TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI
ULANGAN KEPADA ANAK USIA SEKOLAH DI
LINGKUNGAN IX KELURAHAN SUNGGAL
SKRIPSI
Oleh
Krissan Melita Tambunan 111121017
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
Judul : Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan kepada Anak Usia Sekolah
di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Nama Mahasiswa : Krissan Melita Tambunan
NIM : 111121017
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2011
Abstrak
Imunisasi ulangan adalah revaksinasi dari imunisasi dasar yang diberikan pada waktu-waktu tertentu dan juga diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan. Kendati di usia bayi imunisasinya sudah lengkap, bukan berarti di usia ini anak sudah aman dari ancaman penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah.Desain penelitian ini merupakan desain penelitian survei deskriptif. Sampel yang diambil untuk penelitian ini sebanyak 64 orang yaitu 20% dari total populasi dan penelitian dilakukan mulai dari tanggal 5 November 2012 - 25 Januari 2013 di wilayah Lingkungan IX Kelurahan Sunggal dengan teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah cluster sampling. Setelah pengumpulan data dan pengolahan data didapatkan hasil dari karakteristik demografi responden responden lebih banyak berada pada rentang usia 27-29 tahun sebanyak 19 orang (29,7%), tingkat pendidikan SMA sebanyak 32 orang (50%), pekerjaan pemulung sebanyak 27 orang (42,2%) dan jumlah anak dua orang sebanyak 21 orang (32,8%). Hasil penelitian adalah tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah mayoritas cukup sebanyak 46 orang (71,9%), 14 orang memiliki tingkat pengetahuan kurang (21,8%), dan 4 orang (6,3%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian di daerah yang lebih luas dengan sampel yang lebih representative dan juga meneliti hubungan antara faktor usia, pendidikan, sumber informasi dan jenis pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu dan kepada petugas kesehatan di lapangan agar dapat lebih mensosialisasikan tentang pentingnya imunisasi ulangan kepada masyarakat.
PRAKATA
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan kepada Anak Usia Sekolah di
Lingkungan IX Kelurahan Sunggal.”
Skripsi ini dapat selesai atas bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama dalam proses
penyelesaian Skripsi ini:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen Pembimbing Akademik.
4. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen Pembimbing Skripsi.
Terimakasih banyak atas segala saran dan arahan yang telah Ibu berikan
kepada saya. Atas waktu dan kesabaran ibu dalam memahami saya, mau
berbagi ilmu kepada saya selama penyusunan Skripsi ini.
5. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Penguji I.
6. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Dosen Penguji II.
8. Teman-teman satu angkatan saya, kelas ekstensi tahun 2011, baik kelas pagi
dan sore atas dukungan dan bantuannya selama ini. Terutama kepada
kakak-kakakku tersayang Kak Hanna, Kak Ika, Kak Cut, adik-adikku yang terkasih
Yulia Tigan, Elpiana Munthe, Elly Tetty, Ingrid dan Anggriani.
9. Suamiku yang terkasih, Pdt. Hendra Victor Lumbantobing, S.Si Teol dan juga
kedua putra kami tersayang, Ishak Satria Lumbantobing dan Gideon Dwi
Putra Lumbantobing.
10. Orangtua saya tercinta, P. Tambunan dan S.L. br. Hutagalung yang selalu
mendoakan dan mendukung saya selama masa perkuliahan ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.Semoga Tuhan
memberkati dan kiranya Skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, 06Februari 2013
Peneliti,
DAFTAR ISI
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7
2.2 Imunisasi Ulangan ... 9
4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ...18
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ...19
4.4 Pertimbangan Etik ...19
BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian ...25
5.1.1 Karakteristik Demografi Responden ...25
5.1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu ...26
BAB 6 Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan ...32 6.2 Saran ...32
Daftar Pustaka ...35 Lampiran-lampiran
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2. Lembar Kuesioner
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi ...26 Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan kepada
Judul : Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan kepada Anak Usia Sekolah
di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Nama Mahasiswa : Krissan Melita Tambunan
NIM : 111121017
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2011
Abstrak
Imunisasi ulangan adalah revaksinasi dari imunisasi dasar yang diberikan pada waktu-waktu tertentu dan juga diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan. Kendati di usia bayi imunisasinya sudah lengkap, bukan berarti di usia ini anak sudah aman dari ancaman penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah.Desain penelitian ini merupakan desain penelitian survei deskriptif. Sampel yang diambil untuk penelitian ini sebanyak 64 orang yaitu 20% dari total populasi dan penelitian dilakukan mulai dari tanggal 5 November 2012 - 25 Januari 2013 di wilayah Lingkungan IX Kelurahan Sunggal dengan teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah cluster sampling. Setelah pengumpulan data dan pengolahan data didapatkan hasil dari karakteristik demografi responden responden lebih banyak berada pada rentang usia 27-29 tahun sebanyak 19 orang (29,7%), tingkat pendidikan SMA sebanyak 32 orang (50%), pekerjaan pemulung sebanyak 27 orang (42,2%) dan jumlah anak dua orang sebanyak 21 orang (32,8%). Hasil penelitian adalah tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah mayoritas cukup sebanyak 46 orang (71,9%), 14 orang memiliki tingkat pengetahuan kurang (21,8%), dan 4 orang (6,3%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian di daerah yang lebih luas dengan sampel yang lebih representative dan juga meneliti hubungan antara faktor usia, pendidikan, sumber informasi dan jenis pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu dan kepada petugas kesehatan di lapangan agar dapat lebih mensosialisasikan tentang pentingnya imunisasi ulangan kepada masyarakat.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama proses pertumbuhan dan perkembangan, anak memerlukan asupan gizi yang adekuat, penanaman nilai agama dan budaya, pembiasaan disiplin yang
konsisten, dan upaya pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan
penyakit, yaitu melalui pemberian imunisasi. Pemahaman tentang imunisasi
diperlukan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada
anak sehat dan implikasi konsep imunisasi pada saat merawat anak sakit
(Supartini, 2004).
Imunisasi selalu dikaitkan dengan angka kesakitan dan kematian pada
bayi. Hal ini dikarenakan pemberian imunisasi adalah sebagai upaya untuk
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit. Dalam hal ini
pemerintah mencanangkan program imunisasi yang diwajibkan terutama pada
bayi usia 0-12 bulan (Lisnawati, 2011).
Menurut Hadinegoro (dalam Ranuh, dkk., 2008) kendati di usia bayi
imunisasinya sudah lengkap, bukan berarti di usia ini anak sudah aman dari
ancaman penyakit. Imunisasi akan memberikan antibodi bagi anak. Setelah
diimunisasi, antibodi anak akan naik. Tapi suatu saat, antibodi itu akan turun lagi.
Pada saat antibodi turun atau hampir habis, harus diberikan imunisasi lagi agar
Secara global, kematian karena campak di dunia yang dilaporkan pada
tahun 2002 sebanyak 777.000 dan dari jumlah itu, 202.000 diantaranya berasal
dari negara ASEAN serta 15% kematian karena campak tersebut berasal dari
Indonesia (Prasetyawati, 2011).
Di Indonesia, saat ini, dalam setahun diperkirakan ada 1,7 juta kematian
pada anak atau 5% pada anak balita adalah akibat PD3I (Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi), yaitu campak, polio, difteri, pertusis (batuk rejan),
tetanus, dan tuberkulosis. Khusus untuk campak, setiap 20 menit satu anak
Indonesia meninggal akibat komplikasi campak. Anak penderita penyakit campak
umumnya meninggal karena komplikasi di paru dalam wujud pneumonia atau
komplikasi di pencernaan yang menyebabkan diare. Imunisasi campak tambahan
pada tahun 2005-2007 di Indonesia masih menyisakan 30-40% anak berisiko
terkena campak. Indonesia termasuk satu dari 47 negara yang mendapat
pengawasan WHO dan UNICEF akibat tingginya kasus campak.
Anak yang sudah divaksin campak tidak 100% terbebas dari campak
karena efektivitas imunisasi campak yang diberikan kepada anak usia 9-59 bulan
ini hanya 85%. Namun, resiko komplikasi pada anak yang sudah diimunisasi lebih
ringan daripada jika tidak diimunisasi.
Pada tahun 2005, terjadi ledakan infeksi virus polio liar dari mancanegara
di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Karena itu, walau kasus polio liar terakhir
ditemukan pada tahun 2006, tidak berarti Indonesia bisa mengklaim telah bebas
yang tak memperoleh imunisasi polio dan 9% tidak terjangkau. Ini berisiko
menimbulkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) polio.
Berita lain adalah KLB difteri di Jawa Timur yang sejak Januari 2011
hingga Oktober 2011 menjangkiti tak kurang dari 328 anak dan menewaskan 11
di antaranya. Hal ini disebabkan ada resistensi masyarakat terhadap imunisasi
anak. Karena hal ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus mengeluarkan dana
tambahan Rp 8 miliar dan Kementerian Kesehatan juga mengeluarkan belasan
miliar rupiah (Julianto, 2011).
Dari penelitian mahasiswa sebelumnya, Amir (2004) yang berjudul
“pengetahuan dan sikap ibu primipara mengenai pemberian imunisasi pada
balitanya di lingkungan VIII kelurahan harjosari I kecamatan medan amplas”
secara deskriptif didapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu yang baik sebanyak
40,7%, cukup baik 33,3%, kurang baik 11,1% dan buruk 14,9%. Demikian juga
dengan penelitian Surbakti (2007) yang berjudul “pengetahuan ibu tentang
cakupan imunisasi polio pada bayi di lingkungan VII kelurahan simpang selayang
wilayah kerja puskesmas simalingkar kecamatan medan tuntungan” mendapatkan
hasil bahwa pengetahuan ibu yang baik sebanyak 83,9%, cukup 12,9%, kurang
3,2 %. Ini menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan ibu adalah baik walaupun
masih ada ibu yang kurang informasi tentang imunisasi yaitu sejumlah 14,9%
pada penelitian Amir dan 3,2% pada penelitian Surbakti. Apakah sama hasilnya
jika dilakukan penelitian lebih dalam mengenai imunisasi yaitu mengenai
bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan pada anak usia
sekolah.
1.2 Perumusan Masalah
Program imunisasi dasar merupakan program wajib dari pemerintah dan
dari hasil penelitian sebelumnya didapatkan pengetahuan ibu baik terhadap
imunisasi secara umum. Kenyataan yang peneliti dapatkan di lapangan dan
berbagai sumber bahwa masih banyak terdapat penyakit campak, difteri dan
beberapa kasus penyakit polio di Indonesia. Hal ini mungkin dikarenakan para ibu
berhenti membawa anaknya untuk diimunisasi setelah imunisasi dasar terakhir
yaitu imunisasi campak saat bayi usia 9-11 bulan. Dan ketika anak masuk SD,
tidak semua sekolah mengadakan program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)
atau bisa saja ibu tidak tahu bahwa ada imunisasi ulangan. Hal inilah yang
menyebabkan peneliti lebih tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu
tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada
anak usia sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal?
1.4 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bahwa setelah
imunisasi dasar masih ada imunisasi ulangan yang diberikan pada saat masuk
sekolah dasar dan hal tersebut sangat penting bagi anak. Dalam penelitian ini juga
dipaparkan hal-hal yang berkaitan dengan jenis-jenis dan efek samping setiap
imunisasi ulangan yang diberikan.
1.5.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Untuk meningkatkan peran tenaga kesehatan dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal lewat pemberian imunisasi ulangan. Sehingga
tenaga kesehatan terutama perawat bisa berperan serta dalam program BIAS
dengan bekerjasama dengan sekolah-sekolah dasar yang ada di lingkungannya.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Untuk memberi informasi bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi
ulangan sangat penting karena berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi anak.
Imunisasi merupakan investasi masa depan bagi anak. Semakin lengkap imunisasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa,
dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan
dan pendengaran. Pengetahuan dalam kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:
mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis dan
mengevaluasi ( Notoatmodjo, 2007).
2.1.2 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau
kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010). Dalam penggunaan kuesioner sebagai alat ukur, maka
pengetahuan dikategorikan sebagai berikut :
1. Pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 75%-100%.
2. Pengetahuan cukup, apabila nilai yang diperoleh responden berkisar
50%-75%.
2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Dalam bukunya yang berjudul Pendidikan dan Perilaku Kesehatan tahun
2003, Notoatmodjo menjelaskan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi
pengetahuan:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan
non formal dan lingkungan. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin
b. Sumber informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan sesuatu yang pernah dialami oleh seseorang dan
mempengaruhi kehidupannya. Dengan pengalaman, seseorang dapat memiliki
informasi dan pengetahuan yang lebih baik, khususnya pengetahuan tentang
kesehatan. Dalam pekerjaan selalu mendapat tuntutan perubahan kebutuhan yang
cepat akan keterampilan dan pengetahuan diperlukan untuk memegang pekerjaan
yang mengarah ke sistem kerja yang otomatis. Untuk memenuhi tuntutan,
dibutuhkan informasi yang lengkap dan cepat, maka orang yang berpengalaman
d. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia
madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial
serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua
sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup. Semakin tua
semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak
hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
2.2 Imunisasi Ulangan 2.2.1 Pengertian
Imunisasi ulangan adalah revaksinasi dari imunisasi dasar yang diberikan
pada waktu-waktu tertentu dan juga diberikan bila terdapat suatu wabah yang
berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan. Imunisasi
ulangan dapat meninggikan secara cepat kadar zat antibodi dalam tubuh
(Prasetyawati, 2011).
Biasanya diberikan melalui BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yaitu:
imunisasi lanjutan pada anak SD yang dilaksanakan pada bulan Nopember setiap
untuk anak kelas 1 SD atau sederajat, vaksin Difteri Tetanus (DT) pada anak kelas
2, vaksin Tetanus Toksoid (TT) dan Tetanus difteri (Td) pada anak kelas 3 SD
atau sederajat dan vaksin TT dan vaksin Polio pada anak kelas 6 SD atau
sederajat. Pada tahun 2011, secara nasional imunisasi vaksin TT untuk kelas 3 SD
atau sederajat ditambah dengan Antigen difteri (vaksin Td).
Pemberian imunisasi ini sebagai ulangan untuk mengantisipasi
terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri. Perubahan pemberian imunisasi
dari vaksin TT ditambah dengan vaksin Td ini sejalan dengan rekomendasi dari
Komite Ahli Penasehat Imunisasi Nasional atau Indonesia Technical Advisory
Group on Immunization. Hal ini disebabkan adanya perubahan trend kasus
infeksi difteri pada usia anak sekolah dan remaja (Sundoro, 2011).
2.2.2 Jenis-jenis
Imunisasi ulanganada lima jenis, meliputi DT, TT, Td, campak dan polio. Di bawah ini merupakan penjelasan masing-masing penyakit dan vaksinnya (Ranuh, dkk, 2008).
1. Penyakit difteri
Difteri adalah salah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium diptheriae. Penyakit ini diperkenalkan pertama kali oleh Hipokrates pada abad ke 5 SM dan epidemi pertama dikenal pada abad
ke-6 oleh Aetius. Bakteri tersebut pertama kali diisolasi dari pseudomembran
pasien penderita difteria pada tahun 1883 oleh Klebs, sedangkan anti-toksin
ditemukan pertama kali dibuat pada akhir abad ke-19 sedangkan toksoid difteria
langsung dengan penderita difteri atau dengan pasien carrier difteri. Kontak langsung melalui percikan ludah (saat batuk, bersin dan berbicara), eksudat dari
kulit yang terinfeksi atau kontak tidak langsung melalui debu, baju, buku
maupun mainan yang terkontaminasi.
Gambaran klinis, masa inkubasi difteri umumnya 2-5 hari pada difteri
kulit masa inkubasi adalah 7 hari setelah infeksi primer pada kulit. Pasien akan
mengalami gejala seperti demam dan terkadang menggigil, kerongkongan sakit
dan suara parau, perasaan tidak enak, mual, muntah, sakit kepala, hidung
berlendir kadang-kadang bercampur darah, serta dapat teraba adanya benjolan
dan bengkak pada daerah leher (bull neck).
2. Vaksin difteri
Anti-toksin difteri pertama kali digunakan pada tahun 1891 dan mulai
dibuat secara massal tahun 1892. Anti-toksin difteri ini terutama digunakan
sebagai pengobatan dan efektifitasnya sebagai pencegahan diragukan.
Pemberian anti-toksin dini sangat mempengaruhi angka kematian akibat difteri.
Kemudian dikembangkanlah toksoid difteri yang ternyata efektif dalam
pencegahan timbulnya difteri. Untuk imunisasi primer terhadap difteri
digunakan toksoid difteri yang kemudian digabung dengan toksoid tetanus dan
vaksin pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Untuk imunisasi rutin anak
dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan dan saat masuk
sekolah. Beberapa penelitian serologis membuktikan adanya penurunan
kekebalan sesudah kurun waktu tertentu dan perlunya penguatan (booster) pada
3. Penyakit Tetanus
Tetanus (lockjaw/kejang otot pada rahang dan wajah) adalah salah satu
penyakit menular yang disebabkan oleh tetanospasmin sejenis neurotoksin yang
diproduksi oleh bakteri Clostridium tetani. Penyakit ini sudah mulai dikenal sejak abad ke-5 SM tetapi baru pada tahun 1884 dibuktikan secara
eksperimental melalui penyuntikan pus pasien tetanus pada seekor kucing oleh
Carle dan Rattone.
Clostridium tetani adalah bakteri yang sensitif terhadap suhu panas dan
tidak bisa hidup dalam lingkungan beroksigen. Sebaliknya, spora tetanus sangat
tahan panas dan kebal terhadap beberapa antiseptik. Bakteri ini banyak terdapat
pada kotoran, debu jalan, usus dan tinja kuda, domba, anjing serta kucing.
Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka sehingga mampu
menginfeksi sistem urat saraf dan otot menjadi kaku (rigid). Gejala utama penyakit ini timbul kontraksi dan spastisitas otot yang tidak terkontrol, kejang,
gangguan saraf otonom, dan rigid paralysis (kehilangan kemampuan untuk
bergerak). Perawatan luka merupakan pencegahan utama terjadinya tetanus di
samping imunisasi pasif dan aktif.
4. Vaksin Tetanus
Pembuktian bahwa toksin tetanus dapat dinetralkan oleh suatu zat
dilakukan oleh Kitasatol (1889) dan Nocard (1897) yang menunjukkan efek
dari transfer pasif suatu anti-toksin yang kemudian diikuti oleh imunisasi pasif
pada tahun 1924 dan efektifitas imunisasi aktif didemonstrasikan pada perang
dunia II.
Toksoid tetanus yang dibutuhkan untuk imunisasi adalah sebesar 40 IU
dalam setiap dosis tunggal dan 60 IU bersama dengan toksoid difteria dan
vaksin pertusis. Pemberian toksoid tetanus memerlukan pemberian
berkesinambungan untuk menimbulkan dan mempertahankan imunitas. Tidak
diperlukan pengulangan dosis bila jadwal pemberian ternyata terlambat.
Efektifitas vaksin ini cukup baik, ibu yang mendapatkan toksoid tetanus 2 atau
3 dosis memberikan proteksi bagi bayi baru lahir terhadap tetanus neonatal.
KIPI terutama reaksi lokal sangat dipengaruhi oleh dosis, pelarut, cara
penyuntikan dan adanya antigen lain dalam kombinasi vaksin itu.
5. Vaksin DT (Difteri Tetanus) dan Td (Tetanus difteri)
Vaksin DT diberikan pada anak yang memiliki kontra indikasi terhadap
vaksin pertusis. Sedangkan vaksin Td (adult type) mengandung toksoid difteri
yang lebih rendah daripada vaksin DPT tetapi toksoid tetanusnya sama. Vaksin ini
dianjurkan untuk anak umur lebih dari 7 tahun untuk memperkecil kemungkinan
KIPI karena toksoid difteri. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam
ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya
berlangsung selama 1-2 hari.
6. Penyakit Campak
Penyakit Campak (measles) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus paramiksovirus Gejala dari penyakit ini ditandai dengan
ruam kulit. Penyakit ini penularan infeksi karena menghirup percikan ludah
penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari
sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak adalah pada kondisi dengan
infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°C, gangguan sistem kekebalan,
pemakaian obat imunosupresan, alergi terhadap protein telur, hipersensitivitas
terhadap kanamisin dan eritromisin, wanita hamil.
7. Vaksin campak
Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu: 1) vaksin
yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonston
B), 2) vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan. WHO
menganjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi berumur 9 bulan. Untuk
negara maju, imunisasi campak (MMR) dianjurkan pada anak berumur 12-15
bulan dan diulangpada umur 4-6 tahun.
Gejala KIPI berupa demam yang lebih dari 39,5°C terjadi pada 5-15%
kasus, demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan
berlangsung selama 2 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada
hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung 2-4 hari.
8. Penyakit Polio
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu
maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada
otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan sehingga bisa menyebabkan
Kontra indikasi pemberian vaksin polio adalah pada kondisi dengan
diare berat, gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi,
kortikosteroid) dan kehamilan.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan
kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon
kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk
meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertinggi.
9. Vaksin Polio
Terdapat 2 macam vaksin polio:
a. IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio
yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan, jarang diberikan di
Indonesia.
b. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen(MOPV)efektif melawan 1 jenis polio. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio, kemudian pada saat masuk
SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia
umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1ml)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan variabel-variabel yang
akan diamati atau diukur malalui penelitian yang akan dilakukan. Pada skema
kerangka konsep dapat dilihat bahwa indikator dalam penelitian akan
mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada
anak usia sekolah.
Tingkat pengetahuan ibu
tentang
imunisasi ulangan: a. Baik
a. Pengertian b. Cukup
b. Jenis-jenis c. Kurang
c. Jadwal Pemberian
3.2 Defenisi Operasional Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan desain penelitiandeskriptif yang
dilakukan untukmenggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam
masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Dimana dalam penelitian ini, dilakukan survei
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang
imunisasiulangan kepada anak usia sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal.
4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia sekolah
di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal saat ini totalnya berjumlah 320 orang
(Laporan Kepala Lingkungan IX tanggal 25 Mei 2012).
4.2.2 Sampel
Sampel yang diambil adalah ibu yang tinggal bersama dengan anaknya
yang sedang duduk di kelas 1-6 SD. Apabila populasi kurang dari 100 orang,
maka sampelnya harus diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Tetapi jika populasi lebih dari 100 orang, maka sampel yang
diambil 10-20 % dari jumlah populasi (Arikunto, 2010).Berdasarkan data yang
sudah diperoleh melalui survei awal, jumlah populasi 320 orang maka jumlah
4.2.3 Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cluster
sampling/ pengambilan sampel secara kelompok atau gugus. Dalam teknik ini,
peneliti cukup mendaftar banyaknya kelompok atau gugus yang ada di dalam
populasi itu kemudian mengambil beberapa sampel berdasarkan gugus tersebut.
Dalam hal ini, lingkungan IX terdiri dari 4 wilayah, yaitu pasar 1, pasar 2, pasar 3
dan pasar 4. Dari tiap kelompok, peneliti akan mengambil 10 orang dari pasar 1, 5
orang dari pasar 2, 30 orang dari pasar 3, 19 orang dari pasar 4. Hal ini
dikarenakan jumlah ibu yang memiliki anak usia sekolah berbeda-beda di setiap
kelompok. Cara yang dilakukan adalah dengan mendata jumlah populasi di setiap
wilayah pasar 1,2,3 dan 4. Didapatkan hasil populasi di pasar 1 sebanyak 50
orang, di pasar 2 sebanyak 25 orang, di pasar 3 sebanyak 150 orang dan di pasar
4 sebanyak 95 orang, dengan total populasi seluruhnya sebanyak 320 orang.
Kemudian diambil masing-masing 20% dari setiap populasi sehingga didapatkan
hasil seperti yang telah dipaparkan sebelumnya dengan total sampel 64 orang.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitan
Penelitian ini dilakukan di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal dari tanggal
25 November 2012 sampai dengan tanggal 25 Januari 2013.
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan proposal dari Fakultas
Keperawatan USU. Dalam penelitian ini, responden akan diberi informasi tentang
manfaat dilakukannya penelitian ini. Kemudian diberikan lembar persetujuan
responden(informed consent).Dalam pengambilan data, peneliti harus memberitahukan keuntungan bagi responden dan peneliti jika responden turut
serta dalam penelitian ini (beneficence) dan juga bahwa penelitian ini tidak membahayakan responden dalam hal apapun (non maleficence). Tetapi jika responden tetap menolak terlibat dalam penelitian ini, peneliti tidak boleh
memaksa (autonomy). Antara peneliti dan responden harus memberikan penjelasan dan data-data yang jujur agar hasil penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan (veracity).Penelitimenjaga kerahasiaan identitas dan data-data yang diberikan oleh respondendengan memakai inisial nama(confidentiality).
4.5 Instrumen Penelitian
Pada penyusunan instrumen penelitian tahap awal perlu dituliskan
data-data tentang karakteristik responden dan data-data demografi lainnya. Meskipun data-data
tersebut tidak dianalisis, tetapi akan sangat membantu peneliti jika sewaktu-waktu
dibutuhkan (Nursalam, 2008).
Data responden diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan imunisasi ulangan. Pada jenis
pengukuran ini, peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk
menjawab pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan yang diajukan tersebut adalah
jenis closeended questions, dimana diberikan beberapa pilihan jawaban untuk
setiap pertanyaan. Responden tinggal memilih jawaban yang benar. Dimana jika
jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah skor 0. Total skor yang diperoleh
terendah 0 dan tertinggi 10. Semakin tinggi skor, maka semakin baik tingkat
Berdasarkan teori dari bab 2 (Notoatmodjo, 2010), maka pengetahuan
dikategorikan sebagai berikut: pengetahuan baik apabila skor responden 8-10,
pengetahuan cukup apabila skor responden 5-7 dan pengetahuan kurang apabila
skor responden dibawah 5.
Di dalam kuesioner yang dibagikan untuk meneliti tingkat pengetahuan
ibu mengenai pemberian imunisasi ulangan pada anaknya, terdapat 10 pertanyaan
yang dikelompokkan dalam : a) 3 pertanyaan tentang pengertian
imunisasiulangan, b) 2 pertanyaan tentang jenis-jenis imunisasi ulangan, c) 2
pertanyaan tentang jadwal pemberian imunisasiulangan, d) 3 pertanyaan tentang
efek samping imunisasi ulangan.
4.6 Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Validitas
Uji validitas dapat diuraikan sebagai tindakan ukuran penelitian yang
sebenarnya yang memang didesain untuk mengukur. Validitas berkaitan dengan
nilai sesungguhnya dari hasil penelitian dan merupakan karakteristik yang penting
dalam penelitian yang baik (Setiadi, 2007). Dimana uji validitas pada penelitian
ini dilakukan oleh dr. Pertin Sianturi, Sp.A (K) dengan hasil bahwa pertanyaan di
dalam kuesioner sangat relevan dengan konsep yang diteliti dengan nilai 4 untuk
masing-masing pertanyaan.
4.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur
yang sama(Notoatmodjo, 2010).
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan internal
consistency, yaitu dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian
hasilnya dianalisa. Uji reliabilitas ini diberikan secara acak kepada 10 orang
responden dengan karakteristik sesuai sampel yang berada di wilayah berbeda
yakni Lingkungan VIII Kelurahan Sunggal yang dilakukan pada hari Selasa, 27
November 2012.Pada penelitian ini pengujian reliabilitas menggunakan analisis
Cronbach’s Alpha, yaitu untuk mencari reliabilitas instrumen. Instrumen
dikatakan reliabel bila nilai alpha 0,6 – 0,9 (Polit & Hungler, 1995). Hasil
reabilitas terhadap 10 orang responden yaitu diperoleh nilai 0, 731 yang berarti
bahwa instrumen sudah reliabel (alpha > 0,6).
4.7 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimulai setelah kuesioner penelitian valid dan reliabel.
Kemudian, setelah peneliti menerima surat ijin pelaksanaan penelitian dari
institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU dan surat ijin dari lokasi
penelitian, kuesioner dibagikan kepada responden untuk diisi yaitu mulai dari
tanggal 3-20 Desember 2012. Jumlah sampel yaitu 64 orang dengan pembagian
sebagai berikut 10 orang dari pasar 1, 5 orang dari pasar 2, 30 orang dari pasar 3
dan 19 orang dari pasar 4. Pada saat pengumpulan data, peneliti mendatangi
rumah-rumah per wilayah.Peneliti mendatangi rumah satu per satu secara acak
consent,setelah itu respondenyang setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini boleh menjawab pertanyaan yang ada di kuesioner.
Selama pengisian kuesioner, responden diberi kesempatan untuk bertanya
tentang kejelasan pertanyaan pada kuesioner apabila ada pertanyaan yang tidak
dipahami.Setelah didapatkan data dari 64 orang responden, maka pengumpulan
data selesai dilaksanakan dan dilanjutkan untuk analisa data.
4.8 Analisa Data
Dalam melakukan analisa data terlebih dahulu data harus diolah dengan
tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang
diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam
pengujian hipotesis ( Hidayat, 2011).
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh, diantaranya:
1. Editing, setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti langsung
memeriksa kelengkapan data agar dalam proses selanjutnya tidak ada kendala
dalam pengolahan data.
2. Coding,merupakan kegiatan pemberian kode angka terhadap data yang terdiri
atas beberapa kategori agar mempermudah proses pengolahan data.
3. Data entry, yakni mengisi kolom-kolom atau kotak- kotak lembar kode atau
kartu kode sesuai dengan jawaban-jawaban masing-masing pertanyaan ke
dalam master tabel secara komputerisasi, kemudian membuat distribusi
4. Teknik analisa, dalam melakukan analisa khususnya terhadap data penelitian
deskriptif, maka akan menggunakan teknik analisa univariat yaitu suatu metode
untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk
mendeskripsikan suatu hasil penelitian. Pada penelitian ini yang dianalisis
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1Hasil Penelitian
Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tingkat pengetahuan
ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah yaitu:
5.1.1 Karakteristik Demografi Responden
Deskripsi karakteristik demografi responden terdiri dari usia, pendidikan,
pekerjaan dan jumlah anak. Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas dari jumlah
responden berada pada rentang usia 27–29 tahun sebanyak 19 orang (29,7%),
mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 32 orang (50%), dengan jenis
pekerjaan terbanyak pemulung sebanyak 27 orang (42,2%) dan mayoritas
responden memiliki jumlah anak dua orang sebanyak 21 orang (32,8%).
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi (f = 64)
Karakteristik Demografi f %
Usia
5.1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Ulangan Kepada Anak Usia Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa mayoritas responden
memiliki pengetahuan yang cukup (71,9%) sebanyak 46 orang tentang imunisasi
ulangan kepada anak usia sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan Kepada Anak Usia Sekolah
Tingkat Pengetahuan f %
Baik 4 6,3
Cukup 46 71,9
Kurang 14 21,8
Hasil tersebut diperoleh berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang
dilakukan peneliti kepada 64 orang responden, salah satunya yaitu untuk
pertanyaan nomor 7, sebanyak 100% responden menjawab “benar” tentang jadwal
imunisasi ulangan yang terakhir diberikan pada anak usia sekolah dan untuk
pertanyaan tentang jadwal pertama kali imunisasi ulangan diberikan jika sesuai
dengan program pemerintah, sebanyak 96,9% menjawab dengan “benar”. Dan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Ulangan Kepada Anak Usia Sekolah (n=64)
No Pertanyaan Benar Salah
f % f %
1 Pemberian imunisasi apa yang diberikan setelah imunisasi dasar lengkap?
48 75 16 25
2 Revaksinasi setelah mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang diberikan pada waktu-waktu tertentu atau juga diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit tertentu termasuk imunisasi apa?
47 73,4 17 26,6
3 Imunisasi apakah yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh secara cepat? diberikan jika sesuai dengan program pemerintah?
62 96,9 2 3,1
7 Imunisasi ulangan yang terakhir diberikan pada anak usia sekolah adalah imunisasi TT (Tetanus yang terjadi setelah pemberian imunisasi ulangan?
Karakteristik responden dalam penelitian ini mencakup usia, pendidikan,
pekerjaan dan jumlah anak. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah terbanyak
responden berada pada rentang usia 27–29 tahun sebanyak 19 orang (29,7%),
sebanyak 27 orang (42,2%) dan jumlah anak dua orang sebanyak 21 orang
(32,8%).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa responden memiliki
pengetahuan cukup tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah yaitu
sebanyak 46 orang (71,9%). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amir
(2004) di Lingkungan VIII Kel. Harjosari I Kec. Medan Amplas yang berjudul
“pengetahuan dan sikap ibu primipara mengenai pemberian imunisasi pada
balitanya” secara deskriptif didapatkan karakteristik demografi responden
mayoritas usia ibu 20-23 tahun (37,04%), pendidikan SMU (70,37%) dan
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (85,18%) dengan hasil analisa data bahwa
mayoritas ibu memiliki pengetahuan baik (40,7%). Demikian juga, Surbakti
(2007) melakukan penelitian di Lingkungan VII Kelurahan Simpang Selayang
Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan yang
berjudul “pengetahuan ibu tentang cakupan imunisasi polio pada bayi” dengan
karakteristik demografi responden usia mayoritas 25-29 tahun (35,5%),
pendidikan SMA (58,1%), dan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (77,4%) dan
kesimpulannya adalah pengetahuan ibu mayoritas baik (83,9%). Kedua penelitian
di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi secara
umum adalah baik, sedangkan jika digali lebih dalam tentang imunisasi
khususnya imunisasi ulangan maka hasil yang peneliti dapatkan adalah bahwa
tingkat pengetahuan ibu adalah cukup. Hal ini bisa disebabkan kurangnya
informasi yang didapatkan ibu tentang topik imunisasi ulangan atau bisa juga
Seperti yang terjadi di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal, jawaban
responden melalui kuesioner yang berisi 10 pertanyaan tentang pengertian,
jenis-jenis, jadwal dan efek samping imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah, pada
pertanyaan no.1 dan no.2 yang berkaitan dengan pengertian imunisasi ulangan
kebanyakan responden menjawab salah 25% dan 26,6%. Pada pertanyaan no.1
tentang pemberian imunisasi yang diberikan setelah imunisasi dasar lengkap dan
pertanyaan no.2 tentang revaksinasi setelah mendapatkan imunisasi dasar lengkap
yang diberikan pada waktu tertentu atau saat ada wabah, responden yang
jawabannya salah menjawab imunisasi tambahan. Mungkin dikarenakan
masyarakat lebih sering mendengar istilah imunisasi tambahan daripada imunisasi
ulangan sehingga pada pertanyaan no.1 dan no.2 ada yang menjawab imunisasi
tambahan.
Sedangkan untuk pertanyaan berikutnya, dimana sebanyak 100%
responden menjawab “benar” pertanyaan no.7 dan 96,9% responden menjawab
“benar” yang kedua pertanyaan tersebut berkaitan dengan jadwal pemberian
imunisasi ulangan, kemudian sebanyak 92,2% responden menjawab benar
pertanyaan no.10, sebanyak 85,9% responden menjawab “benar” pertanyaan no.8
dan 84,4% responden menjawab “benar” pertanyaan no.9 yang ketiganya
berkaitan dengan efek samping imunisasi ulangan. Hal ini menunjukkan untuk
ketiga indikator lainnya, jawaban responden mayoritas baik karena banyak faktor
yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Tingkat
pengetahuan ibu yang cukup tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah
lebih banyak SMA sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu cukup tentang
imunisasi ulangan sebanyak 71,9% (46 orang), baik sebanyak 6,3% (4 orang) dan
kurang sebanyak 21,9% (14 orang). Kriteria untuk menentukan tingkat
pengetahuan ibu dinilai dari skor kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan
tentang pengertian, jenis-jenis, jadwal dan efek samping imunisasi ulangan.
Dimana pada pertanyaan no.7 sebanyak 64 orang (100%) menjawab benar tentang
jadwal pertama kali biasanya diberikan imunisasi ulangan. Dan sebanyak 17
orang (26,6%) menjawab salah pertanyaan no.2 tentang pengertian imunisasi
ulangan. Dengan karakteristik demografi terdiri dari usia mayoritas 27-29 tahun
sebanyak 19 orang (29,7%), pendidikan mayoritas SMA sebanyak 32 orang
(50%), pekerjaan mayoritas pemulung sebanyak 27 orang (42,2%) dan jumlah
anak mayoritas dua orang sebanyak 21 orang (32,8%).
Dari hasil tersebut, tingkat pengetahuan cukup karena didukung tingkat
pendidikan responden yang mayoritas adalah SMA (50%).
6.2 Saran
a. Bagi praktek keperawatan
Dari penelitian sebelumnya, diperoleh hasil bahwa pengetahuan ibu
tentang imunisasi secara umum adalah baik, sedangkan dalam penelitian ini
perawat agar dapat lebih mensosialisasikan tentang imunisasi ulangan lewat
program Posyandu, kunjungan langsung ke masyarakat atau penyuluhan di
Puskesmas agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan lebih jelas.
b. Bagi pendidikan keperawatan
Pengetahuan tentang imunisasi ulangan perlu disosialisasikan lebih dalam
lagi kepada mahasiswa untuk menambah wawasan sehingga saat terjun ke
masyarakat, mahasiswa memiliki bekal yang kuat tentang topik tersebut. Juga
perlunya dijalin kerjasama yang baik dengan antara pihak universitas dengan
puskesmas-puskesmas selama mahasiswa terjun ke masyarakat dalam
meningkatkan promosi kesehatan tentang imunisasi ulangan pada saat mahasiswa
melakukan penyuluhan agar masyarakat tahu lebih banyak dan dapat memberikan
imunisasi ulangan kepada anaknya sesuai jadwal yang ditetapkan pemerintah.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Dalam penyusunan skripsi ini terdapat beberapa kekurangan yang menjadi
keterbatasan peneliti selama melakukan penelitian. Dalam penyusunan skripsi ini,
sampel penelitian adalah ibu yang memiliki anak usia sekolah sebanyak 64 orang
tanpa diketahui status imunisasi ulangannya. Seharusnya, peneliti harus mendata
terlebih dahulu status imunisasi ulangan anak sehingga sampel tersebut menjadi
lebih representative. Setelah didata ulang oleh peneliti, didapatkan hasil bahwa
ibu yang anaknya telah mendapat imunisasi ulangan sebanyak 19 orang (29,69%)
dan yang belum mendapat imunisasi ulangan sebanyak 45 orang (70,31%),
kemudian pada pertanyaan kuesioner no.9, seharusnya ditujukan bagi ibu yang
diteliti terlebih dahulu status imunisasi ulangan anak. Oleh sebab itu, peneliti
merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya agar dapat lebih menyempurnakan
penelitian ini sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Nur Hidayah. (2004). Skripsi. Pengetahuan dan Sikap Ibu Primipara Mengenai Pemberian Imunisasi pada Balitanya di Lingkungan VIII Kel.
Harjosari I Kec. Medan Amplas. USU: Medan.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik
(Edisi Revisi 2010). Jakarta: Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan. (2003). Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisis Data (Edisi 1). Jakarta: Salemba Medika.
Lisnawati, Lilis. (2011). Generasi Sehat melalui Imunisasi. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Machfoedz, Ircham. (2005). Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang
Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.
Maryunani, Anik. (2010). Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
(untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Polit&Hungler. (1995). Nursing Research: Principles and Methods. Philadelphia: Lippincot.
Prasetyawati, Arsita Eka. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Kebidanan
Ranuh, dkk. (2008). Pedoman Imunisasi di Indonesia (Edisi 3). Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika (Edisi 6). Bandung: Tarsito.
Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Surbakti, Bertha. (2007). Skripsi. Pengetahuan Ibu tentang Cakupan Imunisasi Polio pada Bayi di Lingkungan VII Kelurahan Simpang Selayang Wilayah
Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan. USU: Medan.
Hadinegoro, Sri Rezeki S. (2010). Mengapa Imunisasi Harus Diulang?. Dalam http://health.kompas.com/read/2010/11/01/12324224/Mengapa.Imunisasi. Harus.Diulang.
Julianto, Irwan. (2011). Imunisasi Tak Lengkap Dapat Timbulkan Wabah. Dalam http://health.kompas.com/read/2011/10/19/03031847/Imunisasi.Tak.Lengkap. Dapat.Timbulkan.Wabah.
Sundoro, Julitasari. (2011). BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah): Anak
Terlindung dari Penyakit Campak, Difteri dan Tetanus. Dalam
Informed Consent
Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu
tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah.
Saya mengharapkan kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini dimana penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika
Anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda menandatangani
formulir persetujuan di bawah ini. Terima kasih atas perhatian dan partisipasi
yang Anda berikan.
Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas, Anda dipersilahkan
memilih untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak dan
mengundurkan diri tanpa ada sanksi apa pun.
Medan, Desember 2012
Peneliti, Responden,
KUESIONER
Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan
kepada Anak Usia Sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal A. Petunjuk Pengisian Kuesioner.
1. Bacalah pertanyaan-pertanyaan berikut dan jawab semua pertanyaan
yang ada dengan baik kemudian pilih salah satu jawaban yang benar
dengan benar dengan memberi silang (X) pada kolom yang dipilih.
2. Jika saudara ingin memperbaiki jawaban, coret yang salah dengan
memberi tanda (=) dan ganti jawaban yang benar.
B. Data Responden.
No. responden :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Jumlah Anak :
C. Pengetahuan Tentang Imunisasi Ulangan. I. Pengertian
1. Pemberian imunisasi apa yang diberikan setelah imunisasi dasar
lengkap?
a. Imunisasi wajib. c. Imunisasi ulangan.
2. Revaksinasi setelah mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang
diberikan pada waktu-waktu tertentu atau juga diberikan bila
terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak
dengan penyakit tertentu termasuk imunisasi apa?
a. Imunisasi lanjutan.
b. Imunisasi ulangan.
c. Imunisasi tambahan.
3. Imunisasi apakah yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
secara cepat?
a. Imunisasi dasar.
b. Imunisasi tambahan.
c. Imunisasi ulangan.
II. Jenis-jenis
4. Apakah salah satu jenis imunisasi ulangan yang ibu ketahui?
a. Campak. b. Hepatitis B.
b. BCG.
5. Di bawah ini merupakan jenis imunisasi ulangan, kecuali:
a. Campak. b. Polio.
b. BCG.
III. Jadwal Pemberian
6. Kapan biasanya pertama kali imunisasi ulangan diberikan jika
a. Kelas 1 SD c. Kelas 6 SD.
b. Kelas 3 SD.
7. Imunisasi ulangan yang terakhir diberikan pada anak usia
sekolah adalah imunisasi TT (Tetanus Toxoid), kapan imunisasi
tersebut diberikan?
a. Kelas 1 SD. c. Kelas 6 SD.
b. Kelas 3 SD.
IV. Efek Samping
8. Apakah efek samping dari pemberian imunisasi ulangan
campak?
a. Demam.
b. Gatal-gatal.
c. Kelumpuhan.
9. Bagaimanakah cara ibu mengatasi efek samping yang terjadi
setelah pemberian imunisasi ulangan?
a. Membawa ke petugas kesehatan terdekat.
b. Didiamkan saja karena akan hilang sendiri.
c. Membeli obat sendiri di warung terdekat.
10. Apakah gejala yang biasa terjadi setelah pemberian vaksin DT?
a. Demam ringan dan gelisah.
b. Batuk.
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Krissan Melita Tambunan
Tempat Tanggal Lahir : Pekanbaru, 12 Mei 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Kawin
Agama : Protestan
Alamat : Rumah Dinas Pendeta HKBP Tapian Nauli
Jl. Pasar 1, Lingkungan IX, Kelurahan
Sunggal
Riwayat Pendidikan:
1. SD Santa Maria Pekanbaru
2. SMP Santa Maria Pekanbaru
3. SMUN 1 Pekanbaru
4. Akademi Perawat Gleneagles Medan
Pengalaman kerja:
1. RS Gleneagles Medan (Perawat Pelaksana Lt.7 East), September
2006-Maret 2007
2. RS Awal Bros Batam (Perawat Pelaksana ICU), Juli 2007-Oktober 2007
3. RS Santa Maria Pekanbaru (Perawat Pelaksana Ruang VIP Lt.6), Januari