• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio pada Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio pada Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Kurtosis Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik Std. Error Statistik Std. Error total_asset 48 5561433 213994000 36597204.23 49812071.932 2.138 .343 3.917 .674

Debt_to_equity 48 0 2 .60 .465 1.820 .343 3.391 .674

dividend_payout 48 3 211 56.09 31.790 2.492 .343 11.284 .674

price_earning 48 7 37 18.76 7.736 1.013 .343 .079 .674

(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 48

Normal Parametersa,b Mean .00

Std. Deviation 6.191

Most Extreme Differences

Absolute .100

Positive .100

Negative -.069

Kolmogorov-Smirnov Z .696

Asymp. Sig. (2-tailed) .719

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Coefficientsa

(3)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 4.145 1.237 3.350 .002

total_asset -1.286E-008 .000 -.164 -1.102 .276

Debt_to_equity -1.551 1.323 -.185 -1.172 .248

dividend_payout .036 .019 .292 1.922 .061

a. Dependent Variabel: absout

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .600a .360 .316 6.398 2.268

(4)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta a. Dependent Variabel: price_earning

ANOVAa

a. Dependent Variabel: price_earning

b. Predictors: (Constant), total_asset, dividend_payout, debt_to_equity

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta a. Dependent Variabel: price_earning

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .600a .360 .316 6.398

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal, 2005, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Kelima, UMM Press, Malang.

Arifin, Zaenal, 2005, Teori Keuangan dan Pasar Modal, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Ekonosia, Yogyakarta.

Astuti, Dewi, 2004, Manajemen Keuangan Perusahaan, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Crabb, Peter, 2003, Finance and Investments Using The Wall Street Journal, Mc Graw-Hill Irwin, New York.

Erlina, 2012. Metodologi Penelitian, USU Press, Medan.

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Halim, Abdul, 2007, Manajemen Keuangan Bisnis. Bogor: Ghalia Indonesia. Jogiyanto, 2003, Teori Portofolio & Analisis Investasi, Edisi Ketiga, Penerbit

BPFE, Yogyakarta.

Jones, Charles P, 2004, Investments: Analysis and Management, Nineth Edition, United States of America

Kasmir, 2008, Dasar-dasar Perbankan, Edisi Revisi, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.

Prastowo, Dwi, dan Rifka Juliaty, Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi, cet. Ke-2 Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2002.

Samsul, Mohamad, 2006, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sartono, R. Agus, 2001, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Situmorang, Syafrizal Helmi, Doli M. Ja’far Dalimunthe, Iskandar Muda, Muslich Lufti dan Syahyunan, 2008, Analisis Data Penelitian (Menggunakan Program SPSS), USU Press, Medan.

(6)

Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Van Horne, James C, John M.Wachowicz Jr, 2005, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Alih Bahasa Heru Sutojo, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Widoatmodjo, Sawidji, 2004, Cara Cepat Memulai Investasi Saham : Panduan Bagi Pemula, Cetakan Pertama, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Hasanah, Nur, 2009, Faktor-faktor Fundamental yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2001-2006, Skripsi, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. (Tidak Dipublikasikan)

Kasilingam, dan Ramasundaram, 2011, Price Earning Multiples: Actual Determinants (case study of Domestic Market in India), Jurnal.

Faezinia, Vahid, 2012, The Quantitative Study of Effective Factors on Price earning ratio in Capital Market of IRAN, Jurnal, Vol 3 No 10.

Premkanth, Puwanennthiren, 2013, Determinant of price earning multiple in Sir Lankan listed companies, Jurnal, Vol 1 N0 2.

Marthinova, 2007, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Price earning ratio perusahaan manufaktur Tbk pada Bursa Efek Jakarta, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.

Tjendra, Anjeli (2010) dengan judul ” Analisis pengaruh Debt to Equity, Total Assets, Return on Investment dan Devidend Payout Terhadap PER Pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2005-2007, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.

(7)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausal (causal research) yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh Total Assets, Debt to Equity Ratio, dan Dividend Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar

di Jakarta Islamic Index.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan situs

.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Maret 2015.

3.3 Batasan Operasional

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam pembahasan penelitian, maka luas penelitian dibatasi dan hanya menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (P/E) pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta

Islamic Index (JII) pada tahun 2010-2013.

(8)

Definisi operasional suatu variabel adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara membenarkan arti atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional variabel penelitian ini adalah:

1. Price Earning Ratio (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio merupakan hasil pembagian dari harga saham dengan laba per lembar saham (Earning per Share). Harga saham yang digunakan adalah harga saham perusahaan saat penutupan (closing Price). Price Earning Ratio merupakan cerminan rupiah yang berani dibayar investor untuk setiap rupiah laba. Rumus yang digunakan dalam menghitung Price Earning Ratio adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2001:192):

2. Total Assets (X1)

Total Assets menunjukkan jumlah seluruh aset yang dimiliki oleh sebuah

perusahaan yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Besarnya Total Assets dapat dilihat pada laporan keuangan perusahaan yaitu pada laporan

Neraca di bagian aktiva. 3. Debt to Equity Ratio (X2)

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang

(9)

yang digunakan dalam menghitung Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut (Sartono, 2001: 121):

������������ =��������� (�����������)

������ (�������)

4. Dividend Payout Ratio (X3)

Dividend Payout Ratio merupakan bagian dari laba bersih perusahaan yang

dibagikan sebagai dividen. Kebijakan dividen diukur dengan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat. Adapun perumusan Dividend Payout Ratio adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 2003: 280):

��������������= ������������ℎ���

�����������ℎ���

3.5. Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi penelitian adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dijadikan objek penelitian (Erlina, 2011:80). Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2010-2013 dengan jumlah populasi penelitian adalah sebesar 49 perusahaan.

(10)

Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Saham perusahaan yang listing atau terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) sejak 6 Desember 2010 sampai Desember 2013.

2. Perusahaan harus terdaftar berturut-turut selama periode 6 Desember 2010 sampai Desember 2013 di Jakarta Islamic Index (JII).

3. Perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan selama 4 (empat) tahun, yaitu tahun 2010 sampai dengan 2013.

4. Perusahaan mempunyai data pembayaran deviden selama periode penelitian yaitu 2010 sampai 2013.

Bahwa dari 49 perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2010-2013, hanya terdapat 12 perusahaan yang memenuhi karakteristik penyampelan yang telah ditentukan terdapat dalam Tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1

Hasil Penentuan Sampel

No Keterangan Jumlah

Perusahaan

1 Total Perusahaan yang Terdaftar di JII Selama Periode 6 Desember 2010 - Desember 2013

49 2 Perusahaan yang tidak terdaftar Berturut turut selama

Periode 6 Desember - 31 Desember 2013

(35) 3 Perusahaan yang memiliki data keuangan tetapi tidak

membayarkan deviden selama selama periode pengamatan

(2)

Jumlah Sampel 12

Sumber : (10 November 2014 Diolah)

(11)

Tabel 3.2

Daftar Nama Perusahaan Sampel

No Nama Perusahaan Kode

1

Astra Agio Lestari Tbk AALI

2

Astra Internasional Tbk ASII

3

Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN

4

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP

5

Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG

6

PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP

7

Tambang Batu Bara Bukit Asam (Persero) Tbk PTBA 8

Semen Indonesia (Persero) Tbk SMGR

9

Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk TLKM 10

United Tractors Tbk UNTR

11

Unilever Indonesia Tbk UNVR

12

Kalbe Farma Tbk KLBF

Sumber: (10 November 2014 Diolah)

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif dan berdasarkan sumber data, penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah tersedia oleh pihak lain atau telah dikumpulkan oleh pihak lain sehingga tidak perlu lagi dikumpulkan secara langsung oleh peneliti (sinulingga 2011:151).

(12)

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporan keuangan yang dipublikasikan oleh media internet.

3.8. Metode Analisis Data

Seluruh data penelitian yang telah dikumpulkan, kemudian diolah dan dianalisis untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Dalam menganalsis data, peneliti menggunakan program SPSS. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik. Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

3.8.1. Analisis Statistik Deskriptif

Penelitian ini menggunakan metode analisis data statistik deskriptif. Statistik deskriptif memberikan gambaran dari fenomena atau karakteristik dari data. Karakteristik data yang digambarkan adalah karakteristik distribusinya. Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi.

3.8.2. Analisis Regresi Berganda

(13)

bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasil penelitian dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 +

ɛ

Dimana:

Y = Variabel dependen (terikat) yaitu PER a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien regresi X1 = Total Assets X2 = Debt to Equity

X3 = Devidend Payout Ratio

ɛ

= Error

3.9 Uji Asumsi Klasik

Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik dengan menggunakan SPSS, sedangkan pengujian model dan pengujian hipotesis menggunakan regresi linier berganda. Regresi linier berganda bertujuan menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas.

(14)

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam metode regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali 2012:160). Model regresi yang baik adalah yang mendekati normal atau yang normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram yang membandingkan antara observasi data dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Selain itu alat uji yang bisa digunakan adalah metode uji Sminov. Uji Kolmogorov-Sminov adalah metode yang umum digunakan untuk menguji normalitas data. Jika

nilai Kolmogorov-Sminov diatas signifikasi 0,05 maka semua data terdistribusi secara normal.

Namum demikian dengan melihat histogram saja hal ini bisa menyesatkan khususnya untuk sample yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan membandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2012:161).

3.9.2 Uji Multikolinieritas

(15)

Pada program SPSS, ada beberapa metode yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas. Salah satunya adalah dengan cara mengamati nilai Variance Inflation Faktor (VIF) dan Tolerance.

Batas dari VIF adalah 10 dan nilai dari Tolerance adalah 0,1. Jika nilai VIF dari 0,1 maka terjadi multikollinieritas. Bila ada variabel independen yang terkena multikolinieritas terdapat beberapa cara penanggulangan yang dapat dilakukan. Multikolinieritas dapat ditanggulangi dengan mengeluarkan satu variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi, transformasi variabel dalam bentuk logaritma natural dan menggabungkan data crossection dan time series (Ghozali, 2012:110).

3.9.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2012:139). Jika varian dari residiual satu pegamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.

(16)

grafik scatterplot menyebar diatas dan dibawah angka 0. Maka hal ini mengidentifikasi tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan cara uji park yang mengemukakan metode bahwa variance (s2) merupakan fungsi dari variabel-variabel independen yang dinyatakan dengan persamaan linier yang dibentuk dalam persamaan logaritma. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi linier signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat Heteroskedastisitas dan bila tidak maka model regresi tersebut tidak mengalami Heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat ditanggulangi dengan melakukan transformasi variabel (Ghozali, 2012: 143).

3.9.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau periode sebelumnya (Ghozali, 2012:110). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

(17)

Pengambillan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 3.4

Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi

3.10 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial dan simultan, maka dilakukan uji signifikasi simultan (uji-F) dan uji signifikansi parsial (uji-t).

3.10.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) dan R2

F-test untuk menguji apabila variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan dengan variabel dependen (Y), langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Membuat formula hipotesis

1) H0: b1 = b2 = b3 = 0 (Total Assets, Debt to Equity, dan Devidend Payout Ratio secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap Price Earning

(18)

2) Ha: b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 (Total Assets, Debt to Equity, dan Devidend Payout Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Price Earning

Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index).

b. Menentukan tingkat signifikasi tertentu (α =5%) dengan degree of freedom (df) yaitu (n-k-1), dimana:

n = Jumlah sampel

k = jumlah variabel independen c. Menghitung F dengan rumus:

F =

R2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel

n = jumlah sampel

d. Pengambilan keputusan

1) Apabila tingkat nilai probabilitas signifikansi dari F hitung lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang diharapkan (α=5%), maka H0 ditolak

dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang terdiri dari Total Assets, Debt to Equity, Dividend Payout secara bersama-sama berpengaruh signifikansi terhadap variabel dependen Price Earning Ratio. 2) Apabila tingkat nilai probabilitas signifikansi dari F hitung lebih besar

daripada tingkat signifikansi (α=5%), maka H0 diterima dan Ha ditolak.

(19)

Debt to Equity, Dividend Payout secara bersama-sama tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen Price Earning Ratio.

Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah anatar nol dan satu. Nilai R2 yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen sangat terbatas. Dalam penelitian ini menggunakan nilai koefisien Adjusted R2 dimaksudkan untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Nilai Adjusted R2 merupakan koefisien determinasi yan disesuaikan, yang berarti besarnya pengaruh variabel independen telah dibebaskan dari pengaruh error terms secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Formula yang digunakan

untuk melihat besarnya Adjusted R2 adalah sebagai berikut:

�2 = 1(−�2)� −1 � − �

3.10.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji t dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari variabel independen Total Assets, Debt to Equity, Dividend Payout terhadap Price Earning Ratio. Prosedur yang digunakan untuk melakukan uji t adalah:

(20)

1) H0 : bi = 0 (Total Assets, Debt to Equity, dan Devidend Payout Ratio secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index).

2) Ha : bi ≠ 0 ( Total Assets, Debt to Equity, dan Devidend Payout Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index) .

b. Menentukan tingkat signifikansi tertentu (α = 5%) dan Degrees of Freedom (df) (n-k-1), dimana:

n = Jumlah sampel

k = jumlah variabel independen

c. Menghitung t hitung dengan persamaan sebagai berikut:

T h = ryn−k−1 (1−(ry)2) Keterangan: Th = t tahun

ry = koefisien korelasi parsial

ry2= koefisien determinan independen k = jumlah variabel independen n = jumlah sampel

d. Pengambilan keputusan

1) Apabila tingkat nilai probabilitas signifikansi dari t hitung lebih kecil daripada tingkat signifikansi (α = 5%), maka H0 ditolak dan Ha diterima

(21)

Equity, Dividend Payout Ratio secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen Price Earning Ratio.

2) Apabila tingkat nilai probabilitas signifikansi dari t hitung lebih besar daripada tingkat signifikansi (α=5%), maka H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya variabel independen yang terdiri dari Total Assets, Debt to Equity, Dividend Payout secara parsial tidak berpengaruh signifikan

(22)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Jakarta Islamic Index (JII)

Sejarah pasar modal syariah di indonesia dimulai dengan diterbitkannya reksa dana syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia (Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah.

Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham

yang sesuai dengan syariah islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang masuk dalam criteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam-LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional. Hal ini tertuang dalam peraturan Bapepam-LK Nomor II.K.1 tentang criteria dan penerbitan Daftar Efek Syariah.

4.2 Profil Perusahaan Yang Sahamnya Masuk Dalam Jakarta Islamic Index

Dan Memenuhi Kriteria Untuk Dijadikan Sampel

(23)

1. Astra Agro Lestari Tbk

Astra Agro Lestari Tbk didirikan dengan nama PT Suryaraya Cakrawala tanggal 3 Oktober 1988, yang kemudian berubah menjadi PT Astra Agro Niaga tanggal 4 Agustus 1989. Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun 1995. Kantor pusat AALI dan entitas anak berlokasi di Jalan Pulo Ayang Raya Blok OR no. 1, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Perkebunan kelapa sawit AALI saat ini berlokasi di Kalimantan Selatan dan pabrik minyak goreng berlokasi di Sumatra Utara. Perkebunan dan pabrik pengolahan entitas anak berlokasi di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.

Tabel 4.1

Data Rasio Keuangan Astra Agro Lestari Tbk

Tahun Total assets (Rp

Million)

Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 2. Astra Internasional Tbk

(24)

jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi.

Tabel 4.2

Data Rasio Keuangan Astra Internasional Tbk

Tahun Total assets (Rp

Million)

Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 3. Charoen Pokphand Indonesia Tbk

PT Charoen Pokphand Indonesia T

dalam rangka Penanaman Modal Asing dan beroperasi secara komersial mulai tahun 1972. Kantor pusat CPIN terletak di Jl. Ancol VIII No. 1, Jakarta dengan kantor cabang di Sidoarjo, Medan, Tangerang, Balaraja, Serang, Lampung, Denpasar, Surabaya, Semarang, Makasar, Salahtiga dan Cirebon. Ruang lingkup kegiatan CPIN terutama meliputi industri makanan ternak, pembibitan dan budidaya ayam ras serta pengolahannya, industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi termasuk unit-unit cold storage, menjual makanan ternak, makanan, daging ayam dan sapi, bahan-bahan asal hewan di wilayah Indonesia, maupun ke luar negeri.

Tabel 4.3

Data Rasio Keuangan Charoen Pokphand Indonesia Tbk

Tahun Total assets (Rp

Million)

Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)

(25)

4. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk didirikan tanggal 16 Januari 1985 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1985. Kantor pusat INTP berlokasi di Wisma Indocement Lantai 8, Jl. Jend. Sudirman Kav. 70-71, Jakarta sedangkan pabrik berlokasi di Citeureup–Jawa Barat, Palimanan–Jawa Barat, dan Tarjun–Kalimantan Selatan. ruang lingkup kegiatan INTP antara lain pabrikasi semen dan bahan-bahan bangunan, pertambangan, konstruksi dan perdagangan.

Tabel 4.4

Data Rasio Keuangan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Tahun Total assets (Rp

Million)

Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 5. Indo Tambangraya Megah Tbk

Indo Tambangraya Megah T

1987 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1988. Kantor pusat ITMG berlokasi di Pondok Indah Office Tower III, Lantai 3, Jln. Sultan Iskandar Muda, Pondok Indah Kav. V-TA,Jakarta Selatan 12310. Ruang lingkup kegiatan ITMG adalah berusaha dalam bidang pertambangan, pembangunan, pengangkutan, perbengkelan, perdagangan, perindustrian dan jasa.

Tabel 4.5

Data Rasio Keuangan Indo Tambangraya Megah Tbk

Tahun Total assets (Rp

Million)

Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)

(26)

6. Kalbe Farma Tbk

Kalbe Farma Tbk

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Kantor pusat KLBF berdomisili di Gedung KALBE, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Jl. M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Ruang lingkup kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi, perdagangan dan perwakilan.

Tabel 4.6

Data Rasio Keuangan Kalbe Farma Tbk

Tahun Total assets (Rp

Million)

Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 7. PP London Sumatra Indonesia Tbk

(27)

Tabel 4.7

Data Rasio Keuangan PP London Sumatra Indonesia Tbk

Tahun Total assets (Rp

Million)

Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 8. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

PT Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk

1981. Kantor pusat PTBA terletak di Menara Kadin Indonesia Lt. 9 & 15. Jln. H.R. Rasuna Said X-5, Kav. 2-3, Jakarta 12950. Ruang lingkup kegiatan PTBA adalah bergerak dalam bidang industri tambang batubara, meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas dermaga khusus batubara baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain dan memberikan jasa-jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada hubungannya dengan industri pertambangan batubara beserta hasil olahannya.

Tabel 4.8

Data Rasio Keuangan Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

Tahun Total assets (Rp

Million)

Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 9. Semen Indonesia Tbk

Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu bernama PT Semen Gresik

(28)

Semen Gresik” dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 07 Agustus 1957. Kantor pusat SMGR berlokasi di Jl. Veteran, Gresik 61122, Jawa Timur, sedangkan lokasi pabrik semen Perusahaan dan anak usaha berada di Gresik dan Tuban di Jawa Timur, Indarung di Sumatera Barat, Pangkep di Sulawesi Selatan an Quang Ninh di Vietnam.

Tabel 4.9

Data Rasio Keuangan Semen Indonesia Tbk

Tahun Total assets (Rp

Million)

Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 10. Telekomunikasi Indonesia Tbk

PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk / (Telkom mulanya merupakan bagian dari “Post en Telegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status Telkom diubah menjadi perseroan terbatas milik negara (“Persero”). Kantor pusat Telkom berlokasi di Jalan Japati No. 1, Bandung, Jawa Barat.

Tabel 4.10

Data Rasio Telekomunikasi Indonesia Tbk

Tahun Total assets (Rp

Million)

Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 11. United Tractors Tbk

United Tractors T

(29)

operasinya pada tahun 1973. Kantor pusat UNTR berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 22, Cakung, Jakarta. Saat ini, Perusahaan mempunyai 19 cabang, 22 kantor lokasi dan 11 kantor perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia. Ruang lingkup kegiatan usaha UNTR dan entitas anak meliputi penjualan dan penyewaan alat berat (mesin konstruksi) beserta pelayanan purna jual, pertambangan dan kontraktor pertambangan. Termasuk didalam kontraktor pertambangan adalah jasa kontraktor pertambangan terpadu.

Tabel 4.11

Data Rasio United Tractors Tbk

Tahun Total assets (Rp

Million)

Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah) 12. Unilever Indonesia Tbk

Unilever Indonesia T

(30)

Tabel 4.12

Data Rasio Unilever Indonesia Tbk

Tahun Total assets (Rp

Million)

Debt to equity Devidend Payout Ratio (%)

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)

4.3 Analisis Hasil Pengujian Data

4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif

Penelitian ini menggunakan metode analisis data statistik deskriptif. Statistik deskriptif merupakan teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan suatu data dalam penelitian. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau nilai rata-rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum, standar deviasidari setiap variabel penelitian. Hasil output statistik deskriptif disajikan pada tabel 4.13 dibawah ini.

Tabel 4.13 Statistik deskriptif

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)

Hasil output SPSS diatas menunjukkan jumlah respoden atau sampel (N) adalah 48. Dari 48 jumlah respoden ini Total assets (minimum) adalah 5561433 dan Total assets maximum adalah 213994000. Rata-rata Total assets dari 48

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Kurtosis Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik Statistik Std. Error Statistik Std. Error total_asset 48 5561433 213994000 36597204.23 49812071.932 2.138 .343 3.917 .674

Debt_to_equity 48 0 2 .60 .465 1.820 .343 3.391 .674

dividend_payout 48 3 211 56.09 31.790 2.492 .343 11.284 .674

price_earning 48 7 37 18.76 7.736 1.013 .343 .079 .674

(31)

responden adalah 36597204.23 dan standar deviasi adalah 49812071.932. Nilai Skewness adalah 2.138 sedangkan kurtosisnya adalah 3.917.

Debt to equity (minimum) adalah 0 dan Debt to equity maximum adalah 2.

Rata-rata Debt to equity dari 48 responden adalah 0.60 dan standar deviasi adalah 0.465. Nilai Skewness adalah 1.820 sedangkan kurtosisnya adalah 3.391.

Dividend Payout (minimum) adalah 3 dan Dividend Payout maximum

adalah 211. Rata-rata Dividend Payout dari 48 responden adalah 56.09 dan standar deviasi adalah 31.790. Nilai Skewness adalah 2.492 sedangkan kurtosisnya adalah 11.284.

Price Earning Ratio (minimum) adalah 7 dan Price Earning Ratio

maximum adalah 37. Rata-rata Price Earning Ratio dari 48 responden adalah 18.76 dan standar deviasi adalah 7.736. Nilai Skewness adalah 1.013 sedangkan kurtosisnya adalah 0.079.

4.3.2 Pengujian Asumsi Klasik

(32)

4.3.2.1Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variaibel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2012:160). Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan analisis grafik dan analisis statistik. Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram dan grafik normal probability plot. Hasil output SPSS untuk uji normalitas dengan analisis grafik disajikan pada gambar 4.1 dan 4.2 dibawah ini.

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)

(33)

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)

Gambar 4.2

Normal Probability Plot

Hasil output SPSS diatas menunjukkan grafik histogram memiliki pola distribusi normal dengan penyebaran secara merata baik ke kiri maupun kekanan. Grafik normal profitability plot menunjukkan titik-titik mengikuti garis diagonal dan penyebarannya mendekat dengan garis diagonal. Hasil analisis grafik menunjukkan data terdistribusi secara normal.

Uji normallitas dengan grafik terkadang dapat menyesatkan karena secara visual dapat kelihatan normal namun secara statistik sebaliknya. Oleh karena itu disamping analisis grafik penelitian ini juga menggunakan analisis dalam uji normalitas. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan hipotesis pengujian adalah sebagai berikut:

(34)

Hasil output SPSS uji Kolmogorov-Smornov untuk menguji normalitas data disajikan pada tabel 4.14 dibawah ini.

Table 4.14

Std. Deviation 6.191

Most Extreme Differences

Absolute .100

Positive .100

Negative -.069

Kolmogorov-Smirnov Z .696

Asymp. Sig. (2-tailed) .719

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)

Hipotesis nol diterima (data penelitian terdistribusi normal) apabila nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari tingkat signifikansi 5% atau 0.05 (K-S > 0.05), sebaliknya apabila nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05 (K-S <0.05) maka hipotesis nol ditolak yang berarti data penelitian tidak terdistribusi secara normal.

(35)

4.3.2.2Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas dan model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2012:105). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Criteria umum yang dipakai untuk mendeteksi adanya

multikolinieritas adalah jika tolerance value < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas dan jika tolerance value >0,10 atau sama dengan nilai VIF<10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Hasil output SPSS uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini.

Tabel 4.15

a. Dependent Variabel: price_earning

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)

(36)

4.3.2.3Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2012:139). Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat garfik scatterplots antara nilai prediksi variabel terkait (dependen) yaitu Price Earning Ratio. Hasil output SPSS uji heteroskedastisitas dalam bentuk grafik

scatterplots dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini.

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot

(37)

Terdapat beberpa uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu uji park, uji glejser dan uji white. Uji statistik untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedasitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji gleser. Model regresi bebas dari heteroskedastisitas apabila probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% atau 0,05. Hasil uji SPSS statistik glejser ditunjukan pada tabel 4.16 dibawah ini.

Tabel 4.16

Uji Glejser Transformasi Logaritma Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 4.145 1.237 3.350 .002

total_asset -1.286E-008 .000 -.164 -1.102 .276

Debt_to_equity -1.551 1.323 -.185 -1.172 .248

dividend_payout .036 .019 .292 1.922 .061

a. Dependent Variabel: absout

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)

(38)

4.3.2.4Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2012:110). Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Autukorelasi dapat dideteksi dengan melakukan uji Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin-Watson dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0: tidak ada autokorelasi Ha: ada autokorelasi

Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.17 dibawah ini. Criteria pengambilan keputusan ada tidaknya autokorellasi yang digunakan dalam peneltian ini adalah du < d < 4 –du.

Tabel 4.17

Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi

(39)

Tabel 4.18 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .600a .360 .316 6.398 2.268

a. Predictors: (Constant), dividend_payout, total_asset, debt_to_equity b. Dependent Variabel: price_earning

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)

Hasil output SPSS pada tabel 4.18 diatas menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 2.268. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi nilai DW tersebut akan dibandingkan dengan nilaitabelDW dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 48 dan jumlah variabel independen 3. PadatabelDW didapat nilai batas atas (du) 1.6708 dan batas atas (dl) 1.4064. Nilai DW hitung 1.6708 < 2.268 < 4 -1.6708 atau 1.6708 < 2.268 < 2.3292 berarti tidak terdapat autokorelasi.

4.3.3 Analisis Regresi

Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best liniar Unbiased Estimator (BLUE) dan layak untuk dilakukan analisis

(40)

Tabel 4.19 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta a. Dependent Variabel: price_earning

Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)

Berdasarkan hasil output SPSS padatabel4.18 diatas, persamaan matematis regresi berganda penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

PER= 15.881 -7.273 Total assets + 8.421 DER + 0.008 DPR + ɛ Interpretasi dari persamaan sistematis regresi tersebut adalah:

1. Konstanta bernilai 15.881. Hal ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen atau bebas (Total assets, Debt to equity ratio, dan Dividend Payout ratio) maka Price Earning Ratio pada saham perusahaan

yang terdafatar di Jakarta Islamic Index adalah sebesar 15,881 kali.

2. Total assets yang diukur melalui indeks beta mempunyai nilai sebesar -0,00000007273 yang menyatakan bahwa apabila Total assets naik sebesar satu satuan maka Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang

terdaftar di Jakarta Islamic Index akan menurunkan sebesar -0,00000007273.

(41)

satuan maka Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index akan naik sebesar 8,421.

4. Dividend Payout yang diukur melalui indeks beta mempunyai nilai sebesar 0,008 yang menyatakan bahwa apabila Dividend Payout menambah sebesar satu satuan maka Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index akan menaikan sebesar 0,008.

4.3.4 Pengujian Hipotesis

4.3.4.1Uji signifikansi Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya untuk menguji apakah semua variabel independen dalam model penelitian mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil pengujian statistik F disajikan pada tabel 4.20 dibawah ini.

Tabel 4.20

a. Dependent Variabel: price_earning

b. Predictors: (Constant), total_asset, dividend_payout, debt_to_equity Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)

(42)

perbandingan diatas dapat disimpulkan hipotesis 4 diterima yang berarti Total assets, Debt to equity ratio, dan Dividend Payout ratio secara bersama

berpengaruh terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index

4.3.4.2Uji signifikansi parsial (Uji t)

Uji statistik t dalam penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh satu variabel independen secara individual (parsial) berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai probabilitas signifikan hasil uji statistik masing-masing variabel independen dengan taraf signifikan 5% atau 0.05 maka H0 nilai profitabilitas signifikan variabel < taraf signifikan 5% atau 0.05 maka H0 diterima, ini berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap nilai variabel dependen. Sedangkan nilai probabilitas signifikan variabel > taraf signifikan 5% atau 0.05 maka H0 ditolak dan menerima Ha, ini berarti variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil output SPSS pengujian statistik t disajikan pada tabel 4.21 dibawah ini.

Tabel 4.21 Uji Signifikansi t

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta a. Dependent Variabel: price_earning

(43)

Penjelasan hasil output SPSS uji t (parsial) untuk masing-masing variabel independen adalah sebagai berikut.

a. Total assets

Berdasarkan tabel 4.21 hasil output pengujian signifikansi parsial diatas menunjukkan probabilitas signifikansi pengaruh Total assets terhadap Price Earning Ratio sebesar 0.001. Probabilitas signifikansi Total assets

lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa

Hipotesis 1 diterima yang berarti Total assets secara parsial berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index.

b. Debt to equity

Berdasarkan tabel 4.21 hasil output pengujian signifikansi parsial diatas menunjukkan probabilitas signifikansi pengaruh Debt to equity terhadap Price Earning Ratio sebesar 0.001. Probabilitas signifikansi Debt to equity

lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa

Hipotesis 2 diterima yang berarti Debt to equity secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index.

c. Dividend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio memiliki angka signifikansi 0.800 (diatas 0.05)

(44)

Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic

Index..

4.3.4.3Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah anatara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen sangat terbatas. Dalam penelitian ini menggunakan nilai koefisien Adjusted R2 dimaksudkan untuk mengetahui besarnya persentase penagruh dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil output SPSS koefisien determinasi disajikan padatabel4.22 dibawah ini.

Tabel 4.22

Nilai Koefisien Determinasi (R Square) Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .600a .360 .316 6.398

a. Predictors: (Constant), total_asset, dividend_payout, debt_to_equity Sumber: Hasil Penelitian,2015 (Data Diolah)

(45)

Standart Error of the estimate (SEE) adalah 0,316. maka dapat disimpulkan

model regresi kuat dalm memprediksi PER.

4.4Pembahasan

Hasil pengujian statistik simultan atau uji F menunjukkan bahwa secara simultan Total assets, Debt to equity, divedend payout berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio. Hasil ini mendukung hipotesis keempat. Sedangkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya Total assets, Debt to equity yang mempengaruhi Price Earning Ratio. Hasil ini mendukung hipotesis

pertama dan kedua. Sedangkan Dividend Payout secara parsial tidak mempengaruhi Price Earning Ratio. Hal ini Hipotesis ketiga ditolak.

Hasil uji parsial dalam penelitian ini menyatakan Total assets berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. pengaruh Total assets terhadap Price Earning Ratio sebesar 0.001. Probabilitas signifikansi Total assets lebih kecil dari tingkat

(46)

Hasil penelitian ini berbeda dengan peneliti terdahulu Djendra (2010) menyatakan Total assets tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio karena mungkin disebabkan oleh pandangan investor yang menganggap bahwa besarnya ukuran perusahaan memungkinkan perusahaan tersebut untuk memanfaatkan peluang investasi yang beresiko, akibatnya investor yang risk-averse tidak berminat lagi sehingga cenderung akan menjual saham yang dimilikinya dan berdampak pada penurunan nilai perusahaan yang tercermin pada penurunan harga saham.

Hasil uji parsial dalam penelitian ini menyatakan Debt to equity berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. signifikansi pengaruh Debt to equity terhadap Price Earning Ratio sebesar 0.001. Probabilitas signifikansi Debt to equity lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa

Hipotesis 2 diterima yang berarti Debt to equity secara individu terhadap PER. Hal ini mungkin disebabkan karena penambahan hutang baru juga dapat menjadi sinyal karena hanya perusahaan yang prospek pendapatannya relatif stabil yang berani menambah hutang (Arifin, 2005 : 12). Dengan demikian hutang memiliki pengaruh terhadap investor untuk menanamkan dananya ke perusahaan tersebut, dengan banyaknya permintaan akan saham maka harga saham akan naik dan nilai P/E juga akan naik.

Hasil penelitian ini sama dengan peneliti terdahulu yaitu Faezinia (2012). Menyatakan meningkatkan Debt to equity dapat diharapkan untuk meningkatkan Price Earning Ratio. Meningkatkan Debt to equity menyebabkan peningkatan

(47)

besar dari suku bunga pinjaman, hubungan antara leverage dan ekuitas kembali, maka akan positif. Karena berdasarkan temuan penelitian, menyediakan bahwa peningkatan pinjaman menyebabkan peningkatan rasio return perusahaan dan profitabilitas. Dapat mengimbangi risiko yang dihasilkan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu Marthinova (2007), Hasanah (2009), Djendra (2010) menyatakan Debt to equity tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. Hasil penelitian Djendra (2010) menyatakan semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang berbasis hutang maka resiko kebangkrutan yang akan dialami perusahaan juga semakin besar, sehingga besarnya rasio hutang merupakan sinyal negatif bagi investor terutama bagi investor yang cenderung menghindari resiko.

Hasil uji parsial dalam penelitian ini menyatakan Dividend Payout tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio. Dividend Payout memiliki angka signifikansi 0.800 (diatas 0.05) yang menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 3 ditolak yang berarti Dividend Payout secara individu tidak berpengaruh terhadap PER. Penelitian ini

(48)

Diffrential Theory yang menyebutkan bahwa investor lebih suka untuk menerima

capital gain yang tinggi daripada menerima dividen yang tinggi. Dengan kata lain

investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak yang dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada pembayaran dividen dalam bentuk kas. Untuk itu dapat dijelaskan bahwa investor akan menerima tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividend yield yang tinggi daripada saham dengan dividend yield yang rendah.

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara parsial Total assets berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta

Islamic Index.

2. Secara parsial Debt to Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta

Islamic Index.

3. Secara parsial Dividend payout Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Price Earning Ratio pada saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index.

4. Secara simultan Total assets, debt to equity, dividend payout Ratio berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio.

5.2Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagi investor dalam melakukan penilaian atas saham berdasarkan nilai Price Earning Ratio hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor seperti Total

(50)

berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio. Dan juga investor mempertimbangkan Dividen Payout dalam melakukan penilaian atas saham berdasarkan nilai Price Earning Ratio.

2. Penelitian ini hanya sebatas pada pengamatan 49 perusahan dengan criteria tertentu sehingga memperoleh 12 sampel. Maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih banyak dengan memasukkan semua perusahaan yang masuk di Jakarta Islamic Index selama periode penelitian.

(51)

BAB II

TIMJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Pasar Modal

Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran arus instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 tahun. UU Pasar Modal No.8 tahun 1995 mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Samsul, 2006: 43).

2.1.1.1 Saham

Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham. Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS). Wujud saham terbagi atas dua jenis, yaitu :

1. Saham Preferen (preferred stock)

(52)

istimewa ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan keuangan. 2. Saham biasa (common stock)

Saham biasa dalah jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan bangkrut, maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu. Penghitungan indeks harga saham didasarkan pada harga saham biasa. Hanya pemegang saham biasa yang mempunyai suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2.1.1.2 Analisis dan Penilaian Saham

Beberapa nilai yang berhubungan dengan saham yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku

merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham. Memahami ketiga konsep nilai merupakan hal yang perlu dan berguna, karena dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang bertumbuh (growth) dan yang murah (undervalued). Dengan mengetahui nilai buku dan nilai pasar, pertumbuhan perusahaan dapat diketahui. Perusahaan yang bertumbuh mempunyai rasio lebih besar dari nilai satu yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar dari nilai bukunya.

(53)

yang murah (undervalued), karena investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang seharusnya dia bayar. Sebaliknya nilai pasar yang lebih besar dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang mahal (overvalued) (Jogiyanto, 2003: 88).

Dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham adalah analisis sekuritas fundamental atau analisis perusahaan dan analisis teknikal. Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, deviden yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya), sedang analisis teknis menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham. Analisis teknis banyak digunakan oleh praktisi dalam menentukan harga saham sedangkan analisis fundamental banyak digunakan oleh akademisi.

Analisis fundamental mencoba menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan sehingga disebut juga dengan analisis perusahaan (Jogiyanto, 2003: 89). Berdasarkan analisis fundamental, ada dua pendekatan untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan Price Earning Ratio.

2.1.2. Price earning ratio

Price Earning Ratio merupakan bagian dari rasio penilaian untuk

mengevaluasi laporan keuangan. Menurut Jogiyanto (2003: 89), Price earning ratio menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Ratio ini

(54)

dari earnings. Menurut Tandelilin (2001 : 243), informasi P/E mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, P/E menunjukkan besarnya harga setiap

satu rupiah earning perusahaan.

Price Earning Ratio atau Earning Multiplier menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. P/E didapat dari perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Misalnya, jika P/E suatu saham sebanyak 3 kali berarti harga saham tersebut sama dengan 3 kali nilai earning perusahaan tersebut. P/E ini juga akan memberikan informasi berapa rupiah harga yang harus dibayar investor untuk memperoleh setiap Rp1,00 earning perusahaan (Tandelilin, 2001 : 191).

Price Earning Ratio sangat efektif digunakan untuk mengestimasi suatu

(55)

2.1.2.1 Kegunaan Price earning ratio

Menurut Prastowo (2002:52), Price earning ratio merupakan salah satu metode evaluasi. Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang terhadap harga saham.

Semakin besar Price earning ratio suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai Price earning ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan

pertumbuhan laba di masa mendatang.

Price earning ratio dapat digunakan untuk:

1. Menentukan nilai pasar saham yang diharapkan. 2. Menentukan nilai pasar saham yang akan datang. 3. Menentukan tingkat kapitalisasi saham.

Indikator Price earning ratio berfungsi untuk mengevaluasi apakah saham overvalued atau undervalued. Suatu saham dapat dikatakan overvalued jika

harga pasarnya lebih besar dari harga sebenarnya. Jika suatu saham dikatakan overvalued, maka para investor sebaiknya segera menjual saham yang

(56)

2.1.3. Total Assets

Total assets merupakan keseluruhan dari aset-aset yang dimiliki oleh

perusahaan baik aset tangible ataupun aset intangible yang digunakan dalam operasional perusahaan. Aset yang ada dalam perusahaan juga bisa dibagi menjadi dua bagian besar yang tidak dapat dilepaskan dari karakteristik aset yang dimiliki suatu perusahaan, yaitu aktiva tetap dan aktiva lancar. Aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Aktiva semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama dan diharapkan dapat memberikan manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun. Manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin menurun, kecuali manfaat yang diberikan oleh tanah.

Total Assets merupakan ukuran sebuah perusahaan yang kemudian

dihubungkan dengan peluang memiliki akses ke pasar modal dan mendapatkan bantuan dana dari pihak ketiga. Dengan adanya kemampuan perusahaan dalam memperoleh pinjaman dalam waktu singkat, perusahaan dapat dikatakan memiliki fleksibilitas keuangan yang relatif baik dan memiliki jaminan berupa aset bernilai lebih besar dibandingkan perusahaan kecil (Van Horne, 2005: 503).

Menurut Sartono (2001 : 249), perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dengan

(57)

2.1.4 Debt to Equity Ratio

Perusahaan memerlukan sumber dana untuk memenuhi kebutuhan modalnya. Sumber dana perusahaan dapat dibedakan atas sumber dana internal dan sumber dana eksternal. Sumber dana internal berasal dari modal yang disetor oleh pemilik perusahaan dan laba ditahan. Sedangkan sumber dana eksternal merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan, misalnya sumber dana melalui utang. Debt to Equity merupakan perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan berapa rupiah modal sendiri yang disediakan untuk membayar hutang (Halim, 2007 : 57).

Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk

membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%. Penggunaan hutang itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi (1) pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan, (2) dengan menggunakan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat dan (3) dengan menggunakan hutang maka pemilik memperoleh dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan (Sartono, 2001: 121).

Debt to Equity Ratio mencerminkan kemampuan suatu perusahaan untuk

(58)

Debt to Equity ratio merupakan salah satu rasio leverage. Leverage adalah

rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam mengelola aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Semakin besar leverage menunjukkan bahwa dana yang disediakan oleh pemilik dalam membiaya investasi perusahaan semakin kecil atau tingkat penggunaan hutang yang dilakukan perusahaan semakin besar.

Hal ini juga akan memperbesar tingkat ketidakpastian perusahaan dalam memperoleh return yang berarti akan meningkatkan risiko yang dihadapi perusahaan. Risiko yang dimaksud terkait dengan kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetap yang timbul dari leverage tersebut. Hutang meningkatkan baik laba maupun risiko.

2.1.5 Dividen Payout Ratio

2.1.5.1. Pengertian Dividen dan Dividend Payout Ratio

Diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum (Jogiyanto, 2003:280). Devidend payout ratio (rasio pembayaran dividen) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen (Van Horne, 2005: 496).

(59)

lain pihak, tetapi tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau semakin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen makin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai ”cash dividend” disebut dividend payout ratio.

(60)

2.2 Penelitian Terdahulu

Kasilingam dan Ramasundaram (2011) melakukan penelitian dengan judul penelitian “Price Earning Multiples: Actual Determinants (case study of Domestic Market in India). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

Earning Growth, Dividend Payout Ratio, Return on Equity sedangkan variabel

dependennya adalah Price Earning Ratio. Objek penelitian ini difokuskan pada pasar domestik di India. Hasil penelitian menunjukkan hanya Earning Growth yang mempengaruhi Price earning ratio secara parsial. Sedangkan secara simultan, Earning Growth, Dividend Payout Ratio dan Return on Equity tidak berpengaruh pada Price Earning Ratio.

Faezinia (2012) melakukan penelitian dangan judul “The Quantitative Study of Effective Factors on Price earning ratio in Capital Market of IRAN”. Variable

independennya adalah interest rate, inflation, growth rate, systematic risk, company size, return on equity, dividend yield, and Debt to Equity ratio. Hasil

penelitian menunjukkan interest rate, Inflation, dividend yield berpengaruh negative terhadap PER sedangkan variable growth rate, systematic risk, company size, return on equity, and Debt to Equity ratio berpengaruh positif.

Premkanth (2013) melakukan penelitian dengan judul “Determinant of price earning multiple in Sir Lankan listed companies”. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah return on Equity, Dividend Payout Ratio, Market Capitalization, Retention Ratio, sedangkan dependennya adalah Price Earning

Multiple. Objek peneltian ini difokuskan pada perusahaan yang terdaftar di sri

(61)

Earning Multiple, sedangkan Dividend Payout Ratio berpengaruh positif terhadap

Price Earning Multiple. Market Capitalization, Retention Ratio tidak berpengaruh

terhadap Price Earning Multiple.

Marthinova (2007) melakukan penelitian dengan judul “ Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Price earning ratio perusahaan manufaktur Tbk pada Bursa Efek Jakarta. Variable independennya adalah DER, DPR, SIZE, G, CR, CRISK. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial hanya DPR, SIZE,G yang mempengaruhi Price Earning Ratio.

Hasanah (2009) melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Price earning ratio pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitan adalah Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Return On Assets, Size. Sedangkan variabel dependennya adalah Price Earning Ratio.

Objek penelitian ini difokuskan pada Jakarta Islamic Index (JII). Hasil penelitian menunjukkan, hanya Return On Assets yang mempengaruhi Price earning ratio secara parsial. Dan secara simultan, Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio Return On Assets, Size tidak berpengaruh pada Price Earning Ratio.

Tjendra (2010) dengan judul ” Analisis pengaruh Debt to Equity, Total Assets, Return on Investment dan Devidend Payout Terhadap PER Pada

(62)

2.3. Kerangka Konseptual

Tujuan utama setiap investor dalam berinvestasi adalah untuk mendapatkan sejumlah keuntungan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya pada saat ini maupun pada masa yang akan datang. Perusahaan memiliki kemampuan dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemegang saham menyebabkan munculnya ketertarikan investor pada saham perusahaan tersebut. Hal ini menyebabkan permintaan terhadap saham perusahaan meningkat sehingga akan menaikkan harga saham.

Price Earning Ratio (P/E) merupakan pendekatan yang paling populer dipakai di kalangan analis saham dan para praktisi untuk menilai saham. P/E digunakan oleh investor untuk menghitung berapa kali nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. P/E menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Perubahan pada nilai harga saham dan earning akan mengakibatkan perubahan pada nilai Price Earning perusahaan (Tandelilin, 2001: 191).

Menurut Samsul (2006 :201), secara fundamental harga suatu jenis saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan kemungkinan resiko yang dihadapi perusahaan. Investor dapat mengetahui bagaimana kinerja perusahaan melalui laporan keuangan yang diterbitkan oleh emiten. Baik buruknya kinerja perusahaan tercermin dari rasio-rasio keuangan yang secara rutin diterbitkan oleh emiten.

Total Assets menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan penjualan

(63)

penjualannya atau dapat menaikkan ekspor dan mendapat keuntungan yang lebih besar dari biaya operasionalnya sehingga investor tertarik berinvestasi pada perusahaan tersebut. Hal ini akan dapat meningkatkan nilai harga saham perusahaan sehingga Price earning ratio perusahaan akan meningkat.

Keputusan manajer untuk mengambil dana dari eksternal seperti dijelaskan oleh Leland dan Pyle dalam teori signaling merupakan sinyal bahwa perusahaan berkinerja baik. Perusahaan berani mengambil dana eksternal untuk membiayai suatu proyek merupakan sinyal bahwa proyek tersebut memiliki nilai intrinsik yang tinggi. Penambahan hutang baru juga dapat menjadi sinyal karena hanya perusahaan yang prospek pendapatannya relatif stabil yang berani menambah hutang (Arifin, 2005: 12). Dengan demikian hutang memiliki pengaruh terhadap investor untuk menanamkan dananya ke perusahaan tersebut, dengan banyaknya permintaan akan saham maka harga saham akan naik dan nilai P/E juga akan naik.

Devidend payout merupakan ukuran sebagai dividen yang dibayarkan dibagi

dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum (Jogiyanto, 2003: 280). Sesuai dengan teori sinyal bahwa devidend payout berhubungan erat dengan profitabilitas perusahaan dan pasar merespon dengan harga yang meningkat signifikan pada saat peningkatan deviden serta menurun dalam jumlah besar saat ada pemotongan dividen (Arifin, 2005: 122). Kenaikan dan penurunan pada harga saham akan mempengaruhi nilai Price Earning perusahaan. Pengaruh Total Assets, Debt To Equity, dan Devidend Payout terhadap Price earning ratio dapat

Gambar

Tabel 3.1 Hasil Penentuan Sampel
Tabel 3.4 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
Tabel 4.1 Data Rasio Keuangan Astra Agro Lestari Tbk
Tabel 4.3 Data Rasio Keuangan Charoen Pokphand Indonesia Tbk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gejala khas dari gangguan-gangguan mental tersebut adalah adanya keluhan nyeri atau gejala fisik lain yang berat, dan dengan tidak ditemukannya kondisi patologis

T he night of her nonbirthday dinner when she’d found Nora and Louisa in Jack’s bedroom and asked them what was wrong and why Louisa was crying, the night she wouldn’t let up until

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah internal audit yang dilihat dari jumlah anggotanya, proporsi dewan komisaris independen yang didapatkan dari jumlah

Penyebaran skala dilaksanakan oleh peneliti dengan membagikan skala pada istri pelaut yang tergabung di komunitas Persianis (Persatuan Istri Pelaut Alumni AMNI), Oliver,

Kategori pertama, dilihat dari segi obyeknya tradisi penentuan calon pasangan perkawinan dengan menggunakan weton di Desa Wiro merupakan 'urf'amali , hal

Sistem biometrik yang dapat mencegah orang yang tak berwenang memasuki fasilitas-fasilitas rahasia atau mengakses informasi yang bersifat rahasia

Skripsi dengan judul “Model Cooperative Learning Dalam Kegiatan Ekstrakuriuler Karawitan Jawa di SMP Negeri 12 Yogyakarta” telah diterima oleh Tim Penguji

Landasan hukum yang digunakan oleh LBH adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dengan argumentasi penafsiran bahwa UU ini memuat pengertian