njNGSlONA.LISA.Sl JABATAN PENGAVVAS
PENOmrKAN AG AM A (SLAM(Sludi tctttang Imptikasi Kcputman Menteri Agania Namor 381/1999 terhadap
hmerja PengctHas Pendidikan Agama Islam di Kandepag Kuhupatcn Garut)
TESIS
Diajukan untuk Memehuhi Scbagian dari
5yzr*A
fvfemperfileh
G,t\sx.
Magsster Pendidikan
Jurusan Administrasi Pendidikan
Olch
ACENG Torr.A 999639
PROGRAM PASCASAIUANA
UNWERSFFAS l»ENWJ)IKAN INDONESIA
6ANDUNG300 JS
DLSETliJlJ DAN DISAHKA.N OLEII PEMBIMBIN<
p 17 \ | O S \ f 1> ! V f '
I t i T i u i . ' i u i . n i
Sr- I ! V s s r - . o r s / S •T-A *^ n i s *5 ^ r*f i a
i ' . J ' W i ; " i ' l i A it ,.i ,r, A f i r ; ,. i-i A . 'i s A S.t A
J" SVV.AJ!V/UVi j / u * ; v , / \ 0 / \ l \ . i / Y t H / Y
fNI'VEP.Sn'AS pr'.r4:)fr-:<AM' 'NDOM-AJA
ABSTRAK
ACENG TONA. "L'UNGSIONALISASl JABATAN PENGAWAS PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (Sludi tentang Implikasi Keputusan Menleri Agama Nomor 381 1999 lerhadap Kinerja Pengawas PAI di Kandepag Kabupalen Garut) "
Berdasarkan hasil studi dokumentasi, dapat diketahui bahwa di Kabupaten
Garut untuk tingkat SD, SLTP, SMU, dan SMK masih terdapat kekurangan
Pengawas Sekolah Mata Pelajaran PAI. Demikian pula untuk tingkat MTs danMA masih terdapat kekurangan Pengawas Sekolah Rumpun Mata Pelajaran.
Sementara hu, untuk tingkat MI terdapat kelebihan Pengawas Rumpun Mata
Pelajaran. Dengan diimplementasikannya KMA nomor 381/1999 di Kandepag
Kabupaten Garut diharapkan kinerja Pengawas PAI. baik Pengawas, Mata Pelajaran maupun Pengawas Rumpun Mata Pelajaran dapat berjalan dengan optimal. Akan tetapi berdasarkan pemantauan penulis d; lapangan, dengan diberlakukannya KMA tersebut masih terdapat kendala. Sebagai gambaran kongkric, kondisi Pengawas PAI saat ini masih relatif sama dengan kondisi sebelum KMA nomor 381/1999 diberlakukan. Tugas Pengawas masih dominan pada aspek administratif, sehingga rambu-rambu aspek tugas pokoknya belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Gambaran kinerja Pengawas PAI di Kandepag Kabupaten Garut seperti itu tidak lepas dari dampak lain yang terkait dalam implementasi KMA tersebut, yakni diantaranya dukungan manajerial dan dukungan lingkungan. Dengan kondisi lapangan seperti yang telah dipaparkan tersebut. penulis memandang penting diiakukannya penelitian yang akan mengungkap; bagaimana hubungan dukungan manajerial dan lingkungan kerja Pengawas dengan kinerja Pengawas PAI di Kabupaten Garut berkaitan dengandiberlakukannya KMA nomor 381/1999.
Mengacu kepada permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran kongkrit mengenai hubungan antara dukungan manajerial dan lingkungan dalam implementasi KMA nomor 381/1999 dengan kinerja Pengawas PAI, baik Muda maupun Madya di Kandepag Kabupaten Garut. Dengan penelitian ini, diharapkan pemecahan masalah tentang upaya meningkatkan kinerja Pengawas PAI di Kandepag Kabupaten Garut dapat
diketahui dan dilaksanakan.
Mengingat penelitian mi mengungkap masalah hubungan antara aspek
manajerial dan aspek lingkungan dengan kinerja Pengawas PAI, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional.
Sementara itu, teknik pengumpulan data yang digunakannya terdiri dari tiga jenis, yaitu kuesioner/angket, studi dokumentasi dan wawancara, sedangkan teknik
pengolahan data penelitiannya adalah menggunakan analisis regresi multiple. Hal
itu dikarenakan penelitian ini mengungkap hubungan lebih dari dua variabel.
lingkungan, dimana hanya 42,9% kedua aspek tersebut memberikan kontribusi terhadap kinerja Pengawas PAI Madya dan hanya 4,1% memberikan kontribusi
terhadap kinerja Pengawas PAI Muda dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai
faktor penghambat dari aspek manajerial diantaranva kurangnya komunikasi dan kurangnya dukungan logistik, sedangkan dari aspek lingkungan diantaranva kurangnya dukungan kondisi sosial ekonomi dan kurangnya dukungan publik
dalam mengimplementasikan KMA nomor 381/1999 di Kandepag Kabupaten Garut. Kekurangan-kekurangan tersebut merupakan suatu rekomendasi yang hams disampaikan ke berbagai pihak yang terkait untuk perbaikan atau penmgkatan kinerja Pengawas PAI pada masa yang akan datang, sehingga
DA FTA R ISI
Ilalaman
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR in
DAFTARISI vi
DAFTARTABEL viii
DAFTARGAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAKIJLLAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masaiah 10
C. Tujuan Penelitian 12
D. Manfaat Penelitian 12
E. Hipotesis 13
F. Metode Penelitian 14
G. Kerangka Penelitian 15
BAB II KAJIAN PLSTAKA
A. Pengertian dan Kedudukan Kebijakan dalam Pendidikan 17
B. Supervisi dalam Konteks Administrasi Pendidikan 33
C. Fungsi dan Peran Pengawas Sekolah 38
D. Konsep Kinerja Pengawas 47
E. Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 56
B. Populasi dan Sampel 57
C. Teknik Pengumpulan Data 59
D. Instrumen Penelitian ' 61
E. Teknik Anahsis Data 62
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Desknpsi Data 72
B. AnalisisData 78
C. Temuan Penelitian 114
D. Pembahasan Hasil Penelitian 120
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 139
B. Implikasi » 141
C. Rekomendasi 143
DAFTAR PUSTAKA 146
LAMPIRAN-LAMPIRAN 149
DAFTAR TABEL
Halaman 1.1 Jabatan Pengawas dan Pangkat Golongan Ruang 5
1.2 Tugas Pokok Pengawas Agama 7
1.3 Kondisi Pengawas PAI Kabuupaten Garut 1999/2000 untuk Tingkat
SLTP-SMU-SMK-MTs-MA 7
1.4 Kondisi Pengawas PAI Kabupaten Garut 1999/2000 untuk Tingkat
SD-MI 7
3.1 Populasi Penelitian • 57
3.2 Sampel Penelitian
58
3.3 Analisis Varians dalam Regresi Sederhana 67
4.1 Statistik Data T- Skor Variabei Xi, X2 dan Yi Pengawas PAI Madya .. 73
4.2 Statistik Data T- Skor Variabei X,, X2 dan Y2 Pengawas PAI Muda .... 73
4.3 Distribusi Frekuensi Variabei Xi dan T-skor Pengawas PAI Madya .. 73
4.4 Distribusi Frekuensi Variabei X2 dari T-skor Pengawas PAI Madya ... 74
4.5 Distribusi Frekuensi Variabei Yi dan T-skor Pengawas PAI Madya ... 75
4.6 Distribusi Frekuensi Variabei X; dari T-skor Pengawas PAI Muda 75
4.7 Distribusi Frekuensi Variabei X2 dari T-skor Pengawas PAI Muda 76
4.8 Distribusi Frekuensi Variabei Y2 dari T-skor Pengawas PAI Muda 77
4.9 Uji Normalitas Liliefors Variabei Xj Pengawas PAI Madya 79
4.10 Uji Normalitas Liliefors Variabei X2 Pengawas PAI Madya 81
4.11 Uji Normalitas Liliefors Variabei Yi Pengawas PAI Madya 82
4.12 Distribusi Frekuensi Variabei Xi Pengawas PAI Muda 84
4.13 Perhitungan Nilai Chi-kuadrat Variabei Xi Pengawas PAI Muda 85
4.14 Distribusi Frekuensi Variabei X2 Pengawas PAI Muda 86
4.15 Perhitungan Nilai Chi-kuadrat Variabei X2 Pengawas PAI Muda 87
4.16 Distribusi Frekuensi Variabei Y2 Pengawas PAI Muda 89
4.17 Perhitungan Nilai Chi-kuadrat Variabei Y2 Pengawas PAI Muda 90
4.18 Analisis Varians Regresi untuk Uji Ketergantungan dan Linearitas
Y i atas X i
4.19 Analisis Varians Regresi untuk Uji Ketergantungan dan Linearitas
Y i atas X2
4.20 Analisis Varians Regresi untuk Uji Ketergantungan dan Linearitas
Y2atasXt
4.18 Analisis Varians Regresi untuk Uji Ketergantungan dan Linearitas
Y.atasX,
IX
92
96
104
DAFTAR GAMBAR
Halaman
11 Kerangka Penelitian
*6
2.1 Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan
34
2.2 Sumber. Arah, dan Tujuan Supervisi Pendidikan
36
2.3 Diagram Tata Lingkungan dan Peranan Komponen Pendidikan dalam
Proses Pembelajaran
4~
2.4Relevance between Education Components in Implementation of
Academic Supervision '
4.1 Diagram Batang Variabei X, Pengawas PAI Madya
74
A
.2 Diagram Batang Variabei X2 Pengawas PAI Madya
74
4.3 Diagram Batang Variabei Y, Pengawas PAI Madya
74
4.4 Diagram Batang Variabei Xi Pengawas PAI Muda
76
4.5 Diagram Batang Variabei X2 Pengawas PAI Muda
77
i.o Diagram Batang Variabei Y2 Pengawas PAI Muda
77
4.7 Hubungan Antar Variabei Penelitian Pengawas PAI Madya
102
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 150
2. Instrumen Angket Penelitian Aspek Manajerial 151
3. Instrumen Angket Penelitian Aspek Lingkungan 154
4. Instrumen Angket Untuk Kinerja Pengawas Madya 157
5. Instrumen Angket Untuk Kinerja Pengawas Muda 159
6. Instrumen Wawancara Aspek Manajerial 161
7. Instrumen Wawancara Aspek Lingkungan 163
8. Pengolahan Data Mentah Aspek Manajerial 164
9. Pengolahan Data Mentah Aspek Lingkungan 166
10. Pengolahan Data Mentah Aspek Kinerja 168
11. Pengolahan Skor Mentah Variabei X; dalam Persentase 170
12. Pengolahan Skor Mentah Variabei X2 dalam Persentase 171
13. Pengolahan Skor Mentah Variabei Y dalam Persentase 173
14. Nilai Z-Skor dan T-Skor Variabei X, 176
15. Nilai Z-Skor dan T-Skor Variabei X2 178
16. Nilai Z-Skor dan T-Skor Variabei Y 180
17. Data Perhitungan Uji Korelasi Xi danX2 dengan Y 182
18. Daftar Pengawas PAI Tingkat SLTP, SMU, SMK, MTs, dan MA 184
19. Daftar Pengawas PAI pada SD dan MI 185
20. Surat Keputusan Direktur PPS UPI 190
21. Permohonan Ijin Mengadakan Penelitian 192
22. Surat Ijin Penelitian dari DepagKab. Garut 193
23. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 194
24. Daftar Riwayat Hidup 195
161 162
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu komponen utama (dari lima komponen) yang berkontribusi
terhadap hasil pembelaiaran, menurut Ben M. Harris (tanpa tahun: 7) adalah
layanan supervisi. Layanan supervisi tersebut dalam rangka menunjang kualitas
layanan pembelaiaran, yang pada gilirannya berorientasi pada hasil belajar peserta
didik. Dengan demikian, layanan supervisi yang dimaksud Harris adalah supervisi
pengajaran
(supervision of instruction).
Sementara itu Departemen Agama RI
(1999: 21) menekankan bahwa "Dalam mengaplikasikan proses pelaksanaan
pembelajaran diperlukan pembinaan yang kontinu dan terprogram, yang jelas
rnutunya mefalui kegiatan supervisi pendidikan". Yang dimaksud dengan
supervisi pendidikan
(education supervision)
menurut Sahertian (1992: 57) adalah
"meliputi penekanan melalui tanggung jawab mengenai berbagai aspek kegiatan
sekolah, termasuk didalamnya administrasi, kurikulum, dan proses kegiatan
belajar mengajar".
Sehubungan dengan supervisi pendidikan
di
lingkungan Departemen
Agama RT, Menteri Agama RI telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 381
Tahun 1999, tanggal 29 Juni 1999 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Pengawas Pendidikan Agama dan Angka Kreditnya. Surat Keputusan Menteri
Aeama Nomor: 381 Tahun 1999 tersebut merupakan penyempumaan dan
KEP/E/PP.02.2/132/86 Tentang Pedoman Fungsionalisasi Pemlik dan Pengawas
Pendidikan Agama isiam di daerah. Ada beberapa perubahan substansial pada
Keputusan Menteri Agama Nomor: 381 Tahun 1999 dibandingkan dengan isi keputusan Direktur Jenderal Bimbaga Islam Nomor: 132 tersebut, antara lain
mengenai status, tugas, dan jenis pengawas. Menurut Surat Keputusan Direktur
Jenderal Bimbaga Isiam Nomor: 132/1986, status pegawas TK, SD/MI adalah
aparat Kandepag Kabupaten/Ko-:a; arasannya Kasi Pendais pada Kandepag
Kabupaten-Kota. Status Pengawas SLTP/SLTA adalah aparat Kanwil Depag,
atasannya adalah Kepala Bidang Pendais pada Kanwil Depag Propinsi. Dalam
Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor: 381 Tahun 1999 kedua jenis
pengawas tersebut semuanva menjadi aparat Kandepag dan atasan pejabat
penilainya adalah Kepala Kandepag.
Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 381 tahun 1999 ini, adalah
merupakan penyempumaan dari KMA. 632 Tahun 1998. Dalam klaosul butir
pertimbangan dinyatakan, bahwa KMA tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Pengawas Pendidikan Agama dan angka kreditnya belum
dapat dilaksanakan karena adanya perkembangan baru. Sementara itu, ketetapan
dalam keputusan bersama Mendikbud dan Ka. BAKN Nomor 0322/0/1996 dan
nomor 38 Tahun 1996, menjadi acuan dalam rangka pembinaan Pengawas
Pendidikan Agama.
Dalam lampiran KMA Nomor 381 Tahun 1999 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Pendidikan Agama dan angka
bagi para pengawas pendidikan agama dan pejabat yang berkepentingan. Hal ini
dianggap penting agar ada kesatuan bahasa dan pengertian dalam melaksanakan
ketentuan jabatan fungsional pengawas pendidikan agama. Ketentuan yang dimaksud antara Iain meiiputi: tugas pokok dan pembagian tugas pengawas
pendidikan agama, pengangkatan, pemlaian dan penetapan angka kredit, kenaikan
pangkat, pembebasan sementara, pengangkatan kembaii, dan pemberhentian bagi
Pengawas pendidikan agama.
Mengenai tugas pengawas, dalam Keputusan Direktur Jenderal Bimbaga
islam Noinor: 132/1986 dijeiaskan bahwa tugas pengawas pada sekolah urn urn
adalah melakukan supervisi edukatif, dan pada Madrasah melakukan supervisi
edukatif dan supervisi administratif. Pada KMA Nomor: 381/1999, tugas
pengawas adalah melakukan supervisi edukatif pada sekolah maupun pada
madrasah.
Jenis pengawas juga mengaiarni perubahan. Daiam Keputusan Direktur
Jenderal Bimbaga Islam Nomor: 132/1986 dikenal istilah Penilik TK/SD untuk
tingkat dasar dan Pengawas Pendais SLTP/SLTA untuk tingkat menengah, maka
dalam KMA 381/1999 semuanya disebut Pengawas Sekolah Mata Pelajaran.
Adapun jenisnya adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Dasar (dahulu Penilik):
a. Pengawas Sekolah Mata Pelajaran Pendais TK, SD, dan SLB.
b. Pengawas Sekolah Mata Pelajaran Pendais RA/BA, MI dan MDA.
2. Tingkat Menengah:
b. Pengawas Sekolah Rumpun Maia Pelajaran Qur'an Hadits MTs, MA, MD
Wustho, dan MD Uiva.
c. Pengawas Sekolah Rumpun Mata Peiajaran Aqidah Akhiak MTs, MA,
MD Wustho, dan MD uiya.
d. Pengawas Sekolah Rumpun Mata Pelajaran Syari'ah MTs, MA, MD
Wustho, dan MD uiya.
Dengan demikian*, berdasarkan sifat. tugas, dan kegiatannya terdapat dua
jenis pengawas pendidikan agama. yakni:
Pertama, Pengawas Sekolah Mata Pelajaran Pendidikan Agama, yaitu pengawas
yang mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh dalam
menilai dan membina pelaksanaan pendidikan agama pada sejumlah sekolah
tertentu, baik negeri maupun svvasta.
Kedua, Pengawas Sekolah Rumpun Mata Pelajaran Qur'an Hadist, Aqidah Akhlak, dan Svariah, yaitu pengawas yang mempunyai tugas, tanggung jawab,
dan wewenang secara penuh dalam menilai dan membina pelaksanaan rumpun
mata pelajaran Qur'an Hadist, Aqidah Akhlak, dan Svariah pada sejumlah
madrasah tertentu, baik negeri maupun swasta.
Dalam petunjuk teknis KMA Nomor 381 Tahun 1999 (BAB VII: 54)
dipaparkan mengenai syarat khusus bagi Pengawas Sekolah, yakni:
I. Pengawas Sekolah Mata Pelajaran Pendidikan Agama atau Rumpun Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam, yang bertugas di TK, RA, BA, SD, SDLB,
ivti, ivixy, byaiainyaciuaiau.
b. Berkedudukan serendah-rendahnya guru madya. atau penata muda:
c. Berpengaiaman sebagai guru agama pada TK, RA, BA, SD, SDLB, MI, dan
MD.
2. Pengawas Sekolah Mata Pelajaran Pendidikan Agama atau Rumpun Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam, yang bertugas di SLTP, SMU/SMK, atau
MTs, MA, syaratnya adalah:
a. Pendidikan serendah-rendahnya sarjana atau yang sederajat:
b. Berkedudukan serenaah-rendannya guru dewasa;
c. Memiliki salah satu spesialisasi mata pelajaran/rumpun mata pelajaran yang
sesuai.
Berdasarkan KMA. Nomor: 381 tahun 1999 ditegaskan bahwa, jabatan
pengawas sekolah menjadi empat jenjang. Keempat jabatan pengawas sekolah
yang dimaksud seperti tertuang pada tabel berikut ini.
Tabel 1.1
Jabatan Pengawas dan Pangkat Golongan Ruang
No Jabatan Pengawas Sekolah
Pangkat Golongan
Ruang
Persyaratan Angka Krcdit
Kettaikan Jabatan/pangkat
Kumulatif Minima!
Per Jenjang
1 Pengawas Sekolah
Pratama
Penata Muda, Ill-a 100 100
Penata Muda Tingkat 1,
Ill-b
150 50
2 Pengawas Sekolah
Muda
Penata, 111-c 200 50
Penata Tingkat I, Hl-d 300 100
3 Pengawas Sekolah
Madya
Pembina, IV-a 400 100
Pembina Tingkkat I, IV-b 550 150
Pembina Utama Muda,
lV-c
700 150
4 Pengawas Sekolah
Utama
Pembina Utama Madya,
IV-d
850 150
Pembina Utama, IV-e 1.050 200
Sementara itu, berdasarkan Petuniuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Pengawas Penidikan Agama Islam dan Angka Kreditnya, Departemen
Agama RI (2000: 14-15), rincian tugas pokok Pengawas Pendidikan Agama
terdapat 31 butir. Dari ke-31 butir tugas pokok tersebut, yang menjadi tugas dan kewenangan untuk semua jenjang jabatan pengawas terdapat enam butir, yaitu:
1. Menyusun program catur wulanan pengawasan sekolah yang menjadi
tanggung jftwab pengawas sekolah masing-masing.
2. Melaksanakan penilaian, pengolahan,. dan analisis data hasil
belajar/bimbingan siswa dan kemampuan guru agama.
3. Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses belajar
mengajar/bimbingan dan lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap
perkembangan dan hasil belajar/bimbingan siswa.
4. Memberikan contoh pelaksanaan tugas guru agama dalam melaksanakan
proses belajai mengajar/bimbingan siswa.
5. Menyusun laporan hasil pengawasan sekolah per sekolah, dan
6. Melaksanakan evaluasi pengawasan sekolah yang menjadi tanggung
jawabnya.
Selain keenam tugas pokok di atas, untuk Pengawas Sekolah Pratama
masih terdapat 5 (lima) butir tugas pokok lainnya, sedangkan masing-masing
untuk Pengawas Sekolah Muda masih terdapat 7 (tujuh) butir, untuk Pengawas
Sekolah Madya masih terdapat 17 butir, dan untuk Pengawas Sekolah Utama
masih terdapat 14 butir. Dengan demikian, untuk masing-masing jenis dan jenjang
Tabel 1.2
Tugas Pokok Pen»awas Ayama
No Jenis dan Jenjang Pengawas Jumlah Tugas Pokok j
1
2
Pengawas Sekolah Pratama Pengawas Sekolah Muda
11 butir ! i
13 butir
j
3 Pengawas Sekolah Madya 23 butir
4 Pengawas Sekolah Utama 20 butir j
i Sumter: KMA No. 381'1999: 14-15
Sebagai gambaran kondisi pengawas (khususnya Pengawas PAI) di
kabupaten Garut saat ini, berdasarkan hasil penelusuran peneliti Kepada pihak
yang terkait, maka diperoleh data seperti terlihat pada tabel berikui ini.
Tabel 1.3
Kondisi Pengawas PAI Kabupaten Garut 1999/2000 untuk Tingkat
SLTP - SMU - SMK - MTs - MA '• No Jabatan Pengawas
Golo-ngan
Jenis Pengawas Jumlali
Pengawas
Jumlah
sekolah yang
di awasi 1 Pengawas Sekolah
Utama
- -
-t — i
? Pengawas Sekolah
Madya
IV-a - Mata Pelajaran - Rumpun Mata
Pelaiaran
*
9
2
75 - 86
77 - 78
->
j Pengawas Sekolah
Muda
-4 Pengawas Sekolah
Pratama
- -
-Sumber: Depag Kabupaten Garut, 2001
Tabel 1.4
Kondisi Pengawas PAI Kabupaten Garut 1999/2000
untuk Tingkat SD - MI
:No Jabatan Pengawas Golo- Jenis Pengawas Jumlah Jumlali sekolah
ngan Pcnuawas yarn* di awasi
1 Pengawas Sekolah - - _ _
Utama
2 Pengawas Sekolah IV-a - Mata Pelajaran
2 14-21
Madya - Rumpun Mata
Pelajaran
6 20-21
j Pengawas Sekolah Ill-d - Mata Pelajaran 14 54-64
Muda - Rumpun Mata
Pelajaran
A o -A'\\
th
lll-c - Mata Pelajaran \ 11 - Rumpun Mata 19
Pelajaran :
| 29 - 66
j 15- 22
i
j
4 , Pengawas Sekoiah Ill-b - Mata Pelajaran 1
Pratama - Rumpun Mata
Pelajaran j j
111-a - Mala Pelajaran
- Rumpun Mata j
Pelajaran !
1
I
Sumber: Depag Kabupaten Garut, 2001
Mengenai perbandingan antara jumlah pengawas dan jumlah sekolah yang seharusnya diawasi, berdasarkan surat KMA Nomor: 381 Tahun 1999, satu orang
pengawas seharusnya membawarn jumlah sekolah sebagai benkut:
a Pengawas Sekolah Mata Pelajaran (Pendidikan Agama islam) adalah
1 : 30.
b. Pengawas Sekolah Rumpun Mata Pelajaran:
1) Aqidah Akhlak adalah 1 : 20.
2) Qur'an Hadist adalah I : 20.
3) Svariah adalah 1 : 25.
Sementara itu, berdasarkan hasil studi dokumentasi (tabel 3), dapat
diketahui bahwa di Kabupatan Garut terdapat 134 sekolah untuk tingkat SLTP,
SMU, dan SMK. Dengan demikian, maka kebutuhan Pengawas Sekolah Mata
Pelajaran PAI-nya adalah 134/30 yaitu sekitar 4 orang, sedangkan jumlah
Pengawas Sekolah Mata Pelajaran PAI yang tersedia hanya 2 orang, sehingga
kekurangan tenaga pengawas sebanyak 2 orang. Untuk sekolah tingkat MTs dan
MA, jumlah Pengawas Sekolah Rumpun Mata Pelajaran adalah 161/20 yaitu
sekitar 8 orang, sedangkan jumlah Pengawas Sekolah Rumpun Mata Pelajaran
Kemudian, berdasarkan hasil studi dokumentasi juga (tabel 4), dapat
diketahui bahwa di Kabupaten Garut terdapat 1688 sekolah untuk tingkat SD dan
Ml dengan rincian 1537 Sekolah Dasar dan 151 Madrasah Ibtidaiyah. Dengan
demikian, kebutuhan Pengawas Sekolah Mata Pelajaran PAI-nya adalah 1537/30
yaitu sekitar 51 orang, sedangkan jumlah Pengawas Sekolah Mata Pelajaran PAI
yang tersedia hanya 27 orang, sehingga kekurangan tenaga pengawas sebanyak 24
orang. Untuk jumlah Pengawas Sekolah Rumpun Mata Pelajaran adalah 151/20
yaitu sekitar 8 orang, sedangkan jumlah Pengawas Rumpun Mata Pelajaran yang tersedia 35 orang, sehingga kelebihan tenaga pengawas sebanyak 27 orang. Berdasarkan analisis data tersebut. dapat diketahui bahwa di Kabupaten Garut untuk SD masih terdapat kekurangan, sedangkan untuk Ml kelebihan tenaga pengawas Sementara itu, dengan diimplemencasikannya KMA nomor 381/1999 di Kandepag Kabupaten Garut diharapkan kinerja pengawas PAI, baik Pengawas Mata Pelajaran maupun Pengawas Rumpun Mata Pelajaran dapat berjalan dengan optimal. Akan tetapi berdasarkan pemantauan penulis dilapangan, dengan diberlakukannya KMA tersebut masih terdapat kendala. Sebagai gambaran
kongkrit, kondisi Pengawas PAI saat ini masih relatif sama dengan kondisi
sebelum KMA nomor 381/1999 diberlakukan. Tugas pengawas masih dominan
pada aspek administratif, sehingga rambu-rambu aspek tugas pokoknya belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Demikian juga dalam hal memperoleh
kenaikan pangkat, belum mampu memenuhi tuntutan kredit kumulatif yang harus
dipenuhi. Gambaran kinerja Pengawas PAI di Kandepag Kabupaten Garut seperti
itu tidak lepas dari dampak lain yang terkait dalam implementasi KMA tersebut,
yakni diantaranya dukungan manajerial dan dukungan lingkungan. Dengan
penting dilakukannya penelitian yang akan mengungkap; bagaimana hubungan
dukungan manajerial dan lingkungan kerja pengawas dengan kinerja pengawas
PAI di Kabupaten Garut berkaitan dengan diberlakukannya KMA nomor
381/1999.
B. Rumusan Masalah
Dengan diierbitkannya ketentuan pelaksanaan kebijakan secara hierarki dan struktural akan memaksa para pejabat birokrasi yang menangani untuk berupaya mengimplementasikan kebijakan tersebut sesuai ketentuaan yang berlaku. Seperti halnya dengan kebijakan Menteri Agama RI nomor 381 Tahun
1999, yakni tentang Jabatan Fungsional Pengawas Pendidikan Agama Islam, yang
pelaksanaan kebijakannya selalu berkaitan dengan perumusan kebijakan. Seperti
dikemukakan oleh Supandi dan Sanusi (1988) bahwa ada kaitan atau"lingkage"
antara perumusan dengan angka kebijakan.
Sementara itu bentuk pendekatan implementasi kebijakan, yakni merupakan gambaran bentuk hubungan antara pembuat kebijakan dengan pelaksana dapat berbentuk satu arah atas-bawah (top-down) atau berbentuk satu arah bawah-atas (botom up). Bentuk hubungan lainnya adalah yang
berkarakteristik gabungan (hubungan dua arah), yakni atas-bawah dan
bawah-atas.
Berdasarkan kaidah evaluasi kebijakan, kriteria kebijakan yang baik
menyangkut tingkatequity, equality, kepuasan, efektivitas, dan efesiensi. Dengan
telah diimplementasikannya KMA Nomor: 381 tahun 1999 di Kandepag
"Bagaimana hubungan antara dukungan manajerial dan lingkungan dalam
implementasi KMA nomor 381/1999 dengan kinerja Pengawas PAI di Kandepag
Kabupaten Garut ?
Berdasarkan rumusan masaiah pokok tersebut, karena pengawas PAI
terdiri dari Pengawas PAI Madya dan Muda, maka sebagai rincian masalah yang
periu dijawab meialui penelitian ini adalah sebagaimana dirumuskan berikut ini. 1. Bagaimana gambaran dukungan aspek manajerial terhadap kinerja Pengawas
PAI Madya dalam implementasi KMA nomor 381/1999 di Kandepag
«
Kabupaten Garut ?
2. Bagaimana gambaran dukungan aspek lingkungan terhadap kinerja Pengawas PAI Madya dalam implementasi KMA nomor 381/1999 di Kandepag
Kabupaten Garut ?
3. Bagaimana gambaran dukungan aspek manajerial dan aspek lingkungan
terhadap kinerja Pengawas PAJ Madya dalam implementasi KMA nomor
381/1999 di Kandepag Kabupaten Garut ?
4. Bagaimana gambaran dukungan aspek manajerial terhadap kinerja Pengawas PAI Muda dalam implementasi KMA nomor 381/1999 di Kandepag
Kabupaten Garut ?
5. Bagaimana gambaran dukungan aspek lingkungan terhadap kinerja Pengawas
PAI Muda dalam implementasi KMA nomor 381/1999 di Kandepag
Kabupaten Garut ?
12
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kongkrit mengenai implementasi KMA nomor 381 1999 di Kandepag Kabupaten
Garut berkaitan dengan kinerja Pengawas PAI, sedangkan secara spesifik yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai benkut:
1. Untuk memperoleh gambaran mengenai dukungan aspek manajerial terhadap
kinerja Pengawas PAI Madya dalam implementasi KMA nomor 381/1999.
2. Untuk memperoleh gambaran mengenai dukungan aspek lingkungan terhadap
kinerja Pengawas PAI Madya dalam implementasi KMA nomor 381/1999. 3. Untuk memperoleh gambaran mengenai derajat keterhubungan antara
dukungan manajerial dan lingkungan Pengawas PAI Madya dalam
implementasi KMA nomor 381/1999.
4. Untuk memperoleh gambaran mengenai dukungan aspek manajerial terhadap
kinerja Pengawas PAI Muda dalam implementasi KMA nomor 381/1999
5. Untuk memperoleh gambaran mengenai dukungan aspek lingkungan terhadap
kinerja Pengawas PAI Muda dalam implementasi KMA nomor 381/1999.
6. Untuk memperoleh gambaran mengenai derajat keterhubungan antara
dukungan manajerial dan lingkungan Pengawas PAI Muda dalam
implementasi KMA nomor 381/1999.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sasarannya adalah implementasi kebijakan Menteri Agama
mengenai fungsionalisasi Pengawas Pendidikan Agama Islam dan implikasinya
13
Kabupaten Garut. Oleh karena itu, manfaat penelitian ini dapat ditmjau dan dua
aspek, yaitu:
/. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi upaya pengembangan Ilmu Administrasi Pendidikan, khususnva supervisi pendidikan.
Selain itu, penelitian ini dapat bermanfaat dalam penelitian lebih lanjut, terutama
yang berhubungan dengan masalah supervisi pendidikan di sekolah.
2. Aspek Praktis Operasional
Dipandang dari aspek praktis oprerasional, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi serta pemecahan masalah tentang upaya meningkatkan kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, khususnya di lingkungan Kantor Departemen Agama Kabupaten Garut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sum'oangan pemikiran dalam pengelolaan Pengawas Pendidikan
Agama Islam dimasa yang akan datang.
E. Hipotesis
Hipotesis umum yang ingin diuji pada penelitian ini adalah Terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan manajerial dan lingkungan dalam
implementasi KMA nomor 381/1999 dengan kinerja Pengawas PAI di Kandepag
Kabupaten Garut. Berdasarkan hipotesis umum tersebut, penulis merumuskan hipotesisnya secara spesifik sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara aspek manajerial dengan kinerja
14
2.
Terdapat hubungan yang signifikan antara aspek lingkungan dengan kinerja
Pengawas PAI Madya dalam implementasi KMA nomor 381 1999 di
Kandepag Kabupaten Garut.
3.
Terdapat hubungan yang signifikan antara aspek manajerial dan aspek
lingkungan dengan kinerja Pengawas PAI Madya dalam implementasi KMA
nomor 381/1999 di Kandepag Kabupaten Garut.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara aspek manajerial dengan kinerja
Pengawas PAI Muda dalam impiementasi KMA nomor 381/1999 di
Kandepag Kabupaten Garut.
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara aspek lingkungan dengan kinerja
Pengawas PAI Muda dalam implementasi KMA nomor 381/1999 di
Kandepag Kabupaten Garut belum mendukung secara optimal
6.
Terdapat hubungan yang signifikan antara aspek manajerial dan aspek
lingkungan dengan kinerja Pengawas PAI Muda dalam implementasi KMA nomor 381/1999 di Kandepag Kabupaten Garut.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Metode penelitian ini digunakan berkenaan dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu mendapatkan gambaran kongkrit mengenai hubungan antara
dukungan manajerial dan lingkungan dalam implementasi KMA nomor 381/1999
dengan kinerja Pengawas PAI di Kandepag Kabupaten Garut. Perlu dikemukakan
bahwa metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data saja,
tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu, serta membandingkan
15
Penelitian deskriptif dimaksudkan juga untuk melakukan pengukuran yangcermat
mengenai fenomena sosial tertentu, yaitu dalam hal ini adalah pelaksanaan
kebijakan Menteri Agama No. 381 Tahun 1999 tentang fungsionalisasi Pengawas
Pendidikan Agama Islam di Kandepag Kabupaten Garut.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
tiga jenis, yaitu kuesioner/angket, studi dokumentasi, dan wawancara. Ketiga
teknik tersebut digunakan dengan harapan dapat saling melengkapi satu sama lain
daiam memperoleh data yang diperlukan.
G. Kerangka Penelitian
Merujuk pada masalah pokok dan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian, maka dalam pembahasannya diperlukan analisis permasalahan
penelitian secara komprehensif
Analisis yang dimaksud meliputi aspek
manajerial, aspek lingkungan, dan aspek kinerja pengawas PAI di Kandepag
Kabupaten Garut.
Berdasarkan hal tersebut, kerangka pemikiran yang
Faktor Kebijakan
a. Rumusan Masalah b. Tujuan Kepmen. c. Sasaran
d. Kinerja yang diharapkan
Aspek ManajerialStruktural (A))
Bentuk Keputusan Komunikasi Logistik Personal
Proses Administrasi
•¥•
II. Aspek Lingkungan (X'2)
1. Kondisi Sosial Ekonomi 2. Dukungan Publik
3. Sikao dari sumber kelompok peserta
- Interes tiro no
- m S i a i i S i l a i i i
4. Kepemimpinan pelaksana
///. Kinerja Pengawas (Y)
1. Menilai dan membina teknis pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam di sekolah, dan
2. Pengelolaan Pendidikan di Madrasah.
w
Keteranqan:
Gambar 1.1 Kerangka Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penentuan metode sangat penting karena akan membantu mengarahkan
peneliti dalam mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data. Moris (1972:
829) mengatakan bahwa metode adalah
"prosedur atau urulan pikiran yang
sistemalis, yang di tuangkan ke dalam suatu rencana untuk mengerjakan sesuatu
hal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan".
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan studi korelasional yang bemsaha
mengungkapkan dan menafsirkan seberapa besar hubungan dan sumbangan dari
masing-masing variabei yang diteliti. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari
penelitian ini, yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara
dukungan manajerial dengan lingkungan kerja pengawas dalam implementasi
KMA Nomor 381/1999 dengan kinerja pengawas PAI di Kandepag Kabupaten
Gamt.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif Hal ini
dikarenakan penelitian kuantitatif
sangat relevan dengan sifat, stmktur dan
karakteristik variabei dalam penelitian ini. Karakteristik variabei yang dimaksud
yakni mengenai aspek manajerial pengawas, aspek lingkungan pengawas, dan
kinerja pengawas dalam implementasi KMA Nomor 381/1999 di Kandepag
Kabupaten Gamt, dimana kesemua variabei tersebut bempa angka-angka.
Berkenaan dengan hal tersebut, Ibnu Hajar (1996: 33) menyatakan bahwa
"untuk
57
menetapkan kesamaan dan keeralan hubungan memerlukan data kuantitatif yaitu
data yang berkaitan dengan angka-angka.
Oleh karena itu, teknik pengolahan
datanya dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi.
Penggunaan teknik analisis regresi dan korelasi bertujuan untuk mengungkap
hubungan antara variabei manajerial pengawas, lingkungan kerja pengawas,
dengan kinerja pengawas dalam implementasi KMA Nomor 381/1999 di
Kandepag Kabupaten Garut.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
/ Fopulasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengawas PAI
vang berada di Kandepag Kabupaien Gamt Jawa Barat pada tahun 2001. Jumlah
pengawas PAI yang tercatat di Kandepag Kabupaten Garut ini terdiri dari 66
orang. Sementara itu jumlah sekolah yang diawasinya terdiri dari 1983 sekolah.
Dengan demikian, diperlukan ada kesesuaian antara jumlah sekolah dengan
jumlah pengawas PAI agar supervisi yang dilakukan ke setiap sekolah dapat
berjaian dengan baik. Berkenaan dengan populasi, secara terperinci jumlah
pengawas PAI yang dijadikan populasi penelitian ini dikelompokan ke dalam dua
jabatan sebagai berikut.
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No 1 2 Jumlah
Jabatan Pengawas
Pengawas Muda Pengawas Madya
Sumber: Kandepag Kabupaten Garut, 2001
Banyaknya Populasi
53 orang 13 orang
58
2. Sampei
Sampei dalam suatu kegiatan penelitian adalah wakii populasi yang akan
dijadikan subjek penelitian atau yang akan ditelili dan dijadikan responden atau
sumber informasi penelitian. Besamya sampei daiam suatu penelitian belum ada
ketentuan yang baku atau rumus yang pasti. Menurut Sudjana (1987: 72-73),
mengenai besamya sampei, tidak ada ketentuan yang baku, atau rumus yang pasti,
sebab keabsahan sampei terletak pada sikap dan karakteristiknya mendekati populasi, tidak pada besar atau banyaknya. Sementara itu menurut ounarsuin
Arikunto (1999: 45) mengemukakan bahwa apabiia jumlah populasi penelitian di
bawah 100, maka sebaiknya diambil semuanya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pcnclillaii im penulis mengambil
sampei penelitian sebanyak 64 orang pengawas PAI yang berada di Kandepag
Kabupaten Garut. Pengambiian sampei yang tidak seluruhnya (sesuai dengan jurnlah populasi) dikarenakan peneliti sendiri yang merupakan bagian dari
pengawas PAI tidak dimasukan. Peneliti tidak dimasukan dalam anggota sampei
dimaksudkan agar data yang diperoleh dari lapangan lebih refresentatif/tidak
dicampuri oleh peneliti itu sendiri yang memungkinkan dalam pengisian
instrumennya kurang objektif. Dengan jumlah sampei 64 orang, diharapkan data yang terkumpul lebih refresentatif dan objektif. Secara terperinci, jumlah sampei
yang dapat diambil, dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini.
1 duCl J- .jL
No
OUffipCi 1 enCiiliaii
Jaoatan Penga\vas j Banyaknya Sampei
Pengawas Muda
1
52 orang
Pengawas Madya
j
12 orang
59
Daiam pembahasan hasil penelitian, untuk memperkuat data hasil
penelitian vang diperoleh melalui angket, maka dilakukan wawancara terhadap
para responden yang berkaitan yaitu: Ketua Kandepag Kab. Garut, Kabid Pendais,
Kasi Pendais, Kasi Pergurais, Kepala Sekolah, Ketua Yayasan, Ketua KUA,
Ketua DKM. dan Guru PAI di Lingkungan Kandepag Kabupaten Garut. Para
responden tersebut, daiam penelitian ini mempakan data sekunder yang berfungsi
untuk lebih memperkuat data penelitian yang diperoleh melalui angket, sedangkan
data primemya adalah para r> ngawas PAI di Kandepag Kabupaten Garut.
C. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data
mengenai variabei yang sedang diteliti, yaitu aspek manajerial pengawas (X;),
lingkungan kerja pengawas (X2), dan kinerja pengawas (Y) adalah:
I.
Angket kuisioner
adalah penyeledikan mengenai suatu masalah dengan jalan
mengedarkan formulir, daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis pada
responden untuk mendapatkan jawaban tertulis. Sutaryat Trisnamansyah
(1984: 317) menyatakan, "kuisioner dapat digunakan oleh setiap peneliti
untuk memperoleh data secara langsung dari responden, yaitu dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya".
Data atau infonuasi yang
diperoleh bisa berupa apa yang diketahui responden, apa yang disukai atau
tidak disukai, apa yang dirasakan arau dipikirkan, dan apa yang diingini atau
dibutuhkan. Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Angket tersebut
terdiri dari angket mengenai manajerial pengawas PAI, angket lingkungan
60
KMA nomor 381/1999), dan angket yang berhubungan dengan kinerja
pengawas PAI di Kandepag Kabupaten Gamt. Penggunaan angket tertutup
dimaksudkan agar semua jawaban yang dibenkan oleh responden lebih
mudah untuk dinilai karena semua alternatif jawaban sudah ditentukan
terlebih dahulu.
2.
Dokumentasi
adalah teknik pengumpulan data dengan cara melalui hasil
tulisan-tulisan yang resmi. Data dikumpulkan dengan pencatatan melalui
dokumen atau arsip-arsip laporan dengan tujuan untuk melengkapi data yang
dipero'eh melalui angket. Data yang diperoleh melalui dokumentasi terdiri
dari: data pengawas PAI, keiengkapan administrasi pengawas PAI, dan daftai
inventarisasi dukungan implementasi KMA Nomor 381/1999 di Kandepag
Kabupaten Garut.
3. Wavjancara adalah suatu cara untuk mendapatkan keterangan secara lisan
dan responden mengenai data yang diperlukan untuk suatu penelitian. Teknik
wawancara digunakan untuk melengkapi dan memperkuat data yang
diperoleh melalui angket dan studi dokumentasi. Data yang dimaksud terdiri
dari aspek manajerial (komunikasi, logistik, dan kepemimpinan pelaksana)
dan aspek lingkungan (kondisi sosial ekonomi, dukungan publik, interes
group, dan instansi lain). Adapun yang menjadi respondennya adalah Ketua
Kandepag Kabupaten Garut, Kabid Pendais, Kasi Pendais, Kasi Pergurais,
Kepala Sekolah, Ketua BP3, Ketua Yayasan, Ketua DKM, Ketua KUA, dan
D. Instrumen Penelitian
instrumen utama dalam penelitian ini adalah angket yang bcrisikan
sejumlah pertanyaan yang perlu mendapat jawaban dari responden. Angket tersebut terdiri dari beberapa variabei yang mana tiap variabei dijabarkan lagi ke
dalam beberapa indikator.
/. Instrumen Manajerial Pengawas PAI
Instrumen ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang berkaitan crat dengan aspek manajerial mengenai implementasi Kepmen Agama Repubiik Indonesia Nomor 381 tahun 381. Aspek manajerial tersebut terdiri dari beberapa indikator
yaitir bentuk keputusan, komunikasi, logistik, personal, dan proses administrasi
(Terlampir).
2. Instrumen Lingkungan Pengawas PAI
Instrumen Lingkungan Pengawas PAI ini di susuri dalam rangka untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dari implementasi Kepmen. Agama RI nomor 381 tahun 1999. Aspek lingkungan tersebut, terdiri dari beberapa indikator
yaitu: kondisi sosiai ekonomi, dukungan publik, sikap dari sumber kelompok
(Interes group dan instansi lain), dan kepemimpinan pelaksana (Terlampir).
3. Instrumen Kinerja Pengawas PAI
Instrumen ini disusun untuk mengetahui sampai sejauh mana kinerja
pengawas dalam mengimplementasikan Kepmen. Agama RI nomor 381 tahun
1999. Dalam aspek kinerja ini, dikemukakan beberapa indikator yang berkenaan
dengan tugas-tugas yang seharusnya dilakukan oleh seorang pengawas PAI, baik
Madya maupun Muda dalam mengimplementasikan KMA nomor 381/1999
62
F. Teknik Analisis Data
l eknik pengolahan data dilakukan untuk membuat data penelitian menjadi
bermakna, sehingga tujuan penelitian yang diharapkan dapat tercapai. Cara
mengolah dan mcnganalisis data dalam penelitian ini menggunakan statistika.
Statistika yang digunakan adalah statistika deskriptif dan statistika inferensial.
Statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabei
penelitian, yaitu variabei manajerial (X.), Lingkungan (X2), dan Kinerja
Pengawas PAI, baik Madya maupun Muda. Sementara itu, statistik,-; inferensial
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dan generalisasi (Nana Sudjana, 1989- 126). Karena data yang diperoleh daiam penelitian ini bempa interval, maka
teknik statistika yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian terdiri dari: nilai rata-rata, simpangan baku, dan varians. Selanjutnya, sebelum dilakukan
analisis terhadap data yang telah diperoleh maka terlebih dulu dilakukan
pengolahan data. Didalam pengolahan data tersebut ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Mengumpulkan data mentah yang diperoleh dari lapangan (para responden)
vang telah diiaring melalui nenvebaran anaket.
2. Memberikan bobot harga untuk setiap kemungkinan jawaban responden pada
setiap item variabei penelitian dari satu sampai lima.
3. Memberikan skor pada setiap angket dari responden, dengan cara
menjumlahkan bobot nilai pada setiap item angket responden untuk setiap
4. Mengclompokkan skor yang diperoleh responden ke dalam setiap variabei
penelitian (variabei Xu X;. dan Y).
5. Menstandarkan nilai jumlah skor yang diperoleh reponden untuk setiap
variabei dengan menggunakan Z-skor dan T-skor (cara perhitungan terlampir).
Tahap selanjutnya, adalah menganalisis data yang sudah distandarkan melalui
T-skor. Dalam analisis data tersebut, penulis menggunakan uji normalitas, analisis
iegresi sederhana dan ganda (multipel), dan analisis korelasi sederhana dan ganda
(muitipei).
/. Uji Normalitas Distribusi FrekuensiSetiap Variabei Penelitian
Pengujian normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui sebaran
data, apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap penulihan uji statistik yang dipergunakan, apakah parametrik atau non
parametrik. Mengingat responden penelitian ini terdiri dari 12 orang Pengawas
PAI Madya dan 52 orang Pengawas PAI Muda, maka uji normalitas yang
digunakan terhadap kedua kelompok reponden tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu
uji normalitas lilliefors (non parametrik) dan uji normalitas distribusi frekuensi
(parametrik). Uji normallitas lilliefors digunakan untuk Pengawas PAI Madya
(kurang dari 30 orang), sedangkan untuk Pengawas PAI Muda digunakan uji
nonnalitas distribusi frekuensi (lebih dari 30 orang).
a. Uji Normalitas Lilliefors
Tahap-tahap uji normalitas lilliefors dari setiap variabei adalah.
1) Mengurutkan data penelitian dari setiap variabei, mulai dari nilai terkecil
sampai dengan nilai terbesar.
V _ Y
Zi = "
\^> ^ j \ .
Keterangan:
X, = Nilai data setiap responden.
X = R.ata-rata nilai data setiap responden.
64
3) Menentukan nilai peluang untuk setiap nilai Z, sesuai dengan daftar Z pada
tabel, F(z,) = P (z < z;).
4) Menghitung proporsi urutan data (x,), S(z,) =- Nomor urut/jumlah
responden ; sedangkan untuk data yang sama, aibenkan nomor urut
rata-rata analisis.
5) Menghitung selisih F(z,) - S(z,) daiam harga mutlak. Kemudian ambil nilai
yang paling besar.
6) Menguji hipotesis, dengan kriteria. Tolak Ho bila p-value < 0.05. Artinya
urutan data tidak berdistribusi nonnal.
b. Uji Normalitas Distribusi Frekuensi
Tahap-tahap uji nonnalitas distribusi frekuensi dari setiap variabei adalah:
1) Menentukan rentang (R),
R = Data terbesar - Data terkecil (Sudjana, 1992: 91)
2) Menentukan banyaknya kelas interval (BK),
BK = 1 + 3,3 log n (Sudjana, 1992: 45)
3) Menentukan panjang kelas interval (P),
4) Menyusun tabel distribusi frekuensi setiap variabei,
5) Menentukan Xi rata-rata. (X,),
X; = Z Fi.Xu / n ; dimana Fi = frekuensi data.
6) Menentukan standar deviasi (S)
S= pF|(X'
Xr
(Sudjana, 1992:93)
\
("-I)
7) Menentukan nilai chi-quadrat, dengan tahapan sebagai berikut:
• Menentukan batas kelas interval (X\m{)
• Menghitung harga baku (Z)
S
• Menentukan batas daerah (Li); diambil dari tabel "Z"
• Menghitung selisih dari harga setiap interval (ALi) = L*. -Li2
•
Menghitung frekuensi harapan (Ei) = ZOi. ALi
•
Menghitung nilai chi-kuadrat (x") dengan menggunakan rumus:
2
2 (Oi-Ei)
X =
65
Ei
•
Membuat tabel chi-kuadrat (x2)Menentukan batas kelas interval (Yint)
8) Menguji hipotesis dengan kriteria: Tolak Ho apabiia p-v < 0,05. Artinya
sebaran data dari setiapvariabei tidak berdistnbusi normal.
2. Melakukan Pengujian Hipotesis Penelitian
Setelah melakukan uji normalitas data, maka langkah selanjutnya adalah
analisis data untuk membuktikan hipotesis penelitian dengan mengggunakan
66
a. Analisis Regresi linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mencan pola hubungan
fungsional antara variabei X, dengan Y dan X2 dengan Y untuk Pengawas PAI
Madya dan Muda. Bentuk persamaan regresi liniier sederhana dinyaiakan dengan
rumus:
Y = a + bX (Sudjana, 1992:315)
Keteranaan:
Y = Harga variabei Y (Kinerja) yang diramalkan.
a = Koefisien intersep (harga konstan apabiia X sama dengan nol).
b = Koefisien regresi (harga yang menunjukkan pembahan akan terjadi pada Y
apabiia X bertambah 1 satuan).
X = Harga variabei X (X! dan X2), baik Pengawas PAI Madya maupun Muda.
Untuk memperoleh besamya harga a dan b, digunakan rumus:
nLX .Y.-(U()(ZY)
b = i i
nLXf-CLX.)
a = Y-b~X
Selanjutnya, untuk menguji keofisien regresi linier sederhana dilakukan analisis
varians dengan mengacu pada tabel Anava seperti dikemukakan oleh Sudjana
Tabel 3.3
Analisis Varians Dalam Rearesi Sederhana
67
Sumber Variasi dk JK RJK F
Total N EY|2 vyA
-Rearesi (a) ] (SYO 2/n (SY,)2/n
-Rearesi (b/a) i JK.reg = JK(b/a) S2reR = JK(b/a) S2 reg/S2 res
Residu n-2 JKres= S(Y,-Yi)2 S2 res = S (Yl-Yl)2/i.-2
Tuna Cocok (TC) k-2 JK(TC) S2TC = JK(TC/k-2) S2TC/S2E
Kekeliruan n-k JK (E) S2E = JK(E)/n-k
Untuk mencari daftar anava di atas, perludicari hal-hal sebagai berikut:
lj Mencari jumlah kuadrat:
1) JK(Tj = EY2
2) JK(a) = (SY)2/n
3) JK (b/a) = b (EXiYi) - {(EX.) (EYi)}/n
4) JK (S)
-
JK (T) - JK (a) - JK (b/a)
5) JK (E) = Z(Yk2 - Yk2/n)
2) Mencari signifikansi regresi dengan cara membandingkan nilai F hitung
(S2reg/S2res) dengan F tabel, dimana dk regresi menjadi pembilang dan dk
residu menjadi penyebut, kemudian dicari nilai p-value dengan interpolasi
untuk mengetahui besamya taraf signifikansi diantara variabei tersebut.
Kriteria pengujian adalah; jika harga p-v hitung lebih kecil dari 0,05, maka
regresi Y atas X (X| danX2) adalah signifikan dan jika sebaliknya, maka
regresi Y atas X tidak signifikan.
3) Mencari linieritas regresi dengan cara membandingkan nilai F hitung
(S2TC/S2E) dimana dk tuna cocok menjadi pembilang dan dk galat/kekeliruan
68
adalah; jika p-value hitung lebih besar dari 0,05, maka persamaan regresi Y
atas X berpola linier, jika sebaliknya maka persamaan regresi Y atas X tidak
berpola linier.
b. Analisis Korelasi Regresi Sederhana
Analisis korelasi dihitung dengan tujuan untuk mengetahui besarnya
hubungan yang terjadi antara variabei Xi (i = 1,2) dengan variabei Y. Untuk
memperoleh besarnya derajat hubungan antar dua variabei dihituna dengan
mencari koefisien korelasi dari kedua variabei dengan rumus:
r
= JK(T)-JK(S)
aSudjana ]989. 163^
JK(T) " '
Besarnya koefisien korelasi yang diperoleh, selanjutnya dikomunikasikan
dengan ketentuan yang dikemukakan oleh Guillford dalam Sugiono (1977: 200),
yaitu sebagai berikut:
Kurang dari 0,20 = Hubungan sangat rendah (longgar)
0,20 - 0,40 = Hubungan rendah (longgar) 0,41 —0,70 = Hubungan cukup (moderat) 0,71 - 0,90 = Hubungan tinggi (erat)
0,91-1,00 = Hubungan sangat tinggi (sangat erat)
Untuk mengetahui besarya determinasi yang aterjadi antar variabei Xi dan X2
terhadap variabei Y dihitung dengan mmus r2 x 100% (dinyatakan dalam
persentase)
Tahap selanjutnya, untuk mengetahui keberartian koefisien korelasi
(signifikansi) sederhana, dilakukan dengan uji"f", dengan rumus sebagai berikut:
t=r \ " (Sudjana, 1992:380)
69
Untuk pengujian hipotesis, berdasarkan hasil perhitungan (t hmmg) selanjutnya
dicari nilai p-value. Kriteria pengujian adalah apabiia p-value lebih kecil dari
0,05, maka korelasi yang terjadi antara variabei X dan Y adalah signifikan, dan
jika sebaliknya maka korelasi antara variabei X dan Y tidak signifikan..
c. Analisis Regresi Linier Ganda (Multipel)
Analisis regresi linier multipel dipergunakan untuk mencari pola hubungan antara variabei X] dan X2 dengan variabei Y. Adapun persamaan regresi Linier
sederhana dinyatakan dengan:
Y = a + bX, + cX2 Sujana, (1986: 330-332)
Keteranaan: >
Y = Harga variabei Y yang diperkirakan.
a = Koefisien intersep (Harga konstan yang menunjukan perubahan akan
terjadi pada Y apabiia X-, bertambah satu satuan sedangkan X2 konstan).
b = Koefisien regresi untuk Xi harga yang menunjukan pembahan akan
terjadipada Y apabiia X] bertambah satu satuan sedangkan X2 konstan.
c = Koefisien regresi untuk X2 (harga yang menunjukan perubahan akan terjadi
pada Y apabiia X2 bertambah 1 satuan sedangkan Xi konstan. Nilai-nilai di atas diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
^
(yxf).(ZxY)-(^xvx2).(yxry)
(Tjc2)(Tx
2WXx
.x
A
] 'v 2 ' v 1 2 '
_(Zxi2).(Zx2y)-(Zxl.x2).(lxry)
(Lx^XLx/)-^.^)2
a = Y-bX~-cX~
1 2
70
Ixi: = JKXi : Zx2: = .IK X; :Zx, x2 = JKXix:;Zxiy==JKxiY ; dan Ix2y - JKX2y
Sementara itu. nilai JK dihitung dengan rumus sebagai berikut:
JKXi=ZXf-JKX2
= LA'2
-(£Y,)2
n
(IX
2)2
/?
2 (2>A:
JKy =JKr =D
n
,,. (SY,.sr
^.VIJ.=SV,>
;?
JKx,y
= IA\) --
2
•^Avi.v2 SA,A 2
-n
(LX\.EA'2)
Selanjutnya, untuk menguji koefisien regresi linier ganda tersebut, digunakan
statistik uji F, dengan rumus:
JK Ik
p = ^ (Sudjana, 1992: 355)
JK l(n-k-])
r-'.s
Setelah nilai Fhmmg diperoleh, selanjutnya dilakukan inteipolasi untuk
mencari nilai p-value. Apabiia nilai p-value lebih kecil dari 0,05, maka korelasi
tersebut adalah signifikan.
d. Analisis Korelasi Regresi Ganda (Multipel)
Analisis korelasi dalam regresi multipel dilakukan untuk mengetahui
besamya hubungan yang terjadi antara variabei X (Xt dan X2) dengan variabei Y.
Korelasi dalam multipel adalah korelasi antara Y dengan X] dan X2
bersama-sama. Notasi yang diberikan adalah Ry.i.2 atau disingkat "r". Korelasi multipel
71
JK ,—
/A = '^L dan /- = V/A (Nana Sudjana, 1989:168) JK
Pengujian keberartian koefisien korelasi (signifikansi) dilakukkan dengan
menggunakan uji F pada taraf nyata 0,05 dan 0,01 dengan dki^ k dan dk2= n-k-1.
Rumus uji keberartian korelasi ganda adalah sebagai berikut:
F,
=
^-^
(Nana Sudjana, 1989: 168)
"
(l-/A)/(n-k-l)
Nilai Fh,,„no tersebut, kemudian dicari nilai p-valuenya dengan kriteria sebagai
berikut: apabiia p-value lebih kccil dari 0,05, maka koefisien korelasi adalah
berarti dan signifikan, dan apabiia sebaliknya maka tidak signifikan dan tidak
BABY
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
....
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi
KMA nomor 381/1999, dapat disimpulkan bahwa implementasi KMA nomor
381/1999 mengenai Jabatan fungsional Pengawas PAI di Kandepag Kabupaten
Garut belum optimal. Belum optimalnya implementasi tersebut tercennin secara
statistik bahwa kinerja Pengawas PAI baik Madya maupun Muda belum mampu
menjalankan tuntutan kewajibannya sebagai tenaga fungsional. Hal ini
dikarenakan kurangnya dukungan komponen-komponen tertentu dan aspek
manajerial dan aspek lingkungan.
Secara spesifik, dukungan komponen-komponen dari setiap aspek
manajenal dan aspek lingkungan terhadap kinerja Pengawas PAI Madya belum
mendukung secara signifikan. Hal itu dapat dilihat dari hasil perhitungan statistik
(R2) yang hanya mencapai 42,9%, serta nilai koefisien regresi dari variabei Xt
yang negatif (-2,48). Hasil uji empiris tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara aspek manajerial dan aspek lingkungan dengan
kinerja Pengawas PAI Madya. Dengan kata Iain, aspek manajerial dan aspek
lingkungan belum mendukung sepenuhnya terhadap kinerja Pengawas PAI Madya
di Kandepag Kabupaten Gamt. Komponen-komponen yang belum mendukung
dan aspek manajerial terhadap kinerja Pengawas PAI Madya diantaranya adalah
bentuk keputusan yang kurangjelas, kurangnya briefing, dan kurangnya dukungan
logistik dalam implementasi KMA nomor 381/1999 di Kandepag Kabupaten
Garut, sedangkan yang sudah mendukung diantaranya adalah pelaksanaan rapat
139
140
koordmasi dan konsultasi yang sering dilakukan serta proses personal yang baik.
Selanjutnya mengenai aspek lingkungan, yang belum mendukung terhadap kinerja
Pengawas PAI Madya adalah komponen kondisi sosial ekonomi dan dukungan
publik, sedangkan yang sudah mendukung adalah kelompok interes group dan
instansi lain.
Mengenai hubungan antara aspek manajerial dan aspek lingkungan
terhadap kinerja Pengawas PAI Muda dalam implementasi KMA
ncmor
381/1999 di Kandepag Kabupaten Garut, berdasarkan hasil perhitungan statistik
didapat bahwa diantara ketiga variabei di atas belum menunjukkan hubungan
yang signifikan (R2 = 4,1%). Nilai tersebut tergolong sangat rendah, dimana
dukungan aspek manajerial dan aspek lingkungan terhadap kinerja Pengawa PAI
Muda hanya mencapai 4,1%. Apabiia ditelusun lebih lanjut, komponen aspek
manajerial yang belum mendukung terhadap kinerja Pengawas PAI Muda
diantaranya adalah kurangnya briefing, kurangnya dukungan logistik. dan
kurangnya analisis terhadap hasil kerja Pengawas PAI Muda dalam implementasi
KMA nomor 381/1999, sedangkan yang sudah mendukung diantaranya adalah
proses penilaian dan proses pengangkatan personal yang sudah baik. Sementara
itu, aspek lingkungan yang belum mendukung penuh terhadap kinerja Pengawas
PAI Muda adalah komponen kondisi sosial ekonomi dan dukungan publik,
sedangkan yang sudah mendukung diantaranya adalah dukungan dari kelompok
interes group dan instansi lain yang setuju terhadap implementasi KMA nomor
381 /1999 di Kandepag Kabupaten Garut.
Hubungan antara variabel-variabel di atas mencerminkan bahwa, baik
vang optimal terhadap kinerja Pengawas PAI (Madya dan Muda) dalam
mengimplementasikan KMA nomor 381/1999 di Kandepag Kabupaten Garut.
Oleh karena itu agar kinerja dari para Pengawas PAI, baik Madya maupun Muda
optimal, maka kedua aspek tersebut (manajerial dan lingkungan) harus
dioptimalkan juga pelaksanaannya.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dikemukanan, maka beberapa
implikasi sebagai bahan pengembangan implementasi KMA nomor 381/1999
lebih lanjut, khususnya dalam mengoptimalkan kinerja Pengawas PAI baik Madya
maupun Muda di Kandepag Kabupaten Gamt, perlu diketahui bagaimana kondisi
kesiapan para Pengawas PAI terhadap implementasi KMA tersebut. Kondisi ini
sangat diperlukan untuk menghmdan penurunan terhadap kinerja Pengawas dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
Berdasarkan pemaparan di atas, sebagai implikasi dalam implementasi
KMA nomor 381/1999 mengenai fungsionalisasi jabatan Pengawas PAI, baik
madya maupun Muda, di bawah ini dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Peningkatan kinerja Pengawas PAI (Madya dan Muda) di Kandepag
Kabupaten Gamt bukan hanya ditentukan oleh bentuk keputusan, komunikasi,
personal, dan dukungan kelompok interes group, tetapi ditentukan pula oleh
proses administrasi, kondisi sosial ekonomi, dan logistik yang tersedia.
Kinerja Pengawas PAI yang belum optimal, seharusnya senantiasa dibina dan
142
2. Tugas para Pengawas PAI (Madya dan Muda) yang relatif banyak (23 point
dan 13 point), menuntut para Pengawas PAI untuk bekerja secara optimal.
Dalam pelaksanaannva, Pengawas PAI Muda kelihatannya lebih menekankan
pada nemantauan dan pembimbingan terhadap pelaksanaan
EBTA/EBTANAS, membina pelaksanaan dan pemeliharaan lingkungan
sekolah, menyusun laporan hasil pengawasan, serta melaksanakan evaluasi
pengawasan sekolah, sedangkan untuk tugas lain seperti menyempurnakan
butir soal dan melaksanakan analisis sederhana jarang sekali dilakukan.
Sementara itu Pengawas PAI Madya pun, kelihatannya lebih menekankan
pada memberikan arahan dan bimbingan kepada guru, melaksanakan evaluasi,
dan membina pelaksanaan pengelolaan sekolah, sedangkan tugas lain seperti
menyusun kisi-kisi soal, menyempurnakan butir soal, menyusun pedoman
pengawasan, dan menciptakan karya seni jarang sekali dan bahkan ada tidak
pemah. Ha! tersebut apabiia dibiarkan akan berdampak terhadap kualitas
sekolah yang diawasinya. Oleh karena itu, dengan diberlakukannya KMA
nomor 381/1999 tersebut, para Pengawas PAI (Madya dan Muda) diharapkan
mampu untuk meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan tugasnya sebagai
Pengawas, sehingga apa yang menjadi tujuan dari KMA tersebut tercapai.
3. Mengenai hubungan antara aspek manajerial dan aspek lingkungan dengan kinerja Pengawas PAI (Madya dan Muda) pada kenyataannya masih rendah
dan tidak signifikan. Oleh karena itu agar kinerja Pengawas PAI optimal,
maka dalam implementasi KMA nomor 381/1999 para Pengawas PAI tersebut
143
pelaksanaan briefing, rapat koordinasi. anggaran khusus dan instrumen,
monitoring, dan analisis hasil kerja Pengawas PAI. Selain itu, para Pengawas
PAI pun (Madya dan Muda) harus memperhatikan aspek lingkungan seperti:
dukungan kondisi sosial ekonomi dan dukungan publik yang memadai dan
berkesinambungan terhadap para Pengawas PAI dalam melaksanakan
tugas-tugasnya. Oleh karena itu, baik aspek manajerial maupunan aspek lingkungan
haruslah selalu dibina dan ditingkatkan. Hal itu diamaksudkan agar kinerja
Pengawas PAI optimal dan implementasi KMA nomor 3? 1/1999 di Kandepag
Kabupaten Garut pun dapat berhasil dengan optimal.
4. Keberhasilan implementasi KMA nomor 381/1999, tidak terlepas dari kualitas
Pengawas PAI itu sendiri, baik pengawas PAI Madya maupun
Muda.
Kualitas tersebut mencakup pengetahuan dan keterampilan yang hams
dimiliki oleh Pengawas PAI dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu,
khusus untuk para Pengawas PAI Madya selain harus mampu untuk
merumuskan, menyusun, dan melaksanakan Pengawasan, juga mereka hams
mampu untuk menciptakan suatu karya seni atau teknologi tepat guna yang
bermanfaat dalam bidang pendidikan yang sampai saat ini hampir 100%
belum pernah dilakukan.
C. Rekomandasi
Berdasarkan temuan penelitian dan hasil pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, agar implementasi KMA nomor 381/1999 dapat
144
mengoptimalkan kinerja para Pengawas PAI baik Madya maupun Muda. Adapun
rekomendasi yang penulis rumuskan adalah sebagai berikut:
1. Untuk fihak Pembuat Kebijakan; supaya melengkapi KMA nomor 381/1999
dengan juklak dan pedoman yang selengkap-lengkapnya, sehingga tidak
membingungkan para Pengawas PAI Muda daiam melaksanakan tugasnya.
2. Untuk fihak Kandepag Kabupaten Gamt dan Ketua Pokjawas;
• Memberikan informasi yang jelas kepada para Pengawas PAI Madya dan
Muda mengenai. tugas-tugasnya
yang
hams dilakukannya
dalam
mengimplementasikan KMA nomor 381/1999.
• Memfasiiitasi para Pengawas PAI Madya dan Muda secara optimal dalam
mengimplementasikan KMA nomor 381/1999. Fasilitas yang dimaksud
dapat berupa finansial maupun berupa perangkat instmmen yang dapat
menunjang dalam pelaksanaan tugas para Pengawas PAI.
• Secara sistematis mengurutkan skala priontas yang hams dilakukan dalam
mengimplementasikan tuntutan KMA nomor 381/1999 kepada fihak-fihak
yang terkait, khususnya kepada para Pengawas PAI Madya dan Muda.
3. Untuk Ketua Pokjawas, Kabid Pendais, Kasi Pergurais, dan Kasi Pendais
bersama-sama dengan para Pengawas PAI (Madya dan Muda) supaya;
• Mengoptimalkan kembali peran dan fungsi Kelompok Kerja Pengawas
PAI yang sudah terbentuk di Kandepag Kabupaten Gamt sebagai wadah
pembinaan profesional Pengawas PAI.
• Melakukan briefing dan rapat koordinasi dalam mengkomunikasikan
implementasi KMA nomor 381/1999 tentang jabatan fungsional Pengawas
145
4. Untuk para Pengawas PAI Madya; Melaksanakan tugas-tugasnya sebagai
seorang Pengawas PAI Madya sesuai dengan Juknis yang tercantum dalam
KMA nomor 381/1999, yaitu diantaranya: Menyusun kisi-kisi dalam rangka
penyusunan soal, menyempurnakan butir soak melaksanakan analisis
komprehensif terhadap hasil belajar/bimbinggan siswa. Kemudian seialu
bemsaha untuk menciptakan suatu karya seni dan teknologi tepat guna dalam bidang pendidikan yang bermanfaat dalam peningkatan sumber daya manusia
yang berkualitas.
5. Untuk para Pengawas PAI Muda; Melaksanakan tugas-tugasnya sebagai
seorang Fengawas PAI Muda sesuai dengan Juknis yang iercantum dalam
KMA nomor 381/1999, yaitu diantaranya: melaksanakan uji coba soal,
menyempurnakan butir soal, dan melaksanakan analisis sederhana terhadap
hasil belajar/bimbingan siswa.
6. Untuk Ketua BP3, Ketua Yayasan Sekolah, Ketua DKM. dan Ketua KUA
yang terkait dalam aspek lingkungan; agar memberikan dukungan yang
optimal terhadap para Pengawas PAI dalam mengimplementasikan KMA
nomor 381/1999.
7. Mengingat aspek yang mempengamhi kinerja seseorang tidak hanya aspek
manajerial dan lingkungan yang telah dibahas, maka disamping kedua aspek tersebut penulis juga mengharapkan ada suatu penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan dan motivasi terhadap kinerja para Pengawas PAI di
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. (1993). Strateei Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Alfonso, R. J., Firth, G.R. dan Nevile, R.F. (1981). Intsmctional Supeivision: A
Behavior System. Boston: Allyn and Bacon Inc.Best, W. J. (1978). Research in Education. Third Edition. New Delhi: Prentice
Hall of India Private Limited.
Burch, B. G. Dan Danley, WE. (1980). The Instructional .L^erjhjp:_Role_or
Central Office Supervision. Educational Leadership, 37, 8, 636-638.
Castetter, William B. (1981). The Personal Function in Educational
Administration (Third Edition). New York: Me Millan Publishing Co. Inc.
Departemen Agama RI, (1999/2000), Himpunan Peraturan Perundang-undangan
Tentang Pendidikan Nasional (Terguruan Agama Islam), Jakarta.
, (1999/2000), Keputusan Menteri Agama RI. Nomor 381 Tahun 1999,
Tentang Petuniuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas
Pendidikan Agama dan Angka Kredit, Jakarta.
. (1998/1999). Supervisi Madrasah Aliyah: Jakarta.
Engkoswara. (1984). Menata Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia Tinggal
Landas. Orasi llmiah disampaikan dalam rangka penerimaan Jabatan Gum
Besar Ilmu Pendidikan. Bandung: KIP.Faisal, Sanafiah."(1981). Dasar dan Teknik Penvusunan Angket. Surabaya: Usaha
Nasional.
Fattah, Nanang. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Andira.
Hamdani, D.M. (1998). Imolikasi Kebiiakan Pendidikan di Lingkungan
Denartemen Agama Terhadap Pengelolaan Tenaga Kependidikan Madrasah
Aliyah (Tesis). Bandung: PPS - UPI.
Harris. M. Ben. (tanpa tahun). Supervisory Behavior in Education. Second
Edition. Prentice Hall Inc. New Jersey: EnglewoodClipff.
146
147
Humphrey. H. J., dkk. (1980). Principles and Techniques of Supervision in
Phvsichal Education. New Jersey: Third Edition. Princeton Book Company.
Kumar, Ranjit. (1995). Writing a Research Proposal. Sam Guide Line for The
Beginners. National Key Centre for School Science and Mathemathics.
Perth - Western Australia: University of Technology.Lusyan, A. Tabrani. (1990). Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung:
Yayasan Karya Sarjana Mandiri.
Madsidi. (2000). Pembahan K^hijakan Tentang Jabatan Pengawas Sekolah dan
Pengaruhnva Terhadap Kineria Pengawas TK/SD (Tesis). Bandung: PPS
-UPT.Majelis Permusyawaratan Rakyat RI. (1999). GBHN, Tap MPR-RI _Na
1V/MPR/I999. Semarang: Aneka llmu.
Makmun, S. A., (1999). P^ikolo^KependjdJMa-Perangkat Sistem Pengajaian
Mcdul. Bandung: Remaja Rosda Karya.
5(1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Suarabaya: Usaha Nasional.
Nasution, S. (1996). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim. (1990). Psikolori Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.