• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan Sebagai Prediktor Kejadian Hipertensi pada Orang Dewasa di Indonesia (Analisis Riskesdas 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan Sebagai Prediktor Kejadian Hipertensi pada Orang Dewasa di Indonesia (Analisis Riskesdas 2013)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

i

i

NILAI SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS TITIK POTONG

RASIO LINGKAR PINGGANG TINGGI BADAN SEBAGAI

PREDIKTOR KEJADIAN HIPERTENSI PADA ORANG

DEWASA DI INDONESIA

(Analisis Riskesdas 2013)

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

Renita Pertiwi

1111101000087

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI

Skripsi, 6 Oktober 2016

Renita Pertiwi, NIM: 1111101000087

Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan Sebagai Prediktor Kejadian Hipertensi pada Orang Dewasa di Indonesia (Analisis Riskesdas 2013)

(xvii + 76 halaman, 16 Tabel, 3 Bagan, 4 Lampiran)

Abstrak

Latar Belakang: Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah secara terus – menerus yang ditandai dengan TDS ≥140 mmHg dan atau TDD ≥90 mmHg. Meningkatnya prevalensi hipertensi perlu ditangani dengan melakukan pencegahan melalui pemantauan terhadap status obesitas sentral sebagai salah satu faktor risikonya. Status obesitas sentral dapat diketahui melalui pengukuran RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan) yang merupakan alat skrining terbaik untuk menilai kejadian hipertensi dibandingkan dengan IMT dan LP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas titik potong RLPTB sebagai prediktor dari kejadian hipertensi pada orang dewasa di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2013. Metode: penelitian ini merupakan analisis lanjut dari Riskesdas 2013 sehingga desain studi yang digunakan sama dengan Riskesdas, yaitu cross sectional. Adapun sampel dalam penelitian ini berjumlah 594.364 responden yang terdiri dari 287.569 laki-laki dan 306.795 perempuan yang berusia ≥18 tahun. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji diagnostik tabel 2x2 untuk menghitung nilai sensitivitas dan spesifisitas dari titik potong RLPTB 0,47 dan 0,50 pada laki-laki serta titik potong RLPTB 0,50 dan 0,51 pada perempuan. Hasil: Titik potong 0,47 RLPTB memiliki nilai sensitivitas 65,02% dan nilai spesifisitas 61,47% dan titik potong 0,50 RLPTB memiliki nilai sensitivitas 46,89% dan spesifisitas 71,48% pada laki-laki. Sementara itu, titik potong 0,50 RLPTB memiliki nilai sensitivitas 70,76% dan spesifisitas 47,23% dan titik potong 0,51 RLPTB memiliki nilai sensitivitas 66,12% dan spesifisitas 53,59% pada perempuan. Kesimpulan: pengukuran tekanan darah perlu dilakukan sebagai upaya diagnosis dini terhadap kejadian hipertensi apabila laki-laki memiliki nilai RLPTB ≥0,47 dan ≥0,50 bagi perempuan di Indonesia.

Kata Kunci: hipertensi, obesitas sentral, RLPTB

(3)

ii

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM NUTRITION CONCENTRATION Undergraduate Thesis, 6th October 2016

Renita Pertiwi, SID: 1111101000087

Sensitivity and specificity of Waist to Height Ratio (WHtR) Cut-Offs as a Predictor of hypertension in Indonesian adults (Riskesdas Analysis 2013)

(xvii + 76 pages, 16 tables, 3 charts, 4 attachment)

Abstract

Background: Hypertension is a condition of increasing blood pressure continuously that is marked by SBP ≥140 mmHg and/ DBP ≥90 mmHg. The increasing of hypertension prevalence needs to be dealt with the prevention throught monitoring toward to central obesity status as one of the risk factor. Central obesity status can be determined by the measuring of WHtR which is the best screening tool to assess the incidence of hypertension is compared with BMI and WC. This research aims to determine the sensitivity and specificity of cut-off point WHtR aspredictor of hypertension on Indonesian adults that is based on Riskesdas data in 2013. Mhetod: This study is an advanced Riskesdas 2013 data analysis, so that the study design is the same as Riskesdas, cross sectional. The sample of this study amounted to 594.364 individuals consist of 287.569 men and 306.795 women aged ≥18 years. Data analysis in this study using diagnostic test on table 2x2 to calculating the sensitivity and specificity of 0,47 and 0,50 WHtR cut-off point in males also 0,50 and 0,51 WHtR cut-off point in females. Results: The results of this study showed that 0,47 cut-off point has contained 65,02% sensitivity and 61,47% specificity values and 0,50 cut-off point has contained 46,89% sensitivity and 71,48% specificity values of male respondents. Meanwhile, 0,50 cut-off point has 66,12% sensitivity and 53,59% specificity on female respondents. Conclusion: Blood pressure measurement need to be done as early diagnosis of hypertension when efforts have WHtR cut off ≥0,47 for men and ≥0,50 for women in Indonesia.

Keyword: hypertension, central obesity, WHtR

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Agustus 2016

(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

NILAI SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS TITIK POTONG RASIO LINGKAR PINGGANG TINGGI BADAN SEBAGAI PREDIKTOR KEJADIAN HIPERTENSI PADA ORANG DEWASA DI INDONESIA

(Analisis Riskesdas 2013)

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 5 Oktober 2016

Oleh:

Renita Pertiwi

NIM: 1111101000087

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Febrianti, M.Si Catur Rosidati, SKM, MKM

NIP. 197102212005012004 NIP. 197502102008012018

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(6)

PANITIA SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

RENITA PERTIWI NIM: 1111101000087

Jakarta, 5 Oktober 2016

Penguji I

Ratri Ciptaningtyas, MHS NIP. 19840404 200912 2 007

Penguji II

Hoirun Nisa, M.kes, Ph.D NIP. 19790427 200501 2 005

Penguji III

(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Renita Pertiwi

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 07 Januari 1994

Alamat : Jalan Joglo Baru RT 05/ RW 06 Kel. Joglo Kec.

Kembangan Jakarta Barat 11640

No. Telepon : 087889117904

Email : pertiwirenita@gmail.com

Riwayat Pendidikan

2011 – 2016 : Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta

2008 – 2011 : SMA Negeri 1 Sungai Pua 2005 – 2008 : SMP Negeri 48 Jakarta

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih serta Maha

Penyayang atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rosul tercinta yang

telah menjadi suri tauladan bagi umatnya. Dengan bekal pengetahuan, pengarahan

serta bimbingan yang diperoleh selama perkuliahan, penulis dapat menyusun

skripsi yang berjudul “Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan Sebagai Prediktor Kejadian Hipertensi

Pada Orang Dewasa di Indonesia (Analisis Riskesdas 2013)”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat.

2. Ibu Ir. Febrianti, Msi; Ibu Catur Rosidati, MKM; Ibu Ratri Ciptaningtyas

MHS; Ibu Hoirun Nisa, P.Hd dan ibu Rika Rachmalina, M.Gizi selaku

dosen pembimbing skripsi serta penguji, atas konsultasi, arahan dan

bimbingannya selama proses pembuatan skripsi ini.

3. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian

Kesehatan RI atas izin penggunaan data Riskesdas 2013.

(9)

viii

5. Kepada seluruh teman dan sahabat, Cindy, Isti, Atul, Rachma dan Siti,

teman-teman Panci 2011, Harum, Yarra, Dwi Rahmawati, Dwi

Ramadhani, Kiyah, Bintan, Nacil, Aqma, Puput, Lidya, Indah, Donna,

Wulan, Tanza, Umami, Umi, Hatan, Ryan, Kahfi, Muslim, serta seluruh

teman-teman Kesmas Angkatan 2011 yang telah memberikan semangat

dan kontribusinya dalam membantu penulis selama pembuatan skripsi ini.

Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar di masa mendatang penulis dapat menyusun laporan

yang lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi

banyak pihak, khususnya bagi penulis serta pembacanya.

Jakarta, Oktober 2016

(10)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Abstract ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

PANITIA SIDANG SKRIPSI ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR ISTILAH ... xvi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 8

2. Bagi Peneliti Lain ... 8

3. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ... 8

(11)

x

BAB II ... 10

TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Hipertensi... 10

1. Pengertian Hipertensi ... 10

2. Klasifikasi Tekanan Darah ... 10

3. Etiologi Hipertensi ... 11

4. Gambaran Klinis Hipertensi ... 11

5. Dampak Hipertensi ... 12

B. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Hipertensi ... 11

1. Pengertian Obesitas ... 11

2. Patofisiologi Obesitas Terkait Hipertensi ... 11

C. Indeks Antropometri ... 13

1. Indeks Massa Tubuh ... 13

2. Lingkar Pinggang ... 15

3. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan ... 16

D. Sensitivitas dan Spesifisitas ... 19

E. Kerangka Teori ... 21

BAB III ... 25

KERANGKA KONSEP ... 25

A. Kerangka Konsep ... 25

B. Definisi Operasional ... 26

BAB IV ... 27

METODE PENELITIAN ... 27

A. Desain Penelitian ... 27

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 28

(12)

2. Sampel Penelitian ... 28

D. Metode Pengumpulan Data ... 31

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 33

F. Manajemen Pengumpulan Data ... 36

1. Filter Data ... 36

2. Cleaning Data ... 37

3. Recoding Data ... 37

G. Analisis Data... 37

1. Analisis Univariat ... 37

2. Analisis Uji Diagnostik ... 37

BAB V ... 39

HASIL ... 39

A. Karakteristik Responden Penelitian ... 39

B. Nilai Sensitivitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB Pada Laki – laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 41

C. Nilai Spesifisitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 42

D. Nilai Sensitivitas Titik Potong 0,50 dan 0,51 RLPTB Pada Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 44

E. Nilai Spesifisitas Titik Potong 0,50 dan 0,51 RLPTB Pada Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 45

BAB VI ... 47

PEMBAHASAN ... 47

A. Keterbatasan Penelitian ... 47

B. Karakteristik Responden Penelitian ... 48

(13)

xii

D. Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong 0,50 dan 0,51 RLPTB Pada

Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 53

BAB VII ... 57

PENUTUP ... 57

A. Simpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 64

LAMPIRAN 1 ... 65

LAMPIRAN 2 ... 66

LAMPIRAN 3 ... 68

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah dan Hipertensi Menurut JNC VII ... 11

Tabel 2.2 Efek Patologis Berkelanjutan dari Komplikasi Hipertensi Primer ... 12

Tabel 2.3 Tabel 2x2 Uji Diagnostik ... 20

Tabel 4 1 Data Kuesioner yang Digunakan Pada Penelitian... 36

Tabel 4 2 Uji Diagnosis Tabel 2x2 ... 38

Tabel 5.1 Karakteristik Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan jenis Kelamin Tahun 2013 ... 39

Tabel 5.2 Karakteristik Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan Kelompok Usia tahun 2013 ... 40

Tabel 5.3 Status Hipertensi Pada Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

Tabel 5 4 Tabel 2x2 Titik Potong 0,47 RLPTB Dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 41

Tabel 5.5 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 42

Tabel 5.6 Tabel 2x2 Titik Potong 0,47 RLPTB Dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 43

Tabel 5.7 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 43

(15)

xiv

Tabel 5.9 Tabel 2x2 Titik Potong 0,51 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada

Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 45

Tabel 5.10 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada

Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ... 45

Tabel 5.11 Tabel 2x2 Titik Potong 0,51 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada

(16)

DAFTAR BAGAN

(17)

xvi

DAFTAR ISTILAH

ART : Anggota Rumah Tangga

AUC : Area Under Curve

IDF : International Diabetes Federation

IMT : Indeks Massa Tubuh

JNC : Joint National Committe

LP : Lingkar Pinggang

RLPTB : Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan

ROC : Receiver Operating Characteristic

TB : Tinggi Badan

TDD : Tekanan Darah Sistolik

TDS : Tekanan Darah Diastolik

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah yang mengalami

peningkatan secara terus – menerus. Hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (WHO, 2013). Hipertensi juga sering disebut sebagai Sillent Killer

karena tidak menimbulkan gejala yang spesifik (Kemenkes, 2014).

Pada tahun 1980 penderita hipertensi berjumlah 600 juta orang dan

meningkat menjadi 1 miliar orang pada tahun 2008 dan 40% diantaranya

merupakan orang dewasa berusia 25 tahun keatas (WHO, 2013).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, diketahui bahwa prevalensi

hipertensi di Indonesia sebesar 25,8% (Kemenkes, 2013b). Apabila jumlah

penduduk di Indonesia saat ini berjumlah 252.124.458 jiwa, maka terdapat

65.048.110 jiwa diantaranya mengalami hipertensi di Indonesia

(Kemenkes, 2014).

Saat pengobatan yang dilakukan terhadap hipertensi tidak

memadai, hipertensi dapat menyebabkan serangan jantung, pembengkakan

jantung, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, pecahnya pembuluh

darah dan kerusakan kognitif (WHO, 2013; Kemenkes, 2014). Secara

(19)

2

9,4 juta merupakan akibat dari komplikasi hipertensi setiap tahunnya

(WHO, 2013).

Terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko

seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok, ras, obesitas,

konsumsi alkohol berlebih, tingginya asupan natrium, rendahnya asupan

kalium, kalsium dan magnesium, serta intoleransi glukosa penyakit ginjal

dan obat – obatan (Huether dan McCance, 2012). Sebagai salah satu faktor risiko hipertensi, obesitas perlu diwaspadai. Hal ini dikarenakan tambahan

beberapa kilogram berat badan akan membuat jantung bekerja lebih keras

dan kelebihan lemak di atas pinggul (lemak viseral) lebih berisiko

terhadap kejadian hipertensi (Casey dan Benson, 2006; Pausova, 2014).

Risiko dari peningkatan jumlah lemak viseral dalam tubuh

mengakibatkan terjadinya obesitas sentral. Berdasarkan laporan Riskesdas

tahun 2013, diketahui terjadi peningkatan proporsi obesitas sentral pada

penduduk berusia ≥15 tahun, dari 18,8% pada tahun 2007 menjadi 26,6%

pada tahun 2013 (Kemenkes, 2013b). Hasil penelitian Sulastri, dkk (2012)

terkait hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada

penduduk etnis minangkabau menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara obesitas (p<0,05; OR = 1,82) dan obesitas sentral (p<0,05; OR =

2,72) dengan kejadian hipertensi.

Status obesitas dapat diketahui melalui pengukuran IMT (Indeks

Massa Tubuh) dan untuk obesitas sentral dapat diketahui melalui

(20)

Tinggi Badan). Selain untuk mengukur status obesitas dan obesitas sentral,

IMT, LP dan RLPTB juga dapat digunakan sebagai alat skrining dari

hipertensi. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) merupakan

nilai dari ukuran Lingkar Pinggang dibagi dengan tinggi badan (Meilani,

2012). Titik potong 0,5 dari RLPTB dianggap sebagai alat skrining

hipertensi yang paling baik melalui hasil analisis ROC (Receiver

Operating Characteristic) dibandingkan dengan IMT (AUC (Area Under

Curve) 0,68 untuk perempuan dan 0,73 untuk laki-laki) (Lee dkk, 2008)

dan LP (AUC = 0,704 untuk laki-laki dan perempuan) (Browning dkk,

2010).

RLPTB memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan IMT

dan LP. Dibandingkan IMT, RLPTB dianggap lebih sensitif sebagai

peringatan awal dari risiko penyakit seperti obesitas dan sindrom

metabolik karena secara signifikan berhubungan secara langsung dengan

obesitas sentral serta dapat memprediksi morbiditas dan mortalitas yang

lebih baik dibandingkan dengan IMT pada studi longitudinal. Selain itu,

RLPTB dianggap lebih sensitif dari LP pada populasi yang memiliki tinggi

berbeda – beda karena terdapat hubungan negatif yang nyata antara tinggi badan dengan faktor risiko metabolik (Ashwell dan Hsieh, 2005; Ashwell

dan Gibson, 2009; Browning dkk, 2010; Ashwell dkk, 2012).

Selain itu, RLPTB juga dianggap lebih murah daripada IMT karena

harga alat yang digunakan untuk mengukur RLPTB lebih murah

(21)

4

tinggi serta lingkar pinggang dapat dilakukan sendiri dan hasil ukurnya

mudah untuk dihitung sehingga lebih mudah untuk digunakan

dibandingkan dengan IMT. Titik potong 0,5 dari RLPTB dapat digunakan

oleh anak – anak (>5 tahun) hingga orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan dari berbagai etnis (Ashwell dan Hsieh, 2005; Ashwell dan

Gibson, 2009; Browning dkk, 2010; Ashwell dkk, 2012). Penelitian terkait

RLPTB juga telah dilakukan di berbagai negara seperti Bangladesh

(Sayeed dkk, 2003), Turki (Meseri dkk, 2013), Korea (Park dkk, 2009),

Jepang (Hsieh dkk, 2003), Inggris (Ashwell dan Gibson, 2009) dengan

hasil penelitian yang menyatakan RLPTB sebagai alat skrining terbaik

untuk memprediksi kejadian hipertensi dibandingkan dengan IMT dengan

titik potong optimal yang berkisar antara 0,50 - 0,55.

Ashwell dkk (2012) menetapkan titik potong 0,5 dari RLPTB

sebagai prediktor dari kejadian hipertensi yang paling baik dan dapat

digunakan baik pada laki-laki maupun perempuan. Namun berdasarkan

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di Indonesia oleh Meilani

(2012) terkait pendekatan indeks antropometri sebagai alat skrining

hipertensi pada orang dewasa di daerah urban menghasilkan nilai titik

potong optimal RLPTB yang berbeda, titik potong optimal untuk

perempuan adalah 0,51 (sensitivitas 61,82%; spesifisitas 60,98%) dan 0,47

untuk laki-laki (sensitivitas 62,10%; spesifisitas 56,99%). Selain itu,

penelitian terkait RLPTB lainnya di Indonesia juga telah dilakukan oleh

(22)

potong yang hampir sama yaitu 0,4705 untuk laki-laki (sensitivitas 68,0%;

spesifisitas 52,8%) dan 0,5063 untuk perempuan (sensitivitas 72,6%;

spesifisitas 50,0%).

Meskipun sudah ada penelitian sebelumnya terkait penggunaan

RLPTB di Indonesia, namun RLPTB masih belum diterapkan di

Indonesia. Berdasarkan rekomendasi titik potong optimal yang telah

direkomendasikan oleh Ashwell (2012), Meilani (2012) dan Yulestari

(2015) maka perlu dilakukan penelitian kembali untuk megetahui

bagaimana sensitvitas dan spesifisitas dari beberapa nilai titik potong dari

RLPTB sebagai prediktor kejadian hipertensi pada orang dewasa di

Indonesia dengan menggunakan data terbaru, yaitu data Riskesdas tahun

2013. Adapun titik potong yang akan diuji adalah titik potong 0,47 dan

0,50 untuk laki-laki serta titik potong 0,50 dan 0,51 untuk perempuan.

Penelitian ini menggunakan uji diagnostik yang menghasilkan nilai

sensitivitas serta spesifisitas yang bertujuan untuk keperluan skrining, hal

ini dikarenakan uji sensitivitas dan spesifisitas dianggap stabil dan tidak

berubah pada prevalensi subyek sehat dan sakit (Sastroasmoro dan Ismael,

2014). Data Riskesdas tahun 2013 digunakan karena pada penelitian

tersebut didapatkan berbagai macam variabel yang dibutuhkan dalam

penelitian ini serta data tersebut dapat mewakili populasi yang ada di

(23)

6

B. Rumusan Masalah

Meningkatnya prevalensi hipertensi di Indonesia maupun di dunia

perlu ditangani dengan melakukan pencegahan melalui pemantauan

terhadap status obesitas sentral sebagai salah satu faktor risikonya. Status

obesitas sentral dapat diketahui melalui pengukuran RLPTB (Rasio

Lingkar Pinggang Tinggi Badan) yang merupakan alat prediktor terbaik

untuk menilai kejadian hipertensi dibandingkan dengan IMT dan LP.

Namun penggunaan RLPTB masih belum diterapkan di Indonesia. Oleh

karena itu, perlu dilakukan penelitian kembali terkait sensitivitas dan

spesifisitas dari titik potong 0,47; 0,50 dan 0,51 RLPTB sebagai prediktor

dari kejadian hipertensi pada kelompok orang dewasa di Indonesia dengan

menggunakan data Riskesdas tahun 2013.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dirumuskan beberapa

pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana karakteristik responden dalam penelitian?

2. Bagaimana nilai sensitivitas titik potong 0,47 dan 0,5 RLPTB sebagai

prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia?

3. Bagaimana nilai spesifisitas titik potong 0,47 dan 0,5 RLPTB sebagai

prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia?

4. Bagaimana nilai sensitivitas titik potong 0,5 dan 0,51 RLPTB sebagai

(24)

5. Bagaimana nilai spesifisitas titik potong 0,5 dan 0,51 RLPTB sebagai

prediktor kejadian hipertensi pada perempuan dewasa di Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sensitivitas

dan spesifisitas titik potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan

(RLPTB) sebagai prediktor kejadian hipertensi pada orang dewasa

di Indonesia.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden dalam penelitian.

b. Untuk mengetahui nilai sensitivitas dari titik potong 0,47 dan

0,5 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa

di Indonesia.

c. Untuk mengetahui nilai spesifisitas dari titik potong 0,47 dan

0,5 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa

di Indonesia.

d. Untuk mengetahui nilai sensitivitas dari titik potong 0,5 dan

0,51 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada perempuan

dewasa di Indonesia.

e. Untuk mengetahui nilai spesifisitas dari titik potong 0,5 dan

0,51 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada perempuan

(25)

8

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Sebagai bahan tambahan informasi bagi civitas akademik

UIN Syarif Hidayatullah, khususnya yang berasal dari program

studi kesehatan masyarakat.

2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

rujukan serta tambahan pengetahuan bagi peneliti lain yang tertarik

dengan metode pengukuran antropometri, terutama Rasio Lingkar

Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) sebagai prediktor dari kejadian

hipertensi.

3. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan bagi Kemenkes RI terkait penggunaan Rasio Lingkar

Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) sebagai alternatif alat skrining

dalam penentuan status obesitas dan sebagai prediktor dari

(26)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang berjudul “Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan Sebagai Prediktor Kejadian

Hipertensi Pada Orang Dewasa di Indonesia” ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional, yang dilaksanakan pada

bulan April – Agustus 2016 di FKIK Universitas Islam Negeri Jakarta. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas tahun 2013 dengan sampel

berusia ≥18 tahun. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji diagnostik tabel 2x2 untuk mengetahui nilai sensitivitas dan

spesifisitas dari titik potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan

(RLPTB) sebagai prediktor dari kejadian hipertensi pada orang dewasa di

(27)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah yang meningkat

secara terus – menerus (WHO, 2011). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat atau tenang (Kemenkes, 2014).

2. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi tekanan darah yang digunakan untuk menjadi acuan

di Indonesia merupakan klasifikasi hipertensi menurut hasil JNC VII

(Joint National Committe on the prevention, detection, evaluation and

treatment of high blood presure) pada tahun 2003. Berikut merupakan

(28)

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah dan Hipertensi Menurut JNC VII

Hipertensi tahap2 160 atau >160 100 atau >100 Sumber : Chobanian, dkk (2003)

3. Etiologi Hipertensi

Hipertensi dibagi dalam dua jenis, yaitu hipertensi primer atau

hipertensi essensial dan hipertensi sekunder atau hipertensi bawaan.

Umumnya hipertensi yang banyak terjadi adalah hipertensi primer

yang 90% penyebabnya tidak diketahui dengan jelas (Lilly, 2011).

Sementara itu, hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh proses

terjadinya suatu penyakit atau pengobatan yang meningkatkan tekanan

pembuluh perifer atau volume darah seperti penyakit ginjal, penyakit

parenchymal, pheochromocytoma dan obat – obatan (Huether dan McCance, 2012).

4. Gambaran Klinis Hipertensi

Pada dasarnya hipertensi tidak menunjukan gejala secara

spesifik dan terkadang tidak bergejala (asimptomatik) sehingga disebut

sebagai sillent killer. Gejala hipertensi yang terjadi pada tiap individu

(29)

12

(Kemenkes, 2014). Gejala pada penderita hipertensi biasanya muncul

ketika telah terjadi kerusakan pada organ target. Pada fase hipertensi

yang berbahaya bisa ditandai oleh nyeri kepala dan hilangnya

penglihatan (pipiledema) (Davey, 2006).

5. Dampak Hipertensi

Terjadinya kerusakan pada organ target merupakan risiko

jangka panjang dari penyakit hipertensi. Kerusakan yang terjadi pada

organ target menimbulkan beberapa penyakit, yaitu penyakit

serebrovaskular (stroke trombotik dan hemoragik), penyakit vaskular

(penyakit jantung koroner), hipertrofi ventrikel kiri (LVH) dan gagal

ginjal (Davey, 2006). Menurut Huether dan McCance (2012) terdapat

beberapa efek patologis yang mendukung komplikasi dari hipertensi

primer sebagaimana yang tercantum dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Efek Patologis Berkelanjutan dari Komplikasi Hipertensi Primer

Lokasi Cedera Mekanisme Cedera Kemungkinan efek patologis yang terjadi

Miokardium Jantung

Peningkatan beban kerja

dikombinasikan dengan

berkurangnya aliran darah yang melalui arteri koroner

Hipertropi ventrikel kiri, iskemik miokardium, gagal jantung

Arteri koroner Mempercepat aterosklerosis Iskemik miokardium, infark miokardium, kematian mendadak Ginjal Mengurangi aliran darah,

meningkatkan tekanan arteriol, menstimulasi RAAS dan SNS serta peradangan

(30)

Lokasi Cedera Mekanisme Cedera Kemungkinan efek patologis yang terjadi

Otak Mengurangi aliran darah dan suplai oksigen; melemahkan dinding pembuluh darah, meningkatkan aterosklerosis

Serangan iskemik sementara,

cerecral trombosis, aneurisma,

hemorraghe, infarksi otak akut

Mata (retina) Retinal vascular sclerosis, meningkatkan tekanan arteri di retina

Hipertensi retinopati, retinal exudates dan hemorraghe

Aorta Melemahkan dinding

pembuluh darah

Dissecting aneurysm

Sumber: Huether dan McCance, 2012

B. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Hipertensi

1. Pengertian Obesitas

Obesitas merupakan suatu gangguan yang disebabkan oleh

peningkatan lemak tubuh secara berlebihan dan dapat mengganggu

kesehatan (Soegih, 2009). Obesitas terjadi apabila ukuran dan jumlah

sel lemak dalam tubuh seseorang bertambah (Santoso dkk, 2012).

2. Patofisiologi Obesitas Terkait Hipertensi

Peningkatan risiko hipertensi terkait obesitas meningkat tidak

hanya didasari oleh jumlah lemak yang tedapat di dalam tubuh, tetapi

juga berkaitan dengan distribusi lemak di dalam tubuh yang lebih

banyak menyimpan lemak viseral dibandingkan dengan lemak

subkutan, hal inilah yang menjadi risiko terbesar pada terjadinya

hipertensi. Terjadinya obesitas sentral terkait hipertensi dipengaruhi

(31)

12

pusat, aktivasi sistem renin-aldosterone dan induksi dari inflamasi

tingkat rendah serta stress oksidatif (Pausova, 2014).

Mekanisme terjadinya obesitas yang menyebabkan hipertensi

masih belum diketahui secara pasti, namun aktivasi dari sistem saraf

simpatik memiliki peran penting dalam patogenesis hipertensi terkait

obesitas. Mekanisme kontrol tekanan arteri dari diuresis dan

natriuresis, berdasarkan prinsip umpan balik, bergeser ke tingkat

tekanan darah yang lebih tinggi pada orang yang obesitas. Selama fase

awal obesitas, timbul retensi natrium primer sebagai akibat dari

peningkatan reabsorpsi tubular ginjal. Kemudian adanya peningkatan

Free Fatty Acid (FFA), insulin, leptin, aldosteron, aktivitas sistem

renin angoitensin (RAS) akan menstimulasi peningkatan sistem saraf

simpatik yang menyebabkan retensi cairan dan natrium yang kemudian

akan menyebabkan hipertensi (Lilyasari dkk, 2007; Kotsis dkk, 2010;

Pausova, 2014).

(32)

Hubungan antara obesitas dengan aktivasi

renin-angiotesi-aldosterone system (RAAS) merupakan mekanisme tambahan dari kaitan

antara obesitas dengan peningkatan tekanan darah. RAAS merupakan

sistem kunci untuk regulasi tekanan darah yang komponennya (seperti

Angiotensin atau AGT) diproduksi pada jaringan adiposa yang diproduksi

di hati, paru-paru dan ginjal). Produksi RAAS pada jaringan adiposa ikut

berkontribusi dalam tingginya tingkat sirkulasi dari komponen RAAS

yang terlihat pada orang yang obesitas dibandingkan dengan orang yang

kurus dan dapat berkontribusi dalam peningkatan tekanan darah pada

obesitas. Beberapa komponen dari jaringan adiposa RAAS, seperti AGT

dan AT1R menunjukan tingginya jumlah lemak viseral dibandingkan

dengan lemak subkutan pada manusia (Pausova, 2012).

C. Indeks Antropometri

1. Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah ukuran dari berat badan

dalam kilogram (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter

(Kemenkes, 2011). Berdasarkan laporan hasil Riskesdas tahun 2013,

batasan IMT yang digunakan untuk menilai status gizi penduduk

dewasa di Indonesia adalah sebagai berikut:

a) Kategori kurus : IMT <18,5

(33)

14

d) Kategori obesitas : IMT ≥27,0

Berdasarkan penelitian Nurzakiah, dkk (2010) di wilayah

Depok, Jawa Barat diketahui bahwa cut off IMT ≥27,0 memiliki sensitivitas 51,50% dan spesifisitas 99,93% dengan prevalensi obesitas

sebesar 22,7%; sementara itu, prevalensi obesitas menggunakan BIA

yang merupakan baku emas dari pengukuran obesitas adalah 35%. Hal

ini menunjukkan bahwa titik potong IMT yang digunakan di Indonesia

saat ini kurang tepat untuk mengukur status obesitas pada penduduk

Indonesia. Pada penelitian tersebut, Nurzakiah, dkk (2010)

merekomendasikan titik potong IMT untuk obesitas sebesar 24,13

kg/m2 untuk laki-laki dan 26,15 kg/m2 untuk perempuan.

Hasil penelitian Harahap, dkk (2005) mengenai penggunaan

berbagai cut off IMT sebagai indikator obesitas terkait penyakit

degeneratif di Indonesia menyatakan bahwa pada nilai IMT 22 telah

terjadi peningkatan risiko penyakit degeneratif seperti hipertensi,

diabetes mellitus dan hiperkolestrol. Namun IMT memiliki kelemahan

karena tidak dapat mengukur secara langsung lemak tubuh atau

distribusi lemak dikarenakan pengukuran IMT hanya dapat

memprediksi lemak atau distribusi lemak tubuh (Ashwell, 2009;

Harahap, dkk, 2005).

Selain itu, penelitian Lee, dkk (2008) menyatakan bahwa IMT

(34)

seperti hipertensi, diabetes dan dislipidemia pada laki-laki dan

perempuan dibandingkan RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi

Badan). Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Guash-Ferre dkk

(2012) di Spanyol dan Zeng dkk (2014) di China, mereka

menyimpulkan bahwa IMT merupakan indikator yang lebih sensitif

untuk menilai hipertensi dibandingkan dengan LP dan RLPTB.

2. Lingkar Pinggang

Lingkar pinggang merupakan metode yang mudah untuk

mengukur obesitas sentral, yang mana lingkar pinggang memiliki

hubungan dengan risiko hipertensi sistemik, level tekanan darah, risiko

kardiovaskular dan kematian (Leblanc dan Poirier, 2014). Menurut

rekomendsi IDF tahun 2006, ukuran lingkar pinggang atau ideal untuk

laki-laki adalah 90 cm dan untuk perempuan adalah 80 cm (Kemenkes

RI, 2013c).

Pada penelitian Meilani (2012) mengenai pendekatan

antropometri sebagai alat skrining hipertensi pada orang dewasa di

daerah urban, ia merekomendasikan penggunaan lingkar pinggang

sebagai alat skrining terhadap hipertensi karena lebih mudah dan

murah, hal tersebut dikarenakan baik LP, IMT maupun RLPTB

memiliki nilai uji diagnostik yang lemah. Namun, menurut Ashwell

dan Hsieh (2005) LP kurang sensitif dibandingkan dengan RLPTB

(35)

16

memiliki tinggi badan yang berbeda – beda, sementara terdapat hubungan negatif yang nyata antara tinggi badan dengan risiko

metabolik.

3. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan

Obesitas dapat diketahui melalui berbagai pengukuran

antropometri, salah satunya adalah dengan pengukuran Rasio Lingkar

Pinggang Tinggi Badan (RLPTB). RLPTB adalah nilai dari ukuran

Lingkar Pinggang dibagi dengan tinggi badan. RLPTB merupakan

ukuran dari distribusi lemak tubuh yang berkorelasi dengan obesitas

sentral (Meilani, 2012).

Penggunaan RLPTB yang mewakili obesitas sentral dan bentuk

tubuh menjadi alat skrining baru untuk kesehatan masyarakat yang

dapat digunakan oleh seluruh orang dewasa dan anak dengan usia lebih

dari 5 tahun serta dapat digunakan pada semua kelompok etnis.

Penggunaan batas nilai 0,5 RLPTB dapat diubah menjadi pesan yang

mudah, yaitu “jaga lingkar pinggang Anda untuk kurang dari setengah

tinggi badan Anda” (Ashwell, 2011).

Pada sebuah systematic review untuk menilai kinerja

masing-masing indeks antropometri sebagai alat skrining risiko penyakit

kardiovaskuler (hipertensi dan lemak tubuh) dan diabetes pada orang

dewasa, diperoleh hasil uji diagnostik dari analisis kurva ROC (AUC =

(36)

adalah alat skrining yang lebih baik untuk digunakan secara global

baik pada laki-laki maupun perempuan dibandingkan Lingkar

Pinggang dan IMT serta dapat digunakan bagi laki-laki maupun

perempuan dari berbagai kelompok etnis, yaitu etnis kulit putih, Asia,

Afro Karibia dan Hispanik (Browning dkk, 2010).

Penggunaan IMT dianggap bermasalah, termasuk kepada orang

yang mengalami kelebihan berat badan (overweight), hal ini

dikarenakan IMT hanya menggambarkan total lemak tubuh dan tidak

dapat membedakan distribusi lemak yang berbeda pada setiap individu

(Ashwell, 2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh Hsieh dan

Yoshinaga (1999) diketahui bahwa terdapat perbedaan risiko

metabolik pada orang yang memiliki lingkar pinggang sama dengan

tinggi badan yang berbeda. Tidak hanya itu, batas nilai dari lingkar

pinggang yang ada saat ini dibedakan oleh jenis kelamin serta umur

yang spesifik dan tidak dapat digunakan oleh anak-anak karena

dianggap memiliki pola pertumbuhan yang berbeda. Oleh karena itu,

penggunaan RLPTB dianggap lebih baik dibandingkan dengan IMT

dan LP.

Sebagai gambaran dari nilai titik potong RLPTB, Ashwell

membuat sebuah chart untuk membantu penggambaran dari ukuran

RLPTB yang disebut dengan Ashwell Shape Chart. Ashwell shape

chart merupakan grafik yang didasari oleh pengukuran RLPTB

(37)

18

Grafik ini memiliki 3 nilai batas yang sesuai untuk dewasa maupun

anak-anak dengan usia diatas 5 tahun. Ukuran lingkar pinggang pada

garis x (cm) dan tinggi badan pada garis y (cm). Batasan nilai RLPTB

0,4 – 0,5 (area hijau) menyatakan “baik”, nilai 0,5 – 0,6 (area kuning) menyatakan “ambil tindakan” untuk anak-anak dan “pertimbangkan

tindakan yang akan diambil” untuk dewasa. Sementara itu nilai >0,6

(area merah) menyatakan “ambil tindakan” untuk dewasa. Nilai ≥0,5 dari RLPTB dideskripsikan sebagai distribusi lemak sentral dan nilai

(38)

Gambar 2.2 Ashwell Shape Chart Pengukuran Rasio Lingkar Pingggang Tinggi Badan (RLPTB) (Ashwell, 2011).

D. Sensitivitas dan Spesifisitas

Pada uji diagnostik menggunakan tabel 2x2 akan diperoleh

beberapa nilai statistik, diantaranya adalah sensitivitas dan spesifisitas. Uji

(39)

20

Hasil tes dapat berupa nilai positif, yang mengindikasikan adanya

penyakit, atau hasil dapat berupa nilai negatif, yang mengindikasikan tidak

adanya penyakit. Nilai sensitivitas dan spesifisitas memiliki hubungan

berkebalikan yang dipengaruhi oleh pemilihan nilai titik potong (Greiner

dkk, 2000). Manfaat dari tes skrining dievaluasi melalui hasil sensitivitas

dan spesifisitas (Herman, 2006). Namun, pada uji diagnostik yang

ditujukan untuk keperluan skrining, maka nilai sensitivitas uji tersebut

harus sangat tinggi meskipun nilai spesifisitasnya tidak terlalu tinggi

(Sastroasmoro dan Ismael, 2014).

Tabel 2.3 Tabel 2x2 Uji Diagnostik

Baku Emas

Sensitivitas merupakan nilai a:(a+c), yaitu prevalensi subyek yang

sakit dengan hasil uji diagnostik positif (positif benar) dibanding seluruh

subyek yang sakit (positif benar+negatif semu), atau kemungkinan bahwa

(40)

sakit. Spesifisitas merupakan nilai d:(b+d), yaitu prevalensi subyek sehat

yang memberikan hasil uji diagnostik negatif (negatif benar) dibandingkan

dengan seluruh subyek yang tidak sakit (negatif benar+positif semu),

seluruh subyek, atau kemungkinan bahwa hasil uji diagnostik akan negatif

bila dilakukan pada sekelompok subyek yang sehat (Sastroasmoro dan

Ismael, 2014).

Apabila nilai sensitivitas suatu uji adalah 100% maka seluruh

responden yang diuji dinyatakan positif mengalami penyakit. Namun,

apabila nilai sensitivitas suatu uji adalah 100% maka seluruh responden

yang diuji dinyatakan negatif atau tidak mengalami penyakit (Drobatz,

2009). Nilai dari uji sensitivitas dan spesifisitas dianggap sebagai nilai

yang stabil, hal ini dikarenakan nilai keduanya tidak berubah pada

prevalensi orang sakit dan sehat dengan prevalensi yang rendah maupun

tinggi (Sastroasmoro dan Ismael, 2014).

E. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi

teori dari Pausova (2014) dimana peningkatan risiko hipertensi terkait

obesitas meningkat tidak hanya didasari oleh jumlah lemak yang tedapat di

dalam tubuh, tetapi juga berkaitan dengan distribusi lemak di dalam tubuh

yang lebih banyak menyimpan lemak viseral dibandingkan dengan lemak

subkutan dan hal tersebut menjadi risiko terbesar pada terjadinya

(41)

22

sementara itu untuk obesitas sentral dapat diukur menggunakan LP dan

RLPTB. IMT, LP dan RLPTB juga merupakan alat skrining dari kejadian

hipertensi.

Berdasarkan systematic riview dari penelitian Browning, dkk

(2010) yang melakukan analisis terhadap 3 jenis pengukuran antropometri,

IMT, LP dan RLPTB dugunakan sebagai alat skrining dari penyakit

kardiovaskular dan diabetes serta faktor risikonya seperti hipertensi. Hasil

dari penelitian tersebut diketahui bahwa titik potong 0,50 dari RLPTB

merupakan alat skrining hipertensi yang paling baik dibandingkan dengan

IMT dan LP untuk laki-laki maupun perempuan yang dapat digunakan

secara global. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian meta

analisis dari Ashwell dkk (2012) yang menyatakan bahwa RLPTB

merupakan alat skrining terbaik untuk hipertensi.

Selain penelitian yang dilakukan oleh Browning, dkk (2010) juga

terdapat penelitian meta analisis yang telah dilakukan sebelumnya oleh

Lee, dkk (2008) yang menyatakan bahwa RLPTB merupakan prediktor

terbaik untuk hipertensi baik pada laki-laki maupun perempuan dengan

nilai AUC (CI 95%) 0,68 untuk perempuan dan 0,73 untuk laki-laki

dibandingkan dengan IMT. Titik potong RLPTB yang ada pada penelitian

tersebut berkisar antara 0,46 – 0,62.

Tetapi berdasarkan penelitian sebelumya terkait RLPTB yang telah

(42)

didapatkan nilai titik potong optimal dari RLPTB yang berbeda, yaitu

berkisar antara 0,47 – 0,4705 untuk laki-laki dan 0,5063 – 0,51 pada perempuan.

Bagan 1. Kerangka Teori

Sumber : Adaptasi Pausova (2014); Browning, dkk (2010); Ashwell, dkk (2012),

Lee dkk (2008); Meilani (2012) dan Yulestari (2015)

Obesitas

Obesitas

sentral

Hipertensi

LP

IMT

(43)

25 BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Bagan 2. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, terdapat beberapa pengukuran

antropometri yang dapat digunakan sebagai alat skrining obesitas dan

prediktor dari hipertensi seperti IMT, LP dan RLPTB. Namun dalam

penelitian ini peneliti hanya akan meneliti mengenai beberapa titik potong

dari RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan) yang berkisar antara

0,47 – 0,51 sebagai prediktor dari hipertensi pada orang dewasa di Indonesia. Hal ini dikarenakan peneliti hanya ingin mengetahui nilai titik

potong RLPTB yang memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas paling

optimal sebagai prediktor untuk kejadian hipertensi pada orang dewasa di

Indonesia dan membedakannya berdasarkan jenis kelamin. Hipertensi Titik Potong

(44)

B. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur Variabel Dependen

1. Hipertensi Hasil rata-rata dari 2 kali pengukuran tekanan darah dan jika terdapat perbedaan

≥10 mmHg antara hasil pengukuran tekanan darah sistolik maupun diastolik

yang pertama dengan

pengukuran yang kedua, maka dilakukan pengukuran ketiga sehingga status hipertensi ditentukan melalui rata-rata hasil 3 kali pengukuran

(45)

27 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan desain studi

yang digunakan dalam penelitian Riskesdas tahun 2013, yaitu cross

sectional. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari penelitian

Riskesdas tahun 2013 terkait hipertensi sehingga didapatkan hasil berupa

nilai sensitivitas serta spesifisitas dari nilai titik potong RLPTB (Rasio

Lingkar Pinggang Tinggi Badan) sebagai prediktor dari kejadian hipertensi

pada orang dewasa di Indonesia.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 yang telah dilaksanakan

diseluruh Indonesia (33 provinsi) dan pengumpulan datanya dilakukan

pada tahun 2013. Sementara itu, analisis penelitian ini dilakukan pada

bulan April hingga Agustus tahun 2016 di FKIK Universitas Islam Negeri

(46)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan dalam pengambilan data

Riskesdas tahun 2013, yaitu terdapat blok sensus (BS) yang tidak

terjangkau atau terjadi konflik di wilayah tersebut, rumah tangga yang

tidak dijumpai, anggota rumah tangga yang tidak bisa diwawancarai

karena tidak ada ditempat sampai waktu pengumpulan data selesai.

Oleh karena itu, pada Riskesdas 2013 populasi berasal dari 11.986

blok sensus (BS), 294.959 rumah tangga (RT) dan 1.027.763 anggota

rumah tangga (Kemenkes, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh total sampel dari Riskesdas tahun 2013 yang berusia ≥18 tahun yang berjumlah 651.554 responden.

2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini merupakan seluruh responden

Riskesdas tahun 2013 yang berusia ≥18 tahun yang diukur tekanan darahnya. Namun untuk keperluan analisis dalam penelitian ini, maka

terdapat beberapa kriteria inklusi dan ekslusi. Adapun kriteria inklusi

dan ekslusi pada sampel penelitian ini adalah:

a. Kriteria Inklusi

1) Responden yang diukur tekanan darah

2) Responden yang diukur tinggi badan

(47)

29

b. Kriteri Ekslusi

1) Responden yang sedang hamil

2) Data responden tidak lengkap (missing data)

Setelah melakukan proses cleaning data terjadi perubahan

jumlah data responden yang dianalisis. Hal ini dikarenakan adanya

data missing pada beberapa variabel serta penyesuaian dengan kriteria

inklusi dan ekslusi. Pada variabel pengukuran tekanan darah dilakukan

cleaning data dikarenakan terdapat responden yang tidak melakukan

pengukuran tekanan darah pertama maupun pengukuran tekanan darah

yang kedua serta terdapat data missing pada variabel pengukuran

tekanan darah. Setelah melakukan proses cleaning data pada variabel

pengukuran tekanan darah data yang dianalisis berjumlah 618.610

responden.

Selanjutnya terjadi proses cleaning data pada variabel tinggi

badan. Hal ini dikarenakan terdapat 4.447 orang tidak diukur tinggi

badannya. Oleh karena itu jumlah data yang dianalisis berkurang

kembali menjadi 614.163 responden. Proses cleaning juga terjadi pada

variabel lingkar pinggang dikarenakan terdapat 12.745 responden yang

tidak diukur lingkar pinggang dan terdapat missing data sebanyak

7.054 responden sehingga jumlah data yang dianalisis berkurang

(48)

Pada kriteria ekslusi, peneliti memasukan variabel status

kehamilan sebagai salah satu kriteria eksklusi. Hal ini dikarenakan

pada masa kehamilan terjadi perubahan ukuran lingkar pinggang

seseorang, maka dari itu variabel tersebut perlu untuk di keluarkan.

Pada awal proses filter data diketahui ada 7.429 WUS yang sedang

hamil. WUS yang sedang hamil termasuk kedalam kriteria ekslusi

penelitian, namun berdasarkan laporan Riskesdas 2013 diketahui

bahwa WUS yang sedang hamil tidak diukur lingkar pinggangnya,

sehingga variabel tersebut sudah diekslusi bersamaan dengan data

pengukuran lingkar pinggang. Setelah proses cleaning sudah selesai,

maka didapatkan jumlah responden yang akan dianalisis sebanyak

594.364 responden yang terdiri dari 287.569 laki-laki dan 306.795

perempuan. Adapun alur pengambilan sampel dapat dilihat pada bagan

(49)

31

Bagan 3. Alur Pengambilan Sampel

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Riskesdas tahun

2013. Data diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Instrumen

yang digunakan untuk mengumpulkan data dari Riskesdas 2013 telah

melalui uji coba instrumen yang dilakukan oleh peneliti Badan Litbangkes,

akademisi dan organisasi profesi serta proses validasi yang dilakukan oleh

tim dari Universitas Indonesia, Universitas Airlangga dan Universitas

Hasanuddin). Adapun instrumen yang digunakan adalah kuesioner rumah Total populasi responden

RISKESDAS 2013 usia ≥18 tahun

(651.544)

Ekslusi responden yang tidak diukur TD pertama (4.423) dan

TD kedua (28.521)

(50)

tangga (Kuesioner RKD13.RT) dan kuesioner individu (Kuesioner

RKD13.IND) (Kemenkes RI, 2013b).

Pengumpulan data untuk rumah tangga dilakukan dengan tekniik

wawancara menggunkan kuesioner RKD13.RT dan Pedoman Pengisian

Kuesioner. Pada pengumpulan data rumah tangga respondennya

merupakan Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga atau ART (anggota

rumah tangga) yang dapat memberikan informasi. Dalam kuesioner

RKD13.RT terdapat keterangan tentang apakah seluruh anggota rumah

tangga diwawancara langsung, didampingi, diwakili atau sama sekali tidak

diwawancara (Kemenkes RI, 2013).

Sementara itu, pengumpulan data individu pada berbagai kelompok

umur yang merupakan anggota rumah tangga menggunakan teknik

wawancara dengan instrumen berupa kuesioner RKD13.IND dan Pedoman

Pengisian Kuesioner. Pada pengumpulan data tinggi badan, lingkar

pinggang dan tekanan darah dilakukan dengan metode pengukuran

menggunakan alat – alat yang telah dikalibrasi dan enumerator yang melakukan pengukuran juga telah mendapatkan pelatihan sebelumnya.

Selain itu, para enumerator juga dibekali dengan buku pedoman

(51)

33

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesiner

yang digunakan pada saat penelitian Riskesdas tahun 2013 berlangsung,

yaitu kuesioner individu (RKD13.IND) dan kuesioner rumah tangga

(RKD13.RT). Pada kuesioner RKD13.IND dan RKD13.RT, data yang

dibutuhkan pada penelitian ini disesuaikan dengan variabel yang diteliti

serta kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan, yaitu:

1. Hipertensi

Data hipertensi diketahui melalui hasil pengukuran tekanan

darah responden Riskesdas 2013. Pengukuran tekanan darah

dilakukan sebanyak 2 kali oleh enumerator yang terlatih. Namun

apabila terdapat perbedaan tekanan darah sebesar >10 mmHg

antara pengukuran tekanan darah pertama dan pengukuran tekanan

darah kedua maka dilakukan pengukuran tekanan darah ketiga.

Kemudian peneliti menghitung nilai rata-rata dari pengukuran

tekanan darah dan kemudian diklasifikasikan berdasarkan kriteria

JNC VII (2003). Pada variabel pengukuran tekanan darah yang

ketiga, peneliti melakukan pengecekan data secara manual untuk

mengetahui apakah ada kesalahan input oleh enumerator.

Tekanan darah diukur menggunakan alat tensimeter digital

merek Omron tipe IA1 yang telah dikalibrasi sebelumnya dan

(52)

buku pedoman. Data tekanan darah terletak pada kuesioner

individu (RKD13.IND) Blok XII-B.

2. Lingkar Pinggang

Data lingkar pinggang diukur dengan satu alat medline

yang didisain untuk mengukur lingkar lengan dan lingkar perut.

Seluruh pengukuran antropometri dilakukan dengan menggunakan

pedoman pengukuran. Data lingkar pinggang tercatum pada

kuesioner individu (RKD13.IND) pada blok XI-K (Kemenkes RI,

2013). Data lingkar pinggang yang ada akan diubah menjadi

variabel baru bersama dengan data tinggi badan menjadi variabel

Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB).

3. Tinggi Badan

Variabel tinggi badan diukur dengan alat ukur tinggi badan

multifungsi dengan kapasitas ukur dua meter dan ketelitian 0,1 cm.

Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan

pedoman pengukuran. Data pengukuran tinggi badan tercantu,

pada kuesioner individu (RKD13.IND) pada blok IX-K (Kemenkes

RI, 2013). Data tinggi badan yang kemudian akan diubah menjadi

variabel baru dengan data lingkar badan menjadi variabel Rasio

(53)

35

4. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan

Data Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) ini

didapatkan melalui hasil perhitungan ukuran lingkar pinggang

dibagi dengan ukuran tinggi badan. Data pengukuran lingkar

pinggang dan tinggi badan didapatkan melalui hasil penelitian

Riskesdas 2013.

5. Jenis Kelamin

Variabel jenis kelamin diketahui melalui metode observasi

yang dilakukan oleh enumerator terhadap responden penelitian

pada saat di lapangan. Adapun data variabel jenis kelamin

tercantum pada kuesioner RKD.13.RT Blok IV tentang anggota

rumah tangga.

6. Usia

Variabel usia diketahui melalui wawancara kepada

responden. Data usia tercantum pada kuesioner RKD.13.RT Blok

IV tentang anggota rumah tangga. Responden yang dianalisis pada

penelitian ini berusia ≥18 tahun. Hal ini dikarenakan berdasarkan kategori tekanan darah menurut JNC VII (2003) sesuai untuk

digunakan pada orang yang berusia ≥18 tahun. Usia minimal responden dalam penelitian ini adalah 18 tahun dan maksimal usia

(54)

7. Status Kehamilan

Data status kehamilan diketahui melalui metode wawancara

kepada responden. Data status kehamilan tercantum dalam

kuesioner RKD.13.IND.

Tabel 4 1Data Kuesioner yang Digunakan Pada Penelitian

No. Variabel Sumber Data Kode Variabel

1. Hipertensi Kuesioner RKD13.IND K05a - K07c

2. Lingkar Pinggang Kuesioner RKD13.IND K02

3. Tinggi Badan Kuesioner RKD13.IND K04

4. Jenis Kelamin Kuesioner RKD13.RT B4K4

5. Usia Kuesioner RKD13.RT B4K7THN

6. Hamil Kuesioner RKD13.RT B4K11

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data yang

digunakan pada kuesioner Riskesdas tahun 2013 ini disesuaikan

dengan kerangka konsep dalam penelitian ini.

F. Manajemen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahap manajemen data, yaitu:

1. Filter Data

Pada tahap ini peneliti memeriksa kembali kesesuaian dari

variabel yang peneliti butuhkan dengan variabel yang tertera dalam

(55)

37

2. Cleaning Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan terhadap

variabel serta data yang tidak lengkap (missing data). Kemudian

data yang tidak lengkap serta data dari variabel yang akan dieklusi

akan dihapus pada tahap ini.

3. Recoding Data

Pada tahap ini peneliti membuat kode baru serta melakukan

pengkodean ulang terhadap variabel yang akan diteliti seperti

variabel lingkar pinggang dan tinggi badan yang akan diubah

menjadi variabel RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan).

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat bagaimana

karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tinggi

badan, lingkar pinggang, RLPTB serta hasil pengukuran tekanan

darah respoden.

2. Analisis Uji Diagnostik

Analisis uji diagnostik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji tabel 2x2. Uji tabel 2x2 dilakukan untuk mendapatkan

(56)

RLPTB. Hasil tersebut bertujuan untuk mengetahui nilai titik

potong RLPTB yang memiliki nilai sensitivitas serta spesifisitas

paling baik sebagai prediktor dari kejadian hipertensi pada

penduduk dewasa di Indonesia tahun 2013. Setelah nilai RLPTB

diketahui, maka hasil ukur tersebut dikategorikan ke dalam kode 1

dan 2, dimana kode 1 merupakan kategori untuk responden yang

memiliki nilai RLPTB ≥ nilai titik potong yang diuji (titik potong 0,47; 0,50 dan 0,51) dan kode 2 untuk responden yang memiliki

nilai RLPTB < nilai titik potong yang diuji (titik potong 0,47; 0,50

dan 0,51).

Adapun nilai sensitivitas dan spesifisitas didapatkan

melalui hasil perhitungan dari rumus berikut ini:

Tabel 4 2 Uji Diagnosis Tabel 2x2

Baku Emas

Positif Negatif

Indeks

Positif a b a+b

Negatif c d c+d

a+c b+d

1) Rumus Sensitivitas = a:(a+c)

(57)

39 BAB V

HASIL

A. Karakteristik Responden Penelitian

Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 5.1 Karakteristik Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan jenis Kelamin Tahun 2013

Jenis

Kelamin Jumlah

Median

Usia TB LP RLPTB TDS TDD

Laki-laki 287.569 41 162,40 77,00 0,47 123,50 80,00 Perempuan 306.795 40 151,60 78,10 0,51 121,50 81,33

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, diketahui bahwa nilai median usia

responden laki-laki adalah 41 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa 50%

responden laki-laki berusia dibawah 41 tahun dan 50% lainnya berusia

diatas 41 tahun. Selain itu, 50% responden laki-laki memiliki nilai RLPTB

dibawah 0,47 dan 50% responden laki-laki memiliki nilai RLPTB diatas

0,47. Sementara itu, nilai median usia responden perempuan adalah 40

tahun, hal ini menunjukkan bahwa 50% responden perempuan berusia

dibawah 40 tahun dan 50% lainnya berusia diatas 40 tahun. Selain itu,

50% responden perempuan memiliki nilai RLPTB dibawah 0,51 dan 50%

(58)

Selain itu, karakteristik responden berdasarkan kelompok usia

dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2 Karakteristik Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan Kelompok Usia tahun 2013

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa pada responden laki-laki

maupun perempuan yang berusia ≥78 tahun memiliki rata-rata tekanan darah sistolik (TDS) tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia

lainnya, baik pada responden laki-laki maupun responden perempuan.

Selain itu, responden laki-laki usia 18-27 tahun memiliki niai median

RLPTB terendah yaitu 0,44 dan responden perempuan usia 38-57 tahun

memiliki nilai median RLPTB tertinggi yaitu 0,53.

Adapun status hipertensi pada responden dapat dilihat pada tabel

(59)

41

Tabel 5.3 Status Hipertensi Pada Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki 70.482 (24,51%) 217.087 (75,49%) 287.569 (100%)

Perempuan 94.141 (30,69%) 212.654 (69,31%) 306.795 (100%)

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, diketahui bahwa jumlah responden

laki-laki yang mengalami hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 adalah

24,51% dan responden perempuan yang mengalami hipertensi sebanyak

30,69%.

B. Nilai Sensitivitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB Pada Laki – laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Nilai sensitivitas dari titik potong 0,47 dan 0,50 RLPTB pada

laki-laki dewasa di Indonesia dapat diketahui melalui hasil analisis dari uji

diagnostik tabel 2x2. Adapun hasil uji tabel 2x2 dari titik potong 0,47

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5 4 Tabel 2x2 Titik Potong 0,47 RLPTB Dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013

(60)

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa titik potong 0,47 dari

RLPTB memiliki nilai sensitivitas 65,02% Nilai tersebut menunjukkan

bahwa titik potong 0,47 RLPTB dapat menyaring 65,02% responden

laki-laki yang positif hipertensi dari total responden laki-laki-laki-laki yang benar-benar

mengalami hipertensi. Sementara itu, hasil uji tabel 2x2 untuk titik potong

0,50 RLPTB dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.5Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Status Hipertensi

Sensitivitas = (33.053/ 70.482) x 100% = 46,89%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai senstivitas dari titik

potong 0,50 RLPTB pada responden laki-laki adalah 46,89%. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa titik potong 0,50 RLPTB dapat menyaring

46,89% responden laki-laki yang positif hipertensi dari total responden

perempuan yang benar-benar tidak mengalami hipertensi.

C. Nilai Spesifisitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB Pada Laki-laki

Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Nilai spesifisitas dari titik potong 0,47 dan 0,50 RLPTB pada

(61)

43

uji diagnostik tabel 2x2. Adapun hasil uji tabel 2x2 dari titik potong 0,47

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.6 Tabel 2x2 Titik Potong 0,47 RLPTB Dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Spesifisitas : (113.445/217.087) x 100% = 61,47%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai spesifisitas titik

potong 0,47 RLPTB pada responden laki-laki dewasa adalah 61,47%.

Nilai tersebut menunjukkan bahwa titik potong 0,47 RLPTB dapat

menyaring 61,47% responden yang negatif hipertensi dari total responden

yang bena-benar tidak mengalami hipertensi.

Tabel 5.7 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Status Hipertensi Total

Spesifisitas : (155.190/ 217.087) x 100% = 71,48%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai spesifisitas titik

potong 0,50 RLPTB pada repsonden laki – laki dewasa di Indonesia adalah 71,48%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai titik potong 0,50 dari

RLPTB mampu menyaring sebanyak 71,48% responden negatif hipertensi

Gambar

Gambaran Klinis Hipertensi ..................................................................
Tabel 5.10 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah dan Hipertensi Menurut JNC VII
Tabel 2.2 Efek Patologis Berkelanjutan dari Komplikasi Hipertensi Primer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rahmini, K.S., 2013, Korelasi Lingkar Pinggang dan RLPP terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL pada Mahasiswa dan Mahasiswi Kampus III Universtas Sanata Dharma

Rasio lingkar pinggang-tinggi badan memiliki kekuatan korelasi lemah dan tidak bermakna terhadap risiko penyakit kardiovaskular pada pria dewasa di Desa Kepuharjo,

Penelitian mengenai hubungan indeks massa tubuh dan rasio lingkar pinggang panggul dengan tekanan darah pasien hipertensi di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rasio lingkar pinggang pinggul terhadap angka kejadian penyakit jantung koroner di Poliklinik Jantung

rasio lingkar pinggang panggul dan IMT dengan kadar kolesterol total serta tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dan jenis kelamin dengan kadar kolesterol total

Berdasarkan analisis nilai duga positif dan nilai duga negatif, pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa nilai duga positif lingkar pinggang untuk

Hubungan Antara Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul dengan Tekanan Darah Pada Subjek Usia Dewasa.. Universitas

didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul dengan tekanan darah pada orang obesitas dewasa muda, hasil ini