• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Pada Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Kebijakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Pada Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar)"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Daftar Pustaka

AG. Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik; Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bagong Suyanto. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. (Jakarta, Prenada, 2005)

Emzir. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Rajawali Pers: Jakarta, 2010)

Hadari Nawawi. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1992)

Hamidi, Metode Penelitian kualitatif (Malang: UMM Press, 2005)

Hesel Nogi S, Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta:Lukman Offset YPAPI.

Kusumanegara, Sclahuddin. 2009. Model dan Aktor Dalam Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta. Penerbit Gava Media

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2003. Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta

Paimin Napitupulu. 2007. Pelayanan Publik dan Customer Satisfaction, Prinsip –prinsip Dasar agar Pelayanan Publik Lebih Berorientasi pada Kepuasan dan Kepentingan Masyarakat. Bandung: Alumni

Riant Nugroho. 2006. Kebijakan untuk Negara-negara Berkembang (Model model Perumusan Implementasi dan Evaluasi). Jakarta: Elex Media Komputindo

Sedarmayanti.Goof Governance dalam rangka Otonomi Daerah. Bandung.Penerbit Mandar Maju,2003

Singarimbun, Masri, dkk. (1995). Metode Penelitian Survei. LP3S. Jakarta

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009)

Wahab,Solichin Abdul.1997.Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara.Malang

(6)

Winarno,Budi. 2004. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo

DOKUMEN PERUNDANG-UNDANGAN

Instruksi Presiden Nomor 07 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Peraturan Presiden No. 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah (lembaran negara republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741).

Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar.

SUMBER INTERNET

http://www.metrosiantar.com/2014/01/30/120997/evaluasi-akuntabilitas-kinerja-pemerintah-pemko-siantar-nilai-d

(7)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

III.1.1 Sejarah Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

Dinas Kebersihan merupakan dinas yang dibentuk untuk menangani bidang kebersihan Kota Pematangsiantar. Pada awalnya dinas ini merupakan dinas lingkungan hidup dan kebersihan sebagai salah satu pelaksanan tugas otonomi daerah, yag mana pembentukannya diatur pertama sekali dalam Peraturaan Daerah Nomor 19 Tahun 1976 yang disahkan dengan Surat Keputusan Gubernur Sumaera Utara Nomor 631/GSU tanggal 8 November 1976. Kemudian Surat Keputusan ini diganti dengan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 1979 tentang dinas kebersihan dan pertamanan dan berakhir dengan peraturan daerah Nomor 8 Tahun 1992 tentang Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Dan terakhir menjadi Dinas Lingkungan hidup dan Kebersihan sebelum masa reformasi dikeluarkannya dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999.

(8)

Pemerintah daerah Kota Pematangsiantar mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 3 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar.

III.1.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar disahkan dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 2 Tahun 2011 tanggal 17 Februari 2011 dengan susunan sebagai berikut.

(9)

Seksi Angkutan Sampah Bidang Angkutan Sampah Seksi Kebersihan Permukiman Seksi kebersihan Jalan Seksi Kebersihan Drainase Bidang Kebersihan Permukiman Seksi Penyusunan Program dan Kelompok Jabatan Struktural Kepala Dinas Seksi Perbengkelan dan gudang Seksi Operasional dan Pemeliharaan Seksi Operasional dan pemeliharaan TPA UPTP Bidang Penyusunan Program dan Sub Bag Keuangan Sub Bag kepegawaian Sub bag Umum

Bidang Pemeliharaan TPA dan TPSS

(10)

Berdasarkan struktur di atas dan LAKIP Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar dapat dilihat bahwa untuk melaksanakan tugas poko dan fungsinya Dinas Kebersihan Kota Pemtangsiantar didukung sumber daya manusia sebanyak 260 orang dengan rincian sebagai berikut :

a. Jumlah Sumber daya manusia per 31 Desember 2014 untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kebersihan Kota pematangsiantar seagai berikut :

• Pegawai Negeri Sipil : 86 orang

• Tenaga Harian lepas (THL) : 174 orang

b. Kualifikasi Pendidikan PNS

PENDIDIKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Magister -

Sarjana 20 orang

Sarjana Muda 1 orang

SLTA 46 orang

SLTP 12 orang

SD 7 orang

Jumlah 86 orang

Tabel 1.1 Kualifikasi Pendidikan PNS

c. Pangkat/Golongan

• Golongan IV : 4 orang • Golongan III : 22 orang

(11)

• Golongan I : 19 orang

d. Pengisian Jabatan Sesuai Struktur Organisasi

Struktur Dinas Kebersihan terdiri dari Kepala Dinas, Sekretaris, 3 kepala Sub bagian, 4 Kepala Bidang yang membawahi 11 Seksi, semua jabatan Struktural pada dinas kebersihan untuk eselon III dan eselon IV sudah terisi.

III.1.3 Tugas dan Fungsi Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Pemtangsiantar Nomor 3 tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas –Dinas Daerah Kota Pematangsiantar. Lalu dengan Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 28 Tahun 2011 tenttang uraian tugas dan fungsi dinas-dinas daerah Kota Pematangsiantar terbentuk pembagian kinerja di struktur dinas kebersihan Kota Pematangsiantar.

Berdasarkan peraturan tersebut Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar mempunyai tugas dan urusan rumah tangga daerah dalam bidang kebersihan dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan tugasnya.

Tugas pokok Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar antara lain :

(12)

2. Menyelenggarakan penetapan, penagihan, pengutipan, pembukuan dan penyetoran hasil retribusi pelayanan kebersihan.

3. Melakukan pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam bidang kebersihan.

4. Meneyelenggarakan pemeliharaan lkebersian kota meliputi jalan, saluran dan sarana umum serta pelaksanaan pengawasan pengelolaan umum serta pelaksanaan pengawasan pengelolaan pengangkutan sampah ke Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) serta pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas. 5. Melaksanakan ketatusahaan dinas meliputi pengelolaan administrasi

kantor, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, retribusi pelayanan kebersihan dan pelaporan.

6. Melaksankana tugas-tugas lain yang diberikan Walikota kepada dinas kebersihan.

Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar mempunyai fungsi sebgai berikut :

1. Perumusan kebijakan teknis dan penyusunan program kegiatan operasional pelaksanaan pembangunan, pengelolaan, pengingkatan sarana dan prasarana di bidang kebersihan.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya.

3. Pengelolaan rekomendasi perizinan di bidang kebersihan.

(13)

Tugas dan fungsi ini dispesifikasikan lagi daam bagian-bagian atau bidang-bidang urusan antara lain :

1. Bagian sekretariat, membantu kepala dinas dalam melaksanakan sebagian tugas dinas lingkupkesetariatan meliputi pelaksanaan pengelolaan administrasi surat-menyurat, ketatusahaan, arsip dan perlengkapan; pengelolaan administrasi kepegawaian, keuanggan dan inventaris kantor; pelaksanaan urusan rumah tangga dinas serta perawatan dan pemeliharaan asset dinas; perumusan anggaran operasional dan anggaran pembangunan dinas; pembinaan pegawai dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Tugas-tugas sekretariat dijabarkan sebagai berikut : a. Sub bagian umum dan perlengkapan

1) Menyipakan bahan-bahan dan tempat rapat

2) Menyiapakan rencana pemeliharaan gedung dan peralatan kantor

3) Mengarsipkan surat masuk dan keluar

4) Membantu kelancaran dan pendistribusian surat menyurat 5) Melaksanakan pengadaan, pemeliharaan

alat-alat/barang-barang inventaris kantor

6) Melaksanakan rencana dan program hubungan masyarakat 7) Mengumpulakn, mengelola, dan menyajikan bahan/data untuk

pelaksanaan tata usaha, administrasi umum barang, perlengkapan dan pelayanan perjalanan dinas.

(14)

1) Menyusun kelengkapan dan administrasi kepegawaian

2) Membuat rencana kebutuhan pengembangan, pemindahan dan kenaikan pangkat kepegawaian

3) Membuat Daftar Urat Kepangkatan (DUK) Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan dinas kebersihan

4) Menyusun rencana peningkatan sumber daya aparatur melalui pendidikan formal dan informal

5) Menyiapkan absensi kehadiran pegawai, penegakan disiplin dan pembinaan pegawai.

c. Sub bagian keuangan, yang memiliki tugas pokok antara lain : 1) Menyusun rencana anggaran ooperasional

2) melaksanakan pengurusan gaji pegawai

3) mengkoordinir segala pungutan dan setoran pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku

2. Bidang penyusunan pogram dan pelaporan merupakan unsure pelaksanan yang dipimpin seorang kepala bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala dinas. Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang penyusuanan program dan pelaporan yang terdiri dari :

a. Melaksanakan perencanaan, program kerja,pengembangan dan penyuluhan bedasrkan kebijaksanaan teknis

(15)

d. Merencakan pengembangan program kerja, pengendalaian dan pengawasan pekerja dan penyebaran informasi

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai bidang tugasnya

Penjabaran tugas di atas dibantu dan dilaksanakan oleh 3 seksi yaitu : a. Seksi penyusuanan program, data dan informasi yang memiliki

tugas pokok yaitu :

1) Menyiapakan rencana, mengatur, menelaah dan menyusun kebijaksanaan tekni serta program kerja

2) Membuat rencana/programkerja dalam upaya peningkatan pelayanan

3) Melaksanakan tugastugas lainyang diberikan oleh kepala bidang sesuai bidang tugasnya

b. Seksi monitoring dan pelaporan yang memiliki tugas pokok yaitu : 1) Melaksanakan pendataan, penelitian, dan oengembangan dan

pelaporan pelaksanaan kegiatan teknis dinas

2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai bidang tugasnya

c. Seksi evaluasi yang memiliki tugas pokok yaitu :

1) Melaksanakan pengembangan program kerja, pengendalian dan pengawasan kerja

2) Melakukan penyuluhan

(16)

3. Bidang kebersihan permukiman merupakan unsur pelaksana yang dipimpin seorang kepala bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berda di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala dinas. Bidang kersihan dan permukiman juga mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang kebersihan dan permukiman. Penyelenggraan tugas tersebut meliputi :

a. Melaksanakan kegiatan penyapuan jalan dan pengumpulan sampah yang berada di jalana rteri dan jalan kolektor

b. Melaksanakan kegiatan kebersihan selokan/parit-parit dan penggalian sedimen yang berada di Jalan Arteri dan Jalan kolektor c. Melaksanakan kegiatan pembabatan dan pengikisan rumput di

berm-berm yangberada di jalan arteri dan jalan kolektor

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai bidang tugasnya

Penjabaran tugas di atas dibantu dan dilaksanakan oleh 3 seksi yaitu :

a. Seksi keberihan jalan mempunyai tugas :

1) Melaksanakan kegiatan penyapuan jalan dan pengumpulan sampah yang berada di jalan arteri dan jalan kolektor.

2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai bidang tugasnya

b. Seksi kebersihan drainase mempunyai tugas :

(17)

2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai bidang tugasnya

c. Seksi kebersihan permukiman mempunyai tugas :

1) Melaksanakan pembabatan dan pengikisan rumput di berm-berm jalan yang berada di jalan arteri dan jalan kolektor

2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai bidang tugasnya.

4. Bidang angkutan sampah merupakan unsure pelaksana yang dipimpin seorang kepala bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala dinas. Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidanng angkutan sampah antara lain :

a. Melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang angkutan sampah berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh kepala dinas

b. Melaksanakan pengangkutan sampah-sampah dari Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS) dan tempat lainnya ke Tempat Pembungan Akhir (TPA)

c. Melaksanakan pemeliharaan, perawatan, pengoperasian dan perbaikan alat-alat pengangkutan sampah.

Penjabaran tugas di atas dibantu dan dilaksanakan oleh 3 seksi yaitu :

a. Seksi operasional truk dan gerobbak sampah

(18)

2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai bidang tugasnya

b. Seksi pemeliharaan truk dan gerobak sampah

1) Melaksanakan pemeliharaan, perawatan truk sampah, truk Armroll dan gerobak-gerobak

2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai bidang tugasnya.

c. Seksi perbengkelan dan gudang

1) Melakukan perbaikan dan penyimpanan Dump Truck sampah, Truk Armroll dan gerobak sampah.

2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan bidang tugasnya.

5. Bidang pemeliharaan TPA dan TPSS merupakan unsur pelaksana yang dipimpin seorang kepala bidang yang dalam melaksanakan tugasnya di bawagh dan bertanggung jawab kepada kepala dinas. Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang pemeliharaan TPA dan TPSS meliputi :

a. Melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang pemeliharaan TPA dan TPSS

b. Melaksanakan kegiatan pengaturan sampah di TPA dengan mempergunakan alat berat

c. Melakukan pencatatan dan pengeluaran terhadap sampah ayang masuk ke TPA

(19)

Penjabaran tugas di atas dibantu dan dilaksanakan oleh 2 seksi yaitu :

a. Seksi operasional dan pemeliharaan TPA mempunyai tugas : 1) Melakukan pengaturan sampah di TPA

2) Melakukan pendorongan sampah di TPA

3) Melakukan pengoperasian dan pemeliharaan peralatan serta penataan TPA

4) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai bidang tugasnya

b. Seksi operasional dan pemeliharaan TPSS mempunyai tugas : 1) Melaksanakan pemeliharaan dan pembersihan TPSS

2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai tugasnya.

III.1.4 RENCANA STRATEGIS 2011-2015

Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Perencanaan strategic merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja. Disamping itu perencanaan strategic juga diperlukan oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategik, nasional, dan global serta tetap berada dala tatanan manajemen sosial.

(20)

Rencana strategis Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar Tahun 2011-2015 disusun guna :

a. Memastikan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pengawasan pada setiap tahun anggaran 5 (lima) tahun yang akan datang.

b. Memastikan tercapainya penggunaan sumber daya secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan.

c. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar bidang pada Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar.

III.1.5 VISI DAN MISI

Visi merupakan cara pandang jauh ke depan tentang kemana Dinas Kebrsihan Kota Pematangsianntar akan diarahkan dan menggambarkan hendak menjadi apa organisasi di masa depan serta upaya menbangun agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Penetapan visi Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar sangat penting bagi penentu arah pelaksanaan tugas yang diemban oleh seluruh jajaran pimpinan dan pegawai. Visi tersebut digali sejalan dengan cita-cita masyarakat dan nilai-nilai yang dianut seluruh anggota orgasnisasi dengan mempertimbangkan faktor lingkungan sekitarnya dan keselarannya dengan visi Negara republik Indonesia dan visi Pemerintah kota pematangsiantar.

Visi dinas kebersihan kota pemetangsiantar adalah “Terwujudnya kota yang bersih, dalam rangka mewujudkan kota Pematangsiantar yang mantap, maju dan jaya”

Adapun pengertian visi walikota adalah sebagai berikut :

(21)

maupun sumber daya manusia dalam keadaan stabil sehingga mampu memberikan andil dalam pembangunan daerah

• Maju : dalam arti kinerja pembangunan daerah, ditandai dengan adanya

laju pertumbuhan dan peningkatan grafik di sektor-sektor prioritas yang secara langsung berdampak positif bagi peningkatan kualitas kehidupan serta penguatan posisi daya saing ekonomi sosial dan budaya masyarakat kota pematangsiantarsecara berkelanjutan.

• Jaya : dalam arti pembangunan daerah yang telah dilaksanakan oleh

pemerintah kota dan masyarakat pematangsiantar berhasil dengan sukses sesuai target-target yang ditetapkan dalam kinerja pembangunan.

Penjelasan dari visi tersebut adalah sebagi berikut :

Sampah merupakan masalah yang pelik selalu dihadapi oleh pemerintah kota karena dapat menyebabkan kotornya lingkungan sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Pada masa-masa yang akan datang volume timbunan sampah akan terus meningkat dibanding. Volume sampah Kota Pematangsiantar adalah sekitar 729,82 m3 / hari. Permasalahan utama yang dihadapi adalah kurangnya fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (TPSS), kurang optimal kinerja dan kesadaran aparat kebersihan serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan.

Berikut penjabaran beberapa masalah yang dihadapi dinas kebersihan pemerintah Kota Pematangsiantar antara lain :

(22)

2. Bak sampah (container) belum mencukupi dan gerobak dorong masih sangat minim.

3. Keadaan alat berat di TPA dengan usia di atas 7 tahun berkibat kurang bertenaga dan berdaya.

4. Masa kontrak TPA yang akan berakhir menjadi hambatan dalam penataanya.

5. Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola hidup menyebabkan produksi sampah meningkat.

6. Kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat kurang dan sering masyarakat membuang sampah sembarangan (tidak pada tempatnya) seperti di TPSS yang telah disediakan sehingga sampah berserakan di mana-mana

Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi yang ingin dicapai, pernyataan misi membawa orgasnisasi kepada suatu fokus yang harus dilaksanakan sesuai dengan visi yang telah ditetapkan. Proses perumusan misi organanisasi harus memperhatikan masukan dari pihak yang berkepentingan (stakeholders) dan memberi peluang untuk perubahan sesuai dengan tuntuan lingkungan.

(23)

a. Menciptakan budaya bersih

b. Melengkapi dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana kebersihan.

c. Meningkatkan profesionalisme petugas kebersihan

d. Meningkatkan pengelolaan sampah untuk pengolahan dan pemanfaatan.

III.1.6 TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dan sasaran merupakan implementasi atau penjabaran dari misi dan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilakan pada kurun waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun ke depan. Hal ini dilakukan sebagai acuan resmi bagi perangkat daerah sekaligus sebagai penentuan pilihan-pilihan program kegiatan perangkat daerah sebagai berikut :

• Menyediakan satu acuan resmi bagi dinas kebersihan Kota Pematangsiantar

menentukan prioritas program dan kegiatan tahunan yang akan dibiayai dari APBD Kota Pematangsiantar, APBD Provinsi dan sumber pembiayaan APBN • Menyediakan satu tolak ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja

tahunan

• Menjabarkan gambaran tentang kondisi umum Dinas Kebersihan

• Memudahkan Dinas Kebersihan dalam mencapai tujuan dengan cara

menyusun rogram dan kegiatan secara terpadu, terarah, dan terukur

• Memudahkan daam memahami dan menilai arah, kebijakan dan program serta

kegiatan operasional tahunan.

(24)

NO. TUJUAN SASARAN 1. Peningkatan pelayanan

administrasi

Tercapainya peningkatan pelayanan adminsitrasi Dinas Kebersihan

2. Peningkatan pelayan

administrasi Dinas

Tercapainya pelayanan sarana mobilitas aparat

3. Peningkatan disipsin Penegakan disiplin 4. Peningkatan pengetahuan

aparat

Peningkatan sumber daya manusia

5. Peningkatan sistem laporan Laporan

6. Peningkatan pengelolaan persampahan

Peningkatan sumber daya manusia

7. Peningkatan sistem sarana dan prasana

Peningkatan sumber daya manusia

(25)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data-data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dan observasi sehingga dapat mennjawab permasalahan utama yang ingin peneliti deskripsikan. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen dari Kantor Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar. Kemudian peneliti melakukan wawancara kepada informan untuk mengetahui lebih dalam tentang pengimplementasian sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang sedang diteliti. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para informan merupakan pertanyaan yang berasal dari pedoman wawancara yang telah penulis susun sebelumnya. Namun, dalam pelaksanaan wawancara yang penulis lakukan pertanyaan-pertanyaan tersebut mengalami pengembangan yang disesuaian dengan permasalahan penelitian.

IV.1 Deskripsi hasil kuesioner tentang Implementasi Kebijakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

A. Identitas Responden

(26)

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Laki-laki 15 60 %

2. Perempuan 10 40 %

Jumlah 25 100 %

Sumber: Hasil penelitian, 2016

Dari table tersebut maka dapat dijelaskan bahwa dari responden 25 orang, ada sebanyak 15 orang (60 %) responden berjenis kelamin laki-laki dan ada sebanyak 10 orang (40 %) responden berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada responden perempuan.

Tabel IV.2. Distribusi Identitas Responden Bersdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. SD/Sederajat - -

2. SMP/Sederajat - -

3. SMA/Sederajat 8 32%

4. Diploma 2 8%

5. S-1 20 60%

Jumlah 25 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

(27)

Tabel IV.3 Distribusi Identitas Berdasarkan Jabatan

No. Jabatan Jumlah (orang) Persentase

1. PNS 19 76%

2. Honorer 6 24%

Jumlah 25 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

B. Jawaban Responden Tentang Indikator Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan kuesioner kepada 25 orang responden. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Responden yang mengetahui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah

Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui seberapa besar responden yang mengetahui SAKIP.

Tabel IV.4. Jawaban Responden yang mengetahui SAKIP

No. Kategori Jawaban Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Sangat Tahu 4 16%

2. Tahu 16 54%

3. Kurang Tahu 5 20%

4. Tidak Tahu - -

Jumlah 25 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

(28)

mengetahui SAKIP, mereka adalah kepala seksi dan beberapa staf. Tetapi terdapat 5 orang (20%) kurang mengetahui SAKIP dan mereka adalah staf yang bekerja di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar. 2. Responden yang mendapat sosialisasi tentang SAKIP

Tabel IV.5. Jawaban Responden tentang Sosialisasi SAKIP

No. Kategori Jawaban Frekuensi (f) Persentase

1. Selalu

2. Sering 6 24%

3. Jarang 9 32%

4. Tidak pernah 10 40%

Jumlah 25 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

Dari Tabel IV.5 di atas menerangkan bahawa terdapat 6 orang (24%) mengatakan sering dan mereka adalah staf. Sedangkan 9 orang (32%) mengatakan jarang adalah beberapa kepala seksi dan kepala bidang. Selebihnya terdapat 10 orang (40%) mengatakan tidak pernah.

3. Responden yang menjawab ketepatan penyusunan LAKIP

Tabel IV.6 Jawaban responden tentang ketepatan penyusunan LAKIP No. Kategori Jawaban Frekuensi (f) Persentase

1. Sangat Mengerti - -

2. Mengerti 19 76%

3. Kurang Mengerti 6 24%

(29)

Jumlah 25 100% Sumber : Hasil Penelitian, 2016

Dari IV.6 menjelaskan bahwa sebanyak 19 orang (76%) hanya mengerti proses penyusunan LAKIP. Di mana mereka adalah pengurus bidang dan bagian yang hanya mengetahui karena sudah menjadi kebiasaan dalam penyusunan LAKIP. Sedangkan sebanyak 6 orang (24%) adalah para staf yang hanya mengikuti proses penyusunan LAKIP.

4. Responden yang menjawab tentang memerlukan tenaga ahli dalam pengembangan program kerja

Tabel IV.7 Jawaban Responden tentang memerlukan tenaga ahli dalam pengembangan program kerja

No. Kategori Jawaban Frekuensi (f) Persentase

1. Sangat membutuhkan 14 56%

2. Membutuhkan 10 40%

3. Kurang Membutuhkan - -

4. Tidak Membutuhkan 1 4%

Jumlah 25 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

(30)
[image:30.595.162.516.189.372.2]

membutuhkan tenaga ahli untuk pengembangan program kerja yang tidak hanyak mengumpulkan sampah dan membuangnya ke TPA. 5. Responden yang menjawab tentang disiplin kehadiran pegawai

Tabel IV.8 Jawaban responden tentang disiplin kehadiran pegawai No. Kategori Jawaban Frekuensi (f) Persentase

1. Sangat Baik 1 4%

2. Baik 23 92%

3. Kurang Baik 1 4%

4. Tidak Baik - -

Jumlah 25 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

Dari data di atas menjelaskan bahwa 23 orang (92%) mengatakan baik, sedangkan 1 (4%) orang mengatakan sangat baik dan 1 orang (4%) juga mengatakan tidak baik.

[image:30.595.160.518.194.370.2]

6. Responden yang menjawab tentang pendapatan (gaji) yang diterima pegawai.

Tabel IV.9 Jawaban Responden tentang pendapatan (gaji) yang diterima pegawai.

No. Kategori Jawaban Frekuensi (f) Persentase

1. Sangat Mencukupi - -

2. Mencukupi 23 92%

3. Kurang Mencukupi 2 8%

4. Tidak Mencukupi - -

(31)

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

Dari Tabel IV.9 menjelaskan terdapat 23 orang (92%) mendapat kecukupan pendapapatan (gaji). Sedangkan 2 orang(8%) orang mengatakan tidak mencukupi, mereka adalah para tenaga honorer. 7. Responden yang menjawab pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan

[image:31.595.161.516.303.478.2]

pelatihan (DIKLAT).

Tabel IV.10 Jawaban responden tentang pendapatan (gaji) yang diterima pegawai.

No. Kategori Jawaban Frekuensi (f) Persentase

1. Sangat Sering - -

2. Sering 11 44%

3. Kurang Sering 13 52%

4. Tidak Pernah 1 4%

Jumlah 25 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

Dari data Tabel IV.10 di atas terdapat 11 orang (44%) mengatakan sering. Namun terdapat 13 orang (52%) mengatakan kurang sering bahkan 1 orang (4%) mengatakan tidak pernah. Hal ini membuktikan bahwa pegawai Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar jarang mendapatakan pendidikan dan pelatihan (DIKLAT).

8. Responden yang menjawab fasilitas kantor (ATK) yang memadai. Tabel IV.11 Jawaban Responden tentang Fasilitas kantor

No. Kategori Jawaban Frekuensi (f) Persentase

[image:31.595.161.516.695.754.2]
(32)

2. Mencukupi 13 52%

3. Kurang Mencukupi 12 48%

4. Tidak Mencukupi - -

Jumlah 25 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

Dari Tabel IV.11 menjelaskan terdapat 13 orang (52%) mengatakan bahwa fasilitas ATK kantor mencukupi. Tetapi ada peerbedaan pendapat dengan 12 orang (48%) mengatakan tidak mencukupi.

[image:32.595.162.515.84.201.2]

9. Responden yang menjawab sarana-prasarana (gedung, gudang, bengkel, transportasi, tempat parker, toilet, dll)

Tabel IV.12 Jawaban Responden tentang Sarana dan prasarana

No. Kategori Jawaban Frekuensi (f) Persentase

1. Sangat terseedia 1 4%

2. Tersedia 7 28%

3. Kurang Tersedia 17 68%

4. Tidak Tersedia - -

Jumlah 25 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

Dari Tabel IV.12 menjelaskan hanya 1 orang (4%) mengatakan sangat tersedia. Sedangkan terdapat 7 orang (28%) mengatakan tersedia. Tetapi terdapat 17 orang (68%) mengatakan tidak tersedia dengan baik.

(33)
[image:33.595.165.516.113.234.2]

Tabel IV.13 Jawaban Responden Tentang SOP LAKIP.

No. Kategori Jawaban Frekuensi (f) Persentase

1. Ada 3 12%

2. Tidak ada 22 88%

Jumlah 25 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

Dari Tebel IV.13 menjelaskan terdapat 3 orang (12%) mengatakan ada SOP dan mereka adalah para staf. Sedangkan 22 orang (88%) mengatakan tidak ada SOP yang baku tentang penyusunan LAKIP di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar.

11.Responden yang menjawab kesadaran tanggungjawab dan tugas pegawai.

Tabel IV.14 Jawaban Responden tentang tanggungjawab dan tugas pegawai

No. Kategori Jawaban Frekuensi (f) Persentase

1. Sangat Mengetahui - -

2. Mengetahui 17 68%

3. Kurang Mengetahui 8 32%

4. Tidak Mengetahui - -

Jumlah 25 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

[image:33.595.162.512.473.649.2]
(34)
[image:34.595.160.517.137.314.2]

12.Responden yang menjawab koordinasi pegawai

Tabel IV.15 Jawaban responden tentang koordinasi pegawai No. Kategori Jawaban Frekuensi (f) Persentase

1. Sangat Baik - -

2. Baik 20 80%

3. Kurang baik 5 20%

4. Tidak Baik - -

Jumlah 25 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2016

Dari data Tabel IV.15 menjelaskan terdapat 20 orang (80%) mengatakan koordinasi pegawai baik. Namun terdapat juga 5 orang (20%) mengatakan tidak baik.

[image:34.595.161.518.498.675.2]

13.Responden yang menjawab Struktur birokrasi telah memadai di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar.

Tabel IV.16 Jawaban responden tentang Struktur birokrasi

No. Kategori Jawaban Frekuensi (f) Persentase

1. Sangat memadai - -

2. Memadai 16 64%

3. Kurang Memadai 9 36%

4. Tidak Memadai - -

Jumlah 25 100%

(35)

Dari Tabel IV.16 menjelaskan bahwa 16 orang (64%) mengatakan struktur birokrasi Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar memadai. Tetapi ada juga 9 orang (32%) mengatakan kurang memadai.

IV. 2 Deskripsi hasil wawancara tentang Implementasi Kebijakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

Selama kurang lebih 3 bulan melakukan penelitian ini, secara khusus setelah mewawancarai beberapa orang informasi akan beberapa factor yang diperhatikan dalam pengimplementasian SAKIP ini anatara lain :

IV.1.1 Komunikasi

Komunikasi yang diteliti dalam permasalahan ini meliputi transmisi atau kecukupan informasi yang diterima oleh setiap bidang Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar, kejelasan dan konsistensi (ketetapan) dalam menyampaikan informasi mengenai pelaksanaan SAKIP Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar.

a. Transmisi (Penyaluran Komunikasi Kepada Impelementor Tentang Penyusunan LAKIP)

(36)

dan Tata Cara Review Atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Bagian Administrasi Pemerintahan Umum Sekretariat Kota Pematangsiantar tidak ada melakukan sosialisasi kepada seluruh SKPD untuk proses penyusunan LAKIP tersebut dan hanya memberikan contoh format penyusunan LAKIP. LAKIP merupakan hasil laporan pertanggungjawaban keseluruhan atas realisasi program dan anggaran yang telah disusun dan dilaksanakan oleh SKPD sesuai denga Rencana Kerja (Renja).

Berkaitan dengan hal tersebut , Bapak Prasizu Minly Harahap selaku Kepala Sub Bagian Otonomi Daerah dan Pertanahan yang lulusan dari Sarjanan Ilmu Terapan Pemerintahan menyatakan

“Benar, kami tidak ada melakukan sosialisasi. Langsung saja kami kasih proses penyusunan LAKIP itu kepada setiap SKPD dengan dilampirkan surat pemberitahuan dan ikut formatnya. Untuk mengisinya kami rasa SKPD sudah tau mengerjakannya. Untuk sosialisasi itu kita gak ada anggaran”(Wawancara pada tanggal 25 Februari 2016)

(37)

pertanggungjawaban realisai kinerja dan program yang akan diakumulasikan dalam LAKIP.

Bidang Penyusunan dan Pelaporan yang bertanggungjawab menyusunan LAKIP dikerjakan oleh beberapa seksi dan saling berkoordinasi. Secara khusus pengerjaan LAKIP dilaksanakan oleh Seksi Monitoring dan Pelaporan karena sudah merupakan bagian dari tugas pokok dan fungsinya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Ibu Susanna S.P selaku Kepala Bidang Penyusunan Program dan Pelaporan dan sekaligus penanggungjawab penyusunan LAKIP ,

“Kita dapat surat dari Pemerintah kota yaitu bagian Administrasi Pemerintahan Umum bagian dari sekretariat untuk menyusunan LAKIP yang asalnya dari intruksi presiden dan tidak ada sosialisasi gitu dan langsung kita kerjakan sesuai dengan format yang dikasih dari mereka”(Wawancara pada tanggal 18 Februari 2016)

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa Dinas Kebersihan dan Kota Pematangsiantar tidak mendapatkan sosialisasikan kebijakan SAKIP dan langsung mengerjakan LAKIP sesuai dengan Inpres Nomor 7 tahun 1999.

b. Kejelasan (Pengetahuan Implementor Tentang SAKIP)

(38)

Demikian pernyataan dari ibu Feronika S.E selaku kepala seksi Monitoring dan Pelaporan saat ditanya mengenai pemahaman dari pegawai Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar akan kebijakan SAKIP, “Kalau bicara akuntabilitas, semua itu bicara pertanggungjawaban kinerja pemerintah mengenai tugasnya kepada masyarakat di mana berisikan tentang anggaran dan hampir sama dengan laporan pertanggungjawaban (Lkpj)”.

Hal yang sejalan juga dikemukanan oleh Bapak Drs. Robert Samosir selaku Kepala Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar ketika ditanya tentang pemahamannya akan LAKIP termasuk tujuan dan manfaatnya,

“Jadi akuntabilitas itu adalah suatu perbuatan, kegiatan dari instansi emerintah itu yang bisa dipertanggungjawabkan sesuai dengan tupoksi yang ada. Dan itu nyata dikerjakan. Pertanggungjawaban itu dilihat dari hasil pelaksanaan yang dituangkan dalam suatu laporan. Dan ini akan menjadi pedoman untuk meningkatan dan merencakan serta melanjutkan dari sistem pemerintahan yang berjalan”.(Wawancara pada tanggal 29 Februari 2016)

(39)

penyusunan LAKIP di Kota Pematangsiantar. Dalam pengerjaan dari format LAKIP tersebut, bagian Administrasi Pemerintahan Umum Sekretariat Kota Pematangsiantar memberikan tenggang waktu 2 bulan untuk setiap SKPD untuk mengerjakan LAKIPnya dan akan diberikan surat peringatan bila tidak menyelesaikannya tepat waktu. Demikian, Ibu Susanna S.P

“Untuk mengerjakan LAKIP ini sudah lumayan jelas. Karena sudah ada kerangka acuannya di surat masuk dari Kantor Administrasi Pemerintahan Umum tentang sistematika penulisan dan kerangka formatnya yang berisikan data-data yang valid. Dan pengumpulannya sebelum tanggal yang di surat itu sudah kami kumpulkan secepatnya dan biasanya di kasih waktu 2 bulan”. (Wawancara pada tanggal 18 Februari 2016)

Hanya saja terdapat sedikit kekurangpahaman dari pegawai dinas kebersihan khususnya Seksi Monitoring dan Pelaporan mengenai makna dari kata-kata yang tercantum dalam format Penyusunan LAKIP tersebut. Berikut ini penuturan dari ibu Feronika S.E,

“Pemahaman indikator dalam format penyusunan LAKIP ini agak sulit ditafsirkan. Karena berbeda maknanya dan pengertiannya. Contohnya kata sasaran dan target. Saya terkadang bingung sendiri dimana maksud bahasa dari indikator LAKIP kadang berbeda menurut kami dengan mereka. Dan kami biasanya langsung koordinasi ke bagian Administrasi Pemerintahan Umum melalui telfon ataupun kami langsung ke sana menanyakan dan bila ada perbaikan segera kami perbaiki”. (Wawancara pada tanggal 29 Februari 2016)

(40)

c. Konsistensi (Ketepatan Dalam Pelaksanaan Pengimplementasian SAKIP)

Diberlakukannya SAKIP memiliki tujuan dan manfaat yang diharapkan akan dicapai, temasuk oleh Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar, salah satunya adalah menjadi bentuk pertanggungjawaban dan monitoring bagi realisasi program dan rencana kerja sehingga dapat dilihat sinergitas antara program serta visi dan misi yang telah ditetapkan. SAKIP ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas dan sekaligus meningkatkan kinerja yang berorientasi pada hasil (result oriented government) dari seluruh instansi pemerintah. Hal ini juga menjadi esensi dari

LAKIP yang menjadi pertanggungjawaban nyata implementasi SAKIP. Hal yang harus dipahami secara benar oleh seluruh bagian dari Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar. Dapat dilihat bahwa Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kebersihan yang disusun sesuai dengan visi dan misi walikota Pematangsiantar kemudian dipertanggungjawabkan dalam LAKIP dan dilaksanakan sesuai dengan Rencana Kerja (Renja) tahunan

Berikut ini pemaparan oleh Bapak Parluhutan Samosir S.Pd saat ditanya tentang pemahamannya akan SAKIP termasuk tujuan dan manfaatnya.

“SAKIP itu dikerjakan seperti biasanya setiap tahun secara continue. Cuma yang bertambah sesuai dengan pagu anggaran yang akan kita tuangkan di LAKIP. Bila ada perubahan maka akan kita sesuaikan dengan Rencana Kinerja (renja) dan Renstra. Contohnya perubahan PNS Dinas Kebersihan, Program kerja dan anggaran. Kita sesuaikan dengan struktur pemerintahan juga lah. Semua hasilnya diserahkan ke pucuk pimpinan tertinggi yaitu pak walikota”. (Wawancara pada tanggal 23 Februari 2016)

(41)

hal waktu penyusunan yang tersedia. Sejak diberikannya surat untuk pengumpulan LAKIP oleh bagian Administrasi Pemerintah Umum, setiap SKPD diberikan waktu selama 2 bulan untuk segera menyerahkan LAKIPnya untuk diaudit dan diperiksa oleh bagian Administrasi Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Kota Pematangsiantar. Dan hingga sekarang Dinas Kebersihan selalu memberikan LAKIPnya tepat waktu sebagi bentuk komitmen terhadap aturan yang telah ditetapkan. Ibu Susanna, SE dalam hal ini menyatakan,

“Pengerjaan LAKIP ini karena rutin setiap tahun, sebelum ada surat sudah kita kerjakan. Biasanya bulan januari udah datang suratnya. Jadi kalo ada surat dari administrasi pemerintahan umum bisa langsung kita kumpulkan.” (Wawancara pada tanggal 18 februari 2016)

IV.1.2 Sumber Daya a. Staf/Pegawai

(42)

berjumlah 174 orang. Di mana Dinas Kebersihan hanya mempunyai tugas mengangkut sampah dari pemukiman dan tempat umum serta membuangnya ke TPA.

Menurut penuturan Bapak Drs. Robert Samosir selaku kepala dinas saat ditanyakan mengenai kehadiran dan kondisi kerja pegawai Dinas Kebersihan menyatakan bahwa,

“Karena dinas ini tenaga yang paling banyak dibutuhkan adalah tenaga lapangan yang tidak terlalu membutuhkan pendidikan yang tinggi. Tetapi diharapakan kemauan untuk bekerja karena untuk mengangkut sampah, membawa truk, serta membersihkan parit tidak perlu sarjana. Tetapi untuk kepala seksi dan bidang tercukupi pendidikannya sarjana yaitu D3 atau S1. Oleh karena itu kita terfokuskan kepada tenaga trampil yang mana bekerja dengan sampah”. (Wawancara pada tanggal 29 Feberuari 2016)

Dari pemaran bapak kepala dinas di atas, ditinjau dari segi kualitas berdasarkan tingkat pendidikan, para pejabat struktural dan pegawai administrasi yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar sudah memenuhi syarat dengan komposisi sarjana (S1) berjumlah 20 orang dan 1 orang berpendidikan D-III. Selain itu, softskill yang dimiliki oleh pegawai Dinas Kebersihan untuk mendukung pelaksanaan tugasnya sudah cukup baik, misalnya mampu mengoperasikan komputer secara sederhana menggunakan aplikasi komputer dan mampu mengoperasikan internet untuk keperluan tugas.

Ditambah dengan paparan Bapak Parluhutan Samosir S.Pd selaku sekretaris Dinas Kebersihan menyatakan,

(43)

Jadi tidak perlu orang yang berpendidikan tinggi”. (Wawancara pada tanggal 23 Februari 2016)

Bila di lihat dari daftar hadir PNS dan THL Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar untuk pegawai yang menyusun LAKIP adalah sarjana dan sudah memiliki pengalaman kerja di pemerintahan. Berikut ini daftar pejabat struktural di Dinas Kebersihan Kota Pematangiantar.

NO. Nama Jabatan Golongan

1. Drs. Robert Samosir Kapala Dinas IV/b 2. Parluhutan Samosir S.Pd Sekretaris IV/a 3. Ir. Elon Sitorus Kabid

Kebersihan Pemukiman

IV/b

4. Susanna, SP Kabid

Pennyusunan

Program dan Pelaporan

IV/a

5. Ir. Robert Simanjuntak Kabid TPA dan TPSS

III/d

6. Sardi Barita Sinaga, SH Kabid Angkutan Sampah

III/d

7. Asriati Kasubbag

Umum

III/d 8. Ir. Indriyanti Kasi Penyusunan

Program data dan Informasi

III/d

9. Erwin Suti Kasi Kebersihan

Drainase

III/d

10. Amran S.Sos Kasi

Perbengkelan dan Gudang

III/d

11. Petrus Silaen, SH Kasi Operasional dan

Pemeliharaan TPA

III/d

12. Nersintauli Manik, SH Kasubbag Kepegawaian

III/c 13. Jameslin Sipayung Kasi Operasional

Truck dan Gerobak Sampah

III/c

14. Henry Rich Sitompul, S.Hut Kasi kebersihan Pemukiman

(44)

16. Sawer Juliansen Purba Amg Kasi Operasional dan

Pemeliharaan TPSS

III/c

17. Feronika Sitinjak S.E Kasi Monitoring dan Pelaporan

III/c 18. Samardan Sinaga Kasi Kebersihan

Jalan

III/b 19. Haryanto Saragih Kasi

Pemeliharaan

Truk dan Gerobak Sampah

III/d

[image:44.595.149.516.84.254.2]

Tabel 1.3 Daftar Pejabat Struktural Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

Dalam upaya peningkatan kualitas kerja, baiknya pegawai memiliki pengetahuan dan pengalaman kerja guna memunculkan program yang baru untuk pencapaian sasaran dan target yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) menjadi faktor penting untuk menunjang kinerja pegawai. Di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar informan menyatakan sungguh jarang mendapatkan DIKLAT yang harusnya disediakan oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar. Seperti yang dinyatakan oleh Bapak Parluhutan Samosir S.Pd ,

“Kita disini Dinas Kebersihan tidak begitu ada DIKLAT kepada pegawai. Karena itu tidak dianggarkan. Palingan cuma kunjungan kerja ke luar daerah dan penyuluhan kalo ada.” (Wawancara pada tanggal 23 Februari 2016)

(45)

“Sungguh jarang ito kami ada DIKLAT gitu. Karena kami kan Cuma ini-ini aja kerja kami yang dikantor ini-ini. Dalam artian sudah menjadi kerja rutin setiap tahunnya”. Wawancara pada tanggal 29 Februari 2016)

Selain dari segi kuantitas dan kualitas, kondisi kerja pegawai Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar pun merupakan hal yang perlu diperhatikan. Sebagai pelayanan publik yang memeberikan pelayanan sangat dituntut komitmen untuk mengerjakan kewajibannya. Di Dinas Kerbersihan sendiri motivasi kerjanya telah cukup baik dan terpenuhi. Karena penggajian pegawai Dinas Kebersihan sesuai dengan beban kerjanya dan juga telah mendapat tambahan tunjangan. Yang menjadi tugas pokok Dinas Kebersihan sejauh ini hanya mengangkat sampah dari Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Berikut ini penjelasan dari Bapak Parluhutan Samosir S.Pd selaku Sekretaris Dinas Kebersihan mengatakan :

“Cukup, penggajian di sini sesuai dengan pangkat, golongan dan jabatan. Di samping itu juga kami mendapat TPP ( Tunjangan Perbaikan Penghasilan). Contohnya kalau staf golongan I dan II dapat dia Rp 600.000 satu bulan di luar gaji. Kalo dia pejabat (Stuktural) kepala seksi dan kasubbag TPPnya Rp 1.500.000. ada kepala bidang TPPnya Rp 3.800.000, sekretaris itu Rp 4.700.000 dan kepala dinas Rp 8.000.000. Semuanya itu di luar gaji ya” Wawancara pada tanggal 23 Februari 2016)

(46)

“Kalo tentang gaji kami sejauh ini tercukupi. Kita ketahui kalo PNS itu ada beberapa tunjangannya di luar gaji pokok. Makanya tercukupi lah dek gaji kami untuk sesuai beban kerja”. Wawancara pada tanggal 18 Februari 2016)

Begitu juga dengan pernyataan dari Ibu Feronika Sitinjak, SE selaku Kasi Monitoring dan Pelaporan yang juga tamatan dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta mengatakan :

“Ya gaji kami sini mencukupi lah ito. Karena itu kan sudah sesuai dengan ketentuannya untuk kami yang PNS. Kan disesuaikan dengan pangkat dan golongan”. (Wawancara pada tanggal 29 Februari 2016)

Demikian halnya dengan penggajian Tenaga Harian Lepas (THL) sudah cukup terpenuhi. Tenaga Harian Lepas terbagi 2 bagian yaitu pekerja di kantor dan di lapangan. Berikut ini pemaparan dari Bapak Parluhutan Samosir selaku Sekretaris Dinas Kerbersihan mengatakan :

“Untuk tentang THL, THL itu dibagi 2 yaitu yang di kantor dan di lapangan. Untuk THL kantor itu gajinya sebesar Rp 30.000 per hari kerja ya. Beda itu dengan THL lapangan. THL lapangan dihitung per plug (1 Plug = 4 jam kerja). Plug itu ada pagi jam 08.00-12.00 dan sore jam 14.00-18.00. jadi per plug itu gajinya Rp 25.000”. (Wawancara pada tanggal 23 Februari 2016)

(47)

:

“Kalo kehadiran itu harus kita monitoring terus. Salah satunya kita kan

punya alat untuk absensi yaitu finger print. Jadi dari situ bisa kita awasi

dan pantau” (Wawancara pada tanggal 29 Februari 2016)

Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Parluhutan Samosir S.Pd selaku Sekretaris Dinas Kebersihan yaitu :

“Disiplin kita termasuk bagus. Kita berusaha maksimal untuk meningkatkan disiplin. Itu kita buat apel pagi dan apel sore. Itu wajib. Terkecuali staf itu sedang bekerja di lapangan. Kita itu yang menjadi pembeda dengan dinas-dians lainnya.. karena sore pun kita kerja” (Wawancara pada tanggal 23 Februari 2016)

b. Fasilitas

• Fasilitas yang diperhatikan dalam hal ini dapat dibagi dalam 2 kategori

yaitu fasilitas kantor dan fasilitas lapangan. Jika dilihat dari segi fisik kantor, sarana perkantoran di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar kurang baik. Hal ini meliputi ruangan yang kurang cukup nyaman karena setiap ruangan tidak di lengkapi dengan Air Conditioner (AC). Sehingga kondisi ruangan kurang kondusif dan sempit. Dinas Kebersihan dari segi luas gedung dan pekarangan cukup sempit. Di mana gedung Dinas Kebersihan berhadapan dengan kantor Dinas Bina Marga dan Pengairan. Dengan jumlah pegawai lebih dari 200 orang, gedung dinas kebersihan cukup sempit. Gedung Dinas Kebersihan hanya terdapat 6 ruangan besar untuk pengurusan administrasi yaitu :

(48)

• Ruangan Sekretariat

• Ruangan bidang Kebersihan dan Permukiman

• Ruangan Bidang Penyusuanan Program dan Pelaporan • Ruangan Bidang Pemeliharaan TPA dan TPSS

• Ruangan Bidang Angkutan Sampah

• Ruangan Bidang Kebersihan Permukiman

Dari penjelasan di atas terdapat 1 (satu) bidang yang tidak memiliki ruangan berupa gudang tertutup yaitu bidang angkutan sampah untuk penyimpanan barang-barang ondernil truk dan peralatan lainnya. Hal ini disebabkan karena pegawai bidang angkutan sampah lebih banyak beraktivitas di halaman (di luar) kantor dan di TPA.

Berikut ini pemaparan dari Bapak Parluhutan Samosir S.Pd selaku sekretaris Dinas Kebersihan :

“Dinas kebersihan ini tergolong sempit lokasinya. Bisa dibayangkan untuk rapat aja tidak ada ruangannya. Padahal jumlah pegawai banyak. Gak sanggup gedung ini menampung sebenarnya. Bisa lihat langsung ruangan saya ini. Cuma pake kipas angin. Seharusnya ada ruangan tamu dan lihat ini ada batere truk di kantor saya disimpan sebagai barang bukti pemakaian barang. Bagusnya dinas kebersihan ini lokasinya terpisah dari dinas-dinas lainnnya. Kiranya luas dinas ini 5 hektare ikut di situ TPA. Jadi berdekatan dengan TPA dinas kebersihan ini. Kita ini agak jauh dari TPA ada sekitar 2 km jauhnya. Dan gedung ini kalo bisa bertingkat dan ada tempat bengkelnya. Karena truk kita banyak yang rusak dan peralatan lainnya. Sehingga bisa tempat perbaikan”. (Wawancara pada tanggal 23 Februari 2016)

(49)

No. Nama Alat Jumlah Kondisi

1. Bulldozer 3 unit (1 unit rusak berat) 2. Bak container 18 unit Baik

3. Backhoeloader 1 unit Rusak berat 4. Container 38 unit Rusak berat 5. Excavator 1 unit Rusak berat

6. Dump truck 20 unit Baik

7. Truk sampah ammroll 7 unit (2 unit rusak berat) 8. Truk 10 unit (4 unit rusak berat) 9. Light truk 3 unit (1 unit rusak berat)

10. Pick up 6 unit Baik

[image:49.595.149.517.81.487.2]

11. Sepeda Motor 3 unit Baik 12. Sepede motor (becak) 4 unit Baik 13. Gerobak Sampah 1 unit Baik

Tabel 1.4 Fasilitas Lapangan

Dalam pelaksanaan SAKIP sendiri secara khusus penyusunan LAKIP, bidang penyusunan program dan pelaporan didukung dengan fasilitas yang diberikan yaitu

No. Sarana-prasarana Jumlah unit Kondisi

1. Meja tulis 5 unit Baik

2. Kursi putar 1 unit Baik

3. Kursi 6 unit Baik

(50)

5. Computer 1 unit Baik

[image:50.595.150.518.85.144.2]

6. Printer 1 unit Baik

Tabel 1.5 Fasilitas Kantor

Dari data-data sarana prasarana di atas dapat dilihat bahwa untuk penyusunan LAKIP sudah memadai. Sehingga pencapaian hasil kerja yang dilakukan oleh bidang penyusunan program dan pelaporan sudah cukup baik meskipun kepala seksi memakai laptop pribadi untuk pelaksanaan kerja. Dan tidak ada fasilitas lain berupa anggaran untuk penyusunan LAKIP di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar. Hal tersebut tidak dianggarkan dalam Renstra Dinas Kebersihan itu sendiri. Berikut ini pernyataan ibu Susanna, SP saat ditanyakan mengenai sarana dan prasana Dinas Kebersihan.

“Untuk mengerjakan tugas-tugas kami lumyan tercukupi lah di ruangan ini. Walaupun kami bergantian mengeprint karena jumlah printnya kan cuma satu. Dan kalo di sini gak anggaran khusus untuk penyusunan LAKIP” (Wawancara pada tanggal 18 Februari 2016)

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Feronika, SE selaku kepala seksi pelaporan dalam proses penyusunan LAKIP.

“Ya apa yang ada di pakai. Karena semua ini kan harus di anggarkan. Dan kalo ngerjai LAKIP saya ngerjainya di laptop saya dan kalo udah selesai bisa di copikan ke computer dan di printkan untuk arsipnya”. (Wawancara pada tanggal 29 Februari 2016)

c. Wewenang

(51)

Pematangsiantar Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar. Dengan menimbang Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (lembaran negara republik Indonesia Tahun 2007 NOmor 89, Tmabahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741). Lalu diperbaharui dengan Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar.

Setiap bagian dan bidang punya koridor tugas dan fungsi yang jelas sehingga sudah ada pembagian tugas yang jelas juga. Informan juga menyakinkan bahwa tidak ada tumpang tindih atau rebutan beban kerja antar bagian atau anatar bidang.

IV.1.3 Struktur Birokrasi

a. Standart Operasional Prosedur (SOP)

Dalam mengimplementasikan SAKIP ini Dinas Kebersihan Kota

Pematangsiantar belum memiliki Standar Operasional Prosedur yang

resmi dan jelas. Oleh karena itu selama ini Dinas Kebersihan mengikuti

tahapan proses sesuai denhan Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang SAKIP

dan dalam proses penyusunan LAKIP ini masih di dasarkan pada format

isian yang diberikan oleh Bagian Administrasi Pemerintahan Umum

(52)

SAKIP di tahun 2011 di Dinas Kebersihan belum ada SOP yang baku

dalam penyusunanya. Hal ini dirasakan karena sejauh ini format isian

LAKIP yang diberikan oleh Bagian Administrasi Pemerintahan Umum

Sekretariat Daerah Kota Pematangsiantar sudah cukup jelas, seperti yang

dikatakan oleh Ibu Susanna, SP

“Selama ini kita ngerjakannya cuma mengikuti format dari administrasi pemerintahan umum. Dan koordinasi kami cukup baik untuk penyusunan LAKIP ini. Kita belum ada SOP yang baku untuk LAKIP. Hanya SOP kerja pemungutan sampah yang ada dan kerja-kerja lainnya” (Wawancara pada tanggal 18 Februari 2016)

Hal yang sama juga dengan penyampaian Ibu Feronika selaku kepala seksi pelaporan menyatakan tidak ada kebutuhan SOP untuk penyusunan LAKIP. Begitu juga saat ditanyakan tentang SOP LAKIP kepada Bapak Prasizu Minly Harahap selaku Kepala Sub Bagian Otonomi Daerah dan Pertanahan mengatakan

“Sejauh ini kita pake acuan dari peraturan Inpres itu, dari provinsi cuma ngasi format seperti itu dan kita kerjakan. Kalo SOP kita belum ada. Langsung aja kita kerjakan dan bila selesai kita kirim ke provinsi. Kalo ada masalah baru kita perbaiki. Sejau ini belum ada masalah LAKIP yang signifikan”. (Wawancara pada tanggal 25 Februari 2016)

b. Fragmentasi

(53)

seperti yang tertera dalam Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar. Secara khusus dalam penyusunan LAKIP telah diberikan tugas dan tanggungjawab kepada bidang Penyusunan Program dan Pelaporan. Dalam bidang ini setiap seksi bagian saling berkoordinasi dan bekerja sama untuk mengumpulkan data dari setiap bidang dan bagian. Jadi setiap bidang dan bagian di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar merencanakan, merealisasikan dan mengevaluasi kinerjanya yang kemudian diserahkan kepada bidang Penyusuna Program dan Pelaporan untuk diakumulasikan ke dalam LAKIP Dinas Kebersihann Kota Pematangsiantar. Bidang Penyusunan Program dan Pelaporan berkoordinasi langsung kepada setiap bidang dan bagian yang ada di Dinas Kebersihan. Dengan kata lain memang LAKIP ini dikerjakan oleh bidang Penyusunan Program dan Pelapporan, namun dalam pelaksanaannya semua bidang dan bagian di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiatar bertanggungjawab sehingga harus ada koordinasi yang baik diantara semuanya. Ketika ditanyakan tentang kerjasama dan koordinasi anatar bidang Penyusunan Program dan Pelaporan dengan tiap bidang dan bagian dalam Dinas Kebersihan informan menyatakan sudah cukup baik walaupun terkadang kesesuaian waktu kerja lumayan sulit mempertemukan dan berdampak juga pada keterlambatan pengumpulan laporan pertanggungjawaban dari setiap bagian dan bidang. Seperti yang juga dinyatakan oleh ibu Susanna,

(54)

Dan kita bilang dulu waktunya untuk dikerjakan. Sehingga orang itu bisa mengatur kerjanya juga. Kalo mereka belum selesai kita bantu lah karena kan kita semua di sini sama-sama punya tanggungjawab”. (Wawancara pada tanggal 18 Februari 2016)

Lamanya proses penyusunan LAKIP Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar ini sekitar 2 bulan dan harus diselesaikan sebelum menyusun kembali rencana kerja dan tahun anggaran periode kerja berikutnya. Dan penyusunan LAKIP ini sudah merupakan pekerjaan rutin setiap tahunnya. Sejauh ini ketidaksesuaian yang terjadi antara bidang penyusunan program dan Pelaporan dapat diatasi dan tidak membawa dampak yang signifikan dalam proses pengerjaan LAKIP tersebut.

IV.1.4 Disposisi Implementor

(55)

para pegawai. Hampir seluruh menanggap bahwa kebijakan SAKIP memang merupakan program wajib dari setiap instansi termasuk Dinas Kebersihan untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan Kota Pematangsiantar dan meningkatkan program kerja yang lebih baik. Kebijakan SAKIP ini diterima dan didukung oleh Dinas Kebersihan. Sebab SAKIP ini dapat menjadi panduan untuk pemenuhan program kerja dan penydiaan pelayanan yang lebih baik demi mencapai target yang diembankan dalam visi misi walikota. Tanggapan dan respon bagi pegawai lainnya yaitu SAKIP ini adalah warning bagi mereka dalam artian menjadi suatu kebijakan yang wajib dikerjakan karena tugas dan fungsi yang telah diamanahkan kepada mereka sesuai dengan peraturan yang ada.

Respon in muncul karena adanya ketentuan dan ketetapan atas aturan yang harus mereka laksanakan, misalnya laporan untuk kelengkapan SAKIP bahkan sampai pada penambahan indikator laporan seperti pengukuran kinerja yang telah ditargetkan. Sama seperti pernyataan dari Bapak Parluhutan Samosir S.Pd ketika ditanyakan ketika ditanyakan bagaimana tanggapan dan penerimaan pegawai Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar terhadap pemberlakuan SAKIP ini,

(56)

IV. 2 Kendala dalam Implementasi SAKIP Pada Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

Dalam implementasi kebijakan memang merupakan suatu proses yang kompleks dimana juga terdapat banyak faktor dan pihak-pihak yang berkaitan sehingga tahapan kebijakan menjadi krusial dan pentig untuk diperhatikan. Sama halnya seperti yang dialami oleh Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar dalam pelaksanaan SAKIP sebagai suatu upaya membentuk instansi yang akuntabel. Bila diperhatikan dari beberapa faktor di atas yang mempengaruhi implementasi kebijakan, ada beberapa kendala yang dirasakan dalam pengimplementasian kebijakan SAKIP, secara khusus penyusunan LAKIP di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar antara lain sosialisasi dan pendidikan dan pelatihan serta keterbatasan anggaran dalam menjalankan program baru serta keterbatasan fasilitas.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahawa pengimplementasian SAKIP melibatkan komitmen dari seluruh komponen dari instansi pemerintah yang bersangkutan karena merupakan kebijakan yang diterapkan sebagai bentuk pertanggunjawaban internal intansi tersebut dalam hal ini yaitu Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar. Oleh karena itu dibutuhkan koordinasi yang baik dan pembagian tugas yang jelas untuk setiap bagiannya. Dalam penyusunan LAKIP Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar dibutuhkan kerjasama dan inisiatif dari setiap bidang dan bagian yang ada.

(57)

merencanakan, merealisasikan dan mengevaluasi setiap program dan kegiatannya masing-masing. Seiring dengan kenyataanya di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar sering tiap bidang dan bagian tidak memeberikan laporannya tepat waktu yang telah ditetapkan sehingga pengerjaan LAKIP harus dikerjakan secara terburu-buru bila sudah mendekati waktu yang telah ditentukan oleh bagian Administrasi Pemerintahan Umum Sekretarian Daerah Kota Pematangsiantar. Sehingga bidang penyusunan program dan pelaporan harus berkoordinasi dan bekerja sama terus untuk pemenuhan laporan kepada setiap bidang atau bagian yang mengalami keterlambatan. Hal ini disebabkan oleh kesibukan dari masing-masing bidang dan bagian tersebut untuk tugas dan fungsinya.

Jika dilihat dari kondisi pegawai Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar secara kuantitas dan kualitas pun masih perlu diperbaiki ke depannya. Jumlah pegawai yang cenderung stabil sesuai dengan beban kerjanya masing-masing serta disiplin kehadiran pegawai cenderung baik. Cuma hal yang perlu diperhatikan yaitu pengalaman pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) kepada setiap pegawai dan THL di Dinas Kebersihan. Khusunya di bidang penyusunan program dan pelapporan, perlu pendidikan dan pelatihan untuk pemahaman makna dari setiap indikator yang ada di format penyunan LAKIP yang diberikan oleh bagian Administrasi Pemerintahan Umum. Dengan kurangnnya pendidikan dan pelatihan maka menjadi kurang maksimalnya pembentukan program baru sesuai denga tugas dan fungsinya dan penangannya terhadap sampah.

(58)

penyediaan ATK dan biaya duplikasi LAKIP untuk diserahkan kepada lembaga yang berwewenang dan terkait.

(59)

syarat dan ketentuan yang ditetapkan dan mendapat nilai yang baik. Namun pernah juga LAKIP Dinas Kebersihan dikembaikan untuk diperbaiki karena ketidaksesuai pengisian format yang telah ditentukan.

(60)

BAB V

ANALISIS DATA

Dalam bab ini penulis menyajikan analisis data, yaitu penyusunan secara sistematis data yang telah diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkannya ke dalam unit-unit dan menyusunnya ke dalam pola sehingga dapat dipahami baik oleh peneliti sendiri maupun orang lain sampai akhirnya melahirkan kesimpulan akan fenomena yang sedang diamati.

Pada penelitian ini penulis melihat pelaksanaan SAKIP di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar dari 4 (empat) variabel yang menjadi sorotan, anatara lain : komunikasi, sumber daya, struktur organisasi, serta disposisi. Variabel-variabel ini memberikan dampak yang sangat berpengaruh terhadap efektifitas suatu implementasi kebijakan publik.

V.1 Implementasi Kebijakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (SAKIP) Pada Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar.

(61)

tunggal dalam implementasi kebijakan. Satu kondisi akan dipengaruhi oleh kondisi lain yang disebabkan oleh faktor-faktor yang saling berinteraksi. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak bisa mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan tersebut diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu suatu kebijakan yang cemerlang mungkin juga akn mengalami kegagalan jika kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksanan kebijakan.

Berikut ini hasil analisi faktor atau variabel yang mempengaruhi pelaksanaan SAKIP di Kantor Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar

V.1.1 Komunikasi

Sebagai salah satu faktor penting dalam implementasi sebuah kebijakan adalah sosialisasi kepada pihak-pihak yang melaksanakan maupun yang dikenakan kebijkan tersebut. Hal inni diperlukan agar mereka mengetahui apa saja yang akan dilaksanakan dan bagaimana kegiatan tersebut dilakukan serta apa tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Komunikasi ini dapat dilihat dari penyaluran informasi kepada imlementor tentang kebijakan SAKIP, kejelasan informasi dan konsistensi kebijakan yang dipahami oleh Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar.

(62)

Dari kajian di atas bahwa sesunggunya seluruh pegawai di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar haruslah memahami SAKIP, mulai dari tahapan pengerjaanya sampai pada tujuan dan mandapt yang didapatkan. Jika dilihat dari cara penyampaian informasi yang dikerjakan yaitu melalui surat edaran oleh Kepala Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar diharuskan bahwa setiap bidang sudah mengetahui tentang SAKIP. Sehingga dalam pelaksanaannya setiap bidang dan bagian memiliki keterlibatan dalam program penyusunan LAKIP. Penyusunan memerlukan data-data laporan pertanggungjawaban dari setiap bagian dan bidang. Dari hal tersebut, peneliti melihat bahwa transmis (penyaluran informasi) kepada seluruh pegawai Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar dirasakan sudah baik. Namun dalam hal pemahaman, pegawai Dinas Kebersihan kurang memahami secara kepastian akan maksud dari setiap indikator yang terdapat pada format penyusunna LAKIP yang telah diberikan oleh bagian Administrasi Pemerintahan Umum yang mengacu pada Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa penerimaan informasi seputar kebijakan SAKIP perlu diperbaiki.

(63)

sedikit kekurangan penjelasan yang dirasakan oleh pegawai Dinas Kebersihan yaitu pengisian atas makna atau arti dari setiap indikator yang ada di format penyusunan LAKIP. Hal ini disebabkan kurangnya sosialiasi dan pendidikan dan pelatihan kepada Dinas Kebersihan. Akan tetapi sejauh ini penyusunan LAKIP dinilai baik oleh bagian Administrasi Pemerintahan Umum dikarenakan adanya koordinasi yang baik akan pelaksanaan LAKIP sesuai dengan permintaan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang SAKIP.

Dimulai dari penyusunan rencana strategis Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar yang diturunkan dari visi dan misi Walikota Pematangsiantar. Selanjutnya dituangkan dalam pernyataan visi dan misi Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar, penetapan tujauan dan sasaran dan penentuan penetapan indikator kinerja. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pegawai Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar telah jelas memahami kebijakan SAKIP sesuai dengan Inpres Nomor 7 Tahun 1999.

(64)

V.1.2 Struktur Birokrasi

Implementasi kebijakan yang bersifat kompleks menuntut adanya kerjasama banyak pihak. Ketika struktur birokrasi tidak kondusif terhadap implementasi suatu kebijakan, maka hal ini akan menyebabkan ketidakefektivan dan menghambat jalnnya pelaksanaan kebijakan. Struktur organisasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses implementasi.

Salah satu dari aspek struktur organisasi peling mendasar dari organisasi adalah Standard Operational Procedure (SOP). Dengan adanya SOP dapat menjadi acuan kerangka kerja yang jelas, sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami oleh siapa pun, karena akan menjadi acuan implementor. Dalam hal ini pejabat instansi mampu memaksimalkan waktu dan menyeragamkan tindakan-tindakan dalam organisasi yang kompleks dan tersebar luas. Sehingga tidak akan terjadinya tunpang tindih kerja di setiap struktur birokrasi yang ada.

(65)

Sifat kedua dari sstruktur birokrasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan adalah fragmentasi. Fragmentasi merupakan penyebaran tanggungjawab suatu kebijakan kepada beberapa badan dan bagian yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi. Koordinasi dalam SAKIP ini hanya dirasakan oleh secara internal Dinas Kebersihan di antara bidang dan bagian yang ada. Selama proses pelaksanaannya, penyusunan LAKIP membutuhkan laporan pertanggungjawaban dari setiap bidang dan bagian yang harus berkoordinasi dengan baik. Meskipun dalam beberapa kondisi di lapangan sering terjadi ketidakcocokan atau miskomunikasi dan hal waktu dan kesibukan masing-masing bidang dan bagian. Tetapi sejauh ini seluruhnya berjalan dengan baik dan berkoordinasi dengan baik.

V.1.3 Sumber Daya

(66)

Keseluruhan indikator tersebut saling terkait dalam menunjang implementasi kebijakan yang baik.

Dengan melihat kondisi implementasi SAKIP yang dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar sudah cukup baik. Dengann jumlah pegawai sekitar 80 orang PNS dan 174 tenaga harian lepas dapat secara maksimal mengerjakan tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan beban kerjanya. Berbanding lurus juga dengan kualifikasi dan kualitas pendidikan yang ada di Dinas Kebersihan yang untuk tugas dan fungsinya terpenuhi. Namun dengan tingkatan Kota Dinas Kebersihan mampu menciptakan suatu program kerja yang baru dalam hal penanganan sampah di mana setiap tahunnya terdapat peningkatan jumlah sampah yang ada. Oleh karena seperti yang dikatakan George Edward III sumber daya bisa menjadi faktor kritis di dalam mengimplementasi kebijakan publik. Dari hasil penelitian perlulah adanya pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) bagi Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar.

(67)

mengatakan bahwa dana anggaran dalam implementasi SAKIP berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan APBD untuk memfasilitasi seluruh kegiatan operasional dan perelatan yang diperlukan oleh Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar.

Kewenangan merupakan aspek dasar legalitas dan sumber penting lain untu implementasi kebijakan. Kurangnya otoritas efektif mengarah pada para pejabat untuk mengadopsi pelayana bukan pada oerientasi peraturan terhadap mereka yang terlibat dalam peraturan. Menurut beberapa informan batasan wewenang Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar sudah jelas dijabarkan dalam Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar. Dengan menimbang Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (lembaran negara republik Indonesia Tahun 2007 NOmor 89, Tmabahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741). Lalu diperbaharui dengan Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar.

V.1.4 Disposisi

(68)

menimbulkan perbedaan sikap maupun penilaian yang kurang baik terhadap implementasi kebijakan tersebut.

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan selama penelitian informan menyatakan bahwa sampai saat ini Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar menyambut baik kebijakan SAKIP dan sudah menjadi program kegiatan rutinitas. Terlihat denga baiknya koordinasi antar bidang dan bagian di Dinas Kebersihan dan ketepatan waktu dalam pengerjaan SAKIP. Hal tersebut dikarenakan SAKIP sudah menjadi komitmen dan peringatan bila pengerjaan kebijakan kurang terimplementasi dengan baik. Adanya komitmen di Dinas Kebersihan yaitu dengan adanya alat finger print untuk kedisplinan kehadiran serta pertemuan apel pagi dan apel sore untuk pemeberian informasi.

V.2 Analisis hubungan semua Variabel dalam Implementasi Kebijakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Inst

Gambar

Tabel 1.2 Tujuan dan Sasaran Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar
Tabel IV.2. Distribusi Identitas Responden Bersdasarkan Tingkat
Tabel IV.3 Distribusi Identitas Berdasarkan Jabatan
Tabel IV.5. Jawaban Responden tentang Sosialisasi SAKIP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah , menyatakan bahwa Renja SKPD disusun sebagai penjabaran Rensta SKPD untuk jangka waktu 1 (satu)

ketidakpastian lainnya, maupun karena faktor perubahan teknologi yang tidak sebagus pada dekade 1970 dan 1980an. Sistem produksi pangan yang demikian, baik di sektor hulu maupun

Sehingga kami simpulkan bahwa dokumen pengadaan dan adendum yang diupload di lpse.kemenag.go.id sudah dianggap jelas dan bisa diterima5. Selanjutnya peserta calon

Universitas Negeri

Universitas Negeri

melakukan pendampingan di gugus sesuai alokasi jam pendampngan yang telah ditentukan (3 jam/180 menit/IN). 4) Seluruh guru pendamping belum melakukan pendampingan di gugus

C_1 Pemberdayaan Pemuda Karangtaruna Dalam Rancang Bangun Sistem e-Commerce melalui Pemanfaatan Akses Informasi Jaringan Pita Lebar Indonesia Berbasis Web-GIS untuk Peningkatan

aktivitas pembelajaran menekankan pada perumusan masalah dan bagaimana proses/prosedur dilakukan, bukan hanya hasil. 4) Seluruh guru belum dapat memahami. aktivitas