• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok di Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok di Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN PENELITIAN Saya Chindy Wijayati adalah Mahasiswi S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Merokok di kecamatan Sipispis kabupaten Serdang Bedagai”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku merokok. Adapun Manfaat penelitian bagi remaja itu sendiri agar lebih mengerti bahaya merokok dan faktor penyebabnya, bagi guru agar lebih selektif dalam mengawasi siswanya agar tidak melakukan perilaku merokok khususnya pada lingkungan sekolah dan pada saat jam belajar-mengajar, dan bagi praktek keperawatan itu sendiri dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi praktek keperawatan komunitas dan sumber data untuk kepentingan penelitian selanjutnya. Penelitian ini akan dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama saya menjelaskan kepada siswa tentang hak-hak sebagai responden sebelum pengisian kuisioner dilaksanakan, jika siswa menyetujui permohonan kuisioner selanjutnya saya akan memberikan informed

consent (lembar persetujuan menjadi responden) untuk ditanda tangani, saya akan

menjelaskan cara pengisian kuisioner dan akan memberikan waktu dan mendampingi siswa dalam mengisi kuisioner.

Saya mengharapkan kesediaan para siswa untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi siswa bersifat sukarela. Siswa berhak untuk menolak menjadi responden tanpa sanksi apapun. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas maupun pendapat yang keluarga berikan dan informasi yang didapat hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian lembar penjelasan ini saya buat, atas partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2014 Peneliti

(2)

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA MEROKOK FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

DI KECAMATAN SIPISPIS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Oleh:

Chindy Wijayati

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi perilaku remaja merokok di kecamatan Sipispis kabupaten Serdang Bedagai.

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saya mengharapkan kesediaan dari adik-adik mengisi kuesioner dengan jujur tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

Partisipasi adik-adik dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Identitas adik-adik dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika adik-adik bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan adik-adik menandatangani formulir persetujuan ini. Terima kasih atas partisipasi adik-adik dalam penelitian ini.

Medan, Januari 2014

Peneliti Responden

(Chindy wijayati ) ( )

(3)

No responden : KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai diri anda : I. Data Demografi

1. Umur :

2. Agama :

3. Suku :

4. Uang jajan perhari :

< Rp 5000.00 Rp 5000,00 - Rp 20.000,00

> Rp 20.000,00

5. Alasan merokok : 1. Iseng 2. Penasaran

3. Diajak/dipaksa teman 4. Agar terlihat dewasa

5. Lain-lain, sebutkan...

(4)

Bagian 2. Kusioner Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok :

Berilah tanda centang () pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan diri anda :

No Pertanyaan

Ya

Tidak

PENGARUH ORANG TUA 1 Apakah anda merokok dengan sepengetahuan orang tua

anda?

2 Apakah anda merokok karena orang tua anda juga merokok?

3 Apakah uang yang anda gunakan untuk membeli rokok berasal dari uang yang diberikan orang tua kepada anda? 4 Apakah orang tua anda pernah memberi nasehat agar anda

tidak merokok?

5 Apakah orang tua anda sering membeli rokok dalam jumlah yang besar dan menyimpannya dirumah?

PENGARUH TEMAN 6 Apakah rokok yang anda konsumsi anda peroleh dari

teman?

7 Apakah anda merokok karena berteman dengan orang yang merokok?

8 Apakah sebagian besar teman anda adalah seorang perokok? 9 Apakah teman anda tidak mau berteman dengan anda jika anda

tidak merokok?

10 Apakah anda mendapat pujian dari teman jika anda merokok? KEPRIBADIAN

11 Apakah anda akan merasa lebih percaya diri jika anda dalam keadaan merokok?

12 Apakan dengan merokok terasa menyenangkan dan dapat menyegarkan pikiran anda?

13 Apakah anda merokok dalam kondisi emosi atau marah? 14 Apakah anda hanya merokok dalam keadaan stress saja?

(5)

15 Apakan anda akan merasa lebih tenang jika anda selesai merokok?

PENGARUH IKLAN

16 Apakah pengaruh iklan rokok mempengaruhi anda untuk merokok?

17 Apakah iklan rokok dapat mempengaruhi anda dalam memilih jenis rokok?

18 Apakah menurut anda iklan rokok itu mencerminkan hal positif seperti gagah dan hebat?

19 Apakah anda merokok karena melihat tokoh dalam iklan rokok?

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Chindy Wijayati

Tempat Tanggal Lahir : Baja Dolok, 29 Januari 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Harmonika no 16 pasar 1 padang bulan, Medan

Orangtua (Ayah) : Alm. Gimen

Orangtua (Ibu) : Wagirah

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1997 – 2003 : SD Negeri 104333 Marubun

2. Tahun 2003 – 2006 : SMP Tamansiswa Naga Raja

3. Tahun 2006 – 2009 : SMA Tamansiswa Naga Raja

4. Tahun 2009 – 2012 : D-III Keperawatan USU

(30)

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2010). Prosedur suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Atkinson. (2009). Pengantar psikologi remaja merokok. Jakarta: Erlangga. Azizah, N. (2008). Faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok anak

jalanan di kota Makassar tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat:

Universitas Hasanuddin Makassar.

Daryo, A. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Dewi, S. (2013). Profil remaja merokok siswa kelas XI IPS SMA Pasundan 8

tahun ajaran 2012/2013. Universitas Pendidikan Indonesia.

buka pada tanggal 19 juni 2013

Depkes RI. (2005). Materi inti pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR). Jakarta : Depkes RI.

Ginting ,T. (2012). Pengaruh iklan rokok di televisi terhadap perilaku

merokoksiswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan tahun 2011

Kasfi, A. (2004). Skripsi: Hubungan pola komunikasi keluarga dengan

derajatperilaku merokok pada remaja Di SMU negeri 8 Medan. Karya Ilmiyah.

Medan: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Komalasari, D. (2006). Faktor-faktor penyebab perilaku merokok. Universitas Islam Indonesia.

pada tanggal 29 Januari 2014

Lindawati, dkk. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok

siswa-siswi SMP di daerah Jakarta Selatan tahun 2011. Jurnal Health

Quality Volume.2 No.4. dibuka pada tanggal 28 Mei 2013

Mulyadi, R S & Qurotul Uyun. (2007). Naskah Publikasi: Faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku merokok pada remaja putri. Yogyakarta:

Universitas Islam Indonesia.

(31)

Nasution, I K. (2007). Perilaku merokok pada remaja. Medan.Usu Repository. Mei 2013

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prasasti, RA. (‎2011). Hubungan antara dimensi kepribadian bigfive dengan

perilaku merokok pada remaja.

tanggal 05 Januari 2014

Saktyowati, DO. (2010). Bahaya rokok. Depok: Arya Duta.

Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu. Santrock. (2007). Remaja edisi 11 jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Soejiningsih. (2004). Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Soegeng ,T. (2007). Stop smoking. Yogyakarta: Progresif Books Tandra, H. (2003). Merokok dan kesehatan. Jakarta: Kompas.

pada tanggal 28 Juni 2013

Tanjung, R S. (2006). Skripsi: Hubungan antara stres dengan perilaku merokok

remaja laki-laki di kelurahan Padang Bulan Selayang I kecamatan Medan Selayang. Karya Ilmiyah. Medan: Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

Trirahayu, KE. (2009). Skripsi: Persepsi remaja merokok tentang dampak

merokok terhadap kesehatan. Karya Ilmiyah. Semarang: Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro.

Januari 2014

Tukiran, dkk. (2010). Keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wahyuni, D. (2006). Faktor – faktor yang behubungan dengan sikap merokok

pada remaja di desa Karang Tengah kecamatan Sragen tahun 2005.

(32)

Zulham, A B. (‎2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku merokok

di kalangan pelajar sekolah satu tinjauan di SMK Taman Selesa Jaya 2, Skudai, Johor , Universiti Teknologi Malaysia

dibuka pada tanggal 04 Januari 2014

Zahroh, dkk. (2006). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktik merokok pada remaja sekolah menengah pertama di kabupaten Kudus tahun 2005. pada tanggal 07 Februari 2014

(33)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1Kerangka Penelitian

Dari penjelasan tinjauan pustaka di atas dapat ditentukan kerangka penelitian yaitu sebagai berikut :

3.1. Skema Penelitian Remaja laki-aki yang

merokok

Faktor yang

mempengaruhi remaja merokok :

(34)
(35)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif yang bertujuan untuk mendeskripsikan remaja laki-laki yang merokok di Kecamatan Sipispis, Kabupaten serdang Bedagai.

4.2. Populasi dan Sample

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki usia 13-15 tahun yang merokok dan berada di Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai.

4.2.2. Sampel

Tehnik pengambilan sample pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan Purposive Sampling yaitu tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007). Kriteria inklusi remaja laki-laki yang merokok dan berusia 13-15 tahun.

(36)

atas 500 populasi maka digunakan rumus 10% dari jumlah populasi sudah bisa mewakili (Setiadi, 2007). Maka hasilya yaitu:

650 × 10% = 65 orang

Maka jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 65 orang.

4.3. Lokasi Penelitian dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah SMP dan MTs yang ada di Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena lokasi mudah dijangkau oleh peneliti, adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden, serta dilokasi ini juga belum pernah ada penelitian yang sama sebelumnya.

Pengambilan data ini dilaksanakan pada 23Januari s/d 25 Januari 2014. 4.4.Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan izin dari Kepala Sekolah. Responden terlebih dahulu diberi informasi tentang sifat, manfaat, tujuan, dan proses penelitian ini. Responden yang bersedia diteliti terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

Ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan yaitu hak kebebasan menjadi responden baik dari tekanan fisik maupun tekanan sosial. Peneliti tetap menghormati hak responden yang tidak mau jadi responden. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dengan memakai inisial nama serta

(37)

tidak mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi dari responden, dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti (Notoatmodjo, 2010).

4.5. Instrument Penelitian

Instrument digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu kepada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Instrument penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari dua bagian berisi data demografi dan faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok.

4.5.1. Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi memberikan data mengenai responden meliputi umur, uang jajan perhari, agama dan suku bangsa dan alasan merokok.

4.5.2 Kuesioner pertanyaan gambaran faktor yang mempengaruhi remaja merokok

(38)

Sesuai dengan sifat penelitian ini ingin mengetahui berapa jumlah remaja merokok di kecamatan Sipispis kabupaten Serdang Bedagai.

4.6.Uji Validitas dan Reabilitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menujukkan tingkat-tingkat kevalitan atau kesahian suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas instrument dalam penelitian ini dilakukan oleh dua orang yang professional dibidangnya dari Departemen Keperawatan Medikal Bedah . Test reabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo, 2010). Kuesioner instrument ini telah diuji dengan reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan. Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data kepada responden yang sesuai dengan kriteria penelitian. Hasil dari tes reliabilitas adalah 0,73, karena 0,73 lebih dari 0,70 maka instrumen ini dikatakan layak.

4.7Pengolahan dan Pengumpulan Data 4.7.1 Pengolahan Data

a. Editing

(39)

Yaitu memeriksa kuesioner yang telah masuk dan diisi oleh responden, memperjelas, melihat kelengkapan pengisian, ketepatan mengisi kuesioner.

b. Coding

Pemberi kode atau tanda pada setiap data yang terkumpul untuk memperoleh hasil dan memasukkan data kedalam tabel program komputerisasi.

c. Tabulating

Mengolah data kedalam bentuk tabel frekuensi dalam program komputerisasi untuk mempermudah analisa data, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan.

4.7.2 Proses pengumpulan data

Dalam pengumpulan data peneliti terlebih dahulu

1. Mengajukan permohonan/ ijin melakukan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

2. Kemudian surat ijin penelitian disampaikan kepada Kepala Sekolah SMP dan MTs yang ada di kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai 3. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria pemilihan

responden yang telah ditentukan sebelumnya.

(40)

responden (informconsent). Peneliti memberi waktu 15 menit kepada responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan keadaan diri mereka saat ini. Selama responden mengisi kuesioner peneliti mendampingi responden dan memberi kesempatan apabila ada pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden. Setelah responden selesai mengisi kesioner peneliti mengumpulkan kembali kuesioner sesuai dengan nomor urut responden. Peneliti selanjutnya menemui salah satu guru untuk mempersilahkan siswa kembali ke kelas. Kemudian peneliti berterimaksih kepada pihak sekolah dan berpamitan kepada pihak sekolah.

4.8 Analisa data

Setelah data semua terkumpul, maka dilakukan analisis data dengan memeriksa kembali semua kuesioner mulai dari identitas serta data responden dan memastikan semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. Kemudian peneliti memberi kode untuk memudahkan melakukan tabulasi, selanjutnya memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dan teknik komputerisasi dimana data akan dianalisis secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi, table distribusi frekuensi. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 5.

P = Rentang

Banyak Kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Rentang kelas sebesar 5 dan banyak kelas 2 yaitu: mempengaruhi, tidak mempengaruhi. sehingga diperoleh P= 2 dengan P= 2

(41)
(42)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi remaja merokok. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden remaja laki-laki yang sebanyak 88 responden.

5.1.1 Data Demografi

Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi remaja berdasarkan karakteristik di kecamatan Sipispis kabupaten Serdang Bedagai pada Bulan Januari Tahun 2014

Uang Jajan Perhari

(43)

Tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik umur, umur 14 tahun sebanyak 25 orang (38,5%), agama islam sebanyak 55 orang (84,6%), suku batak sebanyak 32 orang (49,2%), uang jajan perhari <Rp 5000,00 sebanyak 32 orang (49,2%) dan alasan merokok karena penasaran sebanyak 27 orang (41,5%).

Tabel 5.2.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan faktor yang mempengaruhi remaja merokok

Distribusi f %

Orang tua

Mempengaruhi 34 52

Tidak Mempengaruhi 31 48

Teman

Mempengaruhi 51 78,4

Tidak Mempengaruhi 14 21,6

Kepribadian

Mempengaruhi 39 60

Tidak Mempengaruhi 26 40

Iklan

Mempengaruhi 31 48

Tidak Mempengaruhi 34 52

Berdasarkan tabel di atas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kategori yang pertama adalah teman sebanyak 51 atau 78,4%, pengaruh kepribadian 39 atau 40%, pengaruh orang tua sebanyak 34 atau 52%, pengaruh iklan 31 atau 48%.

5.2 Pembahasan

(44)

karena penasaran sebanyak 27 orang (41,5%) dan faktor yang mempengaruhi tertinggi adalah faktor teman sebanyak 51 atau (78,4%).

5.2.1 Remaja Merokok

Perilaku merokok dapat dilihat dari sudut pandang yang merugikan. Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja secara umum. Menurut Kurt Lewin (1947 dalam Soegeng , 2007) bahwa perilaku merokok merupakan fungsi lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor diri sendiri,juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Ada berbagai faktor yang diasumsikan sebagai faktor penyebab timbulnya perilaku merokok pada remaja. Berdasarkan penelitian dan teori mengenai penyebab timbulnya perilaku merokok pada remaja, ternyata penyebabnya sangatlah kompleks baik dari segi internal maupun eksternalyang keduanya saling mendukung (Wahyuni, 2006).

Penyebab lain munculnya kebiasaan merokok remaja disebabkan karena mereka ingin mencoba rokok itu karena mereka melihat orang yang merokok kelihatan nikmat dan mereka merasa penasaran, selain itu juga mereka ingin mencari pergaulan dan terpengaruh oleh temannya sehingga remaja tersebut pun merokok. Tujuan utama bagi remaja untuk merokok yakni untuk mencari perhatian dari orang banyak. Remaja menganggap dengan merokok akan terlihat gagah (Dewi, 2013).

Remaja mengatakan dengan merokok dapat memperbaiki mood. Beberapa orang remaja rokok dapat menambah semangat, namun itu dapat menurunkan

(45)

mood. Seperti pada penelitian (Komalasari, 2006) disebutkan, remaja yang merokok memiliki resiko 4 kali yang lebih besar untuk mengalami depresi dari remaja yang tidak merokok. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa ketertarikan indidvidu dengan rokok sudah dirasakan sejak masih anak-anak melalui proses yang sangat komplek. Awal individu mengenal rokok adalah lewat observasi mereka pada perilaku merokok orang tuanya yang menimbulkan rasa penasaran dan terdorong untuk mencoba merokok. Setelah itu penayangan iklan rokok pada televisi terutama yang menampilkan model-model anak muda, semakin membuat individu tertarik untuk mencoba rokok dan meniru model dalam iklan rokok tersebut. Kemudian masalah-masalah yang dialami oleh individu seperti masalah keluarga, masalah sekolah, dan masalah-masalah lainnya semakin membuat individu semakin terdorong untuk mulai merokok.

(46)

Dari pembahasan dapat dilihat jika remaja merokok disebabkan karena banyak faktor. Oleh karena itu pada uraian peneliti akan menjelaskan masing-masing dari faktor yang mempengaruhi remaja tersebut merokok.

5.2.2 Faktor Pengaruh Teman

Faktor teman adalah faktor yang paling tinggi mempengaruhi remaja merokok yaitu sebanyak 78,4%. Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu (Zahro, dkk, 2005) yang mengatakan dari 131 responden 63% merokok dikarenakan teman sebaya mereka. Sejalan dengan hasil penelitian yang lain (Wahyuni, 2006) menyatakan bahwa remaja pada umumnya bergaul dengan sesama mereka, karakteristik persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan usia, jenis kelamin dan ras. Jika dapat dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada keluarga. Hal ini terjadi disebabkan pada waktu pulang sekolah, maupun ada kesempatan untuk berkumpul dengan teman sebaya di kampung, remaja lebih sering diselingi dengan merokok. Responden yang awalnya tidak merokok, namun karena ada tawaran untuk ikut merokok, maka remaja pun akhirnya ikut merokok. Melihat dari suku responden yang sebagian besar merupakan suku batak yaitu sebanyak 49,2% sesuai dengan penelitian (Wahyuni, 2006) menyatakan bahwa suku mempengaruhi remaja merokok di karenakan pada suku batak silsilah marga dan keturunan sangat mempengaruhi hubungan pertemanan dan persaudaraan. Kesamaan dalam menggunakan obat-obatan dan merokok sangat berpengaruh kuat dalam pemilihan teman. Remaja lebih banyak dan lebih suka berada di luar rumah dengan teman sebayanya.

(47)

5.2.3 Pengaruh Kepribadian

(48)

5.2.4 Pengaruh Orang Tua

Faktor orang tua dengan persentase 52%. Penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Komalasari (2006) sebanyak 38% pengaruh orang tua mempengaruhi remaja menjadi seorang perokok. Oleh sebab itu penelitian sebelumnya tersebut menjelaskan bahwa jika orang tua dari remaja tersebut adalah perokok kemungkinan besar anak-anaknya juga akan merokok. Hal ini dikarenakan orang tua adalah orang yang dihormati seorang anak di rumah dan figur orang tua adalah hal yang sedikit banyaknya akan ditiru oleh anaknya. Terutama dalam hal merokok, meski sebagian orang tua yang merokok anaknya tidak pula merokok. Akan tetapi sebagian besar orang tua yang merokok maka anaknya pun akan turut serta merokok. Terlebih lagi jika orang tua tidak pernah mengingatkan anaknya untuk tidak merokok dan tidak pernah mengontrol dengan siapa anaknya berteman kemungkinan besar seorang anak menganggap bahwa apa yang dilakukan olehnya adalah perbuatan yang wajar.

Pola asuh ini biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orang tua, mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, anak dibiarkan sesukanya. Dalam pemberian pola asuh yang baik dimungkinkan anak akan mencontoh perilaku yang baik dari orang tuanya. Namun apabila orang tua yang mempunyai kebiasaan atau perilaku yang tidak baik seperti ayah ataupun ibu yang juga

(49)

memiliki kebiasaan merokok, anak pun akan mencontoh dari perilaku orang tuanya (Azizah, 2008).

Trirahayu (2009) mengatakan remaja bersikap merokok karena memang tidak ada teguran orang tua responden. Oleh karena itu pengaruh positif yang kuat dari orang tua responden akan mengakibatkan sikap lemah responden dalam merokok. Hal ini dapat dilihat dari distribusi sikap remaja dalam merokok. Pengaruh positif orang tua yang kuat menjadikan sikap responden dalam merokok lemah,

sebaliknya pengaruh positif orang tua yang lemah maka akan menjadikan sikap dalam

merokok responden menjadi baik. Pengaruh lemah diartikan bahwa orang tua tetap

mengawasi dan menegur apabila melakukan tindakan merokok di rumah, namun apabila

sudah di luar rumah kontrol orang tua tidak begitu kuat, yang disebabkan responden

bergaul dengan teman sebaya yang merokok.

5.2.5 Pengaruh Iklan

(50)

menyebabkan banyak tingkah laku yang aneh, canggung kalau tidak dikontrol bisa menimbulkan perilaku yang menyimpang kearah negatif.

Ketidaksetabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual pada masa ini cenderung membuat mereka bersikap kritis, tersalur melalui perbuatan-perbuatan yang sifatnya eksperimen dan eksploratif. Melihat tayangan iklan rokok di televisi, cenderung mempengaruhi siswa remaja untuk mencoba produk yang ditawarkan iklan tersebut, tanpa memikirkan dampaknya terhadap kesehatan. Lain halnya dengan penelitian Kurniawan (2012) yang menyatakan bahwa diduga karena adanya peraturan pemerintah yang terkait iklan dan promosi rokok. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan bagi iklan dan promosi, pasal 17 menyatakan bahwa iklan rokok tidak boleh merangsang atau menyarankan orang untuk merokok. Oleh karena itu dalam iklan rokok selalu ditampilkan tentang bahaya merokok. Akan tetapi masyarakat masih belum menaati peringatan tersebut.

5.3 Keterbatasan penelitian

Pada penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan dalam jumlah responden dan cara pengambilan sampel. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya jika ingin mengabil judul yang berkaitan dengan penelitiin ini. Maka jumlah responden diharapkan lebih banyak lagi dari responden yang ada dalam penelitian ini dan pengambilan sampelnya dilakukan dengan cara memisahkan responden satu dengan yang lainnya.

(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesipulan

Hasil penelitian dan pembahasan menyatakan faktor teman menjadi faktor yang paling tinggi dalam mempengaruhi merokok pada remaja. Hal ini dikarenakan remaja itu sendiri lebih percaya pada temannya dan lebih punya banyak waktu untuk berkumpul bersama temannya sehingga apa yang dilakukan temannya adalah hal yang menarik dan patut untuk dicoba oleh remaja itu sendiri. Walaupun ada sebagia remaja yang berteman dengan orang yang merokok belum tentu mereka juga akan ikut merokok seperti temannya, tetapi hanya sebagian kecil saja remaja yang bisa tidak terpengaruh oleh temannya yang merokok.

6.2 Saran

6.2.1 Remaja

Bagi remaja diharapkan untuk menggali lebih dalam lagi pengetahuan tentang rokok dan dampak jangka panjang dan dampak jangka pendek yang dapat ditimbulkan rokok.

6.2.2 Orang Tua

(52)

6.2.2 Pihak sekolah

Bagi pihak sekolah khususnya kepala sekolah menghimbau agar para guru yang merokok agar tidak merokok pada saat jam belajar dan di lingkungan sekolah agar tidak ditiru oleh siswanya. Bagi siswa yang didapati merokok pada jam belajar dan di lingkungan sekolah akan diberi sanksi tegas.

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai data pembanding penelitian berikutnya apabila ingin mengambil judul penelitian yang berkaitan.

(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja

2.1.1. Definisi Remaja

Menurut Soetjiningsih (2004), masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat defenisi tentang remaja yaitu:

1. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun dan umur 12-20 tahun anak laki- laki.

2. Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. 3. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah

mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.

4. Menurut undang-undang perkawinan No.1 tahun 1979, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak-anak laki-laki.

(54)

6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.

Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence 10-13 tahun, remaja menengah/middle

adolescence 14-16 tahun dan remaja akhir/late adolescence 17-20 tahun

( Depkes RI, 2005). 2.1.2. Klasifikasi Remaja

Menurut Blos (1962, dalam Sarwono, 2005, dalam Tanjung, 2006) ada tiga tahap perkembangan remaja dalam rangka penyesuaian diri menuju kedewasaan, yaitu :

a. Remaja Awal (early adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiridan dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.

Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara eritotis. Kepakaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa. Ficht (1982, dalam Kasfi, 2004, dalam Tanjung, 2006) menyebutkan tahap ini berlangsung pada usia sekitar 12-14 tahun.

b. Remaja Madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Remaja senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu

(55)

mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya. Tahap ini menurut Ficht (1982) berlangsung pada usia sekitar 15-17 tahun atau 18 tahun untuk pria (dalam Kasfi, 2004 ).

c. Remaja Akhir (late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:

a. Minat yang makin yakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c. Tentukan identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentis (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbagan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya “private self” dan masyarakat umum. Ficht (1982, dalam Kasfi, 2004) mengatakan bahwa tahap remaja akhir (late adolescence) terjadi sekitar usia 18-21 tahun.

2.1.3. Perubahan-perubahan pada remaja

(56)

2.1.3.1. Perubahan fisik

Perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan perubahan fisik pada remaja perempuan yaitu pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi anggota-anggota badan menjadi panjang), perumbuhan payudara, tumbuh bulu halus dikemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya, haid, dan tumbuhnya bulu-bulu ketiak. Sedangkan perubahan fisik pada anak laki-laki, yaitu pertumbuhan tulang-tulang, testis membesar, tumbuh bulu dikemaluan, perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya, tumbuhnya kumis dan jenggot, serta tumbuhnya bulu-bulu di dada (Muss, 1968 dalam Sarwono, 2005 dalam Tanjung, 2006).

Diantara perubahan-perubahan fisik tersebut, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh, yaitu menjadi semakin panajng dan tinggi. Perubahan-perubahan fisik itu menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena mereka harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yag terjadi pada dirinya Sarwono (2005, dalam Tanjung, 2006).

2.1.3.2. Perubahan mental

Perubahan mental utama pada masa remaja adalah dalam bidang perkembangan intelektual. Remaja mulai mau berfikir lebih abstrak dan kemauannya mempelajari hal-hal yang abru mencapai puncaknya dan akan menurun pada masa dewasa. Aspek-aspek perkembangan intelektual ini membantu menjelaskan beberapa ciri khas perilaku remaja. Kemampuan

(57)

penalaran baru dalam konterks yang lebih luas ini membawa remaja pada pemikiran yang tidak berkesudahan tentang hal-hal abstrak serta ideologi-ideologi baru. Sikap terhadap orangtua mungkin berubah dengan timbulnya kemampuan baru untuk mempertanyakan jalan pikiran mereka serta kesadaran bahwa kebijaksanaan tidak selalu datang dengan bertambahnya umur. Karena mendapatkan bahwa sumber-sumber otoritas yang telah lama dianutnya ternyata tidak sekokoh yang diharapkan, sehingga remaja cenderung mencari figur otoritas baru, sering dengan yang lebih dekat dengan tingkat usianya sendiri. Hal ini menjelaskan sikap memberontak dan sulit diatur dari remaja yang terus menerus menolak semua sumber otoritas dewasa. Walaupun hal ini merupaakn masa sulit bagi orang dewasa yang merasa tidak lagi dihormati seperti dulu, namun masa ini merupakan bagian penting dan sehat dari perkembangan yang membatu remaja menemukan identitasnya sendiri.

2.1.3.4. Ciri-ciri perkembangan remaja.

Dalam lingkungan sosial tertentu, masa remaja bagi pria merupakan saat diperolehnya kebebasan. Sementara untuk remaja wanita merupakan saat mulainya segala pembata mulainya segala bentuk pembatasan (Nasution, 2007) Menurut ciri perkembangannya masa remaja dibagi menjadi tiga periode: 1) Masa Remaja Awal ( 10-12 tahun), ciri khasnya :

Lebih dekat dengan teman sebaya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.

(58)

Mencari identitas diri. Timbulnya keinginan untuk kencan. Punya rasa cinta yang mendalam. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Berkhayal tentang aktivitas seks.

3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), ciri khasnya :

Pengungkapan kebebasan diri. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya. Punya citra jasmani diri. Dapat mewujudkan rasa cinta. Mampu berfikir abstrak. 2.2. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas-tugas perkembangan (development tasks) yakni tugas-tugas/kewajiban yang harus dilalui oleh setiap individu itu sendiri. Dari sejak di kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai dewasa akhir, setiap individu harus melakukan tugas itu. Keberhasilan individu dalam menunaikan tugas perkembangan ini, akan menentukan perkembangan kepribadiannya. Seorang individu yang mampu menjalani dengan baik, maka timbul perasaan mampu, percaya diri, berharga, dan optimis menghadapi masa depannya. Sebaliknya mereka yang gagal akan merasakan bahwa dirinya adalah orang yag tidak mampu, gagal, kecewa, putus-asa, ragu-ragu, rendah diri, dan pesimis menghadapi masa depannya (Dariyo, 2004).

Kozier (1987 dalam Hutahaean, 2006) memaparkan tugas-tugas perkembangan remaja melipiti:

1. Memperluas hubungan antara pribadi dan komunikasi yang lebih dewasa. 2. Memperoleh peranan sosial.

3. Menerima perubahan fisik tubuh dan menggunakannya dengan efektif. 4. Memperoleh kebebasan dan kemampuan mandiri.

(59)

5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan mandiri. 6. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.

7. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga. 8. Membentuk sistem nilai-nilai.

Menurut Erikson 1963 (dalam hutahaean, 2006), tugas perkembangan remaja adalah antara menemukan identitas diri dan kebingungan akan identitas yang meliputi :

1. Menerima perubahan tubuh dan bentuk dan fungsi hubungan dengan orang lain dalam seksual dan kematangan fisik.

2. Mencapai hubungan sosial yang memuaskan sebagai laki-laki dan perempuan dan mengakui perbedaan dan persamaan dengan orang lain. 3. Menjalin hubungan baru yang lebih dewasa dengan kelompok dan lawan

jenis.

4. Persiapan akan pekerjaan dan kemandirian 5. Tanggungjawab sebagai makhluk sosial. 6. Mengembangkan ide, nilai sebagai 2.2.1. Jenis-jenis Tugas Perkembangan Remaja.

Tugas-tugas perkembanga remaja, menurut Havighurst (dalam Dariyo, 2004, Helms dan Turner, 1995; Suardiman, 1987; Thornburg, 1982), ada beberapa yaitu sebagai berikut :

a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-psikologis. Diketahui

(60)

kebutuhan dorongan biologis (seksual), namun bila dipenuhi hal itu pasti akan melanggar norma-norma sosial, padahal dari sisi penampilan fisik, remaja sudah seperti orang dewasa. Oleh karena itulah, remaja menghadapi dilema. Dengan demikian, dirinya dituntut untuk menyesuaikan diri dengan baik.

b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita.

Dalam hal ini, seorang remaja diharapkan dapat bergaul dan menjalin dengan individu lain yang berbeda jenis kelamin, yang didasarkan atas saling menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lainnya.

c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain. Ketika menginjak remaja, individu memiliki hubungan

pergaulan yang lebih luas, dibandingkan dengan masa anak-anak sebelumnya yaitu selain dari teman-teman tetangga, teman sekolah, tetapi juga dari orang dewasa lainnya.

d. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Untuk dapat mewujudkan tugas ini, umumnya remaja

berusaha mempersiapkan diri dengan menempuh pendidikan formal maupun non-formal agar memiliki taraf ilmu penegtahuan, keterampilan/ keahlian yang frofesional.

e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis. Tujuan

utama individu melakukan persiapan diri denagn menguasai ilmu dan keahlian tersebut, ialah untuk dapat bekerja sesuai dengan bidang

(61)

keahlian dan memperoleh penghasilan yang layak sehingga dapat menghidupi dirinya sendiri maupun keluarganya nanti.

2.3. Rokok

2.3.1. Definisi Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah dan bahan-bahan tambahan lainnya, seperti cengkih. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain (Saktyowati, 2010).

Saktyowati (2010), rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah kedalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung.

(62)

Prinsip perilaku merokok pada umumnya adalah memasukkan bahan yang berasal dari dedaunan (tembakau) yang mengandung zat tertentu (khususnya nikotin) sebagai tindakan untuk memperoleh kenikmatan. Sedangkan tingkah laku merokok adalah tingkah laku yang membahayakan kesehatan, baik bagi perokok sendiri maupun bagi orang lain yang kebetulan menghisap rokok tersebut (Pribadi, 1990 dalam Mulyadi, 2007).

2.3.2. Bahan Kimia Dalam Rokok

(Saktyowati, 2010) mengatakan tanpa kita sadari, satu batang rokok yang kurang lebih hanya seukuran pensil sepuluh senti meter itu, ternyata seperti sebuah pabrik berjalan yang menghasilkan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok yang di bakar mengeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia yang diantaranya bersifat oksik (beracun) dan 43 diantarnya pemicu kanker (karsinogenik). Zat kimia tersebut adalah:

1. Akrolein

Merupakan suatu zat cair yang tidak berwarna, seperti aldehid. Zat ini mengandung kadar alkohol. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan. 2. Karbon Monoksida

Karbon Monoksida merupakan sejenis gas yang tidak berbau dan tidak berwarna. Gas ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Zat ini sangat beracun karena mudah terikat hemoglobin daripada oksigen.

3. Nikotin

(63)

Nikotin adalah cairan berminyak yang tidak berwarna dan dapat membuat rasa perih. Nikotin ini menghalangi rasa lapar. Itu sebabnya seseorang bisa merasakan tidak lapar karena merokok. Selain itu, nikotin merupakan salah satu jenis obat perangsang serta membuat pemakainya kecanduan. Ia merangsang otak supaya siperokok merasa cerdas pada awalnya, kemudian ia melemahkan kecerdasan otak.

4. Amonia

Amonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada amoniak sehingga jika masuk ke dalam tubuh walaupun dalam jumlah yang sedikit akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

5. Fenol

Fenol merupakan campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi (penyaringan) beberapa zat organik, seperti kayu dan arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena terikat dengan protein dan menghalangikerja enzim di dalam tubuh.

6. Formaldehid

Formaldehid ialah sejenis gas tidak berwarna dengan bau yang tajam. Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun terhadap semua organisme yang hidup. Bahan kimia ini banyak digunakan untuk mengawetkan mayat. Dan yang terakir

(64)

Tar ialah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam dan digunakan untuk mengaspal jalan raya. Tar terdapat dalam rokok. Zat ini bersifat lengket dan mudah menempel pada paru-paru. Apabila zat tersebut sihisap maka akan mengakibatkan kanker pau-paru.

8. Metanol

Metanol ialah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap metanol dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.

2.4. Perilaku merokok pada remaja

2.4.1. Definisi Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmojo, 2003 dalam Tanjung, 2006)

2.4.2. Perilaku merokok

Mu’tadin (2002, dalam Tanjung, 2006) mengkategorikan perilaku merokok individu atas ringan, sedang, berat dan sangat betar, yaitu:

1. Perokok ringan bila menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.

2. Perokok sedang, bila menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.

(65)

3. Perokok berat, bila merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit setelah bangun pagi.

4. Perokok sangat berat, bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokok lima menit setelah bangun pagi.

Menurut Silvan Tomkins (dalam Tanjung, 2006) ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah :

1. Pertama, tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, yaitu dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Dalam hal ini, dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut: a. Meningkatkan kenikmatan, yaitu perilaku merokok hanya untuk

menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok sesuda minum kopi atau makan.

b. Menyenangkan perasaan, yaitu perilaku merokok hanya dilakukan sekedar untuk menyenangka perasaan.

(66)

rokoknya dengan jari-jarinya sebelum ia menyalakan rokok tersebt dengan api.

2. Kedua, tipe perokok yang yang dipengaruhi perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tiak enak terjadi sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

3. Ketiga, tipe perokok yanga adiktif. Oleh Green (dalam Pychological

Factor in smoking, 1978 dalam Tanjung, 2006) disebut

pcychological addction. Mereka yang sudah adiksi Kn menambah

dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.

4. Keempat, tipe perokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. Merokok menjadi perilaku yang otomatis terjadi, yang seringkali tanpa dipikirkan dan tidak disadari karena tubuh telah terkondisi.

Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan positif, menurut Green (dalam dalam Pychological Factor in smoking,1978 dalam Tanjung, 2006) menambahkan ada tiga subtype, yaitu pleasure relaxation, stimulation to pick them up, pleasure

of handling the cigarette.

(67)

Pertama, pleasure relaxation perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat. − Kedua, stimulation to pick them up,yaitu perilaku merokok hanya

dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

Ketiga, pleasure of handling the cigarette, yaitu kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Tipe ini sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.

2.4.3.

Merokok untuk pertumbuhan remaja memang memiliki segudang bahaya bagi kesehatannya, bahaya merokok bagi pelajar yang paling ditakutkan adalah dalam hal kesehatan jasmani. Kita semua tahu ada ribuan zat beracun yang terkandung dari dalam rokok. Dari semua bahan berbaya tersebut, kita pasti bisa terkena penyakit apa saja. seperti kanker, gangguan pernafasan kronis, stroke, penyakit jantung, gangguan fungsi seksual, bronchitis, batuk dan masih banyak lagi penyakit yang diakibatkan karena merokok (Atkinson, 2009).

Dampak Merokok Pada Remaja

(68)

jangan heran apabila ketika sudah dewasa akan selalu mengalami keguguran bahkan melahirkan bayi cacat. Adapun dampak merokok terhadapat sosial dan kejiwaan seorang perokok. Walau banyak remaja yang selalu beranggapan bahwa merokok adalah tindakan yang keren, gaul banyak pula yang memandang sinis terhadap para perokok. Pelajar yang merokok bisa saja dijauhi oleh banyak teman karena kebiasaan buruknya ini. Peristiwa seperti ini tentu akan mempengaruhi kejiwaan seorang pelajar. Ia bisa saja menjadi tidak percaya diri, merasa dikucilkan atau malah akan menjadi pemarah dan pemberontak. Seorang perokok juga mempunyai masalah pada keuangan mereka dengan adanya kebiasaan remaja merokok, banyak hal yang dapat dilakukan oleh remaja untuk mendapatkan uang agar tetap bisa merokok. salah satu diantaranya adalah membohongi orangtua untuk mendapatkan uang dengan berbagai alasan kebutuhan sekolah. Rokok hanyalah sebagaian kecil dari problematika remaja zaman sekarang, mungkin ada baiknya orangtua dan keluarga yang lebih memperhatikan setiap tingkah laku dan kegelisahan hati remaja ini, jangan sampai mereka menjadi hancur dan terjerumus ke hal yang merugikan masa depannya (Santrock, 2007).

2.4.4. Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja

Saktyowati (2010) mengatakan bahwa usia paling rawan seseorang untuk memulai merokok adalah usia remaja (10-19 tahun). Hal itu disebabkan usia remaja merupakan peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini, umumnya remaja suka mencoba-coba hal yang baru, meskipun belum tahu akibatnya. Adapun hal-hal yang dapat menyabakan seseorang merokok adalah sebagai berikut :

(69)

1. Pengaruh Orang tua

Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke duniawi, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di duniawi dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dan orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan remaja dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian dapat terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidup remaja. Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan remaja. Sejak seorang remaja lahir, orang tuanyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu remaja meniru perangai orang tuanya. Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental remaja terletak pada peranan orang tuanya (Komalasari, 2006)

Mulyadi (2007) menyatakan hal yang paling kuat pengaruhnya adalah jika orang tua sendiri menjadi contoh, yaitu sebagai perokok berat maka anak-anaknya sangat memungkinkan untuk mencontohnya. Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok jika ibu atau ayah sebagai perokok berat.

(70)

bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent).

2. Pengaruh teman.

Teman adalah tempat memperoleh informasi yang tidak terdapat didalam keluarga, tempat menambah kemampuan dan temapat kedua setelah keluarga yang mengarahkan dirinya menuju perilaku yang baik serta memberikan masukan koreksi terhadap kekurangan yang dimilikinya, tentu saja akan membawa dampak positif bagi remaja yang bersangkutan. Remaja memilki kecenderungan bahwa teman sebaya adalah tempat untuk belajar bebas dari orang dewasa, belajar menyesuaikan diri dengan standar kelompok, belajar berbagi rasa, bersikap sportif, belajar, menerima dan melaksanakan tanggung jawab. Belajar berperilaku sosial yang baik dan belajar bekerjasama (Santrock, 2007).

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja nonperokok (Saktyowati, 2010).

(71)

3. Faktor Kepribadian

Saktyowati (2010) mengatakan orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah.

4.Pengaruh iklan

Melihat iklan di media massa elektronik yang menampilkangambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour (kemewahan), membuat remaja serong terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam iklan tersebut. Penelitian WHO juga menyebutkan bahwa iklan rokok secara tidak langsung mendorong para remaja untuk bereksperimen dengan tembakau dan mencoba rokok. WHO juga menyatakan sudah terbukti bahwa larangan menyeluruh terhadap iklan produk tembakau mengurangi konsumsi tembakau (Saktyowati, 2010).

(72)

dibentuk oleh iklan rokok sehingga terlihat seakan orang yang merokok adalah orang yang sukses dan tangguh yang dapat melalui rintangan apapun. Iklan, promosi, ataupun sponsor merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para produsen rokok untuk mempermudah produsen rokok dalam mempengaruhi remaja dan anak-anak. Pengaruh iklan sangat mempengaruhi dalam kehidupan remaja. Terkadang remaja yang menjadi perokok pemula tersebut akibat melihat iklan rokok di lingkungan mereka, karena remaja belum mengerti benar mengenai bahaya yang disebabkan oleh rokok ataupun penyakit yang dapat timbul karena rokok, sehingga orang tua dapat memberi pemahaman terhadap anak-anaknya tentang merokok (Arini, 2011).

(73)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok menimbulkan pula problem di bidang ekonomi. Di negara industri maju, kini terdapat kecenderungan berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia, malah cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok (Tandra, 2003).

(74)

Merokok seringkali dilakukan individu dimulai di sekolah menengah pertama, bahkan mungkin sebelumnya. Bahkan banyak dijumpai di jalan atau tempat yang biasanya dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul anak-anak tingkat sekolah menengah banyak siswa yang merokok. Pada saat anak duduk di sekolah menengah, kebanyakan para siswa laki-laki di sekolah melakukan kegiatan merokok karena merokok merupakan sesuatu yang menjadi kegiatan sosialnya, para siswa mengatakan bahwa merokok merupakan salah satu lambang pergaulan bagi mereka. Perilaku merokok dikalangan remaja perlu mendapatkan perhatian lebih, karena dalam rokok terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang disekitar perokok yang bukan perokok. Sehingga perlu adanya upaya pencegahan perilaku merokok pada remaja, khususnya peserta didik di sekolah agar tidak menjadi pecandu rokok karena merokok dipandang sebagai pintu gerbang menuju penggunaan obat-obatan dan perilaku kenakalan remaja yang lain seperti penggunaan alkohol, narkoba, absen di sekolah, tawuran dan kemungkinan putus sekolah (Soegeng , 2007).

Semua orang tahu bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, tetapi perilaku merokok tidak pernah hilang. Hal yang paling memprihatinkan saat ini adalah usia mulai merokok yang semakin muda, jika orang pada jaman dahulu merokok pada usia SMP maka sekarang anak SD juga sudah mulai merokok walau secara diam-diam. Latar belakang seseorang merokok beraneka ragam, dikalangan remaja dan pria dewasa perilaku merokok ini dapat terjadi karena gengsi dan agar disebut jagoan, adapun dikalangan orang tua perilaku merokok dipengauhi orang-orang di sekitarnya (lingkungan). Alasan-alsan inilah yang

(75)

mengalahkan bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok itu sendiri baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain meskipun orang tersebut mengetahui bahaya merokok tersebut (Saktyowati, 2010).

Riskesdas (2010) menyatakan penduduk Indonesia kelompok umur 15 tahun ke atas yang dianalisis sebanyak 177.926 responden, dengan rincian laki-laki 86.493 responden (48,6%) dan perempuan sebanyak 91.433 responden (51,4%), di daerah perkotaan sebanyak 91.057 responden (51,2%) dan pedesaan sebanyak 86.869 responden (48,8%). Prevalensi penduduk umur 15 tahun ke atas yang merokok tiap hari secara nasional adalah 28,2%. Prevalensi merokok tiap hari pada lima provinsi tertinggi ditemukan di provinsi Kalimantan Tengah (36%), Kepulauan Riau (33,4%), Sumatera Barat (33,1%), NTT (33%), dan Bengkulu juga (33%), sedangkan untuk Sumatera Utara sendiri sebesar (29,7%) yang merupakan urutan kesepuluh.

Survei Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik tahun 2001 dan tahun 2004 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi anak-anak usia 15-19 tahun yang merokok. Tahun 2001 sebesar 12,7% dan tahun 2004 menjadi 17,3% (Kompas, 2009). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2006, sekitar 37,3% pelajar pernah merokok dan 30,9% merokok pertamakali di bawah usia 10 tahun. Prevalensi perokok aktif pada pelajar laki-laki adalah 24,5% dan pada perempuan 2,3% (Tukiran, dkk, 2010).

(76)

dibandingkan diperkotaan yang hanya (25,9%), dan yang lebih mencengangkan lagi prevalensi pertama kali merokok atau menggunakan tembakau pada umur 15-19 tahun (43,3%), diikuti pada umur 10-14 tahun (17,5%) dan 20-24 tahun (17,5%) dan ada juga yang mulai merokok pertama kali umur 5-9 tahun 2,2% (Riskesdas, 2010).

Penelitian Zahro (2006) mengatakan pengaruh teman sebaya terhadap praktik

merokok sebesar 36,3 %. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar remaja

mempunyai teman yang mendukung perilaku merokok, sehingga memungkinkan

responden untuk tetap merokok. Kebiasaan merokok orang tua remaja sebesar 52 % ,

kebiasaan merokok orang tua merupakan faktor penguat (reinforcingfactor).

Sehingga kebiasaan orang tua merupakan faktor penguat responden untuk merokok.

Iklan rokok dan perilaku merokok berhubungan secara signifikan dengan

perilaku merokok di kalangan remaja. Remaja berpendapat iklan rokok memiliki

pengaruh yang besar untuk mulai merokok, 29% remaja perokok menyalakan

rokoknya ketika melihat iklan rokok, remaja perokok merasa dirinya lebih percaya

diri dan merasa dirinya keren seperti yang dicitrakan iklan rokok sebanyak 37%

remaja perokok (Ginting, 2011).

Kepribadian memberikan sumbangan yang sangat tinggi terhadap perilaku

merokok remaja sebanyak 40,9%. Hal ini memberikan gambaran bahwa merokok

bagi seorang remaja dianggap memberikan kenikmatan dan menyenangkan. Remaja

meyakini dengan merokok akan mendatangkan efek-efek yang menyenangkan

(Komalasari, 2006).

(77)

Dari latar belakang diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku merokok sudah dimulai dari seseorang memasuki usia remaja dimana usia remaja adalah masa dimana seseorang mulai mencari jati dirinya. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti “gambaran faktor yang mempengaruhi remaja merokok di kecamatan Sipispis kabupaten Serdang Bedagai”.

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi remaja merokok di kecamatan Sipispis kabupaten Serdang Bedagai.

1.3. Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi pihak sekolah khususnya guru BP agar selalu mengingatkan siswanya agar tidak merokok dilingkungan sekolah terutama pada jam belajar, serta memberikan sanksi tegas bagi yang melanggar peringatan tersebut.

1.3.2 Bagi siswa itu sendiri diharapkan agar mulai menambah pengetahuan lebih banyak lagi tentang kerugian-kerugian yang diakibatkan dari merokok baik dari segi kesehatan maupun dari segi hal yang lain.

(78)

ABSTRAK

Judul :

Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok di Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai

NamaMahasiswa : Chindy Wijayati

Nim : 121121056

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Merokok dikalangan remaja perlu mendapatkan perhatian lebih, karena dalam rokok terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang disekitarnya. Sehingga perlu adanya upaya pencegahan perilaku merokok pada remaja. Merokok bagi remaja merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit baik psikis maupun fisik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok di kecamatan Sipispis kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini menggunakan desain penelitian dekriptif dengan tehnik pengambilam sampel purpossive sampling yang melibatkan 65 responden yang dilaksanakan pada tanggal 23 Januari s/d 25 Januari 2014. Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus KR-21 dan hasil yang didapat 0,73. Gambaran faktor yang paling tinggi mempengaruhi remaja merokok adalah pengaruh teman sebanyak 78,4%. Bagi orang tua yang perokok diharapkan agar tidak merokok pada saat bersama anak agar mereka tidak meniru perilaku orang tuanya tersebut. Bagi pihak sekolah dihimbau agar para guru yang merokok agar tidak merokok pada saat jam belajar dan di lingkungan sekolah agar tidak ditiru oleh siswanya. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai data pembanding penelitian berikutnya apabila ingin mengambil judul penelitian yang berkaitan.

Kata kunci: merokok, remaja, faktor yang mempengaruhi remaja merokok

(79)

ABSTRACT

Title : Description of the factors that influence Teen Smoking in Sipispis District Serdang Bedagai District

Student Name : Chindy Wijayati Student No. : 121121056

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Year : 2014

Smoking among teens need to get more attention, because in the cigarette contained a very big danger for people who smoke and people surround them. So the need for prevention efforts on teenagers. Smoke for adolescents is a projection of pain behavior both physical and psychic. Therefore researchers are keen to examine when the description of the factors that influence Teen smoking in Serdang Bedagai District Sipispis District. This research is using descriptive design with sampling purposive as the sampling technique that involves the 65 respondents carried out on January 23 - 25 January 2014. Reliability test done with the formula KR-21 and the results gained 0.73. Description of the factor influencing teenagers to smoke is the influence of friends as much as 78,4%. For parents who expected that smokers not to smoke at the time with the children so that they do not replicate the behavior of the parents. On behalf of the school on request to the teachers who smoke not to smoke during the hours of study and school environment so as not to be imitated by their students. The research results obtained can serve as a checklist for the next research data when wanting to take the title of related study.

(80)

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

REMAJA MEROKOK DI KECAMATAN SIPISPIS

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh:

Chindy Wijayati

121121056

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

(81)
(82)
(83)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya Saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok di Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan proposal ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang memberikan pemikiran berharga baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns., M.Kep, Sp. KMB selaku dosen pembimbing skripsi.

(84)

8. Bluser Samosir, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Sipispis, Aspul A. Lubis, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Sipispis, Arifin, S.pd, MM selaku kepala sekolah SMP dan MTs Alwashliyah-40 Tinokkah, Rokmini Simbolon, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Tamansiswa Nagaraja Sipispis dan Laiding Saragih selaku kepala skolah MTs Alwashliyah-42 yang telah bersedia menyiapkan waktu dan tempat penelitian.

9. Orang tua saya, Ayahandaku Alm. Gimen dan Ibundaku Wagirah besera kelima saudaraku (Sudarly, Suyono, Sumiati, Ratmiyanti dan Willya Ningsih) yang tak pernah surut memberikan saya dukungan dan semangat.

10. Seluruh dosen pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik dan memberikan ilmu yang berharga kepada penulis selama proses akademik dan seluruh staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administrasi.

11. Seluruh teman-temanku khususnya dari Ekstensi 2012.

12. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam menyelesaikan proposal maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Januari 2014

Penulis

(85)

DAFTAR ISI

1.3. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Remaja ... 6

2.1.1. Definisi remaja ... 6

2.1.2. Klasifikasi Remaja ... 7

2.1.3. Perubahan-perubahan pada Remaja ... 8

2.1.4. Ciri-ciri Perkembangan Remaja ... 10

2.2. Tugas Perkembangan Remaja ... 11

2.2.1. Jenis-jenis Tugas Perkembangan Remaja ... 13

2.3. Rokok ... 14

2.3.1. Definisi Rokok ... 14

2.3.2 Bahan Kimia dalam Rokok ... 15

2.4. Perilaku Merokok pada Remaja ... 17

2.4.1. Definisi Perilaku... 17

2.4.2. Perilaku Merokok ... 17

2.4.3. Dampak Merokok pada Remaja ... 20

(86)

BAB III. KERANGKA PENELITIAN ... 26

3.1. Kerangka Penelitian ... 26

3.2. Definisi Operasional ... 27

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

4.1. Desain Penelitian ... 28

4.2. Populasi dan Sampel ... 28

4.2.1. Populasi ... 28

4.2.2. Sampel ... 28

4.3.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.4. Pertimabngan Etik ... 29

4.5. Instrument Penelitian ... 30

4.5.1. Kuesioner Data Demografi ... 30

4.5.2. Kuesioner gambaran faktor yang mempengaruhi remaja merokok ... 30

4.6. Uji Validitas dan Reabilitas... 31

4.7. Pengolahan dan Pengumpulan data ... 31

4.7.1 Pengolahan data ... 31

4.7.2 Proses pengumpulan data ... 32

4.8. Analisa Data ... 33

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN ... 35

5.1. Hasil Penelitian ... 35

5.2. Pembahasan ... 35

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 42

BAB VI. Kesimpulan dan Saran ... 43

6.1. Kesimpulan... 43

6.2. Saran ... 43

Daftar Pustaka ... 45

(87)

Lampiran-lampiran

1. Lembar Penjelasan

(88)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.2. Definisi Operasional ... 27 Tabel 5.1.1.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi ... 34 Tabel 5.1.1.2 Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok ... 35

(89)

Daftar Skema

Gambar

Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi remaja berdasarkan karakteristik di kecamatan Sipispis kabupaten Serdang Bedagai pada Bulan Januari Tahun 2014
Tabel 5.2.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan faktor yang mempengaruhi remaja merokok

Referensi

Dokumen terkait

Memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Presiden Republik I ndonesia Nomor : 54 Tahun 2010 dan perubahannya Nomor : 4 Tahun 2015 Tentang Pengadaan Barang/ Jasa

Berdasarkan petunjuk tersebut, jarak yang akan ditempuh untuk menempuh pertigaan adalah ..... Contoh transportasi darat

Pada activity diagram untuk menu pelaporan kerusakan prasarana yang ditunjukkan pada Gambar 7 Aplikasi dimulai dengan user melakukan login untuk masuk ke menu utama,

Derajat stenosis pada arteri koroner dapat dilihat dengan tindakan angiografi dan biasanya diukur dengan evaluasi visual dari presentasi pengurangan diameter relatif

keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang kebahasaan dalam bahasa Arab (linguistik, wacana, unsur budaya dari teks dan/atau karya sastra.. diampu sosiolinguistik, dan

Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu peningkatan produksi jagung yang memenuhi

Bangunan (KLB), dihitung dengan membagi total luas lantai bangunan dengan luas lahan proyek pembangunan. • Total luas lantai adalah luasan area kumulatif dari setiap lantai

terjadinya gatal pada pasien-pasien penyakit ginjal stadium akhir atau End- Stage Renal Disease (ESRD) berdasarkan penyebab yang berkaitan dengan uremia dan yang tidak