• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Puskesmas Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Puskesmas Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2016"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

Nomor Kuisioner :

Hari/Tanggal Wawancara : PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI PUSKESMAS ANDAM DEWI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2016

Panduan pengisian

a. Mohon perhatikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan seksama.

b. Berikan jawaban anda dengan memberikan tanda (x) pada salah satu pilihan jawaban yang di maksud (a,b,c dan d)

c. Mohon dijawab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya demi keabsahan/kebenaran penelitian.

d. Jawaban anda kami jamin kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi karir atau jabatan bapak/ibu.

e. Terima kasih atas kesediaan bapak/ibu menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.

I. DATA PRIBADI RESPONDEN

Nama :

Jenis kelamin :

Umur : Tahun

Pendidikan :

Masa kerja : Tahun

Status : Kwn/Blm Kwn/Janda/Duda

(2)

II. Quesioner Gaya kepemimpinan : A. Pengawasan

3. Dalam hal pengawasan kerja pegawai, kepala puskesmas ditempat saya menerapkan kepemimpinan nya seperti berikut, yaitu...

a. Kepala puskesmas selalu memperhatikan kerja bawahan, karena menganggap bawahan tidak mampu melakukannya

b. kepala puskesmas selalu berusaha mengsinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi

c. Kepala puskesmas membiarkan kelompoknya atau karyawanya berbuat semau sendiri

d. Kepala puskesmas mampu menekankan tanggung jawab yang tinggi kepada stafnya dalam malaksanakan tugas

4. Dalam mengontrol pekerjaan pegawai, kepala puskesmas ditempat saya melakukan dengan...

a. Kepala puskesmas selalu memperlakukan bawahan sama seperti alat-alat lain dalam organisasi yang haris di kontrol setiap saat

b. Kepala puskesmas selalu meminta informasi tentang kendala-kendala selama menjalankan pekerjaan dalam gedung puskesmas/posyandu c. Kepala puskesmas selalu memberikan kebebasan kepada staf dalam

mengaktualisasikan kinerja yang dimiliki masing-masing pegawai d. kepala puskesmas selalu memberikan bimbingan/pengarahan sebelum

dan sesudah melaksanakan pekerjaan dalam gedung puskesmas/posyandu

B. Komunikasi

2. Dalam membangun komunikasi yang baik, kepala puskesmas ditempat saya menerapkan kepemimpinan seperti berikut:

a. Kepala puskesmas menganggap dirinya sebagai orang yang paling tinggi kedudukan sehingga ia tidak peduli dan tidak mau tau keadaan bawahannya

b. Kepala puskesmas senang menerima saran, pendapat, dan kritik-kritikan dari bawahan

c. Kepala puskesmas saya menetapkan, bila ingin konsultasi tentang suatu program/masalah, hendaknya dikonsultasikan lebih dahulu dengan pegawai yang lebih senior, bila tidak bisa dipecahkan masalahnya, baru kepala puskesmas

d. Kepala puskesmas mempunyai sifat yang menyenangkan , misalnya suka bercanda dan mau membantu bila saya ada masalah

(3)

a. Kepala puskesmas mengambil keputusan secara sepihak tanpa di komunikasikan terlebih dahulu kepada para bawahannya

b. Kepala puskesmas selalu melibatakan partisapatif staf dalam menentukan keputusan

c. Kepala puskesmas menyerahkan seluruh keputusan dan tidakan kepada staf

d. Kepala puskesmas menjalin kerjasama yang baik dengan pegawai sehingga tercipta suasana kerja yang nyaman

4. Dalam melakukan komunikasi kepada staf, kepala puskesmas ditempat saya menerapkan fungsi kepemimpinan yang...

a. Kepala puskesmas tidak melibatkan staf setiap pengambilan keputusan setiap diadakannya rapat kerja atau program

b. Kepala puskesmas selalu melibatkan pegawai dalam setiap pengambilan kebijakan

c. Kepala puskesmas mempengaruhi pegawainya melalui komunikasi berbagai arah sesuai dengan tugas dan fungsi kerja dari masing-masing staf

d. Kepala puskesmas mempengaruhi pegawainya melalui komunikasi dua arah yang baik sehingga pegawai patuh hormat serta setia kepada pemimpin

C. Motivasi

1. Dalam hal memotivasi pegawai, kepala puskesmas ditempat saya melakukan hal berikut, seperti....

a. Kepala puskesmas kurang menghargai harkat dan martabat bawahan b. Kepala puskesmas memberikan kesempatan mengembangkan diri/karir

(misalnya mengikuti pendidikan, pelatihan dll)

c. Kepala puskesmas berpartisipasi dalam kegiatan kelompok atau karyawannya.

d. Kepala puskesmas memberikan semangat tim dalam organisasi melalui penumbuhan entuasiasme dan optimisme staf terhadap visi organisasi 2. Untuk meningkatkan partisipasi atau kecintaan pegawai terhadap tujuan

organisasi puskesmas, kepala puskesmas menerapkan kepemimpinan... a. Kepala puskesmas memperlakukan para bawahan sama dengan

alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin.

b. Kepala puskesmas membuat evaluasi program yang diadakan dalam minilokakarya bulanan puskesmas agar meningkatkan gairah kerja di dalam puskesmas dan diluar gedung puskesmas

(4)

d. Kepala puskesmas memberikan penghargaan yang jelas (berupa pujian, insentif, piagam dll) terhadap prestasi pegawai.

3. Untuk menambah semangat kerja staf, kepala puskesmas ditempat saya melakukan cara, seperti...

a. Kepala puskesmas membuat program / kegiatan sendiri tanpa mengikutsertakan pegawai

b. Kepala puskesmas membentuk kelompok kerja antar pegawai dalam melakukan tiap program di puskesmas

c. Kepala puskesmas memberikan kebabasan jam kerja masuk dan keluar pegawai sesuai dengan keputusan staf

d. Kepala puskesmas selalu memberikan semangat bila target kegiatan/program saya tercapai

D. Koordinasi

1. Dalam melakukan koordinasi terhadap staf, kepala puskesmas ditempat saya menerapkan gaya seperti...

a. Kepala puskesmas menganggap organisasi sebagai milik pribadi yang dapat diperlakukannya dengan sekehendak hati

b. Kepala puskesmas lebih mengutamakan kerjasama dalam usaha mencapai tujuan organisasi puskesmas

c. Kepala puskesmas melakukan perintah langsung kepada staf

d. Kepala puskesmas selalu menunjukkan kecerdasan dan intelektualitas berfikir dalam proses pengambilan keputusan

2. Untuk melihat tanggung jawab kerja dari pegawai puskesmas, kepala puskesmas ditempat saya melakukan hal berikut, yaitu...

a. Kepala puskesmas membuat tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadinya sendiri.

b. Kepala puskesmas kami lebih memperhatikan kerja kelompok daripada kompetisi individual, misalnya bila ada keberhasilan suatu kegiatan maka harus diakui sebagai keberhasilan bersama mestipun andil tiap-tiap orang berbeda

c. Kepala puskesmas kami lebih memperhatikan kerja individu atau tiap karyawan daripada kompetisi kelompok, misalnya bila ada keberhasilan suatu kegiatan maka harus diakui sebagai keberhasilan individu itu sendiri.

(5)

III. Quesioner Disiplin Kerja A. Ketepatan Waktu

1. Apakah Bapak/Ibu selalu masuk puskesmas sesuai dengan waktu kerja yang ditetapkan di puskesmas ?

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak

2. Apakah Bapak/Ibu pulang dari puskesmas sesuai dengan waktu selesai kerja yang ditetapkan di puskesmas ini ?

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak

3. Apakah Bapak/Ibu sering terlambat untuk mengikuti upacara/apel pagi pada hari senin?

a. Tidak b. Kadang-kadang c.Ya B. Pemanfaatan Sarana di Puskesmas

4. Apakah Bapak/Ibu pernah merusak peralatan puskesmas saat bekerja ? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak

5. Apakah Bapak/Ibu selalu menjaga fasilitas peralatan di puskesmas dengan baik ?

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak C. Tanggung Jawab Kerja

6. Apakah Bapak/Ibu dapat memanfaatkan waktu kerja dengan sebaik - baiknya dan tidak pernah meninggalkan pekerjaan dengan alasan tanpa yang cukup ?

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak

7. Apakah target pekerjaan yang Bapak/Ibu selesikan sesuai dengan target yang ditentukan sebelumnya?

9. Apakah Bapak/Ibu sering melanggar tata tertib yang telah ditentukan dikantor ini (misalnya tidak memakai seragam ke puskesmas, tidak mengenakan tanda pengenal , memakai sandal dll)

a. Tidak b. Kadang-kadang c.tidak

10. Apakah Bapak/Ibu selalu mematuhi peraturan kerja yang berlaku di puskesmas ini ?

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak

11. Dalam melayani pasien, apakah Bapak/Ibu bertindak sopan dan santun atau mematuhi norma sosial di lingkungan kerja ?

(6)
(7)
(8)

Kategori :

Jenis Kelamin Umur Status Perkawinan Masa Kerja Pendidikan

(9)
(10)
(11)

ruang tempat kerja

katego ri gaya kepemi mpin an dari in dikato r p engawasan

19 41,3 41,3 41,3

kategori total jawaban komunikasi

11 23,9 23,9 23,9

katego ri total jawab an mo tivasi

8 17,4 17,4 17,4

kategori total jawaban koordinasi

(12)

1 ,135 ,207 -,175 -,587 **

(13)

Analisis Multivariat

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,215a ,460 -,047 ,466

a. Predictors: (Constant), total koordinasi, total komunikasi, nilai total gaya kepemimpinan dari indikator pengawasan, total motivasi

b. Dependent Variable: Kategori Disiplin Kerja

ANOVAb Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression ,432 4 ,108 ,498 ,037a

Residual 8,894 41 ,217

Total 9,326 45

a. Predictors: (Constant), total koordinasi, total komunikasi, nilai total gaya kepemimpinan dari indikator pengawasan, total motivasi

(14)

Coefficient Correlationsa 1Correlations total koordinasi 1,000 ,039 ,111 -,470

total komunikasi ,039 1,000 -,085 -,100

Covariances total koordinasi ,002 5,958E-5 ,000 -,001

total komunikasi 5,958E-5 ,001 ,000 ,000

a. Dependent Variable: Kategori Disiplin Kerja Coefficients

(15)
(16)
(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

Daft, R. L. (2002). Manajemen.Erlangga. Jakarta.

Davis, K., & Jhon W.Newstrom (1985). Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta, Erlangga.

Dwinata, C. P. (2015). Pengaruh Gaya Kepemimpainan Situasional Terhadap Disiplin Pegawai Pada Puskesmas Rambung, Kelurahan Rambung Dalam, Kecamatan Binjai Selatan.Skripsi. Medan, Universitas Sumatera Utara.

Handayadiningrat, Soewarno. 2011. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan

Manajemen. Jakara, Gunung Agung.

Hasibuan, S.P. Malayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Bumi Aksara.

Hastono, S. P. 2006. Analisis Data. Yogyakarta, FKM Universitas Indonesia. Hatmoko. 2006. Manajemen Kesehatan Program Studi Kedokteran

Universitas Mulawarman. Samarinda, Universitas Mulawarman.

Helmi, A.F. (1996). Disiplin Kerja. Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM.

Iboto, NS, 2004. Pengaruh Fungsi Kepemimpinan Kepala Puskesmas Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan. Skripsi. Medan, FKM USU.

Imam, M. (2002). Kepemimpinan dan Keorganisasian. Jakarta, UII Press. Inayati, Asri. (2014). Hubungan Pengawasan Dengan Disiplin Kerja Pegawai

Pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dharmasraya. (ejournal).http://ejournal.pin.or.id /uploads/06/014/01. Iqbal, F. (2014). Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai

Negeri Sipil di Fakultas Pertanian USU. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Medan, Universitas Sumatera Utara.

Kartono, K. (1982). Pemimpin dan Kepemimpinan (Apakah Pemimpin Abnormal Itu?). Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

(19)

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011 – 2025. Dalam Rancangan 5 September 2011.Jakarta.

,(2012). Sistem Kesehatan Nasional. Departemen Kesehatan Nasional RI. Jakarta.

,(2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012.Diaksesmelalui http://www. depkes. go. id.

Mesiono (2010). Manajemen dan Organisasi. Bandung, Citapustaka Media Perintis.

Nawawi, Hadari dan Martini. 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta, Universitas Gajah Mada.

Parawangsyah A, M. AlwyArifin, Nurhayani. (2012). Hubungan Gaya

Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Batuakota Makassar (ejournal). Makassar, Universitas

Hasanuddin.

Permenkes, (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75/2014. Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Puskesmas Andam Dewi. 2015. Profil Puskesmas Andam Dewi 2015. Pandan. Raja Gukguk J, Fahrudin Js Parake. N. 2013. Pengaruh Gaya Kepemimpinan

dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Puskesmas Se-Kabupaten Seluma (ejournal). Bengkulu, Universitas Bengkulu.

Ranupandojo, H dan Suad Husnan. 2008. Manajemen Personalia. BPFE,Yogyakarta.

Siagian, S.P. (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Asdi Mahasatya.

, (2003). Teori & Praktek Kepemimpinan, Cetakan Kelima. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soedjono, (2000). Strategi Sumber Daya Manusia. Jakarta, Bumi Aksara. Sogirin. (2013). Hubungan Peranan Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja

Staf Pada Puskesmas Kabupaten Dati II Rokan Hulu Tahun 2013. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera utara. Medan.

(20)

Suryaningrat, B. (1982). Pengantar Seni dan Ilmu Kepemimpinan. Jakarta, Dewaruci Press.

Sutarto. (2001). Dasar-Dasar Kepemimpin Administrasi. Yogyakarta, Universitas Gadjahmada.

Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Kencana. Thoha, Miftah. 2010. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.

Jakarta, Rajawali Perss.

Wahyuni, Sri. (2015). Peranan Koordinasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur.(ejournal).http://untagsmd.ac.id/files/Contoh%20Jurnal%20Sri%20 Wahyuni_2_Edit_3.pdf/2/015/24

Winardi, 2007. Manajemen Prilaku Organisasi. Jakarta: Prenada Media Group.

Yoesana, Umy. (2013). Hubungan Antara Motivasi Kerja dengan Disiplin Kerja Pegawai Di Kantor Kecamatan Muara Jawa Kabupaten Kutai Kartanegara.(ejournal).http://ejournal.pin.or.id/site/wpcontent/uploads/2 013/02

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey dengan menggunakan pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan. Pendekatan explanatory research

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh gaya kepemimpinan kepala Puskesmas Andam Dewi terhadap disiplin kerja pegawai di Puskesmas Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan pada puskesmas Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah. Dengan pertimbangan masih rendahnya tingkat disiplin kerja pegawai ditandai dengan keluhan pasien yang datang berobat ke puskesmas Andam Dewi, bahwasanya pegawai sering tidak tepat waktu datang ke puskesmas sehingga pasien sering menunggu lama untuk di layani serta pelayanan yang diberikan pegawai terhadap pasien kurang ramah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai Mei 2016. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(22)

3.3.2 Sampel

Adapun sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi di Puskesmas Andam Dewi di jadikan sampel, yaitu sebanyak 46 orang. Terdiri dari 10 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 26 orang Pegawai Honorer dan 10 orang pegawai Pegawai Tidak Tetap (PTT)

3.4 Metode Pengambilan Data

1. Data primer diperoleh melalui penyebaran quesioner kepada pegawai puskesmas Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah yang berpedoman pada kuisioner.

2. Data sekunder diperolah dengan cara mengadakan pencatatan data laporan dari pegawai puskesmas Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah.

3.5 Definisi Operasional

Untuk memudahkan penelitian serta memperoleh pandangan yang sama antara peneliti dengan responden, maka defenisi operasional variabel penelitian berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah:

3.5.1 Variabel Bebas

Adapun gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh faktor yang sekaligus sebagai indikator keefektivan gaya kepemimpinan (Mesiono,2010), yaitu:

1. Pengawasan adalah penilikan dan pengarahan kebijakan jalannya puskesmas oleh kepala puskesmas.

(23)

3. Motivasi adalah dorongan yang timbul dari kepala puskesmas terhadap seseorang atau kelompok staf puskesmas agar tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan puskesmas yang dikehendaki atau mendapat kepuasan dengan pembuatannya.

4. Koordinasi adalah perihal kepala puskesmas mengatur organisasi atau kegiatan staf puskesmas sehingga peraturan dengan tindakan yang dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpangsiur.

3.5.2 Variabel Terikat

Adapun disiplin kerja dipengaruhi oleh faktor yang sekaligus sebagai indikator dari disiplin kerja oleh Soejono (2000), yaitu:

1. Ketaatan terhadap waktu adalahketepatan dan keberadaan pegawai puskesmas pada jam kerja yang ditentukan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

2. Menggunakan peralatan kantor dengan baik adalahpegawai puskesmas memakai (alat, perkakas) dengan teratur (apik, rapi, tidak ada celanya). 3. Tanggung jawab yang tinggi adalah pegawai puskesmas mengutamakan

kepentingan tugas atau pekerjaan dari hal-hal lain.

4. Ketertiban dalam bekerja adalahpegawai puskesmas mengendalikan diri dan menciptakan suasana aman dan tenang selama bekerja.

3.6 Aspek Pengukuran Data

(24)

dalam 4 (empat) tingkatan, sehingga responden di mungkinkan untuk menjawab dalam berbagai tingkatan dengan nilai 1 (satu) sampai 4 (empat).

Untuk mengetahui gaya kepemimpinan diukur melalui 10 pertanyaaan, dengan menggunakan skala interval.

a. Aspek pengukuran untuk variabel gaya kepemimpinan di kelompok dalam 4 (empat) tingkatan, yaitu:

1. Untuk pilihan jawaban (a), jika kepala puskesmas memiliki gaya kepemimpinan yang Otokratik dalam menjalankan kepemimpinan kepada pegawai puskesmas.Jawaban diberi skor 4 (dengan nilai 34 - 40).

2. Untuk pilihan jawaban (b), jika kepala puskesmas memiliki gaya kepemimpinan yang Demokratis dalam menjalankan kepemimpinan kepada pegawai puskesmas. Jawaban diberi skor 3 (dengan nilai 26 - 33). 3. Untuk pilihan jawaban (c), jika kepala puskesmas memiliki gaya

kepemimpinan yang Laises Faire (Bebas) dalam menjalankan kepemimpinan kepada pegawai puskesmas. Jawaban diberi skor (dengan nilai 18 - 25).

4. Untuk pilihan jawaban (d), jika kepala puskesmas memiliki gaya kepemimpinan yang Kharismatik dalam menjalankan kepemimpinan kepada pegawai puskesmas. Jawaban diberi skor 1 (dengan nilai 10 - 17). b. Untuk mengetahui tingkat disiplin kerja di ukur melalui 11 pertanyaan,

(25)

Aspek pengukuran variabel disiplin kerja dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala Puskesmas dikategorikan kedalam 3 (tiga) tingkatan, yaitu:

1. Tinggi, jika staf memiliki disiplin kerja yang di pengaruhi oleh aspek gaya kepemimpinan yang efektif yang dilakukan oleh kepala puskesmas. Jawabannya diberi skor 3 (dengan 33).

2. Sedang, jika staf tidak memiliki disiplin kerja yang di pengaruhi oleh aspek gaya kepemimpinan yang efektif yang dilakukan oleh kepala puskesmas. Jawabannya diberi skor 2 (dengan nilai 22).

3. Rendah, jika staf tidak memiliki disiplin kerja yang di pengaruhi oleh aspek gaya kepemimpinan yang efektif yang dilakukan oleh kepala puskesmas. Jawabannya diberi skor 1 (dengan nilai 11).

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Gaya Kepemimpinan)

(26)

c. Motivasi

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Motivasi Kerja)

Variabel Kategori

3.7 Teknik Analisis Data

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan analisa kuantitatif. Adapun tahap analisa data adalah sebagai berikut: 3.7.1 Analisis Univariat

(27)

variabel dependent. Data-data disuguhkan dalam bentuk tabel frekuensi dan

proporsi untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. 3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis penelitian ini digunakan untuk untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan variabel dependent. Dalam hal ini adalah untuk

mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan yang memiliki indikator (pengawasan, komunikasi, motivasi dan koordinasi) dengan disiplin kerja pegawai (meliputi: Ketepatan waktu, Pemanfaatan sarana, Tanggungjawab kerja dan Ketaatan). Uji hubungan yang digunakan adalah uji Korelasi Pearson Uji ini dilakukan dalam rangka menganalisis hubungan dua atau lebih variabel kategori. Uji signifikan dilihat dengan menggunakan CI 95% (P value < 0,05). Kesimpulan tingkat kemaknaan dapat dilakukan apabila hasil uji sebagai berikut:

1) P > 0,05 menunjukkan hasil adalah tidak signifikan. 2) P ≤ 0,05 menunjukkan hasil adalah signifikan 3.7.3 Analisis Multivariat

Analisis penelitian ini digunakan untuk untuk melihat pengaruh variabel dependen terhadap satu atau lebih variabel independen dengan melakukan uji regresi linear. Variabael dependen dinyatakan dengan huruf Y, sedangkan

variabel independen dinyatakan dengan huruf X. Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah dengan regresi linear (Sugiono, 2003).

(28)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Data Geografis

Puskesmas Andam Dewi adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli tengah. Puskesmas Andam Dewi terletak Desa Bondarsihudon 1, Kecamatan Andm Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah. Puskesmas Andam Dewi berdiri pada tanggal 15 Juli 2007. Secara geografis Puskesmas Andam Dewi memiliki luas wilayah sebesar 35 km2 yang terdiri dari dataran rendah 20% dan dataran tinggi 80%.

Puskesmas Andam Dewi memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Humbahas

b. Sebeah timur berbatasan dengan Kecamatan Barus Utara c. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sirandorung 4.1.2 Kependudukan

(29)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 8.124 50,3

2. Perempuan 8.021 49,7

Jumlah 16.145 100

Sumber : Profil Puskesmas Andam Dewi Tahun 2015

Adapun Puskesmas Andam Dewi memiliki cakupan wilayah kerja yang terdiri dari 14 desa / kelurahan, yaitu:

1. Kelurahan Rinabolak 2. Desa Sijungkang 3. Desa Pangaribuan 4. Desa Sogar 5. Desa Sigolang 6. Desa Siramiramian 7. Desa Sosorgonting 8. Desa Bondarsihudon 1 9. Desa Bondarsihudon 2 10. Desa Lobutua

11. Desa Sitiris-Tiris 12. Desa Ladang Tengah 13. Desa Sawah Lamo 14. Desa Uratan 4.2 Analisis Univariat

(30)

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

Responden dalam penelitian ini adalah semua Pegawai Puskesmas Andam Dewi tahun 2016. Hasil penelitan menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak (93,9%), dan laki-laki paling sedikit yaitu sebanyak (6,5%). Dengan persentase paling besar berada pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 34 responden (73,9%) dan paling sedikit berada dalam kelompok umur >35 tahun sebanyak 12 responden (26,1%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Umur

No. Karakteristik Responden Jumlah

1 Jenis Kelamin F %

Laki-laki 3 6,5

Perempuan 43 93,5

2. Umur

20-35 tahun 34 73,9

>35 tahun 12 26,1

Jumlah 46 100,0

Sumber: Data Kepegawaian Puskesmas Andam Dewi

4.2.2 Karakteristik RespondenBerdasarkan Tingkat Pendidikan

(31)

Tabel 4.3 Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan F %

1 D3 43 93,5

2 S1 3 6,5

Jumlah 46 100,0

Sumber : Data kepegawain Puskesmas Andam Dewi

4.2.3 Karakeristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Andam Dewi, sebagian besar responden telah bekerja pada kategori 1-5 tahun sebanyak 18 responden (39,1%), kategori 5 – 10 tahun sebanyak 16 responden (34,8%), kategori responden telah bekerja >10 tahun sebnyak 8 responden (17,4%) dan paling sedikit responden telah bekerja <1 tahun sebanyak 4 responden (8,7%). Lebih rinci dapat dilihat tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

No. Masa kerja F %

1 < 1 tahun 4 8,7

2 1-5 tahun 18 39,1

3 0 Tahun 16 34,8

4 >10 tahun 8 17,4

Jumlah 46 100,0

Sumber: Data Kepegawain Puskesmas Andam Dewi

4.2.4 Karakeristik Responden Berdasarkan Status Responden

(32)

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Responden

No. Status Responden F %

1 Kawin 35 76,1

2 Belum kawin 11 23,9

Jumlah 46 100,0

Sumber: Data Kepegawain Puskesmas Andam Dewi

4.2.5 Karakeristik Responden Berdasarkan Jabatan Responden

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Andam Dewi, menunjukkan bahwa jabatan responden sebagian besar bekerja di poskesdes sebanyak 13 responden (28,3%) berada di luar gedung puskesmas, sedangkan responden yang bekerja di dalam gedung puskesmas sebanyak 32 responden (69,6%), dan sebagian besar berjabatan sebagai staf puskesmas sebanyak 11 responden (23,9%), dan sebagian kecil berjabatan sebagai dokter fungsional sebanyak 2 responden (4,3%).Lebih rinci dapat dilihat tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan Responden

No. Karakteristik Responden Jumlah

Jabatan Responden F %

1. dr fungsional 2 4,3

2 TU 4 8,7

3 KIA/KB 4 8,7

4 Pengelola obat 1 2,2

5 Inventaris malaria 2 4,3

6 Kesling 1 2,2

7 Batra,ispa 1 2,2

8 Promkes 1 2,2

9 SP2TP, UKS 1 2,2

(33)

11 Lab.TB 1 2,2

12 PTM, Kes Jiwa 2 4,3

13 Staf puskesmas 11 23,9

14 Pustu, poskesdes 13 28,3

Jumlah 46 100,0

Sumber: Data Kepegawain Puskesmas Andam Dewi

4.2.6 Karakeristik Responden Berdasarkan Gaya Kepemimpinan

(34)

Tabel 4.7 Deskripsi Responden Berdasarkan Uraian Gaya Kepemimpinan

No Pertanyaan F %

Pengawasan

1 1. Dalam hal pengawasan kerja pegawai, kepala puskesmas ditempat saya menerapkan kepemimpinan nya seperti berikut, yaitu...

a. a. Otokratik 1 2,2

b. b. Demokratik 14 30,4

c. c. Laises faire/bebas 17 37,0

d. d. Kharismatik 14 30,4

Jumlah 46 100,0

2 2. Dalam hal pengawasan kerja pegawai, kepala puskesmas ditempat saya menerapkan kepemimpinan nya seperti berikut, yaitu...

e. a. Otokratik 6 13,0

f. b. Demokratik 8 17,4

g. c. Laises faire/bebas 20 43,5

h. d. Kharismatik 12 17,4

Jumlah 46 100

Komunikasi

1 1. Dalam membangun komunikasi yang baik, kepala puskesmas ditempat saya menerapkan kepemimpinan seperti berikut:

i. a. Otokratik 4 8,7

j. b. Demokratik 22 47,8

k. c. Laises faire/bebas 12 26,1

l. d. Kharismatik 8 17,4

Jumlah

(35)

m. a. Otokratik 3 6,5

n. b. Demokratik 11 23,9

o. c. Laises faire/bebas 18 39,1

p. d. Kharismatik 14 30,4

Jumlah 46 100

3 3. Dalam melakukan komunikasi kepada staf, kepala puskesmas ditempat saya menerapkan fungsi kepemimpinan yang...

q. a. Otokratik 6 13,0

r. b. Demokratik 11 23,9

s. c. Laises faire/bebas 19 41,3

t. d. Kharismatik 10 21,7

Jumlah 46 100

Motivasi

1 Dalam hal memotivasi pegawai, kepala puskesmas ditempat saya melakukan hal berikut, seperti...

u. a. Otokratik 3 6,5

v. b. Demokratik 15 32,4

w. c. Laises faire/bebas 14 30,4

x. d. Kharismatik 14 30,4

Jumlah 46 100

2 Untuk meningkatkan partisipasi atau kecintaan pegawai terhadap tujuan organisasi puskesmas, kepala puskesmas menerapkan kepemimpinan....

y. a. Otokratik 2 4,3

z. b. Demokratik 10 21,7

aa. c. Laises faire/bebas 32 69,6

bb.d. Kharismatik 2 4,3

Jumlah 46 100

(36)

puskesmas menerapkan kepemimpinan...

cc. a. Otokratik 6 13,0

dd.b. Demokratik 12 26,1

ee. c. Laises faire/bebas 21 45,7

ff. d. Kharismatik 7 15,2

Jumlah 46 100

Koordinasi

1 Dalam melakukan koordinasi terhadap staf, kepala puskesmas ditempat saya menerapkan gaya seperti...

gg.a. Otokratik 6 13,0

hh.b. Demokratik 11 23,9

ii. c. Laises faire/bebas 15 32,6

jj. d. Kharismatik 14 30,4

Jumlah 46 100

2 Untuk melihat tanggung jawab kerja dari pegawai puskesmas, kepala puskesmas ditempat saya melakukan hal berikut, yaitu....

kk.a. Otokratik 6 13,0

ll. b. Demokratik 10 21,7

c. Laises faire/bebas 16 34,8

d. Kharismatik 14 30,4

Jumlah 46 100

4.2.7 Karakeristik Responden Berdasarkan Disiplin Kerja

(37)

tidak melakukan disiplin kerja sebanyak 6 orang (12,8%). Lebih rinci dapat dilihat tabel 4.8.

Tabel 4.8 Deskripsi Responden Berdasarkan Uraian Disiplin Keja

No Pertanyaan F %

A. Ketepatan waktu

1 1. Apakah Bapak/Ibu selalu masuk puskesmas sesuai dengan waktu kerja yang ditetapkan di puskesmas ?

a. Ya 13 28,3

b. Kadang-kadang 28 60,9

c. Tidak 5 10,9

2 Apakah Bapak/Ibu pulang dari puskesmas sesuai dengan waktu selesai kerja yang ditetapkan di puskesmas ini ?

a. Ya 17 37,0

b. Kadang-kadang 17 37,0

c. Tidak 12 26,1

3 Apakah Bapak/Ibu sering terlambat untuk mengikuti upacara/apel pagi hari senin?

a. Ya 19 41,3

b. Kadang-kadang 14 30,4

c. Tidak 13 28,3

B. B.Pemanfaatan Sarana di Puskesmas 1 Apakah Bapak/Ibu pernah merusak peralatan

puskesmas saat bekerja ?

a. Ya 8 17,4

b. Kadang-kadang 14 30,4

c. Tidak 24 52,2

2 Apakah Bapak/Ibu selalu menjaga fasilitas peralatan di puskesmas dengan baik?

(38)

b. Kadang-kadang 10 21,7

c. Tidak 15 32,6

C. C.Tanggung Jawab Kerja

1 Apakah Bapak/Ibu dapat memanfaatkan waktu kerja dengan sebaik - baiknya dan tidak pernah

meninggalkan pekerjaan dengan alasan yang cukup ?

a. Ya 15 32,6

b. Kadang-kadang 16 34,8

c. Tidak 15 32,6

2 Apakah target pekerjaan yang Bapak/Ibu selesikan sesuai dengan target yang ditentukan sebelumnya?

a. Ya 12 26,1

b. Kadang-kadang 16 34,8

c. Tidak 18 39,1

D. D.Ketaatan

1 Apakah Bapak/Ibu selalu tepat waktu datang dalam mengukuti rapat bulanan ke puskesmas?

a. Ya 23 50,0

b. Kadang-kadang 12 26,1

c. Tidak 11 23,9

2 Apakah Bapak/Ibu sering melanggar tata tertib yang telah ditentukan dikantor ini (misalnya tidak memakai seragam ke puskesmas, tidak mengenakan tanda pengenal , memakai sandal dll)

a. Ya 12 26,1

b. Kadang-kadang 17 37,0

c. Tidak 17 37,0

3 Apakah Bapak/Ibu selalu mematuhi peraturan kerja yang berlaku di puskesmas ini ?

Ya 20 43,5

(39)

c. Tidak 11 23,9 4 Dalam melayani pasien, apakah Bapak/Ibu bertindak

sopan dan santun atau mematuhi norma sosial di lingkungan kerja?

a. Ya 20 43,5

b. Kadang-kadang 11 23,9

c. Tidak 15 32,6

Kategori Disiplin Kerja

1 Tinggi 11 23,9

2 Sedang 29 63,0

3 Rendah 6 13,0

Total 46 100,0

4.3 Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Disiplin Kerja

Untuk menjelaskan hubungan gaya kepemimpinan (pengawasan, komunikasi, motivasi dan koordinasi) dengan disiplin kerja pegawai di puskesmas Andam Dewi digunakan uji statistik korelasi pearson product moment dengan hasil sebagai berikut:

1. Variabel pengawasan (ρ=0,000), koordinasi (ρ=0,014) menunjukkan hubungan secara signifikan dengan disiplin kerja pegawai karena nilai ρ<0,05.

2. Variabel komunikasi (ρ=0,390), motivasi (ρ=0,211) tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan displin kerja pegawai (ρ<0,05).

3. Menurut Calton (dalam Hastono, 2006) melalui hasil uji statistik dari korelasi pearson dapat dilihat kekuatan hubungan dari dua variabel secara kualitatif

(40)

a. Hubungan variabel pengawasan kepala puskesmas dengan disiplin kerja pegawai menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,587) dan berpola negatif, artinya semakin tinggi pengawasan kepala puskesmas maka akan terjadi peningkatan disiplin kerja pegawai.

b. Hubungan variabel koordinasi kepala puskesmas dengan disiplin kerja pegawai menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,927) dan berpola positif, artinya semakin tinggi koordinasi kepala puskesmas maka akan terjadi peningkatan disiplin kerja pegawai.

Tabel 4.9 Hasil uji statistik korelasi pearson

No Variabel Correlation

Coefficien (r) Sig (ρ)

1. Pengawasan -0,587 0,000**

2. Komunikasi -0,130 0,390

3. Motivasi -1,888 0,211

4. Koordinasi 0,927 0,014**

Ket. ** signifikan

4.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Puskesmas Andam Dewi

Berdasarkan hasil uji statistik bivariat, dapat diketahui bahwa variabel pengawasan dan koordinasi dapat dilanjutkan ke analisis multivariat regresi linear karena nilai p <0,025.

Hasil uji statistik linear dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) menunjukkan bahwa:

(41)

2. Nilai koefesien determinasi (R Square) adalah 0,460 artinya pengawasan dan koordinasi memberikan pengaruh hanya sebesar 46,0% terhadap disiplin kerja pegawai, sedangkan sisanya 54,0% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hasil uji Anova memiliki nilai F hitung (F=0,498) dan ρ=0,000<0,25.

3. Model persamaan regresi yang terbentuk adalah: Y= 0,431 (konstanta) + 0,020 X1 + 0,053 X4

Keterangan:

Y = variabel disiplin kerja pegawai X1 = variabel pengawasan

X4 = variabel koordinasi

Berdasarkan persamaan di atas, dapat dideskripsikan bahwa:

1. Apabila dinaikkan satu poin pengawasan, maka disiplin kerja pegawai di puskesmas akan naik sebesar 0,020 kali.

2. Apabila dinaikkan satu poin koordinasi, maka disiplin kerja pegawai di puskesmas akan naik sebesar 0,053. Hasil analisis regresi tersebut sesuai dengan Tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Linear Variabel Taraf

signifikan B R

R Square

Ρ

Value

konsatanta 0,431 0,215 0,460

0,000 Pengawasan 0,026 0,020

(42)

BAB V

PEMBAHASAN

Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji regresi linear dalam penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dari aspek pengawasan serta koordinasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap disiplin kerja pegawai, sedangkan dari aspek komunikasi dan motivasi tidak memilki pengaruh yang signifikan terhadap disiplin kerja pegawai.

5.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dilihat Dari Aspek Pengawasan Kepala Puskesmas dengan Disiplin Kerja Pegawai di Puskesmas Andam Dewi Kecamatan Andam Dewi Tahun 2016

Berdasarkan uji regresi linear diperoleh hasil penelitian variabel gaya kepemimpinan dari aspek pengawasan berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai di puskesmas Andam Dewi. Dalam hal pengawasan pegawai kepala puskesmas lebih cenderung menerapkan gaya kepemimpinan bebas sehingga hal tersebut mempengaruhi disiplin kerja pegawai sedang.

Hal ini sesuai dengan penelitian Raja Gukguk dan Parake (2013), mengatakan secara signifikan ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Puskesmas Se-Kabupaten Seluma. Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Iboto (2004), variabel pengawasan pegawai berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.

(43)

mencegah timbulnya penyimpangan dan menjamin bahwa pelaksaan kegiatan organisasi berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Hal ini berbeda dengan gaya kepemimpinan bebas dimana seorang pemimpin memberikan kebebasan tanpa pengendalian. Pemimpin disini tidak pernah memimpin atau mengendalikan bawahannya sepenuhnya (Thoha, 2010).

Pengawasan dimaksudkan untuk mencegah ataupun untuk memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian dan penyelesaian lainnya untuk tidak sesuai dengan wewenang yang telah ditentukan.

Menurut Ranupandojo dan Husnan (2008), wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Unuk mengatasi setiap kendala didalam peningkatan disiplin kerja pegawai, pimpinan biasanya memberikan pengarahan-pengarahan kepada pegawai sehingga pegawai akan lebih menjadi tertarah didalam pekerjaannya.

Menurut Hatmoko (2006), kepala puskesmas sebagai seorang manajer adalah memberikan supervisi/pengawasan dengan memantau staf secara berkala dan teratur guna meningkatkan disiplin staf dalam melaksanakan tugas.

(44)

perilakunya. Kiatnya ialah, bahwa tehnik apapun yang digunakan dalam melakukan pengawasan, sasaran uamanya adalah untuk menemukan “apa yang tidak beres dalam pelaksaan berbagai kegiatan operasional dalam organisasi” dan

bukan serta merta mencari “siapa yang salah”.

Dilihat dari deskripsi penilaian responden terhadap pelaksaan pengawasan pegawai oleh kepala puskesmas yang menunjukkan bahwa sebagaian besar responden menyatakan pengawasan pegawai pada kategori rendah , maka peneliti dapat menyimpulkan pelaksaan pengawasan pegawai kepala puskesmas masih taraf cukup dan belum tingkat baik. Hal ini didukung oleh alasan responden yang menyatakan : pemeriksaan laporan bulanan dari bidan desa tidak rutin tiap bulan diperiksa, pengawasan jam kerja masuk dan jam kerja keluar dari pegawai puskesmas jarang di lakukan, arahan sebelum pelaksaan tugas sesekali dilakukan. Hal ini menurut peneliti perlu mendapat perhatian dari pihak kepala puskesmas dengan melihat betapa pentingnya pengawasan bagi peningkatan disiplin kerja.

Hal ini berarti dengan adanya pengawasan yang di lakukan oleh kepala puskesmas memungkinkan pegawai bekerja dengan disiplin. Pegawai akan bekerja dengan tekun, bersemangat dan bertanggung jawab kerja yang tinggi, sehingga hasil kerja optimal. Namun sebaliknya pengawasan yang kurang akan membuat pegawai merasa tidak nyaman dalam bekerja sehingga hasil kerjanya kurang memuaskan.

(45)

Berdasarkan uji regresi linear diperoleh hasil penelitian bahwa variabel gaya kepemimpinan dari aspek komunikasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai di Puskesmas Andam Dewi. Dalam hal komunikasi dengan pegawai kepala puskesmas lebih cenderung menerapkan gaya kepemimpinan demokratis.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Parawangsyah, dkk (2012), yang menyatakan bahwa adanya hubungan gaya kepemimpinan berdasarkan variabel komunikasi dengan disiplin kerja tenaga kesehatan tenaga kesehatan di Puskesmas Batuakota Makassar.

Menurut teori Siagian (2003), komunikasi merupakan salah satu peran pemimpin yang bersifat hakiki dan sangat penting bagi peningkatan kerjasama antar anggota organisasi. Dalam lingkungan puskesmas, jika kepala puskesmas selaku pemimpin mampu melaksanakan peran komunikasinya dengan cara menyatukan seluruh aspek untuk mencapai kepentingan bersama maka akan tercapai pula tujuan berorganisas/target puskesmas. Hal ini merupakan ciri dari gaya kepemimpinan demokratis, dimana pimpinan cenderung mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan.

(46)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang diperankan kepala puskesmas sebagaian besar responden menilai kurang dengan disiplin kerja pegawai yang rendah. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap staf puskesmas diketahui bahwa pemimpin yang kurang melakukan komunikasi dengan bawahannya dalam memecahkan masalah dikarenakan kesibukan-kesibukan yang lain seperti memiliki praktik lain di salah satu Rumah Sakit daerah, mengikuti rapat di Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah, jarak tempuh rumah kepala puskesmas dengan puskesmas terbilang cukup jauh sekitar 2 jam dalam perjalanan, sehingga kepala puskesmas kurang mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh bawahan. Hal ini meyebabkan kepala puskesmas malas untuk datang ke puskesmas. Kurangnya komunikasi pemimpin dengan pegawai juga tergambar dari sikap pegawai yang sering datang terlambat sehingga banyak keluhan dari pasien tentang masih kurangnya kinerja pegawai.

Menurut Nawawi dan Martini (2004), menyatakan bahwa hak seseorang dalam jabatannya sebagai pemimpin adalah untuk mengambil keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya atau melakukan suatu tindakan/kegiatan dalam rangka mewujudkan eksistensi kelompok/organisasinya. Namun, seorang pimpinan harus dapat dijadikan panutan atau teladan bagi para bawahan sehingga bisa membangkitkan semangat dan kegairahan kerja serta bertindak sebagai motivator.

(47)

berpengaruh dengan produktivitas kerja tertauma untuk meningkatkan disiplin kerja.

5.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dilihat Dari Aspek Motivasi Kepala Puskesmas dengan Disiplin Kerja Pegawai di Puskesmas Andam Dewi Kecamatan Andam Dewi Tahun 2016

Berdasarkan uji regresi linear diperoleh hasil penelitian bahwa variabel gaya kepemimpinan dari aspek motivasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai di puskesmas Andam Dewi. Dalam hal memotivasi pegawai kepala puskesmas lebih cenderung menerapkan gaya kepemimpinan bebas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Iboto (2004) yang menyatakan bahwa variabel gaya kepemimpinan dari aspek memotivasi pegawai tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai di Puskesmas Batuakota Makassar. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Yoesana (2013), menyatakan motivasi mempunyai hubungan dengan disiplin kerja pegawai.

Kepemimpinan menurut Davis dan Newstrom (1985) adalah faktor manusiawi yang mengikat suatu kelompok bersama dan memberi motivasi memiliki ikatan yang kuat. Kehadiran pemimpin memungkinkan manusia organisasional dimotivasi dan diarahkan untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien.

(48)

organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota oraganisasi yang bersangkutan. Sesuai hal nya dengan tipe pemimpin yang bebas yakni para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

Kurangnya peranan memotivasi yang dilakukan oleh pemimpin didukung oleh hasil kuesioner terhadap pegawai puskesmas yang menilai aspek memotivasi yang diperankan pemimpin kurang dan motivasi pegawai rendah bahwa pemimpi tidak memberikan reword atau penghargaan kepada pegawai yang memiliki disiplin kerja yang baik. Hal demikian menurunkan semangat pegawai untuk memberikan kinerja yang lebih baik untuk organisasi.

Sebagian responden juga mengatakan bahwa kepala puskesmas memberikan kebebasan jam kerja masuk dan keluar pegawai sesuai dengan keputusan staf. Hal ini terlihat dari responden yang jadwal masuk kerja puskesmas hanya 4 hari yaitu senin, selasa, kamis dan jumat. Sedangkan hari rabu dan sabtu melakukan pekerjaan tambahan yaitu berjualan di pasar.

Menurut Winardi (2007), motivasi di pengaruhi oleh dua faktor yakni faktor (internal) dari dalam diri individu itu sendiri dan (eksternal) dari luar misalnya peranan pemimpin di tempat kerjanya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan dimana tidak ada pengaruh yang signifikan dengan tingkat disiplin kerja pegawai di Puskesmas Andam dewi.

(49)

bawahan untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Namun, aspek ini harus tetap di perhatikan.

Menurut Siagian (2002) menekankan bahwa organisasi hanya akan berhasil mencapai tujuannya dan berbagai sasarannya, apabila semua komponen organisasi berupaya menampilkan kinerja yang optimal, termasuk produktivitas kerja. Bawahan hanya akan bersedia meningkatkan produktivitas kerja apabila terdapat keyakinan dalam dirinya bahwa dengan demikian, berbagai tujuan, harapan, keinginan, keperluan dan kebutuhan akan tercapai pula.

5.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dilihat Dari Aspek Koordinasi Kepala Puskesmas dengan Disiplin Kerja Pegawai di Puskesmas Andam Dewi Kecamatan Andam Dewi Tahun 2016

Berdasarkan uji regresi linear diperoleh hasil penelitian variabel gaya kepemimpinan dari aspek koordinasi berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai di puskesmas Andam Dewi. Dalam hal koordinasi pegawai kepala puskesmas lebih cenderung menerapkan gaya kepemimpinan kharismatik sehingga hal tersebut mempengaruhi disiplin kerja pegawai sedang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Parawangsyah, dkk (2012) mengatakan ada hubungan antara gaya kepemimpinan berdasarkan pengambilan keputusan dengan disiplin kerja tenaga kesehatan.

Koordinasi menurut Chung dan Megginson yang dikutip oleh Wahyuni (2015) dapat didefinisikan sebagai proses motivasi, memimpin, dan mengkomunikasikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.

(50)

semakin pintar dan profesional dalam melaksanan tuganya. Seorang pimpinan menjadi manajer personalia juga secara otomatis menjadi manajer training atau instruktur, sehingga pelaksaan tugas yang dibebankan kepada bawahan dapat menjadi lebih baik dan berhasil guna.

Berdasarkan hasil quesioner yang peneliti lakukan kepada responden yang berjabatan sebagai bidan desa di poskesdes wilayah kerja Puskesmas Andam Dewi, yang mengatakan bahwa masih rendahnya tingkat koordinasi atau kerjasama antar pimpinan dengan pihak bidan desa. Dari hasil keterangan responden tentang jadwal rapat minilokarya yang tidak menentu dan kadang tidak dilakukan setiap bulannya, tergantung dari kesiapan kepala puskesmas itu sendiri bukan dari tuntunan dari organisasi. Hal ini sesuai dengan tipe pemimpin yang demokratis dalam melakukan koordinasi dengan kepala-kepala bagian dimana kepala puskesmas melakukan perintah langsung kepada staf.

(51)
(52)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dengan disiplin kerja pegawai di Puskesmas Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2016 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Adapun gaya kepemimpinan yang terapkan Kepala Puskesmas Andam Dewi dengan jumlah responden sebanyak 31 orang (67,4%) adalah gaya kepemimpinan bebas (Laises Faire), sedangkan 9 responden orang (19,6) mengatakan gaya kepemimpinan kepala puskesmas adalah demokratik dan 6 (13,0) responden mengatakan gaya kepemimpinan kepala puskesmas adalah kharismatik.

2. Ada pengaruh gaya kepemimpinan bebas dan kharismatik dari aspek pengawasan, dan koordinasi dengan disiplin kerja pegawai di Puskesmas Andam Dewi Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2016.

(53)

6.2 Saran

1. Kepala Dinas kesehatan

Disarankan bagi Kepala Dinas Kesehatan agar lebih sering mengawasi cara kerja kepala puskesmas dilapangan, membuat pelatihan manajerial bagi seluruh kepala puskesmas serta menambah peralatan administrasi pegawai seperi pijar absensi.

2. Kepala Puskesmas

(54)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Tiada organisasi tanpa pimpinan. Courtois berpendapat bahwa “ kelompok

tanpa pimpinan seperti tubuh tanpa kepala, mudah menjadi sesak, panik, kacau, anarkis. Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda pada orang-orang yang berbeda. Dalam perkembangan zaman,bersamaan dengan pertumbuhan scientific management (managemen ilmiah), yang dipelopori oleh ilmuan Frederick

W.Taylor pada awal abad ke-20 dan kemudian hari berkembang menjadi satu ilmu kepemimpinan (Kartono, 1982).

Menurut Ordway Tead yang dikutip oleh Sutarto (2001), “ Leadership is the activity of influencing to coperate toward some goad which come to find

desirable.” (Kepemimpinan adalah akrivitas mempengaruhi orang-orang agar mau

bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan).

Menurut Reuter (dalam Sutarto, 2001) “ Leadership is an ability to persuade or direct men withuot use of the prestige or power of formal office or

external circumtance” (Kepemimpinan adalah suatu kemempuan untuk mengajak

atau mengerahkan orang-orang tanpa memakai perbawa atau kekuatan formal jabatan atau keadaan luar).

(55)

in organization.”(Kepemimpinan adalah kemampuaan seorang atasan mempengaruhi perilaku para bawahannya; salah satu perilaku dalam organisasi).

Menurut Joseph C. Rost (dalam Sutarto, 2001), Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tuuan bersamanya

Robert Tannenbaum, dkk (dalam Sutarto, 2001), “ We define leadership as interpersonal influence, exercised in situasion and directed through the

communication process, toward the attaiment of a specific goal or goals.” ( Kami

mendefenisikan kepemimpinan sebagai saling pengaruh antar pribadi, dilatih dalam situasi dan diarahkan, melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan atau tujuan-tujuan khusus).

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (dalam Sutarto, 2001)

Menurut Hemhill & Coons (dalam sutarto, 2001), Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).

Menurut John D. Pfiffner & Robert Presthus (dalam Sutarto, 2001), “Leadership is the art of coordinating and motivating individuals and groups to

(56)

memotivasi individu-individu serta kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan).

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan administrasi yang dimaksud dengan orang lain sebagian terbesar adalah para bawahan (Siagian, 2002).

2.1.2 Karakteristik Kepemimpinan

Menurut Siagian (2002) menyatakan bahwa ciri-ciri ideal seorang pemimpin adalah :

1. Pengetahuan umum yang luas

2. Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang 3. Sifat inkuisif

4. Kemampuan analitik 5. Daya ingat yang kuat 6. Kapasitas integratif

7. keterampilan berkomunikasi secara efektif 8. Keterampilan mendidik

9. Rasionalisasi 10. Objektivitas 11. Pragmatisme

12. Kemampuan menentukan skala prioritas

(57)

14. Rasa tepat waktu

15. Rasa kohesi yang tinggi 16. Naluri relevansi

17. Keteladanan

18. Kesedian menjadi pendengar yang baik 19. Adaptabilitas

20. Fleksibilitas 21. Ketegasan 22. Keberanian

23. Orientasi masa depan 24. Sikap yang antisipatif 2.1.3 Fungsi kepemimpinan

Menurut Keating (1986) tugas kepemimpinan, leadership function, meliputi dua bidang utama: pekerjaan yang harus diselesaikan dan kekompakan orang-orang yang dipimpinnya. Tugas yang berhubungan dengan pekerjaan disebut task function. Tugas yang berhubungan dengan kekompakan kelompok disebut relationship function. Tugas yang berhubungan dengan pekerjaan perlu agar pekerjaan kelompok dapat diselesaikan dan kelompok mencapai tujuannya. Tugas yang berhubungan dengan kekompokan kelompok dibutuhkan agar hubungan antar orang yang bekerjasama menyelesaikan kerja itu lancar dan enak jalannya.

(58)

1. Memulai, initiating: usaha agar kelompok mulai kegiatan atau gerakan tertentu. Misalnya mengajukan masalah kepada kelompok dan mengajak para anggota kelompok memikirkan dan mencari jalan pemecahannya.

2. Mengatur, regulating: tindakan untuk mengatur arah dan langkah kegiatan kelompok.

3. Memberitahu, informating: kegiatan memberi informasi, data fakta, dan pendapat kepada para anggota dan minta dari mereka informasi, data fakta dan pendapat yang diperlukan.

4. Mendukung, supporting: usaha untuk menerima gagasan, pendapat, usulan dari bawah dan menyempurnakannya dengan menambah atau menguranginya untuk digunakan dalam rangka penyelesaian tugas bersama.

5. Menilai, evaluating: tindakan untuk menguji gagasan yang muncul atau cara kerja yang diambil dengan menunjukkan konsekuensi-konsekuensinya dan untung-ruginya.

6. Menyimpulkan, summarizing: kegiatan untuk mengumpulkan dan merumuskan gagasan, pendapat dan usul yang muncul, menyingkat lalu menyimpulkannya sebagai landasan untuk pemikiran lebih lanjut.

Tugas kepemimpinan yang berhubungan dengan kekompakan kelompok antara lain:

1. Mendorong, encouraging: bersikap hangat, bersahabat, menerima orang-orang .

(59)

rasa bangga, dan ikut seperasaan seperti rasa puas, rasa senang, rasa bangga, dan ikut seperasaan dengan orang-orang yang dipimpinnya pada waktu mengalami kesulitan, kegagalan, dan lain-lain.

3. Mendamaikan, harmonizing: tindakan mempertemukan dan mendamaikan pendapat-pendapat yang berbeda dan merukunkan orang-orang yang bersitegang satu sama lain.

4. Mengalah, compromizing: kemauan untuk mengubah dan menyesuaikan pendapat dan perasaan orang-orang yang dipimpinnya.

5. Memperlancar, gatekeeping: kesediaan membantu mempermudah keikutsertaan para anggota dalam kelompok, sehingga semua rela menyumbangkan dan mengungkapkan gagasan-gagasan.

6. Memasang aturan permainan setting standars: tindakan menyampaikan aturan atau tata tertib yang membantu kehidupan kelompok.

2.1.4 Gaya Kepemimpinan

Banyak tokoh telah melakukan pengkajian secara mendalam tentang perilaku kepemimpinan dengan berbagai pendekatan dan objek kajian yang menjadi pusat perhatian mereka sebagai keinginan penungkapan efektivitas kepemimpinan terhadap perputaran roda ogranisasi.

Sebenarnya gaya kepemimpinan ini pada gilirannya ternyata merupakan dasar dalam membeda-bedakan atau megklasifikasikan tipe kepemimpinan yang secara makro, gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu:

(60)

b. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan hubungan kerja sama

c. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.

Di sini pemimpin menaruh perhatian yang besar dan memiliki keinginan yang kuat, agar setiap anggota berprestasi sebesar-besarnya. Sebenarnya masih ada satu gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan citra dirinya sebagai sosok pemimpin agar ia dapat dipandang penuh dengan wibawa, kharisma dan prestasi. Gaya yang demikian dalam praktiknya hanya dengan nuansa” politik

pencitraan” ketimbang dengan prestasi kerja dalam mencapai tujuan organisasi

(Sutarto, 2001).

2.1.4.1 Gaya Kepemimpinan Klasik

Mengutip pendapat dari Mesiono (2010), ada lima gaya kepemimpinan yang diakui keberadaannya sejak dahulu adalah :

1. Tipe yang Otokratik

Seorang pemimpin yang otokratik adalah seorang yang sangat egois. Egoisnya yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikkan kenyataan yang dibenarkannya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterpretasikan sebagai kenyataan.

Berdasarkan nilai yang demikian, seorang pemimpin yang otoriter akan

menunjukkan berbagai sikap yang menunjukkan „ke-akuannya” antara lain

(61)

a. Cenderung mengganggap organisasi sebagai milik pribadi yang dapat diperlakukannya dengan sekehendak hati, karena bagi nya tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadi.

b. Kecenderungan memperlakukan para bawahan sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.

c. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahan.

d. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan dengan cara memberitahukan kepada para bawahan tersebut bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahan itu diharapkan bahkan dituntut untuk melaksanakan nya saja.

2. Tipe yang Paternalistik

Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih besifat tradisional. Popularitas pemimpin yang paternalistik ditandai oleh beberapa faktor yaitu:

a. Kuatnya ikatan primordial,

b. Kehidupan masyarakat yang komunalistik,

c. Peranan adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat, d. Masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seorang

(62)

Ditinjau dari segi nilai-nilai organisasional yang dianut, biasanya seorang pemimpin yang paternatistik mengutamakan kebersamaan. Berdasarkan nilai kebersamaan itu seorang pemimpin yang paternalistik berusaha memperlakukan semua orang dan semua satuan kerja yang terdapat dalam organisasi seadil dan serata mungkin. Dalam organisasi demikian tidak terdapat penonjolan orang atau kelompok tertentu. Berikut beberapa ciri-ciri pemimpin yang memiliki tipe kepemimpinan paternalistik yaitu:

a. Sikap kebapakan dalam diri pemimpin paternalistik terhadap bawahannya lebih bersifat informal dan hubungan yang lebih bersifat informal tersebut dilandasi oleh pandangan bahwa para bawahan belum mencapai tingkat kedewasaan, sehingga mereka tidak dibiarkan untuk berindak dan berfikir sendiri.

b. Over protective atau terlalu melindungi terhadap para bawahan akibat pandangan bahwa para bawahan itu belum dewasa.

c. Terjadi pemusatan pengambilan keputusan dalam diri pemimpin yang bersangkutan, sedangkan para bawahan hanya tinggal melakukan saja. Hal ini disebabkan karena pemimpin paternalistik bersikap maha tahu akan segala sesuatu mengenai seluk beluk organisasional. Dan akibatnya tidak ada pemanfaatan sumber informasi, ide dan saran dari para bawahan. 3. Tipe yang Kharismatik

(63)

lain, seorang pemimpin yang kharismatik memiliki daya tarik tersendiri yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang kadang-kadang jumlahnya sangat besar. Terdapat empat dimensi dalam gaya kepemimpinan

kharismatik yang disebut sebagai “the Four I’s”, yaitu:

a. Dimensi yang pertama disebut sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya.

b. Dimensi yang kedua disebut sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi). Pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu mengubah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan entuasiasme dan optimisme.

c. Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation (stimulasi intelektual). Pemimpin harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.

(64)

4. Tipe yang laissez faire

Gaya laissez-faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Nilai-nilai yang dianut oleh seorang pemimpin tipe laissez faire dalam menyelenggarakan fungsi-fungsi kepemimpinannnya biasanya bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia pada dasarnya memiliki rasa solidaritas dalam kehidupan bersama, mempunyai kesetiaan kepada sesama dan organisasi, taat kepada norma-norma dan peraturan yang telah disepakati bersama, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap tugas-tugas yang harus diembannya. Dengan sikap organisasional demikian, tidak alasan kuat untuk memperlakukan para bawahan sebagai orang-orang yang tidak dewasa, tidak bertanggung jawab dan tidak setia, dan sebagaianya.

Kepemimpinan gaya laissez-faire antara lain berciri:

a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan partisipasi dari pemimpin.

b. Pendelegasian wewenang terjadi secara ektensif.

(65)

e. Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan nertindak yang inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota yang bersangkutan sendiri.

f. Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimum.

Penerapan gaya kepemimpinan bebas (Laissez-Faire) dapat mendatangkan keuntungan antara lain para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Tetapi kepemimpinan jenis ini membawa kerugian bagi organisasi antara lain berupa kekacuan karena setiap pegawai bekerja menurut selera masing-masing.

5. Tipe yang Demokratik

Gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Kepemimpinan gaya demokratis memiliki karateristik antara lain: a. Gaya kepemimpinan yang demokratis memandang manusia sebagai mahluk

yang mulia dan derajatnya sama.

b. Pemimpin yang demokratik cenderung mementingkan kepentingan organisasi atau kepentingan golongan dibandingkan kepentingan pribadinya.

(66)

d. Menerima saran, pendapat, dan kritik bawahannya untuk pengembangan dan kemajuan organisasi.

e. Berusaha mengembangan bawahan menjadi pegawai yang lebih berhasil dari sebelumnya.

f. Pemimpin yang demokratik selalu berusaha untuk mengembangan kapasitanya menjadi pemimpin yang lebih baik untuk kemajuan organisasi.

Penerapan gaya kepemimpinan demokratis dapat mendatangkan keuntungan antara lain berupa keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki serta terbinanya moral yang tinggi. Sedang kelemahan gaya kepemimpinan ini adalah keputusan serta tindakan kadang-kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan merupakan keputusan terbaik.

2.1.4.2 Kepemimpinan Situasional (Situasional Leadership)

Efektivitas kepemimpinan situasional tergantung pada dua hal, yaitu pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa (kedewasaan) para bawahan yang dipimpin. Dua dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam teori ini ialah perilaku seorang pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan (Siagian, 2003)

Sedangkan menurut Hasibuan (2000), Gaya kepemimpinan situasional yaitu:

(67)

Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijakannya hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.

Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar dan paling cakap. Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan instuksi/perintah, ancaman hukuman serta pengawasan dilakukan secara ketat. Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan dengan kurang memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan. Pimpinan menganutsistem manajemen tertutup (closed managemen) kurang menginformasikan keadaan perusahaan pada bawahannya. Pengkaderan kurang mendapat perhatiannya.

2.Kepemimpinan partisipatif

Kepemimpinan partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan layalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan.

Falsafah pemimpin ialah “pimpinan (dia) adalah untuk bawahan”.

Gambar

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Gaya Kepemimpinan)
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Motivasi Kerja) Bobot Nilai 1 Bobot Nilai 1
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Umur
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

aktivitas radio-radio di lapangan. 6) Radio unit memiliki kemampuan otomatis roaming saat bergerak dari site satu ke site berikutnya tanpa perlu pindah channel.

Registration and Pre-qualification Document Collection can be represented by other person with the identity card and letter of assignment from the president director / leader

[r]

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan memenuhi persyaratan:.. Penyedia jasa

13.4 In case of Application Document is submitted by mail/courier, the sealed envelope is inserted into the outer envelope bearing the name of the procurement package and

results the-.comp anies meeting the qua.Iificatioi requirements f passi&#34;s2. pre-qualification) arc Z (twof complnies