LAMPIRAN
Lampiran 1. Data pengamatan kadar airdan tabel sidik ragam kadar air Data pengamatan kadar air
Perlakuan Ulangan Total (%) Rataan (%)
Tabel sidik ragam kadar air
Lampiran 2. Data pengamatan kadar abu dan tabel sidik ragam kadar abu
Data pengamatan kadar abu
Perlakuan Ulangan Total (%) Rataan (%)
Tabel sidik ragam kadar abu
Lampiran 3. Data pengamtan kadar serat kasar dan tabel sidik ragam kadar serat kasar
Data pengamatan kadar serat kasar
Perlakuan Ulangan Total (%) Rataan (%)
Tabel sidik ragam kadar serat kasar
Lampiran 4. Data pengamatan total mikroba dan tabel sidik ragam total mikroba
Data pengamatan total mikroba
Perlakuan Ulangan Total
(log CFU/g)
Tabel sidik ragam total mikroba
Lampiran 5. Data pengamatan total padatan terlarut dan tabel sidik ragam total padatan terlarut
Data pengamatan total padatan terlarut
Perlakuan Ulangan Total
(oBrix)
Tabel Sidik ragam total padatan terlarut
Lampiran 6. Data pengamatan pH dan tabel sidik ragam pH
Data pengamatan pH
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II
Tabel sidik ragam pH
Lampiran 7. Data pengamatan nilai hedonikwarna dan tabel sidik ragam nilai hedonik warna
Data pengamatan nilai hedonik warna
Perlakuan Ulangan Total
(numerik)
Tabel sidik ragam nilai hedonik warna
Lampiran 8. Data pengamatan nilai hedonik aroma dan tabel sidik ragam nilai hedonik aroma
Data pengamatan nilai hedonik aroma
Perlakuan Ulangan Total
(numerik)
Tabel sidik ragam nilai hedonik aroma
Lampiran 9. Data pengamatan nilai hedonik rasa tabel sidik ragam nilai hedonik rasa
Data pengamatan nilai hedonik rasa
Perlakuan Ulangan Total
(numerik)
Tabel sidik ragam nilai hedonik rasa
Lampiran 10. Data pengamatan nilai skor tekstur dan tabel sidik ragam nilai skor tekstur
Data pengamatan nilai skor tekstur
Perlakuan Ulangan Total
(numerik)
Tabel sidik ragam nilai skor tekstur
Lampiran 11. Data pengamatan nilai daya oles dan tabel sidik ragam nilai daya oles
Data pengamatan nilai daya oles
Perlakuan Ulangan Total
(cm)
Tabel sidik ragam nilai daya oles
Lampiran 12. Gambar Produk
C1G2U1
C1G1U1 C1G3U1 C1G4U1
C2G1U1 C
2G2U1 C2G3U1 C2G4U1
C3G1U1
C4G1U1
C3G3U1 C3G4U1
C3G2U1
C4G4U1
C4G3U1
Keterangan : C1 = CMC 0,25%, C2 = CMC 0,50%, C 3= CMC 0,75%,
C4 = CMC 1,00%,G1 = Gula 30%, G2 = Gula 40%,
G3 = Gula 50%, G4 = Gula 60%,U1= Ulangan 1, dan
U2 = Ulangan 2.
C1G1U2 C1G2U2 C
1G3U2
C1G4U2
C2G1U2 C2G2U2 C2G3U2
C2G4U2
C3G1U2 C3G2U2 C3G3U2
C3G4U2
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Tiga Serangkai, Solo.
Anonim, 1992.Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya, Jakarta.
AOAC, 1990.Official Methods of Analysis.Association of Official Analytical Chemist Inc., Washington, D.C.
AOAC, 1995.Official Methods of Analysis.Association of Official Analytical Chemist Inc., Washington, D.C.
Bangun, M. K. 1991. Perancangan Percobaan Untuk Menganalisis Data.Bagian Geometri. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Belitz, H. D. dan W. Grosch, 1987.Food Chemistry.Springer Verlag Berlin Heldenberg, New York.
BSN. 2008. Selai Buah. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wootton, 2009. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono.UI-Press, Jakarta.
Cahyadinata, I. dan Rizqie Iryansyah, 2010.Kajian Produksi Jagung dan Faktor yang Mempengaruhinya.Jurnal Agrisep. Vol. 11(2) : Hal. 125-139. Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Sinar Ilmu, Yogyakarta. Departemen Pertanian, 2004. Teknologi, Mutu, dan Sarana Pengolahan Hasil
Hotikultura. Edisi 72. Buletin Teknopro Hortikultura, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.
Desrosier, N. W., 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M. Muljohardjo. UI-Press, Jakarta.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Estiasih, T. dan Ahmadi, 1998. Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.
Fennema, O., Karen, M., dan Lund, D., 1996.Principle of Food Science.The AVI Publishing, Connecticut.
Hariyati, M. N., 2007. Ekstraksi dan karakteristik pektin dari limbah proses pengolahan Jeruk Pontianak. Skripsi.Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Imeson, A., 1992. Thickening and Gelling Agent for Food.Blackie Academic & Profesional, New York.
Iskandar, D.,2011. Pengaruh dosis N, P, dan K terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis di lahan kering. November 2014].
Johnson, L. A., 1991. Corn: Production, Processing and Atilitation. New York, Marcel Dekker Inc.
Laskowski, J. S., 2001. Developments in Mineral Processing. Elvesier B. V., Amsterdam.
Lubis, N. L., 2010. Pembuatan abon ikan gulamah (Johnuis spp) dan daya terimanya.Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
Minifie, B. W., 1989. Chocolate, Cocoa, and Confectionery. Van Nostrand Reinhold, New York.
Mubyarto, 2012.Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Workshop Pemandu Lapangan 1 (PL-1) Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (SL-PPHP), Departemen Pertanian.
Muchtadi, D., T. R. Muchtadi, dan E. Gumbira. 1979. Pengolahan Hasil Pertanian II Nabati. Fatemeta. IPB, Bogor.
Muchtadi, T. R. dan Sugiono, 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Direktorat Jendral Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor.
Nasril, S. M., 2011. Daya serap pektin dari kulit buah durian terhadap logam tembaga dan seng.Skripsi.Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Prayitno, S., 2002. Aneka Olahan Tepung. Kanisius, Yogyakarta.
Rizky, A., 2012. Penggulaan dan selai.Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro, Semarang.
Rumayar, H., J. Pontoh dan L. Kowel, 2012. Kristalisasi sukrosa pada pembuatan gula kristal dari nira aren. Buletin Palma.
Sarwono, B. 1991.Jeruk dan Kerabatnya. Penebar Swadaya, Jakarta.
Satria, B. H., 2008. Jurnal Pengolahan Kulit Pisang Menjadi Pektin Dengan Metode Ekstraksi. Jurnal Teknologi Perntanian..Hal. 2.
Soekarto, S. T., 1985. Penilaian Organoleptik. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. IPB, Bogor.
Suarni dan M. Yasin, 2011.Jagung sebagai sumber pangan fungsional.Jurnal IPTEK Tanaman Pangan. Vol. 6(1) : Hal. 41-56.
Sudarmadji, S., B. Haryona, dan Suhardi, 1989.Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Sulastri, T. A., 2008. Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap mutu velva buah nenas selama penyimpanan dingin. Skripsi.Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Suprapti, M. L., 2005. Aneka Olahan Belingu dan Labu. Kanisius, Yogyakarta. Suwarni dan Widowati, 2005.Struktur Komposisi dan Nutrisi Jagung.Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, Bogor.
Syahrumsyah, H., W. Murdianto, dan N. Pramanti, 2010. Pengaruh penambahan karboksil metil selulosa (CMC) dan tingkat kematangan buah nanas (Ananas comosus (L) Merr.) terhadap mutu selai nanas.Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 6 : Hal. 34.
Tessler, D. K. and Nelson, P. E., 1986.Fruit and Vegetables Juice Processing Technolgy. The AVI Publishing Company, USA.
Tranggono dan Sutardi, 1990.Biokimia, Teknologi Pasca Panen dan Gizi.PAU Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Trisbiantara, I., 2013. Jeruk nipis si kecil yang besar manfaatny
Tropical Plant Project, 2012.Modul Pelatihan Pembuatan Jam. Jurnal Ketahanan Pangan. Vol. 1 : Hal. 1-4.
Widayanto, P. S. dan A. Nelistya, 2009. Rosella Aneka Olahan, Khasiat dan Ramuan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wikipedia, 2014.Natrium benzoat Willats, W. G. T., J. K. Paul, and D. M. Jorn. 2006. Pectin.Trensin in Food
Science and Technology, New York.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai bulan Mei 2015 di Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan Penelitian
Bahan Penelitian yang digunakan adalah jagung manis hawai, carboxy methyl cellulose, gula pasir (sukrosa), garam dapur, pektin, natrium benzoat, dan
jeruk nipis.
Reagensia
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan H2SO40,255 N, larutan NaOH 0,313 N, larutan K2SO410 %, alkohol 95%, dan
akuades.
Alat Penelitian
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri dari dua faktor (Bangun, 1991) yaitu:
Faktor I : Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose (C) C1 = 0,25%
C2 = 0,5%
C3 = 0,75%
C4 = 1,0%
Faktor II : Konsentrasi gula (G) G1 = 30%
G2 = 40%
G3 =50%
G4 = 60%
Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination (Tc) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut:
Tc (n – 1) ≥ 15 16 (n – 1) ≥ 15 16 n –16 ≥ 15 16 n ≥ 15 + 16 16 n ≥ 31
n ≥ 1,9 dibulatkan menjadi 2
Model Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan model :
Ŷijk = µ + αi+ βj + (αβ)ij + εijk
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor C pada taraf ke-i dan faktor G pada taraf ke-j
dengan ulangan ke-k µ : Efek nilai tengah
αi : Efek dari faktor C pada taraf ke-i
βj : Efek dari faktor G pada taraf ke-j
(αβ)ij : Efek interaksi faktor C pada taraf ke-i dan faktor G pada taraf ke-j
εijk : Efek galat dari faktor C pada taraf ke-i dan faktor G pada taraf ke-j dalam
ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).
Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan bubur jagung
Jagung manis disortasi dan dikupas kulit dan tongkolnya, kemudian biji jagung diblansing dengan cara dikukus selama 10 menit dan ditiriskan. Kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender dengan penambahan air 2 : 1. Skema pembuatan bubur jagung dapat dilihat pada Gambar 4.
Bubur yang sudah didapat diambil 300 gram untuk satu perlakuan. Selanjutnya ditambahkancarboxy methyl cellulose sesuai dengan perlakuan, yaitu 0,25%, 0,5%, 0,75%, dan 1%, gula sesuai dengan perlakuan, yaitu 30%, 40%, 50%, dan 60%, pektin 0,6%, garam 0,5%, natrium benzoat 0,1% serta ditambahkan perasan sari jeruk nipis 1%. Persentase diukur dari berat bubur buah.
Selanjutnya campuran bahan diaduk di dalam suatu wadah sampai semua bahan bercampur, dan dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit.Pemanasan dihentikan, kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca yang telah disterilkan dalam autoclave121oC selama 15 menit.Produk disimpan pada suhu pendingin selama 3 hari. Setelah itu dilakukan pengujian terhadap kadar air, kadar abu, kadar serat, total padatan terlarut, pH, daya oles dan organoleptik terhadap warna, aroma, dan rasa. Skema pembuatan selai dapat dilihat pada Gambar 5.
Jagung manis bertongkol
Disortasi dan dicuci
Dipipil
Diblansing dengan cara dikukus selama10 menit
Di blender dengan penambahan air (perbandingan 2:1)
Bubur jagung
Bubur jagung sebanyak 200 g
Gambar 5. Skema pembuatan selai
Pengamatan dan Pengukuran Data
Kadar air
Sampel ditimbang sebanyak 5 gram ke dalam cawan aluminium kering (dipanaskan di oven selama 24 jam) yang diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu sekitar 80oC selama 5 jam, selanjutnya didinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang
Konsentrasi gula
Disimpan selama 3 hari dalam lemari pendingin pada suhu 2-6o C
Dikemas dalam botol kaca yang telah
disterilkan dengan suhu 121oC selama 15 menit
Analisis
Pektin 0,6%, garam 0,5%, natrium benzoat 0,1%, sari jeruk nipis 1% Dimasak hingga mengental dan membentuk tekstur seperti selai
Didinginkan
1. Kadar air (%) 2. Kadar abu (%) 3. Kadar serat kasar (%) 4. Total padatan terlarut 5. Tingkat keasaman (pH) 6. Daya oles
7. Hedonik warna, aroma, dan rasa
kembali. Setelah itu, bahan dipanaskan kembali di dalam oven selama 1 jam, kemudian didinginkan kembali dengan desikator selama 15 menit lalu ditimbang.
Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat yang konstan (AOAC, 1995 dengan modifikasi).
Berat awal sampel (g) – Berat akhir sampel (g)
Kadar air (bb%) = x 100%
Berat awal sampel (g)
Kadar abu
Cawan porselen dibersihkan dan dipanaskan dalam oven selama 24 jam, lalu dimasukkan desikator sampai dingin, kemudian ditimbang. Bahan ditimbang 10 gram dan dimasukkan dalam cawan porselen, kemudian dibakar dengan menggunakan kompor listrik hingga menjadi arang. Sampel tersebut selanjutnya diabukan dengan cara dimasukkan ke dalam muffle furnace dengan suhu 550°C selama 5 jam. Dimatikan muffle furnace dan tunggu sampai suhu mencapai 200oC, kemudian sampel dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (AOAC, 1995 dengan modifikasi).
Berat akhir abu
Kadar abu (bb%) = x 100% Berat awal sampel
Kadar serat kasar
Sampel ditimbang sebanyak 2 gram, dipindahkan ke dalam erlenmeyer 500 ml, ditambahkan 200 ml larutan H2SO40,255 N dan ditutup dengan pendingin
sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (uji dengan kertas lakmus) selanjutnya dipindahkan secara kuantitatif residu dan kertas saring ke dalam erlenmeyer kembali dengan spatula, dan sisanya dicuci dengan larutan NaOH 0,313 N mendidih sebanyak 200 ml sampai semua residu masuk ke dalam erlenmeyer.Selanjutnya didihkan dengan pendingin balik selama 30 menit.Kemudian disaring dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya setelah dikeringkan, sambil dicuci dengan larutan K2SO410 %, residu dicuci lagi
dengan akuades mendidih dan kemudian dicuci lagi dengan lebih kurang 15 ml alkohol.Kertas saring dikeringkan beserta isinya pada suhu 110oC sampai beratnya konstan (1-2 jam), Kertas saring didinginkan di dalam desikator dan ditimbang.(Sudarmadji dkk, 1984).
Berat kertas saring dan serat - Berat kertas saring
Kadar Serat = x 100%
Berat awal sampel
Total padatan terlarut
Diambil bahan yang telah dihaluskan sebanyak 5 gram dan dimasukkan dalam beaker glass. Ditambahkan akuades hingga 15 gram kemudian diaduk hingga merata. Diambil satu tetes larutan dan diteteskan dalam handrefractometer lalu dilihat angka di titik terang dan gelapnya (Muchtadi dan Sugiono, 1992).
Total padatan terlarut (oBrix) = angka handrefractometer x FP
pH
Test mode selective diatur pada posisi pH. Diatur knop pengatur suhu
dengan akuades, kemudian dikeringkan dengan kertas tisu. Selanjutnya, sampel diencerkan dengan akuades dengan perbandingan 1:1. Elektroda dimasukkan ke dalam sampel yang akan diuji. Dicatat angka yang tertera pada layar pH meter setelah keadaan konstan (AOAC,1990).
Daya oles
Penentuan daya oles selai dilakukan dengan mengukur seberapa panjang selai dapat dioles pada sebuah roti.Caranya diambil sampel sebanyak 5 gr dan diletakkan di atas permukaan roti lalu dioleskan dengan menggunakan pisau dan diukur seberapa panjangolesan selai pada roti tersebut.
Hedonik warna
Nilai organoleptik warna ditentukan dengan uji hedonik warna. Caranya contoh yang telah diberi kode diuji secara acak oleh 30 panelis.Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik seperti pada Tabel 5 (Soekarto, 1985).
Tabel 6. Skala hedonik warna (numerik)
Skala hedonik Skala numerik
Sangat suka
dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik seperti pada Tabel 6 (Soekarto, 1985).
Tabel 7. Skala hedonik aroma (numerik)
Skala hedonik Skala numerik
Sangat suka
Penentuan nilai organoleptik terhadap rasa dilakukan dengan uji hedonik rasa.Caranya contoh yang telah diberi kode diuji secara acak oleh 30 panelis.Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik seperti pada Tabel 7 (Soekarto, 1985).
Tabel 8. Skala hedonik rasa (numerik)
Skala hedonik Skala numerik
Sangat suka
Nilai organoleptik rasa dilakukan dengan uji hedonik rasa.Caranya contoh yang telah diberi kode diuji secara acak oleh 30 panelis.Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik seperti pada Tabel 8 (Soekarto, 1985).
Tabel 9. Skala skor tekstur (numerik)
Sangat mudah dioles Mudah dioles
Agak mudah dioles Tidak mudah dioles Sangat tidak mudah dioles
5 4 3 2 1
Total mikroba
Bahan ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan akuadest 9 ml dan diaduk sampai merata. Hasil pengenceran ini diambil dengan pipet volume sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan akuadest 9 ml. Pengenceran ini dilakukan sampai 104. Dari hasil pengenceran pada tabung reaksi yang terakhir diambil sebanyak 1 ml dan diratakan pada medium agar PCA (Plate Count Agar) yang telah disiapkan di atas cawan petridish, selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 32oC dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang ada dihitung dengan colony counter
(Fardiaz, 1992 dengan modifikasi).
Jumlah koloni hasil perhitungan Total Koloni =
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Konsentrasi Carbox Methyl Cellulose (CMC) terhadap Parameter yang Diamati
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose (CMC) berpengaruh terhadap mutu selai jagung yang dihasilkan yaitu
kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, total mikroba, total padatan terlarut, pH, nilai hedonik warna, nilai hedonik aroma, nilai hedonik rasa, nilai hedonik tekstur, dan nilai daya oles dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengaruh konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose (CMC) terhadap parameter yang diamati.
Parameter Konsentrasi CMC
C1=0,25% C2=0,5% C3=0,75% C4=1%
Kadar air (%) 32,229 32,952 36,380 40,073
Kadar abu (%) 0,353 0,460 0,537 0,781
Kadar serat kasar (%) 0,737 0,927 0,949 1,045 Total mikroba (CFU/g) 5,933 5,892 5,872 5,878 Total padatan terlarut (°Brix) 43,744 45,235 47,436 49,358
pH 4,573 4,623 4,663 4,673
Nilai hedonik warna (numerik) 4,067 4,208 3,867 3,875 Nilai hedonik aroma (numerik) 3,967 3,858 3,742 3,775 Nilai hedonik rasa (numerik) 3,933 4,125 4,075 4,200 Nilai skor tekstur (numerik) 3,433 3,608 3,600 3,875 Nilai daya oles (numerik) 3,513 4,575 5,388 6,088
warna, semakin besar konsentrasi CMC yang ditambahkan maka nilai hedonik warna semakin meningkat di konsentrasi 0,5%, menurun di konsentrasi 0,75% dan kembali meningkat di konsentrasi 1% dan untuk nilai hedonik aroma, semakin besar konsentrasi CMC yang ditambahkan maka nilai hedonik aroma semakin menurun sampai konsentrasi 0,75% dan meningkat pada konsentrasi 1%. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 yaitu sebesar 40,073% dan
terendah pada perlakuan C1 yaitu sebesar 32,229%. Kadar abu tertinggi diperoleh
pada perlakuan C4 yaitu sebesar 0,781% dan terendah pada perlakuan C1 yaitu
sebesar 0,353%.Kadar serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 yaitu
sebesar 1,045% dan terendah pada perlakuan C1 yaitu sebesar 0,737%. Total
mikroba tertinggi diperoleh pada perlakuan C1 yaitu sebesar 5,933 log CFU/g dan
terendah pada perlakuan C4 yaitu sebesar 5,878 log CFU/g. Total padatan terlarut
tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 yaitu sebesar 49,358oBrix dan terendah pada
perlakuan C1 yaitu sebesar 43,744oBrix. pH tertinggi diperoleh pada perlakuan C4
yaitu sebesar 4,673 dan terendah pada perlakuan C1 yaitu sebesar 4,573. Nilai
hedonik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan C2 yaitu sebesar 4,208 (agak
suka) dan terendah pada perlakuan C3 yaitu sebesar 3,867 (agak suka).Nilai
hedonik aroma tertinggi diperoleh pada perlakuan C1 yaitu sebesar 3,967 (agak
suka) dan terendah pada perlakuan C3 yaitu sebesar 3,742 (agak suka).Nilai
hedonik rasa tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 yaitu sebesar 4,200 (agak
suka) dan terendah diperoleh pada perlakuan C1 yaitu sebesar 3,933 (agak
suka).Nilai skor tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 yaitu sebesar 3,875
dioles).Nilai daya oles tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 yaitu sebesar 6,088
cm dan terendah pada perlakuan C1 yaitu sebesar 3,513 cm.
Pengaruh Konsentrasi Gula terhadap Parameter yang Diamati
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsentrasi gula berpengaruh terhadap mutu selai jagung yang dihasilkan yaitu kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, total mikroba, total padatan terlarut, pH, nilai hedonik warna, nilai hedonik aroma, nilai hedonik rasa, nilai skor tekstur, dan nilai daya oles dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Pengaruh konsentrasi gula terhadap parameter yang diamati
Parameter Konsentrasi gula
G1=30% G2=40% G3=50% G4=60%
Kadar air (%) 32,190 34,106 37,015 38,324
Kadar abu (%) 0,430 0,504 0,564 0,634
Kadar serat kasar (%) 0,897 0,908 0,917 0,936 Total mikroba (CFU/g) 5,945 5,912 5,868 5,850 Total padatan terlarut (°Brix) 40,104 44,334 48,791 52,575
pH 4,619 4,640 4,669 4,685
Nilai hedonik warna (numerik) 3,708 3,933 4,075 4,300 Nilai hedonik aroma (numerik) 3,750 3,683 3,900 4,008 Nilai hedonik rasa (numerik) 3,858 4,067 4,108 4,300 Nilai skor tekstur (numerik) 3,267 3,475 3,742 4,033 Nilai daya oles (numerik) 4,600 4,738 5,025 5,200
konsentrasi 50%.Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 yaitu sebesar
38,324% dan terendah pada perlakuan G1 yaitu sebesar 32,190%. Kadar abu
tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 yaitu sebesar 0,634% dan terendah pada
perlakuan G1 yaitu sebesar 0,43%. Kadar serat kasar tertinggi diperoleh pada
perlakuan G4 yaitu sebesar 0,936% dan terendah pada perlakuan G1 yaitu sebesar
0,897%. Total mikroba tertinggi diperoleh pada perlakuan G1 yaitu sebesar 5,945
log CFU/g dan terendah pada perlakuan G4 yaitu sebesar 5,850 log CFU/g. Total
padatan terlarut tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 yaitu sebesar 52,575 oBrix
dan terendah pada perlakuan G1 yaitu sebesar 40,104 oBrix. pH tertinggi diperoleh
pada perlakuan G4 yaitu sebesar 4,685 dan terendah pada perlakuan G1 yaitu
sebesar 4,619. Nilai hedonik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 yaitu
sebesar 4,300 (agak suka) dan terendah diperoleh pada perlakuan G1 yaitu sebesar
3,708 (agak suka).Nilai hedonik aroma tertinggi diperoleh pada perlakuan G4
yaitu sebesar 4,008 (agak suka) dan terendah pada perlakuan G2 yaitu sebesar
3,683 (agak suka).Nilai hedonik rasa tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 yaitu
sebesar 4,300 (agak suka) dan terendah diperoleh pada perlakuan G1 yaitu sebesar
3,858 (agak suka).Nilai skor tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 yaitu
sebesar 4,033 (mudah dioles) dan terendah pada perlakuan G1 yaitu sebesar 3,267
(agak mudah dioles).Nilai daya oles tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 yaitu
sebesar 5,200 cm dan terendah pada perlakuan G1 yaitu sebesar 4,600 cm.
Kadar Air
Pengaruh konsentrasi CMC terhadap kadar air selai jagung
selai jagung yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range Test(DMRT) pengaruh konsentrasi CMC terhadap kadar air untuk tiap-tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi CMC terhadap kadar air Jarak
The minimum critical
difference (TMCD) Konsentrasi CMC Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - C1 = 0,25% 32,229 c C
2 1,513 2,074 C2 = 0,50% 32,952 c C
3 1,586 2,163 C3 = 0,75% 36,380 b B
4 1,632 2,222 C4 = 1,00% 40,073 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan C1 berbeda tidak nyata
dengan perlakuan C2 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan C3 dan
C4.Perlakuan C2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan C3 dan C4.Perlakuan C3
berbeda sangat nyata dengan perlakuan C4. Kadar air tertinggi diperoleh pada
perlakuan C4 yaitu sebesar 40,073% dan kadar air terendah diperoleh pada
perlakuan C1 yaitu sebesar 32,229%. Hubungan antara konsentrasi CMC terhadap
kadar air dapat dilihat pada Gambar 6 berikut.
32,229 32,952
0,00% 0,25% 0,50% 0,75% 1,00%
Gambar 6. Grafik hubungan konsentrasi CMC terhadap kadar air
Dari Tabel 12 dan Gambar 6 dapat dilihat bahwa jika dilakukan peningkatan konsentrasi CMC sampai 0,5% tidak terjadi peningkatan kadar air secara nyata, namun jika dilakukan peningkatan konsentrasi CMC mencapai 0,75% maka terjadi peningkatan kadar air selai jagung secara nyata. Peningkatan kadar air tersebut disebabkanCMC yang ditambahkan dapat mengikat air dalam selai yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Minifie (1989) yang menyatakan bahwa CMC merupakan pengental yang mampu mengikat air sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh CMC.
Pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar air selai jagung
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa konsentrasi gula memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air selai jagung yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range Test(DMRT) pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar air untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar air Jarak TMCD Konsentrasi gula Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - G1 = 30% 32,190 c B
2 1,513 2,074 G2 = 40% 34,106 b B
3 1,586 2,163 G3 = 50% 37,015 a A
4 1,632 2,222 G4 = 60% 38,324 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa pada perlakuan G1 berbeda nyata
dengan perlakuan G2 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan G3 dan
berbeda tidak nyata dengan perlakuan G4. Kadar air tertinggi diperoleh pada
perlakuan G4 yaitu sebesar 38,324% dan kadar air terendah diperoleh
padaperlakuan C1 yaitu sebesar 32,190%. Hubungan antara konsentrasi CMC
terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.
Gambar 7. Grafik hubungan konsentrasi gula terhadap kadar air.
Dari Tabel 13 dan Gambar 7 dapat dilihat bahwa jika dilakukan peningkatan konsentrasi gula sampai 50% terjadi peningkatan kadar air secara nyata, namun jika dilakukan peningkatan konsentrasi gula mencapai 60% tidak terjadi peningkatan kadar air selai jagung secara nyata. Peningkatan kadar air tersebut sesuai dengan pernyataan Estiasih (1998) yang menyatakan bahwa gula bersifat osmosis yaitu menarik air pada bahan sehingga air terikat oleh gula dan mengakibatkan pada proses pemasakan, air terlindungi dan sedikit yang mengalami penguapan sehingga mengakibatkan kadar air pada selai semakin tinggi.
Pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap kadar air selai jagung
Dari hasil sidik ragam Lampiran 1 dapat dilihat bahwa interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air selai jagung yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range Test(DMRT) pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC
dan konsentrasi gula terhadap kadar air untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap kadar air (%).
Jarak TMCD Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar). C1=0,25%, C2=0,50%, C3=0,75%, C4=1,00%, G1=30%, G2=40%, G3=50%,
dan G4=60%.
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi pada perlakuan C4G4
44,370% dan terendah pada perlakuan C1G1 30,364%. Semakin tinggi konsentrasi
semakin tinggi konsentrasi CMC dan konsentrasi gula yang ditambahkan, kadar air semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Minifie (1989) yang menyatakan bahwa CMC merupakan pengental yang mampu mengikat air sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh CMC dan pernyataan Rumayar, dkk. (2012) yang menyatakan gula bersifat higroskopis sehingga semakin tinggi kandungan gula yang ditambahkan, maka air yang terikat oleh gula semakin banyak sehingga kadar air semakin meningkat. Hubungan pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar 8 berikut.
Gambar 8. Gambar hubungan interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap kadar air.
Kadar Abu
Pengaruh konsentrasi CMC terhadap kadar abu selai jagung
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa konsentrasi CMC memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu selai jagung yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range
Test(DMRT) pengaruh konsentrasi CMC terhadap kadar abu untuk tiap-tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi CMC terhadap kadar abu
Jarak TMCD Konsentrasi CMC Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - C1 = 0,25% 0,353 d D
2 0,020 0,028 C2 = 0,50% 0,460 c C
3 0,021 0,029 C3 = 0,75% 0,537 b B
4 0,022 0,030 C4 = 1,00% 0,781 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan C1 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan C2, C3, dan C4.Perlakuan C2 berbeda sangat nyata dengan
perlakuan C3 dan C4.Perlakuan C3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan C4.
Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 yaitu sebesar 0,781% dan kadar
abu terendah diperoleh pada perlakuan C1 yaitu sebesar 0,353%. Hubungan antara
konsentrasi CMC terhadap kadar abu dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.
Gambar 9. Grafik hubungan konsentrasi CMC terhadap kadar abu 0,353
0,00% 0,25% 0,50% 0,75% 1,00%
Dari Tabel 15 dan Gambar 9 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi CMC yang ditambahkan maka kadar abu akan semakin tinggi. Peningkatan kadar abu tersebut dikarenakan sifat CMC yang mampu mengikat air dimana komponen mineral yang larut dalam air akan terikat oleh CMC sehingga kadar abu semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tranggono dan Sutardi (1990) yang menyatakan bahwa zat penstabil dapat mengikat air, gula, komponen mineral dan asam organik sehingga penambahan konsentrasi zat penstabil yang semakin tinggi menyebabkan kadar abu pada bahan akan semakin tinggi.
Pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar abu selai jagung
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa konsentrasi gula memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air selai jagung yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range Test(DMRT) pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar abu untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar abu (%)
Jarak TMCD Konsentrasi Gula Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - G1 = 30% 0,430 d D
2 0,020 0,028 G2 = 40% 0,504 c C
3 0,021 0,029 G3 = 50% 0,564 b B
4 0,022 0,030 G4 = 60% 0,634 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa perlakuan G1 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan G2, G3, dan G4.Perlakuan G2 berbeda sangat nyata dengan
Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 yaitu sebesar 0,634% dan kadar
abu terendah diperoleh pada perlakuan C1 yaitu sebesar 0,430%. Hubungan antara
konsentrasi gula terhadap kadar abu dapat dilihat pada Gambar 10 berikut.
Gambar 10. Grafik hubungan konsentrasi gula terhadap kadar abu.
Dari Tabel 16 dan Gambar 10 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi gula yang ditambahkan maka kadar abu akan semakin tinggi. Peningkatan kadar abu tersebut dikarenakan komposisi kimia dari gula yang mengandung mineral, sehingga semakin banyak penambahan gula, semakin tinggi kadar abu yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darwin (2013) yang menyatakan bahwa komposisi kimia dari gula putih mengandung kalsium, fosfor, dan besi sehingga semakin banyak konsentrasi gula yang ditambahkan maka semakin tinggi mineral yang terkandung di dalam produk.
Pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap kadar abu selai jagung
Dari hasil sidik ragam Lampiran 2 dapat dilihat bahwa interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,01) terhadap kadar air selai jagung yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan
Multiple Range Test(DMRT) pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC dan
konsentrasi gula terhadap kadar abu untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap kadar abu (%)
Jarak TMCD Perlakuan Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar). C1=0,25%, C2=0,50%, C3=0,75%, C4=1,00%, G1=30%, G2=40%, G3=50%,
dan G4=60%.
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa kadar abu tertinggi pada perlakuan C4G4
0,948% dan terendah pada perlakuan C1G1 0,287%. Semakin tinggi konsentrasi
merupakan pengental yang mampu mengikat air sehingga molekul-molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh CMC dan pernyataan Darwin (2013) yang menyatakan bahwa komposisi kimia dari gula putih mengandung kalsium, fosfor, dan besi sehingga semakin banyak konsentrasi gula yang ditambahkan maka semakin tinggi mineral yang larut dalam air dan mengakibatkan CMC yang mengikat air, akan mengikat kandunga mineral larut yang terkandung di dalam produk dan kadar abu menjadi semakin tinggi. Hubungan pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap kadar abu dapat dilihat pada Gambar 11 berikut.
Gambar 11. Hubungan interaksi konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap kadar abu
Kadar Serat Kasar
Pengaruh konsentrasi CMC terhadap kadar serat kasar selai jagung
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 3 dapat dilihat bahwa konsentrasi CMC memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar serat kasar selai jagung yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range
Test(DMRT) pengaruh konsentrasi CMC terhadap kadar serat kasar untuk
tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi CMC terhadap kadar serat kasar (%)
Jarak TMCD Konsentrasi CMC Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - C1 = 0,25% 0,737 c C
2 0,028 0,039 C2 = 0,50% 0,927 b B
3 0,030 0,040 C3 = 0,75% 0,949 b B
4 0,030 0,041 C4 = 1,00% 1,045 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa perlakuan C1 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan C2, C3, dan C4.Perlakuan C2 berbeda tidak nyata dengan
perlakuan C3 dan berbeda sangat nyata dengan C4.Perlakuan C3 berbeda sangat
nyata pada perlakuan C4. Kadar serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan C4
yaitu sebesar 1,045% dan kadar air terendah diperoleh pada perlakuan C1 yaitu
sebesar 0,737%. Hubungan antara konsentrasi CMC terhadap kadar serat kasar dapat dilihat pada Gambar 12 berikut.
Gambar 12. Grafik hubungan konsentrasi CMC terhadap kadar serat kasar 0,737
0,00% 0,25% 0,50% 0,75% 1,00%
Dari Tabel 18 dan Gambar 12 dapat dilihat bahwa jika dilakukan peningkatan konsentrasi CMC sampai 0,5% terjadi peningkatan kadar serat kasar secara nyata, namun jika dilakukan peningkatan konsentrasi CMC mencapai 0,75% tidak terjadi peningkatan konsentrasi kadar serat kasar secara nyata. Peningkatan kadar serat kasar tersebut sesuai dengan pernyataan Winarno (2004) yang menyatakan bahwa CMC mengandung serat yang larut dalam air. Dengan penambahan CMC maka akan meningkatkan kadar serat yang terdapat pada produk.
Pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar serat kasar selai jagung
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 3 dapat dilihat bahwa pengaruh konsentrasi gula berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar serat kasar sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan.
Pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap kadar serat kasar selai jagung
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 3 dapat dilihat bahwa interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar serat kasar sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan.
Total Mikroba
Pengaruh konsentrasi CMC terhadap total mikroba selai jagung
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 4 dapat dilihat bahwa konsentrasi CMC berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap total mikroba sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 4 dapat dilihat bahwa konsentrasi gula memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total mikroba selai jagung yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range Test(DMRT) pengaruh konsentrasi gula terhadap total mikroba untuk tiap-tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap total mikroba (log CFU/g)
Jarak TMCD Konsentrasi Gula Rataan Notasi
0,05 0,01 (log CFU/g) 0,05 0,01
- - - G1 = 30% 5,945 a A
2 0,046 0,063 G2 = 40% 5,912 ab AB
3 0,048 0,066 G3 = 50% 5,868 bc B
4 0,050 0,068 G4 = 60% 5,850 c B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa pada perlakuan G1 berbeda tidak nyata
dengan perlakuan G2 dan berbeda sangat nyata pada perlakuan G3 dan
G4.Perlakuan G2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan G3 dan berbeda nyata
dengan perlakuan G4.Perlakuan G3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan G4.
Total mikroba tertinggi diperoleh pada perlakuan G1 yaitu sebesar 5,945 (log
CFU/g) dan total mikroba terendah diperoleh pada perlakuan G4 yaitu sebesar
Gambar 13. Hubungan konsentrasi gula terhadap total mikroba
Dari Tabel 19 dan Gambar 13 dapat dilihat bahwa jika dilakukan peningkatan konsentrasi gula sampai 40% tidak terjadi penurunan total mikroba secara nyata, namun jika dilakukan peningkatan konsentrasi gula mencapai 50% terjadi penurunan total mikroba selai jagung secara nyata. Penurunan total mikroba tersebut disebabkan gula yang bersifat higroskopis sehingga konsentrasi gula yang tinggi menciptakan suasana yang sulit untuk mikroorganisme tumbuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rizky (2012) bahwa sifat gula dapat menyerap air dan dengan konsentrasi gula yang tinggi dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap total mikroba selai jagung
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 4 dapat dilihat bahwa interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula tidak nyata (P>0,05) terhadap total mikroba sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan.
Pengaruh konsentrasi CMC terhadap total padatan terlarut selai jagung
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 5 dapat dilihat bahwa konsentrasi CMC memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,01) terhadap total padatan terlarut selai jagung yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range Test(DMRT) pengaruh konsentrasi CMC terhadap total padatan terlarut untuk
tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi CMC terhadap total padatan terlarut (oBrix)
Jarak TMCD Konsentrasi CMC Rataan Notasi
0,05 0,01 (oBrix) 0,05 0,01
- - - C1 = 0,25% 43,774 c C
2 2,425 3,324 C2 = 0,50% 45,235 bc BC
3 2,543 3,467 C3 = 0,75% 47,436 ab AB
4 2,615 3,561 C4 = 1,00% 49,358 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa pada perlakuan C1 berbeda tidak nyata
dengan perlakuan C2 dan berbeda sangat nyata dengan C3 dan C4.Perlakuan C2
berbeda tidak nyata dengan perlakuan C3 dan berbeda sangat nyata dengan
perlakuan C4.Perlakuan C3 berbeda tidak nyata pada perlakuan C4. Total padatan
terlarut tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 yaitu sebesar 49,358 (oBrix) dan
total padatan terlarut terendah diperoleh pada perlakuan C1 yaitu sebesar 43,774
Gambar 14. Grafik hubungan konsentrasi CMC terhadap total padatan terlarut Dari Tabel 20 dan Gambar 14 dapat dilihat bahwa jika dilakukan peningkatan konsentrasi CMC sampai 0,5% tidak terjadi peningkatan total padatan terlarut secara nyata, namun jika dilakukan peningkatan konsentrasi CMC mencapai 0,75% terjadi peningkatan total padatan terlarut selai jagung secara nyata. Peningkatan total padatan terlarut tersebut disebabkan CMC merupakan salah satu penstabil yang memiliki kemampuan untuk mengikat gula, air, asam-asam organik dan komponen lain sehingga menjadi lebih stabil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sulastri (2008) yang menyatakan bahwa jika air, gula, asam organik dan komponen lainnya terikat dengan baik maka padatan terlarut akan semakin tinggi.
Pengaruh konsentrasi gula terhadap total padatan terlarut
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 5 dapat dilihat bahwa konsentrasi CMC memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total padatan terlarut selai jagung yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range
43,774
0,00% 0,25% 0,50% 0,75% 1,00%
Test(DMRT) pengaruh konsentrasi gula terhadap total padatan terlarut untuk
tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap total padatan terlarut (oBrix)
Jarak TMCD Konsentrasi Gula Rataan Notasi
0,05 0,01 (oBrix) 0,05 0,01
- - - G1 = 30% 40,104 d D
2 2,425 3,324 G2 = 40% 44,334 c C
3 2,543 3,467 G3 = 50% 48,791 b B
4 2,615 3,561 G4 = 60% 52,575 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa pada perlakuan G1 berbeda sangat nyata
pada perlakuan G2, G3, dan G4.Perlakuan G2 berbeda sangat nyata pada perlakuan
G3 dan G4.Perlakuan G3 berbeda sangat nyata pada perlakuan G4. Total padatan
terlarut terendah diperoleh pada perlakuan G1 yaitu sebesar 40,104 (oBrix) dan
total padatan terlarut tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 yaitu sebesar 52,575
(oBrix). Hubungan antara konsentrasi gula terhadap total padatan terlarut dapat dilihat pada Gambar 15 berikut.
Dari Tabel 21 dan Gambar 15 dapat dilihat bahwa jika dilakukan peningkatan konsentrasi gula mencapai 40% terjadi peningkatan total padatan terlarut selai jagung secara nyata. Peningkatan total padatan terlarut tersebut dikarenakan gula larut di dalam air, sehingga semakin banyak konsentrasi gula maka semakin meningkat total padatan terlarut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno (2004) yang menyatakan bahwa jika sukrosa dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebagian besar sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa yang larut.
Pengaruh interaksi konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap total padatan terlarut
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 5 dapat dilihat bahwa interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap total padatan terlarut sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan.
pH
Pengaruh konsentrasi CMC terhadap pH
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 6 dapat dilihat bahwa konsentrasi CMC memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap pH selai jagung yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range Test(DMRT) pengaruh konsentrasi CMC terhadap pH untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi CMC terhadap pH
Jarak TMCD Konsentrasi CMC Rataan Notasi
0,05 0,01 (numerik) 0,05 0,01
- - - C1 = 0,25% 4,573 c C
2 0,054 0,074 C2 = 0,50% 4,623 b BC
3 0,056 0,077 C3 = 0,75% 4,663 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa pada perlakuan C1 berbeda nyata
dengan perlakuan C2 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan C3 dan
C4.Perlakuan C2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan C3 dan berbeda sangat
nyata dengan perlakuan C4.Perlakuan C3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan
C4.pH tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 yaitu sebesar 4,673 dan total padatan
terlarut terendah diperoleh pada perlakuan C1 yaitu sebesar 4,573. Hubungan
antara konsentrasi CMC terhadap pH dapat dilihat pada Gambar 16 berikut.
Gambar 16. Grafik hubungan konsentrasi CMC terhadap pH
Dari Tabel 22 dan Gambar 16 dapat dilihat bahwa jika dilakukan peningkatan konsentrasi CMC sampai 0,5% terjadi peningkatan pH secara nyata, namun jika dilakukan peningkatan konsentrasi CMC mencapai 0,75% terjadi peningkatan pH secara tidak nyata.Peningkatan pH tersebut disebabkan CMC mengandung gugus karboksil dan mudah terhidrolisis sehingga dapat meningkatkan pH.Peningakatan pH tersebut sesuai dengan pernyataan Wayan (2009) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi CMC yang diberikan
4,573
0,00% 0,25% 0,50% 0,75% 1,00%
pH
pada bahan maka semakin tinggi gugus karboksil yang terhidrolisis sehingga nilai pH semakin meningkat.
Pengaruh konsentrasi gula terhadap pH
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 6 dapat dilihat bahwa konsentrasi gula berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap pH sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan.
Pengaruh interaksi konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap pH
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 6 dapat dilihat bahwa interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap pH sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan.
Nilai Hedonik Warna
Pengaruh CMC terhadap nilai hedonik warna
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 7 dapat dilihat bahwa konsentrasi CMC berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai hedonik warna sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan
Pengaruh gula terhadap nilai hedonik warna
Tabel 23. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap nilai hedonik warna (numerik)
Jarak TMCD Konsentrasi gula Rataan Notasi
0,05 0,01 (numerik) 0,05 0,01
- - - G1 = 30% 3,708 c B
2 0,279 0,382 G2 = 40% 3,933 bc AB
3 0,292 0,398 G3 = 50% 4,075 ab AB
4 0,300 0,409 G4 = 60% 4,300 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa pada perlakuan G1 berbeda tidak nyata
dengan perlakuan G2, berbeda nyata dengan perlakuan G3 dan berbeda sangat
nyata dengan perlakuan G4.Perlakuan G2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan G3
dan berbeda nyata dengan perlakuan G4.Perlakuan G3 berbeda tidak nyata pada
perlakuan G4.Nilai hedonik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 yaitu
sebesar 4,300 (agak suka) dan nilai hedonik warna terendah diperoleh pada perlakuan G1 yaitu sebesar 3,708 (agak suka).Hubungan antara konsentrasi gula
terhadap nilai hedonik warna dapat dilihat pada Gambar 17 berikut.
Dari Tabel 23 dan Gambar 17 dapat dilihat bahwa jika dilakukan peningkatan konsentrasi gula sampai 40% tidak terjadi peningkatan nilai hedonik warna secara nyata, namun jika dilakukan peningkatan konsentrasi gula mencapai 50% terjadi peningkatan nilai hedonik warna selai jagung secara nyata. Peningkatan nilai hedonik warna tersebut sesuai dengan pernyataan Winarno (2004) yang menyatakan bahwa reaksi Maillard adalah reaksi karbohidrat khususnya gula pereduksi dengan gula primer.Hasilnya berupa produk berwarna coklat yang sering dikehendaki.
Pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap nilai hedonik warna (numerik)
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 7 dapat dilihat bahwa interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai hedonik warna sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan.
Nilai hedonik aroma
Pengaruh konsentrasi CMC terhadap nilai hedonik aroma
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 8 dapat dilihat bahwa konsentrasi CMC berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai hedonik aroma sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan.
Pengaruh konsentrasi gula terhadap nilai hedonik aroma
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 8 dapat dilihat bahwa konsentrasi gula berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai hedonik aroma sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan.
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 8 dapat dilihat bahwa interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai hedonik aroma sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan.
Nilai organoleptik rasa
Pengaruh konsentrasi CMC terhadap nilai hedonik rasa
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 9 dapat dilihat bahwa konsentrasi CMC berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai hedonik rasa sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan.
Pengaruh konsentrasi gula terhadap nilai hedonik rasa
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 9 dapat dilihat bahwa konsentrasi gula berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai hedonik rasa yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range Test(DMRT) pengaruh konsentrasi gula terhadap nilai hedonik rasa untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap nilai
hedonik rasa (numerik)
Jarak TMCD Konsentrasi gula Rataan Notasi
0,05 0,01 (numerik) 0,05 0,01
- - - G1 = 30% 3,858 c B
2 0,196 0,269 G2 = 40% 4,067 b AB
3 0,206 0,280 G3 = 50% 4,108 ab AB
4 0,212 0,288 G4 = 60% 4,300 a A
Keterangan :notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata pada taraf5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa pada perlakuan G1 berbeda nyata
dengan perlakuan G2 dan G3 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan
G4.Perlakuan G2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan G3 dan berbeda nyata
dengan perlakuan G4.Perlakuan G3 berbeda tidak nyata pada perlakuan G4.Nilai
suka) dan nilai hedonik rasa terendah diperoleh pada perlakuan G1 yaitu sebesar
3,858 (agak suka).Hubungan antara konsentrasi gula terhadap nilai hedonik rasa dapat dilihat pada Gambar 18 berikut.
Gambar 18. Grafik hubungan konsentrasi gula terhadap nilai hedonik rasa Dari Tabel 24 dan Gambar 18 dapat dilihat bahwa jika dilakukan peningkatan konsentrasi gula mencapai 40% terjadi peningkatan nilai hedonik rasa selai jagung secara nyata. Peningkatan nilai hedonik rasa tersebut dikarenakan rasa manis akibat penambahan dari gula yang menyebabkan lebih disukai. Peningkatan nilai hedonik rasa tersebut sesuai dengan pernyataan Buckle, et.al. (2009) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi gula pasir
menyebabkan glukosa dan fruktosa yang dihasilkan dari inverse sukrosa juga akan meningkat sehingga menyebabkan tingkat kemanisan meningkat.
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 9 dapat dilihat bahwa interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai hedonik rasa sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan.
Nilai skor tekstur
Pengaruh konsentrasi CMC terhadap nilai skor tekstur.
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 10 dapat dilihat bahwa konsentrasi CMC berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai skor tekstur yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range Test(DMRT) pengaruh konsentrasi CMC terhadap nilai skor tekstur untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi CMC terhadap nilai
skor tekstur (numerik)
Jarak TMCD Konsentrasi CMC Rataan Notasi
0,05 0,01 (numerik) 0,05 0,01
- - - C1 = 0,25% 3,433 b B
2 0,206 0,282 C2 = 0,50% 3,608 b AB
3 0,216 0,294 C3 = 0,75% 3,600 b AB
4 0,222 0,302 C4 = 1,00% 3,875 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 25 dapat dilihat bahwa pada perlakuan C1 berbeda tidak nyata
dengan perlakuan C2 dan C3 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan
C4.Perlakuan C2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan C3 dan berbeda nyata
dengan perlakuan C4.Perlakuan C3 berbeda nyata dengan perlakuan C4.Nilai skor
tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 yaitu sebesar 3,875 (mudah dioles)
(agak mudah dioles).Hubungan antara konsentrasi CMC terhadap nilai skor tekstur dapat dilihat pada Gambar 19 berikut.
Gambar 19. Grafik hubungan konsentrasi CMC terhadap nilai skor tekstur Dari Tabel 25 dan Gambar 19 dapat dilihat bahwa jika dilakukan peningkatan konsentrasi CMC sampai 0,75% tidak terjadi peningkatan nilai skor tekstur secara nyata, namun jika dilakukan peningkatan konsentrasi CMC mencapai 1% terjadi peningkatan nilai skor tekstur selai jagung secara nyata. Peningkatan nilai skor tekstur tersebut dikarenakan viskositas dari selai meningkat sehingga tekstur yang dihasilkan lebih mantap dan kental. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fennema,dkk. (1996) yang menyatakan bahwa CMC yang bersifat hidrofilik akan menyerap air yang sebelumnya ada di luar granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga keadaan larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas.
Pengaruh konsentrasi gula terhadap nilai skor tekstur
3,433
0,00% 0,25% 0,50% 0,75% 1,00%
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 10 dapat dilihat bahwa konsentrasi gula berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai skor tekstur yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range Test(DMRT) pengaruh konsentrasi gula terhadap nilai skor tekstur untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap nilai
skor tekstur (numerik)
Jarak TMCD Konsentrasi gula Rataan Notasi
0,05 0,01 (%) 0,05 0,01
- - - G1 = 30% 3,267 d C
2 0,206 0,282 G2 = 40% 3,475 c BC
3 0,216 0,294 G3 = 50% 3,742 b B
4 0,222 0,302 G4 = 60% 4,033 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa pada perlakuan G1 berbeda nyata pada
perlakuan G2 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan G3 dan G4.Perlakuan G2
berbeda nyata dengan perlakuan G3 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan
G4.Perlakuan G3 berbeda sangat nyata pada perlakuan G4.Nilai skor tekstur
tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 yaitu sebesar 4,033 (mudah dioles) dan nilai
skor tekstur terendah diperoleh pada perlakuan C1 yaitu sebesar 3,267 (agak
Gambar 20. Grafik hubungan konsentrasi gula terhadap nilai skor tekstur Dari Tabel 26 dan Gambar 20 dapat dilihat bahwa jika dilakukan peningkatan konsentrasi gula sampai 40% terjadi peningkatan nilai skor tekstur selai jagung secara nyata. Peningkatan nilai skor tekstur tersebut dikarenakan gula mengikat air yang ada pada bahan sehingga terbentuk gel (kental) dalam pembuatan selai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno (2004) yang menyatakan bahwa gula akan meningkatkan kekentalan, hal ini disebabkan gula mengikat air sehingga pembengkakan butir-butir pati menjadi lebih lambat dan menjadi lebih kental.
Pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap nilai skor tekstur
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 10 dapat dilihat bahwa interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai skor tekstur sehingga uji DMRT tidak dilanjutkan.
Nilai daya oles
Pengaruh konsentrasi CMC terhadap nilai daya oles
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 11 dapat dilihat bahwa konsentrasi CMC berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai daya oles yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range Test(DMRT) pengaruh konsentrasi CMC terhadap nilai daya oles untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi CMC terhadap nilai daya oles (cm)
Jarak TMCD Konsentrasi CMC Rataan Notasi
0,05 0,01 (cm) 0,05 0,01
- - - C1 = 0,25% 3,513 d D
2 0,266 0,364 C2 = 0,50% 4,575 c C
3 0,279 0,380 C3 = 0,75% 5,388 b B
4 0,287 0,390 C4 = 1,00% 6,088 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 27 dapat dilihat bahwa pada perlakuan C1 berbeda sangat nyata
pada perlakuan C2, C3, dan C4.Perlakuan C2 berbeda sangat nyata pada perlakuan
C3 dan C4.Perlakuan C3 berbeda sangat nyata pada perlakuan C4.Nilai daya oles
tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 yaitu sebesar 6,088 (cm) dan nilai daya oles
terendah diperoleh pada perlakuan C1 yaitu sebesar 3,513 (cm).Hubungan antara
Gambar 21. Grafik hubungan konsentrasi CMC terhadap nilai daya oles Dari Tabel 27 dan Gambar 21 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi CMC yang ditambahkan maka nilai daya oles akan semakin tinggi. Peningkatan nilai daya oles tersebut dikarenakan viskositas dari selai meningkat sehingga tekstur yang dihasilkan lebih mantap dan kental. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fennema,dkk. (1996) yang menyatakan bahwa CMC yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dimana air yang sebelumnya ada di luar granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga keadaan larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas.
Pengaruh konsentrasi gula terhadap nilai daya oles
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 11 dapat dilihat bahwa konsentrasi CMC berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai daya oles yang dihasilkan. Hasil pengujian Duncan Multiple Range Test(DMRT) pengaruh konsentrasi gula terhadap nilai daya oles untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Uji DMRT efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap nilai
daya oles (cm)
0,00% 0,25% 0,50% 0,75% 1,00%
Jarak TMCD Konsentrasi gula Rataan Notasi
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 28 dapat dilihat bahwa pada perlakuan G1 berbeda tidak nyata
dengan perlakuan G2 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan G3 dan
G4.Perlakuan G2 berbeda nyata dengan perlakuan G3 dan berbeda sangat nyata
dengan perlakuan G4.Perlakuan G3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan C4.Nilai
daya oles tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 yaitu sebesar 5,200 (cm) dan nilai
daya oles terendah diperoleh pada perlakuan G1 yaitu sebesar 4,600
(cm).Hubungan antara konsentrasi gula terhadap nilai daya oles dapat dilihat pada Gambar 22 berikut.
Gambar 22.Grafik hubungan konsentrasi gula terhadap nilai daya oles.
Dari Tabel 28 dan Gambar 22 dapat dilihat bahwa jika dilakukan peningkatan konsentrasi gula sampai 40% tidak terjadi peningkatan nilai daya oles secara nyata, namun jika dilakukan peningkatan konsentrasi gula sampai 50%
terjadi peningkatan nilai daya oles selai jagung secara nyata. Peningkatan nilai daya oles tersebut dikarenakan terjadinya permbentukan gel karena penambahan gula dan semakin banyak gula yang ditambahkan maka semakin banyak air yang dapat diserap.Hal ini sesuai dengan pernyataan Rizky (2012) yang menyatakan bahwa tujuan penambahan gula dalam pembuatan selai yaitu untuk memperoleh tekstur, penampakan, dan flavor yang ideal dan berpengaruh terhadap pembentukan gel.Sifat ini disebabkan gula menyerap air.
Pengaruh interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula terhadap uji daya oles
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian pembuatan selai jagung dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Konsentrasi CMC memberipengaruh berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, total padatan terlarut, pH, nilai skor tekstur, nilai daya oles dan memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap total mikroba, nilai hedonik warna, nilai hedonik aroma, dan nilai hedonik rasa.
2. Konsentrasi gula memberi pengaruh berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap kadar air, kadar abu, total padatan terlarut, total mikroba, nilai hedonik warna, nilai hedonik rasa, nilai skor tekstur, nilai daya oles dan memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar serat kasar, pH, dan nilai hedonik aroma. 3. Interaksi antara konsentrasi CMC dan konsentrasi gula memberi pengaruh
berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap kadar air, kadar abu dan memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar serat kasar, total padatan terlarut, pH, total mikroba, nilai hedonik warna, nilai hedonik aroma, nilai hedonik rasa, nilai skor tekstur, dan nilai daya oles.
Saran
1. Diperlukan penelitian lanjutan tentang suhu pemasakan dan lama penyimpanan terhadap mutu selai jagung.
TINJAUAN PUSTAKA
Selai
Selai merupakan makanan semi padat atau kental yang terbuat dari 45 bagian berat bubur buah dan 55 bagian berat gula.Selai diperoleh dari campuran antara bubur buah dengan gula, kemudian dipekatkan melalui pemanasan dengan penambahan gula. Pemanasan atau pemasakan yang terlalu lama menyebabkan hasil selai menjadi keras dan membentuk kristal gula, sedangkan apabila terlalu cepat maka selai yang dihasilkan akan encer (Departemen Pertanian, 2004).
Di Amerika Serikat, selai didefinisikan sebagai suatu bahan pangan setengah padat yang dibuat kurang dari 45% bagian berat zat penyusun sari buah dan 55% dari bagian berat gula. Campuran ini dikentalkan sampai mencapai kadar zat padat terlarut tidak kurang dari 65%. Zat warna dan cita rasa dapat ditambahkan (Desrosier, 1988).
Selai merupakan jenis makanan olahan yang berasal dari sari buah atau buah-buahan yang sudah dihancurkan, ditambahkan dengan gula, dan dimasak sampai mengental. Selai tidak dikonsumsi langsung, melainkan digunakan sebagai bahan pelengkap pada roti tawar atau bahan pengisi pada roti manis, kue nastar
atau pemanis pada minuman seperti yoghurt dan es krim (Syahrumsyah, dkk., 2010).
mikroorganisme karena dengan kadar gula yang tinggi maka dapat menurunkan ERH (Equilibrium Relative Humidity) (Buckle, dkk., 2009).
Selai berbeda dengan jelly.Selai mengandung serat yang berasal dari buah atau dari bahan dasarnya sehingga membuat penampakannya tidak transparan seperti jelly. Sedangkan jelly memiliki penampakan yang transparan (Suprapti, 2005). Standar mutu selai dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar mutu selai (SNI: 3746:2008)
Kriteria uji Satuan Persyaratan
Warna - Normal
Aroma - Normal
Rasa - Normal
Serat buah - Positif
Padatan terlarut % Min. 65%
Cemaran logam timah (Sn)* mg/kg Maks. 250,0
Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 1,0
Angka lempeng total koloni/g Maks. 1 x 103
Bakteri coliform AMP/g <3
Staphylococcus aureus koloni/g Maks. 2 x 10
Clostridium sp. koloni/g <10
Kapang/khamir koloni/g Maks. 5 x 10
*) Dikemas dalam kaleng Sumber: BSN (2008).
Proses Pembentukan Selai
Terbentuknya gel selama proses pengolahan buah sangat tergantung pada kandungan pektin dalam bubur buah. Selain itu keasaman dan gula yang ditambahkan sangat menentukan mutu gel yang terbentuk. Beberapa jenis buah mengandung pektin yang tinggi, sehingga tidak perlu menambahkan pektin ke dalam bubur buah pada proses pembentukan gel. Namun banyak buah yang kandungan pektinnya rendah dan apabila ingin diolah menjadi selai diperlukan penambahan pektin ke dalam bubur buah (Tropical, 2012).
Pemanasan diperlukan untuk menghomogenkan campuran buah, gula, dan pektin serta menguapkan sebagian air sehingga diperoleh struktur gel. Pemanasan biasanya dilakukan sampai suhu 105oC, tetapi titik akhir pemanasan tergantung pada varietas buah, perbandingan gula dan pektin serta faktor lainnya. Pemanasan biasanya diakhiri bila total padatan terlarut telah mencapai 65-68% yang dapat diukur dengan refrektometer (Cruess, 1958). Pemanasan yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan yang merusak kemampuan membentuk gel, terutama pada buah yang asam (Muchtadi, et al., 1979).
Jagung
Jagung merupakan tanaman sumber bahan pangan pokok bagi sebagian masyarakat, selain gandum, padi atau beras. Jagung kaya akan karbohidrat. Kandungan karbohidrat yang terkandung dalam jagung dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji jagung.Karbohidrat itulah yang dapat menambah atau memberikan asupan kalori pada tubuh manusia, yang merupakan sumber tenaga sehingga jagung dijadikan sebagai bahan makanan pokok (Mubyarto, 2012).
Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan berat rata-rata 250-300 mg/biji.Biji jagung diklasifikasikan sebagai kariopsis karena biji jagung memiliki struktur embrio yang sempurna serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991).