• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komparatif Kinerja Perbankan Syariah di Asia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Komparatif Kinerja Perbankan Syariah di Asia"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPARATIF KINERJA PERBANKAN SYARIAH DI ASIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

RILANDA ADZHANI 1112082000059

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Rilanda Adzhani

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 April 1993

3. Alamat : Jl. Benda Barat 7c Blok D12 No.11,

Kel. Pondok Benda, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan 15416

4. Telepon : 08561962060

5. Email :rilandaadzhani@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SDIT As-Salaamah Tahun 1999-2005

2. SMP Negeri 1 Pamulang Tahun 2005-2008

3. SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2008-2011 4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012-2016

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Teater SMA Negeri 3 Kota Tangerang (Teater Lingkar Detik) Selatan

Sebagai Anggota (2008-2009)

2. Tari Saman SMA N 3 Kota Tangerang (Slast) Selatan Sebagai Bendahara

(2009-2010)

3. Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi UIN Jakarta Sebagai Anggota

(7)

4. Tari Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta (Seis Dance)

Sebagai Sekretaris (2014-2015)

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Abdul Aziz Thojieb

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Juli 1956

3. Ibu : Achyanie

4. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Juli 1967

5. Alamat : Jl. Benda Barat 7c Blok D12 No.11,

(8)

COMPARATIVE ANALYSIS OF THE PERFORMANCE OF ISLAMIC BANKING IN ASIA

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine whether there are differences between the performance of Islamic banking in Indonesian with Islamic banking in Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar, and analyzing the performance comparison based on the concept of Maqasid al-Shari’ah using MI (Maqasid Index) value.

This research was using data from financial report and annual report which were provided by each Islamic bank sample. This research was using 3 samples of Islamic banks for each country (Indonesia, Malaysia, Iran, Saudi Arabia, United Arab Emirates, Kuwait, and Qatar), so the total sample of Islamic banks were 21 Islamic banks. The total observation were 63 during three years period (2013-2015). The Kolmogorov-Smirnov tests were used to test the normality of data and the hypothesis testing was using Analysis of Variance (ANOVA).

The result of this research showed that MI value, second sharia objectives called establishing justice, and third sharia objectives called public interest in Islamic banking in Indonesia showed no significant difference with Islamic banking in Malaysia, Iran, Saudi Arabia, United Arab Emirates, Kuwait, and Qatar.

(9)

ANALISIS KOMPARATIF KINERJA PERBANKAN SYARIAH DI ASIA ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja perbankan syariah di Indonesia dengan perbankan syariah di Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar, serta menganalisis perbandingan kinerja perbankan syariah berdasarkan konsepMaqasid al-Shari’ahmenggunakan nilaiMaqasid Index (MI).

Penelitian ini menggunakan data dari laporan keuangan dan laporan tahunan yang disediakan oleh masing-masing sampel bank syariah. Penelitian ini menggunakan sebanyak 3 sampel bank syariah untuk masing-masing negara sampel (Indonesia, Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar), jadi total sample bank syariah adalah 21 bank syariah. Total pengamatan sejumlah 63 pengamatan selama periode tiga tahun (2013-2015). Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk pengujian normalitas data dan pengujian hipotesis menggunakanAnalysis of Variance(ANOVA).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai MI, tujuan syariah kedua yaitu pembentukan keadilan, dan tujuan syariah ketiga yaitu kepentingan publik pada perbankan syariah di Indonesia menunjukkan tidak adanya perbedaan secara signifikan dibandingkan dengan perbankan syariah di Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar.

(10)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat iman, islam, dan karunia-Nya yang telah diberikan kemudahan dan kelancaran bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Komparatif Kinerja Perbankan Syariah di Asia”. Shalawat serta salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku yang tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, dan doa yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis, serta kadua kakakku dan seluruh keluarga yang telah menyemangati untuk terus berusaha memberikan yang terbaik.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA, selaku Ketua Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA, selaku Sekretaris Prodi

(11)

5. Ibu Dr. Rini, Ak., CA, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada peneliti selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.

7. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lan-lain.

8. Teman-temanku tersayang Dita, Latul, Lia, Galih, Iyan Reza, Wahyu, Andri, Neno, Reza, dan Nanda yang terus memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Wanita-wanitaku tersayang Fazla, Fanni, Isti, dan Cindy yang tidak ada hentinya memberikan semangat dan motivasi selama kuliah dan proses penyelesaian skripsi ini.

10. Teman-teman akuntansi angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman bank mini Priyo, Mas Aldi, Mas Yuda, Faiz, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

(12)

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 7 September 2016

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF...iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi

ABSTRACT...viii

ABSTRAK... ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR...xvii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Perumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...12

A. Landasan Teori...12

1. Bank Syariah...12

a. Pengertian...12

b. Prinsip Bank Syariah...12

c. Tujuan Bank Syariah...14

d. Fungsi Bank Syariah... 14

2. Sejarah Perbankan Syariah di Dunia...15

3. Perbankan Syariah di Indonesia...18

4. Perbankan Syariah di Malaysia...21

(14)

7. Perbankan Syariah di Uni Emirat Arab...27

8. Perbankan Syariah di Kuwait...29

9. Perbankan Syariah di Qatar...30

10. Laporan Keuangan... 32

11. Kesehatan Perbankan Syariah...35

12. Pengukuran Kinerja Perbankan Syariah... 38

13. Kinerja Perbankan Syariah denganMaqasid Al-Shari’ah Framework.. 39

B. Penelitian-Penelitian Terdahulu...43

C. Kerangka Pemikiran...50

D. Perumusan Hipotesis...51

BAB III METODE PENELITIAN... 54

A. Ruang Lingkup Penelitian...54

B. Metode Penentuan Sampel...54

C. Metode Pengumpulan Data...56

D. Metode Analisis Data...61

1. Menghitung Nilai Variabel Penelitian... 61

2. Statistik Deskriptif... 64

3. Uji Normalitas Data... 65

4. Uji Hipotesis... 66

a. Homogeneity of Variance... 67

b. Random Sampling...67

c. Multivariate Normality... 67

d. Post Hoc Test... 68

e. Homogenus Sub... 68

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN...69

A. Rasio Kinerja Bank Syariah Berdasarkan Maqasid al-Shari’ah... 69

B. Indikator Kinerja Bank Syariah... 74

C. Maqasid Index (MI) Bank Syariah...77

D. Pembahasan Uji ANOVA... 78

1. Uji Normalitas Data... 78

(15)

3. Uji Hipotesis... 81

BAB V PENUTUP...85

A. Kesimpulan... 85

B. Implikasi...86

C. Saran...87

DAFTAR PUSTAKA...89

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Islamic Finance Country Index (IFCI) Ranks for 2011 - 2016...5

Tabel 2. 1 Operasionalisasi Tujuan Perbankan Syariah...41

Tabel 2. 2 Bobot Rata-Rata untuk Tiga Tujuan dan Sepuluh Elemen...43

Tabel 2. 3 Ringkasan Penelitian-Penelitian Terdahulu...47

Tabel 3. 1 Bobot Rata-Rata untuk Tiga Tujuan dan Sepuluh Elemen...64

Tabel 4. 1 Rasio KinerjaMaqasid al-Shari’ahTujuan Kedua... 69

Tabel 4. 2 Rasio Kinerja Maqasid al-Shari’ah Tujuan Ketiga...72

Tabel 4. 3 Indikator Kinerja Maqasid alShari’ah Tujuan Kedua Periode 2013 -2015...75

Tabel 4. 4 Indikator Kinerja Maqasid alShari’ah Tujuan Ketiga Periode 2013 -2015...76

Tabel 4. 5 Maqasid Index Bank Syariah Periode 2013 – 2015...77

Tabel 4. 6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 78

Tabel 4. 7 Descriptive Statistics...79

Tabel 4. 8 Rata-Rata Kinerja di Setiap Negara...81

Tabel 4. 9 Test of Homogeneity of Variance...82

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat memengaruhi

perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Kita ketahui,

perbankan mempunyai pangsa pasar besar sekitar 80 persen dari keseluruhan

sistem keuangan yang ada. Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang

punggung perekonomian suatu negara, karena memiliki fungsi intermediasi

atau sebagai perantara antara pemilik modal (fund supplier)dengan pengguna

dana(fund user)(Sudiyatno, 2010).

Industri perbankan syariah atau sering disebutislamic bankingsudah ada

dan telah berkembang dengan pesat dan cepat dalam beberapa dekade

akhir-akhir ini seiring dengan pertumbuhan di dalam perekonomian global.

Pertumbuhan yang begitu signifikan kemungkinan dipengaruhi oleh banyak

faktor, yakni: ekonomi, politik, sosial, budaya, geografis, dan pertahanan

keamanan (Wibowo, 2015).

Model bank syariah yang komprehensif dan detail bermunculan di akhir

tahun 1960-an. Ahmad El Najjar, ekonom Mesir mengajak beberapa

pengusaha mendirikan bank syariah pertama di dunia modern, Mit Ghamr

Savings Bank pada tahun 1963. Bank swasta bebas-bunga, Dubai Islamic

Bank, juga berdiri pada tahun 1975 oleh sekelompok pebisnis dari beberapa

(19)

Faisal Islamic Bank di Mesir dan Sudan. Pada tahun yang sama pemerintah

Kuwait mendirikan Kuwait Finance House. Begitu pun seterusnya hingga baru

pada tahun 1992, bank syariah pertama di Indonesia lahir dengan nama Bank

Muamalat Indonesia (Reza, 2010).

Perbankan syariah memperoleh popularitas sejak awal tahun 1970 dan

terdaftar pertumbuhan yang cukup besar selama bertahun-tahun. Neraca

gabungan bank syariah tumbuh dari $ 150 juta pada tahun 1990 menjadi

sekitar $ 1 milyar pada tahun 2010 dengan lebih dari 300 lembaga syariah

yang beroperasi di 80 negara (Siraj and Pillai, 2012).

Tahun 2011 merupakan tahun yang luar biasa bagi pertumbuhan industri

jasa keuangan di dunia. Pada tahun ini industri keuangan syariah menembus

angka USD1.357 triliun. Penerbitan Sukuk tumbuh 77% atau senilai USD85

milyar. Sedangkan pertumbuhan perbankan syariah global tumbuh 16,04%.

Tentunya ini adalah yang menggembirakan bagi industri keuangan syariah

global. Berikut dijelaskan negara-negara yang mengalami pertumbuhan

menurut Islamic Finance Index Country (IFCI) adalah Iran, Malaysia, Arab

Saudi, Uni Emirat Arab, dan Indonesia.

Bank syariah mengalami ekspansi yang luar biasa. Bank syariah

memperoleh pangsa pasar yang cepat di negara-negara domestik mereka.

Tentunya, evaluasi kinerja bank syariah sangat penting karena efek globalisasi

(20)

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu

perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem

perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan atau keuangan

yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah (Bank Indonesia, 2007).

Kini perkembangan perbankan syariah di Indonesia mengalami

pertumbuhan cukup baik. Hal tersebut didukung dengan perkembangan

jumlah perbankan syariah yang tercatat di Bank Indonesia (BI) menunjukkan

pertumbuhan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah

bank umum syariah dan bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah.

Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2015,

jumlah industri Bank Umum Syariah (BUS) tercatat sebanyak 12 bank, jumlah

Unit Usaha Syariah (UUS) sebanyak 22 bank, dan Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) sebanyak 160 bank.

Dalam cetak biru pengembangan perbankan syariah, saat ini perbankan

syariah nasional berada pada fase keempat (2013-2015) yaitu pencapaian

pangsa yang signifikan dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi dengan

sektor keuangan syariah lainnya. Namun, dalam perkembangannya perbankan

syariah di Indonesia menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan target yang

diinginkan. Dalam Statistik Perbankan Indonesia per Mei 2016 total aset bank

umum syariah dan unit usaha syariah mencapai 211.352 (dalam miliar rupiah).

Jumlah ini masih relatif kecil jika dibandingkan dengan total aset perbankan

(21)

Artinya pangsa pasar perbankan syariah masih sangat kecil hanya 3,39%,

padahal target pangsa pasar perbankan syariah adalah sebesar 15% pada akhir

tahun 2015. Hal ini tentunya mendorong bagi praktisi perbankan syariah agar

sesegera mungkin mencari strategi pengembangan perbankan syariah secara

lebih massif.

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, sudah selayaknya

Indonesia menjadi pelopor dan kiblat pengembangan keuangan syariah di

dunia. Hal ini bukan merupakan ‘impian yang mustahil’ karena potensi

Indonesia untuk menjadi global player keuangan syariah sangat besar,

diantaranya: (i) jumlah penduduk muslim yang besar menjadi potensi nasabah

industri keuangan syariah; (ii) prospek ekonomi yang cerah, tercermin dari

pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi (kisaran 6,0%-6,5%) yang ditopang

oleh fundamental ekonomi yang solid; (iii) peningkatan sovereign credit

rating Indonesia menjadi investment grade yang akan meningkatkan minat

investor untuk berinvestasi di sektor keuangan domestik, termasuk industri

keuangan syariah; dan (iv) memiliki sumber daya alam yang melimpah yang

dapat dijadikan sebagai underlying transaksi industri keuangan syariah

(Alamsyah, 2012).

Dalam penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2016,

Indonesia menduduki urutan keenam negara yang memiliki potensi dan

kondusif dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Malaysia,

(22)

dalam Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), dengan melihat

beberapa aspek dalam penghitungan indeks, seperti jumlah bank syariah,

jumlah lembaga keuangan non-bank syariah, maupun ukuran aset keuangan

syariah yang memiliki bobot terbesar, maka Indonesia diproyeksikan akan

menduduki peringkat pertama dalam beberapa tahun ke depan. Optimisme ini

sejalan dengan laju ekspansi kelembagaan dan akselerasi pertumbuhan aset

perbankan syariah yang sangat tinggi, ditambah dengan volume penerbitan

sukuk yang terus meningkat.

Tabel 1. 1 Islamic Finance Country Index (IFCI) Ranks for 2011 - 2016

Rank 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Iran Iran Iran Iran Iran Malaysia

2 Malaysia Malaysia Malaysia Malaysia Malaysia Iran 3 SaudiArabia SaudiArabia SaudiArabia SaudiArabia SaudiArabia SaudiArabia 4 Indonesia Kuwait UAE Bahrain UAE UAE 5 Kuwait UAE Indonesia Kuwait Kuwait Kuwait 6 Pakistan Bahrain Bahrain UAE Bahrain Indonesia 7 UAE Indonesia Kuwait Indonesia Indonesia Qatar 8 Bahrain Pakistan Pakistan Sudan Qatar Bahrain 9 Bangladesh Qatar Sudan Pakistan Sudan Pakistan 10 Sudan Sudan Bangladesh Qatar Pakistan Bangladesh Source: Global Islamic Financial Report (GIFR) 2016

Keunggulan struktur pengembangan keuangan syariah di Indonesia

adalahregulatory regimeyang dinilai lebih baik dibanding dengan negara lain.

Di Indonesia kewenangan mengeluarkan fatwa keuangan syariah bersifat

terpusat oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) – Majelis Ulama Indonesia

(MUI) yang merupakan institusi yang independen. Sementara di negara lain,

fatwa dapat dikeluarkan oleh perorangan ulama sehingga peluang terjadinya

(23)

berada di bawah Bank Negara Malaysia (BNM), tidak berdiri sendiri secara

independen (Alamsyah, 2012).

Indonesia menempati peringkat kesembilan negara dengan industri

keuangan syariah terbesar di dunia, dengan total aset mencapai US$35,63

milyar atau setara Rp420,43 triliun (Lavinda, 2014). Berdasarkan Laporan

Perkembangan Keuangan Syariah 2014, total aset keuangan syariah Indonesia

hanya 2,1% dari total aset finansial syariah di seluruh dunia yang tercatat

mencapai US$1,66 triliun.

Menurut Alamsyah (2012), bank syariah di Indonesia lebih profitable

dibanding dengan bank syariah di Malaysia maupun Kawasan Timur Tengah,

terlihat dari tingginya indikator ROA maupun ROE. Tak heran jika banyak

investor asing yang tertarik untuk mendirikan atau membeli bank syariah di

Indonesia. Profitabilitas yang tinggi ini tentunya akan mempercepat akselerasi

pertumbuhan aset bank syariah di Indonesia sehingga dapat mencapai skala

ekonomi yang efisien.

Sekarang ini, lingkungan internasional dan domestik dimana bank

syariah beroperasi akan menjadi lebih menantang. Karena situasi ini, penting

untuk lembaga perbankan syariah untuk memperkuat kinerja bisnis mereka

dalam rangka untuk menghadapi persaingan kuat dari bank domestik dan

asing (bank syariah maupun konvensional). Profitabilitas yang sehat dan

(24)

Profitabilitas dan efisiensi juga menjadi salah satu tantangan yang

dihadapi oleh bank untuk memperkuat posisi keuangan mereka dalam rangka

untuk memenuhi risiko yang terkait dengan keterbukaan dan globalisasi

(Almazari, 2014).

Menurut Kasmir (2002), dalam melakukan kegiatan operasionalnya,

bank memiliki tujuan utama yaitu mencapai tingkat profitabilitas yang

maksimal. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan

atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. Secara garis besar, laba yang

dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan pendapatan investasi yang

dilakukan oleh perusahaan.

Profitabilitas bank akan mampu menunjukkan pendapatan yang

dihasilkan oleh perusahaan dalam satu atau setiap periode. Profitabilitas tinggi

pada bank dapat menunjukkan bahwa mayoritas kinerja bank yang baik,

karena diasumsikan bahwa bank telah beroperasi secara efektif dan efisien,

serta sangat memungkinkan untuk mengembangkan usahanya. Intinya adalah

profitabilitas menunjukkan efisiensi perusahaan.

Evaluasi kinerja perbankan syariah saat ini cenderung memprioritaskan

aspek pencarian laba. Hal ini cenderung menepikan peran perbankan syariah

dalam fungsi sosialnya (Ashar dalam Imansari, 2015). Penilaian kinerja pada

perbankan konvensional maupun syariah biasanya hanya dilihat dari

(25)

Asset, Management,Earning, Liquidity, Sensitivity of Market Risk) dan EVA

(Economic Value Added) (Antonio et al, 2012).

Apabila perbankan syariah hanya menggunakan pengukuran yang sama

dengan perbankan konvensional untuk mengukur kinerjanya, maka akan

terdapat ketidaksesuaian nilai dari penggunaan indikator kinerja perbankan

konvensional dengan objek yang lebih luas yang terdapat pada perbankan

syariah (Mohammed et al, 2008). Dan selama bank syariah menjalankan

peraturan konvensional untuk operasi mereka, maka mereka akan terlihat

memiliki penilaian kinerja yang kurang bagus dibanding bank konvensional

(Mohammed et al, 2015). Diperlukan pengembangan pengukuran fungsi sosial

dari perbankan syariah disamping hanya kinerja keuangan yang selama ini ada

(Ashar dalam Imansari, 2015).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melihat

lebih mendalam tentang perbandingan kinerja perbankan syariah di asia

khususnya di kawasan Asia Tenggara dan kawasan Timur Tengah, di mana

terjadi pertumbuhan perbankan syariah yang luar biasa. Maka dari itu

penelitian ini diberi judul: ”Analisis Komparatif Kinerja Perbankan Syariah di Asia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

(26)

1. Apakah terdapat perbedaan kinerja yang signifikan berdasarkan nilai

indeks maqasid (Maqasid Index) antara perbankan syariah di Indonesia

dengan perbankan syariah di Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab,

Kuwait, dan Qatar?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai tujuan syariah

pembentukan keadilan pada perbankan syariah di Indonesia dengan

perbankan syariah di Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait,

dan Qatar?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai tujuan syariah

kepentingan publik pada perbankan syariah di Indonesia dengan

perbankan syariah di Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait,

dan Qatar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah

untuk:

a. Menguji apakah terdapat perbedaan kinerja yang signifikan berdasarkan

nilai indeks maqasid (Maqasid Index) dan membandingkannya antara

perbankan syariah di Indonesia dengan perbankan syariah di Malaysia,

Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar.

b. Menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan nilai tujuan syariah

(27)

perbankan syariah di Indonesia dengan perbankan syariah di Malaysia,

Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar.

c. Menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan nilai tujuan syariah

ketiga yaitu kepentingan publik dan membandingkannya antara perbankan

syariah di Indonesia dengan perbankan syariah di Malaysia, Iran, Arab

Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar.

D. Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan dari penelitian ini, maka hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Praktis

i. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan manajemen perbankan

sebagai acuan untuk meningkatkan kinerja bank sehingga dapat lebih

meningkatkan nilai perusahaan di mata dunia.

ii. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembuat kebijakan,

yaitu Bank Indonesia sebagai sarana evaluasi penetapan kebijakan bagi

bank syariah di masa depan.

iii. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi penelitian

(28)

b. Manfaat Teoritis

i. Dapat mengaplikasikan dan mengembangkan pengetahuan peneliti

terhadap masalah yang diteliti.

ii. Dapat memberikan tambahan pengetahuan terutama yang berkaitan

dengan bidang perbankan. Selain itu juga menjadi tambahan

pengetahuan antara teori dengan terapan praktis dalam akuntansi

keuangan.

iii. Dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai perbankan luar

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Bank Syariah

a. Pengertian

Pengertian dari perbankan syariah menurut pasal 1 UU No. 21

Tahun 2008 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan

usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank

syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah

dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah adalah

bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran.

b. Prinsip Bank Syariah

Pasal 22 UU Perbankan Syariah menjelaskan bahwa kegiatan

(30)

yang tidak mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram, dan zalim

(Hasan, 2009:31).

Penjelasan prinsip syariah dalam UU Perbankan Syariah agak

berbeda dengan yang diulas dalam Pasal 1 angka 13 UU No. 10 Tahun

1998 tentang Perbankan bahwa “Prinsip Syariah adalah aturan

perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk

penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan

berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan

prinsip penyertaan (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan

memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal

berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan

adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari

pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)”.

Ini berarti, prinsip syariah dalam UU No. 10 Tahun 1998

menegaskan apa yang harus dilakukan perbankan syariah sehingga

terkesan memberi kerangkeng yang tidak boleh dilanggar. Sedangkan

prinsip syariah dalam UU Perbankan Syariah menegaskan apa yang

harus dihindari perbankan syariah ketika melakukan kegiatan ekonomi

apa saja serta memberikan ruang kepada fatwa ulama untuk

(31)

c. Tujuan Bank Syariah

Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 pasal 3, perbankan

syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan

kesejahteraan rakyat.

Perbankan syariah berkaitan erat dengan penilaian kinerja.

Dengan melakukan penilaian kinerja, kita menjadi tahu apakah tujuan

dari perbankan syariah tersebut telah tercapai atau belum tercapai, atau

dapat menggambarkan sejauh mana pencapaian tujuan yang telah

dicapai oleh perbankan syariah.

d. Fungsi Bank Syariah

Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 pasal 4, fungsi

bank syariah adalah:

1) Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun

dan menyalurkan dana masyarakat.

2) Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam

bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari

zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan

(32)

3) Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang

berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola

wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).

4) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan

ayat (3) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2. Sejarah Perbankan Syariah di Dunia

Meski Iran dinobatkan sebagai negara dengan aset keuangan syariah

terbesar di dunia, namun sebenarnya Iran bukanlah negara pelopor bagi

industri tersebut. Berdasarkan sejarah keuangan syariah di dunia, jauh

sebelum Iran melakukan revolusinya, negara-negara lain sudah berusaha

menciptakan sistem keuangan yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

Meskipun beberapa di antaranya kemudian mengalami kegagalan atau

kemunduran dikarenakan kurangnya dukungan dari masyarakat dan

pemerintah (Reza, 2010).

a. Mesir

Literatur ekonomi islam, khususnya yang membahas sejarah

perbankan syariah, lebih banyak menuliskan bahwa eksperimen

perbankan syariah modern pertama kali dapat dilacak pada pendirian

Mit Ghamr Savings Bank pada tanggal 25 Juni 1963 di sebuah provinsi

pedesaan Delta Nil, Mesir (Lee dan Detta, 2007:2). Pada tahun 1971,

pemerintahan baru Anwar Sadat merevitalisasi konsep perbankan

(33)

membawa bisnis yang didasari konsep syariah, diikuti Faisal Islamic

Bank of Egypt, Islamic International Bank for Investment and

Development, dan Egyptian Saudi Finance Bank (Lee dan Detta,

2007:6).

b. Pakistan

Pada tahun 1979, empat institusi keuangan (House Building

Finance Corporation, Investement Corporation of Pakistan, National

Investment Trust, dan Bankers Equity Limited) mulai menawarkan

fasilitas berdasarkan prinsip syariah. Pada bulan Juni 1980, Bank

Negara Pakistan mulai menggunakan metodeprofit-sharing(bagi hasil)

dan mark-up (marjin) untuk transaksi yang melibatkan government

bodies. Mulai Januari 1985, seluruh transaksi keuangan yang

melibatkan pemerintahan, perusahaan negara, dan perusahaan saham

menjadi bebas-bunga dan sejak 15 Juli 1985 seluruh tabungan yang

ditempatkan dalam lembaga keuangan menjadi bebas-bunga (Lee dan

Detta, 2007:8).

c. Sudan

Islamisasi sistem perbankan Sudan dilakukan pada tahun 1977

ketika Faisal Islamic Bank of Sudan didirikan di bawah FIBS Act of

the National People’s Council. Sesudah itu, lima bank syariah lain

(34)

Co-operative Bank, Al Baraka Bank of Sudan, dan Islamic Bank for

Western Sudan) didirikan (Lee dan Detta, 2007:8).

d. Malaysia

Bank Islam Malaysia Berhad didirikan pada tahun 1983 dan

terdaftar secara umum pada tanggal 17 Januari 1992. Undang-Undang

Perbankan Syariah 1983 mulai berlaku efektif pada tanggal 7 April

1983. Pada tanggal 1 Oktober 1999, bank syariah kedua, Bank

Muamalat Malaysia Berhad (BMMB) mulai beroperasi. Pendirian

BMMB merupakan dampakspin-offsetelah terjadi merger antara Bank

Bumiputera Malaysia Berhad dan Bank of Commerce (Malaysia)

Berhad (Lee dan Detta, 2007:10).

e. Turki

Turki adalah satu-satunya negara muslim yang dengan

sepenuhnya sekular dalam sistem perbankannya. Akan tetapi, pada

bulan Desember 1983, undang-undang yang berkaitan dengan

perbankan syariah disahkan. Sebagai ganti perbankan syariah, Special

Finance House digunakan, seperti Albaraka Turkish Finance House

dan Faisal Finance Institution Incorporation yang menyediakan

(35)

f. Eropa dan Amerika

Tahun 1983 berdiri The International Islamic Bank of Denmark

yang merupakan bank syariah pertama yang berdiri di kawasan Eropa.

Kemudian disusul dengan Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan

Bank, dan Jardine Fleming yang juga membuka jendela bank syariah

(Amin, 2009:69).

3. Perbankan Syariah di Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki

beragam suku bangsa, bahasa, dan agama. Meskipun bukan negara Islam,

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia

dengan jumlah penduduk beragama Islam sebanyak 88 persen, Kristen 5

persen, Katolik 3 persen, Hindu 2 persen, Budha 1 persen, dan lainnya 1

persen. Semakin majunya sistem keuangan dan perbankan serta semakin

meningkatnya kesejahteraan, kebutuhan masyarakat, khususnya muslim,

menyebabkan semakin besarnya kebutuhan terhadap layanan jasa

perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah (Ascarya, 2006:201).

Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember

2015, jumlah industri Bank Umum Syariah (BUS) tercatat sebanyak 12

bank, jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) sebanyak 22 bank, dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebanyak 160 bank.

(36)

Namun perkembangan ini masih dianggap baru dalam jumlah institusi.

Indikasinya, pangsa pasar (market share) perbankan syariah di Indonesia

masih belum banyak berkembang. Dalam Statistik Perbankan Indonesia

per Mei 2016 total aset bank umum syariah dan unit usaha syariah

mencapai 211.352 (dalam miliar rupiah). Jumlah ini masih relatif kecil jika

dibandingkan dengan total aset perbankan nasional secara umum yang

mencapai 6.243.113 (dalam miliar rupiah). Artinya pangsa pasar

perbankan syariah masih sangat kecil hanya 3,39%, padahal target pangsa

pasar perbankan syariah adalah sebesar 15% pada akhir tahun 2015.

Indonesia juga merupakan negara penerbit sukuk terbesar ke-4 pada

tahun 2012 lalu. Sehingga pihak regulator di Indonesia saat ini sedang

bekerja keras untuk menarik perhatian perbankan dan industri keuangan

syariah dunia dengan meningkatkan sistem regulasi yang baik untuk

mengakomodasi perbankan dan keuangan syariah (Global Islamic

Financial Report, 2013).

Karakteristik perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat melalui

beberapa hal, yaitu (Ascarya, 2006:202-205):

a. Sistem Keuangan dan Perbankan

Indonesia merupakan negara yang menganut sistem ekonomi

kapitalis. Mulai tahun 1992, dengan dikeluarkannya Undang-Undang

(37)

sistem keuangan dan perbankan ganda karena bank boleh beroperasi

dengan prinsip bagi hasil.

b. Aliran Pemikiran

Mayoritas penduduk muslim Indonesia menganut Mazhab Syafi’i.

Namun demikian, ulama Indonesia mengaplikasikan prinsip syariah

dalam dunia perbankan dengan hati-hati dan cenderung memiliki

pendapat yang sama dengan Ulama Timur Tengah.

c. Kedudukan Bank Syariah dalam Undang-Undang

Bank syariah di Indonesia baik yang berbentuk Bank Umum

Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), maupun Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS), berada di bawah Undang-Undang No. 21

Tahun 2008. Bank syariah di Indonesia dapat melakukan transaksi

berdasarkan titipan, pinjaman, bagi hasil, jual beli, sewa, serta prinsip

lain yang dibolehkan oleh syariah.

d. Kedudukan Dewan Syariah

Otoritas syariah tertinggi di Indonesia berada pada Dewan

Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI), yang

merupakan lembaga independen dalam mengeluarkan fatwa yang

berhubungan dengan semua masalah syariah agama Islam, baik

(38)

e. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah dan Produknya

Dalam hal strategi pengembangan perbankan syariah dan

produknya, Indonesia memilih pendekatan yang bertahap dan

berkesinambungan yang sesuai syariah dan tidak mengadopsi

akad-akad yang kontroversial.

4. Perbankan Syariah di Malaysia

Malaysia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku

bangsa dengan pemeluk agama yang beragam, terdiri dari Islam 58 persen,

Hindu 8 persen, Kristen 24 persen, dan lainnya 10 persen. Namun

demikian, agama resmi negara adalah Islam. Oleh karena itu, pemerintah

Malaysia mempunyai kewajiban untuk mengakomodasi pengembangan

lembaga keuangan syariah di Malaysia sesuai dengan agama Islam yang

dianut negara dan mayoritas rakyatnya. Atas dasar tersebut Malaysia mulai

menerapkan dual economic system dan mengembangkan sistem keuangan

dan perbankan syariah sejak 1983 (Ascarya, 2006:178).

Malaysia merupakan negara pertama yang memperkenalkan sistem

perbankan syariah di Asia Tenggara, yakni ketika beroperasinya Bank

Islam Malaysia Berhad pada 1983 setelah disahkannya Undang-Undang

Perbankan Islam Nomor 276 Tahun 1983 (Hasan dalam Syukron, 2013).

Dan pada tanggal 1 Oktober 1999, berdirilah bank syariah kedua, yaitu

(39)

merger antara Bank Bumiputera Malaysia Berhad dan Bank of Commerce

(M) Berhad (Samad dan Hassan, 2000).

Perbankan syariah di Malaysia memiliki karakteristik yang unik,

beberapa diantaranya adalah (Ascarya, 2006:181-184):

a. Sistem Keuangan dan Perbankan

Malaysia adalah negara yang menerapkan sistem keuangan dan

perbankan ganda (dual financial and banking system) mulai tahun

1983 ketika dikeluarkannya undang-undang perbankan syariah pada

tahun 1983 dan undang-undang asuransi syariah pada tahun 1984.

b. Aliran Pemikiran

Mayoritas penduduk muslim Malaysia meganut Mazhab Syafi’i.

Meskipun memiliki mazhab yang sama dengan mayoritas muslim

Indonesia, aplikasi prinsip syariah dalam dunia perbankan dapat

berbeda, tergantung pada pemahaman dan pendapat ulamanya.

c. Kedudukan Bank Syariah dalam Undang-Undang

Bank syariah di Malaysia berada di bawah undang-undang yang

berbeda tergantung dari bentuk institusinya. Bank syariah penuh (full

fledged Islamic bank) berada di bawah undang-undang perbankan

syariah atau Islamic Banking Act yang diterbitkan pada tahun 1983.

(40)

menawarkan produk-produk bank syariah berada di bawah

undang-undang perbankan konvensional. Dengan perbedaan undang-undang-undang-undang

yang mengaturnya, operasi full fledged Islamic bank menjadi lebih

leluasa daripada Islamic windows terutama dalam penerapan

ketentuan-ketentuan syariah.

d. Kedudukan Dewan Syariah

Otoritas syariah tertinggi di Malaysia berada pada NSAC

(National Syariah Advisory Council on Islamic Banking and Takaful)

dan berada dalam struktur organisasi Bank Negara Malaysia (BNM).

NASC didirikan dengan tujuan untuk bertindak sebagai satu-satunya

badan otoritas yang memberikan saran kepada BNM berkaitan dengan

operasi perbankan dan asuransi syariah; mengkoordinasi isu-isu

syariah tentang keuangan dan perbankan syariah; serta menganalisis

dan mengevaluasi aspek-aspek syariah dari skim atau produk baru

yang diajukan oleh institusi perbankan dan perusahaan takaful.

e. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah dan Produknya

Berbagai produk dan instrumen keuangan syariah di Malaysia

populer menggunakan akad atau mengandung unsur Bai’ Al-Inah dan

Bai’ Al-Dayn. Dengan menerapkan kedua akad ini, produk dan

instrumen keuangan syariah dapat menyerupai produk dan instrumen

keuangan konvensional. Apabila di perbankan konvensional ada kartu

(41)

seterusnya, sehingga hampir semua produk dan instrumen keuangan

konvensional selalu ada padanannya pada produk dan instrumen

keuangan syariah.

5. Perbankan Syariah di Iran

Republik Islam Iran atau Iran adalah sebuah negara Timur Tengah

yang terletak di Asia Barat Daya. Sebagian besar penduduk Iran adalah

Muslim. Iran merupakan satu dari lima negara yang penduduk Muslim

mayoritasnya mengikuti ajaran Syi'ah, 90% dari jumlah penduduk adalah

penganut ajaran Syi'ah, sementara ajaran Sunni dianut oleh 8% dari

penduduknya, 2% lagi adalah penganut agama Baha'i, Mandean, Hindu,

Zoroastrianisme, Yahudi, dan Kristen.

Sistem perbankan Islam di Iran dilaksanakan secara bertahap.

Pelaksanaannya memakan waktu enam tahun agar sistem tersebut dapat

terlaksana secara penuh. Langkah pertama yang diambil setelah pendirian

sistem perbankan Islam adalah memperkenalkan biaya jasa (service

charge) ke dalam sistem perbankan di tahun 1981 untuk menggantikan

sistem riba. Pada saat yang sama, peraturan perundang-undangan yang

komprehensif untuk pengislamisasian seluruh sistem perbankan telah

disusun oleh sebuah komite yang terdiri atas para banker, para akademisi,

usahawan, dan ulama. Akhirnya pada bulan Maret 1982, komite tersebut

(42)

Council. Undang-undang tersebut diundangkan pada Agustus 1983

sebagaiThe Law for Usury-Free Banking(Haron dalam Syukron, 2013).

Sejak tanggal 21 Maret 1984, nasabah penyimpan tidak

diperbolehkan menempatkan uang mereka ke dalam rekening berunsur

riba dan bank-bank tidak diizinkan menyediakan fasilitas kredit

berdasarkan bunga. Mulai bulan Maret 1985, seluruh sistem perbankan di

Iran telah berubah sepenuhnya menjadi sistem perbankan Islam (Sjahdeini,

2010:80-81).

Hal ini bisa dilihat dalam penilaianGlobal Islamic Financial Report

(GIFR) tahun 2011 sampai 2015, Iran menduduki urutan teratas diikuti

Malaysia dan Arab Saudi diposisi kedua dan ketiga dari 42 negara yang

memiliki potensi dan kondusif dalam pengembangan industri keuangan

syariah. Menurut Syukron (2013), hal ini dikarenakan kepiawaian Iran

dalam berperan secara efektif di kawasan Teluk dan Asia Tengah. Selain

itu, Iran memiliki bank Islam terbesar di dunia, dan tentu saja terletak

lebih sentral ke dunia Islam, sehingga Iran mampu menarik investasi dari

kawasan Teluk seperti UEA dan Bahrain.

6. Perbankan Syariah di Arab Saudi

Penduduk Arab Saudi adalah mayoritas berasal dari kalangan bangsa

Arab sekalipun juga terdapat keturunan dari bangsa-bangsa lain serta

(43)

Sejarah sistem perbankan di Arab Saudi dimulai dengan dibentuknya

Badan Moneter Arab Saudi atau Saudi Arabia Monetery Agency (SAMA)

pada Oktober 1952. Pada tahun 1957, Al-Rajhi Bank sebagai bank syariah

pertama yang didirikan di Arab Saudi. Saat ini Al-Rajhi Bank merupakan

bank syariah terbesar di dunia dalam hal kapitalisasi pasar dengan total

aset sebesar US$ 33 milyar dan kapitalisasi pasar sebesar US$ 4 milyar.

Setelah itu muncul bank-bank syariah lainnya seperti Bank Alinma, Bank

Aljazira, dan Bank Albilad (Alhozaimy, 2009).

Untuk memperkuat industri keuangannya, Arab Saudi memperkuat

kerja sama sesama negara teluk dengan berdirinya Gulf Cooperation

Council (GCC) pada 25 Mei 1981 yang terdiri dari Bahrain, Kuwait,

Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Salah satu tujuan

didirikannya GCC ini adalah untuk merumuskan peraturan yang sama di

berbagai bidang seperti ekonomi, keuangan, perdagangan, bea cukai,

pariwisata, hukum, dan administrasi (Syukron, 2013).

Untuk sektor perbankan, Arab Saudi memiliki proporsi tertinggi di

dunia dari aset perbakan syariah terhadap total aset perbankan melebihi

20%, karena semua bank disana memiliki operasional yang sesuai dengan

prinsip syariah, mulai dari yang sepenuhnya bank syariah sampai yang

baru membuka jendela bank syariah. Sektor perbankan Arab Saudi saat ini

terdiri dari 22 bank komersial, termasuk 12 bank lokal dan 10 cabang

(44)

Albilad, dan Alinma Bank) yang sudah menjadi Bank Umum Syariah

(Syukron, 2013).

Dengan potensi besar di bidang-bidang seperti real estate, equity,

infrastruktur dan pembiayaan proyek dan modal pertumbuhan pasar

melalui penerbitan sukuk, investasi prospek Kerajaan Arab Saudi untuk

keuangan Islam sangat positif. Dari sudut pandang hukum, dibandingkan

dengan lima anggota lainnya di GCC, Arab Saudi mungkin yang paling

terbuka untuk investasi asing, karena ada peraturan yang telah direvisi oleh

Saudi Arabian Monetary Authority dan Modal Otoritas Pasar untuk

membuka pasar dan mendorong investasi asing dan bakat ke dalam negara

(Hukmi, 2012).

7. Perbankan Syariah di Uni Emirat Arab

Uni Emirat Arab adalah sebuah negara federasi dari tujuh negara

bagian (emirat) yang kaya akan minyak bumi. Tujuh emirat tersebut

adalah Abu Dhabi, Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah, dan

Umm al-Qaiwain. Kebanyakan masyarakatnya adalah keturunan Persia

dan mayoritas beragama Islam.

Uni Emirat Arab adalah pasar yang dinamis dan berkembang untuk

bisnis, khususnya di bidang jasa keuangan. Komunitas perbankan di Uni

Emirat Arab terdiri dari 46 bank, yang terbesar di Gulf Cooperation

Council (GCC) setelah Arab Saudi. Tahun 2003 merupakan tahun rekor

(45)

laba bersih sekitar 16 persen. Menurut bank sentral, laba bersih agregat

dari 21 bank nasional dan 25 bank asing di Uni Emirat Arab sebesar DH

5,67 milyar ($ 1,54 milyar). Dari 21 bank nasional, 3 adalah lembaga

keuangan Islam dengan total aset gabungan DH 29,93 milyar ($ 8,14

milyar), yang setara dengan 9,5 persen dari total aset 46 bank yang

dimiliki oleh Uni Emirat Arab. Bank Umum Syariah pertama didirikan di

Dubai pada 1974 dan bank Islam multilateral menjalankan fungsinya pada

tahun 1976 yaitu Islamic Development Bank (Bley dan Kuehn, 2004).

Ada tiga jenis sistem keuangan negara-negara muslim. Yang pertama

adalah sistem keuangan Islam yang sepenuhnya (fully-fledged) seperti Iran,

Pakistan dan Sudan; negara-negara telah dikonversi sistem keuangan

mereka ke dalam sistem bebas bunga. Kedua, negara-negara yang

menggunakan sistem keuangan ganda (dual financial system) baik Islam

dan konvensional, seperti Bahrain dan Malaysia; mereka telah mendirikan

lembaga Islam untuk mengawasi dan mengatur kegiatan sistem keuangan

mereka berdampingan dengan lembaga biasa. Ketiga, sebagian besar

negara-negara muslim termasuk Uni Emirat Arab menggunakan sistem

keuangan konvensional; meskipun, mereka memiliki lembaga keuangan

Islam di sistem mereka, mereka masih memiliki sistem tradisional dan

tidak ada badan Islam khusus dalam sistem mereka (Schmith dalam

(46)

8. Perbankan Syariah di Kuwait

Kuwait adalah negara monarki yang terletak di Semenanjung Arab di

Asia Barat Daya. Sebelum penemuan minyak di tahun 1930-an yang

membuatnya menjadi salah satu negara terkaya di dunia, Kuwait adalah

negara Arab miskin yang sedikit diketahui orang. Mayoritas penduduk

Kuwait adalah Muslim.

Kuwait juga merupakan salah satu negara-negara Islam yang telah

memperhatikan perbankan syariah. Pada dasarnya artikel kedua di dalam

Constitution of Kuwait telah menyatakan dengan jelas syariah adalah

sumber utama pembuatan hukum dan Islam adalah agama resmi negara.

Hal ini telah memengaruhi pembuatan hukum dalam kegiatan perbankan

sehingga apapun yang menerima atau membayar riba (bunga dalam

kontrak pinjaman) secara resmi dilarang menurut 305 dan 547 artikel

hukum dalam hukum perdata Kuwait. Tetapi terdapat hukum-hukum

lainnya yang diterima di Kuwait yang mengecualikan kegiatan ekonomi

dari artikel hukum yang terkait dengan pelarangan bunga. Oleh karena itu,

menerima dan membayar diperbolehkan dalam kegiatan komersial

(Ballantyne dalam Zanganeh, 2015).

Terjadi perubahan besar di industri perbankan Kuwait, yaitu industri

keuangan syariah telah mengambil alih perbankan di negara tersebut. Saat

ini terdapat lima lembaga perbankan syariah di Kuwait, yakni Kuwait

(47)

International Bank, dan Warba Bank. Terakhir, Commercial Bank of

Kuwait (CBK) adalah salah satu bank konvensional yang mengubah diri

menjadi lembaga syariah. CBK mengumumkan perubahan itu pada Juli

setelah regulator menyetujui penerbitan obligasi senilai 120 juta dolar

Kuwait (425,16 juta dolar AS). Penerbitan ini dalam rangka proses transisi

CBK menjadi bank syariah (Alamsyah, 2014).

Perkembangan industri keuangan syariah di Kuwait berbanding

terbalik karena saat ini hanya ada empat bank konvensional di negara itu.

Secara umum, aset perbankan konvensional Kuwait tumbuh 8,7 persen

selama sembilan bulan pertama 2013. Angkanya saat ini mencapai 22,5

miliar dolar Kuwait (79,7 dolar AS). Sementara, pertumbuhan industri

keuangan syariah mencapai 11,2 persen hingga April periode tahun yang

sama sebesar 13,5 miliar dolar Kuwait (47,8 miliar dolar AS) (Alamsyah,

2014).

9. Perbankan Syariah di Qatar

Qatar adalah sebuah emirat di Timur Tengah yang terletak di sebuah

semenanjung kecil di Jazirah Arab. Kebanyakan penduduk Qatar

beragama Islam. Selain etnik Arab, Qatar juga terdiri dari banyak

ekspatriat yang bekerja di Qatar dalam industri minyak. Kebanyakan

ekspatriat berasal dari Asia Selatan, yaitu wilayah India, Pakistan, dan

(48)

sedangkan yang mengikuti Syi'ah hanya 3 %. Sedangkan penganut Kristen

kebanyakan berasal dari ekspatriat asal Eropa yang bekerja di Qatar.

Qatar merupakan negara Islam yang telah memperhatihan sektor

bisnisnya dalam dunia perbankan syariah. Lembaga keuangan syariah

pertama di Qatar adalah Qatar Islamic Bank (QIB) yang didirikan pada

tahun 1982. Sejak itu, QIB muncul sebagai kekuatan di pasar lokal dan

internasional. Saat ini, bank memainkan peran utama dalam

mengembangkan produk dan jasa keuangan yang kompetitif dan inovatif

berbasis syariah di seluruh dunia. QIB memegang pangsa pasar 19 persen

dari keseluruhan pasar perbankan Qatar. Hal ini membuat QIB sebagai

pelopor bank syariah di Qatar dan salah satu dari lima besar secara global

(Qommarria, 2013).

Laporan dari The Standard & Poor mencatat wilayah GCC memiliki

salah satu pasar perbankan syariah terbesar di dunia, dan menikmati metrik

kinerja yang sehat. Selain itu, dukungan pemerintah untuk sektor ini akan

membantu bank-bank syariah untuk terus memperluas pangsa pasar

mereka. Salah satunya adalah Qatar, bank-bank Islam di Qatar tumbuh

dalam neraca keseimbangan 28 persen antara tahun 2009 sampai 2013

ketika mereka memanfaatkan investasi besar pemerintah (Suharso, 2014).

Aset perbankan syariah Qatar diperkirakan tumbuh menjadi 100

miliar dolar AS pada 2017. Angka tersebut naik dari 54 miliar dolar AS

(49)

telah melampaui bank-bank di negara-negara tetangga di GCC, karena

investasi infrastruktur yang besar di bidang ini dari pemerintah Qatar

selama beberapa tahun terakhir (Suharso, 2014).

Dari 15 bank syariah dunia, peringkat teratas dihuni oleh dua bank

asal Qatar sebagai bank syariah paling efisien di dunia. Negeri petrodollar

ini sendiri menyumbangkan empat nama, yaitu Masraf Al Rayan pada

peringkat pertama, Qatar International Islamic Bank pada peringkat kedua,

Qatar Islamic Bank pada peringkat keempat, dan Barwa Bank pada

peringkat dua belas (Dream, 2015).

10. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah laporan periodik yang di susun menurut

prinsip-prinsip akuntansi yang di terima secara umum tentang status

keuangan dari individu, asosiasi, atau organisasi bisnis. Laporan keuangan

bertujuan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak

yang berkepentingan (pengguna laporan keuangan) dalam pengambilan

keputusan ekonomi yang rasional (Al Arif dan Rahmawati, 2015).

Menurut Kasmir (2014), laporan keuangan bank menunjukkan

kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca

bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan

kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen

(50)

manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta

mempertahankan kekuatan yang dimilikinya.

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Di samping itu, tujuan lainnya adalah

(Ihsan, 2013):

a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua

transaksi dan kegiatan usaha;

b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta

informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai

dengan prinsip syariah, bila ada, dan bagaimana perolehan dan

penggunaannya;

c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab

entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,

menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak; dan

d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh

penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi

mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas

syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah,

(51)

Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan

suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Dalam rangka peningkatan

transparansi kondisi keuangan, berdasarkan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, bank wajib menyusun

dan menyajikan laporan keuangan dalam bentuk dan cakupan yang terdiri

dari (Siamat, 2005):

a. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan

Laporan tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu

bank dalam kurun waktu satu tahun.

Laporan keuangan tahunan adalah laporan keuangan akhir tahun

bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang

berlaku dan wajib diaudit oleh Akuntan Publik.

b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan

Laporan keuangan publikasi triwulanan adalah laporan keuangan

yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku

dan dipublikasikan setiap triwulan.

c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan

Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan

laporan bulanan bank umum yang disampaikan kepada Bank Indonesia

(52)

d. Laporan Keuangan Konsolidasi

Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan

atau memiliki anak perusahaan, wajib menyusun laporan keuangan

konsolidasi berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan yang

berlaku serta menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam

Peraturan Bank Indonesia.

11. Kesehatan Perbankan Syariah

Tingkat kesehatan bank adalah bank yang dapat menjalankan

fungsi-fungsinya dengan baik, yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan

masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, pemerintah dalam

melaksanakan berbagai kebijakan, terutama kebijakan moneter (Veithzal,

2007:118).

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil risiko,

bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari

operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank

tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan

strategi usaha dimasa yang akan datang sedangkan bagi Bank Indonesia

antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi

pengawasan bank oleh Bank Indonesia (Santoso dan Sigit Triandaru,

2006:51).

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

(53)

Kesehatan bank harus dipelihara dan/atau ditingkatkan agar kepercayaan

masyarakat terhadap bank dapat tetap terjaga. Selain itu, tingkat kesehatan

bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan evaluasi

terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi bank serta menentukan

tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau permasalahan bank, baik

berupa corrective action oleh bank maupun supervisory action oleh

Otoritas Jasa Keuangan.

Menurut Pasal 1 angka 6 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)

No. 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah, tingkat kesehatan bank adalah hasil

penilaian kondisi bank yang dilakukan berdasarkan risiko termasuk risiko

terkait penerapan prinsip syariah dan kinerja bank atau disebut dengan

Risk-based Bank Rating.

Ketentuan tentang kesehatan bank (Bank Konvensional termasuk

UUS-nya serta Bank Syariah yang terdiri dari BUS dan BPRS),

dimaksudkan untuk dipergunakan: a. sebagai tolak ukur bagi manajemen

bank dalam menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sesuai

dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan

ketetuan-ketentuan yang berlaku; dan b. sebagai tolok ukur untuk menetapkan arah

pembinaan dan pengembangan bank, secara sendiri atau keseluruhan

(54)

Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014,

Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment)

atas tingkat kesehatan bank baik secara individual maupun secara

konsolidasi. Penilaian sendiri (self assessment) tingkat kesehatan bank

dilakukan paling kurang setiap semester untuk posisi akhir bulan Juni dan

Desember. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap

faktor-faktor sebagai berikut:

a. Profil Risiko (Risk Profile)

Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan penilaian

terhadap risiko inhern dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam

operasional Bank Umum Syariah yang dilakukan terhadap 10 risiko,

yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional,

risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, risiko reputasi, risiko

imbal hasil, dan risiko investasi.

b. Good Corporate Governance

Penilaian terhadap faktor Good Corporate Governance

merupakan penilaian terhadap manajemen Bank Umum Syariah atas

pelaksanaan prinsip-prinsipGood Corporate Governance.

(55)

Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap

kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, dan stabilitas

rentabilitas (sustainability learnings) Bank Umum Syariah.

d. Permodalan (Capital)

Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap

tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan Bank

Umum Syariah.

12. Pengukuran Kinerja Perbankan Syariah

Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan

perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi, dan

karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya (Mulyadi, 2000: 415). Pengukuran kinerja menurut Horngren

(1993: 372) mempunyai tujuan untuk mengukur kinerja bisnis dan

manajemen dibandingkan dengan goal atau sasaran perusahaan. Dengan

kata lain, pengukuran kinerja merupakan alat bagi manajemen untuk

mengendalikan bisnisnya.

Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang

dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, laba-rugi,

arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan

suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi yang

(56)

memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden di masa mendatang dan

resiko atas penilaian tersebut (Weston dan Brigham, 1993).

Pengukuran kinerja pada bank syariah kebanyakan masih

menggunakan pengukuran yang sama dengan pengukuran kinerja pada

bank konvensional yaitu dengan menghitung rasio CAMELS (Capital,

Asset, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity of Market Risk). Jika

dilihat dari tujuan perbankan syariah, seharusnya pengukuran yang

digunakan untuk mengukur kinerja perbankan syariah lebih spesifik dan

diarahkan kepada tujuan yang ingin dicapai berdasarkan syariah, sehingga

dapat mencerminkan bagaimana tujuan-tujuan syariah terpenuhi.

13. Kinerja Perbankan Syariah denganMaqasid Al-Shari’ah Framework

Maqasid al-Shari’ah framework adalah kerangka atau model

pengukuran kinerja perbankan syariah yang sesuai dengan tujuan dan

karakteristik perbankan syariah. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan konsep tujuan syariah berdasarkan Abu Zaharah (1997)

seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut

Abu Zahara (1997), secara spesifik perbankan syariah memiliki tiga tujuan

utama yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Tahdhib al-Fard(Pendidikan Individu)

Tujuan pertama mengungkapkan tentang bagaimana seharusnya

perbankan syariah menyebarkan pengetahuan dan kemampuan serta

(57)

Dengan demikian, bank syariah harus merancang program pendidikan

dan pelatihan yang harus mengembangkan tenaga kerja yang

berpengetahuan dan terampil dengan nilai-nilai moral yang tepat.

Mereka juga harus menyebarkan informasi kepada stakeholder

mengenai produk mereka.

b. Iqamah al-’Adl(Pembentukan Keadilan)

Tujuan kedua yaitu perbankan syariah harus meyakinkan bahwa

setiap transaksi dalam aktivitas bisnis dilakukan secara adil termasuk

produk, harga, ketentuan, dan kondisi kontrak. Selain itu perbankan

syariah juga harus meyakinkan bahwa setiap bisnis perbankan bebas

dari elemen-elemen negatif yang dapat menciptakan ketidakadilan

seperti riba, kecurangan, dan korupsi. Secara tidak langsung, bank

harus bijak menggunakan keuntungan dan mengarahkan kegiatan ke

arah yang dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan pendapatan

dan kekayaan.

c. Jalb al-Maslahah(Kepentingan Publik)

Tujuan ketiga yaitu perbankan syariah harus membuat prioritas

mengenai aktivitas bisnis mana yang memberikan manfaat yang lebih

besar bagi masyarakat. Tujuan ini termasuk kegiatan yang mencakup

kebutuhan dasar masyarkat seperti investasi di sektor-sektor vital,

(58)

Konsep ini merupakan adaptasi dari konsep yang dikemukakan oleh

Abu Zahara (1997) dalam Mohammed et al (2008, 2015). Ketiga tujuan

diatas oleh Mohammed et al (2008, 2015) diturunkan menjadi beberapa

indikator pengukuran dengan menggunakan metode operasionalisasi

Sekaran. Hal ini dilakukan agar ketiga tujuan syariah diatas dapat secara

operasional diukur dan ditentukan nilainya. Dengan menggunakan metode

Sekaran, penilaian kinerja perbankan syariah berdasarkan konsepMaqasid

al-Shari’ah yang dirumuskan oleh para peneliti muslim adalah sebagai

[image:58.595.109.521.241.710.2]

berikut:

Tabel 2. 1 Operasionalisasi Tujuan Perbankan Syariah Concepts

(Objectives) Dimensions Elements PerformanceRatios Sources ofData

1. Educating

Individual D1.Advancement of Knowledge

E1. Education

Grant R1. EducationGrant or Scholarship/ Total Expenses

Annual Report

E2. Research R2. Research Expenses/ Total Expenses

Annual Report

D2. Instilling New Skills and Improvements

E3. Training R3. Training Expenses/ Total Expenses Annual Report D3. Creating Awareness of Islamic Banking

E4. Publicity R4. Publicity Expenses/ Total Expenses Annual Report 2. Establishing Justice D4. Fair

(59)

Concepts

(Objectives) Dimensions Elements PerformanceRatios Sources ofData

D5. Cheap Product and Services

E6. Functional

Distribution R6. Mudharabahand Musharakah Modes/ Total Investment Modes Annual Report D6. Elimination of Negative Elements that Breed Injustices E7. Interest

Free Product R7. Interest FreeIncome/ Total Income

Annual Report

3. Maslahah D7.

Profitability of Bank

E8. Profit

Ratio R8. Net Income/Total Assets AnnualReport

D8.

Redistribution of Income and Wealth

E9. Personal

Income E9. Zakah Paid/Net Asset AnnualReport

D9. Investment in Vital Real Sector

E10. Investment Ratio in Real Sector R10. Investment in Real Economic Sector/ Total Investment Annual Report

Sumber: Mohammed et al (2015)

Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari pengukuran di atas, maka

dilakukan verifikasi dari model dan pembobotan pada setiap konsep dan

elemen pengukuran melalui wawancara dengan 16 pakar syariah di

Malaysia dan Timur Tengah. Pembobotan tersebut berdasarkan hasil

penelitian dari Mohammed (2015). Bobot rata-rata yang diberikan adalah

(60)
[image:60.595.107.517.135.428.2]

Tabel 2. 2 Bobot Rata-Rata untuk Tiga Tujuan dan Sepuluh Elemen

Objectives AverageWeight

(Out of 1) Elements

Average Weight (Out of 1)

O1. Educating

(Tahdhib al-Fard) 0,30 E1. Education Grant/DonationsE2. Research 0,240,27

E3. Training 0,26

E4. Publicity 0,23

Total 1

O2. Justice

(Al-’Adl) 0,41 E5. Fair ReturnsE6. Fair Price 0,300,32

E7. Interest Free Product 0,38

Total 1

O3. Public Interest

(Al-Maslahah) 0,29 E8. Bank’s Profit RatiosE9. Personal Income Transfers 0,330,30

E10. Investment Ratios in Real

Sector 0,37

Total 1 Total 1

Sumber: Mohammed et al (2015)

B. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti maqasid

al-shari’ah dari bank syariah di seluruh dunia. Salah satu penelitian awal

dilakukan oleh Mohammed et al (2008) berjudul The Performance Measures

of Islamic Banking Based on the Maqasid Framework. Penelitian ini pertama

kali disampaikan pada IIUM International Accounting Conference (INTAC IV)

pada tahun 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengajukan apa saja tujuan

dari perbankan syariah yang diturunkan dari teori Maqasid al-Shari’ah dan

membuat suatu model pengukuran kinerja perbankan syariah berdasarkan teori

tersebut. Sampel bank syariah yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 6

(61)

menggunakan metode baru dalam mengukur kinerja perbankan syariah yaitu

dengan metodeSimple Additive Weighted (SAW) sekaligus merumuskan nilai

pembobotannya. Hasil lainnya menyatakan bahwa dari keenam sampel yang

diuji menggunakan maqasid index tidak terdapat satu bank pun yang dapat

mencapai nilai kinerja yang tinggi berdasarkan 7 dari 10 rasio yang digunakan.

Bedanya penelitian Mohammed et al (2008) dengan penelitian ini adalah

selain menggunakan metode SAW peneliti juga menggunakan uji ANOVA

untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara tujuh negara sampel

(Indonesia, Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar).

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Antonio et al (2012). Penelitian ini

bertujuan untuk mengukur kinerja perbankan syariah di Indonesia dan

Jordania. Sampel bank syariah yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah

4 bank syariah, masing-masing negara mewakilkan 2 bank syariah terbesar di

negaranya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode SAW

dan MADM (Multiple Attribute Decision Making). Hasil dari penelitian ini

yaitu terdapat perbedaan kinerja perbankan syariah di Indonesia dan di

Jordania. Kesimpulan dari penelitian ini adalah belum adanya bank syariah

yang mampu mencapai nilai maqasid index yang tinggi dalam kinerjanya.

Bedanya penelitian Antonio (2012) dengan penelitian ini adalah selain

menggunakan metode SAW peneliti juga menggunakan uji ANOVA untuk

melihat apakah terdapat perbedaan antara negara sampel yang diteliti. Dan

(62)

tujuh negara di Asia (Indonesia, Malaysia, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab,

Kuwait, dan Qatar).

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Mohammed et al (2015) dengan

judul Developing Islamic Banking Performance Measures Based on Maqasid

Al-Shari’ah Framework: Cases of 24 Selected Banks. Penelitian ini

merupakan pengembangan dari penelitian Mohammed sebelumnya pada tahun

2008 dan bertujuan untuk membandingkan hasil dari metode pengukuran

kinerja menggunakan maqasid al-shari’ah dengan pengukuran kinerja bank

konvensional antara perbankan syariah dan perbankan konvensional. Metode

yang digunakan adalah metode Simple Additive Weighted (SAW) dan

Mann-Whitney U-Test. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya

ketidaksesuaian antara tujuan bank syariah dan tolok ukur konvensional yang

digunakan untuk mengukur kinerja bank-bank syariah. Selama bank syariah

menjalankan peraturan konvensional untuk operasi mereka, maka mereka akan

terlihat memiliki penilaian kinerja yang tidak bagus dibanding bank

konvensional. Bedanya penelitian Mohammed et al (2015) dengan penelitian

ini adalah peneliti tidak menggunakan Mann-Whitney U-Test untuk uji beda,

melainkan menggunakan uji ANOVA untuk melihat apakah terdapat

perbedaan antara tujuh negara sampel (Indonesia, Malaysia, Iran, Arab Saudi,

Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Qatar).

Penelitian terbaru dilakukan oleh Wibowo (2015). Penelitian ini meneliti

(63)

CAMEL di ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Thailand dengan sampel

1 bank syariah di masing-masing negara. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode One-Way ANOVA (Analysis of Variance) untuk

melihat perbedaan antara ketiga negara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa rasio dari

Gambar

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pemikiran..............................................................50
Tabel 1. 1 Islamic Finance Country Index (IFCI) Ranks for 2011 - 2016
Tabel 2. 1 Operasionalisasi Tujuan Perbankan Syariah
Tabel 2. 2 Bobot Rata-Rata untuk Tiga Tujuan dan Sepuluh Elemen
+7

Referensi

Dokumen terkait

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL ( Studi Kasus

Bagi pembaca (umum), penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tentang perbankan syariah dan pengukuran kinerja yang juga berbasis syariah (yaitu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis respon dari aset, DPK, NPF dan pembiayaan perbankan syariah akibat shock yang terjadi pada instrumen moneter syariah periode

perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan. 2) Menganalisa kinerja perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan. konvensional secara keseluruhan. 3)

Rasio kinerja tujuan pertama tentang penelitian terlihat bahwa, BIMB memperoleh nilai tertinggi yaitu 0.70%. Sementara itu, BSM dan BMI menjadi dua bank syariah yang rasio

Untuk menganalisis tingkat kesesuaian Corporate Social Responsibility (CSR) perbankan syariah dengan Analisi kinerja sosial bank Syariah dalam Islamic Social Reporting

Peran perbankan syariah sangat penting bagi perekonomian saat ini. Secara umum fungsi perbankan syariah sama dengan perbankan konvensional yaitu sebagai lembaga intermediasi

Namun, Zaim Saidi melihat adanya kejanggalan-kejanggalan dalam praktik ketiga akad tersebut di perbankan syariah yaitu pada akad wadiah terjadi modus pemutaran uang dan perubahan status