• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hidroponik Tanaman Sayuran Sawi Beda Varietas Dengan Formulasi Nurtisi Ab Mix Dan Formulasi Racikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hidroponik Tanaman Sayuran Sawi Beda Varietas Dengan Formulasi Nurtisi Ab Mix Dan Formulasi Racikan"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran1. Dosis

Konsentrasi Hara Makro dan Mikro dalam Larutan Pupuk Siap Pakai untuk Produksi Sayuran Daun

UNSUR HARA MAKRO

Pada Tabel tercantum, dibutuhkan 62 ppm fosfor. Unsur ini diperoleh dari KH2PO4 yang mana total berat molekul KH2PO4 adalah 136.

 Didalam 136 g KH2PO4 ada 31 g fosfor sehingga untuk menyediakan 1 g fosfor dibutuhkan 136/31 KH2PO4. Dan kebutuhan fosfor mencapai 62 ppm. Dengan demikian, untuk memperoleh 62 ppm dibutuhkan 136/31 x 62 = 272 g KH2PO4.

 Sebanyak 272 g KH2PO4 dilarutkan didalam air, otomatis ikut terlarut kalium didalamnya. Jumlah kalium yang terlarut perlu dihitung dengan cara :

BM KH2PO4 = 136, K di KH2PO4 = 39/136. Berat K di KH2PO4 = 39/136 x 272 g = 78 g

 Air pelarut KH2PO4 sebanyak 1000 liter air, konsentrasi K = 78 ppm. Dan tanaman membutuhkan 300 ppm kalium. Jadi, masih ada 222 ppm lagi yang perlu ditambahkan. Maka digunakan KNO3

Adapun total berat molekul KNO3 adalah 101.

 Didalam 1 molekul KNO3 ada 1 atom kalium. Jumlah KNO3 yang dapat menyumbang 1 ppm K ialah 101/39 maka untuk memperoleh 222 ppm K ialah 101/39 x 222 = 574 g KNO3.

(2)

 Diketahui kebutuhan N sebesar 214 ppm. Telah tersedia 79 ppm N sehingga perlu penambahan 214 ppm – 79 ppm = 135 ppm. Kekurangan N dapat diambil dari Ca(NO3)2.4H2O.

Adapun total berat molekul Ca(NO3)2.4H2O adalah 236.

 Didalam 1 molekul terdapat 2 atom N. julah kalsium nitrat yang dilarutkan untuk mencapai 1 ppm N ialah 236/2. Maka kalsium nitrat yang dilarutkan untuk menambah 135 ppm adalah 236/28 x 135 = 1137 g Ca(NO3)2.4H2O.

 Penambahan 1137 g Ca(NO3)2.4H2O otomatis memasukkan pula sejumlah kalsium. Komposisi kalsium pada Ca(NO3)2.4H2O adalah 40/236. Maka, jumlahb kalsium pada 1137 g Ca(NO3)2.4H2O adalah 40/236 x 1137 = 192 g. 192 g dalam 1000 L = 192 ppm. Dan didapat bahwa kebutuhan kalsium juga terpenuhi.

UNSUR HARA MIKRO

Besi (Fe) diperoleh dari EDTA (bentuk chelate dari Fe). Bentuk chelate membuat besi lebih stabil.

 Dibutuhkan 2 ppm Mn dari MnSO4.H2O yang berat molekulnya adalah 169. 1 ppm Mn = 169/55 g MnSO4.H2O

2 ppm Mn = 169/55 x 2 = 6 g MnSO4.H20

 Dibutuhkan 0,7 ppm B dari H3BO3 yang berat molekulnya adalah 62. 1 ppm B = 62/11 g H3BO3

0,7 ppm B = 62/11 x 0,7 = 3 g H3BO3

 Dibutuhkan 0,1 ppm Cu dari CuSO4.5H2O yang berat molekulnya adalah 250. 1 ppm Cu = 250/64 g CuSO4.5H2O

0,1 ppm Cu = 250/64 x 0,1 = 0,3 g CuSO4.5H2O

 0,5 ppm Mo dari (NH4)6Mo7.O24.4H2O yang berat molekulnya adalah 1236. 1 ppm Mo = 1236/96 x 7 g (NH4)6Mo7.O24.4H2O

0,5 ppm Mo = 1236/672 x 0,5 = 0,9 g (NH4)6Mo7.O24.4H2O

(3)

Lampiran 2. Data pengamatan parameter tinggi tanaman 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(4)

Lampiran 4. Data pengamatan parameter tinggi tanaman 4 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Ulangan I Ulangan II

(5)

Lampiran 6. Data pengamatan parameter tinggi tanaman 5 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Ulangan I Ulangan II

(6)

Lampiran 8. Data pengamatan parameter tinggi tanaman 6 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Ulangan I Ulangan II

(7)

Lampiran 10. Data pengamatan parameter jumlah daun 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Ulangan I Ulangan II

V0N0T0 4 4,5 8,5 4,25

V1N0T0 4 4 8 4,00

V2N0T0 2,5 2,5 5 2,50

V0N1T0 3 3 6 3,00

V1N1T0 2,5 3 5,5 2,75

V2N1T0 2,5 2,5 5 2,50

V0N0T1 4 3 7 3,50

V1N0T1 3,5 3,5 7 3,50

V2N0T1 3 3 6 3,00

V0N1T1 4 3,5 7,5 3,75

V1N1T1 4 3 7 3,50

V2N1T1 2,5 3 5,5 2,75

Total 39,5 38,5 78

(8)

Lampiran 11. Data pengamatan parameter jumlah daun 3 MST (Transformasi

Lampiran 12. Data pengamatan parameter jumlah daun 4 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(9)

Lampiran 13. Data pengamatan parameter jumlah daun 4 MST (Transformasi Arcsin)

Lampiran 14. Data pengamatan parameter jumlah daun 5 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(10)

Lampiran 15. Data pengamatan parameter jumlah daun 5 MST (Transformasi

Lampiran 16. Data pengamatan parameter jumlah daun 6 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(11)

Lampiran 17. Data pengamatan parameter jumlah daun 6 MST (Transformasi

Lampiran 18. Data pengamatan parameter panjang akar

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(12)

Lampiran 19. Data pengamatan parameter panjang akar (Transformasi Arcsin)

Lampiran 20. Data pengamatan parameter bobot tajuk

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(13)

Lampiran 21. Data pengamatan parameter bobot tajuk (Transformasi Arcsin)

Lampiran 22. Data pengamatan parameter bobot segar

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(14)

Lampiran 23. Data pengamatan parameter bobot segar (Transformasi Arcsin)

SK db JK KT Fhit F0,05 Ket

Ulangan 1 31,56 31,56 0,40 4,84 tn

Perlakuan 11 972,39 88,40 1,13 2,82 tn

V 2 68,97 34,48 0,44 3,98 tn

N 1 358,83 358,83 4,58 4,84 tn

T 1 141,86 141,86 1,81 4,84 tn

V*N 2 65,25 32,63 0,42 3,98 tn

V*T 2 66,04 33,02 0,42 3,98 tn

N*T 1 172,48 172,48 2,20 4,84 tn

V*N*T 2 98,95 49,47 0,63 3,98 tn

Galat 11 862,49 78,41

Total 23 1866,43

(15)

Lampiran 24. Foto Penelitian

Benih Sawi yang disemaikan

Sawi pada larutan Nutrisi AB MIX dengan non timer

Sawi pada larutan Nutrisi AB MIX

dengan timer

Sawi pada larutan Nutrisi Racikan

dengan timer

Sawi pada larutan Nutrisi Racikan dengan non timer

Panjang Akar

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, H. 2009. Efisiensi Penggunaan Air Pada Tiga Teknik Hidroponik Untuk Budidaya Amaranthus ciridis L. (Bayam Hijau). Skripsi. FMIPA UI. Fariudin, R., E. Sulistyaningsih dan S. Waluyo. 2012. Pertumbuhan Dan Hasil Dua

Kultivar Selada (Lactuca Sativa, L.) Dalam Akuaponika Pada Kolam Gurami Dan Kolam Nila. Fakultas Paertanian UGM. Yogyakarta. Ginting, C. 2008. Pengaruh Suhu Zona Perakaran Terhadap Pertumbuhan dan Kadar

Klorofil Tanaman Selada Sistem Hidroponik. Agriplus vol 18 no 3. Herwibowo, K dan Budiana, N. S. 2014. Hidroponik Sayuran untuk Hobi dan Bisnis.

Penerbit Swadaya. Jakarta.

Kramer, P. J. and T. T. Kozlowski. 1979. Physiology of Woody Plants.Academic Press. New York.

Kratky, B. A. 2010. A Suspended Net-Pot, Non-Circulating Hydroponic Method Commercial Production of Leafy, Romaine, and Semi-Head Lettuce. College of Tropical Agriculture and Human Resources. Universitas of Hawai’i. Mnoa.

Lingga, P. 1999. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Moerhasrianto, P. 2011. Respon Pertumbuhan Tiga Macam Sayuran Pada Berbagai Konsentrasi Nutrisi Larutan Hidroponik. Skripsi. FP Universitas Jember.

Nugraha, R. U. 2014. Sumber Hara Sebagai Pengganti AB MIX Pada Budidaya Sayuran Daun Secara Hidroponik. Skripsi. FP IPB. Bogor.

Resh, H, M. 2013. Hobby Hidroponics. 2nd Edition. CRC Press.

. 2004. Hydroponic Food Production. 6th Edition. NewConcept Press, Inc. Roberto, K. 2002. How To Hydroponics. 3rd Edition. FutureGarden Inc.

Rosliani, R. dan Sumarni, N. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

(17)

Suprijadi, Nuraini. N dan M. Yusuf. 2009. Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik Dengan Menggunakan Logika Fuzzy. FMIPA ITB. Bandung.

Tindall, H. D. 1983. Vegetables in Tropics. The Macmillan Press. London.

Usman dan Maripul. 2010. Budidaya Tanaman Sawi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Riau.

Wibowo, S dan A. Asriyanti. 2013. Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya Pakcoy ( Brassica rapa chinensis). Jurnal Penelitian. Politeknik Banjarnegara. Yusuf, R., dan H. Mas’ud., 2007. Penggunaan Teknologi Hidroponik untuk

(18)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kompleks Citra Arkadia Jl. Bunga Wijaya Padang Bulan, Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih sawi, rockwool, aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO3, Ca(NO3)2,K2SO4, KH2PO4, MgSO4, ZnSO4, MnSO4, CuSO4, H3BO3 dan Na2MoO4) dan larutan hara hidroponik buatan sendiri (KH2PO4, KNO3, Ca(NO3)2.4H2O, MnSO4.H2O, H3BO3, CuSO4.5H2O, (NH4)6Mo7.O24.4H2O dan ZnSO4.7H2O) serta bahan pendukung lainnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah net pot, tangki/bak air, pompa, timer, bak semai, meteran, timbangan analitik, kamera, alat tulis, dan alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 3 faktor perlakuan, yaitu :

Faktor I: Varietas Sawi (V), terdiri dari 3 taraf V1= Tosakan

(19)

Faktor II : Larutan Nutrisi (N), terdiri dari 2 taraf N1= Larutan Nutrisi AB Mix

N2= Larutan Nutrisi Racikan Faktor III : Timer (T), terdiri dari 2 taraf

T1= Non Timer T2= Timer

Sehingga akan diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu:

V1N1T1 V1N1T2 V1N2T1 V1N2T2

V2N1T1 V2N1T2 V2N2T1 V2N2T2

V3N1T1 V3N1T2 V3N2T1 V3N2T2

Jumlah unit percobaan : 24 unit

Jumlah ulangan : 2 ulangan

Jumlah rangka : 4 rangka

Jumlah pipa per rangka : 6 pipa

Lebar pipa : 100 cm

Panjang pipa : 100 cm

Jarak antar lubang : 25 cm

(20)

Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam dengan model linier sebagai berikut: Y ijkl = μ + ρi + αj + k + l+ (α )jk + (α )jl + ( )kl +(ρα )jkl + εijkl

i = 1,2j = 1,2k = 1, 2, 3 l = 1, 2 Dimana :

Yijkl = nilai pengamatan karena pengaruh larutan nutrisi taraf ke-j dan varietas sawi pada taraf ke-k dan timer (waktu) pada taraf ke-l pada kelompok ke-i

μ = nilai tengah ρi = efek dari blok ke-i

αj= efek dari larutan nutrisi ke-j

k = efek dari varietas sawi ke-k

l = efek dari timer (waktu) ke-l

)jk = efek interaksi larutan nutrisi ke-j dan varietas sawi -k

)jl = efek interaksi larutan nutrisi ke-j dan timer (waktu) ke-l

( )kl = efek interaksi varietas sawi ke-k dan timer (waktu) ke-l

)jkl= efek interaksi larutan nutrisi taraf ke-j, varietas sawi taraf ke-k dan timer

(waktu) taraf ke-l

εijk= efek galat yang disebabkan faktor larutan nutrisi taraf ke-j, faktor varietas sawi

taraf ke-k dan faktor timer (waktu) taraf ke-l pada blok ke-i

(21)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Alat dan Bahan

Peralatan dan bahan yang akan digunakan disterilkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi pada tanaman. Alat-alat yang akan digunakan dibersihkan, dicuci menggunakan deterjen, kemudian dibilas dan dikeringkan. Bahan media tanam batu kerikil dibersihkan kemudian di sterilkan hingga mendidih selain itu juga dilakukan pemasangan saklar sebagai penyambung listrik untuk pompa aquarium dan timer.

Penyemaian Benih

Benih sawi disemai satu per satu pada rockwool yang telah dipotong-potong dengan ukuran 3 cm x 3 cm untuk memudahkan pemindahan bibit ke wadah penanaman, lalu diletakkan pada wadah plastik. Penyemaian ditempatkan pada tempat ternaungi. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali. Setelah 2 minggu bibit sawi dipindahkan ke wadah penanaman beserta dengan media semai rockwool yang juga berfungsi sebagai penjepit tanaman pada lubang panel hidroponik.

Pembuatan dan Pemberian Larutan Hara

Pembuatan larutan standar AB Mix dengan cara melarutkan AB mix A (5 ml) dan AB mix B (5 ml) masing-masing ke dalam 1 L air, selanjutnya aduk larut.

(22)

(0,001 gram), ke dalam 1 L air. selanjutnya diaduk hingga tercampur rata, nutrisi ini disimpan dalam ember plastik.

Penanaman

Bibit sawi yang telah berumur 2 minggu kemudian dipindahkan ke wadah penanaman beserta media semai rockwool-nya dengan cara disematkan pada lubang panel pipa dengan jarak 15 cm, setiap lubang ditanami satu bibit. Kemudian bibit-bibit tanaman tersebut ditempatkan pada wadah penanaman sesuai dengan perlakuan hara dan timer yang ditentukan.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian hama dan penyakit secara manual. Pada saat pemberian nutrisi setiap individu tanaman diberikan 50 ml nutrisi. Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran dimulai dari leher akar sampai daun terpanjang. Pengamatan dilakukan dengan interval seminggu sekali dengan menggunakan penggaris.

Jumlah Daun (helai)

Dihitung pada daun yang telah membuka sempurna, pengamatan dilakukan dengan interval seminggu sekali.

Panjang Akar (cm)

(23)

Bobot Segar per Sampel (g)

Ditimbang tajuk beserta akar tanaman sampel yang telah dipanen menggunakan timbangan analitik

Bobot Tajuk per Sampel (g)

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan larutan nutrisi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 3 MST dan umur 4 MST, parameter jumlah daun pada umur 3 MST, 4 MST dan 6 MST serta parameter bobot tajuk. Pada interaksi nutrisi dan timer berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun umur 3 MST. Sedangkan pada parameter tinggi tanaman umur 6 MST, bobot segar dan panjang akar terhadap semua perlakuan tidak berpengaruh nyata.

Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan nutrisi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 3 MST. Sedangkan perlakuan timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer tidak berpengaruh nyata. Hasil uji beda rataan tinggi tanaman pada 3 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman 3 MST (cm)

(25)

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan varietas sawi dan nutrisi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 3 MST dimana pada perlakuan varietas rataan data tinggi tanaman tertinggi yaitu varietas sawi shinta (V2) sebesar 11,40 dan data terendah yaitu varietas sawi caisim (V3) sebesar 7,31. Perlakuan larutan nutrisi AB Mix (N1) berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman yaitu 10,30 dibandingkan larutan nutrisi racikan (N2) yaitu 8,43.

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 5) menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan nutrisi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 4 MST. Sedangkan perlakuan timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer tidak berpengaruh nyata. Hasil uji beda rataan tinggi tanaman pada 4 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)

Varietas Nutrisi Timer Rataan N Rataan V

(26)

Mix (N1) berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman yaitu 14,03 dibandingkan larutan nutrisi racikan (N2) yaitu 9,94.

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 9) menunjukkan bahwa perlakuan varietas, nutrisi, timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer berpengaruh tidak nyata pada parameter tinggi tanaman. Hasil uji beda rataan tinggi tanaman pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)

Varietas Nutrisi Timer Rataan N Rataan V

(27)

Jumlah Daun

Hasil sidik ragam jumlah daun tanaman pada umur 3 MST yang berpengaruh nyata pada perlakuan tunggal serta interaksi antara nutrisi dan timer (Lampiran 11). Hasil uji beda rataan jumlah daun dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan Jumlah Daun 3 MST (helai) pada interaksi antara nutrisi dan timer

Perlakuan Timer Rataan berbeda nyata terhadap interaksi nutrisi racikan dan timer (N2T2). Nilai rataan tertinggi terdapat pada interaksi nutrisi AB Mix dan non timer (N1T1) sebesar 3,58 dan nilai rataan terendah terdapat pada interaksi nutrisi AB Mix dan timer (N1T2) sebesar 2,75.

(28)

Tabel 5 . Rataan Jumlah Daun 4 MST (cm)

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan varietas sawi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 4 MST dimana pada perlakuan varietas rataan data jumlah daun tertinggi yaitu varietas sawi tosakan (V1) sebesar 4,44 yang tidak berpengaruh nyata dengan varietas sawi shinta (V2) sebesar 4,31 dan data terendah yaitu varietas sawi caisim (V3) sebesar 3,44.

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 17) menunjukkan bahwa perlakuan varietas, nutrisi, berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun. Sedangkan perlakuan yang tidak nyata adalah pada perlakuan timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer Hasil uji beda rataan Jumlah Daun pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Jumlah Daun 6 MST (helai)

(29)

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan varietas sawi dan nutrisi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 6 MST dimana pada perlakuan varietas rataan data jumlah daun tertinggi yaitu varietas sawi tosakan (V1) sebesar 5,75 yang tidak berpengaruh nyata dengan varietas sawi shinta (V2) sebesar 5,63 dan data terendah yaitu varietas sawi caisim (V3) sebesar 4,25. Perlakuan larutan nutrisi AB Mix (N1) berpengaruh nyata meningkatkan jumlah daun yaitu 6,38 dibandingkan larutan nutrisi racikan (N2) yaitu 4,04.

Panjang Akar

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 19) menunjukkan bahwa perlakuan varietas, nutrisi, timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer berpengaruh tidak nyata pada parameter panjang akar. Hasil uji beda rataan panjang akar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Panjang Akar (cm)

Varietas Nutrisi Timer Rataan N Rataan V

(30)

sedangkan data terendah terdapat pada interaksi varietas sawi caisim dengan larutan nutrisi AB Mix dan non timer (V3N1T1) yaitu 6,28.

Bobot Tajuk

Hasil sidik ragam pada (Lampiran 21) menunjukkan bahwa perlakuan nutrisi berpengaruh nyata pada parameter bobot tajuk. Sedangkan perlakuan yang tidak nyata adalah pada perlakuan varietas, timer, interaksi varietas dan nutrisi, interaksi varietas dan timer, interaksi nutrisi dan timer serta interaksi antara varietas nutrisi dan timer Hasil uji beda rataan Bobot Tajuk dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Tajuk (g)

Varietas Nutrisi Timer Rataan N Rataan V

Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan nutrisi berpengaruh nyata dimana pada perlakuan larutan nutrisi dimana rataan data bobot tajuk tertinggi yaitu pada larutan nutrisi racikan (N2) sebesar 8,14 dan data bobot tajuk terendah yaitu nlarutan nutrisi AB Mix (N1) yaitu sebesar 1,00.

Bobot Segar

(31)

tidak nyata pada parameter panjang akar. Hasil uji beda rataan Bobot Segar dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Bobot Segar (g)

Varietas Nutrisi Timer Rataan N Rataan V

Tabel 9 menunjukkan bahwa tidak terdapat perlakuan serta interaksinya yang berpengaruh nyata pada bobot segar. Pada rataan bobot segar interaksi antara varietas tanaman, larutan nutrisi dan timer memiliki data tertinggi pada interaksi varietas sawi tosakan dengan nutrisi racikan dan non timer (V1N2T1) yaitu 23,92 sedangkan data terendah terdapat pada interaksi varietas sawi tosakan dengan nutrisi AB Mix dan timer (V1N1T1) yaitu 0,61.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 6 MST, nutrisi berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun umur 6 MST dan bobot tajuk. Dan pada saat sawi berumur 3 MST terdapat interaksi antara nutrisi dan timer serta perlakuannya tunggal berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun.

(32)

merupakan tanaman sayuran yang mudah dibudidayakan. namun dalam budidayanya harus diperhatikan faktor lingkungan yang dibutuhkan. salah satunya adalah sinar matahari yang dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. hal ini sesuai dengan Tindall (1983) yang menyatakan bahwa Sawi merupakan tanaman yang toleran terhadap sebagian besar kondisi lahan, termasuk pH. Biasanya tumbuh pada ketinggian 1500m. dapat bertahan pada musim penghujan yang tinggi namun tetap membutuhkan sinar matahari untuk pengembangan yang optimal.

(33)

tinggi. Ditinjau dari segi biaya, pupuk AB mix memiliki harga yang relatif lebih mahal karena pemakaian dan pembelian pupuk AB mix harus satu paket.

Dalam pengamatan, setelah pemindahan ke talang hidroponik, sawi yang ditanam masih dalam keadaan sehat dan normal. Namun, pada umur 4 MST mulai tampak pertumbuhan yang tidak merata dan cukup lambat. Hal ini disebabkan penerimaan cahaya matahari yang tidak merata. Selain itu, design hidroponik NFT yang bertingkat tiga membuat talang paling bawah kurang mendapat cahaya matahari. Sawi pada umur 3 MST hingga panen sangat membutuhkan intensitas matahari yang tinggi dalam proses fotosintesisnya. Intensitas cahaya matahari dan lama penyinaran dalam fotosintesis berpengaruh pada tumbuhan , terutama pada pertumbuhan vegetatif dan kegiatan reproduksi tumbuhan. Sebagian warna daun sawi yang tidak terkena sinar matahari berwarna hijau pucat. Hal ini sesuai dengan Kramer dan Kozlowski (1979) yang menyatakan bahwa secara langsung intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan melalui proses fotosintesis, pembukaan stomata dan sintesis klorofil, sedangkan pengaruhnya terhadap pembesaran dan differensiasi sel terlihat pada pertumbuhan tinggi tanaman dan ukuran serta struktur daun dan batang.

(34)

diambil dari KNO3, unsur hara P dari KH2PO4 serta K berasal dari CaNO3.4H2O.sedangkan pada nutrisi AB Mix juga mengadung unsur hara lengkap dan bahkan unsur hara AB Mix dikenal sangat baik pada tanaman sayuran khususnya sawi. Hal ini sesuai dengan Fariudin dkk (2012) yang menyatakan bahwa air berperan sebagai pembawa unsur-unsur hara dan mineral. Kadar air menggambarkan kandungan air pada bagian atau keseluruhan bagian tanaman. Kadar air diperoleh dari selisih bobot basah dan bobot kering dari tanaman. Tanaman sayur yang dibudidayakan dengan sistem hidroponik biasanya memiliki kandungan air yang lebih tinggi dibanding pada pertanaman di lahan. Kandungan air ini pun akan mempengaruhi kerenyahan dan waktu simpan komoditas. Semakin tinggi kadar air pada suatu komoditas maka tanaman akan semakin renyah namun mudah pula terjadi kerusakan pada bagian tanaman.

(35)

mencukupi kebutuhan tanaman tersebut. Dan Suprijadi dkk (2009) menyatakan bahwa inti dari nutrisi tumbuhan adalah kadar molaritas dari masing-masing komponen, sesuai dengan molaritas.

Dari hasil peneltian bahwa perlakuan timer tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter, hanya terdapat interaksi nutrisi dan timer pada jumlah daun yang berumur 3 MST. penggunaaan timer bertujuan untuk menghemat penggunaan listrik serta mempermudah pengguna dalam menggunakan sistem NFT ini. Namun penggunaan timer tidak dianjurkan dalam sistem NFT karena sistem NFT memiliki aliran yang tetap konstan dari larutan nutrisi.

(36)
(37)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pada Hidroponik Sayuran Sawi varietas Tosakan, Shinta dan Caisim; Nutrisi AB Mix dan Racikan serta penggunaan non timer dan timer tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (3 MST dan 6 MST) dan jumlah daun (3 MST) 2. Pada Hidroponik Sayuran Sawi dengan varietas Shinta berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman (4 MST) dan jumlah daun (4 MST dan 6 MST). Dan pada Hidroponik Sayuran Sawi dengan nutrisi racikan berpengaruh nyata 3. Pada Hidroponik Sayuran Sawi dengan varietas Tosakan, Shinta dan Caisim;

nutrisi AB Mix dan Racikan serta penggunaaan timer dan non timer tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar dan bobot akar (7 MST) namun berpengaruh nyata terhadap bobot tajuk (7 MST)

4. Pada Hidroponik Sayuran Sawi dengan interaksi nutrisi dan timer menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap jumlah daun (3 MST)

Saran

(38)

TINJAUAN PUSTAKA Hidroponik Tanaman Sayuran

Kultur hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang mengandung campuran hara. Dalam praktek sekarang ini, hidroponik tidak terlepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan tanaman (Rosliani dan Sumarni, 2005).

(39)

menyebabkan transpirasi air yang berlebihan dan menimbulkan konsentrasi nutrisi yang pekat (Roberto, 2000).

Intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan melalui proses fotosintesis, pembukaan stomata dan sintesis klorofil, sedangkan pengaruhnya terhadap pembesaran dan differensiasi sel terlihat pada pertumbuhan tinggi tanaman dan ukuran serta struktur daun dan batang (Kramer dan Kozlowski, 1979).

Air berperan sebagai pembawa unsur-unsur hara dan mineral. Kadar air menggambarkan kandungan air pada bagian atau keseluruhan bagian tanaman. Kadar air diperoleh dari selisih bobot basah dan bobot kering dari tanaman. Tanaman sayur yang dibudidayakan dengan sistem hidroponik biasanya memiliki kandungan air yang lebih tinggi dibanding pada pertanaman di lahan. Kandungan air ini pun akan mempengaruhi kerenyahan dan waktu simpan komoditas. Semakin tinggi kadar air pada suatu komoditas maka tanaman akan semakin renyah namun mudah pula terjadi kerusakan pada bagian tanaman (Fariudin dkk, 2012).

(40)

Kekurangan utama dari metode hidroponik adalah biaya awal modal yang tinggi, penyakit seperti Fusarium dan Verticullum yang tersebar dengan cepat melalui jaringan, dan menghadapi masalah nutrisi kompleks. Namun, semua permasalah tersebut dapat diatasi. Biaya modal dansistem operasi yang kompleks dapat diganti dengan metode hidroponik baru yang lebih sederhana, seperti dengan metode Nutrient Film Technique (NFT). Dan masalah penyakit diatas sudah dapat diatasi dengan varietas yang tahan akan penyakit tersebut. Namun secara keseluruhan, dari kekurangan hidroponik tersebut terdapat kelebihannya. Kelebihan utama dari metode hidroponik ini adalah pengaturan nutrisi yang efisien, dapat bercocok tanam meskipun ditanah yang tandus, penggunaan air dan pupuk yang lebih efisien, sterilisasi media yang mudah dan murah, tanaman yang ditanam lebih padat sehingga menaikkan nilai hasil panen per hektarnya (Resh, 2004).

Sawi (Brassica juncea)

Di antara tanaman sayur-sayuran dataran rendah yang layak dibudidayakan adalah sawi (Brassica juncea). Karena sawi sangat mudah dikembangkan dan banyak disukai. Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi bukan tanaman asli Indonesia, namun secara agroklimat, Indonesia cocok untuk pengembangan tanaman sawi. Tanaman ini dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin. Sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah hingga dataran tinggi (Usman dan Maripul, 2010).

(41)

pengembangan yang optimal. Tanaman sawi dapat tumbuh baik pada suhu optimum sekitar 15-20oC (Tindall, 1983).

Sistem Nutrient Film Technique (NFT)

Nutrient Film Technique dikembangkan pertama kali oleh Dr. AJ: Cooper di

Glasshouse Crop Research Institute, Littlehampton, Inggris pada akhir tahun 1960 dan berkembang pada awal tahun 1970 secara komersial. Sistem ini adalah teknik pemberian larutan nutrisi malelui aliran yang sangat dangkal. Air yang mengandung semua nutrisi terlarut tersebut diberikan secara terus menerus selama 24 jam. Idealnya kedalaman aliran sirkulasi dalam sistem ini harus tipis, seperti kata film yang berarti lapisan tipis atau air lebih sedikit. Hal ini memastikan perakaran selalu mendapatkan air dan nutrisi. Sistem ini memberikan limpahan oksigen kepada akar tanaman. Umumnya metode hidroponik NFT dilakukan di greenhouse. Namun, ada pula yang tidak memakai greenhouse. Secara prinsip sama, metode hidroponik sederhana yang bekerja mengalirkan air, nutrisi dan oksigen secara terus menerus dengan ketebalan arus 3mm (Herwibowo dan Budiana, 2014).

Sistem NFT memiliki aliran yang tetap/konstan dari larutan nutrisi sehingga timer tidak terlalu dianjurkan untuk pompa submersile. Larutan nutrisi dipompa kedalam growing tray (biasanya saluran) dan mengalir melalui akar tanaman, dan kemudian mengalir kembali kedalam bak penampungan.

(42)

berpengaruh paling baik terhadap pertumbuhan tanaman (jumlah daun, tinggi tanaman, dan panjang akar) dan produksi tanaman sayuran (berat tanaman) terdapat pada kemiringan 5% (Wibowo dan Asriyanti, 2013).

Rockwool terbuat dari batu yang dicairkan yang mana dipintal hingga panjang.

Serat ini ditekan pada batu bata sehingga menjadi bahan yang kendur atau yang sering disebut dengan wol. Rockwool memiliki kualitas air yang baik untuk sebagai kapasitas udara nantinya dan digunakan secara luas sebagai media penyemaian untuk benih dan untuk media perakaran. Beberapa rumah kaca hidroponik yang terluas di dunia menggunakan rockwool untuk seluruh tanaman yang sudah hampir dewasa (Roberto, 2002).

Oksigen merupakan salah satu masalah yang sering muncul dalam system NFT. Kekurangan oksigen jelas berbahaya bagi tanaman karena oksigen di dalam air diperlukan untuk respirasi akar. Jumlah oksigen terlarut dapat ditambah dengan memasang aerator di tangki air. Benturan antara air dan batu kerikil, batu merah atau sabut kelapa akan memperkaya jumlah oksigen di dalam air. Selain itu tanaman yang ditanam dengan system NFT sangat tergantung pada air karena air dalam hal ini berperan sebagai media tumbuh. Oleh karena itu, kualitas air dalam kebun NFT harus baik. Para pekebun NFT umumnya menghindarkan pemakaian air langsung dari sumber terbuka seperti sungai, danau, atau waduk karena dikhawatirkan air itu terkontaminasi (Untung, 2000).

(43)

air terpapar ke akar tanaman dan ke lingkungan, rendah. Dengan demikian, mampu menurunkan penyerapan air oleh akar dan meminimalkan evapotranspirasi pada teknik NFT, cenderung paling rendah (Agustina, 2009).

Nutrisi Hidroponik

Tanaman membutuhkan 13 unsur penting untuk pertumbuhannya. Disamping ke 13 nutrisi ini ada pula pemanfaatan karbon, hidrogen dan oksigen yang berasal dari air dan atmosfer. Ke 13 unsur penting ini dikelompokkan menjadi dua bagian : (1) yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar, dikenal dengan unsur makro ; dan (2) yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil, yang dikenal dengan unsure mikro. Unsur makro yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S). Unsur mikro yaitu Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Boron (B), Zinc (Zn), Molybdenum (Mo) dan Klor (Cl). Tanaman tidak dapat tumbuh baik tanpa salah satu dari unsur penting tersebut, karenanya disebut penting. Sebagai penanam, ke 13 unsur penting tersebut harus disediakan. Dalam hidroponik dikenal sebagai larutan nutrisi (Resh, 2013).

(44)

Kunci utama dalam pemberian larutan nutrisi atau pupuk pada system hidroponik adalah pengontrolan konduktivitas elektrik (electro conductivity = EC) atau aliran listrik di dalam air dengan menggunakan alat EC meter. Selain EC, pH juga merupakan faktor yang penting untuk dikontrol. Formula nutrisi yang berbeda mempunyai pH yang berbeda, karena garam-garam pupuk mempunyai tingkat kemasaman yang berbeda jika dilarutkan dalam air. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pH larutan yang direkomendasikan untuk tanaman sayuran pada kultur hidroponik adalah antara 5,5 sampai 6,5. Ketersediaan Mn, Cu, Zn, dan Fe berkurang pada pH yang lebih tinggi, dan sedikit ada penurunan untuk ketersediaan P, K , Ca dan Mg pada pH yang lebih rendah. Penurunan ketersediaan nutrisi berarti penurunan serapan nutrisi oleh tanaman (Rosliani dan Sumarni, 2005).

Nilai EC dapat berubah tergantung pada jumlah larutan garam terlarut pada suatu larutan. Ketersediaan ion yang diserap bergantung kebutuhan unsur oleh tanaman yang dibudidayakan. Pada tanaman yang dibudidayakan untuk diambil daunnya, unsur K untuk perkembangan daun menjadi yang utama, sehingga pada larutan nutrisi yang ada dalam tangki, jumlah ion K akan bekurang. Jumlah air yang ada dalam tangki nutrisi juga mengalami pengurangan karena ada air yang terserap oleh tanaman. Jumlah potasium berpengaruh pada jumlah daun yang setiap hari meningkat karena salah satu fungsi potasium adalah perannya pada pertumbuhan daun.

(45)

sedangkan hara diserap dan digunakan untuk proses metabolisme yang berlangsung dalam tubuh tanaman. Sedangkan suhu lingkungan akar atau medium antara 20 – 25oC merupakan kondisi yang dapat menyediakan oksigen dan daya hantar listrik yang menggambarkan ketersediaan hara secara cukup dan seimbang (Ginting, 2008).

Penghematan penggunaan nutrien pada teknik hidroponik terjadi karena nutrien pada teknik hidroponik diberikan dalam jumlah yang tepat tanpa ada pengaruh dari kandungan unsur hara tanah. Selain itu, nutrien pada teknik hidroponik, diberikan dalam bentuk larutan yang siap digunakan oleh tanaman dan disirkulasi. Dengan demikian, nutrien dapat dengan mudah digunakan kembali oleh tanaman sesuai kebutuhannya (Agustina, 2009).

Walaupun teknik biakan larutan mempermudah penelitian tentang hara mineral, ada juga kekurangannya. Salah satunya adalah kebutuhan akar akan aerasi. Kekurangan lainnya ialah perlu mengganti larutan tiap hari atau tiap dua hari agar didapatkan pertumbuhan maksimum, ini karena susunan larutan terus menerus berubah ketika ion tertentu diserap lebih cepat daripada ion yang lain (Salisbury dan Ross, 1995).

Nutrisi AB Mix

Perlakuan dengan menggunakan pupuk AB mix memberikan hasil produksi dan kualitas tanaman lebih tinggi. Ditinjau dari segi biaya, pupuk AB mix memiliki harga yang relatif lebih mahal karena pemakaian dan pembelian pupuk AB mix harus satu paket (Nugraha, 2014).

(46)

tanaman selada yaitu 8-15-36 + unsur hara mikro dan Magnesium sulfat serta Kalsium nitrat digunakan untuk menyiapkan 2 larutan stok. Formulasi nutrisi yang lain dapat juga digunakan, namun larutan stok harus disiapkan juga berdasarkan instruksi pabrik. Penanam juga dapat membuat larutannya sendiri (Kratky, 2010).

Menurut Nugraha (2014) perlakuan dengan menggunakan pupuk AB mix memiliki pertumbuhan vegetatif dan hasil panen terbaik pada tanaman bayam, pakchoy dan selada Kandungan pupuk AB mix diduga memiliki komposisi seimbang yang dibutuhkan oleh tanaman. Komposisi hara seimbang yang dimaksud adalah kandungan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman telah terkandung di dalam larutan hara AB mix dan nutrisi yang diperoleh tanaman dari larutan hara AB mix telah memenuhi kebutuhan tanaman.

Nutrisi Racikan

Ada beberapa ratus rumus komposisi mineral pupuk yang berbeda-beda yang bisa dipakai untuk menyiram tanaman hidroponik. Tapi dari banyak rumus itu, bisa dipastikan yang terpenting adalah unsur-unsur garam tanah. Dari sini dapat menyusun rumus campuran sendiri , yang sebanding atau yang mencukupi kebutuhan tanaman tersebut. Hal ini bermanfaat juga, misalnya bila kita mesti menghemat atau menekan biaya, kita harus bisa menemukan bahan yang murah tapi fungsinya tetap seperti yang kita harapkan (Lingga, 1999).

(47)
(48)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebutuhan penduduk terhadap hasil pertanian akan semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk. Seiring dengan perkembangan jaman telah terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan pemukiman dan perkotaan yang menyebabkan lahan untuk pertanian menjadi berkurang. Sehingga pemenuhan kebutuhan pangan penduduk menjadi terbatas pula.

Istilah urban farming atau yang dikenal dengan berkebun di kota merupakan suatu sistem pertanian di perkotaan yang memanfaatkan lahan sempit. Urban farming dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Teknik budidaya ini diharapkan dapat memperoleh produktivitas yang tinggi dengan lahan terbatas. Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dapat juga memberikan nilai estetika dan kebersihan lingkungan hidup diperkotaan. Salah satu sistem ini adalah dengan hidroponik.

(49)

kuantitas yang tinggi dan tanaman jarang terserang hama penyakit karena lingkungan lebih terkendali (Resh 2004).

Suplai kebutuhan nutrisi untuk tanaman dalam sistem hidroponik sangat penting untuk diperhatikan. Setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas, membutuhkan keseimbangan jumlah dan komposisi larutan nutrisi yang berbeda. Tidak ada satu jenis formula larutan nutrisi yang berlaku untuk semua komoditas. Dari beberapa pustaka banyak dijumpai berbagai macam formula larutan nutrisi untuk kultur hidroponik, seperti larutan Hoagland, larutan Schippers, larutan Marvel dan sebagainya (Rosliani dan Sumarni, 2005).

Budidaya sayuran daun secara hidroponik umumnya menggunakan larutan hara berupa larutan hidroponik standar (AB mix). AB mix merupakan larutan hara yang terdiri dari larutan hara stok A yang berisi hara makro dan stok B yang berisi hara mikro. Permasalahannya pada saat ini adalah penggunaan larutan hara AB mix memerlukan biaya yang relatif tinggi. Masyarakat umum memandang bahwa teknologi secara hidroponik memiliki nilai ekonomi yang cukup besar dalam hal perawatan dan harga pupuk (Nugraha, 2014).

Upaya yang dapat dilakukan untuk alternatif penggunaan nutrisi AB mix yaitu dengan menggunakan formulasi nutrisi racikan sendiri. Hasil Penelitian Yusuf dan Mas’ud pada tahun (2007) pada komoditi sawi menunjukkan bahwa pertumbuhan

sawi akan lebih baik jika sistem hidroponik yang digunakan mengunakan pasir dengan nutrisi AB mix atau nutrisi buatan sendiri.

(50)

digunakan timer untuk mengatur waktu kerja pompa yang diharapkan juga dapat menekan biaya listrik.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hidroponik tanaman sayur dengan formulasi nutrisi AB mix dan formulasi nutrisi racikan sendiri.

Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan hasil produksi hidroponik tanaman sayuran sawi (Brassica juncea) yang berbeda varietas dengan nutrisi AB Mix dan nutrisi racikan sendiri.

Hipotesis Penelitian

- Adanya pengaruh varietas terhadap pertumbuhan tanaman sawi - Adanya pengaruh larutan nutrisi terhadap pertumbuhan tanaman - Adanya pengaruh timer terhadap pertumbuhan tanaman

- Adanya pengaruh interaksi antara varietas, larutan nutrisi dan timer terhadap pertumbuhan tanaman.

Kegunaan Penelitian

(51)

ABSTRAK

Vyvian W. Siagian, meneliti “Hidroponik Tanaman Sayuran Sawi Beda Varietas dengan Formulasi Nutrisi AB Mix dan Formulasi Racikan”, dibawah bimbingan Ir. Bintang, MP. dan Ir. Fauzi, MP. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan hasil produksi hidroponik tanaman sayuran sawi (Brassica juncea) yang berbeda varietas dengan nutrisi AB Mix dan nutrisi racikan sendiri. Lokasi penelitian di Kompleks Citra Arkadia Jl. Bunga Wijaya Padang Bulan, Medan pada bulan Juni 2015 sampai dengan September 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 3 perlakuan dan 2 ulangan yaitu perlakuan varietas dengan 3 taraf yang terdiri atas varietas tosakan, shinta dan caisim; perlakuan larutan nutrisi yang terdiri atas larutan nutrisi AB Mix dan racikan; perlakuan timer yang terdiri atas non timer dan timer.

Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas shinta berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (4 MST) dan jumlah daun (4 MST dan 6 MST), nutrisi racikan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (6 MST) dan perlakuan lain tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (3 MST dan 6 MST) dan jumlah daun (3 MST). Pada tiap perlakuan berbeda nyata terhadap bobot tajuk namun tidak berbeda nyata terhadap panjang akar dan bobot segar.

(52)

ABSTRACT

Vyvian W Siagian, research “Hydroponics of Mustard Vegetable Crops Different Varieties with AB Mix Nutrient and Self-made Nutrient Formulation”, supervised by Ir. Bintang, MP and Ir. Fauzi, MP. This research is aimed to find a differences production from hydroponics of mustard vegetable crops which is have a different varity within AB Mix nutrient and self-made nutrient formulation. It was located at Kompleks Citra Arkadia Jl. Bunga Wijaya Padang Bulan, Medan on June 2015 until September 2015. This research used the randomized block design with three treatments and two replications that is variety treatment with three extent consisting of Tosakan, Shinta, and Caisim; nutrient treatment consisting of AB Mix nutrient and self-made nutrient; timer treatment consisting of non-timer and timer.

The result showed that Shinta variety significantly affected on plant height (4 weeks after planting) and number of leaves (4 and 6 weeks after planting), self-made nutrient siginificantly affected on number of leaves (6 weeks after planting) and another treatment were not siginificantly affected on plant height (3 and 6 weeks after planting) and number of leaves (3 weeks after planting). In every treatment significantly affected on shoot weight however were not significantly affected on root length and fresh plant weight.

(53)

HIDROPONIK TANAMAN SAWI BEDA VARIETAS DENGAN FORMULASI NUTRISI AB MIX DAN FORMULASI RACIKAN

SKRIPSI

OLEH :

VYVIAN W. SIAGIAN / 110301110 AGROTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(54)

HIDROPONIK TANAMAN SAYURAN SAWI BEDA VARIETAS DENGAN FORMULASI NURTISI AB MIX DAN FORMULASI RACIKAN

SKRIPSI

OLEH :

VYVIAN W. SIAGIAN / 11+0301110 AGROTEKNOLOGI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(55)

Judul Penelitian : Hidroponik Tanaman Sayuran Sawi Beda Varietas Dengan Formulasi Nurtisi Ab Mix Dan Formulasi Racikan

Nama : Vyvian W. Siagian Nim : 110301110 Program Studi : Agroteknologi Minat : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Bintang, MP.) (Ir. Fauzi, MP.)

NIP. 1960 0703 1986 032 001 NIP. 1957 1110 1986 011 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agroteknologi

(56)

ABSTRAK

Vyvian W. Siagian, meneliti “Hidroponik Tanaman Sayuran Sawi Beda Varietas dengan Formulasi Nutrisi AB Mix dan Formulasi Racikan”, dibawah bimbingan Ir. Bintang, MP. dan Ir. Fauzi, MP. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan hasil produksi hidroponik tanaman sayuran sawi (Brassica juncea) yang berbeda varietas dengan nutrisi AB Mix dan nutrisi racikan sendiri. Lokasi penelitian di Kompleks Citra Arkadia Jl. Bunga Wijaya Padang Bulan, Medan pada bulan Juni 2015 sampai dengan September 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 3 perlakuan dan 2 ulangan yaitu perlakuan varietas dengan 3 taraf yang terdiri atas varietas tosakan, shinta dan caisim; perlakuan larutan nutrisi yang terdiri atas larutan nutrisi AB Mix dan racikan; perlakuan timer yang terdiri atas non timer dan timer.

Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas shinta berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (4 MST) dan jumlah daun (4 MST dan 6 MST), nutrisi racikan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (6 MST) dan perlakuan lain tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (3 MST dan 6 MST) dan jumlah daun (3 MST). Pada tiap perlakuan berbeda nyata terhadap bobot tajuk namun tidak berbeda nyata terhadap panjang akar dan bobot segar.

(57)

ABSTRACT

Vyvian W Siagian, research “Hydroponics of Mustard Vegetable Crops Different Varieties with AB Mix Nutrient and Self-made Nutrient Formulation”, supervised by Ir. Bintang, MP and Ir. Fauzi, MP. This research is aimed to find a differences production from hydroponics of mustard vegetable crops which is have a different varity within AB Mix nutrient and self-made nutrient formulation. It was located at Kompleks Citra Arkadia Jl. Bunga Wijaya Padang Bulan, Medan on June 2015 until September 2015. This research used the randomized block design with three treatments and two replications that is variety treatment with three extent consisting of Tosakan, Shinta, and Caisim; nutrient treatment consisting of AB Mix nutrient and self-made nutrient; timer treatment consisting of non-timer and timer.

The result showed that Shinta variety significantly affected on plant height (4 weeks after planting) and number of leaves (4 and 6 weeks after planting), self-made nutrient siginificantly affected on number of leaves (6 weeks after planting) and another treatment were not siginificantly affected on plant height (3 and 6 weeks after planting) and number of leaves (3 weeks after planting). In every treatment significantly affected on shoot weight however were not significantly affected on root length and fresh plant weight.

(58)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 20 Januari 1994 dari Ayahanda Lodewyk Ricardo P. Siagian ST dan Ibunda Flora Simanjuntak. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pada tahun 2005 penulis lulus dari SD Swasta RK Cinta Rakyat II Pematangsiantar. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar. Pada tahun 2011 penulis lulus dari SMA Swasta RK Budi Mulia Pematangsiantar dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jurusan Agroekoteknologi dengan memilih minat Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(59)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul ” Hidroponik Tanaman Sayuran Sawi (Brassica juncea) Beda Varietas Dengan

Formulasi Nurtisi AB Mix Dan Formulasi Racikan”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Bintang Sitorus, MS. Sebagai Ketua Pembimbing dan Bapak Ir. Fauzi, MP. sebagai Anggota Pembimbing, yang telah memberi saran dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini . Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program studi Agroteknologi, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

(60)

DAFTAR ISI

Pembuatan dan Pemberian Larutan Hara ... 17

(61)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 20 Pembahasan ... 20 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 32 Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA

(62)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1 Rataan Tinggi Tanaman 3 MST (cm) 20

2 Rataan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) 21

3 Rataan Tinggi Tanaman 6 MST (cm) 22

4 Rataan Jumlah Daun 3 MST (helai) pada interaksi antara nutrisi

dan timer 22

5 Rataan Jumlah Daun 4 MST (cm) 23

6 Rataan Jumlah Daun 6 MST (helai) 24

7 Rataan Panjang Akar (cm) 25

8 Rataan Bobot Tajuk (g) 25

(63)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Dosis nutrisi 35

2 Data pengamatan parameter tinggi tanaman 3 MST 37 3 Data pengamatan parameter tinggi tanaman 3 MST

(Transformasi Arcsin) 37

4 Data pengamatan parameter tinggi tanaman 4 MST 37 5 Data pengamatan parameter tinggi tanaman 4 MST

(Transformasi Arcsin) 38

6 Data pengamatan parameter tinggi tanaman 5 MST 38 7 Data pengamatan parameter tinggi tanaman 5 MST

(Transformasi Arcsin) 39

8 Data pengamatan parameter tinggi tanaman 6 MST 39 9 Data pengamatan parameter tinggi tanaman 6 MST

(Transformasi Arcsin) 39

10 Data pengamatan parameter jumlah daun 3 MST 40 11 Data pengamatan parameter jumlah daun 3 MST

(Transformasi Arcsin) 40

12 Data pengamatan parameter jumlah daun 4 MST 41 13 Data pengamatan parameter jumlah daun 4 MST

(Transformasi Arcsin) 41

14 Data pengamatan parameter jumlah daun 5 MST 41 15 Data pengamatan parameter jumlah daun 5 MST

(Transformasi Arscsin) 42

16 Data pengamatan parameter jumlah daun 6 MST 42 17 Data pengamatan parameter jumlah daun 6 MST

(Transformasi Arcsin). 43

18 Data pengamatan parameter panjang akar 43

19 Data pengamatan parameter panjang akar (Transformasi

Arcsin) 43

20 Data pengamatan parameter bobot tajuk 44

21 Data pengamatan parameter bobot tajuk (Transformasi Arcsin) 44

22 Data pengamatan parameter bobot segar 44

23 Data pengamatan parameter bobot segar (Transformasi Arcsin) 45

Gambar

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman 3 MST (cm) Timer
Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) Timer
Tabel 3. Rataan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)
Tabel 4. Rataan Jumlah Daun 3 MST (helai) pada interaksi antara nutrisi dan timer
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hj Eka Dahlia

Level user merupakan status sosial user dalam aplikasi. Level user dibuat agar user bangga dengan level yang dimilikinya. Juga agar user terus melakukan kegiatan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sediaan gel ekstrak etanol 70% daun bangun-bangun dengan konsentrasi 3,0% memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba pada subjek yang bukan dijadikan subjek penelitian. Hasil dari uji coba tersebut kemudian dilakukan analisis dengan

Data hasil analisis penelitian terhadap rata- rata tebal dinding dan diameter lumen arteri koronaria pada tikus putih ( Rattus norvegicus ) jantan setelah pemberian

Penyusunan Tugas Perencanaan Unit Pengolahan Pangan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Program Sarjana Strata-1 (S-1), Program Studi Teknologi

Diperkirakan bahwa pada pasien dengan hipertensi stage 1 (TDS 140-159 mmHg dan TDD 90-99 mmHg) yang disertai dengan faktor resiko penyakit (TDS 140-159 mmHg dan TDD 90-99

Dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pencabulan terhadap anak ini ternyata juga terjadi dualisme di dalam penjatuhan pidana untuk mengadili pelaku, yakni kendati sudah