LAMPIRAN 1
KUESIONER
Hubungan Perilaku Pengasuhan Balita terhadap Terjadinya Diare Akut pada Balita di Kecamatan Delitua Tahun 2014
Identitas Anak
Nama :
Tanggal Lahir/Umur :
Jenis Kelamin :
Jumlah Saudara :
Jumlah Balita dalam Keluarga :
Identitas Orang Tua
Nama Ayah :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Nama Ibu :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Ekonomi (penghasilan perkapita perbulan) :
Status Kesehatan Anak
1. Dalam sebulan terakhir ada sakit ?
Panas ( ya / tidak) …… hari dalam sebulan Batuk ( ya / tidak) …… hari dalam sebulan Pilek ( ya / tidak) …… hari dalam sebulan Diare ( ya / tidak) …... hari dalam sebulan
Lain-lain ……… ( ya / tidak) …… hari dalam sebulan
2. Bagaimana frekuensi berkunjung ke pelayanan kesehatan ?
(puskesmas /rumah sakit /dokter /bidan/……….) a. Tidak pernah b. pernah (………kali dalam sebulan)
3. bagaimana status imunisasi anak?
(BCG /DPT /Polio /Hepatitis B /Campak/………..)
4. jika anak diare, apa yang akan dilakukan? a. Dibiarkan
b. Minum obat yang dibeli sendiri tanpa resep dokter c. Dibawa ke pelayanan kesehatan
d. Lain-lain ………
No. Mencuci tangan
pengetahuan Benar (1) Salah (0)
1. Mencuci tangan yang benar adalah mencuci seluruh permukaan tangan dengan sabun lalu membilasny adengan air mengalir
2. Mencuci tangan tidak dilakukan berkali-kali di dalam satu wadah jika persediaan air terbatas 3. Mencuci tangan yang benar dilakukan sebelum
makan makanan berat
4. Mencuci tangan yang benar dilakukan sebelum makan makanan ringan
5. Mencuci tangan yang benar dilakukan sebelum menghidangkan makanan
6. Mencuci tangan yang benar dilakukan sebelum member makan bayi
7. Mencuci tangan yang benar dilakukan setelah BAB
8. Mencuci tangan yang benar dilakukan setelah BAK
9. Mencuci tangan yang benar dilakukan setelah bisa menyebabkan kontaminasi kuman
3. Mencuci tangan sebelum makan makanan berat dapat mencegah diare
4. Mencuci tangan sebelum makan makanan ringan dapat mencegah diare
5. Mencuci tangan sebelum menghidangkan makanan dapat mencegah diare
6. Mencuci tangan dilakukan sebelum member makan bayi dapat mencegah diare
7. Mencuci tangan setelah BAB dapat mencegah diare
8. Mencuci tangan setelah BAK dapat mencegah diare
9. Mencuci tangan setelah memegang hewan dapat mencegah diare
10. Mencuci tangan setelah mengganti popok bayi dapat mencegah diare membilasnya dengan air mengalir
2. Ibu tidak mencuci tangan berkali-kali di dalam satu wadah jika persediaan air terbatas
3. Ibu mencuci tangan sebelum makan makanan berat
4. Ibu mencuci tangan sebelum makan makanan ringan
5. Ibu mencuci tangan sebelum menghidangkan makanan
6. Ibu mencuci tangan dilakukan sebelum member makan bayi 7. Ibu mencuci tangan setelah BAB 8. Ibu mencuci tangan setelah BAK
9. Ibu mencuci tangan setelah memegang hewan
10. Ibu mencuci tangan setelah mengganti popok bayi
No. Kebiasaan makan
Pengetahuan Benar (1) Salah (0)
1. Mencuci peralatan makan dapat mencegah kontaminasi kuman
2. Mencuci bahan makanan sebelum dimasak dapat mencegah diare
3. Menutup makanan dengan tudung saji bisa menghindari kontaminasi kuman
4. Makanan yang terbuka lebih dari 1 jam tidak dimakan lagi
5. Memberi makan anak di luar rumah bisa menambah kontaminasi kuman di makanan anak
No. Sikap Setuju (1) Tidak setuju
(0) 1. Mencuci semua peralatan makan anak
mencegah terjadinya diare
2. Mencuci bahan makanan sebelum dimasak dapat mencegah diare
3. Menutup makanan dengan tudung saji bisa menghindari kontaminasi kuman
4. Makanan yang lama terbuka tidak akan dimakan lagi
5. Memberi makan anak di luar rumah bisa menambah kontaminasi kuman pada makanan
No. Tindakan Selalu (2)
Kadang-kadang (1)
Tidak pernah (0) 1. Ibu mencuci semua peralatan
makan
2. Ibu mencuci bahan makanan sebelum dimasak
3. Ibu menutup makanan dengan tudung saji
4. Ibu tidak makan atau
memberimakan anak dengan makanan yang lebih dari 1 jam terbuka
5. Ibu tidak member makan anak di luar rumah
No. Penggunaan air
Pengetahuan Benar (1) Salah (0)
1. Air minum harus direbus hingga mendidih
2. Air bersih dan jernih jika tidak dimasak tidak bisa diminum
3. Air yang tidak dimasak bisa diberi pembunuh kuman
4. Tidak mencuci peralatan makan di sungai
5. Air sumur bisa dipakai jika berjarak lebih 10m dari jamban
6. Tidak akan menggunakan air jika berubah warna 7. Tidak akan menggunakan air yang berbau
No. Sikap Setuju (1) Tidak setuju
(0)
1. Air yang direbus hingga mendidih bisa mematikan kuman
2. Tidak meminum air yang tidak dimasak walaupun bersih dan jernih karena bisa jadi masih ada kumannya
3. Air yang tidak dimasak bisa dipakai jika dibubuhi pembunuh kuman
4. Mencuci peralatan makan di sungai bisa terkontaminasi kuman
5. Air sumur bisa dipakai jika berjarak lebih 10m dari jamban
6. Air yang berubah warna bisa jadi air yang terkontaminasi
7. Air yang berbau adalah air yang terkontaminasi
No. Tindakan Selalu (2) Kadang-kadang (1)
Tidak pernah (0)
1. Ibu merebus air hingga mendidih
2. Ibu tidak minum atau membuat minum dari air yang tidak dimasak 3. Ibu menggunakan air yang tidak
dimasak jika sudah dibubuhi pembunuh kuman
4. Ibu tidak mencuci peralatan makan di sungai
5. Ibu akan menggunakan air sumur jika berjarak lebih 10m dari jamban 6. Ibu tidak menggunakan air yang
sudah berubah warna
7. Ibu tidak menggunakan air yang berbau
No. Penggunaan jamban
Pengetahuan Benar (1) Salah (0)
1. BAB di WC lebih baik untuk menghindari kontaminasi
2. BAB di sungai bisa mencemari air sungai
3. Tidak boleh membuat jamban di pinggiran sungai
4. Tinja bayi juga bisa mengkontaminasi sama seperti tinja orang dewasa
5. Penggunaan jamban yang baik bisa mencegah diare
No. Sikap Setuju (1) Tidak setuju (0)
1. BAB di WC bisa menghindari kontaminasi
2. BAB di sungai bisa mencemari air sungai
3. Membuat jamban di pinggiran sungai tetap membuat pencemaran di sungai
4. Tinja bayi juga bisa mengkontaminasi sama seperti tinja orang dewasa
5. Penggunaan jamban yang baik bisa mencegah diare
No. Tindakan Selalu (2)
Kadang-kadang (1)
Tidak pernah (0)
1. Ibu dan keluarga BAB di WC
2. Ibu dan keluarga tidak BAB di sungai
3. Ibu tidak membuat jamban di pinggiran sungai
4. Tinja bayi tetap ibu bersihkan dengan baik dan membuangnya ke WC
5. Ibu dan keluarga menggunakan jamban yang baik agar terhindar dari diare
No. Pengelolaan sampah
Pengetahuan Benar (1) Salah (0)
1. Membuang sampah rumah tangga harus sekali sehari
2. Sampah kering dan sampah basah dibedakan tempatnya
3. Tidak akan membiarkan sampah menumpuk di lingkungan rumah
4. Membuang sampah rumah tangga harus pada tempatnya
5. Membuang sampah rumah tangga tidak boleh ke sungai
No. Sikap Setuju (1) Tidak setuju (0)
1. Sampah rumah tangga bisa menjadi sarang kuman
2. Sampah kering dan sampah basah harus dibedakan tempatnya agar mudah dalam pengelolaannya
3. Sampah yang menumpuk di lingkungan rumah bisa menjadi sumber penyakit
4. Membuang sampah pada tempatnya dapat mencegah penyebaran penyakit
5. Membuang sampah ke sungai bisa mencemari air sungai
1. Ibu membuang sampah rumah tangga harus sekali sehari
2. Ibu membedakan tempat untuk sampah basah dan sampah kering 3. Ibu membuang sampah yang sudah
menumpuk di lingkungan rumah 4. Ibu membuang sampah rumah tangga
pada tempatnya
5. Ibu tidak membuang sampah rumah tangga di sungai
LAMPIRAN 2
SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN
Yang bertandatngan di bawah ini, Nama responden :
Alamat :
Dengan balita,
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh WindaWahyuni NIM.110100129, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku pengasuhan balita terhadap terjadinya diare akut di Puskesmas Kecamatan DelituaTahun 2014.
Surat persetujuan ini saya buat dengan keadaan sadar tanpa paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
Delitua, 2014 Responden,
( )
LAMPIRAN 3
LEMBAR PENJELASAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb./Salam Sejahtera
Dengan Hormat,
Nama saya Winda Wahyuni. Saat ini sedang menjalani pendidikan di Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Perilaku Pengasuhan Balita terhadap Terjadinya Diare Akut pada Balita di Kecamatan Delitua Tahun 2014”.
Diare akut pada anak sangat sering terjadi. Salah satu yang menyebabkannya terjadi jika perilaku pengasuhan ibu salah, misalnya mencuci tangan yang salah, kebiasaan makan yang salah, penggunaan air yang tidak baik, penggunaan jamban yang tidak benar, dan pengelolaan sampah yang salah.
Penelitian ini bertujuan mencari hubungan perilaku pengasuhan tersebut dengan terjadinya diare agar diare pada anak bisa dicegah.
Disini, saya akan memberikan lembar kuesioner yang akan diisi oleh ibu, yaitu :
1. Data diri ibu dan ayah beserta keadaan kesehatan anak.
2. Tabel pertanyaan yang jika ibu merasa seperti yang dilakukkan selama ini bisa diceklist pada kolom yang bersangkutan.
Partisipasi ibu diharapkan bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini ibu tidak dikenakan biaya apapun. Bila ibu butuh penjelasan bisa menghubungi saya :
Nama : Winda Wahyuni
Alamat : Jalan Eka Warni III, No. 22, Medan Johor
No. HP : 085297644303
Terima kasih sebanyak-banyaknya saya ucapkan kepada ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan ibu pada penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya persiapkan.
Medan, 2014 Peneliti,
(Winda Wahyuni) NIM. 110100129
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
Lampiran 6
Nomor jenis kelamin umur kejadian perilaku pengasuhan cuci tangan kebiasaan makan penggunaan air prnggunaan jamban pengelolaan sampah
Keterangan :
Jenis kelamin : 1 = laki-laki, 2 = perempuan Kejadian : 1 = diare, 2 = tidak diare
Perilaku pengasuhan(mencuci tangan, kebiasaan makan, penggunaan air,penggunaan jamban, pengelolaan sampah) : 1 = benar, 2 = tidak benar
92 1 54 2 1 1 1 1 1 1
93 1 45.6 2 1 1 1 1 1 1
94 2 36 2 1 1 1 1 1 1
95 1 33.6 1 2 2 2 2 2 2
96 2 57.6 2 1 1 1 1 1 1
97 2 37.2 1 2 2 2 2 2 2
LAMPIRAN 7
Output Komputerisasi
Perilaku pengasuhan ibu dengan diare
perilaku pengasuhan ibu * kejadian diare pada balita Crosstabulation
kejadian diare pada balita
Total diare tidak diare
perilaku pengasuhan
Continuity Correctionb 48.825 1 .000 Likelihood Ratio 56.529 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 52.226 1 .000
N of Valid Cases 97
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,88.
Chi-Square Tests
Continuity Correctionb 48.825 1 .000 Likelihood Ratio 56.529 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 52.226 1 .000
N of Valid Cases 97
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,88. b. Computed only for a 2x2 table
Mencuci tangan dengan diare
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent cuci tangan * kejadian diare
pada balita
97 100.0% 0 0.0% 97 100.0%
cuci tangan * kejadian diare pada balita Crosstabulation
kejadian diare pada balita Total diare tidak diare
cuci tangan ya
Count 2 68 70
% within cuci tangan 2.9% 97.1% 100.0% % within kejadian diare pada
balita
10.5% 87.2% 72.2%
tidak
Count 17 10 27
% within cuci tangan 63.0% 37.0% 100.0% % within kejadian diare pada
balita
89.5% 12.8% 27.8%
Total
Count 19 78 97
% within cuci tangan 19.6% 80.4% 100.0% % within kejadian diare pada
balita
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Continuity Correctionb 40.956 1 .000 Likelihood Ratio 42.201 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 44.230 1 .000
N of Valid Cases 97
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.29. b. Computed only for a 2x2 table
Kebiasaan makan dengan diare
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent kebiasaan makan * kejadian
diare pada balita
97 100.0% 0 0.0% 97 100.0%
kebiasaan makan * kejadian diare pada balita Crosstabulation
kejadian diare pada balita Total diare tidak diare
Chi-Square Tests Continuity Correctionb 34.879 1 .000 Likelihood Ratio 32.224 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 38.473 1 .000
N of Valid Cases 97
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.53. b. Computed only for a 2x2 table
Penggunaan air dengan diare
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent penggunaan air * kejadian
diare pada balita
97 100.0% 0 0.0% 97 100.0%
penggunaan air * kejadian diare pada balita Crosstabulation
kejadian diare pada balita Total diare tidak diare
penggunaan air
% within kejadian diare pada balita
% within kejadian diare pada balita
% within kejadian diare pada balita
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Continuity Correctionb 21.053 1 .000 Likelihood Ratio 20.555 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 23.753 1 .000
N of Valid Cases 97
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.11. b. Computed only for a 2x2 table
Penggunaan jamban dengan diare
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent penggunaan jamban *
kejadian diare pada balita
97 100.0% 0 0.0% 97 100.0%
penggunaan jamban * kejadian diare pada balita Crosstabulation
kejadian diare pada balita Total diare tidak diare
penggunaan jamban % within kejadian diare
pada balita % within kejadian diare
pada balita % within kejadian diare
pada balita
100.0% 100.0% 100.0 %
Chi-Square Tests
Continuity Correctionb 36.558 1 .000 Likelihood Ratio 38.576 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 39.602 1 .000
N of Valid Cases 97
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.68. b. Computed only for a 2x2 table
Pengelolaan sampah dengan diare
Case Processing Summary kejadian diare pada balita
97 100.0% 0 0.0% 97 100.0%
pngelolaan sampah * kejadian diare pada balita Crosstabulation
kejadian diare pada balita Total diare tidak diare
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 29.667a 1 .000
Continuity Correctionb 26.754 1 .000 Likelihood Ratio 28.608 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear Association 29.361 1 .000
N of Valid Cases 97
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.07. b. Computed only for a 2x2 table
LAMPIRAN 8
Scale Statistics
perilaku pengasuhan ibu Statistic
Tests of Normalityb
LAMPIRAN 9
CURRICULUM VITAE
Nama : Winda Wahyuni
Tempat, tanggal lahir : Tamiang, 10 Februari 1993
Alamat : Jalan Eka Warni III, No. 22, Medan Johor, Medan, Sumatera Utara
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Batak Mandailing
Gol. Darah : B+
Riwayat Pendidikan - 1999 - 2005 SDN 142658 Tamiang - 2005 - 2008 SMP N 1 Kotanopan - 2008 - 2011 SMA N 1 Matauli Pandan - 2011 - sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Riwayat Organisasi : - PEMA FK USU Tahun 2011/2012
- SCORE PEMA FK USU - PHBI FK USU
- KAM RABBANI DPW FK USU - FULDFK Wilayah 1
45
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku. 2007. "Faktor Risiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia : Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat." Makara Kesehatan, Vol.11, No.1.
http://www.journal.ui.ac.id/health/article/viewfile/212/208 [ Accessed 29 April 2014]
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/riskesdas [ Accessed 3 May 2014]
Briggs, Angela Ine Frank. 2012. Introduction and Classification of Childhood Diarrhoea. University of Port Harcourt Teaching Hospital, Port Harcourt,
Rivers State, Nigeria.
http://www.intelhopen.com/download/pdf/25641 [Accessed 22 May 2014]
Communication Strategy on Water, Sanitation & Hygiene for Diarrhoea & Cholera Prevention. 2012. UNICEEF Liberia.
www.unicef.org/cbsc/files/Liberia_WASH-Cholera-Diarrhoea_Comms_Strategy_2012/pdf
[ Accessed 03 Desember 2014]
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera UtaraTahun 2012. Dinas Kesehatan Sumatera Utara.
http://www.depkes.go.id/download/profil_kes_provinsi_2012 [ accessed 31 May 2014 ]
Farthing, M., G. Lindberg, P.Dite, et al. 2008. "Acute diarrhea." World Gastroenterology Organisation practice guideline.
http://www.worldgastroenterology.org/assets/downloads/en/pdf/guidelines [ Accessed 11 May 2014 ]
46
Farthing, M., M.Salam, G.Lindberg, et al. 2012. "Acute diarrhea : in adults and children : a global perspective." World Gastroenterology Organisation practice guideline.
http://www.worldgastroenterology.org/assets/export/userfiles [ Accessed 22 May 2014 ]
Gil, Ana., Claudia Lanata, Eckhard Kleinau, Mary Penny. 2004. “Children’s Feses Disposal Practices in Developing Countries and Interventions to Prevent Diarrheal Diseases. Enviromental Health Project. Washington DC.
www.ehproject.org/PDF/Strategic_papers/SR11-Child/520Excreta/520Formatpdf
[ Accessed 01 Desember 2014 ]
Godana, W., B. Mengistie. 2013. " Determinants of acute diarrhoea among children under five years of age in Derashe District, Southern Ethiopia." Rural and Remote Health 13:2329.
http://www.ncbi.nlm.nig.gov/pubmed/24016301[ Accessed 11 May 2014 ] Hannif, Nenny Sri Mulyani, Susy Kuscithawati. 2011. "Faktor Risiko Diare Akut pada
Balita." Berita Kedokteran Masyarakat, Vol.27, No.1. http://www.jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/3413/2961 [Accessed 29 April 2014 ]
Interactions of : Malnutrition, Water Sanitation and Hygiene, Infections. 2007. Departement Technique Actionn Contre IIa FAIM-Fr.
www.actionagainsthunger.org/sites/files/publications [Accessed 01 Desember 2014 ]
Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, 2013. 5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. UNICEF.
http://www.unicef.org/indonesia/PHSDalamKedaruratan [Accessed 1 Juny 2014 ]
Mengistie, Bezatu., Yemane Berhane, Alemayehu Worku, 2013. "Prevalence of diarrhea and associated risk factors among children under-five years of age
47
in Eastern Ethiopia: a cross-sectional study." Open Journal of Preventive Medicine, Vol.3, No.7.
http://www.scirp.org/journal/paperdownload.asp/paperID/3D38203 [ Accessed 29 April 2014 ]
Mubasyiroh, Rofingatul. 2007. “Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Beberapa Regional Indonesia Tahun 2007”. Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan Litbang Depkes.
www.ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/download/2108[ Accessed 03 Desember 2014 ]
Nasili, Ridwan M.Thaha, Arifin Seweng. 2011. “Perilaku Pencegahan Diare Anak Balita di Wilayah Bantaran Kali Kelurahan Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau-bau”. Sulawesi Utara.
www.pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/45f5c60582ef6d8306f049427546bc29 [ Accessed 05 Desember 2014 ]
Pusat Data dan Informasi, 2011. Situasi Diare di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/downloads/buletin/diare_final [ Accessed 14 May 2014 ]
Sastroasmoro, Sudigdo., Sofyan Ismael. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Sinthamurniwaty. 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Balita. Universitas Diponegoro Semarang.
http://www.eprints.undip.ac.id/15323/1/sintamurniwatyE4D00203 [ Accessed 29 April 2014 ]
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika Jakarta.
Subagyo, Bambang., Nurtjahjo Budi Santoso. 2009. Diare Akut in: Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. UKK-Gastoenterologi-Hepatologi IDAI: Jakarta.
Rahmah, Siti. 2007. Hubungan Perilaku Ibu yang Memiliki Anak Balita Usia 2-5 Tahun Terhadap Kejadian Diare di Kecamatan Suka Makmur Kabupaten
48
Aceh Besar Tahun 2006. Universitas Sumatera Utara.
http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6805 [ Accessed 29 April 2014 ]
Wahyuni, Arlinda Sari. 2011. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication.
WHO Library Cataloguing-in-Publication Data, 2013. World Health Statistics 2013. World Health Organization.
http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/fen [ Accessed 29 April 2014 ]
18
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kerangka konsep pada penelitian ini adalah :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian
3.2 Definisi Operasional
Judul penelitian : Hubungan perilaku pengasuhan balita dengan terjadinya diare akut pada balita di Kecamatan Delitua Tahun 2014.
1. Variabel : Diare akut
Diare akut adalah kondisi dimana buang air besar dengan konsistensi feses yang lembek sampai mencair, terjadi sedikitnya 3 kali sehari, dengan campuran darah atau tidak dengan lama dibawah 14 hari.
Cara ukur : wawancara Alat ukur : kuesioner
Kategori : ya : mengalami diare akut tidak : tidak mengalami diare akut Skala pengukuran : nominal
2. Variabel : Balita
Balita adalah anak yang berumur 1 hingga 5 tahun yang terhitung dari hari lahir hingga saat dilakukan penelitian.
Perilaku pengasuhan balita Diare akut balita
19
Cara ukur : wawancara Alat ukur : kuesioner
Kategori : ya : anak berumur 1-5 tahun tidak : diluar usia 1-5 tahun Skala pengukuran : nominal
3. Variabel : Perilaku pengasuhan
Perilaku pengasuhan adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan yang dilakukan ibu dalam mengasuh anaknya yang dinilai dari 5 aspek, yaitu mencuci tangan, kebiasaan makan, penggunaan air, penggunaan jamban, dan pengelolaan sampah.
Cara ukur : wawancara
Kategori : total poin perilaku pengasuhan : 128 poin baik = mencapai >75% total poin tidak baik = <75% total poin
Skala pengukuran : ordinal Alat ukur : kuesioner
a. Mencuci tangan
Perilaku mencuci tangan adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu mengenai mencuci tangan dalam pencegahan masuknya kuman ke dalam tubuh.
Perilaku mencuci tangan mencakup 10 pertanyaan mengenai pengetahuan (poin 10), 10 pertanyaan mengenai sikap (poin 10), dan 10 pertanyaan meliputi tindakan (poin 20). Perilaku mencuci tangan mempunyai total 40 poin.
b. Kebiasaan makan
Perilaku kebiasaan makan adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan yang dilakukan ibu untuk menghindari kontaminasi kuman terhadap makanan.
20
Diukur dengan menanyakan mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan.Pengetahuan, sikap, dan tindakan masing-masing mempunyai 5 pertanyaan.Dengan poin 5 untuk pengetahuan, 5 untuk sikap, dan 10 untuk tindakan. Total 20 poin.
c. Penggunaan air
Penggunaan air adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan yang dilakukan ibu untuk menghindari kontaminasi kuman terhadap air.
Diukur dengan 7 pertanyaan untuk pengetahuan (7 poin), 7 pertanyaan untuk sikap (7 poin), dan 7 pertanyaan untuk tindakan (14 poin). Total poin untuk perilaku penggunaan air adalah 28 poin.
d. Penggunaan jamban
Penggunaan air adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan yang dilakukan ibu untuk menghindari kontaminasi kuman terhadap air.
Diukur dengan 5 pertanyaan untuk pengetahuan (5poin), 5 pertanyaan untuk sikap (5 poin), dan 5 pertanyaan untuk tindakan (10 poin). Total 20 poin.
e. Pengelolaan sampah
Penggunaan air adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan yang dilakukan ibu untuk menghindari kontaminasi kuman terhadap air.
Diukur dengan menanyakan 5 pertanyaan tentang pengetahuan (5 poin), 5 pertanyaan tentang sikap (5 poin), dan 5 pertanyaan tentang tindakan (10 poin). Total 20 poin.
3.3 Hipotesis
Dari beberapa pustaka yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan sebuah hipotesis, yaitu :ada hubungan antara perilaku pengasuhan balita terhadap terjadinya diare akut pada balita.
21
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara perilaku pengasuhan balita (faktor resiko atau variabel independen) dengan terjadinya diare akut (efek atau variabel dependen), dimana dilakukan pengukuran terhadap kedua variabel dengan sekali pengukuran dan dalam waktu yang bersamaan, kemudian data yang didapatkan akan dianalisa, oleh karena itu jenis penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross-sectional.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari bulan Agustus hingga November 2014 yang meliputi pengambilan data dan pengolahan data.Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Delitua dan klinik yang berada di wilayah kerja Puskesmas Delitua. Tempat ini dijadikan sebagai tempat penelitian dengan alasan bahwa insiden diare masih tinggi di daerah Delitua, selain itu, daerah Delitua adalah kawasan yang penduduknya bervariasi, baik dari segi pendidikan, sosial ekomoni, dan gaya hidup. Sedangkan, penelitian sejenisnya belum pernah dilakukan sebelumnya di tempat ini.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah sekelompok subyek dengan karakteristik tertentu (Sudigdo, 1995).Dalam hal ini yang menjadi populasi penelitian adalah balita yang datang berobat ke Puskesmas Delitua atau klinik yang berada di wilayah kerja Puskesmas Delitua.
22
4.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sudigdo, 1995). Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan cara total sampling, dimana balita yang datang berobat ke Puskesmas Delitua ataupun ke klinik yang berada di wilayah kerja Puskesmas Delitua dan orang tua dari balita tersebut bersedia menjadi responden, makamenjadi sampel dalam penelitian ini.Dan hal ini dilakukan hingga besar sampel yang diperlukan terpenuhi.
Besar sampel dalam penelitian dihitung dengan rumus untuk estimasi dengan satu proporsi, yaitu :
n = . p (1-p) /
keterangan :
n = besar sampel minimum
Z = nilai distribusi normal baku pada α tertentu P = nilai proporsi di populasi
R = kesalahan absolut yang dapat ditolerir (Wahyuni, 2011)
Dengan demikian, besar sampel dalam penelitian ini adalah : n = . p (1-p) /
Z = 1,96 p = 6,7% r = 0,05
n = . 0,067 (1-0,067) /
n = 3,8416 . 0,062511 / 0,0025 n = 96,0569
n = 96
Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 96 orang.Dan dalam penelitian terdapat 97 orang yang menjadi sampel.
23
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dimana data tersebut diambil dari hasil wawancara dengan responden dengan menanyakan perihal perilaku pengasuhan terhadap balita tersebut dengan beberapa pertanyaan yang tertera pada kuesioner. Teknik yang dilakukan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah, pertama, peneliti sudah mendapat izin melakukan penelitian dengan membawa surat izin penelitian, kedua, peneliti berada di lingkungan puskesmas atau klinik tersebut dan menentukan sampel yang termasuk kedalam penelitian yang memenuhi kriteria, setelah itu responden diwawancara mengenai perilaku pengasuhan terhadap balitanya dengan berpedoman kepada pertanyaan-pertanyaan yang ada di kuesioner.Pengumpulan data ini berlangsung hingga jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian terpenuhi.
4.4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner, dan kuesioner haruslah bisa menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut. Uji validitas terhadap kuesioner bisa dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment, atau dengan aplikasi komputer dengan mengkorelasikan skor yang didapat dari setiap pertanyaan dengan skor total untuk setiap variabel.
Selain harus valid, kuesioner yang digunakan juga harus reliabel yaitu konsisten jika pertanyaan tersebut ditanya berulang-ulang. Uji reliabilitas terhadap kuisoner dapat diuji dengan rumus koefisien reliabilitas alpha atau dengan aplikasi komputer dengan memerhatikan nilai alphanya, jika alpha lebih besar dari nilai r tabel makaakan dikatakan reliabel. Atau jika nilai r > 0,60 maka alat ukur tersebut reliabel.
Setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada 10 orang responden di Puskesmas Pembantu Kecamatan Gedung Johor, dimana tempat ini memiliki kemiripan karakteristik dengan tempat pengambilan data penelitian, didapatkan hasil bahwa pada uji validitas semua pertanyaan mendapat nilai koefisien korelasi product moment berada diatas nilai r tabel (r tabel=0,632), berarti
pertanyaan-pertanyaan tersebut signifikan. Uji Reliabilitas dari semua pertanyaan-pertanyaan
24
mendapatkan nilai alpha lebih besar dari 0,60 sehingga semua pertanyaan yang tertera dikatakan reliabel.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1. Pengolahan data
Pengolahan data adalah proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wahyuni, 2011).
Pengolahan data meliputi cara-cara sebagai berikut : 1. Editing
Editing bertujuan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. 2. Coding
Data yang terkumpul dikoreksi kemudian diberi kode. 3. Entri
Data yang sudah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.
4. Cleaning data
Pemeriksaan data yang sudah dimasukkan ke dalam komputer. 5. Saving
Data kemudian disimpan untuk dianalisis. 6. Analisis data
Data yang sudah disiapkan di analisis sesuai dengan tujuan penelitian.
4.5.2. Analisa data
Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat.
Analisa univariat digunakan untuk mengetahui rasio prevalens(RP) dari setiap variabel yang diteliti.Dengan interpretasi hasil bila RP > 1 maka variabel tersebut menjadi faktor resiko suatu kejadian. Jika RP < 1 maka variabel tersebut menjadi faktor protektif suatu kejadian.
Analisa yang kedua adalah analisa bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Analisa ini
25
menggunakan uji chi square. Analisa chi square dapat digunakan pada variabel yang mempunyai skala pengukuran nominal atau ordinal (Wahyuni, 2011). Chi square pada penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95% ( α = 0,05),
jadi apabila ditemukan hasil analisa statistik p<0,05 maka variabel tersebut dinyatakan berhubungan secara signifikan. Analisa Chi Square dianalisa dengan aplikasi komputer dengan menggunakan menu crosstab. Dimana pada menu ini dapat menampilkan tabulasi silang. Hasil chi square pada aplikasi ini akan didapatkan nilai p value dengan nilai signifikan adalah 0,638 (Wahyuni, 2011).
26
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Delitua dan klinik yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Delitua dalam Kecamatan Delitua. Kecamatan Delitua merupakan kecamatan yang terletak di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara dengan luas daerah 9,36 . Kecamatan Delitua terdiri dari tiga kelurahan dengan 45 dusun dan dilintasi dua aliran sungai besar, yaitu Sungai Deli dan Sungai Batuan. Wilayah Delitua merupakan wilayah yang mempunyai penduduk beragam, baik dari segi pendidikan maupun sosio-ekonomi. Penyebaran rumah penduduk melingkupi seluruh Wilayah Delitua termasuk di pinggiran sungai.
5.2. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, karakteristik responden yang ada dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin balita, usia balita, imunisasi balita, usia ibu, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu, perilaku pengasuhan ibu dan kejadian diare.
5.2.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin balita yang datang berobat ke Puskesmas Delitua maupun klinik yang berada di wilayah kerja Puskesmas Delitua dapat dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan dengan jumlah 97 balita. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini :
27
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
laki-laki 41 42,3
Perempuan 56 57,7
Total 97 100,0
Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa mayoritas balita adalah perempuan yaitu 56 orang (57,7%) dengan selisih 15 orang dengan laki-laki yaitu 41 orang (42,3%).
5.2.2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia Balita
Karakteristik berdasarkan usia balita yang datang berobat ke Puskesmas Delitua dan klinik yang berada di wilayah kerja Puskesmas Delitua dibedakan menjadi lima kelompok usia. Distribusi karakteristik berdasarkan usia balita dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah ini :
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi UsiaBalita
Usia Jumlah Persentase
12-19 15 15,5
20-30 29 29,9
31-42 25 25,8
43-54 21 21,6
55-60 7 7,2
Total 97 100,0
Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa mayoritas balita berada dalam kelompok usia 20-30 bulan yaitu sejumlah 29 orang (29,9%). Sedangkan kelompok usia paling sedikit adalah 55-60 bulan yaitu hanya 7 orang (7,2%).
28
5.2.3. Karakteristik Responden berdasarkan Imunisasi Balita
Karakteristik responden berdasarkan pemberian imunisasi pada balita dibedakan berdasarkan lengkap atau tidaknya imunisasi yang diberikan. Distribusi responden berdasarkan imunisasi balita dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah ini :
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pemberian Imunisasi Balita
Imunisasi Jumlah Persentase
Lengkap 71 73,2
Tidak lengkap 26 26,8
Total 97 100,0
Dari Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa mayoritas balita mendapat imunisasi lengkap yaitu sebanyak 71 balita (73,2%), dan yang tidak mendapat imunisasi lengkap terdapat 26 balita (26,8%).
5.2.4. Karakteristik Responden berdasarkan Usia Ibu
Karakteristik responden berdasarkan usia ibu dibedakan menjadi tiga kelompok usia. Distribusi responden berdasarkan usia ibu dapat dilihat pada Tabel 5.4 di bawah ini :
Tabel 5.4. Distribusi FrekuensiUsia Ibu
Usia Jumlah Persentase
15 - 25 23 23,7
26 - 36 58 59,8
37 - 47 16 16,5
Total 97 100,0
Dari Tabel 5.4 didapatkan bahwa usia ibu terbanyak berada dalam kelompok usia 26-36 tahun, yaitu 58 orang (59,8%), sedangkan kelompok usia paling sedikit berada dalam kelompok usia 37-47 tahun, yaitu 16 orang (16,5%).
29
5.2.5. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dibedakan menjadi empat jenjang pendidikan, yaitu SD, SMP, SMA/SMK, dan S1.Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.5 di bawah ini :
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Ibu
Pendidikan Jumlah Persentase
SD 2 2,1
SMP 6 6,2
SMA/SMK 84 86,6
S1 5 5,1
Total 97 100,0
Dari Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir ibu paling banyak adalah jenjang SMA/SMK, yaitu 84 orang (86,6%), dan pendidikan terakhir ibu paling sedikit adalah SD, yaitu 2 orang (2,1%).
5.2.6. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu debedakan menjadi ibu rumah tangga, wiraswasta, dan guru.Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ibu dapat dilihat pada Tabel 5.6 di bawah ini :
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu
Pekerjaan Jumlah Persentase
Ibu Rumah Tangga 79 81,5
Wiraswasta 14 14,4
Guru 4 4,1
Total 97 100,0
30
Dari Tabel 5.6 didapatkan bahwa mayoritas pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga, yaitu 79 orang (81,5%), dengan minoritas pekerjaan ibu adalah guru, yaitu 4 orang (4,1%).
5.2.7. Karakteristik Responden berdasarkann Perilaku Pengasuhan
Karakteristik responden berdasarkan perilaku pengasuhan ibu dibedakan menjadi perilaku pengasuhan baik dan perilaku pengasuhan tidak baik.Distribusi responden berdasarkan perilaku pengasuhan dapat dilihat pada Tabel 5.7 di bawah ini:
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Perilaku Pengasuhan
Perilaku Pengasuhan Jumlah Persentase
Perilaku Pengasuhan Baik 67 69,1
Perilaku Pengasuhan Tidak Baik
30 30,9
Total 97 100,0
Dari Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa mayoritas responden menerapkan perilaku pengasuhan baik, yaitu 67 orang (69,1%), sedangkan responden yang menerapkan perilaku pengasuhan tidak baik terdapat 30 orang (30,9%).
5.2.8. Karakteristik Responden berdasarkan Kejadian Diare
Karakterisik responden berdasarkan kejadian diare dibedakan menjadi diare dan tidak diare (ISPA, Measles, dan demam). Distribusi responden berdasarkan kejadian diare dapat dilihat pada Tabel 5.8 di bawah ini :
31
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Kejadian Diare
Kejadian Jumlah Persentase
Diare 19 19,6
Tidak Diare 78 80,4
Total 97 100,0
Dari Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengalami tidak diare, yaitu 78 orang (80,4%), sedangkan yang mengalami diare terdapat 19 orang (19,6%).
5.3. Hasil Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara perilaku pengasuhan ibu terhadap terjadinya diare pada balita. Perilaku pengasuhan sendiri terdiri dari lima poin, yaitu : mencuci tangan, kebiasaan makan, penggunaan air, penggunaan jamban, dan pengelolaan sampah.
Untuk melihat hubungan perilaku pengasuhan dengan terjadinya diare akut pada balita dapat dilihat pada Tabel 5.9 di bawah ini :
Tabel 5.9. Hubungan antara Perilaku Pengasuhan Ibu dan Diare pada Balita
Perilaku Pengasuhan Diare
Kejadian
% Tidak Diare % Perilaku Pengasuhan Baik 0 0 67 69,1
Perilaku Pengasuhan Tidak Baik
19 19,6 11 11,3
Total 19 19,6 78 80,4
Dari Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa dari 19 orang responden yang balitanya mengalami diare, seluruhnya mendapat perilaku pengasuhan tidak baik, yaitu 19 orang (19,6%). Sedangkan dari 78 orang responden yang balitanya tidak mengalami diare, 67 orang (69,1%) mendapat perilaku pengasuhan baik dan 11 orang (11,3%) mendapat perilaku pengasuhan tidak baik.
32
Dari data yang didapatkan, dilakukan uji stastistik yaitu uji Fisher’s Exact Test (dalam hal ini uji Chi-Square tidak dapat digunakan karena terdapat nilai 0
pada hasil analisis data), untuk melihat hubungan antara perilaku pengasuhan dengan terjadinya diare. Dan didapatkan hasil seperti yang dipaparkan pada Tabel 5.10 di bawah ini :
Tabel 5.10. Hasil Analisis Hubungan Perilaku Pengasuhan dengan Diare
Variabel Diare Tidak
Diare Perilaku Pengasuhan Tidak Baik 19 11
Berdasarkan Tabel 5.10diperoleh nilai p value adalah 0,001. Hal ini berarti terdapat hubungan antara perilaku pengasuhan ibu terhadap terjadinya diare pada balita.
Perilaku pengasuhan mengandung lima kriteria, salah satunya adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dibedakan menjadi mencuci tangan dengan benar dan mencuci tangan dengan tidak benar yang dilihat berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden sesuai dengan yang tertera pada kuesioner. Untuk melihat hubungan perilaku mencuci tangan dengan terjadinya diare dapat dilihat pada Tabel 5.11 di bawah ini :
Tabel 5.11. Hubungan Perilaku Mencuci Tangan dengan Diare
Perilaku Mencuci Tangan Kejadian
33
mengalami diare. Sementara, dari 27 responden yang tidak mencuci tangan, terdapat 17 balita mengalami diare dan 10 balita tidak mengalami diare.
Perilaku pengasuhan mencakup perilaku kebiasaan makan, yang dibedakan menjadi kebiasaan makan benar dan kebiasaan makan tidak benar yang dilihat berdasarkan pertanyaan yang ditanyakan berdasarkan kuesioner. Untuk melihat hubungan perilaku kebiasaan makan dengan terjadinya diare dapat dilihat pada Tabel 5.12 di bawah ini :
Tabel 5.12.Hubungan Perilaku Kebiasaan Makan dengan Diare
Perilaku Kebiasaan Makan Kejadian
Diare % Tidak Diare % Benar 6 6,2 73 75,2 Tidak Benar 13 13,4 5 5,2 Total 19 19,6 78 80,4
Berdasarkan Tabel 5.12 didapatkan bahwa 19 balita yang mengalami diare, 13 diantaranya mempunyai perilaku kebiasaan makan yang tidak baik.
Perilaku pengguanaan air merupakan salah satu poin yang terdapat pada perilaku pengasuhan. Perilaku penggunaan air dibedakan menjadi perilaku pengguanaan air yang benar dan perilaku penggunaan air yang tidak benar berdasarkan data yang didapatkan melalui pertanyaan yang berada di kuesioner. Untuk melihat hubungan perilaku penggunaan air dengan terjadinya diare dapat dilihat pada Tabel 5.13 di bawah ini :
Tabel 5.13. Hubungan antara Perilaku Penggunan Air dengan Diare
Perilaku Penggunaan Air Diare
Kejadian
% Tidak Diare % Benar 7 7,2 69 71,1 Tidak Benar 12 12,4 9 9,3 Total 19 19,6 78 80,4
34
Dari Tabel 5.13 dapat dilihat bahwa dari 19 orang responden yang balitanya mengalami diare, terdapat 12 responden dengan perilaku penggunaan air yang tidak baik.
Penggunaan Jamban merupakan salah satu kriteria perilaku pengasuhan. Perilaku penggunaan jamban dibedakan menjadi penggunan jamban yang benar dan perilaku penggunaan jamban yang tidak benar. Hal ini disimpulkan dari pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan mengacu kepada pertanyaan pada kuesioner. Untuk melihat hubungan perilaku penggunaan jamban dengan terjadinya diare dapat dilihat pada Tabel 5.14 di bawah ini :
Tabel 5.14. Hubungan antara Perilaku Penggunaan Jamban dengan Diare
Perilaku Penggunaan Jamban
Diare
Kejadian
% Tidak Diare %
Benar 2 2,1 66 68,0
Tidak Benar 17 17,5 12 12,4
Total 19 19,6 78 80,4
Dari Tabel 5.14 diketahui bahwa dari 19 balita yang mengalami diare, 17 diantaranya mendapat perilaku penggunaan jamban yang tidak baik.
Perilaku pengasuhan mencakup perilaku pengelolaan sampah yang dibedakan menjadi perilaku pengelolaan jamban yang benar dan perilaku pengelolaan jamban yang tidak benar. Hal ini didapatkan berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden yang mengacu kepada kuesioner. Untuk melihat hubungan perilaku pengelolaan jamban dengan terjadinya diare dapat dilihat pada Tabel 5.15 di bawah ini :
35
Tabel 5.15. Hubungan antara Perilaku Pengelolaan Sampah dengan Diare
Perilaku Pengelolaan
Dari Tabel 5.15 dapat dilihat bahwa dari 19 orang responden yang balitanya mengalami diare, 16 responden mempunyai perilaku pengelolaan jamban yang tidak baik.
Berdasarkan data yang didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner tentang perilaku pengasuhan yang dilihat dari perilaku mencuci tangan, perilaku kebiasaan makan, perilaku penggunaan air, perilaku penggunaan jamban, dan perilaku pengelolaan sampah, dilakukan uji statistik untuk melihat hubungan yang terjadi antara poin-poin perilaku pengasuhan dengan terjadinya diare dapat dilihat pada Tabel 5.16 di bawah ini :
Tabel 5.16. Rekapitulasi Hasil Analisis Variabel Perilaku Pengasuhan dengan Diare
Variabel Diare Tidak p value PR (CI 95%)
Mencuci Tangan 0,001 22,037 (3,834-32,703)
Benar 2 68
Tidak Benar 17 10
Kebiasaan Makan 0,001 9,627 (4,334-26,287)
Benar 6 73
Tidak Benar 13 5
Penggunaan Air 0,001 6,206 (2,707-11,066)
Benar 7 69
Tidak Benar 12 9
Penggunaan Jamban 20,207 (3,380-30,008)
Benar 2 66 0,001
Tidak Benar 17 12
Pengelolaan Sampah 0,001 11,467 (2,670-17,182)
Benar 3 63
Tidak Benar 16 15
36
Berdasarkan Tabel 5.16 dapat kita lihat bahwa perilaku mencuci tangan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap terjadinya diare pada balita, dengan uji Chi-Square didapat p value 0,001 (<0,05) dengan CI 95%. Perilaku kebiasaan makan berdasarkan uji Fisher’s Exact Test (dalam hal ini uji Chi-Square tidak bisa digunakan karena terdapat 1 cells (25,0%) mempunyai nilai
harapan kurang dari 5) didapatkan p value adalah 0,001 (<0,05), hal ini berarti terdapat hubungan antara perilaku kebiasaan makan dengan terjadinya diare balita. Perilaku penggunaan air berdasarkan uji Fisher’s Exact Test (dalam hal ini uji Chi-Square tidak bisa digunakan karena terdapat 1 cells (25,0%) mempunyai nilai harapan kurang dari 5) didapatkan p value adalah 0,001 (<0,05), hal ini berarti terdapat hubungan antara perilaku penggunaan air dengan terjadinya diare pada balita. Perilaku penggunaan jamban memiliki hubungan dengan terjadinya diare pada balita berdasarkan uji Chi-Square dengan p value 0,001 (<0,05). Dan, perilaku pengelolaan sampah juga memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya diare pada balita berdasarkan uji Chi-Square dengan p value 0,001 (<0,05) dengan CI 95%.
5.4. Pembahasan
Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah di seluruh dunia karena mempunyai angka kematian yang tinggi, setiap lima anak yang mengalami diare, satu diantaranya bisa mengalami kematian, hampir dua juta anak di dunia meninggal setiap tahunnya karena diare (World Health Organization, 2012). Di Indonesia sendiri, diare memiliki angka insidensi yang tinggi yaitu 6,7% (Riskesdas, 2013). Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, tahun 2010 terjadi KLB diare pada 33 kecamatan di Indonesia dengan jumlah penderita 4204 orang dengan jumlah kematian sebanyak 73 orang (Kemenkes, 2011).
37
Diare merupakan suatu penyakit menular dengan penularan melalui fecal-oral, yaitu termakan atau terminumnya agen penyebab diare, proses penularan
diare dapat melalui tahapan seperti di bawah ini : (Shintamurniwaty, 2006). 1. Penderita diare dapat mengeluarkan kotoran (tinja atau muntahan) yang
mengandung agen penyebab diare.
2. Agen penyebab dapat ditularkan kepada orang lain atau dapat mencemari
air, makanan, minuman, juga lingkungan sekitar.
3. Air yang tercemar dipergunakan untuk keperluan sehari-hari, dan apabila proses pengolahan tidak baik, bisa terjadi diare.
4. Dan penderita diare yang baru ini degan cara yang sama akan menularkan lagi kepada orang lain di lingkungan sekitarnya.
Mata rantai penularan diare bisa diputuskan apabila setiap orang bisa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, hal ini diupayakan agar agen penyebab diare mati dan tidak menginfeksi orang lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 97 responden, 19 (19,6%) responden dengan balita mengalami diare dan 78 (80,4%) responden dengan balita tidak mengalami diare, dengan ibu menerapkan perilaku pengasuhan baik sebanyak 67 (69,1%) responden dan yang tidak menerapkan perilaku perilaku baik sebanyak 30 (30,9%) responden. Dengan rincian data antara kejadian diare dan perilaku pengasuhan sebagai berikut : tidak ada balita yang mengalami diare dengan perilaku pengasuhan baik, 67 (69,1%) balita tidak diare dengan perilaku pengasuhan baik, 11 (11,3%) balita tidak diare dengan perilaku pengasuhan tidak baik, dan 19 (19,6%) balita mengalami diare dengan perilaku pengasuhan tidak baik.
Berdasarkan uji Fisher’s Exact Test ( dalam hal ini uji Chi-Square tidak bisa digunakan karena terdapat nilai 0 pada data hasil penelitian) diperoleh nilai p (p value) dengan CI 95% adalah 0,001 (p > 0,05) yang berarti terdapat hubungan antara perilaku pengasuhan ibu terhadap terjadinya diare pada balita. Dimana perilaku pengasuhan ibu mencakup perilaku mencuci tangan, kebiasaan makan, penggunaan air, penggunaan jamban, dan pengelolaan sampah.
38
5.4.1. Hubungan Perilaku Mencuci Tangan dengan Terjadinya Diare pada Balita
Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan bahwa perilaku mencuci tangan mempunyai hubungan dengan terjadinya diare pada balita. Dari 19 balita yang diare, 17 diantaranya karena perilaku mencuci tangan yang tidak baik. Didapatkan dari hasil wawancara bahwa, kebanyakan ibu balita yang mengalami diare mencuci tangan pakai sabun hanya setelah mengganti popok dan setelah buang air besar, untuk kegiatan lain yang berhubungan dengan balita maupun tidak, seperti saat menghidangkan makanan, saat memberi makan balita, setelah buang air kecil, setelah memegang hewan, ataupun sebelum makan makanan berat dan makanan ringan, masih jarang bahkan tidak pernah mencuci tangan menggunakan sabun. Sementara, balita yang tidak mengalami diare, ibu balita didapatkan melalui wawancara selalu mencuci tangan dengan sabun pada setiap kegiatan, kecuali ketika hendak makan makanan ringan yang hanya dilakukan kadang-kadang.
Tangan merupakan bagian tubuh yang sangat berperan dalam segala bentuk kehidupan manusia, terutama makan, yang akan menghubungkan secara langsung ke dalam tubuh manusia, jika tangan dalam kondisi terkontaminasi kuman, maka kuman diluar tubuh akan dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum memberi anak makan, dan sebelum makan mempunyai dampak yang signifikan dalam menurunan kejadian diare hingga 47% (Kemenkes, 2011).
Hal yang sama didapatkan dalam penelitian lain, yaitu terdapat hubungan yang sangat signifikan antara mencuci tangan terhadap terjadinya diare, setidaknya ada beberapa penyakit yang bisa dicegah melalui mencuci tangan dengan sabun, yaitu diare, disentri, polimyelitis, thypoid, parathypoid, hepatitis A, ascariasis, dan trichuriasis ( Departement Technique Action Contre Ia FAIM Fr, 2007).
39
5.4.2. Hubungan Perilaku Kebiasaan Makan dengan Terjadinya Diare pada Balita
Dari hasil analisi data didapatkan bahwa perilaku kebiasaan makan memiliki hubungan dengan terjadinya diare, yaitu dengan p value adalah 0,001 (<0,05). Terdapat 13 balita yang mengalami diare karena kebiasaan makan yang tidak baik. Dari hasil wawancara dengan ibu balita, didapatkan bahwa sebagian besar ibu masih mengkonsumsi makanan yang terbuka di atas meja meski sudah satu jam. Kemudian, semua responden yang balitanya mengalami diare karena kebiasaan makan tidak baik, selalu memberi makan anak di luar rumah sambil berjalan-jalan di sekitar rumah, terutama sore hari. Berbeda dengan kelompok yang mempunyai kebiasaan makan dengan baik, hampir semua responden dengan kebiasaan makan dengan baik, tidak memperbolehkan balitanya untuk makan di luar rumah.
Penelitian yang dilakukan oleh Departement Technique Action Contre Ia FAIM Fr bahwa terdapat beberapa penyakit yang bisa dicegah dengan menjaga
makanan yang akan dimakan, yaitu diare, thypoid, parathypoid, dan hepatitis A. Pada penelitian lain disebutkan bahwa mencuci semua bahan makanan yang akan dimasak, mencuci semua peralatan masak dengan sabun dan air bersih, dan menutup makanan yang sudah di masak bisa mencegah terjadinya diare (UNICEF Liberia, 2012).
5.4.3. Hubungan Perilaku Penggunaan Air dengan Terjadinya Diare pada Balita
Perilaku penggunaan air memiliki hubungan dengan terjadinya diare berdasarkan p value adalah 0,001 (<0,05), terdapat 12 dari 19 balita yang mengalami diare karena penggunaan air yang tidak benar. Dari 12 responden tersebut setengahnya memakai air isi ulang tanpa dimasak lagi. Masih ada responden yang menggunakan air yang berubah warna selagi tidak berbau. Dan terdapat responden yang yang mempunyai sumur berjarak kurang dari 10 meter dari jamban yang digunakan.
40
Pada penelitian lain disebutkan penggunaan air bersih dalam rumah tangga juga bisa mencegah terjadinya diare, mengingat ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air, yaitu diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, dan penyakit mata (Kemenkes, 2011). Jadi, apabila air yang digunakan memenuhi syarat kualitas air, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan jarak antara pembuangan sampah dan pembuangan tinja minimal 10 meter dari sumber air. Hal ini akan mengurangi tercemarnya air dari bakteri patogen (Rahmah, 2007).
Penelitian lain dilakukan mendapatkan hasil bahwa sarana air yang berjarak kurang dari 10 meter dari sumber pembuangan tinja atau pembuangan sampah, tidak ada saluran pembuangan air, lantai yang mengitari sumber air, khususnya sumur tidak disemen atau adanya lantai yang mengitari sumur yang retak akan meningkatkan pencemaran agen patogen terhadap air. Hasil penelitian terhadap kualitas bakteriologis air bersih di Jakarta diperoleh sebanyak 24% air permukaan tercemar fecal coliform, dan hanya 3% dari air PDAM yang tercemar (Hannif et al., 2011)
5.4.4. Hubungan Perilaku Penggunaan Jamban dengan Terjadinya Diare pada Balita
Berdasarkan penelitian didapatkan 17 balita dari 19 balita yang mengalami diare mendapat perilaku pengasuhan tidak baik dari segi penggunaan jamban. Dan dari hasil analisis data didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan anatara penggunaan jamban dengan terjadinya diare (p value 0,001). Dari hasil wawancara dengan responden, terdapat delapan responden bermukim di pinggiran sungai, dan tiga diantaranya menggunakan jamban di pinggiran sungai. Terdapat responden yang menganggap bahwa tinja balita tidak terlalu mengkontaminasi sehingga dimanapun balita buang air besar di dalam rumah tidak dibersihkan dengan baik.
Hal ini sama dengan studi metaanalisis yang dilakukan terhadap beberapa negara, untuk Indonesia disebutkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara penggunaan jamban dengan terjadinya diare pada balita dengan risk ratio (CI 95%) 4,63 (3,25 – 6,59) (Gil et al., 2004).
41
Begitu juga dengan pembuangan tinja yang tidak baik dalam hal pembuatan jamban yang tidak benar, jamban berada di luar rumah, dan jarak jamban yang dekat dengan sumber air akan meningkatkan insisden terjadinya penyait menular, terutama diare (Rahmah, 2007).
Dari data beberapa negara disebutkan bahwa penggunaan jamban yang memenuhi syarat akan menurunkan risiko terjadinya diare, dimana syarat tersebut adalah : setiap keluarga memiliki jamban sendiri di dalam rumah, jamban harus berfungsi dengan baik, membersihkan jamban secara teratur, dan menggunakan alas kaki bila akan buang air besar (Kemenkes, 2011). Dan terdapat banyak penyakit yang bisa dicegah dengan penggunaan jamban yang baik, diantaranya hookworm, schistomiasis, leishmaniasis (Action FAIM, 2007).
5.4.5. Hubungan Perilaku Pengelolaan Sampah dengan Terjadinya Diare pada Balita
Dari hasil analisis data didapatkan bahwa p value antara pengelolaan sampah dan diare adalah 0,001 (<0,005), hal ini berarti terdapat hubungan antara pengelolaan sampah dengan terjadinya diare balita. Data dari penelitian mendapatkan 16 balita mengalami diare karena pengelolaan sampah yang tidak baik. Terdapat responden yang membiarkan sampah tertumpuk baru dikeluarkan dari rumah, sementara responden yang pengelolaan sampahnya baik membuang sampah sekali sehari dari dalam rumah. Hampir seluruh responden (97 orang) tidak membedakan sampah kering dan sampah basah. Terdapat 2 responden yang membuang sampah di sungai dan yang lain membuang sampah ke tempat pembuangan akhir atau dengan membakarnya sendiri. Responden yang membakar sampah sendiri biasa melakukannya setiap hari, paling lama dua atau tiga hari dibakar setelah dibiarkan menumpuk, dan yang membuang sampah ke tempat pembuangan sampah akhir biasanya membiarkannya di lingkungan rumah sampai pengangkut sampah datang.
Seperti yang dipaparkan oleh World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF), bahwa beberapa cara yang harus dilakukan untuk mengurangi kejadian diare adalah dengan membersihkan
42
lingkungan dan memberi motivasi kepada setiap komunitas, termasuk pengasuh balita untuk secara konsisten menerapkan perilaku pengasuhan hidup bersih dan sehat (WHO, 2009).
Dari penelitian yang dilakukan Siti Rahmah Tahun 2007, didapatkan bahwa pengelolaan sampah yang tidak baik dapat menyediakan tempat yang baik bagi agen dan vektor penyakit untuk berkembang biak, sehingga insiden penyakit, seperti diare bisa meningkat (Rahmah, 2007).
Pengelolaan sampah merupakan salah satu perilaku yang harus diperhatikan, karena apabila pengelolaan sampah baik, maka akan mengurangi insiden penyakit, termasuk diare. Sampah merupakan sumber berbagai penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dan sebagainya. Apabila pengelolaan sampah dilakukan dengan baik dengan menyediakan tempat sampah di dalam rumah, dikumpulkan dan dibuang setiap hari ke penampungan sampah maupun dibakar, maka akan mengurangi dan mematikan vektor sehingga vektor tidak sempat menularkan agen penyakit ke makanan dan minuman manusia (Kemenkes, 2011).
43
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Perilaku pengasuhan balita mempunyai hubungan yang signifikan terhadap terjadinya diare akut pada balita.
2. Perilaku pengasuhan ibu terhadap balita di Kecamatan Delitua pada umumnya baik, yaitu 67 (69,1%) responden.
3. Dari 30 (30,9%) responden dengan perilaku pengasuhan tidak baik, terdapat 19 (63,3%) responden dengan balita mengalami diare, dan 11 (36,7%) responden dnegan balita tidak mengalami diare.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku mencuci tangan
dengan diare pada balita.
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kebiasaan makan
dengan diare pada balita.
6. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku penggunaan air dengan diare pada balita.
7. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku penggunaan jamban dengan diare pada balita.
8. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku pengelolaan sampah dengan diare pada balita.
6.2. Saran
Dari penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut adalah :
1. Perlunya edukasi dan sosialisasi secara berkala, juga motivasi yang tinggi dari pusat pelayanan kesehatan, terutama tingkat primer bagi para ibu,
44
mengenai perilaku pengasuhan balita yang baik dan sesuai dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Perlunya kontrol yang teratur dari semua lini masyarakat terutama pihak pelayanan kesehatan terhadap kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare
2.1.1. Pengertian Diare
Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu “diarroi” yang artinya mengalir terus, yang merupakan keadaan abnormal dalam pengeluaran feses yang frekuensinya tinggi (Sinthamurniwaty, 2006). Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Menurut Ilmu Kesehatan Anak FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), diare berarti keadaan dimana buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, dimana untuk bayi berumur lebih dari satubulan dan anak, frekuensinya lebih dari tiga kali sehari (Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985).
Menurut Riskesdas diare adalah gangguan buang air besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir (Riskesdas, 2013).
Dapat disimpulkan bahwa, seseorang dikatakan diare apabila mendapat kondisi, seperti : peruahan konsistensi tinja menjadi lembek atau cair, frekuensi yang lebih atau sama dengan tiga kali sehari, dan disertai atau tidak dengan darah atau lendir.
2.1.2. Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia, terutama negara berkembang termasuk Indonesia. Semua anak yang berumur di bawah lima tahun pernah mengalami episode diare di dalam hidupnya. Dan, untuk anak di bawah lima tahun, diare adalah penyebab kematian kedua setelah pneumonia.
Berdasarkan Riskesdas 2013, menurut karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok umur yang paling tinggi menderita diare, wilayah tempat tinggal di kota atau di desa tidak banyak memberikan perbedaan terhadap
6
terjadinya diare, dan diare banyak didapatkan pada kalangan ekomoni rendah ke menengah (Riskesdas, 2011).
2.1.3. Klasifikasi
Berdasarkan episode terjadinya diare, diare dapat di klasifikasikan ke dalam empat kelompok. Seperti yang tertera pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.1. Klasifikasi Diare
2.1.4. Etiologi
Dengan kemajuan teknologi saat ini, khususnya di bidang laboratorium, kuman-kuman patogen telah diidentifikasi dari penderita diare yang datang ke sarana pelayanan kesehatan, untuk di negara berkembang, umumnya kuman patogen penyebab diare akut adalah Rotavirus, E.Coli, Shigella, Campylobacter jejuni, dan Cryptosporodium. Dan terdapat lebih kurang 25 jenis mikroorganisme
lainnya yang dapat menyebabkan diare pada anak, baik dari golongan bakteri, virus, dan parasit (Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi IDAI, 2009).
Diare
Diare akut Diare kronik Disentri Diare