• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi dan Eveluasi Gel Ekstrak Benalu Kopi (Scurrula ferruginea (Jack) Danser) Sebagai Anti-Aging

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi dan Eveluasi Gel Ekstrak Benalu Kopi (Scurrula ferruginea (Jack) Danser) Sebagai Anti-Aging"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Gambar tumbuhan segar benalu kopi dan simplisia benalu kopi

Benalu kopi segar

(3)

Lampiran 3.Serbuk simplisia benalu kopi dan hasil ekstrak

Serbuk simplisia benalu kopi

(4)

Lampiran 4. Gambar alat yang digunakan

pH meter (Exact Instrument) viscometer Brookfield

(5)

Lampiran 5. Gambar sediaan gel

Gel setelah dimasukkan ke dalam wadah

(6)
(7)

Lampiran 7. Bagan kerja pembuatan simplisia benalu kopi

- Dibersihkan dari kotoran menggunakan air mengalir hingga bersih

- Ditiriskan - Dikeringkan

- Diserbukkan dengan menggunakan blender

Benalu kopi

Simplisia benalu kopi

(8)

Lampiran 8. Bagan pembuatan ekstrak benalu kopi

-dimasukkan ke dalam bejana

-dimaserasi dengan 75 bagian etanol 96% -ditutup wadah dan dibiarkan selama 5 hari

sambil sering di aduk

-dipisahkan maserat dan ampas

-dimaserasi kembali ampas dengan pelarut etanol 96% sebanyak 25 bagian dan didiamkan selama 2 hari

-disaring

-digabung semua hasil maserat

-diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 40-50°C

-dipekatkan di atas penangas air Serbuk simplisia benalu kopi 900 gram

Maserat

(9)

Lampiran 9. Bagan pembuatan basis gel

Ditimbang sebanyak 20 kali berat Carbomer

Didihkan

Dimasukkan ke dalam lumpang

Ditaburkancarbomersecara merata diatasnya

Ditambahkanmetilparaben dan propil paraben yang telah dilarutkanterlebih dahulu dengan propilen glikol gerus homogen

Ditambahkan sisa air suling yangdibutuhkan

Air suling

(10)

Lampiran 10. Bagan kerja pembuatan, evaluasi penentuan mutu fisik sediaan gel ekstrak benalu kopi

Ditimbang masing-masing Ditimbang

tiapkonsentrasi

Dimasukkan ke dalam lumpang

Dicampur dan digerus homogen

Dimasukkan ke dalam wadah Basis gel

Bagian I Bagian II

Campuran bagian I dan II

Sediaan gel

Penentuan mutu fisik: a. Stabilitas

b. Homogenitas c. Ph

d. Viskositas e. Uji iritasi

f. Uji efek anti-aging (Skin

analyzer)

(11)

Lampiran 11. Contoh surat pernyataan sukarelawan yang ikut serta dalam penelitian

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama :

Umur : Alamat :

Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa saya akan melakukan uji gel ekstrak etanol benalu kopi terhadap kulit sebagai sediaan gel anti-aging. Setelah mendapatkan penjelasan secukupnya tentang manfaat penelitian ini dan efek sampingnya, maka saya menyatakan SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dari Ester Pasaribu dengan judul “FORMULASI DAN EVALUASI GEL EKSTRAK BENALU KOPI (Scurrula ferruginea (Jack) Danser) SEBAGAI

ANTI-AGING”, sebagai usaha untuk mengetahui apakah sediaan gel dari ekstrak

benalu kopi yang dihasilkan mampu memberikan efek anti penuaan dini. Saya menyatakan sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian yang telah ditetapkan.

Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, Mei 2016

Peneliti, Sukarelawan,

(12)

Lampiran 12. Contoh hasil pengukuran menggunakan alat Skin analyzerpada Kulit punggung sukarelawan

Kadar air

(13)

Lampira 12 (Lanjutan)

Spot (Noda)

(14)

Lampiran 13. Data hasil uji statistik kadar air, evennes, pori, spot, dan keriputgel ekstrak benalu kopi

Kadar air

Normal Parametersa,b Mean 30,8667 31,9333 32,7333 33,3333 34,1333

Std. Deviation ,91548 1,33452 1,66762 1,95180 2,32584

Most Extreme Differences Absolute ,242 ,158 ,137 ,166 ,210

Positive ,242 ,158 ,137 ,101 ,111

Negative -,172 -,121 -,130 -,166 -,210

Kolmogorov-Smirnov Z ,938 ,611 ,529 ,641 ,815

Asymp. Sig. (2-tailed) ,343 ,849 ,942 ,806 ,520

a. Test distribution is Normal.

(15)

Lampiran 13(Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_I

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_II

(16)

Lampiran 13(Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_IV

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(17)

Lampiran 13(Lanjutan)

Normal Parametersa,b Mean 39,3333 37,3333 35,9333 34,1333 32,5333

Std. Deviation 1,04654 2,05866 2,65832 3,41983 4,29063

Most Extreme

a. Test distribution is Normal.

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Mingguawal Between Groups 6,667 4 1,667 1,923 ,183

Within Groups 8,667 10 ,867

Total 15,333 14

Minggupertama Between Groups 52,667 4 13,167 19,750 ,000

Within Groups 6,667 10 ,667

Total 59,333 14

Minggukedua Between Groups 90,267 4 22,567 26,038 ,000

Within Groups 8,667 10 ,867

Total 98,933 14

Mingguketiga Between Groups 151,067 4 37,767 29,816 ,000

Within Groups 12,667 10 1,267

Total 163,733 14

Minggukeempat Between Groups 245,733 4 61,433 51,194 ,000

Within Groups 12,000 10 1,200

(18)

Lampiran 13 (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_I

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_II

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(19)

Lampiran 13 (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_IV

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(20)

Lampiran 13(Lanjutan)

Normal Parametersa,b Mean 25,8000 23,9333 22,6667 21,0000 19,6000

Std.

Deviation

1,14642 2,12020 2,82000 3,60555 3,81351

Most Extreme Differences Absolute ,236 ,197 ,215 ,167 ,142

Positive ,148 ,154 ,118 ,124 ,125

Negative -,236 -,197 -,215 -,167 -,142

Kolmogorov-Smirnov Z ,914 ,761 ,833 ,645 ,549

Asymp. Sig. (2-tailed) ,374 ,608 ,491 ,799 ,924

a. Test distribution is Normal.

(21)

Lampiran 13(Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_I

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_II

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(22)

Lampiran 13(Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_IV

(23)

Lampiran 13(Lanjutan)

Normal Parametersa,b Mean 42,8000 40,1333 36,1333 32,4000 29,7333 Std.

Deviation

1,32017 2,55976 5,13902 7,89032 9,27721

Most Extreme Differences Absolute ,173 ,187 ,158 ,120 ,132 Positive ,173 ,187 ,158 ,120 ,132 Negative -,160 -,136 -,156 -,096 -,107 Kolmogorov-Smirnov Z ,671 ,726 ,613 ,466 ,509 Asymp. Sig. (2-tailed) ,760 ,668 ,847 ,982 ,958

a. Test distribution is Normal.

ANOVA

Minggu IV Between Groups 1178,933 4 294,733 113,35

9 ,000

Within Groups 26,000 10 2,600

(24)

Lampira 13(Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_I

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_II

(25)

Minggu_II

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_III

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_IV

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(26)

Lampiran 13(Lanjutan)

Normal Parametersa,b Mean 24,2667 22,6667 21,7333 21,2667 20,5333

Std. Deviation ,88372 1,91485 2,65832 2,98727 3,44065

Most Extreme Differences Absolute ,219 ,118 ,142 ,131 ,114

Positive ,219 ,118 ,142 ,109 ,114

Negative -,197 -,102 -,136 -,131 -,110

Kolmogorov-Smirnov Z ,847 ,458 ,550 ,508 ,443

Asymp. Sig. (2-tailed) ,471 ,985 ,923 ,959 ,989

a. Test distribution is Normal.

(27)

Lampiran 13 (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_I

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_II

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(28)

Lampiran 13 (Lanjutan)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_IV

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Achroni, K. (2012). Semua Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Ada Disini. Yogyakarta: PT. Buku Kita. Halaman 17, 94, 99.

Ameer, O.Z., Salman, I,M., Yam, M.F., Abd Allah, H.H., Abdulla, M.H., dan Shah, A.M. (2009). Vasorelaxant properties ofLoranthus Ferrugineus Roxb.Methanolic Extract. Internationaljournal of pharmacology. 5: 44-50. Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat.

Jakarta:UI Press. Halaman 357, 390, 391.

Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd. Halaman1-10.

Ardhie, A.M. (2011). Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah Penuaan. Medicius. 24 (1): 4-9.

Badan Pengawas Obat dan Makan Republik Indonesia. (2010). Acuan Sediaan Herbal. Volume kelima edisi I. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makan Republik Indonesia. Halaman 129-131.

Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2009). Cosmetic Science and

Technology. Edisi Kedua. New York: John Willy and Son, Inc. Halaman

463.

Bogenta, A. (2012). Antisipasi Gejala Penuaan Dini Dengan Kesaktian Ramuan

Herbal.Yogyakarta: Buku Biru. Halaman 26-27

Darmawan, A.B. (2013). Anti-aging Rahasia Tampil Muda Di Segala Usia. Yogyakarta: Media Pressindo. Halaman 8, 18, 42.

Darmohusodo, G.P. (1982). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Penataan Kecantikan

Kulit Dan Penata Kecantikan Rambut. Jakarta: Karya Utama. Halaman 17.

Darmojo, R.B. (1999). Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 3-12.

Devehat, F.L., Tomasi, S., Fontanel, D., Boustie, J. (2002). Flavonolsfrom

Scurrula ferruginea Danser (Loranthaceae), Z.Naturforsch.57c:1092-1095.

(30)

Kopi Scurrula ferruginea (Jack)Danser Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Putih Jantan. Scientia 5(2): 109-113.

Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesi. Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI. Halaman 9, 33.

Draelos, Z.D., Thaman L. A. (2006).Cosmetic Formulation of Skin Care Product. New York: Taylor and Francis Group. Halaman 377.

Fitryane, R. (2011). Kiat Cantik Dan Menarik. Bandung: Yrama Widya. Halaman 10.

Graham, R., Brown dan Burn, T. (2005). Lecture Notes Dermatologi. Edisi. Kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 7-8.

Hadinoto, I., Widji, S., Meity, C.T. (2000). Pengaruh pHTerhadapEfektivitas

Sediaan Tabir Matahari dengan Bahan Aktif EtilHeksil Pmetoksisinamatdan Oksibenzon dalam Basis Hidrofilik Krim secara In Vitro. Jakarta: Kongres Ilmiah XIII Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia:

Kumpulan Makalah. Halaman: 342-345.

Irmawati. (2013). Keajaiban Antioksidan. Jakarta: Penerbit Padi. Halaman 9. Kermany, B. P. (2010). Carbopol Hydrogel For Topical Administration Treament

Of Wounds. Drug Transport and Delivery Research Group. 11

Kosasih, E.N., Tony S., dan Hendro, H. (2006). Peran Antioksidan Pada Lanjut

Usia.. Jakarta: Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia. Halaman 54.

Lachman, L., Herbert, A.L., dan Joseph, L.K. (1994). Teori dan Praktek Farmasi

Industri. Edisi Ketiga. Jakarta:UI Press. Halaman 1091-1092

Manurung, N.V. (2016). Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan EkstrakEtanol Benalu Kopi (Scurrula ferruginea (Jack) Danser) dengan Metrode DPPH (1,1 diphenyl-2-picrylhidrazyl) Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Markham, K.R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 12.

Martin, A., Swarbrick. J., dan Cammarat. A. (1993).Farmasi Fisik: Dasar-dasar

Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Edisi Ketiga. Penerjemah: Yoshit.

Jakarta: UI-Press. Halaman 1176-1177.

(31)

Prianto. J. (2014). CantikPanduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman. 149.

Rawlins, E.A. (2003). Bentleys Of Pharmaceutics. Edisi Kedelapanbelas. London: Baillierre Tindall. Halaman 22, 35.

Rieger dan Martin. (2000). Harry’s Cosmeticology. Edisi Kedelapan. New York: Chemical Publishing Co, Inc. Halaman 3, 895.

Robinson, T. (1995).KandunganOrganik Tumbuhan Tinggi.Edisi Keempat. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 191-193.

Rowe, R.C., Sheskey, P., dan Owen, S.C. (2009). Handbook of Pharmaceutical

Excipients. Edisi Kelima. London: Pharmaceutical Press. Halaman

155-156, 441-442, 679-680

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta:Kanisius. Halaman 40, 47-48.

Syamsuni, H. (2006). Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Halaman 103.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 847.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 7, 12, 21.

Wasitaatmadja, S.M.(1997).Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit UI Press. Halaman 28, 62-63.

Winarsi, H. (2011). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 12, 17.

Voight, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 343.

Wijayanto, B., Kurniawan, D., dan Sobri, I. (2013). Formulasi dan Efektivitas Gel Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Willd.). 11 (2): 103.

Youngson, R. (2005). Antioksidaan: Manfaat Vitamin C dan E bagi kesehatan. Jakarta: Halaman 16- 17.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Penelitian meliputi pengumpulan relawan, pengukuran kulit relawan, pembuatan sediaan gel ekstrak benalu kopi, evaluasipengujian efektivitas sediaan dalam perawatan kulit dan uji stabilitas fisik sediaan.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (Melter Toledo), pH meter, viscometer brookfield, gelas beker, gelas ukur, erlenmeyer, alat ukur daya sebar, rotary evaporator, pipet tetes, spatel, batang pengaduk, lumpang, stamper dan seperangkat Skin analyzer(Aramo SG).

3.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: etanol , benalu kopi, etanol, Carbomer 940, propilen glikol, metil paraben, propil paraben, aquadest.

3.2 Sukarelawan

(33)

Adapun parameter pengujiannya adalah kadar air, kelembutan (evenness), ukuran pori (pore), noda (spot), kerutan (wrinkle).

3.3 Tumbuhan

3.3.1 Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah benalu kopi yang diperoleh dari: Jalan Dolok Sanggul Sigalingging, Kecamatan Parbubulan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.

3.3.2 Identifikasi sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Medanense (Meda), Universitas Sumatera Utara.

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pengolahan sampel

Benalu kopi segar dibersihkan dari kotoran menggunakan air mengalir ditiriskan, kemudian dikeringkan. Setelah kering, benalu kopi diserbukkan dengan menggunkan blender dan ditimbang hingga diperoleh 900 gram.

3.4.2 Pembuatan ekstrak benalu kopi

Pembuatan ekstrak etanol benalu kopi dilakukan secara maserasi menggunakan etanol 96%.

(34)

diperas. Ampas dicuci kembali dengan 25 bagian etanol 96%, dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, selanjutnya disaring. Maserat etanol yang diperoleh diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator ± 40oC sampai diperoleh ekstrak kental.

3.4.3 Pembuatan sediaan

3.4.3.1 Formulasi basis gel

Sediaan gel dibuat dengan menggunakan basis gel berdasarkan formula menurut Wijayanto (2012), yaitu:

R/ Carbomer 940 2 Metil paraben 0.18 Propil paraben 0.02 Propilen glikol 15

Air suling 100

Setelah dilakukan orientasi basis gel dengan variasi persentasi Carbomer 940 sebesar 0,5%; 1%; 1,5%; 2%, maka ditetapkan bahwa formula basis gel yang akan digunakan adalah formula dengan persentasi Carbomer sebesar 2% karena berdasarkan hasil penentuan viskositas, formula dengan persentasi Carbomer 940 sebesar2% dinilai mempunyai daya alir yang paling diinginkan dalam pembuatan sediaan gel ini, agar pada pemakaiannya sediaan ini dapat tersapu merata dengan mudah dikulit.

(35)

propil paraben yang telah dilarutkan dengan propilen glikol kemudian digerus sampai homogen, lalu ditambahkan sisa air suling yang dibutuhkan.

3.4.3.2 Formulasi sediaan gel

Rancangan formula sediaan gel yang mengandung ekstrak benalu kopi, yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Rancangan formula sediaan gelekstrak benalu kopi

Bahan

F0: Basis gel tanpa ekstrak benalu kopi (blanko) F1: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 1% F2: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 2% F3: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 3% F4: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 4%

Cara pembuatan:ekstrak benalu kopi ditimbang 1 g, dimasukkan kedalam lumpang, Tambahkan basis gel sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen dan terakhir cukupkan hingga mencapai 100 g sediaan gel. Perlakuan yang sama dilakukan untuk membuat sediaan gel dengan ekstrak benalu kopi 2% dan 3% dan 4%.

3.5 Evaluasi Sediaan

3.5.1 Penentuan fisik sediaan gel

(36)

3.5.2 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Sebanyak 70 gram dari masing-masing formula sediaan dimasukkan kedalam pot plastik. Selanjutnya dilakukan pengamatan berupa perubahan konsistensi, warna dan aroma pada saat sediaan selesai dibuat serta dalam penyimpanan 12 minggu pada 400C (Ansel, 1989).

3.5.3 Pemeriksaan homogenitas sediaan gel

Sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada dua keping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM RI, 1979).

3.5.4 Penentuan pH sediaangel

Penentuan pH sediaan gel ekstrak etanol benalu kopi dilakukan dengan mengunakan pH meter.

Cara kerja:Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga tersebut, kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dengan air suling hingga 100 ml,kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.5.5 Penetuan viskositas sediaan gel

Penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viscometer

brookfield. Dengan cara menimbang 100gram sediaangel kemudian diatur

(37)

3.5.6 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 15 orang sukarelawan untuk tiap formula dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit lengan bawah bagian dalam sebanyak 2 kali sehari dalam selang waktu 8 jam selama 2 hari berturut-turut (Wasitaatmadja, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007).

3.5.7 Pengujian aktivitas anti-aging

Pengujian aktivitas anti-agingmenggunakan sukarelawan 15 orang dan dibagi dalam 5 kelompok, yaitu:

a. kelompok I : 3 orang relawan untuk formula blanko

b. kelompok II : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi gel ekstrak benalu kopi 1%

c. kelompok III : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi gel ekstrak benalu kopi 2%

d. kelompok IV : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi gel ekstrak benalu kopi 3%

e. kelompok V : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi gel ekstrak benalu kopi 4%

(38)

3.6 Analisis Data

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Medanense (Meda), Universitas Sumatera Utara. Hasilnya menunjukkan sampel yang digunakan adalah benalu kopi (Scurrula ferruginea (Jack) Danser). Terlihat pada Lampiran 1, halaman 44. Gambarbenalu kopi segar (Scurrula ferruginea (Jack) Danser) serta gambar simplisia terdapat pada Lampiran 2halaman 45dan serbuk simplisia benalu kopi (Scurrula ferruginea (Jack) Danser)pada halaman 46.

4.2 Hasil Ekstraksi

Ekstraksi secara maserasi dengan pelarut etanol 96% untuk menarik senyawa yang terdapat dalam simplisia baik yang bersifat non polar dan polar. Hasil ekstraksi dari 900 gram simplisia diperoleh ekstrak etanol 60 g.

4.3 Hasil Evaluasi Sediaan

4.3.1 Hasilpemeriksaan stabilitas fisik sediaan

(40)

penyimpanan 90 hari. Hasil ini menunjukkan sediaan gel ekstrak etanol benalu kopi stabil.Hasil pemeriksaan stabilitas fisik sediaan gel ekstrak etanol benalu kopi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan stabilitas fisik sediaan gel ekstrak etanol benalu kopi

Sediaan Penampilan

Warna Bau Konsistensi

F0 Bening Praktis tidak berbau Kental

F1 Coklat terang Berbau khas Kental

F2 Coklat gelap Berbau khas Kental

F3 Coklat gelap Berbau khas Kental

F4 Coklat gelap Berbau khas Kental

Keterrangan:

F0: Basis gel tanpa ekstrak benalu kopi (blanko) F1: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 1% F2: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 2% F3: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 3% F4: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 4% 4.3.2 Hasil pengamatan homogenitas sediaan

Hasil pengamatan homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.2. Pemeriksaan homogenitas menunjukkan hasil bahwa semua sediaan homogen.

Tabel 4.2 Data pengamatan homogenitas sediaan

Keterangan:

(+): tidak homogen (-): homogen

F0: Basis gel tanpa ekstrak benalu kopi (blanko) F1: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 1% F2: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 2% F3: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 3% F4: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 4%

Sediaan Pengamatan selama 12 minggu

(41)

4.3.3 Hasil penentuan pH sediaan

Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 4.3. Penentuan pH sediaan dilakukan menggunakan pH meter (Exact Instrumen) dengan tiga kali pengulangan. Berdasarkan hasil pengukuran pH yang diperoleh, pH sediaan gel formula F1 (1%), F2 (2%), F3 (3%), F4 (4%) lebih tinggi dari F0 (blanko). pH sediaan gel yang dibuat masih memenuhi batas pH fisiologis kulit, menurut literatur pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5 – 6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).

Tabel 4.3 Data pengukuran pH

Sediaan Nilai pH rata-rata selama 12 minggu

0 2 4 6 8 10 12

F0: Basis gel tanpa ekstrak benalu kopi (blanko) F1: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 1% F2: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 2% F3: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 3% F4: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 4% 4.3.4 Hasil viskositas sediaan

(42)

Tabel 4.4 Data pengukuran uji viskositas

Sediaan Viskositas (cp) selama 12 minggu

0 2 4 6 8 10 12

F0: Basis gel tanpa ekstrak benalu kopi (blanko) F1: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 1% F2: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 2% F3: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 3% F4: Sediaan gel dengan ektrak benalu kopi 4% 4.3.5 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Uji iritasi dilakukan terhadap 15 orang sukarelawan. Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.5. Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada kulit yang tipis di bagian lengan bawah bagian dalam sebanyak 2 kali sehari dalam selang waktu 8 jam selama 2 hari berturut-turut, menunjukkan tidak ada efek samping berupa gatal, kemerahan atau pengkasaran pada kulit yang dioleskan sediaan gel.

Tabel 4.5 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

No Pernyataan Sukarelawan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

(43)

4.4 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-aging

Pengujian aktivitas anti-aging dengan menggunakan Skin analyzerAramo, dimana parameter uji meliputi: pengukuran kadar air (moisture), pengukuran kehalusan kulit (evenness) dan besar pori (pore), pengukuran banyaknya noda (spot), pengukuran keriput (wrinkle). Pengukuran aktivitas anti-agingdimulai dengan mengukur kondisi kulit awal sebelum dilakukan perawatan, hal ini bertujuan untuk bisa melihat seberapa besar pengaruh gel yang digunakan dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan tersebut. Hasil pengukuran aktivitas anti-aging akan dibahas setiap parameter di bawah ini.

4.4.1 Kadar air (Moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

checker yang terdapat dalam perangkat Skin analyzerAramo. Hasil pengukuran

terlihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.2.

Hasil analisa statistik dari data yang diperoleh sebelum perawatan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p ≥ 0,05) antara kelompok sediaan gel ekstrak etanol benalu kopiF1, F2, F3, F4 dan F0. Perawatan minggu I terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antara kelompok sediaan gel ekstrak benalu kopi F0, F1, F2, F3 dengan F4. Pada minggu II dan III terdapat perbadaan yang signifikan

(p ≤ 0,05) antara gel ekstrak benalu kopi F0, F1, F2 dengan F3 dan F4 Minggu ke

-3 terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antara gel ekstrak b enalu kopi F0 dengan F1, F2, F3, dan F4. Pada minggu IV terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antara F0 dengan F1, F2 dan F3 dengan F4 Sediaan gel ekstrak benalu

(44)

adalah F0 (31). Hal ini menunjukkan bahwa gel ekstrak benalu kopi F4 yang paling baik dalam meningkatkan kadar air pada kulit relawan. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 13.

Tabel 4.6 Hasil pengukuran kadar air (Moisture) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok F0, F1, F2, F3, dan F4 kondisi awal sebelum perawatan serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat setelah perawatan.

Gel Sukarelawan

Persentase kadar air (%) Kondisi F0: Basis gel tanpa ekstrak benalu kopi (blanko)

(45)

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit punggung tangan sukarelawan F0, F1, F2, F3, dan F4 selama 4 minggu. 4.4.2 Kehalusan (Evenness)

Pengukuran kehalusan kulit (Evenness) dengan menggunakan perangkat

Skin analyzerlensa perbesaran 60x dan mode pembacaan normal dengan warna

lampu sensor biru. Hasil pengukuran kehalusan kulit terlihat dalam Tabel 4.7 dan Gambar 4.3.

Perawatan minggu awal tidak ada perbedaan yang signifikan (p ≥ 0,05) antara kelompok sediaan gel ekstrak benalu kopi F1, F2, F3, F4 dengan F0. Pada minggu I terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antara kelompok F0 dengan F1dan F2 kemudian F3 dan F4. Pada minggu II dan III terdapat perbadaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antara F0 dengan F1 dan F2, F3 dan F4. Minggu IV terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antar F0 dengan F1 dan F2 dengan F3 dan F4. Gel yang memberikan efek terbesar dalam menghaluskan kulit terlihat mulai di minggu III adalah gel ekstrak etanol benalu kopi 4% (39,66 menjadi 30,66); minggu ke-4 (39,66 menjadi 28,6), gel yang memberikan efek terkecil terlihat di minggu IV adalah gel 1% (38,33 menjadi 33,33). Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 13.

(46)

Tabel 4.7 Hasil pengukuran kehalusan (Evenness) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok F0, F1, F2, F3, dan F4 pada kondisi awal sebelum perawatan serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat setelah perawatan.

Gel Sukarelawan

(47)

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit punggung tangan sukarelawan F0, F1, F2, F3, dan F4 selama 4 minggu. 4.4.3 Pori (Pore)

Besar pori pada kulit punggung tangan bagian lateral sukarelawan yang diukur menggunakan perangkatSkin analyzeryang sama dengan pengukuran kehalusan yakni lensa perbesaran 60x (normal lens) sensor biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan kulit, secara otomatis analisa besar pori ikut terbaca (Aramo, 2012). Hasil pengukuran besar pori terlihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.4.

Perawatan di minggu I terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0 ,05) antara F0, F1 dan F2 dengan F3 dan F4. Minggu II terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antara gel ekstrak etanol benalu kopi F4 dengan F0, F1, F2, F3. Minggu III terdapat perbedaan yang siginifikan (p ≤ 0,05) F0, F1 dengan F2 dan F3 dengan F4. Minggu IVterdapat perbedaan yang siginifikan (p ≤ 0,05) F0 dengan F1dan F2, F3 dan F4. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 13.

(48)

Gel yang dapat memberikan efek terbesar dalam mengecilkan pori-pori kulit adalah gel ekstrak etanol benalu kopi terlihat pada minggu IV (25,66 menjadi 14,33) yang terdapat di dalam rentang pori-pori kecil, yaitu 0 - 19 (Aramo, 2012). Tabel 4.8 Hasil pengukuran besar pori (Pore) pada kulit punggung tangan

sukarelawan kelompok F0, F1, F2, F3, F4 pada kondisi awal sebelum perawatan serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat setelah perawatan.

Gel Sukarelawan

Kecil 0–19; Beberapa besar 20–39; Sangat besar 40–100 (Aramo, 2012) F0: Basis gel tanpa ekstrak benalu kopi (blanko)

(49)

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran pori (pore) pada kulit punggung tangan sukarelawan F0, F1, F2, F3, dan F4 selama 4 minggu

4.4.4 Banyaknya noda (Spot)

Pengukuran banyaknya noda dengan menggunakan perangkat Skin

analyzerlensa perbesaran 60x dan mode pembacaan polarisasi dengan warna

lampu sensor jingga.Memperlihatkan bahwa kondisiawal kulit punggung tangan semua kelompok sukarelawan memiliki banyak noda di kulit. Hasil pengukuran noda pada kulit terlihat pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.4.

Perawatan di minggu I terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) terlihat pada gel ekstrak etanol benalu kopi F0 dan F1 dengan F3, F2 dan F4. Minggu II terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antara F0 dengan F1, F2, F3 kemudian F4. Minggu II dan IV terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) terlihat pada F0 dengan F1, dan F2 dan F3 dengan F4 masing-masing berada pada subset yang berbeda. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 13.

(50)

Tabel 4.9 Hasil pengukuran besar noda (Spot) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok F0, F1, F2, F3, dan F4 pada kondisi awal sebelum perawatan serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat setelah perawatan.

Gel Sukarelawan

Sedikit 0–19; Beberapa noda 20–39; Banyak noda 40–100 (Aramo, 2012) F0: Basis gel tanpa ekstrak benalu kopi (blanko)

(51)

Gambar 4.5 Grafikhasilpengukuran noda (spot) pada kulit punggung tangan sukarelawan F0, F1, F2, F3, dan F4 selama 4 minggu

4.4.5 Keriput (Wrinkle)

Pengukuran keriput dengan menggunakan perangkat Skin analyzerlensa perbesaran 10x dan mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor biru. Hasil pengukuran keriput terlihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.6menunjukkan kondisisetelah perawatan selama satu minggu skor hasil pengukuran keriput yang diperoleh menjadi lebih kecil dibandingkan kondisi awal.

Pada minggu awal tidak ada perbedaan yang signifikan (p ≥ 0,05) antar formula, perawatan di minggu I dan II terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) F0, F1, F2 dengan F3 dan F4. Minggu III terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antara F0, F1, F2 dengan F3 selanjutnya F4. Minggu IV terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) F0, F1 dengan F2 dan F3 dengan F4. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 13. Menurut Bogodenta (2012), tekstur kulit kering dan kasar merupakan tanda umum yang dialami saat kulit mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar matahari, kolagen

(52)

dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak. Kolagen berfungsi memberikan kekuatan dan elastisitas pada kulit, sedangkan elastin membuat kulit semakin kencang dan fleksibel. Akibat terlalu lama terpapar radiasi sinar matahari, kedua bagian ini akan rusak. Sehingga elastisitas kulit hilang dan kulit tampak kering dan kasar.

Tabel 4.10 Hasil pengukuran keriput (Wrinkle) pada kulit punggung tangan sukarelawan kelompok F0, F1, F2, F3, dan F4 pada kondisi awal sebelum perawatan serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat setelah perawatan.

Gel Sukarelawan

Tidak berkeriput 0–19; Berkeriput 20–52; Berkeriput parah 53–100 (Aramo, 2012)

(53)

Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kulit punggung tangan sukarelawan F0, F1, F2, F3, dan F4 selama 4 minggu.

(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a. Ekstrak benalu kopi dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel yang

homogen dengan pH 4,8 -5,3, tidak menimbulkan iritasi kulit dan stabil pada penyimpanan selama 90 hari dalam suhu kamar.

b. Ekstrak benalu kopi yang diformulasikan ke dalam sediaan gel mampu memberikan efek sebagai anti-aging dengan meningkatkan kadar air kulit, kulit semakin halus, pori-pori kulit semakin kecil, noda semakin berkurang dan keriput juga berkurang

5.2 Saran

(55)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Benalu Kopi

MenurutBPOM, RI (2010), tanaman benalu berupa terna, parasit obligat

dengan batang menggantung dan kayu berbintik-bintik coklat. Akarmenempelpada pohon inang, berfungsi sebagai penghisap, berwarna kuning kecoklatan.Daun tunggal, ujung agak meruncing,pangkal membulat tepi rata, panjang 5-9 cm, lebar 2-4 cm, permukaanatas hijau, permukaan bawah coklat.Bunga majemuk bentuk payungterdiri dari 4-6 bungadi ruas batang, tangkaipendek, kelopak bentuk kerucut terbalik, panjang kurang lebih 3 mm, benang sari panjang 2-3 mm, kepala putik bentuk tombol,mahkota panjang 1-2 cm, taju mahkota melengkung ke dalam, berwarna merah. Buah kerucut terbalik, panjangkurang lebih 8 mm, berwarna coklat. Biji bulat kecil, berwarna hitam, herba scurrula mengandung senyawa asam lemak: asam oleat, asamlinoleat, asam linolenat, asam oktadeka-8-10-dinoat, asam (Z)-oktade-12-ena-810-dioat dan asam oktadeka-8-10-12-trinoat; kuersitrin,kuersetin, rutin, ikarisid B2, avikulin, (+)-katekin, (-)-epikatekin, (-)-epikatekin-3-O-galat dan (-) epigalokatekin-3-O-galat (BPOM, RI., 2010).

Klasifikasi dari tumbuhan benalu kopi (herba scurrula) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

(56)

Ordo : Santalales Family : Loranthaceae Genus : Scurrula

Spesies : Scurrula ferruginea (Jack) Danser

Benalu kopi digunakan sebagai pengobatan tradisional, antikanker atau sitotoksik, vasorelaksan, menurunkan kadar gula darah (Devehat,dkk., 2002; Ameer, dkk.,2009; Dillasamola, dkk., 2015).

2.2 Gel

Gel (gellones) merupakan sistem semi padat, gel terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan terpenetrasi oleh suatu cairan (Syamsuni, 2006). Gel mengandung zat aktif dan merupakan dispersi koloid, makromolekul pada sediaan gel disebabkan keseluruhan cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda maka gel ini dikelompokan dalam sistem dua fase(Ansel, 1989).

(57)

pendispersi (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umumnya mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan, dan bahan, pengawet (Voight, 1994).

2.3 Bahan Pembuatan Gel

2.3.1 Carbomer

Karbomer memiliki sinonim karbomera, karbopol, acypol, polimer asam akrilat dan asam poliakrilat. Carbomer merupakan serbuk berwarna putih, memiliki bau lemah besifat higroskopis dan asam. Carbomer digunakan sebagai pembentuk gel pada konsentrasi 0,5 – 2,0% (Rowe, dkk., 2009).

2.3.2 Propilen glikol

Propilen glikol memiliki sinonim metil glikol, metil etilen glikol. Propilen glikol berbentuk cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, kental dan memiliki rasa yang manis. Propilen glikol umumnya digunakan sebagai desinfektan, humektan, pelarut, penstabil, dan kosolven (Rowe, dkk., 2009).

2.3.3 Metil paraben

(58)

2.4 Kulit

Kulit adalah organ tubuh paling besar melapisi seluruh bagian tubuh, terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia dengan berat 15% dari berat badan (Fitryane, 2011; Wasitaatmadja, 1997). Kulit memiliki fungsi utama sebagai lapisan pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan sel kulit melanin untuk melindungi kulit dari sinar matahari ultraviolet, sebagai peraba, pengaturan suhu tubuh, pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar serta alat pernapasan dan membuat pro-vitamin D menjadi vitamin D dibawah sinar matahari ( Tranggono dan Latifah, 2007; Darmohusodo, 1982).

Peran yang begitu penting sudah selayaknya kulit senantiasa dijaga dan dipelihara kesehatannya. Bukan hanya kulit wajah atau bagian yang terbuka, melainkan kulit diseluruh tubuh harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang optimal agar selalu sehat dan tampil indah. Memahami sktruktur dan fungsi kulit dapat menjadi langkah awal dalam keseluruhan rangkaian upaya untuk merawat dan menjaga kesehatan kulit (Achroni, 2012).

2.4.1 Epidermis

(59)

proses ini disebut keratinisasi, dan berkas-berkas filamen membentuk suatu jaringan intraseluler kompleks dalammatriks proteinyangmerupakanderivat

pada stratum granulosum atau lapisan glanular (Graham, dkk., 2005). Lapisan epidermis terdiri atas lima lapisan yaitu:

1. Stratum korneum

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Permukaan stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam.

2. Stratum jernih (lusidum)

Terdapat dibawah stratum korneum merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung elidin, sangat tampak jelas pada telapaktangan dan kaki.

3. Stratum granulosum

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.

4. Stratum spinosum

Memiliki sel yang berbentuk kubus seperti berduri. Intinya besar dan oval setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi.

5. Stratum basal

(60)

melalui dendritnya (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.4.2 Dermis

Dermis terdiri dari jaringan ikat yang kenyal atau elastis, unsur yang merupakan serabut 90% terdiri atas serabut kolagen (Darmohusodo,1982). Dermis adalah lapisan yang terletak dibawah epidermis dan merupakan bagian terbesar dari kulit. Gambaran utama dermis berupa anyaman serat-serat yang paling mengikat yang sebagian besar merupakan serat kolagen tetapi sebagian lagi berupa serat elastin. Dermis terdiri dari fibroblas, sel mast dan makrofag. Fibroblas membentuk matriks jaringan ikat pada dermis yang biasanya berdekatan dengan kolagen dan elastin. Dermis mengandung pembuluh darah, limfe, saraf dan reseptor sensoris, di bawah dermis terdapat sebuah lapisan lemak subkutan yang memisahkan kulit dengan otot yang ada di bawahnya (Graham, dkk.,2005).

(61)

Menurut Wasitaatmadja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian:

1. Kulit normal

Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

2. Kulit berminyak

Kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kasar dan lengket.

3. Kulit kering

Kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat kerutan.

2.5 Sinar Ultraviolet (UV)

(62)

gelombang 290-320, merupakan sinar matahari yang terkuat mencapai bumi. Kerusan kulit yang ditimbulkan berada dibawah epidermis (Bogenta, 2012). Sinar UV-B tidak dapat menembus kaca. UV-C memiliki panjang gelombang paling panjang, yaitu 200-290 mm sinar radiasi ini menimbulkan bahaya terbesar dan menyebabkan kerusakan terbanyak, namun mayoritas sinar ini diserap dilapisan ozon atmosfer (Darmawan, 2013).

2.6 Penuaan

Proses penuaan adalah proses alami, tetapi kecepatannya berbeda untuk setiap orang dan akumulasi semua perubahan yang terjadi. Perubahan ini menjadi penyebab atau berkaitan dengan meningkatnya kerentanan tubuh terhadap penyakit serta proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk melakukan regenerasi dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidakdapat bertahan serta untuk memperbaiki kerusakan yang diderita. (Silalahi, 2006; Darmojo, 1999).

(63)

perubahan yang jelas dipermukaan kulit (perubahan eksternal) yang meliputi keriput, keriput dapat timbul pada seluruh bagian tubuh seperti pada wajah, terutama pada bagian dahi, area sekitar mata serta mulut dan dapat juga timbul pada bagian leher, siku, ketiak, tangan serta kaki (Ardhie, 2011).

Lipatan pada kulit umumnya mulai timbul ketika usia sekitar 40 tahun. Area yang paling sering terjadi lipatan adalah pada dagu, kelopak mata, pipi, bagian samping perut. Penyebab dari lipatan ini juga sama dengan penyebab timbulnya keriput yaitu adanya penurunan elastisitas dari dermis dan penurunan kerja dari jaringan adiposa subkutan (Barel, dkk., 2009).

Fitur karakteristik dari penuaan kulit adalah kemampuan untuk regenerasi kulit yang menurun. Pergantian epidermis membutuhkan 28 hari pada kulit dewasa muda dan bisa meningkat sampai 40-60 hari seiring bertambahnya usia (Barel, dkk., 2009).

2.6.1 Fungsi dan manfaat anti-aging

Beberapa fungsi dan manfaat dari produk anti-aging yaitu menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit, menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit, menjaga kelembaban dan elastisitas kulit, merangsang produksi kolagen.Manfaat

anti-agingmencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit

terlihat kusam dan keriput, Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda kulit tampak elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini(Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.6.2 Pencegahan penuaan dini

(64)

a. Bagi yang memiliki tipe kulit kering lebih baik menggunakan pelembab Pelembab akan melindungi tekstur dan elastisitas kulit.

b. Menghindari paparan langsung sinar matahari dan menggunakan losion atau krim tabir surya yang memiliki SPF.

c. Menghindari kebiasaan merokok atau berada dilingkungan sekitar yang penuh dengan asap rokok. Asap rokok bisa menyebabkan kulit kering dan kusam.

d. Menghindari konsumsi alkohol. Efek dari alkohol yang menarik air dari dalam tubuh akan menyebabkan kekeringan pada kulit.

e. Beristirahat dengan cukup dan menghindari tidur melewati tengah malam. Seperti organ lainnya, kulit juga butuh istirahat dan membentuk sel baru. f. Menghindari mengerutkan wajah karena ekspresi ini akan membentuk

garis yang permanen mnejelang umur 45 tahun. Biasanya ditemui garis ekspresi pada derah dahi karena pengaruh ekspresi dari bagian alis mata kearah atas.

g. Flavonoida memiliki sifat antioksidan. Senyawa ini berperan sebagai penangkal radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil (Silalahi, 2006).

(65)

2.7 Skin Analyzer

Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).

Skin analyzermerupakan perangkat yang dirancang untuk mendiagnosis

keadaan pada kulit.Skin analyzermempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada Skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).

2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer

Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan Skin analyzer, yaitu:

1. Kadar air (Moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat Moisture

cheker yang terdapat dalamSkin analyzeraramo. Caranya dengan menekan tombol

power dan diletakkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.

2. Sebum

(66)

pada alat merupakanpersentasekadar minyakdalam kulit yang diukur. 3. Kehalusan (Evenness)

Pengukuran kehalusan kulit dilakukandengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol

capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit

yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. 4. Pori (Pore)

Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat melakukan pengukuran kehalusan pada kulit. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori-pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori secara otomatis akan keluar pada layar komputer.

5. Noda (Spot)

Pengukuran banyaknya noda yang dilakukan dengan seperangkat Skin

analyzerpada lensa perbesaran 60x menggunakan lampu sensor jingga

(terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentu banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

6. Keriput (Wrinkle)

(67)

memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

2.7.2 Parameter pengukuran

Parameter hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1Parameter hasil pengukuran dengan Skin analyzer

Pengukuran Parameter (%)

Kadar air (Moisture)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0-29 30-50 51-100

Kecil Beberapa besar Sangat besar

0-19 20-39 40-100

Noda (Spot)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda

0-19 20-39 40-100

Keriput (Wrinkle)

Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah

0-19 20-52 53-100

(68)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar (Tranggono dan Latifah, 2007). Penuaan pada kulit terdiri dari dua proses yaitu proses penuaan karena faktor umur dan proses penuaan karena photoaging oleh radiasi sinar UV (Rieger dan Martin, 2000). Selain sebagai sumber kehidupan, matahari juga berfungsi untuk mengubah provitamin D menjadi vitamin D pada epidermis, namun paparan sinar matahari yang berlebihan menyebabkan terjadinya proses penuaan yang terlalu cepat atau sering juga disebut penuaan dini kulit (Hadinoto, dkk., 2000).

Kemajuan ilmu pengetahuan menemukan bahwa banyak sekali faktor penyebab terjadinya proses tua secara dini yaitu antara lain karena faktor genetik, gaya hidup, lingkungan, mutasi gen, rusaknya sistem kekebalan dan radikal bebas dari semua faktor penyebab tersebut, teori radikal bebas paling sering diungkapkan (Kosasih, dkk., 2006). Sumber radikal bebas ditemukan dilingkungan kita diantaranya yaitu sinar UV dari matahari, asap rokok, gas buangan kendaraan bermotor, dan pabrik (Tjay dan Rahardja, 2007). Radikal bebas tidak dapat dihindari namun dapat dihambat dengan adanya antioksidan (Youngson, 2005).

(69)

2013). Tubuh manusia menghasilkan senyawa antioksidan, tetapi jumlahnya tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh, seringkali kurang akibat pengaruh lingkungan dan diet yang buruk sehingga senyawa antioksidan yang diperoleh dari luar tubuh sangat dibutuhkan. Sumber antioksidan dari luar tubuh dapat berupa antioksidan alami dan antioksidan sintetik, antioksidan alami banyak terdapat dalam sayuran maupun buah-buahan yang mengandung vitamin C, vitamin E, karotenoid, flavonoid sedangkan sintetik yaitu

butylated hydroxyl anilose(BHA) (Winarsi, 2011).

Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mengatasi proses penuaan kulit. Salah satu antioksidan alami adalah benalu kopi. Benalu kopi mengandung beberapasenyawa metabolit sekunder. Metabolitsekunder tersebut antara lain asam lemak:asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, asamoktadeka-8-10-dinoat, asam (Z)-oktade-12-ena-8-10-dioat dan asam oktadeka-8-10-12-trinoat; kuersitrin, kuersetin, rutin, ikarisid B2,avikulin, (+)-katekin, (-)-epikatekin, (-)- epikatekin-3-O-galat dan (-) epigalokatekin-3-O-galat (BPOM RI, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan Manurung(2016),bahwa benalu kopi memiliki sifat atau senyawa antioksidan. Benalu kopi mengandung saponin, tanin, steroida dan flavonoid (Devehat, dkk., 2002).

(70)

proses-proses dalam tubuh maupun luar tubuh (Tjay dan Rahardja, 2007).Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan yang ditujukan untuk kulit lebih baik diformulasikan dalam bentuk sediaan topikal dibandingkan oral (Draelos dan Thaman, 2006).

Gel (gellones) merupakan sistem semi padat, gel terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan terpenetrasi oleh suatu cairan (Syamsuni, 2006). Penggunaannya lebih disukai karena sediaan gel memiliki kandungan air yang bersifat mendinginkan, menyejukkan, melembabkan, mudah penggunaannya, mudah berpenestrasi pada kulit sehingga memberikan efek penyembuhan yang lebih cepat sesuai dengan basis yang digunakan (Ansel, 1989).

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai formulasi dan evaluasi gel ekstrak benalu kopi (Scurrula ferruginea (Jack) Danser) sebagai

anti-aging.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah ekstrak benalu kopi dapat diformulasi menjadi sediaan gel sebagai anti-aging?

(71)

1.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Ekstrak benalu kopi dapat diformulasi menjadi sediaan gel sebagai

anti-aging

b. Gel yang mengandung ekstrak benalu kopi memberikan efek

anti-agingpada kulit

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui ekstrak benalu kopi dapat diformulasikan dalam sediaan gel anti-aging

b. Untuk mengetahui gel yang mengandung ekstrak benalu kopi memberikan efek anti-agingpada kulit

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi tentang kegunaan dari benalu kopi yang dapat digunakan dalam sediaan kosmetik sebagai

anti-aging, sehingga benalu kopi dapat dikenal dan dimanfaatkan untuk produk

(72)

FORMULASI DAN EVALUASI GEL EKSTRAK BENALU KOPI (Scurrula ferruginea (Jack) Danser) SEBAGAI ANTI-AGING

ABSTRAK

Latar belakang: Banyak faktor penyebab terjadinya proses tua secara dini yaitu antara lain karena faktor genetik, gaya hidup, lingkungan, mutasi gen, rusaknya sistem kekebalan dan radikal bebas. Antioksidan merupakan suatu zat yang memiliki kemampuan untuk memperlambat proses oksidasi yang berdampak negatif di dalam tubuh, benalu kopi berkhasiat sebagai anti oksidan yang dapat menangkap radikal bebas.

Tujuan penelitian: Untuk membuat formulasi dan menguji efek anti-aging gel ekstrak benalu kopi terhadap kulit punggung tangan sukarelawan.

Metode:Benalu kopi diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ±40°C. Ekstrak dibuat menjadi sediaan gel berbasis Carbomer 940 dengan variasi konsentrasi ekstrak benalu kopi dibuat dalam 4 formula yaitu 1% (F1), 2% (F2), 3% (F3), dan 4% (F4) kemudian dilakukan uji homogenitas, iritasi kulit, pH, uji viskositas, stabilitas penyimpanan dalam suhu kamar selama 90 hari dan uji efek anti-aging dilakukan terhadap formula F0 sampai F4 menggunakan sukarelawan 15 orang Parameter yang diukur meliputi kadar air, kehalusan, pori, banyak noda, dan keriput menggunakan Skin analyzer dan moisturizer checker selama empat minggu.

Hasil: Ekstrak etanol benalu kopi dapat diformulasi menjadi sediaan gel yang homogen, tidak menimbulkan iritasi kulit, memiliki pH 4,8-5,3 dan stabil dalam penyimpanan selama 90 hari. Pemulihan kulit yang paling baik pada konsentrasi ekstrak etanol benalu kopi 4% yang mampu meningkatkan kadar air dari kering menjadi normal, mengurangi kekerasan kulit dari normal menjadi halus, mengecilkan pori dari beberapa besar menjadi kecil, mengurangi noda dari banyak noda menjadi sedikit noda, mengurangi keriput.

Kesimpulan: Ekstrak etanol benalu kopi dapat diformulasikan dalam sediaan gel sebagai anti-aging dan pemulihan kulit semakin membaik setelah empat minggu perawatan dan pemulihan kulit yang paling baik adalah gel anti-aging ekstrak etanol benalu kopi 4%.

Kata kunci:Benalu kopi, ekstrak etanol benalu kopi, gel,Scurrula ferruginea

(73)

FORMULATION AND EVALUATION OF GEL OF BENALU KOPI (Scurrula ferruginea (Jack) Danser)EXTRACT AS ANTI-AGING

ABSTRACT

Background: Many factors can the premature aging process because of genetic factors, lifestyle, environmental, genetic mutation, damage of the immune system and free radicals. Antioxidant is a substance has ability to slow down the oxidation process which have the negative impact on the body, effect of benalu kopi as antioxidantcan capture free radicals.

Objective: To formulate and evaluation the effect of anti-aging ethanol extract of benalu kopi againt the back skin of hand of volunter.

Methods: Benalu kopi were extracted by maceration method using ethanol 96% and concentrated by rotary evaporator at temperature ±40°C. Extract was made into gel formulation based Carbomer 940 with variation consentration of extract benalu kopi made on four formula were 1% (F1), 2% (F2), 3% (F3), dan 4% (F4) then carried out the homogeneity test, pH test, viscosity test, stability at room temperature for 90 days and test effects of anti-aging formula was made to F0 until F4 using 15 people as the volunteers, parameters measured includingmoisture, smoothness, pore, number of stains, and wrinkles using skin analyzer for four weeks.

Results:Ethanol extract of benalu kopi could be formulated into a homogeneus gel, didn’t make a skin irritation had pH between 4.8-5.3 and stable in room temperature storage for 90 days. The best skin recovery was at concentration ethanol extract of benalu kopi 4% (F4) wich was able to increase the water content of the dry skin to normal, skin reducing the hardness of normal skin became smoother, shrink pores of few big to be small, reducing spot of many spot became little spot, reducing wrinkles.

Conclusion:Ethanol extract of benalu kopi could be formulated in a gel as anti-aging and treatment for skin getting better after treatment fors a weeks and the best skin recovery is the anti aging gel extract 4%.

Keywords:benalu kopi, ethanol extract benalu kopi, gel,Scurrula ferruginea,

(74)

FORMULASI DAN EVELUASI GEL EKSTRAK BENALU KOPI

(Scurrula ferruginea (Jack) Danser) SEBAGAI ANTI-AGING

SKRIPSI

OLEH:

ESTER PASARIBU

NIM 131524113

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(75)

FORMULASI DAN EVELUASI GEL EKSTRAK BENALU KOPI

(Scurrula ferruginea (Jack) Danser) SEBAGAI ANTI-AGING

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ESTER PASARIBU

NIM 131524113

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(76)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI DAN EVELUASI GEL EKSTRAK BENALU KOPI

(Scurrula ferruginea (Jack) Danser) SEBAGAI ANTI-AGING

OLEH:

ESTER PASARIBU

NIM 131524113

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 18 Agustus 2016

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Karsono, Apt. Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. NIP 195409091982011001 NIP 195201171980031002

Pembimbing II, Prof. Dr. Karsono, Apt. NIP 195409091982011001

Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt. Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S.,Apt NIP 197712262008122002 NIP 195504241983031003

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001

Medan, September 2016 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera utara Dekan,

(77)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat, kasih dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi dan Evaluasi Gel Ekstrak Benalu Kopi (Scurrula

ferruginea (Jack) Danser) sebagai Anti-Aging”. Skripsi ini diajukan sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas, kepada Ibu Dr. Masfria, M. S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa perkuliahan dan penelitian. Kepada Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., dan Ibu Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penyusunan skripsi ini berlangsung. Kepada Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt., dan Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi selama mengikuti perkuliahan dan kepada Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik selama perkuliahan hingga selesai.

(78)

dorongan dan semangat, serta teman-teman farmasi Ekstensi 2013 yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasi hingga penulis menyelesaikan penelitian.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Agustus 2016 Penulis,

(79)

SURAT PERYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertandatangandibawahini:

Nama : Ester Pasaribu

NomorIndukMahasiswa : 131524113

Program Studi : S-1EkstensiFarmasi

JudulSkripsi : Formulasi dan Evaluasi Gel Ekstrak Benalu Kopi(Scurrula ferruginea (Jack) Danser) sebagai

Anti-Aging.

Denganinimenyatakanbahwaskripsiiniditulisberdasarkan data darihasilpekerjaan yang sayalakukansendiri, danbelumpernahdiajukanoleh orang

lain untukmemperolehgelarkesarjanaandiperguruantinggilain,

danbukanplagiatkarenakutipan yang ditulistelahdisebutkansumbernyadidalamdaftarpustaka.

Apabiladikemudianhariadapengaduandaripihaklainkarenadidalamskripsiinid itemukanplagiatkarenakesalahansayasendiri,

makasayabersediamenerimasanksiapapunoleh Program StudiFarmasiFakultasFarmasiUniversitas Sumatera Utara,danbukanmenjaditanggungjawabpembimbing.

Demikianlahsuratpernyataaninisayaperbuatdengansebenarnyauntukdapatdig unakanjikadiperlukansebagaimanamestinya.

Medan, Agustus 2016 Yang membuatpernyataan,

(80)

FORMULASI DAN EVALUASI GEL EKSTRAK BENALU KOPI (Scurrula ferruginea (Jack) Danser) SEBAGAI ANTI-AGING

ABSTRAK

Latar belakang: Banyak faktor penyebab terjadinya proses tua secara dini yaitu antara lain karena faktor genetik, gaya hidup, lingkungan, mutasi gen, rusaknya sistem kekebalan dan radikal bebas. Antioksidan merupakan suatu zat yang memiliki kemampuan untuk memperlambat proses oksidasi yang berdampak negatif di dalam tubuh, benalu kopi berkhasiat sebagai anti oksidan yang dapat menangkap radikal bebas.

Tujuan penelitian: Untuk membuat formulasi dan menguji efek anti-aging gel ekstrak benalu kopi terhadap kulit punggung tangan sukarelawan.

Metode:Benalu kopi diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ±40°C. Ekstrak dibuat menjadi sediaan gel berbasis Carbomer 940 dengan variasi konsentrasi ekstrak benalu kopi dibuat dalam 4 formula yaitu 1% (F1), 2% (F2), 3% (F3), dan 4% (F4) kemudian dilakukan uji homogenitas, iritasi kulit, pH, uji viskositas, stabilitas penyimpanan dalam suhu kamar selama 90 hari dan uji efek anti-aging dilakukan terhadap formula F0 sampai F4 menggunakan sukarelawan 15 orang Parameter yang diukur meliputi kadar air, kehalusan, pori, banyak noda, dan keriput menggunakan Skin analyzer dan moisturizer checker selama empat minggu.

Hasil: Ekstrak etanol benalu kopi dapat diformulasi menjadi sediaan gel yang homogen, tidak menimbulkan iritasi kulit, memiliki pH 4,8-5,3 dan stabil dalam penyimpanan selama 90 hari. Pemulihan kulit yang paling baik pada konsentrasi ekstrak etanol benalu kopi 4% yang mampu meningkatkan kadar air dari kering menjadi normal, mengurangi kekerasan kulit dari normal menjadi halus, mengecilkan pori dari beberapa besar menjadi kecil, mengurangi noda dari banyak noda menjadi sedikit noda, mengurangi keriput.

Kesimpulan: Ekstrak etanol benalu kopi dapat diformulasikan dalam sediaan gel sebagai anti-aging dan pemulihan kulit semakin membaik setelah empat minggu perawatan dan pemulihan kulit yang paling baik adalah gel anti-aging ekstrak etanol benalu kopi 4%.

Kata kunci:Benalu kopi, ekstrak etanol benalu kopi, gel,Scurrula ferruginea

(81)

FORMULATION AND EVALUATION OF GEL OF BENALU KOPI (Scurrula ferruginea (Jack) Danser)EXTRACT AS ANTI-AGING

ABSTRACT

Background: Many factors can the premature aging process because of genetic factors, lifestyle, environmental, genetic mutation, damage of the immune system and free radicals. Antioxidant is a substance has ability to slow down the oxidation process which have the negative impact on the body, effect of benalu kopi as antioxidantcan capture free radicals.

Objective: To formulate and evaluation the effect of anti-aging ethanol extract of benalu kopi againt the back skin of hand of volunter.

Methods: Benalu kopi were extracted by maceration method using ethanol 96% and concentrated by rotary evaporator at temperature ±40°C. Extract was made into gel formulation based Carbomer 940 with variation consentration of extract benalu kopi made on four formula were 1% (F1), 2% (F2), 3% (F3), dan 4% (F4) then carried out the homogeneity test, pH test, viscosity test, stability at room temperature for 90 days and test effects of anti-aging formula was made to F0 until F4 using 15 people as the volunteers, parameters measured includingmoisture, smoothness, pore, number of stains, and wrinkles using skin analyzer for four weeks.

Results:Ethanol extract of benalu kopi could be formulated into a homogeneus gel, didn’t make a skin irritation had pH between 4.8-5.3 and stable in room temperature storage for 90 days. The best skin recovery was at concentration ethanol extract of benalu kopi 4% (F4) wich was able to increase the water content of the dry skin to normal, skin reducing the hardness of normal skin became smoother, shrink pores of few big to be small, reducing spot of many spot became little spot, reducing wrinkles.

Conclusion:Ethanol extract of benalu kopi could be formulated in a gel as anti-aging and treatment for skin getting better after treatment fors a weeks and the best skin recovery is the anti aging gel extract 4%.

Keywords:benalu kopi, ethanol extract benalu kopi, gel,Scurrula ferruginea,

Gambar

Tabel 3.1 Rancangan formula sediaan gelekstrak benalu kopi
Tabel 4.2 Data pengamatan homogenitas sediaan
Tabel 4.3 Data pengukuran pH
Tabel 4.4 Data pengukuran uji viskositas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan basis carbomer 940 sebagai basis gel dalam gel hand sanitizer ekstrak etanol buah asam gelugur adalah carbomer 940 yang memiliki kestabilan yang tinggi, daya adhesi

Sediaan gel dengan konsentrasi ekstrak 2% menunjukkan kondisi kulit yang semakin halussetelah pemakaian 2 minggu, Sedangkan sediaan gel formula lain tidak menunjukkan

a) ekstrak buah pare yang diformulasi dalam sediaan gel menunjukkan efek sebagai anti-aging. b) perbedaan konsentrasi ekstrak buah pare dalam sediaan gel mempengaruhi

Judul Skripsi :Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Benalu Kopi ( Scurrula ferrugenia (Jack) Danser) Terhadap Radang Pada Tikus yang Diinduksi

efek antiinflamasi ekstrak etanol benalu kopi yang sama dengan

Kromatogram Lapisan Tipis ekstrak pekat lapisan kloroform daun tumbuhan Benalu Cengkeh (Scurrula ferruginea (jack) Danser) sebelum Kromatografi Kolom... Kromatogram Lapisan

Formula gel ekstrak etanol bawang tiwai konsentrasi 5% dapat diformulasi menjadi sediaan gel yang memenuhi persyaratan stabilitas fisik dengan gelling agent carbomer

F1 F2 F3 F4 F5 F6 Gambar 2.Sediaan granul mukoadhesif mengandung kombinasi ekstrak kulit batang mimba dan kunyit menggunakan polimer mukoadhesif HPMC K15M F1, carbopol 974P F2,