapa faktor yang menyebabkan kemampuan memahami peserta
didik rendah karena pembelajaran yang dilakukan cenderung di dominasi oleh
guru (guru lebih aktif daripada peserta didik) guru banyak menggunakan metode
ceramah dalam menyampaikan materi tanpa melibatkan peran aktif peserta didik
dalam pembelajaran. Banyak guru yang beranggapan bahwa metode ceramah
merupakan metode pembelajaran yang paling mudah, praktis dan efisien. Guru
hanya menstranfer ilmu yang dimilikinya dan menganggap peserta didik sudah
menguasai materi sama halnya dengan apa yang telah guru kuasai, padahal
banyak peserta didik merasa kesulitan dalam memahami materi. Selain itu guru
tidak membuat pembelajaran yang bervariasi yang mengajak peserta didiknya
mengerjakan tugas dari guru, ada juga peserta didik yang asyik bermain sendiri.
Hal ini menyebabkan daya kreatifitas menjadi terbatas dan pola pikir kritis sulit
dibangun, perhatian dan keaktifan peserta didik berkurang sehingga hasil belajar
tidak sesuai dengan yang diharapkan khususnya pada mata pelajaran IPA
Berpijak dari ulasan diatas, maka perlu segera dilakukan tindakan
perbaikan untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada
peserta didik kelas V. Guru harus pandai menentukan model pembelajaran yang
dapat menunjang tujuan yang diharapkan. Melalui model pembelajaran yang
menyenangkan yang digagas oleh Potter, yaitu model Quantum Learning dengan
kerangka pembelajaran Tandur (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan,
ulangi, dan rayakan) peserta didik akan diajak belajar dalam suasana yang
kondusif dan menyenangkan, sehingga peserta didik akan lebih bebas dalam
menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Pembelajaran kuantum
mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung
lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
Quantum learning mempunyai beberapa keunggulan dan ciri khas sendiri
yang sangat unik dan jarang dimiliki oleh model pembelajaran yang lain. Empat
ciri yang cukup menonjol dalam quantum learning
41-43) adalah sebagai berikut: (1) adanya unsur demokrasi dalam pengajaran,
yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada seluruh peserta didik untuk
terlibat aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, (2) adanya kepuasan pada diri
si anak, terlihat dari adanya pengakuan terhadap temuan dan kemampuan yang
ditunjukkan oleh peserta didik, (3) adanya unsur pemantapan dalam menguasai
materi atau suatu keterampilan yang diajarkan, terlihat dari adanya pengulangan
terhadap sesuatu yang sudah dikuasai peserta didik, (4) adanya unsur kemampuan
pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan peserta didik
dalam bentuk konsep, teori, model, dan sebagainya sehingga terjalin ikatan
emosional yang kuat antara keduanya dan menjadikan belajar semakin
Dalam proses pembelajaran, ada empat komponen penting yang
berpengaruh bagi keberhasilan belajar peserta didik, yaitu: bahan ajar, suasana
belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subjek pembelajaran. Jika
salah satu komponen tidak mendukung maka proses pembelajaran tidak akan
memberikan hasil yang optimal. Suasana belajar haruslah di desain sedemikian
mungkin agar anak dapat menikmati suasana belajar yang nyaman dan
menyenangkan, media dan sumber yang digunakan harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah di tetapkan dan dapat merangsang anak untuk lebih
memperhatikan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan berupaya
mengembangkan apa yang telah di terimanya.
Berdasarkan ulasan diatas dengan menerapkan model quantum learning,
maka dalam menciptakan proses pembelajaran yang aktif, menyenangkan bagi
peserta didik dan meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam
pembelajaran IPA di SDN 1 Karangpelem dapat tercapai. Hal ini mendorong
penulis untuk melakukan penelitian tindakan k
kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA melalui model
quantum learning pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem tahun
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan
quantum
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya
dalam pembelajaran IPA pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem
melalui model quantum learning.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau
masukan kepada pengajar (guru) dalam memberikan pelajaran yang dinilai sulit
dipahami oleh peserta didik dalam menerima pembelajaran. Model quantum
learning memberikan cara belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan
menyenangkan, sehingga peserta didik akan lebih bebas dalam menemukan
berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik
1) Peserta didik menjadi lebih aktif dan merasa senang untuk belajar IPA
dengan model quantum learning.
2) Kemampuan memahami peserta didik meningkat pada mata pelajaran IPA
khususnya pada materi sifat-sifat cahaya.
b. Bagi guru
1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan quantum learning sebagai
model pembelajaran.
2) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan model-model pembelajaran yang
lebih bervariasi dan inovatif sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan
hasil belajarnya optimal.
3) Guru dapat meningkatkan kemampuannya dalam merancang pembelajaran,
c. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan
proses pembelajaran, untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Dalam Pembelajaran IPA
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan dalam kamus besar bahasa indonesia di definisikan
kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu
Sejalan dengan pendapat tersebut, Akhmat Sudrajat dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com menganalogikan kemampuan dengan kata
uan bisa
merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau
Berpijak dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(ability) adalah kecakapan atau kesanggupan untuk bisa melaksanakan suatu
perbuatan yang merupakan bawaan sejak lahir maupun hasil latihan atau praktek.
Dalam pembelajaran IPA diharapkan dengan memiliki kemampuan maka peserta
didik akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan atau yang ingin
dicapai yang akan berpengaruh pada hasil belajarnya.
Menurut Guilford (dalam Suryabrata, 2004: 163) membagi kemampuan
menjadi tiga jenis yaitu:
1). Kemampuan perseptual
Kemampuan perseptual adalah melalui kemampuan dalam mengadakan
persepsi atau pengamatan antara lain mencakup faktor-faktor kepekaan indera,
perhatian, kecepatan persepsi dan sebagainya.
2). Kemampuan Psikomotor
Kemampuan psikomotor adalah mencakup beberapa faktor antara lain:
kekuatan, kecepatan gerak, ketelitian, keluwesan dan lain-lain.
3). Kemampuan Intelektual
Kemampuan Intelektual adalah kecenderungan yang menekankan pada
kemampuan akal dimana mencakup beberapa faktor antara
lain:ingatan, pengenalan, evaluasi, berfikir dan lain-lain.
b. Kemampuan Memahami
Menurut David Jacobsen, Paul Eggen & Donal Kauchak (2009: 94)
mengharuskan siswa untuk menunjukkan pemahamannya dengan mengubah atau
Pemahaman lebih dari sekedar mengingat tetapi menstransformasikan
informasi ke dalam suatu bentuk lain menggunakan kata-katanya sendiri sesuai
pemahaman yang di dapat. (Jcobsen, Eggen & Kauchak, 2009: 94)
Lebih lanjut dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990: 636) memahami
berarti mengerti benar (akan); memaklumi, mengerti.
Pemahaman berdasarkan ranah kognitif Bloom dalam (Winkel, 2005:
246) berarti kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari
suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain,
membuat perkiraan tentang kecenderungan yang Nampak dalam data tertentu.
Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu
dengan fikiran. Belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan
filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga siswa
dapat memahami suatu situasi ( Sardiman, 2001: 42)
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan memahami adalah suatu kemampuan atau kecakapan yang dimiliki
peserta didik untuk menunjukkan pemahaman, menangkap makna dan arti dari
bahan yang di pelajari dengan tidak sekedar mengingat tetapi
menstransformasikan informasi ke dalam suatu bentuk lain menggunakan
kata-katanya sendiri sesuai pemahaman yang di dapat, tanpa pemahaman skill
pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.
Kemampuan memahami peserta didik terhadap suatu materi, dapat dilihat
dari nilai hasil belajar peserta didik pada materi tersebut.
c. Materi Sifat-Sifat Cahaya
1) Pengertian cahaya
Cristian Huygens (1629-1695) dalam Tom Jackson (2005: 4)
Isaac Newton (1642-1727) dalam Tom Jackson (2005: 4) menyatakan bahwa
maka dapat disimpulkan bahwa cahaya adalah gelombanag atau suatu bentuk
energi yang dapat bergerak melalui ruang udara dan memiliki pinggir
bayangan sangat tajam.
2) Sumber-sumber cahaya
Cahaya memberikan kehidupan kepada dunia. Semua benda yang
mengeluarkan cahaya dan dapat dilihat disebut sumber cahaya. Sumber
cahaya di bumi ada dua, yaitu sumber cahaya alami dan buatan. Yang
termasuk sumber cahaya alami adalah matahari, bulan, bintang, kilat, hewan
kunang-kunang, hewan ubur-ubur, aurora (di kutub utara dan selatan).
Sumber cahaya buatan diantaranya: lampu listrik, lampu minyak, senter, lilin,
api dan lain-lain.
3) Sifat-sifat cahaya
1) Cahaya merambat lurus
Jika kita memperhatikan cahaya matahari, maka tampak bahwa berkas
cahayanya merambat dengan lurus. Cahaya matahari yang masuk ke dalam
ruangan atau celah-celah rumah yang gelap akan tampak seperti garis-garis
putih yang lurus. Berkas cahaya yang merambat lurus dapat pula terlihat pada
lampu mobil atau senter di malam hari, cahaya matahari di taman. Sewaktu
menonton film di gedung bioskop atau tanah lapang, kamu dapat juga melihat
berkas cahaya yang merambat lurus . Berkas cahaya itu berasal dari proyektor
film yang dipancarkan ke layar.
2) Cahaya menembus benda bening
Benda-benda yang dapat ditembus oleh cahaya di sebut benda bening.
Benda-benda yang tidak dapat ditembus cahaya disebut benda gelap. Contoh
benda yang dapat ditembus cahaya adalah kaca, gelas bening, plastik bening,
air jernih dan lain-lain. Air keruh tidak termasuk benda bening karena cahaya
tidak dapat menembusnya.
3) Cahaya dapat dipantulkan
Cahaya dapat dipantulkan terlihat pada cermin. Cermin adalah benda
yang mempunyai permukaan licin atau mengkilap. Cermin dapat membentuk
bayangan benda. Berdasarkan bentuk permukaannya, cermin digolongkan
menjadi tiga, yaitu :
(1) Cermin datar adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya
yang datar. Contoh: cermin yang digunakan untuk berkaca.
Bayangan bersifat: semu, tegak, dan sama
(2) Cermin cekung adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya
berupa cekungan. Cekungan ini seperti bagian dalam suatu bola.
Contoh: bagian dalam lampu mobil dan lampu senter.
Bayangan bersifat : jika letak benda dekat dari cermin cekung, maka
bayangan yang terbentuk semu, lebih besar, dan tegak. Jika letak benda
jauh dari cermin cekung, maka bayangan yang terbentuk nyata (sejati)
(3) Cermin cembung adalah cermin yang memiliki bagian pemantul
cahaya berupa cembungan. Cembungan ini seperti bagian luar suatu
bola. Contoh kaca spion pada mobil dan motor.
Bayangan bersifat: selalu semu, lebih kecil, dan tegak seperti
bendanya.
4) Cahaya dapat dibiaskan
Jika cahaya merambat melalui dua medium yang berbeda, misalnya
udara ke air, maka cahaya tersebut mengalami pembiasan atau pembelokan.
Medium adalah zat perantara yang dilalui. Kerapatan zat berbeda-beda.
Kerapatan gelas bening lebih besar daripada kerapatan air jernih. Kerapatan
air jernih lebih besar daripada kerapatan udara.
Garis normal garis normal
(a) Udara (b) kaca
Air udara
Gambar 01. Cahaya mengalami pembiasan apabila melalui dua medium yang
berbeda
a) Jika cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih
rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal.
Misalnya, cahaya yang merambat dari udara ke air.
b) Jika cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang
rapat, maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Peristiwa pembiasan cahaya yang dapat kita jumpai dalam peristiwa sehari-hari
antara lain sebagai berikut:
(1)Pensil yang dimasukkan kedalam air tampak patah atau lebih pendek
dari yang sebenarnya.
(2)Dasar kolam yang airnya jernih tampak lebih dangkal dari yang
sebenarnya.
(3)Ikan dalam akuarium yang berbentuk bulat tampak seolah-olah
berubah ukuran.
(4)Ikan di dalam kolam yang bening tampak lebih dekat ke permukaan
air.
(5)Peristiwa pelangi
5) Cahaya putih terurai atas berbagai warna
Pelangi akan tampak jika kita membelakangi matahari, sedangkan pada
tempat yang jauh di depan kita terjadi hujan. Pelangi memiliki warna yang
bermacam-macam, seperti merah, jingga, kuning, hijau, nila, dan ungu.
Warna-warna itu timbul karena sinar matahari dibiaskan, diuraikan, dan
dipantulkan oleh tetes-tetes air hujan. Warna-warna itu membentuk semacam
pita setengah lingkaran. Kalau kita perhatikan, cahaya matahari yang
memancar seolah-olah hanya mempunyai satu warna, yaitu putih. Peruraian
cahaya putih menjadi berbagai warna disebut dispersi warna. Deretan warna
yang dihasilkan oleh dispersi warna disebut spektrum warna.
d. Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya
Bila kita ingin mengajarkan suatu topik/ materi pelajaran kepada peserta
didik, maka perlu ditempuh langkah-langkah tertentu yang harus dijalankan, salah
satunya adalah merumuskan tujuan-tujuan pengajaran (instruksional) yang ingin
dicapai. Menurut Roestiyah (1991: 99) tujuan-tujuan instruksional dimaksudkan
adalah perumusan tentang tingkah laku atau kemampuan-kemampuan yang kita
harapkan dapat dimiliki oleh murid-murid setelah ia mengikuti pengajaran yang
kita berikan. Kemampuan specific
B.S Bloom, dkk menyumbangkan klasifikasi tujuan instruksional
(educational objectives) yang sering disebut taksonomi. Berikut taksonomi/
klasifikasi tujuan instruksional Bloom, dkk dalam Winkel (2005: 244)
1) Ranah Kognitif (Cognitive Domain)
Ranah kognitif merupakan tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan
perilaku dalam aspek berpikir intelektual. Komponen ranah kognitif meliputi
beberapa aspek diantaranya pengetahuan/ ingatan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi
2) Ranah Afektif (Affective Domain)
Ranah afektif berhubungan dengan tujuan yang banyak berkenaan
dengan aspek perasaan, nilai, sikap dan minat perilaku peserta didik/ siswa.
Menurut taksonomi Kratwol, Bloom dan kawan-kawan ranah ini meliputi
penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola
hidup.
3) Ranah Psikomotor (Psycomotor Domain)
Ranah psikomotor tujuan-tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek
ketrampilan motorik atau gerak dari peserta didik. Ranah ini meliputi gerakan
reflek, aspek ketrampilan gerakan dasar, aspek kemampuan perseptual, aspek
keharmonisan atau ketepatan, serta aspek gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut setiap kategori-kategori di dalamnya tersusun
secara hierarkis dari awalnya yang sederhana akan menjadi lebih kompleks lagi
dan hasil yang diperoleh peserta didik akan lebih rumit dan terpadu. Untuk
mengetahui peserta didik sudah mencapai tujuan yang diinginkan atau belum
dalam setiap ranah ada Kata Kerja Operasional (KKO). KKO ini untuk
memudahkan merumuskan tujuan/ kemampuan internal tertentu yang ingin
hendak dicapai dari setiap kategori dalam tiga ranah pembelajaran. Berikut KKO
untuk setiap ranah menurut Bloom dkk. Dalam Winkel (2005: 280-284) pada
1) Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif
Tabel 1: Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif
2) Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Afektif
Penerimaan
3) Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor
Tabel 3: Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor
Dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada kemampuan memahami
sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem. Dimana
pemahaman termasuk dalam kemampuan internal tingkatan kedua ranah kognitif.
Berikut penjelasan masing-masing tingkatan ranah kognitif Bloom dalam Endang
Poerwanti, dkk (2008: 1-27)
1) Pengetahuan
Arti: pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun,
daftar, rumus, teori, dan kesimpulan.
Contoh kegiatan belajar: mengemukakan arti, menamakan, membuat daftar,
menentukan lokasi, mendiskripsikan sesuatu, menceritakan apa yang terjadi,
menguraiakan apa yang terjadi.
2) Pemahaman
Arti: kemampuan siswa memahami atau mengerti apa yang diajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memanfaatkan isinya tanpa
harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.
Contoh kegiatan belajar: mengungkapkan gagasan/ pendapat dengan kata-kata
mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri, menjelaskan gagasan pokok,
menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri
3) Penerapan/ aplikasi
Arti: menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau
menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh kegiatan belajar: menghitung kebutuhan, melakukan percobaan,
membuat peta, membuat model, merancang strategi
4) Analisis
Arti: menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian atau
gagasan dan menunjukkan antar bagian tersebut.
Contoh kegiatan belajar: mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan
masalah, mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi, membuat
gafik, mengkaji ulang.
5) Sintesis
Arti: menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau
konsep atau meramu/ merangkai berbagai gagasan menjadi suatu hal yang
baru.
Contoh kegiatan belajar: membuat desain, mengarang komposisi lagu,
memprediksi, menciptakan produk baru.
6) Evaluasi
Arti: mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tak
bemanfaat.
Contoh kegiatan belajar: mempertahankan pendapat, beradu argumentasi,
memilih solusi yang baik, menyusun kriteria penilaian, menyarankan
perubahan, menulis laporan, membahas suatu kasus.
e. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dalam UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan
pembelajaran. Sedangkan sumber belajar dalam lingkungan merupakan objek
yang akan dipelajari.
Pembelajaran menurut Gagne dalam St. Y. Slamet dan Suwarto (2007:
17) adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar sehingga situasi tersebut
merupakan peristiwa belajar (event of learning), yaitu usaha untuk terjadinya
perubahan tingkah laku dari siswa. Perubahan tingkah laku yang terjadi pada
siswa merupakan dampak dari adanya interaksi antara siswa dengan lingkungan.
Perubahan ini sebagai hasil proses pembelajaran yang ditunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, daya reaksi, daya penerimaan
dan sebagainya.
Dalam proses pembelajaran, ada empat komponen penting yang
berpengaruh bagi keberhasilan belajar peserta didik, yaitu : bahan ajar, suasana
belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subjek pembelajaran. Jika
salah satu komponen tidak mendukung maka proses pembelajaran tidak akan
memberikan hasil yang optimal. Suasana belajar haruslah di desain sedemikian
mungkin agar anak dapat menikmati suasana belajar yang nyaman dan
menyenangkan, media dan sumber yang digunakan harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah di tetapkan dan dapat merangsang anak untuk lebih
memperhatikan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan berupaya
mengembangkan apa yang telah di terimanya. Oleh karena itu guru, sebagai
subjek dalam pembelajaran harus dapat memilih dan menyajikan media dan
sumber belajar yang tepat dan aktif sehingga bahan pelajaran yang disampaikan
2010: 17)
Berdasar pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi antara peserta didik, pendidik, media dan sumber belajar
serta lingkungan yang sangat berpengaruh pada keberhasilan peserta didik hal
tersebut dapat ditunjukkan pada perubahan tingkah laku peserta didik berupa
perubahan pengetahuan, pemahaman, daya reaksi, daya penerimaan dan
f. Pengertian IPA
Menurut Fisher (1975) yang dikutip oleh Muh.Yamin (1987:3) dalam
Srini M.Iskandar (2001: 2)
adalah salah satu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang
didalamnya secara umum terbatas pada
gejala-Webster (1983) dalam Srini M.Iskandar (2001:2) menyatakan
, yang
artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan
gejala-gejalanya.
dalam Srini M. Iskandar (2001:2)
Science is the broad field of human knowledge, acquired by
systematic observation and experiment, and explained by means of rules, laws,
, artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah
pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan
eksperimen yang sistimatik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan,
hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis.
Menurut Izzatin Kamala (2008:3) b
pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan
langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil
eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di
sempurn
Jurnal internasional oleh Jack Holbrook & Miia Rannikmae dalam
(http://www.ijese.com) yang membicarakan tentang penelitian pengajaran ilmiah
(international journal of environmental & science education) mengemukakan
pengertan ilmu pengetahuan sebagai berikut:
Science is scientific concept, which are needed to understand certain
phenomena of the natural word and the changes made to it through human
activity (Holbrook & Rannikmae, 2007), artinya Ilmu pengetahuan merupakan
konsep-konsep ilmiah yang diperlukan untuk memahami fenomena tertentu dari
Berdasar pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah salah
satu kumpulan pengetahuan manusia tentang gejala-gejala alam yang diperoleh
melalui observasi dan eksperimen yang sistematis, serta dijelaskan dengan
bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori,
hipotesis-hipotesis yang akan terus disempurnakan untuk menguasai pengetahuan,
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap
ilmiah.
g. Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA
adalah sebagai berikut:
1) Menanamkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap teknologi
dan masyarakat.
2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
3) Menanamkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang
akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains
kehidupan sehari-hari.
5) Mengalihgunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman ke bidang
pengajaran lainnya.
6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
7) Menghargai ciptaan Tuhan akan lingkungan alam.
h. Fungsi Mata Pelajaran IPA
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud 1993/1994: 97-98)
mata pelajaran IPA berfungsi untuk:
1) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan
alam dan lingkungan buatan yang berkaitan dengan pemanfaatannya bagi
2) Mengembangkan keterampilan proses.
3) Mengembangkan wawasan, sikap, dan nilai yang berguna bagi siswa
untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang
saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan
lingkungan di sekitarnya dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
5) Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ketingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
i. Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, gas
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit.
2. Model Quantum Learning
a. Lahirnya Istilah Quatum Learning
Quantum learning dimulai di SuperCamp, sebuah program pemercepatan
belajar yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan
internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan
keterampilan pribadi (De,Porter, 1992). Siswa-siswa di SuperCamp memperoleh
kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal, membaca cepat,
menulis, berkreativitas, berkomunikasi, dan membina hubungan kiat-kiat
murid-murid yang mengikuti SuperCamp mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih
banyak berpartisipasi, dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri
(Vos-Groenendal, 1991 dalam DePorter, 2005: 4)
Quantum learning menawarkan suatu sintesis, cara-cara baru untuk
memaksimalkan usaha pengajaran melalui perkembangan hubungan,
penggubahan belajar, dan penyampaian kurikulum. Metodologi ini dibangun
berdasarkan pengalaman selama delapan belas tahun dan penelitian terhadap
25.000 siswa, dan sinergi pendapat dari ratusan guru (DePorter, Reardon,
&Nourie,2005: 4).
Quantum learning mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan
memudahkan proses belajar.
b. Pengertian Quantum Learning
Quantum Learning didefinisikan sebagai:
energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa kali
kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Rumus ini biasa dikenal
dengan E= mc². Tubuh kita secara fisik adalah materi, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya ( Porter dan Hernacki 2006: 16).
Quantum adalah banyaknya (jumlah) sesuatu (KBBI,1995). Dalam
pembelajaran IPA, bermakna banyaknya faktor yang terlibat dalam pembelajaran
IPA.
Menurut Charlotte Shelton (1998: 1) dalam http://sunartombs.
Wordpress. Com/2009/03/09/pengertian-quantum-learning/ menjelaskan tentang
pengertian quantum. Dalam buku tersebut dituliskan sebagai berikut:
mechanics
of sub atomic particles in motion. It is however, erroneous to think of these
and particle to wave, forming the atoms and molecules that subsequently create a material world. It is really quite amazing that those seemingly stable and stationary things we observe in the material world ore composed
quantum dalam literatur berarti banyaknya sesuatu, secara mekanik
mempelajari tentang partikel-partikel sub atom yang bergerak. Namun demikian kekeliruan berpikir tentang partikel sub atom ini merupakan banyaknya benda. Partikel sub atom bukan merupakan kecenderungan energi dengan potensial. Energi sebagai implikasi dalam istilah mekanika tidak pernah statis. Energi selalu bergerak secara terus menerus, tidak pernah berhenti berubah dari gelombang menjadi partikel dan dari partikel menjadi gelombang, membentuk atom-atom dan molekul yang seterusnya membentuk dunia materi. Ini benar-benar hal yang menakjubkan yang terlihat stabil dan statis, apabila kita cermati ternyata dunia materi ini
Lebih lanjut Bobbi DePorter dalam artikelnya yang berjudul The
Impact of Quantum Learning (http://www.newhorizons.org) atau
(http://learningforum.com) dalam
(http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian -quantum-learning/
menjelaskan pengertian Quantum Learning (QL), sebagai berikut :
Quantum Learning is a Comprehensive model that covers both educational theory and immediate classroom implementation. Into integrates research-based best practices in education into a unified whole, making content more
Quantum Learning is about bringing joy to teaching and learning with
ever-content a way that engages and energizes students. This model also integrates learning and life skills, resulting in students who become effective lifelong
learners-pendidikan dan pelaksanaan di kelas dengan cepat. Ini menggambarkan praktek dasar penelitian terpadu yang terbaik dalam pendidikan ke dalam keseluruhan, yang membuat isi lebih bermakna dan relevan bagi kehidupan siswa.
Quantum Learning menjadikan mengajar dan belajar menjadi senang
dan kecakapan hidup, menghasilkan siswa-siswa sebagai pebelajar yang efektif
selamanya-Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Quantum Learning
adalah keseluruhan model yang mencakup kedua teori pendidikan dan
pelaksanaan di kelas dengan cepat dimana terjadi interaksi-interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih
sebanyak mungkin cahaya , interaksi, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya
yang diperoleh dari banyaknya faktor yang terlibat dalam pembelajaran, sehingga
menjadikan mengajar dan belajar menjadi bermakna dan relevan bagi kehidupan
peserta didik.
Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang
pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang
disebutnya sebagai suggestopedia
bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail
apa pun memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman,
memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu,
menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan
informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran
sugestif (Porter dan Hernacki 2006: 14).
Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan
belajar, dan Neuro-Linguistic Programming (NLP) dengan teori, keyakinan, dan
metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai
teori dan strategi belajar yang lain, seperti: teori otak kanan / kiri, teori otak triune
(3 in 1), pilihan modalitas (visual,auditorial, dan kinestetik), teori kecerdasan
ganda, pendidikan holistic (menyeluruh), belajar berdasarkan pengalaman, belajar
c. Karakteristik Umum Quantum Learning
Quantum learning memiliki karakteristik umum yang dapat
memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik yang tampak
membentuk sosok pembelajaran kuantum menurut Sugiyanto (2009: 73-78)
meliputi 12 karakteristik, yaitu:
1) Berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba
sedikit istilah konsep kuantum dipakai.
2) Lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-
-nativistis
3) Lebih bersifat konstruktivistis, bukan positivistis-empiris, behavioristis.
4) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan
sekedar transaksi makna.
5) Sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf
keberhasilan tinggi.
6) Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan
keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
7) Menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
8) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
9) Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis,
keterampilan dalam hidup, dan prestasi fisikal atau material.
10) Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses
pembelajaran.
11) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan
ketertiban.
12) Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
d. Asas Utama Quantum Learning
Bobbi DePorter, Mark Reardon, & Sarah Singer-Nourie (2005)
mengemukakan asas utama, alasan dasar dibalik segala stategi, model, dan
keyakinan Quantum Learning
harus mampu membawa peserta didik untuk memahami dan mencoba
menerapkannya dalam kehidupan. Untuk mendapatkan hak mengajar,
pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid.
Agar memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu
pengetahuan yang lebih luas, guru harus mengajarkannya dengan sebuah
peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial,
atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk,
Anda dapat membawa mereka kedalam dunia guru, dan memberi mereka
pemahaman Anda mengenai isi dunia itu, maka kosakata baru, model, mental,
rumus, dan lain-lain dibeberkan. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan
penguasaan lebih mendalam, peserta didik dapat membawa apa yang mereka
pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru.
e. Prinsip-Prinsip Quantum Learning
Lima prinsip atau kebenaran tetap dari Quantum Learning, yaitu:
segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama,
akui setiap usaha dan jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Delapan
kunci keunggulan quantum learning, sebagai berikut: terapkanlah hidup dalam
integritas, akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan, berbicaralah dengan
niat baik, hidup di saat ini, tegaskanlah komitmen, jadilah pemilik, tetaplah lentur,
dan pertahankanlah keseimbangan.
f. Model Quantum Learning dalam Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas model Quantum Learning
menggunakan berbagai macam metode, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi,
demonstrasi, inquiri, kerja kelompok, eksperimen, dan metode pemberian tugas.
Metode tersebut tidak ada yang sempurna jika berdiri sendiri, sehingga harus
digunakan secara bergantian untuk saling melengkapi kekurangan-kekurangan
yang ada. Penggunaan metode penyajian pelajaran secara bergantian akan
belajar yang monoton, serta perbedaan karakteristik pada peserta didik dapat
terlayani dengan baik.
Menurut Eggen dan Kaucak dalam Sunaryo (2001: 1) siswa belajar
secara efektif bila siswa aktif terlibat dalam pengorganisasian penemuan
pertalian-pertalian data informasi yang dihadapi. Siswa dikatakan aktif jika ikut serta
mempersiapkan pelajaran, gembira dalam belajar, mempunyai kemauan dan
kreativitas dalam belajar, keberanian menyampaikan gagasan dan minat, sikap
kritis dan ingin tahu, kesungguhan bekerja sesuai dengan prosedur,
pengembangan penalaran induktif dan pengembangan penalaran deduktif.
Untuk mempermudahkan mengingat dan untuk keperluan operasional
pembelajaran kuantum dikenalkan dengan konsep Tandur yang merupakan
akronim dari: tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan.
Unsur-unsur ini membentuk basis struktur yang melandasi model quantum
learning.
Dalam pelaksanaannya model quantum learning melakukan
langkah-langkah pengajaran dengan enam langkah-langkah yang tercermin dalam istilah Tandur
yaitu sebagai berikut :
1) Tumbuhkan minat dengan memuaskan, yakni apakah manfaat yang akan
diperoleh dari pelajaran tersebut bagi guru dan muridnya. Cobalah untuk
menumbuhkan suasana yang sangat menyenangkan dan menggembirakan di
hati setiap peserta didik, tumbuhkan interaksi dengan peserta didik,
yakinkan peserta didik mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar
adalah kebutuhan peserta didik, bukan suatu keharusan. Jika sudah
demikian, maka peserta didik akan merasakan enjoy dan menikmati
belajarnya.
2) Alami, yakni ciptakan dan datangkan pengalaman umum yang dapat
dimengerti semua pelajar. Jangan sampai menggunakan istilah yang asing
dan sulit dimengerti, karena ini akan membuat peserta didik merasa bosan
dalam belajar. Unsur alami akan mendorong hasrat alami otak untuk
3) Namai, dalam pemberian nama harus disediakan kata kunci, konsep, model,
rumus, strategi, yang kemudian menjadi sebuah masukan bagi peserta didik.
Setelah peserta didik melalui pengalaman belajar pada kompetensi dasar
tertentu, mereka kita ajak untuk menulis di kertas, memberikan nama apa
saja yang telah mereka peroleh, apakah itu informasi atau rumus, pemikiran,
tempat dan sebagainya. Setelah itu ajak peserta didik untuk menempelkan
nama-nama tersebut di dinding kelas dan dinding kamar tidurnya.
4) Demonstrasikan, yakni sediakan kesempatan bagi pelajar untuk
menunjukkan bahwa mereka tahu. Setelah peserta didik mengalami belajar
akan sesuatu, beri kesempatan kepada mereka untuk mendemonstrasikan
kemampuannya karena peserta didik akan mampu mengingat 90% jika
peserta didik itu mendengar, melihat dan melakukan. Peserta didik
membutuhkan kesempatan yang sama untuk membuat kaitan, latihan dan
menunjukkan apa yang mereka ketahui. Doronglah terus agar peserta didik
mampu melakukan itu semua dengan tetap dipantau dan diarahkan.
5) Ulangi, yakni tunjukkan kepada para pelajar tentang cara-cara mengulang
materi. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa
ilakukan dengan
menggunakan konsep multi kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik.
Dengan sering melakukan pengulangan peserta didik akan benar-benar
memahami dan menyerapnya dengan baik.
6) Rayakan, yakni untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan keterampilan
dan ilmu pengetahuan. Perayaan adalah ekspresi dari kelompok seseorang
yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik.
Maka sudah selayaknya jika peserta didik sudah mengerjakan tugas dan
kewajibannya dengan baik untuk dirayakan lewat bertepuk tangan atau
Pedoman untuk menerapkan kerangka pembelajaran Tandur dalam
pengajaran dan perancangan pelajaran sebagai berikut:
TUMBUHKAN
Mengapa : Penyertaan menciptakan jalinan dan kepemilikan
bersama atau kemampuan saling memahami. Penyertaan
akan memanfaatkan pengalaman mereka, mencari
.
Pertanyaan Tuntunan : Hal apa yang mereka pahami? Apa yang mereka setuju ?
Apakah manfaatnya bagi mereka (AMBAK) ? Pada apa
mereka berkomitmen?
Strategi : Sertakan pertanyaan, pantomime, lakon pendek dan lucu,
drama, video, cerita.
ALAMI
Mengapa : Unsur ini memberi pengalaman kepada peserta didik
dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah.
keingintahuan mereka.
Pertanyaan Tuntunan : Cara apa yang terbaik agar peserta didik memahami
informasi? Permainan atau kegiatan apa yang
memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki?
Permainan dan kegiatan apa yang memfasilitasi
Strategi : Gunakan jembatan keledai, permainan dan simulasi.
Perankan unsur-unsur pelajaran baru dalam bentuk
sandiwara. Beri mereka tugas kelompok dan kegiatan
yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka
miliki.
NAMAI
Mengapa : Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk
Penamaan dibangun diatas pengetahuan dan keingintahuan
peserta didik saat ini. Penamaan adalah saatnya untuk
mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi
belajar.
Pertanyaan Tuntunan :
yang harus Anda tambahkan pada pengertian mereka?
Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang berguna untuk
mereka ketahui atau gunakan?
Strategi : Gunakan susunan gambar, warna, alat jembatan keledai
atau metafora, rujuklah disini.
DEMONSTRASIKAN
Mengapa : Memberi peserta didik peluang untuk menerjemahkan
dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam
pembelajaran yang lain, dan kedalam kehidupan mereka.
Pertanyaan Tuntunan : Dengan cara apa peserta didik dapat memperagakan
tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan yang baru
ini? Kriteria apa yang dapat Anda dan mereka
kembangkan bersama untuk menuntun kualitas peragaan
mereka?
Strategi : Sandiwara, video, permainan, rap, lagu, penjabaran
dalam grafik, eksperimen.
ULANGI
Mengapa : Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan
pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan
multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda
dengan asalnya (permainan, pertunjukan, drama, dan
sebagainya)
Pertanyaan Tuntunan : Cara apa yang terbaik bagi peserta didik untuk mengulang
pelajaran ini? Dengan cara apa setiap peserta didik akan
Strategi : Membuat isian aku tahu bahwa aku tahu, kesempatan bagi
peserta didik untuk mengajarkan kepada orang lain
(kelompok lain menirukan orang-orang terkenal seperti
guru, tokoh, ahli); menggemakan (Anda menyebutkan
peserta didik mengulangnya serentak); pengulangan trio
(dalam kelompok terdiri tiga orang, mereka berjalan
mengelilingi ruangan sambil mengulang halaman-halaman
poster untuk mengulang apa yang telah mereka pelajari
bersama); tepuk Yes! (ulurkan satu tangan, letakkan
pelajaran pada tangan tersebut, lalu tepuk sambil berkata,
RAYAKAN
Mengapa : Perayaan memberi rasa rampung dengan menghormati
usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Sekali lagi, jika layak
dipelajari, maka layak pula dirayakan!
Pertanyaan Tuntunan : Untuk pelajaran ini, cara apa yang paling sesuai untuk
merayakan? Bagaimana Anda dapat mengakui setiap orang
atas prestasi mereka?
Strategi : Pujian, bernyanyi bersama, pamer pada pengunjung, pesta
kelas.
g. Kelebihan dan Kelemahan Quantum Learning
1) Kelebihan Quantum Learning
a) Pembelajaran kuantum menekankan perkembangan akademis dan
keterampilan.
b) Penyajian materi pelajarannya yang secara alami merupakan proses belajar
yang paling baik yaitu terjadi ketika peserta didik telah mengalami
informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka pelajari
demi sedikit keluar dari zona nyaman untuk melakukan penjelajahan yang
sesungguhnya yaitu kegiatan belajar itu sendiri.
c) Pada pembelajaran kuantum, objek yang menjadi tujuan utama adalah
peserta didik. Maka dari itu guru mengupayakan berbagai interaksi dan
menyingkirkan hambatan belajar dengan cara yang tepat agar peserta
didik dapat belajar secara mudah dan alami. Semua itu adalah bertujuan
untuk melejitkan prestasi siswa.
d) Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran yaitu memberi kesempatan
yang luas kepada seluruh peserta didik untuk terlibat aktif dan partisipasi
dalam tahapan-tahapan kajian terhadap suatu mata pelajaran tidak ada rasa
diskriminatif dan membeda-bedakan antara yang satu dengan yang
lainnya.
e) Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu
keterampilan yang diajarkan. Hal ini terlihat adanya pengulangan terhadap
sesuatu yang sudah dipelajari dan dikuasai peserta didik.
f) Quantum learning dapat memadukan antara berbagai sugesti positif dan
interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan
hasil belajar seseorang.
2) Kelemahan Quantum Learning
a) Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus.
b) Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup
matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.
c) Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi dan
kondisi serta waktu yang lebih banyak.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian Tindakan Kelas ini juga merujuk pada Penelitian Tindakan
Kelas yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Adapun peneliti yang
dimaksud adalah penelitian yang sudah dilakukan oleh Hermawan Widyastantyo
tahun 2007 dalam skripsi dengan judul
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA (SAINS). Peningkatan ini ditunjukkan oleh
perbandingan rata-rata hasil belajar yang dicapai antara siklus I (53,97), siklus II
(65,74) peningkatan prosentase 11,77% dan siklus III (73,24) peningkatan
prosentase 7,5%.
Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang telah dilakukan oleh
Isna Noor Izzati tahun 2009 dalam skripsi Peningkatan Hasil
Belajar IPA melalui Pembelajaran Quantum Pada Siswa Kelas IV SD Negeri
Banyu Putih 04 Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepa . Hasil penelitian
tersebut adalah penggunaan pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang konsep bunyi, yaitu ditandai
dengan : siswa kelas IV sebanyak 30 anak mengalami peningkatan hasil belajar
yaitu sebelum tindakan hanya 43,33% siswa belajar tuntas. Setelah tindakan
menjadi 100%.
Perbedaan dari penelitian Hermawan Widyastantyo dan Isna Noor Izzati
dengan penelitian ini adalah variabel yang diteliti adalah kemampuan memahami
dan kualitas proses pembelajaran IPA, subjek penelitiannya pada peserta didik
kelas V SD Negeri 1 Karangpelem tahun ajaran 2010/2011, penelitiannya
berlangsung 2 siklus dan simpulan dari penelitiannya adalah model quantum
learning dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA. Sementara itu persamaan dari
penelitian ini adalah salah satu variabelnya mengunakan pendekatan yang sama
yaitu quantum learning dan hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan dari apa yang diteliti.
Berpijak dari penelitian-penelitian yang terdahulu maka peneliti merasa
perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul peningkatan kemampuan
memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA melalui model quantum