• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kadar Logam Besi (Fe), Mangan (Mn) Dan Kadmium (Cd) Dari Sedimen (Padatan Total) Dan Air Sungai Lau Borus Aliran Lahar Dingin Gunung Sinabung Pasca Erupsi Gunung Sinabung Di Desa Guru Kinayan Kecamatan Naman Teran Kabupaten Tanah Karo Dengan Meto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kadar Logam Besi (Fe), Mangan (Mn) Dan Kadmium (Cd) Dari Sedimen (Padatan Total) Dan Air Sungai Lau Borus Aliran Lahar Dingin Gunung Sinabung Pasca Erupsi Gunung Sinabung Di Desa Guru Kinayan Kecamatan Naman Teran Kabupaten Tanah Karo Dengan Meto"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agusnar, H. 2007.Kimia Lingkungan. USU Press. Medan.

Alfial,Z. 2004.Analisis Kadar Fe dalam Minuman Ringan Kemasan Kaleng Dengan

Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Sains Kimia.Vol 8. No.1 ISSN: 0854-3054

Albert,D.S.2012.Pengaruh Variasi Tekanan Terhadap Konstanta Kisi Debu Vulkanik Gunung Sinabung. Skripsi Departemen Fisika USU.

Azwar, A.1996. Pengantar Kesehatan Lingkungan.Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta.

Chandra, B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta.

Darmono, B. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Khopkar, S. M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Palar, H. 2004. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Cetakan 2. Rineka Cipta.

Jakarta.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan 1. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Slamet, J.S. 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Standard Methods For the Examination of Water and Watewater . 1899. Fifteenth Edition. American Public Health Association 1015 Fiffteen Street NW

Washington, DC 20005.

Surbakti, P. 2011, Analisis Logam Berat Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Cromium

(5)

Sutrisno, C,T. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Wardhana, W. A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi. Yogyakarta.

Widowati, W. Astiana Sastiono. Rymond Jusuf Rumampuk. 2008. Efek Toksik

Logam. Andi. Yogyakarta.

Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Kadmium (Cd) dengan Spektrofotometri

Serapan Atom (SSA)-nyala. SNI 6989.16:2009

Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Mangan (Mn) dengan Spektrofotometri

Serapan Atom (SSA)-nyala. SNI 6989.2:2009

Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Besi (Fe) dengan Spektrofotometri Serapan

Atom (SSA)-nyala. SNI 6989.4:2009

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Mahkluk Hidup. Jakarta : UI Press

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta : UI Press

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Periran. Yogyakarta : Kanisius

Haswell, S. J. 1991. Atomic Absorption Spectrometry Theory, Design and

Application. Amsterdam : Elsevier.

Jovita, T M. 2003. Kandungan Logam Berat Pada Kerang Darah (Anadara

(6)

Montgomery, J. M. 1985. Water Treatment Principles and Design. New York : John

Wiley and Sons

Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga University Press

Mulyanto, H. R. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka Cipta

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sartono. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta : Widya medika

Underwood, D.A.1998.Analisa Kimia Kuantitatif.Jakarta. Erlangga

Wikipedia A, 2010, Gunung Berapi, (http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi)

diakses tanggal 29 maret 2015.

Wikipedia B, 2010.GunungSinabung(http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Sinabung)

di akses tanggal 02 Maret 2015.

Vogel, A.I.1994. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro.Edisi

(7)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan penelitian 3.1.1 Alat-alat penelitian

- Gelas Beaker Pyrex 1000 ml

- Gelas Beaker Pyrex 250 ml

- Gelas Ukur pyrex 100 ml

- Labu Takar Pyrex 50 ml

- Pipet Tetes

- Hotplate Cimarec

- Kertas Saring Whatman No 42

- Spektofotometer Serapan Atom (SSA) GBC AVANTA

VER.2.02

- Corong kaca

- Pipet Volume Fisherbrand 5mL

- Botol Aquadest

- Botol Sampel

- Bola Karet

- Neraca analitis AND

- Oven

- pH meter

(8)

3.1.2. Bahan-bahan penelitian

- Sampel Sedimen dan Air sungai desa Guru kinayan kec.Naman teran

- HNO3(p) p.a (E.Merck)

- Larutan Standar Fe 1000 mg/L p.a (E.Merck)

- Larutan Standar Mn 1000 mg/L p.a (E.Merck)

- Larutan Standar Cd 1000 mg/L p.a (E.Merck)

- Akuades.

3.2 Pesedur Penelitian

3.2.1. Metode Pengambilan sampel

Metode Pengambilan Sampel dilakukan dengan Metode Grab Sampel. Tititk titk

sampel diambil yaitu pada hulu dan hilir. Jarak antara hulu sungai dengan hilir sungai

yaitu ± 3 km. Sedimen dan Air diambil dengan menggunakan metode sederhana

dengan alat penampung plastik. Alat tersebut diturunkan ke dasar sungai yang

dalamnya sekitar 1 meter. Kemudian alat tersebut diangkat dan ditarik ke permukaan.

sampel yang diperoleh dimasukkan kedalam botol yg terbuat dari plastik. Selanjutnya

sampel dibawa ke laboratorium kimia LIDA USU. Kemudian diberi label dan tanda.

3.2.2. Pengawetan dan Preparasi Sampel

Sampel ditambahkan HNO3(p) sampai pH ± 4. Di pisahkan antara sampel sedimen

dengan sampel air. Yaitu dengan cara di saring menggunakan kertas saring whatman

no 42. Air yang tersaring di masukkan kedalam botol sampel dan diberi tanda dan

(9)

sampel Air diambil sebanyak 100 mL sampel kemudian dimasukkan ke dalam beaker

glass dan ditambahkan 5 mL HNO3(p). Dipanaskan sampai hampir kering, kemudian

ditambahkan 50 mL akuades dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL melalui

kertas saring. Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan diaduk sampai

homogen.

3.2.3. Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 100 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk Besi (Fe) 1000 mg/L dimasukkan kedalam labu takar

50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk

sampai homogen.

3.2.4. Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 10 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk standar 100 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50

mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai

homogen.

3.2.5. Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 1 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk standar 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai

homogen.

3.2.6. Pembuatan Larutan Seri Standar Besi (Fe) 0,0; 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8 mg/L Sebanyak 0; 10; 20; 30 dan 40 mL larutan standar Besi (Fe) 1 mg/L dimasukkan

kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis

tanda dan diaduk sampai homogen.

3.2.7. Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe)

Larutan seri standar Besi (Fe) 0,2 mg/L diukur dengan menggunakan

(10)

sebanyak tiga kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar 0,4; 0,6; 0,8,

1,0 mg/L dan blanko.

3.2.8. Pengukuran Kadar Besi (Fe) dalam Sampel

Absorbansi diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada �spesifik =

248,3 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap sampel

3.2.9. Pembuatan Larutan Standar Kadmium (Cd) 100 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk Kadmium (Cd) 1000mg/L dimasukkan kedalam labu

takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk

sampai homogen.

3.2.10. Pembuatan Larutan Standar Kadmium (Cd) 10 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan standar 100 mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu

diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai

homogen.

3.2.11. Pembuatan Larutan Standar Kadmium (Cd) 1 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan standar 10 mg/L di masukkan kedalam labu takar 50 mL lalu

di encerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk sampai

homogen.

3.2.12. Pembuatan Larutan Seri Standar Kadmium (Cd) 0,000; 0,001; 0,002; 0,003; 0,004 dan 0,005 mg/L

Sebanyak 0,00; 0,05; 0,10; 0,15; 0,20 dan 0,25 mL larutan standar Kadmium (Cd) 1

mg/L dimasukkan kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan

(11)

3.2.13. Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium (Cd)

Larutan seri standar Kadmium (Cd) 0.001 mg/L diukur absorbansinya dengan

menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada �spesifik = 228,8 nm.

Perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri

standar 0,002; 0,003; 0,004 dan 0,005 mg/L

3.2.14. Pengukuran Kadar Kadmium (Cd) dalam Sampel

Absorbansi diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada �spesifik =

228,8 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap sampel.

3.2.15. Pembuatan Larutan Standar Mangan (Mn) 100 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk Mangan (Mn) 1000 mg/L dimasukkan kedalam labu

takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk

sampai homogen.

3.2.17. Pembuatan Larutan Standar Mangan (Mn) 10 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk Mangan (Mn) 100 mg/L dimasukkan kedalam labu

takar 50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk

sampai homogen.

3.2.18. Pembuatan Larutan Standar Mangan (Mn) 1 mg/L

Sebanyak 5 mL larutan induk Mangan (Mn) 10 mg/L dimasukkan kedalam labu takar

50 mL lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda dan diaduk

sampai homogen.

3.2.19. Pembuatan Larutan Seri Standar Mangan (Mn) 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L

Dipipet sebanyak 0,0; 25 mL larutan standar Mangan 1 mg/L dan juga dipipet

sebanyak 7,5; 10 dan 12,5 mL larutan standar Mangan 10 mg/L kemudian di

(12)

3.2.20. Pembuatan Kurva Kalibrasi Mangan (Mn)

Larutan seri standar Mangan (Mn) 0,5 mg/L diukur dengan menggunakan

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada�spesifik = 279,5 nm. Perlakuan dilakukan

sebanyak tiga kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar 1,0; 1,5; 2,0,

(13)

3.2.21. Pengukuran Kadar Mangan (Mn) dalam Sampel

Absorbansi diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada �spesifik=

(14)

3.3 Bagan Penelitian

3.3.1 Pembuatan Larutan Seri Standar Besi (Fe)0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe)

(SNI 6989.4:2009)

Larutan Standar Besi 1000 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Besi kemudian dimasukkan

kedalam labu takar 50 mL.

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Besi 100 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Besi kemudian dimasukkan

kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Besi 10 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Besi kemudian dimasukkan

kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Besi 1 mg/L

Dipipet sebanyak 0;10; 20; 30 dan 40 mL larutan standar Besi

kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Larutan Seri Standar Besi 0,0; 0,2; 0,4; 0,6

dan 0,8 mg/L

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom

(15)

3.3.2. Pembuatan Larutan Seri Standar Kadmium (Cd) 0,000; 0,001; 0,002; 0,003; 0,004 dan 0,005 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium (Cd) (SNI 6989.16:2009)

Larutan Standar Kadmium 1000 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Kadmium kemudian di

masukkan kedalam labu takar 50 mL.

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Kadmium100 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar kadmium kemudian di

masukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Kadmium 10 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar kadmium kemudian di

masukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Kadmium 1 mg/L

Dipipet sebanyak 0,0; 0,05; 0,1; 0,15; 0,20 dan 0,25 mL larutan

standar Kadmium kemudian di masukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Larutan Seri Standar kadmium 0,0; 0,001;

0,002; 0,003; 0,004 dan 0,005 mg/L

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom

(SSA) dengan �spesifik = 228,8 nm

(16)

3.3.3. Pembuatan Larutan Seri Standar Mangan (Mn) 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 mg/L dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Mangan (Mn)

(SNI 6989.41:2005)

Larutan Standar Mangan 1000 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Mangan kemudian di

masukkan kedalam labu takar 50 mL.

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Mangan 100 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Mangan kemudian di

masukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Lrutan Standar Mangan 10 mg/L

Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar Mangan kemudian di

masukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akudes sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Larutan Standar Mangan 1 mg/L

Dipipet sebanyak 0,0; 25 mL larutan standar Mangan 1 mg/L dan

juga dipipet sebanyak 7,5; 10 dan 12,5 mL larutan standar Mangan

10 mg/L kemudian di masukkan kedalam labu takar 50 mL

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Diaduk hingga homogen

Larutan seri standar Mangan 0,5; 1,5;

2,0 dan 2,5 mg/L

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom

(SSA) dengan �spesifik = 279,5 nm

(17)

3.3.4. Pemisahan sampel sedimen dan sampel air.

Sampel Air sungai dan sedimen.

Disaring dengan kertas saring whatman no 44

(Residu) Sampel sedimen.

(Filtrat) Sampel air

(18)

3.3.5 Penentuan Kadar Unsur Besi (Fe) pada Sampel sedimen (Darmono,1995)

Dikeringkan 3 hari

Digerus

Dioven hingga suhu 105o C ± 6 jam

Ditimbang 1 gram

Ditambahkan 40 ml HNO3(P)

Dipanaskan hingga suhu 80o C hingga

HNO3(P)

menguap

Didinginkan

Diencerkan dengan aquades hingga

volume 100 ml

Disaring dengan kertas saring Whatman

no.42

Diukur pH 4

Dimasukkan kedalam labu takar 50 ml

hingga garis tanda.

Diukur absorbansinya dengan alat SSA

(19)

3.3.6 Penentuan Kadar Mangan (Mn) pada Sampel sedimen (Darmono,1995)

Dikeringkan 3 hari

Digerus

Dioven hingga suhu 105o C ± 6 jam

Ditimbang 1 gram

Ditambahkan 40 ml HNO3(P)

Dipanaskan hingga suhu 80o C hingga

HNO3(P)

menguap

Didinginkan

Diencerkan dengan aquades hingga

volume 100 ml

Disaring dengan kertas saring Whatman

no.42

Diukur pH 4

Dimasukkan kedalam labu takar 50 ml

hingga garis tanda.

Diukur absorbansinya dengan alat SSA

pada λspesifik 279,5 nm Sampel sedimen

(20)

3.3.7 Penentuan Kadar Kadmium (Cd) pada Sampel sedimen (Darmono,1995)

Dikeringkan 3 hari

Digerus

Dioven hingga suhu 105o C ± 6 jam

Ditimbang 1 gram

Ditambahkan 40 ml HNO3(P)

Dipanaskan hingga suhu 80o C hingga

HNO3(P)

menguap

Didinginkan

Diencerkan dengan aquades hingga

volume 100 ml

Disaring dengan kertas saring Whatman

no.42

Diukur pH 4

Dimasukkan kedalam labu takar 50 ml

hingga garis tanda.

Diukur absorbansinya dengan alat SSA

(21)

3.3.8. Penentuan Kadar Besi (Fe) pada Sampel Air (SNI 6989.4:2009)

Dimasukkan kedalam beaker glass 100 mL

Ditambahkan dengan 5 mL HNO3(p)

Dipanaskan perlahan diatas hotplate hingga sisa volume 15 mL

Ditambahkan dengan 50 mL akuades

Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL melalui kertas saring

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Dihomogenkan

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan atom

(SSA) pada �spesifik = 248,3 nm Sampel Air

(22)

3.3.8. Penentuan Kadar Mangan (Mn) pada Sampel Air (SNI 6989.41:2005)

Dimasukkan kedalam beaker glass 100 mL

Ditambahkan dengan 5 mL HNO3(p)

Dipanaskan perlahan diatas hotplate hingga sisa volume 15 mL

Ditambahkan dengan 50 mL akuades

Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL melalui kertas saring

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Dihomogenkan

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan atom

(SSA) pada �spesifik = 279,5 nm

Hasil

(23)

3.3.8. Penentuan Kadar Kadmium (Cd) pada Sampel Air (SNI 6989.16:2004)

Dimasukkan kedalam beaker glass 100 mL

Ditambahkan dengan 5 mL HNO3(p)

Dipanaskan perlahan diatas hotplate hingga sisa volume 15 mL

Ditambahkan dengan 50 mL akuades

Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL melalui kertas saring

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Dihomogenkan

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan atom

(SSA) pada �spesifik = 228,8 nm

Hasil

(24)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Logam Besi (Fe)

Pada pengukuran Logam Besi (Fe) dengan menggunakan alat Spektrofotometer

Serapan Atom (SSA) komdisi alat dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Kondisi alat Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) merk GBC AVANTA VER. 2.02

No Parameter Logam Besi (Fe)

1 Panjang gelombang 248.3

2 Tipe nyala Udara-C2H2

3 Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) 1.20

4 Kecepatan aliran udara (L/min) 10.0

5 Workhead height (mm) 8,0

6 Workhead centre (mm) -1,3

Pembuatan kurva larutan standar unsur Besi (Fe) dilakukan dengan menyiapkan

larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,0000; 0,3000;

0,6000; 0,9000; 1,2000; 1,5000; dan 1,8000 mg/L, kemudian diukur absorbansinya

dengan alat SSA. Data absorbansi untuk larutan standar Besi (Fe) dapat dilihat pada

(25)

Tabel 4.2. Data absorbansi larutan standar Besi (Fe)

Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata – Rata (Ā)

0,0000 0,0002

Gambar 4.1. Kurva Larutan Standar Logam Besi (Fe) 0,00

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00

(26)

4.1.2. Pengolahan Data Logam Besi (Fe)

4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi Dengan Metode Least Square Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam Besi (Fe) pada tabel 4.2. di

plotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva berupa garis linear. Persamaan

garis regresi untuk kurva ini dapat diturunkan dengan metode Least Square dengan

data pada tabe 4.3

Tabel 4.3 Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi Logam Besi (Fe) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan standar Besi (Fe)

No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y)

1 0.0000 0.0002 -5.5714 -0.1212 31.0408 1.468x10-2 0.6751

2 1.0000 0.0265 -4.5714 -0.0949 20.8980 9.001x10-3 0.4338

3 3.0000 0.0782 -2.5714 -0.0432 6.6122 1.86x10-3 0.1110

4 5.0000 0.1146 -0.5714 -0.0068 0.3265 4.59x10-5 0.0039

5 7.0000 0.1526 1.4286 0.0312 2.0408 9.75x10-4 0.0446

6 10.0000 0.2094 4.4286 0.0880 19.6122 7.74x10-3 0.3898

7 13.0000 0.2681 7.4286 0.1467 55.1837 2.15x10-2 1.0900

(27)

�= ∑�� = 39.000

7 =5.5714

�= ∑��

� = 0.8496

7 =0.1214

Persamaan garis regresi untuk kurva dapat di turunkan dari persamaan garis :

�= ��+�

Dimana :

a = slope

b = intersept

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square

sebagai berikut :

� = ∑(�� − �)(�� − �)

∑(�� − �)2

�= � − ��

Dengan mensubstitusikan harga – harga yang tercantum pada tabel 4.2 pada

persamaan di atas maka diperoleh :

� = 2.7481

135.7143 =0.02025

b = 0,1214– (0,02025 x 5,5714)

= 0,1214−0,1128

= 0,0086

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah :

(28)

4.1.2.2. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut

:

�= ∑(�� − �)(�� − �) [∑(�� − �)2 (�� − �)2]½

�= 2,7481

[(135,7143)(0,0558)]½

�= 2,7481

[7,5728]½

�= 2,7481

2,7518

�= 0,9986

4.1.2.3. Penentuan Konsentrasi logam Besi (Fe)

Untuk menghitung konsentrasi dari logam Besi (Fe), maka diambil data hasil

pengukuran absorbansi logam Besi (Fe) dalam air sungai dan sedimen (padatan total)

(29)

Tabel 4.4. Data Absorbansi Logam Besi (Fe) dalam Sampel Yang diukur Sebanyak 3 kali pada sampel tanggal 26 mei

No Sampel Lokasi sampel

Absorbansi Absorbansi rata rata (Ā) A1 A2 A3

1 Air sungai Hulu sungai 0,0428 0,0430 0,0425 0,0427

Hilir sungai 0,0662 0,0665 0,0663 0,0663

2 Endapan

(padatan total)

Hulu sungai 0,1425 0,1428 0,1430 0,1427

Hilir sungai 0,1840 0,1840 0,1840 0,1840

Konsentrasi logam Besi (Fe) dalam sampel dapat di ukur dengan mensubstitusikan

nilai Y (absorbansi) logam Besi (Fe) ke persamaan :

(30)

Tabel 4.5. Analisis data statistik penentuan konsentrasi Logam Besi (Fe) dari air hulu sungai lau borus.

No Xi (Xi-X)2

1 1,6930 2,6678x10-6

2 1,7029 1,3308x 10-4

3 1,6782 1,7336x 10-4

∑ 5,0741

N X = 1,6913 ∑ (Xi-X)2 = 3,0904x 10-4

�� =�∑ (Xi−X)

2

� −1

=�3,0904 �10

−4

2

= 0,015

Konsentrasi Logam Besi (Fe) dari hulu sungai lau Borus kecamatan naman teran

=� ±��

(31)

Tabel 4.6. Analisis data statistik penentuan konsentrasi Logam Besi (Fe) air dari hilir sungai lau borus.

No Xi (Xi-X)2

Konsentrasi Logam Besi (Fe) dari hilir sungai lau Borus kecamatan naman teran

=� ±��

= 2,8580 ± 0,0075 (mg/L)

Tabel 4.7. hasil penentuan kadar logam Besi (Fe) dari air sungai Lau Borus No jenis Konsentrasi sampel Jumlah kadar

(32)
(33)

4.1.3. Logam Mangan (Mn)

Pada pengukuran Logam Mangan (Mn) dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) komdisi alat dapat dilihat pada tabel 4.xx

Tabel 4.8. Kondisi alat Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) merk GBC AVANTA VER. 2.02

No Parameter Logam Mangan(Mn)

1 Panjang gelombang 279.5

2 Tipe nyala Udara-C2H2

3 Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) 1.02

4 Kecepatan aliran udara (L/min) 10.0

5 Workhead height (mm) 8,0

6 Workhead centre (mm) -1,3

Pembuatan kurva larutan standar Logam Mangan (Mn) dilakukan dengan

menyiapkan larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran

0,0000; 0,2000; 0,4000; 0,6000; 8000; 1,0000 dan 1,2000 mg/L, kemudian diukur

absorbansinya dengan alat SSA (kondisi alat pada lampiran 2). Data absorbansi untuk

(34)

Tabel 4.9. Data absorbansi larutan standar Mangan (Mn)

Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata – Rata (Ā)

0.0000 0.0002

Gambar 4.2. Kurva Larutan Standar logam Mangan (Mn)

4.1.4. Pengolahan Data Unsur Mangan (Mn)

4.1.4.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar Logam Mangan (Mn) pada Tabel

y =0,1973x + 0,0876

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40

(35)

Persamaan garis regresi untuk kurva ini dapat diturunkan dengan metode Least

Square dengan data pada tabel 4.6

Tabel 4.10. Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi Logam Mangan (Mn) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan standar Mangan (Mn)

(36)

Persamaan garis regresi untuk kurva dapat di turunkan dari persamaan garis :

�= ��+�

Dimana :

a = slope

b = intersept

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square

sebagai berikut :

� = ∑(�� − �)(�� − �)

∑(�� − �)2

�= � − ��

Dengan mensubstitusikan harga – harga yang tercantum pada tabel 4.6. pada

persamaan di atas maka diperoleh :

� =0,2210

1,1200= 0,1973

b = 0,2060– (0,1973 x 0,6000)

= 0,2060−0,1184

= 0,0876

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah :

�= 0,1973�+ 0,0876

4.1.4.2. Koefisien Korelasi

(37)

�= ∑(�� − �)(�� − �)

4.1.4.3. Penentuan Konsentrasi logam Mangan (Mn)

Untuk menghitung konsentrasi dari unsur Mangan (Mn), maka diambil data hasil

pengukuran absorbansi unsur Mangan (Mn) dalam air sumur bor. Data selengkapnya

pada tabel 4.7

Tabel 4.11. Data Absorbansi Logam Mangan (Mn) dalam Sampel Yang diukur Sebanyak 3 kali

No Sampel Lokasi sampel

Absorbansi Absorbansi rata rata (Ā)

Konsentrasi unsur Mangan (Mn) dalam sampel dapat diukur dengan

(38)

(39)

Tabel 4.12. Analisis data statistik penentuan konsentrasi Logam Mangan (Mn) dari air hulu sungai lau borus.

No Xi (Xi-X)2

1 0,4446 2,77 x 10-8

2 0,4593 2,21x 10-4

3 0,4294 2,22x 10-4

∑ 1,3333

n X = 0,4444 ∑ (Xi-X)2 = 447x10-4

�� =�∑ (Xi−X)

2

� −1

=�447x10

−4

2

= 0,02

Konsentrasi Logam Besi (Fe) dari hulu sungai lau Borus kecamatan naman teran

=� ±��

= 0,4444 ± 0,02(mg/L)

Tabel 4.13. Analisis data statistik penentuan konsentrasi Logam Mangan (Mn) dari air hilir sungai lau borus.

No Xi (Xi-X)2

1 0,5411 5.37x 10-7

2 0,5380 5,6x 10-6

(40)

∑ 1,6211

Konsentrasi Logam Mangan (Mn) dari hulu sungai lau Borus kecamatan naman teran

=� ±��

= 0,5403 ± 0,0044 (mg/L)

Tabel 4.14 Hasil penentuan kadar logam Mangan (Mn) dari air sungai Lau Borus

No jenis Konsentrasi sampel Jumlah kadar

(41)

4.1.5. Logam Kadmium (Cd)

Pada pengukuran Logam Kadmium (Cd) dengan menggunakan alat Spektrofotometer

Serapan Atom (SSA) komdisi alat dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.15. Kondisi alat Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) merk GBC AVANTA VER. 2.02

No Parameter Logam Kadmium (Cd)

1 Panjang gelombang 228.8

2 Tipe nyala Udara-C2H2

3 Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) 1.10

4 Kecepatan aliran udara (L/min) 10.0

5 Workhead height (mm) 8,0

6 Workhead centre (mm) -1,3

Pembuatan kurva larutan standar Logam Kadmium (Cd) dilakukan dengan

menyiapkan larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran

0,0000; 0,0200; 0,0400; 0,0600; 0,0800 dan 0,1000 mg/L, kemudian diukur

absorbansinya dengan alat SSA. Data absorbansi untuk larutan standar Kadmium

(Cd) dapat dilihat pada tabel 4.13. di bawah ini.

Tabel 4.16. Data absorbansi larutan standar Kadmium (Cd)

Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata – Rata (Ā)

0.0000 0.0003

0.0200 0.0134

0.0400 0.0324

0.0600 0.0480

0.0800 0.0650

(42)

Gambar 4.3. Kurva larutan standar Kadmium (Cd)

4.1.5. Pengolahan Data Logam Kadmium (Cd)

4.1.5.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar Logam Kadmium (Cd) pada Tabel

4.17. diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva berupa garis linier.

Persamaan garis regresi untuk kurva ini dapat diturunkan dengan metode Least

Square dengan data pada tabel 4.18.

y = 0.8157x - 0.0006

0,000 0,020 0,040 0,060 0,080 0,100 0,120

(43)

Tabel 4.17. Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi Logam (Cd) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan standar Kadmium (Cd)

Persamaan garis regresi untuk kurva dapat di turunkan dari persamaan garis :

�= ��+�

Dimana :

a = slope

b = intersept

Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square

sebagai berikut :

� = ∑(�� − �)(�� − �)

∑(�� − �)2

(44)

Dengan mensubstitusikan harga – harga yang tercantum pada tabel 4.14. pada

persamaan di atas maka diperoleh :

� =5,71� 10

−3

0,007 = 0,8157

b = 0,0401 – (0,8157 x 0,05)

= 0,0401−0,0407

=−0,0006

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah :

�= 0,8157� −0,0006

4.1.5.2. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut

:

�= ∑(�� − �)(�� − �) [∑(�� − �)2 ∑(�� − �)2]½

�= 5,71�10

−3

[(0,007)(4,671�10−3)]½

�= 5,71�10

−3

[3,269�10−5]½

�= 5,71�10

−3

5,718�10−3

(45)

Untuk menghitung konsentrasi logam Kadmium (Cd), maka diambil data hasil

pengukuran absorbansi logam Kadmium (Cd) dalam air sungai dan sedimen (padatan

total) Data selengkapnya pada tabel 4.19

Tabel 4.18. Data Absorbansi Logam Kadmium (Cd) dalam Sampel Yang diukur Sebanyak 3 kali pada sampel tanggal 26 mei

No Sampel Lokasi sampel

Absorbansi Absorbansi rata rata (Ā) A1 A2 A3

1 Air sungai Hulu sungai 0,0121 0,0124 0,0125 0,0123

Hilir sungai 0,0135 0,0134 0,0136 0,0135

2 Endapan

(padatan total)

Hulu sungai 0,1425 0,1428 0,1430 0,1427

Hilir sungai 0,1522 0,1520 0,1523 0,0521

Konsentrasi Logam Kadmium (Cd) dalam sampel dapat di ukur dengan

mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) Kadmium (Cd) ke persamaan :

(46)

Tabel 4.19. Analisis data statistik penentuan konsentrasi Logam Kadmium (Cd) dari air hulu sungai lau borus.

No Xi (Xi-X)2

1 0,0155 5,377x10-7

2 0,0159 5,60x 10-6

3 0,0160 2,667x 10-6

∑ 1,6211

n X = 0,5404 ∑ (Xi-X)2 = 8,80x 10-6

�� =�∑ (Xi−X)

2

� −1

=�8,80 �10

−6

2

= 0,004

Konsentrasi Logam Kadmium (Cd) dari hulu sungai lau Borus kecamatan naman teran =� ±��

(47)

Tabel 4.20. Analisis data statistik penentuan konsentrasi Logam Kadmium (Cd) dari air hilir sungai lau borus.

No Xi (Xi-X)2

1 0,0173 0

2 0,0172 1x 10-8

3 0,0174 1x 10-8

∑ 0,0519

n X = 0,0173 ∑ (Xi-X)2 = 2x 10-8

�� =�∑ (Xi−X)

2

� −1

=�2 �10

−8

2

= 0,0001

Konsentrasi Logam Kadmium (Cd) dari hulu sungai lau Borus kecamatan naman teran =� ±��

(48)

Tabel 4.21. Hasil penentuan kadar logam Kadmium (Cd) dari air sungai Lau Borus

No jenis Konsentrasi sampel Jumlah kadar

1 Air Hulu Hilir Hulu Hilir

0,0155 0,0173 0,0158 ±0,004 (mg/L)

0,0173 ±0,0001

(mg/L) 0,0159 0,0172

0,0160 0,0174 2 Sedimen Hulu Hilir

0,1754 0,1873 0,1756 ±0,005 (mg/L)

0,1872 ±0,0004

(mg/L) 0,1757 0,1870

(49)

Tabel 4.22. Hasil penentuan konsentrasi Logam Besi (Fe) , Mangan (Mn), dan Kadmium (Cd) dalam Sampel air

Jenis logam : titik lokasi Fe

Tabel 4.23. Hasil penentuan konsentrasi Logam Besi (Fe) , Mangan (Mn), dan Kadmium (Cd) dalam Sampel sedimen

Jenis logam : titik lokasi Fe

Tabel 4.24. Hasil penentuan konsentrasi Logam Besi (Fe) , Mangan (Mn), dan Kadmium (Cd) dalam Sampel total .

Jenis logam : titik lokasi Fe

(50)

4.2. Pembahasan.

Pencemaran air sungai khusus yang disebabkan oleh komponen – komponen

anorganik yang berasal dari Bencana alam (Natural Desaster) seperti gunung

meletus/erupsi dan kebanjiran diantaranya melepaskan berbagai logam berat

berbahaya.

Penentuan kadar logam Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Kadmium (Cd) dalam air

sungai dan sedimen (Padatan Total) dari air sungai Lau Borus kecamatan Naman

teran aliran lahar dingin gunung sinabung. dilakukan dengan mengasamkan sampel

dengan HNO3 dan diukur pH. kemudian disaring dan dipisahkan antara sampel

terlarut yaitu filtrat dengan sampel tidak larut (padatan total) yaitu residu.kemudian

sampel di destruksi dengan HNO3(p). kemudian diukur nilai absorbansi dan

konsentrasi dari sampel tersebut menggunakan alat spektrofotometer serapan atom

pada panjang gelombang (λ) untuk Besi (Fe) λspesifik 248,3 nm, Mangan (Mn), λspesifik 279,5 nm dan Kadmium (Cd) λspesifik 228,8 nm.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kadar logam Besi (Fe), Mangan (Mn) dan

Kadmium (Cd) pada Daerah Hilir sungai lebih tinggi dibandingkan dengan kadar

logam pada Daerah Hulu sungai yaitu kadar Logam besi (Fe) sebesar 1,6913 mg/L,

logam Mangan (Mn) sebesar 0,4444 mg/L, dan Kadmium sebesar 0,0158 mg/L untuk

air dan logam besi (Fe) sebesar 6,6362 mg/L, logam Mangan (Mn) sebesar 0,7933

mg/L, dan Kadmium sebesar 0,1756 mg/L untuk sampel sedimen.

Pada daerah hilir sungai memiliki kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kadar logam daerah hulu. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh aliran air sungai

yang dapat membuat logam logam dari lahar dingin gunung sinabung melarut serta

tingginya debet air pada daerah hilir dapat mempercepat terjadinya pelarutan dalam

lahar dingin yang dibawa dari hulu atau sumber erupsi. Abu vulkanik yang di

(51)

yang dapat dilihat pula ialah daerah hulu yang merupakan titik yang lebih dekat

dengan sumber erupsi memiliki aliran yang lambat dan tidak terjadi pengenceran

serta teralirkan sehingga mineral mineral yang dikeluarkan dalam lahar dingin

tersebut tidak sampai masuk kedalam badan air secara maksimal sehingga dengan

adanya aliran arus sungai maka logam logam akan terakumulasi di daerah hilir

sungai.

Sementara untuk sedimen karena sulit untuk terlarut didalam air, pergerakan air

sangat mempengaruhi banyaknya jumlah logam didalam badan air. Disamping itu

sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan massa air yang akan melarutkan

kembali logam yang terkandung di dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber

pencemar potensial dalam skala waktu tertentu yang panjang.

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa air sungai Lau Borus tersebut

sudah tercemar. Yaitu kadarnya telah melewati ambang batas normal berdasarkan PP

No 82 tahun 2001 untuk semua golongan air pada semua lokasi baik di hulu maupun

di hilir sungai tersebut dimana kadar logam yang di perbolehkan yaitu untuk logam

Besi (Fe) 0,3 mg/L, logam Mangan (Mn) 0,1 mg/L,dan Kadmium (Cd) 0,01 mg/L.

sementara untuk kadar logam yang ada dalam sedimen (padatan total) parameter baku mutu tidak secara khusus di terbitkan oleh instansi pemerintah, sehingga tidak

ada patokan secara khusus yang penulis dapatkan untuk membandingkan apakah

(52)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian dan analisis data yang telah dilakukan pada air sungai dan sedimen

(padatan total) sungai Lau Borus yang berasal dari aliran lahar dingin gunung

sinabung pasca erupsi diperoleh kadar logam Besi (Fe) 1,6913 mg/L, Mangan (Mn)

0,444 mg/L,dan Kadmium (Cd) 0,0158 mg/L untuk air pada daerah hulu sungai. dan

logam Besi (Fe) 2,8580 mg/L, Mangan (Mn) 0,5403 mg/L,dan Kadmium (Cd) 0,0173

mg/L untuk air pada daerah hilir sungai, kemudian kadar logam Besi (Fe) 6,6362

mg/L, Mangan (Mn) 0,7933 mg/L,dan Kadmium (Cd) 0,1756 mg/L untuk sedimen

pada daerah hulu sungai. dan logam Besi (Fe) 8,683 mg/L, Mangan (Mn) 1,062

mg/L,dan Kadmium (Cd) 0,1872 mg/L untuk sedimen pada daerah hilir sungai,

dimana pada konsentrasi Besi (Fe) Mangan (Mn) dan Kadmium (Cd) pada sampel air

di hulu maupun di hilir melewati ambang batas maksimal untuk kualitas air.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 82 Tahun 2001. Sedangkan untuk sedimen (Padatan total) konsentrasi logam beratnya tidak memiliki ambang batas

yang di keluarkan oleh pemerintah atau standar nasional (SNI) sehingga tingkat

(53)

5.2. Saran

- Air sungai Lau Borus yang merupakan aliran lahar dingin Gunung sinabung

telah tercemar logam berat Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Kadmium (Cd) yang

berada di atas ambang batas kualitas air berdasarkan Peraturan Pemerintah

(PP) No 82 Tahun 2001.

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kandungan logam berat lain

seperti Raksa (Hg), Arsen (As), Plumb (Pb) akibat debu erupsi gunung

sinabung pada beberapa sungai yang berada di kaki gunung sinabung.

- Perlu adanya Standart Nasional Indonesia (SNI) atau peraturan pemerintah

secara resmi untuk menentukan kadar logam dalam sedimen

(54)

-BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gunung Berapi.

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat di defenisikan

sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang

memanjang dari kedalaman sekitar 10 km dibawah permukaan bumi sampai

kepermukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan

pada saat gunung meletus. Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk

menamai fenomena pembentukan. Ice volcanoes atau gunung api es dan mud

volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang

mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di

daerah kuwu, grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai bledug kuwu.

Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang

paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur cincin api

pasifik (pacific ring of fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergesernya

antara dua lempengan tektonik. Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjafi

separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati.

Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum

berubah menjadi aktif kembali. Oleh karena itu, sulit untuk menentukan keadaan

sebenarnya dari suatu gunung berapi itu. Apakah gunung berapi itu berada dalam

keadaan istirahat atau telah mati.

Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar

magma di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain

daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan oleh berbagai cara

seperti berikut:

• Aliran lava

(55)

• Aliran lumpur

2.1.1 Klasifikasi Gunung Berapi di Indonesia

Kalanagan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung merapi kedalam 3 tipe

berdasarkan catatan sejarah letusan erupsinya.

Gunung api tipe A

Gunung berapi yang tercatat pernah mengalami erupsi magnetic sekurang kurangnya

satu kali sesudah tahun 1600.

Gunung api tipe B

Gunung berapi yang sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi

magmatik namun masih memeperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan

sofatara.

Gunung api tipe C

Gunung berapi yang sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun

masih terdapat tanda tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola

pada tingkat lemah. (Albert,2012).

2.2. Erupsi gunung Merapi

Pada tanggal 13 februari 2014, gunung kelud meletus. Gunung yang terletak di perbatasan antara kabupaten Kediri, kabupaten Blitar, dan kabupaten Malang telah

berstatus siaga sejak 2 februari 2014 dan ditingkatkan statusnya menjadi waspada 8

hari kemudian. Letusan yang sangat besar menimbulkan suara yang terdengar hingga

radius puluhan kilometer. Walaupun saat ini aktivitasnya cenderung turun, namun

(56)

Bencana yang sama sebelumnya juga terjadi di Gunung Sinabung pada 2013

lalu. Letusannya melepaskan awan panas dan abu vulkanik yang menjangkau

kawasan sibolangit dan berastagi. Guguran lava pijar dan semburan awan panas

masih terus dihasilkan sampai 3 januari 2014 dan hingga kini rentetan gempa,

letusan, dan luncuran awan panas masih terjadi secara terus menerus. Sampai saat ini,

letusan kecil masih terjadi di gunung sinabung mencapai kota Medan yang jaraknya

sekitar 30 km dari pusat letusan. Korban jiwa pun berjatuhan, terutama akibat terkena

sapuan awan panas, yang mencapai 17 orang. (Suryani,2014)

Debu vulkanik terdiri dari partikel-partikel batuan vulkanik terfragmentasi. Hal ini

terbentuk selama ledakan gunung berapi, dari longsoran panas batuan yang mengalir

menuruni sisi gunung berapi, atau dari merah-panas cair lava semprot. Debu

bervariasi dalam penampilan tergantung pada jenis gunung berapi dan bentuk letusan

(Wikipedia B,2010).

2.3. Tinjauan umum tentang Air. 2.3.1. Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi

agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makluk hidup yang

lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana,

dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi

mendatang. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi

kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat

dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri,

domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain

(57)

Air merupakan senyawa yang paling melimpah di permukaan bumi. Sifat-sifat

dari air memiliki pengaruh yang berarti untuk penyediaan air, kualitas air dan teknik

pengolahan air (Montgomery, 1985).

Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan

air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Tidak akan

ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air. Air yang relatif bersih

didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari – hari, untuk keperluan

industri, untuk keperluan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian, dan lain

sebagainya.

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama

dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini

menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam –

macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga,

limbah dari kegiatan industri dan kegiatan – kegiatan lainnya.

Untuk mendapatkan standar air yang bersih tidaklah mudah, karena

tergantung pada banyak faktor penentu. Faktor penentu tersebut adalah:

1) Kegunaan air:

a) Air untuk minum

b) Air untuk keperluan rumah tangga

c) Air untuk industri

d) Air untuk mengairi sawah

e) Air untuk kolam perikanan, dll.

2) Asal sumber air:

a) Air dari mata air di pegunungan

b) Air danau

c) Air sungai

(58)

Air yang ada di bumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih,

tetapi selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut di dalamnya. Hal ini

tidak berarti bahwa semua air di bumi telah tercemar. Sebagai contoh, air yang di

ambil dari mata air di pegunungan dan air hujan. Keduanya dapat dianggap sebagai

yang bersih, namun senyawa atau mineral (unsur) yang terdapat didalamnya berlainan

(Wardhana, 2004).

2.3.2 Penggolongan Air

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi

beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut

peruntukannya adalah sebagai berikut :

1) Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu

2) Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum

3) Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan

4) Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha

di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi, 2003).

2.3.3 Macam dan Sumber Air

Jika membicarakan tentang macam air yang dikaitkan dengan sumber atau

asalnya, maka air dapat dibedakan atas :

1) Air hujan, embun ataupun salju, yakni air yang didapat dari angkasa, karena

terjadinya proses presipitasi dari awan, atmosfir yang mengandung uap air

2) Air permukaan tanah, dapat berupa air tergenang atau air yang mengalir,

(59)

3) Air dalam tanah, yakni air permukaan tanah yang meresap ke dalam tanah,

jadi telah mengalami penyaringan oleh tanah ataupun batu-batuan. Air dalam

tanah ini sekali waktu juga akan menjadi air permukaan, yakni dengan

mengalirnya air tersebut menuju ke laut.

Ditinjau dari segi kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu memenuhi

syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan untuk dicemari.

Embun, air hujan atau salju misalnya, yang berasal dari angkasa, ketika turun ke bumi

dapat menyerap abu, gas ataupun materi-materi berbahaya lainnya. Demikian pula air

permukaan, karena dapat terkontaminasi dengan berbagai zat-zat berbahaya untuk

kesehatan. Air dalam tanah demikian pula halnya, karena sekalipun telah terjadi

proses penyaringan, namun tetap saja ada kemungkinan terkontaminasi dengan

zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin membahayakan kesehatan. Adapun

perbandingan antara ketiga macam air tersebut sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbandingan antara embun, air hujan, dan salju, air permukaan tanah, dan

air tanah dalam

Embun, air hujan dan

salju

Air permukaan tanah Air dalam tanah

Pada umumnya jika belum

terkontaminasi air bersifat

bersih, steril, murni, hanya

saja mudah merusak

dan zat kimia, kaya akan

O2, CO2 serta mengandung

bersih, bebas dari bakteri.

Hanya saja kemungkinan

mengandung zat mineral

cukup besar, karena itu

sering berwarna, berbau

dan mempunyai rasa

yang tidak nyaman

(60)

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber

yang bersih dan aman. Batasan – batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut,

antara lain :

1) Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

2) Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

3) Tidak berasa dan berbau

4) Dapat dipergunakan untuk mencakupi kebutuhan domestik dan rumah tangga

5) Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI.

Air dikatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan – bahan kimia

yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri (Chandra, 2005).

2.4. Logam

Dalam kehidupan sehari – hari, kita tidak terpisah dari benda – benda yang bersifat

logam. Benda ini kita gunakan sebagai alat perlengkapan rumah tangga seperti

sendok, garpu, pisau dan lain – lain (logam biasa), sampai pada tingkat perhiasan

mewah yang tidak dapat dimiliki oleh semua orang seperti emas, perak, dan lain –

lain (logam mulia). Secara gamblang, dalam konotasi kesehatan kita beranggapan

bahwa logam diidentikkan dengan besi, padat, berat, keras dan sulit dibentuk.

Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria – kriteria yang

sama dengan logam – logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang

dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme

hidup.

Sebagai contoh, bila unsur logam besi (Fe) masuk ke dalam tubuh, meski

dalam jumlah yang agak berlebihan, biasanya tidaklah menimbulkan pengaruh yang

(61)

tenbaga (Cu), bila masuk kedalam tubuh dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan

pengaruh - pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologis tubuh. Jika yang masuk ke

dalam tubuh organisme hidup adalah unsur logam beracun seperti hidragyrum (Hg)

atau disebut juga air raksa, maka dapat dipastikan bahwa organisme tersebut akan

langsung keracunan.

Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek – efek

khusus pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat

menjadi bahan beracun yang akan meracuni makhluk hidup. Sebagai contoh adalah

logam air raksa (Hg), kadmium (Cd), timah hitam (Pb), dan khrom (Cr). Namun

demikian, meski logam berat dapat mengakibatkan keracunan atas makhluk hidup,

sebagian dari logam – logam berat tersebut tetap dibutuhkan oleh makhluk hidup.

Kebutuhan tersebut berada dalam jumlah yang sangat sedikit. Tetapi bila

kebutuhan dalam jumlah yanga sangat kecil itu tidak terpenuhi, maka dapat berakibat

fatal terhadap kelangsungan hidup dari setiap makhluk hidup. Karena tingkat

kebutuhan sangat dipentingkan maka logam – logam tersebut juga dinamakan sebagai logam – logam atau mineral –mineral essensial tubuh.

Ternyata kemudian, bila jumlah dari logam – logam essesnsial ini masuk

kedalam tubuh dalam jumlah berlebihan, maka akan berubah fungsi menjadi zat

racun bagi tubuh. Contoh dari logam – logam berat essensial ini adalah tembaga (Cu),

seng (Zn), dan nikel (Ni) (Palar, 2004).

2.5. Pengaruh Logam Berat terhadap Kesehatan 2.5.1. Besi

Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan HB, banyaknya Fe dikendalikan

pada fase absorbsi. Fe2+ mempunyai fungsi esensial tubuh sebagai alat angkut

oksigen dari paru – paru ke seluruh tubuh , sebagai alat angkut e- dalam sel sebagai

(62)

jenis obat-obatan tertentu yang tidak larut dalam air (Widowati, 2008) , berperan

dalam katalis reaksi oksidasi dalam sistem biologi dan berperan dalam transport gas.

Apabila Fe berada dalam jumlah yang banyak akan muncul berbagai gangguan

lingkungan. Simpanan Fe tinggi bisa menyebakan kanker. Fe dalam dosis besar pada

manusia bersifat toksik karena fero bisa bereaksi dengan peroksida dan menghasilkan

radikal bebas. Fe bersifat toksik bila jumlah transferin melebihi kebutuhan sehingga

mengikat Fe bebas. Toksisitas kronis Fe bisa mengakibatkan gangguan fungsi hati,

gangguan fungsi endokrin dan penyakit kardiovaskular. Toksisitas kronis Fe pada

tingkat sel akan meningkatkan peroksidasi lipid sehingga merusak membrane sel,

mitokondria, mikrosom, dan organel sel lainnya.

Perlakuan toksisitas akut Fe per oral bisa mengakibatkan muntah, gangguan alat

pencernaan dan shock. Inhalasi debu Fe oksida bisa mengakibatkan deposisi Fe

dalam paru-paru yang berdasarkan hasil x-ray menunjukkan kemiripan dengan

silikosis. Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara Fe

berlebih yang bisa mengakibatkan diabetes, kanker, meningkatkan resiko infeksi,

reumatik, juga meningkatkan resiko terhadap penyakit jantung. Kadar Fe yang terlalu

tinggi bisa mengakibatkan kerusakan sel akibat radikal bebas. Pasien mengalami dialisis ginjal bila diberi Fe melalui injeksi yang akhirnya mengakibatkan stress.

Salah satu penyebab serangan jantung adalah tingginya kadar Fe dalam tubuh. Wanita

pre-menopause kurang beresiko terserang penyakit jantung karena mampu

mengurangi kelebihan Fe saat menstruasi, sementara itu waanita menopause lebih

beresiko terserang penyakit jantung koroner.

Dosis yang melebihi 20 mg/kg berat pada manusia menyebabkan toksisitas dengan

LD50 Fe 60 mg/kg. Konsumsi suplemen Fe melebihi 45mg/hari bisa menimbulkan

iritasi lambung, anak-anak dapat meninggal bila terpapar per oral sebesar 200mg

sampai 5,85gr Fe. Salah satu kekurangan tubuh manusia adalah tidak terdapatnya

mekanisme kontrol pembuangan Fe di dalam tubuh (Widowati, 2008).

Tubuh manusia tidak dapat mengeksresikan besi. Karenanya mereka yang

(63)

usus. Kematian sering disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Debu Fe juga dapat

diakumulasikan didalam alveoli dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru paru.

Pada umumnya besi yang larut dalam tanah sangat rendah dibandingkan

dengan kadar besi total. Namun pada tanah tergenang seperti sawah Fe3+ (feri)

direduksi menjadi Fe2+ (fero) sehingga besi yang larut meningkat. Kelarutan besi

yang tinggi dapat menimbulkan keracunan yang sering dialami oleh padi sawah dan

kedele yang ditanam setelah padi sawah di mana tanahnya masih terlalu basah.

Keracunan besi dapat menghambat berbagai kegiatan seperti respirasi,

fotosintesa,reduksi nitrat dan sintensisklorofil.

2.5.2. Mangan

Keracunan sering kali bersifat kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam ,

gejala yang timbul , berupa gejala susunan saraf : insomnia , lemah pada kaki dan otot

muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng (mask)

bila pemaparan berlanjut maka bicaranya melambat dan monoton terjadi hiper

refleksi, clonus pada platela dan tumit dan berjalan seperti Parkinson, penggumpalan

darah, gangguan kulit, menurunkan kadar kolestrol, perubahan warna rambut, dan

kerusakan otak.

Logam Mn merupakan salah satu logam dengan jumlah sangat besar di dalam

tanah, dalam bentuk oksida maupun hidroksida. Senyawa Mn secara alami berbentuk

padat di lingkungan dan hanya sebagian kecil yang berada dalam air dan di udara

sebagai debu. Bila kadar Mn relatif tinggi dalam air maka kualitas air menurun

sehingga tidak layak digunakan baik untuk industri maupun keperluan rumah tangga.

Beberapa organisme seperti diatome, moluska, dan sepon mengakumulasikan

Mn. Ikan mampu mengakumulasikan hingga 5 ppm, hewan mamalia mampu

mengakumulasikan hingga 3 ppm dalam jaringan sehingga kadar normal dalam

jaringan adalah 1 ppm.

Syarat air minum kadar mangan diperbolehkan 0,1 ppm, sedangkan untuk air

bersih 0,5 ppm. Tanaman mahoni dan kembang sepatu mampu mengakumulasikan

logam berat Cu, Zn, Cd, Pb, dan Mn secara fisiologis unsur tersebut digunakan oleh

(64)

pembentukan organ tumbuhan. Kadar Mn yang tinggi dalam tanah bisa bersifat toksik

dan pH rendah pada tanah dapat menyebabkan defisiensi Mn pada tanaman.

Tingginya konsentrasi Mn pada tanah bisa mengakibatkan pembengkakan dinding

sel, mengeringkan daun, dan munculnya bercak coklat pada daun.

Paparan Mn dalam debu tidak boleh melebihi 5mg/m3, dalam waktu singkat

akan menimbulkan toksisitas seperti infeksi saluran pernafasan. Paparan Mn lewat

kulit bisa mengakibatkan tremor, kegagalan koordinasi, dan dapat mengakibatkan

munculnya tumor. Konsumsi Mn melebihi 11mg/hari menunjukkan gejala gangguan

sistem syaraf (Widowati, 2008)

2.5.3. Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut

dalam basa. Cd memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4 g/mol; titik leleh 321°C,

dan titik didih 767°C. Kadmium bersifat lentur, tahan terhadap tekanan. Keberadaan

kadmium (Cd) bisa mencemari lingkungan dan bisa berada di atmosfer, tanah, dan

perairan (Widowati, 2008).

Logam kadmium (Cd) sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari – hari manusia. Logam ini telah digunakan semenjak tahun 1950 dan total produksi

dunia adalah sekitar 15.000 – 18.000 per tahun. Prinsip dasar atau prinsip utama

dalam penggunaan kadmium adalah sebagai bahan ‘stabilitasi’ sebagai bahan

pewarna dalam industri plastik dan pada elektroplating. Namun sebagian dari

substansi logam kadmium ini juga digunakan untuk solder dan alloy – alloynya

digunakan pula untuk baterai (Palar, 2004).

Kadmium (Cd) dalam konsentrasi rendah banyak digunakan dalam industri

pada proses pengolahan roti, pengolahan ikan, pengolahan minuman, serta industri

(65)

Banyak logam baik bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air dan mencemari

air tawar maupun laut. Logam sendiri adalah senyawa anorganik di alam. Untuk

kepentingan biologi, logam dapat dibagi menjadi tiga kelompok:

a. Logam ringan, yang biasanya diangkut sebagai kation aktif di dalam larutan

encer.

b. Logam transisi, diperlukan dalam konsentrasi rendah, tetapi dapat menjadi

racun dalam konsentrasi tinggi.

c. Logam berat dan metalloid, umumnya tidak diperlukan dalam kegiatan

metabolisme dan bertindak sebagai racun bagi sel dalam konsentrasi yang

rendah.

Istilah logam berat sebetulnya telah dipergunakan secara luas terutama dalam

perpustakaan ilmiah, sebagai suatu istilah yang menggambarkan dari logam tertentu.

Berbeda dengan logam biasa, logam berat adalah istilah yang digunakan untuk

kelompok logam berat dan metalloid yang densitasnya lebih tinggi dari 5 g/cm3.

Logam berat dalam kadar tertentu merupakan unsur yang penting bagi tubuh. Jika

dikonsumsi oleh makhluk hidup diatas batas aman, maka logam berat akan menjadi

masalah bagi kesehatan.

Logam berat di perairan terdapat dalam bentuk terlarut dan tersuspensi.

Logam berat terletak di sudut kanan bawah dalam sistem periodik unsur, memiliki

afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari

periode keempat sampai dengan periode ketujuh. Biasanya mempunyai daya hantar

listrik yang tinggi dan merupakan bahan pencemar lingkungan yang tahan urai.

Unsur-unsur logam berat tersebut biasanya erat kaitannya dengan masalah

pencemaran dan toksisitas. Berdasarkan sifat fisika dan kimianya, tingkat atau daya

racun logam berat terhadap hewan dan air dapat di urutkan dari tinggi ke rendah

sebagai berikut: Hg, Cu, Cd, Zn, Sn, Al, Ni, Fe, Be, Mn, Li, Co, K, Ca, Sr, Mg, dan

Na (Santoso, 2012; Putra 2002).

Pencemaran yang disebabkan logam berat sangat perlu mendapat perhatian

karena adanya sifat-sifat logam berat yang tahan terhadap pelapukan. Selain itu,

(66)

dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi (Putra, 2002). Dalam

penelitian yang penulis laksanakan i ini logam yang diamati adalah Fe, Cu dan Ni.

Sehingga, perlu dibahas sifat sifat dan karakteristik logam-logam tersebut.

2.7. Proses Kontaminasi Logam Dalam Air.

Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius untuk

ditangani, karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Sejak kasus

merkuri di Minamata Jepang pada 1953, pencemaran logam berat semakin sering

terjadi dan semakin banyak dilaporkan. Agen Lingkungan Amerika Serikat (EPA)

melaporkan, terdapat 13 elemen logam berat yang diketahui berbahaya bagi

lingkungan. Diantaranya arsenik (As), timbal (Pb), merkuri (Hg), dan kadmium (Cd).

Logam berat yang masuk ke sistem perairan, baik di sungai maupun lautan

akan dipindahkan dari badan airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi,

dan absorbsi oleh organisme-organisme perairan (Bryan, 1976 dalam Purnomo,

2008). Pada saat buangan limbah industri masuk ke dalam suatu perairan maka akan

terjadi proses pengendapan dalam sedimen. Hal ini menyebabkan konsentrasi bahan

pencemar dalam sedimen meningkat. Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan

perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut. Pengendapan logam berat di suatu

perairan terjadi karena adanya anion karbonat hidroksil dan klorida (Hutagalung,

1984 dalam Purnomo, 2008). Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat

bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen

sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding dalam air

(67)

2.8. Spektrofotometri serapan atom

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah garis –

garis hitam pada spektrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan

atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun

1955. Sebelumnya ahli kimia banyak bergantung pada cara – cara spektrofotometrik

atau metode analisis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan memakan waktu,

kemudian segera digantikan dengan spektorskopi serapan atom atau Atomic

Absorption Spectroscopy (AAS) (Khopkar, 2008).

Spektrofotometri Serapan Atom adalah suatu metode pengukuran kuantitatif

suatu unsur yang terdapat dalam suatu cuplikan berdasarkan penyerapan cahaya pada

panjang gelombang tertentu oleh atom-atom fase gas dalam keadaan dasar.

Metode spektrofotometri serapan atom pertama kali dikembangkan oleh

Walsh, A., (1955) yang ditujukan untuk analisis logam renik dalam sampel yang

dianalisis. Sampai saat ini metode spektrofotometri serapan atom telah berkembang

dengan pesat dan hampir mencapai sejumlah 70 unsur yang dapat di tentukan dengan

metode ini (Mulja, 1995)

2.8.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom

Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala dengan

mengandung atom-atom bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap, dan

jauhnya penyerapan akan berbanding lurus denga banyaknya atom keadaan dasar

yang berada dalam nyala. Hal ini merupakan dasar penentuan kuantitatif

logam-logam dengan menggunakan SSA (Walsh, 1995)

Komponen penting yang membentuk spektrofotometer serapan atom diperlihatkan

(68)

1 2 3 4 5 6 7

.

Motor

Sumber bahan bakar oksigen

tenaga sampel

Gambar 2.2. Komponen-komponen spektrofotometer serapan atom (Underwood, 1988).

Keterangan :

1. Tabung Katoda Berongga

2. Pemotong Berputar

3. Nyala

4. Monokromator

5. Detektor

6. Penguat Arus

(69)

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu ini terdiri

atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri

berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam

tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan

rendah. Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu

yang lebih rendah.

2. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis

harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada

berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi

uap atom-atom yaitu dengan :

a. Nyala (flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi

bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Suhu yang dapat dicapai

oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan, misalnya untuk gas

batubara-udara, suhunya kira-kira sebesar 1800OC; gas alam-udara 1700OC; gas asetilen-udara 2200OC dan gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O) sebesar 3000OC (Rohman, 2007).

3. Monokromator

Monokromator memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas dari radiasi

energi yang mencapai detektor. Pada hakekatnya mungkin saja dapat dianggap

sebagai suatu saringan yang dapat disesuaikan dengan suatu daerah yang spesifik,

(70)

monokromator harus mampu memisahkan garis resonansi. Karena ada beberapa

unsur yang mudah dan ada beberapa unsur yang sulit (Haswell, 1991).

4. Detektor

Detektor pada spektrofotometer serapan atom berfungsi mengubah intensitas radiasi

yang datang menjadi arus listrik. Pada spektrofotometer serapan atom yang umum

dipakai sebagai detektor dalah tabung penggandaan foton (PMT = Photo Multi Tube

Detector) (Mulja, 1995).

5. Sistem Pencatat (Sistem Read-Out)

Sistem read-out yang digunakan pada instrumental spektrofotometer serapan atom

adalah untuk mengubah sinyal yang diterima menjadi sinyal digital, yaitu dalam

satuan absorbansi. Dengan pengubahan dalam bentuk digital beratri read-out

mencegah atau mengulangi kesalahn dalam pembacaan skala secara paralaks,

kesalahan interplasi di antara pembagian skala dan sebagainya serta menyeragamkan

tampilan datanya (yaitu dalam satuan absorbansi). Sistem read-out) untuk instrument

SSA sekarang ini dilengkapi dengan satuan mikroprosesor (komputer) sehingga memungkinkan pembacaan langsung konsentrasi analit di dalam sampel yang di

analisa (Haswell, 1991).

2.8.2.Nyala Pembakar

(71)

Sejauh susunan nyala itu dipentingkan, dapatlah dicatat bahwa suatu

campuran asetilena-udara sesuai untuk penetapan sekitar tiga puluh logam, tetapi

suatu nyala propilena-udara haruslah dipilih untuk logam yang mudah untuk diubah

menjadi keadaan uap atom. Untuk logam seperti Alumunium dan titanium yang

membentuk oksida tahan api, temperatur nyala asetilena-nitrogen oksida yang lebih

tinggi itu mutlak perlu dan nyala kepekaan bertambah bila nyala kaya akan asetilena.

Gambar

Tabel 4.1.  Kondisi alat Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) merk
Gambar 4.1. Kurva Larutan Standar Logam Besi (Fe)
Tabel 4.3 Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi
Tabel 4.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan Ilmiah ini menguraikan penerapan bahasa Visual Basic ke dalam kegiatan kerja bagian administrasi, dimana segala kegiatannya sangat berpengaruh terhadap administrasi

[r]

Pembuatan website tentang adat dan budaya Jawa Timur dengan menggunakan Microsoft Frontpage XP merupakan sebuah aplikasi WWW yang berisi informasi mengenai letak geografis,

Banyak kendaraan umum lintas negara yang melewati jalan tersebut dikarenakan waktu tempuh yang lebih cepat.. Kendaraan yang banyak tersebut tidak diikuti dengan

bahwa berdasarkan ketentuan pasal 11 huruf g Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Berdasarkan hasil Evaluasi dan Pembuktian Kualifikasi terhadap data kualifikasi Perusahaan maka Panitia Pengadaan Barang/Jasa MAN Ngrambe Kabupaten Ngawi,

“Tebe prihatin dengan perilaku warga yang membuang hamper semua limbah ke Danau Toba.” Setiap bertemu kerabat, Sersan Tebe tidak segan - segan mengutarakan keprihatinannya

Dari sekian banyak manfaat jaringan komputer, yang dibutuhkan oleh pengguna adalah adanya sebuah sistem jaringan komputer yang bisa melakukan validasi client yang