i
i
NILAI SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS TITIK POTONG
RASIO LINGKAR PINGGANG TINGGI BADAN SEBAGAI
PREDIKTOR KEJADIAN HIPERTENSI PADA ORANG
DEWASA DI INDONESIA
(Analisis Riskesdas 2013)
SkripsiDiajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
Renita Pertiwi
1111101000087
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI
Skripsi, 6 Oktober 2016
Renita Pertiwi, NIM: 1111101000087
Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan Sebagai Prediktor Kejadian Hipertensi pada Orang Dewasa di Indonesia (Analisis Riskesdas 2013)
(xvii + 76 halaman, 16 Tabel, 3 Bagan, 4 Lampiran)
Abstrak
Latar Belakang: Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah secara terus – menerus yang ditandai dengan TDS ≥140 mmHg dan atau TDD ≥90 mmHg. Meningkatnya prevalensi hipertensi perlu ditangani dengan melakukan pencegahan melalui pemantauan terhadap status obesitas sentral sebagai salah satu faktor risikonya. Status obesitas sentral dapat diketahui melalui pengukuran RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan) yang merupakan alat skrining terbaik untuk menilai kejadian hipertensi dibandingkan dengan IMT dan LP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas titik potong RLPTB sebagai prediktor dari kejadian hipertensi pada orang dewasa di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2013. Metode: penelitian ini merupakan analisis lanjut dari Riskesdas 2013 sehingga desain studi yang digunakan sama dengan Riskesdas, yaitu cross sectional. Adapun sampel dalam penelitian ini berjumlah 594.364 responden yang terdiri dari 287.569 laki-laki dan 306.795 perempuan yang berusia ≥18 tahun. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji diagnostik tabel 2x2 untuk menghitung nilai sensitivitas dan spesifisitas dari titik potong RLPTB 0,47 dan 0,50 pada laki-laki serta titik potong RLPTB 0,50 dan 0,51 pada perempuan. Hasil: Titik potong 0,47 RLPTB memiliki nilai sensitivitas 65,02% dan nilai spesifisitas 61,47% dan titik potong 0,50 RLPTB memiliki nilai sensitivitas 46,89% dan spesifisitas 71,48% pada laki-laki. Sementara itu, titik potong 0,50 RLPTB memiliki nilai sensitivitas 70,76% dan spesifisitas 47,23% dan titik potong 0,51 RLPTB memiliki nilai sensitivitas 66,12% dan spesifisitas 53,59% pada perempuan. Kesimpulan: pengukuran tekanan darah perlu dilakukan sebagai upaya diagnosis dini terhadap kejadian hipertensi apabila laki-laki memiliki nilai RLPTB ≥0,47 dan ≥0,50 bagi perempuan di Indonesia.
Kata Kunci: hipertensi, obesitas sentral, RLPTB
ii
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM NUTRITION CONCENTRATION Undergraduate Thesis, 6th October 2016
Renita Pertiwi, SID: 1111101000087
Sensitivity and specificity of Waist to Height Ratio (WHtR) Cut-Offs as a Predictor of hypertension in Indonesian adults (Riskesdas Analysis 2013)
(xvii + 76 pages, 16 tables, 3 charts, 4 attachment)
Abstract
Background: Hypertension is a condition of increasing blood pressure continuously that is marked by SBP ≥140 mmHg and/ DBP ≥90 mmHg. The increasing of hypertension prevalence needs to be dealt with the prevention throught monitoring toward to central obesity status as one of the risk factor. Central obesity status can be determined by the measuring of WHtR which is the best screening tool to assess the incidence of hypertension is compared with BMI and WC. This research aims to determine the sensitivity and specificity of cut-off point WHtR aspredictor of hypertension on Indonesian adults that is based on Riskesdas data in 2013. Mhetod: This study is an advanced Riskesdas 2013 data analysis, so that the study design is the same as Riskesdas, cross sectional. The sample of this study amounted to 594.364 individuals consist of 287.569 men and 306.795 women aged ≥18 years. Data analysis in this study using diagnostic test on table 2x2 to calculating the sensitivity and specificity of 0,47 and 0,50 WHtR cut-off point in males also 0,50 and 0,51 WHtR cut-off point in females. Results: The results of this study showed that 0,47 cut-off point has contained 65,02% sensitivity and 61,47% specificity values and 0,50 cut-off point has contained 46,89% sensitivity and 71,48% specificity values of male respondents. Meanwhile, 0,50 cut-off point has 66,12% sensitivity and 53,59% specificity on female respondents. Conclusion: Blood pressure measurement need to be done as early diagnosis of hypertension when efforts have WHtR cut off ≥0,47 for men and ≥0,50 for women in Indonesia.
Keyword: hypertension, central obesity, WHtR
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Agustus 2016
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
NILAI SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS TITIK POTONG RASIO LINGKAR PINGGANG TINGGI BADAN SEBAGAI PREDIKTOR KEJADIAN HIPERTENSI PADA ORANG DEWASA DI INDONESIA
(Analisis Riskesdas 2013)
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 5 Oktober 2016
Oleh:
Renita Pertiwi
NIM: 1111101000087
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Febrianti, M.Si Catur Rosidati, SKM, MKM
NIP. 197102212005012004 NIP. 197502102008012018
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PANITIA SIDANG SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
RENITA PERTIWI NIM: 1111101000087
Jakarta, 5 Oktober 2016
Penguji I
Ratri Ciptaningtyas, MHS NIP. 19840404 200912 2 007
Penguji II
Hoirun Nisa, M.kes, Ph.D NIP. 19790427 200501 2 005
Penguji III
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Renita Pertiwi
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 07 Januari 1994
Alamat : Jalan Joglo Baru RT 05/ RW 06 Kel. Joglo Kec.
Kembangan Jakarta Barat 11640
No. Telepon : 087889117904
Email : pertiwirenita@gmail.com
Riwayat Pendidikan
2011 – 2016 : Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta
2008 – 2011 : SMA Negeri 1 Sungai Pua 2005 – 2008 : SMP Negeri 48 Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih serta Maha
Penyayang atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rosul tercinta yang
telah menjadi suri tauladan bagi umatnya. Dengan bekal pengetahuan, pengarahan
serta bimbingan yang diperoleh selama perkuliahan, penulis dapat menyusun
skripsi yang berjudul “Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan Sebagai Prediktor Kejadian Hipertensi
Pada Orang Dewasa di Indonesia (Analisis Riskesdas 2013)”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi
Kesehatan Masyarakat.
2. Ibu Ir. Febrianti, Msi; Ibu Catur Rosidati, MKM; Ibu Ratri Ciptaningtyas
MHS; Ibu Hoirun Nisa, P.Hd dan ibu Rika Rachmalina, M.Gizi selaku
dosen pembimbing skripsi serta penguji, atas konsultasi, arahan dan
bimbingannya selama proses pembuatan skripsi ini.
3. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI atas izin penggunaan data Riskesdas 2013.
viii
5. Kepada seluruh teman dan sahabat, Cindy, Isti, Atul, Rachma dan Siti,
teman-teman Panci 2011, Harum, Yarra, Dwi Rahmawati, Dwi
Ramadhani, Kiyah, Bintan, Nacil, Aqma, Puput, Lidya, Indah, Donna,
Wulan, Tanza, Umami, Umi, Hatan, Ryan, Kahfi, Muslim, serta seluruh
teman-teman Kesmas Angkatan 2011 yang telah memberikan semangat
dan kontribusinya dalam membantu penulis selama pembuatan skripsi ini.
Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar di masa mendatang penulis dapat menyusun laporan
yang lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
banyak pihak, khususnya bagi penulis serta pembacanya.
Jakarta, Oktober 2016
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Abstract ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv
PANITIA SIDANG SKRIPSI ... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xv
DAFTAR ISTILAH ... xvi
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Pertanyaan Penelitian ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
1. Tujuan Umum ... 7
2. Tujuan Khusus ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 8
2. Bagi Peneliti Lain ... 8
3. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ... 8
x
BAB II ... 10
TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Hipertensi... 10
1. Pengertian Hipertensi ... 10
2. Klasifikasi Tekanan Darah ... 10
3. Etiologi Hipertensi ... 11
4. Gambaran Klinis Hipertensi ... 11
5. Dampak Hipertensi ... 12
B. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Hipertensi ... 11
1. Pengertian Obesitas ... 11
2. Patofisiologi Obesitas Terkait Hipertensi ... 11
C. Indeks Antropometri ... 13
1. Indeks Massa Tubuh ... 13
2. Lingkar Pinggang ... 15
3. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan ... 16
D. Sensitivitas dan Spesifisitas ... 19
E. Kerangka Teori ... 21
BAB III ... 25
KERANGKA KONSEP ... 25
A. Kerangka Konsep ... 25
B. Definisi Operasional ... 26
BAB IV ... 27
METODE PENELITIAN ... 27
A. Desain Penelitian ... 27
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27
C. Populasi dan Sampel ... 28
2. Sampel Penelitian ... 28
D. Metode Pengumpulan Data ... 31
E. Instrumen Pengumpulan Data ... 33
F. Manajemen Pengumpulan Data ... 36
1. Filter Data ... 36
2. Cleaning Data ... 37
3. Recoding Data ... 37
G. Analisis Data... 37
1. Analisis Univariat ... 37
2. Analisis Uji Diagnostik ... 37
BAB V ... 39
HASIL ... 39
A. Karakteristik Responden Penelitian ... 39
B. Nilai Sensitivitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB Pada Laki – laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 41
C. Nilai Spesifisitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 42
D. Nilai Sensitivitas Titik Potong 0,50 dan 0,51 RLPTB Pada Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 44
E. Nilai Spesifisitas Titik Potong 0,50 dan 0,51 RLPTB Pada Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 45
BAB VI ... 47
PEMBAHASAN ... 47
A. Keterbatasan Penelitian ... 47
B. Karakteristik Responden Penelitian ... 48
xii
D. Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong 0,50 dan 0,51 RLPTB Pada
Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 53
BAB VII ... 57
PENUTUP ... 57
A. Simpulan ... 57
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN ... 64
LAMPIRAN 1 ... 65
LAMPIRAN 2 ... 66
LAMPIRAN 3 ... 68
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah dan Hipertensi Menurut JNC VII ... 11
Tabel 2.2 Efek Patologis Berkelanjutan dari Komplikasi Hipertensi Primer ... 12
Tabel 2.3 Tabel 2x2 Uji Diagnostik ... 20
Tabel 4 1 Data Kuesioner yang Digunakan Pada Penelitian... 36
Tabel 4 2 Uji Diagnosis Tabel 2x2 ... 38
Tabel 5.1 Karakteristik Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan jenis Kelamin Tahun 2013 ... 39
Tabel 5.2 Karakteristik Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan Kelompok Usia tahun 2013 ... 40
Tabel 5.3 Status Hipertensi Pada Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41
Tabel 5 4 Tabel 2x2 Titik Potong 0,47 RLPTB Dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 41
Tabel 5.5 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 42
Tabel 5.6 Tabel 2x2 Titik Potong 0,47 RLPTB Dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 43
Tabel 5.7 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 43
xiv
Tabel 5.9 Tabel 2x2 Titik Potong 0,51 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada
Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 45
Tabel 5.10 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada
Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 45
Tabel 5.11 Tabel 2x2 Titik Potong 0,51 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada
DAFTAR BAGAN
xvi
DAFTAR ISTILAH
ART : Anggota Rumah Tangga
AUC : Area Under Curve
IDF : International Diabetes Federation
IMT : Indeks Massa Tubuh
JNC : Joint National Committe
LP : Lingkar Pinggang
RLPTB : Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan
ROC : Receiver Operating Characteristic
TB : Tinggi Badan
TDD : Tekanan Darah Sistolik
TDS : Tekanan Darah Diastolik
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah yang mengalami
peningkatan secara terus – menerus. Hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (WHO, 2013). Hipertensi juga sering disebut sebagai Sillent Killer
karena tidak menimbulkan gejala yang spesifik (Kemenkes, 2014).
Pada tahun 1980 penderita hipertensi berjumlah 600 juta orang dan
meningkat menjadi 1 miliar orang pada tahun 2008 dan 40% diantaranya
merupakan orang dewasa berusia 25 tahun keatas (WHO, 2013).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, diketahui bahwa prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 25,8% (Kemenkes, 2013b). Apabila jumlah
penduduk di Indonesia saat ini berjumlah 252.124.458 jiwa, maka terdapat
65.048.110 jiwa diantaranya mengalami hipertensi di Indonesia
(Kemenkes, 2014).
Saat pengobatan yang dilakukan terhadap hipertensi tidak
memadai, hipertensi dapat menyebabkan serangan jantung, pembengkakan
jantung, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, pecahnya pembuluh
darah dan kerusakan kognitif (WHO, 2013; Kemenkes, 2014). Secara
2
9,4 juta merupakan akibat dari komplikasi hipertensi setiap tahunnya
(WHO, 2013).
Terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko
seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok, ras, obesitas,
konsumsi alkohol berlebih, tingginya asupan natrium, rendahnya asupan
kalium, kalsium dan magnesium, serta intoleransi glukosa penyakit ginjal
dan obat – obatan (Huether dan McCance, 2012). Sebagai salah satu faktor risiko hipertensi, obesitas perlu diwaspadai. Hal ini dikarenakan tambahan
beberapa kilogram berat badan akan membuat jantung bekerja lebih keras
dan kelebihan lemak di atas pinggul (lemak viseral) lebih berisiko
terhadap kejadian hipertensi (Casey dan Benson, 2006; Pausova, 2014).
Risiko dari peningkatan jumlah lemak viseral dalam tubuh
mengakibatkan terjadinya obesitas sentral. Berdasarkan laporan Riskesdas
tahun 2013, diketahui terjadi peningkatan proporsi obesitas sentral pada
penduduk berusia ≥15 tahun, dari 18,8% pada tahun 2007 menjadi 26,6%
pada tahun 2013 (Kemenkes, 2013b). Hasil penelitian Sulastri, dkk (2012)
terkait hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada
penduduk etnis minangkabau menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara obesitas (p<0,05; OR = 1,82) dan obesitas sentral (p<0,05; OR =
2,72) dengan kejadian hipertensi.
Status obesitas dapat diketahui melalui pengukuran IMT (Indeks
Massa Tubuh) dan untuk obesitas sentral dapat diketahui melalui
Tinggi Badan). Selain untuk mengukur status obesitas dan obesitas sentral,
IMT, LP dan RLPTB juga dapat digunakan sebagai alat skrining dari
hipertensi. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) merupakan
nilai dari ukuran Lingkar Pinggang dibagi dengan tinggi badan (Meilani,
2012). Titik potong 0,5 dari RLPTB dianggap sebagai alat skrining
hipertensi yang paling baik melalui hasil analisis ROC (Receiver
Operating Characteristic) dibandingkan dengan IMT (AUC (Area Under
Curve) 0,68 untuk perempuan dan 0,73 untuk laki-laki) (Lee dkk, 2008)
dan LP (AUC = 0,704 untuk laki-laki dan perempuan) (Browning dkk,
2010).
RLPTB memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan IMT
dan LP. Dibandingkan IMT, RLPTB dianggap lebih sensitif sebagai
peringatan awal dari risiko penyakit seperti obesitas dan sindrom
metabolik karena secara signifikan berhubungan secara langsung dengan
obesitas sentral serta dapat memprediksi morbiditas dan mortalitas yang
lebih baik dibandingkan dengan IMT pada studi longitudinal. Selain itu,
RLPTB dianggap lebih sensitif dari LP pada populasi yang memiliki tinggi
berbeda – beda karena terdapat hubungan negatif yang nyata antara tinggi badan dengan faktor risiko metabolik (Ashwell dan Hsieh, 2005; Ashwell
dan Gibson, 2009; Browning dkk, 2010; Ashwell dkk, 2012).
Selain itu, RLPTB juga dianggap lebih murah daripada IMT karena
harga alat yang digunakan untuk mengukur RLPTB lebih murah
4
tinggi serta lingkar pinggang dapat dilakukan sendiri dan hasil ukurnya
mudah untuk dihitung sehingga lebih mudah untuk digunakan
dibandingkan dengan IMT. Titik potong 0,5 dari RLPTB dapat digunakan
oleh anak – anak (>5 tahun) hingga orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan dari berbagai etnis (Ashwell dan Hsieh, 2005; Ashwell dan
Gibson, 2009; Browning dkk, 2010; Ashwell dkk, 2012). Penelitian terkait
RLPTB juga telah dilakukan di berbagai negara seperti Bangladesh
(Sayeed dkk, 2003), Turki (Meseri dkk, 2013), Korea (Park dkk, 2009),
Jepang (Hsieh dkk, 2003), Inggris (Ashwell dan Gibson, 2009) dengan
hasil penelitian yang menyatakan RLPTB sebagai alat skrining terbaik
untuk memprediksi kejadian hipertensi dibandingkan dengan IMT dengan
titik potong optimal yang berkisar antara 0,50 - 0,55.
Ashwell dkk (2012) menetapkan titik potong 0,5 dari RLPTB
sebagai prediktor dari kejadian hipertensi yang paling baik dan dapat
digunakan baik pada laki-laki maupun perempuan. Namun berdasarkan
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di Indonesia oleh Meilani
(2012) terkait pendekatan indeks antropometri sebagai alat skrining
hipertensi pada orang dewasa di daerah urban menghasilkan nilai titik
potong optimal RLPTB yang berbeda, titik potong optimal untuk
perempuan adalah 0,51 (sensitivitas 61,82%; spesifisitas 60,98%) dan 0,47
untuk laki-laki (sensitivitas 62,10%; spesifisitas 56,99%). Selain itu,
penelitian terkait RLPTB lainnya di Indonesia juga telah dilakukan oleh
potong yang hampir sama yaitu 0,4705 untuk laki-laki (sensitivitas 68,0%;
spesifisitas 52,8%) dan 0,5063 untuk perempuan (sensitivitas 72,6%;
spesifisitas 50,0%).
Meskipun sudah ada penelitian sebelumnya terkait penggunaan
RLPTB di Indonesia, namun RLPTB masih belum diterapkan di
Indonesia. Berdasarkan rekomendasi titik potong optimal yang telah
direkomendasikan oleh Ashwell (2012), Meilani (2012) dan Yulestari
(2015) maka perlu dilakukan penelitian kembali untuk megetahui
bagaimana sensitvitas dan spesifisitas dari beberapa nilai titik potong dari
RLPTB sebagai prediktor kejadian hipertensi pada orang dewasa di
Indonesia dengan menggunakan data terbaru, yaitu data Riskesdas tahun
2013. Adapun titik potong yang akan diuji adalah titik potong 0,47 dan
0,50 untuk laki-laki serta titik potong 0,50 dan 0,51 untuk perempuan.
Penelitian ini menggunakan uji diagnostik yang menghasilkan nilai
sensitivitas serta spesifisitas yang bertujuan untuk keperluan skrining, hal
ini dikarenakan uji sensitivitas dan spesifisitas dianggap stabil dan tidak
berubah pada prevalensi subyek sehat dan sakit (Sastroasmoro dan Ismael,
2014). Data Riskesdas tahun 2013 digunakan karena pada penelitian
tersebut didapatkan berbagai macam variabel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini serta data tersebut dapat mewakili populasi yang ada di
6
B. Rumusan Masalah
Meningkatnya prevalensi hipertensi di Indonesia maupun di dunia
perlu ditangani dengan melakukan pencegahan melalui pemantauan
terhadap status obesitas sentral sebagai salah satu faktor risikonya. Status
obesitas sentral dapat diketahui melalui pengukuran RLPTB (Rasio
Lingkar Pinggang Tinggi Badan) yang merupakan alat prediktor terbaik
untuk menilai kejadian hipertensi dibandingkan dengan IMT dan LP.
Namun penggunaan RLPTB masih belum diterapkan di Indonesia. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian kembali terkait sensitivitas dan
spesifisitas dari titik potong 0,47; 0,50 dan 0,51 RLPTB sebagai prediktor
dari kejadian hipertensi pada kelompok orang dewasa di Indonesia dengan
menggunakan data Riskesdas tahun 2013.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dirumuskan beberapa
pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik responden dalam penelitian?
2. Bagaimana nilai sensitivitas titik potong 0,47 dan 0,5 RLPTB sebagai
prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia?
3. Bagaimana nilai spesifisitas titik potong 0,47 dan 0,5 RLPTB sebagai
prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia?
4. Bagaimana nilai sensitivitas titik potong 0,5 dan 0,51 RLPTB sebagai
5. Bagaimana nilai spesifisitas titik potong 0,5 dan 0,51 RLPTB sebagai
prediktor kejadian hipertensi pada perempuan dewasa di Indonesia?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sensitivitas
dan spesifisitas titik potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan
(RLPTB) sebagai prediktor kejadian hipertensi pada orang dewasa
di Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden dalam penelitian.
b. Untuk mengetahui nilai sensitivitas dari titik potong 0,47 dan
0,5 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa
di Indonesia.
c. Untuk mengetahui nilai spesifisitas dari titik potong 0,47 dan
0,5 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa
di Indonesia.
d. Untuk mengetahui nilai sensitivitas dari titik potong 0,5 dan
0,51 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada perempuan
dewasa di Indonesia.
e. Untuk mengetahui nilai spesifisitas dari titik potong 0,5 dan
0,51 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada perempuan
8
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Sebagai bahan tambahan informasi bagi civitas akademik
UIN Syarif Hidayatullah, khususnya yang berasal dari program
studi kesehatan masyarakat.
2. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
rujukan serta tambahan pengetahuan bagi peneliti lain yang tertarik
dengan metode pengukuran antropometri, terutama Rasio Lingkar
Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) sebagai prediktor dari kejadian
hipertensi.
3. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi Kemenkes RI terkait penggunaan Rasio Lingkar
Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) sebagai alternatif alat skrining
dalam penentuan status obesitas dan sebagai prediktor dari
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang berjudul “Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan Sebagai Prediktor Kejadian
Hipertensi Pada Orang Dewasa di Indonesia” ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional, yang dilaksanakan pada
bulan April – Agustus 2016 di FKIK Universitas Islam Negeri Jakarta. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas tahun 2013 dengan sampel
berusia ≥18 tahun. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji diagnostik tabel 2x2 untuk mengetahui nilai sensitivitas dan
spesifisitas dari titik potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan
(RLPTB) sebagai prediktor dari kejadian hipertensi pada orang dewasa di
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah yang meningkat
secara terus – menerus (WHO, 2011). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat atau tenang (Kemenkes, 2014).
2. Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi tekanan darah yang digunakan untuk menjadi acuan
di Indonesia merupakan klasifikasi hipertensi menurut hasil JNC VII
(Joint National Committe on the prevention, detection, evaluation and
treatment of high blood presure) pada tahun 2003. Berikut merupakan
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah dan Hipertensi Menurut JNC VII
Hipertensi tahap2 160 atau >160 100 atau >100 Sumber : Chobanian, dkk (2003)
3. Etiologi Hipertensi
Hipertensi dibagi dalam dua jenis, yaitu hipertensi primer atau
hipertensi essensial dan hipertensi sekunder atau hipertensi bawaan.
Umumnya hipertensi yang banyak terjadi adalah hipertensi primer
yang 90% penyebabnya tidak diketahui dengan jelas (Lilly, 2011).
Sementara itu, hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh proses
terjadinya suatu penyakit atau pengobatan yang meningkatkan tekanan
pembuluh perifer atau volume darah seperti penyakit ginjal, penyakit
parenchymal, pheochromocytoma dan obat – obatan (Huether dan McCance, 2012).
4. Gambaran Klinis Hipertensi
Pada dasarnya hipertensi tidak menunjukan gejala secara
spesifik dan terkadang tidak bergejala (asimptomatik) sehingga disebut
sebagai sillent killer. Gejala hipertensi yang terjadi pada tiap individu
12
(Kemenkes, 2014). Gejala pada penderita hipertensi biasanya muncul
ketika telah terjadi kerusakan pada organ target. Pada fase hipertensi
yang berbahaya bisa ditandai oleh nyeri kepala dan hilangnya
penglihatan (pipiledema) (Davey, 2006).
5. Dampak Hipertensi
Terjadinya kerusakan pada organ target merupakan risiko
jangka panjang dari penyakit hipertensi. Kerusakan yang terjadi pada
organ target menimbulkan beberapa penyakit, yaitu penyakit
serebrovaskular (stroke trombotik dan hemoragik), penyakit vaskular
(penyakit jantung koroner), hipertrofi ventrikel kiri (LVH) dan gagal
ginjal (Davey, 2006). Menurut Huether dan McCance (2012) terdapat
beberapa efek patologis yang mendukung komplikasi dari hipertensi
primer sebagaimana yang tercantum dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Efek Patologis Berkelanjutan dari Komplikasi Hipertensi Primer
Lokasi Cedera Mekanisme Cedera Kemungkinan efek patologis yang terjadi
Miokardium Jantung
Peningkatan beban kerja
dikombinasikan dengan
berkurangnya aliran darah yang melalui arteri koroner
Hipertropi ventrikel kiri, iskemik miokardium, gagal jantung
Arteri koroner Mempercepat aterosklerosis Iskemik miokardium, infark miokardium, kematian mendadak Ginjal Mengurangi aliran darah,
meningkatkan tekanan arteriol, menstimulasi RAAS dan SNS serta peradangan
Lokasi Cedera Mekanisme Cedera Kemungkinan efek patologis yang terjadi
Otak Mengurangi aliran darah dan suplai oksigen; melemahkan dinding pembuluh darah, meningkatkan aterosklerosis
Serangan iskemik sementara,
cerecral trombosis, aneurisma,
hemorraghe, infarksi otak akut
Mata (retina) Retinal vascular sclerosis, meningkatkan tekanan arteri di retina
Hipertensi retinopati, retinal exudates dan hemorraghe
Aorta Melemahkan dinding
pembuluh darah
Dissecting aneurysm
Sumber: Huether dan McCance, 2012
B. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Hipertensi
1. Pengertian Obesitas
Obesitas merupakan suatu gangguan yang disebabkan oleh
peningkatan lemak tubuh secara berlebihan dan dapat mengganggu
kesehatan (Soegih, 2009). Obesitas terjadi apabila ukuran dan jumlah
sel lemak dalam tubuh seseorang bertambah (Santoso dkk, 2012).
2. Patofisiologi Obesitas Terkait Hipertensi
Peningkatan risiko hipertensi terkait obesitas meningkat tidak
hanya didasari oleh jumlah lemak yang tedapat di dalam tubuh, tetapi
juga berkaitan dengan distribusi lemak di dalam tubuh yang lebih
banyak menyimpan lemak viseral dibandingkan dengan lemak
subkutan, hal inilah yang menjadi risiko terbesar pada terjadinya
hipertensi. Terjadinya obesitas sentral terkait hipertensi dipengaruhi
12
pusat, aktivasi sistem renin-aldosterone dan induksi dari inflamasi
tingkat rendah serta stress oksidatif (Pausova, 2014).
Mekanisme terjadinya obesitas yang menyebabkan hipertensi
masih belum diketahui secara pasti, namun aktivasi dari sistem saraf
simpatik memiliki peran penting dalam patogenesis hipertensi terkait
obesitas. Mekanisme kontrol tekanan arteri dari diuresis dan
natriuresis, berdasarkan prinsip umpan balik, bergeser ke tingkat
tekanan darah yang lebih tinggi pada orang yang obesitas. Selama fase
awal obesitas, timbul retensi natrium primer sebagai akibat dari
peningkatan reabsorpsi tubular ginjal. Kemudian adanya peningkatan
Free Fatty Acid (FFA), insulin, leptin, aldosteron, aktivitas sistem
renin angoitensin (RAS) akan menstimulasi peningkatan sistem saraf
simpatik yang menyebabkan retensi cairan dan natrium yang kemudian
akan menyebabkan hipertensi (Lilyasari dkk, 2007; Kotsis dkk, 2010;
Pausova, 2014).
Hubungan antara obesitas dengan aktivasi
renin-angiotesi-aldosterone system (RAAS) merupakan mekanisme tambahan dari kaitan
antara obesitas dengan peningkatan tekanan darah. RAAS merupakan
sistem kunci untuk regulasi tekanan darah yang komponennya (seperti
Angiotensin atau AGT) diproduksi pada jaringan adiposa yang diproduksi
di hati, paru-paru dan ginjal). Produksi RAAS pada jaringan adiposa ikut
berkontribusi dalam tingginya tingkat sirkulasi dari komponen RAAS
yang terlihat pada orang yang obesitas dibandingkan dengan orang yang
kurus dan dapat berkontribusi dalam peningkatan tekanan darah pada
obesitas. Beberapa komponen dari jaringan adiposa RAAS, seperti AGT
dan AT1R menunjukan tingginya jumlah lemak viseral dibandingkan
dengan lemak subkutan pada manusia (Pausova, 2012).
C. Indeks Antropometri
1. Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah ukuran dari berat badan
dalam kilogram (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter
(Kemenkes, 2011). Berdasarkan laporan hasil Riskesdas tahun 2013,
batasan IMT yang digunakan untuk menilai status gizi penduduk
dewasa di Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Kategori kurus : IMT <18,5
14
d) Kategori obesitas : IMT ≥27,0
Berdasarkan penelitian Nurzakiah, dkk (2010) di wilayah
Depok, Jawa Barat diketahui bahwa cut off IMT ≥27,0 memiliki sensitivitas 51,50% dan spesifisitas 99,93% dengan prevalensi obesitas
sebesar 22,7%; sementara itu, prevalensi obesitas menggunakan BIA
yang merupakan baku emas dari pengukuran obesitas adalah 35%. Hal
ini menunjukkan bahwa titik potong IMT yang digunakan di Indonesia
saat ini kurang tepat untuk mengukur status obesitas pada penduduk
Indonesia. Pada penelitian tersebut, Nurzakiah, dkk (2010)
merekomendasikan titik potong IMT untuk obesitas sebesar 24,13
kg/m2 untuk laki-laki dan 26,15 kg/m2 untuk perempuan.
Hasil penelitian Harahap, dkk (2005) mengenai penggunaan
berbagai cut off IMT sebagai indikator obesitas terkait penyakit
degeneratif di Indonesia menyatakan bahwa pada nilai IMT 22 telah
terjadi peningkatan risiko penyakit degeneratif seperti hipertensi,
diabetes mellitus dan hiperkolestrol. Namun IMT memiliki kelemahan
karena tidak dapat mengukur secara langsung lemak tubuh atau
distribusi lemak dikarenakan pengukuran IMT hanya dapat
memprediksi lemak atau distribusi lemak tubuh (Ashwell, 2009;
Harahap, dkk, 2005).
Selain itu, penelitian Lee, dkk (2008) menyatakan bahwa IMT
seperti hipertensi, diabetes dan dislipidemia pada laki-laki dan
perempuan dibandingkan RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi
Badan). Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Guash-Ferre dkk
(2012) di Spanyol dan Zeng dkk (2014) di China, mereka
menyimpulkan bahwa IMT merupakan indikator yang lebih sensitif
untuk menilai hipertensi dibandingkan dengan LP dan RLPTB.
2. Lingkar Pinggang
Lingkar pinggang merupakan metode yang mudah untuk
mengukur obesitas sentral, yang mana lingkar pinggang memiliki
hubungan dengan risiko hipertensi sistemik, level tekanan darah, risiko
kardiovaskular dan kematian (Leblanc dan Poirier, 2014). Menurut
rekomendsi IDF tahun 2006, ukuran lingkar pinggang atau ideal untuk
laki-laki adalah 90 cm dan untuk perempuan adalah 80 cm (Kemenkes
RI, 2013c).
Pada penelitian Meilani (2012) mengenai pendekatan
antropometri sebagai alat skrining hipertensi pada orang dewasa di
daerah urban, ia merekomendasikan penggunaan lingkar pinggang
sebagai alat skrining terhadap hipertensi karena lebih mudah dan
murah, hal tersebut dikarenakan baik LP, IMT maupun RLPTB
memiliki nilai uji diagnostik yang lemah. Namun, menurut Ashwell
dan Hsieh (2005) LP kurang sensitif dibandingkan dengan RLPTB
16
memiliki tinggi badan yang berbeda – beda, sementara terdapat hubungan negatif yang nyata antara tinggi badan dengan risiko
metabolik.
3. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan
Obesitas dapat diketahui melalui berbagai pengukuran
antropometri, salah satunya adalah dengan pengukuran Rasio Lingkar
Pinggang Tinggi Badan (RLPTB). RLPTB adalah nilai dari ukuran
Lingkar Pinggang dibagi dengan tinggi badan. RLPTB merupakan
ukuran dari distribusi lemak tubuh yang berkorelasi dengan obesitas
sentral (Meilani, 2012).
Penggunaan RLPTB yang mewakili obesitas sentral dan bentuk
tubuh menjadi alat skrining baru untuk kesehatan masyarakat yang
dapat digunakan oleh seluruh orang dewasa dan anak dengan usia lebih
dari 5 tahun serta dapat digunakan pada semua kelompok etnis.
Penggunaan batas nilai 0,5 RLPTB dapat diubah menjadi pesan yang
mudah, yaitu “jaga lingkar pinggang Anda untuk kurang dari setengah
tinggi badan Anda” (Ashwell, 2011).
Pada sebuah systematic review untuk menilai kinerja
masing-masing indeks antropometri sebagai alat skrining risiko penyakit
kardiovaskuler (hipertensi dan lemak tubuh) dan diabetes pada orang
dewasa, diperoleh hasil uji diagnostik dari analisis kurva ROC (AUC =
adalah alat skrining yang lebih baik untuk digunakan secara global
baik pada laki-laki maupun perempuan dibandingkan Lingkar
Pinggang dan IMT serta dapat digunakan bagi laki-laki maupun
perempuan dari berbagai kelompok etnis, yaitu etnis kulit putih, Asia,
Afro Karibia dan Hispanik (Browning dkk, 2010).
Penggunaan IMT dianggap bermasalah, termasuk kepada orang
yang mengalami kelebihan berat badan (overweight), hal ini
dikarenakan IMT hanya menggambarkan total lemak tubuh dan tidak
dapat membedakan distribusi lemak yang berbeda pada setiap individu
(Ashwell, 2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh Hsieh dan
Yoshinaga (1999) diketahui bahwa terdapat perbedaan risiko
metabolik pada orang yang memiliki lingkar pinggang sama dengan
tinggi badan yang berbeda. Tidak hanya itu, batas nilai dari lingkar
pinggang yang ada saat ini dibedakan oleh jenis kelamin serta umur
yang spesifik dan tidak dapat digunakan oleh anak-anak karena
dianggap memiliki pola pertumbuhan yang berbeda. Oleh karena itu,
penggunaan RLPTB dianggap lebih baik dibandingkan dengan IMT
dan LP.
Sebagai gambaran dari nilai titik potong RLPTB, Ashwell
membuat sebuah chart untuk membantu penggambaran dari ukuran
RLPTB yang disebut dengan Ashwell Shape Chart. Ashwell shape
chart merupakan grafik yang didasari oleh pengukuran RLPTB
18
Grafik ini memiliki 3 nilai batas yang sesuai untuk dewasa maupun
anak-anak dengan usia diatas 5 tahun. Ukuran lingkar pinggang pada
garis x (cm) dan tinggi badan pada garis y (cm). Batasan nilai RLPTB
0,4 – 0,5 (area hijau) menyatakan “baik”, nilai 0,5 – 0,6 (area kuning) menyatakan “ambil tindakan” untuk anak-anak dan “pertimbangkan
tindakan yang akan diambil” untuk dewasa. Sementara itu nilai >0,6
(area merah) menyatakan “ambil tindakan” untuk dewasa. Nilai ≥0,5 dari RLPTB dideskripsikan sebagai distribusi lemak sentral dan nilai
Gambar 2.2 Ashwell Shape Chart Pengukuran Rasio Lingkar Pingggang Tinggi Badan (RLPTB) (Ashwell, 2011).
D. Sensitivitas dan Spesifisitas
Pada uji diagnostik menggunakan tabel 2x2 akan diperoleh
beberapa nilai statistik, diantaranya adalah sensitivitas dan spesifisitas. Uji
20
Hasil tes dapat berupa nilai positif, yang mengindikasikan adanya
penyakit, atau hasil dapat berupa nilai negatif, yang mengindikasikan tidak
adanya penyakit. Nilai sensitivitas dan spesifisitas memiliki hubungan
berkebalikan yang dipengaruhi oleh pemilihan nilai titik potong (Greiner
dkk, 2000). Manfaat dari tes skrining dievaluasi melalui hasil sensitivitas
dan spesifisitas (Herman, 2006). Namun, pada uji diagnostik yang
ditujukan untuk keperluan skrining, maka nilai sensitivitas uji tersebut
harus sangat tinggi meskipun nilai spesifisitasnya tidak terlalu tinggi
(Sastroasmoro dan Ismael, 2014).
Tabel 2.3 Tabel 2x2 Uji Diagnostik
Baku Emas
Sensitivitas merupakan nilai a:(a+c), yaitu prevalensi subyek yang
sakit dengan hasil uji diagnostik positif (positif benar) dibanding seluruh
subyek yang sakit (positif benar+negatif semu), atau kemungkinan bahwa
sakit. Spesifisitas merupakan nilai d:(b+d), yaitu prevalensi subyek sehat
yang memberikan hasil uji diagnostik negatif (negatif benar) dibandingkan
dengan seluruh subyek yang tidak sakit (negatif benar+positif semu),
seluruh subyek, atau kemungkinan bahwa hasil uji diagnostik akan negatif
bila dilakukan pada sekelompok subyek yang sehat (Sastroasmoro dan
Ismael, 2014).
Apabila nilai sensitivitas suatu uji adalah 100% maka seluruh
responden yang diuji dinyatakan positif mengalami penyakit. Namun,
apabila nilai sensitivitas suatu uji adalah 100% maka seluruh responden
yang diuji dinyatakan negatif atau tidak mengalami penyakit (Drobatz,
2009). Nilai dari uji sensitivitas dan spesifisitas dianggap sebagai nilai
yang stabil, hal ini dikarenakan nilai keduanya tidak berubah pada
prevalensi orang sakit dan sehat dengan prevalensi yang rendah maupun
tinggi (Sastroasmoro dan Ismael, 2014).
E. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi
teori dari Pausova (2014) dimana peningkatan risiko hipertensi terkait
obesitas meningkat tidak hanya didasari oleh jumlah lemak yang tedapat di
dalam tubuh, tetapi juga berkaitan dengan distribusi lemak di dalam tubuh
yang lebih banyak menyimpan lemak viseral dibandingkan dengan lemak
subkutan dan hal tersebut menjadi risiko terbesar pada terjadinya
22
sementara itu untuk obesitas sentral dapat diukur menggunakan LP dan
RLPTB. IMT, LP dan RLPTB juga merupakan alat skrining dari kejadian
hipertensi.
Berdasarkan systematic riview dari penelitian Browning, dkk
(2010) yang melakukan analisis terhadap 3 jenis pengukuran antropometri,
IMT, LP dan RLPTB dugunakan sebagai alat skrining dari penyakit
kardiovaskular dan diabetes serta faktor risikonya seperti hipertensi. Hasil
dari penelitian tersebut diketahui bahwa titik potong 0,50 dari RLPTB
merupakan alat skrining hipertensi yang paling baik dibandingkan dengan
IMT dan LP untuk laki-laki maupun perempuan yang dapat digunakan
secara global. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian meta
analisis dari Ashwell dkk (2012) yang menyatakan bahwa RLPTB
merupakan alat skrining terbaik untuk hipertensi.
Selain penelitian yang dilakukan oleh Browning, dkk (2010) juga
terdapat penelitian meta analisis yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Lee, dkk (2008) yang menyatakan bahwa RLPTB merupakan prediktor
terbaik untuk hipertensi baik pada laki-laki maupun perempuan dengan
nilai AUC (CI 95%) 0,68 untuk perempuan dan 0,73 untuk laki-laki
dibandingkan dengan IMT. Titik potong RLPTB yang ada pada penelitian
tersebut berkisar antara 0,46 – 0,62.
Tetapi berdasarkan penelitian sebelumya terkait RLPTB yang telah
didapatkan nilai titik potong optimal dari RLPTB yang berbeda, yaitu
berkisar antara 0,47 – 0,4705 untuk laki-laki dan 0,5063 – 0,51 pada perempuan.
Bagan 1. Kerangka Teori
Sumber : Adaptasi Pausova (2014); Browning, dkk (2010); Ashwell, dkk (2012),
Lee dkk (2008); Meilani (2012) dan Yulestari (2015)
Obesitas
Obesitas
sentral
Hipertensi
LP
IMT
25 BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Bagan 2. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori, terdapat beberapa pengukuran
antropometri yang dapat digunakan sebagai alat skrining obesitas dan
prediktor dari hipertensi seperti IMT, LP dan RLPTB. Namun dalam
penelitian ini peneliti hanya akan meneliti mengenai beberapa titik potong
dari RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan) yang berkisar antara
0,47 – 0,51 sebagai prediktor dari hipertensi pada orang dewasa di Indonesia. Hal ini dikarenakan peneliti hanya ingin mengetahui nilai titik
potong RLPTB yang memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas paling
optimal sebagai prediktor untuk kejadian hipertensi pada orang dewasa di
Indonesia dan membedakannya berdasarkan jenis kelamin. Hipertensi Titik Potong
B. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur Variabel Dependen
1. Hipertensi Hasil rata-rata dari 2 kali pengukuran tekanan darah dan jika terdapat perbedaan
≥10 mmHg antara hasil pengukuran tekanan darah sistolik maupun diastolik
yang pertama dengan
pengukuran yang kedua, maka dilakukan pengukuran ketiga sehingga status hipertensi ditentukan melalui rata-rata hasil 3 kali pengukuran
27 BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan desain studi
yang digunakan dalam penelitian Riskesdas tahun 2013, yaitu cross
sectional. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari penelitian
Riskesdas tahun 2013 terkait hipertensi sehingga didapatkan hasil berupa
nilai sensitivitas serta spesifisitas dari nilai titik potong RLPTB (Rasio
Lingkar Pinggang Tinggi Badan) sebagai prediktor dari kejadian hipertensi
pada orang dewasa di Indonesia.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 yang telah dilaksanakan
diseluruh Indonesia (33 provinsi) dan pengumpulan datanya dilakukan
pada tahun 2013. Sementara itu, analisis penelitian ini dilakukan pada
bulan April hingga Agustus tahun 2016 di FKIK Universitas Islam Negeri
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan dalam pengambilan data
Riskesdas tahun 2013, yaitu terdapat blok sensus (BS) yang tidak
terjangkau atau terjadi konflik di wilayah tersebut, rumah tangga yang
tidak dijumpai, anggota rumah tangga yang tidak bisa diwawancarai
karena tidak ada ditempat sampai waktu pengumpulan data selesai.
Oleh karena itu, pada Riskesdas 2013 populasi berasal dari 11.986
blok sensus (BS), 294.959 rumah tangga (RT) dan 1.027.763 anggota
rumah tangga (Kemenkes, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh total sampel dari Riskesdas tahun 2013 yang berusia ≥18 tahun yang berjumlah 651.554 responden.
2. Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini merupakan seluruh responden
Riskesdas tahun 2013 yang berusia ≥18 tahun yang diukur tekanan darahnya. Namun untuk keperluan analisis dalam penelitian ini, maka
terdapat beberapa kriteria inklusi dan ekslusi. Adapun kriteria inklusi
dan ekslusi pada sampel penelitian ini adalah:
a. Kriteria Inklusi
1) Responden yang diukur tekanan darah
2) Responden yang diukur tinggi badan
29
b. Kriteri Ekslusi
1) Responden yang sedang hamil
2) Data responden tidak lengkap (missing data)
Setelah melakukan proses cleaning data terjadi perubahan
jumlah data responden yang dianalisis. Hal ini dikarenakan adanya
data missing pada beberapa variabel serta penyesuaian dengan kriteria
inklusi dan ekslusi. Pada variabel pengukuran tekanan darah dilakukan
cleaning data dikarenakan terdapat responden yang tidak melakukan
pengukuran tekanan darah pertama maupun pengukuran tekanan darah
yang kedua serta terdapat data missing pada variabel pengukuran
tekanan darah. Setelah melakukan proses cleaning data pada variabel
pengukuran tekanan darah data yang dianalisis berjumlah 618.610
responden.
Selanjutnya terjadi proses cleaning data pada variabel tinggi
badan. Hal ini dikarenakan terdapat 4.447 orang tidak diukur tinggi
badannya. Oleh karena itu jumlah data yang dianalisis berkurang
kembali menjadi 614.163 responden. Proses cleaning juga terjadi pada
variabel lingkar pinggang dikarenakan terdapat 12.745 responden yang
tidak diukur lingkar pinggang dan terdapat missing data sebanyak
7.054 responden sehingga jumlah data yang dianalisis berkurang
Pada kriteria ekslusi, peneliti memasukan variabel status
kehamilan sebagai salah satu kriteria eksklusi. Hal ini dikarenakan
pada masa kehamilan terjadi perubahan ukuran lingkar pinggang
seseorang, maka dari itu variabel tersebut perlu untuk di keluarkan.
Pada awal proses filter data diketahui ada 7.429 WUS yang sedang
hamil. WUS yang sedang hamil termasuk kedalam kriteria ekslusi
penelitian, namun berdasarkan laporan Riskesdas 2013 diketahui
bahwa WUS yang sedang hamil tidak diukur lingkar pinggangnya,
sehingga variabel tersebut sudah diekslusi bersamaan dengan data
pengukuran lingkar pinggang. Setelah proses cleaning sudah selesai,
maka didapatkan jumlah responden yang akan dianalisis sebanyak
594.364 responden yang terdiri dari 287.569 laki-laki dan 306.795
perempuan. Adapun alur pengambilan sampel dapat dilihat pada bagan
31
Bagan 3. Alur Pengambilan Sampel
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Riskesdas tahun
2013. Data diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data dari Riskesdas 2013 telah
melalui uji coba instrumen yang dilakukan oleh peneliti Badan Litbangkes,
akademisi dan organisasi profesi serta proses validasi yang dilakukan oleh
tim dari Universitas Indonesia, Universitas Airlangga dan Universitas
Hasanuddin). Adapun instrumen yang digunakan adalah kuesioner rumah Total populasi responden
RISKESDAS 2013 usia ≥18 tahun
(651.544)
Ekslusi responden yang tidak diukur TD pertama (4.423) dan
TD kedua (28.521)
tangga (Kuesioner RKD13.RT) dan kuesioner individu (Kuesioner
RKD13.IND) (Kemenkes RI, 2013b).
Pengumpulan data untuk rumah tangga dilakukan dengan tekniik
wawancara menggunkan kuesioner RKD13.RT dan Pedoman Pengisian
Kuesioner. Pada pengumpulan data rumah tangga respondennya
merupakan Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga atau ART (anggota
rumah tangga) yang dapat memberikan informasi. Dalam kuesioner
RKD13.RT terdapat keterangan tentang apakah seluruh anggota rumah
tangga diwawancara langsung, didampingi, diwakili atau sama sekali tidak
diwawancara (Kemenkes RI, 2013).
Sementara itu, pengumpulan data individu pada berbagai kelompok
umur yang merupakan anggota rumah tangga menggunakan teknik
wawancara dengan instrumen berupa kuesioner RKD13.IND dan Pedoman
Pengisian Kuesioner. Pada pengumpulan data tinggi badan, lingkar
pinggang dan tekanan darah dilakukan dengan metode pengukuran
menggunakan alat – alat yang telah dikalibrasi dan enumerator yang melakukan pengukuran juga telah mendapatkan pelatihan sebelumnya.
Selain itu, para enumerator juga dibekali dengan buku pedoman
33
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesiner
yang digunakan pada saat penelitian Riskesdas tahun 2013 berlangsung,
yaitu kuesioner individu (RKD13.IND) dan kuesioner rumah tangga
(RKD13.RT). Pada kuesioner RKD13.IND dan RKD13.RT, data yang
dibutuhkan pada penelitian ini disesuaikan dengan variabel yang diteliti
serta kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan, yaitu:
1. Hipertensi
Data hipertensi diketahui melalui hasil pengukuran tekanan
darah responden Riskesdas 2013. Pengukuran tekanan darah
dilakukan sebanyak 2 kali oleh enumerator yang terlatih. Namun
apabila terdapat perbedaan tekanan darah sebesar >10 mmHg
antara pengukuran tekanan darah pertama dan pengukuran tekanan
darah kedua maka dilakukan pengukuran tekanan darah ketiga.
Kemudian peneliti menghitung nilai rata-rata dari pengukuran
tekanan darah dan kemudian diklasifikasikan berdasarkan kriteria
JNC VII (2003). Pada variabel pengukuran tekanan darah yang
ketiga, peneliti melakukan pengecekan data secara manual untuk
mengetahui apakah ada kesalahan input oleh enumerator.
Tekanan darah diukur menggunakan alat tensimeter digital
merek Omron tipe IA1 yang telah dikalibrasi sebelumnya dan
buku pedoman. Data tekanan darah terletak pada kuesioner
individu (RKD13.IND) Blok XII-B.
2. Lingkar Pinggang
Data lingkar pinggang diukur dengan satu alat medline
yang didisain untuk mengukur lingkar lengan dan lingkar perut.
Seluruh pengukuran antropometri dilakukan dengan menggunakan
pedoman pengukuran. Data lingkar pinggang tercatum pada
kuesioner individu (RKD13.IND) pada blok XI-K (Kemenkes RI,
2013). Data lingkar pinggang yang ada akan diubah menjadi
variabel baru bersama dengan data tinggi badan menjadi variabel
Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB).
3. Tinggi Badan
Variabel tinggi badan diukur dengan alat ukur tinggi badan
multifungsi dengan kapasitas ukur dua meter dan ketelitian 0,1 cm.
Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan
pedoman pengukuran. Data pengukuran tinggi badan tercantu,
pada kuesioner individu (RKD13.IND) pada blok IX-K (Kemenkes
RI, 2013). Data tinggi badan yang kemudian akan diubah menjadi
variabel baru dengan data lingkar badan menjadi variabel Rasio
35
4. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan
Data Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) ini
didapatkan melalui hasil perhitungan ukuran lingkar pinggang
dibagi dengan ukuran tinggi badan. Data pengukuran lingkar
pinggang dan tinggi badan didapatkan melalui hasil penelitian
Riskesdas 2013.
5. Jenis Kelamin
Variabel jenis kelamin diketahui melalui metode observasi
yang dilakukan oleh enumerator terhadap responden penelitian
pada saat di lapangan. Adapun data variabel jenis kelamin
tercantum pada kuesioner RKD.13.RT Blok IV tentang anggota
rumah tangga.
6. Usia
Variabel usia diketahui melalui wawancara kepada
responden. Data usia tercantum pada kuesioner RKD.13.RT Blok
IV tentang anggota rumah tangga. Responden yang dianalisis pada
penelitian ini berusia ≥18 tahun. Hal ini dikarenakan berdasarkan kategori tekanan darah menurut JNC VII (2003) sesuai untuk
digunakan pada orang yang berusia ≥18 tahun. Usia minimal responden dalam penelitian ini adalah 18 tahun dan maksimal usia
7. Status Kehamilan
Data status kehamilan diketahui melalui metode wawancara
kepada responden. Data status kehamilan tercantum dalam
kuesioner RKD.13.IND.
Tabel 4 1Data Kuesioner yang Digunakan Pada Penelitian
No. Variabel Sumber Data Kode Variabel
1. Hipertensi Kuesioner RKD13.IND K05a - K07c
2. Lingkar Pinggang Kuesioner RKD13.IND K02
3. Tinggi Badan Kuesioner RKD13.IND K04
4. Jenis Kelamin Kuesioner RKD13.RT B4K4
5. Usia Kuesioner RKD13.RT B4K7THN
6. Hamil Kuesioner RKD13.RT B4K11
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data yang
digunakan pada kuesioner Riskesdas tahun 2013 ini disesuaikan
dengan kerangka konsep dalam penelitian ini.
F. Manajemen Pengumpulan Data
Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahap manajemen data, yaitu:
1. Filter Data
Pada tahap ini peneliti memeriksa kembali kesesuaian dari
variabel yang peneliti butuhkan dengan variabel yang tertera dalam
37
2. Cleaning Data
Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan terhadap
variabel serta data yang tidak lengkap (missing data). Kemudian
data yang tidak lengkap serta data dari variabel yang akan dieklusi
akan dihapus pada tahap ini.
3. Recoding Data
Pada tahap ini peneliti membuat kode baru serta melakukan
pengkodean ulang terhadap variabel yang akan diteliti seperti
variabel lingkar pinggang dan tinggi badan yang akan diubah
menjadi variabel RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan).
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat bagaimana
karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tinggi
badan, lingkar pinggang, RLPTB serta hasil pengukuran tekanan
darah respoden.
2. Analisis Uji Diagnostik
Analisis uji diagnostik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji tabel 2x2. Uji tabel 2x2 dilakukan untuk mendapatkan
RLPTB. Hasil tersebut bertujuan untuk mengetahui nilai titik
potong RLPTB yang memiliki nilai sensitivitas serta spesifisitas
paling baik sebagai prediktor dari kejadian hipertensi pada
penduduk dewasa di Indonesia tahun 2013. Setelah nilai RLPTB
diketahui, maka hasil ukur tersebut dikategorikan ke dalam kode 1
dan 2, dimana kode 1 merupakan kategori untuk responden yang
memiliki nilai RLPTB ≥ nilai titik potong yang diuji (titik potong 0,47; 0,50 dan 0,51) dan kode 2 untuk responden yang memiliki
nilai RLPTB < nilai titik potong yang diuji (titik potong 0,47; 0,50
dan 0,51).
Adapun nilai sensitivitas dan spesifisitas didapatkan
melalui hasil perhitungan dari rumus berikut ini:
Tabel 4 2 Uji Diagnosis Tabel 2x2
Baku Emas
Positif Negatif
Indeks
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
a+c b+d
1) Rumus Sensitivitas = a:(a+c)
39 BAB V
HASIL
A. Karakteristik Responden Penelitian
Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 5.1 Karakteristik Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan jenis Kelamin Tahun 2013
Jenis
Kelamin Jumlah
Median
Usia TB LP RLPTB TDS TDD
Laki-laki 287.569 41 162,40 77,00 0,47 123,50 80,00 Perempuan 306.795 40 151,60 78,10 0,51 121,50 81,33
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, diketahui bahwa nilai median usia
responden laki-laki adalah 41 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa 50%
responden laki-laki berusia dibawah 41 tahun dan 50% lainnya berusia
diatas 41 tahun. Selain itu, 50% responden laki-laki memiliki nilai RLPTB
dibawah 0,47 dan 50% responden laki-laki memiliki nilai RLPTB diatas
0,47. Sementara itu, nilai median usia responden perempuan adalah 40
tahun, hal ini menunjukkan bahwa 50% responden perempuan berusia
dibawah 40 tahun dan 50% lainnya berusia diatas 40 tahun. Selain itu,
50% responden perempuan memiliki nilai RLPTB dibawah 0,51 dan 50%
Selain itu, karakteristik responden berdasarkan kelompok usia
dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:
Tabel 5.2 Karakteristik Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan Kelompok Usia tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa pada responden laki-laki
maupun perempuan yang berusia ≥78 tahun memiliki rata-rata tekanan darah sistolik (TDS) tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia
lainnya, baik pada responden laki-laki maupun responden perempuan.
Selain itu, responden laki-laki usia 18-27 tahun memiliki niai median
RLPTB terendah yaitu 0,44 dan responden perempuan usia 38-57 tahun
memiliki nilai median RLPTB tertinggi yaitu 0,53.
Adapun status hipertensi pada responden dapat dilihat pada tabel
41
Tabel 5.3 Status Hipertensi Pada Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki 70.482 (24,51%) 217.087 (75,49%) 287.569 (100%)
Perempuan 94.141 (30,69%) 212.654 (69,31%) 306.795 (100%)
Berdasarkan tabel 5.3 diatas, diketahui bahwa jumlah responden
laki-laki yang mengalami hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 adalah
24,51% dan responden perempuan yang mengalami hipertensi sebanyak
30,69%.
B. Nilai Sensitivitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB Pada Laki – laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013
Nilai sensitivitas dari titik potong 0,47 dan 0,50 RLPTB pada
laki-laki dewasa di Indonesia dapat diketahui melalui hasil analisis dari uji
diagnostik tabel 2x2. Adapun hasil uji tabel 2x2 dari titik potong 0,47
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5 4 Tabel 2x2 Titik Potong 0,47 RLPTB Dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa titik potong 0,47 dari
RLPTB memiliki nilai sensitivitas 65,02% Nilai tersebut menunjukkan
bahwa titik potong 0,47 RLPTB dapat menyaring 65,02% responden
laki-laki yang positif hipertensi dari total responden laki-laki-laki-laki yang benar-benar
mengalami hipertensi. Sementara itu, hasil uji tabel 2x2 untuk titik potong
0,50 RLPTB dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.5Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013
Status Hipertensi
Sensitivitas = (33.053/ 70.482) x 100% = 46,89%
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai senstivitas dari titik
potong 0,50 RLPTB pada responden laki-laki adalah 46,89%. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa titik potong 0,50 RLPTB dapat menyaring
46,89% responden laki-laki yang positif hipertensi dari total responden
perempuan yang benar-benar tidak mengalami hipertensi.
C. Nilai Spesifisitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB Pada Laki-laki
Dewasa di Indonesia Tahun 2013
Nilai spesifisitas dari titik potong 0,47 dan 0,50 RLPTB pada
43
uji diagnostik tabel 2x2. Adapun hasil uji tabel 2x2 dari titik potong 0,47
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.6 Tabel 2x2 Titik Potong 0,47 RLPTB Dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013
Spesifisitas : (113.445/217.087) x 100% = 61,47%
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai spesifisitas titik
potong 0,47 RLPTB pada responden laki-laki dewasa adalah 61,47%.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa titik potong 0,47 RLPTB dapat
menyaring 61,47% responden yang negatif hipertensi dari total responden
yang bena-benar tidak mengalami hipertensi.
Tabel 5.7 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013
Status Hipertensi Total
Spesifisitas : (155.190/ 217.087) x 100% = 71,48%
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai spesifisitas titik
potong 0,50 RLPTB pada repsonden laki – laki dewasa di Indonesia adalah 71,48%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai titik potong 0,50 dari
RLPTB mampu menyaring sebanyak 71,48% responden negatif hipertensi